52
Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi di Perkotaan: Indonesia EDISI I

Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi di Perkotaan: Indonesia EDISI I

Page 2: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan
Page 3: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

Direktori Pembiayaan

Aksi Mitigasi di Perkotaan: Indonesia

EDISI I

Page 4: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

Penerbit: PAKLIM – Program Advis Kebijakan untuk Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim

c/o Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)

Gedung B Lt. 5, Jl. DI Panjaitan Kav.24

Jakarta 13410 – Indonesia

T +62 21 851 7186

F +62 21 851 6110

E [email protected]

I www.paklim.org

Penulis: Chitra Priambodo

Tezza Napitupulu

Editor: Natasha Kindangen

Noordiana Kamilya S.

Verena Streitferdt

Disainer: Tri Yudho S.

Cetakan ke-1 Juni 2011 Cetakan ke-2 Juli 2011 Cetakan ke-3 Juli 2011 Copyright © PAKLIM 2011 Isi merupakan tanggung jawab penulis.

Direktori ini dikonsultasikan dan didukung oleh:

BAPPENAS KEMENTERIAN

PEKERJAAN UMUM

KEMENTERIAN

DALAM NEGERI

KEMENTERIAN

KEUANGAN

Page 5: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

v

Daftar Isi

Bab 1 Kota dan Pembiayaan Perubahan Iklim 1

Bab 2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 12

Bab 3 Dana Alokasi Khusus (DAK) 14

Bab 4 Pinjaman melalui Pusat Investasi Pemerintah (PIP) 22

Bab 5 Kemitraan Publik Swasta (KPS) 27

Bab 6 Pinjaman/Hibah Luar Negeri yang Dialirkan Melalui Kementerian sebagai bagian dari APBN

32

Bab 7 Contoh “Best Practice” – Kota Blitar 41

Page 6: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

Daftar Istilah

Adaptasi Penyesuaian dalam sistem alam atau manusia sebagai respon terhadap rangsangan iklim aktual atau diharapkan atau dampak dari keduanya, yang mengakibatkan kerusakan atau kerugian (UNFCCC, 2006).

Perubahan Iklim Setiap perubahan dari sistem iklim, dari waktu ke waktu, apakah karena variabilitas alami atau karena kegiatan manusia (IPCC, 2001).

Pembiayaan atau

Financing

Dalam konteks skema pembiayaan perubahan iklim (carbon finance), sumber daya yang disediakan untuk aksi/program/proyek yang menghasilkan (atau diharapkan menghasilkan) pengurangan gas rumah kaca (World Bank, 2006).

Pengarusutamaan Dalam konteks tindakan mitigasi perubahan iklim, menyusun intervensi untuk mengurangi sumber atau meningkatkan rosot dari gas rumah kaca ke dalam kebijakan nasional, program dan prioritas (UNDP, 2005).

Mitigasi Intervensi manusia untuk mengurangi sumber atau meningkatkan rosot dari gas rumah kaca. Contohnya termasuk menggunakan bahan bakar fosil lebih efisien untuk proses industri atau pembangkit listrik (UNFCCC, 2006)

Page 7: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

1

1 Kota dan Pembiayaan Perubahan Iklim

Kota dan Perubahan Iklim

Pemusatan populasi dan kegiatan perekonomian (misalnya transportasi

dan aktivitas perindustrian) di perkotaan bertanggung jawab atas

konsumsi energi dalam jumlah besar dan merupakan sumber emisi Gas

Rumah Kaca (GRK) yang besar pula. Namun demikian otoritas kota

berada dalam posisi yang pelik untuk merencanakan dan melaksanakan

aksi menanggapi perubahan iklim yaitu:

- Lebih dari 50% penduduk tinggal di daerah perkotaan dan jumlah

ini terus meningkat secara signifikan. Pertumbuhan kota yang

cepat menjadi kota besar atau mega kota telah menghalangi

perencanaan tata ruang yang layak dan memperburuk dampak dari

perubahan iklim.

- Meskipun pembangunan kota merupakan salah satu permasalahan

iklim, namun hal tersebut juga dapat menjadi bagian dari

pemecahan masalah. Kebijakan perkotaan yang konsisten dengan

target nasional untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan

dengan tujuan pembangunan 'pro-pertumbuhan, pro-poor, dan

pro-job' akan memastikan bahwa kota di Indonesia akan menjadi

bagian dari solusi permasalahan.

Aksi dan Pembiayaan Mitigasi yang Tepat

Permasalahan lingkungan seperti halnya mitigasi perubahan iklim di

perkotaan sering tidak dapat ditangani oleh kebijakan yang terkotak

pada bidang tertentu saja. Penanganan yang terfragmentasi dalam hal

mitigasi tidak dapat menyelesaikan masalah sebenarnya. Karena itu

perubahan iklim oleh pemerintah pusat digolongkan ke dalam kebijakan

pengarusutamaan, sehingga dalam pelaksanaannya tidak terpisah

dengan kegiatan pembangunan sektoral di dalam kota.

Page 8: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

2

Oleh karena itu, dalam menyusun strategi perubahan iklim perkotaan

setiap kota dapat mengadakan analisa tentang sumber-sumber emisi

GRK dan potensi pengurangannya dari yang terbesar sampai yang

terkecil dengan dana terkecil sampai yang terbesar. Informasi tersebut

akan membantu menentukan prioritas aksi kebijakan perkotaan yang

mempertimbangkan pengarusutamaan dan konsistensi.

Tabel 1.1 menggambarkan aksi mitigasi yang relevan dan sumber

pembiayaan yang dapat digunakan untuk pelaksanaannya. Sumber-

sumber pembiayaan inilah yang akan dideskripsikan di dalam direktori

ini.

Tabel 1.2 menggambaran perkiraan biaya untuk aksi mitigasi yang

relevan yang diambil dari berbagai studi kasus di berbagai kota.

Biayanya bukan hanya tergantung pada jumlah penduduk kota tersebut

tetapi juga pada struktur kota, kependudukan dan kompleksitas serta

sifat berbagai kegiatan.

Tabel 1.1 Aksi mitigasi yang relevan di perkotaan

Sektor

Sumber dana untuk pembiayaan

APBD (dari DBH, DAU, PAD)

DAK

Akses Pinjaman

Luar Negeri melalui

Kementerian

Investasi Swasta/

KPS

Sampah

- Pengelolaan sampah 3R

- Composting/ pembuatan kompos terpusat

Page 9: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

3

- Penggantian sistem open dumping ke sanitary landfill

- Energi dari sampah pada sistem sanitary landfill

Transportasi

- Pergantian moda transportasi

- Penggunaan bahan bakar fosil yang irit

- Kampanye kesadaran masyarakat

Energi

- Efisiensi energi dalam membangunan kota

- Penerangan jalan dengan lampu hemat energi

Perencanaan tata ruang/ penggunaan lahan

- Penghijauan kota

Page 10: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

4

Tabel 1.2 Gambaran biaya mitigasi

Sektor

Biaya Investasi/

capex (perkiraan)

Biaya operasional per tahun

Keterangan

Sampah

- Pengelolaan sampah 3R: Pengelolaan sampah 3R terpadu berbasis masyarakat

±300.000 dollar AS

N/A

perkiraan berdasarkan studi kasus di kota Khulna, Bangladesh, populasi: 1,5 juta jiwa

- Composting/ pembuatan kompos terpusat

±50.000 dollar AS

±30.000 dollar AS

perkiraan berdasarkan studi kasus di kota Vientianne, Laos. Populasi: 750.000 jiwa

- Penggantian sistem open dumping ke sanitary landfill yang terpadu

500.000-700.000 dollar

AS

±50.000 dollar AS

perkiraan berdasarkan studi kasus di kepulauan Samoa dan di kota Passi di Filipina. Populasi kota Passi: 80.000 jiwa

- Energi dari sampah pada sistem sanitary landfill

±5 juta dollar AS atau lebih

±500.000 dollar AS atau

lebih

perkiraan berdasarkan studi kasus di kota Huzhou, China. populasi: 2,5 juta jiwa

Transportasi

-Pergeseran moda

5 - 10 juta dollar AS/km

±1,1 juta dollar AS

biaya bisa berubah sesuai

Page 11: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

5

transportasi dengan kompleksitas lintasan dan panjang BRT yang akan dikembangkan. Contohnya Trans Millenio di Bogota. Columbia: US$ 5,8 juta/km, Trans Jakarta: 2 juta dollar AS /km

