Upload
abu-abdillah-muhammad-basrun
View
743
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Universitas Gadjah Mada
BAB 6
DIMENSI-DIMENSI LINGKUNGAN ORGANISASI
1. Batasan Pengertian Lingkungan Organisasi
Istilah lingkungan merupakan istilah yang makin populer dan makin banyak
dipergunakan orang dalam berbagai pengertian. Lingkungan sering dinyatakan
sebagai "semua yang ada di sekitar atau di sekeliling sesuatu", sehingga kalau orang
menyebut "lingkungan tempat tinggalnya", maka makna yang dimaksud disini adalah
kondisi yang ada di sekitar tempat tinggal orang yang dimaksud. Istilah lingkungan
juga memiliki makna yang lain, misalnya ketika orang menyatakan "ini masalah
lingkungan", konotasi makna yang terkandung pada kalimat terakhir ini adalah
masalah gangguan atau kerusakan lingkungan hidup. Dengan demikian, istilah ini
makin sering dipergunakan orang, tetapi dengan makna yang berbeda-beda,
tergantung dari penggunaan istilah itu.
Istilah lingkungan merupakan terjemahan dari istilah "environment", yang
secara sosiologis dapat memiliki arti segala sesuatu yang mendorong dan
mempengaruhi tingkah laku individu atau kelompok. Di kalangan para ahli sosiologi
terdapat kesepakatan bahwa lingkungan menunjuk pada kondisi dan kejadian yang
sifatnya eksternal terhadap organisasi. Dalam hal ini lingkungan dapat berupa
lingkungan phisisk maupun lingkungan non phisik (misalnya kondisi sosial atau
kultural masyarakat).
Setiap organisasi senantiasa berada dan saling mempengaruhi dengan
lingkungannya. Hubungan timbal balik antara organisasi dan lingkungan dimana
organisasi itu berada berlangsung secara terus menerus meskipun dengan tingkat
saling pengaruh yang bervariasi. Perubahan organisasi senantiasa terjadi sebagai
akibat dari berubahnya kondisi lingkungan dimana organisasi itu berada. Jadi,
organisasi senantiasa melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitarnya. Demikian
pula sebaliknya, lingkungan juga mendapatkan pengaruh dari organisasi.
Sebagai contoh, Organisasi Petani Pemakai Air (OPPA) di suatu daerah
harus melakukan perubahan struktur organisasi karena di daerah itu telah dibangun
suatu dam yang memungkinkan pengelolaan air lebih besar dibandingkan sebelum
dibangunnya dam tersebut. Bisa jadi organisasi petani pemakai air itu harus merubah
bagian tertentu dari organisasinya untuk menyesuaikan kondisi lingkungan yang
berubah. Misalnya, jika semula ada unit organisasi itu yang mengelola sumber air
tanah yang potensial bagi pengairan lahan pertanian, dengan adanya sumber air
Universitas Gadjah Mada
baru berupa saluran dari dam, maka unit organisasi ini kemudian menjadi kurang
berfungsi. Sebaliknya, organisasi itu mungkin harus mengembangkan unit baru
dalam organisasi karena adanya kebutuhan baru sejalan dengan perubahan yang
terjadi di lingkungan organisasi itu. Sebagai misal, organisasi petani pemakai air itu
harus mengembangkan unit pemelihara saluran primer yang bekerja sama dengan
instansi lain (antara lain, Dinas Pengairan) untuk memelihara saluran yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat petani anggota organisasi itu, tetapi wewenang untuk
mengelola dan memelihara saluran itu berada di tangan instansi lain. Ini berarti,
perubahan pada lingkungan phisik, dalam dal ini berfungsinya sebuah dam, telah
membawa akibat perubahan pada beberapa unit dari organisasi.
Contoh yang lain, sebuah organisasi produksi harus melakukan pengurangan
tenaga kerja karena datangnya mesin-mesin yang tidak memerlukan banyak tenaga
kerja, tetapi dioperasikan oleh sedikit tenaga kerja dengan keahlian atau ketrampilan
operasional tertentu. Jadi dalam organisasi produksi itu harus mengembangkan
suatu struktur baru yang sesuai dengan tingkat teknologi yang dipergunakan dalam
produksi. Itu berarti, masuknya teknologi baru dalam proses produksi akan berakibat
terjadinya perubahan dalam beberapa bidang organisasi.
Dalam kasus yang lain, suatu pabrik harus melakukan penyesuaian mengenai
jam kerjanya karena kondisi budaya tenaga kerja yang ada. Misalnya, karena hampir
semua tenaga kerja yang ada adalah penganut agama Islam yang taat dan sebagian
besar adalah laki-laki. Pada awalnya pihak manajemen pabrik itu menggunakan pola
jam kerja dari jam 07.30 sampai dengan jam 15.30 terus menerus tanpa istirahat
siang. Akan tetapi kemudian terlihat bahwa pada saat waktu sholat Dhuhur banyak
tenaga kerja yang meninggalkan tempat kerja untuk melakukan ibadah sholat.
Terlebih lagi, pada hari Jumat, pada saat sholat Jumat, semua karyawan laki-laki
yang beragama islam meninggalkan tempat kerja untuk menunaikan ibadah sholat
Jumat. Melihat hal ini kurang menguntungkan bagi kegiatan produksi, berdasarkan
kesepatakan bersama, pihak manajemen kemudian melakukan perubahan jam kerja,
yaitu mulai jam 07.00 sampai dengan jam 16.00 dengan tambahan istirahat antara
jam 12.00 sampai dengan jam 13.00. Dari sisi jumlah jam kerja, perubahan ini tidak
ada pengurangan, tetapi dari sisi pemenuhan kebutuhan tenaga kerja akan waktu
untuk sholat dapat terpenuhi. Di sisi lain, dengan perubahan jam kerja ini memberi
keuntungan bagi semua pihak, bagi pekerja maka kebutuhannya terpenuhi,
ketenangan kerja tercipta karena tidak merasa diburu kewajiban (keagamaan) yang
harus ditunaikan, sedang bagi perusahaan mendapatkan keuntungan karena tidak
Universitas Gadjah Mada
kehilangan jam kerja dan berkurangnya jumlah kasus pekerja yang meninggalkan
tempat kerja pada saat jam kerja. Jadi pabrik ini melakukan penyesuaian dengan
kondisi budaya tenaga kerjanya.
Contoh kasus yang lain, di suatu kota kabupaten, telah sejak lama berdiri
rumah sakit bersalin. Masyarakat banyak yang menggunakan pelayanan rumah sakit
ini sejak masa pemeriksaan kehamilan sampai proses kelahiran. Di rumah sakit ini
juga telah tersedia cukup tenaga paramedis dan dokter serta adanya dukungan
pengelola atau pengurus yang cukup baik. Akan tetapi, masyarakat seringkali
kesulitan ketika anak-anak mereka menderita sakit dan memerlukan penanganan
bukan oleh seorang dokter umum lagi, tetapi memerlukan dokter spesialis anak.
Akibatnya, jika ada pasien anak-anak, maka pasien itu harus pergi ke rumah sakit
lain yang memiliki tenaga dokter spesialis anak. Melihat perkembangan itu, para
pengurus rumah sakit bersalin melihat peluang pasar yang cukup bagus, kemudian
melakukan. perencanaan mengembangkan rumah sakit itu, dari rumah sakit bersalin
(RSB) berkembang menjadi sebuat rumah sakit khusus ibu dan anak (RSKIA).
Dengan perubahan ini berarti organisasi dalam rumah sakit itu juga mengalami
perubahan. Unit-unit kerjanya bertambah, antara lain dengan masuknya dokter
spesialis anak dan para medis yang dibutuhkan dalam perkembangan itu. Demikian
juga dalam segi administrasi dan pembiayaan juga mengalami perkembangan. Jadi,
perubahan "peluang pasar" ini telah mengakibatkan terjadinya perubahan organisasi
rumah sakit itu.
Contoh kasus yang lain, masuknya suatu perusahaan multi nasional di suatu
negara akan dapat menciptakan suatu kondisi lingkungan yang baru. Sebagai suatu
organisasi yang memiliki jaringan operasi antar negara, maka perusahaan multi
nasional ini pada umumnya memiliki kemampuan keahlian dan kemampuan finansial
yang lebih kuat dibandingkan dengan organisasi pada tingkat nasional atau lokal.
Akibatnya, kondisi lingkungan yang ada mengalami perubahan karena masuknya
pesaing baru dalam pasar yang memiliki beberapa keunggulan kompetitif terhadap
pesaing lama yang telah ada dalam pasar yang sama.
Secara umum, lingkungan organisasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
lingkungan phisik dan lingkungan non-phisik. Lingkungan phisik dari suatu organisasi
terutama berupa benda material, misalnya gedung, sarana komuniskasi, jalan raya,
sumber-sumber alam, iklim dan sebagainya. Sebagai contoh, bentuk bangunan dan
tata ruang dalam gedung dimana suatu aktifitas kerja suatu organisasi berlangsung
sangat berpengaruh terhadap kenyamanan kerja dan kepuasan kerja dari para
Universitas Gadjah Mada
pekerja yang berada dalam organisasi itu. Contoh yang lain, karena keterbatasan
dana sehingga tidak tersedia cukup ruang untuk menympan arsip penting, maka
kondisi penyimpanan arsip pada suatu kantor Pemerintah tidak dapat terselenggara
dengan baik. Ini menunjukkan bahwa bangunan dan tata ruang dalam bangunan itu
memiliki pengaruh terhadap aktifitas dalam organisasi.
Sarana transportasi dan komunikasi juga memiliki pengaruh terhadap aktifitas
dalam organisasi. Organisasi yang ditopeng oleh adanya sarana transportasi dan
komunikasi memiliki aktifitas yang lebih mudah dibandingkan dengan organisasi yang
tidak mendapatkan dukungan secara cukup sarana transportasi dan komunikasi.
Sebagai contoh, tiadanya sarana transportasi dan komunikasi menyebabkan biaya
perjalanan meningkat dan juga menimbulkan hambatan dalam komunikasi, karena
komunikasi harus dilakukan secara manual dari orang ke orang, tidak melalui alat
komunikasi. Demikian juga ketersediaan sumber-sumber alam, terutama pada
organisasi produksi pengolahan sumber-sumber alam, sangat besar pengaruhnya
terhadap aktifitas organisasi. Ini berbeda dengan daerah yang memiliki sumber-
sumber yang terbatas, sehingga aktifitas kegiatan organisasi produksinyapun juga
relatif kecil.
