Upload
dinhminh
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN AKHIR
KOORDINASI STRATEGIS PEMBANGUNAN DESA
DAN KAWASAN PERDESAAN TAHUN ANGGARAN
2016
DIREKTORAT DAERAH TERTINGGAL,
TRANSMIGRASI DAN PERDESAAN,
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
2016
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page ii
ABSTRAK
Arah kebijakan yang tercantum di dalam dokumen RPJMN 2015 – 2019 mengenai
pembangunan desa – desa tertinggal dan desa-desa berkembang serta membangun
keterkaitan ekonomi lokal antara desa dan kota melalui pembangunan kawasan perdesaan
merupakan upaya yang dilakukan untuk mengonsolidasi isu ketimpangan atau kesenjangan
pembangunan antarwilayah di Indonesia, seperti ketimpangan pembangunan yang terjadi
baik antara desa – kota, anatarwilayah perdesaan – perkotaan dan antara wilayah KBI-KTI.
Tim Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan (PDP)
dibentuk dalam rangka pelaksanaan koordinasi strategis yang bersifat lintas sektor, lintas
pelaku, baik pusat maupun daerah baik dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi dengan metode yang digunakan adalah rapat koordinasi di tingkat pusat maupun
daerah dalam mendukung sasaran pengentasan desa tertinggal sampai 5000 desa dan
peningkatan desa mandiri sedikitnya 2000 desa.
Dari hasil koordinasi strategis baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah,
terdapat beberapa permasalahan dalam pelaksanaan pembangunan desa dan kawasan
perdesaan, anatara lain; (1) belum memadainya pemahaman pemerintah pusat, pemerintah
daerah dan pemerintah desa dalam implementasi dan pengawalan Undang – undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa; (2) belum optimalnya pendampingan pada masyarakat
desa, pemerintah kecamatan, pemerintah desa (termasuk perangkat desa dalam
pelaksanaan tata kelola pemerintahan desa yang baik serta pengelolaan keuangan yang
akuntabel); (3) belum pahamnya pemerintah desa dalam mengelola administrasi
pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan desa termasuk dengan dana desa yang
bersumber dari APBN; (4) kurangnya sinkronisasi antar Kementerian, antar program, antar
kegiatan dan lokus target kegiatan yang memperhatikan karakteristik dan kebutuhan
pembangunan per wilayah pulau terutama di Kawasan Timur Indonesia sehingga manfaat
pembangunan di desa dan pada mayarakat desa dirasa kurang optimal; (5) masih
beragamnya pengukuran terhadap tingkat perkembangan desa; dan (6) adanya
pemahaman yang beragam tentang konsep dan pendekatan dalam mengembangkan
kawasan perdesaan.
Kata kunci: kesenjangan desa – kota, pembangunan desa dan perdesaan, koordinasi
strategis pembangunan desa dan kawasan perdesaan
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan Kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga Laporan Akhir Tahun Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan
Perdesaan dapat disusun dengan baik.
Tujuan pembuatan laporan akhir tahun kegiatan koordinasi ini adalah untuk
menginformasikan kegiatan pelaksanaan koordinasi yang dilakukan dengan
Kementerian/Lembaga Pemerintah dan Lembaga Non-Pemerintah serta Pemerintah Daerah
tahun anggaran 2016 dan memberikan masukan - masukan untuk penyempurnaan
pelaksanaan kegiatan koordinasi yang akan datang.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya, maka saran dan
kritikan untuk kesempurnaan laporan ini sangat kami harapkan, semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pelaksanaan kegiatan pembangunan desa dan kawasan perdesaan.
Jakarta, Desember 2016
Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi dan Perdesaan
Sumedi Andono Mulyo
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i
ABSTRAK ......................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... vii
DAFTAR SINGKAT .......................................................................................................... viii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2. Tujuan Pelaksanaan ................................................................................................. 2
1.3. Keluaran ................................................................................................................. 2
1.4. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ................................................................................ 3
BAB 2 ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAAN ....... 4
2.1. Latar Belakang Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan ................................ 4
2.2. Arah Kebijakan Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan ............................... 5
2.3. Sasaran Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan .......................................... 5
BAB 3 PELAKSANAAN KEGIATAN KOORDINASI .......................................................... 7
3.1. Pembangunan Desa ..................................................................................................... 7
3.1.1. Koordinasi di Pusat................................................................................................ 7
3.1.1.1. Sistem Informasi Desa .................................................................................. 7
3.1.1.2. Badan Usaha Miliki Desa (BUMDes) .......................................................... 13
3.1.1.3. Keuangan Desa .......................................................................................... 19
3.1.1.4. Pendampingan Desa ................................................................................. 26
3.1.1.5. Peta Jalan (Road Map) Implementasi UU Desa ......................................... 30
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page v
3.1.2. Koordinasi di Daerah .......................................................................................... 40
3.1.2.1. Kunjungan Lapangan Koordinasi Strategis PDP di Bandung, Jawa Barat .. 40
3.1.2.2. Konfirmasi Status Desa Sasaran Prioritas Nasional ................................... 42
3.2. Pembangunan Kawasan Perdesaan ........................................................................... 44
3.2.1. Keterkaitan Antar Kawasan dalam Penegmbangan Wilayah ......................... 44
3.2.2. Arah Intervensi Pada Kawasan Perdesaan .................................................. 45
3.2.3. Kawasan Perdesaan/Kawasan Pusat Pertumbuhan di dalam RPJMN 2015 -
2019 ................................................................................................................. 47
3.2.4. Masterplan Kawasan Perdesaan .................................................................. 48
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 49
4.1. Kesimpulan ................................................................................................................. 49
4.2. Saran .......................................................................................................................... 50
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 51
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan
Kawasan Perdesaan ............................................................................................ 3
Tabel 2.1. Identifikasi Sistem Informasi Desa ...................................................................... 8
Tabel 3.1. Rincian Pembangunan Kawasan Perdesaan/Pusat Pertumbuhan Keterkaitan
Kota – Desa Tahun 2015 – 2019 ....................................................................... 47
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Grafik Kesenjangan Desa-Kota Akibat Urbanisasi ........................................... 4
Gambar 2.2. Peta Sebaran Sasaran Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan, serta
Sebaran Lokasi Prioritas Peningkatan Keterkaitan Desa Kota Tahun 2015 – 2019
.............................................................................................................................. 6
Gambar 3.1. Proses Diskusi Rapat Koordinasi BUMDes ................................................... 15
Gambar 3.2. Proses Diskusi Rapat Sinergi BUMDes dengan Koperasi ............................. 17
Gambar 3.3. Proses Diskusi Rapat Rapat Formula Dana Desa ........................................ 21
Gambar 3.4. Grafik Simulasi Dana Desa ........................................................................... 22
Gambar 3.5. Proses Diskusi Pengawalan Dana Desa ....................................................... 23
Gambar 3.6. Proses Diskusi Pendampingan Desa Rawan Bencana ................................. 28
Gambar 3.7. Bagan Road Map Implementasi UU Desa tahun 2015 – 2019 ..................... 33
Gambar 3.8. Proses Diskusi Rapat II Penyusunan Road Map Implementasi UU Desa ...... 37
Gambar 3.9. Koordinasi dengan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat ......................... 42
Gambar 3.10. Keterkaitan Antara Kawasan dalam Pengembangan Wilayah ..................... 45
Gambar 3.11. Lingkup Intervensi pada Pusat Pertumbuhan KKD ...................................... 46
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page viii
DAFTAR SINGKATAN
ADD Alokasi Dana Desa
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
BPMPD Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
BPS Badan Pusat Statistik
BUMDes Badan Usaha Milik Desa
DD Dana Desa
IDM Indeks Desa Membangun
IPD Indeks Pembangunan Desa
KBI Kawasan Berkembang Indonesia
KTI Kawasan Tertinggal Indonesia
K/L Kementerian/Lembaga
KTI Kawasan Tertinggal Indonesia
OJK Otoritas Jasa Keuangan
PDRB Pendapatan Domestik Regional Bruto
Perbup Peraturan Bupati
Perwali Peraturan Walikota
PNPM Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Podes Potensi Desa
Pokja Kelompok Kerja
QW Quick Wins
RKP Rencana Kerja Pemerintah
RPJMN Rencana Jangka Menengah Nasional
SID Sistem Informasi Desa
SKB Surat Keputusan Bersama
SKPD Satuan Kerja Pemerintah Daerah
SPM Standar Pelayanan Minimum
TA Tahun Anggaran
UU Undang – undang
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam rangka mendorong pembangunan desa dan kawasan perdesaan ke
arah yang lebih baik, pengawalan implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa menjadi suatu kewajiban pemangku kepentingan terkait baik di
pusat dan daerah. Undang-Undang tentang Desa, yang kemudian diperjelas kembali
melalui Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2015 Jo 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa serta Peraturan
Pemerintah No. 8 Tahun 2016 Jo No. 22 Tahun 2015 Jo No.60 Tahun 2014 tentang
Dana Desa yang bersumber dari APBN. Dana Desa yang bersumber dari APBN
merupakan salah satu pendapatan desa yang dinantikan oleh Desa. Beberapa dari
peraturan perundangan pendukung Undang-Undang tentang Desa sudah dan/atau
sedang dipersiapkan sebagai pegangan bagi Desa untuk dapat membangun
desanya, mengelola keuangan desanya termasuk menggunakan Dana Desanya
dengan optimal. Ditambah lagi, Presiden dan Wakil Presiden terpilih tahun 2015–
2019 juga memberikan perhatian khusus pada pembangunan desa dan kawasan
perdesaan, pemberdayaan desa dan implementasi Undang-Undang tentang Desa.
Sejalan dengan itu, amanat Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2015 Jo No.
43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa
pasal 131 ayat (1) menyatakan bahwa “Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pembangunan desa, pembangunan kawasan perdesaan,
dan pemberdayaan masyarakat Desa menetapkan pedoman umum pelaksanaan
pembangunan Desa, pembangunan kawasan perdesaan, pemberdayaan
masyarakat Desa, dan pendampingan masyarakat Desa berkoordinasi dengan
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pemerintahan
dalam negeri dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perencanaan pembangunan nasional.”; dan ayat (2) menyatakan bahwa
“Menteri/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian teknis terkait dapat
menetapkan pedoman teknis pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan
sesuai dengan kewenangannya dengan berpedoman pada pedoman umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)”. Berdasarkan hal tersebut dirasakan perlu
adanya koordinasi strategis di bidang pembangunan desa dan kawasan perdesaan,
di samping untuk menjalankan amanat UU no 6/2014 juga sekaligus untuk
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 2
mengkoordinasikan dan mensikronkan perencanaan pembangunan desa dan
kawasan perdesaan. Dalam rangka mendorong pembangunan desa dan kawasan
perdesaan yang merupakan sinergi dan kerja sama lintas sektor, lintas pelaku, dan
pusat-daerah, maka diperlukan upaya sinkronisasi dan koordinasi yang lebih baik
dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi program-program
pembangunan yang terkait dengan pembangunan desa dan kawasan perdesaan.
Sehubungan dengan hal tersebut, telah ditetapkan Tim Koordinasi Pembangunan
Desa dan Kawasan Perdesaan (PDP) yang terdiri dari Kementerian Lintas Sektor
berdasarkan Keputusan Menteri PPN/Kepala Bappenas No.36/M.PPN/HK/03/2015
Tentang Pembentukan Tim Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan
Perdesaan sejak Tahun 2015, dan tetap dilanjutkan pada tahun 2016.
Tim Koordinasi PDP ini memiliki tugas, yaitu: (1) melaksanakan koordinasi,
sosialisasi RPJMN 2015-2019, RKP 2017, dan indikatornya dengan Kementerian/
Lembaga terkait, Pemerintah Daerah, dan para pemangku kepentingan lainnya
dalam upaya mendorong pembangunan desa dan kawasan perdesaan yang
berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa; (2)
melaksanakan koordinasi sinkronisasi Indeks Pembangunan Desa dan indeks desa
lainnya; (3) kebijakan lainnya terkait pengawalan Implementasi UU Desa.
1.2. Tujuan Pelaksanaan
Adapun tujuan dari kegiatan koordinasi strategis pembangunan perdesaan adalah:
1. Meningkatkan koordinasi antar-stakeholder, baik di tingkat pusat, maupun di
tingkat daerah, dan dengan para pemangku kepentingan pembangunan desa
dan kawasan perdesaan;
2. Meningkatkan sinkronisasi kebijakan dan program pembangunan desa dan
kawasan perdesaan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah;
3. Mendukung kegiatan Koordinasi Perencanaan Pembangunan Nasional Bidang
Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan dalam pelaksanaan RPJMN 2015-
2019 dan RKP 2016.
1.3. Keluaran
Keluaran kegiatan adalah penyusunan laporan awal, tengah dan akhir terkait:
1. Laporan pelaksanaan harmonisasi dan sinkronisasi indeks desa; serta
2. Laporan pelaksanaan koordinasi dan sosialisasi RPJMN 2015-2019, RKP 2016,
UU Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, dan indeks desa di Pemerintah maupun
Pemerintah Daerah di lokasi-lokasi terpilih tahun 2016.
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 3
1.4. Jadwal Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan selama 12 (dua belas) bulan,
terhitung dari bulan Januari 2016 s/d Desember 2016 dengan jadwal sebagai berikut
Tabel 1.1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Koordinasi Strategis Pembangunan
Desa dan Kawasan Perdesaan TA 2016
NO. KEGIATAN
TAHUN 2016
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12
1. Persiapan
2. Rapat Rutin Tim
Pelaksana
3. Pengumpulan dan
Analisis Data
4. Diskusi dan Kunjungan
Lapangan
5. Penyusunan Laporan
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 4
BAB 2
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN
PERDESAAN
2.1. Latar Belakang Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan
Ketimpangan atau kesenjangan pembangunan antarwilayah di Indonesia
masih merupakan tantangan yang harus diselesaikan dalam pembangunan ke
depan. Ketimpangan pembangunan yang terjadi, baik antara desa-kota, antarwilayah
perdesaan-perkotaan dan antarwilayah KBI-KTI perlu ditangani secara serius untuk
mencegah terjadinya dampak negatif dari urbanisasi dan ketidakmerataan
pembangunan. Berikut merupakan proyeksi urbanisasi penduduk per lima tahun dari
tahun 2005 – 2045 yang menunjukan tingkat urbanisasi penduduk yang semakin
tinggi:
Gambar 2.1. Grafik Kesenjangan Jumlah Penduduk Desa-Kota Akibat Urbanisasi
Sumber: Diolah dari BPS, 2014
Upaya mengurangi kesenjangan antara desa dan kota perlu dilakukan
dengan mempercepat pembangunan di desa-desa tertinggal dan desa-desa
berkembang dan membangun keterkaitan ekonomi lokal antara desa dan kota
melalui pembangunan kawasan perdesaan termasuk di daerah tertinggal, kawasan
transmigrasi, dan pulau-pulau kecil terluar. Pembangunan desa dan kawasan
perdesaan merupakan bagian dari agenda prioritas dalam Nawacita Ketiga, yakni
membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa serta amanat dari pelaksanaan Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Desa.
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 5
2.2 Arah Kebijakan Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan
Arah kebijakan umum pembangunan desa dan kawasan perdesaan, termasuk di
kawasan perbatasan, daerah tertinggal, kawasan transmigrasi, dan pulau-pulau kecil
terluar di dalam RPJMN 2015 – 2019 adalah:
1. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa termasuk permukiman
transmigrasi sesuai dengan kondisi geografis Desa.
2. Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat
Desa termasuk di permukiman transmigrasi.
3. Pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan
pembentukan modal sosial budaya masyarakat Desa termasuk di permukiman
transmigrasi.
4. Pengawalan implementasi UU Desa secara sistematis, konsisten, dan
berkelanjutan melalui koordinasi, fasilitasi, supervisi, dan pendampingan.
5. Pengembangan kapasitas dan pendampingan aparatur pemerintah desa dan
kelembagaan pemerintahan desa secara berkelanjutan.
6. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup berkelanjutan, serta
penataan ruang kawasan perdesaan termasuk di kawasan transmigrasi.
7. Pengembangan ekonomi kawasan perdesaan termasuk kawasan transmigrasi
untuk mendorong keterkaitan desa-kota.
Kebijakan RPJMN Tahun 2015 – 2019 di atas diturunkan dalam RKP 2016
Pembangunan Desa dan Kawasan, yakni:
1. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum (SPM) Desa;
2. Pemberian Pelatihan, bantuan modal, dukungan sarana dan prasarana ekonomi,
serta pendampingan kepada rumah tangga kurang mampu kecamatan miskin;
3. Pendampingan dan pemberdayaan masyarakat desa dan kelembagaan
masyarakat desa;
4. Pendampingan kapasitass aparatur pemerintah desa dan kelembagaan
pemerintahan desa secara berkelanjutan;
5. Penguatan pengelolaan sumber daya alam oleh masyarakat desa; dan
6. Penguatan dalam pengembangan kapasitas produksi dan pemasaran dalam
mendukung peningkatan pembangunan ekonomi perdesaan.
2.3. Sasaran Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan
Sasaran pembangunan desa dan kawasan perdesaan, termasuk di kawasan
perbatasan, daerah tertinggal, kawasan transmigrasi, dan pulau-pulau kecil terluar di
dalam RPJMN 2015 – 2019 adalah mengurangi jumlah desa tertinggal sampai 5.000
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 6
desa, meningkatkan jumlah desa mandiri sedikitnya 2.000 desa, dan menguatkan 39
pusat pertumbuhan dalam rangka meningkatkan keterkaitan kota dan desa. Berikut
merupakan peta sebaran sasaran pembangunan desa dan kawasan perdesaan, serta
sebaran lokasi prioritas peningkatan keterkaitan desa kota tahun 2015 – 2019
berdasarkan pada Indeks Pembangunan Desa (IPD) tahun 2014:
Gambar 2.2. Peta Sebaran Sasaran Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan,
serta Sebaran Lokasi Prioritas Peningkatan Keterkaitan Desa Kota Tahun 2015 – 2019
Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, 2014
Indeks Pembangunan Desa (IPD) tahun 2014, mengklasifikasikan desa
menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu :
1. Desa Tertinggal, yaitu desa yang belum terpenuhi Standar Pelayanan Minimum
(SPM) pada aspek kebutuhan sosial, infrastruktur dasar, sarana dasar,
pelayanan umum, dan penyelenggaraan pemerintahan;
2. Desa Berkembang, yaitu desa yang telah terpenuhi SPM namun secara
pengelolaan belum menunjukkan keberlanjutan;
3. Desa Mandiri, yaitu desa yang telah terpenuhi SPM dan secara kelembagaan
telah memiliki keberlanjutan.
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 7
BAB 3
PELAKSANAAN KEGIATAN KOORDINASI
3.1. Pembangunan Desa
3.1.1. Koordinasi di Pusat (Kementerian/Lembaga Pemerintah, Lembaga Non-
Pemerintah)
3.1.1.1. Sistem Informasi Desa
1. Latar Belakang
Sistem Informasi Desa (SID) menjadi bagian tidak terpisahkan dari
pembangunan desa dan pembangunan kawasan perdesaan. Dengan adanya
perubahan paradigma pembangunan desa membuat SID menjadi penting
peranannya. Karena itu, perlu dikembangkan SID yang sesuai dengan visi
UU Desa yakni menjadikan desa kuat, mandiri, sejahtera, dan demokratis.
Oleh karenanya, SID diatur secara khusus dalam UU Desa melalui Pasal 86.
Dalam UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP No.
72/2005 tentang Desa tidak diatur secara khusus tentang sistem informasi
serupa SID. Undang-Undang Desa ini ingin menegaskan pentingnya SID
dalam perencanaan dan pembangunan desa, karena itu dalam Pasal 86 ayat
(2) dan ayat (5) mewajibkan kepada Pemerintah dan Pemda untuk
mengembangkan SID, dan pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah Desa
agar dapat diakses oleh masyarakat desa dan pemangku kepentingan
lainnya. Ayat (6) menjelaskan bahwa pemerintah daerah kabupaten/kota
menyediakan informasi perencanaan pembangunan kabupaten/kota untuk
desa.
2. Isu/Permasalahan
Adapun permasalahan dari Sistem Informasi Desa adalah:
1) Sistem informasi yang dibuat oleh Kementerian/Lembaga belum
terintegrasi. Berikut merupakan tabel identifikasi sistem informasi yang
masuk ke desa:
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 8
Tabel 2.1. Identifikasi Sistem Informasi Desa
Kemendagri Kemendesa
PDTT
Kemenkeu Kemenkominfo Bappenas
1. Profil Desa
dan Kelurahan
(PRODESKEL)
2. Sistem Aplikasi
Keuangan
Desa
(Siskeudes)
1. Sistem Informasi
Pembangunan
Desa
2. Sistem Informasi
Pemberdayaan
Desa
3. Sistem Informasi
Manajemen
BUMDES
4. Sistem Informasi
Desa Online
5. Sistem Informasi
Transparansi
Keuangan Desa
6. Sistem Informasi
Layanan Desa
7. Sistem Informasi
Monitoring Desa,
yang disingkat
dengan MONDES
8. Sistem Informasi
Potensi Desa
9. Website Jelajah
Desa, atau
disingkat dengan
situs Jelajah
Desa.
Sistem
Informasi
Transfer Ke
Daerah Dan
Dana Desa
(SIMTRADA)
1. Sistem Informasi
Desa dan Kawasan
(SIDeKA)
2. Program
Pembangunan Desa
Broadband Terpadu
sebagai upaya
untuk membangun
infrastruktur
konektivitas
informasi digital.
3. 350.000 domain dari
Kemenkominfo
untuk:
- UMKM
- Sekolah dan
instansi
pendidikan
- Desa (domain
desa.id)
- Organisasi/
Komunitas
SIMPADU
Penanggulangan
Kemiskinan
Sumber: Analisis Penulis, Bappenas 2016
2) Informasi tentang desa kurang terpublikasi secara luas sehingga isu
perdesaan masih terpinggirkan di ranah publik;
3) Ketidakhadiran SID menjadikan potensi maupun produk unggulan desa
tidak terpromosikan dengan maksimal sehingga potensi dan produk desa
belum dikenal oleh masyarakat luas;
4) Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah desa menyangkut tata kelola
sumber daya desa masih sangat minim serta belum didukung basis data
yang akurat dan lengkap;
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 9
5) Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa masih
lambat karena layanan dilakukan secara manual;
6) Pemerintah Desa belum mampu menerapkan keterbukaan informasi
publik;
7) Kapasitas masyarakat desa dalam memantau maupun meminta informasi
atas rencana dan pelaksanaan pembangunan desa masih rendah;
8) Akses internet di wilayah perdesaan terutama di daerah luar jawa masih
sulit dan jika terdapat akses kualitasnya masih sangat rendah.
3. Upaya yang dilakukan
Pelaksanaan harmonisasi dan sinkronisasi Sistem Informasi Desa (SID) ini
dilakukan dengan bekerja sama antara KemenPPN/Bappenas, Kemendesa
PDTT, dan Kemendagri. Langkah-langkah harmonisasi dan sinkronisasi
tersebut sebagai berikut:
1) Rapat Penyusunan Platform SID
Rapat tersebut dilaksanakan pada tanggal 12 Januari tahun 2016 di
Bappenas yang dihadiri oleh Kemenko PMK dan KSI sebagai mitra
lembaga non-pemerintah. Beberapa point penting di dalam rapat tersebut
adalah:
a. Platform Sistem Informasi Desa sangat penting karena banyak
yang berkepentingan terhadap data dan informasi untuk program
prioritas, baik dari skala nasional sampai dengan desa;
b. Sistem Informasi desa merupakan amanat UU Desa. Namun di
dalam implementasinya diperlukan perumusan SID yang tidak
mempersulit daerah dan desa (simple) untuk mengisi data – data
tertentu, walaupun di Pusat bisa saja menyediakan SID yang
canggih;
c. Sebagai masukan, data dasar yang dimuat dalam SID ini adalah
APBDesa, Buku Pajak, Buku Bank dan sebagainya. Sedangkan
untuk pengelompokan keuangan, seperti penganggaran,
penatausahaan dan pembukuan. Hal ini dimaksudkan agar
tercipta tertib administrasi;
d. Kendala yang dihadapi adalah masalah kesiapan, yaitu dari sisi
penyedia sistem maupun pengguna sistem.
