Upload
others
View
14
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
i
DIKTAT II
PENGANTAR ILMU PERTANIAN
Topik:(Sejarah Perkembangan Pertanian Di Indonesia, Tataniaga Pertanian,Profil Agribisnis Indonesia Dan Sub Sektor Perkebunan Di Provindi
Bali)
OLEH:GEDE MEKSE KORRI ARISENA
PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS UDAYANA
2017
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hayang Widhi Wasa karena dengan
rahmat dan karunia, penulis dapat menyelesaikan Diktat Mata Kuliah Pengantar Ilmu Pertanian,
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada semua penulis
yang tulisannya menjadi bahan acuan kami untuk memperkaya khasanah ilimu di dalam
penulisan Diktat ini.
Diktat ini dibuat tidak untuk di perjual belikan, tetapi diharapkan mampu menambah
pengetanuan tentang ilmu pertanian di lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Kami sangat berharap Diktat ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai ilmu pertanian.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Diktat ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan Diktat yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga Diktat sederhana ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.
Penyusun
Gede Mekse Korri Arisena
iii
CURRICULUM VITAE
Dr. Gede Mekse Korri Arisena,SP.,M.Agb, lahir di Denpasar pada tanggal 11 Maret 1985,
anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan suami istri Drs. Gede Suarjana M.si dan Ir. Made
Susiawati.
Pada tahun 1996 menamatkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 6 Ubung dan SLTPN 10
Denpasar pada tahun 1999. Pada tahun 2002 lulus dari SMUN 1 Kuta dan melanjutkan studi di
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Udayana dan berhasil meraih gelar
Sarjana tahun 2006. Berhasil meraih gelar Magister Agribisnis pada tahun 2009 dan di tahun yang
sama melanjutkan pendidikan pada Program Doktor Ekonomi Pertanian Universitas Brawijaya.
Tahun 2014 diterima sebagai CPNS dosen di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Udayana dan di tahun yang sama menikah dengan Putu Eka Pujawati SE,MM dan dikaruniai seorang
anak pada maret 2015 yang bernama Putu Hira Adara Korri.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
CURRICULUM VITAE.......................................................................................... iii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iv
BAB I. SEJARAH PERKEMBANGAN PERTANIAN DI INDONESIA............. 1
BAB II. TATANIAGA PERTANIAN.................................................................... 11
BAB III. PROFIL AGRIBISNIS INDONESIA....................................................... 20
BAB IV. SUB SEKTOR PERKEBUNAN DI PROVINDI BALI ……………...... 38
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 47
LAMPIRAN............................................................................................................. 49
1
SEJARAH PERKEMBANGAN PERTANIANINDONESIA
Sebelum teknologi pertanian berkembang seperti yang kita alami dewasa ini,
teknologi pertanian masih sangat sederhana. Mungkin sekali secara kebetulan
beberapa biji-bijian yang terbuang sewaktu kaum ibu menyiapkan makanan
berkecambah dan tumbuh menjadi tanaman yang menghasilkan. Kejadian seperti itu
menimbulkan keinginan pada kaum ibu untuk menanam kembali sebagian biji-bijian
yang mereka kumpulkan dari lapangan dan muncullah usaha bercocok tanam sebagai
salah satu kegiatan pertama pertanian. Demikian pula sebagian hewan yang
tertangkap sebagai hasil perburuan mungkin sekali tidak dibunuh untuk dimakan
karena ada anggota keluarga yang menggunakannya sebagai permainan. Akhirnya
hewan yang dipelihara itu berkembang biak dan lahirlah usaha peternakan yang
pertama sebagai imbangan bercocok tanam dalam kegiatan pertanian.
Di dalam kepustakaan kuno terdapat cerita bahwa penemu kegiatan pertanian
ialah Kaisar Cina Shen Nung. Ketika itu ia melihat rakyatnya senang makan daging
sapi dan ayam yang diperoleh dari hasil perburuan, serta mengumpulkan buah-
buahan, biji-bijian dan kacang-kacangan. Akan tetapi semakin lama rakyatnya
bertambah banyak dan lingkungannya tidak dapat memberikan hasil alam yang cukup
untuk mendukung kehidupan, maka ia mencetuskan gagasan membuat suatu alat
pengolah tanah dari sebilah kayu yang ditajamkan dan ditempelkan pada suatu
tongkat. Itulah model bajak yang pertama dan dengan bajak tersebut ia menyuruh
rakyatnya mengolah tanah dan bertanam jawawut. Jawawut tidak hanya digunakan
langsung sebagai makanan rakyatnya tetapi juga dapat digunakan untuk makanan sapi
dan ayam. Usaha bercocok tanam buah-buahan pertama yang tercatat dalam sejarah
mungkin dapat dikemukakan melalui orang Babilonia Kuno yang telah mengetahui
bahwa pohon kurma akan lebih banyak buahnya apabila semacam tepung yang
dihasilkan bunga pohon yang mandul dipukulpukulkan ke tandan bunga pohon yang
mampu berbuah. Pada waktu itu belum jelas bagi petani kurma bahwa pohon yang
mandul itu bukannya mandul, melainkan pohon yang berbunga jantan.
2
Terungkapnya pengetahuan bahwa pohon kurma itu ada dua jenis, yang
sekarang kita namakan berumah dua, mungkin sekali terjadi karena pada mulanya
mereka memusnahkan semua tanaman yang tidak menghasilkan buah. Hal ini
mengakibatkan pohon-pohon yang biasanya berbuah, berguguran putiknya, dan
tahulah mereka bahwa pohon yang mereka sangka tidak berguna karena mandul itu
memegang peranan penting dalam pembentukan buah. Hal itu menyebabkan naluri
petani bekerja dan berusaha membuat lebih banyak bunga pohon yang “subur” dapat
berubah menjadi buah dengan memukul-mukulkan tandan bunga dari pohon
“mandul” ketandan bunga pohon “subur”. Pekerjaan yang dilakukan petani ini
sekaligus mengubah status pohon kurma dari sekumpulan tumbuhan yang hanya
dimanfaatkan hasilnya, menjadi sekumpulan tanaman yang ditingkatkan pemanfaatan
hasilnya melalui pemeliharaan. Usaha pemeliharaan terhadap makhluk hidup lain
yang dilakukan manusia ini adalah ciri utama kegiatan pertanian.
Di mana-mana di seluruh dunia, pada suatu tahap dalam peradaban kuno,
orang akan beralih dari usaha berburu dan mengumpulkan hasil alam ke usaha
bercocok tanam. Dengan bercocok tanam keperluan akan bahan makanan dapat
diperoleh sewaktu-waktu dari tempat yang letaknya dekat ketempat bermukim.
Dengan demikian setiap hari dan selama keadaan cuaca mengizinkan dapat tersedia
bahan makanan segar yang tidak perlu diawetkan. Apalagi ketika itu cara-cara
mengawetkan makanan belum banyak diketahui orang selain cara-cara mengeringkan
dan mengasapkan makanan. Atas dasar berbagai pengamatan kepurbakalaan, diduga
usaha pertanian di berbagai masyarakat primitive diprakarsai oleh kaum wanita
dengan maksud untuk lebih mudah menyediakan makanan bagi keluarganya. Karena
itu pertanian dapat dianggap sebagai suatu usaha untuk mengadakan suatu ekosistem
buatan yang bertugas menyediakan bahan makanan bagi manusia.
Pertanian sebagai sumber kehidupan manusia merupakan lapangan kerja yang
bersumber dari ilmu pertanian. Sudah selayaknya kalau kita lebih dahulu mengetahui
apa yang dimaksud dengan pertanian. Pertanyaan ini agak ganjil untuk didengarkan
oleh setiap orang yang mengetahui, bahwa yang dimaksud dengan pertanian itu tidak
lain adalah “bercocok tanam”. Memang demikian arti pertanian dalam percakapan
3
sehari-hari. Arti sehari-hari sering disebut dengan nama “pertanian dalam arti
sempit”. Arti pertanian yang lebih luas daripada pengertian sehari-hari adalah bahwa
pertanian meliputi bidang bercocok tanam (pertanian dalam arti sempit), perikanan,
peternakan, perkebunan, kehutanan, pengolahan hasil bumi dan pemasaran hasil
bumi. Berdasarkan atas pengertian tersebut, maka dalam ilmu pertanian lazim
dilakukan pembedaan pengertian antara pertanian dalam arti sempit, yakni kegiatan
bercocok tanam dengan pengertian pertanian dalam arti luas yang mencakup bidang
pertanaman, perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan.
Dengan sendirinya akan timbul pertanyaan ciri-ciri atau patokan “apakah yang
dipergunakan oleh ilmu pertanian untuk menentukan apakah suatu sumber kehidupan
masuk dalam bidang pertanian?” Pertanyaan yang sangat sederhana ini nyatanya tak
mudah untuk dijawab secara tegas, artinya jawaban yang diberikan masih
mengandung kelemahan, khususnya dalam penentuan batas-batasnya. Namun
demikian sebagai pedoman atau patokanpatokan suatu kegiatan pertanian dapat kita
pergunakan syarat-syarat berikut:
1. dalam proses produksi harus terbentuk bahan-bahan organik yang berasal dari
zat-zat anorganik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan atau hewan seperti,
tumbuh-tumbuhan, ternak, ikan, ulat sutera, laba-laba, dan sebagainya;
2. adanya usaha manusia untuk memperbaharui proses produksi yang bersifat
“reproduktif” dan/atau “usaha pelestarian/budidaya”.
Kedua syarat itu harus dipenuhi. Jika hanya satu dari dua syarat itu yang
terpenuhi, maka usaha produksi itu belum dapat digolongkan menjadi pertanian.
Contoh: pengumpulan bahan makanan seperti, umbi-umbian, daun-daunan, buah-
buahan, ikan dan hewan dari hutan, padang rumput, sungai, rawa, dan sebagainya
oleh suku-suku yang masih hidup mengembara belum dapat dianggap sebagai usaha
pertanian, karena usaha “reproduktif dan budidaya belum dilakukan”. Usaha tersebut
dinamakan usaha pengumpulan. Sebaliknya penangkapan ikan dari laut, sungai,
rawa, danau, empang, tambak yang diiringi dengan penjagaan kelestarian hidup dari
hewan-hewan tersebut dapat digolongkan ke dalam pengertian pertanian dalam arti
luas.
4
Produk yang dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan dan hewan itu tidak selalu
dapat langsung dipergunakan atau dimakan oleh manusia, umumnya perlu dilakukan
pengolahan terlebih dahulu. Pengolahan hasil pertanian dan terlebih lagi bahwa
pengolahan itu masih merupakan satu mata rantai dari kegiatan pertanian, maka pada
umumnya masih digolongkan dalam pertanian. Contoh kegiatan pengolahan tersebut
adalah pembuatan gula mangkok, gula tanjung, penumbukan padi, pembuatan keju di
rumah, dan sebagainya. Bahkan usaha pemasaran hasil pertanian yang dilakukan oleh
petani-petani kecil di desa-desa atau pasar desa, lazimnya masih digolongkan dalam
bidang pertanian.
PERKEMBANGAN PERTANIAN
Penemuan api dan perkembangan pertanian merupakan dua inovasi yang
membentuk dasar kebudayaan. Api merupakan landasan dari eksistensi kita dan
sukarlah membayangkan manusia tanpa api. Penggunaan api oleh manusia tidak
hanya menandai awal kehidupan sosial tetapi akhirnya melahirkan serentetan
teknologi yang saling berhubungan. Hasil langsung dari adanya api yang paling
penting adalah pemanfaatan persediaan pangan menjadi lebih luas, karena sejumlah
pangan adalah tak termakan (unedible), tidak enak rasanya (unpalatable) atau tidak
sehat kalau tidak dimasak dulu.
Perkembangan setiap masyarakat secara berkesinambungan bersendi pada
ketersediaan suatu sumber pangan yang cukup. Pada masyarakat primitif yang
bersendi pada pengumpulan pangan atau perburuan, setiap individu harus terlibat
secara total dengan kepastian ketersediaan sumber pangan. Keberlimpahan hanyalah
bersifat sementara dan merupakan kekecualian. Pemecahan masalah ini terjadi
dengan penciptaan suatu rentetan teknologi yang berhubungan dan kompleks,
mencakup hubungan yang serasi antara tanaman pertanian dan ternak, yaitu
perkembangan pertanian.
Sejarah perkembangan pertanian secara relatif merupakan inovasi yang belum
lama berselang bila dibanding dengan sejarah manusia, karena manusia semula dalam
masa yang lama hanya bertindak sebagai pengumpul makanan. Produksi pangan yang
5
pertama dengan penanaman dan pembudidayaan yang sesungguhnya baru terjadi
pada 7.000-10.000 tahun yang silam (pada zaman Neolitik). Di dunia, pertanian
nampaknya berkembang secara sendiri-sendiri, pada waktu yang jauh terpisah pada
beberapa tempat berlainan. Perkembangan pertanian lambat laun membawa
keberuntungan dan surplus pangan yang meyakinkan. Keadaan surplus demikian
dapat membebaskan beberapa orang yang trampil dengan keahlian lain dari tugas
memproduksi pangan. Perkembangan keahlian baru hanyalah mungkin bila kenaikan
efisiensi pertanian mengizinkan penggunaan waktu-waktu senggang yang baru
diperoleh. Hingga kini, keadaan ini masih berlaku. Hasil akhir pada kenaikan taraf
hidup ditandai dari hal – ihwal yang dulu dianggap sebagai suatu kemewahan
akhirnya telah menjadi kebutuhan sehari-hari.
Asal-usul kebudayaan dapat ditelusur pada penemuan bahwa persediaan
pangan berlebihan dapat tercapai dengan penanaman biji atau bagian-bagian tanaman.
Tanaman-tanaman yang cepat tumbuh dan menghasilkan dalam semusim mungkin
merupakan tanaman yang pertama kali diusahakan. Teknologi yang menyangkut
budidaya tanaman berumur panjang seperti pohon buah-buahan, memakan waktu dan
menuntut teknologi lebih tinggi, karenanya pada masa itu buah-buahan hanya dipanen
dari tanaman liar. Secara praktis, setiap tanaman telah dikembangkan pada zaman
prasejarah. Pengembangan tanaman ini dicapai dengan dua cara yang berbeda: 1)
penjinakan (domestication), yaitu dengan membawa beberapa spesies liar ke dalam
budidaya atau pengelolaan, dan 2) seleksi (selection), yaitu penangkaran yang
berbeda-beda dari spesies tersebut. Manusia primitif menunjukkan kecerdikan luar
biasa pada proses penjinakan tanaman liar dan persiapan kebutuhan pangannya.
Misalnya tanaman singkong yang mengandung racun yang dapat mematikan (asam
sianida, HCN), telah lama diketahui bahwa racun dapat dihilangkan dengan proses
pemasakan. Ini merupakan suatu teknik yang tak mudah diketahui dengan begitu saja.
Seleksi kadang-kadang mengakibatkan terciptanya suatu tipe baru dan untuk
banyak tanaman sangat efektif. Dari tanaman yang ada dewasa ini kebanyakan sangat
berbeda nyata dengan nenek moyangnya yang masih liar, dan banyak yang telah
sangat berubah sehingga garis turunannya telah kabur. Manusia purba merupakan
6
pemulia tanaman (plant breeder) yang efektif, walaupun tanpa pengetahuan genetika
sedikit pun. Tanaman pertanian telah menyertai manusia dalam pengembaraan dan
migrasinya. Introduksi spesies baru kepada habitatnya yang baru, merupakan salah
satu wajah penting dalam perkembangan pertanian. Belakangan ini pusat produksi
dari hampir semua tanaman pertanian sangat jauh berpindah dari pusat asal-usulnya.
Tinggi rendahnya kebudayaan terletak pada penemuan-penemuan oleh orang-
orang yang dilupakan sejarah. Tidak diketahui secara tepat di manakah suatu tanaman
pertama dibudidayakan. Menurut bukti-bukti arkeologi, tercatat 7.000 – 8.000 tahun
berselang, peninggalan sejarah didapatkan pada dataran-dataran tinggi yang terairi
secara baik dari sungai-sungai Indus, Tigris, Eufrat dan Nil. Peristiwa yang
mendahuluinya tentu berlangsung ribuan tahun sebelum itu. Asia Tenggara, dengan
geografinya yang beraneka ragam yang mengakibatkan diversifikasi vegetasi, dengan
iklim yang lembut, dan kemampuan untuk mempertahankan populasi yang stabil
dengan ekonomi dari perburuan dan penangkapan ikan, telah diduga merupakan
lokasi yang layak sebagai tempat lahirnya pertanian primitif. Daerah ini, teristimewa
kaya akan tanaman-tanaman yang membiak secara vegetatif. Kemungkinan
penanaman bagian vegetatif mendahului penanaman biji. Asal-usul pertanian primitif
mungkin pada beberapa tempat di dunia secara tersendiri dan berkembang lewat
penyebaran dan penyimpangan bentuk-bentuk tanaman baru pada lingkungan baru.
Ketika pertanian pindah ke daerah iklim lebih dahsyat, penanaman dengan biji
merupakan teknik yang dominan, menggantikan penanaman secara vegetatif.
Ketika pertanian datang pada Dunia Lama (Asia, Afrika dan Eropa), gerakan
mengarah ke lembah sungai, di mana dua bahaya yang sama yaitu kekeringan dan
kebanjiran harus diatasi. Perubahan-perubahan raksasa dipercepat dengan inovasi
yang diperlukan untuk irigasi dan budidaya tanaman serealia. Teknologi baru
menambah kebutuhan akan tingkatan social yang lebih tinggi, karya-karya besar
dibutuhkan untuk membuat sungai menjadi berfaedah bukannya menjadi ancaman
pada manusia. Keberhasilan teknologi ini dapat diukur dari populasi manusia yang
didukungnya yang selalu meningkat.
7
SEJARAH PERKEMBANGAN PERTANIAN INDONESIA
Perkembangan pertanian Indonesia sebelum Belanda datang, ditentukan oleh
adanya sistem pertanian padi dengan pengairan yang merupakan praktik turun
menurun petani Jawa. Sistem pertanian padi sawah merupakan upaya untuk
membentuk pertanian menetap. Pada saat ini di Indonesia dapat kita temukan
berbagai sistem pertanian yang berbeda, baik efisiensi teknologinya maupun tanaman
yang diusahakannya, yaitu sistem ladang, sistem tegal pekarangan, sistem sawah dan
sistem perkebunan.
Sistem ladang merupakan suatu bentuk peralihan dari tahap pengumpul ke
tahap penanam. Pengolahan tanah dilakukan secara sangat minimum, produktivitas
bergantung pada lapisan humus yang terbentuk dari system hutan. Tanaman yang
diusahakan umumnya tanaman pangan, misalnya padi, jagung maupun umbi-umbian.
Sistem tegal pekarangan berkembang di tanah-tanah kering yang jauh dari sumber air.
Sistem ini dikembangkan setelah menetap dengan tingkat pengelolaan yang juga
rendah dan tanaman yang diusahakan terutama tanaman yang tahan kekeringan dan
pohon-pohonan. Sistem sawah, merupakan sistem dengan pengolahan tanah dan
pengelolaan air yang baik sehingga tercapai stabilitas biologi yang tinggi dan
kesuburan tanah dapat dipertahankan. Sawah merupakan potensi besar untuk
produksi pangan, baik untuk padi maupun palawija. Di beberapa daerah sawah juga
diusahakan untuk tanaman tebu, tembakau atau tanaman hias. Sistem perkebunan
baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar milik swasta maupun perusahaan
negara, berkembang karena kebutuhan tanaman ekspor seperti karet, kopi, teh, kakao,
kelapa sawit, cengkeh dan lain-lain.
Bertani adalah kehidupan pokok rakyat dan pemerintah memperoleh sumber
penerimaannya semata-mata dari pertanian. Penerimaan Negara terutama terdiri atas
pembayaran innatura dan jasa-jasa tenaga kerja penggarap tanah. Ini berarti bahwa
sebagai kawula, petani harus menyisihkan sebagian hasil panen dan waktunya bagi
keperluan raja, kerajaan dan atasan. Pembayaran ini sebagai bukti bahwa mereka
sebagai kawula (warga negara) dari suatu negara dan dianggap sebagai imbalan untuk
perlindungan pemerintah dari serangan musuh atau gangguan keamanan lainnya.
8
Dalam mengerjakan tanah pertaniannya petani mempergunakan peralatan sederhana
berupa pacul, bajak, garu, dan parang yang dibuat masyarakat setempat. Ternak
merupakan tenaga pembantu yang paling penting untuk mengolah tanah. Hampir
tidak ada keluarga tani yang mengupah buruh tani untuk mengerjakan sawah.
Meskipun kecil, hampir setiap keluarga memiliki tanah sawah atau tegalan yang
mereka tanami bahan makanan berupa padi, jagung, jagung cantel (shorgum),
jewawut, ubi, dan ketela. Dalam istilah ekonomi pertanian usaha semacam ini
dinamakan usahatani subsisten yang hasil produksinya diutamakan untuk keperluan
keluarga sendiri; sedangkan sarana produksi dicukupi dari dalam keluarga.
Perdagangan hampir tidak ada. Organisasi ekonomi yang ada sangat sederhana
dengan sedikit sekali perdagangan antarmereka. Campur tangan pemerintah kerajaan
secara langsung tidak ada, namun demikian karena pertanian merupakan sumber
pendapatan paling penting, semua tingkatan pemerintah memperoleh pendapatannya
dari pajak-pajak sektor pertanian baik berupa pajak atas hasil produksi atau dari
perdagangan hasil-hasilnya.
Setiap barang yang bergerak menjadi sasaran pemajakan oleh penguasa.
Pungutan dikenakan di semua pelabuhan, di pedalaman peredaran barangbarang
dipaksa melewati pintu-pintu gerbang tempat membayar pajak. Pasar tidak hanya
merupakan tempat pembeli dan penjual bertemu, tetapi lebih-lebih lagi merupakan
arena yang empuk bagi para penguasa untuk mempermudah penerimaan pajak. Tidak
boleh ada perdagangan di luar pasar, dan monopoli ini kadang-kadang berlaku sejauh
30 km atau lebih. Monopoli pemerintah ini berpengaruh buruk pada persediaan
pangan. Pungutan baik yang resmi maupun tidak resmi benar-benar membuat
masyarakat pertanian tertekan karena yang diterima petani menjadi teramat kecil bila
dibandingkan dengan yang dibayar oleh konsumen terakhir.
Campur tangan pemerintah dalam hal seperti ini merupakan campur tangan yang
tidak positif karena telah mengurangi atau menghilangkan sama sekali gairah untuk
berproduksi. Keadaan yang demikian merupakan bibitbibit timbulnya involusi
pertanian ala Clifford Geertz, suatu ciri pertanian di Jawa abad kedua puluh. Oleh
9
karena itu, involusi pertanian yang negative tersebut tidak sepenuhnya bersumber dari
kebijakan kolonialisme Belanda yang baru muncul belakangan.