Lingkungan non-phisik memiliki pengaruh yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan lingkungan phisik. Lingkungan non-phisik ini meliputi semua
fenomena yang sifatnya eksternal dari suatu organisasi dan pada umumnya tidak
berupa benda materiil. Sebagai contoh dari lingkungan nonphisik ini misalnya kondisi
sosial masyarakat, kebudayaan masyarakat, sistem ekonomi, sistem politik, tingkat
teknologi dan sebagainya. Semua ini merupakan lingkungan non phisik bagi
organisasi dan memiliki pengaruh terhadap aktifitas organisasi.
Ada pula ahli yang tidak membedakan lingkungan dengan pemilahan
lingkungan phisik dan lingkungan non-phisik, tetapi memiliahnya menjadi lingkungan
geografis dan lingkungan sosial. Lingkungan geografis menunjuk pada semua aspek
dari lingkungan yang tidak diciptakan oleh manusia dan bukan merupakan hasil dari
aktifitas manusia. Lingkungan geografis ini meliputi ketinggian suatu wilayah, bentuk
permukaan yang datar atau cekung, iklim, kandungan mineral yang ada di suatu
daerah, keragaman hayati (flora dan fauna) serta berbagai karakteristik suatu wilayah
yang tidak diciptakan oleh manusia atau aktivitas manusia. Jadi dalam pengertian ini,
istilah lingkungan geografik memiliki makna yang kurang lebih sama dengan istilah
lingkungan alam ataupun lingkungan phisik.
Universitas Gadjah Mada
Sedangkan lingkungan sosial menunjuk pada bagian dari lingkungan yang
terdiri dari orang-orang atau kelompok yang saling berinteraksi, yang meliputi pola-
pola organisasi sosial serta semua aspek dari kehidupan sosial masyarakat. Dalam
hal ini dapat dipahami bahwa seorang anggota masyarakat dapat dilihat sebagai
suatu lingkungan sosial, mengingat pada diri seorang anggota masyarakat itu
terdapat harapan-harapan sosial tertentu ketika ia melakukan interaksi sosial dengan
orang lain.
Dengan demikian, setiap organisasi pada kenyataannya selalu berada dalam
suatu lingkungan phisik, teknologis, sosial dan budaya tertentu dimana organisasi itu
harus melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitarnya. Itu berarti setiap
organisasi tidak berada dalam suatu lingkungan hampa, tetapi berada dalam suatu
lingkungan tertentu. Tidak ada satupun organisasi yang dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri, sehingga untuk kelangsungan hidupnya, semua organisasi
harus mengembangkan berbagai tipe hubungan yang mapan yang menghubungkan
organisasi itu dengan lingkungan yang lebih besar.
Pada kenyataannya setiap organisasi tidak banyak berperanan dalam proses
sosialisasi dan pelatihan anggotanya. Setiap anggota organisasi pada dasarnya
masuk sebagai bagian dari suatu organisasi telah memiliki pribadi dengan karakter
sosial dan budaya tertentu sebagai hasil dari interaksi sosialnya dengan lingkungan
sosial budaya di luar organisasi. Ketika manusia lahir dan berkembang, melalui
proses sosialisasi ia mengenal lingkungan sosial dan kebudayaannya. Dalam diri
anggota masyarakat juga berkembang kepribadian yang sesuai dengan kepribadian
masyarakat dan kebudayaan dimana ia menjadi anggota masyarakat. Dengan
demikian, setiap orang pada dasarnya telah memiliki "bekal" berupa kepribadian dan
dibawah pengaruh kebudayaan masyarakat dimana ia menjadi anggotanya. Ketika ia
menjadi anggota suatu organisasi, maka "bekal" kepribadian dan kebudayaannya itu
juga terbawa serta dan mempengaruhi interaksinya di dalam organisasi.
Selain itu, sangat disadari bahwa seseorang tidak hanya menjadi anggota
dari suatu organisasi tertentu, tetapi menjadi anggota dari berbagai anggota
organisasi sekaligus. Kondisi ini tidak dapat tidak akan memiliki pengaruh yang besar
terhadap perilakunya dalam suatu organisasi tertentu. Sebagai contoh, seorang
pekerja di suatu pabrik, di luar pabrik ia memiliki kegiatan dalam berbagai organisasi,
misalnya di lingkungan tempat tinggalnya menjadi pengurus Lembaga Ketahanan
Masuyarakat Desa (LKMD), selain itu ia juga menjadi pengurus organisasi olah raga
bela diri karena sejak lama ia aktif dalam olah raga bela diri, disamping itu ia masih
Universitas Gadjah Mada
menjadi anggota organisasi yang lain. Dalam kasus ini, pengalaman sebagai anggota
LKMD dan pengurus organisasi bela diri, serta organisasi yang lain, memiliki
pengaruh bagi pekerja itu dalam berinteraksi di dalam lingkungan pabrik. Ini berarti
bahwa kepentingan dan keterikatannya pada organisasi lain akan berpengaruh
terhadap tingkah lakunya dalam suatu organisasi, walaupun pengaruh itu barangkali
hanya lemah, tetapi bisa juga sangat kuat. Dari uraian ini dapat dikatakan bahwa
lingkungan di luar organisasi memiliki pengaruh terhadap interaksi yang terjadi dalam
suatu organisasi.
Hubungan timbal balik antara organisasi dan lingkungan dimana organisasi
itu berada dapat dipahami dengan melihat baik lingkungan organisasi maupun
organisasi itu secara bersama-sama merupakan bagianbagian dari suatu universe
atau keseluruhan. Jadi universe atau keseluruhan itu memiliki dua bagian, yaitu
organisasi dan lingkungan dimana organisasi itu berada. Diantara dua bagian dari
keseluruhan ini terdapat saling pengaruh, dimana perubahan pada lingkungan dapat
mempengaruhi organisasi, dan sebaliknya perubahan perilaku yang terjadi dalam
organisasi, dapat membawa pengaruh terhadap lingkungan dimana organisasi itu
berada.
Hubungan timbal balik atau resiprokal antara lingkungan dengan organisasi
dewasa ini mendapatkan perhatian yang besar dari para ahli yang mengkaji masalah
organisasi dari berbagai disiplin. Pandangan ini terutama didasari oleh kenyataan
bahwa hubungan timbal balik antara lingkungan dan organisasi itu secara nyata
terjadi dan makin diperkuat oleh adanya berbagai kemajuan teknologi. Jika mula-
mula para ahli berpandangan bahwa organisasi itu adalah sesuatu yang otonom dan
memiliki kaitan yang kecil sekali dengan lingkungan dimana organisasi itu berada,
maka dewasa ini pandangan yang demikian tidak lagi dapat diterima. Lingkungan
oleh para ahli dipandang sebagai faktor yang secara dominan mempengaruhi
struktur dan proses yang terjadi dalam organisasi. Sebaliknya, organisasi juga
memiliki pengaruh yang besar terhadap lingkungan dimana organisasi itu berada.
Lingkungan dengan demikian dapat diartikan sebagai semua fenomena yang
bersifat eksternal terhadap organisasi dan secara potensial atau aktual, berpengaruh
terhadap organisasi (Hall, 1991:199). Demikian juga sebaliknya, fenomena eksternal
itu pada tingkat tertentu juga dipengaruhi oleh organisasi. Sifat eksternal ini sangat
penting untuk membedakannya fenomena yang sifatnya internal dari organisasi, yaitu
segala sesuatu yang ada di dalam organisasi. Fenomena internal ini juga dapat
membawa pengaruh pada organisasi secara keseluruhan, tetapi perubahan yang
Universitas Gadjah Mada
berasal dari dalam ini semata-mata merupakan suatu proses internal dalam
organisasi, bukan akibat dari faktor lingkungan. Sungguhpun demikian, nampaknya
sangat tidak mungkin mendapatkan suatu gambaran mengenai perubahan pada
organisasi yang disebabkan semata-mata karena faktor internal ini tanpa adanya
pengaruh dari lingkungan, mengingat tidak ada organisasi yang berada disuatu
ruang hampa yang terbebas dari pengaruh suatu lingkungan.
Secara teoritik, lingkungan organisasi ini memiliki beberapa tingkatan. Scott
(1981:120-125) menyebut empat tingkatan lingkungan (level of environments), yaitu:
(a). Tingkat Perangkat Organisasi
Konsep perangkat organisasi ini diambil dari konsep Merton tentang
perangkat peran, dimana menurut Merton suatu posisi tunggal seseorang tidak
hanya berkaitan dengan satu tetapi banyak peran yang berbeda. Dalam hal ini oleh
Scot dicontohkan posisi sosial seorang "ibu" menghasilkan seperangkat peran yang
berbeda-beda tergantung dengan siapa ia berinteraksi sosial. Dalam interaksi sosial
dengan anak-anaknya, menghasilkan peran yang berbeda dengan ketika ibu itu
berinteraksi dengan suaminya, yang berbeda lagi ketika ia berinteraksi dengan
tetangganya dan sebagainya.
Dengan menggunakan model pemikiran Merton tentang perangkat peran
seperti itu, Scott melihat bahwa perangkat organisasi merupakan tingkat lingkungan
yang pertama. Dalam hal ini, suatu organisasi mengambil bagian dalam berbagai
macam hubungan tergantung dengan siapa organisasi itu menjalin hubungan.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan dagang mengembangkan suatu hubungan
tertentu dengan pemasuk barang dan mengembangkan hubungan lain yang berbeda
dengan itu ketika perusahaan itu melayani para pelanggan. Demikian pula ketika
perusahaan itu berhubungan dengan pihak lainnya lagi, misalnya dengan aparat
penarik pajak, tetangga, perusahaan dagang lain dan sebagainya.
(b). Populasi Organisasi
Konsep populasi organisasi ini dipergunakan untuk menunjuk suatu tingkat
lingkungan yang terdiri dari beberapa kumpulan (agregat) organisasi yang memiliki
beberapa kesamaan. Sebagai contoh, organisasi pendidikan menunjuk pada
berbagai bentuk sekolah mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, mulai dari
sekolah umum sampai sekolah kejuruan/keahlian. Dalam hal ini, organisasi
pendidikan memiliki beberapa kesamaan, terutama dari segi fungsi dan adanya pola
dari kegiatan organisasi, yang mentransformasikan masukan menjadi keluaran. Jadi
Universitas Gadjah Mada
organisasi yang memiliki beberapa kesamaan ini mempunyai elemen-elemen
kompetansi yang dominan, misalnya semua organisasi pendidikan melakukan
kompetensi dalam hal pengajaran bagi para siswanya.
Dengan konsep ini dapat dipahami bahwa lingkungan organisasi dapat juga
berupa organisasi lain yang memiliki beberapa kesamaan tertentu. Dasar dari
adanya kesamaan tertentu ini terutama pada segi pola aktifitas organisasi sehingga
antara satu dengan organisasi yang lain dapat dilihat sebagai suatu kumpulan
(agregat).
