12
Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak A. Latar Belakang Hadirnya Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa, telah menempatkan desa sebagai ujung tombak dalam pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Desa telah diberikan kewenangan dan sumber dana yang memadai agar dapat mengelola potensi yang dimiliki, guna meningkatkan ekonomi dan kesejahtaraan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, setiap tahun Pemerintah Pusat telah menganggarkan Dana Desa yang cukup besar untuk diberikan kepada Desa (berjumlah 72.944 Desa), dimana hal ini telah berjalan sejak Tahun 2015 lalu. Berdasarkan data di tahun 2015, Dana Desa telah dianggarkan sebesar Rp 20,7 triliun, dengan rata-rata setiap desa mendapatkan alokasi sebesar Rp 280 juta. Pada tahun 2016, anggaran Dana Desa meningkat menjadi Rp 46,98 triliun dengan rata- rata setiap desa sebesar Rp 628 juta, dan hingga di tahun 2017 kembali meningkat anggaran Dana Desa menjadi Rp 60 Triliun dengan rata-rata setiap desa sebesar Rp 800 juta. Selama tiga tahun pelaksanaan, telah dilakukan evaluasi terhadap penggunaan Dana Desa ini, yang telah menghasilkan bukti berupa sarana/prasarana yang bermanfaat bagi masyarakat, antara lain berupa terbangunnya lebih dari 95,2 ribu kilometer jalan desa; 914 ribu meter jembatan; 22.616 unit sambungan air bersih; 2.201 unit tambatan perahu; 14.957 unit PAUD; 4.004 unit Polindes; 19.485 unit sumur; 3.106 pasar desa; 103.405 unit drainase dan irigasi; 10.964 unit Posyandu; dan 1.338 unit embung dalam periode 2015-2016. KADE (Klinik Konsultasi Dana Desa) 1 Kementerian Keuangan RI. Buku Pintar Dana Desa. Jakarta: Kementerin Keuangan RI. Hal. iv. 1 20

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak Direktori ...bappeda.lebakkab.go.id/web/wp-content/uploads/2019/09/KADE.pdfpenyusunan laporan ketenagakerjaan seperti Laporan Calon Tenaga

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak Direktori ...bappeda.lebakkab.go.id/web/wp-content/uploads/2019/09/KADE.pdfpenyusunan laporan ketenagakerjaan seperti Laporan Calon Tenaga

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

Pembenahan layanan Kartu Kuning (AK-1) tersebut tidak berhenti pada pembuatan aplikasi. Pada tahun 2017, dibuat kembali fitur tambahan dari Aplikasi Pelayanan Pembuatan AKI-1 yakni SMS Gateway. Melalui fitur ini, para pencari kerja mendapatkan informasi dari Disnakertrans Lebak, apabila terdapat perusahaan yang menawarkan lowongan kerja. Namun mengingat aplikasi pembuatan layanan AK-1 berbasis Excel, fitur SMS Gateway dilakukan secara manual sesuai database pencari kerja . Aplikasi dan SMS Gateway ini rencananya akan dikembangkan lebih lanjut oleh bapak Rocky Gemilang di tahun 2019 menjadi aplikasi online dan otomatis.

E. KESIMPULAN DAN LESSON LEARNED

Aplikasi Pelayanan Pembuatan AKI-1 merupakan sebuah inovasi yang berupaya memperbaiki proses layanan pembuatan kartu kuning pada Disnakertrans Kabupaten Lebak. Inovasi tersebut telah memperpendek prosedur layanan dari 3 langkah pendaftaran menjadi cukup 2 langkah saja. Selain itu inovasi ini berdampak kepada pengurangan waktu layanan kartu kuning dari semula 6 menit menjadi cukup 30 detik. Selain itu inovasi ini bertujuan untuk mempercepat proses penyusunan laporan k e t e n a g a k e r j a a n seperti Laporan Calon T e n a g a K e r j a Indonesia (CTKI) dan Laporan Informasi Pasar Kerja (IPK). Proses penyusunan Laporan CTKI dan IPK dapat dikurangi dari semula 7 dan 3 hari menjadi cukup 30 menit. Di luar hal t e r s e b u t , D i s n a k e r t r a n s Kabupaten Lebak juga

menghemat biaya pengadaan kartu kuning dari sebelumnya menggunakan pihak ketiga menjadi cukup menggunakan kertas HVS.

Dari beberapa fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa inovasi ini memberikan beberapa dampak yang secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut.

Aplikasi ini juga menunjukkan kepada kita bahwa inovasi tidak selalu berbiaya mahal dan menggunakan bantuan pihak ketiga. Pembuatan aplikasi layanan pembuatan AK-1 oleh Bapak Rocky Gemilang ini cukup dengan penggunaan Microsoft Excel dengan bahasa pemrograman Visual Basic. Penggunaan Microsoft Excel juga menunjukkan bahwa inovasi berbentuk teknologi informasi tidak selalu menggunakan aplikasi yang baru namun cukup dengan aplikasi yang lumrah diketahui oleh masyarakat. Upaya Bapak Rocky dalam mempelajari pembuatan aplikasi melalui tutorial yang tersebar di dunia maya menunjukkan bahwa selama terdapat kemauan keras, inovasi dapat dilaksanakan dengan efisiensi biaya. Namun dengan syarat bahwa sang innovator diberikan keleluasaan waktu untuk berfikir kreatif dan merancang inovasi yang digagas dan mendapat dukungan penuh dari atasan seperti yang telah diutarakan Bapak Rocky.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

A. Latar Belakang

Hadirnya Undang-Undang No.6 Tahun

2014 tentang Desa, telah menempatkan desa

sebagai ujung tombak dalam pembangunan dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Desa telah

diberikan kewenangan dan sumber dana yang

memadai agar dapat mengelola potensi yang

dimiliki, guna meningkatkan ekonomi dan

kesejahtaraan masyarakat. Dalam pelaksanaannya,

s e t i a p t a h u n P e m e r i n t a h P u s a t t e l a h

menganggarkan Dana Desa yang cukup besar

untuk diberikan kepada Desa (berjumlah 72.944

Desa), dimana hal ini telah berjalan sejak Tahun

2015 lalu.

Berdasarkan data di tahun 2015, Dana Desa

telah dianggarkan sebesar Rp 20,7 triliun, dengan

rata-rata setiap desa mendapatkan alokasi sebesar

Rp 280 juta. Pada tahun 2016, anggaran Dana Desa

meningkat menjadi Rp 46,98 triliun dengan rata-

rata setiap desa sebesar Rp 628 juta, dan hingga di

tahun 2017 kembali meningkat anggaran Dana

Desa menjadi Rp 60 Triliun dengan rata-rata setiap

desa sebesar Rp 800 juta. Selama tiga tahun

pelaksanaan, telah dilakukan evaluasi terhadap

penggunaan Dana Desa in i , yang te lah

menghasilkan bukti berupa sarana/prasarana yang

bermanfaat bagi masyarakat, antara lain berupa

terbangunnya lebih dari 95,2 ribu kilometer jalan

desa; 914 ribu meter jembatan; 22.616 unit

sambungan air bersih; 2.201 unit tambatan perahu;

14.957 unit PAUD; 4.004 unit Polindes; 19.485

unit sumur; 3.106 pasar desa; 103.405 unit drainase

dan irigasi; 10.964 unit Posyandu; dan 1.338 unit

embung dalam periode 2015-2016.

KADE (Klinik KonsultasiDana Desa)

1

Kementerian Keuangan RI. Buku Pintar Dana Desa. Jakarta: Kementerin Keuangan RI. Hal. iv.1

2019

Page 2: Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak Direktori ...bappeda.lebakkab.go.id/web/wp-content/uploads/2019/09/KADE.pdfpenyusunan laporan ketenagakerjaan seperti Laporan Calon Tenaga

Selain itu, dari hasil evaluasi ini pun, selama

dua tahun terakhir juga telah menunjukkan

bahwa dengan hadirnya Dana Desa telah

berhasi l meningkatkan kual i tas hidup

masyarakat desa yang ditunjukkan, antara lain

dengan menurunnya rasio ketimpangan

perdesaan dari 0,34 pada tahun 2014 menjadi

0,32 di tahun 2017. Menurunnya jumlah

penduduk miskin perdesaan dari 17,7 juta tahun

2014 menjadi 17,1 juta tahun 2017, dan adanya

penurunan persentase penduduk miskin

perdesaan dari 14,09% pada tahun 2015 menjadi

13,93% di tahun 2017. Pencapaian ini akan

dapat ditingkatkan lagi di tahun-tahun

mendatang dengan pengelolaan Dana Desa yang

lebih baik.