Sifat-sifat kelambanan dan apatisme petani Indonesia rupanya sudah mulai
terbentuk pada zaman feodalisme abad ke 16 dan 17, sebelum Belanda datang di
Indonesia. Penekanan terhadap petani dan kehidupan petani ternyata bukan hal yang
baru. Secara teoritis, apabila di dalam suatu negara, pertanian hampir merupakan
satu-satunya sektor yang rakyatnya menggantungkan hidupnya. Hanya di sanalah
negara menggantungkan sumber pendapatannya. Dalam hal ini, tidak dapat
dihindarkan bahwa petani menjadi semacam sapi perahan. Hal ini terlihat lebih jelas
pada zaman revolusi kemerdekaan, terutama di daerah-daerah pertanian monokultur
yang petaninya harus membayar berbagai pungutan resmi untuk membantu jalannya
pemerintahan setempat dan dalam banyak hal membantu menghidupi pejabat –
pejabat pemerintah daerah. Pada zaman kolonial Belanda, pembahasan mengenai
pertanian secara lebih rinci dapat dibagi dalam beberapa periode sebagai berikut:
1. Zaman VOC 1600 – 1800,
2. Zaman kekacauan dan ketidakpastian 1800 – 1830 atau masa sewa tanah,
3. Zaman Tanam Paksa 1830 – 1850,
4. Zaman peralihan ke liberalisme 1850 – 1870,
5. Zaman liberalisme 1870 – 1900,
6. Zaman politik etik 1900 – 1930, dan
7. Zaman depresi dan perang 1930 – 1945.
Meskipun kondisi petani pada masing-masing periode berbeda, tetapi
perkembangan pertanian dalam seluruh periode tersebut ditandai oleh perbedaan dari
metode penggalian sumberdaya pertanian Indonesia yang semuanya ditujukan untuk
memberi keuntungan sebesar-besarnya bagi penjajah. Tujuan utama kebijaksanaan
pembangunan pertanian pada zaman kolonial adalah memberikan pemasukan yang
lebih besar kepada kas penjajah di atas pengeluaran bagi biaya pemerintahan
kolonial. Sistem inilah yang diyakini akan mendatangkan uang paling cepat dan
paling banyak bagi kas pemerintah jajahan dibanding dengan tanam sukarela. Di atas
10
kertas sistem ini dapat dikatakan netral dibanding dengan kebijaksanaan sewa tanah
yang diterapkan oleh Raffles pada periode pemerintahannya (1811 – 1816).
11
TATA NIAGA PERTANIANARTI DAN FUNGSI TATA NIAGA (PEMASARAN)
Segala usaha yang menimbulkan perpindahan dalam hal milik daripada
barang – barang seta pemeliharaan daripada penyebarannya disebut pemasaran.
Untuk melancarkan arus barang dari produse ke konsumen diperlukan tindakan dan
perlakuan terhadap barang itu yang dalam proses pemasaran disebut fungsi
pemasaran. Fungsi pemasaran dapat dikelompokkan ke dalam tiga fungsi sebagai
berikut ;
a) Fungsi – fungsi pertukaran.
Semua tindakan untuk memperlancar pemindahan hak milik atas barang dan jasa
disebut fungsi pertukaran yang terdiri dari fungsi penjualan dan fungsi pembelian.
b) Fungsi – fungsi fisik
Semua tindakan terhadap barang sehingga memperoleh kegunaan tempat dan
waktu yang terdiri dari ;
1) Fungsi penyimpanan.
Diperlukan untuk menyimpan barang selama waktu antar barang dihasilkan
sampai dijual, dan kadang-kadang perlu ada pengolahan lebih lanjut terhadap
barang.
2) Fungsi pengangkutan
Merupakan perencanaan, seleksi dan penyerahan semua alat pengangkutan
dalam proses pengangkutan dalam proses pemasaran.
c) Fungsi – fungsi fasilitas
Semua tindakan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan fungsi - fungsi
pertukaran fisik yang terdiri dari;
1) Fungsi standarisasi dan grading
Suatu ukuran atau penentuan mutu barang yang terdiri sejumlah perincian
mengenai ukuran, warna, rupa, isi kimia, kekuatan bentuk, berat, isi bahan,
kandungan air, kematangan rasa dll
12
2) Fungsi penanggungan risiko
Segala akibat yang ditimbulkan oleh adanya perubahan harga barang,
kehilangan, kebakaran, dll.
3) Fungsi pembiayaan
Sebagai penggunaan modal selama barang dalam proses pemasaran, untuk
membantu, pelaksanaan fungsi pertukaran dan fungsi fisik.
4) Fungsi keterangan pasar
Fungsi ini meliputi pengumpulan dan penilaian fakta dan gejala sekitar lalu
lintas barag dalam masyarakat, mengenai harga, jumlah, kualitas suplai stock,
dan permintaan konsumen, yang berasal dari tiap tingkat pasar, pada waktu
tertentu.
SALURAN DAN LEMBAGA TATA NIAGA
Saluran pemasara dapat berbentuk secara sederhana dan dapat pula secara
rumit tergantung dari macam komoditi lembaga pemasaran dan sistem pasar. Sistem
pasar monopoli mempunyai saluran pemasaran yang relative sederhana
dibandingakan dengan sistem pasar lainnya. Bentuk Saluran pemasaran dapat dilihat
pada gambar berikut.
1. Bentuk Saluran Pemasaran Sederhana :
2. Bentuk Saluran Pemasaran Kompleks :
13
Berbagai badan atau lembaga yang menyelenggarakan penyaluran barang dari
produsen ke konsumen merupakan saluran pemasaran. Tiap macam hasil pertanian
mempunyai saluran pemasaran yang berlainan satu sama lainnya. Saluran pemasaran
suatu barang dapat berubah, berbeda, bergantung kepada keadaan daerah, waktu, dan
kemajuan teknologi.
BIAYA, KEUNTUNGAN, EFISIENSI DAN PERANAN TATA NIAGA
a. Biaya Tata Niaga
Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pemasaran.
Biaya pemasaran meliputi biaya angkut, biaya pengeringan, pungutan restribusi
dll. Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lain disebabkan karena ;
1. Macam komoditi
2. Lokasi pemasaran
3. Macam lembaga pemasaran dan efektivitas pemasaran yang dilakukan
Seringkali pertanian yang nilainya tinggi diikuti dengan biaya pemasaran
yang tinggi pula. Peraturan pemasaran di suatu daerah juga kadang – kadang
berbeda satu sama lain.
b. Keuntungan Tata Niaga
Selisih harga yang dibayarkan ke produsen dan harga yang diberikan oleh
konsumen disebut keuntungan pemasaran atau marketing margin. Jarak yang
mengantarkan produksi pertanian dari produsen ke consumen menyebabkan
terjadinya perbedaan besarnya keuntungan pemasaran. Karena produsen tidak
dapat bekerja sendiri untuk memasarkan produksinya maka diperlukan pihak lain
atau lembaga pemasaran yang lain untuk membantu memasarkan produksi
pertanian yang dihasilkan, Mengetahui hal tersebut, maka muncul istilah
pedagang pengumpul, perantara, pengecer, pemborong, dll.
Untuk lebih jelasnya dapat pula digambarkan pada kurva Derived Demand
dan Keuntungan pemasaran, pada kurva terlihat bahwa derive demand
(permintaan yang disebabkan karena adanya perubahan harga di masing – masing
14
tingkat lembaga pemasaran) akan bergerak ke kanan mengikuti perubahan harga
yang terjadi.
Keterangan ;
Pp :harga ditingkat petani
Ppr :harga ditingkat pedagang perantara
Ppg : harga ditingkat pengecer
S : supply (penawaran)
Dp : permintaan ditingkat petani
Dpr : permintaan ditingkat pedagang perantara
Dg : permintaan ditingkat pengecer
c. Efisiensi Pemasaran
Shepherd (1962) efisiensi pemasaran adalah nisbah antara total biaya dengan
total nilai produk yang dipasarkan. Hal ini berarti setiap ada penambahan biaya
pemasaran memberi arti bahwa keadaan tersebut menyebabkan pemasaran yang
tidak efisien, sebaliknya jika semakin kecil nilai produk yang dijual berarti pula
terjadi adanya pemasaran yang tidak efisien.
Rashid dan Chaudry (1973) menyadari sulitnya mengukur efisiensi
pemasaran. Mereka mengajukan preposisi bahwa sebenarnya efisiensi pemasaran
14
tingkat lembaga pemasaran) akan bergerak ke kanan mengikuti perubahan harga
yang terjadi.
Keterangan ;
Pp :harga ditingkat petani
Ppr :harga ditingkat pedagang perantara
Ppg : harga ditingkat pengecer
S : supply (penawaran)
Dp : permintaan ditingkat petani
Dpr : permintaan ditingkat pedagang perantara
Dg : permintaan ditingkat pengecer
c. Efisiensi Pemasaran
Shepherd (1962) efisiensi pemasaran adalah nisbah antara total biaya dengan
total nilai produk yang dipasarkan. Hal ini berarti setiap ada penambahan biaya
pemasaran memberi arti bahwa keadaan tersebut menyebabkan pemasaran yang
tidak efisien, sebaliknya jika semakin kecil nilai produk yang dijual berarti pula
terjadi adanya pemasaran yang tidak efisien.
Rashid dan Chaudry (1973) menyadari sulitnya mengukur efisiensi
pemasaran. Mereka mengajukan preposisi bahwa sebenarnya efisiensi pemasaran
14
tingkat lembaga pemasaran) akan bergerak ke kanan mengikuti perubahan harga
yang terjadi.
Keterangan ;
Pp :harga ditingkat petani
Ppr :harga ditingkat pedagang perantara
Ppg : harga ditingkat pengecer
S : supply (penawaran)
Dp : permintaan ditingkat petani
Dpr : permintaan ditingkat pedagang perantara
Dg : permintaan ditingkat pengecer
c. Efisiensi Pemasaran
Shepherd (1962) efisiensi pemasaran adalah nisbah antara total biaya dengan
total nilai produk yang dipasarkan. Hal ini berarti setiap ada penambahan biaya
pemasaran memberi arti bahwa keadaan tersebut menyebabkan pemasaran yang
tidak efisien, sebaliknya jika semakin kecil nilai produk yang dijual berarti pula
terjadi adanya pemasaran yang tidak efisien.
Rashid dan Chaudry (1973) menyadari sulitnya mengukur efisiensi
pemasaran. Mereka mengajukan preposisi bahwa sebenarnya efisiensi pemasaran
15
itu terdiri dari efisiensi teknis dan ekonomi. Efisiensi ekonomi berkaitan dengan
segi keuntungan misalnya transport dengan kereta api lebih efisien (secara
ekonomis) bila dibandingkan dengan transport pesawat udara
Rashid dan Chaudry (1973) memberikan beberapa factor yang dapat dipakai
sebagai ukuran efisiensi pemasaran, yaitu :
a) Keuntungan pemasaran
b) Harga yang diterima konsumen
c) Tersedianya fasilitas fisik pemasaran
d) Kompetisi pasar
e) Peran lembaga pemasaran
Peran lembaga pemasaran harus diarahkan kepada kelancaran proses
mengalirnya barang dan jasa. Lembaga dapat memperoleh keuntungan, bukan
dengan jalan menaikkan harga barang persatuan tetapi dengan cara sebagai
berikut :
a. Mengadakan intgrasi sehingga biaya pemasaran total dapat ditekan dan
keuntungan menjadi lebih besar
b. Pemakaian teknologi baru dalam perlakuan tehadap barang, sehingga biaya
pemasaran dapat diperkecil.
c. Melaksanakan penelitian, walaupun sederhana, tentang yang terjadi dipasar,
memperhatikan masalah dan kemajuan lembaga lainnya yang sejenis,
menyusun perkiraan untuk memperbesar keuntungannya.
PROSPEK PASAR
Untuk membuka usaha pertanian perlu adanya pengetahuan tentang prospek
pasar yang meliputi beberapa langkah yaitu ; mendeteksi pasar, kemudian hasilnya
dihubungkan dengan keadaan lingkungan sehingga akan dapat diketahui kelayakan
usaha tani tersebut. Selain memperoleh kepastian tentang kelayakannya, keuntungan
usaha tani secara kasar juga dapat diketahui. Prospek pasar dapat dideteksi dengan
mengetahui keadaan pasar. Pasar berarti sekumpulan pembeli yang potensial atau
pembeli yang sesungguhnya. Pasar dibagi menjadi lima macam berdasarkan
16
kosumennya yaitu ; pasar konsumen, pasar industry, pasar penjualan kembali, pasar
pemerintah, pasar internasional. Selain jenis jenis pasar diketahui, maka dapat
dilakukan analisis. Analisis yang dimaksud yaitu :
1. Analisi konsumen
Analisis konsumen merupakan factor penting. merekalah yang akan
mengembalikan modal dan memberikan keuntungan. Dari konsumen, diperlukan
data tentang besarnya kebutuhan konsumen, segmentasi pasar, dan sistem
pembelian.
a. Kebutuhan konsumen.
Besarnya kebutuhan konsumen terhadap suatu barang tidaklah sama. Selain
waktu, bentuk, dan harga pun berlainan. Perbedaan tersebut disebabkan oleh
tingkat sosial, fisiologis, dan psikologis setiap konsumen berbeda.
b. Segmentasi Pasar.
Segmentasi pasar atau perbandingan pasar juga menjadi pertimbangan karena
pemasaran komoditi akan menjadi jelas.
c. Sistem Pembelian
Sistem pembelian yang dimaksud adalah pembayaran, khususnya pembayaran
dari konsumen ke produsen. Hanya ada dua sistem pembayaran yang
dilakukan yaitu secara lansung dan tidak langsung. Bila dilihat dari segi
hubungannya, ada empat macam hubungan antara produsen dan konsumen.
Hubungan lepas ; hubungan yang selalu diperbarui setiap kali pembelian
hubungan kontrak; hubungan yang lamanya ditentukan
hubungan konsinyasi; hubungan yang berlangsung dengan cara produsen
menitipkan produk kekonsumen
hubungan pasar masa dating; hubungan yang terjadi karena adanya
kepercayaan.
2. Analisis Pesaing
Adanya pesaing merupakan penghambat usaha. Namun pesaing dapat menjadi
salah satu tolak ukur keberhasilan suatu usaha dan memacu perkembangan usaha
tersebut. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian mengenai keadaan pesaing.
17
a. Struktur Pasar
Struktur atau bentuk pasar dibedakan menjadi persaingan sempurna,
persaingan monopolistic, ologopoli, dan monopoli. Identifikasi peaing dimulai
dari melihat jumlah pesaing, lokasi pasar pesaing, da nasal bahan baku.
b. Dasar Kompetisi
Setiap produsen melancarkan strategi tersendiri agar menang dalam arena
perdagangan. dasar yang digunakan untuk bersaing adalah kualitas, harga,dan
pelayanan. Kualitas yang baik menjadi incaran konsumen. Kualitas produk
tentusaja sebanding dengan harga.
c. Lembaga yang memengaruhi pesaing.
Ada beberapa produk yang pemasarannya dikendalikan oleh suatu lembaga.
Peran serta lembaga dalam pemasaran ini bertujuan menyejahterakan
produsen dan memudahkan pemasaran. Kelembagaan yang berpengaruh dapat
digolongkan menjadi kelembagaan pemerintah dan non pemerintah.
3. Strategi pemasaran
Strategi pemasaran dirancang agar sasaran dapat tercapai. Sebagai penentu adalah
konsumen dan pesaing.
a. Biaya pemasaran.
Merupakan biaya yang digunakan atau dikeluarkan untuk memasarkan
produk. Biaya ini dipengaruhi oleh biaya promosi, transportasi, dan semua
biaya yang berhubungan dengan pemasaran.
b. Bauran pemasaran
Merupakan kumpulan factor pemasaran yang digunakan untuk mencapai
tujuan usaha. yaitu;
1) Kombinasi produk.
Merupakan gabungan dari berbagai produk, mutu, merek, dan kemasan.
2) Kombinasi harga
Pada dasarnya, harga suatu produk merupakan biaya produksi ditambah
keuntungan atau biaya resiko. Biaya produksi meliputi semua biaya yang
dikeluarkan dari saat pembukaan lahan sampai pengangkutan, bahkan ada
18
yang menambahkan dengan biaya perencanaan. Harga produk yang
sampai ke konsumen ternyata dipengaruhi juga oleh mata rantai
perdagangan, semakin panjang semakin mahal harganya atau keuntungan
produsen lebih kecil. Sebab, setiap orang ikut serta dalam rantai tersebut
mengambil keuntungan. Mata rantai perdagangan atau tata niaga yang ada
adalah sebagai berikut:
c. Hubungan alokasi pemasaran dengan keadaan lingkungan dan kondisi
persaingan
Alokasi pemasaran merupakan pemilihan tempat atau daerah pemasaran.
Dalam hal ini dipertimbangkan keadaan lingkungan dan kondisi persaingan
yang ada. Misalnya pemasaran di kota besar mempunyai peluang lebih besar,
namun pesaingnya pun banyak. Penentuan lokasi pemasaran tidak hanya
terbatas pada daerah setempat, melainkan ke luar daerah, bahkan ke luar
negeri.
4. Peramalan Permintaan
Meramalkan permintaan pasar di saat ini dan masa mendatang amat penting untuk
mengetahui prospek produk. Hasilnya diharapkan dapat meraih banyak
konsumen.
Konsumen mempunyai minat, pendapatan, dan kemampuan membeli.
Umumnya konsumen mempunyai minat yang sama, yaitu memilih produk yang
berkualitas. Namun, minat ini kadang kala dibatasi kemampuan untuk membeli
sehingga produk yang dibeli adalah yang harganya sesuai dengan keuangan
mereka. Walaupun demikian, produk berkualitas tetap mempunyai peluang besar
dalam pemasarannya.
18
yang menambahkan dengan biaya perencanaan. Harga produk yang
sampai ke konsumen ternyata dipengaruhi juga oleh mata rantai
perdagangan, semakin panjang semakin mahal harganya atau keuntungan
produsen lebih kecil. Sebab, setiap orang ikut serta dalam rantai tersebut
mengambil keuntungan. Mata rantai perdagangan atau tata niaga yang ada
adalah sebagai berikut:
c. Hubungan alokasi pemasaran dengan keadaan lingkungan dan kondisi
persaingan
Alokasi pemasaran merupakan pemilihan tempat atau daerah pemasaran.
Dalam hal ini dipertimbangkan keadaan lingkungan dan kondisi persaingan
yang ada. Misalnya pemasaran di kota besar mempunyai peluang lebih besar,
namun pesaingnya pun banyak. Penentuan lokasi pemasaran tidak hanya
terbatas pada daerah setempat, melainkan ke luar daerah, bahkan ke luar
negeri.
4. Peramalan Permintaan
Meramalkan permintaan pasar di saat ini dan masa mendatang amat penting untuk
mengetahui prospek produk. Hasilnya diharapkan dapat meraih banyak
konsumen.
Konsumen mempunyai minat, pendapatan, dan kemampuan membeli.
Umumnya konsumen mempunyai minat yang sama, yaitu memilih produk yang
berkualitas. Namun, minat ini kadang kala dibatasi kemampuan untuk membeli
sehingga produk yang dibeli adalah yang harganya sesuai dengan keuangan
mereka. Walaupun demikian, produk berkualitas tetap mempunyai peluang besar
dalam pemasarannya.
18
yang menambahkan dengan biaya perencanaan. Harga produk yang
sampai ke konsumen ternyata dipengaruhi juga oleh mata rantai
perdagangan, semakin panjang semakin mahal harganya atau keuntungan
produsen lebih kecil. Sebab, setiap orang ikut serta dalam rantai tersebut
mengambil keuntungan. Mata rantai perdagangan atau tata niaga yang ada
adalah sebagai berikut:
c. Hubungan alokasi pemasaran dengan keadaan lingkungan dan kondisi
persaingan
Alokasi pemasaran merupakan pemilihan tempat atau daerah pemasaran.
Dalam hal ini dipertimbangkan keadaan lingkungan dan kondisi persaingan
yang ada. Misalnya pemasaran di kota besar mempunyai peluang lebih besar,
namun pesaingnya pun banyak. Penentuan lokasi pemasaran tidak hanya
terbatas pada daerah setempat, melainkan ke luar daerah, bahkan ke luar
negeri.
4. Peramalan Permintaan
Meramalkan permintaan pasar di saat ini dan masa mendatang amat penting untuk
mengetahui prospek produk. Hasilnya diharapkan dapat meraih banyak
konsumen.
Konsumen mempunyai minat, pendapatan, dan kemampuan membeli.
Umumnya konsumen mempunyai minat yang sama, yaitu memilih produk yang
berkualitas. Namun, minat ini kadang kala dibatasi kemampuan untuk membeli
sehingga produk yang dibeli adalah yang harganya sesuai dengan keuangan
mereka. Walaupun demikian, produk berkualitas tetap mempunyai peluang besar
dalam pemasarannya.
19
Data yang diperlukan untuk meramal permintaan disesuaikan dengan lokasi
pemasaran: daerah sekitar (lokal), domestik (antar daerah) atau
internasional.Perkembangan harga dengan produksi yang diperoleh kemudian
dianalisis untuk mengetahui peluang di masa mendatang. Analisis ini dibantu
dengan kurva berikut
Keterangan :
P = Harga
Q/t= jumlah per unit per waktu
S = Supply (jumlah unit yang ditawarkan oleh produsen)
D = Demand (jumlah unit yang diminta oleh konsumen)
Pe = Harga ekuilibrium (harga keseimbangan)
Qe = Jumlah ekuilibrium (jumlah keseimbangan)
Titik Pe. Qe = Titik keseimbangan
19
Data yang diperlukan untuk meramal permintaan disesuaikan dengan lokasi
pemasaran: daerah sekitar (lokal), domestik (antar daerah) atau
internasional.Perkembangan harga dengan produksi yang diperoleh kemudian
dianalisis untuk mengetahui peluang di masa mendatang. Analisis ini dibantu
dengan kurva berikut
Keterangan :
P = Harga
Q/t= jumlah per unit per waktu
S = Supply (jumlah unit yang ditawarkan oleh produsen)
D = Demand (jumlah unit yang diminta oleh konsumen)
Pe = Harga ekuilibrium (harga keseimbangan)
Qe = Jumlah ekuilibrium (jumlah keseimbangan)
Titik Pe. Qe = Titik keseimbangan
19
Data yang diperlukan untuk meramal permintaan disesuaikan dengan lokasi
pemasaran: daerah sekitar (lokal), domestik (antar daerah) atau
internasional.Perkembangan harga dengan produksi yang diperoleh kemudian
dianalisis untuk mengetahui peluang di masa mendatang. Analisis ini dibantu
dengan kurva berikut
Keterangan :
P = Harga
Q/t= jumlah per unit per waktu
S = Supply (jumlah unit yang ditawarkan oleh produsen)
D = Demand (jumlah unit yang diminta oleh konsumen)
Pe = Harga ekuilibrium (harga keseimbangan)
Qe = Jumlah ekuilibrium (jumlah keseimbangan)
Titik Pe. Qe = Titik keseimbangan
20
PROFIL AGRIBISNIS INDONESIAPada tahun 1998, peranan sector agribisnis dalam pembentukan GDP nasional
berada pada urutan Kedua, setelah industry yaitu sebesar 18,84 persen. Peranan
dalam penyerapan tenaga kerja nasional menempati urutan Pertama yaitu 45,0 persen
dari total penyerapan tenaga kerja nasional. Kesenjangan produktifitas tenaga kerja
antara sector pertanian dengan non-pertanian cukup besar yaitu sekitar empat kali
lipat. Sementara tingkat pengangguran di wilayah pedesaan lebih besar dibandingkan
wilayah perkotaan. Ini berarti bahwa sector agribisnis mempunyai arti strategis dan
memiliki peran dominan dalam mengatasi pengangguran nasional dan mengurangi
kesenjangan produktifitas antar sektor. Implikasi dari fakta tersebut adalah
peningkatan pertumbuhan sektor agribisnis akan berdampak langsung yang kuat dan
mampu mengatasi permasalahan struktur ekonomi nasional.
Kemampuan artikulatif dan responsive sektor agribisnis dapat dilihat dari
keterkaitan konsumsinya. Semua subsector dalam lingkup sektor agribisnis termasuk
dalam kategori penyerapan tenaga kerja sedang sampai tinggi. Pangsa pengeluaran
konsumsi rumah tangga pertanian sebesar 48,01 persen lebih tinggi disbanding rumah
tangga non-pertanian kota dan desa yang masing-masing sebesar 42,53 persen dan
30,63 persen. Elastisitas pengeluaran rumah tangga pertanian untuk konsumsi
makanan adalah lebih tinggi disbanding rumah tangga non-pertanian. Ini berarti
bahwa peningkatan pendapatan terhadap pengeluaran konsumsi bagi rumah tangga
pertanian lebih tinggi daripada rumah tangga non-pertanian. Implikasi dari fakta
tersebut adalah bahwa peningkatan pendapatan rumah tangga pertanian sangat
penting dalam membangun keterkaitan konsumsi. Bukti empiris juga menunjukan
bahwa agroindustri skala kecil dan menengah yang bergerak di sektor makanan,
perikanan dan peternakan merupakan sektor komplemen yang dapat dikembangkan
untuk mengartikulasikan sektor pertanian. Sektor agroindustri merupakan pilar
strategis pembangunan sektor pertanian andalan.