2) Breakfast Meeting
Breakfast Meeting Pembahasan Sistem Informasi Desa tersebut
dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 19 Februari 2016 di Ruang 204
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 10
Gedung Madiun Bappenas bersama dengan Kemendesa PDTT dan
Kemendagri. Beberapa hal penting pada rapat tersebut adalah:
a. Kapusdatin Kemendesa PDTT menyusun data dan informasi
untuk keperluan internal dan eksternal kementerian. Untuk internal
kementerian terdapat; (1) 19 jenis aplikasi (baru tahap penyiapan
domain/aplikasi dan selanjutnya akan dibuatkan manualnya)
diantaranya 9 jenis aplikasi tentang desa: desa online, website
jelajah desa, potensi desa, monev desa, pemberdayaan desa,
pembangunan desa, dan layanan desa; (2) Balilatfo menyediakan
Sistem atau aplikasinya dan Direktorat Jenderal Teknis yang
mengisi content-nya; (3) Kerjasama dengan BIG di 2016 dengan
target 1.600 desa untuk peta desa dengan skala 1:5.000 yang di
launching. Sedangkan untuk eksternal kementerian PDTT terdapat
website Kementerian (dengan IP address) untuk akomodasi
publik. Melaksanakan Quick Wins (QW) Pilot project
pengembangan pusat informasi desa/balai rakyat dengan
melibatkan relawan di 5 provinsi (Lampung, Kalbar, NTT, Jateng
dan Sulsel) yang dapat diakses oleh 560 desa;
b. Kemendesa PDTT mengusulkan perlunya dibentuk Pokja
mengingat Sistem Informasi Desa bersifat lintas K/L;
c. QW penyusunan sistem informasi desa oleh Kemendagri
(penyusunan Aplikasi Sistem Informasi Keuangan Desa
(Siskeudes) dilakukan melalui kerjasama dengan BPKP, yaitu satu
desa diberikan satu aplikasi. Pada saat ini sudah ada software
tetapi masih offline. Untuk kompilasi sistem online dan sistem
informasi aset desa pada saat ini sedang proses lelang. Untuk
mendukung pengelolaan data, Ditjen Bina Pemdes juga akan
memanfaatkan server (hibah Ausaid) ex PNPM;
d. Pada saat ini QW tentang Pilot project pengembangan pusat
informasi desa/balai rakyat dengan melibatkan relawan di 5
provinsi (Lampung, Kalbar, NTT, Jateng dan Sulsel) belum dapat
dilaksanakan karena sedang mencari konsep yang tepat;
e. Tahun 2015 ada program desa broadband terpadu untuk wilayah
3T pada 50 desa (termasuk 3 desa perbatasan negara yaitu di
Desa Balansiku Kec. Sebatik Kab. Nunukan Kaltara; Desa Silawan
Kec. Tasifeto Timur Kab. Belu NTT; dan Kampung Rawa Biru
Distrik Sota Kab. Merauke Papua) yang dilaksanakan Direktorat
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 11
Telekomunikasi Khusus, Penyiaran Publik dan Kewajiban
Universal, Ditjen Penyelenggara Pos & Informatika Kemenkominfo
yang didanai oleh USO (dana yang dipungut BP3TI dari operator
sebesar 1,25 persen pendapatan kotor telekomunikasi atau sekitar
1,5 – 2,2 T) dan akan dilanjutkan ke tahun-tahun berikutnya;
f. Kominfo mengembangkan domain desa.id sejak agustus 2015
sesuai dengan Permenkominfo 5/2015 tentang Register Nama
Domain Instansi Penyelenggara Negara. Sampai saat ini sudah
ada 14 ribu domain desa.id yang di-register oleh Kemenkominfo;
g. Pendekatan Kemenkominfo dalam melaksanakan program USO
sebelumnya untuk desa pinter (desa punya internet) dan desa
berdering bersifat top-down sehingga masyarakat tidak
mempunyai sense of belonging untuk memelihara. Untuk itu,
kedepannya, pendekatan bersifat dua arah;
h. Menkominfo sudah melakukan MoU dengan Kemdikbud tentang
Penyediaan Akses Internet dalam rangka Peningkatan Kualitas
Pembelajaran di Sekolah untuk memperlancar proses belajar
mengajar di wilayah 3T (terpencil, terluar dan tertinggal).
4. Saran dari Bappenas
Dari isu/permasalahan di atas mengenai Sistem Informasi Desa
sebagaimana diamanatkan di dalam UU Desa, maka Bappenas memberikan
saran sebagai berikut:
a. SID ini harus open access untuk kepentingan pemerintah desa dan
supradesa serta pemangku kepentingan lainnya;
b. SID harus dikembangkan mencakup desa dan kawasan perdesaan
dengan pendekatan top down dan bottom up dan dapat memenuhi
kebutuhan semua level kepentingan;
c. SID diharapkan dapat memotret kondisi indikator dalam IPD untuk
mengetahui perkembangan desa;
d. Diperlukan kesepakatan mengenai data dasar yang digunakan atau
yang dimuat di dalam SID;
e. Kemendesa PDTT dan Kemendagri perlu kerjasama dengan
Kemenkominfo terkait Penyiapan Sistem Informasi Desa. Apabila
diperlukan dapat di bentuk Pokja tingkat nasional dan selanjutnya
tingkat provinsi dan kabupaten/kota untuk menjawab UU Desa yang
mengamanatkan Kewajiban Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 12
untuk mengembangkan sistem informasi desa dan pembangunan
kawasan perdesaan;
f. Content dan Pemanfaatan Sistem Informasi Desa harus jelas sesuai
dengan penerima manfaatnya. Perlu menyiapkan regulasi dan
kesepakatan tentang siapa yang harus menyiapkan regulasi tersebut;
g. Perlu dilakukan pelatihan bagi Desa sebagai user (pengguna) dengan
mengoptimalkan upaya dari Balilatfo atau Direktorat Teknis. Perlu
diperjelas lagi pembagian peran tersebut agar tidak overlap di
lapangan;
h. Perlu klasifikasi desa-desa yang sudah punya akses di website dan
infrastruktur internet.
5. Rekomendasi dan Tindak Lanjut
Proses harmonisasi dan sinkronisasi Sistem Informasi Desa ini masih harus
dilaksanakan. Kegiatan yang sudah dilaksanakan terkait harmonisasi dan
sinkronisasi Sistem Informasi Desa adalah rapat koordinasi dengan
Kemendesa PDTT, Kemenko PMK, Kemenkominfo dan Kemendagri serta
lembaga non-pemerintah dilakukan melalui rapat bersama. Beberapa
rekomendasi atau kegiatan yang perlu dilakukan terkait harmonisasi dan
sinkronisasi Sistem Informasi Desa antara lain:
a. Diperlukan rapat atau workshop lanjutan untuk menghasilkan sistem
informasi desa yang sederhana dan mudah dilakukan perbaikan untuk
mengisinya;
b. Harus ada kesepakatan platform/protokol untuk mensinergikan semua
sistem yang telah ada;
c. Diperlukan rapat bersama antara Kemendesa PDTT, Kemendagri,
Kemenkominfo dan Bappenas untuk membahas lebih lanjut terkait
sinkronisasi Sistem Informasi Desa yang terintegrasi;
d. Perlu ada surat edaran bersama Kemendagri, Kemendesa PDTT dan
Kemenkominfo dengan tembusan ke Bappenas terkait Pokja Pusat
Sistem Informasi Desa;
e. Perlu ada regulasi dari Kemenkominfo dan Kemenkopolhukam
mengenai Penyusunan dan Pengembangan Sistem Informasi Desa
serta batasan content-nya.
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 13
3.1.1.2. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
1. Latar Belakang
Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (selanjutnya disebut BUMDes)
bertujuan sebagai lokomotif pembangunan ekonomi lokal tingkat desa.
Pembangunan ekonomi lokal desa ini didasarkan oleh kebutuhan, potensi,
kapasitas desa, dan penyertaan modal dari pemerintah desa dalam bentuk
pembiayaan dan kekayaan desa dengan tujuan akhirnya adalah
meningkatkan taraf ekonomi masyarakat desa. Dasar pembentukan BUMDes
sebagai lokomotif pembangunan di desa lebih dilatarbelakangi pada prakarsa
pemerintah dan masyarakat desa dengan berdasarkan pada prinsip
kooperatif, partisipatif, dan emansipatif dari masyarakat desa.
2. Isu/ Permasalahan
Adapun isu/permasalahan mengenai BUMDes adalah sebagai berikut:
a. Dasar Pendirian BUMDes (Pasal 4) melalui Peraturan Desa tidak
memberikan dasar hukum yang setara dengan Koperasi maupun
Perseroan Terbatas sehingga menghambat dalam proses kerjasama
ekonomi dengan pelaku bisnis dan sangat tergantung dengan keadaan
sosial ekonomi Desa;
b. Kapasitas perangkat desa dalam mengembangkan dan mengoptimalkan
pemanfaatan potensi desa belum merata, masih ada sekitar 73.093 desa
lainnya yang belum memiliki BUM Desa;
c. BUMDes tidak bisa menjawab unit usaha koperasi.
3. Upaya yang dilakukan
Pelaksanaan koordinasi mengenai BUMDes yang terfokus pada temuan kritis
terhadap Permendes No. 4/2015 ini dilakukan dengan bekerja sama antara
KemenPPN/Bappenas, Kemendesa PDTT dan Lembaga Non-Pemerintah
(Mitra KSI) melalui rapat bersama. Langkah-langkah koordinasi tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Rapat Bedah Isu BUMDes
Rapat tersebut dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2016 bersama
dengan AMERTA Social Consulting and Resourcing di Gd. Madiun,
Bappenas. Beberapa hal penting dalam rapat tersebut adalah:
a. Tujuan pendirian BUMDes (Pasal 3) terlalu membebani BUMDes
dan tidak sesuai dengan sistem hukum, posisi kelembagaan,
sumber daya dan kewenangan yang diberikan;
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 14
b. Dasar Pendirian BUMDes (Pasal 4) melalui Peraturan Desa tidak
memberikan dasar hukum yang setara dengan Koperasi maupun
Perseroan Terbatas sehingga menghambat dalam proses
kerjasama ekonomi dengan pelaku bisnis dan sangat tergantung
dengan keadaan sosial ekonomi Desa;
c. Peran Musdes dalam pendirian BUMDes (pasal 5 dan 6) sangat
dasar. Seiring dengan berkembangnya kapasitas dan
kelembagaan Musdes, BUMDes dijadikan target politik sehingga
kelembagaannya menjadi lemah dan rasa kepemilikan masyarakat
juga rendah;
d. Unit usaha BUMDes (Pasal 7) yang berbadan hukum berupa
lembaga bisnis dengan sistem kepemilikan saham dari BUMDes
dan masyarakat berpotensi mematikan nilai-nilai gotong royong,
musyawarah mufakat dan kekeluargaan dan dapat terjadi
dominasi pemegang saham (pengelola BUMDes) terbesar yang
dapat mengabaikan kepentingan penduduk desa secara
keseluruhan;
e. Bentuk Unit Usaha BUMDes (Pasal 8) meliputi Perseroan
Terbatas dan Lembaga Keuangan Mikro berpotensi merugikan
Desa untuk kehilangan aset-aset Desa atau membuat aset Desa
berpindah tangan apabila mengalami kepailitan atau bangkrut. Hal
itu juga dapat mengarah pada tindak pidana korupsi (UU
No.20/2001 tentang Perubahan UU No.31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi);
f. Permodalan BUMDes (Pasal 18) bahwa BUMDes dapat
melakukan penyertaan modal yang berasal dari tabungan
masyarakat dan/atau simpanan masyarakat dimana ini
bertentangan dengan UU No.1/2013 tentang Lembaga Keuangan
Mikro. Penyerahan aset Desa kepada APBDes yang akan
dijadikan modal BUMDes membuat Desa berpotensi kehilangan
banyak aset;
g. Jenis-jenis unit usaha (Pasal 19) yang dapat dijalankan BUMDes
diantaranya adalah air minum Desa dan usaha listrik Desa.
(a) Terkait Air Minum Desa. Padahal pengelolaan sumber daya air
dikembalikan pada BUMN atau BUMD berdasarkan UU
No.7/2004 tentang Sumber Daya Air. Adapun pemerintah
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 15
Desa (Pasal 17) memiliki wewenang dan tanggungjawab yaitu:
(i) mengelola sumber daya air di wilayah desa yang belum
dilaksanakan oleh masyarakat dan/atau pemerintahan di
atasnya dengan mempertimbangkan asas kemanfaatan
umum; (ii) menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan
ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber daya air yang
menjadi kewenangannya; dan (iii) memenuhi kebutuhan pokok
minimal sehari-hari warga desa atas air sesuai dengan
ketersediaan air yang ada.
(b) Terkait usaha listrik Desa. Usaha listrik Desa wajib memiliki
izin usaha atau izin operasi serta wajib memenuhi ketentuan
keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana tertuang dalam
UU No.30/2009 tentang Ketenagalistrikan.
2) Rapat Koordinasi BUMDes
Rapat Pembahasan BUMDes tersebut dilaksanakan pada hari Jumat
tanggal 16 September 2016 yang bertempat di Bappenas bersama
dengan Kemendesa PDTT.
Gambar 3.1. Proses Diskusi Rapat Koordinasi BUMDes
Sumber: Dokumentasi Subdit Perdesaan, Direktorat DTTP, Kementerian
PPN/Bappenas, 2016
Beberapa hal penting pada rapat tersebut adalah:
a. BUMDes merupakan salah satu Program Unggulan dari
Kemendesa PDTT pasca pergantian Menteri Desa pada
pertengahan tahun 2016;
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 16
b. BUM Desa dan koperasi diarahkan sebagai penggerak ekonomi
desa, untuk desa yang telah memiliki koperasi yang aktif
sebenarnya tidak masalah meskipun tidak memiliki BUM Desa;
c. Pendampingan Desa pada tahun 2017 diharapkan siap untuk
mengawasi BUMDes yang telah berjalan maupun menjadi salah
satu inisiator pembentukan BUMDes di lokasi tugasnya;
d. Target BUMDes pada tahun 2016 adalah 600 BUMDes, namun
karena ada penghematan, maka menjadi 300 Bumdes di 2016,
kemudian rencana di tahun 2017 menjadi 1200 BUMDes, semoga
dapat tercapai.
3) Rapat Bersama BUMDes
Rapat Bersama BUMDes tersebut khusus untuk membahas isu-isu
BUMDes dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2016 di Ruang 204 Gd.
Madiun Bappenas yang dihadiri oleh Kemendesa PDTT, Kemendagri,
Kemenko PMK, dan Kemenkeu. Beberapa hal penting pada rapat
tersebut adalah:
a. UU Desa sudah dua tahun berjalan, namun arah pengembangan
BUMDesa masih belum jelas baik dari segi regulasi maupun dari
segi implementasi di lapangan;
b. Sinergitas antara BUMDes dan koperasi di level pemerintah masih
menjadi hal yang diperdebatkan, “Bentuk BUMDes” itu sendiri
yang pengembangannya hampir sama dengan BUMD dan BUMN
relatif kurang sesuai dengan prakarsa masyarakat sehingga ada
sedikit kekhawatiran mengenai BUMDes ini yang bisa saja
dikuasai oleh orang kaya yang seolah-olah membeli saham
BUMDes. Selain itu, hal tersebut dapat membingungkan di
lapangan terutama bagi Pemerintah Desa sebagai salah satu
kunci penggerak BUMDes maupun koperasi. Maka dari itu perlu
ada sinergi antara koperasi dan BUMDes.
4) Rapat Sinergi BUMDes dan Koperasi
Rapat tersebut diinisiasi dari hasil rapat sebelumnya mengenai isu sinergi
BUMDes dan Koperasi. Rapat tersebut dilaksanakan pada hari Rabu
tanggal 14 Desember 2016 yang dihadiri oleh Kemendesa PDTT,
Kemenkop, dan Mitra KSI (Akatiga, IRE, Puskapol UI, SMERU).
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 17
Gambar 3.2. Proses Diskusi Rapat Sinergi BUMDes dengan
Koperasi
Sumber: Dokumentasi Subdit Perdesaan, Direktorat DTTP, Kementerian
PPN/Bappenas, 2016
Beberapa hal penting dalam rapat tersebut adalah:
a. Mitra KSI berpandangan bahwa menyatukan dua badan hukum
(BUMDesa dan Koperasi) akan sulit namun bisa disinergikan.
Alternatif menggunakan bentuk holding dipandang tidak menjadi
pilihan mengingat karakternya yang seperti pengelolaan perusahaan,
di mana terdapat perusahaan induk dan perusahaan anak. Hal ini
agak sulit diterapkan bagi hubungan antara keduanya. Karenanya,
pilihan yang mungkin dilakukan adalah;
(1) Masing-masing berjalan sesuai mandatnya;
(2) Saling penyertaan modal
b. Berdasarkan pengalaman di lapangan yang dilakukan oleh mitra-
mitra KSI, beberapa hal penting yang perlu menjadi pertimbangan
adalah:
(a) Bahwa BUMDesa atau koperasi adalah hanya pilihan. Masih
banyak kegiatan-kegiatan atau unit-unit usaha ekonomi lainnya
yang ada di desa (seperti kelompok tani), yang terbukti juga
berhasil dalam memberdayakan ekonomi lokal;
(b) Inisiatif untuk membentuk BUMDesa, koperasi, kelompok tani,
atau lainnya itu haruslah datang dari warga desa sendiri
berdasarkan kebutuhan atas permasalahan yang ada. Karenanya
pemahaman atas konteks lokal menjadi penting;
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 18
(c) Adanya tokoh atau champion yang memiliki jiwa kewirausahaan
sosial dan pemahaman atas mata rantai ekonomi di desa menjadi
penting. Konsep kewirausahaan sosial (social entrepreneurship)
menjadi penting agar kegiatan ekonomi tidak semata untuk
menghasilkan keuntungan/profit namun juga memberikan manfaat
bagi seluruh warga desa;
(d) Keberadaan lembaga keperantaraan yang memahami mata rantai
ekonomi dalam konteks lokal juga akan sangat membantu
sehingga kegiatan ekonomi yang dilakukan warga desa dapat
terus berkembang;
(e) Legalitas/status hukum dari BUMDesa juga perlu diperjelas.
4. Saran dari Bappenas
Saran Bappenas terhadap BUMDes yang merupakan amanat dari UU 6/14
tentang Desa yang adalah sebagai berikut:
a. BUMDes dan Koperasi tidak dapat diintegrasikan dan disinergikan,
namun di dalam pelaksanaannya desa diberikan pilihan – pilihan yang
dapat menyesuaikan kebutuhannya (BUMDes atau Koperasi).
b. Pemilihan unit kegiatan ekonomi di tingkat lokal desa dalam bentuk
BUMDesa, koperasi, atau unit ekonomi lainnya hendaknya memiliki
sejumlah syarat berikut untuk dapat berjalan dengan baik:
(a) Adanya partisipasi warga;
(b) Adanya aktor inisiator (champion) yang bekerjasama dengan
masyarakat, pemerintah desa dan pemerintah daerah;
(c) Pengelolaan dengan keterampilan yang memahami
kewirausahaan sosial (social entrepreneurship) dan business
process;
(d) Memiliki pemahaman atas permasalahan di tingkat lokal (problem-
driven);
(e) Memiliki pemahaman atas konteks kawasan yang perlu juga
dipertimbangkan;
(f) Memiliki business model;
(g) Memiliki aspek pengaman (safeguarding) seperti kepercayaan
(trust) dan akuntabilitas;
(h) Adanya tata kelola yang baik (good governance);
(i) Adanya manajemen aset di desa yang bisa dimanfaatkan;
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 19
(j) Dilakukan secara bertahap (staging) sesuai konteks lokal dan
kekhasan masing-masing wilayah (asimetris).
5. Rekomendasi dan Tindak Lanjut
Berikut merupakan tindak lanjut yang harus dilakukan:
a. Kementerian PPN/BAPPENAS berkoordinasi dengan Kemendesa
PDTT dan pemangku kepentingan terkait untuk melakukan
penyempurnaan Regulasi Permendes No.4/2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran BUMDes;
b. Pengawasan bersama di daerah dan desa perlu dilakukan oleh
Kemendesa PDTT, Kemendagri dengan OJK terkait penggunaan
aset Desa dan Dana Desa untuk BUMDes;
c. Kementerian PPN/BAPPENAS berkoordinasi dengan Kemendesa
PDTT, Kemendagri, Kemenkop UKM, OJK, Kementerian Sektor
terkait untuk merumuskan bersama mengenai bentuk badan hukum
dari BUMDes yang dapat meningkatkan perekonomian desa namun
tetap memperhatikan kesejahteraan masyarakat desanya;
d. Kemendesa PDTT dan Kemendagri mendorong Pemerintah Daerah
bekerjasama dengan Perguruan Tinggi, Lembaga Non-Pemerintah
dan Swasta untuk melakukan pembinaan dan pengembangan
BUMDes.
3.1.1.3. Keuangan Desa Termasuk Dana Desa
1. Latar Belakang
Menurut UU Desa, keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban
desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan
barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa.
Hak dan kewajiban ini menimbulkan pendapatan, belanja, dan pembiayaan
yang perlu diatur dalam pengelolaan keuangan desa yang baik.
Berbicara tentang keuangan desa, saat ini desa memiliki UU No. 6
Tahun 2014 tentang menyebutkan bahwa pendapatan desa tidak hanya dari
APBN (Dana Desa), akan tetapi terdapat sumber-sumber pendapatan desa
lainnya seperti Pendapatan Asli Desa, bagian dari hasil pajak daerah dan
retribusi daerah Kabupaten/Kota, ADD yang merupakan bagian dari dana
perimbangan yang diterima Kabupaten/kota, bantuan keuangan dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota, hibah dan sumbangan
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 20
yang tidak mengikat dari pihak ketiga serta lain-lain pendapatan desa yang
sah. Dengan adanya beberapa sumber dana tersebut, maka mengaturnya
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa disebutkan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa (APB Desa) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah.
2. Isu/Permasalahan
Adapun isu/permasalahan mengenai Keuangan Desa adalah sebagai berikut:
a. Formula Pengalokasian Dana Desa 90:10 belum memperlihatkan
pemerataan dan keadilan dari sisi beban kerja pembangunan. Masih
diperlukan upaya distribusi dan alokasi Dana Desa yang afirmatif;
b. Sebagian daerah belum memasukkan Dana Desa dalam APBD induk;
c. Sebagian daerah terlambat menetapkan perbup/perwali tentang Dana
Desa per Desa;
d. Transfer Dana Desa dari RKUD ke Rekening Desa belum dilakukan
tepat waktu;
e. Penggunaan Dana Desa belum sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Desa;
f. Sebagian Daerah harus mengubah penetapan alokasi Dana Desa per
Desa karena jumlah dan atau nama berbeda dengan yang ditetapkan
dalam Permendagri;
g. Beberapa Desa belum mengenal perbank-an (tidak mempunyai
Rekening Desa);
h. Belum semua Kab/kota mengalokasikan ADD, bagian dari PDRD
sesuai dengan ketentuan (10%);
i. Inventarisasi Aset Desa belum dilakukan secara optimal;
j. Pengelolaan Keuangan Desa termasuk Dana Desa yang belum
optimal, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban.
3. Upaya yang dilakukan
Pelaksanaan koordinasi mengenai Keuangan Desa termasuk Dana Desa ini
dilakukan dengan bekerja sama antara KemenPPN/Bappenas dan
Kemendesa PDTT melalui rapat bersama. Langkah-langkah koordinasi
tersebut sebagai berikut:
1) Rapat Formula Dana Desa
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 21
Rapat tersebut dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 2016 di SG. 3
Bappenas yang dihadiri oleh Kementerian Keuangan, kemendesa PDTT,
World Bank, Smeru dan Artikel 33 dan Asian Fondation dengan fokus
terhadap formula dana desa yang terhadap masyarakat miskin (pro-poor).
Gambar 3.3. Proses Diskusi Formula Dana Desa
Sumber: Dokumentasi Subdit. Perdesaan, Direktorat DTTP, Kementerian
PPN/Bappenas, 2016
Beberapa hal penting di dalam rapat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengalokasian Dana Desa saat ini belum berpihak pada rakyat
miskin. Berdasarkan analisa World Bank dengan menggunakan
data tingkat desa dengan sample 23.170 desa dari 149 kab/kota
yang tersebar di 30 Provinsi di Indonesia masih terjadi ketimpangan
antardesa, yakni memiliki kecenderungan desa – desa yang sudah
berkembang menerima dana desa lebih besar, belum
mempertimbangkan aspek penduduk dan penduduk miskin;
b. Ketimpangan sumber fiskal bahkan terjadi antar desa dalam satu
kecamatan. Contoh kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul
tahun 2016. Menurut World Bank, apabila formula dana desa
seperti ini dilanjutkan, ketimpangan kualitas dan kuantitas
pelayanan publik tingkat desa akan semakin melebar. Selanjutnya,
apabila perubahan tidak dilakukan pada TA 2017 maka “biaya”
perubahan pada TA 2018 dan selanjutnya akan lebih besar (seperti
menerapkan kondisi “hold hamless” bagi desa yang mengalami
penurunan dana desa. Berikut merupakan hasil simulasi DD oleh
World Bank:
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 22
Gambar 3.4. Simulasi Dana Desa
Sumber: Hasil Analisa World Bank, 2016
Penjelasan gambar 3.4. Simulasi Dana Desa oleh World Bank:
Jika bobot AD diturunkan sampai 50% (bobot AF dinaikan
sampai 50%), maka pada TA 2017 tidak akan ada desa
yang menerima DD per desa yang lebih kecil dari DD per
desa TA 2016;
Namun pada komposisi AD-AF sebesar 40-60, akan
terdapat desa yang mengalami penurunan DD per desa
dibanding DD per desa TA 2016;
Untuk memastikan tidak terdapatnya desa yang
mendapatkan DD yang lebih rendah (dari TA 2016), rentang
Penurunan bobot AD TA 2017 dapat diturunkan sampai
dengan 50%.
c. Beberapa rekomendasi kebijakan yang ditawarkan pada formula
tersebut adalah; (1) perlunya perubahan paradigma dalam
mengalokasiakan dana desa dari “sama per desa” menjadi “sama
per penduduk desa” untuk meningkatkan dampak terhadap
kesejahteraan penduduk desa, termasuk penduduk miskin; (2)
perubahan formula dana desa perlu dilakukan pada TA 2017
dengan memanfaatkan kesempatan pertumbuhan pagu dana desa
yang tinggi pada TA 2017, sehingga dapat
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
Rp.M
iliar
Desa(DiurutkandariDesaPenerimaDDTerkecilkeTerbesar)
DD16_9010
DD17_9010
DD17_8020
DD17_7030
DD17_6040
DD17_5050
DD17_4060
DD17_3070
DD17_2080
DD17_1090
DD17_0100
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 23
meminimasi/menghindari desa mengalami penurunan dana desa.