(c). Wilayah Organisasi
Konsep wilayah organisasi ini menunjuk pada hubungan-hubungan yang
terjadi diantara sejumlah organisasi, baik dalam tipe yang sama maupun dengan tipe
organisasi yang berlain-lainan, yang berada dalam suatu wilayah geografis tertentu.
Konsep ini lebih menekankan lingkungan organisasi bukan pada unit organisasi
secara indivisual atau suatu karakteristik dari kumpulan organisasi, tetapi pada
jaringan hubungan diantara berbagai organisasi, baik dengan tipe yang sama
maupun dengan tipe yang berbeda-beda.
Sangat disadari bahwa bentuk dan luasnya jaringan hubungan antar
organisasi ini dilihat dari segi waktu maupun tempat dapat bervariasi. Sebagai
contoh, dapat terjadi suatu lingkungan organisasi yang tenang dan memungkin
banyak organisasi untuk dapat berkembang tanpa persaingan satu sama lain,
misalnya dalam suatu wilayah yang tersedia cukup melimpah berbagai sumber daya
sehingga masing-masing organisasi dapat melakukan aktifitasnya sendirisendiri
tanpa persaingan dan konflik yang berarti. Akan tetapi dapat juga terjadi suatu
lingkungan organisasi yang tenang, meskipun tidak semua organisasi memiliki
kesempatan yang sama untuk memanfaatkan sumber daya yang ada, sehingga
lokasi merupakan faktor yang penting bagi organisasi. Sebaliknya, dapat juga terjadi
suatu lingkuang organisasi yang reaktif dan penuh pertentangan, terutama di dalam
wilayah yang sumber-sumbernya terbatas sehingga kelangsungan hidup setiap
organisasi sangat tergantung dari tindakan dari organisasi itu sendiri, bagaimana
strategi masing-masing organisasi dalam persaingannya dengan organisasi lain
dalam wilayah itu.
Konsep wilayah organisasi juga melihat bahwa suatu organisasi itu
merupakan bagian dari suatu sistem yang lebih besar. Ini berarti bahwa terdapat
hubungan antar berbagai organisasi yang secara bersama berada dalam suatu
Universitas Gadjah Mada
wilayah. Ini sangat berpengaruh terhadap aktifitas masing-masing organisasi.
Misalnya, ada organisasi yang hanya memiliki hubungan dengan organisasi lain
dalam wilayah yang sama, tetapi dengan ukuran yang berbedabeda, Namun ada
pula organisasi di wilayah itu yang memiliki kaitan dengan sistem korporasi nasional
atau bahkan internasional. Ini berarti bahwa tiap organisasi dalam suatu wilayah
dapat memiliki hubungan dengan sistem yang lebih luas dengan bermacam-macam
variasi, ada yang hanya pada skala lokal, tetapi ada juga yang memiliki skala
nasiona, satu negara, bahkan skala internasional, antar negara.
(d). Organisasi Fungsional
Konsep organisasi fungsional menunjuk pada suatu bidang lingkungan
organisasi yang berbeda dengan konsep wilayah organisasi. Konsep ini menunjuk
pada suatu hubungan antar organisasi atas dasar suatu fungsi tertentu. Sebagai
contoh, sistem industri yang memproduksi karya seni, misalnya perusahaan
penerbitan, rumah produksi film atau studio film, industri rekaman, perusahaan iklan
dan sebagainya. Pada sistem ini terdapat hubungan yang fungsional, dimana semua
organisasi produksi itu melakukan pemilihan produk baru dan "gagasan" baru dari
orang-orang kreatif yang masuk dalam proses produksi. Satu sama lain saling
berhubungan dan merupakan suatu jaringan yang kokoh dengan fungsi masing-
masing.
Konsep organisasi fungsional ini menunjukkan adanya suatu lingkungan
organisasi yang memiliki suatu jaringan hubungan fungsional satu sama lain dan bisa
juga memiliki jaringan dengan sistem yang lebih besar. Dengan demikian, konsep ini
menggambarkan suatu bentuk lain dari berbagai tingkatan lingkungan organisasi.
2. Dimensi-dimensi Lingkungan Organisasi
Suatu organisasi tumbuh dan berkembang dalam suatu lingkungan tertentu
dan memiliki hubungan yang bersifat resiprokal atau timbal balik dengan lingkungan
dimana organisasi itu berada. Secara umum, dalam hubungannya dengan tumbuh
dan berkembangnya suatu organisasi, lingkungan dimana organisasi itu berada
dapat dipilah menjadi dua dimensi.
Pertama, dimensi lingkungan yang dipandang sebagai karakteristik dasar
(Basic charactistic) lingkungan organisasi. Dalam hal ini akan dikaji beberapa
karakteristik dasar lingkungan yang memiliki kaitan yang erat dengan perkembangan
organisasi. Atau dengan kata lain, dalam dimensi pertama ini akan dikaji kondisi-
Universitas Gadjah Mada
kondisi umum lingkungan yang melatar belakangi perkembangan suatu organisasi.
Karena merupakan kondisi umum, maka cakupan dari karakteristik dasar ini relatif
luas dan menggambarkan suatu kondisi umum yang terjadi dalam masyarakat
dimana organisasi itu berada.
Kedua adalah dimensi-dimensi lingkungan yang secara langsung
berpengaruh terhadap perkembangan organisasi. Dalam hal ini dimensidimensi
lingkungan yang dimaksud lebih khusus dan rinci. Hal ini berbeda dengan dimensi
yang pertama yang berupa karakteristik dasar dan lingkungan, yang berupa kondisi
umum lingkungan. Pada dimensi yang kedua ini dimensi lingkungan yang dimaksud
lebih secara jelas menggambarkan adanya kaitan yang erat dan langsung antara
dimensi lingkungan dengan perkembangan organisasi.
2.1. Kondisi Umum Lingkungan Organisasi
Kondisi umum lingkungan menggambarkan dimensi lingkungan yang
dipandang secara aktual melatar belakangi perkembangan organisasi. Dalam hal ini
akan dikaji beberapa karakteristik dasar lingkungan yang berpengaruh terhadap
perkembangan organisasi.
Karakteristik dasar yang pertama adalah tingkat kemampuan baca tulis
masyarakat (literacy). Kondisi lingkungan yang berupa tingkat kemampuan baca tulis
masyarakat ini merupakan hal yang secara mendasar dan penting bagi
perkembangan organisasi. Jal ini dapat dipahami karena tingkat kemampuan baca
tulis menjadi kemampuan yang utama dalam semua bidang kehidupan masyarakat,
termasuk dalam kehidupan organisasi. Tingkat kemampuan baca tulis tidak hanya
dibutuhkan dalam interaksi dalam suatu organisasi yang modern, tetapi dalam
perkembangan masyarakat pada umumnya tingkat kemampuan baca tulis ini
merupakan tolok ukur yang penting.
Dapat dibayangkan betapa sukarnya interaksi sosial dapat terjadi jika dalam
suatu organisasi sebagian terbesar anggotanya tidak memiliki kemampuan baca
tulis. Tidak hanya kesulitan dalam berinteraksi, tetapi secara keseluruhan organisasi
ini tidak akan mengalami perkembangan yang berarti. Karena semua komunikasi
harus dilakukan dengan lesan, pencatatan tidak dapat dilakukan, maka akibatnya
banyak hal yang tidak dapat dilakukan dengan cepat. Sebaliknya dalam suatu
masyarakat yang telah memiliki kemampuan baca tulis yang baik, masalah-masalah
yang disebutkan di atas tidak akan terjadi. Terlebih lagi, dengan kemampuan baca
tulis itu, kemampuan orang untuk mempelajari banyak hal dalam organisasi dapat
Universitas Gadjah Mada
dilakukan dengan petunjuk tertulis. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengeri
peraturan yang berlaku karena dapat membacanya, semua unit dapat melakukan
tugasnya karena mengerti perintah tertulis yang ada dan sebagainya. Singkatnya,
kemampuan baca tulis yang dimiliki masyarakat sangat berpengaruh terhadap
perkembangan suatu organisasi, terutama pada sekarang ini.
Kondisi lingkungan lain yang berkaitan erat dengan tingkat kemampuan baca
tulis adalah tingkat pendidikan masyarakat, baik pendidikan umum maupun
pendidikan khusus. Tingkat pendidikan masyarakat menunjukkan bukan saja
kemampuan baca tulis yang dimiliki, tetapi juga kemampuan-kemampuan lain yang
dapat dimiliki yang diperoleh melalui proses belajar pada lembaga pendidikan
sekolah. Terlebih lagi pada lembaga pendidikan sekolah yang secara khusus
memberikan bekal keahlian atau ketrampilan bagi anak didiknya, akan sangat
menunjang kemampuannya dalam bidang-bidang tertentu. Sebagi contoh, suatu
masyarakat yang sebagain besar anggotanya berpendidikan SMTA, maka dapat
dipastikan kondisi ini sangat mendukung perkembangan organisasi. Hal ini
disebabkan karena dengan tingkat pendidikan menengah atas itu, bukan hanya
kemampuan baca tulis yang dimiliki anggota masyarakat, tetapi juga kemampuan
lain, misalnya kemampuan menyusun kata dalam bahasa yang baik dan benar,
kemampuan melakukan perhitungan, kemampuan mengenal istilah asing (terutama
bahasa Inggris) dan sebagainya.
Demikian juga jika dalam masyarakat itu banyak yang menempuh sekolah
dengan spesialisasi tertentu, misalnya Sekolah Menegah Ekonomi Atas (SMEA),
Sekolah Teknik Menengah (STM) dan lembaga pendidikan ketrampilan lain, bahkan
telah menempuh pendidikan tinggi dengan keahlian tertentu. semua ini makin
mendukung berkembangnya suatu organisasi. Sebagai contoh, jika banyak tenaga
kerja lulusan SMEA yang tersedia, maka bagi banyak perusahaan dagang tidak akan
mengalami kesulitan untuk mencari tenaga pembukuan, demikian juga bagian
produksi suatu pabrik tidak mengalami kesulitan untuk mencari tenaga kerja terampil
dalam bidang produksi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa makin banyak
penduduk yang memiliki tingkat pendidikan yang makin tinggi, terlebih lagi menguasi
suatu keahlian atau spesialisasi tertentu, maka hal ini akan menjadi suatu kondisi
yang sangat mendukung bagi perkembangan suatu organisasi.