21
PERANAN AGRIBISNIS
Peranan sektor agribisnis dalam pembangunan ekonomi nasional dapat diukur
dari pembentukan GDP, penyerapan tenaga kerja, dan penghasil devisa. Di samping
itu peranan juga dapat dilihat dalam pembangunan ekonomi daerah, ketahanan
pangan nasional dan pelestarian lingkungan hidup.
PEMBENTUKAN GDP
Sektor agribisnis merupakan penyumbang nilai tambah (value added) terbesar
dalam perekonomian nasional. Mencermati Tabel In-put-Output Indonesia 1990 dan
1995, sekitar 45 persen dari total nilai tambah yang tercipta dalam perekonomian
nasional tahun 1990 dihasilkan dari sektor agribisnis. Pada tahun 1995 kontribusi
sektor agribisnis dalam nilai tambah meningkat menjadi 47 persen dari total nilai
tambah(tabel 1). Hal ini berarti sektor agribisnis merupakan penyumbang terbesar
dalam pembentukan nilai tambah total (GDP total) dan menunjukan kenaikan dari
tahun ke tahun. Dengan demikian, cara yang paling efektif untuk meningkatkan GDP
nasional adalah melalui pembangunan sektor agribisnis.
Sektor agribisnis merupakan penyumbang terbesar bagi pertumbuhan
ekonomi yang sebelum krisis 1997/1998 mampu tumbuh rata-rata 7,2 persen per
tahun. Dalam agribisnis sudah tersirat perubahan struktur perekonomian dari
pertanian ke industri. Jadi pengembangan agribisnis dalam PJP II sangat sesuai
dengan Trilogi Pembangunan, yaitu pertumbuhan, pemerataan dan stabilitas. Apabila
agribisnis berhasil, maka sebagian pekerjaan besar untuk melaksanakan Trilogi
Pembangunan sudah diselesaikan sebagai bangsa dan negara
PENYERAPAN TENAGA KERJA
Berdasarkan Tabel Input-Output 1990 dan 1995, kontribusi sektor agribisnis
dalam penyerapan tenaga kerja tahun 1990 mencapai sekitar 74 persen dan kemudian
meningkat menjadi 77 persen tahun 1995. Hal ini berarti cara yang paling tepat untuk
meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha di Indonesia adalah melalui
pembangunan agribisnis. Kontraksi perekonomian agregat pada tahun 1998
22
menyebabkan penurunan penyerapan tenaga kerja nasional sebesar 2,13 persen atau
sekitar 6,43 juta orang. Penerapan tenaga kerja sektor pertambangan dan galian turun
sebesar 290,5 ribu orang (-32,4%), sektor industri manufaktur turun sebesar 1,38
orang (-12,36%), sektor bangunan turun sebesar 1,75 juta orang (-41,62%),
perdagangan dan hotel turun 2,27 juta orang (-13,22%), sektor keuangan persewaan
turun sebesar 141,7 juta orang (-13,10%). Namun penyerapan tenaga kerja swktor
pertanian naik 432,5 ribu orang atau sekitar 1,21 persen. Hal ini membuktikan bahwa
sektor agribisnis mampu mengurai beban pengangguran nasional akibat krisis
ekonomi 1997/1998.
Struktur kesempatan kerja pedesaan tahun 1997 secara agregat menunjukan
bahwa peranan sektor pertanian tetap penting dengan promosi 58,78 persen dari
kesempatan kerja pedesaan yang besarnya 57,48 juta orang. Peranan sektor pertanian
di luar Jawa nampak lebih besar dibandingkan dengan di Jawa (66,90% vs 49,35%).
Kegiatan ini di luar sektor pertanian yang umum dilakukan masyarakat umum
pedesaan adalah perdagangan, jasa kemasyarakatan, bangunan, dan jasa
pengangkutan/komunikasi masing-masing dengan proporsi 13,63 persen, 8,27 persen,
4,13 persen, dan 3,31 persen. Keadaan ini menunjukan masih tetap dominan peran
sektor pertanian dalam perekonomian dalam rumah tangga pedesaan, baik di Jawa
maupun di luar Jawa. Kegiatan di luar sektor pertanian yang relatif kecil dan sedang
bertumbuh, tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan keberhasilan atau kinerja
pembangunan pertanian.
PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH
Tujuan pokok otonomi daerah sebagaimana dimagsud dalam UU No. 22
tahun 1999 dan PP. No. 25 tahun 2000 yang diperbaru dengan UU No. 32 tahun 2004
adalah mempercepat perkembangan ekonomi daerah. Cara yang paling efektif dan
efisien untuk membangun ekonomi daerah adalah melalui pendayagunaan berbagai
sumberdaya ekonomi yang tersedia di setiap daerah.
Saat ini sumberdaya ekonomi setiap daerah dan siap didayagunakan untuk
pembangunan ekonomi daerah adalah sumberdaya agribisnis. Sumberdaya agribisnis,
23
seperti sumberdaya alam ( lahan, air, keragaman hayati, agro-klimat), sumberdaya
manusia di bidang agribisnis, teknologi di bidang agribisnis dan lain-lain. Karena itu,
untuk membangun ekonomi daerah pilihan yang paling nasional adalah melalui
percepatan pembangunan agribisnis. Dengan kata lain, pembangunan agribisnis
dijadikan pilar pembangunan ekonomi wilayah.
Pembanguan agribisnis sebagai pembangunan ekonomi di daerah makin
relevan. Mengingat saat ini agribisnis merupakan penyumbang terbesar dalam sektor
ekonomi hampir setiap daerah. Sektor agribisnis adalah penyumbang terbesar dalam
PDRB dan ekspor daerah. Demikian juga dalam penyerapan tenaga kerja, kesempatan
berusaha di setiap daerah, sebagian besar disumbang oleh sektor agribisnis. Karena
itu, melalui percepatan modernisasi agribisnis di setiap daerah akan secara langsung
memodernisasi perekonomian di daerah dan dapat memecahkan sebagian besar
persoalan ekonomi di daerah. Masalahnya sekarang adalah perhatian elit pemerintah
di daerah (legislatif dan eksekutif) dalam pengembangan agribisnis.
KETAHANAN PANGAN NASIONAL
Sejarah perjalanan bangsa Indonesia menunjukan bahwa ketahanan pangan (food
security), sangat erat kaitannya dengan ketahanan sosial (social security), stabilitas
politik dan keamanan atau ketahanan nasional (national security) secara keseluruhan.
Kelemahan dalam mewujudkan ketahanan pangan akan dengan mudah
menggoyahkan ketahanan sosial, ekonomi, politik dan keamanan nasional. Selain itu,
ketahanan pangan dalam arti keterjangkauan pangan juga sangat berkaitan erat
dengan upaya peningkatan mutu sumberdaya manusia Indonesia. Tanpa dukungan
pangan yang bermutu dan cukup, tidak mungkin dihasilkan sumberdaya manusia
yang bermutu. Karena itu membangun sistem ketahanan pangan yang kokoh
merupakan syarat mutlak bagi pembangunan nasional.
Dalam membangun ketahan pangan, penyediaan pangan dapat diperoleh
melaui impor. Namun untuk kondisi Indonesia dimana jumlah penduduknya relatif
besar dan keragaman sosial budaya yang ada, menggantungkan penyediaan bahan
pangan dari pasar internasional beresiko tinggi. Selain memerlukan devisa yang
24
cukup besar, juga berhadapan dengan pasar bahan pangan utama dunia yang tipis
(thin market). Sebab bahan pangan yang diperdagangkan di pasar internasional hanya
sekitar 10-20% dari total produksi dunia. Karena itu, tidak ada pilihan lain bagi
Indonesia kecuali membangun sistem ketahanan pangan yang berakar kokoh pada
keragaman sumberdaya bahan pangan, kelembagaan dan budaya lokal.
Produksi pangan domestik telah menunjang sebagian besar penyediaan
berbagai pangan nasional. Beberapa komoditas pangan pokok seperti beras dan
jagung telah mencukupi kebutuhan masyarakat, sedangkan gula pasir, kedelai, daging
sapi masih mengalami defisit. Untuk komoditas ubikayu bahkan mengalami surplus
yang cukup tinggi. Keseimbangan antara produksi dengan kebutuhan pangan tersebut
dapat dipergunakan untuk mengukur derajat swasembada pangan. Sebagai ilustrasi
rasio produksi dan kebutuhan beras, jagung, kedelai dan ubikayu secara nasional
tahun 1999 adalah 0,99; 0,98; 0,58, dan 1,23.
Pembangunan agribisnis sangat besar peranannya dalam menunjang
terwujudnya sistem ketahanan pangan yang kokoh. Untuk itu perlu membangun
agribisnis yang berbasis pada keragaman sumberdaya hayati di setiap daerah. Selain
itu juga perlu meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pola konsumsi dan
keseimbangan gizi yang mempertimbangkan budaya dan kelembagaan lokal. Dengan
cara itu secara built-in juga terbangun ketahanan pangan yang kokoh.
PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
Dewasa ini, keprihatinan akan kemerosotan mutu lingkungan hidup bukan
lagi sebatas isu lokal atau negara, melainkan sudah menjadi keprihatinan masyarakat
internasional. Kemerosotan mutu lingkungan hidup saat ini telah sampai pada tingkat
yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia di bumi. Karena itu diperlukan
upaya secara internasional, regional dan lokal untuk mengatasi kemerosotan mutu
lingkungan hidup.
Pembangunan agribisnis potensial untuk mencegah dan memperbaiki
kemerosotan mutu lingkungan hidup melalui hal-hal berikut : Pertama, pembangunan
agribisnis akan membuka kesempatan-kesempatan ekonomi yang luas di setiap
25
daerah (ruang). Kesempatan ekonomi tersebut akan menarik penyebaran penduduk
beserta aktifitasnya, sehingga tekanan penduduk pada suatu ruang tertentu dapat
dikurangi. Kedua, pembangunan agribisnis yang pada dasarnya mendayagunakan
keragaman hayati, dapat mempertahankan keanekaragaman hayati. Ketiga,
pembangunan agribisnis yang antara lain mendayagunakan pertumbuhan keragaman
tumbuhan, pada dasarnya merupakan “perkebunan karbon” yang efektif dalam
mengurangi emisi gas karbon atmosfir. Emisi gas karbon di atmosfir salah satu
penyebab pemanasan global.
Keempat, pembangunan agribisnis akan menghasilkan produk-produk yang
bersifat biodegradable yang dapat terurai secara alamiah. Produk agribisnis yang
biodegradable ini akan dapat mengurai penggunaan produk-produk petrokimia yang
non-biodegradable. Dan kelima, pembangunan agribisnis yang bergerak dari factor-
driven ke capital driven dan kemudian kepada innovation-driven dalam menghasilkan
nilai tambah dapat mengurangi tekanan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
Perencanaan pembangunan pertanian telah menguasai strategi penciptaan dan
penerapan berbagai jenis teknologi usaha taniakrab lingkungan. Berbagai jenis
teknologi sistem usahatani akrab lingkungan telah bersedia dan siap untuk diterapkan
dilapangan, yaitu : (a) Sistem usahatani berwawasan konservasi tanah. Sistem ini
meliputi pembuatan teras, pengelolaan bahan organik, tanaman lorong (alley
croping), rehabilitasi lahan melalui penutup tanah dimana komoditas peetanian
sebagai bagian dari subsistem; (b) Sistem pertanian berkelanjutan dengan masukan
rendah (low input sustainable agriculture, LISA), yaitu melalui efisiensi penggunaan
pupuk yang mudah hilang (nitrogen) dan penggunaan pupuk hijau; dan (c) Wanatani
(agroforestry), yaitu melalui pengendalian erosi, melestarikan keaneragaman hayati
dan pengembalian unsur-unsur hara secara berimbang.
Dalam usaha penerapan teknologi usahatani ramah lingkungan perlu
diperhatikan beberapa hal sebagai berikut: (a) Teknologi disesuaikan dengan ciri
lingkungan, sehingga usahatani tidak bersifat eksploratif, destruktif, dan polutif; (b)
Teknologi ditunjukan untuk optimasi produksi, dengan mempertimbangkan
kemampuan daya dukung lahan, dan keseimbangan ekosistem; dan (c) Teknologi dan
26
sistem produksi. Dengan demikian teknologi usahatani akrab lingkungan dapat
diartikan sebagai usaha pertanian dengan penerapan teknologi yang tepat dan sesuai
lingkungan, sehingga diperoleh produksi optimal dan sumberdaya lahan terhindar
dari kerusakan fisik dan biologis, pencemaran residu kimia, dan gas rumah-kaca.
POTENSI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS
Dari sisi penawaran, Indonesia memiliki potensi besar untuk membangun dan
mengembangkan agribisnis. Pertama, Indonesia memiliki lahan luas. Selain lahan
yang sekarang telah diusahakan untuk kegiatan pertanian non kehutanan, di Indonesia
masih tersedia 30,4 juta ha hutan cadangan yang masih mungkin dikelola sebagai
lahan pertanian, 6,3 juta ha lebih rawa-rawa yang belum diusahakan dan 8,1 juta ha
lahan yang sementara belum diusahakan.
Kedua, Indonesia sangat kaya dengan plasma nutfah (sumber-sumber
keanekaragaman genetic), baik yang ada di darat maupun di perairan. Menurut pakar
ilmu hayati, sekitar 80 persen plasma nutfah dunia berada di Indonesia, Brazil dan
Zaire. Kekayaan plasma nutfah Indonesia dapat menghasilkan komoditas dan produk
agribisnis, seperti bahan pangan, farmasi, produk bio-kimia.
Ketiga, Indonesia memiliki laut yang luas skitar 790 juta ha (termasuk Zone
Ekonomi Eksklusif, ZEE). Laut ini menyediakan sumber alam bahari yang sunguh-
sungguh besar. Sumberdaya perikanan berupa sumberdaya perairan seluas 5-7 juta
km2 dan garis pantai 91.000 km, yang terpanjang di dunia. Dari informasi Ditjen
perikanan, di dunia terdapat 17 wilayah penangkapan ikan, 14 diantaranya telah
mengalami tingkat (overfishing). Sedangkan tiga wilayah penangkapan lainnya,
termasuk perairan Indonesia, masih tergolong daerah dengan tingkat penangkapan
rendah (underfishing), sehingga masih terbuka luas untuk pengembangan agribisnis
berbasis perikanan.
Keempat, Indonesia memiliki komoditas perkebunan. Beberapa komoditas
diperkirakan menjadi produsen terbesar di dunia. Indonesia menjadi produsen minyak
kelapa terbesar di dunia sejak tahun 1995. Diperkirakan sebelum 2010 Indonesia
menjadi produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Akan tetapi tahun 2006
27
Indonesia sudah melampaui Malaysia, sehingga tercatat sebagai produsen minyak
sawit mentah (CPO) terbesar di dunia. Pada tahun 2006, produksi CPO Indonesia
mencapai 16 juta ton, dan 12 juta ton antaranya atau 75 persen diekspor dalam bentuk
CPO dan CPO olahan. Sementara, komoditas karet, Indonesia diperkirakan menjadi
produsen terbesar sebelum tahun 2020. Pada komoditas kakao, the dan kopi
Indonesia akan menjadi salah satu produsen terbesar di dunia.
Kelima, pada komoditas peternakan, khususnya ayam ras, Indonesia juga
berpeluang menjadi produsen terbesar di dunia. Terutama dilihat dari kemampuan
daya dukung pakan. Dengan struktur industri hulu yang dimiliki, Indonesia mampu
menghasilkan 1,5 milyar ekor DOC, 5 juta ton pakan dan lebih dari 5 milyar dosin
vaksin hewan.
Keenam, Indonesia dewasa ini memiliki potensi sumberdaya manusia atau
tenaga kerja yang melimpah. Meskipun masih ada masalah dalam penyebarannya.
Kondisi ini dalam praktek dapat disesuaikan dengan tuntutan kegiatan. Seperti pola
PIR perkebunan yang dikaitan dengan transmigrasi dan sebagainya.
Ketujuh, Indonesia memiliki modal sosial, (social capital) dan pengalaman
dalam mengembangkan agribisnis. Tenaga keja tersebar di kawasan pedesaan seluruh
Indonesia mempunyai modal sosial tinggidalam mengembangkan agribisnis. Di
samping itu, Indonesia memiliki banyak lembaga penelitian dan pengembangan
(research and development) yang tersebar di beberapa Departemen dan Perguruan
Tinggi. Hanya saja belum dimanfaatkan dan diorganisisr secara optimal. Sumberdaya
agribisnis tersebut terdiri dari lulusan akademi, S1, S2 dan S3. Selain itu, aparat
pemerintah ( pusat hingga ke daerah ) dan lembaga swasta juga memiliki pengalaman
yang cukup dalam menangai agribisnis. Pengalaman Indonesia dalam membangun
pertanian hingga mampu mencapai swasembada beras dalam PJP I yang lalu,
merupakan pengalaman dan modal tersendiri untuk membangun agribisnis yang
berdaya saing tinggi.
Kedelapan, Indonesia memiliki empat kelebihan alam yang tidak dimiliki oleh
sebagian besar Negara-negara maju. Kelebihan itu diantaranya, panjang dan intensitas
penyinaran, suhu, bebas taifun, dan curah hujan. Jumlah radiasi dalam setahun yang
28
melebihi Negara maju. Sehingga dengan iklim tropisnya Indonesia dimungkinkan
untuk melakukan penanaman secara rotatif tiga sampai empat kali dalam setahun.
Sementara di sebagian Negara maju pada musim dingin praktis pertumbuhan tanaman
terhenti. Suhu di Indonesia tidak terlalu panas ditambah lagi dengan ketinggian
tanahnya yang ideal menjanjikan pertumbuhan optimal bagi tanaman. Indonesia
terletak diluar zone angin taifun (bebas taifun) yang merusak tanaman pangan
sebaimana yang sering dialami oleh Pilipina, Jepang dan Taiwan. Penelitian
menunjukan adanya kelebihan daya tumbuh di daerah-daerah tropis sebaimana halnya
Indonesia. Curah hujan yang cukup dan pertumbuhan plankton-plankton sepanjang
tahun, mampu meningkatkan pertumbuhan hutan dan perikanan sampai empat kali
lipat lebih.
Semua potensi yang disebutkan jelas merupakan modal dasar yang sangat
penting untuk mengembangkan bisnis pada bidang pertanian (agribisnis) secara
besar-besaran, dan ekspor dalam jumlah besar dari komoditas sektor ini merupakan
bisnis yang menjanjikan keuntungan tidak kecil.
Pertanian atau usaha tani sebagai salah satu system agribisnis dan merupakan jantung
agribisnis memiliki potensi besar untuk maju dan berkembang. Itu dapat diwujudkan
bila Pemerintah Indonesia memilii kemauan politik (political will) untuk menggali
potensinya. Bahkan tidak kurang seorang warga Belanda yang telah bertahun-tahun
menggeluti pertanian di Indonesia, Hans Westenberg namanya, mengemukakan
keyakinannya dengan optimism yang agak berlebihan. Katanya “Indonesia dapat
menjadi negara kaya, asalkan Indonesia menangani pertaniannya secara besar-
besaran, bersungguh-sungguh dan terencana dengan baik”. Apabila kita simak
bersama tentunya keyakinan Hans Westenberg didukung oleh kenyataan berupa
kekayaan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Indonesia. Bila pertanian maju dan
modern, maka subsitem-subsistem lain nya dalam system agribisnis akan
mengikutinya. Sebaliknya bila pertanian mundur, maka subsistem-subsistem lain
praktis tidak memiliki aktivitas.
29
PROSPEK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS
Ditinjau dari sisi permintaan, pengembangan bisnis di Indonesia sangat cerah.
Hal ini didasarkan atas beberapa kondisi objektif. Pertama, permintaan pasar
domestik. Sampai saat ini konsumsi produk pangan agribisnis per kapita di Indonesia
masih tergolong rendah di dunia sayuran, buah-buahan, daging, susu, telur dan lain-
lain, terkecuali konsumsi beras tertinggi di dunia. Rendahnya konsumsi produk
pangan ini disebabkan oleh relatif rendahnya pendapatan per kapita penduduk. Di
masa yang akan dating, jika dalam membangun ekonomi berhasil meningkatan
pendapatan per kapita penduduk Indonesia, maka jelas akan meningkatkan konsumsi-
konsumsi produk-produk agribisnis. Apalagi produk-produk agribisnis umumnya
permintaanya bersifat elastis terhadap perubahan pendapatan (income elastic of
demand), maka peningkatan pendapatan akan diikuti oleh peningkatan permintaan.
Dengan perkiraan penduduk Indonesia berjumlah sekitar 261 juta jiwa tahun 2020,
sekitar 273 juta jiwa tahun 2025, dan sekitar 424 juta jiwa tahun2030 (dalam kompas,
sabtu 4 Oktober 2008, hal 21), maka pasar produk domestik merupakan pasar produk
agribisnis yang sangat besar.
Kedua, permintaan pasar internasional. Permintaan produk-produk
agribisnis di pasar internasional masih sangat besar. Di masa depan ada dua fenomena
meningkatnya peluang pasar produk agribisnis di pasar internasional yaitu,
liberalisasi pedagangan dunia dan meningkatnya industrialisasi yang tidak berbasis
pertanian (non agrobased industry) di negara-negara yang sempit wilayahnya.
Liberalisasi perdagangan dunia akan menghapus dan meminimumkan kebijakan
proteksi seperti tariff, subsidi, dan berbagai hambatan perdagangan non tariff produk-
produk agribisnis. Minimumnya proteksi perdagangan produk-produk agribisnis akan
menurunkan produksi dan daya saing agribisnis di negara-negara importir yang
sangat protektif selama ini, seperti umumnya negara-negara MEE, Asia Timur, Asia
Selatan, Afrika dan Timur Tengah. Akhirnya akan meningkatkan produk-produk
agribisnis dari Indonesia. Ditambah lagi dengan meningkatnya pendapatan
masyarakat dunia, maka permintaan produk-produk agribisnis akan semakin
meningkat, sehingga prospek pengembangan agribisnis semakin cerah.
30
Tantangan Pengembangan Agribisnis
Tantangan adalah kemampuan memenuhi tuntutan yang bersifat eksternal.
Pengembangan sektor agribisnis di masa depan, khususnya selama pembangunan
jangka panjang (PJP) II, bahkan sampai PJP III akan menghadapi sejumlah tantangan
besar yang bersumber dari perubahan lingkungan strategis, yaitu: (1) Perubahan
lingkungan domestic, menyangkut perubahan ekonomi dan non ekonomi, dan (2)
Perubahan lingkungan ekonomi internasional, yakni: (a) tuntutan pasar terhadap
persyaratan mutu, dan Indonesia lebih dikenal sebagai pengekspor produk pertanian
primer, sehingga sulit mengembangkan merek nasional produk agroindustri di luar
negeri. (b) Munculnya negara-negara pesaing kuat penghasil produk agroindustri,
seperti RRC, Thailand, Vietnam, dan Kamboja. (c) Berkembangnya tuntutan pasar
dunia terhadap terhadap produk-produk agribisnis yang akrab lingkungan.
Perubahan lingkungan domestic menyangkut keberhasilan pembangunan
ekonomi domestik akan menyebabkan peningkatan pendapatan per kapita penduduk
dan mengubah perilaku penduduk atau konsumen produk agribisnis. Resultante
Kedua, perubahan ini akan mendorong penduduk meningkatkan konsumsinya
terhadap produk-produk agribisnis. Selain itu juga meningkatnya selera konsumen
terhadap produk-produk agribisnis yang beranekaragam (diversifikatif). Artinya,
konsumen tidak puas dengan produk-produk Agribisnis tradisional dan mentah, tetapi
menginginkan hasil olahan yang beranekaragam. Kondisi ini harus diantisipasi terus
menerus oleh pengusaha-pengusaha agribisnis untuk mencari inovasi dan terobosan
teknologi pengolahan sebagai sebuah tantangan di masa depan.