Rekomendasi tersebut dapat ditempuh dengan: Proporsi komponen
AD (alokasi dasar) dapat diturunkan sampai dengan 50 persen,
penurunan proporsi komponen AD (alokasi dasar) dapat diikuti
dengan peningkatan bobot faktor penduduk dan penduduk miskin
dalam komponen AF;
d. Analisa yang dilakukan oleh World Bank terhadap Dana Desa
diperkuat dengan temuan oleh Asian Fondation yang menyatakan
apabila formula penyaluran dana desa tetap 10:90 untuk formula
dibandingkan alokasi dasar, maka diindikasikan Jawa dan Bali
akan tetap dominan dan akan terjadi ketimpangan terhadap
penyaluran dana desa antardesa serta tidak pro penduduk miskin;
e. Namun berbeda dengan Kementerian Keuangan yang menyatakan
bahwa Formula Khusus 10% dan Alokasi Dasar 90% merupakan
formula paling ideal untuk menerjemahkan asas pemerataan dan
keadilan. Pertimbangan ini juga dipertahankan untuk
mengamankan janji presiden rata-rata 1 desa 1 Miliiar.
2) Rapat Pengawalan Bersama Dana Desa
Rapat tersebut dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2016 di SG. 3
Bappenas yang dihadiri oleh Kementerian Keuangan, Kemendesa PDTT,
Kemenko PMK dan KPK dengan fokus terhadap isu-isu Dana Desa di
lapangan. Berikut merupakan dokumentasi kegiatan rapat:
Gambar 3.5. Proses Diskusi Pengawalan Dana Desa
Sumber: Dokumentasi Subdit. Perdesaan, Direktorat DTTP, Kementerian
PPN/Bappenas, 2016
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 24
Beberapa hal penting mengenai Dana Desa yang dibahas dalam rapat
tersebut adalah:
a. KPK menemukan beberapa kasus mengenai Dana Desa di lapangan,
diantaranya:
(a) Adanya keluhan dari masyarakat yang disebabkan oleh informasi
pagu indikatif yang mengalami keterlambatan, sehingga
berdampak pada keterlambatan di dalam penyusunan RAPBDes
dan dokumen lainnya yang menunjang administrasi;
(b) Ada kecenderungan minimnya peran BPMPD di dalam mengawal
Pemanfaatan Dana Desa;
(c) Masih banyak desa yang belum menggunakan Siskeudes;
(d) Beberapa desa masih belum paham mengenai penggunaan Dana
Desa;
(e) Adanya kecenderungan keterlambatan penyaluran Dana Desa di
beberapa daerah diakibatkan oleh ketidakpahaman mengenai
mekanisme pencairan dana desa, seperti untuk mencairkan dana
desa tahap II, pemerintah desa memaksimalkan penyerapan
terlebih dahulu untuk kemudian mengajukan lagi, padahal sudah
dijelaskan dalam regulasinya bahwa sekurang-kurangnya 50%
dana desa di tahap I sudah bisa dicairkan untuk tahap
selanjutnya;
(f) Pendamping desa belum memiliki fungsi optimal di dalam
masyarakat desa. Di lapangan banyak pendamping desa yang
hanya mengecek laporan tapi tidak “mendampingi”. Maka dari itu
komunikasi BPMPD dengan pendamping desa dan masyarakat
desa menjadi sangat penting.
b. Beberapa bentuk intstrumen pengawasan terhadap Dana Desa sudah
dilakukan oleh pusat, seperti Siskeudes, SILPA, APIP dan
sebagainya. Maka dari itu, sedapat mungkin terciptanya sinergitas
insrumen (Siskeudes, SILPA, APIP) dalam menilai dan mengevaluasi
Dana Desa ini, agar proses pengawasan menjadi lebih efekti, efisien
dan terintegrasi;
c. “Pendayagunaan Teknologi” sebagai salah satu strategi dan aksi
dalam menangani masalah arus informasi ke desa sudah menjadi
keharusan, karena desa juga seharusnya sudah harus “melek
teknologi”.
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 25
3) Rapat Koordinasi Dana Desa
Rapat tersebut dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2016 di Bappenas
yang dihadiri oleh Kemenko PMK, Kemenkeu, Kemendagri dan
Kemendesa PDTT. Beberapa point penting pada rapat tersebut adalah:
a. Jumlah desa pada tahun 2015 sebanyak 74.093 desa
(Permendagri No. 39/2015), dan berdasarkan Permendagri
56/2015 naik sebanyak 661 sehingga pada tahun 2016 sebanyak
74.754 desa dan pada tahun 2017-2019 diperkirakan jumlah desa
sedanyak 74.954 desa. Dapat dlihat bahwa terdapat tendensi
jumlah desa ini semakin bertambah setiap tahunnya salah satunya
disebabkan oleh perubahan “jorong” menjadi “desa”, maka dari itu
perlu mendorong Kementerian Dalam Negeri untuk membuat
rancangan Peraturan Presiden mengenai moratorium jumlah desa,
karena kondisi ini berdampak pada pembengkakan alokasi Dana
Desa dan target pencapaian (janji presiden) 1 miliar per desa;
b. Saat ini formula yang digunakan untuk Alokasi Dana Desa adalah
90/10 masih dipukul untuk semua desa (belum asimetris), maka
dari itu diperlukan reformulasi Dana Desa.
4. Saran dari Bappenas
Dari beberapa isu mengenai keuangan desa termasuk dana desa di atas,
maka Bappenas memberikan masukan saran sebagai berikut:
a. Sebagai masukan terhadap formula Dana Desa yaitu Dana Desa
dibagi dari pagu total menjadi 3 (tiga) kategori alokasi (berapa persen
untuk desa maju, desa berkembang maupun desa tertinggal), dengan
catatan desa tertinggal pasti akan mendapatkan porsi yang lebih besar
dan disetiap kelompok desa mandiri standar deviasinya kecil. Setelah
itu kemudian diformulasikan kembali dengan bobot wilayah, misal
alokasi dana desa untuk desa tertinggal di Papua akan berbeda atau
lebih banyak dengan desa tertinggal di Jawa. Diharapkan dengan
adanya Dana Desa akan lebih banyak kesempatan kerja di desa,
kemudahan akses, sehingga membuat penduduk desa tidak mudah
pindah ke kota dan dapat mengurangi kesenjangan wilayah;
b. Pemda perlu diberikan reward dan funishment terkait Alokasi Dana
Desa, termasuk bagi hasil pajak dan retribusi serta pembantuan
keuangan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/ Kota;
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 26
c. Peningkatan kapasitas oleh pemdes dalam rangka peningkatan
PADes dan lain – lainnya;
d. Dari beberapa isu terkait Dana Desa yang telah dijabarkan di atas,
maka perlu disusun SKB 4 Menteri sebagai ganti SKB 3 Menteri,
sebagai tambahan adalah Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas. Diharapkan Dana Desa tepat sasaran dan juga
dapat menjawab berbagai persoalan sosial yang dihadapi oleh
masyarakat antara lain pencegahan children stunting dan pemenuhan
akses infrastruktur sosial dasar seperti air bersih dan sanitasi.
5. Rekomendasi dan Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut, untuk mewujudkan koordinasi di dalam pengoptimalan
dana desa, maka beberapa kegiatan di bawah ini harus dilaksanakan:
a. Reformulasi Dana Desa yang lebih asimetris dan afirmatif, yaitu
formula pengalokasian Dana Desa perlu dirumuskan kembali dan
disimulasikan bersama dengan Kemenkeu, Kemendesa PDTT dan
Kemendagri, dengan sejak awal menentukan total dana desa secara
nasional dibagi menjadi (a) besaran alokasi dasar yang akan akan
dibagikan secara normal untuk seluruh desa dan juga (b) besaran
alokasi yang merepresentasikan pemihakan bagi desa-desa
tertinggal saja ataukah bagi desa-desa tertinggal dan desa-desa
berkembang;
b. Diperlukan pengintegrasian dalam penatausahaan dan laporan dari
keuangan desa agar desa tidak terjebak pada sisi administrative
saja, akan tetapi bisa lebih fokus pada pembangunan dan
peningkatan kesejahteraan desanya.
c. Penyempurnaan Penyusunan SKB 4 Menteri. Adapun Draft SKB 4
Menteri terlampir.
3.1.1.4. Pendampingan Desa
1. Tujuan Pendampingan Desa
Di dalam Permendesa, PDT dan Transmigrasi No. 3/2015 tujuan
pendampingan desa adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kapasitas, efektivitas dan akuntabilitas pemerintahan
desa dan pembangunan Desa;
b. Meningkatkan prakarsa, kesadaran dan partisipasi masyarakat Desa
dalam pembangunan desa yang partisipatif;
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 27
c. Meningkatkan sinergi program pembangunan Desa antarsektor;
d. Mengoptimalkan aset lokal Desa secara emansipatoris.
2. Isu/Permasalahan
Pendamping (profesional) tidak optimal mendampingi desa-desanya
dikarenakan:
a. Kualitas pendamping belum optimal;
b. Adanya duplikasi tugas antara Pendamping Desa (bertempat di
kecamatan) dengan Pendamping Lokal Desa (PLD) yang
berkedudukan di Desa;
c. Koordinasi Pengelolaan Pusat (antar Kementerian/Lembaga) dalam
menjalankan amanat pendampingan belum terbangun;
d. Adanya pelaksanaan tugas yang tumpang tindih antara PLD dengan
KPM (Kader Pemerintahan Masyarakat desa);
e. Koordinasi Pengelolaan Pusat - Daerah dalam pendampingan belum
terbangun;
f. Adanya lokasi Desa yang secara geografis sulit dijangkau
pendamping;
g. Belum adanya identifikasi desa-desa yang memerlukan
pendampingan secara intensif dengan desa-desa yang sudah tidak
memerlukan pendampingan secara intensif;
h. Pedoman Teknis Acuan Pendamping memuat tugas yang sangat
banyak;
i. Belum adanya Road Map pendampingan desa
3. Upaya yang dilakukan
1) Rapat Pendampingan Desa Rawan Bencana
Rapat dilaksanakan di Gedung Madiun Lantai 4 pada tanggal 16
Agustus 2016 dan dihadiri oleh Kemenko PMK, Kemendesa PDTT
dan BNPB.
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 28
Gambar 3.6. Proses Diskusi Pendampingan Desa Rawan Bencana
Sumber: Dokumentasi Subdit Perdesaan, Direktorat DTTP, Kementerian
PPN/Bappenas, 2016
Beberapa poin penting pada rapat tersebut adalah:
a. Pengembangan Desa Tangguh Bencana merupakan salah
satu strategi nasional yang diturunkan dari sasaran nasional
dalam RPJMN 2015 – 2019 yakni menurunnya indeks risiko
bencana pada pusat-pusat pertumbuhan yang berisiko tinggi;
b. Total Desa Tangguh Bencana pada tahun 2012 – 2016 telah
mencapai 378 desa yang tersebar di 136 kabupaten/kota di
Indonesia dan berdasaarkan wilayah kepulauan Papua, Jawa-
Bali, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan
Sumatera yang memiliki risiko bencana paling tinggi;
c. Salah satu kegiatan dalam program desa tangguh bencana ini
adalah pengerahan fasilitator sebanyak 2 (dua) orang ke
masing-masing desa (1 fasilitator profesional, 1 fasilitator dari
desa terkait);
d. Kemendesa PDTT akan mencantumkan indikator tentang desa
tangguh bencana salah satunya dalam modul pendampingan;
2) Rapat Bersama Pendampingan Desa dan Dana Desa
Rapat dilaksanakan di Bappenas pada tanggal 16 September 2016
dan dihadiri oleh Kemendesa PDTT dan Kemenkeu. Maksud dari
rapat ini adalah melihat perkembangan konsep pendampingan desa
yang dilaksanakan oleh Kemendesa PDTT. Beberapa masukan
penting di dalam rapat adalah sebagai berikut:
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 29
a. Struktur pendampingan saat ini masih meng-capture
pendampingan dari PNPM, harus ada analisa beban dan tugas
pendampingan terkait dana desa;
b. Proporsi dekon tentang pendampingan telah dilakukan namun
belum ada kajian lebih lanjut terkait kondisi geografis. Empat
tenaga ahli di kabupaten dan untuk dua pendamping desa
(pendamping pemberdayaan dan infrastruktur).
3) Rapat Koordinasi Pendampingan Desa
Rapat dilaksanakan di Gedung Madiun Lt. 4, Ruang Rapat. 204 pada
tanggal 19 September 2016 dan dihadiri oleh Kemendesa PDTT dan
Kemenkeu. Maksud dari rapat ini adalah melihat perkembangan
konsep pendampingan desa yang dilaksanakan oleh Kemendesa
PDTT. Beberapa masukan penting di dalam rapat untuk Kemendesa
PDTT adalah sebagai berikut:
a. Kemendesa PDTT dihimbau untuk secepatnya menerbitkan
road map pendampingan desa;
b. Kemendesa PDTT perlu membuat matriks informasi alokasi
pusat dan dekon termasuk untuk pendampingan desa;
c. Di dalam RKA-KL Kemendesa PDTT ditambahkan komponen
baru, yaitu pelaksanaan pendampingan dengan melibatkan
kelompok masyarkat marginal (dalam rangka OGI/Open
Government Indonesia).
4) Rapat Pengawalan Dana Desa oleh Pendamping Desa
Rapat dilaksanakan di Bappenas pada hari Selasa tanggal 11 Oktober
2016 dan dihadiri oleh Kemendesa PDTT. Maksud dari rapat ini
adalah melihat perkembangan konsep pendampingan desa yang
dilaksanakan oleh Kemendesa PDTT. Beberapa hal penting di dalam
rapat adalah sebagai berikut:
a. Mengenai fungsional pendamping. UU No. 6/2014 tentang
fungsi pendampingan utama dilakukan oleh SKPD (Satuan
Kerja Perangkat Daerah) dan dapat dibantu oleh tenga
profesional lainnya. Saat ini Kemendesa PDTT akan
mendesain pengawasan Dana Desa yang dilkukan oleh PNS
desa.
b. Sebagai salah satu masukan, sebaiknya untuk pendampingan
termasuk proses pengawalan dana desa dapat dilakukan oleh
SKPD.
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 30
4. Saran dari Bappenas
Pendampingan desa menjadi bagian penting di dalam pelaksanaan UU No.
6/2014 tentang desa. Maka dari itu, Bappenas memberikan saran terhadap
K/L terkait pendampingan desa, yaitu sebagai berikut:
a. Kedepan diharapkan pendampingan dari Pemerintah Pusat lebih
terintegrasi, sehingga hanya memiliki 1 (satu) Pendamping
Pemerintah. Pendamping tersebut dapat menjadi Pendamping Desa
sekaligus Pendamping setiap program-program kementerian yang
masuk ke desa;
b. Perlu pembagian tugas yang jelas antara pusat dan daerah terkait
pendampingan desa;
5. Rekomendasi dan Tindak Lanjut
Sebagai rekomendasi dan tindak lanjut mengenai isu pendampingan desa
adalah sebagai berikut:
a. Diperlukan penguatan peran Camat sebagai koordinator
pendampingan desa;
b. Pemerintah pusat segera menerbitkan Road Map pendampingan desa
yang memetakan pemenuhan pendampingan desa melalui APBN dan
APBD.
3.1.1.5. Peta Jalan (Road Map) Implementasi UU Desa
1. Latar Belakang
Pembangunan desa dan kawasan perdesaan merupakan program
prioritas pembangunan yang tercermin dari Nawacita ketiga, yakni
membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa. Dalam pelaksanaannya, Undang-Undang No. 6 Tahun 2014
tentang Desa telah disahkan dan menjadi landasan hukum yang menjadi
arah pembangunan desa. UU desa ini telah berjalan selama lebih dari satu
tahun dan mengatur sejumlah peraturan dan tatacara penting dalam
pelaksanaan pembangunan desa dan kawasan perdesaan, termasuk
pengelolaan keuangan desa.
Sebagai tindak lanjut dari UU Desa tersebut, pemerintah sedang
menyusun suatu Road Map atau Peta Jalan tentang Pelaksanaan UU
Desa. Road Map ini diharapkan akan mengatur beberapa hal yang terkait
dengan pelaksanaan UU Desa termasuk dana desa, dalam jangka waktu
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 31
lima (5) tahun. Adapun tujuan dari Road Map ini adalah: Pertama,
memberi ruang implementasi UU Desa di luar target-target afirmatif yang
telah ditetapkan dalam RPJMN. Implementasi UU Desa memiliki wilayah
implementasi yang cukup luas. Selain jumlah yang besar, desa memiliki
karakteristik dan tipologi yang sangat beragam. Kedua, konsolidasi dari
keberagaman pelaku (pemerintah & non pemerintah). Road Map ini
dimaksudkan dapat menjadi instrumen konsolidasi antar pelaku yang
memiliki agenda untuk mendorong pelaksanaan UU Desa secara luas,
baik pihak Pemerintah, Masyarakat Sipil maupun Swasta. Melalui road
map tersebut diharapkan para pihak dapat memberikan kontribusi untuk
mencapai tujuan akhir yang ingin diraih pada tahun 2019. Peta jalan ini
diharapkan dapat menjadi jembatan antara RPJMN dan Rencana Strategis
Kementerian dan Lembaga.
2. Tujuan Penyusunan Road Map
Peta Jalan Implementasi UU Desa disusun untuk memandu
penerapan Undang-Undang Desa. Pertama, memberikan ruang bagi
target-target lain yang telah ditetapkan dalam RPJMN. Kedua,
mengonsolidasi keberagaman program dan pelaku yang disebut dalam
UU Desa, baik pemerintah maupun non-pemerintah. Ketiga, peta jalan ini
memiliki jangkauan yang lebih panjang, yakni untuk 20 tahun ke depan.
Dengan adanya peta jalan ini diharapkan target dan tujuan pembangunan
desa dan kawasan perdesaan menjadi lebih jelas. Melalui dokumen ini, K/L
dan pemerintah daerah dapat memiliki panduan dalam menyusun
Rencana Strategis dan Rencana Kerja, terutama untuk menjembatani
program-program pembangunan desa dan kawasan perdesaan yang
belum tercakup dalam RPJMN.
3. Tahap Pelaksanaan Road Map Impelementasi UU Desa
Peta Jalan implementasi UU Desa membagi empat tahap
pembangunan desa yang masing-masing tahap berjangka waktu lima
tahun. Pembagian ke dalam empat tahapan lima tahunan ini berdasarkan
pada tujuan utama yang hendak dicapai yaitu:
a. Tahap I: 2015-2019, pemenuhan prasyarat desa membangun dan
membangun kawasan perdesaan;
b. Tahap II: 2020-2024, desa sebagai basis lumbung pangan nasional
dan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan;
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 32
c. Tahap III: 2024-2029, desa berketahanan secara sosial budaya,
ekonomi, dan sumber daya manusia;
d. Tahap IV: 2030-2034, kemudahan mobilitas penduduk dan akses pada
pelayanan.
Tahap Pertama Pelaksanaan Road Map Implementasi Undang-
undang Desa, diarahkan pada pemenuhan prasyarat desa membangun
dan membangun kawasan perdesaan. Mendasarkan pada hal tersebut
disusun struktur berpikir sebagai berikut:
a. Tujuan utama Peta Jalan Implementasi UU Desa sebagaimana
dinyatakan dalam UU Desa, yaitu desa yang maju-kuat-mandiri-
demokratis;
b. Platform yang dapat menjadi penopang dari tujuan utama, yaitu tradisi
berdesa, desa yang berketahanan, dan desa yang berdemokrasi
secara inklusif;
c. Dua prinsip dasar (azas) yang menjadi penopang untama Peta Jalan
Implementasi UU Desa, yaitu rekognisi dan subsidiaritas;
d. Enam pilar yang menjadi komponen utama Peta Jalan Implementasi
UU Desa;
e. Masing-masing pilar memiliki pernyataan tujuan berikut indikator
capaian, yang kemudian diikuti pernyataan kebijakan dan rencana aksi
untuk menjalankan kebijakan.
4. Draft Road Map Implementasi UU Desa untuk Tahun 2015 – 2019
Kerangka implementasi UU desa untuk tahun 2015 – 2019
mendasarkan pada 6 pilar dengan berbagai kebijakan pendukung untuk
masing-masing pilarnya. Secara menyeluruh rangkaian pencapaian road
map implementasi undang-undang desa untuk tahun 2015-2019 dapat
dilihat dalam bagan berikut:
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 33
Gambar 3.7. Bagam Road Map Implementasi UU Desa tahun 2015 –
2019
Dari seluruh kebijakan pendukung pilar sebagaimana dikemukakan di
atas, ada beberapa kebijakan yang sangat penting untuk segera
diimplementasikan pada tahun 2016 – 2019 yaitu:
a. Memperkuat koordinasi antar kementerian/lembaga;
b. Paket kebijakan untuk pemenuhan, penyederhanaan, dan percepatan
penyaluran dan penggunaan DD dan pendapatan desa yang
bersumber dari daerah;
c. Memperkuat kapasitas pemerintahan desa dan kabupaten;
d. Percepatan penetapan kewenangan desa oleh kabupaten dan desa;
e. Penetapan yurisdiksi desa di kawasan hutan dan perkebunan;
f. Kebijakan afirmasi untuk memperluas kesempatan bagi pengukuhan
desa adat;
g. Percepatan peraturan daerah dan/atau peraturan kepala daerah
provinsi/kabupaten untuk mendukung implementasi UU Desa;
h. Insentif untuk mendorong desa dan kawasan perdesaan untuk
mengembangkan pelayanan sosial dasar, infrastruktur dasar, dan
gerakan desa sebagai lumbung ekonomi;
i. Memastikan skema dan ketersediaan anggaran untuk pendampingan
desa.
Implementasi kebijakan dan program perlu didukung oleh kerangka
regulasi, kerangka pendanaan dan kerangka kelembagaan. Terkait
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 34
dengan kerangka peraturan untuk implementasi UU Desa, maka perlu
segera dilakukan langkah-langkah berikut:
a. Melakukan kajian cepat terhadap peraturan pelaksanaan undang-
undang yang berpotensi mengatur desa secara berlebihan sehingga
mengurangi asas rekognisi, subsidiaritas, dan keberagaman desa;
b. Melakukan kajian terhadap peraturan yang berpotensi tumpang tindih,
atau bahkan saling bertentangan, yang membingungkan daerah dan
desa dalam implementasi UU Desa;
c. Melakukan kajian agar peraturan pelaksanaan UU Desa
mencerminkan semangat asas-asas rekognisi, subsidiaritas dan
keberagaman desa.
Untuk mempercepat regulasi di tingkat daerah, pemerintah pusat
perlu mengembangkan insentif dan disinsentif bagi pemerintah daerah
yang telah atau belum mengeluarkan peraturan di tingkat daerah, disertai
dengan pemberian contoh-contoh peraturan daerah. Selain itu perlu juga
mengembangkan kerja sama pemerintah pusat dan daerah untuk
memberikan contoh praktik baik yang dapat ditiru oleh daerah lain.
Sedangkan kerangka pendanaan untuk mendukung implementasi UU
Desa adalah:
a. Kebijakan alokasi APBN yang menjamin desa memiliki sumber
pendapatan yang memadai sebagaimana dimandatkan dalam UU
Desa;
b. Kebijakan yang menjamin kabupaten/kota dapat mengalokasikan dan
menyalurkan ADD ke desa;
c. Dukungan pendanaan kepada K/L untuk peningkatan kapasitas dan
pendampingan terhadap kabupaten/kota dan desa;
d. Kebijakan mengenai pedoman belanja dan pengelolaan keuangan
desa yang terintegrasi;
e. Memastikan K/L dan pemerintah daerah tidak mengalokasikan
anggaran belanja skala lokal desa, kecuali untuk kebutuhan afirmasi.