Pengembangan Bus Rapid Transit (BRT) untuk sarana transportasi umum

- Penggunaan bahan bakar fosil yang irit

350.000 dolar AS - 450.000

dolar AS (untuk stasiun

pengisian ulang CNG)

15.000 dolar AS - 20.000

dolar AS (untuk stasiun

pengisian ulang CNG)

perkiraan berdasarkan studi kasus di kota Quetta , Pakistan. populasi: 900.000 jiwa

Pengenalan CNG dan pembangunan stasiun CNG untuk pasokan bahan bakar

- kampanye kesadaran masyarakat

N/A N/A

biaya bisa berubah sesuai dengan kedalaman dan isi program

Page 12: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

6

Energi

- Efisiensi Energi dalam membangun kota

bervariasi dari 20.000 dollar AS hingga 200.000 dollar AS /bangunan (fokus pada sistim pencahayaan dan AC)

biaya operasional yang negatif karena penghematan energi

perkiraan berdasarkan studi kasus di kota-kota di berbagai negara (studi kasus IEA)

Rencana tata ruang/ penggunaan lahan

Penghijauan kota

N/A N/A

biaya dapat berubah sesuai dengan jumlah pohon yang akan ditanam, areal yang akan dikembangkan, areal penghijauan serta perencanaan

Sifat dan jenis langkah-langkah mitigasi berbeda-beda dan dapat

diklasifikasikan menjadi:

1. Langkah-langkah jangka pendek yang dapat dikembangkan berupa

proyek serta dapat dicapai dalam jangka waktu yang pendek (1-3

tahun).

2. Langkah-langkah menengah dengan modal sertabiaya operasional

dan perawatan yang cukup besar(jangka waktu menengah, waktu

pengembangan 3-5 tahun, pengoperasian dan perawatan > 5

tahun),

3. Langkah-langkah jangka waktu panjang yang berkaitan dengan

kebijakan jangka panjang seperti perencanaan tata guna lahan/tata

ruang dan transportasi terpadu.

Page 13: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

7

Pembiayaan dan Skema Insentif Perubahaan Iklim yang Sedang Dikembangkan

Saat ini ada beberapa bentuk pembiayaan perubahan iklim nasional yang sedang dikembangkan untuk memanfaatkan dana-dana asing terkait aksi mitigasi dan adaptasi: PT Indonesia Green Investment atau Indonesia Green Investment Fund (IGIF) sedang dalam proses pembentukan oleh Pusat Investasi Pemerintah (PIP). PIP dikelola oleh Kementerian Keuangan RI. Keterangan lebih lanjut mengenai IGIF tercantum di Bab 4 mengenai PIP.

Indonesian Climate Change Trust Fund (ICCTF) didirikan oleh BAPPENAS untuk memanfaatkan hibah-hibah dalam jumlah kecil yang ada dan komitmen pendanaan dari donor luar negeri dengan cara mengumpulkan sumber pembiayaan tersebut menjadi satu sumber sehingga dapat digunakan untuk membiayai aksi inisiatif karbon rendah dalam skala yang lebih besar.

Saat ini ICCTF didukung oleh DFID (US$ 7.5 juta) dan AusAID (US$ 2 juta). Kegiatan-kegiatan yang saat ini dikembangkan dibawah ICCTF adalah bantuan teknis dan kegiatan peningkatan kapasitas. Diharapkan di masa mendatang ICCTF dapat memberikan fasilitasi investasi dalam aksi mitigasi.

Manajemen ICCTF terdiri dari Komite Pengarah yang dipimpin oleh

BAPPENAS sebagai penyedia kebijakan dan melakukan pengawasan,

dan Komite Teknis yang beranggotakan Kementerian Keuangan dan

BAPPENAS, yang bertanggung jawab untuk menilai proposal proyek

dalam hal pemenuhan persyaratan , kelayakan, kelestarian dan dampak

lingkungan. Komite Pengarah tersebut telah menugaskan UNDP

sebagai Pengelola Dana Sementara (Interim Fund Manager).

ICCTF dirancang dengan dua tahapan pengoperasian: langkah pertama

mendukung dana inovasi (Innovation Fund), yang merupakah dana

pembelanjaan hibah untuk mendukung proyek-proyek perubahan iklim

di kementerian yang tidak tercakup dalam anggaran kementerian.

Sementara langkah kedua direncanakan menjadi Dana Transformasi.

Dana transformasi adalah pendapatan yang dihasilkan oleh dana

Page 14: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

8

investasi bergulir. Namun, dana bergulir untuk investasi ini belum

beroperasi. Saat ini dana ICCTF mendanai 3 proyek percontohan

inisiatif perubahan iklim, yakni:

Pelaksanaan konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 di

sektor industri‟ yang berfokus pada identifikasi peluang

penghematan energi pada industri baja dan kertas, yang

dilaksanakan oleh Kementerian Perindustrian;

„Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Lahan

Gambut yang Berkelanjutan‟ yang berfokus pada rencana

pengembangan studi untuk mendukung Aksi Mitigasi Nasional

yang Tepat/ Nationally Appropriate Mitigation Action (NAMA) terkait

dengan pengelolaan lahan gambut yang dilaksanakan oleh

Kementerian Pertanian; dan

Program Kesadaran Masyarakat, Pelatihan dan Pendidikan

mengenai PermasalahanPerubahan Iklim bagi Semua Lapisan

Masyarakat dalam hal Mitigasi dan Adaptasi‟ yang bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat umum, terutama petani dan

nelayan, tentang dampak perubahan iklim, yang dilaksanakan oleh

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika.

Page 15: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

9

Keterangan: Sudah dipraktekkan Akan ditelaah

Gambar 1.1 Pendekatan terhadap Pembiayaan Langkah-langkah Mitigasi

Tertentu

Gambar 1.1 mengilustrasikan proses yang dapat diadopsi oleh

pemerintah kota guna menyeleksi jenis pembiayaan yang sesuai untuk

tiap langkah mitigasi (jangka pendek, menengah dan panjang). Untuk

kegiatan jangka pendek yang mensyaratkan pemenuhan standar

pelayanan minimum (SPM), maka Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) sebagai sumber utama pembiayaan. Sedangkan untuk

kegiatan mitigasi jangka pendek yang berhubungan dengan program

atau target yang ditentukan oleh pemerintah pusat, dapat dialokasikan

melalui DAK dari kementerian tertentu. Langkah-langkah mitigasi

tertentu juga dapat didukung dengan pinjaman/hibah spesifik yang

disalurkan melalui kementerian kepada pemerintah daerah untuk

mendukung gerakan nasional, yang dapat melengkapi DAK.

Sedangkan untuk kegiatan jangka menengah yang keekonomiannya

layak (feasible), dapat menarik partisipasi sektor swasta melalui skema

Kemitraan Publik Swasta (KPS/PPP).

Page 16: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

10

1.1 Tujuan dan Batasan Pembuatan Direktori Direktori ini merupakan bagian dari studi perkotaan, perubahan iklim

dan pembiayaan yang dilakukan oleh PAKLIM dan CDIA. Direktori ini

bertujuan untuk memberikan informasi ringkas mengenai sarana

pembiayaan bagi pemerintah kota di Indonesia untuk mendukung aksi

mitigasi di tingkat kota, terutama yang berkaitan dengan kegiatan yang

membutuhkan investasi komersial dan bukan proyek percontohan.

Target pengguna direktori ini adalah para pembuat keputusan dan

pejabat pemerintah kota yang terlibat dalam mitigasi di tingkat kota dan

mencari pembiayaan untuk rencana aksi mitigasi, termasuk diantaranya

pejabat Walikota, BAPPEDA, Badan/Kantor Pengelolaan Lingkungan,

Dinas Transportasi, Dinas Cipta Karya, dst.

Sesuai dengan permintaan APEKSI dan Kementerian Dalam Negeri,

fokus direktori ini juga seyogyanya disebarluaskan kepada khalayak yang

lebih luas, sebagai informasi dan referensi yang sangat bermanfaat.

Oleh karena itu, mekanisme evaluasi tertentu akan bersama-sama

diimplementasikan antara APEKSI dan PAKLIM untuk mengetahui

apakah direktori ini juga berguna untuk kota-kota di wilayah lain dan

apa saja yang diperlukan untuk perbaikan lebih lanjut.. Direktori ini juga

dapat memberikan wawasan berharga bagi pemerintah provinsi/ pusat,

masyarakat sipil, dan kelompok-kelompok yang tertarik.