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia akan terjadi beberapa
perubahan penting. Sebelumnya peran pemerintah dalam pembangunan agribisnis
sangat dominan. Sementara saan ini perubahan menjadi fasilitator, stimulator, atau
promoter pembangunan agribisnis. Pembangunan agribisnis pada era otonomi daerah
akan lebih mengandalkan kreativitas rakyat di setiap daerah. Selain itu, pada masa
sebelumnya peranan pemerintah pusat lebih dominan dibandingkan dengan peranan
pemerintah daerah, tetapi adanya otonomi daerah akan memperbesar peranan
pemerintah daerah. Pemerintah pusat akan menengai aspek-aspek pembangunan
31
agribisnis yang tidak efektif atau efisien ditangani pemerintah daerah. Pemerintah
pusat juga menengani aspek-aspek pembangunan agribisnis yang menyangkut
kepentingan beberapa daerah dan nasional. Selain itu tuntutan zaman juga
menghendaki pergeseran masyarakat yang lebih dominan daripada pemerintah.
Perubahan tersebut membawa implikasi penting bagi pengelolaan
pembangunan agribisnis, yaitu, Pertama, pembangunan agribisnis akan ditentukan
oleh pelaku ekonomi. Pelaku ekonomi tersebut adalah usaha-usaha agribisnis mulai
dari usahatani keluarga (petani), usaha kecil-menengah, koperasi dan usaha besar.
Karena itu pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu memfasilitasi
berkembangnya usaha-usaha agribisnis, khususnya usaha tani keluarga, usaha kecil-
menengah, dan koperasi. Kedua, pemerintah pusat harus lebih memberdayakan
pemerintah daerah dalam pengelolaan pembangunan agribisnis. Ketiga, kemampuan
pemerintah dalam mengorkestra seluruh potensi pembangunan agribisnis perlu lebih
ditingkatkan, sehingga sinkronisasi program baik jenis dan spatial maupun waktu
dapat diwujudkan guna menumbuh-kembangkan kreativitas pelaku agribisnis.
Sampai saai ini kelompok terbesar rakyat adalah para petani yang selama ini
kurang memiliki kemampuan ekonomi, maka pembangunan agribisnis ke depan harus
memfokuskan upaya pemberdayaan petani dan organisasi ekonominya. Sementara
itu, skala usaha tani yang dikuasai para petani umumnya relative kecil, maka untuk
eningkatkan pendapatan petani tidak mungkin lagi dengan mengandalkan lahan yang
begitu sempit. Karena itu, bila memungkinkan redistribusi lahan dan mencegah
fragmentasi lahan perlu diupayakan. Alternative lain adalah, sumber peningkatan
pendapatan petani perlu dialihkan dari perluasan lahan kepada produktifitas, baik dari
penggunaan brang-barang modal (capital-driven) maupun dari inovasi teknologi
(innovation driven). Selain iyu, organisasi petani perlu ditumbuhkembangkan untuk
ikut menangani industry hulu dan hilir agribisnis, sehingga nilai tambah yang ada
pada industry hulu dan hilir agribisnis dapat dinikmati oleh para petani yang secara
individu menguasai usahatani. Pengembangan agribisnis ekonomi petani yang
demikian juga dapat memperkuat bargaining power petani baik di pasar input
usahatani maupun pada pasar hasil agribisnis.
32
Liberalisai perdagangan dunia yang sedang dan akan berlangsung merupakan
tantangan yang dihadapi pembangunan agribisnis kedepan. Komitmen-komitmen
dalam WHO/GATT untuk menurunkan bentuk-bentuk proteksi, baik tarif maupun
non-tarif perdagangan hasil-hasil agribisnis mengandung kesempatan sekaligus
tantangan. Bagi negara yang mampu meningkatkan daya saingnya, berkesempatan
untuk memperbesar pangsa pasarnya, baik di pasar internasional maupun pasar
domestik. sebaliknya negara-negara yang tidak mampu meningkatkan daya saingnya
akan terdesak oleh para pesaingnya. Untuk mengatasi liberalisasi perdagangan
tersebut bagi Indonesia tidak ada pilihan kecuali mempercepat peningkatan daya
saing.
Hal-hal tersebut merupakan tantangan pembangunan agribisnis dalam
menghadapi perubahan pasar yang mendasar dan cepat. Pengelolaan pembangunan
agribisnis harus mampu membangun kelengkapan dan keutuhan suatu product-line
sertamenjadikan sumber daya manusia terampil, barang-barang modal dan inovasi
teknologi sebagai sumber peningkatan produktivitas, nilai tambah dan sekaligus
menjadi kekuatan dalam merespon perubahan pasar. Jadi, untuk menghadapi
tantangan besar yang dihadapi saat ini dan di masa depan adalah meningkatkan daya
saing dan keunggulan kompetitif agribisnis Indonesia, baik di pasar domestic maupun
di pasar internasional.
MENINGKATKAN DAYA SAING
Pengertian daya saing dapat diterjemahkan dari sisi permintaan (demand side)
dan dari sisi penawaran (supply side). Dari sisi permintaan, kemampuan bersaing
mengandung arti bahwa produk agribisnis yang dijual haruslah produk yang sesuai
atribut yang dituntut konsumen atau produk yang dipersepsikan bernilai tinggi oleh
konsumen (consumer’s value perception). Terkait hal itu, saat ini telah terjadi
sejumlah perubahan nilai pada konsumen yang telah mempengaruhi perilaku dalam
membeli dalam membeli suatu produk agribisnis. Perubahan yang dimagsud adalah
sebagai berikut. Pertama, meningkatnya kesadaran konsumen akan pentingnya kaitan
kesehatan dan kebugaran dengan konsumsi makanan. Kesadaran ini telah
33
meningkatkan tuntutan konsumen akan kandungan nutrisi dari produk-produk yang
sehat (healty), aman (safety), dan menunjang kebugaran (fitness). Kedua, perubahan
gaya hidup (life style) masyarakat telah merubah pola dan gaya konsumsi produk-
produk agribisnis yang bukan sekadar berdimensi fisiologis, tetapi juga meluas pada
dimensi psikologis dan kenikmatan (ameneties). Perubahan ini menyebabkan
meningkatnya tuntutan keragaman produk dan keragaman kepuasan. Ketiga,
meningkatnya kesadaran masyarakat internasional akan kaitan antara kelestarian
lingkungan hidup dan kesejahtraan manusia di planet bumi, telah mendorong
masuknya aspek kelestarian lingkungan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Suatu produk agribisnis yang dalam proses produksinya atau konsumsinya
menimbulkan kemerosotan mutu lingkungan hidup ( air, tanah, udara) dan dinilai
sebagai produk yang inferior. Sebaliknya, produk yang proses produksinya atau
konsumsinya dapat dapat memperbaiki lingkungan hidup akan dinilai sebagai produk
superior, dan Keempat, meningkatnya kesadaran masyarakat internasional akan hak-
hak asasi manusia (HAM) sebagai salah satu nilai bersama (global value) yang turut
dipertimbangkan dalam keputusan ekonomi. Produk-produk agribisnis yang secara
langsung atau tidak langsung melanggar HAM dalam proses produksinya akan
mengalami pemboikotan di pasar internasional.
Keempat perubahan tersebut telah merubah perilaku konsumen dalam
mengevaluasi suatu produk yang akan dibeli. Di masa lalu konsumen hanya
mengevaluasi suatu produk berdasarkan atribut utama yakni jenis dan harga. Kini dan
terlebih-lebih dimasa yang akan datang, konsumen sudah menuntut atribut yang lebih
rinci. Atribut rinci yang dimagsud adalah (1) atribut keamanan produk (safety
attributes); (2) atribut nutrisi (nutritional attributes); (3) atribut nilai (value
attributes); (4) atribut pengepakan (package attributes); (5) atribut lingkungan
(ecolabel attributes); dan (6) atribut kemanusiaan (humanistic attributes). Atribut-
atribut tersebut telah melembaga baik secara internasional, misalnya sanitary and
phytosanitary pada WTO, maupun secara individual negara yang menjadi standar
mutu produk agribisnis setiap negara.
34
Sementara, dari sisi penawaran, kemampuan bersaing berkaitan dengan
kemampuan merespons ini menyangkut dua hal pokok. Pertama, integrasi vertical
mulai dari hulu sampai ke hilir dari suatu system agribisnis komoditas pada suatu alir
produk (product-line). Atribut suatu produk akhir agribisnis merupakan hasil
kumulatif dari semua subsistem agribisnis dari hulu sampai ke hilir. Karena itu
pengelolaan secara integrasi vertikal suatu sistem agribisnis yang menjamin transmisi
informasi pasar secara sempurna dan cepat dari hilir ke hulu, meminimumkan margin
ganda. Sekaligus menjaga konsistensi mutu produk dari hulu ke hilir akan
menentukan ketepatan dan kecepatan merespon perubahan pasar. Kedua, sumber
kekuatan sistem dan usaha agribisnis dalam merespon perubahan pasar. Untuk
merespon atribut atribut produk yang dituntut konsumen, sistem agribisnis tidak
dapat hanya mengandalkan kekuatan alam dan sumber daya manusia tak terdidik (
factor driven). Perubahan - perubahan pasar hanya dapat direspon dengan kekuatan
barang barang modal dan sumber daya manusia yang lebih terdidik (Capital driven)
dan mengandalkan ilmu pengetahuan teknologi dan sumber daya manusia terampil
(innovation driven).
Daya saing produk produk agribisnis Indonesia dapat dikatakan masih relatif
sama, baik di pasar domestik maupun di pasar internasional. Hal ini nampaknya
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: (1) belum adanya dukungan pihak
perbankan terhadap pengembangan agribisnis-agroindustri, baik dari aspek
permodalan maupun suku bunga. (2) Isu perdagangan internasional terhadap produk
produk agroindustri tropik kurang menguntungkan, sehingga banyak negara pembeli
memberlakukan non tariff barier dan tariff escalation bagi produk agroindustri. (3)
terbatasnya diversifikasi produk produk agroindustri, sehingga kurang mampu
memenuhi pasar terutama pasar ekspor. (4) kualitas beberapa produk agroindustri
masih belum mampu menyesuaikan dengan kualitas internasional, Sehingga banyak
klaim dilakukan oleh pihak pembeli terutama berkenaan dengan kasus kontaminasi
fisika kimia dan mikrobiologi.
Dalam usaha meraih keunggulan kompetitif bagi suatu produk agribisnis,
maka harus dipenuhi dua syarat yaitu,syarat keharusan (necessary condition) dan
35
syarat kecukupan (sufficient condition). Kemampuan memasok barang sesuai dengan
kualitas yang dituntut konsumen merupakan syarat keharusan (necessary condition).
Sedangkan kemampuan memasok barang dengan harga lebih murah merupakan
syarat kecukupan (sufficient condition). Artinya, suatu produk agribisnis akan mampu
bersaing atau memiliki keunggulan kompetitif, jika memenuhi kedua, syarat ini,
yakni kualitas yang dituntut konsumen dan dengan harga yang lebih murah dari harga
pesaing. Inilah kunci keberhasilan persaingan produk agribisnis di pasar domestik
dan internasional.
Sebagai negara agraris, pelaku pelaku agribisnis harus berprinsip dapat
menjual komoditas agribisnis di negara kita sendiri guna mencukupi kebutuhan
masyarakat. Dengan menerapkan prinsip ini, kita akan dapat saling menghidupi,
impor komoditas agribisnis secara berlebihan akan mematikan usaha masyarakat
Indonesia, membuang devisa dan justru hanya menghidupi petani produsen negara
lain. Namun petani kita juga harus dapat bersaing secara terbuka dengan petani
negara lain. Hal hal yang harus dilakukan agar komoditas agribisnis Indonesia
mampu bersaing dengan komoditas agribisnis negara lain, misalnya thailand antara
lain: (1) komoditas agribisnis Indonesia harus dapat memenuhi standar mutu yang
telah ditetapkan dalam perdagangan internasional, sesuai rumusan Codex
elementarius. (2) komoditas agribisnis untuk dijual di supermarket harus memenuhi
persyaratan mutu yang ditetapkan oleh manajemen supermarket yang bersangkutan.
(3) pengusaha supermarket, baik modal nasional maupun PMA, harus bersedia
bermitra dan memberikan bimbingan kepada petani produsen, karena saling
ketergantungan dan saling menguntungkan. (4) pengusaha supermarket harus
mengutamakan untuk membeli komoditas agribisnis dalam negeri. (5). Petani
produsen sebagai pelaku On-farm agribisnis harus membentuk kelompok usaha dan
secara sukarela berusaha mengadopsi teknologi maju serta menerapkan manajemen
modern dalam menghasilkan komoditas. (6) bimbingan dalam perencanaan
komoditas, perwilayahan komoditas dan perbaikan mutu komoditas perlu dilakukan
lebih intensif oleh pemerintah. (7) pemerintah perlu memberikan fasilitas kredit usaha
36
dengan bunga lunak pada para pelaku agribisnis yang sudah mampu membangun
kelembagaan agribisnis.
Bagi bangsa Indonesia, pelita VII merupakan pelita terakhir sebelum
memasuki era perdagangan bebas. Oleh karena itu, momentum Pelita VII perlu
dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk membenahi sektor agribisnis nasional agar
siap menjawab tantangan zaman. Pembenahan sektor agribisnis yang dimaksud
adalah membenahi kelemahan kelemahan sektor agribisnis nasional saat ini,
mengakomodir tantangan yang dihadapi dan mengintegrasikan sektor agribisnis
nasional dengan pasar internasional.
KENDALA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS
Dalam pengembangan agribisnis di Indonesia, umumnya dijumpai dua
kendala besar seperti pernah diidentifikasi oleh departemen pertanian tahun 2004.
Kedua, kendala itu yakni, kendala substansi dan kendala organisasi atau
kelembagaan. Kendala substansi terdiri dari (a) tersebarnya hamparan lahan
usahatani, sehingga penyebaran informasi sulit dilakukan; (b) kurang beragamnya
komoditas ekspor dan pasar ekspor; (c) kurangnya kegiatan dan pengetahuan untuk
menyiasati pasar (market intelligence); (d) kurangnya upaya promosi pasar di luar
negeri; (e) kurang memadainya dukungan pemerintah untuk merangsang dan
mempermudah akses pasar; (f) kurangnya upaya untuk mengembangkan standar mutu
hasil pertanian, baik yang menyangkut bahan mentah, maupun hasil olahannya; (g)
kelangkaan kualitas sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan memadai
dalam manajemen agribisnis, teknologi pengolahan, serta pengetahuan manajemen
mutu.
Kendala organisasi atau kelembagaan meliputi : (a) belum berkembangnya
lembaga pemasaran domestik maupun ekspor; (b) informasi pasar kepada petani
secara asimetri akibat belum berfungsi nya lembaga - lembaga pemasaran ; (c) upaya
koordinasi intensif dalam membangun sistem informasi terpadu belum banyak
dilakukan; (d) iklim persaingan belum berkembang secara baik ; (e) lemahnya
37
manajemen pemasaran terutama di daerah pedesaan ; (f) kurangnya asosiasi asosiasi
untuk setiap jenis komoditas.
Suatu kasus menarik yakni masalah standar mutu dan higiene ini merupakan
kendala ekspor produk agribisnis olahan Indonesia. Hambatan lain, yaitu hambatan
tarif termasuk kuota dan discriminatory treatment. Sebagai contoh, ditolaknya ekspor
ikan kerapu Indonesia di Hongkong Januari 1998 benar- benar menyedihkan. Kasus
itu terjadi pada saat komoditas pertanian/perikanan digenjot untuk menghasilkan
devisa. Selain merugikan milyaran rupiah bagi eksportir, dalam jangka panjang kasus
ini akan menghambat pengembangan agribisnis atau agroindustri, sebab perdagangan
komoditas pertanian menyangkut longterm trust.
Ingat kasus ekspor udang ke Jepang yang dituduh mengandung bakteri
penyakit salmonella. Di Jepang pernah ada pula apel Selandia Baru ada ulahnya.
Mereka mengambil contoh apel itu dibelah dan ulatnya ditunjukkan di televisi.
Dampaknya sangat berlarut-larut dan perlu waktu tahunan untuk pulih kembali ke
konsumen Jepang. Dulu coklat bubuk sering kena jamur dan selalu ditolak di AS.
sekarang 25 tahun kemudian kasus - kasus ini masih tetap ada karena Insekta -
Insekta yang masuk kesana. Ini bisa saja masuk mulai dari gudang atau sanitasi kapal.
Namun, masyarakat AS takut sekali, sehingga negara Adidaya ini sering menerapkan
black list atau automatic detention list. Demikian pula di akhir tahun 1999, ekspor
minyak sawit ke Belanda yang dicampur solar, yang berakibat pada penolakan ekspor
minyak sawit berikutnya oleh Belanda dan MEE. Karena itu, quality control dan
ecolabelling harus mendapat perhatian sungguh sungguh dari para pelaku agribisnis,
terutama kalau produk - produk agribisnis ditujukan untuk ekspor.
Jika sudah ada komitmen untuk membangun sektor agribisnis, maka secara
perlahan - lahan tetapi pasti, kendala - kendala tersebut harus diatasi. Caranya melalui
koordinasi dan koperasi antara tri Mitra agribisnis, yaitu para petani, pengusaha, dan
pemerintah setempat.
38
SUB SEKTOR PERKEBUNAN DI PROVINSIBALI
Perkebunan di Bali mempunyai potensi sekaligus komoditas hasil tanaman
pangan yang baik. Hal ini dikarenakan kesuburan tanah di Bali yang baik. Semua itu
jika ditambah dengan modal dan peralatan perkebunan yang modern, tentunya akan
dapat meningkatkan hasil perkebunan di Bali. Sebagian besar perkebunan di Bali
merupakan perkebunan rakyat.
Perkembangan perkebunan di Bali dewasa ini meningkat dan harga-harga
hasil perkebunan di pasar pun stabil. Harga kopi di tingkat petani di Tabanan,
Buleleng, Jembrana, dan Gianyar cukup menggairahkan dan stablik mencapai
32.500/kg untuk jenis arabika dan 24.600/kg jenis robusta. Perkebunan di daerah Bali
tergabung dalam organisasi tradisional yakni subak abian sehingga para pekebun bisa
diberikan penyuluh proses produksi secara baik dalam pemupukan, pemberantasan
penyakit dan soal petik buah.
Adanya subak abian merupakan sarana penunjang maju nya perkebunan di
Bali. Subak abian adalah organisasi petani lahan kering sebagai mitra Dinas
Perkebunan Provinsi Bali dalam meningkatkan kesejahteraan petani. Oleh sebab itu
keberadaan organisasi petani kebun ini hingga saat ini tercatat sebanyak 1.127 subak
abian yang tersebar diseluruh kabupten. Adapun komoditas unggul hasil perkebunan
di Bali sebagai berikut :
Kopi merupakan salah satu produk perkebunan yang menjadi ikon. Produksi
kopi Bali rata-rata 17,5 ribu ton per-tahun.
Mete adalah salah satu komoitas unggulan di Bali. Volume produksi jambu
mete di Bali tahun 2013 mencapai 3.735 ton.
Cengkeh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang tinggi nilai
ekonominya. Di Bali area penyebaran lahan penanaman cengkeh berada di
beberapa kabupaten seperti Buleleng, Jembrana , dan Tabanan.
39
Kakao merupakan hasil perkebunan yang daya saing nya sudah meningkat,
hasil produksi kakao di Bali mencapai 3.000 ton.
Vanili merupakan jenis komoditi yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi
dan cukup menjanjikan yang membuat dinas perkebunan provinsi Bali lebih
mengintensifkan pengembangan vanili.
Salak gula pasir , salak bali memiliki keunggulan di bandingkan salak lainnya,
yang paling popular ialah salah gula pasir yang telah ditetapkan sebagai
varietas unggul oleh Menteri Pertanian pada Juli 1994.
Bali merupakan daerah yang sangat terkenal di dunia baik karena pariwisata
maupun hasil perkebunannya. Upaya peningkatan dan penganekaragaman usaha
perkebunan terus ditingkatkan secara intensif dan terencana, baik yang secara
tradisional maupun modern merupakan potensi kuat yang dapat dikembangkan
sebagai daya tarik yang dapat dinikmati oleh wisatawan nusantara maupun
mancanegara.
Suatu kawasan perkebunan yang ideal untuk dapat dimanfaatkan sebagai
objek dan daya tarik agrowisata adalah kawasan perkebunan yang kegiatannya
merupakan kesatuan yang utuh mulai dari pembibitan sampai dengan pengolahan
hasilnya. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa setiap kegiatan dan proses
pengusahaan perkebunan dapat dijadikan daya tarik atau atraksi yang menarik bagi
wisatawan mulai dari pembibitan, penanaman, pengolahan ataupun pengepakan hasil
produksinya.
Perkebunan sebagai objek agrowisata terdiri dari perkebunan kopi, kelapa
sawit, karet, teh kopi, kakao, tebu, dan lain-lain. Pada dasarnya luas suatu perkebunan
ada batasnya, namun perkebunan yang dijadikan sebagai objek agrowisata luasnya
tidak dibatasi, dengan kata lain luasnya sesuai izin atau persyaratan objek agrowisata
yang diberikan. Untuk menunjukkan kepada wisatawan suatu perkebunan yang baik
dan benar, semestinya dalam objek dilengkapi dengan unit pengolahan, laboratorium,
pengepakan hasil, sarana dan prasarana.
40
Dua diantara komoditi hasil perkebunan Bali yakni kopi dan vanili berhasil
menembus pasaran ekspor dengan mengumpulkan devisa sebesar US$509.888
selama caturwulan I-2011, meningkat 20,60% dibanding tahun sebelumnya.
"Pada caturwulan I-2010 kedua komoditi hasil perkebunan Bali itu hanya
mampu menyumbangkan devisa sebesar US$422.783," kata Kepala Biro Humas dan
Protokol Pemprov Bali I Ketut Teneng di Denpasar, Selasa (7/6). Ia mengatakan,
kontribusi hasil perkebunan terhadap perolehan ekspor Bali secara keseluruhan masih
relatif kecil, hanya 0,30% dari total ekspor Bali sebesar US$168,13 juta.
Bali mengapalkan matadagangan kopi sebanyak 3,265 ton senilai US$5.0929
selama empat bulan I-2011, menurun 8,02% dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya 6,494 ton seharga 55.369 ton. Sedangkan mata dagangan vanili 30,8 ton
senilai US$458.959, meningkat 24,92% dari periode yang sama tahun sebelumnya
tercatat 23,292 ton seharga US$367,413. Kopi dalam bentuk biji beras maupun
setelah diolah berhasil menembus pasaran Jepang, Perancis dan beberapa negara di
kawasan Eropa.
Bali setiap tahunnya mampu menghasilkan kopi sebanyak 13.800 ton.
Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Perkebunan setempat memprogramkan
pengembangan tanaman kopi seluas 1.020 hektar dalam tahun 2011, dengan
dukungan dana dari pemerintah pusat dan APBD Bali. Pengembangan tanaman
perkebunan bernilai ekonomis tinggi itu menjangkau lima kabupaten dari delapan
kabupaten dan satu kota di daerah ini. Pengembangan tanaman kopi tersebut
memprioritaskan daerah resapan dengan harapan mampu memberikan fungsi ganda,
selain nilai ekonomis juga berfungsi hidrologis, mengatur tata air dalam tanah serta
mencegah terjadinya banjir dan tanah longsor.
Tanaman kopi yang berfungsi sebagai penguatan daerah resapan hingga kini
mencapai 2.124 hektare dari tanaman kopi seluruhnya 30.029 hektare terdiri atas kopi
arabika 8.197 hektare dan kopi robusta 23.832 hektare. Pengembangan tanaman kopi
untuk penguatan daerah resapan juga dipadukan dengan tanaman kayu yang cepat
besar untuk kepentingan bahan bangunan, sekaligus berfungsi hidrologis.