Secara kelembagaan, Implementasi UU Desa bertumpu pada
kemampuan kelembagaan desa, yaitu pemerintahan desa, Badan
Permusyawaratan Desa (BPD), lembaga kemasyarakatan/adat desa, dan
organisasi berbasis komuntias desa (organisasi petani, pengrajin,
perempuan, dll.). Lembaga-lembaga ini merupakan subjek dan pemangku
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 35
utama penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan,
dan kegiatan kemasyarakatan. Dengan demikian, kemajuan desa sangat
bergantung pada kapasitas dari kelembagaan desa. Maka, peran aktor-
aktor luar, terutama kelembagaan pemerintah di tingkat makro maupun
meso, adalah mengadvokasi, memfasilitasi dan memperkuat lembaga-
lembaga desa agar dapat berfungsi.
Peta Jalan Implementasi UU Desa adalah dokumen yang bersifat
inklusif. Untuk itu kepedulian aktor-aktor negara – pemerintah pusat,
provinsi, kabupaten – dan di luar negara sangat penting agar peta jalan ini
dapat dilaksanakan. Peta jalan ini merupakan dokumen yang hidup.
Artinya, mungkin saja kelak berubah dalam aspek kebijakan dan rencana
aksi untuk mengantisipasi perkembangan situasi.
Diskusi dan diseminasi peta jalan dengan K/L relevan, lembaga
swadaya masyarakat, entitas usaha (BUMN dan swasta nasional-asing
yang memiliki kepentingan dan kepedulian terhadap desa) menjadi penting
untuk dilaksanakan. Proses ini dilakukan untuk menjalin kesepakatan-
kesepakatan mengenai kebijakan dan rencana aksi yang perlu dilakukan
segera agar dapat diperkuat. Selain itu, langkah-langkah K/L perlu
dikonsolidasikan oleh kementerian yang menjalankan urusan perencanaan
dan kementerian yang menjalankan fungsi koordinasi.
5. Implementasi Road Map Indeks Desa dalam RKP K/L dan Rencana
Kerja Daerah
Karena sifatnya yang inklusif, maka dokumen Road Map
Implementasi UU Desa seharusnya menjadi pedoman atau rujukan setiap
K/L yang relevan, pemerintah daerah, desa, dan aktor-aktor di luar negara
yang berkontribusi pada desa. Namun, dokumen ini bukan merupakan
pengganti dari dokumen perencanaan yang telah ada. Sebab itu,
internalisasi berkas ini ke dalam K/L dan pemerintahan daerah dilakukan
melalui adopsi kebijakan dan rencana kerja ke dalam rencana strategis
dan rencana kerja K/L untuk pemerintahan pusat, dan rencana strategis
dan rencana kerja dinas untuk daerah. Internalisasi oleh K/L dan dinas
daerah dilakukan dengan cara memilih rencana aksi dalam peta jalan yang
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi K/L dan dinas daerah.
Dokumen ini juga dapat dirujuk dalam forum-forum musyawarah
pembangunan di tingkat desa, daerah, dan pusat sebagai arahan agar
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 36
program-program pembangunan terintegrasi dalam konteks yang lebih
besar. Sekaligus untuk meletakkan program tahunan dalam pencapaian
jangka menengah dan jangka panjang.
6. Upaya yang dilakukan
Penyusunan Road Map Implementasi UU Desa ini masih harus adanya
penyempurnaan – penyempurnaan, maka dari itu dilakukan rapat – rapat
koordinasi sebagai berikut:
1) Rapat I Penyusunan Draft Road Map Implementasi UU Desa
Rapat dilaksanakan di Bappenas pada tanggal 16 Maret 2016 dan
dihadiri oleh Kemendesa PDTT, Kemenko PMK, KSP, TNP2K,
Kemendagri, Mitra KSI, Smeru dan World Bank. Maksud dari rapat ini
adalah menggali masukan guna penyempurnaan Peta Jalan atau Road
Map tentang pelaksanaan UU Desa. Beberapa hal penting di dalam
rapat adalah sebagai berikut:
a. Road Map ini diharapkan dapat menjadi produk yang
mempunyai landasan hukum dalam bentuk Perpres. Road Map
juga diharapkan menjadi payung juga untuk Indeks Desa yang
mengintegrasikan Indeks Pembangunan Desa (IPD) dan Indeks
Desa Membangun (IDM);
b. Kepemilikan (ownership) dari Road Map ini bukan dari satu K/L
saja namun beberapa K/L terkait pembangunan desa dan
perdesaan;
c. Berikut merupakan kontribusi dari Road Map Implementasi UU
Desa ini:
(a) Sebagai acuan kerangka kelembagaan. Pembagian
wewenang harus jelas.
(b) Sebagai acuan kerangka regulasi. Aturan dari pusat
jangan terlalu mengekang namun juga tidak longgar.
Mungkin bisa memberikan kewenangan yang lebih
untuk daerah. Pusat cukup memberikan norma dan
standar saja.
(c) Sebagai kerangka investasi.
2) Rapat II Penyusunan Draft Road Map Implementasi UU Desa
Rapat dilaksanakan di Aston Sentul Lake Resort pada hari Senin-
Selasa tanggal 19-20 September 2016 dan dihadiri Kemendesa PDTT,
Kemenko PMK, Kemendagri dan Kompak. Maksud dari pelaksanaan
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 37
rapat ini adalah membahas finalisasi Road Map Pembangunan Desa
untuk memandu Implementasi UU Desa.
Gambar 3.8. Proses Diskusi Rapat II Penyusunan Road Map
Implementasi UU Desa
Sumber: Dokumentasi Subdit. Perdesaan, Kementerian PPN/Bappenas,
2016
Beberapa hal penting pada rapat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Ide dibuatnya road map implementasi UU Desa ini untuk
menggambarkan rencana kerja rinci tentang apa yang harus
dilakukan (know how) untuk mencapai target atau sasaran
seperti yang tercantum dalam UU 17/2007 tentang RPJPN, UU
6/2004 tentang Desa, UU 23/2004 tentang Pemerintah Daerah,
serta Perpres 2/2015 tentang RPJMN yang didalamnya memuat
nawa cita dan QW dan program lanjutan selama 5 tahun.
b. Finalisasi road map dilakukan dengan menggali masukan dari
stakeholder kunci seperti Kementenrian Dalam Negeri,
Kementerian Desa PDTT, Kemenko PMK dan Bappenas.
c. Bangunan struktur peta jalan digambarkan seperti bangunan
rumah dengan atap, platform, pilar dan pondasi. Dalam diskusi
terdapat pilihan apakah akan tetap menggunakan bangunan
rumah atau seperti peta.
d. Dari 6 pilar pada awalnya, diusulkan untuk menjadi 5 pilar yang
menggambarkan seperti pancasila. Dengan usulan pilar adalah
3 seperti yang tercantum dalam RPJMN dan 2 lainnya sebagai
bagian dari Cross Cutting Issues yaitu:
1. Pemerintahan Desa dan Peningkatan Kapasitas Fiskal
Desa;
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 38
2. Pembangunan Desa;
3. Pembangunan Kawasan Perdesaan;
4. Pengembangan Ekonomi dan Sumber Daya Alam untuk
Kesejahteraan Desa secara berkelanjutan; dan
5. Peningkatan Kapasitas dan Pemberdayaan.
e. Draft Road map ini memiliki jangkauan untuk 20 tahun kedepan
namun rencana aksinya baru mencakup 2015-2019;
f. Dalam road map perlu dijelaskan tentang gambaran desa
sebagai bagian dari pembangunan kawasan untuk mengurangi
kesenjangan wilayah dan antar pendapatan. Pembangunan
Kawasan Perdesaan (secara economic of scale lebih efisien)
diperlukan untuk mempercepat pembangunan desa dan
kesejahteraan masyarakatnya;
g. Dalam road map perlu ditekankan tentang pentingnya partisipasi
masyarakat (termasuk masyarakat marginal) baik dalam
perencanaan, penganggaran maupun pelaksanaannya;
h. Dalam pengelolaan keuangan desa perlu ditekankan juga
tentang penataan dan pengelolaan aset desa baik yang bersifat
fisik maupun non-fisik termasuk sertifikat kepemilikan aset desa;
i. Perlu segera diputuskan dengan kesepakatan bersama tentang
data Desa dan Indeks tentang Desa. Perlu segera diselesaikan
polemik tentang IPD dan IDM sebagai dasar untuk baseline dan
penghitungan pencapaian sasaran Pembangunan desa seperti
yang tercantum dalam RPJMN;
j. Road map ini harapannya dapat dimanfaatkan oleh berbagai
pihak baik pusat maupun daerah termasuk K/L dan 74.754 desa
di Indonesia yang di koordinasikan pelaksanaannya oleh suatu
tim koordinasi dari Kemenko PMK (yang diatur dalam Kepres).
Harapannya Tim Koordinasi ini dapat memonev dan melaporkan
perkembangan implementasi UU Desa secara berkala kepada
Presiden;
k. Outcome-nya Road map adalah menurunnya 5.000 desa
tertinggal dan meningkatnya 2.000 desa menjadi desa mandiri.
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 39
Namun dalam mencapainya tetap harus memperhatikan aspek
kewilayahan dan mendorong pembangunan desa untuk
mempercepat pelayanan publik;
l. Perlu penyamaan persepsi dan substansi regulasi terkait Desa;
m. Penyiapan Sistem Informasi Desa perlu dimasukkan dalam
agenda Roadmap Pembangunan 2015-2019.
7. Saran dari Bappenas
Adapun beberapa saran atau masukan dari Bappenas adalah sebagai
berikut:
a. Road map ini perlu memasukkan aspek Budaya karena masing-
masing Desa memiliki keberagaman yang sangat kaya dan
memerlukan upaya pelestarian.
b. Road map juga perlu asimetris, yaitu mempertimbangkan aspek
kewilayahan. Road map di Pulau Jawa seharusnya berbeda
dengan road map Papua.
c. Road map ini perlu memasukkan aspek Budaya karena masing-
masing Desa memiliki keberagaman yang sangat kaya dan
memerlukan upaya pelestarian.
8. Rekomendasi dan Tindak Lanjut
Rekomendasi dan tindak lanjut yang harus dilakukan untuk
penyempurnaan road map implementasi UU Desa adalah sebagai berikut:
a. Perlu pembahasan teknis secepatnya untuk sinkronisasi dan
penyempurnaan Indeks sebagai alat ukur untuk penghitungan
sasaran pembangunan Desa. Penyempurnaan ini juga sebagai
bagian dari masukan kepada BPS untuk penyempurnaan PODES
sebagai Data Dasar alat ukur Pembangunan Desa dan Kawasan
Perdesaan;
b. Diharapkan pada Tahun 2017 road map implementasi UU Desa
sudah dapat dijadikan acuan bersama dengan dasar hukum yang
disepakati oleh pemangku kepentingan terkait.
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 40
3.1.2. Koordinasi di Daerah (Pemerintah Daerah)
3.1.2.1. Kunjungan Lapangan Koordinasi Strategis Pembangunan Perdesaan di
Bandung, Provinsi Jawa Barat
1. Latar Belakang
Pembangunan desa dan kawasan perdesaan merupakan agenda
pembangunan yang bersifat lintas sektor, lintas pelaku, baik pusat maupun
daerah. Oleh karena itu, diperlukan upaya sinkronisasi dan koordinasi yang
lebih baik dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi
program-program pembangunan yang terkait dengan pembangunan desa
dan perdesaan. Sehubungan dengan hal tersebut, telah ditetapkan Tim
Koordinasi Pembangunan Desa dan Perdesaan (PDP) yang terdiri dari
Kementerian Lintas Sektor berdasarkan Keputusan Menteri PPN/Kepala
Bappenas No.36/M.PPN/HK/03/2005 Tentang Pembentukan Tim Koordinasi
Strategis Pembangunan Desa dan Perdesaan Tahun 2015 yang tetap
dilaksanakan pada tahun 2016.
Tim Koordinasi PDP ini memiliki tugas, yaitu: (1) melaksanakan
koordinasi, sosialisasi RPJMN 2015-2019, RKP 2017, dan indikatornya
dengan Kementerian/ Lembaga terkait, Pemerintah Daerah, dan para
pemangku kepentingan lainnya dalam upaya mendorong pembangunan desa
dan kawasan perdesaan yang berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa; (2) melaksanakan koordinasi sinkronisasi Indeks
Pembangunan Desa, Indeks Desa Membangun dan indeks desa lainnya.
Sebagai salah satu tugas Tim Koordinasi PDP, yaitu melaksanakan
koordinasi penyusunan, pemutakhiran, dan sinkronisasi Database dan Indeks
Pembangunan Desa (IPD) 2014 dalam rangka pencapaian sasaran
pembangunan desa dalam RKP 2016, maka dilaksanakan harmonisasi dan
sinkronisasi indeks desa yang mencakup Indeks Pembangunan Desa, Indeks
Desa Membangun, dan indeks desa lainnya; Koordinasi dan sinkronisasi
lintas sektor pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa (Regulasi, dan Kewenangan Desa); dan Kunjungan dan diskusi ke 5
provinsi dalam rangka sosialisasi RPJMN 2015-2019, RKP 2017, UU Nomor
6 tahun 2014 tentang Desa, dan diskusi indeks desa, namun di dalam
pelaksanaannya terjadi perubahan lokasi dan pengurangan kunjungan
daerah yang cukup signifikan, dari 5 daerah/provinsi menjadi 1 yaitu Provinsi
Jawa Barat, hal ini dikarenakan adanya penghematan anggaran pada tahun
2016.
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 41
2. Tujuan
Tujuan dari Kegiatan ini adalah:
a. Meningkatkan sinkronisasi kebijakan dan program pembangunan
perdesaan di tingkat daerah;
b. Mengidentifikasi kesiapan desa dalam pelaksanaan undang – undang
desa.
3. Sasaran
Sasarannya kegiatan ini adalah:
a. Terjalin koordinasi yang baik antara pemerintah daerah dengan
pemerintah pusat dalam proses perencanaan pembangunan desa;
b. memperoleh gambaran kesiapan kesiapan daerah dalam pelaksanaan
undang – undang desa.
4. Hasil Kunjungan Lapangan ke Jawa Barat (Bandung)
Adapun hasil koordinasi dengan pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
a. Koordinasi dilaksanakan pada tanggal 19 – 20 Mei 2016 dan dihadiri
oleh Bappeda Provinsi Jawa Barat, Bappeda Kabupaten Bandung dan
Kementerian PPN/Bappenas;
b. Agenda koordinasi meliputi: (1) Sosialisasi dari Bappenas terkait Arah
Kebijakan dan Strategi Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan
dalam RPJMN 2015 – 2019; (2) Sosialisasi dari Kepala Bappeda
Provinsi Jawa Barat mengenai Perkembangan Desa dan Pelaksanaan
Pembangunan Desa sebelum dan setelah UU Desa Nomor 6/2014;
(3) Evaluasi bersama Pelaksanaan dan Permasalahan Pelaksanaan
UU Desa Nomor 6/2014 dan RKPD 2017 di Kabupaten Bandung;
serta Pengisian Kuesioner oleh Pemda Provinsi Bandung (kuesioner
terlampir);
c. Pada kesempatan koordinasi tersebut, Pemerintah (Kementerian
PPN/Bappenas) mensosialisasikan Indeks Pembangunan Desa di
Jawa Barat. Di Jawa Barat, terdapat 1,82 % desa tertinggal,
86,90% desa berkembang dan 11,28 % desa mandiri;
d. Secara umum, pengetahuan Pemerintah Daerah terhadap UU Desa
sudah cukup baik (berdasarkan pengolahan data dari kuesioner
terhadap Pemerintah Jawa Barat);
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 42
e. “Pembangunan Desa dan Kawasan perdesaan sudah masuk pada 37
program dan Kegiatan Unggulan Provinsi Jawa Barat sesuai SK
Gubernur Jawa Barat No.500/Kep/66.Org/2014 kemudian berkaitan
dengan Peraturan lainnya sudah termasuk pada Pergub No. 45 Tahun
2015 tentang Peningkatan Infrastruktur Pedesaan dan Tunjangan
Penghasilan Aparatur Pemerintah Desa.”, namun dalam
pelaksanaannya, Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan di
Jawa Barat seacara umum belum menyisir pada pengentasan
kemiskinan desa terutama konsolidasi pembangunan terhadap desa –
desa tertinggal (berdasarkan status desa).
Gambar 3.9. Koordinasi dengan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat
Sumber: Dokumentasi Subdit. Perdesaan, Kementerian PPN/Bappenas,
2016
3.1.2.2. Konfimasi Status Desa Sasaran Prioritas Nasional
1. Latar Belakang
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015 – 2019
mengamanatkan bahwa Sasaran pembangunan desa dan kawasan perdesaan
adalah mengurangi jumlah desa tertinggal sampai 5000 desa dan
meningkatkan jumlah desa mandiri sedikitnya 2000 desa. Lokasi 5000 desa
dan 2000 desa tersebut sudah teridentifikasi di dalam Indeks Pembangunan
Desa. Dalam rangka peningkatan keterpaduan lintas sektor dan lintas wilayah
dalam rangka Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan, maka diperlukan
adanya sinkronisasi Data Desa sebagai Sasaran Prioritas yaitu 5000 desa
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 43
tertinggal yang berpotensi menjadi desa berkembang dan 2000 desa
berkembang yang berpotensi menjadi desa mandiri.
2. Upaya yang dilakukan
Dalam upaya peningkatan keterpaduan Data Desa sebagai sasaran
pembangunan desa dan kawasan perdesaan, maka Bappenas melakukan
koordinasi dengan Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah)
Provinsi, Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi dan Badan Pusat Statistik
Provinsi melalui surat Konfirmasi Status Desa Nomor 8148/Dt.2.3/10/2016
kepada 33 Provinsi di Indonesia pada tanggal 31 Oktober 2016. Dari 33
Provinsi tersebut, terdapat 5 (lima) provinsi yang sudah menyampaikan
konfirmasi Status Desa melalui surat formal maupun media elektronik, yaitu
Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Lampung, Provinsi Babel
dan Provinsi DIY.
3. Hasil Koordinasi
Kegiatan koordinasi dengan melakukan konfirmasi status desa sebagai
sasaran prioritas, menghasilkan informasi sebagai berikut:
a. Provinsi Jambi:
Tipologi desa di Provinsi Jambi sudah sesuai dengan IPD
b. Provinsi Lampung:
(a) Pemerintah Provinsi Lampung bekerjasama dengan BPS
Provinsi Lampung dalam pemetaan terhadap 2.632 desa dan
menghasilkan Indeks Kemajuan Desa (IKD). Pemetaan tersebut
menggunakan data Potensi Desa Tahun 2014 dengan rincian:
- 391 desa maju,
- 1.049 desa berkembang,
- 12 desa kurang berkembang,
- 380 desa tertinggal.
(b) Berdasarkan data sandingan antara Indeks Pembangunan Desa
(IPD) Kementerian PPN/Bappenas dengan data Indeks
Kemajuan Ddesa (IKD) Provinsi Lampung, diperoleh hasil:
- Terdapat 233 desa tertinggal yang termasuk dalam 346 desa
tertinggal di Provinsi Lampung berdasarkan IPD Provinsi
Lampung;
- Dari 150 desa tertinggal di Provinsi Lampung yang akan
ditetapkan menjadi desa sasaran prioritas desa tertinggal
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 44
yang berpotensi menjadi desa berkembang terdapat 72 desa
yang masuk kategori tertinggal berdasarkan IKD Provinsi
Lampung;
- Dari 63 desa berkembang di Provinsi Lampung yang akan
ditetapkan menjadi desa sasaran prioritas desa berkembang
yang berpotensi menjadi desa mandiri terdapat 33 desa
yang masuk kategori berkembang berdasarkan IKD Provinsi
Lampung.
(c) Provinsi Lampung mengusulkan 7 (tujuh) desa tertinggal di
Provinsi Lampung yang termasuk dalam kategori desa tertinggal
tingkat bawah untuk juga diakomodir sebagai desa sasaran
prioritas nasional.
c. Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Babel dan DIY:
Provinsi tersebut belum bisa memenuhi permintaan untuk klarifikasi
Status Desa, karena masih kebingungan atas acuan dan sandingan
indeks – indeks dari pusat, yaitu terkait indeks desa IPD yang
diterbitkan oleh Bappenas maupun IDM yang diterbitkan oleh
Kemendesa PDTT.
d. Sebanyak 28 Provinsi lainnya masih dalam tahap konfirmasi.
3.2. Pembangunan Kawasan Perdesaan
3.2.1. Keterkaitan Antar Kawasan dalam Pengembangan Wilayah
Keterkaitan antar kawasan dalam pengembangan wilayah, khususnya
dalam konteks kawasan perkotaan dan perdesaan memiliki hubungan yang
sangat kuat, dimana desa dan kawasan perdesaan dipandang sebagai
wilayah produksi yang menyuplai barang-barang primer bagi kota dan
kawasan perkotaan yang terkait secara fungsi dengan desa tersebut.
Keterkaitan antar kawasan tersebut dapat digambarkan melalui ilustrasi di
bawah ini.
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 45
Pusat Pertumbuhan Baru
Gambar 3.10 Keterkaitan Antar Kawasan dalam Pengembangan Wilayah
Kebijakan keterkaitan kota-desa pada hakekatnya ditujukan dalam
rangka pengurangan kesenjangan pembangunan antar wilayah, yang salah
satunya antar wilayah perkotaan dan perdesaan. Kebijakan nasional yang
direncanakan diharapkan dapat menghasilkan pembangunan yang adil dan
sama-sama menguntungkan, baik bagi kota sebagai pusat pertumbuhan dan
desa sebagai kawasan produksinya, hal ini karena selama ini ada banyak
pendapat yang menyatakan desa terlalu banyak dieksploitasi untuk
kebutuhan kota, karena segala proses pengolahan yang bernilai tambah
dilakukan di kota-kota besar. Kebijakan keterkaitan kota-desa diharapkan
dapat menghasilkan pusat-pusat pertumbuhan baru yang dapat dijadikan
alternatif bagi masyarakat luas untuk mendapatkan akses pelayanan dasar
yang lebih baik dan lebih dekat, serta dapat dijadikan tempat industri
pengolahan skala kecil sehingga dapat membawa dampak ekonomi yang
lebih baik bagi masyarakat sekitarnya.
3.2.2. Arah Intervensi Pada Kawasan Perdesaan
Adapun definisi dari kawasan perdesaan di dalam UU Desa adalah
kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan
sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi. Sebagaimana yang telah dijelaskan terdahulu bahwa
pendekatan dalam pelaksanaan kebijakan peningkatan keterkaitan kota-desa
melalui pembangunan kawasan perdesaan/ penguatan pusat-pusat
pertumbuhan yang memiliki program-program pengembangan kawasan
berbasis pertanian, perikanan dan kelautan, pariwisata, dan transmigrasi. Di
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 46
dalam kawasan-kawasan yang akan dikembangkan tersebut terdapat desa-
desa dengan tingkat pembangunan yang berbeda-beda, baik itu desa
tertinggal, desa berkembang, atau desa mandiri, sebagaimana terlihat pada
gambar berikut. Desa-desa tersebut tersebar di dalam masing-masing
kawasan, ataupun di luar kawasan tetapi masih di dalam covered area pusat
pertumbuhan. Pada saat terdapat desa tertinggal atau berkembang di dalam
suatu kawasan, maka intervensi pada desa-desa tersebut dapat digunakan
untuk mencapai target penguatan pusat pertumbuhan pengembangan
keterkaitan kota-desa dan sekaligus mencapai target pembangunan
perdesaan untuk penurunan 5000 desa tertinggal dan peningkatan 2000 desa
mandiri. Arah intervensi program dan kegiatan pembangunan dalam rangka
penguatan pusat pertumbuhan peningkatan keterkaitan kota-desa dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.11 Lingkup Intervensi pada Kawasan Perdesaan
Sehingga, apabila dikaitkan dengan target pembangunan bidang
perdesaan, maka kebijakan peningkatan keterkaitan kota-desa juga memiliki
kontribusi yang tinggi untuk pengentasan 5000 desa tertinggal dan
peningkatan 2000 desa mandiri melalui pembangunan desa tertinggal
sejumlah 357 desa tertinggal untuk menjadi desa berkembang, dan
pencapaian 90 desa berkembang menjadi desa mandiri. Untuk irisan lokasi
sasaran desa pada pusat pertumbuhan dan sasaran desa pada lokasi 5000
desa tertinggal dan 2000 desa mandiri akan dicantumkan pada lampiran.