Memang, penggunaan Dana Desa pada

dasarnya merupakan hak Pemerintah Desa

sesuai dengan kewenangan dan prioritas

kebutuhan masyarakat desa setempat, dengan

tetap mengedepankan prinsip keadilan, yang

dikucurkan melalui transfer pemerintah melalui

APBD Kabupaten/Kota. Namun demikian,

dalam rangka mengawal dan memastikan

capaian sasaran pembangunan desa, Pemerintah

telah menetapkan prioritas penggunaan dana

desa pada setiap tahunnya. Hal ini dilakukan

sebagai bentuk upaya Pemerintah dalam

member ikan a rahan te rhadap sasaran

pembangunan, khususnya wilayah perdesaan

agar sesuai dengan RPJMN 2015-2019,

terutama untuk mendukung pengentasan desa

tertinggal demi terwujudnya kemandirian desa.

U n t u k i t u , p e m a h a m a n m e n g e n a i

pengelolaan Dana Desa di desa menjadi aspek

penting dan mendasar yang harus dimiliki oleh

para pemangku kepentingan di level pemerintah

desa, khususnya bagi perangkat desa, dalam

mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

keuangan desa. Hal ini ditandai dengan adanya

b e r b a g a i r e g u l a s i t u r u n a n p e r a t u r a n

perundangan untuk mengatur berbagai hal agar

pembangunan desa dapat berjalan sebagaimana

amanat Undang-Undang Desa. Regulasi

tersebut antara lain:

a. Undang-Undang No.6 Tahun 2014

tentang Desa.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun

2 0 1 4 t e n t a n g D a n a D e s a y a n g

Bersumber dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara.

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan

Keuangan Desa.

d. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi

Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks

Desa Membangun.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/ PMK 07/2016 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

Berdasarkan peraturan perundangan

tersebut, maka khusus bagi pemerintah daerah

dalam menangani Dana Desa, harus dapat

menyikapi dengan bijak dengan adanya

kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan

oleh Pemerintah Pusat tersebut. Kabijakan yang

bersifat revolusioner ini, membuat pemerintah

daerah (khususnya pemerintah desa) harus siap

dalam mengelola keuangan dalam mengurus

dan mempertanggungjawabkan dana yang

cukup besar dan cenderung akan meningkat

pada setiap tahunnya.

Tabel. 1Jumlah Dana Desa

Namun demikian, pengucuran dana desa

merupakan salah satu bentuk langkah maju dari

pemerintah tetapi tidak dibarengi dengan

ketersediaan waktu dan ruang yang cukup bagi

pemerintah dan pemerintah daerah selaku

P e m b i n a d a n p e n g a w a s ( b i n w a s )

penyelenggaraan pemerintahan desa, yang

secara efektif untuk mempersiapkan aparatur

desa dalam pengelolaan dana desa yang

dimaksud. Bahkan, sampai pada akibat adanya

pengelolaan dana desa yang secara umum

belum/tidak tertib, tidak efektif dan efesien,

tidak transparan, tidak akuntabel serta marak

terjadinya penyimpangan penggunaan dana

desa d imana-mana , t e lah menjad ikan

banyaknya Kepala Desa yang berurusan dengan

penegak hukum.

Sumber: www.kemenkeu.go.id

Tabel. 2Kasus Penyimpangan Dana Desa

2221

Page 3: Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak Direktori ...bappeda.lebakkab.go.id/web/wp-content/uploads/2019/09/KADE.pdfpenyusunan laporan ketenagakerjaan seperti Laporan Calon Tenaga

Selain itu, dari hasil evaluasi ini pun, selama

dua tahun terakhir juga telah menunjukkan

bahwa dengan hadirnya Dana Desa telah

berhasi l meningkatkan kual i tas hidup

masyarakat desa yang ditunjukkan, antara lain

dengan menurunnya rasio ketimpangan

perdesaan dari 0,34 pada tahun 2014 menjadi

0,32 di tahun 2017. Menurunnya jumlah

penduduk miskin perdesaan dari 17,7 juta tahun

2014 menjadi 17,1 juta tahun 2017, dan adanya

penurunan persentase penduduk miskin

perdesaan dari 14,09% pada tahun 2015 menjadi

13,93% di tahun 2017. Pencapaian ini akan

dapat ditingkatkan lagi di tahun-tahun

mendatang dengan pengelolaan Dana Desa yang

lebih baik.

Memang, penggunaan Dana Desa pada

dasarnya merupakan hak Pemerintah Desa

sesuai dengan kewenangan dan prioritas

kebutuhan masyarakat desa setempat, dengan

tetap mengedepankan prinsip keadilan, yang

dikucurkan melalui transfer pemerintah melalui

APBD Kabupaten/Kota. Namun demikian,

dalam rangka mengawal dan memastikan

capaian sasaran pembangunan desa, Pemerintah

telah menetapkan prioritas penggunaan dana

desa pada setiap tahunnya. Hal ini dilakukan

sebagai bentuk upaya Pemerintah dalam

member ikan a rahan te rhadap sasaran

pembangunan, khususnya wilayah perdesaan

agar sesuai dengan RPJMN 2015-2019,

terutama untuk mendukung pengentasan desa

tertinggal demi terwujudnya kemandirian desa.

U n t u k i t u , p e m a h a m a n m e n g e n a i

pengelolaan Dana Desa di desa menjadi aspek

penting dan mendasar yang harus dimiliki oleh

para pemangku kepentingan di level pemerintah

desa, khususnya bagi perangkat desa, dalam

mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

keuangan desa. Hal ini ditandai dengan adanya

b e r b a g a i r e g u l a s i t u r u n a n p e r a t u r a n

perundangan untuk mengatur berbagai hal agar

pembangunan desa dapat berjalan sebagaimana

amanat Undang-Undang Desa. Regulasi

tersebut antara lain:

a. Undang-Undang No.6 Tahun 2014

tentang Desa.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun

2 0 1 4 t e n t a n g D a n a D e s a y a n g

Bersumber dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara.

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan

Keuangan Desa.

d. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi

Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks

Desa Membangun.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/ PMK 07/2016 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

Berdasarkan peraturan perundangan

tersebut, maka khusus bagi pemerintah daerah

dalam menangani Dana Desa, harus dapat

menyikapi dengan bijak dengan adanya

kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan

oleh Pemerintah Pusat tersebut. Kabijakan yang

bersifat revolusioner ini, membuat pemerintah

daerah (khususnya pemerintah desa) harus siap

dalam mengelola keuangan dalam mengurus

dan mempertanggungjawabkan dana yang

cukup besar dan cenderung akan meningkat

pada setiap tahunnya.

Tabel. 1Jumlah Dana Desa

Namun demikian, pengucuran dana desa

merupakan salah satu bentuk langkah maju dari

pemerintah tetapi tidak dibarengi dengan

ketersediaan waktu dan ruang yang cukup bagi

pemerintah dan pemerintah daerah selaku

P e m b i n a d a n p e n g a w a s ( b i n w a s )

penyelenggaraan pemerintahan desa, yang

secara efektif untuk mempersiapkan aparatur

desa dalam pengelolaan dana desa yang

dimaksud. Bahkan, sampai pada akibat adanya

pengelolaan dana desa yang secara umum

belum/tidak tertib, tidak efektif dan efesien,

tidak transparan, tidak akuntabel serta marak

terjadinya penyimpangan penggunaan dana

desa d imana-mana , t e lah menjad ikan

banyaknya Kepala Desa yang berurusan dengan

penegak hukum.

Sumber: www.kemenkeu.go.id

Tabel. 2Kasus Penyimpangan Dana Desa

2221

Page 4: Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak Direktori ...bappeda.lebakkab.go.id/web/wp-content/uploads/2019/09/KADE.pdfpenyusunan laporan ketenagakerjaan seperti Laporan Calon Tenaga

Tabet diatas tersebut, merupakan hanya sebatas contoh kasus yang telah terjadi dari banyaknya kasus penyelewengan dana desa yang terjadi. Dari hasil pemantauan Lembaga pemantau korupsi ICW (Indonesia Corruption Watch) telah mencatat bahwa sepanjang Tahun 2016 telah terungkap 62 kasus korupsi di desa dengan asumsi kerugian negara yang mencapai Rp 18 miliar.