41
Hamparan areal pertanaman yang luas seperti pada areal perkebunan, dan
hortikultura disamping menyajikan pemandangan dan udara yang segar, juga
merupakan media pendidikan bagi masyarakat dalam dimensi yang sangat luas, mulai
dari pendidikan tentang kegiatan usaha dibidang masing-masing sampai kepada
pendidikan tentang keharmonisan dan kelestarian alam.
Menurut perspektif pariwisata, objek agrowisata tidak hanya terbatas kepada
objek dengan skala hamparan yang luas seperti yang dimiliki oleh areal perkebunan,
tetapi juga skala kecil yang karena keunikannya dapat menjadi objek wisata yang
menarik. Salah satu contohnya, cara-cara bertanam tebu, acara panen tebu,
pembuatan gula pasir tebu, serta cara cara penciptaan varietas baru tebu merupakan
salah satu contoh objek yang kaya dengan muatan pendidikan. Selain terkenal dengan
tempt wisatanya, Bali juga memiliki potensi daya tarik di bidang perkebunan. Hal ini
terbukti dimana banyak komoditas unggulan perkebunan Bali berhasil untuk tembus
ekspor ke luar negri.
Jambu Mete
Sejak 1976 dari generasi ke generasi telah diwariskan oleh orang tua Bali,
yaitu Jambu Mete yang sudah dikenal, terutama masyarakat di Karangasem, Desa
Ban Bali. Sampai saat ini komoditas ini telah menggangkat mayarakat miskin di desa
Ban ini.
Desa Ban, Karang Asem, Bali menjadi salah satu sentra produksi mete
terbesar dari pulau Bali dari 9,683 hektare luas kebun jambu mete di Karangasem,
dan 7.403 hektar berada di Kecamatan Kubu termasuk Desa Ban. Masyarakat daerah
ini sanggat tergantung pada produksi komoditas ini, untuk penghidupan sehari hari.
Para petani sangat menggantungkan harga mete kepada pengepul, harga mete
yang di jual per gelondong sering berubah, kadang harganya Rp9000 per kilogram,
kadang juga pernah sampai Rp5000 per kilogram.
Petani mete di desa Ban, Karangasem dan desa penghasil mete lainnya
memiliki tempat untuk menjual hasil panen jambu metenya dengan harga stabil. East
Bali Cashew (EBC) salah satu perusahaan pengelolahan mete yang didirikan Aaron
42
Fishman, membeli dan menampung hasil panen mete dari petani di desa Ban dan
sekitarnya.EBC berdiri tidak sekedar berinvestasi untuk membangun bisnis di desa
Ban, namun berupaya memajukan kesejahteraan desa dengan juga memberikan
peluang kerja di perusahaan ini.
Mete adalah salah satu komoditas unggulan Bali, selain komoditas andalan
lainnya seperti Kelapa, Kopi arabika, Kopi robusta dan Kakao. Volume produksi
Jambu Mete di Bali pada tahun 2013 mencapai 3.735 ton.
Tanaman jambu mete merupakan komoditi ekspor yang banyak manfaatnya,
mulai dari akar, batang, daun dan buahnya. Selain itu juga biji mete (kacang mete)
dapat digoreng untuk makanan bergizi tinggi. Hal ini menjadi sumber mata dagangan
Jambu Mete hasil produksi perkebunan yang berhasil menembus pasaran negara
negara Eropa, yang volumenya setiap tahun meningkat rata-rata 15 persen.
Jambu Mete hasil petani Karangasem memiliki khas yang berbeda dengan
yang lain, antara lain memiliki tekstur yang gurih dan renyah saat dimakan bahkan
rasanya seperti susu. Karena itu Pemerintah Provinsi Bali mematenkan produk
produk mereka supaya memperoleh sertifikat. Hal tersebut sudah sudah di daftarkan
di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan dan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia.Usaha pengolahan mete yang tumbuh di desa Ban, Karangasem, Bali
mampu memberikan pekerjaan kepada masyarakat sekitar pabrik, tidak itu saja
mampu mensejahterakan petani setempat.
Untuk itu diharapkan, peran serta dan dukungan pemerintah, pelaku usaha
serta swadaya petani mengembangkan tanaman jambu mete dengan memanfaatkan
areal potensi tersebut lebih banyak, khususnya pengembangan mete organik.
Hal tersebut dapat mendorong masyarakat Karangasem, Desa Ban dapat lebih
maju lagi, dan kesejahteraan masyarakat yang 12000 jiwa masih terbelenggu
permasalahan sosial, terutama kemiskinan. Sehingga dengan demikian dapat
mengangkat daerah tersebut menjadi desa yang maju perekonomiannya.
Cengkeh
Cengkeh merupakan komoditas yang menguntungkan, oleh karenanya banyak
petani yang berminat membudidayakanya. Di Bali area penyebaran lahan penanaman
43
cengkeh berada di beberapa Kabupaten, yaitu Buleleng, Jembrana dan Tabanan.
Kecenderungan untuk lahan cengkeh meningkat tiap tahunnya. Berdasarkan data
Statistik Perkebunan Indonesia terlihat sebaran terluas berada di Kabupaten Buleleng
yakni 2.114 hektar di tahun 2008 menjadi 6.790 hektar 2010.
Cengkeh merupakan salah satu komoditas pertanian yang tinggi nilai
ekonominya. Baik sebagai rempah-rempah, bahan campuran rokok kretek atau bahan
dalam pembuatan minyak atsiri, namun bila faktor penanaman dan pemeliharaan
lainnya tidak diperhatikan maka produksi dan kualitasnya akan menjadi rendah.
Pemanfaatan bahan organik atau kompos merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas dan produksi tanaman. Upaya ini sekaligus untuk menghemat
penggunaan pupuk anorganik karena selain harganya cenderung mahal, penggunaan
pupuk anorganik yang berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan
Kajian mengenai pemanfaatan pupuk organik terhadap tanaman cengkeh di
Bali belum banyak dilakukan. Memperhatikan hal tersebut Peneliti BPTP Bali I
Wayan Sunanjaya lakukan kajian untuk melihat respon dosis pupuk organik pada
tanaman cengkeh muda yang kurang lebih berumur satu tahun. Tanaman cengkeh
yang diperlakukan tergolong masih muda (umur 1-2 tahun), masing-masing 10
pohon setiap perlakuan.
Pemupukan pada tanaman muda diberikan pupuk kompos dalam 2
dosis/takaran yaitu 5 dan 10 kg kompos/pohon, diberikan 2 kali se tahun. Pemberian
bio urine dibagi 2 perlakuan yaitu 2 liter dan 4 liter, diberikan setiap bulan. Jumlah
tanaman yang digunakan 5x10 pohon = 50 pohon. Parameter yang diamati antara lain
pertambahan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang per tanaman
Pengkajian yang dilakukan Wayan Sunanjaya menunjukkan hasil yang
signifikan, yaitu pemberian pupuk kompos dan bio urine berpengaruh nyata terhadap
pertambahan tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah cabang tanaman cengkeh.
Perlakuan 10 kg kompos ditambah 2 atau 4 liter bio urine memberikan pertambahan
ukuran terbaik dibanding perlakuan lainnya.
44
Kopi
Total nilai ekspor kopi 109,19 persen dibanding periode sama setahun lalu
(2016). Total volumenya 22,2 ribu ton dengan nilai 183,8 ribu dolar AS. Keadaan ini
berbalik dengan dua komoditas lain perkebunan, kakao dan vanili. Nilai ekspor kakao
minus 24,32 persen. Atau turun 29,05 persen dibanding Januari-Juli 2016. Terus
panili pertumbuhan ekspornya relative kecil hanya 0,12 persen dari keseluruhan
ekspor sektor perkebunan.
Kabid Perkebunan Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Lanang
Aryawan, kopi merupakan salah satu produk perkebunan yang menjadi ikon. ”Syukur
sejauh ini tidak ada masalah,” ujar Lanang Aryawan, Rabu (23/8).
Dikatakan ada beberapa jenis kopi yang dikembangkan di Bali. Di antaranya
varietas kopyol, persilangan Kolombia-Brasil, varietas kobra. Juga lini S795 dan
yang lainnya. Produksi kopi Bali rata-rata 17,5 ribu ton per tahun, dari luas
perkebunan kopi di seluruh Bali dengan luas 50 ribu hektare lebih. Sedang negara-
negara yang menjadi tujuan ekspor kopi Bali di antaranya Korea Selatan, Guam,
Jepang dan Australia. Selama ini negara- negara tersebut merupakan pasar utama
kopi Bali.
Kakao
Kakao Indonesia sangat disenangi oleh konsumen di Amerika, Eropa dan
Cina, Kakao yang diproduksi petani, mulai dapat ditingkatkan yaitu mulai merintis
cara pengolahan dari tanpa permentasi ke permentasi. Struktur lemak kakao Indonesia
lebih keras dibandingkan dengan kakao dari negara lain, sehingga sangat baik untuk
bahan industri " Butter Cocoa". Peluang daya saing Kakao sudah mulai meningkat.
Bahan baku untuk agroindustri kakao cukup tersedia yaitu di Kabupaten Tabanan ada
sekitar 3.000 ton (sekitar 43%) dari produk kakao di Bali dan di Kabupaten Jembrana
ada sekitar 2910 ton (sekitar 42%) dari total produksi di Bali. Prospek Kakao
permentasi banyak di butuhkan untuk industri kosmetik.Kakao tanpa permentasi
dibutuhkan untuk industri lemak kakao. Segmen pasar Kakao yaitu: Amerika Serikat,
Hampir di seluruh negara di Eropa, Cina, dan Hampir di seluruh negara di Asia
Tenggara.
45
Data perkebunan besar dikumpulkan oleh BPS setiap bulan secar lengkap
(sensus bulanan) dengan system surat pos. Khusus untuk tanaman kelapa, cengkeh,
dan kapok, datanya diperoleh dari Direktorat Jenderal Perkebunan. Data perkebunan
rakyat juga diperoleh dari Direktorat Jenderal Perkebunan. Penghitungan luas
tanaman perkebunan besar adalah pada keadaan akhir tahun dan tidak termasuk yang
luasnya kurang dari 5 hektar. Bentuk produksi perkebunan adalah; karetkering
(karet), daunkering (tehdantembakau), bijikering (kopi dancoklat), kulit kering (kayu
manis dan kina), serat kering (rami), bunga kering (cengkeh), refined sugar (tebu dari
perkebunan besar), gula mangkok (tebu dari perkebunan rakyat), ekivalen kopra
(kopra), biji dan bunga (pala) serta minyak daun (sereh).
PRODUKSI PERKEBUNAN (TON) MENURUT KOMODITAS DANKABUPATEN/KOTA DI BALI TAHUN 2013
Kabupaten/KotaKomoditas
Kelapa Kopi Cengkeh Panili Tembakau Kakao
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
I Perkebunan Rakyat
1. Jembrana 19 292.28 263.34 1 200.65 2.26 12 2 928.83
2. Tabanan 15 931.43 5 937.45 650.90 1.36 - 1 750.05
3. Badung 1 976.94 683.14 32.50 1.93 - 226.09
4. Gianyar 3 858.99 231.43 48.77 2.26 391 180.81
5. Klungkung 2 853.63 37.71 123.00 - - 41.66
6. Bangli 2 614.76 2 662.85 34.78 - 11 144.58
7. Karangasem 15 071.11 436.68 220.05 1.15 4 204.14
8. Buleleng 7 335.23 7 063.00 3 850.50 0.62 555 755.18
9. Denpasar 48.42 - - - - -
Subjumlah 68 982.79 17 315.60 6 161.14 9.57 973 6 231.34
46
KOMODITAS HASIL PERKEBUNAN BALI YANG TEMBUS EKSPOR
Komoditas hasil perkebunan di Bali yang tembus pasar ekspor meliputi kopi,
kakoo dan vanili, berhasil menembus pasaran ekspor dengan menghasilkan devisa
sebesar 1,23 juta dolar AS selama sepuluh bulan periode Januari-Oktober 2013.
Kakao menyumbangkan devisa terbesar di antara ketiga jenis komoditas
perkebunan itu yakni sebesar 709.968,98 dolar AS," kata Kepala Biro Humas
Pemerintah Provinsi Bali I Ketut Teneng di Denpasar, Kamis.Ketut Teneng
menjelaskan, khusus komoditas kakao hasil perkebunan rakyat Pulau Dewata mulai
memasuki pasar ekspor 4.703 ton seharga 709.968,98 dolar AS, dengan tujuan utama
pasaran Amerika Serikat.Ada tiga daerah yang mengembangkan tanaman kakao yang
cukup potensial di Bali yakni di Kabupaten Tabanan seluas 5.063 haktare, menyusul
Jembrana 3.555 haktare, Buleleng 1.258 hehktare dan sisanyadi Badung, Klungkung,
Bangli dan Karangasem.
Produksi kakao di Bali selama 2012 tercatat hanya 4.950 ton dan jumlah itu
bertambah jika dibandingkan tahun sebelumnya hanya 4.525 ton, namun angka
tersebut jauh lebih rendah dari pada produksi tahun 2009 yang mencapai 6.826
ton.Berkurangnya produksi kakao di daerah ini akibat berbagai faktor antara lain
adanya serangan penyakit dan iklim yang kurang menentu sehingga produksi yang
dihasilkan petani relatif berkurang, tutur Ketut Teneng. Ia mengatakan, menyusul
komoditas vanili yang memberikan andil sebesar 389.900,48 dolar AS dan terkecil
adalah kopi hanya 134.495,07 dolar AS.Devisa yang dihasilkan dari komoditas
perkebunan itu meningkat 185,67 persen dibandingkan periode yang sama
tahunsebelumnya yang tercatat senilai 432.091,28 dolar AS.Ketut Teneng
menjelaskan, komoditas perkebunan itu hanya memberikan andil sebesar 0,31 persen
dari total ekspor daerah Bali sebesar 398,75 juta dolar AS.Vanili mencapai 14,30 ton
seharga 389.900,48 dolar AS selama sepuluh bulan pertama 2013, meningkat 96,40
persen dibanding periode yang samatahun sebelumnya 198.519,50 dolar AS dari hasil
pengapalan 8,30 ton vanili.Ekspor komoditas kopi merosot 16,43 persen dari 15,97
ton seharga 160.944,38 dolar AS selama sepuluh bulan pertama 2012 menjadi hanya
13,30 ton seharga 134.495,07 dolar AS pada periode sama 2013.
47
DAFTAR PUSTAKA
Antara,Made. 2009, Pertanian Bangkit atau Bangkrut ?. Arti Foundation. Denpasar
Dudung, A.A. (eds) (2001). Membangun Pertanian Modern. Jakarta: YayasanPengembangan Sinar Tani.
Chapman, SR and LP. Carter. (1982). Crop Production. Principles and Practices.Delhi: Surjet Publications.
Dove, M. K. (1988). Sistem Perladangan di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.
Geertz C. Involusi Pertanian. Proses Perubahan Ekologi di Indonesia.Diterjemahkan oleh S. Supomo. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Haryadi, S.S. (1996). Pengantar Agronomi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Janick, J, R. W. Schery, F. W. Woods, and V. W. Ruttan. (1974). Plant Science. AnIntroduction to World Crops. San Francisco: W. H. Freeman and Company.
Kipps, MS. (1978). Productions of Field Crops. New Delhi: Tata Mc. Graw – HillPublishing Company Ltd.
Sastra Hidajat, I.R dan Soemarno. (1991). Budidaya Tanaman Tropika. (Surabaya )Usaha Nasional.
Soetriono Dan AnikSuwandari.2016. Pengantar Ilmu Pertanian. Malang. Inti Media
Nasoetion, A.H. (1991). Pengantar ke Ilmu-Ilmu Pertanian. Bogor: Pustaka LiteraAntar Nusa.
https://brainly.co.id/tugas/1072404
https://bali.bps.go.id/Subjek/view/id/54
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/14/02/13/n0wuub-tiga-komoditas
perkebunan-bali-tembus-ekspor
https://tourismbali.wordpress.com/2013/03/10/potensi-pengembangan-agrowisata-
di-indonesia-2/
48
http://id.beritasatu.com/agribusiness/dua-komoditi-perkebunan-bali-tembus-pasar-
ekspor/13430
https://www.merdeka.com/uang/dinas-perkebunan-bali-tingkatkan-pengembangan-
vanili-ydm17r8.html
http://bali.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/berita/51-info-aktual/426-salak-
gula-pasir-rasa-manis-harga-manis
https://jembranakab.go.id/?module=perkebunan
https://tabanankab.go.id/baca-potensi/620/Tentang-Dinas-Kehutanan-Di-
Tabanan.html
https://statistik.bulelengkab.go.id/artikel/perkembangan-produksi-tujuh-komoditi
perkebunan-unggulan-kab-bukeleng-80
http://www.nusabali.com/berita/17948/kopi-rajai-ekspor-produksi-perkebunan
http://beritadaerah.co.id/2014/05/05/jambu-mete-jadi-salah-satu-komoditas-
unggulan-bali/
http://bali.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/berita/51-info-aktual/396-cengkeh-
komoditas-diminati-di-bali
http://www.potretpertanian.com/2016/09/komoditi-unggulan-provinsi-bali.html?m=1
49
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. PPT TATANIAGA PERTANIAN
TATA NIAGA PERTANIAN(PEMASARAN PERTANIAN)
TATA NIAGA PERTANIAN(PEMASARAN PERTANIAN)
GEDE MEKSE KORRI ARISENA
9.1 ARTI DAN FUNGSI TATA NIAGA
Tata Niaga dalah segala usaha yangmenimbulkan perpindahan hak milik atasbarang – barang serta pemeliharaanpenyebarannya.
Tata Niaga dalah segala usaha yangmenimbulkan perpindahan hak milik atasbarang – barang serta pemeliharaanpenyebarannya.
FUNGSI DARI PEMASARANFUNGSI DARI PEMASARANDAPAT DIKELOMPOKKAN MENJADI:1. FUNGSI PENUKARAN2. FUNGSI FISIK3. FUNGSI FASILITAS
1. FUNGSI PENUKARANAdalah semua tindakan untuk memperlancarhak atas barang dan jasa.Fungsi penukaran terdiri atas :a). Fungsi Penjualanb). Fungsi Pembelian
1. FUNGSI PENUKARANAdalah semua tindakan untuk memperlancarhak atas barang dan jasa.Fungsi penukaran terdiri atas :a). Fungsi Penjualanb). Fungsi Pembelian
2. FUNGSI FISIKAdalah semua tindakan atau perlakuan terhadapbarang sehingga memperoleh kegunaan tempatdan waktu.Fungsi fisik terdiri atas:a). Fungsi Penyimpanan
Fungsi ini diperlukan untuk menyimpanbarang selama waktu tertentu.
b). Fungsi PengangkutanAdalah perencanaan, seleksi, danpenyerahan semua alat dalam prosespengangkutan pemasaran.
2. FUNGSI FISIKAdalah semua tindakan atau perlakuan terhadapbarang sehingga memperoleh kegunaan tempatdan waktu.Fungsi fisik terdiri atas:a). Fungsi Penyimpanan
Fungsi ini diperlukan untuk menyimpanbarang selama waktu tertentu.
b). Fungsi PengangkutanAdalah perencanaan, seleksi, danpenyerahan semua alat dalam prosespengangkutan pemasaran.
3. FUNGSI FASILITASAdalah tindakan untuk menunjang kelancaranpelaksanaan fungsi – fungsi pertukaran danfisik.Fungsi Fasilitas terdiri atas:a). Fungsi standardisasi dan gradingb). Fungsi penanggungan resikoc). Fungsi pembiayaand). Fungsi keterangan pasar
3. FUNGSI FASILITASAdalah tindakan untuk menunjang kelancaranpelaksanaan fungsi – fungsi pertukaran danfisik.Fungsi Fasilitas terdiri atas:a). Fungsi standardisasi dan gradingb). Fungsi penanggungan resikoc). Fungsi pembiayaand). Fungsi keterangan pasar
9.2 SALURAN DAN LEMBAGA TATANIAGA
Saluran pemasaran dapat berbentuksederhana dan ada pula yang sangat rumit.
Gambar bentuk saluran Pemasaran Sederhana
Produsen PedagangPengumpul
Pengecer
Konsumen
Gambar bentuk saluran Pemasaran Kompleks / RumitTampak bahwa lembaga tata niaga juga berperan penting dan juga menentukansaluran pemasaran. Tiap macam hasil pertanian mempunyai saluran pemasaranyang berbeda satu sama lain tergantung pada keadaan daerah, waktu, dankemajuan teknologi.
Produsen
Pengecer Konsumen
Tengkulak
Pedagang Pengumpul
PedagangBesar Eksportir
9.3 BIAYA,KEUNTUNGAN,EFISIENSI DANPERANAN TATA
NIAGA
9.3 BIAYA,KEUNTUNGAN,EFISIENSI DANPERANAN TATA
NIAGA
BIAYA TATA NIAGA (Pemasaran)Adalah yang dikeluarkan untuk keperluanpemasaran, ini meliputi biaya angkut, biayapengeringan, pungutan restribusi dan lain – lain.Besarnya biaya pemasaran yang berbeda antarasatu sama lain disebabkan oleh:
1. macam komoditi2. lokasi pemasaran3. macam lembaga pemasaran dan
efektivitas pemasaran yang dilakukan.
Adalah yang dikeluarkan untuk keperluanpemasaran, ini meliputi biaya angkut, biayapengeringan, pungutan restribusi dan lain – lain.Besarnya biaya pemasaran yang berbeda antarasatu sama lain disebabkan oleh:
1. macam komoditi2. lokasi pemasaran3. macam lembaga pemasaran dan
efektivitas pemasaran yang dilakukan.
KEUNTUNGAN TATA NIAGA
Keuntungan pemasaran (marketing margin)adalah selisih harga yang dibayarkan keprodusen dan harga yang diberikan olehkonsumen.
Keuntungan pemasaran (marketing margin)adalah selisih harga yang dibayarkan keprodusen dan harga yang diberikan olehkonsumen.
Gambar Kurva Derived Demad dan Keuntungan Pemasaran
Terlihat bahwa devired demand (permintaan yang disebabkan adanya perubahanharga di masing – masing tingkat lembaga pemasaran) akan bergerak ke kananmengikuti perubahan harga yang terjadi.
Keterangan:Pp : Harga ditingkat petaniPpr : Harga ditingkat pedagang perantaraPpg : Harga ditingkat pengecerS : Supply (penawaran)Dp : Permintaan di tingkat petaniDpr : Permintaan di tingkat pedagang perantaraDpg : Permintaan di tinggkat pengecer
SPpg
PprPp
Dpg
DprDp
Terlihat bahwa devired demand (permintaan yang disebabkan adanya perubahanharga di masing – masing tingkat lembaga pemasaran) akan bergerak ke kananmengikuti perubahan harga yang terjadi.
Keterangan:Pp : Harga ditingkat petaniPpr : Harga ditingkat pedagang perantaraPpg : Harga ditingkat pengecerS : Supply (penawaran)Dp : Permintaan di tingkat petaniDpr : Permintaan di tingkat pedagang perantaraDpg : Permintaan di tinggkat pengecer
EFISIENSI PEMASARANMenurut Shepherd, (1962)Efisiensi pemasaran adalah nisbah antara total biayadengan total nilai produk yang dipasarkan.
Setiap ada penambahan biaya pemasaran memberiarti bahwa keadaan tersebut menyebabkan adanyapemasaran yang tidak efisien. Sebaliknya, kalau semakinkecil nilai produk yang dijual, berarti terjadi adanyapemasaran yang tidak efisien pula. Ini tentunya tidak selalubenar karena, khususnya dinegara yang sedangberkembang, marketable surplus sering tidak menunjukkanmarketable surplus sebagaimana di negara maju.
Menurut Shepherd, (1962)Efisiensi pemasaran adalah nisbah antara total biayadengan total nilai produk yang dipasarkan.
