Upload
doannga
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 iii
DAFTAR ISI
IKHTISAR EKSEKUTIF i
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................. 4
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN ...................................................................... 6
1.3 TUGAS POKOK DAN FUNGSI ...........................................................
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN ...............................................................
6
7
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA ..................................... 9
2.1 PERENCANAAN KINERJA ................................................................. 9
2.2 PERJANJIAN KINERJA ...................................................................... 15
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA .................................................................... 18
3.1 PENGUKURAN DAN ANALISIS PENCAPAIAN KINERJA ................. 18
3.2 SUMBERDAYA .................................................................................... 64
BAB IV KESIMPULAN ........................................................................................... 77
Lampiran
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan pada periode 2015 - 2019 adalah Program Indonesia
Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan
kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status
kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3)
meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya
cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan
kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga
kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem
kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma
sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional: 1)
pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan
dalam pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan
masyarakat; 2) penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi
peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan
continuum of care dan intervensi berbasis risiko.
Kegiatan Promosi Kesehatan dalam RPJMN 2015 - 2019 diarahkan untuk
mampu meningkatkan upaya promotif kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat, pembiayaan kegiatan promotif dan preventif, serta perilaku hidup
bersih dan sehat. Mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 64
Tahun 2015 tentang Organisasi dan tata kerja Kementerian Kesehatan,
penyelenggaraan kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 5
di Kementerian Kesehatan dilaksanakan oleh Direktorat Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat. Dalam peraturan menteri tersebut disebutkan
bahwa dalam pelaksanaan tugasnya, Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat dipimpin oleh Direktur dan mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis supervisi,
serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan penyusunan kebijakan teknis,
bimbingan, dan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dan promosi
kesehatan.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat sebagai unsur
penyelenggaraan pemerintahan negara wajib mempertanggungjawabkan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan
sumber daya dengan didasarkan suatu perencanaan strategis yang ditetapkan
oleh masing-masing instansi, berdasarkan suatu sistem akuntabilitas yang
memadai. Hal ini sejalan dengan upaya reformasi birokrasi untuk
menyelenggarakan negara yang bersih dan berwibawa serta memiliki kinerja
yang baik (Good Governance) dan selaras dengan Instruksi Presiden (Inpres)
Nomor 7 tahun 1999 dan Permen PAN dan RB Nomor 29 Tahun 2010.
Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat akan menyampaikan laporan dalam bentuk
Laporan Akuntabilitas Kinerja selama Tahun Anggaran 2018 untuk
mempertanggungjawabkan kesesuaian pelaksanaan program yang
dilaksanakan dengan tujuan dan sasaran program dalam mencapai hasil yang
diharapkan. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat merujuk pada Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan 2015 – 2019 dan Penetapan Kinerja Kementerian
Kesehatan tahun 2018.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 6
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat merupakan bentuk pertanggungjawaban secara
tertulis kepada Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat yang memuat
keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan program/kegiatan Tahun
Anggaran 2018.
1.3 TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan tata kerja Kementerian Kesehatan, Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis supervisi, serta
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang komunikasi, informasi, dan
edukasi kesehatan, advokasi dan kemitraan, potensi sumber daya
promosi kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang komunikasi, informasi, dan
edukasi kesehatan, advokasi dan kemitraan, potensi sumber daya
promosi kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
komunikasi, informasi, dan edukasi kesehatan, advokasi dan kemitraan,
potensi sumber daya promosi kesehatan, dan pemberdayaan
masyarakat.
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
komunikasi, informasi, dan edukasi kesehatan, advokasi dan kemitraan,
potensi sumber daya promosi kesehatan, dan pemberdayaan
masyarakat.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 7
5. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang komunikasi, informasi,
dan edukasi kesehatan, advokasi dan kemitraan, potensi sumber daya
promosi kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Direktorat Promosi Kesehatan &
Pemberdayaan Masyarakat tahun 2018 ini menjelaskan pencapaian kinerja
Direktorat Direktorat Promosi Kesehatan & Pemberdayaan Pemberdayaan
Masyarakat selama kurun waktu tahun 2015 - 2019. Capaian kinerja tersebut
dibandingkan dengan capaian kinerja tahun sebelumnya untuk mengukur
keberhasilan/kegagalan kinerja Direktorat Direktorat Promosi Kesehatan &
Pemberdayaan Masyarakat.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 9
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1 PERENCANAAN KINERJA
Perencanaan pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian dari Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana yang diatur dalam
UU Nomor 25 tahun 2004. Selain itu, berdasarkan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) telah ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 Tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Renstra merupakan dokumen
perencanaan yang memuat program pembangunan kesehatan yang akan
dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan maupun untuk mendorong peran
aktif masyarakat dalam kurun waktu 2015 – 2019. Renstra berorientasi pada
hasil yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun.
Penetapan kinerja merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan yang
akan dicapai antara pimpinan instansi pemerintah/unit kerja yang menerima
amanah/tanggungjawab/ kinerja dengan pihak yang memberikan
amanah/tanggungjawab/kinerja. Dengan demikian, penetapan kinerja ini
merupakan suatu janji kinerja yang akan diwujudkan oleh seorang pejabat
penerima amanah kepada atasan langsungnya.
Pernyataan penetapan kinerja merupakan suatu pernyataan kesanggupan dari
pimpinan instansi/unit kerja penerima amanah kepada atasan langsungnya
untuk mewujudkan suatu target kinerja tertentu. Pernyataan ini ditandatangani
oleh penerima amanah sebagai tanda suatu kesanggupan untuk mencapai
target kinerja yang telah ditetapkan, dan pemberi amanah atau atasan
langsungnya sebagai persetujuan atas target kinerja yang ditetapkan tersebut.
Penetapan dan pernyataan kinerja dilakukan setiap tahun untuk menjamin
terlaksananya visi, misi, serta sasaran strategis yang termuat dalam Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan yang telah ditetapkan. Adapun target kinerja
tahun 2018 di lingkungan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 10
Masyarakat untuk mencapai penjabaran visi, misi, sasaran strategis, arah
kebijakan Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut :
A. Visi dan Misi
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015 - 2019 mengikuti visi dan misi
Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong royong”. Upaya untuk
mewujudkan visi ini adalah melalui 7 misi pembangunan yaitu:
1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan
wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber
daya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis
berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri
sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan
sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat
dan berbasiskan kepentingan nasional, serta
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Selanjutnya terdapat 9 agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA yang
ingin diwujudkan pada Kabinet Kerja, yakni:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 11
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
B. Tujuan, Strategi, dan Sasaran
Salah satu agenda pembangunan nasional yang tercantum di dalam Nawa Cita
adalah Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia dan Masyarakat Indonesia.
Upaya meningkatkan kualitas hidup manusia dijalankan melalui pembangunan
manusia sebagai insan dan sumber daya pembangunan, baik laki-laki maupun
perempuan, mulai dari dalam kandungan ibu sampai usia lanjut. Peningkatan
kualitas hidup manusia tercermin pada penyediaan pemenuhan hak-hak dasar
warga negara untuk memperoleh layanan publik, antara lain pelayanan
kesehatan.
Terdapat dua tujuan Kementerian Kesehatan pada tahun 2015-2019, yaitu: 1)
meningkatnya status kesehatan masyarakat dan; 2) meningkatnya daya
tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial
dan finansial di bidang kesehatan. Peningkatan status kesehatan masyarakat
dilakukan pada semua kontinum siklus kehidupan (life cycle), yaitu bayi, balita,
anak usia sekolah, remaja, kelompok usia kerja, maternal, dan kelompok
lansia.
Dalam upaya pencapaian tujuan Kementerian Kesehatan tersebut, Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat menetapkan sasaran
strategis yaitu meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat, meningkatnya pembiayaan kegiatan promotif dan
preventif dan meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat. Strategi yang
dilakukan untuk mencapai Sasaran Strategis yang telah ditetapkan sebagai
berikut:
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 12
1. Meningkatkan upaya Advokasi Kesehatan kepada pemangku kepentingan
baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah
2. Meningkatkan upaya Penggalangan Kemitraan Bidang Kesehatan untuk
mendukung program kesehatan prioritas
3. Meningkatkan upaya Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
4. Meningkatkan upaya Komunikasi, Informasi dan Edukasi Bidang Kesehatan
5. Meningkatkan kemampuan tenaga Promosi Kesehatan dalam pelaksanaan
Promosi Kesehatan baik di tingkat pusat maupun di daerah
C. Luaran dan Indikator Kinerja
Berdasarkan Perjanjian Kinerja Tahun 2018 yang ditandatangani oleh Direktur
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan kegiatan (dokumen terlampir) indikator
kinerja Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat adalah
meningkatnya pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dan promosi
kesehatan dengan Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:
1. Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS.
Definisi operasional Indikator Kinerja Persentase kabupaten dan kota
yang membuat kebijakan yang mendukung PHBS minimal 1 kebijakan
baru per tahun (Kebijakan yang mendukung kesehatan/PHBS/perilaku
sehat adalah kebijakan dalam bentuk Peraturan Daerah, Peraturan
Bupati/Walikota, Instruksi Bupati/Walikota, Surat Keputusan
Bupati/Walikota, Surat Edaran/Himbauan Bupati/Walikota pada tahun
tersebut). Formulasi perhitungan yang dipergunakan adalah sebagai
berikut:
2. Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM
Definisi operasional Indikator Kinerja Persentase desa yang
mengalokasikan dana desa secara bertahap sampai minimal 10% dari
bidang pembangunan desa dan bidang pemberdayaan masyarakat untuk
kesehatan. Formulasi perhitungan yang dipergunakan adalah sebagai
Jumlah kabupaten/kota yang
mengeluarkan kebijakan PHBS
dalam satu tahun pelaporan
Jumlah kabupaten/Kota
x 100%
% kabupaten dan
kota yang memiliki
kebijakan PHBS
=
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 13
berikut:
3. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program
kesehatan
Definisi operasional Indikator Kinerja Jumlah dunia usaha yang
melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Kementerian
Kesehatan yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan.
Formulasi perhitungan yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
Jumlah absolut dunia usaha yang melakukan Perjanjian Kerja Sama
(PKS) dalam satu tahun pelaporan
4. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber
dayanya untuk mendukung kesehatan
Definisi operasional Indikator Jumlah organisasi kemasyarakatan yang
melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Kementerian
Kesehatan yang memanfaatkan sumberdayanya untuk mendukung
program kesehatan. Formulasi perhitungan yang dipergunakan adalah
sebagai berikut:
Jumlah desa yang
mengalokasikan 10% dana desa
untuk UKBM
Jumlah desa
x 100%
% Desa yang
memanfaatkan dana
desa minimal 10
persen untuk Upaya
Kesehatan
Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM)
=
Jumlah absolut organisasi kemasyarakatan yang melakukan Perjanjian
Kerja Sama (PKS) dalam satu tahun pelaporan
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 15
2.2 PERJANJIAN KINERJA
Tekad dan janji kinerja tahunan yang akan dicapai antara pimpinan unit kerja
yang menerima amanah/tanggung jawab/kinerja dengan pihak yang
memberikannya sebagaimana ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja.
Dengan demikian, penetapan kinerja merupakan suatu janji kinerja yang akan
diwujudkan oleh seorang pejabat penerima amanah kepada atasan
langsungnya. Pada tahun 2018 telah ditetapkan target capaian indikator
kegiatan yang mendukung tercapainya sasaran hasil program, sebagai berikut:
Tabel 2.2 Target Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Pemberdayaan
Masyarakat dan Promosi Kesehatan.
NO SASARAN PROGRAM/ KEGIATAN
INDIKATOR KINERJA TARGET
1 Meningkatnya pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
1 Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS
70%
2 Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM
40%
3 Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan
16
4 Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan
12
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 18
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1 PENGUKURAN DAN ANALISIS PENCAPAIAN KINERJA
A. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja adalah kegiatan manajemen khususnya membandingkan
tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana, atau target dengan
menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja ini
diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana realisasi atau capaian
kinerja yang berhasil dilakukan oleh Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat selama kurun waktu tahun 2015 - 2019.
Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian
dengan rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator sehingga
diperoleh gambaran tingkat keberhasilan pencapaian setiap indikator.
Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut, dapat diperoleh informasi
menyangkut masing-masing indikator sehingga dapat ditindaklanjuti dalam
perbaikan perencanaan program/kegiatan di masa yang akan datang. Manfaat
pengukuran kinerja antara lain untuk memberikan gambaran kepada pihak
internal dan eksternal tentang pelaksanaan misi organisasi dalam mewujudkan
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen Renstra/Penetapan
Kinerja.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 - 2019, melaksanakan
kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dengan sasaran
strategis meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat, meningkatnya pembiayaan kegiatan promotif dan
preventif dan meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 19
Dalam mencapai Sasaran Strategis tersebut dan sesuai dengan Rencana
Kerja Pemerintah tahun 2018, maka ditetapkan Indikator Kinerja Kegiatan
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat sebagai berikut:
Tabel 3.1 Target dan Realisasi Indikator Kinerja Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018
No Sasaran Program Idikator Kinerja Target 2018
Realisasi 2018
% Capaian
1 Meningkatnya pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS
70% 70,62% 101%
Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM
40% 48,30% 122%
Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan
16 16 100%
Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan
12 12 100%
Ket *) : Kompilasi Laporan Provinsi per Januari 2018
B. Analisis Akuntabilitas Kinerja
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat pada tahun.
Pengukuran keberhasilan dalam pencapaian target indikator kinerja kegiatan
adalah dengan membandingkan antara output dan input melalui analisis
deskriptif terhadap pelaksanaan kegiatan dan sub kegiatan. Analisis dilakukan
dengan berdasarkan kepada definisi operasional indikator, kriteria
keberhasilan, kondisi yang dicapai, capaian kinerja, permasalahan yang
dihadapi, serta potensi yang dimanfaatkan untuk memecahkan permasalahan.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 20
Uraian kinerja Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
berdasarkan Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan adalah:
1. Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS
Kesadaran masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan diri dan
lingkungan sekitarnya masih rendah. Berdasarkan Riskesdas Tahun 2013
Persentase rumah tangga di Indonesia yang mempraktikkan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat baru mencapai 55%. Dalam rangka mendukung
pelaksanaan perilaku hidup sehat, diperlukan kebijakan PHBS di daerah.
Kebijakan yang mendukung kesehatan/PHBS/perilaku sehat adalah
kebijakan mendukung kesehatan/PHBS/perilaku sehat dalam bentuk
Peraturan Daerah, Peraturan Bupati/Walikota, Instruksi Bupati/Walikota,
Surat Keputusan Bupati/Walikota, Surat Edaran/Himbauan
Bupati/Walikota.
Persentase Kab/kota yang memiliki kebijakan PHBS adalah Persentase
kabupaten dan kota yang membuat kebijakan yang mendukung PHBS
minimal 1 kebijakan baru per tahun dalam bentuk Peraturan Daerah,
Peraturan Bupati/Walikota, Instruksi Bupati/Walikota, Surat Keputusan
Bupati/Walikota, Surat Edaran/Himbauan Bupati/Walikota.
Target dan capaian indikator ini dihitung secara kumulatif dan diharapkan
merupakan kebijakan baru yang dikeluarkan oleh kabupaten dan kota
yang belum mengeluarkan kebijakan PHBS.
Perbandingan Target dan Realisasi Kinerja
Target indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Memiliki Kebijakan
PHBS Pada tahun 2018 adalah 70%, dengan capaian 70,62% (sebanyak
363 dari 514 kabupaten/kota yang ada sudah memiliki kebijakan PHBS)
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 21
Diagram Perbandingan Target dan Capaian Indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Memiliki Kebijakan PHBS
Tahun 2015 – 2019
Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2018 dengan Tahun 2017
Persentase capaian indikator kabupaten/kota yang memiliki kebijakan
PHBS pada Tahun 2017 sebesar 101% (60,89% kabupaten/kota telah
miliki kebijakan PHBS) sedangkan capaian indikator Persentase capaian
indikator kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS pada Tahun 2018
kembali mencapai 101% (70,62% kabupaten/kota telah miliki kebijakan
PHBS).
Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2018 dengan Target Jangka
Menengah
Melihat hasil capaian 4 tahun terakhir (capaian tahun 2015, 2016, 2017,
2018) dengan trend positif, Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat optimis trend positif pencapaian target
persentase kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS sebanyak 80%
kabupaten/kota pada tahun 2019 dapat terealisasi.
40%
50%
60%
70%
80%
44%
53.30%60.89%
70.62%
2015 2016 2017 2018 2019
Target Capain
Kompilasi Laporan dari Provinsi Berdasarkan Surat Permintaan Data B12 dari Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat Tanggal 10 Januari 2019 No. PR.03.01/5/0248/2019.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 23
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai target tahun 2018
• Pemetaan Kebijakan PHBS
Kegiatan pemetaan kebijakan PHBS dilakukan dalam bentuk
pertemuan di Provinsi. Tujuan dari kegiatan ini adalah tersedianya
peta kebijakan yang mendukung PHBS di Provinsi dan Kabupaten
Kota. Sasaran kegiatan ini adalah LP/LS di Provinsi serta Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
• Pelaksanaan Advokasi Kebijakan PHBS
Kegiatan pelaksanaan advokasi dilakukan dengan melakukan
pertemuan di 60% Kabupaten/Kota sasaran. Tujuan dari kegiatan ini
adalah adanya komitmen dari pemerintah kabupaten/kota untuk
mengeluarkan kebijakan PHBS. Sasaran kegiatan ini adalah
Bupati/Walikota dan Lintas Program Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
• Pembinaan Teknis pada daerah yang telah diadvokasi.
Pembinaan teknis pada daerah yang telah diadvokasi dilakukan oleh
petugas promosi kesehatan provinsi kepada petugas promosi
kesehatan kabupaten/kota. Tujuan kegiatan ini adalah
meningkatnya pemahaman teknis petugas promosi kesehatan
kabupaten/kota tentang teknis kebijakan PHBS yang akan
dikeluarkan serta teknis pelaksanaan advokasi. Sasaran kegiatan ini
adalah Petugas Promosi Kesehatan Kabupaten/Kota dan Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Analisis keberhasilan pencapaian indikator.
Beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi upaya pencapain kinerja
yaitu adalah :
• Paradigma pembangunan kesehatan nasional yang
mengedepankan upaya promotif preventif
• Inisiasi kampanye nasional Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(Germas)
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 24
Analisis hambatan pencapaian indikator.
Beberapa faktor penghambat yang mempengaruhi upaya pencapain
kinerja yaitu antara lain :
• Belum semua Sumber Daya Tenaga Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat telah mengikuti peningkatan kapasitas
terkait Pengelolaan kegiatan Advokasi.
• Proses administrasi birokrasi pembuatan kebijakan di level
kabupaten/kota yang
Alternatif solusi
• Penguatan dukungan teknis dan pedampingan pelaksanaan
kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di
daerah.
• Peningkatan kapasitas tenaga promosi kesehatan di daerah.
• Pelaksanaan advokasi terhadap pemerintah daerah.
Analisis Efisiensi
Penyerapan anggaran sebesar 98% dari alokasi dari total anggaran
sebesar Rp. 5,694,187,000,- menunjukkan korelasi positif dengan
capaian indikator. Hal ini menunjukkan bahwa semua kegiatan telah
dilaksanakan dengan baik dan efisen, sehingga mendorong pencapaian
indikator kinerja kegiatan.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 25
2. Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM
Salah satu sasaran strategis Kementerian Kesehatan yang tertuang
dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019
adalah meningkatnya pembiayaan kegiatan promotif dan preventif dan
meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah mendorong pemanfaatan Dana Desa untuk mendukung
pembangunan kesehatan. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari
APBN yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui APBD
Kabupaten/Kota dan digunakan untuk mendanai penyelenggaraan
pemerintah, pelakasanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan
dan pemberdayaan masyarakat.
Indikator Persentase desa yang mengalokasikan dana desa untuk UKBM
dihitung pertahun dengan kenaikan target capaiannya setiap tahun
sebesar 10%.
Diagram Perbandingan Target dan Capaian Indikator Persentase Desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Tahun 2015 – 2019
Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2018 dengan Tahun 2017
Persentase capaian indikator Persentase Desa Yang Mengalokasikan
Dana Desa untuk UKBM pada tahun 2017 sebesar 107% (31,99% desa
10%
20%
30%
40%
50%
1%
7.10%
31.99%
48.30%
2015 2016 2017 2018 2019
Target Capain
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 26
mengalokasikan dana untuk UKBM) sedangkan Persentase Desa Yang
Mengalokasikan Dana Desa untuk UKBM pada Tahun 2018 122%
(48,30% desa mengalokasikan dana untuk UKBM).
Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2018 dengan Target Jangka
Menengah
Berdasarkan hasil capaian 4 tahun terakhir (tahun 2015, 2016, 2017,
2018) Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
optimis terhadap target Indikator desa mengalokasikan dana untuk UKBM
sebesar 50% pada tahun 2019 akan dapat tercapai. Meski demikian,
upaya-upaya penguatan dari aspek regulasi, pembinaan, serta sistem
pelaporan harus tetap dilakukan mengingat baru pada tahun 2017 target
Indikator Persentase desa yang mengalokasikan dana desa untuk UKBM
dapat tercapai.
Kompilasi Laporan dari Provinsi Berdasarkan Surat Permintaan Data B12 dari Direktur Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat Tanggal 10 Januari 2019 No. PR.03.01/5/0248/2019.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 28
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai target tahun 2018
• Penguatan Koordinasi dengan Lintas Program tingkat Pusat terkait
penyusunan menu kesehatan yang akan diusulkan dalam pedoman
umum tentang prioritas pemanfaatan dana desa yang ditetapkan oleh
kementerian terkait.
• Advokasi lintas sektor terkait memasukkan menu kesehatan dalam
Pedoman Umum tentang prioritas pemanfaatan dana desa yang
mendukung kesehatan.
• Penyusunan Panduan terkait Pemanfaatan Dana Desa yang
mendukung kesehatan tahun 2018 untuk dijadikan pedoman bagi
Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten.
• Penguatan Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten khususnya Bidang
Kesehatan Masyarakat Provinsi terkait pelaksanaan kegiatan
advokasi pemerintah Kabupaten dalam penyusunan Peraturan Bupati
tentang Petunjuk Teknis Prioritas Pemanfaatan Dana Desa yang
mendukung kesehatan
• Koordinasi dengan Lintas Program di Dinas Kesehatan Kabupaten
terkait penyusunan bahan petunjuk teknis prioritas pemanfaatan dana
desa yang mendukung kesehatan
• Advokasi Pemerintah Kabupaten dalam penyusunan Peraturan
Bupati tentang Petunjuk Teknis Prioritas Pemanfaatan Dana Desa
yang mendukung kesehatan.
• Penguatan Teknis Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas terkait
pemanfaatan Dana Desa yang mendukung kesehatan
Analisis keberhasilan pencapaian indikator
Beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi upaya pencapain
kinerja yaitu antara lain;
• Dukungan komitmen internal Kementerian Kesehatan terhadap
pentingnya dukungan pembiayaan kesehatan yang bersumber dari
Dana Desa.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 29
• Dukungan komitmen Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi dalam menetapkan kebijakan terkait
prioritas pemanfaatan dana desa yang mendukung kesehatan bagi
kegiatan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan.
• Dukungan komitmen dari Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten
dalam hal ini Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan
Desa untuk menetapkan kebijakan teknis terkait prioritas
pemanfaatan dana desa yang mendukung kesehatan bagi kegiatan
pembangunan desa dan pemberdayaan masyaakat bidang
kesehatan
• Dukungan komitmen dari Pemerintah Desa untuk
mengimplementasikan kebijakan teknis terkait prioritas pemanfaatan
dana desa yang mendukung kesehatan bagi kegiatan pembangunan
desa dan pemberdayaan masyaakat bidang kesehatan dalam bentuk
operasional kegiatan
• Dukungan komitmen dari Dinas Kesehatan Kabupaten serta Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Desa Kabupaten
terkait pelaporan pemanfaatan dana desa yang mendukung
kesehatan
Analisis hambatan pencapaian indikator
Beberapa faktor penghambat yang mempengaruhi upaya pencapain
kinerja yaitu antara lain :
• Kebijakan terkait Prioritas Pemanfaatan Dana Desa yang mendukung
Kesehatan dimana setiap tahun berubah sehingga fungsi koordinasi
dan sosialisasi sangar diperlukan.
