54
A. DINUL ISLAM Kata “dinul islam” berasal dari bahasa arab : د ن يdan ا لا لام س.yang mengandung 2 makna, yaitu a. Secara Etimologi/lugoh adalah selamat/sejahtera dan menyerahkan diri/patuh. b. Secara istilah/terminologi adalah Agama yang berasal dari allah yang di bawa oleh nabi Muhammad SAW,untuk di sampaikan kepada seluruh umat manusia agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dasar pengertian ini sesuai dengan Firman Allah SWT : Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab[Al-Qur'an] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. adapun hadistnya yaitu : “Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik maka allah memberikan kepadanya kefahaman Agama” (HR Bukhori). Agama dibagi menjadi dua, yaitu : a. Samawi (Langit) : Yahudi, Nasrani, Islam. b. Ardhi (Bumi) : Budha, Hindu, Animisme, Dinamisme, d.l.l B. DASAR HUKUM ISLAM 1. Al-Qur'an 2. Al-Hadist 3. Ijma/Qiyas. Syariat Islam (Arab: عة ري ش ة ي م لا س اSyariat Islamiyyah) adalah hukum atau peraturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 1

Dinul Islam Agama

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ini merupakan ringkasan dari mata kuliah agama, ringkasan ini memuat materi-materi yang diajarkan dosen selama satu semester.

Citation preview

Page 1: Dinul Islam Agama

A. DINUL ISLAM

Kata “dinul islam” berasal dari bahasa arab : ين د dan سالم ال ا .yang mengandung 2 makna, yaitu

a. Secara Etimologi/lugoh adalah selamat/sejahtera dan menyerahkan diri/patuh.

b. Secara istilah/terminologi adalah Agama yang berasal dari allah yang di bawa oleh nabi Muhammad SAW,untuk di sampaikan kepada seluruh umat manusia agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dasar pengertian ini sesuai dengan Firman Allah SWT :

Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab[Al-Qur'an] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.

adapun hadistnya yaitu :

“Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik maka allah memberikan kepadanya kefahaman Agama” (HR Bukhori).

Agama dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Samawi (Langit) : Yahudi, Nasrani, Islam.b. Ardhi (Bumi) : Budha, Hindu, Animisme, Dinamisme, d.l.l

B. DASAR HUKUM ISLAM

1. Al-Qur'an2. Al-Hadist3. Ijma/Qiyas.

Syariat Islam (Arab: إسالمية شريعة Syariat Islamiyyah) adalah hukum atau peraturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Selain berisi hukum dan aturan, syariat Islam juga berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini. Maka oleh sebagian penganut Islam, syariat Islam merupakan panduan menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan dunia ini.

Apa itu Al-Qur'an? Al-Baqarah ayat 1-6.

| Tugas Resume Agama Islam 1

Page 2: Dinul Islam Agama

1. Alif laam miin[10].

2. Kitab[11] (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa[12],

3. (yaitu) mereka yang beriman[13] kepada yang ghaib[14], yang mendirikan shalat[15], dan menafkahkan sebahagian rezki[16] yang Kami anugerahkan kepada mereka.

4. dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu[17], serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat[18].

5. mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung[19].

6. Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.

[10] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.

[11] Tuhan menamakan Al Quran dengan Al kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis.

[12] Takwa Yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.

[13] Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.

[14] Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera. percaya kepada yang ghjaib yaitu, mengi'tikadkan adanya sesuatu yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, malaikat-malaikat, hari akhirat dan sebagainya.

| Tugas Resume Agama Islam 2

Page 3: Dinul Islam Agama

[15] Shalat menurut bahasa 'Arab: doa. menurut istilah syara' ialah ibadat yang sudah dikenal, yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah. mendirikan shalat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusu', memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya.

[16] Rezki: segala yang dapat diambil manfaatnya. menafkahkan sebagian rezki, ialah memberikan sebagian dari harta yang telah direzkikan oleh Tuhan kepada orang-orang yang disyari'atkan oleh agama memberinya, seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain.

[17] Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelum Muhammad s.a.w. ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al Quran seperti: Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut dalam Al Quran yang diturunkan kepada Para rasul. Allah menurunkan kitab kepada Rasul ialah dengan memberikan wahyu kepada Jibril a.s., lalu Jibril menyampaikannya kepada rasul.

[18] Yakin ialah kepercayaan yang kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. akhirat lawan dunia. kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir. yakin akan adanya kehidupan akhirat ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir.

[19] Ialah orang-orang yang mendapat apa-apa yang dimohonkannya kepada Allah sesudah mengusahakannya.

"Kitab suci Allah (Qallamullah) yang memberi/menjadi hidayah bagi semua manusia yang bertaqwa."

Adapun ciri orang bertaqwa yaitu :

1. Orang yang memercayai/meyakini kepada hal yang ghaib. (Tidak terlihat)

Ghaib : - Wajib dipercaya (Allah, Malaikat, Hari akhir, Surga, Neraka, Iblis/Jin.

2. Mendirikan Shalat.

3. Menginfaqkan (menggunakan nikmat Allah untuk Allah)

4. Percaya kepada kitab-kitab Allah.

5. Meyakini hari akhir. (yakin terhadap akhirat)

AGAMA

C. Allah

| Tugas Resume Agama Islam 3

Page 4: Dinul Islam Agama

Allah (Bahasa Arab: ;الله Bahasa Inggris: God) adalah nama zat yang Mahasempurna, Maha-berkuasa, Maha-mengetahui, dan Maha-Penyanyang; yang berhak disembah oleh seluruh manusia.

"Pikirkanlah kamu semua ciptaan Allah (makhluk), tetapi jangan sekali-kali memikirkan dzat Allah. Sesungguhnya pikiranmu tidak akan sampai ke sana".

Siapakah Allah? Allah adalah Khalid, Rabul Alamin. Dimanakah Allah Sesungguhnya? “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al-Hadid :4). Seperti apakah Allah itu? Tidak dapat dikhayalkan.

D. Makhluk

Makhluk adalah sebuah kata serapan dari bahasa Arab yang berarti "yang diciptakan", sebagai lawan kata Kholik —"yang menciptakan." Secara umum, kata ini merujuk pada organisme hidup yang diciptakan oleh Tuhan. Adapun makhluk dibagi menjadi dua yaitu :

Makhluk riil : "Makhluk hidup nyata" (biasa disebut "makhluk hidup" saja) yang telah diketahui, misalnya: manusia, hewan, tumbuhan dan sel.

"… . Dan kamu lihat bumi ini (awalnya) kering, kemudian apabila Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu, dan suburlah (tanahnya), dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah." – (QS.22:5).

Makhluk hidup gaib (atau 'makhluk gaib' saja) yang disebut-sebut dalam Al-Qur'an, yaitu: malaikat, jin, syaitan dan iblis. Mereka itulah makhluk yang masih berbentuk "ruh" (bentuk paling sederhana dari segala makhluk-Nya), karena ruh para makhluk gaib itu dianggap tidak memiliki sifat untuk menyatu dengan tubuh wadah. Namun ada pula anggapan lain, bahwa tubuh mereka adalah materi 'terkecil'.

Artinya : dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

E. Al-Qur'an

Al-qur'an adalah qalam Allah yang diturunkan untuk menyelamatkan manusia. adapun fungsi dari Al-qur;an yaitu:

1. Petunjuk (Huda)2. Sumber Hukum Islma yang pertama3. Sebagai korektor kitab-kitab yang lalu4. Menjelaskan kekuasaan Allah, keadilan, kebenaran, d.l.l

Sejarah Al-Qur'an

| Tugas Resume Agama Islam 4

Page 5: Dinul Islam Agama

Al-Qur'an memberikan dorongan yang besar untuk mempelajari sejarah dengan secara adil, objektif dan tidak memihak. Dengan demikian tradisi sains Islam sepenuhnya mengambil inspirasi dari Al-Qur'an, sehingga umat Muslim mampu membuat sistematika penulisan sejarah yang lebih mendekati landasan penanggalan astronomis.

Penurunan Al-Qur'an

Al-Qur'an tidak turun sekaligus, ayat-ayat al-Qur'an turun secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Para ulama membagi masa turunnya ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah. Ilmu Al-Qur'an yang membahas mengenai latar belakang atau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat al-Qur'an diturunkan disebut Asbabun Nuzul (Sebab-sebab Turunnya (suatu ayat).

Penulisan Al-Qur'an

Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) ayat-ayat al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad. Kemudian transformasinya menjadi teks yang sudah dibundel menjadi satu seperti yang dijumpai saat ini, telah dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin Affan.

Masa Nabi Muhammad

Pada masa ketika Nabi Muhammad masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.

Masa Khulafaur Rasyidin

Pemerintahan Abu Bakar

Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan. Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu tersebar di antara para sahabat. Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksanaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafshah yang juga istri Nabi Muhammad.

Pemerintahan Utsman bin Affan

| Tugas Resume Agama Islam 5

Page 6: Dinul Islam Agama

Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standardisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam pada masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.

Mengutip hadist riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang shahih:

“ Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang baik tentang Utsman. Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai mushaf-mushaf Al Qur'an sudah atas persetujuan kami. Utsman berkata, 'Bagaimana pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya mendapat berita bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari qira'at orang lain. Ini hampir menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata, 'Bagaimana pendapatmu?' Ia menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.' Kami berkata, 'Pendapatmu sangat baik'." ”

Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an, keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati oleh para sahabat. Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada Hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam. Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka. Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah (mushaf al-Imam).

F. Hadist

Hadits (ejaan KBBI: Hadis, Bahasa Arab: الحديث dengarkan (bantuan·info), transliterasi: Al-Hadîts), adalah perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan landasan syariat Islam. Hadits dijadikan sumber hukum Islam selain al-Qur'an yang mana kedudukannya hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an.

Hadits secara harfiah berarti "berbicara", "perkataan" atau "percakapan". Dalam terminologi Islam istilah hadits berarti melaporkan, mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad SAW.

Menurut istilah ulama ahli hadits, hadits yaitu apa yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapannya (Arab: taqrîr), sifat jasmani atau sifat akhlak, perjalanan setelah diangkat sebagai Nabi (Arab: bi'tsah) dan terkadang juga sebelumnya, sehingga arti hadits di sini semakna dengan sunnah.

| Tugas Resume Agama Islam 6

Page 7: Dinul Islam Agama

Kata hadits yang mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan sunnah, maka pada saat ini bisa berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum.

Hadist dari segi hukum dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Syar'iyah atau menjadi sumber dasar hukum.2. Ghair Syar'iyah atau tidak menjadi sumber dasar hukum.

Adapun komponen hadist sebagai berikut :

1. Matar (isi/redaksi)2. Sanad (Sandaran)3. Rawi (Periwayat)

Jenis-jenis Hadist :

1. Hadist Qauliyah : Sebuah berita dari perkataan Rasul.2. Hadist Fi'diyah : Sebuah berita dari perbuatan Rasul.3. Hadist Taqririyah : Sebuah berita yang tidak menyuruh dan tidak melarang.

Kwalitas hadist dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Shahih : Hadits Shahih, yakni hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh rawi yang adil lagi dhabith dari rawi yang sama hingga akhir sanad, terhindar dari syadz dan cacat.

5 syarat Hadits Shahih:

Sanadnya bersambung, artinya setiap rawi bersambung secara langsung dengan rawi sesudahnya dari rawi pertama hingga rawi terakhir.

Rawi adil, artinya seorang muslim, baligh, berakal, terhindar dari sebab-sebab kefasikan dan hal-hal yang menurunkan kehormatan.

Rawi dhabith, artinya bagus hafalannya, bukan pelupa, banyak ragu-ragu, atau banyak salah (tangkap).

Terhindar dari syadz (kejanggalan), artinya tidak mengandung kontradiksi dengan riwayat yang lebih kuat.

Terhindar dari ‘illah (cacat), artinya sebab tersembunyi yang dapat menggugurkan kesahihahnnya.

Shahih Li Ghairihi, yakni Hadits Hasan Lidzatihi yang memiliki sanad lain yang sama kualitasnya atau lebih kuat sehingga meningkatkan status hadis menjadi Shahih Lighairihi (sahih karena lainnya).

Kitab-kitab Hadits Sahih adalah:

Kitab khusus Hadits Shahih, Shahih Bukhari dan Muslim. Kitab-kitab lain yang memuat Hadits Shahih.

| Tugas Resume Agama Islam 7

Page 8: Dinul Islam Agama

2. Hasan

Hadits Hasan adalah Hadis yang sanadnya bersambung diriwayatkan oleh rawi yang adil

tapi kurang kuat hafalannya, terhindar dari syadz dan ‘illah.