Setiap ada penambahan biaya pemasaran memberiarti bahwa keadaan tersebut menyebabkan adanyapemasaran yang tidak efisien. Sebaliknya, kalau semakinkecil nilai produk yang dijual, berarti terjadi adanyapemasaran yang tidak efisien pula. Ini tentunya tidak selalubenar karena, khususnya dinegara yang sedangberkembang, marketable surplus sering tidak menunjukkanmarketable surplus sebagaimana di negara maju.
Rashid dan Chaudry (1973)menyadari sulitnya mengukur efisiensi pemasaran.Mereka mengajukan preporsisi bahwa efisiensi ini terdiridari efisiensi teknis dan ekonomi.
• Efisiensi teknis dalam kegiatan pemasaran yangdilakukan secara mekanis lebih efisien
• Efisiensi ekonomi berkaitan dengan segi keuntungan,misalnya transport dengan kereta api jauh lebih murahdibandingkan dengan pesawat.
Rashid dan Chaudry (1973)menyadari sulitnya mengukur efisiensi pemasaran.Mereka mengajukan preporsisi bahwa efisiensi ini terdiridari efisiensi teknis dan ekonomi.
• Efisiensi teknis dalam kegiatan pemasaran yangdilakukan secara mekanis lebih efisien
• Efisiensi ekonomi berkaitan dengan segi keuntungan,misalnya transport dengan kereta api jauh lebih murahdibandingkan dengan pesawat.
Rashid dan Chaudry juga memberikan beberapafactor yang dapat dipakai sebagai ukuranefisiensi pemasaran, yaitu:a) Keuntungan pemasaranb) Harga yang diterima konsumenc) Tersedianya fasilitas fisik pemasarand) Kompetisi pasare) Peranan lembaga pemasaran
Rashid dan Chaudry juga memberikan beberapafactor yang dapat dipakai sebagai ukuranefisiensi pemasaran, yaitu:a) Keuntungan pemasaranb) Harga yang diterima konsumenc) Tersedianya fasilitas fisik pemasarand) Kompetisi pasare) Peranan lembaga pemasaran
9.4 PROSPEK PASAR
A. PENDETEKSISIAN PROSPEK PASAR
1. ANALISIS KONSUMENKonsumen merupakan factor yang paling pentingdalam mengembalikan modal dan memberikankeuntungan. Dalam menganalisis konsumen harusdiperhatikan hal hal ini:
a. kebutuhan konsumenb. segmentasi pasarc. system pembelian
A. PENDETEKSISIAN PROSPEK PASAR
1. ANALISIS KONSUMENKonsumen merupakan factor yang paling pentingdalam mengembalikan modal dan memberikankeuntungan. Dalam menganalisis konsumen harusdiperhatikan hal hal ini:
a. kebutuhan konsumenb. segmentasi pasarc. system pembelian
a. Kebutuhan KonsumenDipengaruhi oleh waktu, bentuk, dan harga.
Kebutuhan yang dipengaruhi oleh waktu berarti hanya pada waktu tertentukonsumen membutuhkan barang tersebut atau permintaan dari konsumen melonjak.
Perbedaan bentuk juga mempengaruhi kebutuhan konsumen. Bentukbarang yang unik dan menarik tentu lebih disukai oleh konsumen.
Perbedaan harga sebanding dengan mutu barang. Semakin bermutu, akansemakin mahal harga barang tersebut.
b. Segmentasi PasarIni juga menjadi pertimbangan karena pemasaran suatu komoditi akan menjadi jelas.Misalnya, sasaran yang dipilih adalah pasar swalayan maka harus ditentukan kualitasproduk, jenis pelayanan, bentuk promosi, dan beberapa unsur pemasaran lainnya.
c. Sistem PembelianSistem pembelian yang dimaksud adalah system pembayaran, khususnya pembayarandari konsumen ke produsen (misalkan dari pedagang ke petani). Hanya ada dua carapembayaran yaitu tunai dan kredit.
a. Kebutuhan KonsumenDipengaruhi oleh waktu, bentuk, dan harga.
Kebutuhan yang dipengaruhi oleh waktu berarti hanya pada waktu tertentukonsumen membutuhkan barang tersebut atau permintaan dari konsumen melonjak.
Perbedaan bentuk juga mempengaruhi kebutuhan konsumen. Bentukbarang yang unik dan menarik tentu lebih disukai oleh konsumen.
Perbedaan harga sebanding dengan mutu barang. Semakin bermutu, akansemakin mahal harga barang tersebut.
b. Segmentasi PasarIni juga menjadi pertimbangan karena pemasaran suatu komoditi akan menjadi jelas.Misalnya, sasaran yang dipilih adalah pasar swalayan maka harus ditentukan kualitasproduk, jenis pelayanan, bentuk promosi, dan beberapa unsur pemasaran lainnya.
c. Sistem PembelianSistem pembelian yang dimaksud adalah system pembayaran, khususnya pembayarandari konsumen ke produsen (misalkan dari pedagang ke petani). Hanya ada dua carapembayaran yaitu tunai dan kredit.
Bila dilihat dari segi hubungannya, ada empat macam hubunganantara produsen dan konsumen antara lain seperti berikut:1. Hubungan lepas: hubungan yang selalu dipengaruhi setiap kali
terjadi pembelian.2. Hubungan kontrak: hubungan yang lamanya telah ditentukan.3. Hubungan konsinyasi: hubungan yang berlangsung dengan cara
produsen menitipkan produk ke konsumen (pedagang kedua).4. Hubungan bedging, future traiding, atau pasar masa datang:
hubungan yang terjalin karena adanya kepercayaan. Dalam hal ini,konsumen memesan produk jauh sebelum produk itu ada.
Bila dilihat dari segi hubungannya, ada empat macam hubunganantara produsen dan konsumen antara lain seperti berikut:1. Hubungan lepas: hubungan yang selalu dipengaruhi setiap kali
terjadi pembelian.2. Hubungan kontrak: hubungan yang lamanya telah ditentukan.3. Hubungan konsinyasi: hubungan yang berlangsung dengan cara
produsen menitipkan produk ke konsumen (pedagang kedua).4. Hubungan bedging, future traiding, atau pasar masa datang:
hubungan yang terjalin karena adanya kepercayaan. Dalam hal ini,konsumen memesan produk jauh sebelum produk itu ada.
2. ANALISIS PESAINGadanya pesaing merupakan penghambat usaha. Namun, pesaing
dapat menjadi tolak ukur keberhasilan suatu dan memacu perkembangantersebut. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian mengenai keberadaanpesaing. Faktor yang perlu dipelajari adalah:
a. Struktur pasar: identifikasi pesaing dimulai dari melihat jumlah pesaing,lokasi pasar pesaing, dan asal bahan baku.b. Dasar kompetisi: dasar yang digunakan untuk bersaing adalah kualitas,harga, dan pelayanan. Kualitas, harga, dan pelayanan yang baik tentu sajaakan menjadi incaran konsumen.c. Faktor kelembagaan yang mempengaruhi persaingan: kelembagaan yangberpengaruh digolongkan menjadi kelembagaan pemerintah dannonpemerintah.
2. ANALISIS PESAINGadanya pesaing merupakan penghambat usaha. Namun, pesaing
dapat menjadi tolak ukur keberhasilan suatu dan memacu perkembangantersebut. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian mengenai keberadaanpesaing. Faktor yang perlu dipelajari adalah:
a. Struktur pasar: identifikasi pesaing dimulai dari melihat jumlah pesaing,lokasi pasar pesaing, dan asal bahan baku.b. Dasar kompetisi: dasar yang digunakan untuk bersaing adalah kualitas,harga, dan pelayanan. Kualitas, harga, dan pelayanan yang baik tentu sajaakan menjadi incaran konsumen.c. Faktor kelembagaan yang mempengaruhi persaingan: kelembagaan yangberpengaruh digolongkan menjadi kelembagaan pemerintah dannonpemerintah.
3. STRATEGI PEMASARANPengatur strategi pemasaran adalah biaya pemasaran, bauran
pemasaran, dan alokasi pemasaran dalam hubungannya dengan lingkungandan keadaan pesaing.a. Biaya Pemasaran: merupakan biaya yang digunakan datau dikeluarkan
untuk memasarkan produk.b. Bauran Pemasaran: merupakan kumpulan factor pemasaran yang
digunakan untuk mencapai tujuan usaha. Ada dua factor dalam bauranpemasaran yaitu:
1. kombinasi produk merupakan gabungan dari berbagai produk,mutu, merk, dan kemasan.2. kombinasi harga pada dasarnya harga suatu produk merupakanbiaya produksi ditambahkan keuntungan atau biaya resiko. Hargaproduk sampai ke konsumen ternyata dipengaruhi oleh mata rantaiperdagangan. Semakin panjang mata rantainya, semakin mahalharganya atau keuntungan produsen lebih kecil. Sebab setiap orangyang ikut serta dalam rantai perdagangan tersebut mengambilkeuntungan.
3. STRATEGI PEMASARANPengatur strategi pemasaran adalah biaya pemasaran, bauran
pemasaran, dan alokasi pemasaran dalam hubungannya dengan lingkungandan keadaan pesaing.a. Biaya Pemasaran: merupakan biaya yang digunakan datau dikeluarkan
untuk memasarkan produk.b. Bauran Pemasaran: merupakan kumpulan factor pemasaran yang
digunakan untuk mencapai tujuan usaha. Ada dua factor dalam bauranpemasaran yaitu:
1. kombinasi produk merupakan gabungan dari berbagai produk,mutu, merk, dan kemasan.2. kombinasi harga pada dasarnya harga suatu produk merupakanbiaya produksi ditambahkan keuntungan atau biaya resiko. Hargaproduk sampai ke konsumen ternyata dipengaruhi oleh mata rantaiperdagangan. Semakin panjang mata rantainya, semakin mahalharganya atau keuntungan produsen lebih kecil. Sebab setiap orangyang ikut serta dalam rantai perdagangan tersebut mengambilkeuntungan.
Mata rantai perdagangan atau tata niaga yang ada sebagaiberikut:
Gambar: Mata Rantai Perdagangan Produk Pertanian
c. Hubungan alokasi pemasaran dengan keadaan lingkungan dan kondisi persainganMerupakan pemilihan tempat atau daerah pemasaran. Dalam hal ini, dipertimbangkan keadaanlingkungan dan kondisi pesaing yang ada. Misal jika kita memilih lokasi pemasaran di kota besarmempunyai peluang yang besar, namun pesaingnya pun banyak pula.
Petaniprodusen
Pedagangpengumpul
Pedagangbesar KonsumenPengecer
Mata rantai perdagangan atau tata niaga yang ada sebagaiberikut:
Gambar: Mata Rantai Perdagangan Produk Pertanian
c. Hubungan alokasi pemasaran dengan keadaan lingkungan dan kondisi persainganMerupakan pemilihan tempat atau daerah pemasaran. Dalam hal ini, dipertimbangkan keadaanlingkungan dan kondisi pesaing yang ada. Misal jika kita memilih lokasi pemasaran di kota besarmempunyai peluang yang besar, namun pesaingnya pun banyak pula.
Pabrik pengolahan
4. PERAMALAN PERMINTAAN
Meramalkan permintaan pasar pada saat ini dan masa mendatangamat penting untuk mengetahui prospek produk. Konsumen mempunyaiminat, pendapat, dan kemampuan membeli yang berbeda beda, sehinggaproduk yang dibeli harganya disesuaikan dengan keuangan mereka. Walaudemikian, produk berkualitas tetap mempunyai peluang besar dalampemasarannya.
Data yang diperlukan untuk meramalkan permintaan disesuaikandengan lokasi pemasaran yaitu daerah sekitar(local), domestic (antar daerah),atau internasional. Data mengenai permintaan di pasar local diperolehdengan mengamati jenis produk yang paling laku di pasaran. Untukpemasaran domestic, data dapat kita peroleh dari media ataupun dari BPS(Badan Pusat Statistik). Dari BPS kita dapat mengetahui tingkat produksi dankonsumsi suatu produk. Di BPS juga dapat ditemukan informasi tentangekspor & import. Perkembangan harga dengan produksi yang diperolehkemudian di analisis untuk mengetahui peluang di masa mendatang.
Proses analisis itu dibantu dengan kurva berikut:
4. PERAMALAN PERMINTAAN
Meramalkan permintaan pasar pada saat ini dan masa mendatangamat penting untuk mengetahui prospek produk. Konsumen mempunyaiminat, pendapat, dan kemampuan membeli yang berbeda beda, sehinggaproduk yang dibeli harganya disesuaikan dengan keuangan mereka. Walaudemikian, produk berkualitas tetap mempunyai peluang besar dalampemasarannya.
Data yang diperlukan untuk meramalkan permintaan disesuaikandengan lokasi pemasaran yaitu daerah sekitar(local), domestic (antar daerah),atau internasional. Data mengenai permintaan di pasar local diperolehdengan mengamati jenis produk yang paling laku di pasaran. Untukpemasaran domestic, data dapat kita peroleh dari media ataupun dari BPS(Badan Pusat Statistik). Dari BPS kita dapat mengetahui tingkat produksi dankonsumsi suatu produk. Di BPS juga dapat ditemukan informasi tentangekspor & import. Perkembangan harga dengan produksi yang diperolehkemudian di analisis untuk mengetahui peluang di masa mendatang.
Proses analisis itu dibantu dengan kurva berikut:
P S2
S0
S1
P1
P4 D1
Pe
P3
P2 Do
D2
0 Q2 Q4 Qe Q3 Q1 Q/tKeterangan:P = HargaQ/t = Jumlah per unit per waktuS = Supply (jumlah unit yang ditawarkan oleh produsen)D = Demand (jumlah unit yang diminta oleh konsumen)Pe = Harga ekuilibrium (harga keseimbangan)Qe = Jumlah ekuilibrium (jumlah keseimbangan)Titik Pe. Qe = Titik keseimbangan
P S2
S0
S1
P1
P4 D1
Pe
P3
P2 Do
D2
0 Q2 Q4 Qe Q3 Q1 Q/tKeterangan:P = HargaQ/t = Jumlah per unit per waktuS = Supply (jumlah unit yang ditawarkan oleh produsen)D = Demand (jumlah unit yang diminta oleh konsumen)Pe = Harga ekuilibrium (harga keseimbangan)Qe = Jumlah ekuilibrium (jumlah keseimbangan)Titik Pe. Qe = Titik keseimbangan
Titik keseimbangan merupakan kondisi uang ideal, harga yang ada tidakterlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keadaan kurva yang berubah akanmenggeser titik keseimbangan. Perubahan yang terjadi adalah sebagaiberikut:
1. Permintaan naik (Do D1) sedangkan penawaran tetap (So),berakibat jumlah yang diminta naik (Qe Q1) sehingga harga naik (Pe P1)
2. Permintaan turun (Do D2) sedangkan penawaran tetap (So),berakibat jumlah yang diminta turun (Qe Q2) sehingga harga naik (Pe P2)
3. Penawaran naik (So S1) sedangkan permintaan tetap (Do),berakibat harga turun (Pe P3), dan jumlah yang diminta naik (Qe Q3)
4. Penawaran turun (So S2) sedangkan permintaan tetap (Do),Berakibat harga naik (Pe P4), dan jumlah yang diminta turun (Qe Q4)
Titik keseimbangan merupakan kondisi uang ideal, harga yang ada tidakterlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keadaan kurva yang berubah akanmenggeser titik keseimbangan. Perubahan yang terjadi adalah sebagaiberikut:
1. Permintaan naik (Do D1) sedangkan penawaran tetap (So),berakibat jumlah yang diminta naik (Qe Q1) sehingga harga naik (Pe P1)
2. Permintaan turun (Do D2) sedangkan penawaran tetap (So),berakibat jumlah yang diminta turun (Qe Q2) sehingga harga naik (Pe P2)
3. Penawaran naik (So S1) sedangkan permintaan tetap (Do),berakibat harga turun (Pe P3), dan jumlah yang diminta naik (Qe Q3)
4. Penawaran turun (So S2) sedangkan permintaan tetap (Do),Berakibat harga naik (Pe P4), dan jumlah yang diminta turun (Qe Q4)
Dari beberapa perubahan yang mungkinterjadi, hanya ada dua dampak, yaitu harga naikdan harga turun. Harga naik (1,4 dan 5) berartimasih ada permintaan (ada peluang memasukipasaran) untuk masa mendatang. Sebaliknya,harga turun (2,3, dan 6) mencerminkan prospekyang kurang baik dan sebaiknya tidak memasukipasar.
Dari beberapa perubahan yang mungkinterjadi, hanya ada dua dampak, yaitu harga naikdan harga turun. Harga naik (1,4 dan 5) berartimasih ada permintaan (ada peluang memasukipasaran) untuk masa mendatang. Sebaliknya,harga turun (2,3, dan 6) mencerminkan prospekyang kurang baik dan sebaiknya tidak memasukipasar.
SEKIANDAN
TERIMAKASIH
SEKIANDAN
TERIMAKASIH
LAMPIRAN 2. PPT PROFIL AGRIBISNIS INDONESIA
GEDE MEKSE KORRI ARISENAProfil Agribisnis IndonesiaGEDE MEKSE KORRI ARISENAProfil Agribisnis Indonesia
Profil Agribisnis Indonesia
Peranan sektor agribisnis dalam pembangunan ekonomi nasional dapat diukur daripembentukan GDP penyerapan tenaga kerja, dan devisa. Di samping itu peranannya juga dapatdilihat dalam pembangunan ekonomi daerah, ketahanan pangan nasional dan p tarian lingkunganhidup.
Peranan Agribisnis
Peranan sektor agribisnis dalam pembangunan ekonomi nasional dapat diukur daripembentukan GDP penyerapan tenaga kerja, dan devisa. Di samping itu peranannya juga dapatdilihat dalam pembangunan ekonomi daerah, ketahanan pangan nasional dan p tarian lingkunganhidup.
Profil Agribisnis Indonesia
Peranan sektor agribisnis dalam pembangunan ekonomi nasional dapat diukur daripembentukan GDP penyerapan tenaga kerja, dan devisa. Di samping itu peranannya juga dapatdilihat dalam pembangunan ekonomi daerah, ketahanan pangan nasional dan p tarian lingkunganhidup.
Peranan sektor agribisnis dalam pembangunan ekonomi nasional dapat diukur daripembentukan GDP penyerapan tenaga kerja, dan devisa. Di samping itu peranannya juga dapatdilihat dalam pembangunan ekonomi daerah, ketahanan pangan nasional dan p tarian lingkunganhidup.
Pembentukan GDPSektor agribisnis merupakan penyumbang nilai tambah (value added
terbesar dalam perekonomian nasional). Mencermati Tabel Input-outputIndonesia 1990 dan 1995, sekitar 45 persen dari total nilai tambah yang terciptadalam perekonomian nasional tahun 1990 di hasilkan dari sektor agribisnis. Padatahun 1995 kontribusi sektor agri- bisnis dalam nilai tambah meningkat menjadi47 persen dari total nilai tambah. Dalam agribisnis sudah tersirat perubahan struktur perekonomian dari pertanian ke industri. Jadi pengembangan agribisnisdalam PJP II sangat sesuai dengan Trilogi Pembangunan, yaitu pertumbuhanpemerataan dan stabilitas maka sebagian pekerjaan besar untuk melaksanakanTrilogi Pembangunan sudah diselesaikan.
Sektor agribisnis merupakan penyumbang nilai tambah (value addedterbesar dalam perekonomian nasional). Mencermati Tabel Input-outputIndonesia 1990 dan 1995, sekitar 45 persen dari total nilai tambah yang terciptadalam perekonomian nasional tahun 1990 di hasilkan dari sektor agribisnis. Padatahun 1995 kontribusi sektor agri- bisnis dalam nilai tambah meningkat menjadi47 persen dari total nilai tambah. Dalam agribisnis sudah tersirat perubahan struktur perekonomian dari pertanian ke industri. Jadi pengembangan agribisnisdalam PJP II sangat sesuai dengan Trilogi Pembangunan, yaitu pertumbuhanpemerataan dan stabilitas maka sebagian pekerjaan besar untuk melaksanakanTrilogi Pembangunan sudah diselesaikan.
Pembentukan GDPSektor agribisnis merupakan penyumbang nilai tambah (value added
terbesar dalam perekonomian nasional). Mencermati Tabel Input-outputIndonesia 1990 dan 1995, sekitar 45 persen dari total nilai tambah yang terciptadalam perekonomian nasional tahun 1990 di hasilkan dari sektor agribisnis. Padatahun 1995 kontribusi sektor agri- bisnis dalam nilai tambah meningkat menjadi47 persen dari total nilai tambah. Dalam agribisnis sudah tersirat perubahan struktur perekonomian dari pertanian ke industri. Jadi pengembangan agribisnisdalam PJP II sangat sesuai dengan Trilogi Pembangunan, yaitu pertumbuhanpemerataan dan stabilitas maka sebagian pekerjaan besar untuk melaksanakanTrilogi Pembangunan sudah diselesaikan.
Sektor agribisnis merupakan penyumbang nilai tambah (value addedterbesar dalam perekonomian nasional). Mencermati Tabel Input-outputIndonesia 1990 dan 1995, sekitar 45 persen dari total nilai tambah yang terciptadalam perekonomian nasional tahun 1990 di hasilkan dari sektor agribisnis. Padatahun 1995 kontribusi sektor agri- bisnis dalam nilai tambah meningkat menjadi47 persen dari total nilai tambah. Dalam agribisnis sudah tersirat perubahan struktur perekonomian dari pertanian ke industri. Jadi pengembangan agribisnisdalam PJP II sangat sesuai dengan Trilogi Pembangunan, yaitu pertumbuhanpemerataan dan stabilitas maka sebagian pekerjaan besar untuk melaksanakanTrilogi Pembangunan sudah diselesaikan.
Penghasil DevisaDalam nilai ekspor nasional, sektor agribisnis juga
penyumbang terbesar. Kontribusi agribisnis dalam nilai ekspor totalIndonesia men- capai 43 persen pada tahun 1990 dan meningkatmenjadi sekitar 49 persen pada tahun 1995. Dibandingkan denganekspor tahun 1997, nilai ekspor pertanian tahun 1998 naik sebesar26,5 persen. Peningkatan nilai ekspor perta- nian selama masa krisis(1991-1998) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-ratasebelum krisis yakni hanya sebesar 4,5 persen per tahun (1982-1997). Sebaliknya nilai ekspor produk manufaktur turun sebesar 4,2persen selama tahun 1997-1998.
Dalam nilai ekspor nasional, sektor agribisnis jugapenyumbang terbesar. Kontribusi agribisnis dalam nilai ekspor totalIndonesia men- capai 43 persen pada tahun 1990 dan meningkatmenjadi sekitar 49 persen pada tahun 1995. Dibandingkan denganekspor tahun 1997, nilai ekspor pertanian tahun 1998 naik sebesar26,5 persen. Peningkatan nilai ekspor perta- nian selama masa krisis(1991-1998) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-ratasebelum krisis yakni hanya sebesar 4,5 persen per tahun (1982-1997). Sebaliknya nilai ekspor produk manufaktur turun sebesar 4,2persen selama tahun 1997-1998.
Penghasil DevisaDalam nilai ekspor nasional, sektor agribisnis juga
penyumbang terbesar. Kontribusi agribisnis dalam nilai ekspor totalIndonesia men- capai 43 persen pada tahun 1990 dan meningkatmenjadi sekitar 49 persen pada tahun 1995. Dibandingkan denganekspor tahun 1997, nilai ekspor pertanian tahun 1998 naik sebesar26,5 persen. Peningkatan nilai ekspor perta- nian selama masa krisis(1991-1998) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-ratasebelum krisis yakni hanya sebesar 4,5 persen per tahun (1982-1997). Sebaliknya nilai ekspor produk manufaktur turun sebesar 4,2persen selama tahun 1997-1998.