D a l a m h a l i n i , M e n t e r i D e s a Pembangunan Daerah Ter t ingga l dan Tr a n s m i g r a s i ( E k o P u t r a S a n d j o j o ) mengungkapkan bahwa sampai bulan Maret Tahun 2017, kementeriannya sudah menerima lebih dari 600 laporan pengaduan atas penyelewengan dana desa. Hal senada juga telah diungkapkan oleh pimpinan KPK, bahwa lebih dari 300 pengaduan terkait penyelewengan dana desa telah dilaporkan ke komisinya. Adanya kecenderungan tidak akuntabelnya pengelolaan

dana desa ini juga telah sudah disadari oleh Presiden RI (Joko Widodo), dimana hal ini terlihat dalam pidatonya dalam acara Rakornas Pengawasan Intern Pemerintah tanggal 18 Mei 2017 yang telah mengingatkan bahwa Dana Desa yang dikucurkan pemerintah setiap tahun akan semakin besar, maka diharapkan akan membuat desa menjadi lebih baik, atau akan sebaliknya dimana menjadikan kepala desa menjadi tersangka apabila tidak mampu mengelolanya dengan baik.

B Inisiasi Inovasi

Salah satu daerah yang mendapatkan kucuran Dana Desa di Tahun 2015 s.d 2017 adalah Kabupaten Lebak, dimana Kabupaten Lebak memiliki sebanyak 340 Desa yang tersebar pada 28 Kecamatan. Adapun besaran Dana Desa yang telah dikucurkan (khusus Kabupaten Lebak), sebagai berikut:

sumber: BPKAD Kab. Lebak (22 Mei 2017)

Tabel. 3Pagu dan Realisasi Dana Desa Kabupaten Lebak

Secara umum, adanya ketidaktertiban

pengelolaan dan pertanggung-jawaban Dana

Desa juga terjadi di Kabupaten Lebak. Hal ini

terlihat dari hasil pemeriksaan regular yang telah

dilakukan oleh lnspektorat Daerah Kabupaten

Lebak, dengan hasil pemeriksaan sebagai

Sumber: Sekretariat lnspektorat Kab. Lebak

Tabel. 4Hasil Pemeriksaan Reguler Inspektorat Daerah Kabupaten Lebak

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh

Inspektorat Daerah Kabupaten Lebak, dijadikan

sebagai bahan awal pemeriksaan oleh Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) RI perwakilan

Provinsi Banten dalam melakukan pemeriksaan

pola keuangan Dana Desa. Dalam laporan hasil

pemeriksaan (LHP) yang telah dilakukan oleh

BPK RI tersebu atas laporan keuangan

pemerintah daerah (LKPD) Kabupaten Lebak

Tahun 2016, juga telah menerangkan bahwa

telah dilakukannya pemeriksaaan Dana Desa

terhadap 20 (dua puluh) Desa (sample) untuk

k e m u d i a n d a p a t d i s i m p u l k a n b a h w a

pengelolaan dana desa dari 20 (dua puluh) Desa

tersebut dapat dikatakan belum tertib, terutama

dalam hal proses pelaksanaan anggaran dan

pertanggung jawabannya.

Selain itu pula, Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

perwakilan Propinsi Banten juga telah

melakukan pemeriksaan pada Tahun 2015 dan

2016, dimana dari hasil evaluasi yang ada, maka

penggunaan Dana Desa dan Silpa Dana Desa

pada 5 (lima) Desa di Kabupaten Lebak, telah

menerbitkan 6 (enam) rekomendasi bahwa

pemerintah desa harus melakukan proses

perencanaan, pelaksanaan dan pertanggung-

jawaban pengelolaan Dana Desa sesuai dengan

aturan yang berlaku. Pemerintah Provinsi

Banten yang dalam hal ini lnspektorat Daerah

Provinsi Banten bahwa dalam surat yang

ditujukan kepada lnspektur Daerah Kabupaten

Lebak tertanggal 24 Mei 2017 perihal Hasil

monitoring lapangan, bahwa hasil evaluasi

terhadap 25 Desa pada 4 (empat) Kecamatan di

Kabupaten Lebak adalah telah ditemukan

a d a n y a i n e fi s i e n s i , i n e f e k t i fi t a s d a n

ketidaktertiban dalam pertanggung-jawaban

pengelolaan dana desa.

Buruknya pengelolaan Dana Desa di

Kabupaten Lebak ini, yang hingga saat ini telah

berjalan di tahun ke 3 (tiga), lebih diakibatkan

oleh 3 faktor utama yaitu:

1) Rendahnya kompentensi SDM

Pemerintahan Desa

Tidak dapat dipungkiri bahwa pada

umumnya SDM pemerintahan desa di

Kabupaten Lebak dengan latar belakang

pendidikan yang sangat beragam dan

relative rendah, telah menjadi factor utama

rendahnya kompetensi aparatur desa,

khususnya dalam pengelolaan dan

per tanggung- jawaban Dana Desa .

Walaupun Pemerintah Daerah Kabupaten

Lebak, te lah melakukan berbagai

b i m b i n g a n t e k n i s , d i k l a t d a n

pendampingan melalui dinas terkait,

namun pada kenyataannya masih belum

maksimal untuk dapat mendongkrak

kapasitas SDM aparatur desa.

2) Tata kelola dana desa

A t u r a n y a n g m e n j a d i p e d o m a n

pengelolaan keuangan desa (khususnya

dana desa) masih dianggap rumit oleh

sebagian besar aparat desa, sekalipun telah

dilakukan penyederhanaan� regulasi

yang awalnya menggunakan Permendagri

No.37 Tahun 2007 dan kemudian diganti

dengan Permendagri No.113 Tahun 2014

tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

Dalam hal ini, Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (SPKP) RI

telah membuat dan mengembangkan

adanya sistem aplikasi tata kelola keuangan

d e s a y a n g d i k e n a l d e n g a n n a m a

SISKEUDES diharapkan dapat membantu

pemerintah desa dalam pengelolaan dana

desa.

2423

Page 5: Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak Direktori ...bappeda.lebakkab.go.id/web/wp-content/uploads/2019/09/KADE.pdfpenyusunan laporan ketenagakerjaan seperti Laporan Calon Tenaga

Tabet diatas tersebut, merupakan hanya sebatas contoh kasus yang telah terjadi dari banyaknya kasus penyelewengan dana desa yang terjadi. Dari hasil pemantauan Lembaga pemantau korupsi ICW (Indonesia Corruption Watch) telah mencatat bahwa sepanjang Tahun 2016 telah terungkap 62 kasus korupsi di desa dengan asumsi kerugian negara yang mencapai Rp 18 miliar.

D a l a m h a l i n i , M e n t e r i D e s a Pembangunan Daerah Ter t ingga l dan Tr a n s m i g r a s i ( E k o P u t r a S a n d j o j o ) mengungkapkan bahwa sampai bulan Maret Tahun 2017, kementeriannya sudah menerima lebih dari 600 laporan pengaduan atas penyelewengan dana desa. Hal senada juga telah diungkapkan oleh pimpinan KPK, bahwa lebih dari 300 pengaduan terkait penyelewengan dana desa telah dilaporkan ke komisinya. Adanya kecenderungan tidak akuntabelnya pengelolaan

dana desa ini juga telah sudah disadari oleh Presiden RI (Joko Widodo), dimana hal ini terlihat dalam pidatonya dalam acara Rakornas Pengawasan Intern Pemerintah tanggal 18 Mei 2017 yang telah mengingatkan bahwa Dana Desa yang dikucurkan pemerintah setiap tahun akan semakin besar, maka diharapkan akan membuat desa menjadi lebih baik, atau akan sebaliknya dimana menjadikan kepala desa menjadi tersangka apabila tidak mampu mengelolanya dengan baik.

B Inisiasi Inovasi

Salah satu daerah yang mendapatkan kucuran Dana Desa di Tahun 2015 s.d 2017 adalah Kabupaten Lebak, dimana Kabupaten Lebak memiliki sebanyak 340 Desa yang tersebar pada 28 Kecamatan. Adapun besaran Dana Desa yang telah dikucurkan (khusus Kabupaten Lebak), sebagai berikut:

sumber: BPKAD Kab. Lebak (22 Mei 2017)

Tabel. 3Pagu dan Realisasi Dana Desa Kabupaten Lebak

Secara umum, adanya ketidaktertiban

pengelolaan dan pertanggung-jawaban Dana

Desa juga terjadi di Kabupaten Lebak. Hal ini

terlihat dari hasil pemeriksaan regular yang telah

dilakukan oleh lnspektorat Daerah Kabupaten

Lebak, dengan hasil pemeriksaan sebagai

Sumber: Sekretariat lnspektorat Kab. Lebak

Tabel. 4Hasil Pemeriksaan Reguler Inspektorat Daerah Kabupaten Lebak

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh

Inspektorat Daerah Kabupaten Lebak, dijadikan

sebagai bahan awal pemeriksaan oleh Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) RI perwakilan

Provinsi Banten dalam melakukan pemeriksaan

pola keuangan Dana Desa. Dalam laporan hasil

pemeriksaan (LHP) yang telah dilakukan oleh

BPK RI tersebu atas laporan keuangan

pemerintah daerah (LKPD) Kabupaten Lebak

Tahun 2016, juga telah menerangkan bahwa

telah dilakukannya pemeriksaaan Dana Desa

terhadap 20 (dua puluh) Desa (sample) untuk

k e m u d i a n d a p a t d i s i m p u l k a n b a h w a

pengelolaan dana desa dari 20 (dua puluh) Desa

tersebut dapat dikatakan belum tertib, terutama

dalam hal proses pelaksanaan anggaran dan

pertanggung jawabannya.