Kondisi umum lingkungan yang memiliki kaitan dengan perkembangan
organisasi adalah tingkat urbanisasi. Tingkat urbanisasi yang makin tinggi
merupakan faktor yang dapat mendukung perkembangan suatu organisasi. Dengan
Universitas Gadjah Mada
terjadinya urbanisasi secara cepat atau lambat akan mendorong para pendatang dari
pedesaan ke perkotaan untuk melakukan penyesuaian terhadap kehidupan
perkotaan yang rutin. Kehidupan perkotaan yang memiliki keragaman gaya hidup,
keragaman jenis dan bidang pekerjaan, memberikan alternatif atau pilihan bagi para
pendatang dari pedesaan di perkotaan untuk menyesuaikan diri dengan keragaman
itu. Tentu saja hal ini tidaklah mudah, apalagi jika kesempatan kerja dan pilihan
peluang yang ada relatif terbatas sedangkan jumlah pendatang dari pedesaan di
perkotaan dalam jumlah yang relatif besar.
Kondisi kehidupan perkotaan yang ditandai oleh hubungan sekunder, yang
tidak secara pribadi saling kenal dan ciri lain kehidupan perkotaan yang amat
berbeda dengan ciri kehidupan di pedesaan, sangat menunjang bagi perkembangan
organisasi. Hal ini disebabkan karena organisasi kemudian berfungsi menjadi wadah
utama bagi pemenuhan berbagai kebutuhan anggota masyarakat, yang tidak lagi
dapat mengharapkan pemenuhan kebutuhan itu dari hubungan sosial yang intim,
didominasi oleh hubungan primer, saling kenal secara pribadi, sebagaimana yang
terjadi dalam kehidupan di pedesaan. Karena masyarakat sekelilingnya tidak dapat
diharapkan sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan itu, maka harapan untuk dapat
memenuhi berbagai kebutuhan itu diarahkan kepada berbagai organisasi yang
beraneka ragam pula. Dengan demikian, kehidupan perkotaan memiliki potensi bagi
perkembangan suatu organisasi. Sebagai contoh, munculnya peraturan tertulis yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat perkotaan, dihasilkan dan dijalankan secara
efektif oleh organisasi. Meskipun memiliki tingkat yang berbeda-beda, urbanisasi
memiliki pengaruh terhadap kemampuan organisasi dari masyarakat.
Dimensi lain dari kondisi umum lingkungan yang juga berpengaruh terhadap
perkembangan organisasi adalah sistem ekonomi uang yang berlaku dalam
masyarakat. Faktor lingkungan ini sebenarnya telah sejak lama diidentifikasi atau
dikenali oleh para ahli dalam melihat perkembangan organisasi dalam suatu
masyarakat. Sebelum mengenal sistem ekonomi uang, dalam masyarakat telah sejak
lama berkembang sistem ekonomi yang lebih sederhana, misalnya sistem barter.
Dalam sistem barter ini, pertukaran sesuatu mensyaratkan adanya barang yang
dipertukarkan sehingga masing-masing pihak mengetahui kondisi masing-masing
barang yang dipertukarkan. Sistem ini jelas memiliki banyak kelemahan dan
dipandang tidak fleksibel dan tidak praktis. Dalam perkembangannya, sistem
ekonomi uang dipandang lebih banyak memberikan kemudahan dan sampai
sekarang sistenm inilah yang lebih dominan dalam semua masyarakat.
Universitas Gadjah Mada
Sistem ekonomi uang memudahkan sumber-sumber dapat diperoleh oleh
berbagai organisasi. Selain itu, sistem ekonomi uang juga memudahkan seseorang
melakukan transfer atau pemindahan uang dengan cara yang lebih cepat, aman dan
dapat mencapai jangkauan yang lebih jauh. Sistem ekonomi uang juga menciptakan
suatu kondisi dimana hubungan sosial ekonomi dipisahkan dari aspek pribadi, artinya
dengan adanya uang sebagai alat tukar maka hubungan sosial ekonomi tidak lagi
dipengaruhi oleh hubungan pribadi atau berdasarkan ukuran tertentu. Sistem
ekonomi uang juga memudahkan berbagai perhitungan yang menguntungkan
sebagai alternatifuntuk melakukan sesuatu, misalnya mengupah orang dengan
sejumlah uang atas suatu pekerjaan tertentu.
Lebih penting dari semua itu, sistem ekonomi uang merupakan sistem yang
telah dan akan mendominasi hubungan-hubungan sosial ekonomi dimasa sekarang
maupun masa mendatang. Dengan demikian, suatu masuarakat yang telah
memasuki sistem ekonomi uang ini, merupakan suatu lingkungan yang mendukung
perkembangan organisasi. Masyarakat yang telah demikian pada umumnya lebih
mampu secara tepat memperkirakan kondisi-kondisi dimasa datang, termasuk juga
dalam kaitannya dengan perkembangan organisasi.
Karakteristik umum lingkungan yang juga memainkan peranan penting dalam
perkembangan organisasi adalah basis politik masyarakat. Sistem politik yang
berkembang dalam masyarakat memiliki pengaruh besar bagi perkembangan
organisasi dalam masyarakat. Suatu sistem politik yang memberikan peluang bagi
masyarakat untuk mengembangkan berbagai macam organisasi, akan menciptakan
suatu kondisi yang mendukung perkembangan organisasi. Sebaliknya suatu sistem
politik yang menerapkan aturan yang ketat, termasuk menciptakan batasan bagi
berkembangnya organisasi, merupakan kondisi yang tidak menunjang
perkembangan organisasi. Demikian juga suatu perubahan sistem politik dapat
memiliki pengaruh terhadap perkembangan organisasi. Sebagai contoh, suatu
perubahan sistem politik yang terjadi telah mendorong dibentuknya berbagai
organisasi baru sebagai wadah berbagai kepentingan dan sistem kekuasaan yang
muncul dalam masyarakat. Akan tetapi kondisi itu bisa juga menciptakan hal yang
sebaliknya, dimana untuk mengurangi terjadinya benturan berbagai kepentingan,
pemegang keputusan politik membatasi jumlah organisasi yang ada, bahkan tidak
jarang membubarkan organisasi yang ada karena dirasakan bertentangan dengan
kepentingan politiknya.
Universitas Gadjah Mada
Faktor lainnya adalah tingkat kepadatan organisasi. Banyak sedikitnya jumlah
organisasi di suatu wilayah ditandai dengan tingkat kepadatan organisasi. Jika suatu
wilayah terdapat banyak organisasi dengan keragaman yang tinggi pula maka dapat
dikatakan bahwa pengalaman organisasi bagi penduduk di wilayah itu relatif banyak.
Ini juga merupakan suatu faktor yang penting dalam perkembangan organisasi,
karena dengan pengalaman yang cukup, maka berbagai hambatan bagi anggota
masyarakat untuk memasuki suatu organisasi akan dapat diatasi.
2.2. Kondisi Khusus Lingkungan Organisasi
Kondisi khusus lingkungan organisasi akan menunjukkan beberapa dimensi
yang lebih detail dan memiliki kaitan erat dengan perkembangan organisasi.
Beberapa dimensi lingkungan yang khusus itu adalah:
(a). Kondisi Teknologi
Kondisi teknologi menrupakan faktor yang penting bagi organisasi. Suatu
organisasi melakukan aktifitasnya di dalam suatu lingkungan teknologi yang tidak
menentu dan penuh ketidak pastian, memiliki struktur dan proses yang berbeda dari
suatu organisasi yang berada dalam suatu lingkungan teknologi yang tertentu dan
tidak mengandung ketidak pastian.
Teknologi merupakan hal yang penting bagi aktifitas organisasi. Kenyataan ini
memiliki arti penting dalam pemahami interaksi antara organisasi dengan lingkungan,
terutama lingkungan teknologi. Teknologi seperti halnya unsur lingkungan yang lain,
merupakan sesuatu yang sifatnya eksternal terhadap organisasi, tetapi organisasi
juga tidak berada dalam suatu kondisi yang vakum atau berada di ruang hampa.
Perkembangan teknologi yang terjadi dalam berbagai aktifitas, memiliki potensi untuk
menjalin hubungan atau masuk ke dalam organisasi-organisasi yang ada dalam
lingkungan tersebut.
Pada umumnya suatu gagasan atau ide inovatif yang muncul dan menjadi
bagian dari lingkungan teknologi akan segera terkait dengan pihak tertentu ketika ide
atau gagasan itu menjadi milik perorangan atau organisasi tertentu. Sebagai contoh,
seseorang menumakan suatu formula atau resep yang dapat mengawetkan bahan
makanan, Untuk beberapa lama gagasan baru itu menjadi bahan perdebatan di
kalangan ahli dan tidak satupun yang merasa memilikinya. Baru ketika gagasan itu
dinyatakan sebagai milik seseorang atau organisasi tertentu, misalnya di daftarkan
dengan hak paten, maka gagasan itu kemudian menjadi jelas pemiliknya. Demikian
juga suatu gagasan teknologi tertentu, mula-mula hanyalah merupakan ide, baru
Universitas Gadjah Mada
kemudian ketika gagasan itu diterapkan maka gagasan itu segera mendapatkan
perwujudannya dan menjadi milik seseorang atau organisasi tertentu.
Perkembangan teknologi dalam masyarakat sangat ditunjang oleh adanya
lembaga pendidikan. Ketika ilmu pengetahuan memiliki norma untuk
mendistribusikan pengetahuan, maka perkembangan ilmu pengetahuan kemudian
menjadi suatu hak masyarakat dan diajarkan dalam lembaga pendidikan.
Perkembangan suatu teknologi sebagai hasil dari hal itu kemudian dapat
memperoleh hak paten atau hak penciptaan sehingga organisasi lain yang
membutuhkan teknologi itu dapat membeli, meniru atau mempercanggih
perkembangan teknologi tersebut. secara umum, setiap organisasi memiliki
keharusan untuk senantiasa mengikuti perkembangan teknologi yang ada dalam
masyarakat untuk dapat menjaga kelestarian organisasi itu sendiri.
Sumber dari perkembangan teknologi itu dapat saja dari ilmu-ilmu teknik,
tetapi dapat juga dari ilmu non teknologi. Pengenalan ide baru atau teknologi inovatif
itu dapat berlangsung melalui penelitian, ujicoba dan praktek. Ini terjadi pada semua
bentuk atau tipe organisasi. Mekanisme penting yang terjadi dalam proses
pengenalan teknologi baru umumnya melalui orang atau pihak tertentu yang telah
mengenal dan menguasai teknologi baru itu dan kemudian menerapkannya dalam
organisasi. Ini biasanya dilakukan melalui pelatihanpelatihan anggota organisasi
untuk mengapresiasi teknologi baru itu, baik dengan cara mengirimkannya ke
organisasi lain yang menguasai kemampuan dan teknologi itu, maupun
mendatangkan tenaga ahli mengenai teknologi itu dari luar. Sebagai contoh, suatu
Bank akan menerapkan suatu program komputerisasi tertentu yang lebih canggih
dari yang lama, maka Bank itu dapat mengirimkan stafnya ke suatu lembaga
pendidikan yang menguasai teknologi itu (misalnya perusahaan lain yang bergerak
dalam bidang pembuatan program untuk bisnis perbankan atau ke universitas yang
memiliki tenaga ahli dalam bidang itu), atau sebaliknya mendatangkan tenaga ahli ke
Bank itu untuk memberikan pelatihan dan praktek langsung penerapan teknologi itu.