Dalam nilai ekspor nasional, sektor agribisnis jugapenyumbang terbesar. Kontribusi agribisnis dalam nilai ekspor totalIndonesia men- capai 43 persen pada tahun 1990 dan meningkatmenjadi sekitar 49 persen pada tahun 1995. Dibandingkan denganekspor tahun 1997, nilai ekspor pertanian tahun 1998 naik sebesar26,5 persen. Peningkatan nilai ekspor perta- nian selama masa krisis(1991-1998) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-ratasebelum krisis yakni hanya sebesar 4,5 persen per tahun (1982-1997). Sebaliknya nilai ekspor produk manufaktur turun sebesar 4,2persen selama tahun 1997-1998.
Pembangunan Ekonomi Daerah
Sumberdaya agribisnis, seperti sumberdaya alam (lahan,air, keragaman hayati), sumberdaya manusia di bidang agribisnis,teknologi di bidang agribisnis dan lain-lain. Karena itu, untukmembangun ekonomi daerah pilihan yang paling rasional adalahmelalui percepatan pembangunan agribisnis. Mengingat saat iniagribisnis merupakan penyumbang terbesar dalam strukturekonomi hampir di setiap daerah.
Sumberdaya agribisnis, seperti sumberdaya alam (lahan,air, keragaman hayati), sumberdaya manusia di bidang agribisnis,teknologi di bidang agribisnis dan lain-lain. Karena itu, untukmembangun ekonomi daerah pilihan yang paling rasional adalahmelalui percepatan pembangunan agribisnis. Mengingat saat iniagribisnis merupakan penyumbang terbesar dalam strukturekonomi hampir di setiap daerah.
Pembangunan Ekonomi Daerah
Sumberdaya agribisnis, seperti sumberdaya alam (lahan,air, keragaman hayati), sumberdaya manusia di bidang agribisnis,teknologi di bidang agribisnis dan lain-lain. Karena itu, untukmembangun ekonomi daerah pilihan yang paling rasional adalahmelalui percepatan pembangunan agribisnis. Mengingat saat iniagribisnis merupakan penyumbang terbesar dalam strukturekonomi hampir di setiap daerah.
Sumberdaya agribisnis, seperti sumberdaya alam (lahan,air, keragaman hayati), sumberdaya manusia di bidang agribisnis,teknologi di bidang agribisnis dan lain-lain. Karena itu, untukmembangun ekonomi daerah pilihan yang paling rasional adalahmelalui percepatan pembangunan agribisnis. Mengingat saat iniagribisnis merupakan penyumbang terbesar dalam strukturekonomi hampir di setiap daerah.
Ketahanan Pangan Nasional
Sejarah perkembangan bangsa indonesia menunjukan bahwa ketahanan pangansangat erat dengan :
• ketahanan sosial (social-security)
• stabilitas ekonomi
• stabilitas politik
• ketahanan nasional
Sejarah perkembangan bangsa indonesia menunjukan bahwa ketahanan pangansangat erat dengan :
• ketahanan sosial (social-security)
• stabilitas ekonomi
• stabilitas politik
• ketahanan nasional
Ketahanan Pangan Nasional
Sejarah perkembangan bangsa indonesia menunjukan bahwa ketahanan pangansangat erat dengan :
• ketahanan sosial (social-security)
• stabilitas ekonomi
• stabilitas politik
• ketahanan nasional
Sejarah perkembangan bangsa indonesia menunjukan bahwa ketahanan pangansangat erat dengan :
• ketahanan sosial (social-security)
• stabilitas ekonomi
• stabilitas politik
• ketahanan nasional
• Kelemahan dalam mewujudkan ketahanan pangan otomatis akan menggoyahkanketahanan sosial, stabilitas ekonomi, stabilitas politik, dan ketahanan nasional.
• Selain itu ketahanan pangan dapat berkaitan dengan upaya peningkatan mutusumberdaya manusia di indonesia. salah satu upaya mempertahankan pangan nasionaldengan cara:
1. membangun sistem yang kokoh,
2. penyediaan pangan dapat di peroleh melalui import
namun untuk kondisi indonesia yang jumlah penduduknya relatif besar dankeragaman sosial budaya, indonesia menggantungkan penyediaan bahan pangan daripasar internasional yang beresiko tinggi. Karena memerlukan devisa yang cukup besar danpasar bahan pangan dunia yang mulai menipis.oleh karena itu tidak ada cara lain untukindonesia selain membangun ketahanan yang kokoh bahan pangan kelembagaan danbudaya lokal.
• Produksi pangan domestik telah menunjang penyediaan pangan nasional seperti beras,jagung telah mencukupi. Sedangkan gula, kedele daging sapi mengalami defisit.
• Pembangunan agribisnis sangat besar peranannya. Perlunya meningkatkan kesadaranmasyarakat terhadap pola konsumsi dan keseimbangan gizi.
• Kelemahan dalam mewujudkan ketahanan pangan otomatis akan menggoyahkanketahanan sosial, stabilitas ekonomi, stabilitas politik, dan ketahanan nasional.
• Selain itu ketahanan pangan dapat berkaitan dengan upaya peningkatan mutusumberdaya manusia di indonesia. salah satu upaya mempertahankan pangan nasionaldengan cara:
1. membangun sistem yang kokoh,
2. penyediaan pangan dapat di peroleh melalui import
namun untuk kondisi indonesia yang jumlah penduduknya relatif besar dankeragaman sosial budaya, indonesia menggantungkan penyediaan bahan pangan daripasar internasional yang beresiko tinggi. Karena memerlukan devisa yang cukup besar danpasar bahan pangan dunia yang mulai menipis.oleh karena itu tidak ada cara lain untukindonesia selain membangun ketahanan yang kokoh bahan pangan kelembagaan danbudaya lokal.
• Produksi pangan domestik telah menunjang penyediaan pangan nasional seperti beras,jagung telah mencukupi. Sedangkan gula, kedele daging sapi mengalami defisit.
• Pembangunan agribisnis sangat besar peranannya. Perlunya meningkatkan kesadaranmasyarakat terhadap pola konsumsi dan keseimbangan gizi.
• Kelemahan dalam mewujudkan ketahanan pangan otomatis akan menggoyahkanketahanan sosial, stabilitas ekonomi, stabilitas politik, dan ketahanan nasional.
• Selain itu ketahanan pangan dapat berkaitan dengan upaya peningkatan mutusumberdaya manusia di indonesia. salah satu upaya mempertahankan pangan nasionaldengan cara:
1. membangun sistem yang kokoh,
2. penyediaan pangan dapat di peroleh melalui import
namun untuk kondisi indonesia yang jumlah penduduknya relatif besar dankeragaman sosial budaya, indonesia menggantungkan penyediaan bahan pangan daripasar internasional yang beresiko tinggi. Karena memerlukan devisa yang cukup besar danpasar bahan pangan dunia yang mulai menipis.oleh karena itu tidak ada cara lain untukindonesia selain membangun ketahanan yang kokoh bahan pangan kelembagaan danbudaya lokal.
• Produksi pangan domestik telah menunjang penyediaan pangan nasional seperti beras,jagung telah mencukupi. Sedangkan gula, kedele daging sapi mengalami defisit.
• Pembangunan agribisnis sangat besar peranannya. Perlunya meningkatkan kesadaranmasyarakat terhadap pola konsumsi dan keseimbangan gizi.
• Kelemahan dalam mewujudkan ketahanan pangan otomatis akan menggoyahkanketahanan sosial, stabilitas ekonomi, stabilitas politik, dan ketahanan nasional.
• Selain itu ketahanan pangan dapat berkaitan dengan upaya peningkatan mutusumberdaya manusia di indonesia. salah satu upaya mempertahankan pangan nasionaldengan cara:
1. membangun sistem yang kokoh,
2. penyediaan pangan dapat di peroleh melalui import
namun untuk kondisi indonesia yang jumlah penduduknya relatif besar dankeragaman sosial budaya, indonesia menggantungkan penyediaan bahan pangan daripasar internasional yang beresiko tinggi. Karena memerlukan devisa yang cukup besar danpasar bahan pangan dunia yang mulai menipis.oleh karena itu tidak ada cara lain untukindonesia selain membangun ketahanan yang kokoh bahan pangan kelembagaan danbudaya lokal.
• Produksi pangan domestik telah menunjang penyediaan pangan nasional seperti beras,jagung telah mencukupi. Sedangkan gula, kedele daging sapi mengalami defisit.
• Pembangunan agribisnis sangat besar peranannya. Perlunya meningkatkan kesadaranmasyarakat terhadap pola konsumsi dan keseimbangan gizi.
Pelestaian Lingkungan Hidup
Kemerosotan mutu lingkungan hidup menjadi keprihatinan masyarakat internasionaldan mengancam kelangsungan hidup manusia di bumi. upaya internasional, lokal danregional, dengan cara pembangunan agribisnis potensial,dengan cara sebagai berikut:
• pembangunan agribisnis membuka kesempatan ekonomi yang luas di setiap daerah• Pembangunan agribisnis yang mendayagunakan keragaman hayati.
Pembangunan agribisnis yang bergerak dari factor driven menjadi capital drivendankepada innovation driven yang menghasilkan nilai tambah dapat mengurangi sumberdaya alam dan lingkunganPerencanaan pembangunan pertanian telah mencapai strategi. Berbagai jenis teknologisistem usaha tani akrab lingkungan telah siap di terapkan di lapangan, yaitu:• Sistem usahatani berwawasan konvervasi tanah• Sistem pertanian berkelanjutan dengan masukan rendah
Dalam usaha penerapan teknologi ramah lingkungan perlu di perhatikan hal hal berikut:• Teknologi disesuaikan dengan ciri lingkungan, sehingga tidak bersifat eksploratif• Teknologi bertujuan untuk optimasi produksi,dengan mempertimbangkan
keseimbangan ekosistem.
Kemerosotan mutu lingkungan hidup menjadi keprihatinan masyarakat internasionaldan mengancam kelangsungan hidup manusia di bumi. upaya internasional, lokal danregional, dengan cara pembangunan agribisnis potensial,dengan cara sebagai berikut:
• pembangunan agribisnis membuka kesempatan ekonomi yang luas di setiap daerah• Pembangunan agribisnis yang mendayagunakan keragaman hayati.
Pembangunan agribisnis yang bergerak dari factor driven menjadi capital drivendankepada innovation driven yang menghasilkan nilai tambah dapat mengurangi sumberdaya alam dan lingkunganPerencanaan pembangunan pertanian telah mencapai strategi. Berbagai jenis teknologisistem usaha tani akrab lingkungan telah siap di terapkan di lapangan, yaitu:• Sistem usahatani berwawasan konvervasi tanah• Sistem pertanian berkelanjutan dengan masukan rendah
Dalam usaha penerapan teknologi ramah lingkungan perlu di perhatikan hal hal berikut:• Teknologi disesuaikan dengan ciri lingkungan, sehingga tidak bersifat eksploratif• Teknologi bertujuan untuk optimasi produksi,dengan mempertimbangkan
keseimbangan ekosistem.
Pelestaian Lingkungan Hidup
Kemerosotan mutu lingkungan hidup menjadi keprihatinan masyarakat internasionaldan mengancam kelangsungan hidup manusia di bumi. upaya internasional, lokal danregional, dengan cara pembangunan agribisnis potensial,dengan cara sebagai berikut:
• pembangunan agribisnis membuka kesempatan ekonomi yang luas di setiap daerah• Pembangunan agribisnis yang mendayagunakan keragaman hayati.
Pembangunan agribisnis yang bergerak dari factor driven menjadi capital drivendankepada innovation driven yang menghasilkan nilai tambah dapat mengurangi sumberdaya alam dan lingkunganPerencanaan pembangunan pertanian telah mencapai strategi. Berbagai jenis teknologisistem usaha tani akrab lingkungan telah siap di terapkan di lapangan, yaitu:• Sistem usahatani berwawasan konvervasi tanah• Sistem pertanian berkelanjutan dengan masukan rendah
Dalam usaha penerapan teknologi ramah lingkungan perlu di perhatikan hal hal berikut:• Teknologi disesuaikan dengan ciri lingkungan, sehingga tidak bersifat eksploratif• Teknologi bertujuan untuk optimasi produksi,dengan mempertimbangkan
keseimbangan ekosistem.
Kemerosotan mutu lingkungan hidup menjadi keprihatinan masyarakat internasionaldan mengancam kelangsungan hidup manusia di bumi. upaya internasional, lokal danregional, dengan cara pembangunan agribisnis potensial,dengan cara sebagai berikut:
• pembangunan agribisnis membuka kesempatan ekonomi yang luas di setiap daerah• Pembangunan agribisnis yang mendayagunakan keragaman hayati.
Pembangunan agribisnis yang bergerak dari factor driven menjadi capital drivendankepada innovation driven yang menghasilkan nilai tambah dapat mengurangi sumberdaya alam dan lingkunganPerencanaan pembangunan pertanian telah mencapai strategi. Berbagai jenis teknologisistem usaha tani akrab lingkungan telah siap di terapkan di lapangan, yaitu:• Sistem usahatani berwawasan konvervasi tanah• Sistem pertanian berkelanjutan dengan masukan rendah
Dalam usaha penerapan teknologi ramah lingkungan perlu di perhatikan hal hal berikut:• Teknologi disesuaikan dengan ciri lingkungan, sehingga tidak bersifat eksploratif• Teknologi bertujuan untuk optimasi produksi,dengan mempertimbangkan
keseimbangan ekosistem.
Potensi Perkembangan Agribisnis
1. Indonesia memiliki potensi besar untuk membangun dan mengembangkan agribisnis
2. Indonesia memiliki lahan luas
3. Indonesia sangat kaya dengan sumber-sumber keaneka ragaman genetik
4. Indonesia memiliki laut dengan luas sekitar 790 juta Ha, dimana laut ini menyediakan sumber daya bahariyang besar
5. Indonesia memiliki komoditas perkebunan yang menjadi produsen terbesar di dunia.
6. Pada peternakan, Indonesia memiliki komoditas pertenakan, kususnya ras ayam Indonesia berpeluangmenjadi produsen terbesar di dunia
7. Indonesia memiliki empat kelebihan alam yang tidak ada di negara lain ( penyinaran,suhu, bebas taufin,dan curah hujan)
1. Indonesia memiliki potensi besar untuk membangun dan mengembangkan agribisnis
2. Indonesia memiliki lahan luas
3. Indonesia sangat kaya dengan sumber-sumber keaneka ragaman genetik
4. Indonesia memiliki laut dengan luas sekitar 790 juta Ha, dimana laut ini menyediakan sumber daya bahariyang besar
5. Indonesia memiliki komoditas perkebunan yang menjadi produsen terbesar di dunia.
6. Pada peternakan, Indonesia memiliki komoditas pertenakan, kususnya ras ayam Indonesia berpeluangmenjadi produsen terbesar di dunia
7. Indonesia memiliki empat kelebihan alam yang tidak ada di negara lain ( penyinaran,suhu, bebas taufin,dan curah hujan)
Potensi Perkembangan Agribisnis
1. Indonesia memiliki potensi besar untuk membangun dan mengembangkan agribisnis
2. Indonesia memiliki lahan luas
3. Indonesia sangat kaya dengan sumber-sumber keaneka ragaman genetik
4. Indonesia memiliki laut dengan luas sekitar 790 juta Ha, dimana laut ini menyediakan sumber daya bahariyang besar
5. Indonesia memiliki komoditas perkebunan yang menjadi produsen terbesar di dunia.
6. Pada peternakan, Indonesia memiliki komoditas pertenakan, kususnya ras ayam Indonesia berpeluangmenjadi produsen terbesar di dunia
7. Indonesia memiliki empat kelebihan alam yang tidak ada di negara lain ( penyinaran,suhu, bebas taufin,dan curah hujan)
1. Indonesia memiliki potensi besar untuk membangun dan mengembangkan agribisnis
2. Indonesia memiliki lahan luas
3. Indonesia sangat kaya dengan sumber-sumber keaneka ragaman genetik
4. Indonesia memiliki laut dengan luas sekitar 790 juta Ha, dimana laut ini menyediakan sumber daya bahariyang besar
5. Indonesia memiliki komoditas perkebunan yang menjadi produsen terbesar di dunia.
6. Pada peternakan, Indonesia memiliki komoditas pertenakan, kususnya ras ayam Indonesia berpeluangmenjadi produsen terbesar di dunia
7. Indonesia memiliki empat kelebihan alam yang tidak ada di negara lain ( penyinaran,suhu, bebas taufin,dan curah hujan)
Prospek Perkembangan Agribisnis
• Permintaan pasar domestik– Produk pangan agribisnis perkapita di Indonesia masih tergolong rendah seperti sayuran, buah-
buahan , daging, susu, telur Kecuali beras yang tertinggi di dunia.
– Rendahnya konsumsi produk pangan ini disebabkan oleh relatif rendahnya pendapatan perkapitapenduduk. Produk-produk agribisnis umumnya permintaannya bersifat elastis padaperubahanpendapatan (income elastic of demand)maka peningkatan pendapatan akan di ikuti denganpeningkatan permintaan.
• Permintaan pasar internasional– Permintaan produk-produk agribisnis di pasar internasional sangat besar. Di masa depan ada dua
fenomena yang meningkatkan peluang pasar agribisnis di pasar internasional,yaitu:
– Peningkatan industrialisasi
– Liberalisasi perdagangan dunia akan menghapus dan meminimumkan kebijakan poteksi (tarif,subsidi,dan hambatan non tarif produk agribisnis) hal tersebut akan menurunkan daya saing produk agribisnisseperti MEE, Asia Timur, Asia Selatan, dan Timur Tengah. Di tambah lagi dengan meningkatnyapendapatan masyarakat dunia, maka permintaan produk agribisnis akan semakin meningkat.
• Permintaan pasar domestik– Produk pangan agribisnis perkapita di Indonesia masih tergolong rendah seperti sayuran, buah-
buahan , daging, susu, telur Kecuali beras yang tertinggi di dunia.
– Rendahnya konsumsi produk pangan ini disebabkan oleh relatif rendahnya pendapatan perkapitapenduduk. Produk-produk agribisnis umumnya permintaannya bersifat elastis padaperubahanpendapatan (income elastic of demand)maka peningkatan pendapatan akan di ikuti denganpeningkatan permintaan.
• Permintaan pasar internasional– Permintaan produk-produk agribisnis di pasar internasional sangat besar. Di masa depan ada dua
fenomena yang meningkatkan peluang pasar agribisnis di pasar internasional,yaitu:
– Peningkatan industrialisasi
– Liberalisasi perdagangan dunia akan menghapus dan meminimumkan kebijakan poteksi (tarif,subsidi,dan hambatan non tarif produk agribisnis) hal tersebut akan menurunkan daya saing produk agribisnisseperti MEE, Asia Timur, Asia Selatan, dan Timur Tengah. Di tambah lagi dengan meningkatnyapendapatan masyarakat dunia, maka permintaan produk agribisnis akan semakin meningkat.
Prospek Perkembangan Agribisnis
• Permintaan pasar domestik– Produk pangan agribisnis perkapita di Indonesia masih tergolong rendah seperti sayuran, buah-
buahan , daging, susu, telur Kecuali beras yang tertinggi di dunia.
– Rendahnya konsumsi produk pangan ini disebabkan oleh relatif rendahnya pendapatan perkapitapenduduk. Produk-produk agribisnis umumnya permintaannya bersifat elastis padaperubahanpendapatan (income elastic of demand)maka peningkatan pendapatan akan di ikuti denganpeningkatan permintaan.
• Permintaan pasar internasional– Permintaan produk-produk agribisnis di pasar internasional sangat besar. Di masa depan ada dua
fenomena yang meningkatkan peluang pasar agribisnis di pasar internasional,yaitu:
– Peningkatan industrialisasi
– Liberalisasi perdagangan dunia akan menghapus dan meminimumkan kebijakan poteksi (tarif,subsidi,dan hambatan non tarif produk agribisnis) hal tersebut akan menurunkan daya saing produk agribisnisseperti MEE, Asia Timur, Asia Selatan, dan Timur Tengah. Di tambah lagi dengan meningkatnyapendapatan masyarakat dunia, maka permintaan produk agribisnis akan semakin meningkat.
• Permintaan pasar domestik– Produk pangan agribisnis perkapita di Indonesia masih tergolong rendah seperti sayuran, buah-
buahan , daging, susu, telur Kecuali beras yang tertinggi di dunia.
– Rendahnya konsumsi produk pangan ini disebabkan oleh relatif rendahnya pendapatan perkapitapenduduk. Produk-produk agribisnis umumnya permintaannya bersifat elastis padaperubahanpendapatan (income elastic of demand)maka peningkatan pendapatan akan di ikuti denganpeningkatan permintaan.
• Permintaan pasar internasional– Permintaan produk-produk agribisnis di pasar internasional sangat besar. Di masa depan ada dua
fenomena yang meningkatkan peluang pasar agribisnis di pasar internasional,yaitu:
– Peningkatan industrialisasi
– Liberalisasi perdagangan dunia akan menghapus dan meminimumkan kebijakan poteksi (tarif,subsidi,dan hambatan non tarif produk agribisnis) hal tersebut akan menurunkan daya saing produk agribisnisseperti MEE, Asia Timur, Asia Selatan, dan Timur Tengah. Di tambah lagi dengan meningkatnyapendapatan masyarakat dunia, maka permintaan produk agribisnis akan semakin meningkat.
Tantangan Pperkembangan Agribisnis
Pengembangan sektor agribisnis di masa depanselama masa pembanggunan jangkapanjang (PJP) II ,sampai PJP III akan menghadapi tantangan yangbersumber dari perubahan lingkungan strategis,yaitu:
• Perubahan lingkungan domestik (perubahan ekonomidan non ekonomi)
• Perubahan lingkungan ekonomi internasional
Tuntutan pasar terhadap persyaratan mutu dan indonesiadikenal sebagai peng-ekspor produk pertanianpremier,akibatnya sulit mengembangkan merek nasional diluar negri.
Munculnya negara-negara pesaing sepertiThailand, Vietnam, Kamboja.Berkembangnya tuntutan pasar dunia terhadap produkagribisnis.
Pengembangan sektor agribisnis di masa depanselama masa pembanggunan jangkapanjang (PJP) II ,sampai PJP III akan menghadapi tantangan yangbersumber dari perubahan lingkungan strategis,yaitu:
• Perubahan lingkungan domestik (perubahan ekonomidan non ekonomi)
• Perubahan lingkungan ekonomi internasional
Tuntutan pasar terhadap persyaratan mutu dan indonesiadikenal sebagai peng-ekspor produk pertanianpremier,akibatnya sulit mengembangkan merek nasional diluar negri.
Munculnya negara-negara pesaing sepertiThailand, Vietnam, Kamboja.Berkembangnya tuntutan pasar dunia terhadap produkagribisnis.
Tantangan Pperkembangan Agribisnis
Pengembangan sektor agribisnis di masa depanselama masa pembanggunan jangkapanjang (PJP) II ,sampai PJP III akan menghadapi tantangan yangbersumber dari perubahan lingkungan strategis,yaitu:
• Perubahan lingkungan domestik (perubahan ekonomidan non ekonomi)
• Perubahan lingkungan ekonomi internasional
Tuntutan pasar terhadap persyaratan mutu dan indonesiadikenal sebagai peng-ekspor produk pertanianpremier,akibatnya sulit mengembangkan merek nasional diluar negri.
Munculnya negara-negara pesaing sepertiThailand, Vietnam, Kamboja.Berkembangnya tuntutan pasar dunia terhadap produkagribisnis.
Pengembangan sektor agribisnis di masa depanselama masa pembanggunan jangkapanjang (PJP) II ,sampai PJP III akan menghadapi tantangan yangbersumber dari perubahan lingkungan strategis,yaitu:
• Perubahan lingkungan domestik (perubahan ekonomidan non ekonomi)
• Perubahan lingkungan ekonomi internasional
Tuntutan pasar terhadap persyaratan mutu dan indonesiadikenal sebagai peng-ekspor produk pertanianpremier,akibatnya sulit mengembangkan merek nasional diluar negri.
Munculnya negara-negara pesaing sepertiThailand, Vietnam, Kamboja.Berkembangnya tuntutan pasar dunia terhadap produkagribisnis.
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah akan terjadi beberapa perubahan, yang sebelumnyapemerintah berperan amembangun agribisnis yang dominan namun saat ini menjadi fasilitator, simulator, danpromotor.