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 47
3.2.3. Kawasan Perdesaan/Kawasan Pusat Pertumbuhan di dalam RPJMN
2015 – 2019
Berdasarkan dokumen RPJMN Tahun 2015-2019, kebijakan
peningkatan keterkaitan kota-desa memiliki sasaran untuk memperkuat
pusat-pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat
Kegiatan Lokal PKL) dengan target 39 kawasan yang direncanakan selama
kurun waktu 5 tahun ke depan. Apabila dikaitkan dengan target sasaran
RPJMN 2015-2019 bidang pembangunan perdesaan, maka diharapkan
terdapat sejumlah desa di dalam kawasan peningkatan keterkaitan kota-desa
yang juga merupakan target pencapaian penurunan desa tertinggal sampai
dengan 5000 desa dan peningkatan desa berkembang menjadi desa mandiri
sebanyak 2000 desa. Berdasarkan data yang ada saat ini terdapat 357 Desa
tertinggal dan 90 desa berkembang yang telah ditetapkan sebagai bagian
target pencapaian keterkaitan kota dan desa yang juga merupakan target
pembangunan perdesaan. Adapun rincian lokasi pusat pertumbuhan KKD
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Rincian Pembangunan Kawasan Perdesaan/Pusat Pertumbuhan
Keterkaitan Kota-Desa Tahun 2015-2019
No Wilayah
Pulau
Jumlah Lokasi
Prioritas
Rincian Kelompok Kawasan
1. Papua 4 1 KPB, 5 Kws. Transmigrasi, 6 Kws. Agropolitan, 7 Kws.
Minapolitan, 1 Kws. Pariwisata
2. Maluku 3 1 KPB, 3 Kws. Transmigrasi, 3 Kws. Agropolitan, 1 Kws.
Minapolitan, 1 Kws. Pariwisata
3. Sulawesi 9 6 KPB, 8 Kws. Transmigrasi, 9 Kws. Agropolitan, 6 Kws.
Minapolitan, 1 Kws. Pariwisata
4. Kalimantan 7 5 KPB, 10 Kws. Transmigrasi, 5 Kws. Agropolitan, 4 Kws.
Minapolitan, 3 Kws. Pariwisata
5. Nusa
Tenggara
4 5 Kws. Transmigrasi, 5 Kws. Agropolitan, 3 Kws. Minapolitan, 2
Kws. Pariwisata
6. Jawa-Bali 4 6 Kws. Agropolitan, 1 Kws. Minapolitan, 1 Kws. Pariwisata
7. Sumatera 8 7 KPB, 8 Kws. Transmigrasi, 14 Kws. Agropolitan, 2 Kws.
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 48
No Wilayah
Pulau
Jumlah Lokasi
Prioritas
Rincian Kelompok Kawasan
Minapolitan, 1 Kws. Pariwisata
Jumlah 39 Lokasi Prioritas Peningkatan Keterkaitan Desa-Kota dengan Memperkuat Pusat
Pertumbuhan untuk meningkatkan keterkaitan desa-kota
Adapun kawasan-kawasan yang merupakan pusat pertumbuhan peningkatan
keterkaitan kota-desa adalah sebagai berikut: (1) Barru; (2) Arso; (3) Batik Nau; (4)
Banyuwangi; (5) Labuan Bajo; (6) Baturaja; (7) Daruba; (8) Misool; (9) Buol; (10)
Kolonedale; (11) Sidikalang; (12) Ende; (13) Kwandang; (14) Tanjung Redep; (15)
Mamuju; (16) Wangi-wangi; (17) Maba; (18) Pangkalan Bun; (19) Manokwari; (20)
Peureulak;(21) Merauke; (22) Pinrang; (23) Mesuji; (24) Raha; (25) Pamekasan; (26)
Praya; (27) Sambas; (28) Sukadana; (29) Rasau Jaya; (30) Sumbawa Besar; (31)
Tanjung Pandan; (32) Raba; (33) Sangata; (34) Tabanan; (35) Tanjung Siapi-api;
(36) Bula; (37) Cibaliung; (38) Marabahan; (39) Poso; (40) Tapan.
3.2.4. Masterplan Kawasan Perdesaan/Pusat Pertumbuhan Tahun 2016
Dari 40 kawasan perdesaan/pusat pertumbuhan di atas, telah disepakati
untuk disusun masterplan 14 masterplan kawasan perdesaan Prioritas Nasional.
Kementerian/lembaga yang bertanggujawab langsung terhadap 14 masterplan
tersebut adalah Kemendesa PDTT sebanyak 8 kawasan, Kementerian Agraria dan
Tata Ruang sebanyak 2 kawasan, serta Kementerian PUPR yang dibantu oleh BPIW
(Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah) sebanyak 4 kawasan.
Adapun isu perkembangan penyusunan dokumen masterplan pada tahun
2016 adalah terkait penamaan/terminologi dokumen masterplan tersebut, bahwa
terdapat perbedaan terminologi/penamaannya, yaitu untuk Kemendesa PDTT
dokumen masterplan ini disebut sebagai RPKP (Rancangan Pembangunan
Perdesaan), Kementerian ATR meneybutnya sebagai Rencana Induk Kawasan (RIK)
dan Kementerian PUPR yang dibantu oleh BPIW menyebutnya sebagai Masterplan.
Sampai saat ini masih belum ada kesepakatan terkait sinkronisasi penamaan
dokumen masterplan tersebut. Disamping itu, terkait format dan substansi yang
digunakan di dalam dokumen masterplan pada masing-masing K/L
penanggungjawab pun masih berbeda-beda.
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 49
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Pelaksanaan Kegiatan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan
Kawasan Perdesaan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan arah kebijakan yang tercantum di dalam dokumen RPJMN
2015 – 2019, pembangunan desa – desa tertinggal dan desa-desa
berkembang dan membangun keterkaitan ekonomi lokal antara desa dan
kota melalui pembangunan kawasan perdesaan merupakan upaya yang
dilakukan untuk mengonsolidasi isu ketimpangan atau kesenjangan
pembangunan antarwilayah di Indonesia, seperti ketimpangan
pembangunan yang terjadi baik antara desa – kota, anatarwilayah
perdesaan – perkotaan dan antara wilayah KBI-KTI.
2. Tim PDP dibentuk dalam rangka pelaksanaan koordinasi strategis
pembangunan yang bersifat lintas sektor, lintas pelaku, baik pusat
maupun daerah baik dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi dalam mendukung sasaran pengentasan desa tertinggal sampai
5000 desa dan peningkatan desa mandiri sedikitnya 2000 desa.
3. Dari hasil koordinasi strategis baik di tingkat pusat maupun di tingkat
daerah, terdapat beberapa permasalahan dalam pelaksanaan
pembangunan desa dan kawasan perdesaan, anatara lain; (1) belum
memadainya pemahaman pemerintah pusat, pemerintah daerah dan
pemerintah desa dalam implementasi dan pengawalan Undang – undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa; (2) belum optimalnya pendampingan
pada masyarakat desa, pemerintah kecamatan, pemerintah desa
(termasuk perangkat desa dalam pelaksanaan tata kelola pemerintahan
desa yang baik serta pengelolaan keuangan yang akuntabel); (3) belum
pahamnya pemerintah desa dalam mengelola administrasi
pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan desa termasuk dengan
dana desa yang bersumber dari APBN; (4) kurangnya sinkronisasi antar
Kementerian, antar program, antar kegiatan dan lokus target kegiatan
yang memperhatikan karakteristik dan kebutuhan pembangunan per
wilayah pulau terutama di Kawasan Timur Indonesia sehingga manfaat
pembangunan di desa dan pada mayarakat desa dirasa kurang optimal;
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 50
(5) masih beragamnya pengukuran terhadap tingkat perkembangan
desa; dan (6) adanya pemahaman yang beragam tentang konsep dan
pendekatan dalam mengembangkan kawasan perdesaan.
4.2. Saran
Saran untuk kegiatan pelaksanaan koordinasi strategis dalam upaya
percepatan pencapaian target pembangunan desa dan kawasan perdesaan
adalah:
1. Diperlukan adanya integrasi Sistem Informasi Desa untuk terjalinnya
keterpaduan antara kebijakan Pusat dan Daerah serta sebagai bentuk
upaya koordinasi yang efektif antara pemerintah pusat dan daerah.
Adapun Kementerian/Lembaga yang dapat berkoordinasi serta
mengupayakan pengembangan SID tersebut adalah Kemendagri,
Kemendesa PDTT, Kemenkominfo dan Bappenas.
2. Sebagai bentuk sinergitas BUMDes dan Koperasi, sebaiknya Pemerintah
maupun Pemerintah Daerah tidak memaksakan desa untuk membentuk
BUMDes maupun koperasi, karena BUMDes tidak bisa menjadi unit
usaha koperasi ataupun sebaliknya. Maka dari itu, desa dapat diberikan
kebebasan untuk menyesuaikan kebutuhannya (BUMDes atau Koperasi),
sehingga keduanya akan tetap berjalan.
3. Kemendesa PDTT dapat memperbaiki kembali konsep pelaksanaan
tugas pendampingan yang masih tumpang tindih antara PLD
(Pendamping Lokal Desa) dengan KPM Kader Pemberdayaan
Masyarakat. Kedepannya diharapkan untuk PLD itu sendiri lebih
diarahkan untuk diposisikan di Kawasan Timur Indonesia, karena
pertimbangan pada aspek geografis dan sumber daya manusianya.
4. Sebagai upaya peningkatan kualitas penggunaan keuangan desa
termasuk Dana Desa, sebaiknya Pemerintah segera melakukan
Reformulasi Dana Desa yang lebih asimetris dan afirmatif, yaitu formula
pengalokasian Dana Desa perlu dirumuskan kembali dan disimulasikan
bersama dengan Kemenkeu, Kemendesa PDTT dan Kemendagri,
dengan sejak awal menentukan total dana desa secara nasional dibagi
menjadi (a) besaran alokasi dasar yang akan akan dibagikan secara
normal untuk seluruh desa dan juga (b) besaran alokasi yang
merepresentasikan pemihakan bagi desa-desa tertinggal saja ataukah
bagi desa-desa tertinggal dan desa-desa berkembang.
Laporan Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 2016 Page 51
5. Diperlukan pengintegrasian dalam penatausahaan dan laporan dari
keuangan desa agar desa tidak terjebak pada sisi administrative saja,
akan tetapi bisa lebih fokus pada pembangunan dan peningkatan
kesejahteraan desanya.
6. Road Map Implementasi UU Desa yang nantinya akan menjadi produk
hukum bersama dalam mempercepat pembangunan desa dan kawasan
perdesaab diharapkan lebih mempertimbangkan pada aspek
kewilayahan.
7. Diperlukan koordinasi lebih lanjut untuk sinkronisasi dan harmonisasi
pengukuran tingkat perkembangan desa sebagai dasar pengukuran
capaian sasaran pembangunan desa dan kawasan perdesaan.
8. Diperlukan upaya untuk mensinergikan sumber daya yang dimiliki oleh
pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pemerintah desa dalam
implementasi dan pengawalan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa melalui koordinasi pembangunan desa dan kawasan
perdesaan di tahun berikutnya untuk (a) menguatkan peran Bappenas
dalam mengawal kebijakan pembangunan desa dan kawasan dalam
RPJMN 2015 – 2019 dan (b) mengoordinasikan lintas sektor dalam
mengawal implementasi UU Desa yang bersifat afirmatif dan berkeadilan.
9. Koordinasi konsolidasi percepatan penyelesaian penyusunan master plan
kawasan perdesaan agar dapat digunakan sebagai dasar penyusunan
rencana kerja kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan lembaga
non-pemerintah.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
DRAFT
KEPUTUSAN BERSAMA
MENTERI DALAM NEGERI,MENTERI KEUANGAN, MENTERI DESA, PEMBANGUNAN
DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI SERTA MENTERI PERENCANAAN
PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
NOMOR :
NOMOR :
NOMOR :
NOMOR :
TENTANG
PENYELARASAN DAN PENGUATAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA
DENGAN
RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI DALAM NEGERI,MENTERI KEUANGAN, MENTERI DESA, PEMBANGUNAN
DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI SERTA MENTERI PERENCANAAN
PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Menimbang : a. bahwa dalam rangka efektiftas pelaksanaan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa perlu dilakukan upaya penyelarasan dan
penguatan kebijakan peraturan pelaksanaan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa:
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
perlu ditetapkan Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri
Keuangan, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi serta Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional tentang Penyelarasan dan Penguatan
Kebijakan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Desa;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5495);
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomo 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 157, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5558) sebagaimana telah diubah 2 (dua)
kali yaitu dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana
Desa Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 88, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5694) dan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5864)
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 2093);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
2094);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2016 tentang
Kewenangan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
1037);
8 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/pmk.07/2016 tentang Tata Cara
Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 478);
9. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas
Penggunaan Dana Desa Tahun 2016 (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 1934) sebagaiamana telah di ubah dengan Peraturan
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 8
Tahun 2016 tentang Perubahan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2015 tentang
Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016. (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor …….)
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI
KEUANGAN, MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
DAN TRANSMIGRASI SERTA MENTERI PERENCANAAN
PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
NASIONAL TENTANG PENYELARASAN DAN PENGUATAN
KEBIJAKAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN
2014 TENTANG DESA
KESATU : Kementerian/Lembaga terkait melakukan penyelarasan dan penguatan kebijakan
dalam rangka efektifitas pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa, meliputi :
a. Dalam rangka meningkatkan efektifitas pengelolaan dana desa, dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menjamin dan atau memberikan fleksibilitas penggunaan dana desa
kepada Desa, dengan berpedoman pada :
a) Sejalan dengan Pasal 72 ayat (1) penjelasan huruf b, pasal 73 ayat
(2) dan 74 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,
bahwa keuangan desa termasuk di dalamnya dana desa, digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan,
pemberdayaan dan kemasyarakatan, yang diputuskan dalam
Musyawarah Desa, dan tidak terbatas pada kebutuhan primer,
pelayanan dasar, lingkungan, dan kegiatan pemberdayaan
masyarakat Desa
b) Sejalan dengan Pasal 100 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa, bahwa belanja desa ditetapkan dalam
APBDesa digunakan dengan ketentuan paling sedikit 70%
digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa,
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatand desa
dan pemberdayaan masyarakat desa; serta paling banyak 30%
digunakan untuk penghasilan tetap dan tunjangan pemerintah desa,
operasional pemerintah desa, tunjangan dan operasional BPD dan
insentif RT/RW;
c) Sejalan dengan pasal 19 dan pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor
60 Tahun 2014 tentang Dana Desa bersumber dari APBN, Dana
Desa digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintahan,
Pembangunan, Pemberdayaan dan Kemasyarakatan. Dana Desa
dimaksud, diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat, dengan mengacu pada dokumen
RPJMDesa dan RKPDesa;
d) Bagi desa dan desa adat yang belum mempunyai kantor desa dapat
mengalokasikan dana desa untuk pembiayaan pembangunan kantor
desa;
2) Merumuskan kembali formulasi alokasi secara bertahap dengan
berpedoman pada :
a) Sejalan dengan pasal 1 diktum 10 PP Nomor 22 Tahun 2015
tentang Dana Desa bersumber dari APBN, yang menjelaskan untuk
Tahun Anggaran 2015, alokasi dasar dihitung berdasarkan alokasi
yang dibagi secara merata kepada setiap Desa sebesar 90%
(sembilan puluh per seratus) dari alokasi Dana Desa.
b) Sejalan dengan penjelasan pasal 72 ayat 2 Undang-undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang Desa, Besaran alokasi anggaran yang
peruntukannya langsung ke Desa ditentukan 10% (sepuluh
perseratus) dari dan di luar dana Transfer Daerah (on top) secara
bertahap. Anggaran yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara dihitung berdasarkan jumlah Desa dan
dialokasikan dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka
kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan
Desa.
c) Melakukan perubahan formulasi pengalokasian secara bertahap
hingga tahun 2019, dengan komposisi 70% berdasarkan formulasi
dan 30% alokasi dasar;
3) Penyaluran
4) Menyederhanakan format pelaporan realisasi dana desa selaras dengan
pelaporan APBDesa sebagaimana format terlampir.
b. Dalam rangka Penguatan BUMDesa, sebagaimana pasal 90 Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, pemerintah agar menetapkan fokus
kebijakan pada penguatan kelembagaan, manajemen, permodalan dan
kualitas SDM BUMDes pada desa-desa yang telah memiliki BUMDes. Bagi
Desa yang belum memiliki BUMDes, pembentukannya diserahkan kepada
Desa sesuai dengan potensi dan kebutuhan berdasarkan hasil kesepakatan
Musyawarah Desa;
c. Dalam rangka penguatan kapasitas pemerintah desa, sebagaimana pasal 128
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 dan pasal 1 diktum 35 PP 47
Tahun 2015 tentang Perubahan atas PP 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, satuan
kerja perangkat daerah kabupaten/kota termasuk kecamatan agar melakukan
pendampingan secara lebih intensif. Terhadap pendamping professional,
dilakukan evaluasi dan penataan ulang baik dari aspek kebutuhan daerah,
jumlah, lokasi penempatan maupun kompetensi;
d. Dalam rangka meningkatkan efektifitas pengalokasian dan pengelolaan
Dana Desa, maka kebijakan Penataan desa sebagaimana pasal 7 dan 8
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, agar dilakukan
pengetatan dan/atau pembatasan pembentukan desa baru, hingga Tahun
2019 ;
KEDUA : 1. Memerintahkan kepada Gubernur untuk:
a. Memfasilitasi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyelarasan dan
penguatan kebijakan penggunaan Dana Desa dengan memberi
pemahaman bahwasannya Desa dapat memanfaatkan Dana Desa di
luar 2 (dua) bidang prioritas Pembangunan Desa dan Bidang
Pemberdayaan Masyarakat, Bidang Pembinaan Kemasyarakatan,
mendasarn yang akan ditentukan melalui mekanisme kebijakan
deliberatif dengan melibatkan argumentasi dari para pihak di dalam
Musyawarah Desa.
b. Memfasilitasi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menyelaraskan
kebijakan pendampingan penyelenggaraan Pemerintahan Desa dengan
mengoptimalkan peran aparatur satker (SKPD/UPTD) Kabupaten/Kota
maupun Kecamatan.
c. Memfasilitasi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menyelaraskan
kebijakan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dengan fokus penguatan
kelembagaan, manajemen, dan kualitas SDM BUMDes pada desa-desa
yang telah memiliki BUMDes.
d. Memfasilitasi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penataan desa terkait
dengan pembentukan, penghapusan, penggabungan, perubahan status
dan penetapan desa baru.
e. Melakukan review terhadap kebijakan Pemerintah Kabupaten/Kota
yang berhubungan dengan pelaksanaan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa.
f. Melakukan Sosialisasi/Bimtek/Pelatihan bagi Aparatur Pemerintah
Provinsi dan Aparat Pemerintah Kabupaten/Kota tentang
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dengan biaya APBD Provinsi;
2 Memerintahkan kepada para Bupati/Walikota untuk :
a. Menyelaraskan kebijakan penggunaan Dana Desa dengan memberi
keleluasaan kepada Desa mengenai pemanfaatan Dana Desa dalam 4
(empat) bidang, yaitu Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
Bidang Pembangunan Desa, Bidang Pembinaan Kemasyarakatan, dan
Bidang Pemberdayaan Masyarakat;
b. Mengoptimalkan peran satker (SKPD/UPTD) Kabupaten/Kota maupun
Kecamatan dalam pendampingan teknis penyelenggaraan Pemerintahan
Desa;
c. Mengkoordinasikan pelaksanaan pendampingan profesional (siapa yang
disebut pendamping profesional itu? Harus jelas!) di tingkat
Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa;
d. Melakukan review kebijakan Peraturan Desa tentang BUMDes dengan
fokus penguatan kelembagaan, manajemen, dan kualitas SDM BUMDes
pada desa-desa yang telah memiliki BUMDes; Yang penting adalah
pendampingannya, pembentukannya atau apanya. Pentahapan ini
menjadi sangat penting. Karna nanti bila dipaksa membenuk Bumdes
maka kampung Papua di terpencil akan sulit
e. Melakukan pendampingan terhadap desa-desa yang akan membentuk
BUMDes;
f. Menetapkan moratorium pembentukan desa baru terhitung sejak
ditetapkannya SKB ini sampai dengan bulan Desember 2019;
g. Membentuk Tim Fasilitasi Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dalam
rangka penyelarasan dan penguatan kebijakan pelaksanaan Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dengan melibatkan Aparat
Penegak Hukum;
h. Melakukan Sosialisasi/Bimtek/Pelatihan bagi Aparatur Pemerintah
Desa, Aparatur pemerintah Kabupaten/Kota lainnya serta Aparat
Penegak Hukum tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dengan
biaya APBD Kabupaten/Kota;
i. Memastikan tersusunnya Perdes APBDesa sesuai siklus pelaksanaan
pengelolaan Keuangan desa;
j. Melakukan evaluasi terhadap kebijakan Pemerintah Desa dalam rangka
pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
KETIGA : Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi serta Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasiona/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ini berlaku
sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila di kemudian hari terdapat
kekeliruan, akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal, …… ………… ..2016
MENTERI
DALAM NEGERI
TJAHJO KUMOLO
MENTERI
KEUANGAN
SRI MULYANI
MENTERI
DESA, PDTT
EKO SUNJOYO
MENTERI
PPN/BAPPENAS
BAMBANG BRODJONEGORO
CATATAN PERBANDINGAN ISI DRAFT ROAD MAP IMPLEMENTASI UU DESA SERTA REKOMENDASI KONSOLIDASI
DRAFT ROADMAP K/L DRAFT ROADMAP
KEMENDAGRI INPUT KEMENDES INPUT BAPPENAS REKOMENDASI
BAB I - PENGANTAR TAHAPAN ROADMAP 4 tahap 5 tahunan pembangunan desa s/d 2034. METODOLOGI Point a, isinya relatif sama, rincian metodologi ada 3 RUANG LINGKUP Tidak menjelaskan secara rinci
BAB I TAHAPAN ROADMAP Periode 2017 - 2019 METODOLOGI Rincian metodologi ada 2 RUANG LINGKUP Menjelaskan secara rinci
Input Kemendesa menggunakan data dari IPD & IDM sebagai dasar untuk mengkategorisasikan desa (Desa sangat tertinggal, tertinggal, Berkembang, Maju, Mandiri) Dan tidak menggunakan kategori desa sebagaimana diusulkan oleh kemendagri karena tidak dikenal dalam RPJMN & UU Desa
Sub bab Latar Belakang: Terkait kategorisasi desa diusulkan tetap menggunakan kategori desa tertinggal, desa berkembang, dan desa mandiri karena telah tertuang dalam dokumen RPJMN 2015-2019. Penyebutan Desa mandiri juga menjadi tujuan yang tertuang dalam UU Desa. Dalam Metodologi: Perlu ditambahkan poin 3, tidak hanya sampai pada pendalaman terhadap tugas dan fungsi K/L saja, namun juga penyusunan rencana aksinya.
Disepakati saja s/d 2034, karena sebenarnya rincian rencana aksi hanya sampai 2019 dan input Kemendagri diinsert kedalam draft Tim – untuk periode 2017-2019 Menggunakan bahan Kemendagri dan ditambah no 3 bahan K/L, dengan redaksi yang diperbaharui Menggunakan bahan Kemendagri dan bahan Tim diinsert kedalam bahan Kemendagri tsb Terkait kategorisasi desa, diusulkan untuk tetap menyebutkan kategori desa baik yang digunakan kemendesa maupun kemendagri
BAB II - KEISTIMEWAAN UU DESA Background dan penjelasan dalam prespektif yang berbeda antara 2 draft
BAB II Background analisis historis dan regulasi tentang desa dan lebih lengkap dengan membandingkan UU
Usulan Kemendes bersifat minor, dan dapat melengkapi draft yang sudah ada
• Semestinya UU 22 tahun 1999 dipisahkan dengan UU 32/2004, karena ada perbedaan substansi misalnya tentang perubahan BPD (Badan Perwakilan Desa) menjadi BPD (Badan Permusyawaratan
Menggunakan bahan Kemendagri karena uraian tentang prinsip dan asas berdesa lebih lengkap. Usul: Bahan K/L dapat disederhanakan untuk diinsert kedalam bahan kemendagri.
DRAFT ROADMAP K/L DRAFT ROADMAP
KEMENDAGRI INPUT KEMENDES INPUT BAPPENAS REKOMENDASI
-> Analisa atas asas berdesa
5/79, 22/99 dan 6/14 dlsb.
Desa) yang merubah struktur pemerintahan desa dan merubah prinsip demokratisisasi di desa.
Tabel 2.1 juga perlu ada kolom tentang UU 32/2004
BAB III – VISI DAN PLATFORM Menjelaskan Trimatra Visi desa kuat maju mandiri dll. Platform – Trisakti dalam penyelenggaraan desa
BAB III VISI DAN PLATFORM Pengelompokan desa swasembada, swakarsa Trisakti Visi desa kuat maju mandiri dll. Platform – Trisakti dalam penyelenggaraan desa
Kemendesa mengusulkan utk tidak lg menggunakan Permendagri no 12/2007 untuk kategorisasi desa karena dianggap sudah tidak berlaku, dan diusulkan untuk menggunakan Permendes No 2/2016 tentang Indeks Desa Membangun Trimatra dimasukkan dalam platform roadmap
Sub bab 3.1 Visi:
Perlu diuraikan tentang hakekat
pembangunan sebagai suatu
transformasi sosial, buadaya
ekonomi dan sumber daya.