Penyerapan suatu perubahan teknologi oleh suatu organisasi bukanlah
melalui suatu proses yang mudah. Ini sangat tergantung pada kebijakan yang diambil
oleh pimpinan organisasi, akan mengikuti perubahan teknologi yang terjadi atau
sebaliknya tetap bertahan pada tingkat teknologi yang ada. Pada umumnya di dalam
setiap organisasi selalu terdapat usaha-usaha untuk memperbaiki tingkat teknologi,
tetapi di lain pihak, juga terdapat kekuatan yang tak mudah mengikuti perkembangan
teknologi. Oleh sebab itu, tidak ada organisasi yang memiliki tanggapan yang sama
Universitas Gadjah Mada
terhadap perubahan lingkungan teknologi maupun unsur lingkungan yang lain.
Setiap organisasi memiliki cam dan model sendiri untuk meangtisipasi perubahan
lingkungan ini, terutama perubahan dalam hal teknologi. Meskipun demikian, sangat
disadari bahwa kondisi teknologi merupakan unsur penting dari lingkungan
organisasi dan memiliki pengaruh yang besar bagi organisasi.
(b). Kondisi Sistem Hukum
Suatu kondisi lingkungan yang seringkali dilupakan padahal dalam
kenyatannya sangat penting adalah kondisi sistem hukum yang ada. Secara ekstrem
barangkali dapat ditemukan suatu organisasi yang memiliki aktifitas tidak sesuai
dengan sistem hukum, bahkan melawan hukum yang berlaku dan menanggapi
sistem hukum dengan cara menghindari berlakunya hukum, dengan cara beroperasi
secara sembunyi-sembunyi atau "bergerak di bawah tanah". Sebagai contohnya.
organisasi teroris yang menentang penguasa biasanya memiliki "jaringan bawah
tanah" dan bekerja tidak sesuai dengan sistem hukum yang berlaku, demikian juga
organisasi mafia penyelundup atau organisasi perdagangan obat terlarang dan
sejenisnya. Pada sisi yang lain, barang kali dapat ditemui kondisi yang berbeda.
Misalnya suatu organisasi sukarela pada tingkat lokal yang sama sekali tidak
bersangkut paut dengan apapun, baik peraturan tingkat lokal maupun undang-
undang dan sistem hukun nasional yang berlaku.
sebagian besar organisasi-organisasi yang ada di dalam masyarakat berada
dalam suatu sistem hukum yang berlaku. Jadi sistem hukum merupakan suatu
kondisi lingkungan bagi sebagian besar organisasi. Pada umumnya suatu organisasi
mengembangkan suatu kondisi yang sesuai dengan sistem hukum, meskipun hanya
pada tingkat yang khusus, misalnya melakukan pelaranagn pada hal kecil, atau
sebaliknya pada hal yang penting misalnya melakukan wajib lapor perusahaan,
menyerahkan surat pemberitahuan pajak, membayar pajak bumi dan bangunan, dan
sebagainya. Keberadaan organisasi sebagai badan yang legal dari segi hukum
antara lain ditunjukkan oleh adanya bagian hukum atau ahli lainnya yang dibentuk
sebagai bagian integral dari organisasi dan yang secara khusus ditugaskan untuk
menjelaskan dan mempertahankan posisi organisasi. Ini antara lain ditandai oleh
mulai dipekerjakannya para ahli hukum sebagai bagian dari unit organisasi atau
adanya ahli hukum yang menjalankan fungsi konsultatif bagi organisasi.
Ketika suatu peraturan hukum disahkan dan dinyatakan berlaku maka
organisasi harus melakukan serangkaian penyesuaian dengan adanya peraturan
baru itu, sepanjang peraturan itu memiliki kaitan dan relevan bagi organisasi
Universitas Gadjah Mada
tersebut. Ini tidak hanya pada peraturan yang dihasilkan oleh sistem hukum nasional,
tetapi juga peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah pada tingkat lokal, misalnya
Peraturan daerah dan sejenisnya. Semua ini menunjukkan bahwa sistem hukum
yang merupakan lingkungan yang penting bagi organisasi, dapat berupa sistem
hukum yang dihasilkan oleh badan pembuat hukum pada skala nasional maupun
yang dihasilkan oleh badan serupa pada tingkat lokal.
(c). Kondisi Politik
Pada kenyataannya suatu peraturan hukum maupun kebijakan dari
pemerintah selalu melalui proses tarik menarik dalam penyusunan sampai dengan
pemberlakuaannya. Hal ini dapat dipahami karena dalam suatu sistem hukum dan
suatu kebijakan, terdapat berbagai kepentingan yang harus diakomodasi sehingga
untuk mencapai kata sepakat dalam pembahasan mengenai suatu aturan atau
kebijakan harus melalui proses tawar menawar antar berbagai kepentingan yang
berkait dengan aturan atau kebijakan itu. Ini semua merupakan suatu proses yang
berkaitan dengan kekuasaan dan kekuatan tawar menawar dari berbagai
kepentingan sehingga sangat bernuansa politis. Oleh sebab itu, dapat dipahami
bahwa salah satu dimensi dari lingkungan organisasi adalah sistem politik.
Suatu peraturan atau kebijakan yang dapat dihasilkan dalam peoses tersebut,
tidak dengan sendirinya kemudian terbebas dari tekanan politik dalam implementasi
atau pelaksanaannya. Hal ini dapat dipahami bahwa selama kepentingan yang ada
belum dapat terakomodasi atau tercakup pemenuhannya maka tekanan dari pihak
yang memiliki kepentingan itu akan tetap ada.
Tekanan politik yang kuat atau sebaliknya lemah terhadap peningkatan
anggaran pada suatu bidang, dapat membuka peluang atau sebaliknya menutup
peluang bagi kesempatan berbagai organisasi tertentu. Sebagai contoh, tekanan
politik yang kuat di suatu negara untuk meningkatkan biaya uji coba senjata nuklir
dapat mengurangi peluang berkembangnya organisasi lain, misalnya organisasi
sosial kemasyarakatan yang aktifitas dibiayai oleh anggaran negara, misalnya
organisasi penyelamat lingkungan, organisasi perbaikan nasib penyandang cacat
dan sebagainya.
Beberapa organisasi dapat juga mengalami pergeseran karena pengaruh
perubahan kebijakan politik pada tingkat nasional, yang akibatnya dapat terjadi
sampai ke tingkat lokal. Sebagai contoh, karena perubahan situasi politik dan
ekonomi, oleh pemerintah pusat suatu Departemen digabung dengan Departemen
lain, atau sebaliknya, karena makin berkembangnya urusan yang ada, suatu
Universitas Gadjah Mada
Departemen dipecah menjadi dua departemen, maka kebijakan politik ini akan dapat
memiliki pengaruh dari tingkat nasional sampai dengan tingkat lokal. Di negara lain,
misalnya di USA, perubahan organisasi juga dapat terjadi karena proses politik yang
terjadi sebagai akibat dari pelaksanaan pemilihan umum. Partai yang memenangkan
Pemilihan Umum di negara itu, dapat saja mengubah kebijaksanaan tertentu, yang
memiliki dampak pula pada perubahan organisasi di berbagai tingkatan.
Perubahan politik pada umumnya lebih banyak di alami oleh organisasi yang
bersifat publik, sedangkan organisasi yang bersifat swasta atau privat, pada
umumnya kurang mendapat pengaruh dari perubahan politik yang terjadi. Meskipun
demikian, organisasi swasta atau privat ini tetap harus melakukan penyesuaian
terhadap situasi politik yang melingkupinya.
(d). Kondisi Ekonomi
Suatu kondisi lingkungan yang secara nyata adalah kondisi ekonomi yang
ada dalam masyarakat dimana organisasi itu berada. Kondisi ekonomi tidak hanya
merupakan pusat perhatian bagi berbagai organisasi bisnis atau perbangkan saja,
tetapi hampir semua organisasi lainnya juga menaruh perhatian pada kondisi
ekonomi ini. Sebagai misal, banyak organisasi yang mengalami masalah berkaitan
dengan kondisi ekonomi pada saat harus memperkirakan pemasukan dan
penyusunan anggaran belanja organisasi. Ini tidak lain disebabkan karena kondisi
ekonomi yang berada di luar organisasi ikut mempengaruhi proses pengambilan
keputusan dalam organisasi.
Perubahan kondisi ekonomi dalam masyarakat memiliki kemampuan untuk
menciptakan perubahan dalam organisasi. Sebagai contoh, di suatu negara yang
memiliki struktur pasar yang stabil sekalipun, perubahan pada skala besar atau kecil
seperti resesi, depresi, inflasi periodik dan sebagainya menjadi pembatas bagi setiap
organisasi yang ada dalam aktifitasnya.
Perubahan kondisi ekonomi ini tidak memiliki akibat yang sama pada semua
bagian atau unit organisasi. Sebagai misal, dalam kondisi ekonomi yang sulit, suatu
organisasi dapat melakukan pemangkasan anggaran atau penciutan kegiatan
sehingga hanya kegiatan yang pokok saja yang dilaksanakan. Ini berarti pada bagian
tertentu, yaitu kegiatan pokok, pengaruh kondisi ekonomi
Universitas Gadjah Mada
itu relatif kecil, sedang pada kegiatan lain yang tidak pokok, mengalami
pemangkasan atau penciutan. Hal ini ada pengecualiannya, yaitu pada program
yang bukan pokok, tetapi harus dilaksanakan oleh organisasi karena adanya tekanan
dari kekuatan politik dari luar.
Perubahan kondisi-kondisi ekonomi pada kenyataannya merupakan indikator
yang terbaik untuk melihat penentuan skala prioritas yang dilakukan oleh organisasi.
Rencana kegiatan suatu organisasi pada umumnya selaku mengikuti kondisi
ekonomi yang ada. Pada kondisi ekonomi yang sulit, pengambil keputusan dalam
organisasi harus melakukan evaluasi atas prioritas kegiatan organisasi yang
dilakukan.