Dalam hal insentif, ada berbagai jenis insentif yang disediakan

kementerian terkait untuk mendukung tindakan yang dapat

dihubungkan dengan aksi mitigasi, misalnya insentif efisiensi energi dari

Kementerian ESDM. Meskipun demikian, direktori ini menitikberatkan

pada pembiayaan yang dapat ditransfer ke atau diakses oleh kota untuk

membiayai aksi mitigasi di kota tersebut.

Page 17: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

11

1.2 Struktur Direktori Direktori ini diawali dengan Bab Pendahuluan yang menjelaskan latar

belakang dan tujuan Direktori. Bab selanjutnya secara garis besar

dibagi antara sumber pendanaan nasional dan internasional yang

menjabarkan tipe, kelayakan, mekanisme dan informasi kontak dari

pembiayaan nasional dan internasional untuk aksi mitigasi dan adaptasi.

Pengembangan Kota di Asia/ Cities Development in Asia (CDIA)

CDIA merupakan prakarsa regional yang didirikan pada tahun 2007 oleh Bank

Pembangunan Asia (Asian Development Bank) dan pemerintah Jerman, dengan dukungan

tambahan dari pemerintah Swedia, Spanyol, dan Austria. Prakarsa ini menyediakan

bantuan bagi kota-kota di Asia yang berukuran sedang untuk menjembatani jurang

antara perencanaan pembangunan dan pelaksanaan investasi infrastruktur. CDIA

menggunakan pendekatan berdasarkan permintaan untuk mendukung identifikasi dan

pengembangan proyek investasi perkotaan dalam kerangka perencanaan pembangunan kota

yang sudah ada, yang menekankan pada kelestarian lingkungan hidup, pembangunan pro-

kemiskinan, tata kelola pemerintahan yang baik dan perubahan iklim.

PAKLIM

Program Advis Kebijakan untuk Lingkungan dan Perubahan Iklim (PAKLIM)

merupakan hasil kerja sama antara pemerintah Jerman dan Indonesia. Atas nama

pemerintah Jerman, Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ)

GmbH membantu pihak pemerintah dan swasta di Indonesia dalam implementasi

PAKLIM. Sebagian dari program tersebut terfokus pada pengembangan strategi iklim

perkotaan yang terintegrasi yang mencakup strategi komprehensif pada adaptasi dan

mitigasi, dan integrasinya ke dalam perencanaan pengembangan kota.

Page 18: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

12

2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

2.1 APBD untuk Pembiayaan Aksi Mitigasi Pada tingkat kota, APBD adalah salah satu sumber pembiayaan bagi

aksi mitigasi perubahan iklim. Aksi mitigasi jangka pendek dan

menengah sebaiknya menjadi arusutama dengan proses perencanaan

pembangunan, termasuk proses pengambilan keputusan dari bawah ke

atas melalui Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) pada

Musyawarah Rencana Pembangungan (Musrenbang). Jika Rencana

Kerja Pembangunan Daerah telah disetujui oleh Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD), dibuatlah Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) guna menyusun alokasi anggaran. Diskusi mengenai kebijakan

anggaran umum dan prioritas penting dilakukan untuk memutuskan

kegiatan apa saja yang dapat dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) dan dari sumber pembiayaan lainnya.

2.2 Pilihan Mitigasi/Adaptasi Apa Saja yang Dapat Dibiayai?

Efisiensi Energi Pertanian

Pengelolaan Sampah Ketahanan iklim

Transportasi yang berkelanjutan

Pengelolaan Risiko Bencana

Penghijauan wilayah perkotaan

Tata Guna Lahan & Kehutanan

Pengelolaan air limbah Sarana dan Prasarana Umum

2.3 Mekanisme Pembiayaan

Sifat Dukungan Jenis Intervensi Pemrakarsa

Hibah Peningkatan Kapasitas

Kota/Kabupaten

Page 19: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

13

Pinjaman Konsep dan Rencana

Provinsi

Mitigasi Risiko Sarana dan Prasarana

Nasional

Lainnya : Transfer Pemerintah Pusat

Pengoperasian dan Pengalihan

Sektor Swasta

Alih Teknologi

2.4 Studi Kasus Nama: Trans Jakarta Busway

Langkah-langkah mitigasi yang dibiayai: aksi mitigasi melalui

pengadaan sarana transportasi umum (Busway) dengan bahan bakar

rendah karbon (Armada Busway menggunakan Compressed Natural Gas)

sebagai bahan bakar)

Peserta: Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta

sumber pembiayaan dan jumlah: APBD DKI Jakarta tahun 2004-

2010 sebesar 3,4 triliun rupiah.

Hal-hal yang dipelajari dari studi kasus ini:

Terdapat temuan bahwa biaya pelaksanaan Busway tidak efisien karena

peningkatan jumlah investasi untuk armada busway dibandingkan

rencana awal. Temuan lain adalah tidak tersedianya pasokan CNG

akibat dari terbatasnya jumlah Stasiun Pengisian Bahan bakar CNG.

Page 20: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

14

3 Dana Alokasi Khusus (DAK)

3.1 Apakah DAK itu? Dana Alokasi Khusus atau DAK merupakan aliran dana dari

pemerintah pusat kepada pemerintah provinsi dan pemerintah

kota/kabupaten. DAK dialokasikan untuk membantu pembiayaan

fasilitas kebutuhan dasar dan infrastruktur dasar yang diprioritaskan

pada tingkat nasional, termasuk aksi mitigasi terkait dengan

infrastruktur sanitasi, lingkungan hidup, sektor kehutanan dan sektor

energi.

DAK terkait aksi mitigasi dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini:

Tabel 3.1 DAK terkait aksi mitigasi

Dana Alokasi Khusus (DAK)

Alokasi DAK (dalam milyar rupiah)

Tindakan mitigasi yang

berhubungan

Kegiatan (Sumber: Peraturan Kementerian Keuangan No. 216 tahun

2010/PMK No 216/PMK.07/2010) 2010 2011

Infra-

struktur

Sanitasi

357,2 419,6 Infrastruktur

umum

pengolahan

sampah

Untuk mendukung

pembangunan sanitasi selama

RPJM 2010-2014,

ketersediaan pengelolaan

sampah untuk 80% rumah

tangga di perkotaan, dan

untuk mengurangi genangan

akibat dari banjir/ rob pada

22.500 ha di 100 kota yang

strategis (Peraturan Menteri

PU No. 15/2010 tentang

Petunjuk Teknis DAK

Bidang Infrastruktur).

Page 21: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

15

Kehutan

an

250 400 Lahan &

Penggunaan

dan

Kehutanan

Untuk mendukung

rehabilitasi lahan kritis di luar

areal konservasi hutan, area

hutan primer, area mangrove,

pengembangan perkebunan

desa dan konservasi lahan

gambut. Hal ini dilaksanakan

di lokasi-lokasi prioritas yang

terpilih – 108 lokasi

(Peraturan Menteri

Kehutanan No P.

03/Menhut-II/2010 –

www.dephut.go.id/files/P03_

2010.pdf).

Lingkun

gan

Hidup

351,6 400 Penghijauan

kota,

Pengelolaan

air limbah

Untuk

mendukung infrastruktur fisik

pada pengelolaan lingkungan

khususnya peningkatan

kualitas lingkungan

hidup, pengurangan polusi air

dan udara, serta sampah,

dan untuk mendukung

pengurangan emisi GRK.

Dukungan untuk

pengurangan emisi GRK

hanya untuk biogas, dan

penghijauan perkotaan

(Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No.

01/2011 tentang Petunjuk

Teknis Pemanfaatan DAK

Bidang Lingkungan Hidup).

Catatan *: Sumber: Arah Kebijakan DAK RKP 2011 (BAPPENAS).

Page 22: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

16

3.2 Pilihan Mitigasi/Adaptasi Apa Saja yang Dapat Dibiayai?

Efisiensi Energi Pertanian

Pengelolaan Sampah Ketahanan Iklim

Transportasi Berkelanjutan Pengelolaan Risiko Bencana

Penghijauan Wilayah Perkotaan

Tata Guna Lahan & Kehutanan

Pengelolaan Air Limbah Sarana Prasarana Umum

3.3 Mekanisme Pembiayaan

Sifat Dukungan Jenis Intervensi Pemrakarsa

Hibah Peningkatan Kapasitas

Kota/Kabupaten

Pinjaman Konsep dan Rencana

Provinsi

Mitigasi Risiko Sarana dan Prasarana

Nasional

Lainnya : Transfer Pemerintah

Pengoperasian dan Pengalihan

Sektor Swasta

Alih teknologi

3.4 Kelayakan (Eligibility) Alokasi DAK untuk masing-masing kota didasarkan pada perhitungan

Kriteria Umum, Kriteria Khusus, dan Kriteria Teknis. Kriteria Umum

adalah kapasitas fiskal kota berdasarkan selisih antara APBD kota

dikurangi pengeluaran untuk gaji. Kriteria Khusus adalah berdasarkan

karakteristik khusus kota tersebut, yakni a) terletak di provinsi Papua,

Provinsi Papua Barat dan daerah-daerah yang belum berkembang; dan

b) karakteristik khusus seperti misalnya terletak di daerah pesisir,

perbatasan, daerah rawan, daerah minim pangan, serta daerah wisata.