Perubahan yang dilakukan akibat
pembangunan sedapat mungkin
diminimalkan dapak negatif dan
diperbesar dampak posistif
termasuk dalam perubahan
mobilisasi vertikal masyarakat
perdesaan, sehingga masyarakat
tidak tercerabut dari akar budaya
atau kearifan lokalnya. Perlu
disampaikan tentang
keseimbangan sosial, ekonomi
dan ekologi.
Terkait kategorisasi desa
diusulkan tetap menggunakan
Pengkategorian desa menggunakan terminolog yang berbeda. Usulan: dicari jalan tengah untuk terminology yang dapat diterima oleh semua pihak, atau sesuai dengan usulan Bappenas. Catatan: Bahan Kemendagri lebih konsisten dalam merumuskan kategori desa dan sudah diikuti dengan regulasi dan kegiatan di desa (mencakup 47 ribu desa) Permendagri no 84/2015 ttg SOTK Pemerintah Desa, dlm BAB III pasal 11 masih menyebut desa Swasembada, swakarya, dan swadaya, artinya kategorisasi ini masih digunakan oleh Kemendagri Prinsipnya sama – bisa dipilih salah satu (meskipun draft Kemendagri ditulis dlm bahasa yg lebih sederhana) Disamping trisakti, trimatra
DRAFT ROADMAP K/L DRAFT ROADMAP
KEMENDAGRI INPUT KEMENDES INPUT BAPPENAS REKOMENDASI
kategori desa tertinggal, desa
berkembang, dan desa mandiri
paling tidak sampai dengan 2019
karena telah tertuang dalam
dokumen RPJMN 2015-2019.
Penyebutan desa swakarya
disebutkan dalam kurung dari
Desa Tertinggal, yaitu Desa
Tertinggal (desa swadaya), Desa
berkembang (desa swakarya) dan
Desa Mandiri (Desa
Swasembada) dengan penjelasan
sebelumnya tentang perubahan
nama dari istilah desa
swasembada pada penyebutan
sebelum UU desa lahir menjadi
Desa Mandiri setelah UU Desa
lahir dan RPJMN 2015 – 2019.
Dalam uraian atau penjelasannya
dapat disebutkan yang disebut
Desa Mandiri seperti tercantum
dalam RPJMN dengan tambahan
informasi tentang penyebutan
lain didalamnya
ditambahkan dalam platform
DRAFT ROADMAP K/L DRAFT ROADMAP
KEMENDAGRI INPUT KEMENDES INPUT BAPPENAS REKOMENDASI
Dengan terbitnya UU Desa,
diharapkan Permendagri 12
tahun 2007 tentang Pedoman
Penyusunan dan Pendayagunaan
Profil Desa dapat disesuaikan
dengan yang lebih sederhana
tanpa mengurangi makna dari
perlunya dan manfaatnya profil
Desa tersebut. Diharapkan
dengan adanya revisi (diganti
dengan format baru) Profil Desa
dapat lebih bermanfaat, lebih
mudah dalam pengisiannya dan
compatible dengan Sistem
Informasi Desa yang sedang
dibangun.
Dalam menjelaskan tentang
Trisakti Desa, Desa yang maju
tidak dipisahkan dari desa
mandiri yang Adil, makmur dan
sejahtera
Dengan pertimbangan kesatuan
Visi, misi dan kesamaan ukuran
dalam memaknai pencapaian
DRAFT ROADMAP K/L DRAFT ROADMAP
KEMENDAGRI INPUT KEMENDES INPUT BAPPENAS REKOMENDASI
sasaran sebagai desa yang
mandiri, perlu ditetapkan satu
ukuran yang disepakati bersama
yang dapat digunakan oleh
berbagai stake holder. Ukuran
tersebut dicari yang paling
sederhana yang dapat
menggambarkan pencapaian
Desa Mandiri yang bisa dicapai
dalam tahun 2019. Pencapaian
Desa mandiri ini dikaitkan
dengan hak dasar dari
masyarakat dan tujuan yang
paling pokok dari berbangsa dan
bernegara, tetapi yang dapat
diukur dengan ukuran yang sama
dari seluruh Desa di Nusantara
ini.
Disamping ukuran utama
tersebut dibuka kemungkinan
ukuran2 lainnya yang
menggambarkan pencapaian
sektor masing-masing (Desa
Mandiri Plus)
DRAFT ROADMAP K/L DRAFT ROADMAP
KEMENDAGRI INPUT KEMENDES INPUT BAPPENAS REKOMENDASI
Sub bab 3.2 Platform:
Dalam melaksanakan prinsip
pertama, perlu juga disebutkan
bahwa kewenangan bagi
pemerintah desa itu juga
ditujukan untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat
Desa, mendorong untuk
terpenuhinya kebutuhan dasar
masyarakat Desa
Untuk memperdalam prinsip
ketiga yaitu “berkepribadian
secara budaya” perlu ada
substansi afirmatif yang
mencerminkan dan
mengakomodasi pembangunan
desa yang beragam karakternya
di masing-masing wilayah pulau
yaitu Papua, Maluku, Nusa
Tenggara, Sulawesi, Kalimantan,
Sumatera dan Jawa-Bali,
mengingat bahwa budaya dan
karakter pada masing-masing
pulau tersebut berbeda.
DRAFT ROADMAP K/L DRAFT ROADMAP
KEMENDAGRI INPUT KEMENDES INPUT BAPPENAS REKOMENDASI
BAB IV – TONGGAK, CAPAIAN, PILAR Pilar-2 , kebijakan dan rencana aksi
BAB IV – PELAKU IMPLEMENTASI Struktur kelembagan (Makro, Meso,Mikro), KIS, Pengendalian
Kemendes mengusulkan penambahan redaksi tentang prioritas penggunaan dana desa
Sub bab 4.2 Kerangka Pendanaan:
Pada kebijakan pendanaan yang
berkaitan dengan sumber
pendanaan dari kabupaten/kota
perlu pengaturan yang jelas dan
perlakuan administratif yang
membedakan antara dana
transfer (Dana Desa) dengan
lainnya (ADD, bagian dari PDRD
dan bantuan keuangan.
Dana Tranfer (Dana Desa)
diupayakan dengan keras
(fasilitasi ke Desa, regulasi yang
memudahkan dll) disampaikan
dari RKUD ke Rekening Desa
paling lambat 7 hari seperti yang
tercantum dalam PP.
Sub Bab 4.3 Kerangka Kelembagaan:
Huruf C Kementerian
PPN/Bappenas. PP 43/2014 pasal
131 sudah direvisi menjadi PP
47/2014 yang tidak menugaskan
lagi untuk menetapkan pedoman
Bab IV sebaiknya menggunakan bahan K/L, karena sudah mencakup tugas dan fungsi semua K/L terkait pelaksanaan UU Desa. Sedangkan bahan Kemendagri khususnya untuk poin kebijakan dan rencana aksi diinsert kedalam BAB IV draft K/L. Sedangkan isi BAB IV draft kemendagri diinsert kedalam BAB V draft K/L – Pelaku Implementasi atau dengan judul Infrastruktur dan arsitektur kelembagaan (makro, meso, mikro), KIS, Pengendaliam – dengan beberapa penyesuaian – khususnya tentang peran Kemenko Polhukan dan Perekonomian. Usulan kemendes perlu dipertimbangkan dalam BAB IV
DRAFT ROADMAP K/L DRAFT ROADMAP
KEMENDAGRI INPUT KEMENDES INPUT BAPPENAS REKOMENDASI
pelaksanaan pembangunan Desa,
pembangunan kawasan
perDesaan, pemberdayaan
masyarakat Desa, dan
pendampingan Desa. Tugas Kementerian
PPN/Bappenas berkaitan dengan
PP adalah melakukan koordinasi
(perubahan pasal 131 dalam PP
47/2015 “Menteri yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
pembangunan desa,
pembangunan kawasan
perdesaan, dan pemberdayaan
masyarakat Desa menetapkan
pedoman umum pelaksanaan
pembangunan Desa,
pembangunan kawasan
perdesaan, pemberdayaan
masyarakat Desa, dan
pendampingan masyarakat Desa
BERKOORDINASI dengan menteri
yang menyelenggarakan urusan
DRAFT ROADMAP K/L DRAFT ROADMAP
KEMENDAGRI INPUT KEMENDES INPUT BAPPENAS REKOMENDASI
pemerintahan di bidang
pemerintahan dalam negeri dan
menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang
perencanaan pembangunan
nasional)
(poin 7 perubahan pasal 21 di PP 22/2015 ayat (3) Penetapan prioritas penggunaan Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah BERKOORDINASI dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional.....) Tabel 4.4.1 perlu ditambahkan seperti pasal 21 PP 47/2015 di atas.
BAB V ARSITEKTUR DAN INFRASTRKTUR KELEMBAGAAN Berisi uraian tentang kelembagaan di tingkat pusat (makro), meso (provinsi dan kab/kota)
BAB V – TONGGAK CAPAIAN DAN PILAR Berisi uraian tentang kebiajkan dan rencana aksi – sebagian besar usulan adalah kegiatan Kemendagri dan sedikit rencana kerja Kemendes
Kemendes mengusulkan tambahan untuk bidang pembangunan, pemberdayaan dan pembinaan kemasyarakatan desa
BAB V PELAKU IMPLEMENTASI/ARSITEKTUR DAN INFRASTRKTUR KELEMBAGAAN Gabungan antara draft Kemendagri dan K/L ...substansi tidak banyak berbeda.. bahan Kemendagri diinsert kedalam bahan K/L.
DRAFT ROADMAP K/L DRAFT ROADMAP
KEMENDAGRI INPUT KEMENDES INPUT BAPPENAS REKOMENDASI
dan mikro (desa dan kelembagaan desa) dalam implementasi, KIS dan Pengendalian.
dng koordinasi kemendagri.
Masukan kemendes dipertimbangkan untuk masuk dalam roadmap
BAB VI PENUTUP Dipakai untuk apa dan siapa roadmap dan implementasinya
BAB VI PENUTUP Kesimpulan dan saran
Matriks Waktu Pelaksanaan Rencana
Aksi:
Dalam matriks Waktu
Pelaksanaan Rencana Aksi (2017
– 2019) K/L yang berperan hanya
2 K/L. Perlu dijabarkan lebih
lanjut peran, tugas, dan fungsi
K/L lain yang disebutkan dalam
Bab IV Pelaku Implementasi
Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa yang meliputi
9 K/L sehingga akan lebih jelas
peran dari K/L terkait di luar 2 K/L
tersebut (Kemendagri dan
Kemendesa). Hal ini dirasa
penting karena dala sub bab
sebelumnya telah disebutkan ada
9 K/L yang terkait, apabila tidak
ada penjabaran lebih lanjut
dalam rencana aksinya, maka 7
Usul: Menggunakan judul roadmap K/L. Untuk isi : menggabungkan Bab VI kedua roadmap.
DRAFT ROADMAP K/L DRAFT ROADMAP
KEMENDAGRI INPUT KEMENDES INPUT BAPPENAS REKOMENDASI
K/L tersebut tidak memiliki
panduan teknis dalam
melaksanakan peran dan
fungsinya dalam implementasi
UU Desa. diharapkan dengan
adanya rencana aksi yang riil
untuk K/L terkait maka akan
tertuang pula rencana aksi
tersebut dalam dokumen Renja
dan RKA K/L.
Peran dari Pemerintah Daerah
Provinsi, Kabupaten/Kota,
Kecamatan, hingga Pemerintah
dan masyarakat Desa sebaiknya
juga masuk dalam matriks
rencana aksi.
Dalam matriks perlu juga
ditambahkan rencana aksi terkait
pengembangan sistem informasi
desa.
INPUT KemenKeu:
Dalam Pilar Road Map, semula hal terkait kapasitas keuangan desa termasuk dalam pilar road map. Sedangkan pada Draft terakhir, terkait keuangan dalam pilar-pilar road map (sebagai bagian dari kebijakan nasional) sudah tidak ada lagi. Hal ini menunjukkan masalah keuangan bukan menjadi isu penting dalam road map.
Usul: agar kapasitas keuangan tetap menjadi pilar roadmap
DRAFT ROADMAP K/L DRAFT ROADMAP
KEMENDAGRI INPUT KEMENDES INPUT BAPPENAS REKOMENDASI
Konsistensi dengan poin 1 di atas, dalam rencana aksi road map ini, hampir tidak ada yang perlu dilakukan oleh Kemenkeu.
Untuk itu, menurut saya sebaiknya road map ini dibuat hanya untuk kemendagri dan kemendes saja. Hal-hal terkait keuangan didrop.
Masukan-masukan dari K/L akan dikonsolidasikan kembali ke naskah oleh Tim Roadmap. Setelah naskah diperbaiki, akan dikirimkan
kembali kepada K/L untuk mendaoat koreksi dan masukan.
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
KUESIONER KOORDINASI STRATEGIS PEMBANGUNAN PERDESAAN
TA 2016
Pengantar
Kuesioner ini disusun dalam rangka kegiatan Koordinasi Strategis Pembangunan Perdesaan Tahun Anggaran 2016. Dalam rangka melihat sejauhmana Daerah mempersiapkan diri dalam implementasi Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, maka Tim Kementerian PPN/Bappenas perlu melaksanakan pengumpulan data dan informasi penting yang sangat dibutuhkan dalam melakukan analisis kebijakan dan strategi nasional pembangunan desa dan perdesaan. Sehubungan dengan hal tersebut, kami sangat mengharapkan bantuan kerjasama dari semua pihak untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan. Kami percaya bahwa dengan dasar pengetahuan dan pengalaman Bapak/Ibu dalam pembangunan desa dan perdesaan sangat membantu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Periode waktu yang digunakan dalam kegiatan evaluasi ini adalah pasca keluarnya UU desa sampai dengan saat ini. Atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu, kami ucapkan terima kasih. Identitas Bapak/Ibu akan kami rahasiakan dan informasi yang dihasilkan dari kuesioner ini akan digunakan sebagaimana mestinya.
Hormat kami,
Tim Pelaksana Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Perdesaan TA 2016
LAMPIRAN
*Daftar program dan kegiatan terkait bidang pembangunan desa dan perdesaan per K/L (sesuai dengan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian/Lembaga terkini):
K/L: Kementerian Dalam Negeri, Ditjen Bina Pemerintahan Desa I. Program Bina Pemerintahan Desa.
Kegiatan-kegiatan pokok: 1. Peningkatan Kapasitas Pemerintahan Desa Lingkup Regional 2. Fasilitasi Penataan Desa 3. Pembinaan Kelembagaan dan Kerjasama Desa 4. Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Keuangan dan Aset Pemerintahan Desa 5. Pengembangan Kapasitas Aparatur dan Kader Desa 6. Evaluasi Perkembangan Desa
K/L: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi I. Ditjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kegiatan-kegiatan pokok: 1. Pemberdayaan Masyarakat Desa 2. Pelayanan Sosial Dasar 3. Sarana Prasarana Desa 4. Peningkatan Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Teknologi Tepat Guna 5. Pengembangan Usaha Ekonomi Desa
II. Ditjen Pembangunan Kawasan Perdesaan Program Pengembangan Masyarakat Transmigrasi dan Kawasan Transmigrasi Kegiatan pokok: 1. Penyelenggaraan Perencanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan 2. Pengembangan Ekonomi Kawasan Perdesaan 3. Pengembangan Sarana Prasarana Kawasan Perdesaan 4. Pengembangan Sumber Daya Alam Kawasan Perdesaan 5. Peningkatan Kerjasama dan Pengembangan Kapasitas
III. Ditjen Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Permukiman Transmigrasi Program Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Permukiman Transmigrasi Kegiatan pokok: 1. Penataan Persebaran Penduduk 2. Pembangunan Permukiman Transmigrasi 3. Penyediaan Tanah Transmigrasi 4. Pembinaan Potensi Kawasan Transmigrasi 5. Perencanaan Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi
IV. Ditjen Pengembangan Kawasan Transmigrasi Program Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Kegiatan pokok: 1. Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana di Kawasan Transmigrasi 2. Pengembangan Usaha Transmigrasi 3. Pengembangan Sosial Budaya Transmigrasi 4. Pelayanan Pertanahan Transmigrasi 5. Promosi dan Kemitraan
K/L: Kementerian Keuangan
I. Direktur Dana Perimbangan, Ditjen Perimbangan Keuangan
Penugasan terkait menyiapkan peraturan pelaksanaan dana desa yang bersumber dari APBN. Merumuskan PP Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, PP No.22 Tahun 2015 tentang Perubahan
atas PP Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa.
*DAFTAR PERATURAN TERKAIT DESA Undang-Undang (UU) 1. UU No. 6/2014 tentang Desa 2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahn 2005-
2025 Peraturan Pemerintah (PP) 1. PP 43/2014 tentang peraturan pelaksanaan UU nomor 6 tahun 2014 tentang desa
2. PP 47/2015 Jo PP 43/2014 tentang peraturan pelaksanaan UU nomor 6 tahun 2014
tentang desa
3. PP 60/2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran pendapatan dan belanja
negara
4. PP 22/2015 Jo PP 60/2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran
pendapatan dan belanja negara
Peraturan Presiden (Perpres) 1. Perpres No. 3/2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 43 tahun 2014
tentang rencana kerja pemerintah tahun 2015 2. Perpres No. 2/2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2015-2019 3. Perpres No. 137/2015 Tentang Rincian APBN 2016 (Lampiran XX Rincian Dana Desa
menurut Kabupaten/Kota) Peraturan Menteri (Permen) 1. PMK No.241/PMK.07/2014 Tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Transfer ke
Daerah dan Dana Desa
2. PMK No. 250/PMK.07/2014 Tentang Pengalokasian Transfer Ke Daerah Dan Dana Desa
3. PMK No. 247/PMK.07/2015 Tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan,
Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa dan Dana Desa
4. Perpres No. 36/2015 Tentang Rincian APBN (Lampiran XXII Rincian Dana Desa menurut
Kabupaten/Kota
5. Permendagri No. 113/2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa
6. Permendesa DTT No.21/2015 Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Th.
2016
7. Permendagri No. 114/2014 Tentang Pedoman Pembangunan Desa
8. Permendesa DTT No. 1/2015 Tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul
dan Kewenangan Lokal Berskala Desa
9. Permendesa DTT No. 2/2015 Tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan
Keputusan Musyawarah Desa
10. Permendesa DTT No. 4/2015 Tentang Pendirian, Pengurusan, dan Pengelolaan, dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Desa
11. Permendesa DTT No. 3/2015 Tentang Pendampingan Desa
KUISONER SKPD PROVINSI, KABUPATEN, DAN KECAMATAN
Identitas Responden
Nama : .......................................................................................
Instansi : .......................................................................................
Tingkat : Provinsi / Kabupaten / Kecamatan
Unit Kerja : .......................................................................................
Jabatan : .......................................................................................
Persiapan Implementasi Undang – Undang tentang Desa
1. Siapa K/L tersebut di atas maupun K/L lainnya yang sudah melaksanakan
koordinasi dengan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) dalam persiapan
implementasi UU Desa dan Pemanfaatan Dana Desa?
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
2. Apakah terdapat manfaat yang diperoleh dari kegiatan koordinasi dengan K/L
dalam persiapan implementasi UU Desa dan Pemanfaatan Dana Desa?
a. Jika Ya, mohon jelaskan contoh manfaat yang diperoleh setelah kegiatan selesai
dilaksanakan.
b. Jika Tidak, mohon jelaskan mengapa.
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
3. Siapa K/L tersebut diatas maupun K/L lainnya yang sudah melaksanakan sosialisasi
peraturan pelaksanaan dari UU Desa, PP Nomor 43/2014 dan PP Nomor 60/2014,
PP 22/2015 tentang Perubahan PP 60/2014?
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
4. Apakah Bapak/Ibu sudah mengetahui dan membaca beberapa Peraturan Menteri
turunan UU Desa yang telah disahkan?
a. Jika Ya, mohon jelaskan apa yang ada dalam benak Bapak/Ibu setelah memahami
Peraturan tersebut.
b. Jika Tidak, mohon jelaskan mengapa.
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
5. Apa yang sedang dilakukan oleh Daerah (SKPD apa saja yang terlibat) dalam rangka
penyusunan peraturan implementasi UU Desa dan Pelaksanaan Dana Desa?
Peraturan apa saja yang sudah dibuat dan bentuknya (perda/perbup/perkada)?
a. Provinsi
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
b. Kabupaten/Kota
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
6. Dana desa sudah disalurkan ke beberapa daerah yang sudah memiliki kesiapan
peraturan tentang desa pada Bulan April. Apakah daerah Bapak/Ibu sudah
menerima dana tersebut?
a. Sudah.
b. Jika belum, sejauh mana kesiapan daerah Bapak/Ibu dalam menyiapkan
peraturan?
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
7. Apa yang sedang dilakukan oleh Daerah (SKPD apa saja yang terlibat) dalam
penyediaan pendampingan (setrawan1 kabupaten/kota) untuk implementasi UU
Desa (misal pendampingan kepada pemerintah desa, pendampingan untuk
pembangunan desa, pendampingan sektor pertanian, dsb) pendampingan dalam hal
pengelolaan keuangan desa?
a. Provinsi
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
b. Kabupaten/Kota
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
8. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana kesiapan aparat pemerintah daerah (level
kabupaten/kota sampai dengan level desa) dalam implementasi UU Desa (termasuk
dalam fasilitasi pengelolaan Dana Desa)? Adakah pemerintah Desa yang menolak UU
Desa dan Dana Desa?
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
1 Setrawan adalah PNS yang ditugaskan untuk mendampingi desa
9. Kesulitan apa saja yang sedang dan kemungkinan akan dihadapi oleh Daerah
(Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa) dalam implementasi UU Desa dan
Pemanfaatan Dana Desa?
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................................
10. Sebutkan kegiatan riel yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Mayarakat dan
Desa tingkat Provinsi dalam Pembangunan Desa/Implementasi UU Desa dan
Pemanfaatan Dana Desa?
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................................
11. Sebutkan kegiatan riel yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Mayarakat dan
Desa tingkat Kabupaten/Kota dalam Pembangunan Desa/Implementasi UU Desa
dan Pemanfaatan Dana Desa?
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
12. Sebutkan kegiatan riel yang dilakukan oleh Kepala Seksi Pemberdayaan Mayarakat
dan Desa dalam Pembangunan Desa/Implementasi UU Desa dan Pemanfaatan Dana
Desa?
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
13. Apa yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kab/Kota dalam memberikan
informasi kepada Desa yang berkaitan dengan pagu indikatif Desa dan rencana
kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota?
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
14. Bagaimana upaya Daerah (SKPD apa saja yang terlibat) dalam memonitoring dan
mengevaluasi pemanfaatan Dana Desa di Desa? Apakah juga ikut mengikuti
Musyawarah Desa?
a. Provinsi
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
b. Kabupaten/Kota
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
15. Sebutkan sumber pendapatan desa yang masuk dalam APBDesa? Selama ini.
mayoritas digunakan untuk apa saja?
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
16. Bagaimana pemahaman Bapak/Ibu terhadap pasal 124 ayat (6) dan (7) PP No.43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa yang
berbunyi:
(6) Program pembangunan kawasan perdesaan yang berasal dari pemerintah
daerah provinsi ditetapkan oleh gubernur.
(7) Program pembangunan kawasan perdesaan yang berasal dari pemerintah
daerah kabupaten/kota ditetapkan oleh bupati/walikota.
Produk apa yang akan Bapak/Ibu susun sebagai bentuk ketetapan tersebut?
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
17. Apakah di daerah Bapak/Ibu terdapat: (lingkari yang terdapat di daerah Bapak/Ibu)
a. Desa adat (berapa dan jelaskan)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
b. Konflik batas desa (jelaskan latar belakang masalah dan penyelesaian)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
c. Konflik lahan (jelaskan latar belakang masalah dan penyelesaian)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
d. Desa di dalam hutan (berapa dan jelaskan)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
e. Pola shareholding perusahaan dengan masyarakat desa (jelaskan)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
f. Agribisnis kerakyatan (berapa dan jelaskan)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
g. Pusat bisnis/pusat kegiatan ekonomi perdesaan (jelaskan)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
h. BUMDes (berapa dan jelaskan)
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
i. Lainnya (sebut dan jelaskan)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
Catatan :
Ruang kolom isian dalam daftar pertanyaan ini tentunya dapat tidak menampung pengisian
Bapak/Ibu. Oleh sebab itu, kami sangat berterima kasih apabila Bapak/Ibu dapat mengisinya
dalam lembar tersendiri atau dalam bentuk laporan dan dapat mengirimkannya melalui
email ke [email protected].
KUISONER KEPALA DESA
Identitas Responden
Nama : .......................................................................................
Nama Desa : .......................................................................................