• Kebijakan terkait Prioritas Pemanfaatan Dana Desa yang keluar pada
akhir tahun, dimana proses penyusunan RKP Desa yang merupakan
pedoman dalam penyusunan APBDesa telat ditetapkan.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 30
• Kemampuan teknis perencanaan kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan yang dimiliki Kepala dan Aparatur
Desa masih terbatas.
• Terbatasnya akses informasi tenaga promosi kesehatan di
Puskesmas terkait perencanaan desa dan kegiatan kesehatan yang
dibiayai dana desa.
Alternatif Solusi yang Dilakukan
• Melakukan koordinasi dengan Lintas Program terkait penyusunan
menu kesehatan sebagai pedoman dalam prioritas pemanfaatan
dana desa yang mendukung kesehatan di awal tahun, sehingga dapat
menjadi bagan panduan bagi Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten untuk melakukan advokasi kepada pemerintah Kabupaten
terkait penyusunan Petunjuk Teknis Prioritas Pemanfaatan Dana
Desa serta sebagai bahan bagi Petugas Promosi Kesehatan di
Puskesmas dalam proses perencanaan di desa.
• Penguatan advokasi kepada Pemerintah Kabupaten, khususnya
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Desa
Kabupaten terkait penyusunan Peraturan Pemanfaatan Dana Desa
• Penyusunan panduan teknis pemanfaatan dana desa yang
mendukung kesehatan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, sebagai
bahan bagi Petugas Puskesmas untuk mengadvokasi Kepala Desa
dan ikut dalam proses perencanaan desa.
• Peningkatan koordinasi antara Dinas kesehatan dengan Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Desa Kabupaten
terkait pelaporan pemanfaatan dana desa yang mendukung
kesehatan
Analisis Efisiensi
Penyerapan anggaran sebesar 98% dari alokasi anggaran sebesar
dari total anggaran sebesar Rp. 10,075,523,000,- menunjukkan korelasi
positif dengan capaian indikator. Hal ini menunjukkan bahwa semua
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 31
kegiatan telah dilaksanakan dengan baik dan efisen, sehingga
mendorong pencapaian indikator kinerja kegiatan.
3. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program
kesehatan
Pembangunan kesehatan tidak hanya menjadi tanggung jawab sektor
kesehatan saja, Dunia usaha dan swasta memiliki kewajiban untuk turut
serta dalam pembangunan kesehatan. Melihat peluang besar dukungan
yang dapat dioptimalkan melalui peran serta dunia usaha melalui program
Corporate Social Responsibility (CSR)-nya, Direktorat Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat menggalang kemitraan dengan dunia
usaha. Definisi operasional indikator Jumlah dunia usaha yang
memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan adalah jumlah dunia
usaha yang telah melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan
Kementerian Kesehatan untuk memanfaatkan CSR-nya untuk program
kesehatan.
Target capaian indikator Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-
nya dihitung pertahun berdasarkan jumlah absolut dan kenaikan target
capaiannya setiap tahun sebanyak 4 Dunia Usaha dengan perhitungan
jumlah absolut dunia usaha yang telah melakukan Perjanjian Kerja Sama
(PKS) dengan Kementerian Kesehatan untuk memanfaatkan CSR-nya.
Diagram Perbandingan Target dan Capaian Indiakator Jumlah Dunia Usaha Yang Memanfaatkan Csr-Nya Untuk Program Kesehatan
Tahun 2015 – 2019
4
8
12
16
20
5
11
1916
2015 2016 2017 2018 2019
Target Capain
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 33
Perbandingan Target dan Realisasi Kinerja
Target Indikator jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk
program kesehatan pada tahun 2018 sebanyak 16 Dunia Usaha,
sedangkan capaian Indikator sebesar 16 Dunia Usaha (capaian 100%
dari target 100%). Dengan demikian kegiatan ini telah mencapai target
pada tahun 2018. Ada pun dunia usaha baru yang melakukan perjanjian
kerja dengan Kementerian Kesehatan pada tahun 2018 antara lain :
1. PT. Mandiri
Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari
program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh
pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah
yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor
Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia dilebur menjadi Bank
Mandiri, dimana masing-masing bank tersebut memiliki peran yang
tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia.
Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi selama
lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia perbankan
dan perekonomian Indonesia. Ruang likup kerja sama dengan
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat yang
akan dilaksanakan pada tahun 2018 meliputi kegiatan:
• Peningkatan kapasitas kesehatan bagi masyarakat
• Stimulan dalam peningkatan kesehatan masyarakat
• Edukasi kesehatan
• Pemberdayaan masyarakat dalam kondisi tanggap darurat
kesehatan
2. PT. Pertamina Bina Medika
PT. Pertamina Bina Medika sebagai Anak Perusahaan Pertamina
yang bergerak dibidang industri jasa layanan kesehatan yang
mengembangkan usaha di bidang bisnis industri layanan kesehatan.
Pertamedika merupakan operator group rumah sakit BUMN
berpengalaman dalam mengelola rumah sakit modern dengan
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 34
standar pelayanan terakreditasi KARS, memiliki 14 rumah sakit dan
25 poliklinik yang tersebar di seluruh Indonesia. Dilengkapi dengan
pelayanan kesehatan berbasis Managed Care yang dikelola oleh
MPPK (Manajemen Pemeliharaan Pelayanan Kesehatan). Jaringan
rujukan pasien MPPK bekerja sama dengan 120 RS yang tersebar
di seluruh Indonesia. Pertaminan Medika memberikan layanan
kesehatan paripurna yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif bagi pekerja, keluarga dan pensiunan Pertamina,
perusahaan perminyakan, swasta, BUMN dan masyarakat umum.
Ruang likup kerja sama dengan Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat yang akan dilaksanakan pada tahun
2018 meliputi kegiatan : Upaya promotif dan preventif dalam
peningkatan kesehatan Ibu, Anak Usia Sekolah, Remaja, dan
Lansia.
3. PT. Merck Sharp Dohme Pharma Tbk
Dahulu PT. Schering-Plough Indonesia Tbk (SCPI) didirikan dengan
nama PT Essex Indonesia pada 07 Maret 1972 dan mulai beroperasi
secara komersial pada bulan Januari 1975. Pada tanggal 4
November 2009, Schering-Plough Corporation melakukan
penggabungan usaha dengan Merck & Co., Inc. Efektif pada tanggal
tersebut, SCPI menjadi tergabung dalam kelompok usaha Merck dan
berubah nama menjadi PT. Merck Sharp Dohme Pharma Tbk.
Ruang lingkup kegiatan perusahaan ini meliputi: pembuatan,
pengemasan, pengembangan dan memasarkan produk farmasi
untuk manusia dan hewan, produk kebersihan, kosmetik, keperluan
rumah tangga dan sejenisnya; Distributor utama atas alat-alat
kesehatan; Mengimpor bahan baku, barang jadi dan alat-alat
kesehatan terkait; Menyediakan pemberian jasa konsultasi bisnis
dan manajemen. Merck memiliki unit usaha Primary Care (menjual
produk perawatan kulit, obat antibiotik, alergi, kardiovaskuler) dan
Specialty Care (menjual produk hepatologi dan onkologi dan produk
untuk mengatasi ketergantungan opiat) serta Organon BioScience
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 35
(OBS) (menjual produk kesehatan wanita, anestesi dan produk
fertilitas).
Ruang likup kerja sama dengan Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat yang akan dilaksanakan pada tahun
2018 meliputi kegiatan:
• Peningkatan kemampuan tenaga kesehatan dalam
penanganan penyakit tidak menular
• Edukasi masyarakat mengenai penyaklit menular, penyakit
tidak menular, dan Program Keluarga Berencana
4. PT. XL Axiata
XL memulai usaha sebagai perusahaan dagang dan jasa umum
pada tanggal 6 Oktober 1989 dengan nama PT Grahametropolitan
Lestari. Pada tahun 1996, XL memasuki sektor telekomunikasi
setelah mendapatkan izin operasi GSM 900 dan secara resmi
meluncurkan layanan GSM. Dengan demikian, XL menjadi
perusahaan swasta pertama di Indonesia yang menyediakan
layanan telepon seluler. PT. XL. Axiata Tbk. (XL), di bawah
kepemilikan Axiata Group Berhad, salah satu penyedia jasa seluler
terbesar di Asia Pasifik, melalui perusahaan Indocel Holding Sdn
Bhd, dengan saham 66.7% Emirates Telecommunications
Corporation (Etisalat), penyedia jasa seluler terbesar di Timur
Tengah dan Afrika, melalui Etisalat International Indonesia Ltd.,
dengan saham 13.3%; dan sebanyak 20% saham dimiliki oleh publik
secara terbuka. XL Axiata mulai beroperasi secara komesial di tahun
1996, dan saat ini menjadi salah satu penyedia layanan
telekomunikasi seluler terkemuka di Indonesia, dengan melayani
hingga 42,1 juta pelanggan di seluruh tanah air pada akhir tahun
2015.
Ruang likup kerja sama dengan Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat yang akan dilaksanakan pada tahun
2018 meliputi kegiatan:
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 36
• Peningkatan Gerakana Masyarakat Hidup Sehat.
• Digitalisasi Informasi Kesehatan.
5. PT. Fonterra Brands
PT. Fonterra Brands Indonesia hadir di Indonesia pada tahun 1995
pada awalnya perusahaan ini bernama PT. New Zealand Milk
Indonesia, pada tahun 2004 perusahaan ini berganti nama menjadi
PT. Fonterran Brands Indonesia sampai sekarang. PT. Fonterra
Brands Indonesia merupakan perusahaan susu multinasional yang
berbasis di Selandia Baru dimana dinegara asalnya perusahaan ini
bernama Fonterra Co-operative Group, perusahaan ini merupakan
salah satu pelaku bisnis terdepan dalam indusri susu yang
beroperasi di lebih dari 40 negara dan produk dari Fonterra Co-
operative Group dikenal sebagai salah satu produk susu terbaik
diantara merk-merk susu lain di dunia. Di Asia, produk terdepan dari
Fonterra Co-operative Group seperti CHESDALE, ANLENE,
ANMUM, ANCHOR dan MAINLAND. Ruang likup kerja sama
dengan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat yang akan dilaksanakan pada tahun 2018 meliputi
kegiatan:
• Edukasi dan Pemberdayaan Gaya Hidup Sehat dan Aktif
• Edukasi dan Pemberdayaan Kesehatan Ibu dan Anak
6. PT. Novo Nordisk
Novo Nordisk adalah perusahaan yang fokus pada diabetes. Produk
terbesar perusahaan ini adalah insulin. Perusahaan ini beroperasi di
75 negara, termasuk negara-negara ASEAN, diantaranya Indonesia.
Kantor perusahaan ini ada di Denmark dengan jumlah karyawan 40
ribu orang yang tersebar di seluruh dunia. Selain memproduksi
insulin, perusahaan ini juga memproduksi hormon pertumbuhan dan
terapi hemophilia.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 37
Ruang likup kerja sama dengan Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat yang akan dilaksanakan pada tahun
2018 meliputi kegiatan:
• Program Kesehatan Masyarakat.
• Program Pengendalian PTM
• Pemberdayaan Masyarakat dalam penanganan pasca bencana
7. PT. Johnson and Johnson
Johnson & Johnson (JnJ) adalah perusahaan multinasional Amerika
yang menjadi produsen peralatan medis, farmasi, dan barang
konsumen dalam kemasan. Perusahaan yang berdiri sejak 1886 ini
didirikan oleh tiga bersaudara Robert Wood Johnson, James Wood
Johnson dan Edward Mead Johnson di New Brunswick, New Jersey,
AS. Perusahaan ini bermarkas di New Brunswick, New Jersey
dengan divisi konsumennya berlokasi di Skillman, New Jersey.
Perusahaan ini membawahi 230 anak perusahaan dan beroperasi di
di 57 negara termasuk Indonesia.
Ruang likup kerja sama dengan Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat yang akan dilaksanakan pada tahun
2018 meliputi kegiatan: Edukasi gaya hidup sehat, Gizi seimbang,
PHBS, Lingkungan sehat bagi masyarakat.
• Program Kesehatan Masyarakat.