Selain itu pula, Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

perwakilan Propinsi Banten juga telah

melakukan pemeriksaan pada Tahun 2015 dan

2016, dimana dari hasil evaluasi yang ada, maka

penggunaan Dana Desa dan Silpa Dana Desa

pada 5 (lima) Desa di Kabupaten Lebak, telah

menerbitkan 6 (enam) rekomendasi bahwa

pemerintah desa harus melakukan proses

perencanaan, pelaksanaan dan pertanggung-

jawaban pengelolaan Dana Desa sesuai dengan

aturan yang berlaku. Pemerintah Provinsi

Banten yang dalam hal ini lnspektorat Daerah

Provinsi Banten bahwa dalam surat yang

ditujukan kepada lnspektur Daerah Kabupaten

Lebak tertanggal 24 Mei 2017 perihal Hasil

monitoring lapangan, bahwa hasil evaluasi

terhadap 25 Desa pada 4 (empat) Kecamatan di

Kabupaten Lebak adalah telah ditemukan

a d a n y a i n e fi s i e n s i , i n e f e k t i fi t a s d a n

ketidaktertiban dalam pertanggung-jawaban

pengelolaan dana desa.

Buruknya pengelolaan Dana Desa di

Kabupaten Lebak ini, yang hingga saat ini telah

berjalan di tahun ke 3 (tiga), lebih diakibatkan

oleh 3 faktor utama yaitu:

1) Rendahnya kompentensi SDM

Pemerintahan Desa

Tidak dapat dipungkiri bahwa pada

umumnya SDM pemerintahan desa di

Kabupaten Lebak dengan latar belakang

pendidikan yang sangat beragam dan

relative rendah, telah menjadi factor utama

rendahnya kompetensi aparatur desa,

khususnya dalam pengelolaan dan

per tanggung- jawaban Dana Desa .

Walaupun Pemerintah Daerah Kabupaten

Lebak, te lah melakukan berbagai

b i m b i n g a n t e k n i s , d i k l a t d a n

pendampingan melalui dinas terkait,

namun pada kenyataannya masih belum

maksimal untuk dapat mendongkrak

kapasitas SDM aparatur desa.

2) Tata kelola dana desa

A t u r a n y a n g m e n j a d i p e d o m a n

pengelolaan keuangan desa (khususnya

dana desa) masih dianggap rumit oleh

sebagian besar aparat desa, sekalipun telah

dilakukan penyederhanaan� regulasi

yang awalnya menggunakan Permendagri

No.37 Tahun 2007 dan kemudian diganti

dengan Permendagri No.113 Tahun 2014

tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

Dalam hal ini, Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (SPKP) RI

telah membuat dan mengembangkan

adanya sistem aplikasi tata kelola keuangan

d e s a y a n g d i k e n a l d e n g a n n a m a

SISKEUDES diharapkan dapat membantu

pemerintah desa dalam pengelolaan dana

desa.

2423

Page 6: Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak Direktori ...bappeda.lebakkab.go.id/web/wp-content/uploads/2019/09/KADE.pdfpenyusunan laporan ketenagakerjaan seperti Laporan Calon Tenaga

3) lntegritas Penyelenggara Pemerintahan desa yang masih rendah.

Tidak t e r t i bnya penge lo l aan dan akuntabilitas Dana Desa, tidak terlepas dari perilaku aparat desa yang selama ini terbiasa mengelola keuangan yang hanya berdasarkan petunjuk dan keinginan dari k e p a l a d e s a s e m a t a . A k i b a t n y a , pemahaman bahwa Dana Desa yang sebaiknya dikelola untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat desa belum terpatri dengan baik, sehingga tidak sedikit kepa la desa yang merencanakan , mendisain serta mengelola dana desa lebih memprioritaskan kepentingan pribadinya dan/atau hanya untuk kemakmuran perangkat desanya.

Untuk itu, dalam menyikapi kondisi tersebut, maka tepatnya pada pada tanggal 12 April 2016 bertempat di Serang, Bupati bersama seluruh Kepala Daerah dan Ketua DPRD se-Provinsi Banten yang disaksikan oleh unsur Komisioner KPK, Kepolisian Daerah dan Kejaksaan Tinggi Provinsi Banten, membangun komitmen bersama untuk melaksanakan program pemberantasan korupsi terintegrasi dengan melakukan penandatangan 10 (sepuluh) komitmen, yang salah satunya (komitmen ke-4) berbunyi untuk melaksanakan tata pengelolaan keuangan desa termasuk pemanfaatan yang efektif dan akuntabel.

Hal-hal tersebut dimaksudkan untuk mengisyaratkan bahwa pemerintah di semua tingkatan harus melakukan berbagai upaya agar pengelolaan dana desa dapat dipertanggung-jawabkan (akuntabel) dengan baik, termasuk bagi Pemerintah Kabupaten Lebak, sebagai u p a y a d a n l a n g k a h - l a n g k a h u n t u k meningkatkan akuntabilitas pengelolaan Dana Desa di 340 Desa di Kabupaten Lebak. Dalam hal ini, khususnya Inspektorat Daerah Kabupaten Lebak selaku Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP), dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana diatur dalam Pasal 216 UU No. 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, Peraturan Bupati Lebak No.30 Tahun 2016 tentang Kedudukan, susunan dan fungsi serta tata kerja lnspektorat Daerah Kabupaten Lebak; dituntut harus mampu memainkan peran utamanya sebagaimana diatur dalam PP No.60 Tahun 2008 untuk dapat menjadi quality anssurance (QA) dalam penyelenggaraan urusan pemerintah daerah dan pemerintahan desa.

Sebagai sikap untuk menjawab tuntutan dari kondisi yang ada tersebut, maka lnspektorat Daerah Kabupaten Lebak merasa harus mampu melahirkan berbagai inovasi dalam pelaksanaan tupoksinya. Salah satunya adalah dengan melahirkan inovasi “KADE” yaitu Klinik Konsultasi Dana Desa sebagai sebuah upaya strategi untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa di Kabupaten Lebak.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, dalam pemahaman mengenai Dana Desa diartikakan sebagai dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Sebagai sebuah upaya strategi untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa di Kabupaten Lebak, maka melalui inovasi “KADE” atau Klinik Konsultasi Dana Desa, diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa bagi 340 Desa yang berada di Kabupaten Lebak, terutama bagi Desa yang sebelumnya terindikasi adanya jumlah temuan. Sehingga melalui inovasi “KADE” ini, diharapkan dapat terjadi adanya penurunan temuan dalam pemeriksaan, dan dapat memberikan rekomendasi terbaik sebagai pihak pemeriksa, baik dari lembaga pengawas internal maupun eksternal.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

Inovasi “KADE” yang diinisiasi oleh lnspektorat Daerah Kabupaten Lebak sejak tahun 2017 ini, telah mendapat dukungan penuh dari Sekretaris Daerah Kabupaten Lebak, karena tidak hanya bertujuan untuk menyelenggarakan kilinik perkonsultasian mengenai pengelolaan keuangan Dana Desa, tetapi juga dapat menjadi sarana evaluasi (telahaan sejawat) bagi para auditor yang dapat dilakukan setiap 3 (tiga) b u l a n , s e b a g a i m a k s u d u n t u k d a p a t meningkatkan kapasitas auditor yang ada. Selain itu, dengan adanya inovasi “KADE” ini, dapat memberikan manfaat bagi:

1. Masyarakat Desa

Terwujudnya pembangunan desa yang efektif, efesien dan sebesar-besarnya bagi kemakmuran masyarakat desa sebagaimana tujuan dari hadirnya Dana Desa itu sendiri.

2. Pemerintahan Desa

a. Sebagai sarana untuk memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi khususnya dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban dana desa.

b. Meningkatnya kompetensi aparatur

d e s a d a l a m p e n g e l o l a a n d a n pertanggung jawaban Dana Desa.

c. Terhindarnya Kepala Desa dan a p a r a t n y a d a r i u r u s a n h u k u m d i k a r e n a k a n a d a n y a i n d i k a s i permasalahan dalam pengelolaan Dana Desa.

3. Organisas i ( lnspektora t Daerah Kabupaten Lebak

a. Peningkatan kinerja organisasi khususnya dalam peran penjamin mutu (quality anssurance);

b. Meningkatnya kompetensi auditor lnspektorat.

4. Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak

Meningkatnya kualitas reformasi birokrasi dan pertanggungjawaban pemerintah daerah khususnya dalam pengelolaan keuangan daerah dan desa.

Penerapan inovasi “KADE” ini, dalam pelaksanaanya dilakukan melalui berbagai tahapan awal atau yang dikenal sebagai Rencana Aksi Inovasi, yang dapat dijabarkan dalam Table 5, sebagai berikut:

Tabel 5Rencana Aksi Inovasi “KADE”

2625

Page 7: Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak Direktori ...bappeda.lebakkab.go.id/web/wp-content/uploads/2019/09/KADE.pdfpenyusunan laporan ketenagakerjaan seperti Laporan Calon Tenaga

3) lntegritas Penyelenggara Pemerintahan desa yang masih rendah.

Tidak t e r t i bnya penge lo l aan dan akuntabilitas Dana Desa, tidak terlepas dari perilaku aparat desa yang selama ini terbiasa mengelola keuangan yang hanya berdasarkan petunjuk dan keinginan dari k e p a l a d e s a s e m a t a . A k i b a t n y a , pemahaman bahwa Dana Desa yang sebaiknya dikelola untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat desa belum terpatri dengan baik, sehingga tidak sedikit kepa la desa yang merencanakan , mendisain serta mengelola dana desa lebih memprioritaskan kepentingan pribadinya dan/atau hanya untuk kemakmuran perangkat desanya.

Untuk itu, dalam menyikapi kondisi tersebut, maka tepatnya pada pada tanggal 12 April 2016 bertempat di Serang, Bupati bersama seluruh Kepala Daerah dan Ketua DPRD se-Provinsi Banten yang disaksikan oleh unsur Komisioner KPK, Kepolisian Daerah dan Kejaksaan Tinggi Provinsi Banten, membangun komitmen bersama untuk melaksanakan program pemberantasan korupsi terintegrasi dengan melakukan penandatangan 10 (sepuluh) komitmen, yang salah satunya (komitmen ke-4) berbunyi untuk melaksanakan tata pengelolaan keuangan desa termasuk pemanfaatan yang efektif dan akuntabel.

Hal-hal tersebut dimaksudkan untuk mengisyaratkan bahwa pemerintah di semua tingkatan harus melakukan berbagai upaya agar pengelolaan dana desa dapat dipertanggung-jawabkan (akuntabel) dengan baik, termasuk bagi Pemerintah Kabupaten Lebak, sebagai u p a y a d a n l a n g k a h - l a n g k a h u n t u k meningkatkan akuntabilitas pengelolaan Dana Desa di 340 Desa di Kabupaten Lebak. Dalam hal ini, khususnya Inspektorat Daerah Kabupaten Lebak selaku Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP), dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana diatur dalam Pasal 216 UU No. 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, Peraturan Bupati Lebak No.30 Tahun 2016 tentang Kedudukan, susunan dan fungsi serta tata kerja lnspektorat Daerah Kabupaten Lebak; dituntut harus mampu memainkan peran utamanya sebagaimana diatur dalam PP No.60 Tahun 2008 untuk dapat menjadi quality anssurance (QA) dalam penyelenggaraan urusan pemerintah daerah dan pemerintahan desa.

Sebagai sikap untuk menjawab tuntutan dari kondisi yang ada tersebut, maka lnspektorat Daerah Kabupaten Lebak merasa harus mampu melahirkan berbagai inovasi dalam pelaksanaan tupoksinya. Salah satunya adalah dengan melahirkan inovasi “KADE” yaitu Klinik Konsultasi Dana Desa sebagai sebuah upaya strategi untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa di Kabupaten Lebak.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, dalam pemahaman mengenai Dana Desa diartikakan sebagai dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Sebagai sebuah upaya strategi untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa di Kabupaten Lebak, maka melalui inovasi “KADE” atau Klinik Konsultasi Dana Desa, diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa bagi 340 Desa yang berada di Kabupaten Lebak, terutama bagi Desa yang sebelumnya terindikasi adanya jumlah temuan. Sehingga melalui inovasi “KADE” ini, diharapkan dapat terjadi adanya penurunan temuan dalam pemeriksaan, dan dapat memberikan rekomendasi terbaik sebagai pihak pemeriksa, baik dari lembaga pengawas internal maupun eksternal.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

Inovasi “KADE” yang diinisiasi oleh lnspektorat Daerah Kabupaten Lebak sejak tahun 2017 ini, telah mendapat dukungan penuh dari Sekretaris Daerah Kabupaten Lebak, karena tidak hanya bertujuan untuk menyelenggarakan kilinik perkonsultasian mengenai pengelolaan keuangan Dana Desa, tetapi juga dapat menjadi sarana evaluasi (telahaan sejawat) bagi para auditor yang dapat dilakukan setiap 3 (tiga) b u l a n , s e b a g a i m a k s u d u n t u k d a p a t meningkatkan kapasitas auditor yang ada. Selain itu, dengan adanya inovasi “KADE” ini, dapat memberikan manfaat bagi:

1. Masyarakat Desa

Terwujudnya pembangunan desa yang efektif, efesien dan sebesar-besarnya bagi kemakmuran masyarakat desa sebagaimana tujuan dari hadirnya Dana Desa itu sendiri.

2. Pemerintahan Desa

a. Sebagai sarana untuk memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi khususnya dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban dana desa.

b. Meningkatnya kompetensi aparatur

d e s a d a l a m p e n g e l o l a a n d a n pertanggung jawaban Dana Desa.

c. Terhindarnya Kepala Desa dan a p a r a t n y a d a r i u r u s a n h u k u m d i k a r e n a k a n a d a n y a i n d i k a s i permasalahan dalam pengelolaan Dana Desa.

3. Organisas i ( lnspektora t Daerah Kabupaten Lebak

a. Peningkatan kinerja organisasi khususnya dalam peran penjamin mutu (quality anssurance);

b. Meningkatnya kompetensi auditor lnspektorat.

4. Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak

Meningkatnya kualitas reformasi birokrasi dan pertanggungjawaban pemerintah daerah khususnya dalam pengelolaan keuangan daerah dan desa.

Penerapan inovasi “KADE” ini, dalam pelaksanaanya dilakukan melalui berbagai tahapan awal atau yang dikenal sebagai Rencana Aksi Inovasi, yang dapat dijabarkan dalam Table 5, sebagai berikut:

Tabel 5Rencana Aksi Inovasi “KADE”

2625

Page 8: Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak Direktori ...bappeda.lebakkab.go.id/web/wp-content/uploads/2019/09/KADE.pdfpenyusunan laporan ketenagakerjaan seperti Laporan Calon Tenaga

Berawal dari Rencana Aksi Inovasi yang

telah dibuat tersebut, maka dalam proses

implementasi Inovasi “KADE” ini, dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

Pada Tahap Perencanaan, tdilakukan adanya

pembuatan Tim efektif yang akan difungsikan

sebagai penata dan pengelola inovasi “KADE”,

yaitu dengan membentuk Kelompok Kerja

(Pokja) kesekretariatan dan teknis. Pokja

secretariat dimaksudkan untuk membantu dalam

proses ketatausahaan atau administrasi Inovasi

ini. Sedangkan, Pokja Teknis dimaksudkan

dapa t member ikan masukan te rhadap

perkembangan dan penyempurnaan inovasi

“KADE” agar dalam penerapannya menjadi

lebih efektif. Hal ini ditandai dengan adanya

Surat Keputusan Inspektorat Daerah Kabupaten

Lebak No.700/Kep.307/ITDA/2017 tentang

Tim Eefektif Pembangunanan Klinik Konsultasi

Dana Desa (KADE) Pada Inspektorat Daerah

Kabupaten Lebak.

Selain dibuatkannya Pokja-Pokja tersebut,

juga memetakan stakeholders yang akan terlibat

dalam Inovasi “KADE” ini, yang memeiliki

keterkaitan secara

substansi. Adapun

stakeholders yang

dimaksud antara

lain:

1) B u p a t i

Lebak

2) Kepala BPK

RI

Perwakilan

Provinsi Banten

3) Kepala BPKP Perwakilan Provinsi

Banten

4) Inspektur dan Auditor Daerah Provinsi

Banten

5) K e p a l a D i n a s P e m b e r d a y a a n

Masyarakat Desa Kabupaten Lebak

6) Kepala Badan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah Kabupaten Lebak

7) K e p a l a B a d a n P e r e n c a n a a n

Pembngunanan Daerah Kabupaten

Lebak

8) Camat se-Kabupaten Lebak (Paguyuban

Camat Kebupaten Lebak)

9) Kepala Desa se-Kabupaten Lebak

(Apdes Lebak)

10) Lurah

11) Pers

12) LSM

Selain pemetaan stakeholders, ditahap ini

telah mulai direncanakan mekanisme dan

penyiapan ruangan Klinik beserta sarana dan

prasarana pendukungnya. Seperti buku-buku

Peraturan mengenai Pengelolaan Dana Desa,

formulir pendaftaran, kartu antrian dan formulir

notulensi konsultasi, serta spanduk dan banner

dalam rangka mempromosikan Inovasi

“KADE” ini.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

2. Tahap Pengorganisasian

Tahap Pengorganisasian dimulai setelah

dilakukannya pemetaan stakeholders dan

adanya Pokja Sekretariat dan Pokja Teknis

terbentuk. Dengan hadirnya Pokja-Pokja

t e r sebu t , l angkah se lan ju tnya ada lah

membentuk Tim Konsultasi “KADE” melalui

Keputusan Bupati Lebak.