Persiapan Implementasi Undang – Undang tentang Desa
1. Apakah Desa Bapak/Ibu memiliki kantor desa?
1. Ya. Apakah digunakan? Jelaskan kondisinya.
2. Tidak. Jelaskan dimana selama ini kegiatan pemerintahan desa dilakukan?
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
2. Apakah Desa Bapak/Ibu memiliki RPJMDes dan RKPDes?
c. Ya. Apakah sudah melibatkan masyarakat dalam proses penyusunannya?
Jelaskan.
d. Tidak. Jelaskan mengapa.
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
3. Apakah memiliki Badan Permusyawaratan Desa? Bagaimana perannya?
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................................
4. Apakah sudah siap menerima dana desa?
a. Ya. Jelaskan persiapan yang sudah dilakukan.
b. Tidak. Jelaskan mengapa.
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
5. Darimana penghasilan tetap kepala desa dan aparatnya? Apakah ada sumber
penghasilan lain?
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
6. Apa saja sumber pendapatan desa Bapak/Ibu? Apakah punya pendapatan asli
daerah? Apa jenisnya? Apakah memiliki tanah kas desa? Apakah sudah cukup
membiayai pembangunan desa? Jelaskan
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
7. Apakah ada monografi/profil desa di desa Bapak/Ibu? Apakah sudah memiliki
sistem informasi desa? Siapa yang mengembangkan sistem informasi desa
Bapak/Ibu? Apakah masyarakat mendapatkan informasi tentang keuangan,
perencanaan, dan pembangunan desa?
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
8. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu terhadap UU Desa dan peraturan lainnya? Jelaskan
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
9. Apakah di daerah Bapak/Ibu terdapat: (lingkari yang terdapat di daerah
Bapak/Ibu)
a. Desa adat (jelaskan)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
b. Konflik batas desa (jelaskan latar belakang masalah dan penyelesaian)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
c. Konflik lahan (jelaskan latar belakang masalah dan penyelesaian)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
d. Desa di dalam hutan (jelaskan)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
e. Pola shareholding perusahaan dengan masyarakat desa (jelaskan)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
f. Agribisnis kerakyatan (jelaskan)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
g. Pusat bisnis/pusat kegiatan ekonomi perdesaan (jelaskan)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
h. BUMDes (jelaskan fungsi dan kendala yang dihadapi selama ini)
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
i. Lainnya (sebut dan jelaskan)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
Catatan :
Ruang kolom isian dalam daftar pertanyaan ini tentunya dapat tidak menampung pengisian
Bapak/Ibu. Oleh sebab itu, kami sangat berterima kasih apabila Bapak/Ibu dapat mengisinya
dalam lembar tersendiri atau dalam bentuk laporan dan dapat mengirimkannya melalui
email ke [email protected].
IRISAN SASARAN LOKASI 39 PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN SASARAN LOKASI PENGENTASAN 5000 DESA
TERTINGGAL DAN PENINGKATAN 2000 DESA BERKEMBANG
PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA PUSAT
PERTUMBUHAN KKD
TIPE KKD TIPOLOGI IPD
Aceh Aceh Timur Peureulak Matang Pelawi Peureulak agropolitan Berkembang
Aceh Aceh Timur Peureulak Barat Teumpeun Peureulak agropolitan Berkembang
Aceh Aceh Timur Rantau Peureulak Punti Payong Peureulak agropolitan Tertinggal
Aceh Aceh Timur Peunaron Peunaron Baru Peureulak agropolitan Berkembang
Aceh Aceh Timur Peureulak Timur Alue Tho Peureulak agropolitan Tertinggal
Aceh Aceh Timur Peureulak Barat Beringen Peureulak agropolitan Berkembang
Aceh Aceh Timur Rantau Peureulak Seuneubok Baro Peureulak agropolitan Berkembang
Aceh Aceh Timur Peunaron Arul Pinang Peureulak agropolitan Berkembang
Aceh Aceh Timur Peureulak Tualang Peureulak agropolitan Berkembang
Aceh Aceh Timur Rantau Peureulak Alue Dua Peureulak agropolitan Berkembang
Aceh Aceh Timur Peureulak Punti Peureulak agropolitan Berkembang
Aceh Aceh Timur Peunaron Bukit Tiga Peureulak transmigrasi Tertinggal
Aceh Aceh Timur Idi Rayeuk Seuneubok Tutong Peureulak minapolitan Berkembang
Aceh Aceh Timur Peureulak Timur Buket Meriam Peureulak agropolitan Berkembang
Aceh Aceh Timur Peureulak Blang Simpo Peureulak agropolitan Tertinggal
Aceh Aceh Timur Peureulak Alue Nibong Peureulak agropolitan Berkembang
Aceh Aceh Timur Peureulak Timur Seuneubok Teupin Peureulak agropolitan Berkembang
Aceh Aceh Timur Idi Rayeuk Dama Pulo Peureulak minapolitan Berkembang
Aceh Aceh Timur Peureulak Kuala Leuge Peureulak agropolitan Berkembang
Aceh Aceh Timur Peunaron Peunaron Lama Peureulak transmigrasi Tertinggal
Aceh Aceh Timur Peunaron Sri Mulya Peureulak agropolitan Tertinggal
Aceh Aceh Timur Idi Rayeuk Kuta Lawah Peureulak minapolitan Berkembang
Sumatera Utara Toba Samosir Ajibata Parsaoran Sibisa Sidikalang industri Tertinggal
Sumatera Utara Toba Samosir Ajibata Motung Sidikalang industri Berkembang
Sumatera Utara Toba Samosir Ajibata Sirunkkungon Sidikalang industri Tertinggal
Sumatera Utara Toba Samosir Bonatua Lunasi Silamosik Ii Sidikalang wisata Berkembang
Sumatera Utara Toba Samosir Bonatua Lunasi Partoruan Lumban Lobu Sidikalang wisata Berkembang
Sumatera Utara Toba Samosir Bonatua Lunasi Lumban Lobu Sidikalang wisata Berkembang
Sumatera Utara Pakpak Bharat Kerajaan Majanggut I Sidikalang transmigrasi Berkembang
Sumatera Utara Pakpak Bharat Kerajaan Majanggut Ii Sidikalang transmigrasi Tertinggal
Sumatera Barat Pesisir Selatan Lunang Sindang Lunang Tapan kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Sumatera Barat Pesisir Selatan Koto Xi Tarusan Kapuah Utara Tapan minapolitan Berkembang
Sumatera Barat Pesisir Selatan Lunang Lunang Utara Tapan kawasan perkotaan baru transmigrasi Tertinggal
PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA PUSAT
PERTUMBUHAN KKD
TIPE KKD TIPOLOGI IPD
Sumatera Barat Pesisir Selatan Koto Xi Tarusan Setara Nanggalo Tapan minapolitan Berkembang
Sumatera Barat Pesisir Selatan Silaut Sungai Sirah Tapan kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Sumatera Barat Pesisir Selatan Lunang Lunang Tengah Tapan kawasan perkotaan baru transmigrasi Tertinggal
Sumatera Barat Pesisir Selatan Iv Jurai Taratak Tangah Lumpo Tapan transmigrasi Berkembang
Sumatera Barat Pesisir Selatan Iv Jurai Painan Timur Painan Tapan industri Berkembang
Sumatera Barat Pesisir Selatan Iv Jurai Bunga Pasang Salido Tapan transmigrasi Berkembang
Sumatera Barat Pesisir Selatan Koto Xi Tarusan Mandeh Tapan minapolitan Berkembang
Sumatera Barat Pesisir Selatan Silaut Silaut Tapan kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Sumatera Barat Pesisir Selatan Iv Jurai Gunung Bungkuak Lumpo Tapan industri Berkembang
Sumatera Barat Pesisir Selatan Silaut Pasir Binjai Tapan kawasan perkotaan baru transmigrasi Tertinggal
Sumatera Selatan Banyuasin Banyuasin I Sungairebo Tanjung Siapi-Api agropolitan Berkembang
Sumatera Selatan Banyuasin Air Salek Saleh Makmur Tanjung Siapi-Api transmigrasi Tertinggal
Sumatera Selatan Banyuasin Muara Telang Mekar Sari Tanjung Siapi-Api kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Sumatera Selatan Banyuasin Banyuasin Ii Muara Sungsang Tanjung Siapi-Api minapolitan Berkembang
Sumatera Selatan Banyuasin Air Salek Sido Harjo Tanjung Siapi-Api transmigrasi Tertinggal
Sumatera Selatan Banyuasin Banyuasin I Perajen Tanjung Siapi-Api agropolitan Berkembang
Sumatera Selatan Banyuasin Banyuasin I Pulauborang Tanjung Siapi-Api agropolitan Berkembang
Sumatera Selatan Banyuasin Banyuasin Ii Marga Sungsang Tanjung Siapi-Api minapolitan Berkembang
Sumatera Selatan Banyuasin Muara Telang Mukti Jaya Tanjung Siapi-Api kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Sumatera Selatan Banyuasin Muara Telang Telang Jaya Tanjung Siapi-Api kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Sumatera Selatan Banyuasin Banyuasin Ii Tanah Pilih Tanjung Siapi-Api minapolitan Tertinggal
Sumatera Selatan Banyuasin Air Salek Sri Katon Tanjung Siapi-Api transmigrasi Berkembang
Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu Timur Cempaka Harisan Jaya Baturaja agropolitan Berkembang
Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu Timur Bunga Mayang Negeri Ratu Baru Baturaja agropolitan Berkembang
Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu Timur Martapura Kotabaru Barat Baturaja agropolitan Berkembang
Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu Belitang Karang Kemiri Baturaja kawasan perkotaan baru Berkembang
PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA PUSAT
PERTUMBUHAN KKD
TIPE KKD TIPOLOGI IPD
Timur transmigrasi
Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu Timur
Buay Pemuka Peliung Pahang Asri Baturaja agropolitan Berkembang
Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu Timur Cempaka Campang Tiga Ilir Baturaja agropolitan Berkembang
Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu Timur Belitang Suko Sari Baturaja
kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu Timur Bunga Mayang Negeri Ratu Baturaja agropolitan Berkembang
Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu Timur Bunga Mayang Peracak Baturaja agropolitan Berkembang
Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu Timur
Buay Pemuka Peliung Bandar Jaya Baturaja agropolitan Berkembang
Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu Timur Martapura
Tanjung Kemala Barat Baturaja agropolitan Berkembang
Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu Timur Cempaka Sukabumi Baturaja agropolitan Berkembang
Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu Timur Belitang Serbaguna Baturaja
kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu Timur Martapura Sukomulyo Baturaja agropolitan Berkembang
Sumatera Selatan Empat Lawang Sikap Dalam Karang Dapo Baru Baturaja agropolitan Berkembang
Sumatera Selatan Empat Lawang Sikap Dalam Karang Anyar Baturaja agropolitan Berkembang
Sumatera Selatan Empat Lawang Sikap Dalam Martapura Baturaja agropolitan Berkembang
Bengkulu Bengkulu Utara Kota Arga Makmur Sido Urip Batik Nau agropolitan Berkembang
Bengkulu Bengkulu Utara Kota Arga Makmur Karang Anyar Ii Batik Nau agropolitan Berkembang
Bengkulu Bengkulu Utara Ketahun Dusun Raja Batik Nau industri Berkembang
Bengkulu Bengkulu Utara Kota Arga Makmur Lubuk Sahung Batik Nau agropolitan Berkembang
Bengkulu Bengkulu Utara Ketahun Marga Bhakti Batik Nau industri Berkembang
Bengkulu Bengkulu Utara Kota Arga Makmur Tanjung Raman Batik Nau agropolitan Berkembang
Bengkulu Bengkulu Utara Batik Nau Air Lakok Batik Nau agropolitan Berkembang
Bengkulu Bengkulu Utara Ketahun Kuala Langi Batik Nau industri Berkembang
Bengkulu Bengkulu Utara Kota Arga Makmur Karang Anyar I Batik Nau agropolitan Berkembang
Bengkulu Bengkulu Utara Kota Arga Makmur Taba Tembilang Batik Nau agropolitan Berkembang
PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA PUSAT
PERTUMBUHAN KKD
TIPE KKD TIPOLOGI IPD
Bengkulu Bengkulu Utara Batik Nau Pagar Ruyung Batik Nau agropolitan Tertinggal
Bengkulu Bengkulu Utara Kota Arga Makmur Rama Agung Batik Nau agropolitan Berkembang
Bengkulu Bengkulu Utara Padang Jaya Tambak Rejo Batik Nau agropolitan Berkembang
Bengkulu Bengkulu Utara Kota Arga Makmur Karang Suci Batik Nau agropolitan Berkembang
Bengkulu Bengkulu Utara Kota Arga Makmur Kuro Tidur Batik Nau agropolitan Berkembang
Bengkulu Bengkulu Utara Batik Nau Air Mangayau Batik Nau agropolitan Berkembang
Bengkulu Bengkulu Utara Padang Jaya Tanjung Harapan Batik Nau agropolitan Berkembang
Bengkulu Bengkulu Utara Padang Jaya Padang Jaya Batik Nau agropolitan Berkembang
Lampung Tulang Bawang Rawa Jitu Selatan Medasari Mesuji transmigrasi Berkembang
Lampung Tulang Bawang Rawa Jitu Timur Bumi D. Sejahtera Mesuji industri Berkembang
Lampung Tulang Bawang Rawa Pitu Sumber Agung Mesuji kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Lampung Tulang Bawang Rawa Pitu Duto Yoso Mulyo Mesuji kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Lampung Tulang Bawang Rawa Pitu Gedung Jaya Mesuji kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Lampung Tulang Bawang Rawa Jitu Selatan Karya Jitu Mukti Mesuji transmigrasi Berkembang
Lampung Tulang Bawang Rawa Jitu Timur Bumi Dipasena Abadi Mesuji industri Berkembang
Lampung Tulang Bawang Rawa Jitu Selatan Hargo Rejo Mesuji transmigrasi Berkembang
Lampung Tulang Bawang Rawa Jitu Timur Bumi Dipasena Utama Mesuji industri Berkembang
Lampung Mesuji Mesuji Timur Dwi Karya Mustika Mesuji agropolitan Berkembang
Lampung Mesuji Mesuji Timur Pangkal Mas Mulya Mesuji agropolitan Berkembang
Lampung Mesuji Mesuji Tanjung Seraya Mesuji kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Lampung Mesuji Mesuji Nipah Kuning Mesuji kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Lampung Mesuji Mesuji Sido Mulyo Mesuji kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Lampung Mesuji Mesuji Timur Talang Batu Mesuji agropolitan Berkembang
Kepulauan Bangka Belitung Belitung Selat Nasik Suak Gual Tanjung Pandan wisata Berkembang
Kepulauan Bangka Belitung Belitung Tanjung Pandan
Aik Palempang Jaya Tanjung Pandan minapolitan Berkembang
Kepulauan Bangka Belitung Belitung Tanjung Pandan Air Merbau Tanjung Pandan minapolitan Berkembang
PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA PUSAT
PERTUMBUHAN KKD
TIPE KKD TIPOLOGI IPD
Kepulauan Bangka Belitung Belitung Selat Nasik Petaling Tanjung Pandan wisata Tertinggal
Kepulauan Bangka Belitung Belitung Tanjung Pandan Buluh Tumbang Tanjung Pandan minapolitan Berkembang
Kepulauan Bangka Belitung Belitung Selat Nasik Selat Nasik Tanjung Pandan wisata Berkembang
Kepulauan Bangka Belitung Bangka Selatan Pulaubesar Sukajaya Tanjung Pandan
kawasan perkotaan baru transmigrasi Tertinggal
Kepulauan Bangka Belitung Bangka Selatan Pulaubesar Panca Tunggal Tanjung Pandan
kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Kepulauan Bangka Belitung Bangka Selatan Pulaubesar Batu Betumpang Tanjung Pandan
kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Kepulauan Bangka Belitung Belitung Timur Manggar Bentaian Jaya Tanjung Pandan minapolitan Berkembang
Kepulauan Bangka Belitung Belitung Timur Manggar Baru Tanjung Pandan minapolitan Berkembang
Jawa Timur Banyuwangi Muncar Tambakrejo Banyuwangi minapolitan Berkembang
Jawa Timur Banyuwangi Muncar Tapanrejo Banyuwangi minapolitan Berkembang
Jawa Timur Sampang Sampang Paseyan Pamekasan agropolitan Berkembang
Jawa Timur Sampang Sampang Gunung Maddah Pamekasan agropolitan Berkembang
Jawa Timur Sampang Sampang Kamuning Pamekasan agropolitan Berkembang
Jawa Timur Pamekasan Larangan Trasak Pamekasan perkotaan Berkembang
Jawa Timur Pamekasan Larangan Grujugan Pamekasan perkotaan Berkembang
Jawa Timur Pamekasan Pamekasan Toronan Pamekasan agropolitan Berkembang
Jawa Timur Pamekasan Pamekasan Teja Barat Pamekasan agropolitan Berkembang
Jawa Timur Pamekasan Pamekasan Jalmak Pamekasan agropolitan Berkembang
Jawa Timur Pamekasan Larangan Larangan Luar Pamekasan perkotaan Berkembang
Banten Pandeglang Koroncong Paniis Cibaliung agropolitan Berkembang
Banten Pandeglang Koroncong Pasirjaksa Cibaliung agropolitan Berkembang
Banten Pandeglang Koroncong Pasirkarag Cibaliung agropolitan Berkembang
Bali Tabanan Salemadeg Barat Bengkel Sari Tabanan agropolitan Berkembang
Bali Tabanan Kerambitan Penarukan Tabanan agropolitan Berkembang
Bali Tabanan Salemadeg Barat Mundeh Tabanan agropolitan Berkembang
Bali Tabanan Salemadeg Barat Lumbung Tabanan agropolitan Berkembang
Bali Tabanan Salamadeg Timur Tegal Mengkeb Tabanan agropolitan Berkembang
Bali Tabanan Salamadeg Timur Tangguntiti Tabanan agropolitan Berkembang
Bali Tabanan Kerambitan Kesiut Tabanan agropolitan Berkembang
Bali Tabanan Salamadeg Timur Bantas Tabanan agropolitan Berkembang
Bali Tabanan Kerambitan Samsam Tabanan agropolitan Berkembang
Nusa Tenggara Lombok Tengah Praya Barat Selong Blanak Praya transmigrasi Berkembang
PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA PUSAT
PERTUMBUHAN KKD
TIPE KKD TIPOLOGI IPD
Barat
Nusa Tenggara Barat Lombok Tengah Praya Barat Mangkung Praya transmigrasi Berkembang
Nusa Tenggara Barat Lombok Tengah Praya Barat Bonder Praya transmigrasi Berkembang
Nusa Tenggara Barat Lombok Timur Suralaga
Bagik Payung Timur Praya
kawasan strategis pariwisata nasional Berkembang
Nusa Tenggara Barat Lombok Timur Keruak Selebung Ketangga Praya transmigrasi Berkembang
Nusa Tenggara Barat Lombok Timur Suralaga Bintang Rinjani Praya
kawasan strategis pariwisata nasional Berkembang
Nusa Tenggara Barat Lombok Timur Suralaga Suralaga Praya
kawasan strategis pariwisata nasional Berkembang
Nusa Tenggara Barat Lombok Timur Keruak Pulau Maringkik Praya transmigrasi Tertinggal
Nusa Tenggara Barat Lombok Timur Keruak Senyiur Praya transmigrasi Berkembang
Nusa Tenggara Barat Sumbawa Moyo Hilir Labuhan Ijuk Sumbawa Besar agropolitan Berkembang
Nusa Tenggara Barat Sumbawa Moyo Hilir Moyo Mekar Sumbawa Besar agropolitan Berkembang
Nusa Tenggara Barat Sumbawa Utan Orong Bawa Sumbawa Besar agropolitan Berkembang
Nusa Tenggara Barat Sumbawa Moyo Utara Kukin Sumbawa Besar agropolitan Berkembang
Nusa Tenggara Barat Sumbawa Moyo Utara Baru Tahan Sumbawa Besar agropolitan Berkembang
Nusa Tenggara Barat Sumbawa Utan Stowe Brang Sumbawa Besar agropolitan Berkembang
Nusa Tenggara Barat Sumbawa Utan Sebedo Sumbawa Besar agropolitan Berkembang
Nusa Tenggara Barat Sumbawa Moyo Hilir Serading Sumbawa Besar agropolitan Berkembang
Nusa Tenggara Barat Sumbawa Moyo Utara Sebewe Sumbawa Besar agropolitan Berkembang
Nusa Tenggara Barat Dompu Hu'u Jala Raba transmigrasi Tertinggal
Nusa Tenggara Barat Dompu Dompu Mbawi Raba industri Berkembang
Nusa Tenggara Barat Dompu Hu'u Merada Raba transmigrasi Tertinggal
PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA PUSAT
PERTUMBUHAN KKD
TIPE KKD TIPOLOGI IPD
Nusa Tenggara Barat Dompu Dompu Sori Sakolo Raba agropolitan Berkembang
Nusa Tenggara Barat Dompu Dompu Kareke Raba industri Berkembang
Nusa Tenggara Barat Dompu Dompu Karamabura Raba industri Berkembang
Nusa Tenggara Barat Dompu Hu'u Daha Raba transmigrasi Berkembang
Nusa Tenggara Barat Dompu Dompu Mangge Nae Raba agropolitan Berkembang
Nusa Tenggara Barat Dompu Dompu Dore Bara Raba agropolitan Berkembang
Nusa Tenggara Barat Dompu Dompu O'o Raba transmigrasi Berkembang
Nusa Tenggara Barat Dompu Dompu Manggeasi Raba transmigrasi Berkembang
Nusa Tenggara Barat Dompu Dompu Katua Raba transmigrasi Berkembang
Nusa Tenggara Timur Ende Ende Embu Ngena Ende wisata Tertinggal
Nusa Tenggara Timur Ende Kelimutu Pemo Ende wisata Tertinggal
Nusa Tenggara Timur Ende Ende Wawonato Ende wisata Tertinggal
Nusa Tenggara Timur Ende Kelimutu Wolokelo Ende wisata Tertinggal
Nusa Tenggara Timur Ende Kelimutu Nuamuri Ende wisata Tertinggal
Nusa Tenggara Timur Ende Ende Tomberabu I Ende wisata Tertinggal
Nusa Tenggara Timur Ngada Soa Ngabheo Ende agropolitan Berkembang
Nusa Tenggara Timur Ngada Soa Meli Waru Ende agropolitan Berkembang
Nusa Tenggara Timur Ngada Soa Loa Ende agropolitan Berkembang
Nusa Tenggara Timur Manggarai Barat Komodo Golo Pongkor Labuan Bajo wisata Berkembang
Nusa Tenggara Timur Manggarai Barat Komodo Nggorang Labuan Bajo wisata Berkembang
Nusa Tenggara Manggarai Barat Komodo Komodo Labuan Bajo wisata Tertinggal
PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA PUSAT
PERTUMBUHAN KKD
TIPE KKD TIPOLOGI IPD
Timur
Kalimantan Barat Sambas Jawai Sarang Burung Kolam Sambas industri Berkembang
Kalimantan Barat Sambas Jawai Bakau Sambas industri Berkembang
Kalimantan Barat Sambas Jawai Selatan Suah Api Sambas minapolitan Berkembang
Kalimantan Barat Sambas Jawai Parit Setia Sambas transmigrasi Berkembang
Kalimantan Barat Sambas Jawai Sarang Burung Danau Sambas industri Berkembang
Kalimantan Barat Sambas Jawai Selatan Jawai Laut Sambas minapolitan Berkembang
Kalimantan Barat Sambas Jawai Pelimpaan Sambas transmigrasi Berkembang
Kalimantan Barat Sambas Sambas Pendawan Sambas transmigrasi Berkembang
Kalimantan Barat Sambas Sambas Jagur Sambas transmigrasi Berkembang
Kalimantan Barat Sambas Jawai Selatan Semperiuk B Sambas minapolitan Berkembang
Kalimantan Barat Sambas Jawai Sentebang Sambas transmigrasi Berkembang
Kalimantan Barat Sambas Sambas Tanjung Bugis Sambas transmigrasi Berkembang
Kalimantan Barat Bengkayang Ledo Semangat Sambas transmigrasi Berkembang
Kalimantan Barat Bengkayang Ledo Rodaya Sambas transmigrasi Tertinggal
Kalimantan Barat Bengkayang Ledo Seles Sambas transmigrasi Tertinggal
Kalimantan Barat Bengkayang Ledo Serangkat Sambas industri Berkembang
Kalimantan Barat Bengkayang Ledo Tebuah Morong Sambas industri Berkembang
Kalimantan Barat Bengkayang Ledo Suka Damai Sambas industri Berkembang
Kalimantan Barat Mempawah Sadaniang Pentek Rasau Jaya industri Berkembang
Kalimantan Barat Mempawah Sadaniang Suak Barangan Rasau Jaya industri Tertinggal
Kalimantan Barat Mempawah Sadaniang Sekabuk Rasau Jaya industri Tertinggal
Kalimantan Barat Kayong Utara Sukadana Harapan Mulia Sukadana kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Kalimantan Barat Kayong Utara Teluk Batang Mas Bangun Sukadana minapolitan Berkembang