Hadits Hasan Lighairihi, adalah Hadis Dha’if yang memiliki berbagai sanad yang saling

menguatkan satu dengan lainnya, asalakan sebab kedhaifannya “bukan” karena

buruknya hafalannya, atau terputus sanadnya, atau rawi yang majhul (tidak dikenal),

fasik, atau pendusta.

Hadits Hasan dipopulerkan oleh Imam Tirmidzi (w. 279 H). Sebelumnya digolongkan

kepada Hadis Dha’if yang diterima.

Perkataan Imam Tirmidzi Hadits “Hasan Shahih”, artinya bahwa Hadits tersebut memiliki

2 Sanad, yang satu berkualitas Shahih dan yang lain berstatus Hasan.

Perkataan Imam Abu Dawud (w. 275 H) Hadits Shalih mencakup Shahih dan Hasan.

Sumber Hadits Hasan banyak terdapat dalam kitab Sunan Empat, Musnad Ahmad, dll.

Hadis Shahih dan Hadis Hasan merupakan Hujjah dalam agama, baik dalam Ushul

maupun Furu’.

3. Dhaif

Hadits Dha’if, adalah Hadis yang tidak memenuhi persyratan Shahih dan Hasan.

Sebab kedha’ifan Hadits terkait 2 faktor:

1. Faktor ketidakbersambungan sanad.

Urutannya: Mu’dhal, munqathi’. Muallaq, mudallas, dan mursal.

2. Faktor selain ketidakbersambungan sanad. Urutannya : Maudhu’, Matruk, Mathruh, Mudraj, Maqlub, Munkar, Mu’allal, Syadz, Mudhtarib, Mushahhaf.

Dha’if karena faktor sanad tak bersambung

Mu’dhal, adalah Hadits yang sanadnya putus pada 2 rawi secara berturut-turut. Munqathi’, adalah Hadits yang sand putus pada 1 rawi, asal tidak menyerupai muallaq,

mu’dhal, atau mursal. Muallaq, adalah Hadits yang dibunag sandnya pada awal sanad satu rawi atau lebih secara

berturut-turut. Mudallas, yakni Hadits yang diriwayatkan rawi dengan cara menyembunyikan seorang rawi

lemah pada sanad untuk membuat kesan baik pada sanad.

| Tugas Resume Agama Islam 8

Page 9: Dinul Islam Agama

Mursal, yakni Hadits yang sanadnya terputus pada sanad sahabat. Artinya tabiin meriwayatkan langsung dari Rasulullah SAW.

Dha’if karena faktor lain

Hadits maudhu’, adalah Hadits yang dibuat-buat dan dipalsukan atas nama Rasul saw atau sahabat, atau tabiin. Tapi jika digunakan secara umum berarti Hadits palsu yang disandarkan kepada Nabi saw.

Cara mengetahui Hadits palsu:

1. Bertentangan dengan akal sehat dan tidak mungkin ditakwil, atau bertentangan dengan

fakta sejarah dan eksperimen yang pasti.

2. Bertentangan dengan petunjuk makna ayat al-Qur’an yang qathiy (pasti), atau hadis

mutawatir, atau pengetahuan agama yang sudah pasti, aksioma (al-ma’lum min al-din bi al-

dharurah).

3. Hadis tentang perkara yang besar tapi hanya diriwiyatkan seorang saja.

4. Memberikan siksa yang sangat berat dengan dosa yang remeh, tapi memberikan pahala yang

sangat besar dengan amal yang remeh.

5. Pemalsu mengakui perbuatannya.

6. Pemalsu memberikan statement yang mirip pengakuan.

7. Perawi dikenal sebagai pembohong.

8. Ada indikasi rawi adalah pemalsu hadis, seperti pengikut sekte Rafidhah yang dikenal

mengkultuskan Ali ra.

9. Bahasanya kasar dan maknya tak berisi.

10. Melakukan penelitian hadis secara mendalam.

4. Qudsi

Firman Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Lalu disebarkan dengan

redaksinya sendiri (Shahih). Terdapat ±100 hadist

Persamaan Al-Qur'an dengan Hadist :

Sumber Hukum TujuanAl-Qur'an √ Untuk menyelamatkan manusia

Hadist √ Untuk menyelamatkan manusia

| Tugas Resume Agama Islam 9

Page 10: Dinul Islam Agama

Perbedaan Al-Qur'an dengan Hadist :

Sumber Shahih Pembukuan Sumber HukumAl-Qur'an Allah Pasti (Mutlak) Ustman Bin Affan 1

Hadist Nabi Relative ± Abad ke-2 2

Hubungan Antar Al-Qur'an Dengan Hadist

Al-Hadist Sebagai tafsir dari Al-Qur'an

G. IJTIHAD

PENGERTIAN IJTIHAD (اجتهاد) adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh atau mencurahkan segala kemampuan (jahada). Jadi, menurut bahasa, ijtihad ialah berusaha untuk berupaya atau berusaha yang bersungguh-sungguh., yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang. Namun pada perkembangan selanjutnya, diputuskan bahwa ijtihad sebaiknya hanya dilakukan para ahli agama Islam.

Menurut Dr. Wahbah az Zuhaili, ijtihad adalah perbuatan istimbath hukum syari`at dari segi dalil-dalilnya yang terperinci di dalam syari`at.

Imam al Ghazali, mendefinisikan ijtihad dengan ”usaha sungguh-sungguh dari seorang mujtahid dalam rangka mengetahui hukum-hukum syari`at”.

Sedangkan menurut Imam Syafi`i, arti sempit ijtihad adalah qiyas.

TUJUAN IJTIHAD adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia akan pegangan hidup dalam beribadah kepada Allah di suatu tempat tertentu atau pada suatu waktu tertentu.

JENIS-JENIS IJTIHAD

ijma'

Ijma' artinya sepakat yakni sepakat para ulama dalam menetapkan suatu hukum hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. Adalah sepakat bersama yang dilakukan oleh para ulama dengan cara ijtihad untuk kemudian dirundingkan dan disepakati. Hasil dari ijma adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.

Ijma’ dalam istilah ahli ushul

Ijma’ dalam istilah ahli ushul adalah sepakat semua para mujtahid dari kaum muslimin dalam suatu masa setelah wafat Rasul Saw atas hukum syara'

| Tugas Resume Agama Islam 10

Page 11: Dinul Islam Agama

Adapun rukun ijma’ dalam definisi di atas adalah adanya sepakat para mujtahid kaum muslimin dalam suatu masa atas hukum syara’ .

‘Kesepakatan’ itu dapat dikelompokan menjadi empat hal:

1. Tidak cukup ijma’ dikeluarkan oleh seorang mujtahid apabila keberadaanya hanya seorang (mujtahid) saja di suatu masa. Karena ‘kesepakatan’ dilakukan lebih dari satu orang, pendapatnya disepakati antara satu dengan yang lain.

2. Adanya kesepakatan sesama para mujtahid atas hukum syara’ dalam suatu masalah, dengan melihat negeri, jenis dan kelompok mereka. Andai yang disepakati atas hukum syara’ hanya para mujtahid haramain, para mujtahid Irak saja, Hijaz saja, mujtahid ahlu Sunnah, Mujtahid ahli Syiah, maka secara syara’ kesepakatan khusus ini tidak disebut Ijma’. Karena ijma’ tidak terbentuk kecuali dengan kesepakatan umum dari seluruh mujtahid di dunia Islam dalam suatu masa.

3. Hendaknya kesepakatan mereka dimulai setiap pendapat salah seorang mereka dengan pendapat yang jelas apakah dengan dalam bentuk perkataan, fatwa atau perbuatan.

4. Kesepakatan itu terwujudkan atas hukum kepada semua para mujtahid. Jika sebagian besar mereka sepakat maka tidak membatalkan kespekatan yang ‘banyak’ secara ijma’ sekalipun jumlah yang berbeda sedikit dan jumlah yang sepakat lebih banyak maka tidak menjadikan kesepakatan yang banyak itu hujjah syar’i yang pasti dan mengikat.

Kehujjahan Ijma’

Apabila rukun ijma’ yang empat hal di atas telah terpenuhi dengan menghitung seluruh permasalahan hukum pasca kematian Nabi Saw dari seluruh mujtahid kaum muslimin walau dengan perbedaan negeri, jenis dan kelompok mereka yang diketahui hukumnya. Perihal ini, nampak setiap mujtahid mengemukakan pendapat hukumnya dengan jelas baik dengan perkataan maupun perbuatan baik secara kolompok maupun individu.

Selanjutnya mereka mensepakati masalah hukum tersebut, kemudian hukum itu disepakati menjadi aturan syar’i yang wajib diikuti dan tidak mungkin menghindarinya. Lebih lanjut, para mujtahid tidak boleh menjadikan hukum masalah ini (yang sudah disepakati) garapan ijtihad, karena hukumnya sudah ditetapkan secara ijma’ dengan hukum syar’i yang qath’i dan tidak dapat dihapus (dinasakh).Dasar-dasar Hukum Ijtihad :

1. Persitiwa ketika Nabi Muhammad SAW menyuruh Muadz bin Jabbal

Syarat Ijtihad :

1. Orang yang beriman kepada Allah SWT2. Adil, cermat, teliti dan bijaksana, berakhlakul kharimah

| Tugas Resume Agama Islam 11

Page 12: Dinul Islam Agama

3. Menguasai bahasa Arab dan tata bahasa4. Menguasai pengetahuan agama (Al-Qur'an dan Hadist)5. Mengetahui Ijtihad para ulama terdahulu

Masalah yang Diijtihadkan

Persoalan baru yang belum pernah terjadi dimasa lampu, sedangkan hukumnya perlu dijelaskan.

Sifat atau Hasil Ijtihad

1. Sementara atau tidak mutlak2. Bersifat lokal (tempat tertentu)3. Berlaku untuk sebagian orang atau seluruhnya

Macam Ijtihad Dari Segi Pelakunya

1. Ijtihad Perorangan (Fardhi)2. Ijtihad Kelompok (Ijma)

Macam Ijtihad dati Segi Bentuk

Untuk menjelaskan hukum yang ada Mengungkap secara cermat hakekat hukum itu dalam kaitannya dengan kenyataan Memberi batasan pada hukum itu

H. QIYASH (MENGUKUR)

Qiyas artinya menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya darurat, bila memang terdapat hal hal yang ternyata belum ditetapkan pada masa-masa sebelumnya

Beberapa definisi qiyâs (analogi)

1. Menyimpulkan hukum dari yang asal menuju kepada cabangnya, berdasarkan titik persamaan di antara keduanya.

2. Membuktikan hukum definitif untuk yang definitif lainnya, melalui suatu persamaan di antaranya.

3. Tindakan menganalogikan hukum yang sudah ada penjelasan di dalam [Al-Qur'an] atau [Hadis] dengan kasus baru yang memiliki persamaan sebab (iladh).

Qiyas menurut ulama ushul adalah menerangkan sesuatu yang tidak ada nashnya dalam Al Qur’an dan hadits dengan cara membandingkan dengan sesuatu yang ditetapkan hukumnya berdasarkan nash. Mereka juga membuat definisi lain, Qiyas adalah menyamakan sesuatu yang tidak ada nash hukumnya dengan sesuatu yang ada nash hukumnya karena adanya persamaan illat hukum.

| Tugas Resume Agama Islam 12

Page 13: Dinul Islam Agama

Dengan demikian qiyas itu penerapan hukum analogi terhadap hukum sesuatu yang serupa karena prinsip persamaan illat akan melahirkan hukum yang sama pula.

Berhubung qiyas merupakan aktivitas akal, maka beberapa ulama berselisih faham dengan ulama jumhur. Pandangan ulama mengenai qiyas ini terbagi menjadi tiga kelompok:

1. Kelompok jumhur, mereka menggunakan qiyas sebagai dasar hukum pada hal-hal yang tidak jelas nashnya baik dalam Al Qur’an, hadits, pendapat shahabt maupun ijma ulama.

2. Mazhab Zhahiriyah dan Syiah Imamiyah, mereka sama sekali tidak menggunakan qiyas. Mazhab Zhahiri tidak mengakui adalanya illat nash dan tidak berusaha mengetahui sasaran dan tujuan nash termasuk menyingkap alasan-alasannya guna menetapkan suatu kepastian hukum yang sesuai dengan illat. Sebaliknya, mereka menetapkan hukum hanya dari teks nash semata.

3. Kelompok yang lebih memperluas pemakaian qiyas, yang berusaha berbagai hal karena persamaan illat. Bahkan dalam kondisi dan masalah tertentu, kelompok ini menerapkan qiyas sebagai pentakhsih dari keumuman dalil Al Qur’an dan hadits.