Page 23: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

17

Kriteria Teknis dibuat untuk setiap bidang tertentu melalui pedoman

khusus. Contohnya kriteria teknis untuk DAK di bidang lingkungan

hidup, yaitu misalnya kepadatan penduduk, panjang sungai, lahan,

institusi, area hijau (sejak 2011), volume sampah (sejak 2011). Petunjuk

Teknis DAK Lingkungan Hidup dituangkan ke dalam Peraturan

Menteri Lingkungan Hidup no. 37/2009 sedangkan Petunjuk Teknis

DAK bidang infrastruktur, yang juga mencakup persampahan,

termaktub di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no.

15/PRT/M/2010.

Kota penerima DAK harus menyediakan 10% dana pendamping yang

dialokasikan dalam APBD kota dengan rincian mengenai penggunaan

dana tersebut dalam APBD.

3.5 Mekanisme Langkah 1:

- Pemerintah kota menyediakan data tentang kondisi fasilitas dan sarana serta

prasarana setempat yang dapat diklasifikasikan sebagai sektor yang

diprioritaskan untuk dana alokasi khusus kepada pemerintah pusat

(Kementerian Keuangan). Hal ini merupakan langkah dalam DAK yang

memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah guna berperan

aktif. Untuk proses selebihnya, pengambilan keputusan tetap di

bawah pemerintah pusat.

- Kementerian Keuangan kemudian menggunakan data untuk

menentukan alokasi DAK sesuai dengan sektor dan daerah (lihat

Gambar 2.1). Kriteria umum, khusus dan teknis digunakan untuk

menentukan alokasi DAK.

Langkah 2:

- Kementerian Keuangan, melalui Dirjen Perbendaharaan Nasional

menyediakan dokumen alokasi anggaran DAK untuk provinsi/

kabupaten dan kota yang telah dialokasikan (lihat Gambar 2.2).

Page 24: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

18

- Kementerian terkait yang bertanggung jawab atas sektor-sektor yang

diprioritaskan untuk DAK, mempersiapkan pedoman teknis.

Langkah 3:

- Setelah menerima dokumen alokasi anggaran, pemerintah kota yang

diwakili oleh walikota mengatur penggunaan DAK seperti yang

telah diajukan dalam Rencana Daerah (RD) dan Daftar Isian

Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Walikota mengeluarkan dokumen

pelaksanaan anggaran untuk unit Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) yang bertanggung jawab atas kegiatan anggaran.

Langkah 4:

- Pemerintah kota wajib mengikuti pedoman teknis yang dikeluarkan

oleh kementerian mengenai pengelolaan kegiatan yang dibiayai oleh

DAK.

Langkah 5:

- Pemerintah kota mengajukan laporan pelaksanaan (di bidang teknis)

kepada kementerian mengenai DAK. Salinan laporan ini

disampaikan sebagai tembusan kepada Kementerian Keuangan,

Dirjen Keseimbangan Fiskal, pada akhir tahun fiskal (pada bulan

Desember setiap tahunnya).

Langkah 6:

- Di tiap kuartal (Maret, Juni, September dan Desember),

walikota wajib menyerahkan laporan kegiatan, realisasi fisik dan

fiskal, dan semua hal kepada Sekjen Kementerian Keuangan.

Laporan ini juga diserahkan pada BAPPENAS dan

Kementerian Dalam Negeri untuk mendapatkan masukan dari

kedua kementerian tersebut. Tingkat provinsi juga menelaah

penggunaan DAK di tingkat kota.

Page 25: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

19

Gambar 3.1 Proses dan laporan aliran DAK

3.6 Studi Kasus Nama: DAK untuk pembangunan

Instalasi Pengolahan Air Limbah

(IPAL) yang menghasilkan biogas.

Langkah-langkah mitigasi yang

dibiayai: IPAL biogas untuk

pengolahan air limbah dari industri

tapioka, tahu dan peternakan sapi

Peserta: SKPD yang bertanggung jawab: Kantor Lingkungan Hidup

Jenis pembiayaan dan jumlah: Pembuatan IPAL biogas limbah

tapioka berlokasi di desa Ujunggede, Kec. Ampelgading Kab. Pemalang

(Rp 93,5 juta), Pembuatan 4 unit IPAL biogas limbah sapi Kabupaten

Pemalang (Rp 82,5 juta) dan 1 unit IPAL biogas limbah tahu di Desa

Kauman, Kec. Comal, Kab. Pemalang (Rp 99 juta).

Sumber: PAKLIM, 2010

Page 26: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

20

Hal-hal yang dipelajari dari DAK secara umum:

- Penggunaan sarana yang dikembangkan dengan DAK tidak optimal,

antara lain karena a) kapasitas sumber daya manusia, b) terbatasnya

pelatihan dan program peningkatan kapasitas, c) kesiapan

kota/kabupaten untuk menyediakan dukungan aktivitas tersebut

(misalnya penyediaan listrik, dst).

- Kepatuhan: Dilaporkan bahwa kurang dari 50% kota/kabupaten

yang melaporkan kegiatan mereka di tahun 2009.

3.7 Kontak Informasi Umum mengenai DAK

Institusi: Sekretariat Tim Koordinasi Penyusunan Kebijakan, Perencanaan, Pemantauan dan Evaluasi Dana Alokasi Khusus (TKPKP2E-DAK), BAPPENAS

Alamat: Jl. Taman Suropati No. 2, Jakarta 10310

Telepon: +62 21 3193 4175 Website: www.tkp2e-dak.org

DAK Infrastuktur Sanitasi

Institusi: Direktorat Bina Program, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum

Alamat: Jl. Pattimura No. 20 Jakarta Selatan 12110

Telepon: +62 21 7279 6578 Website: ciptakarya.pu.go.id

Institusi: Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PPLP), Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum

Alamat: Jl. Pattimura No. 20 Jakarta Selatan 12110

Telepon: +62 21 7279 7175/6 Website: ciptakarya.pu.go.id

Page 27: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

21

DAK Lingkungan Hidup

Institusi: Kepala Bagian Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Program dan Anggaran

Alamat: Kementerian Lingkungan Hidup, Gedung B Lantai 2

Telepon: +62 21 858 0104 Website: www.menlh.go.id

Page 28: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

22

4 Pinjaman melalui Pusat Investasi Pemerintah (PIP)

4.1 Pinjaman melalui PIP Pusat Investasi Pemerintah(PIP) merupakan dana kesejahteraan yang

dikelola oleh Kementerian Keuangan Indonesia. Salah satu jasa yang

ditawarkan oleh PIP adalah pinjaman jangka menengah dan panjang

kepada Pemerintah Daerah, termasuk kota dan kabupaten, untuk

membiayai proyek-proyek layanan umum dan sarana prasarana yang

sejalan dengan perencanaan pembangunan dan program

kota/kabupaten.

4.2 Pilihan Mitigasi/Adaptasi Apa Saja yang Dapat Dibiayai ?

Efisiensi Energi Pertanian

Pengelolaan Sampah Ketahanan Iklim

Transportasi Berkelanjutan Pengelolaan Risiko Bencana

Penghijauan Wilayah Perkotaan

Tata Guna Lahan & Kehutanan

Pengelolaan Air Limbah Sarana Prasarana Umum

Sampai saat ini belum ada aksi mitigasi yang dibiayai oleh PIP. Namun

pada dasarnya PIP mendukung sektor-sektor spesifik yang

mengimplementasikan aksi mitigasi, sebagai berikut: energi terbarukan,

pengelolaan sampah dan air limbah, pembangunan sistem transportasi

yang ramah lingkungan.

Indonesia Green Investment Fund (IGIF)

Indonesia Green Investment Fund merupakan suatu prakarsa dibawah PIP

guna memanfaatkan sumber pembiayaan berbasis swasta dan pasar

untuk proyek pengembangan karbon emisi rendah. Dengan modal awal

Page 29: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

23

sejumlah kurang lebih 1 milyar dolar AS, PIP mendirikan IGIF sejak

awal tahun 2010 namun proses pendiriannya masih sedang berlangsung.