Selain itu, langkah selanjutnya agar lebih

efekt i f dalam implementasinya, maka

dibuatkanlah SOP (Standard Operational

Procedur) mengenai langkah-langkah proses

pe rkonsu l t a s i an “KADE” yang t e l ah

dirumuskan oleh Tim Konsultasi “KADE”.

Setelah adanya SOP ini, t im mencoba

mensimulasikan terlebih dahulu sebagai

evaluasi sebelum dilakukannya sosialisasi

kepada pengguna “KADE”.

3. Tahap Pelaksanaan

Ditahap Pelaksanaan ini, Inovasi “KADE” telah siap disosialisasikan untuk diujicobakan terlebih dahulu. Sosialisasi yang dilakukan secara bertahap ini, ditujukan utamanya kepada para stakeholders yang akan menjadi pengguna (user) dalam proses perkonsultasian, yang diperkuat melalui Surat Edaran dari Bupati Lebak mengenai inovasi “KADE”. Sosialisasi ini dilakukan untuk memperoleh output yang berupa peta dukungan dari pada Kepala Desa se-Kabupaten Lebak

(340 Desa), yang dapat diartikan sebagai bentuk testimony atau bukti dalam mendukung hadirnya inovasi “KADE” untuk mencapai tujuan.

Setelah dilakukannya sosialisasi dan

peta dukungan Inovasi “KADE”, maka

selanjutnya adalah mengimplementasikan

“KADE” sesuai dengan mekanisme yang telah

dibuat (SOP Klinik Konsultasi Dana Desa

“KADE”).

2827

Page 9: Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak Direktori ...bappeda.lebakkab.go.id/web/wp-content/uploads/2019/09/KADE.pdfpenyusunan laporan ketenagakerjaan seperti Laporan Calon Tenaga

Berawal dari Rencana Aksi Inovasi yang

telah dibuat tersebut, maka dalam proses

implementasi Inovasi “KADE” ini, dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

Pada Tahap Perencanaan, tdilakukan adanya

pembuatan Tim efektif yang akan difungsikan

sebagai penata dan pengelola inovasi “KADE”,

yaitu dengan membentuk Kelompok Kerja

(Pokja) kesekretariatan dan teknis. Pokja

secretariat dimaksudkan untuk membantu dalam

proses ketatausahaan atau administrasi Inovasi

ini. Sedangkan, Pokja Teknis dimaksudkan

dapa t member ikan masukan te rhadap

perkembangan dan penyempurnaan inovasi

“KADE” agar dalam penerapannya menjadi

lebih efektif. Hal ini ditandai dengan adanya

Surat Keputusan Inspektorat Daerah Kabupaten

Lebak No.700/Kep.307/ITDA/2017 tentang

Tim Eefektif Pembangunanan Klinik Konsultasi

Dana Desa (KADE) Pada Inspektorat Daerah

Kabupaten Lebak.

Selain dibuatkannya Pokja-Pokja tersebut,

juga memetakan stakeholders yang akan terlibat

dalam Inovasi “KADE” ini, yang memeiliki

keterkaitan secara

substansi. Adapun

stakeholders yang

dimaksud antara

lain:

1) B u p a t i

Lebak

2) Kepala BPK

RI

Perwakilan

Provinsi Banten

3) Kepala BPKP Perwakilan Provinsi

Banten

4) Inspektur dan Auditor Daerah Provinsi

Banten

5) K e p a l a D i n a s P e m b e r d a y a a n

Masyarakat Desa Kabupaten Lebak

6) Kepala Badan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah Kabupaten Lebak

7) K e p a l a B a d a n P e r e n c a n a a n

Pembngunanan Daerah Kabupaten

Lebak

8) Camat se-Kabupaten Lebak (Paguyuban

Camat Kebupaten Lebak)

9) Kepala Desa se-Kabupaten Lebak

(Apdes Lebak)

10) Lurah

11) Pers

12) LSM

Selain pemetaan stakeholders, ditahap ini

telah mulai direncanakan mekanisme dan

penyiapan ruangan Klinik beserta sarana dan

prasarana pendukungnya. Seperti buku-buku

Peraturan mengenai Pengelolaan Dana Desa,

formulir pendaftaran, kartu antrian dan formulir

notulensi konsultasi, serta spanduk dan banner

dalam rangka mempromosikan Inovasi

“KADE” ini.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

2. Tahap Pengorganisasian

Tahap Pengorganisasian dimulai setelah

dilakukannya pemetaan stakeholders dan

adanya Pokja Sekretariat dan Pokja Teknis

terbentuk. Dengan hadirnya Pokja-Pokja

t e r sebu t , l angkah se lan ju tnya ada lah

membentuk Tim Konsultasi “KADE” melalui

Keputusan Bupati Lebak.

Selain itu, langkah selanjutnya agar lebih

efekt i f dalam implementasinya, maka

dibuatkanlah SOP (Standard Operational

Procedur) mengenai langkah-langkah proses

pe rkonsu l t a s i an “KADE” yang t e l ah

dirumuskan oleh Tim Konsultasi “KADE”.

Setelah adanya SOP ini, t im mencoba

mensimulasikan terlebih dahulu sebagai

evaluasi sebelum dilakukannya sosialisasi

kepada pengguna “KADE”.

3. Tahap Pelaksanaan

Ditahap Pelaksanaan ini, Inovasi “KADE” telah siap disosialisasikan untuk diujicobakan terlebih dahulu. Sosialisasi yang dilakukan secara bertahap ini, ditujukan utamanya kepada para stakeholders yang akan menjadi pengguna (user) dalam proses perkonsultasian, yang diperkuat melalui Surat Edaran dari Bupati Lebak mengenai inovasi “KADE”. Sosialisasi ini dilakukan untuk memperoleh output yang berupa peta dukungan dari pada Kepala Desa se-Kabupaten Lebak

(340 Desa), yang dapat diartikan sebagai bentuk testimony atau bukti dalam mendukung hadirnya inovasi “KADE” untuk mencapai tujuan.

Setelah dilakukannya sosialisasi dan

peta dukungan Inovasi “KADE”, maka

selanjutnya adalah mengimplementasikan

“KADE” sesuai dengan mekanisme yang telah

dibuat (SOP Klinik Konsultasi Dana Desa

“KADE”).

2827

Page 10: Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak Direktori ...bappeda.lebakkab.go.id/web/wp-content/uploads/2019/09/KADE.pdfpenyusunan laporan ketenagakerjaan seperti Laporan Calon Tenaga

4. Tahap Pengawasan

Tahap Pengawasan Inovasi “KADE” dilakukan dalam 2 tahap, yaitu:

1) Evaluasi terhadap mekanisme “KADE”

Mekanisme “KADE” yang dilakukan merujuk pada SOP yang telah ada. Namun, dalam pelaksanannya dalam waktu 3 bulan terus dilakukannya pemantauan. Hal ini dilamksudkan untuk lebih menyempurnakan dari kondisi yang telah ada agar lebih baik.

2) Evaluasi terhadap Auditor (Petugas Konsultasi)

Evaluasi terhada Auditor yang bertugas dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali. Hal ini dimaksudkan untuk adanya jadwal yang telah ditentukan untuk kurun waktu tertentu, sehingga adanya pertukaran auditor yang tidak hanya itu-itu saja petugas yang memberikan perkonsultasian (giliran petugas).

C. Mekanisme Inovasi

Inspektorat selaku Aparat Pengawas Internal Pemerintah mempunyai peran penting dalam mengendalikan munculnya permasalahan

dalam penyelenggaraan segala urusan pemerintahan termasuk pemerintah desa. Menjadi lapis kedua dalam pengendalian, setelah lapis pertama dari internal manajemen, menjadikan lnspektorat Daerah berperan strategis untuk meminimalisir permasalahan muncul, untuk kemudian dan menjadi temuan oleh Aparat Pengawas Eksternal.