Kehujjahan Qiyas

Jumhur ulama kaum muslimin sepakat bahwa qiyas merupakan hujjah syar’i dan termasuk sumber hukum yang keempat dari sumber hukum yang lain. Apabila tidak terdapat hukum dalam suatu masalah baik dengan nash ataupun ijma’ dan yang kemudian ditetapkan hukumnya dengan cara analogi dengan persamaan illat maka berlakulah hukum qiyas dan selanjutnya menjadi hukum syar’i.

Diantara ayat Al Qur’an yang dijadikan dalil dasar hukum qiyas adalah firman Allah:

2. Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama[1463]. kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; Maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, Hai orang-orang yang mempunyai wawasan.

[1463] Yang dimaksud dengan ahli kitab ialah orang-orang Yahudi Bani Nadhir, merekalah yang mula-mula dikumpulkan untuk diusir keluar dari Madinah.

| Tugas Resume Agama Islam 13

Page 14: Dinul Islam Agama

59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Ayat di atas menjadi dasar hukum qiyas, sebab maksud dari ungkapan ‘kembali kepada Allah dan Rasul’ (dalam masalah khilafiyah), tiada lain adalah perintah supaya menyelidiki tanda-tanda kecenderungan, apa yang sesungguhnya yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Hal ini dapat diperoleh dengan mencari illat hukum, yang dinamakan qiyas.

Rukun Qiyas

Qiyas memiliki rukun yang terdiri dari empat hal:

1. Asal (pokok), yaitu apa yang terdapat dalam hukum nashnya. Disebut dengan al-maqis alaihi.2. Fara’ (cabang), yaitu sesuatu yang belum terdapat nash hukumnya, disebut pula al-maqîs.3. Hukm al-asal, yaitu hukum syar’i yang terdapat dalam dalam nash dalam hukum asalnya. Yang kemudian menjadi ketetapan hukum untuk fara’.4. Illat, adalah sifat yang didasarkan atas hukum asal atau dasar qiyas yang dibangun atasnya.I. ISTIHSAN

Mencari kebaikan yang tidak bertentangan dengan Al-Qur'an dan Sunnah.

Beberapa definisi Istihsân

1. Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fâqih (ahli fikih), hanya karena dia merasa hal itu adalah benar.2. Argumentasi dalam pikiran seorang fâqih tanpa bisa diekspresikan secara lisan olehnya3. Mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk maslahat orang banyak.4. Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah kemudharatan.5. Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat terhadap perkara yang ada sebelumnya.

Maslahah murshalah

Adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada naskhnya dengan pertimbangan kepentingan hidup manusia berdasarkan prinsip menarik manfaat dan menghindari kemudharatan.

Sududz Dzariah

Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentinagn umat.

Istishab

Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan yang bisa mengubahnya.

| Tugas Resume Agama Islam 14

Page 15: Dinul Islam Agama

Urf

Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-aturan prinsipal dalam Alquran dan

MUJTAHID DAN SYARAT-SYARATNYA

Mujtahid ialah orang yang berijtihad. Membicarakan syarat-syarat mujtahid berarti juga membicarakan syarat-syarat ijtihad.

Imam al Ghazali menyatakan mujtahid mempunyai dua syarat :

- Mengetahui dan menguasai ilmu syara, mampu melihat yang zhanni di dalam hal-hal yang syara dan mendahulukan yang wajib.

- Adil, menjauhi segala maksiat yang mencari sifat dan sikap keadilan (`adalah).

Menurut Asy Syathibi, seseorang dapat diterima sebagai mujtahid apabila mempunyai dua sifat :

- Mengerti dan paham akan tujuan syari`at dengan sepenuhnya, sempurna dan menyeluruh.

- Mampu melakukan istimbath berdasarkan faham dan pengertian terhadap tujuan-tujuan syari`at tersebut.

Menurut Dr. Wahbah az Zuhaili mujtahid mempunyai dua syarat yaitu Mengetahui apa yang ada pada Tuhan dan mengetahui/percaya adanya Rasul & apa yang dibawanya juga mukjizat-mukjizat ayat-ayat-Nya.

Al-Syatibi berpendapat bahwa mujtahid hendaknya sekurang-kurangnya memiliki tiga syarat:

Syarat pertama, memiliki pengetahuan stentang Al Qur’an, tentang Sunnah, tentang masalah Ijma’

sebelumnya.

Syarat kedua, memiliki pengetahuan tentang ushul fikih.

Syarat ketiga, Menguasai ilmu bahasa.

Selain itu, al-Syatibi menambahkan syarat selain yang disebut di atas, yaitu memiliki pengetahuan

tentang maqasid al-Syariah (tujuan syariat). Oleh karena itu seorang mujtahid dituntut untuk memahami

maqasid al-Syariah. Menurut Syatibi, seseorang tidak dapat mencapai tingkatan mujtahid kecuali

menguasai dua hal: pertama, ia harus mampu memahami maqasid al-syariah secara sempurna, kedua ia

harus memiliki kemampuan menarik kandungan hukum berdasarkan pengetahuan dan pemahamannya

atas maqasid al-Syariah.

TINGKATAN MUJTAHID

| Tugas Resume Agama Islam 15

Page 16: Dinul Islam Agama

1. Mujtahid mutlaq, yaitu seorang mujtahid yang mampu memberikan fatwa dan pendapatnya dengan tidak terikat kepada madzhab apapun. Contohnya Maliki, Hambali, Syafi`i, Hanafi, Ibnu Hazhim dan lain-lain.

2. Mujtahid muntasib, yaitu orang yang mempunyai syarat-syarat untuk berijtihad, tetapi ia menggabungkan diri kepada suatu madzhab dengan mengikuti jalan yang ditempuh oleh imam madzhab tersebut.

MACAM-MACAM IJTIHAD

Dr. ad Dualibi, sebagaimana dikatakan Dr. Wahbah (h. 594), membagi ijtihad kepada tiga macam;

Al Ijtihadul Bayani, yaitu menjelaskan (bayan) hukum-hukum syari`ah dari nash-nash syar`i.

Al Ijtihadul Qiyasi, yaitu meletakkan (wadl`an) hukum-hukum syari`ah untuk kejadian/peristiwa yang tidak terdapat dalam al Qur`an dan Sunnah, dengan jalan menggunakan qiyas atas apa yang terdapat dalam nash-nash hukum syar`i.

Al Ijtihadul Isthishlahi, yaitu meletakkan hukum-hukum syari`ah untuk kejadian/peristiwa yang terjadi yang tidak terdapat dalam al Qur`an dan Sunnah menggunakan ar-ra`yu yang disandarkan atas isthishlah.

J. ITTIBA

"Menerima perkataan orang lain dan kamu mengetahui dasar hukumnya." (Q.S An-Nahl:43)

43. dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan[828] jika kamu tidak mengetahui,

[828] Yakni: orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang Nabi dan kitab-kitab.

Menurut bahasa Ittiba’ berasal dari bahasa arab adalah mashdar (kata bentukan) dari kata ittaba’a (KَعK Kَب (اقتفاء) ’yang berarti mengikuti. Ada beberapa kalimat yang semakna dengannya diantaranya iqtifa(اَت(menelusuri jejak), qudwah(قدوة) (bersuri teladan) dan uswah(أسوة) (berpanutan). Dikatakan mengikuti sesuatu jika berjalan mengikuti jejaknya dan mengiringinya. Dan kata ini berkisar pada makna menyusul, mencari, mengikuti, meneladani dan mencontoh.

Sedangkan menurut istilah ittiba’ adalah mengikuti pendapat seseorang baik itu ulama atau yang lainnya dengan didasari pengetahuan dalil yang dipakai oleh ulama tersebut. Ibnu Khuwaizi Mandad mengatakan : "Setiap orang yang engkau ikuti dengan hujjah dan dalil padanya, maka engkau adalah muttabi’(orang yang mengikuti).

| Tugas Resume Agama Islam 16

Page 17: Dinul Islam Agama

Menurut ulama ushul, ittiba` adalah mengikuti atau menuruti semua yang diperintahkan, yang dilarang, dan dibenarkan Rasulullah SAW. Dengan kata lain ialah melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam sesuai dengan yang dikerjakan Nabi Muhammad SAW.

Definisi lainnya, ittiba` ialah menerima pendapat seseorang sedangkan yang menerima itu mengetahui dari mana atau asal pendapat itu. Ittiba` ditetapkan berdasarkan hujjah atau nash. Ittiba` adalah lawan taqlid.

2. Macam-Macam Ittiba`

a. Ittiba` kepada Allah dan Rasul-Nya

b. Ittiba` kepada selain Allah dan Rasul-Nya

Ulama berbeda pendapat, ada yang membolehkan ada yang tidak membolehkan. Imam Ahmad bin Hanbal menyatakan bahwa ittiba` itu hanya dibolehkan kepada Allah, Rasul, dan para sahabat saja, tidak boleh kepada yang lain.

Pendapat yang lain membolehkan berittiba` kepada para ulama yang dapat dikatagorikan sebagai ulama waratsatul anbiyaa (ulama pewaris para Nabi).

3. Tujuan Ittiba`

Dengan adanya ittiba` diharapkan agar setiap kaum muslimin, sekalipun ia orang awam, ia dapat mengamalkan ajaran agama Islam dengan penuh keyakinan pengertian, tanpa diselimuti keraguan sedikitpun. Suatu ibadah atau amal jika dilakukan dengan penuh keyakinan akan menimbulkan keikhlasan dan kekhusukan. Keikhlasan dan kekhusukan merupakan syarat sahnya suatu ibadah atau amal yang dikerjakan.

Ittiba’

Kepada siapa kita wajib ittiba’?

Dari penjelasan diatas bisa kita simpulkan bahwa yang berhak kita berittiba’ kepadanya adalah mereka yang pendapatnya didasari dengan dalil yang jelas, dalam hal ini Rasulullah saw adalah orang yang paling berhak kita ikuti hal itu sebagaimana Allah swt berfirman,

21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab[33]:21).

Dalam ayat lain Allah swt berfirman:

| Tugas Resume Agama Islam 17

Page 18: Dinul Islam Agama

7. apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya. (QS. Al-Hasyr[59]: 7).

Imam Ahmad bin Hanbal menyatakan: Ittiba’ adalah seseorang mengikuti apa yang datang dari Rasulullah saw dan para shahabatnya.

Ittiba’ kepada Nabi saw dalam keyakinan akan terwujud dengan meyakini apa yang diyakini oleh Nabi saw sesuai dengan bagaimana beliau meyakininya – apakah merupakan kewajiban, kebid’ahan ataukah merupakan pondasi dasar agama atau yang membatalkannya atau yang merusak kesempurnaannya dst – dengan alasan karena beliau saw meyakininya.

Ittiba’ kepada Nabi saw dalam perkataan akan terwujud dengan melaksanakan kandungan dan makna-makna yang ada padanya. Bukan dengan mengulang-ulang lafadz dan nashnya saja. Sebagai contoh sabda beliau saw:

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.”.(HR. Bukhori).

Ittiba’ kepadanya adalah dengan melaksanakan shalat seperti shalat beliau.

Sedangkan ittiba’ kepada Nabi saw di dalam perkara-perkara yang ditinggalkan adalah dengan meninggalkan perkara-perkara yang beliau tinggalkan, yaitu perkara-perkara yang tidak disyariatkan. Sesuai dengan tatacara dan ketentuan Nabi saw di dalam meninggalkannya, dengan alasan karena beliau saw meninggalkannya. Dan ini adalah batasan yang sama dengan batasan ittiba’ di dalam perbuatan.

Hukum Ittiba’

Seorang muslim wajib ittiba’ kepada Rasulullah saw dengan menempuh jalan yang beliau tempuh dan melakukan apa yang beliau lakukan. Begitu banyak ayat al-Qur’an yang memerintahkan setiap muslim agar selalu ittiba’ kepada Rasulullah saw di antaranya firman Allah swt.

32. Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".(QS. Ali lmran[3]: 32).

Dalam ayat lain Allah swt berfirman:

| Tugas Resume Agama Islam 18

Page 19: Dinul Islam Agama

1. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya[1407] dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

[1407] Maksudnya orang-orang mukmin tidak boleh menetapkan sesuatu hukum, sebelum ada ketetapan dari Allah dan RasulNya. (QS. al-Hujurat[49]:1).