IGIF bertujuan untuk mengoptimalkan pendanaan dari International

Climate Finance (Pendanaan Iklim Internasional) guna memanfaatkan

bisnis karbon rendah. Pada awalnya IGIF berfokus pada energi

terbarukan dan tata guna lahan yang berkelanjutan, dapat diukur dan

secara komersial layak bagi sektor swasta. Tujuan utama IGIF adalah

menarik peran serta sektor swasta dalam pengembangan sarana

prasarana rendah karbon melalui KPS. Pembiayaan yang dirancang

untuk dialirkan melalui IGIF termasuk gabungan antara hibah,

pinjaman lunak dan ekuitas.

Selama periode awal pendirian IGIF berbagai sumber dana luar negeri

telah berminat untuk berpartisipasi dalam mengalirkan pendanaan

kepada IGIF, yaitu: AFD dari Perancis dengan ± 300-500 juta Euro per

tahun untuk 3 tahun mendatang dalam bentuk pinjaman lunak; dana

DFID untuk pendirian awal dan pengoperasian IGIF; dan dari donor

internasional lainnya, yaitu dari JICA, Korea, dan Islamic Development

Bank. Namun karena pendirian IGIF belum sepenuhnya selesai maka

pendanaan ini belum dalam bentuk komitmen.

4.3 Mekanisme Pembiayaan

Sifat Dukungan Jenis Intervensi Pemrakarsa

Hibah Pembangunan Kapasitas

Kota/kabupaten

Pinjaman Konsep dan Rencana

Provinsi

Mitigasi Risiko Sarana Prasarana

Nasional

Lainnya: Investasi Sektor Swasta

Pengoperasian dan Pengalihan

Sektor Swasta

Alih Teknologi

Page 30: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

24

4.4 Kelayakan (Eligibility) - Untuk pinjaman jangka menengah: durasi waktu pinjaman jangka

menengah tidak boleh melebihi jangka waktu masa jabatan

walikota/ bupati. Pinjaman adalah untuk membiayai layanan

umum tanpa mengharapkan pengembalian dari kota/kabupaten.

- Untuk pinjaman jangka panjang: waktu pembayaran akan

berbasis pada pembayaran per tahundan pinjaman ini adalah

untuk membiayai investasi yang harus dikembalikan oleh

kota/kabupaten;

- Baik untuk pinjaman jangka menengah maupun panjang: (i) total

pinjaman pemerintah kota/kabupaten tidak lebih dari 75% dari

pendapatan umum tahun fiskal sebelumnya, (ii) rasio cakupan

hutang tidak lebih dari 2.5, (iii) pemerintah kota/kabupaten tidak

memiliki tunggakan pembayaran dari pinjaman yang ada, dan (iv)

setiap pinjaman jangka menengah dan panjang harus disetujui

oleh DPRD.

4.5 Mekanisme Gambar 4.1 (halaman 25) mengilustrasikan proses pengajuan pinjaman

kepada PIP dan langkah-langkahnya sebagai berikut :

Langkah 1: Pemerintah kota mengirimkan surat resmi permohonan pinjaman kepada PIP.

Langkah 2 dan 3: PIP meminta pemerintah kota untuk memberikan presentasi kebutuhan pinjaman kepada PIP (yang kemudian ditindaklanjuti dengan presentasi)

Langkah 4: Pemerintah kota mengajukan aplikasi pinjaman kepada PIP untuk dievaluasi. Dokumen aplikasi berisi: latar belakang dan tujuan kegiatan

Page 31: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

25

yang akan dibiayai oleh pinjaman tersebut, studi kelayakan kegiatan tersebut, skema pembiayaan dan penilaian alokasi risiko.

Langkah 5 dan 6: PIP menyetujui atau menolak aplikasi pinjaman tersebut berdasarkan dokumen aplikasi pinjaman. Bila pinjamannya disetujui, PIP mengirimkan tawaran pinjaman kepada Pemerintah Kota.

Gambar 4.1 Proses Pengajuan Pinjaman pada PIP

4.6 Studi Kasus Nama: Pembangunan Perusahaan Listrik Tenaga Gas untuk dihubungkan pada jaringan listrik di kota Palembang (sudah diajukan)

Langkah-langkah mitigasi yang dibiayai: penyediaan listrik dari pembangkit listrik berbahan bakar karbon fosil rendah

Page 32: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

26

Peserta: Pemerintah kota Palembang, PIP

Jenis pembiayaan dan jumlah: pinjaman sejumlah Rp 152,9 milyar dari Kementerian Keuangan, dikucurkan melalui PIP

Proses:

- Pemerintah kota Palembang mengirimkan surat resmi permohonan pinjaman kepada PIP.

- PIP meminta pemerintah kota (kantor Walikota) untuk memberikan presentasi mengenai kebutuhan pinjaman kepada PIP yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian presentasi.

- Pemerintah kota menyerahkan permohonan pinjaman tersebut kepada PIP untuk dievaluasi.

Hal yang dipelajari: PIP telah memberikan 3 pinjaman bagi pemerintah daerah (provinsi dan kota) sejak 2009. Permasalahan yang dihadapi dalam proses pinjaman adalah kapasitas pembiayaan pemerintah daerah dan kapasitas pengajuan pinjaman: persiapan dokumen kelayakan yang memadai, dan dokumen-dokumen detail lainnya. Hingga kini, pinjaman-pinjaman tersebut masih belum berhubungan dengan aksi mitigasi, tetapi mekanismenya dapat diadopsi sebagai contoh untuk insitusi-institusi lainnya dibawah Kementerian Keuangan, Dana Investasi Penghijauan (Indonesian Green Investment Fund) yang mana saat ini sedang dikembangkan dalam kerangka PIP.

4.7 Kontak Institusi Kepala Divisi Portfolio II, Pusat Investasi Pemerintah,

Kementerian Keuangan

Alamat: Gedung Djuanda I, Lt. 18, Jl. Dr. Wahidin No.1 Jakarta 10710

Telepon +62 21 386 1432

Fax +62 21 386 1479

Website www.pip-indonesia.com

Email [email protected]

Page 33: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

27

5 Kemitraan Publik Swasta (KPS)

5.1 Apakah KPS itu? KPS merupakan metode pemerintah untuk meningkatkan peran serta

swasta dalam memberikan pelayanan umum. Dalam sebuah proyek

KPS, pemerintah menyusun kemitraan jangka panjang dengan pihak

swasta guna mengembangkan, membangun mengoperasikan dan

memelihara jasa layanan umum seperti pembangunan, pengoperasian

dan perawatan Sanitary Landfill terpadu, atau mengembangkan serta

mengoperasikan sistem transportasi massal. Dalam Peraturan

Pemerintah No. 13 Tahun 2010, pengelolaan sampah telah tercakup

dalam sektor yang diprioritaskan untuk dikembangkan sebagai KPS.

Ada berbagai macam model KPS yang dapat diterapkan, misalnya

membangun – memiliki - mengoperasikan (Build-Own_Operate/BOO),

membangun – memiliki - mengalihkan (Build-Own-Transfer/BOT),

mengoperasikan dan memelihara, dan menyewa-membangun-

mengoperasikan. Tidak ada batasan sehubungan dengan modalitas PPP

yang dapat digunakan dalam proyek di Indonesia.

5.2 Pilihan Mitigasi/Adaptasi Apa Saja yang Dapat Dibiayai?

Efisiensi Energi

Pertanian

Pengelolaan Sampah

Ketahanan Iklim

Transportasi Berkelanjutan Manajemen Risiko Bencana

Penghijauan Kota Tata Guna Lahan & Kehutanan

Pengelolaan Air Limbah Sarana Prasarana Umum

Page 34: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

28

5.3 Mekanisme Pembiayaan

Sifat Dukungan Jenis Intervensi Pemrakarsa

Hibah Peningkatan Kapasitas

Kota/kabupaten

Pinjaman Konsep dan Perencanaan

Provinsi

Mitigasi Risiko

Sarana Prasarana

Nasional

Lainnya : Investasi Sektor Swasta

Pengoperasian dan Pengalihan

Sektor Swasta

Pengalihan Teknologi

5.4 Kelayakan

- Kegiatan-kegiatan KPS diwajibkan untuk menyediakan

pelayanan umum dan mempunyai fitur perbankan dengan

kelayakan teknis, komersial, dan ekonomis yang memadai.