Perubahan kondisi ekonomi menang terlihat secara nyata pada beberapa
organisasi yang tergolong sebagai organisasi ekonomi, misalnya perusahaan
dagang, industri, perbankan dan sejenisnya. Pada organisasi seperti itu, perubahan
kondisi ekonomi yang terjadi secara nyata dapat mempengaruhi aktifitas organisasi,
paling tidak pada perubahan skala prioritas kegiatan karena adanya pembatasan-
pembatasn akibat kondisi ekonomi tertentu. Akan tetapi, kondisi ekonomi sebenarnya
juga terjadi pada organisasi yang sifatnya tidak berorientasi keuntungan materi.
Sebagai misal, organisasi keagamaan sebenarnya juga mendapatkan pengaruh dari
perubahan kondisi ekonomi, misalnya kondisi ekonomi yang sulit menyebabkan
anggota organisasi keagamaan itu mengalami kesulitan ekonomi pula, sehingga
sumbangannya kepada organisasi keagamaan juga berkurang. Sebaliknya, kondisi
ekonomi yang baik yang membuka peluang peningkatan pendapatan bagi anggota
organisasi keagamaan itu, maka kemungkinan peningkatan sumbangan dari para
anggota juga akan terjadi.
(e). Kondisi demografi
Kondisi demografi merupakan salah satu dimensi lingkungan organisasi yang
memiliki pengaruh besar pada organisasi. Jumlah orang yang mendapatkan
pelayanan dari organisasi, komposisi umur dan jenis kelamin yang dimiliki penduduk
yang dilayani oleh organisasi, menjadi Faktor yang membedakan berbagai organisasi
yang ada. Pada umumnya organisasi merencanakan kegiatannya dengan
memperhatikan berbagai faktor, dimana salah satunya adalah demografi. Pada
beberapa organisasi yang berorientasi keuntungan, pada umumnya memperkirakan
pasar dimasa mendatang dengan menggunakan data-data statistik kependudukan,
misalnya data hasil sensus atau survai tertentu. Demikian pula kondisi demografis
Universitas Gadjah Mada
yang lain seperti ras, agama, suku bangsa atau etnisitas dan sebagainya merupakan
hal-hal yang harus dipertimbangkan sebagai lingkungan organisasi.
Kondisi demografis sebagai lingkungan organisasi juga nampak dalam
kaitannya dengan lokasi organisasi, misalnya yang terletak di pusat kota dan yang
terletak di daerah pinggiran. Sebagai contoh, organisasi pendidikan sekolah yang
berada di pusat kota dan di pinggiran memiliki murid dari lingkungan demografi yang
berbeda. Pengembangan Sekolah Unggulan juga dapat menghasilkan situasi
sekolah yang memiliki murid dengan latar belakang demografis tertentu, yang
berbeda misalnya dengan sekolah yang kebanyakan muridnya memiliki latar
belakang etnik minoritas yang miskin atau kelompok miskin lainnya.
(f). Kondisi Ekologis
Sangat erat kaitannya dengan kondisi demografis, dimensi lingkungan
organisasi yang lainnya adalah kondisi ekologis. Suatu organisasi yang memiliki
hubungan dengan lingkungan dimana organisasi itu berada dapat dipandang sebagai
bagian dari suatu sistem ekologis. Dalam wilayah perkotaan, suatu organisasi
berhubungan dengan banyak sekali organisasi yang lain dibandingkan dengan
organisasi yang berada di daerah pedesaan. Ini menunjukkan bahwa jika tingkat
kepadatan organisasi makin tinggi maka potensi untuk terciptanya hubungan antar
berbagai organisasi juga makin sering terjadi.
Lingkungan ekologi juga mencakup lingkungan phisik, yang bersamasama
dengan lingkungan ekologi sosial membentuk sistem lingkungan ekologis, yang
bersifat menyeluruh dan saling berkaitan. Dewasa ini makin banyak pengkajian
mengani pengaruh organisasi terhadap lingkungan. Hal ini antara lain dapat
ditunjukkan oleh adanya kenyataan bahwa aktifitas suatu organisasi telah
menghasilkan poluis bagi lingkungan. Sebagai contoh, suatu pabrik yang tidak
melengkapi pengolahan limbahnya dengan instalasi pengolah limbah, akan menjadi
suatu organisasi produksi yang polutif sifatnya.
Sebaliknya, terdapat juga berbagai organisasi yang sangat peduli lingkungan
sehingga mereka membatasi kegiatannya pada kegiatan yang memberikan akibat
yang minimal pada lingkungan dan pada saat yang sama melakukan usaha
merehabilitasi kerusakan lingkungan yang disebabkan karena kegiatan organisasi,
Bahkan, ada beberapa organisasi yang secara khusus memiliki kegiatan yang
bertujuan mengurani kerusakan lingkungan dan mencegah polusi. Sevagai contoh,
Universitas Gadjah Mada
banyak organisasi dalam bentuk Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak
dalam bidang penyelamatan lingkungan.
Pada sisi yang lain, nampak sangat jelas bahwa lingkungan memiliki
pengaruh terhadap organisasi. Ini terutama sangat jelas dapat dilihat pada organisasi
yang membutuhkan bahan-bahan mentah yang berasal dari alam, Pada organisasi
yang demikian, perubahan lingkungan akan berpengaruh sangat besar terhadap
organisasi. Sebagai misal, suatu organisasi produksi yang bergerak pada eksplorasi
minyak bumi, akan mengalami perubahan organisasi secara mendasar jika kemudian
ternyata ditemukan fakta bahwa deposit minyak bumi yang digali telah habis
sehingga menjadi tidak ekonomis lagi untuk dieksplorasi.
(g). Kondisi Budaya
Beberapa dimensi yang dikaji sebelumnya lebih menunjuk pada dimensi
lingkungan yang "kasar", yang dapat dirasakan keberadaan atau ketidak-
beradaannya. Kondisi budaya tidak tergolong sebagai dimensi yang "kasar", dan oleh
karena itu pula menjadi sukar untuk mengukurnya. Kondisi budaya seringkali
dipandang sebagai dimensi organisasi yang paling penting dibandingkan dengan
dimensi lingkungan organisasi yang lainnya.
Faktor budaya dipandang sebagai faktor lingkungan yang penting bagi
organisasi. Akan tetapi, sebenarnya tidak mudah menentukan bagaimana faktor
budaya ini mempengaruhi organisasi. Bersama faktor lingkungan yang lain, faktor
budaya menjalin suatu hubungan yang saling berkaitan dalam mempengaruhi
organisasi. Masalah yang tidak mudah adalah menentukan faktor-faktor lingkungan
yang mana yang memiliki pengaruh terhadap organisasi. Hal ini juga disebabkan
karena tidak mudah untuk melihat pengaruh yang diberikan masing-masing faktor
yang berbeda itu.
Hal yang lebih pasti adalah bahwa berbagai faktor itu saling berkaitan dan
secara bersama mempengaruhi organisasi dalam suatu pola hubungan yang relatif
lebih rumit. Misalnya, pada suatu organisasi produksi yang menerapkan teknologi
tertentu sehingga terjadi rutinisasi dan standardisasi dalam produksi, maka faktor
budaya menjadi kurang berpengaruh kuat. Sebagai contoh, produk mainan anak-
anak dapat saja diproduksi di berbagai kota, bahkan berbagai negara, tanpa adanya
pengaruh budaya lokal karena adanya standart yang baku dalam produk mainan
anak itu dan dilakukan dalam suatu proses produksi yang rutin.
Universitas Gadjah Mada
Keadaan yang berbeda terjadi misalnya pada organisasi yang kurang
menggunakan rutinisasi teknologi dalam proses produksi atau aktifitasnya, maka
pengaruh dari faktor budaya pada umumnya kuat. Sebagai contoh,organisasi-
organisasi yang bergerak dalam pembangunan suatu jembatan di suatu daerah,
pembangunan jalan raya, pembangunan dam, bendungan dan sebagainya,
pengaruh faktor budaya terhadap aktifitas organisasi pada umumnya tinggi. Dalam
hal ini penerapan rutinisasi dan standardisasi produk tidak dapat dilakukan sehingga
faktor budaya memiliki peluang untuk berpengaruh dalam aktifitas organisasi.
Faktor budaya mempengaruhi organisasi secara tidak konstan. Perubahan
nilai dan norma mempengaruhi anggota masyarakat, jika kemudian perubahan nilai
dan norma itu memiliki relevansi terhadap organisasi, maka perubahan itu akan
mempengaruhi organisasi. Proses itu dapat terjadi melalui berbagai saluran,
misalnya surat kabar dan saluran informasi lainnya. Contoh yang lain misalnya
perubahan selera dari para pelanggan merupakan akibat dari perubahan faktor
budaya, yang berpengaruh terhadap organisasi.
3. Pengaruh Lingkungan Terhadap Organisasi
Sebelum membahas mengenai pengaruh lingkungan terhadap organisasi,
kiranya perlu dipahami terlebih dahulu, bahwa sebenarnya sebagaimana telah
diuraikan dalam bahasan terdahulu, antara lingkungan dengan organisasi bukanlah
suatu hubungan yang searah, tetapi lebih merupakan hubungan timbal balik atau
resiprokal. Jadi, baik lingkungan maupun organisasi keduanya saling berhubungan
dan saling mempengaruhi.
Meskipun antara organisasi dan lingkungan organisasi terdapat hubungan
timbal balik, akan tetapi pada umumnya lingkungan di luar organisasi memiliki
pengaruh yang lebih kuat terhadap organisasi dari pada organisasi mempengaruhi
lingkungan. Jadi, lingkungan memiliki energi yang lebih kuat untuk mempengaruhi
organisasi, dari pada energi organisasi untuk mempengaruhi lingkungan.
Hal lain yang perlu dipahami pula adalah kenyataan bahwa di kalangan para
ahli sosiologi yang mengkaji masalah lingkungan organisasi ini terdapat perbedaan
cara memandang lingkungan organisasi. Pada satu sisi terdapat pandangan bahwa
lingkungan organisasi itu adalah sesuatu yang "nyata ada di luar sana", sehingga
lingkungan dianggap sesuatu yang obyektif
Universitas Gadjah Mada
keberadaannya. Di sisi yang lain, terdapat pandangan yang melihat bahwa
lingkungan organisasi memiliki pengaruh terhadap organisasi melalui cara
bagaimana para anggota organisasi memahami lingkungan organisasi. Jadi dalam
hal ini lingkungan organisasi merupakan sesuatu yang sifatnya subyektif. Pada
pandangan terakhir ini para ahli melihat bahwa sebenarnya para anggota suatu
organisasi itu dapat "membangun" atau "membentuk" lingkungan organisasi
berdasarkan pandangannya sebagai anggota organisasi. Hal ini berarti bahwa
anggota organisasi yang berada di dalam suatu struktur dan tujuan organisasi,
memandang lingkungan organisasi dalam kerangka struktur dan tujuan organisasi
tersebut.