Kedudukan Ittiba’ Dalam IslamIttiba' kepada Rasulullah saw mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam, bahkan

merupakan salah satu pintu seseorang dapat masuk Islam. Berikut ini akan disebutkan beberapa kedudukan penting yang ditempati oleh ittiba', di antaranya adalah:Pertama, Ittiba' kepada Rasulullah saw adalah salah satu syarat diterima amal. Sebagaimana para ulama telah sepakat bahwa syarat diterimanya ibadah ada dua:1. Mengikhlaskan niat ibadah hanya untuk Allah swt semata.2. Harus mengikuti dan serupa dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Ibnu 'Ajlan mengatakan: "Tidak sah suatu amalan melainkan dengan tiga perkara: taqwa kepada Allah swt, niat yang baik (ikhlas) dan ishabah (sesuai dan mengikuti sunnah Rasul)." Maka barangsiapa mengerjakan suatu amal dengan didasari ikhlas karena Allah swt semata dan serupa dengan sunnah Rasulullah saw, niscaya amal itu akan diterima oleh Allah swt. Akan tetapi kalau hilang salah satu dari dua syarat tersebut, maka amal itu akan tertolak dan tidak diterima oleh Allah swt. Hal inilah yang sering luput dari pengetahuan banyak orang. Mereka hanya memperhatikan satu sisi saja dan tidak memperdulikan yang lainnya. Oleh karena itu sering kita dengar mereka mengucapkan: "yang penting niatnya, kalau niatnya baik, maka amalnya baik."Kedua, Ittiba' merupakan bukti kebenaran cinta seseorang kepada Allah swt dan Rasul-Nya.Allah swt berfirman:

31. Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran[3]: 31).

Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan ucapannya: "Ayat yang mulia ini sebagai hakim bagi setiap orang yang mengaku cinta kepada Allah swt, akan tetapi tidak mengikuti sunnah Muhammad saw. Karena orang yang seperti ini berarti dusta dalam pengakuan cintanya kepada Allah swt sampai dia ittiba' kepada syari'at agama Nabi Muhammad saw dalam segala ucapan dan tindak tanduknya."

| Tugas Resume Agama Islam 19

Page 20: Dinul Islam Agama

Ketiga, Ittiba' adalah sifat yang utama wali-wali Allah swt

Ibnu Taimiyah dalam kitabnya menjelaskan panjang lebar perbedaan antara waliyullah dan wali syaitan, diantaranya beliau menjelaskan tentang wali Allah swt dengan ucapannya: "Tidak boleh dikatakan wali Allah swt kecuali orang yang beriman kepada Rasulullah saw dan syari'at yang dibawanya serta ittiba' kepadanya baik lahir maupun batin. Barangsiapa mengaku cinta kepada Allah swt dan mengaku sebagai wali Allah swt, tetapi dia tidak ittiba' kepada Rasul-Nya, berarti dia berdusta. Bahkan kalau dia menentang Rasul-Nya, dia termasuk musuh Allah swt dan sebagai wali syaitan."

Imam Ibnu Abil 'Izzi Al-Hanafi berkata: "Pada hakikatnya yang dinamakan karamah itu adalah kemampuan untuk senantiasa istiqamah di atas al-haq, karena Allah swt tidak memuliakan hamba-Nya dengan suatu karamah yang lebih besar dari taufiq-Nya yang diberikan kepada hamba itu untuk senantiasa menyerupai apa yang dicintai dan diridhai-Nya yaitu istiqamah di dalam mentaati Allah swt dan Rasul-Nya dan ber-wala kepada wali-wali Allah swt serta bara' dari musuh-musuh-Nya." Mereka itulah wali-wali Allah swt sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

62. Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Yunus[10]: 62).

K. TAQLID

"Mengikuti perkataan orang lain tetapi kamu tidak tahu. Orangnya disebut Mukhalid."

Secara bahasa taqlid berasal dari kata KدK_ bدa – (qallada) قKََّل aَقKََّل eدdا – (yuqollidu)ي fي Kَقeََّل Yang .(taqlîdan)َتmengandung arti mengalungi, menghiasi, meniru, menyerahkan, dan mengikuti. Ulama ushul fiqh mendefinisikan taqlid “penerimaan perkataan seseorang sedangkan engkau tidak mengetahui dari mana asal kata itu”.

Menurut Muhammad Rasyid Ridha, taqlid ialah mengikuti pandapat orang lain yang dianggap terhormat dalam masyarakat serta dipercaya tentang suatu hukum agama Islam tanpa memperhatikan benar atau salahnya, baik atau buruknya, manfaat atau mudlarat hukum itu.

Sedangkan menurut istilah taqlid adalah mengikuti perkataan (pendapat) yang tidak ada hujjahnya atau tidak mengetahui darimana sumber atau dasar perkataan(pendapat) itu. ketika seseorang mengikuti orang lain tanpa dalil yang jelas, baik dalam hal ibadah, maupun dalam hal adat istiadat. Baik yang diikuti itu masih hidup, atau pun sudah mati. Baik kepada orang tua maupun nenek moyang, hal seperti itulah yang disebut dengan taqlid buta. Sifat inilah yang disandang oleh orang-orang kafir dan dungu, dari dahulu kala hingga pada zaman kita sekarang ini, dimana mereka menjalankan ibadah mereka sehari-hari berdasarkan taqlid buta dan mengikuti perbuatan nenek-nenek moyang mereka yang tidak mempunyai dalil dan argumen sama sekali. Allah swt berfirman:

| Tugas Resume Agama Islam 20

Page 21: Dinul Islam Agama

170. dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". (Q.S 2:170)

Hukum Taqlid

Dalam menghukumi taqlid menurut para ulama terdapat 3 macam hukum: Pertama, Taqlid yang diharamkan, kedua, Taqlid yang diwajibkan, dan ketiga, Taqlid yang dibolehkan.

Taqlid yang diharamkan.

Ulama sepakat haram melakukan taqlid ini. Taqlid ini ada tiga macam :

a. Taqlid semata-mata mengikuti adat kebiasaan atau pendapat nenek moyang atau orang dahulu kala yang bertentangan dengan al Qur`an Hadits.b. Taqlid kepada orang yang tidak diketahui bahwa dia pantas diambil perkataannya.c. Taqlid kepada perkataan atau pendapat seseorang, sedangkan yang bertaqlid mengetahui bahwa perkataan atau pendapat itu salah.

Taqlid yang dibolehkan

Adalah taqlidnya seorang yang sudah mengerahkan usahanya untuk ittiba’ kepada apa yang diturunkan Allah swt. Hanya saja sebagian darinya tersembunyi bagi orang tersebut sehingg dia taqlid kepada orang yang lebih berilmu darinya, maka yang seperti ini adalah terpuji dan tidak tencela, dia mendapat pahala dan tidak berdosa. Taqlid ini sifatnya sementara. Misalnya taqlid sebagian mujtahid kepada mujtahid lain, karena tidak ditemukan dalil yang kuat untuk pemecahan suatu persoalan. Termasuk taqlidnya orang awam kepada ulama.

Ulama muta-akhirin dalam kaitan bertaqlid kepada imam, membagi kelompok masyarakat kedalam dua golongan:

a. Golongan awan atau orang yang berpendidikan wajib bertaqlid kepada salah satu pendapat dari keempat madzhab.b. Golongan yang memenuhi syarat-syarat berijtihad, sehingga tidak dibenarkan bertaqlid kepada ulama-ulama.

Golongan awam harus mengikuti pendapat seseorang tanpa mengetahui sama sekali dasar pendapat itu (taqlid dalam pengertian bahasa).

Syaikhul Islam lbnu Taimiyah berkata, “Adapun orang yang mampu ijtihad apakah dibolehkan baginya taqlid? ini adalah hal yang diperselisihkan, dan yang shahih adalah dibolehkan ketika dia dalam keadaan

| Tugas Resume Agama Islam 21

Page 22: Dinul Islam Agama

tidak mampu berijtihad entah karena dalil-dalil (dan pendapat yang berbeda) sama-sama kuat atau karena sempitnya waktu untuk berijtihad atau karena tidak nampak dalil baginya”

Taqlid yang diwajibkan

Adalah taqlid kepada orang yang perkataannya dijadikan sebagai dasar hujjah, yaitu perkataan dan perbuatan Rasulullah saw. Juga apa yang dikatakan oleh lbnul Qayyim: Sesungguhnya Allah swt telah memerintahkan agar bertanya kepada Ahlu Dzikr, dan Adz-Dzikr adalah al-Qur’an dan al-Hadis yang Allah swt perintahkan agar para istri Nabi-Nya selalu mengingatnya sebagaimana dalam firman-Nya:

34. dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan Hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha lembut lagi Maha mengetahui. (Q.S 33:34)

lnilah Adz-Dzikr yang Allah swt perintahkan agar kita selalu ittiba’(mengikuti) kepadanya, dan Allah swt perintahkan orang yang tidak memiliki ilmu agar bertanya kepada ahlinya. Inilah yang wajib atas setiap orang agar bertanya kepada ahli ilmu tentang Adz-Dzikr yang Allah swt turunkan kepada Rasul-Nya agar ahli ilmu ini memberitahukan kepadanya. Kalau dia sudah diberitahu tentang Adz-Dzikr ini maka tidak boleh baginya kecuali ittiba’ kepadanya.

Taqlid yang Berkembang

Taqlid yang berkembang sekarang, khususnya di Indonesia ialah taqlid kepada buku, bukan taqlid kepada imam-imam mujtahid yang terkenal ( Imam Abu Hanifah, Malik bin Anas, As Syafi`i, dan Hambali).

Jamaludin al Qosini (w. 1332 H) : “segala perkataan atau pendapat dalam suatu madzhab itu tidak dapat dipandang sebagai madzhab tersebut, tetapi hanya dapat dipandang sebagai pendapat atau perkataan dari orang yang mengatakan perkataan itu”.

Taqlid kepada yang mengaku bertaqlid kepada imam mujtahid yang terkenal, sambil menyisipkan pendapatnya sendiri yang ditulis dalam kitab-kitabnya. Taqlid yang seperti ini tidak dibolehkan oleh Ad Dahlawi, Ibnu Abdil Bar, Al Jauzi dan sebagainya.

Pendapat Imam Madzhab tentang Taqlid

a. Imam Abu Hanifah (80-150 H)Beliau merupakan cikal bakal ulama fiqh. Beliau mengharamkan orang mengikuti fatwa jika orang itu tidak mengetahui dalil dari fatwa itu.b. Imam Malik bin Anas (93-179 H)Beliau melarang seseorang bertaqlid kepada seseorang walaupun orang itu adalah orang terpandang atau mempunyai kelebihan. Setiap perkataan atau pendapat yang sampai kepada kita harus diteliti lebih dahulu sebelum diamalkan.c. Imam asy Syafi`i (150-204 H)Beliau murid Imam Malik. Beliau mengatakan bahwa “ beliau akan meninggalkan pendapatnya pada setiap saat ia mengetahui bahwa pendapatnya itu tidak sesuai dengan hadits Nabi SAW.d. Imam Hambali (164-241 H)

| Tugas Resume Agama Islam 22

Page 23: Dinul Islam Agama

Beliau melarang bertaqlid kepada imam manapun, dan menyuruh orang agar mengikuti semua yang berasal dari Nabi SAW dan para sahabatnya. Sedang yang berasal dari tabi`in dan orang-orang sesudahnya agar diselidiki lebih dahulu. Mana yang benar diikuti dan mana yang salah ditinggalkan.

Allah swt telah mencela tiga macam taqlid ini melalui ayat-ayat-Nya diantaranya,

22. bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya Kami mendapati bapak-bapak Kami menganut suatu agama, dan Sesungguhnya Kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka".

23. dan Demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya Kami mendapati bapak- bapak Kami menganut suatu agama dan Sesungguhnya Kami adalah pengikut jejak-jejak mereka".

24. (Rasul itu) berkata: "Apakah (kamu akan mengikutinya juga) Sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?" mereka menjawab: "Sesungguhnya Kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya." (QS. az-Zukhruf[43] : 22-24)

L. MANUSIA

Makhluk Allah yang diberi beban oleh Allah dan mengikuti aturan Allah. Proses penciptaan manusia sesuai dengan sunatullah.