- Sektor-sektor yang layak dalam hukum Indonesia bagi KPS

(Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2010) yakni pelabuhan

udara, pelabuhan laut, jalur kereta api, jalan, penyediaan air/

sistem irigasi, air minum, air limbah, pengelolaan sampah,

teknologi informasi dan komunikasi, listrik dan minyak serta

gas. Proyek KPS adalah proyek berbasis pada lisensi

pemerintah atau persetujuan bersama.

- Instansi pemerintah yang mengadakan perjanjian KPS atau

perihal perijinan badan usaha untuk sebuah proyek KPS

(government contracting agency, GCA) adalah instansi

pemerintah yang berada pada tingkat nasional, provinsi atau

kota/kabupaten (kantor Gubernur pada tingkat provinsi,

kantor Bupati pada tingkat Kabupaten dan kantor Walikota

pada tingkat Kota)

- Seleksi badan usaha untuk bermitra dengan instansi pemerintah

tersebut harus melalui proses tender terbuka.

Page 35: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

29

5.5 Mekanisme Suatu KPS dapat diidentifikasikan dan disiapkan oleh pemerintah

(disebut sebagai “proyek permohonan”/”solicited project”) atau dapat

diidentifikasikan dan diajukan kepada pemerintah melalui badan

usaha/pengembang proyek (disebut sebagai “bukan proyek

permohonan”/”unsolicited” project). Gambar 5.1 mengilustrasikan

proses investasi PPP.

Penyaringan proyek mensyaratkan identifikasi dan prioritas akan

kebutuhan jasa layanan publik yang layak dan dapat diwujudkan melalui

suatu skema KPS. Dalam konsultasi publik, GCA sebaiknya

mengundang dan mengumpulkan masukan dari pihak yang

bersangkutan, terutama masyarakat yang berhubungan dengan

pelaksanaan proyek, pengembang proyek, dan pemberi pinjaman

potensial. Studi kelayakan melakukan evaluasi kelayakan teknis,

komersial, dan kontrak, dan memeriksa risiko potensial sebagaimana

juga alokasi risiko antara GCA dan pengembang proyek. Studi

kelayakan juga harus memeriksa apakah proyek tersebut membutuhkan

serta layak menerima dukungan pemerintah, misalnya akuisisi tanah,

dukungan atau jaminan ketidakpastian, dukungan keuangan langsung,

dsb. Proses pengadaan mencakup semua proses tender mulai dari

pra-kualifikasi sampai penandatanganan kontrak. Dalam proses

pelaksanaan, perusahaan proyek (badan usaha) telah didirikan,

pembiayaan telah diatur, dan pengembangan, pembangunan serta

pengoperasian telah diwujudkan. GCA nantinya akan memonitor

jalannya pelaksanaan proyek melalui proses pengawasan sebagaimana

tercantum dalam kontrak kerjasama antara GCA dan pengembang

proyek.

Page 36: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

30

Gambar 5.1 Mekanisme proses investasi PPP

5.6 Studi Kasus Nama: Fasilitas ekstraksi dan pembakaran Landfill Gas (LFG) untuk

TPA sampah kota.

Langkah-langkah mitigasi yang dibiayai: mitigasi gas metan dari

Tempat Pembuangan Akhir limbah padat melalui ekstraksi dan

pembakaran LFG.

Peserta: PT Gikoko Kogyo (selanjutnya disebut “Gikoko”), dan

Pemerintah Kota Bekasi, Palembang, Pontianak dan Makassar.

Jenis pinjaman dan jumlah: Investasi untuk setiap lokasi sekitar US$

5 juta.

Proses:

- Ide proyek telah didiskusikan dengan pemerintah kota dan

proposal sudah diajukan oleh Gikoko kepada Pemerintah Kota

(Kantor Walikota sebagai kontak).

Pen

yari

ng

an

Pro

yek

:

Iden

tifi

kas

i d

an p

enen

tuan

pri

ori

tas

Ko

nsu

ltasi

Masy

ara

kat

Studi

Kelayakan

- Teknis,

Komersial,

Kontrak

- Perkiraan

Resiko

- Penentuan

Bentuk

Kerjasama

- Identifikasi

Kebutuhan

akan

Dukungan

Pemerintah

Pen

gad

aan

Pela

ksa

naan

Pen

gaw

asa

n

Page 37: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

31

- Gikoko bertanggungjawab atas pendanaan pembangunan dan

pengoperasian fasilitas ekstraksi dan pembakaran LFG.

Sementara pemerintah kota bertugas untuk memiliki dan

melanjutkan mengoperasikan TPA tersebut.

- Tender untuk proyek tersebut dilakukan di Makasar dan

Bekasi, dan Gikoko memenangkan tender untuk melaksanakan

proyek tersebut.Gikoko ditunjuk secara langsung untuk

menjalankan proyek di Palembang dan Pontianak.

- Proyek-proyek ini juga telah mengajukan permohonan untuk

didaftarkan sebagai proyek CDM, karena pendapatan potensial

dari kredit karbon diharapkan dapat meningkatkan kelayakan

pembiayaan proyek tersebut.

Hal yang dapat dipelajari: Pelaksanaan proyek-proyek tersebut

menghadapi kendala yaitu gas metan yang diproduksi lebih rendah

daripada yang diharapkan karena permasalahan teknis dan pemerintah

kota kesulitan dalam memenuhi komitmen mereka untuk menyediakan

limbah organik sesuai target dan mengelola TPA sebagaimana mestinya.

Dukungan pemerintah berupa dukungan peluang/jaminan merupakan

pilihan untuk aksi penyelamatan proyek sejenis.

5.7 Kontak Institusi: Direktorat Pengembangan Kemitraan Publik Swasta,

Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

Alamat: Jl. Taman Suropati No. 2, Jakarta 10310 Telepon: +62 21 3193 4175 Website: pkps.bappenas.go.id

Page 38: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

32

6 Pinjaman/ Hibah Luar Negeri yang Dialirkan Melalui Kementerian sebagai bagian dari APBN

6.1 Pinjaman/ hibah luar negeri melalui Kementerian Pinjaman/ hibah luar negeri untuk membiayai tindakan-tindakan

mitigasi di tingkat Kota/kabupaten merupakan bagian dari APBN

karena pinjaman/ hibah tersebut dikelola oleh Kementerian.

Berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan, kota/kabupaten tidak boleh menerima

pinjaman/ hibah luar negeri secara langsung.

Pinjaman luar negeri yang merupakan sub-pinjaman untuk pemerintah

daerah disebut sebagai Perjanjian Sub-Pinjaman (SLA). Badan yang

bertanggungjawab atas pembayaran pinjaman tersebut adalah

Kementerian Keuangan di tingkat nasional, sementara pemerintah Kota

/ Kabupaten bertanggungjawab atas pembayaran kepada Kementerian

Keuangan. Ini yang disebut sebagai “pinjaman dua langkah”.

Beberapa inisiatif kegiatan mitigasi dilaksanakan dengan pinjaman luar

negeri yang ada di Kementerian. Pinjaman ini kemudian disalurkan

kepada pemerintah kota sebagai hibah. Contohnya program sanitasi

TPA Sanitary Landfill, pengembangan program ini dilaksanakan melalui

Kementerian Pekerjaan Umum dengan pembiayaan pinjaman luar

negeri dari donor, antara lain KfW dan JICA. Kementerian Pekerjaan

Umum juga mengelola hibah dari AusAID untuk program sanitasi.

Page 39: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

33

6.2 Pilihan Mitigasi/Adaptasi Apa Saja yang Dapat Didanai?

Efisiensi Energi Pertanian

Pengelolaan Sampah Ketahanan Iklim

Transportasi Berkelanjutan Manajemen Risiko Bencana

Penghijauan Kota Tata Guna Lahan & Kehutanan

Pengelolaan Air Limbah Sarana Prasarana Umum

6.3 Mekanisme Pembiayaan

Sifat Dukungan Jenis intervensi Pemrakarsa

Hibah Peningkatan Kapasitas

Kota/kabupaten

Pinjaman Konsep dan Perencanaan

Provinsi

Mitigasi Risiko Sarana Prasarana

Nasional

Lainnya : Investasi Sektor Swasta

Pengoperasian dan Pengalihan

Sektor swasta

Alih Teknologi

6.4 Kelayakan

- Sejumlah program nasional yang diprakarsai oleh jajaran

Kementerian dilaksanakan di tingkat Kota/kabupaten.

Pinjaman luar negeri yang digunakan untuk membiayai

Page 40: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

34

program-program tersebut dialirkan melalui dua cara: sebagai

bantuan teknis (hibah) dan sebagai sub-pinjaman pada

pemerintah Kota/kabupaten.