Kalimantan Barat Kayong Utara Simpang Hilir Telukmelano Sambas minapolitan Berkembang
Kalimantan Barat Kayong Utara Simpang Hilir Lubuk Batu Sambas minapolitan Tertinggal
Kalimantan Barat Kayong Utara Teluk Batang Telukbatang Sukadana transmigrasi Berkembang
Kalimantan Barat Kayong Utara Sukadana Simpang Tiga Sukadana kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Kalimantan Barat Kayong Utara Teluk Batang Sungaipaduan Sukadana minapolitan Berkembang
Kalimantan Barat Kayong Utara Sukadana Benawai Agung Sukadana kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Kalimantan Barat Kayong Utara Teluk Batang Telukbatang Selatan Sukadana transmigrasi Berkembang
Kalimantan Barat Kayong Utara Teluk Batang Banyu Abang Sukadana transmigrasi Berkembang
Kalimantan Barat Kayong Utara Simpang Hilir Pemangkat Sambas minapolitan Berkembang
Kalimantan Barat Kayong Utara Teluk Batang Alur Bandung Sukadana minapolitan Tertinggal
PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA PUSAT
PERTUMBUHAN KKD
TIPE KKD TIPOLOGI IPD
Kalimantan Barat Kubu Raya Rasau Jaya Rasau Jaya Dua Rasau Jaya kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Kalimantan Barat Kubu Raya Sungai Ambawang Mega Timur Rasau Jaya transmigrasi Berkembang
Kalimantan Barat Kubu Raya Rasau Jaya Pematang Tujuh Rasau Jaya kawasan perkotaan baru transmigrasi Tertinggal
Kalimantan Barat Kubu Raya Kubu Olak-Olak Rasau Jaya transmigrasi Berkembang
Kalimantan Barat Kubu Raya Sungai Ambawang Pancaroba Rasau Jaya transmigrasi Berkembang
Kalimantan Barat Kubu Raya Sungai Ambawang Lingga Rasau Jaya transmigrasi Berkembang
Kalimantan Barat Kubu Raya Kubu Jangkang Dua Rasau Jaya transmigrasi Berkembang
Kalimantan Barat Kubu Raya Rasau Jaya Rasau Jaya Tiga Rasau Jaya kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Kalimantan Barat Kubu Raya Kubu Ambarawa Rasau Jaya transmigrasi Tertinggal
Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat Arut Utara Kerabu Pangkalan Bun wisata Berkembang
Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat Pangkalan Lada Kadipi Atas Pangkalan Bun agropolitan Berkembang
Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat Pangkalan Lada Pangkalan Tiga Pangkalan Bun agropolitan Berkembang
Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat Kumai Sebuai Pangkalan Bun agropolitan Berkembang
Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat
Pangkalan Banteng Sungai Hijau Pangkalan Bun agropolitan Berkembang
Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat Pangkalan Lada Purbasari Pangkalan Bun agropolitan Berkembang
Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat Kumai Bumi Harjo Pangkalan Bun minapolitan Berkembang
Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat Kumai Sungai Cabang Pangkalan Bun agropolitan Tertinggal
Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat Arut Selatan Natai Raya Pangkalan Bun agropolitan Berkembang
Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat Arut Utara Riam Pangkalan Bun wisata Berkembang
Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat Arut Selatan Tanjung Putri Pangkalan Bun agropolitan Berkembang
Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat Arut Utara Panahan Pangkalan Bun wisata Berkembang
Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat Kumai Sungai Tendang Pangkalan Bun minapolitan Berkembang
PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA PUSAT
PERTUMBUHAN KKD
TIPE KKD TIPOLOGI IPD
Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat Kumai Batu Belaman Pangkalan Bun agropolitan Berkembang
Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat
Pangkalan Banteng Amin Jaya Pangkalan Bun agropolitan Berkembang
Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat
Pangkalan Banteng Kebun Agung Pangkalan Bun agropolitan Berkembang
Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat Arut Selatan Sulung Pangkalan Bun agropolitan Berkembang
Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat Kumai Sungai Badaun Pangkalan Bun minapolitan Berkembang
Kalimantan Selatan Banjar Martapura Pasayangan Barat Marabahan industri Berkembang
Kalimantan Selatan Banjar Martapura Tungkaran Marabahan minapolitan Berkembang
Kalimantan Selatan Banjar Martapura Tambak Baru Ilir Marabahan industri Berkembang
Kalimantan Selatan Banjar Martapura Sungai Sipai Marabahan industri Berkembang
Kalimantan Selatan Banjar Martapura Tunggul Irang Marabahan minapolitan Berkembang
Kalimantan Selatan Banjar Martapura Cindai Alus Marabahan minapolitan Berkembang
Kalimantan Selatan Barito Kuala Anjir Pasar Pandan Sari Marabahan transmigrasi Berkembang
Kalimantan Selatan Barito Kuala Jejangkit Jejangkit Timur Marabahan
kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Kalimantan Selatan Barito Kuala Jejangkit Cahaya Baru Marabahan
kawasan perkotaan baru transmigrasi Tertinggal
Kalimantan Selatan Barito Kuala Jejangkit Bahandang Marabahan
kawasan perkotaan baru transmigrasi Tertinggal
Kalimantan Selatan Barito Kuala Anjir Pasar Gandaria Marabahan transmigrasi Berkembang
Kalimantan Selatan Barito Kuala Anjir Pasar Gandaraya Marabahan transmigrasi Tertinggal
Kalimantan Selatan Hulu Sungai Selatan Daha Selatan Tambangan Marabahan industri Berkembang
Kalimantan Selatan Hulu Sungai Selatan Daha Selatan Banjarbaru Marabahan industri Berkembang
Kalimantan Selatan Hulu Sungai Selatan Daha Selatan Pandan Sari Marabahan industri Berkembang
Kalimantan Timur Kutai Timur Sangkulirang Tepian Tarap Sangata transmigrasi Berkembang
PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA PUSAT
PERTUMBUHAN KKD
TIPE KKD TIPOLOGI IPD
Kalimantan Timur Kutai Timur Rantau Pulung Tepian Makmur Sangata transmigrasi Berkembang
Kalimantan Timur Kutai Timur Sangkulirang Sempayau Sangata kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Kalimantan Timur Kutai Timur Rantau Pulung Pulung Sari Sangata transmigrasi Berkembang
Kalimantan Timur Kutai Timur Rantau Pulung Margo Mulyo Sangata transmigrasi Berkembang
Kalimantan Timur Kutai Timur Sangkulirang Peridan Sangata transmigrasi Berkembang
Kalimantan Timur Kutai Timur Rantau Pulung Mukti Jaya Sangata industri Berkembang
Kalimantan Timur Kutai Timur Sangkulirang Pelawan Sangata transmigrasi Berkembang
Kalimantan Timur Kutai Timur Rantau Pulung Kebon Agung Sangata industri Berkembang
Kalimantan Timur Kutai Timur Sangkulirang Mandu Dalam Sangata kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Kalimantan Timur Kutai Timur Sangkulirang Maloy Sangata kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Kalimantan Timur Kutai Timur Rantau Pulung Manunggal Jaya Sangata industri Berkembang
Kalimantan Timur Berau Sambaliung Tumbit Dayak Tanjung Redeb agropolitan Berkembang
Kalimantan Timur Berau Pulau Derawan Pegat Betumbuk Tanjung Redeb wisata Tertinggal
Kalimantan Timur Berau Sambaliung Bena Baru Tanjung Redeb agropolitan Berkembang
Kalimantan Timur Berau Pulau Derawan Teluk Semanting Tanjung Redeb wisata Berkembang
Kalimantan Timur Berau Sambaliung Inaran Tanjung Redeb agropolitan Berkembang
Kalimantan Timur Berau Pulau Derawan Pulau Derawan Tanjung Redeb wisata Berkembang
Sulawesi Tengah Morowali Bungku Selatan Poaro Kolonedale minapolitan Tertinggal
Sulawesi Tengah Morowali Bungku Barat Umpanga Kolonedale kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Sulawesi Tengah Morowali Bungku Barat Uedago Kolonedale kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Sulawesi Tengah Morowali Bungku Barat Topogaro Kolonedale kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Sulawesi Tengah Morowali Bungku Selatan Lokombulo Kolonedale minapolitan Tertinggal
Sulawesi Tengah Morowali Bungku Selatan Pulaubapa Kolonedale minapolitan Tertinggal
Sulawesi Tengah Poso Poso Pesisir Utara Tambarana Poso transmigrasi Berkembang
Sulawesi Tengah Poso Poso Pesisir Utara Kawende Poso transmigrasi Berkembang
Sulawesi Tengah Poso Poso Pesisir Utara Maranda Poso transmigrasi Berkembang
Sulawesi Tengah Buol Tiloan Air Terang Buol kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Sulawesi Tengah Buol Momunu Soraya Buol transmigrasi Berkembang
Sulawesi Tengah Buol Tiloan Monggonit Buol kawasan perkotaan baru transmigrasi Tertinggal
Sulawesi Tengah Buol Momunu Potugu Buol transmigrasi Berkembang
Sulawesi Tengah Buol Tiloan Panilan Jaya Buol kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA PUSAT
PERTUMBUHAN KKD
TIPE KKD TIPOLOGI IPD
Sulawesi Tengah Buol Momunu Pajeko Buol transmigrasi Berkembang
Sulawesi Selatan Barru Mallusetasi Manuba Barru agropolitan Berkembang
Sulawesi Selatan Barru Balusu Lampoko Barru industri Berkembang
Sulawesi Selatan Barru Balusu Kamiri Barru industri Berkembang
Sulawesi Selatan Barru Balusu Binuang Barru industri Berkembang
Sulawesi Selatan Barru Mallusetasi Bojo Barru agropolitan Berkembang
Sulawesi Selatan Sidenreng Rappang Maritengngae Sereang Barru transmigrasi Berkembang
Sulawesi Selatan Sidenreng Rappang Maritengngae Kanie Barru transmigrasi Berkembang
Sulawesi Selatan Sidenreng Rappang Maritengngae Tekkalasi Barru transmigrasi Berkembang
Sulawesi Selatan Pinrang Suppa Lero Pinrang minapolitan Berkembang
Sulawesi Selatan Pinrang Lansirang Samaulue Pinrang agropolitan Berkembang
Sulawesi Selatan Pinrang Matirro Sompe Patobong Pinrang agropolitan Berkembang
Sulawesi Selatan Pinrang Matirro Sompe Mattombong Pinrang agropolitan Berkembang
Sulawesi Selatan Pinrang Duampanua Bababinanga Pinrang agropolitan Berkembang
Sulawesi Selatan Pinrang Duampanua Maroneng Pinrang agropolitan Berkembang
Sulawesi Selatan Pinrang Matirro Sompe Mattirotasi Pinrang agropolitan Berkembang
Sulawesi Selatan Pinrang Duampanua Battusawe Pinrang agropolitan Berkembang
Sulawesi Selatan Pinrang Lansirang Waetuoe Pinrang agropolitan Berkembang
Sulawesi Selatan Pinrang Suppa Watang Pulu Pinrang minapolitan Berkembang
Sulawesi Selatan Pinrang Suppa Ujung Labuang Pinrang minapolitan Berkembang
Sulawesi Selatan Pinrang Lansirang Amassangeng Pinrang agropolitan Berkembang
Sulawesi Selatan Luwu Timur Towuti Mahalona Kolonedale kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Sulawesi Selatan Luwu Timur Towuti Langkae Araya Kolonedale kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Sulawesi Selatan Luwu Timur Towuti Loeha Kolonedale kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Sulawesi Tenggara Muna Kabangka Komba Komba Raha agropolitan Tertinggal
Sulawesi Tenggara Muna Kabangka Wakobulu Agung Raha industri Berkembang
Sulawesi Tenggara Muna Kabangka Oensuli Raha minapolitan Berkembang
Sulawesi Tenggara Muna Kabangka Kabangka Raha industri Berkembang
Sulawesi Tenggara Muna Kabangka Wansugi Raha industri Berkembang
Sulawesi Tenggara Muna Kabangka Sarimulyo Raha agropolitan Berkembang
Sulawesi Muna Kontu Kowuna Lembo Raha agropolitan Berkembang
PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA PUSAT
PERTUMBUHAN KKD
TIPE KKD TIPOLOGI IPD
Tenggara
Sulawesi Tenggara Muna Kontu Kowuna Kontu Kowuna Raha agropolitan Berkembang
Sulawesi Tenggara Muna Kontu Kowuna Bahutara Raha agropolitan Berkembang
Sulawesi Tenggara Muna Barat Maginti Kembar Maminasa Raha agropolitan Berkembang
Sulawesi Tenggara Muna Kabangka Lakandito Raha minapolitan Berkembang
Sulawesi Tenggara Muna Kabangka Wataliku Raha minapolitan Tertinggal
Sulawesi Tenggara Muna Kabangka Lupia Raha agropolitan Berkembang
Sulawesi Tenggara Muna Barat Maginti Pasipadanga Raha agropolitan Tertinggal
Sulawesi Tenggara Muna Barat Maginti Bangko Raha agropolitan Tertinggal
Sulawesi Tenggara Konawe Selatan Tinanggea Wundumbolo Kolonedale transmigrasi Tertinggal
Sulawesi Tenggara Konawe Selatan Tinanggea Akuni Kolonedale transmigrasi Berkembang
Sulawesi Tenggara Konawe Selatan Tinanggea Tatangge Kolonedale transmigrasi Berkembang
Sulawesi Tenggara Wakatobi
Wangi Wangi Selatan Wisata Kolo Wangi-Wangi wisata Tertinggal
Sulawesi Tenggara Wakatobi
Wangi Wangi Selatan Kabita Wangi-Wangi wisata Berkembang
Sulawesi Tenggara Wakatobi
Wangi Wangi Selatan Liya Mawi Wangi-Wangi wisata Berkembang
Gorontalo Boalemo Wonosari Tanjung Harapan Kwandang kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Gorontalo Boalemo Wonosari Tri Rukun Kwandang kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Gorontalo Boalemo Wonosari Raharja Kwandang kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Gorontalo Gorontalo Tolangohula Ombulo Tango Kwandang agropolitan Berkembang
Gorontalo Gorontalo Mootilango Pilomonu Kwandang agropolitan Berkembang
Gorontalo Gorontalo Tolangohula Lakeya Kwandang agropolitan Berkembang
Gorontalo Gorontalo Tolangohula Molohu Kwandang agropolitan Berkembang
Gorontalo Gorontalo Mootilango Sukamaju Kwandang agropolitan Berkembang
PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA PUSAT
PERTUMBUHAN KKD
TIPE KKD TIPOLOGI IPD
Gorontalo Gorontalo Mootilango Satria Kwandang agropolitan Berkembang
Gorontalo Gorontalo Utara Anggrek Tutuwoto Kwandang minapolitan Berkembang
Gorontalo Gorontalo Utara Kwandang Ombulodata Kwandang minapolitan Tertinggal
Gorontalo Gorontalo Utara Anggrek Langge Kwandang minapolitan Tertinggal
Gorontalo Gorontalo Utara Anggrek Putiana Kwandang minapolitan Berkembang
Gorontalo Gorontalo Utara Kwandang Molinggapoto Kwandang minapolitan Berkembang
Gorontalo Gorontalo Utara Anggrek Dudepo Kwandang minapolitan Tertinggal
Gorontalo Gorontalo Utara Kwandang Bualemo Kwandang minapolitan Berkembang
Gorontalo Gorontalo Utara Anggrek Ilangata Kwandang minapolitan Berkembang
Gorontalo Gorontalo Utara Anggrek Ibarat Kwandang minapolitan Berkembang
Sulawesi Barat Mamuju Tommo Leling Utara Mamuju transmigrasi Tertinggal
Sulawesi Barat Mamuju Tommo Leling Barat Mamuju minapolitan Berkembang
Sulawesi Barat Mamuju Tommo Tamejarra Mamuju minapolitan Tertinggal
Sulawesi Barat Mamuju Tommo Sandana Mamuju minapolitan Tertinggal
Sulawesi Barat Mamuju Tommo Buana Sakti Mamuju transmigrasi Berkembang
Sulawesi Barat Mamuju Tommo Malino Mamuju transmigrasi Tertinggal
Sulawesi Barat Mamuju Tengah Karossa Kayu Calla Mamuju minapolitan Tertinggal
Sulawesi Barat Mamuju Tengah Karossa Lara Mamuju industri Berkembang
Sulawesi Barat Mamuju Tengah Karossa Karossa Mamuju industri Berkembang
Sulawesi Barat Mamuju Tengah Karossa Sanjango Mamuju minapolitan Tertinggal
Sulawesi Barat Mamuju Tengah Karossa Suka Maju Mamuju minapolitan Tertinggal
Sulawesi Barat Mamuju Tengah Tobadak Tobadak Mamuju kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Sulawesi Barat Mamuju Tengah Tobadak Sejati Mamuju kawasan perkotaan baru transmigrasi Tertinggal
Sulawesi Barat Mamuju Tengah Tobadak Mahahe Mamuju industri Berkembang
Sulawesi Barat Mamuju Tengah Karossa Lembah Hopo Mamuju industri Tertinggal
Sulawesi Barat Mamuju Tengah Tobadak Saloadak Mamuju industri Berkembang
Sulawesi Barat Mamuju Tengah Tobadak Salobaja Mamuju industri Berkembang
Sulawesi Barat Mamuju Tengah Tobadak Batu Parigi Mamuju kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Maluku Maluku Tengah Seram Utara Timur Seti Kobisonta Bula
kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Maluku Maluku Tengah Seram Utara Timur Seti Waiputih Bula
kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Maluku Maluku Tengah Seram Utara Timur Seti Wailoping Bula
kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
Maluku Seram Bagian Timur Bula Sesar Bula industri Berkembang
Maluku Seram Bagian Timur Bula Limumir Bula industri Berkembang
Maluku Seram Bagian Timur Bula Barat Sumber Agung Bula transmigrasi Berkembang
PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA PUSAT
PERTUMBUHAN KKD
TIPE KKD TIPOLOGI IPD
Maluku Seram Bagian Timur Bula Tansi Ambon Bula industri Tertinggal
Maluku Seram Bagian Timur Bula Barat Jakarta Baru Bula transmigrasi Berkembang
Maluku Seram Bagian Timur Bula Barat Waematakabo Bula transmigrasi Berkembang
Maluku Utara Halmahera Timur Wasile Bumi Restu Maba agropolitan Berkembang
Maluku Utara Halmahera Timur Wasile Timur Woka Jaya Maba agropolitan Berkembang
Maluku Utara Halmahera Timur Wasile Cemara Jaya Maba agropolitan Berkembang
Maluku Utara Halmahera Timur Wasile Timur Sidomulyo Maba agropolitan Berkembang
Maluku Utara Halmahera Timur Maba Tengah Maratana Maba agropolitan Tertinggal
Maluku Utara Halmahera Timur Wasile Subaim Maba transmigrasi Berkembang
Maluku Utara Halmahera Timur Wasile Bulapapo Maba transmigrasi Berkembang
Maluku Utara Halmahera Timur Wasile Waisuba Maba transmigrasi Berkembang
Maluku Utara Halmahera Timur Maba Tengah Wayamli Maba agropolitan Tertinggal
Maluku Utara Halmahera Timur Wasile Timur Tutuling Jaya Maba agropolitan Berkembang
Maluku Utara Halmahera Timur Wasile Batu Raja Maba agropolitan Berkembang
Maluku Utara Halmahera Timur Maba Tengah Gaifoli Maba agropolitan Tertinggal
Maluku Utara Pulau Morotai Morotai Selatan Daruba Daruba transmigrasi Berkembang
Maluku Utara Pulau Morotai Morotai Selatan Daeo Majiko Daruba minapolitan Berkembang
Maluku Utara Pulau Morotai Morotai Selatan Pandanga Daruba wisata Tertinggal
Maluku Utara Pulau Morotai Morotai Selatan Dehegila Daruba wisata Berkembang
Maluku Utara Pulau Morotai Morotai Selatan Momojiu Daruba industri Berkembang
Maluku Utara Pulau Morotai Morotai Selatan Juanga Daruba minapolitan Berkembang
Maluku Utara Pulau Morotai Morotai Selatan Sabatai Tua Daruba wisata Berkembang
Maluku Utara Pulau Morotai Morotai Selatan Morodadi Daruba industri Tertinggal
Maluku Utara Pulau Morotai Morotai Selatan Joubela Daruba minapolitan Berkembang
Maluku Utara Pulau Morotai Morotai Selatan Aha Daruba industri Berkembang
Papua Barat Manokwari Manokwari Barat Udopi Manokwari industri Tertinggal
Papua Barat Manokwari Prafi Umbuy Manokwari agropolitan Berkembang
Papua Barat Manokwari Prafi Kali Amin Manokwari industri Tertinggal
Papua Barat Manokwari Prafi Semi Manokwari industri Tertinggal
Papua Barat Manokwari Manokwari Barat Soribo Manokwari industri Tertinggal
Papua Barat Manokwari Sidey Waramoi Manokwari agropolitan Berkembang
Papua Barat Manokwari Sidey Manggupi Manokwari agropolitan Tertinggal
Papua Barat Manokwari Sidey Womnowi Manokwari agropolitan Tertinggal
Papua Barat Manokwari Prafi Bogor Manokwari industri Berkembang
Papua Barat Manokwari Prafi Kerenu Manokwari agropolitan Tertinggal
Papua Barat Manokwari Prafi Lismanggu Manokwari agropolitan Tertinggal
Papua Barat Manokwari Manokwari Barat Inggramui Manokwari industri Berkembang
Papua Barat Raja Ampat Misool (Misool Utara) Salafen Misool industri Berkembang
Papua Barat Raja Ampat Misool Timur Tomolol Misool minapolitan Tertinggal
PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA PUSAT
PERTUMBUHAN KKD
TIPE KKD TIPOLOGI IPD
Papua Barat Raja Ampat Misool (Misool Utara) Waigama Misool industri Tertinggal
Papua Barat Raja Ampat Kepulauan Sembilan Satukurano Misool minapolitan Tertinggal
Papua Barat Raja Ampat Salawati Utara Kapatlap Misool minapolitan Tertinggal
Papua Barat Raja Ampat Salawati Utara Samate Misool minapolitan Berkembang
Papua Barat Raja Ampat Kepulauan Sembilan Pulau Tikus Misool minapolitan Tertinggal
Papua Barat Raja Ampat Salawati Tengah Kalobo Misool minapolitan Berkembang
Papua Barat Raja Ampat Salawati Utara Waidim Misool minapolitan Tertinggal
Papua Barat Raja Ampat Misool (Misool Utara) Solal Misool wisata Tertinggal
Papua Barat Raja Ampat Misool (Misool Utara) Aduwei Misool wisata Tertinggal
Papua Barat Raja Ampat Salawati Tengah Wailen Misool minapolitan Berkembang
Papua Barat Raja Ampat Misool (Misool Utara) Atkari Misool wisata Tertinggal
Papua Barat Raja Ampat Misool Timur Usaha Jaya Misool minapolitan Tertinggal
Papua Barat Raja Ampat Misool Timur Audam Misool minapolitan Tertinggal
Papua Barat Raja Ampat Kepulauan Sembilan Wejim Barat Misool minapolitan Berkembang
Papua Barat Raja Ampat Salawati Tengah Waibu Misool minapolitan Berkembang
P A P U A Merauke Kurik Telaga Sari Merauke kawasan perkotaan baru transmigrasi Tertinggal
P A P U A Merauke Kurik Sumber Mulya Merauke industri Berkembang
P A P U A Merauke Kurik Ivimahad Merauke industri Berkembang
P A P U A Merauke Tanah Miring Waninggap Say Merauke agropolitan Berkembang
P A P U A Merauke Kurik Harapan Makmur Merauke kawasan perkotaan baru transmigrasi Tertinggal
P A P U A Merauke Malind Kumbe Merauke agropolitan Berkembang
P A P U A Merauke Tanah Miring Yasa Mulya Merauke agropolitan Berkembang
P A P U A Merauke Tanah Miring Hidup Baru Merauke agropolitan Berkembang
P A P U A Merauke Malind Onggari Merauke agropolitan Berkembang
P A P U A Merauke Tanah Miring Yaba Maru Merauke industri Berkembang
P A P U A Merauke Kurik Sumber Rejeki Merauke industri Berkembang
P A P U A Merauke Tanah Miring Tambat Merauke industri Berkembang
P A P U A Merauke Malind Suka Maju Merauke agropolitan Berkembang
P A P U A Merauke Kurik Salor Indah Merauke kawasan perkotaan baru transmigrasi Berkembang
P A P U A Merauke Tanah Miring Bersehati Merauke industri Berkembang
PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA PUSAT
PERTUMBUHAN KKD
TIPE KKD TIPOLOGI IPD
P A P U A Jayapura Heram Yoka Arso minapolitan Berkembang
P A P U A Jayapura Muara Tami Holtekamp Arso minapolitan Berkembang
P A P U A Jayapura Muara Tami Koya Tengah Arso minapolitan Berkembang
P A P U A Jayapura Muara Tami Skouw Yambe Arso minapolitan Berkembang