Wujud Manusia :

1. Fisik

2. Non-Fisik : 1. Ruh atau Roh Kehidupan2. Qolbun atau hati sanubari3. Jiwa atau Nafsun 4. Akal atau Nalar

Tujuan Penciptaan (Al-Baqarah:21)

1. Mengabdikan diri (ibadah) kepada Allah2. Peran Hidup : Khalifah di Bumi

Peringatan bagi manusia yang masih hidup :

"Segala macam perbuatan kita akan dibalas, sebagai manusia kita harus berhati-hati."

| Tugas Resume Agama Islam 23

Page 24: Dinul Islam Agama

Esensi Kehidupan Manusia

1. Ujian (Al-Ankabut:2-3) dan (Al-Kahfi:7-8)

2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?3. dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Al-Ankabut: 2-3)

7. Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.8. dan Sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus. (Al-Kahfi:7-8)

2. Bentuk Ujian Menyenangkan - MuliaMenyakitkan/menyedihkan - Hina

Sifat Manusia

1. Baik 2. Buruk : Keluh kesah, tergesa-gesa, suka membantah, ingkar, tidak mensyukuri nikmat Allah, putus asa, lupa kepada Allah

Golongan Manusia

1. Orang yang beruntung2. Orang yang merugi

M. AKHLAKUL KARIMAH

Terimnologi : yang tertanam dalam jiwa dan dari padanya timbul perbuatan yang mudah tanpa menimbulkan pertimbangan atau spontan atauk kebiasaan.

Akhlak dibagi menjadi dua:

1. Akhlakul Karimah (Baik)

| Tugas Resume Agama Islam 24

Page 25: Dinul Islam Agama

Didasari karena Allah, akhlak baik belum tentu dimaksud akhlakul karimah apabila niatnya hanya dikarenakan sosial, yang dimaksud akhlakul karimah didasari karena Allah. Dasar hukumnya yaitu Al-Qur'an atau Al-Hadist, sumber dari Allah, sifatnya mutlak (berlaku dimanapun), aspek yang dinilai : baik atau buruk, suri tauladan : kepada Rasul, tujuan : Ridho Allah.

2. Akhlakul Mazmummah

Didasari oleh nafsu, bersumber dari manusia, sifatnya : relatif, aspek yang dinilai : baik dan buruk, suri tauladan : siapa saja, Tujuan : tidak jelas.

Pentingnya Berakhlakul Karimah

1. Bisa memotivasi diri untuk selalu berbuat baik2. Menimbulkan hasil yang baik

Kepada Siapa kita Berakhlak ?

1. Allah SWT

Menurunkan Agama islam bukti cinta Allah kepada kita bersyukurlah atas apa yang pernah Allah berikan. Cara berakhlak kepada Allah :- Beriman - Ikhlas - Islam - Mengesakan Allah- Ikhsan - Berdo'a- Ta'at - Dzikir- Taubat - Tawadhu- Sabar - Tadharu- Syukur - Ridho - Ibadah - Istiqomah

2. Kepada Rasul

- Iman - Bershalawat- Ta'at - Cinta- Mengikuti Sunnahnya

3. Kepada Diri Sendiri

- Menjaga iman - Menjaga kebersihan- Meningkatkan kesehatan roh dan jasmani - Menjauhi sifat buruk- Menuntut ilmu

4. Akhlak Terhadap Al-Qur'an

a. Menerima (mempelajari) : - Memahami - Apa sebab Allah turunkan Al-Qur'an ?

Untuk menyelamatkan manusia

| Tugas Resume Agama Islam 25

Page 26: Dinul Islam Agama

- Apa tujuannya ? Menyelamatkan manusia - Apa isi Al-Qur'an ? Petunjuk dan pemisah antara yang

baik dengan yang burukb. Menerima

5. Akhlak Terhadap Manusia

a. Terhadap Diri Sendiri :

- Memelihara atau meningkatkan iman dan taqwa terhadap Allah- Mengendalikan diri- Mencari Ilmu pengetahuan- Menghindari atau jauh dosa- Jauhi perbuatan yang merusak badan- Hindari marah dan sombong atau riya atau sum'ah

b. Terhadap Orang lain atau Sesama :

- Berbuat baik terhadap sesama- Bersilaturahmi

Kewajiban Muslim Terhadap Muslim yang Lain1. Mengucapkan salam bila bertemu2. Bila di undang datanglah3. Bila orang minta dinasehati, nasehatilah 4. Bila bersin ucapkan alhamdulillah5. Apabila ada yang sakit, tengoklah6. Apabila ada yang meninggal; mandikan, kafani, mensholatkan, menguburkan, mendo'akan.

N. TAUBAT

Kembali ke jalan Islam, menurut etimologi yaitu kembali, sedangkan menurut terminologi kembali dari jalan yang dapat mendekatkan kepada setan

Rukun dan Syarat Taubat

1. Rukun Pertama

- Ilmu dan iman- Hukum dan keutamaan taubat- Wajib- Waktu Taubat

2. Rukun Kedua

- Dosa :- Dosa Besar : Syirik, meninggalkan shalat, menyakiti orang tua, berzinah, mabuk, judi, korupsi- Dosa Kecil

| Tugas Resume Agama Islam 26

Page 27: Dinul Islam Agama

- Pintu-pintu Dosa : - Dari Badan : - Lahiriah

- Batiniah- Pembagian Dosa : - Sifat Rubudiyyah

- Sifat Syhaitaniah - Sifat Bahimiyah (binatang)

3. Rukun Ketiga

- Menyesal

4. Rukun Ke-empat

Kembali kejalan Allah menjalankan segala perintah Allah, menjauhi segala larangannya sampai mati. Langkah-langkahnya yaitu:

a. Istighfar atau minta ampunb. Melaksanakan

31. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An Nuur: 31)

Allah Maha Pengampun, Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang

| Tugas Resume Agama Islam 27

Page 28: Dinul Islam Agama

Allah menyifati diri-Nya di dalam Al Quran bahwa Dia Maha pengampun lagi Maha Penyayang hampir mendekati 100 kali. Allah berjanji mengaruniakan nikmat taubat kepada hamba-hambaNya di dalam sekian banyak ayat yang mulia. Allah ta’ala berfirman,

27. dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa

nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran). (QS. An Nisaa’: 27)

Allah ta’ala juga berfirman,

10. dan andaikata tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya atas dirimu dan (andaikata) Allah bukan Penerima taubat lagi Maha Bijaksana, (niscaya kamu akan mengalami kesulitan-kesulitan). (QS. An Nuur: 10)

25. Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang

baik, Maka Sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat. (QS. Al Israa’: 25)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Seandainya kalian berbuat dosa sehingga tumpukan dosa itu setinggi langit kemudian kalian benar-benar bertaubat, niscaya Allah akan menerima taubat kalian.” (Shahih Ibnu Majah)

O. IBADAH

Secara bahasa ibadah bermakna perendahan diri dan ketundukan (Lihat Fath al-Majid Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 17, at-Tauhid al-Muyassar, hal. 53).

Oleh sebab itu orang arab menyebut jalan yang biasa dilalui orang dengan istilah thariq mu’abbad (Lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [1/34])). Yaitu jalan yang telah dihinakan, karena telah banyak diinjak-injak oleh telapak kaki manusia (Lihat al-Irsyad ila Shahih al-I’tiqad, hal. 34). Sehingga, ibadah bisa diartikan dengan perendahan diri, ketundukan dan kepatuhan (Lihat at-Tanbihat al-Mukhtasharah Syarh al-Wajibat, hal. 28).

Secara terminologi, ada beberapa definisi yang diberikan oleh para ulama tentang makna ibadah, yang pada hakikatnya semua definsi itu saling melengkapi. Di antaranya mereka menjelaskan bahwa ibadah adalah ketaatan kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya yang disampaikan melalui lisan para rasul-Nya (Lihat Fath al-Majid Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 17). Syaikh as-Sa’di rahimahullah juga menerangkan bahwa ibadah itu mencakup ketundukan dalam melaksanakan perintah Allah dan

| Tugas Resume Agama Islam 28

Page 29: Dinul Islam Agama

menjauhi larangan-larangan-Nya, serta membenarkan berita yang dikabarkan-Nya (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 45)

Ibnu Juraij rahimahullah mengatakan bahwa ibadah kepada Allah artinya adalah mengenal Allah (Lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [7/327]). Yang dimaksud mengenal Allah di sini adalah mentauhidkan Allah. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat tentang perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Mu’adz sebelum keberangkatannya ke Yaman. Beliau bersabda, “.. Hendaklah yang pertama kali kamu ajak kepada mereka adalah supaya mereka beribadah kepada Allah ‘azza wa jalla -dalam riwayat lain disebutkan untuk mentauhidkan Allah-, kemudian apabila mereka sudah mengenal Allah…” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Nawawi [2/49] cet. Dar Ibnul Haitsam, lihat pula Shahih Bukhari cet. Maktabah al-Iman, tahun 1423 H, hal. 203 dan 1467. Lihat juga Fath al-Majid Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 80 cet. Dar al-Hadits tahun 1423 H)

Sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa ibadah adalah puncak perendahan diri yang dibarengi dengan puncak kecintaan. Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Menurut pengertian syari’at ibadah itu adalah suatu ungkapan yang memadukan antara kesempurnaan rasa cinta, ketundukan, dan rasa takut.” (Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [1/34]). Syaikh Shalih al-Fauzan berkata, “Sebagian ulama mendefinisikan ibadah sebagai kesempurnaan rasa cinta yang disertai kesempurnaan sikap tunduk.” (lihat al-Irsyad ila Shahih al-I’tiqad, hal. 34).

Syaikh Shalih al-Fauzan menegaskan, “Ibadah yang diperintahkan itu harus mengandung unsur perendahan diri dan kecintaan. Ibadah ini mengandung tiga pilar; cinta, harap, dan takut. Ketiga unsur ini harus berpadu. Barangsiapa yang hanya bergantung kepada salah satu unsur saja maka dia belum dianggap beribadah kepada Allah dengan sebenarnya. Beribadah kepada Allah dengan modal cinta saja, maka ini adalah metode kaum Sufi. Beribadah kepada-Nya dengan modal rasa harap semata, maka ini adalah metode kaum Murji’ah. Adapun beribadah kepada-Nya dengan modal rasa takut belaka, maka ini adalah jalannya kaum Khawarij.” (al-Irsyad ila Shahih al-I’tiqad, hal. 35)

Ibadah juga diartikan dengan tauhid. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang dibawakan oleh Imam Ibnu Katsir dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma mengenai maksud firman Allah (yang artinya), “Wahai umat manusia, beribadahlah kepada Rabb kalian.” (QS. al-Baqarah: 21). Beliau menjelaskan, “Artinya tauhidkanlah Rabb kalian…” (Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [1/75])

Di dalam kitabnya al-’Ubudiyah (Lihat al-’Ubudiyah, hal. 6 cet. Maktabah al-Balagh, tahun 1425 H), Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan bahwa ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah, berupa perkataan atau perbuatan, yang tampak maupun yang tersembunyi (Lihat Mawa’izh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, karya Syaikh Shalih Ahmad asy-Syami, hal. 54 cet. al-Maktab al-Islami tahun 1423 H). Dari sini, maka ibadah itu mencakup perkara hati/batin dan juga perkara lahiriyah. Sehingga seluruh ajaran agama itu telah tercakup dalam istilah ibadah (Lihat al-Irsyad ila Shahih al-I’tiqad, hal. 34).

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menerangkan di dalam Syarh Tsalatsat al-Ushul (Lihat Syarh Tsalatsat al-Ushul, hal. 23 cet. Dar al-Kutub al-’Ilmiyah tahun 1424 H) bahwa pengertian ibadah bisa dirangkum sebagai berikut; suatu bentuk perendahan diri kepada Allah yang dilandasi

| Tugas Resume Agama Islam 29

Page 30: Dinul Islam Agama

dengan rasa cinta dan pengagungan dengan cara melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya sebagaimana yang dituntunkan dalam syari’at-Nya.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Ibadah dibangun di atas dua perkara; cinta dan pengagungan. Dengan rasa cinta maka seorang akan berjuang menggapai keridhaan sesembahannya (Allah). Dengan pengagungan maka seorang akan menjauhi dari terjerumus dalam kedurhakaan kepada-Nya. Karena kamu mengagungkan-Nya maka kamu pun merasa takut kepada-Nya. Dan karena kamu mencintai-Nya, maka kamu pun berharap dan mencari keridhaan-Nya.” (lihat asy-Syarh al-Mumti’ ‘ala Zaad al-Mustaqni’ [1/9] cet. Mu’assasah Aasam, tahun 1416 H).

Dari pengertian-pengertian di atas paling tidak kita dapat menarik satu kesimpulan penting bahwa sesungguhnya ibadah itu ditegakkan di atas rasa cinta dan pengagungan. Rasa cinta akan melahirkan harapan dan tunduk kepada perintah-Nya, sedangkan pengagungan akan menumbuhkan rasa takut dan mematuhi larangan-larangan-Nya. Selain itu, kita juga bisa mengerti bahwa pelaksanaan ibadah tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus mengikuti tuntunan para rasul ‘alaihimush sholatu was salam. Dalam konteks sekarang, maka kita semua harus mengikuti petunjuk dan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, nabi dan rasul yang terakhir.