- Kota/kabupaten harus memenuhi persyaratan dan kriteria

tertentu untuk kelayakan sebuah perjanjian sub-pinjaman,

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 33 Tahun

2004, Peraturan Badan Perencanaan dan Pembangunan

Nasional (BAPPENAS) No. 005/ M.PPN/ 06/ 2006,

Peraturan Kementerian Keuangan No. 53/ PMK/ 2006 dan

Pedoman Teknis Hibah Luar Negeri/ Permohonan Pinjaman

Badan Perencanaan Nasional (National Planning Agency

Technical Guidance of Foreign Grants/ Loan Application)

2010-2014.

6.5 Mekanisme Mekanisme tersebut mencakup proses pengajuan dan evaluasi yang

terilustrasi dalam Gambar 5.1 dan 5.2. Ilustrasi itu hanya menunjukkan

mekanisme dari sudut pandang permohonanpermohonan dari

Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat tanpa menunjukkan

interaksi/ mekanisme antara Pemerintah Pusat dengan lembaga donor

luar negeri.

Sebelum proses pengajuan, Kementerian terkait meluncurkan program

nasional yang dibiayai oleh pinjaman luar negeri dimana kegiatan

program nasional tersebut dilaksanakan di tingkat nasional melalui

perjanjian sub-pinjaman. Kementerian kemudian mengundang

partisipasi pemerintah Kota/kabupaten melalui surat resmi. Kota-kota

yang proaktif dan responsif akan dievaluasi sesuai dengan kriteria

kelayakan teknis suatu program.

Berikut proses permohonan sub-pinjaman untuk Kota/kabupaten:

Langkah 1: Pemerintah Kota mengirimkan surat persetujuan dari

Walikota dan DPRD kepada Kementerian. Surat itu menyatakan

Page 41: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

35

kesediaan kota tersebut dan persetujuan atas pinjaman kota untuk

mendukung program nasional yang dikelola oleh Kementerian terkait.

Langkah 2: Kementerian mengajukan permohonan pinjaman atas

nama Pemerintah Kota yang kemudian diserahkan kepada

BAPPENAS. Selain formulir permohonan yang telah dilengkapi,

dokumen-dokumen berikut harus tersedia: (i) surat persetujuan

permohonan pinjaman dari Walikota dan DPRD tingkat kota (ii)

Dokumen Studi Kelayakan Kegiatan (DSKK) (iii) Kerangka Acuan

Kerja (KAK) dan (iv) Daftar Isian Pengusulan Kegiatan (DIPK).

Langkah 3: BAPPENAS meminta informasi dari Kementerian

Keuangan mengenai indikator kapasitas keuangan kota untuk

kelengkapan permohonan pinjaman. Indikator kapasitas keuangan

Kota/kabupaten tersebut berdasarkan informasi yang diterima oleh

Kementerian Keuangan dari Kota/kabupaten.

Langkah 4 dan 5: Tergantung pada kelengkapan dokumen (termasuk

informasi mengenai indikator keuangan kota), permohonan pinjaman

dicatat BAPPENAS dalam Daftar Rencana Pinjaman dan Hibah Luar

Negeri Jangka Menengah (DRPHLN-JM). Permohonan pinjaman juga

dicatat dalam Daftar Rencana Pinjaman dan Hibah Luar Negeri yang

diperbaharui setahun sekali pada bulan November.

Langkah 6: Daftar hibah/ pinjaman luar negeri diteruskan ke

Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nasional.

Langkah 7: Kementerian Keuangan mengirimkan surat resmi

permohonan sub-pinjaman kepada Kementerian terkait dengan

tembusan kepada Pemerintah Kota.

Page 42: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

36

Gambar 6.1 Proses permohonan sub-pinjaman

Proses evaluasi permohonan permohonan sub-pinjaman adalah sebagai

berikut:

Langkah 1: Pemerintah kota menyerahkan permohonan pinjaman

kepada Kementerian Keuangan: Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Permohonan pinjaman terdiri atas: (i) Studi Kelayakan, (ii) detail

kegiatan yang akan dibiayai dengan pinjaman tersebut, (iii) catatan

APBD 3 tahun terakhir, (iv) APBD saat ini, (v) analisa proyeksi APBD

untuk jangka waktu pinjaman termasuk asumsi, (vi) rencana

pembiayaan, (vii) surat persetujuan DPRD, (viii) obigasi pembayaran

lainnya bila masih ada hutang/ pinjaman lainnya, (ix) surat pernyataan

dari Walikota yang berisi pernyataan sebagai berikut: (a) tidak ada

pembayaran hutang terbuka untuk hutang/ pinjaman, (b) kota akan

mengalokasikan dana pendamping dari APBD kota tersebut, (c) kota

akan mengalokasi dana dari APBD untuk pembayaran bulanan selama

Page 43: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

37

periode jangka waktu pinjaman, (d) jika kota masih memiliki hutang

terbuka, pinjaman alokasi umum/ bagi hasil akan dipotong secara

proporsional pada pembayaran cicilan tahunan.

Langkah 2: Kementerian Keuangan memeriksa kelengkapan dokumen

permohonan pinjaman.

Langkah 3: Paling lambat 10 hari setelah permohonan pinjaman

diterima, dokumen yang belum lengkap akan dikirim kembali untuk

dilengkapi lebih lanjut.

Langkah 4: Permohonan pinjaman yang telah lengkap dievaluasi dan

proses evaluasi ini memakan waktu 40 hari setelah penerimaan

dokumen yang sudah lengkap.

Langkah 5: Kementerian Keuangan meneruskan dokumen yang telah

lengkap kepada Kementerian Dalam Negeri untuk mendapat masukan

serta rekomendasi administrasi dan kebijakan. Masukan dan

rekomendasi harus diterima paling lambat 10 hari setelah dokumen ini

diterima oleh Kementerian Dalam Negeri. Bila masukan belum juga

diterima dalam jangka waktu tersebut, Kementerian Keuangan akan

melanjutkan memproses permohonan pinjaman itu tanpa menunggu

masukan dan rekomendasi dari Kementerian Dalam Negeri.

Langkah 6 dan Langkah 7: Bila pinjaman ditolak, Kementerian

Keuangan akan mengirim surat resmi kepada Pemerintah Kota. Bila

disetujui, Kementerian Keuangan akan mengeluarkan Daftar Rencana

Pinjaman Daerah (DRPD).

Page 44: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

38

Gambar 6.2 Proses evaluasi

6.6 Studi Kasus Nama: Penurunan Emisi di

Kota-Kota – Pengelolaan

Sampah (Emission Reduction

in Cities – Solid Waste

Management)

Langkah-langkah mitigasi

yang dibiayai: Penggantian

TPA sistem open dumping dengan sistem Sanitary Landfill yang dapat

diperluas menjadi Sanitary Landfill dengan Penangkap Metana.

Peserta: Pemberi dana: KfW, Kementerian terkait: Kementerian

Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya. Tiga kota yang

Kementerian Dalam

Negeri: Direktorat

Jenderal Administrasi

Keuangan Daerah

Sumber: PAKLIM, 2010

Page 45: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

39

sudah terdaftar untuk studi kelayakan adalah Malang, Jambi, dan

Jombang.

Jenis pembiayaan dan jumlah: Bantuan teknis dan pinjaman lunak

kepada pemerintah Indonesia (diwakili Kementerian Keuangan) dan

pelaksanaan kegiatannya dilakukan oleh Kementerian PU (sebagai

executive agency) sejumlah 25 juta Euro. Pemerintah kota akan menerima

hibah dan bantuan teknis.

Proses:

- Direktur Jenderal Cipta Karya memprakarsai program untuk

mengembangkan TPA Sanitary Landfill di beberapa kota di

Indonesia dimana para donor berkomitmen untuk mengalirkan

dana melalui pinjaman dan hibah kepada Kementerian Pekerjaan

Umum untuk melaksanakan program tersebut. Pemerintah kota

hanya menerima hibah untuk pengembangan fasilitas Sanitary

Landfill dan bantuan teknis.

- Cipta Karya melakukan kunjungan keliling dan kegiatan

pengembangan kapasitas untuk menarik Pemerintah Daerah

supaya berpartisipasi. Berdasarkan interaksi selama kunjungan

keliling dan evaluasi Cipta Karya mengenai kapasitas kota dan

kinerja program pembangunan, Cipta Karya menghubungi

Pemerintah Daerah yang tertarik dan memberikan informasi

mengenai program yang ditawarkan dan donor yang ada.