• Program Pengendalian Penyakit Tidak Menular
• Program Pengendalian Penyakit Menular
• Pelayanan Kesehatan
• Pemberdayaan Masyarakat dalam Tanggap Darurat Bidang
Kesehatan
8. PT. Media Televisi Indonesia (Metro TV)
Metro TV adalah televisi berita 24 jam pertama di Indonesia yang
mulai mengudara pada tanggal 25 November 2000. Metro TV
merupakan salah satu anak perusahaan dari Media Group. Konten
yang utama stasiun TV adalah berita dan informasi yang
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 38
dipancarkan ke seluruh pelosok Indonesia melalui 52 transmisi yang
tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Selain bermuatan berita,
Metro TV juga menayangkan beragam program informasi mengenai
kemajuan teknologi, kesehatan, pengetahuan umum, seni dan
budaya guna mencerdaskan bangsa. Metro TV terdiri dari 70% berita
(news), yang ditayangkan dalam 3 bahasa, yaitu Indonesia, Inggris,
dan Mandarin, ditambah dengan 30% program non berita (non news)
yang edukatif. Ruang likup kerja sama dengan Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat yang akan dilaksanakan
pada tahun 2018 meliputi kegiatan: Publikasi dan sosialisasi program
kesehatan antara lain berupa talkshow, documentaries, filler,
advertorial, pemberitaan, running text, event off air, dan iklan layanan
masyarakat di Metro TV dan media lainnya yang berafiliasi Media
Group.
9. PT. Gorry Gourmet Indonesia
Gorry Gourmet Indonesia terbentuk pada tahun 2014 dengan
pemikiran bahwa tubuh yang sehat adalah harta yang tidak ternilai.
Rutinitas yang sibuk dan kurangnya pemahaman akan pentingnya
makanan sehat, membuat banyak orang mudah jatuh sakit bahkan
di usia muda. Sulitnya meluangkan waktu untuk mempersiapkan
makanan sehat di tengah kesibukan masyarakat, adalah salah satu
kondisi yang mendorong lahirnya Gorry Gourmet. Perusahaan ini
siap menyediakan makanan sehat yang lezat sesuai kebutuhan.
Dengan ragam pilihan menu berkualitas, Gorry Gourmet
menyediakan bekal sehat untuk keseharian masyarakat. Baik untuk
mengatur tercapainya berat badan yang diinginkan, membentuk otot,
atau menjaga asupan sehat. Tim chefs dan dokter gizi Gorry
Gourmet menyusun berbagai menu sehat yang bercita rasa tinggi.
Kebutuhan asupan makan yang unik dari setiap anggota keluarga
pun kini mulai digarap, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa
dalam berbagai kondisi. Ruang likup kerja sama dengan Direktorat
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 39
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat yang akan
dilaksanakan pada tahun 2018 meliputi kegiatan:
• Rekomandasi Makanan dan Minuman Sehat
• Sosialisasi Makanan Sehat melalui aplikasi Gorrywell
• Melakukan riset terkait manfaat aplikasi Gorrywell untuk
kesehatan
10. PT. Darya Varia Laboratoria
PT Darya-Varia Laboratoria Tbk adalah perusahaan farmasi yang
telah beroperasi sejak tahun 1976. Setelah menjadi perusahaan
terbuka pada tahun 1994, Perseroan mengembangkan berbagai
produk Obat Resep dan Consumer Health. Darya-Varia
mengoperasikan dua fasilitas manufaktur di Gunung Putri dan
Citeureup, Bogor, keduanya memiliki sertifikat Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB) ASEAN.
Pabrik Darya-Varia memiliki spesialisasi dalam produksi kapsul
gelatin lunak dan produk-produk cair, injeksi steril dan produk padat.
Pada 2013, Perseroan memperoleh sertifikat halal untuk kapsul
NATUR-E dan HOBAT, produk gelatin yang mengandung unsur
hewani, merupakan sertifikasi halal produk suplemen yang pertama
untuk perusahaan farmasi di Indonesia. Ruang likup kerja sama
dengan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat yang akan dilaksanakan pada tahun 2018 meliputi
kegiatan:
• Peningkatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
• Perbaikan Gizi
• Peningkatan Kesehatan Ibu dan Balita
11. PT. Amerta Indah Otsuka
Di awal berdirinya pada tahun 1997, Otsuka merupakan perusahaan
afiliasi dari Otsuka Pharmaceutical Co, Ltd Jepang yang memulai
perjalanannya di Indonesia dengan nama PT. Kapal Indah Otsuka.
Perusahaan ini terbentuk dari hasil investasi bersama antara Otsuka
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 40
Pharmaceutical Jepang dan PT. Kapal Api dengan Pocari Sweat
sebagai produk pertamanya. Kemudian di tahun 1999, PT. Kapal
Indah Otsuka merubah namanya menjadi PT Amerta Indah Otsuka.
Semakin berkembangnya perusahaan, pada tahun 2004 PT. Amerta
Indah Otsuka membuka pabrik pertamanya yang terletak di
Sukabumi, Jawa Barat menyusul 6 tahun berikutnya pabrik Pocari
Sweat di Kejayan, Pasuruan, Jawa Timur didirikan. Seiring dari
kemajuan perusahaan, Otsuka berkomitmen untuk terus
meningkatkan kualitas dengan mengimplementasikan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008, Sistem Keamanan Pangan ISO
22000: 2005, dan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001: 2004.
Ruang likup kerja sama dengan Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat yang akan dilaksanakan pada tahun
2018 meliputi kegiatan:
• Edukasi Demam Berdarah
• Edukasi Diabetes Melitus
• Edukai Hidrasi bagi Calon Jemaah Haji
• Pembudayaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
• Pembinaan Posyandu. enyehatan Lingkungan di Pasar Rakyat
melalui Program Pasar Sejahtera (Fasilitasi perbaikan sarpras
Pasar Rakyat dan Fasilitasi pemberdayaan dan edukasi
komunitas Pasar Rakyat)
12. Conocophillips (Grisik) Ltd
ConocoPhillips terkenal di seluruh dunia dengan keahlian teknologi
di bidang eksplorasi dan produksi di laut dalam, eksploitasi dan
manajemen reservoir, teknologi seismik 3-D, petroleum coke
upgrading kelas tinggi, dan sulfur removal. Bermarkas di Houston,
Texas, ConocoPhillips beroperasi pada lebih dari 40 negara.
Perusahaan ini mempunyai sekitar 38.300 karyawan di seluruh dunia
dan aset bernilai USD 164 miliar. Perusahaan ini mempunyai 4
aktivitas utama di seluruh dunia: eksplorasi dan produksi minyak
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 41
bumi, Pengilangan, pemasaran, suplai, dan transportasi minyak
bumi, Pengumpulan, pengolahan dan pemasaran gas alam. Ruang
likup kerja sama dengan Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat yang akan dilaksanakan pada tahun
2018 meliputi kegiatan:
• Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi, Balita, Anak, Remaja, dan
Lansia.
• Peningkatan kapasitas kader kesehatan dalam mendukung
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).
• Edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
• Penyuluhan Anti Narkoba dan HIV AIDS
• Peningkatan Akses Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan
13. PT. Astra International
PT Astra International Tbk didirikan di Jakarta pada tahun 1957
sebagai sebuah perusahaan perdagangan umum dengan nama
Astra International Inc. Astra telah mengembangkan bisnisnya
dengan menerapkan model bisnis yang berbasis sinergi dan
terdiversifikasi pada tujuh segmen usaha, terdiri dari: Otomotif, Jasa
Keuangan, Alat Berat, Pertambangan, Konstruksi & Energi,
Agribisnis, Infrastruktur dan Logistik, Teknologi Informasi, Properti.
Ruang likup kerja sama dengan Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat yang akan dilaksanakan pada tahun
2017 meliputi kegiatan: Peningkatan Kesehatan Ibu, Peningkatan
Kesehatan Anak, Peningkatan Kesehatan Remaja, dan Peningkatan
kapasitas kader kesehatan.
14. PT. Roche
Roche adalah perusahaan perintis di bidang farmasi dan diagnostik
di dunia, dengan fokus pada pengembangan sains untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Ruang likup kerja sama dengan
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat yang
akan dilaksanakan pada tahun 2018 meliputi kegiatan:
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 42
• Pencegahan Penyakit Tidak Menular (Kanker, Kanker pada
anak, Artritis Reumatoid, Penyakit Ginjal, Idiopathic Pulmonary
Fibrosis dan Hemofilia) melalui edukasi kepada masyarakat
• Dukungan penyelenggaraan rumah singgah untuk anak-anak
penderita kanker dan keluarganya melalui Yayasan terkait
• Peningkatan kapasitas advokasi organisasi pasien kanker.
15. PT. Biofarma
Biofarma merupakan BUMN produsen Vaksin dan Antisera, saat ini
berkembang menjadi perusahaan Life Science., didirikan 6 Agustus
1890. Selama 126 tahun pendiriannya Bio Farma telah berkontribusi
untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa, baik yang berada di
Indonesia maupun mancanegara. Lebih dari 130 negara telah
menggunakan produk Bio Farma terutama negara-negara
berkembang, dan 50 diantaranya adalah negara yang tergabung
dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Produksi Vaksin Bio
Farma telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan mendapatkan pra
kualifiasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Dengan kapasitas produksi lebih dari 3,2 Miliar dosis pertahun, Bio
Farma telah memenuhi kebutuhan vaksin Nasional dan kebutuhan
vaksin dunia melalui WHO dan UNICEF. Dengan filosofi Dedicated
to Improve Quality of Life, Bio Farma berperan aktif meningkatkan
ketersediaan dan kemandirian produksi Vaksin di negara-negara
berkembang dan negara-negara Islam untuk menjaga keamanan
kesehatan global (Global Health Security). Ruang likup kerja sama
dengan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat yang akan dilaksanakan pada tahun 2018 meliputi
kegiatan:
• PHBS dan Kesehatan lingkungan melalui pemberdayaan
masyarakat
• Peningkatan kapasitas kader dan nakes
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 43
• Peningkatan aksesbilitas layanan kesehatan (imunisasi dan
sarana prasarana kesehatan)
• Sosialisasi dan edukasi kesehatan
16. PT. Phapros
PT Phapros, Tbk adalah perusahaan farmasi yang merupakan anak
perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) yang saat ini
menguasai saham sebesar 56,6% dan sisanya dipegang oleh public
termasuk karyawan. Sejak didirikan lebih dari enam dasawarsa yang
lalu, tepatnya pada 21 Juni 1954, PT Phapros, Tbk yang semula
merupakan bagian dari pengembangan usaha Oei Tiong Ham
Corcern dengan nama NV Pharmaceutical Processing Industries
telah memproduksi lebih dari 284 macam obat, sebagian besar
diantaranya adalah hasil pengembangan sendiri (non-lisensi) yang
diklasifikasi dalam kelompok produk etikal, generic, OTC, dan
Agromed. Selain memproduksi bat yang diperdagangkan sendiri, PT
Phapros, Tbk dipercaya industri farmasi lain untuk memproduksi
obat melalui kerjasama Contract Manufacturing. Produk tersebut
selain untuk kebutuhan nasional juga untuk kebutuhan negara lain
melalui kerjasama ekspor yang dirintis sejak tahun 2013. Hingga
saat ini sudah ada 6 produk yang diizinkan untuk beredar di negara
tetangga, yaitu Kamboja. Ruang likup kerja sama dengan Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat yang akan
dilaksanakan pada tahun 2018 meliputi kegiatan:
• Pendampingan Posyandu dan Posyandu Remaja;
• Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak; dan
• Peningkatan Kesehatan Lingkungan.
Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2018 dengan Tahun 2017
Persentase capaian indikator Dunia Usaha yang Memanfaatkan CSR-nya
untuk Program Kesehatan tahun 2017 sebesar 100% (12 dunia usaha
mengalokasikan CSR-nya untuk Program Kesehatan) sedangkan Dunia
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 44
Usaha yang Memanfaatkan CSR-nya untuk Program Kesehatan pada
Tahun 2018 100% (16 dunia usaha mengalokasikan CSR-nya untuk
Program Kesehatan).
Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2018 dengan Target Jangka
Menengah
Berdasarkan hasil capaian 4 tahun terakhir (tahun 2015, 2016, 2017,
2018) Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
optimis terhadap target Indikator Dunia Usaha yang Memanfaatkan CSR-
nya untuk Program Kesehatan sebanyak 20 dunia usaha pada tahun 2019
akan dapat tercapai.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai target tahun 2018
• Mengidentifikasi perusahaan yang telah menjalin kerjasama dengan
Kementerian Kesehatan dan Perusahaan yang memiliki interest
terhadap kesehatan
• Mereviu kerjasama yang telah habis masa berlakunya dan
mondorong untuk membuat kerjasama baru serta mengembangkan
ruang lingkup kerjasama untuk mendukung program kesehatan
prioritas.
• Memperkenalkan kepada dunia usaha potensial terkait program
kesehatan prioritas yang bisa dilakukan dengan kemitraan melalui
program CSR.
• Pemantauan terhadap pelaksanaan CSR bidang Kesehatan untuk
memastikan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan yang ditetapkan.
Analisis keberhasilan dalam pencapaian indikator
• Dukungan kesepakatan global dalam tujuan SDGs ke 17 yaitu
memperkuat saran pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global
untuk pembangunan berkelanjutan.
• Dukungan dari Forum Filantropi yang merupakan perhimpunan
independen dan nirlaba yang dipercaya oleh pemerintah dan sektor
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 45
usaha dalam menjalan menjalankan sosial-kemanusian dan
lingkungan di Indonesia.
• Perkembangan industri farmasi dan jasa kesehatan mendorong
munculnya calon mitra potensial dari dunia usaha yang bergerak di
sektor kesehatan.
• Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas.
Dalam pasal 74 ayat 1 s/d 3 bahwa Perseroan Terbatas yang
menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan
sumberdaya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan dan merupakan kewajiban perseoran yang dianggarkan
dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan.
• Peraturan Pemerintah No 47 tahun 2012 tentang tanggung jawab
sosial dan lingkungan perseroan terbatas merupakan penjelasan dari
Undang-Undang No. 40 tahun 2007, bahwa setiap perseroan
mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan baik di dalam
maupun di luar lingkungan perseroan dengan memperhatikan
kepatutan dan kewajaran.
Analisis hambatan pencapaian indikator
• Keterbatasan sumber daya untuk membuat komitmen dengan dunia
usaha untuk menggalang kemitraan melalui program CSR
• Tidak semua Dunia Usaha tertarik untuk melakukan kerjasama
jangka panjang dan berkelanjutan.
Alternatif solusi yang dilakukan
• Meningkatkan kapasitas sumber daya Direktorat Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat dalam pengelolaan Kemitraan
Kesehatan.
• Meningkatkan kepercayaan Dunia Usaha untuk mau melakukan
kerjasama jangka panjang dan berkelanjutan.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 46
• Memberikan apresiasi dan melibatkan mitra-mitra dunia usaha dalam
even-even skala nasional kementerian kesehatan yang
mendapatakan publikasi media massa yang luas.
Analisis Efisiensi
Penyerapan anggaran sebesar 99% dari alokasi anggaran sebesar
dari total anggaran sebesar Rp. 3,077,609,500,- menunjukkan korelasi
positif dengan capaian indikator. Hal ini menunjukkan bahwa semua
kegiatan telah dilaksanakan dengan baik dan efisen, sehingga
mendorong pencapaian indikator kinerja kegiatan.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 47
Dokumentasi Kegiatan Penandatanganan MoU dengan Dunia Usaha pada Saat Kegiatan Konferensi Nasional Promosi Kesehatan Rumah Sakit
di Hotel Mercure 27-30 November 2018
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 48
4. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber
dayanya untuk mendukung kesehatan
Organisasi kemasyarakatan merupakan kelompok potensial untuk
meningkatkan perilaku sehat masyarakat karena mereka memiliki
sumberdaya dan jaringan kerja dan keanggotaan hingga ke grassroot.
Direktorat Promosi Kesehatan & Pemberdayaan menggalang peran serta
ormas baik ormas keagamaan, kepemudaan, dan wanita untuk
meningkatkan jangkauan akses informasi kesehatan dan pemberdayaan
program kesehatan prioritas terhadap masyarakat luas. Target capaian
jumlah Organisasi Kemasyarakatan yang Memanfaatkan Sumber
Dayanya untuk Mendukung Kesehatan dihitung secara kumulatif dengan
kenaikan target capaiannya setiap tahun sebesar 3 Organisasi
Kemasyarakatan.
Diagram Perbandingan Target dan Capaian Indikator Jumlah Organisasi Kemasyarakatan Yang Memanfaatkan Sumber Dayanya Untuk
Mendukung Kesehatan Tahun 2015 – 2019
Perbandingan Target dan Realisasi Kinerja
Target Indikator Capaian Organisasi Kemasyarakatan yang
Memanfaatkan Sumber Dayanya untuk Mendukung Kesehatan 2018
sebanyak 12 ormas, sedangkan capaian Indikator sebanyak 12 ormas
3
6
9
12
15
4
6
9
12
2015 2016 2017 2018 2019
Target Capain
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 49
(capaian 100% dari target 100%). Dengan demikian kegiatan ini telah
mencapai target pada tahun 2018. Ada pun Organisasi Kemasyarakatan
yang Memanfaatkan Sumber Dayanya untuk Mendukung Kesehatan
tersebut antara lain :
1. Pergerakan Wanita Nasional Indonesia (PERWANAS)
Pergerakan Wanita Nasional Indonesia adalah Organisasi mandiri
yang didirikan di Jakarta pada tanggal 14 Januari 1951, dengan
nama Wanita Demokrat Indonesia. Dalam Kongres V tanggal 16 Juli
1964 karena kondisi sosial politik saat itu, berubah nama menjadi
Gerakan Wanita Marhaenis dan selanjutnya pada Kongres VI
tanggal 3-7 Desember 1973, nama organisasi dirubah menjadi
pergerakan wanita nasional indonesia, yang disingkat menjadi
PERWANAS.
Kongres Wanita Demokrat ke-III memutuskan untuk mendirikan
Yayasan yang diberi nama Yayasan Dharma Bhakti, yayasan ini
bergerak di bidang pendidikan, sosial dan keagamaan, dengan
tujuan utama menopang dana untuk segala kegiatan Wanita
Demokrat Indonesia. Sejak itu yayasan diserahi mengelola aset
Perwanas, berupa PAUD, TK, SD, SMP dan SMA serta Balai
Pengobatan yang terletak di beberapa Propinsi di Indonesia. Ruang
likup kerja sama dengan Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat yang akan dilaksanakan pada tahun
2018 adalah Pergerakkan dan mobilisasi GERMAS dan Pencegahan
Stunting di masyarakat
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 50
Penandatangan Komitmen oleh Gubernur Jawa Tengah, H Ganjar Pranowo,
SH. saat Pembukaan Kegiatan Orientasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(Germas) dan Pencegahan Stunting, yang diinisiasi oleh PERWANAS di
Hotel Setos Semarang, 19 - 20 September 2018
2. Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI)
PGI didirikan pada 25 Mei 1950. Sebelumnya, pada 6-13 November
1949 diadakan “Konferensi Persiapan Dewan Gereja-gereja di
Indonesia”. Seperti diketahui sebelum Perang Dunia II telah
diupayakan mendirikan suatu Dewan yang membawahi pekerjaan
dan Zending; namun karena pecahnya PD II maksud tersebut
diundur. Setelah PD II berdirilah tiga buah Dewan Daerah, yaitu
“Dewan Permoesyawaratan Geredja-geredja di Indonesia, yang
berpusat di Yogyakarta (Mei 1946); “Majelis Usaha Bersama
Geredja-geredja di Indonesia bagian Timur”, berpusat di Makassar
(Maret 1947) dan “Majelis Geredja-geredja bagi Sumatera” (awal
1949), di Medan. Ketiga dewan daerah ini didirikan dengan maksud
membentuk satu Dewan Gereja-gereja di Indonesia, yang
melingkupi ketiga dewan tersebut. Ruang likup kerja sama dengan
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat yang
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 51
akan dilaksanakan pada tahun 2018 adalah: Orientasi &
Implementasi GERMAS
3. Aliansi Pita Putih Indonesia (APPI)
APPI dibentuk pada tahun 1999, menyusul terbentuknya The White
Ribbon Alliance for Safe Motherhood di Washington DC oleh
Maternal and Neonatal Health/ MNH USAID dalam upaya
menurunkan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia akibat
melahirkan tertinggi di Asean. Aliansi pita putih mempunyai makna
bergabungnya lembaga-lembaga yang mempunyai visi dan misi
yang sama kedalam satu perkumpulan. Aliansi pita putih dapat
dibentuk dengan bergabungnya organisasi kemasyarakatan,
lembaga-lembaga swadaya masyarakat, lembaga non pemerintah,
dan juga perorangan atau individu serta pakar yang mempunyai visi
dan misi terhadap kesehatan dan keselamatan ibu hamil,
melahirkan, nifas, bayi baru lahir dan anak. APPI saat ini sudah
terbentuk di beberapa Provinsi antara lain, Jawa Barat, DKI Jakarta,
Banten, Sumbar, Sumsel, Lampung, NTB, NTT, Sulsel, Kalsel,
Bengkulu, Sulut, Jawa Timur, Riau, Jambi, Maluku, Kalimantan
Timur, Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Yogyakarta, Gorontalo,
Sulawesi Tenggara, Kalimantan Tengah, Maluku, Maluku Utara,
Ternate, Bali. Ruang likup kerja sama dengan Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat yang akan dilaksanakan
pada tahun 2018 adalah Optimalisasi GERMAS & pence gahan
Stunting
4. AL-HIDAYAH
Pengajian Al-Hidayah adalah organisasi sosial kemasyarakatan.
Didirikan di Jakarta pada tanggal 5 Oktober 1979. Pengajian Al –
Hidayah beraqidah Islam, berasaskan Pancasila dan UUD 45
beserta Amandemennya.Pengajian Al-Hidayah bersifat sosial,
keagamaan, kesetaraan dan kesejahteraan. Pengajian Al-Hidayah
beranggotakan kaum perempuan Indonesia yang beragama Islam.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 52
Kedaulatan organisasi berada ditangan anggota dan dilaksanakan
sepenuhnya oleh Muktamar. Muktamar dilaksanakan sekali dalam 5
tahun. Ruang likup kerja sama dengan Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat yang akan dilaksanakan
pada tahun 2018 adalah Penggalangan dukungan pelaksanaan
GERMAS, penurunan Stunting, eliminasi TBC, & peningkatan
cakupan Imunisasi
5. Dewan Masjid Indonesia (DMI)
DMI adalah organisasi tingkat nasional dengan tujuan untuk
mewujudkan fungsi masjid sebagai pusat ibadah, pengembangan
masyarakat dan persatuan umat. Organisasi ini didirikan pada tahun
1972 dengan maksud untuk meningkatkan keimanan, ketaqwaan,
akhlaq mulia dan kecerdasan umat serta tercapainya masyarakat
adil makmur yang diridhai Allah SWT, dalam wilayah Negara
Republik Indonesia. Ide dibentuknya Dewan Masjid Indonesia
bermula dari pertemuan tokoh-tokoh Islam yang dihadiri oleh Bapak
H. Rus'an dari Dirjen Bimas Islam dan Wakil Ketua Jakarta Pusat
Bapak H. Edi Djajang Djaatmadja membentuk panitia untuk
mendirikan Dewan Kemakmuran Masjid Seluruh Indonesia (DKMSI).
Pada tanggal 16 Juni 1970 disusunlah formatur yang diketuai oleh
KH. MS. Rahardjo Dikromo yang beranggotakan H. Sudirman, KH.
MS. Rahardjo Dikromo, KH. Hasan Basri, KH. Muchtar Sanusi, KH.