Ibadah/amalan akan menjadi benar dan diterima di sisi Allah jika memenuhi 2 syarat; ikhlas dan ittiba’ (Lihat Mazhahiru Dha’fil ‘Aqidah fi Hadzal ‘Ashr wa Thuruqu ‘Ilajiha, oleh Syaikh Dr. Shalih al-Fauzan hafizhahullah, hal. 10 cet. Kunuz Isybiliya, tahun 1430 H. Sebagian ulama menambahkan syarat ketiga yaitu aqidah yang benar, sebagaimana disampaikan oleh Syaikh Zaid bin Hadi al-Madkhali dalam Abraz al-Fawa’id Syarh Arba’ al-Qawaid).

Ikhlas artinya ibadah itu hanya diperuntukkan kepada Allah dan tidak dipersekutukan dengan selain-Nya. Ini merupakan kandungan dari syahadat laa ilaaha illallaah. Lawan dari ikhlas adalah syirik, riya’ dan sum’ah. Riya’ adalah beribadah karena ingin dilihat orang, sedangkan sum’ah adalah beribadah karena ingin didengar orang. Ittiba’ maksudnya adalah setia dengan tuntunan/sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak mereka-reka tata cara ibadah yang tidak ada tuntunannya. Ini merupakan kandungan dari syahadat anna Muhammadar rasulullah. Lawan dari ittiba’ adalah ibtida’ atau membuat bid’ah (Silahkan baca al-Bid’ah, Dhawabithuha wa Atsaruha as-Sayyi’ fi al-Ummah, oleh Syaikh Dr. Ali bin Muhammad Nashir al-Faqihi hafizhahullah, cet. Jami’ah al-Islamiyah bil Madinah al-Munawwarah).

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabb-nya hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabb-nya dengan sesuatu apapun.” (QS. al-Kahfi: 110). Imam Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan bahwa amal salih ialah amalan yang sesuai dengan syari’at Allah, sedangkan tidak mempersekutukan Allah maksudnya adalah amalan yang diniatkan untuk mencari wajah Allah, inilah dua rukun amal yang akan diterima di sisi-Nya (lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [5/154] Baca juga al-Qawa’id wa al-Ushul aj-Jami’ah wa al-Furuq wa at-Taqasim al-Badi’ah an-Nafi’ah karya Syaikh as-Sa’di rahimahullah, hal. 40-42 cet. Dar al-Wathan tahun 1422 H).

Sebagaimana orang yang tidak ikhlas amalannya tidak diterima, demikian pula orang yang tidak ittiba’ -alias berbuat bid’ah- maka amalannya pun tidak diterima. Apalagi orang yang beribadah tanpa

| Tugas Resume Agama Islam 30

Page 31: Dinul Islam Agama

keikhlasan dan tanpa ittiba’ (Lihat Bahjat al-Qulub al-Abrar wa Qurratu ‘Uyun al-Akhyar Syarh Jawami’ al-Akhbar karya Syaikh as-Sa’di rahimahullah, hal. 14 cet. Darul Kutub al-Ilmiyah, tahun 1423 H). Oleh sebab itu para ulama, di antaranya Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah menafsirkan bahwa yang dimaksud ahsanu ‘amalan (amal yang terbaik) dalam surat al-Mulk [ayat 2] sebagai amalan yang paling ikhlas dan paling benar (Lihat al-’Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 93).

Ikhlas jika dikerjakan karena Allah, sedangkan benar jika dikerjakan dengan mengikuti sunnah/ajaran Nabi (Lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, karya Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah, hal. 19 cet. Dar al-Hadits, tahun 1418 H). Bukan dengan cara-cara bid’ah. Bid’ah adalah tata cara beragama yang diada-adakan dan menyaingi syari’at, dimaksudkan dengannya untuk berlebih-lebihan dalam ibadah kepada Allah ta’ala (lihat al-Bid’ah, Dhawabithuha wa Atsaruha as-Sayyi’ fi al-Ummah, hal. 13). Hal ini memberikan pelajaran berharga kepada kita bahwa syari’at Islam ini mengatur niat dan cara. Niat yang baik juga harus diwujudkan dengan cara dan sarana yang baik pula (Lihat pula Ighatsat al-Lahfan min Masha’id asy-Syaithan, karya Ibnul Qayyim rahimahullah, hal. 16 cet. Dar Thaibah, tahun 1426 H). Islam tidak mengenal kaidah ala Yahudi; ‘tujuan menghalalkan segala cara’.

Dengan demikian untuk beribadah dengan baik, seorang muslim harus memadukan antara shihhatil irodah (ketulusan niat) dengan shihhatul fahm (kelurusan pemahaman). Oleh sebab itu Ibnul Qayyim rahimahullah menyatakan bahwa kedua hal tadi -shihhatul irodah dan shihhatul fahm- merupakan anugrah dan nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba. Ketulusan niat terwujud di dalam tauhid dan keikhlasan, sedangkan kelurusan pemahaman terwujud dalam ittiba’ kepada sunnah. Sehingga amat wajar jika para ulama sangat menekankan kedua pokok yang agung ini. Sampai-sampai diriwayatkan bahwa Imam Ahmad rahimahullah pernah berdoa, “Allahumma ahyinaa ‘alal islam, wa amitnaa ‘alas sunnah.” Artinya: “Ya Allah, hidupkanlah kami di atas islam (tauhid), dan matikanlah kami di atas Sunnah.”

P. HUBUNGAN ISLAM DENGAN ALAM, BUDAYA, TEKNOLOGI DAN SENI

Hubungan Islam dan Budaya

Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara agama ( termasuk Islam ) dengan budaya, kita

perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini : mengapa manusia cenderung memelihara

kebudayaan, dari manakah desakan yang menggerakkan manusia untuk berkarya, berpikir dan bertindak

? Apakah yang mendorong mereka untuk selalu merubah alam dan lingkungan ini menjadi lebih baik ?

Sebagian ahli kebudayaan memandang bahwa kecenderungan untuk berbudaya merupakan dinamik

ilahi. Bahkan menurut Hegel, keseluruhan karya sadar insani yang berupa ilmu, tata hukum, tatanegara,

kesenian, dan filsafat tak lain daripada proses realisasidiri dari roh ilahi. Sebaliknya sebagian ahli,

seperti Pater Jan Bakker, dalam bukunya “Filsafat Kebudayaan” menyatakan bahwa tidak ada

hubungannya antara agama dan budaya, karena menurutnya, bahwa agama merupakan keyakinan

hidup rohaninya pemeluknya, sebagai jawaban atas panggilan ilahi. Keyakinan ini disebut Iman, dan

| Tugas Resume Agama Islam 31

Page 32: Dinul Islam Agama

Iman merupakan pemberian dari Tuhan, sedang kebudayaan merupakan karya manusia. Sehingga

keduanya tidak bisa ditemukan. Adapun menurut para ahli Antropologi, sebagaimana yang diungkapkan

oleh Drs. Heddy S. A. Putra, MA bahwa agama merupakan salah satu unsur kebudayaan. Hal itu, karena

para ahli Antropologi mengatakan bahwa manusia mempunyai akal-pikiran dan mempunyai sistem

pengetahuan yang digunakan untuk menafsirkan berbagai gejala serta simbol-simbol agama.

Pemahaman manusia sangat terbatas dan tidak mampu mencapai hakekat dari ayat-ayat dalam kitab

suci masing- masing agama. Mereka hanya dapat menafsirkan ayat-ayat suci tersebut sesuai dengan

kemampuan yang ada.

Di sinilah, , bahwa agama telah menjadi hasil kebudayaan manusia. Berbagai tingkah laku keagamaan,

masih menurut ahli antropogi,bukanlah diatur oleh ayat- ayat dari kitab suci, melainkan oleh interpretasi

mereka terhadap ayat-ayat suci tersebut.

Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa para ahli kebudayaan mempunyai pendapat yang

berbeda di dalam memandang hubungan antara agama dan kebudayaan. Kelompok pertama

menganggap bahwa Agama merupakan sumber kebudayaaan atau dengan kata lain bahwa kebudayaan

merupakan bentuk nyata dari agama itu sendiri. Pendapat ini diwakili olehHegel. Kelompok kedua, yang

di wakili oleh Pater Jan Bakker, menganggap bahwa kebudayaan tidak ada hubungannya sama sekali

dengan agama. Dan kelompok ketiga, yeng menganggap bahwa agama merupakan bagian dari

kebudayaan itu sendiri.

Untuk melihat manusia dan kebudayaannya, Islam tidaklah memandangnya dari satu sisi saja. Islam

memandang bahwa manusia mempunyai dua unsur penting, yaitu unsur tanah dan unsur ruh yang

ditiupkan Allah kedalam tubuhnya. Ini sangat terlihat jelas di dalam firman Allah Qs As Sajdah 7-9 :

“( Allah)-lah Yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menciptakan keturunannya

dari saripati air yan hina ( air mani ). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam

( tubuh )-nya roh ( ciptaan)-Nya “

Selain menciptakan manusia, Allah swt juga menciptakan makhluk yang bernama Malaikat, yang hanya

mampu mengerjakan perbuatan baik saja, karena diciptakan dari unsur cahaya. Dan juga menciptakan

Syetan atau Iblis yang hanya bisa berbuat jahat , karena diciptkan dari api. Sedangkan manusia,

sebagaimana tersebut di atas, merupakan gabungan dari unsur dua makhluk tersebut.

Dalam suatu hadits disebutkan bahwa manusia ini mempunyai dua pembisik ; pembisik dari

malaikat , sebagi aplikasi dari unsur ruh yang ditiupkan Allah, dan pembisik dari syetan, sebagai aplikasi

dari unsur tanah. Kedua unsur yang terdapat dalam tubuh manusia tersebut, saling bertentangan dan

tarik menarik. Ketika manusia melakukan kebajikan dan perbuatan baik, maka unsur malaikatlah yang

| Tugas Resume Agama Islam 32

Page 33: Dinul Islam Agama

menang, sebaliknya ketika manusia berbuat asusila, bermaksiat dan membuat kerusakan di muka bumi

ini, maka unsur syetanlah yang menang. Oleh karena itu, selain memberikan bekal, kemauan dan

kemampuan yang berupa pendengaran, penglihatan dan hati, Allah juga memberikan petunjuk dan

pedoman, agar manusia mampu menggunakan kenikmatan tersebut untuk beribadat dan berbuat baik

di muka bumi ini.

Allah telah memberikan kepada manusia sebuah kemampuan dan kebebasan untuk berkarya,

berpikir dan menciptakan suatu kebudayaan. Di sini, Islam mengakui bahwa budaya merupakan hasil

karya manusia. Sedang agama adalah pemberian Allah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri. Yaitu

suatu pemberian Allah kepada manusia untuk mengarahkan dan membimbing karya-karya manusia agar

bermanfaat, berkemajuan, mempunyai nilai positif dan mengangkat harkat manusia. Islam mengajarkan

kepada umatnya untuk selalu beramal dan berkarya, untuk selalu menggunakan pikiran yang diberikan

Allah untuk mengolah alam dunia ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan manusia.

Dengan demikian, Islam telah berperan sebagai pendorong manusia untuk “ berbudaya “. Dan dalam

satu waktu Islamlah yang meletakkan kaidah, norma dan pedoman. Sampai disini, mungkin bisa

dikatakan bahwa kebudayaan itu sendiri, berasal dari agama. Teori seperti ini, nampaknya lebih dekat

dengan apa yang dinyatakan Hegeldi atas.

Sikap Islam terhadap Kebudayaan

Islam, sebagaimana telah diterangkan di atas, datang untuk mengatur dan membimbing

masyarakat menuju kepada kehidupan yang baik dan seimbang. Dengan demikian Islam tidaklah datang

untuk menghancurkan budaya yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang

bersamaan Islam menginginkan agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal yang yang tidak

bermanfaat dan membawa madlarat di dalam kehidupannya, sehingga Islam perlu meluruskan dan

membimbing kebudayaan yang berkembang di masyarakat menuju kebudayaan yang beradab dan

berkemajuan serta mempertinggi derajat kemanusiaan.

Prinsip semacam ini, sebenarnya telah menjiwai isi Undang-undang Dasar Negara Indonesia,

pasal 32, walaupun secara praktik dan perinciannya terdapat perbedaan-perbedaan yang sangat

menyolok. Dalam penjelasan UUD pasal 32, disebutkan : “ Usaha kebudayaan harus menuju ke arah

kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing

yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi

derajat kemanusiaan bangsa Idonesia “.