Terlepas bagaimana cara para ahli memandang, namun yang pasti kedua
pandangan itu memiliki kesamaan yaitu adanya pengakuan bahwa lingkungan
organisasi adalah sesuatu yang sifatnya eksternal terhadap organisasi. Selain itu,
kedua pandangan di atas sama-sama melihat kenyataan bahwa lingkungan
organisasi itu memiliki hubungan dan pengaruh timbal balik terhadap organisasi.
Salah satu konsep yang dapat digunakan untuk melihat hubungan timbal balik
antara organisasi dengan lingkungan organisasi ini adalah kapasitas lingkungan.
Kapasitas lingkungan menunjuk pada ketersediaan sumber-sumber yang melimpah
atau sebaliknya, kelangkaan sumber-sumber yang ada. Kapasitas lingkungan dapat
juga menunjuk pada suatu tingkat dimana organisasi dapat memanfaatkan sumber-
sumber yang ada. Organisasi memiliki akses untuk memanfaatkan sumber-sumber
lebih banyak pada lingkungan yang "kaya". tetapi hal itu juga berarti bahwa di dalam
lingkungan yang "kaya" akan sumber-sumber itu "menarik" bagi banyak organisasi
untuk melakukan aktifitasnya di lokasi itu.
Dalam suatu lingkungan yang memiliki kelangkaan akan sumber-sumber
akan mendorong terjadinya persaingan yang sengit, sehingga dirasa perlu untuk
melakukan penyimpanan cadangan atau penimbunan sumber-sumber yang ada agar
dapat dipergunakan bila diperlukan. Selain itu, pada lingkungan yang miskin akan
sumber-sumber akan mendorong penggunaan sumbersumber tersebut secara lebih
efisien. Terdapat dua kemungkinan yang dilakukan oleh organisasi dalam
menghadapi kelangkaan sumber-sumber yang ada dalam lingkungan, yaitu
melakukan pemindahan kegiatan organisasi ke lingkungan lain yang lebih kaya akan
sumber-sumber. lni berarti bahwa organisasi itu mengalami perpindahan basis
kegiatan, dari suatu tempat tertentu ke tempat lainnya. Ini tentu saja membawa
konsekuensi tertenyu bagi organisasi, baik yang menguntungkan maupun yang
Universitas Gadjah Mada
merugikan. Keuntungannya antara lain, dengan melakukan pemindahan basis
kegiatan pada suatu lingkungan yang tersedia cukup sumber-sumber berarti alternatif
untuk mengembangkan organisasi cukup terbuka, sedangkan kerugiannya antara
lain, perpindahan ini akan membawa masalah baru, terutama bagi para anggota
organisasi yang berdomisili atau bertempat tinggal disekitar basis lama yang
ditinggalkan.
Kemungkinan lain yang dilakukan oleh organisasi dalam menghadapi
kelangkaan sumber-sumber yang ada selain berpindah ke lokasi lain yang lebih
tersedia sumber-sumber adalah tetap berada dalam lingkungan yang miskin itu,
tetapi diikuti dengan penyesuaian tertentu. Dalam menghadapi kondisi lingkungan
yang penuh dengan keterbatasan karena kelangkaan sumbersumber, organisasi
melakukan beberapa bentuk penyesuaian terhadap kondisi lingkungan, misalnya
dengan melakukan pengembangan struktur yang lebih efisien, melakukan
penghematan pemakaian berbagai sumber yang dibutuhkan dan sebagainya. Pilihan
inipun memiliki konsekuensi tertentu bagi organisasi. Segi keuntungannya antara
lain, tidak menimbulkan masalah bagi anggota karena tidak harus melakukan
perpindahan kegiatan, tidak kehilangan Iangganan dan sebagainya. Sebaliknya, segi
kerugiannya, organisasi itu mengalami keterbatasan dalam perkembangannya,
menghadapi persaingan yang makin sengit dalam memperoleh sumber-sumber yang
makin langka dan sebagainya.
Konsep lain yang dapat dipakai untuk menjelaskan hubungan antara
organisasi dengan lingkungannya adalah tingkat heterogenitas lingkungan. Konsep
tingkat heterogenitas lingkungan menunjukkan adanya kesamaan atau sebaliknya
perbedaan yang terdapat dalam suatu lingkungan. Dalam suatu lingkungan yang
tidak memiliki keragaman atau relatif homogen, organisasi akan mengembangkan
pola adaptasi dengan lingkungan yang relatif sederhana dan tidak terlalu rumit.
Artinya, organisasi itu dapat mengembangkan suatu cara yang memiliki standar atau
ukuran tertentu dalam menanggapi pengaruh lingkungan.
Banyak organisasi yang mengembangkan kegiatan yang mengarah pada
suatu bentuk lingkungan yang homogen melalui pembatasan kegiatannya, antara
lain memiliki bentuk pelayanan yang dilakukan, memilih jenis pasar yang dimasuki
dan sebagainya. Pola ini diambil karena organisasi itu mendapatkan keuntungan
maksimal jika berada dalam suatu lingkungan yang homogen. Jika organisasi itu
memasuki suatu lingkungan yang lebih heterogen maka manfaat atau keuntungan
yang dapat diperoleh justru menurun, selain itu masalahmasalah yang dihadapi
Universitas Gadjah Mada
kemungkinan dapat lebih banyak sehingga menjadi tidak efisien. Akan tetapi
sebaliknya, terdapat juga organisasi yang justru membutuhkan suatu lingkungan
yang heterogen bagi aktifitasnya. Suatu perusahaan yang membuka usaha
pelayanan yang melayai berbagai segmen masyarakat, membutuhkan suatu
lingkungan yang lebih heterogen, karena dengan lingkungan yang heterogen
perusahaan ini dapat mencapai hasil yang optimal.
Konsep lain yang digunakan adalah tingkat kestabilan lingkungan, yang
menunjukkan tingkat perubahan atau pergantian elemen-elemen atau bagianbagian
dari suatu lingkungan. Lingkungan memang senantiasa berubah, tetapi tingkat
perubahan itu sangat bervariasi dan ditentukan oleh berbagai faktor. Meskipun
demikian, pada tingkat tertentu, suatu lingkungan menunjukkan adanya tingkat
kestabilan tertentu, dalam arti bahwa perubahan yang berlangsung relatif konstan
sehingga perubahan lingkungan itu dapat diperkirakan sebelumnya. Suatu
lingkungan dengan tingkat kestabilan yang tinggi jika tingkat perubahan elemen-
elemen atau bagian lingkungan itu relatif kecil, sebaliknya jika tingkat perubahan ini
relatif besar maka lingkungan ini dapat dikatakan memiliki tingkat kestabilan yang
rendah.
Dengan tingkat kestabilan lingkungan yang tinggi, yang berarti tidak banyak
perubahan pada lingkungan, organisasi dapat mengembangkan pola tertentu yang
baku, atau standardisasi pola adaptasi terhadap lingkungan dapat dilakukan oleh
organisasi. Sebaliknya, tingkat kestabilan lingkungan yang rendah, yang
menunjukkan tingkat perubahan lingkungan yang tinggi, akan menciptakan ketidak-
tentuan dan ketidak-pastian, sehingga sangat sukar diramalkan. Dalam lingkungan
seperti ini, organisasi dalam melakukan adaptasi pada umumnya mengalami banyak
kesulitan.
Tingkat konsentrasi lingkungan yang menunjuk bagaimana elemenelemen
lingkungan itu tersebar atau terkumpul dalam suatu wilayah merupakan konsep lain
yang dapat dipergunakan untuk melihat pengaruh lingkungan terhadap organisasi.
Distribusi elemen lingkungan yang terpusat pada suatu tempat tertentu akan
memberikan kemudahan bagi organisasi untuk melakukan aktifitasnya. Sebagai
contoh, suatu organisasi yang bergerak pada pelayanan pada masyarakat, akan
mengalami kesulitan jika masyarakat yang dilayani itu bertempat tinggal tersebar dan
berjauhan satu sama lain. Demikian juga suatu organisasi yang bergerak dalam
bidang produksi, harus memperhitungkan biaya transportasi jika bahan mentah untuk
proses produksi berada di tempat yang berjauhan dan terpisah-pisah, demikian juga
Universitas Gadjah Mada
jika pemasaran produknya diarahkan pada para pelanggan yang tempat tinggalnya
berjauhan satu sama lain.
Tidak jarang suatu lingkungan memiliki elemen-elemen yang memiliki sating
hubungan yang sangat kuat sehingga perubahan kecil pada suatu elemen dapat
membawa perubahan besar pada yang lain. Ini berarti bahwa lingkungan itu memiliki
dinamika yang tinggi dan menunjukkan perubahan yang cukup mendasar. Dengan
kondisi ini berarti lingkungan itu memiliki tingkat kestabilan yang rendah dan
cenderung pada kondisi lingkungan yang selalu berubah secara drastis. Hubungan
antar elemen lingkungan yang kuat itu sangat besar pengaruhnya terhadap
organisasi yang berada dalam lingkungan ini.
Perubahan ekonomi misalnya, sangat besar pengaruhnya terhadap
perubahan pada elemen lain, terutama faktor politik dan faktor sosial dari lingkungan
organisasi. Sebagai contoh, karena perubahan ekonomi yang terjadi, suatu pabrik
terpaksa ditutup karena dalam pertimbangan ekonomi, biaya produksi yang
dikeluarkan tidak sebanding dengan pendapatan yang diterima dari usaha itu.
Tutupnya pabrik itu akan membawa banyak masalah baru, misalnya masalah tenaga
kerja, karena tenaga kerja yang semula bekerja di pabrik menjadi penggangur
setelah pabrik tutup. Ini merupakan masalah politis yang penting karena jumlah
penangguran yang besar akan menjadi kekuatan yang mempengaruhi sistem politik
yang ada. Selain itu, pendapatan pemerintah dari pajak juga berkurang karena
tutpnya pabrik itu. Selain itu, lembaga lain yang keberadaannya berkaitan dan
melayani aktifitas pabrik itu akan mengalami penurunan kegiatan pula. Misalnya
pasar, sekolah dasar, pertokoan, jasa-jasa tertentu dan sejenisnya yang semula
memiliki kegiatan karena adanya pabrik, maka dengan ditutupnya pabrik kegiatannya
akan mengalami penurunan atau bahkan akan ikut tutup pula.
Setiap organisasi memiliki tingkat ketahanan yang berbeda-beda dalam
menghadapi tekanan lingkungan yang ada. Pada organisasi yang memiliki tingkat
ketergantungan yang besar pada lingkungan maka tingkat ketahanannya terhadap
tekanan lingkungan pada umumnya rendah. Sebaliknya, pada organisasi yang
memiliki tingkat ketergantungan pada lingkungan yang rendah, maka tingkat
ketahanan organisasi terhadap tekanan organisasi pada umumnya lebih besar.