Pemerintah Daerah yang tertarik harus melakukan kontak

proaktif dengan Cipta Karya untuk keterangan lebih lanjut dan

berpartisipasi dalam program tersebut.

- Salah satu program adalah Penurunan Emisi di Kota-Kota –

Pengelolaan Sampah. 11 kota terdaftar pada tahap awal, setelah

melewati tahap pra-feasibility study di 11 kota tersebut, maka 3

kota (Malang, Jambi, dan Jombang) mendapatkan bantuan untuk

pengembangan TPA ke sanitary landfill. 3 kota (Semarang,

Malang, dan Sidoarjo) mendapatkan bantuan untuk pemilihan

lokasi (site selection) sedangkan sisanya mendapatkan bantuan

pengembangan kapasitas (capacity building).

Page 46: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

40

Pelajaran yang bisa diambil: Dana hanya akan digunakan untuk

membiayai perluasan TPA dengan mengkonstuksi TPA sanitary landfill,

instalasi pemilihan, dan instalasi pengomposan; tetapi tidak untuk

pengoperasian TPA tersebut. Pinjaman ini merupakan pinjaman

pemerintah pusat dan dihibahkan kepada pemerintah daerah. Instansi

yang bertanggung jawab untuk pembayaran pinjaman adalah

Kementerian Keuangan dan pemakainya adalah Kementerian PU.

Meskipun tujuan program tersebut adalah mengembangkan TPA

sanitary landfill terpadu, pinjaman ini merupakan katalisator semata yang

tidak dapat mencakup pembangunan sistem terpadu secara total. Peran

serta pihak swasta dibutuhkan untuk mencapai tujuan program

tersebut.

6.7 Kontak

Institusi Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan, Badan Perencana Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

Alamat: Jl. Taman Suropati No. 2, Jakarta 10310 Telepon +62 21 3193 6207 ext. 1105 Fax +62 21 253 3718 Website pendanaan.bappenas.go.id Institusi Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang,

Kementerian Keuangan Alamat: Gedung Prijadi Praptosuhardjo II Lt.2

Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4

Jakarta 10710 Indonesia

Telepon +62 21 384 2234

Website www.dmo.or.id Institusi Direktorat Bina Program, Ditjen Cipta Karya,

Kementerian Pekerjaan Umum Alamat Jl. Pattimura No. 20 Jakarta Selatan 12110 Telepon +62 21 7279 6578 Website ciptakarya.pu.go.id

Page 47: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

41

7 Contoh “Best Practice” – Kota Blitar

7.1 Latar Belakang Kota Blitar termasuk kota

sedang dengan jumlah

penduduk 137.000 jiwa dengan

komposisi 50% lahan masih

terbuka terdiri persawahan,

tanah kebon masyarakat,

pertokoan, dan perkantoran

baik. Kondisi lingkungan

mempunyai kecenderungan

semakin tertekan berkaitan dengan perubahan iklim, hal ini dapat dilihat

dari curah hujan yang terus menurun selama sepuluh tahun terakhir dari

rata-rata per tahun 2400 mm/tahun menjadi sekitar 1300 mm/tahun.

Beberapa mata air yang ada debitnya terus merosot dan bahkan

mengering (environmental deterioration) sehingga perlu segera melakukan

langkah antisipasi dalam bentuk program adaptasi dan mitigasi

perubahan iklim. Untuk program adaptasi, sejak tahun 2009 Kota Blitar

telah mengikuti secara aktif Jejaring Kota Asia dalam Ketahanan

terhadap Perubahan Iklim (Asian Cities Climate Change Resilience Network -

ACCCRN). Sedangkan untuk skenerion mitigasi, digunakan Dana

Alokasi Khusus dan AusAID dalam menangani penurunan ekpose gas

metana dan karbon dioksida. Seluruh program antisipasi dibuat dalam

dua skenario yaitu proyek pilot di Kelurahan Pakunden Kecamatan

Sukorejo sebagai Climate Village dan di skala kota dalam program Blitar

Smart Green City.

Page 48: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

42

7.2 Pilihan Mitigasi/ Adaptasi yang Dapat Dibiayai

Efisiensi Energi Pertanian

Pengelolaan Sampah Ketahanan Iklim

Transportasi Berkelanjutan Manajemen Risiko Bencana

Penghijauan Kota Tata Guna Lahan & Kehutanan

Pengelolaan Air Limbah Sarana Prasarana Umum

7.3 Jenis Pembiayaan

Persiapan untuk menangani perubahan iklim dilakukan selama 3 tahun

dengan Total anggaran yg telah di gunakan mencapai lebih dari Rp 35

miliar meliputi DAK, APBD, APBD Provinsi, Hibah Australia,

WASAP D, Bank Dunia, APBN, DBHCT (Cukai Rokok):

Kegiatan Sumber

Pembiayaan Jumlah

Penyusunan studi awal kerentanan (vulnerability assessment)

APBD Rp 100 juta

Sosialisasi perubahan iklim dan lingkungan hidup

APBD Rp 150 juta

Pembangunan instalasi limbah domestik

Bank Dunia (WASAP D)

Rp 5 miliar

Pembangunan instalasi limbah industri kecil

DAK LH, APBN Rp 2 miliar

Revitalisasi atau perbaikan mata air dan lingkungannya

APBD Provinsi Rp 300 juta

Peningkatan sarana penanganan sampah

AusAID Rp 1,4 miliar

Pembangunan sumur resapan

DAK LH Rp 100 juta

Page 49: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

43

Peningkatan SDM (Capacity Building)

APBD Rp 75 juta

Pengadaan peralatan laboratorium pemantau udara dan air

DAK LH dan DBHCT

Rp 1,5 miliar

Pengadaan mobil laboratorium lingkungan

DAK LH Rp 325 juta

Persiapan pembangunan rumah susun untuk mengantisipasi hujan ekstrim pada red area Kali Lahar

Rp 300 juta

Pra-studi pembangunan bangunan penampung air yg melimpah di musim hujan

APBD Rp 50 juta

Pembangunan Rumah Susun Sewa Sederhana (RSSS) untuk penduduk di bantaran sungai

APBN Rp 25 miliar (dalam proses tender di Kementerian PU)

Kota Blitar pada tahun 2012 telah mempersiapkan pembangunan

impounding reservoir dengan Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah

sekitar 15 M dan mempersiapkan lahan seluas 4 hektar untuk

pembangunan sanitary landfill dalam penanangann final disposal

persampahan dengan perkiraan biaya Rp 30 miliar. Disamping itu,

pemerintah Kota Blitar memulai program restrukturisasi penyediaan air

minum secara besar-besaran guna mencapai target pelayanan air bersih

perkotaan 80% pada tahun 2015 (MDGs) dengan melakukan intervensi

khusus terhadap PDAM guna mengejar ketertinggalan pelayanan air

bersih. Secara khusus Kota Blitar juga telah memulai Program Green

Village atau Climate Village yang diperkirakan memerlukan dana sekitar

Rp 20 miliar selama 4 tahun. Untuk relokasi penduduk red area, telah

disetujui oleh Kementerian PU dua twin block dengan alokasi APBN

sekitar Rp 25 miliar sehingga antisipasi hujan ekstrim yang sangat rawan

untuk masyarakat di bantaran Kali Lahar yang membelah kota Blitar

sebagai aliran Gunung Kelud dapat dihindari.

Page 50: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

44

7.4 Kontak Insitusi Kantor Lingkungan Hidup Kota Blitar Alamat Jl. Ciliwung 180, Kota Blitar Telepon +62 342 803 289 Website www.klhkotablitar.net Email [email protected]

Page 51: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan
Page 52: Direktori Pembiayaan Aksi Mitigasi Di Perkotaan

Program Advis Kebijakan untuk Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim (PAKLIM)

Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH c/o Kementerian Lingkungan Hidup Gedung B Lt.5, Jl. DI Panjaitan Kav. 24 Jakarta 13410 — Indonesia T +62 21 851 7186 F +62 21 851 6110 E [email protected] I www.giz.de | www.paklim.org Kantor Jawa Tengah c/o Badan Lingkungan Hidup Komplek DIKLAT, Jl. Setiabudi No. 201 Semarang 50263 – Indonesia T +62 24 747 5454 F +62 24 746 2191 Kantor Jawa Timur Jl. Raung No. 17 Kelurahan Oro-Oro Dowo, Kecamatan Klojen Malang 65112 – Indonesia T +62 341 325 928 F +62 341 352 869