Dari situ, Islam telah membagi budaya menjadi tiga macam :

Pertama : Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam.

| Tugas Resume Agama Islam 33

Page 34: Dinul Islam Agama

Dalam kaidah fiqh disebutkan : “ al adatu muhakkamatun “ artinya bahwa adat istiadat dan kebiasaan

suatu masyarakat, yang merupakan bagian dari budaya manusia, mempunyai pengaruh di dalam

penentuan hukum. Tetapi yang perlu dicatat, bahwa kaidah tersebut hanya berlaku pada hal-hal yang

belum ada ketentuannya dalam syareat, seperti ; kadar besar kecilnya mahar dalam pernikahan, di

dalam masyarakat Aceh, umpamanya, keluarga wanita biasanya, menentukan jumlah mas kawin sekitar

50-100 gram emas. Dalam Islam budaya itu syah-syah saja, karena Islam tidak menentukan besar

kecilnya mahar yang harus diberikan kepada wanita. Menentukan bentuk bangunan Masjid, dibolehkan

memakai arsitektur Persia, ataupun arsitektur Jawa yang berbentuk Joglo.

Untuk hal-hal yang sudah ditetapkan ketentuan dan kreterianya di dalam Islam, maka adat

istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat tidak boleh dijadikan standar hukum. Sebagai contoh adalah

apa yang di tulis olehAhmad Baaso dalam sebuah harian yang menyatakan bahwa menikah antar agama

adalah dibolehkan dalam Islam dengan dalil “ al adatu muhakkamatun“ karena nikah antar agama sudah

menjadi budaya suatu masyarakat, maka dibolehkan dengan dasar kaidah di atas. Pernyataan seperti itu

tidak benar, karena Islam telah menetapkan bahwa seorang wanita muslimah tidak diperkenankan

menikah dengan seorang kafir.

Kedua : Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan Islam , kemudian di “ rekonstruksi”

sehingga menjadi Islami.Contoh yang paling jelas, adalah tradisi Jahiliyah yang melakukan ibadah haji

dengan cara-cara yang bertentangan dengan ajaran Islam , seperti lafadh “ talbiyah “ yang sarat dengan

kesyirikan, thowaf di Ka’bah dengan telanjang. Islam datang untuk meronstruksi budaya tersebut,

menjadi bentuk “ Ibadah” yang telah ditetapkan aturan-aturannya. Contoh lain adalah kebudayaan Arab

untuk melantukan syair-syair Jahiliyah. Oleh Islam kebudayaan tersebut tetap dipertahankan, tetapi

direkonstruksi isinya agar sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Ketiga: Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam.

Seperti, budaya “ ngaben “ yang dilakukan oleh masyarakat Bali. Yaitu upacara pembakaran mayat yang

diselenggarakan dalam suasana yang meriah dan gegap gempita, dan secara besar-besaran. Ini

dilakukan sebagai bentuk penyempurnaan bagi orang yang meninggal supaya kembali kepada

penciptanya. Upacara semacam ini membutuhkan biaya yang sangat besar. Hal yang sama juga

dilakukan oleh masyarakat Kalimantan Tengah dengan budaya “tiwah“ , sebuah upacara pembakaran

mayat. Bedanya, dalam “ tiwah” ini dilakukan pemakaman jenazah yang berbentuk perahu lesung lebih

dahulu. Kemudian kalau sudah tiba masanya, jenazah tersebut akan digali lagi untuk dibakar. Upacara ini

berlangsung sampai seminggu atau lebih. Pihak penyelenggara harus menyediakan makanan dan

minuman dalam jumlah yang besar , karena disaksikan oleh para penduduk dari desa-desa dalam daerah

yang luas. Di daerah Toraja, untuk memakamkan orang yan meninggal, juga memerlukan biaya yang

| Tugas Resume Agama Islam 34

Page 35: Dinul Islam Agama

besar. Biaya tersebut digunakan untuk untuk mengadakan hewan kurban yang berupa kerbau. Lain lagi

yang dilakukan oleh masyarakat Cilacap, Jawa tengah. Mereka mempunyai budaya “ Tumpeng Rosulan

“, yaitu berupa makanan yang dipersembahkan kepada Rosul Allah dan tumpeng lain yang

dipersembahkan kepada Nyai Roro Kidul yang menurut masyarakat setempat merupakan penguasa

Lautan selatan ( Samudra Hindia ).

Hal-hal di atas merupakan sebagian contoh kebudayaan yang bertentangan dengan ajaran

Islam, sehingga umat Islam tidak dibolehkan mengikutinya. Islam melarangnya, karena kebudayaan

seperti itu merupakan kebudayaan yang tidak mengarah kepada kemajuan adab, dan persatuan, serta

tidak mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia, sebaliknya justru merupakan kebudayaan

yang menurunkan derajat kemanusiaan. Karena mengandung ajaran yang menghambur-hamburkan

harta untuk hal-hal yang tidak bermanfaat dan menghinakan manusia yang sudah meninggal dunia.

Dalam hal ini al Kamal Ibnu al Himam, salah satu ulama besar madzhab hanafi mengatakan : “

Sesungguhnya nash-nash syareat jauh lebih kuat daripada tradisi masyarakat, karena tradisi masyarakat

bisa saja berupa kebatilan yang telah disepakati, seperti apa yang dilakukan sebagian masyarakat kita

hari ini, yang mempunyai tradisi meletakkan lilin dan lampu-lampu di kuburan khusus pada malam-

malam lebaran. Sedang nash syareat, setelah terbukti ke-autentikannya, maka tidak mungkin

mengandung sebuah kebatilan. Dan karena tradisi, hanyalah mengikat masyarakat yang menyakininya,

sedang nash syare’at mengikat manusia secara keseluruhan., maka nash jauh lebih kuat. Dan juga,

karena tradisi dibolehkan melalui perantara nash, sebagaimana yang tersebut dalam hadits : “ apa yang

dinyatakan oleh kaum muslimin baik, maka sesuatu itu baik “

Dari situ, jelas bahwa apa yang dinyatakan oleh Dr. Abdul Hadi WM, dosen di Fakultas Falsafah dan

Peradaban Universitas Paramadina, Jakarta, bahwa Islam tidak boleh memusuhi atau merombak kultur

lokal, tapi harus memposisikannya sebagai ayat-ayat Tuhan di dunia ini atau fikih tidak memadai untuk

memahami seni, adalah tidak benar. Wallahu a’lam

Q. PERAN MANUSIA

1. Yaitu sebagai abdhin atau hamba2. Sebagai khalifah

R. PERKEMBANGAN DAKWAH ISLAM DI INDONESIA

Pendahuluan Pada hakikatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani (teologis) yang dimanifestasikan dalam suatu system kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara cara berfikir, kepekaan dalam merasakan lingkungan, cara bersikap,

| Tugas Resume Agama Islam 35

Page 36: Dinul Islam Agama

dan bertindak manusia, baik secara individual maupun sosial dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu. Secara umum eksistensi dakwah Islam senantiasa bersentuhan dan berhubungan dengan kenyataan yang mengitarinya.

Mempelajari sejarah dakwah pada dasarnya adalah mempelajai sunnatullah yang terjadi pada dakwah dalam rentang waktu yang panjang. Dengan adanya sejarah dakwah dan mempelajarinya, maka akan membantu untuk menentukan sikap dalam berdakwah dengan bercermin dari sejarah, mengetahui kemajuan dan kemunduran dakwah dari masa ke masa, mengetahui sejauh mana dakwah Islam telah berhasil menciptakan relitas sosiokultural baru, dan memprediksi peran islam di masa mendatang dalam rangka penataan kehidupan masyarakat baru.

Sejarah dakwah Islam di Indonesia menjadi topik penting bagi perkembangan dakwah Islam Indonesia saat ini. Pola perkembangan dakwah di Indonesia melalui beberapa fase penting.

Dakwah Islam sebelum masa penjajahan (masa para wali)

Di abad 13 Masehi berdirilah kerajaan-kerajaan Islam diberbagai penjuru di Nusantara. Yang merupakan moment kebangkitan kekuatan politik umat khususnya didaerah Jawa ketika kerajaan Majapahit berangsur-angsur turun kewibawaannya karena konflik internal. Hal ini dimanfaatkan oleh Sunan Kalijaga yang membina di wilayah tersebut bersama Raden Fatah yang merupaka keturunan raja-raja Majapahit untuk mendirikan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa yaitu kerajaan Demak. Bersamaan dengan itu mulai bermunculan pula kerajaan-kerajaan Islam yang lainnya, walaupun masih bersifat lokal. Pada abad 13 Masehi ada fenoma yang disebut dengan Wali Songo yaitu ulama-ulama yang menyebarkan dakwah di Indonesia. Wali Songo mengembangkan dakwah atau melakukan proses Islamisasinya melalui beberapa saluran antara lain:

a) Perdagangan

b) Pernikahan

c) Pendidikan (pesantren)

Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang asli dari akar budaya indonesia, dan juga adopsi dan adaptasi hasanah kebudayaan pra Islam yang tidak keluar dari nilai-nilai Islam yang dapat dimanfaatkan dalam penyebaran Islam. Ini membuktikan Islam sangat menghargai budaya setempat selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

d) Seni dan budaya

Saat itu media tontonan yang sangat terkenal pada masyarakat jawa kkhususnya yaitu wayang. Wali Songo menggunakan wayang sebagai media dakwah dengan sebelumnya mewarnai wayang tersebut dengan nilai-nilai Islam. Yang menjadi ciri pengaruh Islam dalam pewayangan diajarkannya egaliterialisme yaitu kesamaan derajat manusia di hadapan Allah dengan dimasukannya tokoh-tokoh

| Tugas Resume Agama Islam 36

Page 37: Dinul Islam Agama

punakawam seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Para Wali juga menggubah lagu-lagu tradisional (daerah) dalam langgam Islami, ini berarti nasyid sudah ada di Indonesia ini sejak jaman para wali. Dalam upacara-upacara adat juga diberikan nilai-nilai Islam.

e) Tasawwuf

Kenyatan sejarah bahwa ada tarikat-tarikat di Indonesia yang menjadi jaringan penyebaran agama Islam.

Dakwah pada masa penjajahan (pesantren dan organisasi Islam)

Dalam literature yang beredar dan menjadi arus besar sejarah, masuknya Islam ke Indonesia selalu diidentikkan dengan penyebaran agama oleh Arab, Persia, ataupun Gujarat. Namun ada penemuan lain yang menyatakan bahwa Islam Nusantara tidak hanya berasal dari wilayah India dan Timur Tengah, akan tetapi juga dari Cina, tepatnya Yunan.

Penyebaran bermula dalam pergaulan dagang antara muslim Yunan dengan penduduk Nusantara. Pada kesempatan itu terjadilah asimilasi budaya lokal dan agama Islam yang salah satunya berasal dari Daratan Cina. Diawali saat armada Tiongkok Dinasti Ming yang pertama kali masuk Nusantara melalui Palembang tahun 1407. Saat itu mereka mengusir perompak dari Hokkian Cina yang telah lama bersarang disana. Kemudian Laksamana Cheng Ho membentuk Kerajaan Islam di Palembang. Meskipun merupakan kerajaan yang lebh dahulu didirika, namun dalam perjalanan sejarah justru Kerajaan Demak yang lebih dikenal dalam masyarakat.

Dengan banyaknya penduduk pribumi yang masuk Islam, terbentuklah pemerintahan-pemerintahan Islam. Hubungan dengan kaum muslimin dari pusat dunia Islam-pun menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin erat. Yang terbesar dalah dari Hadramaut, Yaman.

Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah di nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke-17 dan 18 Masehi. Hal ini disebabkan karena kaum muslimin nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan dan dampak dari peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis yang isinya melarang untuk berhubungan dagang dengan dunia luar.

Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin nusantara, namun disisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Sebagian besar kaum muslimin mengalami pencampuran akidah dengan tradisi pra-Islam.

Pada masa ini semangat dakwah banyak diwarnai dengan jihad melawan kaum kolonial, namun terdapat dua pola dakwah yang dikembangkan pada masa ini, yaitu:

>Masa Penjajahan (Pesantren dan Organisasi Islam) a. Pesatren

Pesantren berubah fungsi dari lembaga pendidikan menjadi a centre of anti-Ducth (pusat pembangkit anti belanda). Setiap perlawanan bersenjata terhadap penjajah Belanda tidak terlepas dari dari hubungan pesantren. Dalam abad ke-19 terdapat empat perang besar dari hasil perjuangan para santri, diantaranya :

| Tugas Resume Agama Islam 37

Page 38: Dinul Islam Agama

· Perang Cirebon (1802-1806)· Perang Diponegoro (1825-1830)· Perang Padri (1821-1838)· Perang di Aceh(1873-1908)b. Organisasi Islam

Para ulama menggerakkan masyarakat melalui pendidikan dan mendorong untuk memulihkan kembali ekonomi dan perdagangan. Kebangkitan Islam semakin berkembang dengan membentuk organisasi sosial keagamaan.