Namun demikian, selama ini upaya untuk mencegah terjadinya penyimpangan masih minim karena lebih banyak kegiatan audit yang sifatnya post audit. ltupun tidak seluruh desa dapat terperiksa secara menyeluruh setiap tahun. Hal ini disebabkan terbatasnya sumberdaya yang ada baik personil maupun sarana prasarana sehingga selama ini untuk mengatasi keterbatasan terutama personil dan anggaran dilakukan audit secara sampling.

Pola pengawasan yang menempatkan auditan dalam hal ini Pemerintah Desa sebagai obyek audit juga berpengaruh terhadap mindset K e p a l a D e s a / P e r a n g k a t D e s a b a h w a pengawasan belum menjadi suatu kebutuhan manajemen dan hal yang penting yang dapat membantu tercapainya tujuan organisasi dengan ba ik . Di samping i tu se ja lan dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, lnspektorat selaku APIP dituntut untuk dapat menjalankan fungsi pengawasan dari semula berfungsi sebagai Watchdog bergeser menjadi berfungsi sebagai pembina, konsultan, pendeteksi dini (early warning) dan penjamin mutu (quality assurance). Sehingga sudah saa tnya un tuk mengubah po la pengawasan dengan lebih mengedepankan fungsi pencegahan terjadinya penyimpangan dan mengupayakan agar kepala desa dan perangkat desa proaktif serta menempatkan pengawasan sebagai hal yang penting dan dibutuhkan bagi manajemen yang dapat membantu tercapainya tujuan organisasi dengan baik.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

Inspektorat Daerah menyediakan

layanan baru berupa Klinik Konsultasi bagi

Pemerintah Desa untuk mendapatkan solusi dari

s i s i p e n g a w a s a n k e t i k a m e n g h a d a p i

permasalahan dalam pengelolaan keuangan desa

tanpa harus menunggu jadwal kegiatan audit.

Pemerintah Desa yang semula menjadi obyek

audit berganti sebagai subyek yang diharapkan

aktif memanfaatkan layanan ketika menghadapi

permasalahan yang perlu dikonsultasikan

kepada lnspektorat selaku APIP. Dari sisi APIP,

inovasi ini akan meningkatkan kapabilitas yang

berguna dalam pemeringkatan (leveling) APIP.

Sehingga melalui inovasi Klinik Konsultasi

Dana Desa (KADE) dapat diperoleh keuntungan

dari kedua belah pihak baik pemberi layanan,

dalam hal ini lnspektorat maupun pihak-pihak

lain seperti APIP lainnya, masyarakat dan lain

sebagainya.

Beberapa tujuan yang ingin dicapai

dengan adanya inovasi Klinik Konsultasi Dana

Desa (KADE) yaitu meningkatkan upaya

pencegahan terjadinya penyimpangan dalam

pengelolaan keuangan desa, mendorong

Pemerintah Desa maupun masyarakat selalu

proaktif dalam upaya pencegahan terjadinya

penyimpangan, meminimalkan temuan

pemeriksaan oleh Pemeriksa Eksternal, serta

meningkatkan kapabilitas lnspektorat Daerah

Kabupaten Lebak selaku APIP di lingkungan

Pemerintah Kabupaten Lebak.

Untuk tahap persiapan antara lain

melakukan pembentukan dan penetapan Tim

Efektif dan Tim Teknis Konsultasi, menyusun

a lu r /mekan i sme keg ia t an konsu l t a s i ,

mempersiapkan form kelengkapan administrasi

kegiatan, serta pengumpulan bahan referensi.

Adapun mekanisme kerja Klinik Konsultasi

Dana Desa (KADE) sebagai berikut:

1. Kepala Desa/Perangkat Desa sebagai klien

menyampaikan permohonan konsultasi baik

secara tertulis (melalui surat, WA

maupun SMS) maupun secara lisan

melalui telepon.

2. Petugas piket/resepsionis mencatat surat

p e r m o h o n a n t e r s e b u t d a n

menyampaikannya kepada Tim

Konsultasi dengan melampirkan

masalah yang akan dikonsultasi.

3. Tim konsultasi mempelajari masalah yang

akan dikonsul tas ikan oleh kepala

desa/perangkat� desa dan menentukan

auditor yang akan melayani konsultasi

tersebut dan menyampaikan kembali

kepada petugas piket/resepsionis.

4. Petugas piket/resepsionis mempersilakan

kepala desa/perangkat desa untuk memasuki

ruang konsultasi.

5. Auditor yang ditugaskan, memberikan

konsultasi berupa saran dan masukan atas

permasalahan yang disampaikan oleh

kepala desa/perangkat desa.

6. Auditor yang memberikan konsultasi,

membuat notulensi hasil kegiatan konsultasi

dan menyampaikan kepada Tim konsultasi.

7. Tim konsultasi menghimpun dan membuat

kompilasi notulen serta menyusun laporan

hasil kegiatan konsultasi setiap bulan dan

menyampaikan laporan tersebut kepada

lnspektur.Tahap terakhir adalah pelaporan dan

pemantauan yaitu menyusun data base hasil

kegiatan konsultasi, melaporkan secara berkala

kegiatan konsultasi yang telah dilakukan dan

melakukan pemantauan terhadap Pemerintah

Desa atas tindak lanjut hasil konsultasi.

3029

Page 11: Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak Direktori ...bappeda.lebakkab.go.id/web/wp-content/uploads/2019/09/KADE.pdfpenyusunan laporan ketenagakerjaan seperti Laporan Calon Tenaga

4. Tahap Pengawasan

Tahap Pengawasan Inovasi “KADE” dilakukan dalam 2 tahap, yaitu:

1) Evaluasi terhadap mekanisme “KADE”

Mekanisme “KADE” yang dilakukan merujuk pada SOP yang telah ada. Namun, dalam pelaksanannya dalam waktu 3 bulan terus dilakukannya pemantauan. Hal ini dilamksudkan untuk lebih menyempurnakan dari kondisi yang telah ada agar lebih baik.

2) Evaluasi terhadap Auditor (Petugas Konsultasi)

Evaluasi terhada Auditor yang bertugas dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali. Hal ini dimaksudkan untuk adanya jadwal yang telah ditentukan untuk kurun waktu tertentu, sehingga adanya pertukaran auditor yang tidak hanya itu-itu saja petugas yang memberikan perkonsultasian (giliran petugas).

C. Mekanisme Inovasi

Inspektorat selaku Aparat Pengawas Internal Pemerintah mempunyai peran penting dalam mengendalikan munculnya permasalahan

dalam penyelenggaraan segala urusan pemerintahan termasuk pemerintah desa. Menjadi lapis kedua dalam pengendalian, setelah lapis pertama dari internal manajemen, menjadikan lnspektorat Daerah berperan strategis untuk meminimalisir permasalahan muncul, untuk kemudian dan menjadi temuan oleh Aparat Pengawas Eksternal.

Namun demikian, selama ini upaya untuk mencegah terjadinya penyimpangan masih minim karena lebih banyak kegiatan audit yang sifatnya post audit. ltupun tidak seluruh desa dapat terperiksa secara menyeluruh setiap tahun. Hal ini disebabkan terbatasnya sumberdaya yang ada baik personil maupun sarana prasarana sehingga selama ini untuk mengatasi keterbatasan terutama personil dan anggaran dilakukan audit secara sampling.

Pola pengawasan yang menempatkan auditan dalam hal ini Pemerintah Desa sebagai obyek audit juga berpengaruh terhadap mindset K e p a l a D e s a / P e r a n g k a t D e s a b a h w a pengawasan belum menjadi suatu kebutuhan manajemen dan hal yang penting yang dapat membantu tercapainya tujuan organisasi dengan ba ik . Di samping i tu se ja lan dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, lnspektorat selaku APIP dituntut untuk dapat menjalankan fungsi pengawasan dari semula berfungsi sebagai Watchdog bergeser menjadi berfungsi sebagai pembina, konsultan, pendeteksi dini (early warning) dan penjamin mutu (quality assurance). Sehingga sudah saa tnya un tuk mengubah po la pengawasan dengan lebih mengedepankan fungsi pencegahan terjadinya penyimpangan dan mengupayakan agar kepala desa dan perangkat desa proaktif serta menempatkan pengawasan sebagai hal yang penting dan dibutuhkan bagi manajemen yang dapat membantu tercapainya tujuan organisasi dengan baik.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

Inspektorat Daerah menyediakan

layanan baru berupa Klinik Konsultasi bagi

Pemerintah Desa untuk mendapatkan solusi dari

s i s i p e n g a w a s a n k e t i k a m e n g h a d a p i

permasalahan dalam pengelolaan keuangan desa

tanpa harus menunggu jadwal kegiatan audit.