Tekanan dari lingkungan memiliki dimensi ganda, karena berbagai kondisi
lingkungan secara sendiri-sendiri ataupun secara bersama-sama mengarah pada
organisasi dan berlangsung terus menerus.
Universitas Gadjah Mada
Sebagai contoh, suatu organisasi yang memiliki dukungan keuangan yang
cukup kuat, pada umumnya tidak mudah mengalami tekanan dari perubahan kondisi
ekonomi lingkungan, umpamanya terhadap fluktuasi ekonomi yang terjadi dalam
masyarakat. Sebaliknya, sustu organisasi yang tidak memiliki dukungan ekonomi
yang cukup kuat, pada umumnya segera mengalami kesulitan akibat tekanan kondisi
ekonomi yang terjadi pada saat itu. Suatu misal, organisasi ekonomi yang bergerak
pada sektor keuangan atau bisnis perbankan yang struktur modalnya cukup kuat,
pada umumnya memiliki ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan organisasi
yang sama, tetapi tidak memiliki struktur modal yang cukup kuat.
Tekanan itu bukan hanya berasal dari lingkungan pada skala lokal atau
nasional, bisa jadi tekanan itu berasal dari lingkungan yang berskala internasional.
Hal ini nampak jelas terjadi pada periode tahun 1970-an sampai dengan 1980-an
yang dialami oleh banyak perusahaan multinasional yang bergerak pada ekslorasi
minyak bumi. Karena minyak bumi mimiliki nilai ekonomi dan politik yang penting
maka tekanan yang dialami oleh perusahaan ini terutama berasal dari kondisi
ekonomi dan politik. Karena minyak bumi dipergunakan sebagai instrumen dalam
proses politik internasional yang dilakukan banyak negara maka harga minyak dalam
pasaran menjadi sangat fluktuatif. Selain itu, tekanan politik terhadap perusahaan
eksplorasi minyak bumi juga terjadi. Ini semua memiliki pengaruh besar terhadap
banyak perusahaan yang bergerak pada eksplorasi minyak bumi itu.
Terdapat banyak cara yang dilakukan organisasi dalam mengatasi tekanan
dari kondisi politik yang membatasi organisasi. Sebagai contoh, perusahaan rokok
harus mengatasi batasan yang ditujukan kepadanya, misalnya aturan keharusan
mencamtumkan bahaya merokok bagi para konsumennya. Untuk mengantisipasi
tekanan politis ini, pihak pabrik rokok kemudian mencantumkan peringatan itu, tetapi
dengan mengalihkan tanggung jawab pemberi peringatan, bukan pada mereka tetapi
pada pihak lain, yaitu pemerintah. Jadi, jika dalam setiap bungkus rokok terdapat
tulisan "Peringatan Pemerintah: Merokok Dapat Merugikan Kesehatan", merupakan
suatu bentuk upaya untuk mengelola tekanan dari kondisi politik yang ada. Dengan
cara itu, pihak perusahaan tidak menyalahi aturan yang ditetapkan pemerintah, tetapi
perusahaan rokokpun tidak terbelenggu oleh suatu kondisi yang bertentangan, yaitu
memproduksi sesuatu yang dapat merugikan kesehatan. Jadi langkah yang diambil
oleh perusahaan rokok adalah, setiap konsumen dipersilahkan memilih sendiri
mengikuti peringatan itu atau sebaliknya mengabaikan peringatan itu.
Universitas Gadjah Mada
Bagi perusahaan rokok, lingkungan yang dihadapi bukan hanya pihak
pemerintah, yang selain mengharuskan pencantuman label seperti itu, juga
mengharuskan pihak perusahaan rokok untuk membayar cukai tembakau, pajak
perusahaan dan sebagainya. Selain pemerintah, lingkungan bagi perusahaan rokok
dapat juga berupa kelompok masyarakat tertentu yang tergabung dalam gerakan anti
rokok, misalnya kelompok lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam
bidang peduli kesehatan dan lingkungan, yang menempatkan upaya menekan
konsumsi rokok dalam masyarakat. Selain itu, ada juga organisasi lain yang
melakukan tindakan tertentu yang berupa pembatasan kebebasan merokok bagi
para perokok yang berada dalam eilayah yang menjadi kewenangan organisasi itu
untuk menerapkannya. Sebagai contoh, beberapa rumah sakit sekarang ini telah
menerapkan seluruh lingkungan rumah sakit itu merupakan kawasan bebas rokok.
Demikian juga sarana transportasi, misalnya pesawat udara, kereta api dan angkutan
lainnya, yang membuat batasan tertentu berupa "no smokin area". Bahkan beberapa
pusat pertokoan pun sekarang ini mulai menerapkan pada bagian tertentu
ruangannya sebagai kawasan bebas rokok. Semua ini merupakan lingkungan
organisasi yang memberikan tekanan bagi perusahaan rokok.
Ketika suatu organisasi harus menghadapi tekanan lingkungan, maka
organisasi pada umumnya juga membuat tanggapan terhadap tekanan itu. Banyak
ahli melihat bahwa tekanan lingkungan yang kuat akan menghasilkan suatu reaksi
tertentu pada organisasi, misalnya dengan makin kuatnya formalisasi dan adanya
suatu pengetatan tertentu pada organisasi. Ini dapat dipandang bahwa dalam suatu
tekanan tertentu, organisasi akan mengembangkan suatu bentuk adaptasi tertentu
pula.
Setiap organisasi yang mengembangkan suatu bentuk adaptasi terhadap
tekanan lingkungan tertentu pada umumnya menciptakan beberapa strategi internal
yang sesuai dengan tekanan lingkungan itu. Pada dasarnya tidak ada satu cara
tunggal yang dapat digunakan oleh organisasi untuk menghadapi tekanan
organisasi. Jadi, terdapat banyak cara yang dapat dipilih oleh setiap organisasi
dalam menghadapi tekanan organisasi, tergantung kondisi dan kebutuhan dari
organisasi itu. Pilihan strategi mana yang paling sesuai dalam menghadapi tekanan
lingkungan ini sangat berkaitan dengan proses pengambilan keputusan dalam suatu
organisasi. Pemilihan strategi yang akan dipilih menunjukkan bagaimana proses
tawar-menawar antar berbagai kekuatan dalam organisasi itu terjadi. Pilihan strategi
Universitas Gadjah Mada
yang diambil dalam hal tersebut mencerminkan kekuatan mana yang ada dalam
organisasi yang unggul dalam proses pengambilan keputusan itu.
Sebagai contoh, karena adanya aturan yang melarang iklan rokok
menampilkan gambaran seseorang sedang merokok dalam media televisi, maka
pihak perusahaan rokok memilih cara yang lain yang dipergunakan untuk
mengiklankan produknya. Beberapa perusahaan rokok menampilkan kekayaan dan
keindahan beberapa bagian wilayah, menampilkan sikap yang semestinya dilakukan
oleh warga negara yang baik dan sebagainya, tanpa sedikitpun menampilkan
gambaran orang sedang mengkonsumsi produknya. Meskipun tanpa ada penampilan
yang demikian, iklan itu nampaknya cukup efektif. Ada cara yang lain yang dilakukan,
misalnya menjadi sponsor bagi suatu even kegiatan tertentu, misalnya pentas musik,
lomba olah raga tertentu dan sebagainya. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada
tekanan dari lingkungan, organisasi dapat memilih berbagai cara yang dapat
ditempuh untuk mengatasi batasan itu.
Kemampuan organisasi melakukan kontrol terhadap lingkungan merupakan
unsur penting yang mempengaruhi kelangsungan hidup organisasi. Sebagai contoh
suatu perusahaan farmasi yang memproduksi obat-obatan mampu melakukan
kontrol terhadap lingkungannya melalui beberapa cara, misalnya dalam mengatur
harga jual dan distribusi produk, hak paten, menumbuhkan kebutuhan masyarakat
akan produk farmasi yang dikeluarkan, misalnya melallui iklan di berbagai media
massa dan sebagainya. Ini semua dilakukan untuk mencapai tingkat keuntungan
yang maksimal, yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kelangsungan
perusahaan itu sebagai suatu organisasi.
Setiap organisasi senantiasa berusaha mendapatkan kemampuan untuk
mengontrol lingkungannya itu. Selain itu, setiap organisasi juga selalu berusaha
untuk memelihara kemampuannya untuk mengontrol kondisi lingkungannya. Ini
merupakan hal yang sangat penting bagi organisasi mengingat organisasi tidak dapat
lepas dari pengaruh timbal balik dari kondisi lingkungannya.
Antara satu dengan lain organisasi selalu terjadi persaingan dalam
memanfaatkan sumber-sumber yang ada, meskipun dengan tingkat persaingan yang
berbeda-beda antara suatu tempat, waktu atau situasi tertentu dengan yang lain.
Dalam persaingan itu, setiap organisasi selalu berusaha memperoleh keunggulan
tertentu dalam hal teknologi, politik, ekonomi dan sebagainya. Persaingan itu
melibatkan berbagai dimensi dari lingkungan organisasi.
Universitas Gadjah Mada
Sebagai contoh, suatu keunggulan secara politis akan memberikan
sumbangan yang besar bagi terciptanya keunggulan secara ekonomis, demikian juga
sebaliknya, dengan keunggulan dalam hal ekonomi akan memberikan sumbangan
bagi terciptanya keunggulan secara politis, Demikian juga keunggulan ekonomis
akan menunjang tercapainya rteknologi dan sebaliknya, keunggulan teknologi dapat
menunjang keunggulan ekonomi.
Sebagai contoh, suatu perusahaan mendapatkan hak untuk memproduksi
barang tertentu dari pihak pemerintah. Ini berarti secara politis perusahaan ini unggul
dalam persaingannya dengan perusahaan yang lain dalam memproduksi barang
yang sama. Akibat dari hal itu adalah bahwa kegiatan perusahaan mengalami
peningkatan demikian juga keuntungan dan pendapatan yang diperoleh perusahaan
yang meningkat. Jadi keunggulan secara politis itu memberi sumbangan bagi
penampilan perusahaan secara ekonomis. Contoh yang lain, suatu perusahaan yang
karena keunggulan ekonominya, mampu mendatangkan teknologi yang canggih
dalam proses produksi sehingga kualitas barang dan kuantitasnya mengalami
peningkatan. Ini akan membawa konsekuensi bahwa pendapatan perusahaan akan
meningkat dengan adanya perubahan kualitas dan kuantitas barang sehabagi hasil
dari penerapan teknologi tersebut.