Hasyim Adnan, BA dan KH. Ichsan. Tepatnya pada tanggal 22 Juni
1972 rapat tim formatur memutuskan untuk mendirikan Dewan
Masjid indonesia. Ruang likup kerja sama dengan Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat yang akan dilaksanakan
pada tahun 2018 adalah
• Penggalangan komitmen pengurus DMI baik di
provinsi/kab/kota, pengurus/takmir masjid di desa untuk
menjadikan GERMAS sebagai program kesehatan berbasis
masjid & rumah tangga
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 53
• Peningkatan kapasitas SDM masjid untuk mendorong
terwujudnya GERMAS berbasis masjid & rumah tangga
• Peningkatan pemahaman jama'ah masjid untuk menerapkan
GERMAS di lingkungan masjid & rumah tangga
• Membangun GERMAS sebagai gerakan sosial berbasis masjid
& rumah tangga
6. Jannur
Pesantren tumbuh berkembang dengan pesat di setiap daerah di
Indonesia. Kendati demikian, tidak ada pesantren yang berdiri sendiri
tanpa terkait dengan pesantren lainnya. Terutama dengan
pesantren-pesantren yang sudah besar dan masyhur. Jejaring
pesantren terbangun melalui beberapa saluran. Ada yang melalui
hubungan kekeluargaan dimana anak dari seorang pimpinan
pesantren juga menyebar ke daerah lain dengan mendirikan
lembaga pesantren. Ada yang melalui hubungan perkawinan. Ada
pula melalui hubungan keilmuan dimana santri terpilih ditugaskan
untuk mendirikan pesantren di daerah yang diinginkan. Dari berbagai
jalur inilah jaringan pesantren di seluruh nusantara berjalan. Kendati
demikian, Jaringan pesantren yang telah dibangun tidak terbatas
hanya pada wilayah Indonesia saja. Tetapi hingga ke luar negeri
seperti negara tetangga (Malaysia dan Brunei Darussalam) ataupun
negara-negara berlatar belakang Islam lainnya, bahkan di negara
dimana islam menjadi minoritas, jalinan komunikasi jaringan
pesantren tetap berjalan. Selama ini komunikasi jaringan pesantren
nusantara yang bersifat informal hampir setiap waktu dilakukan.
Perkembangan dunia baik lokal, nasional maupun global, informasi
aktual serta beragam persoalan selalu dibicarakan dalam suasana
dan bingkai kepesantren-an. Kegiatan keilmuan serta pelatihan
berbasis kemampuan (skill) seperti pertanian, sipil dan pengobatan
juga dilaksanakan. Ruang likup kerja sama dengan Direktorat
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 54
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat yang
dilaksanakan pada tahun 2018 adalah:
• Advokasi kepada penentu kebijakan, baik dari ORMAS maupun
pemerintahan
• Optimalisasi GERMAS melalui peningkatan peranserta ke
lompok masyarakat di kab/kota binaan lokus GERMAS
• Peningkatan kapasitas bagi tokoh/kader/fasilitator dalam
pencegahan Stunting, eliminasi TBC, & peningkatan cakupan
Imunisasi.
• Penggerakkan kelompok binaan dalam menjangkau sasaran
7. Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI)
PHDI adalah majelis organisasi umat Hindu Indonesia yang
mengurusi kepentingan keagamaan maupun sosial. PHDI yang
awalnya bernama Parisada Hindu Dharma Bali ini didirikan di pada
tahun 1959 untuk memperjuangkan agar agama Hindu menjadi
agama yang diakui di Indonesia. Pada tahun 1964, nama organisasi
ini diubah menjadi Parisada Hindu Dharma Indonesia, yang
mencerminkan upaya-upaya selanjutnya untuk mendefinisikan
Hindu tidak hanya sebagai kepentingan Bali tetapi juga nasional.
Pengurus Pusat PHDI berkedudukan di Jakarta. Ruang lingkup
kegiatan dalam mendukung Program Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat melalui Peran Serta Organisasi
Kemasyarakatan (Ormas) PHDI adalah dukungan terhadap
pelaksanaan kegiatan Germas.
• Peningkatan perilaku Aktifitas fisik dengan yoga
• Peningkatan perilaku tidak merokok dengan PUTAR (Pura
Tanpa Asap Rokok)
• Pengembangan kegiatan deteksi dini penyakit melalui
Posbindu PTM di Pura atau balai Banjar/Desa
• Pencegahan Stunting pada usia remaja
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 55
Badan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Parisada Hindu
Dharma Indonesia (PHDI) Pusat menyelenggarakan Orientasi dan
Fasilitasi Penggerakan Kelompok Masyarakat Binaan wilayah Jakarta,
Jawa Barat dan Banten, di Park Hotel Cawang, Jakarta Timur, 6
Oktober 2018.
8. Persekutuan Pelayanan Kristen untuk Kesehatan di Indonesia
(Pelkesi)
Pelkesi didirikan pada tanggal 17 September 1983 di Balige,
Sumatera Utara, pada Pertemuan ke-3 Pimpinan Lembaga
Pelayanan Kesehatan Kristen. Adapun pertemuan pertama
dilaksanakan di Tomohon, Sulawesi Utara, pada tahun 1978
dilanjutkan oleh pertemuan ke-2 di Jakarta tahun 1980. Pelkesi
adalah satu wadah persekutuan dari Lembaga-Lembaga dan Insan
Kristen dalam bidang pelayanan dan pendidikan kesehatan se
Indonesia, dalam usahanya mewujudkan cita-cita dan tugas
panggilan gerejawi. Pembentukan Pelkesi dimaksudkan untuk
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 56
mengajak Gereja-gereja di Indonesia untuk mengembangkan
pelayananan kesehatan secara holistik meliputi fisik, sosial, ekonomi
dan spiritual. Disamping memfasilitasi pengembangan kerjasama
diantara lembaga pelayanan Kristen di bidang kesehatan. Ruang
lingkup kegiatan dalam mendukung Program Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat melalui Peran Serta Organisasi
Kemasyarakatan (Ormas) Pelkesi adalah Peningkatan GERMAS &
Percepatan Pencegahan Stunting di Jemaat & Masyarakat Binaan
Rumah Sakit Kristen Anggota PELKESI.
9. Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia (PERDHAKI)
PERDHAKI didirikan tanggal 22 Juli 1972 dengan SK Menteri
Kehakiman Nomor : Y.A.5/415/23 tanggal 6 Desember 1975.
Kedudukan PERDHAKI berpusat di Jakarta dengan pengurus
wilayah regional di beberapa wilayah di Indonesia. Visi PERDHAKI
adalah terwujudnya persatuan dalam karya pelayanan kesehatan
yang didasari oleh nilai-nilai kristiani. Ruang lingkup kegiatan dalam
mendukung Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat melalui Peran Serta Organisasi Kemasyarakatan
(Ormas) PERDHAKI adalah Peranserta PERDHAKI dalam
Optimalisasi GERMAS
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 57
Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia (PERDHAKI) bekerjasama PERDHAKI SumBagSel, Keuskupan Pangkalpinang, Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Dinkes Babel), dan Dinkes Kabupaten Bangka mengelarsosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) bagi para fasilitator dari 5 gereja paroki di Bangka yakni Gereja Sta. Bernadeth Pangkalpinang, Gereja Katedral Pangkalpinang, Gereja Sta. Maria Muntok, Gereja Sta. Maria Sungailiat, dan Gereja Sta. Maria Belinyu. Kegiatan yang berlangsung sejak 14-16 November 2018 itu digelar di Soll Marina Hotel Pangkalanbaru, Bangka Tengah.
10. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada
tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang
bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan KHA
Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta
sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan
ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh
dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya
untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang
sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist. Oleh karena itu beliau
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 58
memberikan pengertian keagamaan dirumahnya ditengah
kesibukannya sebagai Khatib dan para pedagang.
Dengan melihat sejarah pertumbuhan dan perkembangan
persyarikatan Muhammadiyah sejak kelahirannya, memperhatikan
faktor-faktor yang melatarbelakangi berdirinya, aspirasi, motif, dan
cita-citanya serta amal usaha dan gerakannya, nyata sekali bahwa
didalammya terdapat ciri-ciri khusus yang menjadi identitas dari
hakikat atau jati diri Persyarikatan Muhammadiyah.
Ruang lingkup kegiatan dalam mendukung Program Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat melalui Peran Serta
Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) PP Muhammadiyah adalah :
• Pelatihan fasilitator/kader/pembina teknis yang memiliki
kemampuan menggerakkan masyarakat
• Pembinaan kelompok yang mendukung Kampanye GERMAS,
peduli TBC, peduli Imunisasi.
• Terbentuknya posyandu aktif & integrasi pelayanan posyandu
dengan posbindu, posyandu remaja, serta terbentuknya pos TB
desa
11. Muslimat NU
Salah satu organisasi keagamaan terbesar di Indonesia Nahdlatul
Ulama (NU) yang lahir pada tanggal 31 Januari 1926 merupakan
organisasi yang pada mulanya hanya beranggotakan kaum laki-laki.
Melihat fenomena ini Ny. Djunaisih sebagai perintis organisasi
Muslimat NU memiliki gagasan bahwa, “Dalam agama Islam tidak
hanya laki-laki saja yang harus dididik berkenaan dengan ilmu
agama melainkan perempuan juga harus dan wajib mendapat
didikan yang selaras dengan tuntutan dan kehendak agama Islam”.
Gagasan tersebut disampaikan dalam pidatonya dalam Kongres NU
ke-13 di Menes Banten tahun 1938 yang menjadi cikal bakal lahirnya
Muslimat NU (Ma’shum dan Ali Zawawi 110). Meskipun gerakan
yang diprakarsai ini sarat dengan pengaruh tradisi dan budaya
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 59
patriarki namun kaum perempuan pada masa itu berhasil bangkit
dan menyuarakan pentingnya perempuan berorganisasi dan
berperan aktif tidak hanya di wilayah domestik. Ruang lingkup
kegiatan dalam mendukung Program Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat melalui Peran Serta Organisasi
Kemasyarakatan (Ormas) Muslimat NU adalah Penggalangan
komitmen terhadap optimalisasi GERMAS di lingkungan pesantren,
mencakup:
• Konsumsi sayur & buah secara teratur setiap hari
• Aktifitas fisik secara teratur
• Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala
• Perilaku hidup sehat: tidak merokok, mencuci tangan pakai
sabun, menjaga kebersihan lingkungan, & penggunaan jamban)
Kegiatan optimalisasi, orientasi, dan mobilisasi Germas Muslimat NU di
Banjarbaru dan Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan.
12. PP Fatayat NU
Berdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi induknya, dan sejarah
Indonesia sebagai tanah airnya. Penjajahan selama bertahun-tahun
telah menyebabkan bangsa Indonesia terpuruk. Perjuangan
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 60
melawan keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan, dan
keterpurukan akibat penjajahan ini kemudian mengkristal dan
melahirkan semangat kebangkitan di seantero negeri hingga
mencapai puncaknya pada tahun 1908 yang dikenal sebagai tahun
Kebangkitan Nasional. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
kemudian menyetujui pembentukan Pengurus Pusat Puteri NUM
yang diberi nama Dewan Pimpinan Fatayat NU pada tanggal 26
Rabiul Akhir 1939/14 Februari 1950. Selanjutnya Kongres NU ke-
XVIII tanggal 20 April-3 Mei 1950 di Jakarta secara resmi
mengesahkan Fatayat NU menjadi salah satu badan otonom NU.
Ruang lingkup kegiatan dalam mendukung Program Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat melalui Peran Serta
Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Fatayat NU adalah :
• Penggalangan komitmen dari tingkat pusat-daerah dalam
mendukung Optimalisasi GERMAS & Pencegahan Stunting
• Orientasi GERMAS & Pencegahan Stunting pada masyarakat
Pengurus Pusat organisasi otonom perempuan Fatayat NU menggelar acara
orientasi Germas dan Stunting di hotel Lariz, Makassar, Sulawesi Selatan,
21-22 November 2018.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 62
Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2017 dengan Tahun 2018
Pencapain Jumlah Organisasi Kemasyarakatan yang Memanfaatkan
Sumber Dayanya untuk Mendukung Kesehatan pada 2017 mencapai 9
ormas (capaian 100%), sedangkan pada Tahun 2018 capaian Jumlah
Organisasi Kemasyarakatan yang Memanfaatkan Sumber Dayanya untuk
Mendukung Kesehatan adalah sebanyak 12 ormas (100%).
Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2018 dengan Target Jangka
Menengah
Berdasarkan hasil capaian 4 tahun terakhir (tahun 2015, 2016, 2017,
2018) Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
optimis target Indikator Organisasi Kemasyarakatan yang Memanfaatkan
Sumber Dayanya untuk Mendukung Kesehatan sebanyak 15 ormas pada
tahun 2019 akan dapat tercapai.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai target tahun 2018
• Melakukan sosialisasi Program Prioritas Kesehatan dengan
Organisasi Kemasyarakatan
• Penggalangan komitmen Organisasi Kemasyarakatan yang telah
MoU dengan Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan dukungan
sumberdaya yang dimiliki organisasi kemasyarakatan
• Penguatan jejaring organisasi kemasyarakatan untuk mendapatkan
dukungan sumberdaya organisasi kemasyarakatan sehingga jejaring
organisasi kemasyarakatan juga menjadi bagian dari pelaksanaan
kegiatan untuk mendukung program kesehatan
• Koordinasi dengan Lintas Program terkait identifikasi organisasi
kemasyarakatan yang telah bekerjasama dengan Program di lingkup
Kementerian Kesehatan
Analisis keberhasilan pencapaian indikator
Faktor pendukung yang mempengaruhi upaya pencapain kinerja
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 63
• Organisasi Kemasyarakatan yang telah MoU dengan Kementerian
Kesehatan memiliki kriteria: legal aspek, kemampuan teknis dan
administrasi, wilayah dan kader penggerak untuk melaksanakan
program prioritas kesehatan.
• Permasalahan kesehatan merupakan salah satu tema sentral yang
juga menjadi fokus dan perhatian organisasi-organisasi
kemasyarakatan yang ada selain isu-isu sosial lainnya seperti
lingkungan hidup, keagamaan, pembangunan, dan lain sebagainya.
Analisis hambatan pencapaian indikator
• Tidak semua ormas calon mitra potensial memenuhi persyaratan
untuk MoU dengan Kementerian Kesehatan sesuai Permenkes No 84
Tahun 2015 tentang Pengembangan Peran Serta Organisasi
Kemasyarakatan Bidang Kesehatan.
• Terbatasnya sumber daya yang dimiliki ormas untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang mendukung upaya pembangunan kesehatan.
Alternatif Solusi yang Dilakukan
• Pembinaan terhadap Ormas yang belum memenuhi syarat sesuai
Permenkes No 84 Tahun 2015 tentang Pengembangan Peran Serta
Organisasi Kemasyarakatan dalam bentuk mendorong organisasi
kemasyarakatan untuk membangun jejaring dengan berbagai pihak
potensial lainnya.
• Pendampingan teknis dan administrasi yang lebih intens untuk
meningkatkan kinerja ormas yang telah bekerjasama.
Analisis Efisiensi
Penyerapan anggaran sebesar 98% dari total anggaran sebesar Rp.
11,077,609,500,- menunjukkan korelasi positif dengan capaian indikator.
Hal ini menunjukkan bahwa semua kegiatan telah dilaksanakan dengan
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 64
baik dan efisen, sehingga mendorong pencapaian indikator kinerja
kegiatan.
3.2 SUMBERDAYA
Pencapaian kinerja Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat didukung oleh adanya sumber daya antara lain Sumber Daya
Manusia (SDM), Sumber Daya Anggaran, maupun Sumber Daya Sarana dan
Prasarana.
a. Sumber Daya Manusia
Pegawai Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan sampai tanggal
31 Desember 2018 sejumlah 81 orang dengan komposisi sebagai berikut:
Tabel 3.2 Jumlah Pegawai Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat Berdasarkan Jabatan
No Uraian Perempuan Laki-Laki Jumlah
1 Eselon II - 1 1
2 Eselon III 2 2 4
3 Eselon IV 8 1 9
4 Fungsional PKM 7 3 10
5 Umum 30 14 44
6 Non PNS 6 9 15
Total 53 30 83
Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa pejabat struktural ada 14 orang
(17%). Selain itu, di Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat 2 jabatan fungsional, terbanyak yaitu Jabatan Fungsional Umum
sebanyak 44 orang (53%), Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM) Ahli
berjumlah 10 orang (9%). Sementara pegawai Non PNS di Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat sebanyak 15 orang (12%).
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 66
Tabel 3.3 Jumlah Pegawai Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat Berdasarkan Golongan
No Uraian Perempuan Laki-Laki Jumlah
1 Golongan II 2 - 2
2 Golongan III 31 18 49
3 Golongan IV 12 5 17
Total 45 23 68
Dari data di atas, dapat dilihat sebagaian besar pegawai Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat berada pada golongan III
sebanyak 49 orang, dan golongan paling sedikit berada pada golongan II
sebanyak 6. Jumlah Pegawai berdasarkan tingkat pendidikan pada
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat sebagai
berikut:
b. Sumber Daya Anggaran
Dalam mendukung pelaksanaan kegiatan Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat didukung melalui anggaran dari APBN
Kementerian Kesehatan RI dan berbagai sumber lainnya sesuai peraturan
yang berlaku. Anggaran Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat pada tahun 2018 adalah Rp. 158,343,175,000,-
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 67
Realisasi anggaran Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat tahun 2018 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 Realisasi Anggaran Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018
PAGU REALISASI
Rp %
158,343,175,000,- 142,521,194,385,- 90%
c. Sumber Daya Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana yang dimiliki oleh Direktorat Promosi Kesehatan &
Pemberdayaan adalah :
1. Ruangan yang terdiri dari ruang kerja dan gudang.
2. Peralatan kantor antara lain Personal Unit (komputer), Laptop, LCD,
Meubeulair, jaringan LAN, dan lain sebagainya
3. Perlengkapan Multimedia mencakup peralatan studio mini, peralatan
fotografi, peralatan video, peralatan audio dan peralatan design grafis
4. Media elektronik seperti film dokumenter, spot radio, spot tv,
film/sinetron dan lain sebagainya
5. Media Cetak berupa poster, lembar balik, permainan edukatif, leaflet,
buku-buku
6. Media Online Direktorat Promosi Kesehatan & Pemberdayaan
diantaranya official website, twitter, facebook, instagram
7. Perlengkapan Pameran
8. Kendaraan operasional roda 4, kendaraan operasional roda 2,
kendaraan khusus pameran dan kendaraan khusus promosi kesehat
Ringkasan Barang Milik Negara Tahun 2018:
1. Saldo Awal Periode Tahunan Tahun Anggaran 2018
Nilai Saldo Awal Barang Milik Negara pada Laporan Barang Kuasa
Pengguna (LBKP) Gabungan (intrakomptabel dan ekstrakomptabel)
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 68
yang disajikan pada Laporan Tahunan Tahun Anggaran 2018 ini
adalah sebesar Rp. 62.060.134.256,- (enam puluh dua milyar enam
puluh juta seratus tiga puluh empat ribu dua ratus lima puluh enam
rupiah), dalam Periode laporan Tahunan Tahun Anggaran 2018
terdapat mutasi tambah sebesar Rp. 174.047.000,- (Seratus tujuh
puluh empat juta empat puluh tujuh ribu rupiah) jadi nilai BMN
gabungan (intrakomptabel dan ekstrakomptabel) yang disajikan pada
Laporan Tahunan Tahun Anggaran 2018, sebesar Rp.
62.234.181.256,- (enam puluh dua milyar dua ratus tiga puluh empat
juta seratus delapan puluh satu ribu dua ratus lima puluh enam rupiah).
2. Ringkasan Mutasi Barang Milik Negara Periode Tahunan Tahun
Anggaran 2018
Mutasi/transaksi yang terjadi pada BMN Periode Tahunan untuk Tahun
Anggaran 2018 adalah sebagai berikut :
a. Barang Persediaan
Saldo Persediaan pada Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat Kementerian Kesehatan RI Periode 31 Desember
2018 yaitu sebesar Rp. 10.807.760.715,- (Sepuluh milyar delapan
ratus tujuh juta tujuh ratus enam puluh ribu tujuh ratus lima belas
rupiah), jumlah tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
Uraian Saldo (Rp)
117111 Barang Konsumsi 10.467.587.915
117128 Barang persediaan lainnya utk di
jual/Diserahkan ke Masyarakat
340.172.800
JUMLAH 10.807.760.715
Barang persediaan lainnya untuk di jual/Diserahkan ke
Masyarakat berupa Dacin dan Sarung yang masih tercatat di
Neraca sebanyak 1.024 unit dengan nilai sebesar Rp.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 69
340.172.800,- (Tiga ratus empat puluh juta seratus tujuh puluh
dua ribu delapan ratus rupiah) sedangkan menurut Opname Fisik
sebanyak 609 Unit dengan nilai sebesar Rp. 202.309.800,- (Dua
ratus dua juta tiga ratus sembilan ribu delapan ratus rupiah),
terdapat selisih sebanyak 415 unit dengan nilai sebesar Rp.
137.863.000,- (Seratus tiga puluh tujuh juta delapan ratus enam
puluh tiga ribu rupiah) telah diserahkan ke Masyarakat/Daerah.
Total nilai barang persediaan yang dalam kondisi rusak dan
usang sebesar Rp.0 (nihil).
b. Peralatan dan Mesin
Saldo Peralatan dan Mesin pada Laporan Tahunan Tahun
Anggaran 2018 Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat adalah sebesar Rp. 34.488.327.640,-
(Tiga puluh empat milyar empat ratus delapan puluh delapan juta
tiga ratus dua puluh tujuh ribu enam ratus empat puluh rupiah),
dari jumlah tersebut terdapat mutasi penambahan sebesar Rp.
378.047.000,- (Tiga ratus tujuh puluh delapan juta empat puluh
tujuh ribu rupiah) dari pembelian dan terdapat mutasi
pengurangan sebesar Rp. 244.190.682,- (Dua ratus empat puluh
empat juta seratus sembilan puluh ribu enam ratus delapan puluh
dua rupiah) menjadi aset tetap yang tidak di gunakan karena
kondisi rusak berat dari saldo awal per 1 Januari 2018 sebesar
Rp. 34.354.471.331,- (Tiga puluh empat milyar tiga ratus lima
puluh empat juta empat ratus tujuh puluh satu ribu tiga ratus tiga
puluh satu rupiah) dengan Rincian Peralatan dan Mesin per
bidang barang adalah sebagai berikut :
1) Alat Angkutan (3.02)
Saldo nilai Alat Angkut pada Laporan Tahunan Tahun
Anggaran 2018 pada Satuan Kerja Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat periode 31
Desember 2018 sebesar Rp 17.877.313.076,- (tujuh belas
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 70
milyar delapan ratus tujuh puluh tujuh juta tiga ratus tiga belas
ribu tujuh puluh enam rupiah). Jumlah tersebut terdapat
mutasi pengurangan 1 unit dari saldo awal per 1 Januari 2018
dengan semula jumlah barang 69 unit, nilai sebesar Rp
17.880.579.076,- (tujuh belas milyar delapan ratus delapan
puluh juta lima ratus tujuh puluh sembilan ribu tujuh puluh
enam rupiah). Untuk Alat Angkutan terdapat mutasi kurang
sebesar Rp. 3.266.000,-(Tiga juta dua ratus enam puluh
enam ribu rupiah) dan untuk mutasi tambah sebesar Rp. 0
(nol rupiah).
Saldo Alat Angkut :
Uraian Jenis Transaksi Jumlah
(Rp)
Saldo Per 1 Januari 2018 17.880.579.076,-
Uraian Jenis Transaksi Jumlah
(Rp)
Saldo Per 31 Desember 2018 17.877.313.076,-
2). Alat Kantor dan Rumah Tangga (3.05)
Saldo Alat Kantor dan Rumah Tangga pada Laporan
Tahunan Tahun Anggaran 2018 Satuan kerja Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Per 31
Desember 2018 sejumlah 1.381 unit dengan nilai sebesar Rp
8.789.057.666,- (Delapan milyar tujuh ratus delapan puluh
sembilan juta lima puluh tujuh ribu enam ratus enam puluh
enam rupiah). Jumlah tersebut terdapat mutasi tambah
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 71
sejumlah 2 unit dengan nilai Rp. 42.700.000,- (Empat puluh
dua juta tujuh ratus ribu rupiah) dan mutasi kurang sejumlah
28 unit dengan nilai sebesar Rp. 54.815.600,-(Lima puluh
empat juta delapan ratus lima belas ribu enam ratus rupiah)
dari saldo awal per 01 Januari 2018 sebesar Rp
8.801.173.275,- (Delapan milyar delapan ratus satu juta
seratus tujuh puluh tiga ribu dua ratus tujuh puluh lima rupiah)
sebanyak 1.402 unit.