Pemerintah Desa yang semula menjadi obyek

audit berganti sebagai subyek yang diharapkan

aktif memanfaatkan layanan ketika menghadapi

permasalahan yang perlu dikonsultasikan

kepada lnspektorat selaku APIP. Dari sisi APIP,

inovasi ini akan meningkatkan kapabilitas yang

berguna dalam pemeringkatan (leveling) APIP.

Sehingga melalui inovasi Klinik Konsultasi

Dana Desa (KADE) dapat diperoleh keuntungan

dari kedua belah pihak baik pemberi layanan,

dalam hal ini lnspektorat maupun pihak-pihak

lain seperti APIP lainnya, masyarakat dan lain

sebagainya.

Beberapa tujuan yang ingin dicapai

dengan adanya inovasi Klinik Konsultasi Dana

Desa (KADE) yaitu meningkatkan upaya

pencegahan terjadinya penyimpangan dalam

pengelolaan keuangan desa, mendorong

Pemerintah Desa maupun masyarakat selalu

proaktif dalam upaya pencegahan terjadinya

penyimpangan, meminimalkan temuan

pemeriksaan oleh Pemeriksa Eksternal, serta

meningkatkan kapabilitas lnspektorat Daerah

Kabupaten Lebak selaku APIP di lingkungan

Pemerintah Kabupaten Lebak.

Untuk tahap persiapan antara lain

melakukan pembentukan dan penetapan Tim

Efektif dan Tim Teknis Konsultasi, menyusun

a lu r /mekan i sme keg ia t an konsu l t a s i ,

mempersiapkan form kelengkapan administrasi

kegiatan, serta pengumpulan bahan referensi.

Adapun mekanisme kerja Klinik Konsultasi

Dana Desa (KADE) sebagai berikut:

1. Kepala Desa/Perangkat Desa sebagai klien

menyampaikan permohonan konsultasi baik

secara tertulis (melalui surat, WA

maupun SMS) maupun secara lisan

melalui telepon.

2. Petugas piket/resepsionis mencatat surat

p e r m o h o n a n t e r s e b u t d a n

menyampaikannya kepada Tim

Konsultasi dengan melampirkan

masalah yang akan dikonsultasi.

3. Tim konsultasi mempelajari masalah yang

akan dikonsul tas ikan oleh kepala

desa/perangkat� desa dan menentukan

auditor yang akan melayani konsultasi

tersebut dan menyampaikan kembali

kepada petugas piket/resepsionis.

4. Petugas piket/resepsionis mempersilakan

kepala desa/perangkat desa untuk memasuki

ruang konsultasi.

5. Auditor yang ditugaskan, memberikan

konsultasi berupa saran dan masukan atas

permasalahan yang disampaikan oleh

kepala desa/perangkat desa.

6. Auditor yang memberikan konsultasi,

membuat notulensi hasil kegiatan konsultasi

dan menyampaikan kepada Tim konsultasi.

7. Tim konsultasi menghimpun dan membuat

kompilasi notulen serta menyusun laporan

hasil kegiatan konsultasi setiap bulan dan

menyampaikan laporan tersebut kepada

lnspektur.Tahap terakhir adalah pelaporan dan

pemantauan yaitu menyusun data base hasil

kegiatan konsultasi, melaporkan secara berkala

kegiatan konsultasi yang telah dilakukan dan

melakukan pemantauan terhadap Pemerintah

Desa atas tindak lanjut hasil konsultasi.

3029

Page 12: Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak Direktori ...bappeda.lebakkab.go.id/web/wp-content/uploads/2019/09/KADE.pdfpenyusunan laporan ketenagakerjaan seperti Laporan Calon Tenaga

D. Keberlanjutan dan Replikasi Inovasi

Inovasi ini tetap dibutuhkan selama

Undang-Undang Desa masih berlaku dan desa

mendapatkan dana desa. Seperti yang telah

disampaikan di atas bahwa tugas inspektorat

bukan sebagai watchdog tetapi membina para

perangkat desa yang mengelola dana desa.

Klinik Desa ini dapat mencegah terjadinya

penyalahgunaan dana desa dan pencegahan

kesalahan administrasi. Untuk keberlanjutan

yang lebih baik maka perlu pengaturan jadwal

konsultasi yang lebih baik mengingat ada 340

desa di Kabupaten Lebak yang harus

difasilitasi.

Kabupaten lainnya yang ada di Provinsi

Serang ataupun Provinsi lainnya yang ada di

Indonesia dapat melakukan replikasi inovasi

KADE ini. Permasalahan serupa dalam

pengelolaan dana desa juga dihadapi oleh

Kabupaten lainnya. Apalagi Inspektorat

Kabupaten Lebak sudah memiliki SOP

p e n y e l e n g g a r a a n , m e k a n i s m e , d a n

pengawasan pelaksanaan Klinik Konsultasi

Dana Desa ini. Apabila Kabupaten lain ingin

melaksanakan inovasi serupa di Kabupatennya

dapat melakukan studi banding ke Kabupaten

Lebak.

E. Lesson Learn Inovasi KADE

P e r u b a h a n p a r a d i g m a i n t e r n a l

Inspektorat adalah hal yang paling utama

menjadi pembelajaran yang didapatkan dari

penyelenggaraan KADE ini. Inspektorat

mengubah cara pandang pada perangkat desa

dan dirinya sendiri, yang semula hanya

mengaudit tetapi mau memberikan fasilitas

konsultasi kepada para kepala Desa dan

perangkat desa lainnya. Pihak yang menerima

manfaat dari KADE ini tidak hanya perangkat

desa saja yang dipermudah dalam pengelolaan

dana desa. Adapun pihak lainnya yang

mendapatkan manfaat adalah Inspektorat yang

menjadi lebih mudah dalam melakukan proses

audit karena pengelolaan dan pembuatan

laporan dana desa sudah dikonsultasikan

terlebih dahulu. Yang paling penting adalah

masyarakat mendapatkan haknya atas dana

desa s e sua i dengan pe run tukannya .

Kemungkinan terjadinya penyalahgunaan

dana desa dapat diminimalisir.

L e s s o n L e a r n l a i n n y a a d a l a h

menerapkan Whole of Governement dalam

pelaksanaan inovasinya. Inspektorat sudah

melakukan pemetaan stakeholders yang

terlibat, tidak hanya Inspektorat dengan

perangkat desa saja. Tetapi juga melibatkan

BPK Perwakilan Provinsi Banten, Kepala BPK

RI Perwakilan Provinsi Banten, Kepala BPKP

Perwakilan Provinsi Banten, Inspektur dan

Auditor Daerah Provinsi Banten, Kepala Dinas

Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten

Lebak, Kepala Badan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah Kabupaten Lebak, Kepala

Badan Perencanaan Pembngunanan Daerah

Kabupaten Lebak, Camat se-Kabupaten Lebak

(Paguyuban Camat Kebupaten Lebak), sampai

pada Organisasi Non Pemerintahan. Untuk

melakukan perbaikan memang dinbutuhkan

kerjasama dengan berbagai pihak untuk

mendapatkan hasil yang maksimal.

BAPPEDA KABUPATEN LEBAKBAPPEDA KABUPATEN LEBAK

Direktori Inovasi Pemerintahan Kabupaten LebakDirektori Inovasi Pemerintahan Kabupaten Lebak

ATIKAN(Asal Ketik Arsip Nampak)

A. Latar Belakang:

Menurut Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 28 Tahun 2012 Tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun

2009 Tentang Kearsipan, menyebutkan bahwa

arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa

dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan

perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi yang dibuat dan diterima oleh

lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga

pendidikan, perusahaan, organisasi politik,

organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan,

sebagai bukti rekaman penyelenggaran dan

pelaksanaan kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, arsip

yang merupakan bagian dari identitas dan

jatidiri bangsa dan merupakan salah satu sarana

penyelamatan wilayah negara dan simpul

pemersatu bangsa harus diselamatkan.

Namun demikian, pengelolaan arsip

cenderung diabaikan oleh sebagian besar orang

karena sering tidak dianggap penting, padahal

sebuah arsip merupakan bukti fisik atas suatu

pekerjaan yang telah dilakukan dan atau

informasi dan peristiwa yang merekam

dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara dimasa yang lampau, sekarang

dan yang akan datang di berbagai bidang,

politik, sosial, ekonomi, budaya, ilmu

pengetahuan dan teknologi. Arsip dengan segala

bentuk medianya, keberadaannya tidak bisa

tergantikan dan merupakan memori kolektif

yang dapat meningkatkan kesadaran nasional,

mempertegas identitas dan jatidiri bangsa

Indonesia. Tidak berlebihan jika dikatakan,

kehilangan sebuah arsip sama dengan

3231