Organisasi Islam pertama adalah SDI (Serikat Dagang Islam) di tahun 1905 dan merupakan cikal bakal pertumbuhan nasionalis yang dipelopori kaum pelajar. Pada perkembangannya SDI berubah menjadi SI (Sarikat Islam) dan menjadi pola dakwah baru yang berupa pembentukan organisasi Islam secara modern dalam sejarah bangsa Indonesia. Dari sinilah mulai muncul organisasi-organisasi Islam lain di Indonesia seperti, muhammadiyah (1905), persatuan Islam (Persis) di tahun 1920, Nahdlatul Ulama (NU) tahun 1926, dan Persatuan Tasbiyah Indonesia tahun 1930. Pada masa pendudukan Jepang lahir Masyumi yang merupakan organisasi Islam bercorak politik yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan umat Islam. Dalam Masyumi terkumpul berbagai kalangan dari elemen organisasi islam.

>Masa Kemerdekaan Menilik perjalanan sejarah, dakwah Islam pada masa penjajahan ini berpusat dan berkonsentrasi

dalam upaya jihad dan mengusir penjajah. Umat Islam memiliki peran yang besar dalam proses kemerdekaan, bahkan setelah merdekapun jihad masi menjadi PR yang wajib diselesaikan meski dalam bentuk yang berbeda. Sudah bukan lagi jihad peperangan dengan bentuk fisik namun jihad dalam bentuk perang ideology.

Dakwah pada masa Orde Baru dan Reformasi

Pada fase ini proses dakwah (Islamisasi) di Indonesia mempunyai ciri terjadinya globalisasi informasi dengan pengaruh-pengaruh gerakan Islam internasional secara efektif yang akan membangun kekuatan Islam lebih utuh yang meliputi segala dimensinya. Sebenarnya kalau saja Indonesia tidak terjajah maka proses Islamisasi di Indonesia akan berlangsung dengan damai karena bersifat kultural dan membangun kekuatan secara struktural. Hal ini karena awalnya masuknya Islam yang secara manusiawi, dapat membangun martabat masyarakat yang sebagian besar kaum sudra (kelompok struktur masyarakat terendah pada masa kerajaan) dan membangun ekonomi masyarakat. Sejarah membuktikan bahwa kota-kota pelabuhan (pusat perdagangan) yang merupakan kota-kota yang perekonomiannya berkembang baik adalah kota-kota muslim. Dengan kata lain Islam di Indonesia bila tidak terjadi penjajahan akan merupakan wilayah Islam yang terbesar dan terkuat. Walaupun demikian Allah mentakdirkan di Indonesia merupakan jumlah peduduk muslim terbesar di dunia, tetapi masih menjadi tanda Tanya besar apakah kualitasnya sebanding dengan kuantitasnya.

S. NIKAH

Pernikahan atau nikah artinya adalah terkumpul dan menyatu. Menurut istilah lain juga dapat berarti Ijab Qobul (akad nikah) yang mengharuskan perhubungan antara sepasang manusia yang diucapkan oleh kata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan, sesusai peraturan yang diwajibkan oleh Islam. Kata zawaj digunakan dalam al-Quran artinya adalah pasangan yang dalam penggunaannya pula juga dapat

| Tugas Resume Agama Islam 38

Page 39: Dinul Islam Agama

diartikan sebagai pernikahan, Allahs.w.t. menjadikan manusia itu saling berpasangan, menghalalkan pernikahan dan mengharamkan zina.

Hikmah Pernikahan

Cara yang halal dan suci untuk menyalurkan nafsu syahwat melalui ini selain lewat perzinahan, pelacuran, dan

lain sebagainya yang dibenci Allah dan amat merugikan.

Untuk memperoleh ketenangan hidup, kasih sayang dan ketenteraman

Memelihara kesucian diri

Melaksanakan tuntutan syariat

Membuat keturunan yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.

Sebagai media pendidikan: Islam begitu teliti dalam menyediakan lingkungan yang sehat untuk membesarkan

anak-anak. Anak-anak yang dibesarkan tanpa orangtua akan memudahkan untuk membuat sang anak

terjerumus dalam kegiatan tidak bermoral. Oleh karena itu, institusi kekeluargaan yang direkomendasikan Islam

terlihat tidak terlalu sulit serta sesuai sebagai petunjuk dan pedoman pada anak-anak

Mewujudkan kerjasama dan tanggungjawab

Dapat mengeratkan silaturahim

Penyebab haramnya sebuah pernikahan

Perempuan yang diharamkan menikah oleh laki-laki disebabkan karena keturunannya (haram selamanya) serta

dijelaskan dalam surah an-Nisa: Ayat 23 yang berbunyi, “Diharamkan kepada kamu menikahi ibumu, anakmu,

saudaramu, anak saudara perempuan bagi saudara laki-laki, dan anak saudara perempuan bagi saudara

perempuan.”:

Ibu

Nenek dari ibu maupun bapak

Anak perempuan & keturunannya

Saudara perempuan segaris atau satu bapak atau satu ibu

Anak perempuan kepada saudara lelaki mahupun perempuan, yaitu semua anak saudara perempuan

Perempuan yang diharamkan menikah oleh laki-laki disebabkan oleh susuan ialah:

Ibu susuan

Nenek dari saudara ibu susuan

Saudara perempuan susuan

Anak perempuan kepada saudara susuan laki-laki atau perempuan

Sepupu dari ibu susuan atau bapak susuan

Perempuan muhrim bagi laki-laki karena persemendaan ialah:

Ibu mertua

Ibu tiri

Nenek tiri

| Tugas Resume Agama Islam 39

Page 40: Dinul Islam Agama

Menantu perempuan

Anak tiri perempuan dan keturunannya

Adik ipar perempuan dan keturunannya

Sepupu dari saudara istri

Anak saudara perempuan dari istri dan keturunannya

Peminangan

Pertunangan atau bertunang merupakan suatu ikatan janji pihak laki-laki dan perempuan untuk melangsungkan

pernikahan mengikuti hari yang dipersetujui oleh kedua pihak. Meminangmerupakan adat kebiasaan masyarakat

Melayu yang telah dihalalkan oleh Islam. Peminangan juga merupakan awal proses pernikahan. Hukum peminangan

adalah harus dan hendaknya bukan dari istri orang, bukan saudara sendiri, tidak dalam iddah, dan bukan tunangan

orang. Pemberian seperti cincin kepada wanita semasa peminangan merupakan tanda ikatan pertunangan. Apabila

terjadi ingkar janji yang disebabkan oleh sang laki-laki, pemberian tidak perlu dikembalikan dan jika disebabkan oleh

wanita, maka hendaknya dikembalikan, namun persetujuan hendaknya dibuat semasa peminangan dilakukan.

Melihat calon suami dan calon istri adalah sunat, karena tidak mau penyesalan terjadi setelah berumahtangga.

Anggota yang diperbolehkan untuk dilihat untuk seorang wanita ialah wajah dan kedua tangannya saja.

Hadist Rasullullah mengenai kebenaran untuk melihat tunangan dan meminang:

"Abu Hurairah RA berkata,sabda Rasullullah SAW kepada seorang laki-laki yang hendak menikah dengan

seorang perempuan: "Apakah kamu telah melihatnya?jawabnya tidak(kata lelaki itu kepada

Rasullullah).Pergilah untuk melihatnya supaya pernikahan kamu terjamin kekekalan." (Hadis Riwayat Tarmizi

dan Nasai)

Hadis Rasullullah mengenai larangan meminang wanita yang telah bertunangan:

"Daripada Ibnu Umar RA bahawa Rasullullah SAW telah bersabda: "Kamu tidak boleh meminang tunangan

saudara kamu sehingga pada akhirnya dia membuat ketetapan untuk memutuskannya". (Hadis Riwayat

Bukhari dan Muslim(Asy-Syaikhan))

Nikah

Rukun nikah

Pengantin laki-laki

Pengantin perempuan

Wali

Dua orang saksi laki-laki

Mahar

Ijab dan kabul (akad nikah)

Syarat calon suami

Islam

Laki-laki yang tertentu

Bukan lelaki muhrim dengan calon istri

Mengetahui wali yang sebenarnya bagi akad nikah tersebut

Bukan dalam ihram haji atau umroh

Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan

| Tugas Resume Agama Islam 40

Page 41: Dinul Islam Agama

Tidak mempunyai empat orang istri yang sah dalam suatu waktu

Mengetahui bahwa perempuan yang hendak dinikahi adalah sah dijadikan istri

Syarat bakal istri

Islam

Perempuan yang tertentu

Bukan perempuan muhrim dengan calon suami

Bukan seorang banci

Akil Baligh

Bukan dalam ihram haji atau umroh

Tidak dalam iddah

Bukan istri orang

Syarat wali

Islam, bukan kafir dan murtad

Lelaki dan bukannya perempuan

Telah pubertas

Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan

Bukan dalam ihram haji atau umroh

Tidak fasik

Tidak cacat akal pikiran, gila, terlalu tua dan sebagainya

Merdeka

Tidak dibatasi kebebasannya ketimbang membelanjakan hartanya

Sebaiknya calon istri perlu memastikan syarat WAJIB menjadi wali. Jika syarat-syarat wali terpenuhi seperti di atas

maka sahlah sebuah pernikahan itu.Sebagai seorang mukmin yang sejati, kita hendaklah menitik beratkan hal-hal

yag wajib seperti ini.Jika tidak, kita hanya akan dianggap hidup dalam berzinahan selamanya.

Jenis-jenis wali

Wali mujbir: Wali dari bapaknya sendiri atau kakek dari bapa yang mempunyai hak mewalikan pernikahan anak

perempuannya atau cucu perempuannya dengan persetujuannya (sebaiknya perlu mendapatkan kerelaan calon

istri yang hendak dinikahkan)

Wali aqrab: Wali terdekat yang telah memenuhi syarat yang layak dan berhak menjadi wali

Wali ab’ad: Wali yang sedikit mengikuti susunan yang layak menjadi wali, jikalau wali aqrab berkenaan tidak

ada. Wali ab’ad ini akan digantikan oleh wali ab’ad lain dan begitulah seterusnya mengikut susunan tersebut jika

tidak ada yang terdekat lagi.

Wali raja/hakim: Wali yang diberi hak atau ditunjuk oleh pemerintah atau pihak berkuasa pada negeri tersebut

oleh orang yang telah dilantik menjalankan tugas ini dengan sebab-sebab tertentu

Syarat-syarat saksi

Sekurang-kurangya dua orang

Islam

Berakal

Telah pubertas

| Tugas Resume Agama Islam 41

Page 42: Dinul Islam Agama

Laki-laki

Memahami isi lafal ijab dan qobul

Dapat mendengar, melihat dan berbicara

Adil (Tidak melakukan dosa-dosa besar dan tidak terlalu banyak melakukan dosa-dosa kecil)

Merdeka

Syarat ijab

Pernikahan nikah ini hendaklah tepat

Tidak boleh menggunakan perkataan sindiran

Diucapkan oleh wali atau wakilnya

Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(nikah kontrak atau pernikahan (ikatan suami istri) yang sah

dalam tempo tertentu seperti yang dijanjikan dalam persetujuan nikah muataah)

Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu ijab dilafalkan)

Contoh bacaan Ijab:Wali/wakil Wali berkata kepada calon suami:"Aku nikahkan Anda dengan Diana Binti Daniel

dengan mas kawin berupa seperangkap alat salat dibayar tunai".

Syarat qobul

Ucapan mestilah sesuai dengan ucapan ijab

Tidak ada perkataan sindiran

Dilafalkan oleh calon suami atau wakilnya (atas sebab-sebab tertentu)

Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(seperti nikah kontrak)

Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu qobul dilafalkan)

Menyebut nama calon istri

Tidak ditambahkan dengan perkataan lain

Contoh sebutan qabul(akan dilafazkan oleh bakal suami):"Aku terima nikahnya dengan Diana Binti Daniel dengan

mas kawin berupa seperangkap alat salat dibayar tunai" ATAU "Aku terima Diana Binti Daniel sebagai istriku".

| Tugas Resume Agama Islam 42