3). Alat Studio dan Alat Komunikasi (3.06)
Saldo Alat Studio dan Alat Komunikasi pada Laporan
Tahunan Tahun Anggaran 2018 Satuan kerja Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat per 31
Desember 2018 sejumlah 314 unit dengan nilai sebesar Rp
2.507.523.275,- (Dua milyar lima ratus tujuh juta lima ratus
dua puluh tiga ribu dua ratus tujuh puluh lima rupiah).
Sejumlah 372 unit merupakan dari Saldo awal per 1 Januari
2018 sebesar Rp 2.529.461.725,- (Dua milyar lima ratus dua
puluh sembilan juta empat ratus enam puluh satu ribu tujuh
ratus dua puluh lima rupiah), dengan mutasi tambah sejumlah
3 unit dengan nilai sebesar Rp. 36.350.000,- (Tiga puluh
enam juta tiga ratus lima puluh ribu rupiah) dan terdapat
mutasi kurang sebanyak 61 unit dengan nilai sebesar Rp.
58.288.450,- (Lima puluh delapan juta dua ratus dua puluh
delapan ribu empat ratus lima puluh rupiah).
4). Alat Kedokteran dan Kesehatan Umum (3.07)
Saldo Alat Kedokteran dan Kesehatan umum pada Laporan
Tahunan Tahun Anggaran 2018 Satuan kerja Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat per 31
Desember 2018 sejumlah 27 unit dengan nilai sebesar
Rp17.290.000,- (Tujuh belas juta dua ratus sembilan puluh
ribu rupiah). Sejumlah 27 Unit merupakan saldo awal per 1
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 72
Januari 2018 dengan nilai sebesar Rp17.290.000,- (Tujuh
belas juta dua ratus sembilan puluh ribu rupiah) mutasi
tambah sebesar Rp. 0 (nol rupiah) dan mutasi kurang sebesar
Rp. 0 (nol rupiah)
5). Unit Alat Laboratorium (3.08)
Saldo Alat Laboratorium pada Laporan Tahunan Tahun
Anggaran 2018 Satuan kerja Direktorat Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat per 31 Desember 2018,
sejumlah 11 unit dengan nilai sebesar Rp. 60.664.000,-
(Enam puluh juta enam ratus enam puluh empat ribu rupiah),
Sejumlah 13 unit merupakan saldo awal per 1 Januari 2018,
sebesar Rp. 49.652.000,-(empat puluh sembilan juta enam
ratus lima puluh dua ribu rupiah), terdapat mutasi tambah
sejumlah 1 unit sebesar Rp. 11.150.000,- (Sebelas juta
seratus lima puluh ribu rupiah) dan mutasi kurang sejumlah 3
unit dengan nilai sebesar Rp. 138.000,- (Seratus tiga puluh
delapan ribu rupiah).
6). Alat Khusus Lainnya (3.09)
Saldo Alat Khusus Lainnya pada Laporan Tahunan Tahun
Anggaran 2018 Satuan kerja Direktorat Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat per 31 Desember 2018,
sejumlah 17 unit dengan nilai sebesar Rp 141.762.500,-
(Seratus empat puluh satu juta tujuh ratus enam puluh dua
ribu lima ratus rupiah). Untuk saldo awal per 1 Januari 2018
sebesar Rp. 88.462.500,-(delapan puluh delapan juta empat
ratus enam puluh dua ribu lima ratus rupiah), mutasi tambah
sejunlah 8 unit dengan nilai sebesar Rp. 53.300.000 (Lima
puluh tiga juta tiga ratus ribu rupiah) dan mutasi kurang
sebesar Rp. 0 ( nol rupiah).
7). Komputer dan Peralatan (3.10)
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 73
Saldo untuk Komputer dan Peralatan pada Laporan Tahunan
Tahun Anggaran 2018 Satuan kerja Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat per 31 Desember
2018 sejumlah 484 unit dengan nilai sebesar Rp
5.056.563.348,- (Lima milyar lima puluh enam juta lima ratus
enam puluh tiga ribu tiga ratus empat puluh delapan rupiah).
Jumlah 466 unit merupakan saldo awal 1 Januari 2018
dengan nilai sebesar Rp 4.949.698.975,- (Empat milyar
Sembilan ratus empat puluh sembilan juta enam ratus
sembilan puluh delapan ribu sembilan ratus tujuh puluh lima
rupiah), dengan mutasi tambah sejumlah 18 unit sebesar Rp.
234.547.000,- (Dua ratus tiga puluh empat juta lima ratus
empat puluh tujuh ribu rupiah) dan mutasi kurang sejumlah 19
unit dengan nilai sebesar Rp. 127.682.632,- (Seratus dua
puluh tujuh juta enam ratus delapan puluh dua ribu enam
ratus tiga puluh dua rupiah).
8). Alat Peraga (3.16)
Saldo Alat Peraga berupa miniatur (contoh NAPZA) pada
Laporan Tahunan Tahun Anggaran 2018 Satuan kerja
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat per 31 Desember 2018, sejumlah 2 unit dengan
nilai sebesar Rp 30.953.780,- (Tiga puluh juta sembilan ratus
lima puluh tiga ribu tujuh ratus delapan puluh rupiah). Jumlah
tersebut merupakan saldo awal per 1 Januari 2018 sebesar
Rp 30.953.780,- (tiga puluh juta sembilan ratus lima puluh tiga
ribu tujuh ratus delapan puluh rupiah), mutasi tambah sebesar
Rp. 0 (nol rupiah) dan mutasi kurang sebesar Rp. 0 (nol
rupiah).
9). Peralatan Olah raga (3.19)
Saldo Peralatan Olah raga pada Laporan Tahunan Tahun
Anggaran 2018 Satuan kerja Direktorat Promosi Kesehatan
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 74
dan Pemberdayaan Masyarakat per 31 Desember 2018,
sejumlah 1 unit dengan nilai sebesar Rp7.200.000,- (tujuh juta
dua ratus ribu rupiah). Jumlah tersebut merupakan saldo awal
per 1 Januari 2018 sebesar Rp 7.200.000,-(tujuh juta dua
ratus ribu rupiah), mutasi tambah sebesar Rp. 0 (nol rupiah)
dan mutasi kurang sebesar Rp. 0 (nol rupiah).
c. Aset Tetap Lainnya
Saldo Aset Tetap Lainnya pada Laporan Tahunan Tahun
Anggaran 2018 di Satuan kerja Direktorat Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat sebesar Rp 10. 500.000,-
(Sepuluh juta lima ratus ribu rupiah), jumlah tersebut mengalami
perubahan mutasi pengurangan sebesar Rp. 4000.000,- (Empat
juta rupiah), karena reklas keluar menjadi barang persediaan, dari
saldo awal per 1 Januari 2018 sebesar Rp 14. 500.000,- (Empat
belas juta lima ratus ribu rupiah), rincian untuk Aset Tetap Lainnya
per bidang barang adalah sebagai berikut :
1). Bahan Perpustakaan (6.01)
Saldo Bahan Perpustakaan pada Laporan Tahunan Tahun
Anggaran 2018 pada Satuan Kerja Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat per 31 Desember
2018, sebesar Rp. 0 (nol rupiah), terdapat mutasi
pengurangan sebesar Rp. 4000.000,- (Empat juta rupiah),
karena reklas keluar menjadi barang persediaan.
2) Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan (6.2)
Saldo Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan pada Laporan
Tahunan Tahun Anggaran 2018 Satuan kerja Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat per 31
Desember 2018, sejumlah 1 unit dengan nilai sebesar
Rp10.500.000,- (Sepuluh juta lima ratus ribu rupiah). Jumlah
tersebut merupakan saldo awal per 1 Januari 2018 sebesar
Rp. 10.500.000,- (Sepuluh juta lima ratus ribu rupiah), untuk
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 75
mutasi tambah sebesar Rp. 0 (nol rupiah) dan mutasi kurang
sebesar Rp. 0 (nol rupiah).
d. Aset Tetap Yang Tidak Digunakan
Saldo Aset Tetap Yang Tidak Digunakan pada Laporan Tahuanan
Tahun Anggaran 2018 Satuan kerja Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat periode 31 Desember
2018, adalah sebesar Rp 27.935.353.607,- (Dua puluh tujuh
milyar sembilan ratus tiga puluh lima juta tiga ratus lima puluh
tiga ribu enam ratus tujuh rupiah), jumlah tersebut mengalami
mutasi penambahan dari saldo awal per 1 Januari 2018 dengan
nilai Rp 27.691.162.925,- (Dua puluh tujuh milyar enam ratus
sembilan puluh satu juta seratus enam puluh dua ribu sembilan
ratus dua puluh lima rupiah), untuk mutasi tambah sebesar Rp.
244.190.682,- (Dua ratus empat puluh empat juta seratus
sembilan puluh ribu enam ratus delapan puluh dua rupiah) yang
berasal dari aset Peralatan dan Mesin dan mutasi kurang sebesar
Rp. 0 (nol rupiah).enanggungjawa
e. Aset Tak Berwujud
Saldo Aset Tak Berwujud pada Laporan Tahunan Tahun
Anggaran 2018 Satuan kerja Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat per 31 Desember 2018, adalah
sebesar Rp. 19.013.236.288,- (Sembilan belas milyar tiga belas
juta dua ratus tiga puluh enam ribu dua ratus delapan puluh
delapan rupiah), jumlah tersebut mengalami mutasi penambahan
dari Pembelian/Produksi sebesar Rp. 991.730.000,- (Sembilan
ratus sembilan puluh satu juta tujuh ratus tiga puluh ribu rupiah)
dari saldo awal per 1 Januari 2018 dengan nilai sebesar
Rp18.447.906.288,- (Delapan belas milyar empat ratus empat
puluh tujuh juta sembilan ratus enam ribu dua ratus delapan puluh
delapan rupiah), Aset Tak Berwujud tersebut berupa Hak Cipta,
Software dan Aset Tak Berwujud Lainnya.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 76
1). Informasi BMN Lainnya
1. Permasalahan Pelaksanaan Penatausahaan BMN
Permasalahan–permasalahan yang perlu disampaikan
terkait dengan pelaksanaan Penatausahaan dan
pengelolaan BMN, antara lain:
a. Belum terselesaikan BAST asset yang dihibah kepada
satker yang menggunakan;
b. Aplikasi SIMAK yang perlu penyempurnaan terkait
transfer out - transfer in.
2. Langkah-Langkah Strategis Sebagai Alternatif
Penyelesaian Masalah
Dalam rangka penyelesaian masalah terkait pelaksanaan
Penatausahaan BMN pada Kementerian/Lembaga,
langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan antara lain
sebagai berikut :
a. Segera menyelesaikan BAST hibah dengan satker
penguna;
b. Memfasilitasi peningkatan kualitas SDM terkait
penatausahaan BMN.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2018 77
BAB IV
KESIMPULAN
Dari seluruh uraian yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa secara umum Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
telah melakukan berbagai upaya dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari pelaksanaan program kerja tahun
anggaran 2018 adalah sebagai berikut :
1. Seluruh indikator yang diperjanjikan dapat tercapai.
2. Aspek penyerapan anggaran perlu ditingkatkan untuk mendorong tercapai
indikator kegiatan yang telah ditetapkan.
3. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia harus terus digalakkan untuk
medukung pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat baik di level pusat maupaun di level daerah.
4. Memaksimalkan potensi sumber daya pendanaan untuk kegiatan promotif &
preventif di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan puskesmas.
Berdasarkan hasil analisis dari capaian kinerja, selanjutnya dirumuskan beberapa
langkah penting sebagai upaya peningkatan kinerja pada tahun berikutnya, antara
lain:
1. Mendorong komitmen pemerintah daerah dalam memprioritaskan upaya
promotif preventif dalam pelaksanaan Germas di daerah.
2. Mendorong pelembagaan Germas oleh lintas sektor dan lintas program di level
pusat maupun di daerah.
3. Meningkatkan peran aktif dari mitra strategis (dunia usaha/swasta,
LSM/NGO/INGO, ormas, dan pers) untuk mendukung program kesehatan
khususnya upaya promosi kesehatan dan pelaksanaan Germas.
4. Pelaksanaan kegiatan monitoring, pembinaan, dan pengawasan pelaksanaan
kegiatan di tingkat daerah perlu ditingkatkan dengan penerapan sistem reward
dan pusnishment.