-pada era otonomi daerah lebih mengandalkan kreativitas rakyat di daerah
-pada masa sebelumnya peran pemerintah pusat lebih dominan pemerintah daerah
Peranan tersebut membawa implikasi bagi pengelola pembangun agribisnis,yaitu:
-Pembangunan agribisnis akan di tentukan oleh pelaku ekonomi
-Pemerintah pusat harus lebih memberdayakan pemerintah daerah
-Kemampuan pemerintah dalam mengorkestra seluruh potensi pembangunan agribisnis lebih di tingkatkan.
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah akan terjadi beberapa perubahan, yang sebelumnyapemerintah berperan amembangun agribisnis yang dominan namun saat ini menjadi fasilitator, simulator, danpromotor.
-pada era otonomi daerah lebih mengandalkan kreativitas rakyat di daerah
-pada masa sebelumnya peran pemerintah pusat lebih dominan pemerintah daerah
Peranan tersebut membawa implikasi bagi pengelola pembangun agribisnis,yaitu:
-Pembangunan agribisnis akan di tentukan oleh pelaku ekonomi
-Pemerintah pusat harus lebih memberdayakan pemerintah daerah
-Kemampuan pemerintah dalam mengorkestra seluruh potensi pembangunan agribisnis lebih di tingkatkan.
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah akan terjadi beberapa perubahan, yang sebelumnyapemerintah berperan amembangun agribisnis yang dominan namun saat ini menjadi fasilitator, simulator, danpromotor.
-pada era otonomi daerah lebih mengandalkan kreativitas rakyat di daerah
-pada masa sebelumnya peran pemerintah pusat lebih dominan pemerintah daerah
Peranan tersebut membawa implikasi bagi pengelola pembangun agribisnis,yaitu:
-Pembangunan agribisnis akan di tentukan oleh pelaku ekonomi
-Pemerintah pusat harus lebih memberdayakan pemerintah daerah
-Kemampuan pemerintah dalam mengorkestra seluruh potensi pembangunan agribisnis lebih di tingkatkan.
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah akan terjadi beberapa perubahan, yang sebelumnyapemerintah berperan amembangun agribisnis yang dominan namun saat ini menjadi fasilitator, simulator, danpromotor.
-pada era otonomi daerah lebih mengandalkan kreativitas rakyat di daerah
-pada masa sebelumnya peran pemerintah pusat lebih dominan pemerintah daerah
Peranan tersebut membawa implikasi bagi pengelola pembangun agribisnis,yaitu:
-Pembangunan agribisnis akan di tentukan oleh pelaku ekonomi
-Pemerintah pusat harus lebih memberdayakan pemerintah daerah
-Kemampuan pemerintah dalam mengorkestra seluruh potensi pembangunan agribisnis lebih di tingkatkan.
Meningatkan Daya SaingPengertian daya saing dapat diterjemahkan dari sisi permintaan dan dari sisi penawaran
.Dari sisi permintaan, kemampuan bersaing mengandung arti bahwa produk agribisnis yangdijual haruslah produ yang sesuai dengan atribut yang dituntut konsumen atau produk yangdipersepsikan bernilai tinggi oleh konsumen (consumer’s value perception).
Saat ini telah terjadi perubahan nilai pada konsumen, yaitu:
• Meningkatnya kesadaran konsumen terkait pentingnya kesehatan dan kebugaran dengankonsumsi makanan.
• Perubahan gaya hidup (life style) masyarakat telah berubah pola dan gaya konsumsi produkagribisnis yang bukan sekedar berdimensi sosiologis, tetapi juga telah meluas pada dimensipsikologis dan kenikmatan.
• Meningkatnya kesadaran masyarakat internasional akan kaitan antara kelestarian lingkunganhidup dengan kesejahteraan menusia, telah mendorong masuknya aspek pelestarian.
• Meningkatnya kesadaran masyarakat internasional akan hak asasi manusia sbagai saalah satunilai bersama yang turut dipertimbangkan dalam keputusan ekonomi.
Pengertian daya saing dapat diterjemahkan dari sisi permintaan dan dari sisi penawaran.Dari sisi permintaan, kemampuan bersaing mengandung arti bahwa produk agribisnis yangdijual haruslah produ yang sesuai dengan atribut yang dituntut konsumen atau produk yangdipersepsikan bernilai tinggi oleh konsumen (consumer’s value perception).
Saat ini telah terjadi perubahan nilai pada konsumen, yaitu:
• Meningkatnya kesadaran konsumen terkait pentingnya kesehatan dan kebugaran dengankonsumsi makanan.
• Perubahan gaya hidup (life style) masyarakat telah berubah pola dan gaya konsumsi produkagribisnis yang bukan sekedar berdimensi sosiologis, tetapi juga telah meluas pada dimensipsikologis dan kenikmatan.
• Meningkatnya kesadaran masyarakat internasional akan kaitan antara kelestarian lingkunganhidup dengan kesejahteraan menusia, telah mendorong masuknya aspek pelestarian.
• Meningkatnya kesadaran masyarakat internasional akan hak asasi manusia sbagai saalah satunilai bersama yang turut dipertimbangkan dalam keputusan ekonomi.
Meningatkan Daya SaingPengertian daya saing dapat diterjemahkan dari sisi permintaan dan dari sisi penawaran
.Dari sisi permintaan, kemampuan bersaing mengandung arti bahwa produk agribisnis yangdijual haruslah produ yang sesuai dengan atribut yang dituntut konsumen atau produk yangdipersepsikan bernilai tinggi oleh konsumen (consumer’s value perception).
Saat ini telah terjadi perubahan nilai pada konsumen, yaitu:
• Meningkatnya kesadaran konsumen terkait pentingnya kesehatan dan kebugaran dengankonsumsi makanan.
• Perubahan gaya hidup (life style) masyarakat telah berubah pola dan gaya konsumsi produkagribisnis yang bukan sekedar berdimensi sosiologis, tetapi juga telah meluas pada dimensipsikologis dan kenikmatan.
• Meningkatnya kesadaran masyarakat internasional akan kaitan antara kelestarian lingkunganhidup dengan kesejahteraan menusia, telah mendorong masuknya aspek pelestarian.
• Meningkatnya kesadaran masyarakat internasional akan hak asasi manusia sbagai saalah satunilai bersama yang turut dipertimbangkan dalam keputusan ekonomi.
Pengertian daya saing dapat diterjemahkan dari sisi permintaan dan dari sisi penawaran.Dari sisi permintaan, kemampuan bersaing mengandung arti bahwa produk agribisnis yangdijual haruslah produ yang sesuai dengan atribut yang dituntut konsumen atau produk yangdipersepsikan bernilai tinggi oleh konsumen (consumer’s value perception).
Saat ini telah terjadi perubahan nilai pada konsumen, yaitu:
• Meningkatnya kesadaran konsumen terkait pentingnya kesehatan dan kebugaran dengankonsumsi makanan.
• Perubahan gaya hidup (life style) masyarakat telah berubah pola dan gaya konsumsi produkagribisnis yang bukan sekedar berdimensi sosiologis, tetapi juga telah meluas pada dimensipsikologis dan kenikmatan.
• Meningkatnya kesadaran masyarakat internasional akan kaitan antara kelestarian lingkunganhidup dengan kesejahteraan menusia, telah mendorong masuknya aspek pelestarian.
• Meningkatnya kesadaran masyarakat internasional akan hak asasi manusia sbagai saalah satunilai bersama yang turut dipertimbangkan dalam keputusan ekonomi.
Hal yang menyebabkan produk agribisnis Indonesia masih lemah, yaitu:
1. Belum adanya dukungan pihak perbankan terhadap pengembanganagribisnis-agroindustri, baik dari pemodalan maupun suku bunga.
2. Isu perdagangan internasional terhadap produk agroindustri trpik kkurangmenguntungkan, sehingga banyak negara pembeli memberlakukan nontariff barrier dan tariff escalation bagi produk agroisndustri.
3. Terbatasnya diversifikasi produk agroindustri, sehingga kurang mampumemenuhi pasar terutama pasar ekspor.
4. Kualitas beberapa produk agroindustri masih belum mampu nenyusuaiandengan kualitas internasioanl, sehingga benyak klaim yang dilakukan pihakpembeli.
Hal yang menyebabkan produk agribisnis Indonesia masih lemah, yaitu:
1. Belum adanya dukungan pihak perbankan terhadap pengembanganagribisnis-agroindustri, baik dari pemodalan maupun suku bunga.
2. Isu perdagangan internasional terhadap produk agroindustri trpik kkurangmenguntungkan, sehingga banyak negara pembeli memberlakukan nontariff barrier dan tariff escalation bagi produk agroisndustri.
3. Terbatasnya diversifikasi produk agroindustri, sehingga kurang mampumemenuhi pasar terutama pasar ekspor.
4. Kualitas beberapa produk agroindustri masih belum mampu nenyusuaiandengan kualitas internasioanl, sehingga benyak klaim yang dilakukan pihakpembeli.
Hal yang menyebabkan produk agribisnis Indonesia masih lemah, yaitu:
1. Belum adanya dukungan pihak perbankan terhadap pengembanganagribisnis-agroindustri, baik dari pemodalan maupun suku bunga.
2. Isu perdagangan internasional terhadap produk agroindustri trpik kkurangmenguntungkan, sehingga banyak negara pembeli memberlakukan nontariff barrier dan tariff escalation bagi produk agroisndustri.
3. Terbatasnya diversifikasi produk agroindustri, sehingga kurang mampumemenuhi pasar terutama pasar ekspor.
4. Kualitas beberapa produk agroindustri masih belum mampu nenyusuaiandengan kualitas internasioanl, sehingga benyak klaim yang dilakukan pihakpembeli.
Hal yang menyebabkan produk agribisnis Indonesia masih lemah, yaitu:
1. Belum adanya dukungan pihak perbankan terhadap pengembanganagribisnis-agroindustri, baik dari pemodalan maupun suku bunga.
2. Isu perdagangan internasional terhadap produk agroindustri trpik kkurangmenguntungkan, sehingga banyak negara pembeli memberlakukan nontariff barrier dan tariff escalation bagi produk agroisndustri.
3. Terbatasnya diversifikasi produk agroindustri, sehingga kurang mampumemenuhi pasar terutama pasar ekspor.
4. Kualitas beberapa produk agroindustri masih belum mampu nenyusuaiandengan kualitas internasioanl, sehingga benyak klaim yang dilakukan pihakpembeli.
Hal yang harus dilakukan agar komoditas agribisnis Indonesia mampu bersaingdengan komoditas negara lain, misalnya Thailand yaitu:
1. Komoditas agribisnis Indonesia harus dapta memenuhi standar mutu yangtelah ditetapkan dalam perdagangan internasional.
2. Komoditas agribisnis untuk dijjual di super market harus memenuhippersyaratan mutu yang ditetapkan oleh manajemen super market yangbersangkutan.
3. Perusahaan super market, baik modal nasioanl maupun PMA, harusbersedia bermitra dan memberikan dan bimbingan kepada petaniprodusen.
Hal yang harus dilakukan agar komoditas agribisnis Indonesia mampu bersaingdengan komoditas negara lain, misalnya Thailand yaitu:
1. Komoditas agribisnis Indonesia harus dapta memenuhi standar mutu yangtelah ditetapkan dalam perdagangan internasional.
2. Komoditas agribisnis untuk dijjual di super market harus memenuhippersyaratan mutu yang ditetapkan oleh manajemen super market yangbersangkutan.
3. Perusahaan super market, baik modal nasioanl maupun PMA, harusbersedia bermitra dan memberikan dan bimbingan kepada petaniprodusen.
Hal yang harus dilakukan agar komoditas agribisnis Indonesia mampu bersaingdengan komoditas negara lain, misalnya Thailand yaitu:
1. Komoditas agribisnis Indonesia harus dapta memenuhi standar mutu yangtelah ditetapkan dalam perdagangan internasional.
2. Komoditas agribisnis untuk dijjual di super market harus memenuhippersyaratan mutu yang ditetapkan oleh manajemen super market yangbersangkutan.
3. Perusahaan super market, baik modal nasioanl maupun PMA, harusbersedia bermitra dan memberikan dan bimbingan kepada petaniprodusen.
Hal yang harus dilakukan agar komoditas agribisnis Indonesia mampu bersaingdengan komoditas negara lain, misalnya Thailand yaitu:
1. Komoditas agribisnis Indonesia harus dapta memenuhi standar mutu yangtelah ditetapkan dalam perdagangan internasional.
2. Komoditas agribisnis untuk dijjual di super market harus memenuhippersyaratan mutu yang ditetapkan oleh manajemen super market yangbersangkutan.
3. Perusahaan super market, baik modal nasioanl maupun PMA, harusbersedia bermitra dan memberikan dan bimbingan kepada petaniprodusen.
kendala pengembangan agribisnis1. Kendala substans
a) Tersebarnya hamparan lahan usahatani, sehingga menyebabkaninformasi sulit dilakukan’
b) Kurang beragamnya komoditas exspor dan pasar ekspor’c) Kurangnya kegiatan dan pengetahuan untuk menyiasati pasar (market
intelligence)d) Kurangnya upaya promosi pasar di luar negeri,e) Kurang memadainya dukungan pemerintah untuk merangsang dan
mempermudah akses pasar,
1. Kendala substansa) Tersebarnya hamparan lahan usahatani, sehingga menyebabkan
informasi sulit dilakukan’b) Kurang beragamnya komoditas exspor dan pasar ekspor’c) Kurangnya kegiatan dan pengetahuan untuk menyiasati pasar (market
intelligence)d) Kurangnya upaya promosi pasar di luar negeri,e) Kurang memadainya dukungan pemerintah untuk merangsang dan
mempermudah akses pasar,
kendala pengembangan agribisnis1. Kendala substans
a) Tersebarnya hamparan lahan usahatani, sehingga menyebabkaninformasi sulit dilakukan’
b) Kurang beragamnya komoditas exspor dan pasar ekspor’c) Kurangnya kegiatan dan pengetahuan untuk menyiasati pasar (market
intelligence)d) Kurangnya upaya promosi pasar di luar negeri,e) Kurang memadainya dukungan pemerintah untuk merangsang dan
mempermudah akses pasar,
1. Kendala substansa) Tersebarnya hamparan lahan usahatani, sehingga menyebabkan
informasi sulit dilakukan’b) Kurang beragamnya komoditas exspor dan pasar ekspor’c) Kurangnya kegiatan dan pengetahuan untuk menyiasati pasar (market
intelligence)d) Kurangnya upaya promosi pasar di luar negeri,e) Kurang memadainya dukungan pemerintah untuk merangsang dan
mempermudah akses pasar,
2. Kendala organisasi atau kelembagaana) Belum berkembangnya lembaga pemasaran domestik maupun ekspor,b) Informasi pasar kepada petani secara asimetri akibat belum
berfungsinya lembaga-lembaga pemasaran,c) Upaya koordinasi intensif dalam membangun sistem informasi terpadu
belum banyak dilakukan,d) Iklim persaingan belum berkembang secara baik.
2. Kendala organisasi atau kelembagaana) Belum berkembangnya lembaga pemasaran domestik maupun ekspor,b) Informasi pasar kepada petani secara asimetri akibat belum
berfungsinya lembaga-lembaga pemasaran,c) Upaya koordinasi intensif dalam membangun sistem informasi terpadu
belum banyak dilakukan,d) Iklim persaingan belum berkembang secara baik.
Kisah sukses Agribisnis Thailand
Agribisnis Hortikultura Thailand
Thailand dikenal sebagai negara penghasil hortikultura. Sebab dianggap telahberhasil mengembangkan agribisnis hortikultura yaitu, buah-buahan, sayur-sayuran dantanaman hias. Trobosan Thailand falam dunia agribisnis bukan hanya berhasilminingkatkan kemanpuan sector agribisnis dalam ekonomi nasional Thailand, tetapijuga berhasil meningkatkan citra positif Thailand sebagai pelopor pengembanganagribisnis dikawasan ASEAN.
Agribisnis Hortikultura Thailand
Thailand dikenal sebagai negara penghasil hortikultura. Sebab dianggap telahberhasil mengembangkan agribisnis hortikultura yaitu, buah-buahan, sayur-sayuran dantanaman hias. Trobosan Thailand falam dunia agribisnis bukan hanya berhasilminingkatkan kemanpuan sector agribisnis dalam ekonomi nasional Thailand, tetapijuga berhasil meningkatkan citra positif Thailand sebagai pelopor pengembanganagribisnis dikawasan ASEAN.
Kisah sukses Agribisnis Thailand
Agribisnis Hortikultura Thailand
Thailand dikenal sebagai negara penghasil hortikultura. Sebab dianggap telahberhasil mengembangkan agribisnis hortikultura yaitu, buah-buahan, sayur-sayuran dantanaman hias. Trobosan Thailand falam dunia agribisnis bukan hanya berhasilminingkatkan kemanpuan sector agribisnis dalam ekonomi nasional Thailand, tetapijuga berhasil meningkatkan citra positif Thailand sebagai pelopor pengembanganagribisnis dikawasan ASEAN.
Agribisnis Hortikultura Thailand
Thailand dikenal sebagai negara penghasil hortikultura. Sebab dianggap telahberhasil mengembangkan agribisnis hortikultura yaitu, buah-buahan, sayur-sayuran dantanaman hias. Trobosan Thailand falam dunia agribisnis bukan hanya berhasilminingkatkan kemanpuan sector agribisnis dalam ekonomi nasional Thailand, tetapijuga berhasil meningkatkan citra positif Thailand sebagai pelopor pengembanganagribisnis dikawasan ASEAN.
Keunggulan Agribisnis Thailand
• Thailand memiliki keunggulan di bidang penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan bibit unggulmelalui rekayasa bioteknologi, bioproses dan kultur jaringan.
• Keunggulan dalam bidang memfungsikan Badan Penyuluhan Pertanian Daerah (BPPD). BPPD jugasebagai sarana penyediaan informasi pasar bagi petani dalam kaitannya dengan perencaan jenis dankualitas produk.
• Keunggulan dalam memainkan strategi pemasaran yang handal dan efektif untuk penetrasi pasar,terutama pasar ekspor.
• Kemampuan yang tinggi untuk memperpendek rantai pemasaran komoditas, sehinngga marjinpemasaran relatif rendah. Dengan kata lain perbedaan antara harga yang dibayar konsumen dan hargayang diterima petani relative kecil, sehingga siste komoditas beropraso dengan efisien.
• Thailand memiliki keunggulan di bidang penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan bibit unggulmelalui rekayasa bioteknologi, bioproses dan kultur jaringan.
• Keunggulan dalam bidang memfungsikan Badan Penyuluhan Pertanian Daerah (BPPD). BPPD jugasebagai sarana penyediaan informasi pasar bagi petani dalam kaitannya dengan perencaan jenis dankualitas produk.
• Keunggulan dalam memainkan strategi pemasaran yang handal dan efektif untuk penetrasi pasar,terutama pasar ekspor.
• Kemampuan yang tinggi untuk memperpendek rantai pemasaran komoditas, sehinngga marjinpemasaran relatif rendah. Dengan kata lain perbedaan antara harga yang dibayar konsumen dan hargayang diterima petani relative kecil, sehingga siste komoditas beropraso dengan efisien.
Keunggulan Agribisnis Thailand
• Thailand memiliki keunggulan di bidang penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan bibit unggulmelalui rekayasa bioteknologi, bioproses dan kultur jaringan.
• Keunggulan dalam bidang memfungsikan Badan Penyuluhan Pertanian Daerah (BPPD). BPPD jugasebagai sarana penyediaan informasi pasar bagi petani dalam kaitannya dengan perencaan jenis dankualitas produk.
• Keunggulan dalam memainkan strategi pemasaran yang handal dan efektif untuk penetrasi pasar,terutama pasar ekspor.
• Kemampuan yang tinggi untuk memperpendek rantai pemasaran komoditas, sehinngga marjinpemasaran relatif rendah. Dengan kata lain perbedaan antara harga yang dibayar konsumen dan hargayang diterima petani relative kecil, sehingga siste komoditas beropraso dengan efisien.
• Thailand memiliki keunggulan di bidang penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan bibit unggulmelalui rekayasa bioteknologi, bioproses dan kultur jaringan.
• Keunggulan dalam bidang memfungsikan Badan Penyuluhan Pertanian Daerah (BPPD). BPPD jugasebagai sarana penyediaan informasi pasar bagi petani dalam kaitannya dengan perencaan jenis dankualitas produk.
• Keunggulan dalam memainkan strategi pemasaran yang handal dan efektif untuk penetrasi pasar,terutama pasar ekspor.
• Kemampuan yang tinggi untuk memperpendek rantai pemasaran komoditas, sehinngga marjinpemasaran relatif rendah. Dengan kata lain perbedaan antara harga yang dibayar konsumen dan hargayang diterima petani relative kecil, sehingga siste komoditas beropraso dengan efisien.
• Dalam skala besar, sejak 1996 Thailand memiliki terminal agribisnis produkpertanian terbesar dan terlengkap di Asia, yaitu Talaad Thai. Terminal inimerupakan tempat ideal bagi terjadinya transaksi antara penjual dan pemberi(domestik dan ekspor) produk pertanian.
• Birokrasi di Thailand efisien dan efektif. Artinya birokrasi di Thailand tidaberbelit-belit dan sangat membantu kelancaran usrusan-urusan agribisnis.
• Kemampuan membuahkan tanaman di luar musim. Di Thailand slalu ada buahmangga dan durian yang di tempat lain merupakan buah musiman. Perlakuanteknologi yang dipadupadankan dengan kreatifitas petaninya, menjadikankedua jenis buah ini bisa diatur masa berbuah dan penennya.
• Dalam skala besar, sejak 1996 Thailand memiliki terminal agribisnis produkpertanian terbesar dan terlengkap di Asia, yaitu Talaad Thai. Terminal inimerupakan tempat ideal bagi terjadinya transaksi antara penjual dan pemberi(domestik dan ekspor) produk pertanian.
• Birokrasi di Thailand efisien dan efektif. Artinya birokrasi di Thailand tidaberbelit-belit dan sangat membantu kelancaran usrusan-urusan agribisnis.
• Kemampuan membuahkan tanaman di luar musim. Di Thailand slalu ada buahmangga dan durian yang di tempat lain merupakan buah musiman. Perlakuanteknologi yang dipadupadankan dengan kreatifitas petaninya, menjadikankedua jenis buah ini bisa diatur masa berbuah dan penennya.
• Dalam skala besar, sejak 1996 Thailand memiliki terminal agribisnis produkpertanian terbesar dan terlengkap di Asia, yaitu Talaad Thai. Terminal inimerupakan tempat ideal bagi terjadinya transaksi antara penjual dan pemberi(domestik dan ekspor) produk pertanian.
• Birokrasi di Thailand efisien dan efektif. Artinya birokrasi di Thailand tidaberbelit-belit dan sangat membantu kelancaran usrusan-urusan agribisnis.
• Kemampuan membuahkan tanaman di luar musim. Di Thailand slalu ada buahmangga dan durian yang di tempat lain merupakan buah musiman. Perlakuanteknologi yang dipadupadankan dengan kreatifitas petaninya, menjadikankedua jenis buah ini bisa diatur masa berbuah dan penennya.
• Dalam skala besar, sejak 1996 Thailand memiliki terminal agribisnis produkpertanian terbesar dan terlengkap di Asia, yaitu Talaad Thai. Terminal inimerupakan tempat ideal bagi terjadinya transaksi antara penjual dan pemberi(domestik dan ekspor) produk pertanian.
• Birokrasi di Thailand efisien dan efektif. Artinya birokrasi di Thailand tidaberbelit-belit dan sangat membantu kelancaran usrusan-urusan agribisnis.
• Kemampuan membuahkan tanaman di luar musim. Di Thailand slalu ada buahmangga dan durian yang di tempat lain merupakan buah musiman. Perlakuanteknologi yang dipadupadankan dengan kreatifitas petaninya, menjadikankedua jenis buah ini bisa diatur masa berbuah dan penennya.