28
DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG PADA ERA GLOBAL GEDE YOGA KHARISMA PRADANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 1

DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

DISERTASI

TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNGPADA ERA GLOBAL

GEDE YOGA KHARISMA PRADANA

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR2016

1

Page 2: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

DISERTASI

TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNGPADA ERA GLOBAL

GEDE YOGA KHARISMA PRADANANIM. 1390371006

PROGRAM DOKTORPROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR2016

2

Page 3: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNGPADA ERA GLOBAL

Disertasi untuk memperoleh Gelar Doktorpada Program Doktor, Program Studi Kajian Budaya

Program Pascasarjana Universitas Udayana

GEDE YOGA KHARISMA PRADANANIM. 1390371006

PROGRAM DOKTORPROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR2016

3

Page 4: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

Lembar Pengesahan

DISERTASI INI TELAH DISETUJUITanggal 19 Januari 2016

Promotor,

Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum.NIP 196102121988031001

Kopromotor I,

Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U.NIP 194807201978031001

Kopromotor II,

Dr. I Nyoman Dhana, M.A.NIP 195709161984031002

Mengetahui,

KetuaProgram Studi Doktor (S3)Kajian Budaya Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U.NIP 194807201978031001

DirekturProgram Pascasarjana Universitas Udayana,

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K).NIP 195902151985102001

4

Page 5: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

Disertasi ini telah Diuji pada Ujian Tertutup

Tanggal 28 Desember 2015.

Panitia Penguji Disertasi berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana Nomor : 4301/UN.14.4/HK/2015

Tanggal 28 Desember 2015.

Ketua : Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum.

Anggota : 1. Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U.

2. Dr. Drs. I Nyoman Dhana, M.A.

3. Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, S.H., M.S.

4. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.S.Kar., M. Hum.

5. Dr. Drs. Putu Sukardja, M.Si.

6. Dr. Ni Made Wiasti, M.Hum.

7. Prof. Dr. Ketut Suda, M.Si.

5

Page 6: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Gede Yoga Kharisma PradanaNIM : 1390371006Program Studi : Program Doktor Kajian Budaya Pascasarjana Universitas

UdayanaJudul Disertasi : “Tradisi Makotek di Desa Munggu, Badung pada Era Global”

Pada kesempatan ini menyatakan bahwa disertasi berjudul “Tradisi Makotek di Desa

Munggu, Badung pada Era Global” bebas plagiat. Apabila pada kemudian hari karya

ilmiah ini terbukti plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan

peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Denpasar, 19 Januari 2016Yang membuat pernyataan,

Gede Yoga Kharisma Pradana

UCAPAN TERIMA KASIH

6

Page 7: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

Om Swastiastu, pertama-tama penulis memanjatkan puji syukur dan terimakasih kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, atas asung waranugraha-Nya, penulis dapat menyelesaikan disertasi ini. Terima kasih penulis ucapkankepada Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum., sebagai promotor; Prof. Dr. A. A. BagusWirawan, S.U., selaku kopromotor I; dan Dr. Drs. I Nyoman Dhana, M.A., selakukopromotor II, atas bimbingan, dorongan, dan semangat yang diberikan kepada penulisuntuk dapat menyelesaikan disertasi ini.

Dalam proses penyusunan disertasi ini, penulis banyak mendapat bantuan dariberbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis memberikan penghargaan danmengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak berikut.

1) Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D-KEMD., selaku RektorUniversitas Udayana, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untukmengikuti pendidikan Program Doktoral (S3) Kajian Budaya,PascasarjanaUniversitas Udayana.

2) Ibu Prof. Dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S.(K)., selaku Direktur PascasarjanaUniversitas Udayana, Assisten Direktur I, Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A.,dan Assisten Direktur II, Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, M.AppSc.,Ph.D.

3) Ketua Program Studi Doktor Kajian Budaya, Universitas Udayana, Prof. Dr.A. A. Bagus Wirawan, S.U., dan Sekretaris Program Doktor Kajian BudayaUniversitas Udayana, Dr. Putu Sukardja,M.Si., yang telah banyakmemberikan kemudahan dalam pelayanan dan dorongan untuk penyusunandisertasi ini.

4) Tim penguji, yakni Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum., Prof. Dr. A.A.Bagus Wirawan, S.U., Dr. Drs. I Nyoman Dhana. M.A., Prof. Dr. I NyomanSirtha, S.H., M.S., Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar., M.Hum., Dr. Drs.Putu Sukardja. M.Si., Dr. Ni Made Wiasti, M.Hum. yang telah memberikanmasukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga disertasi ini dapatterwujud.

5) Teman sekampus dan sekelas Program Pascasarjana Universitas Udayanayang telah berperan sebagai penyemangat dan mendukung penulis dalammenyelesaikan tugas akhir ini.

6) Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telahmembantu secara langsung atau tidak langsung sehingga disertasi ini dapatdiselesaikan dengan baik.

Penulis juga menyampaikan rasa hormat dan syukur untuk doa dankesempatannya berbagi waktu kepada segenap keluarga, khususnya Ibunda tercinta Dr.Ni Made Ruastiti, S.S.T., M.Si., Made Yogi Dwiyana Utama, Brigjen Pol. Drs. I

7

Page 8: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

Nyoman Rubrata, S.H., M.Sc., Ir. I Ketut Ruastika, saudara-saudaraku, orang-orangterdekat atas dukungan, bantuan dan motivasinya selama penulis menempuh studi padaProgram Doktor Kajian Budaya, Pascasarjana Universitas Udayana.

Tidak lupa juga penulis ucapkan banyak terima kasih kepada Universitas HinduIndonesia dan pihak Asosiasi Kajian Tradisi Lisan, Kemenristek Dikti yang telahmemberikan dukungan, beasiswa kepada penulis dalam menyelesaikan studi padaProgram Doktor Kajian Budaya, Universitas Udayana. Semoga budi baik dan segalapartisipasi yang telah diberikan memperoleh rahmat dari Tuhan Yang Mahaesa.

Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih jauh dari sempurna. Namun,penulis berharap mudah-mudahan disertasi ini dapat memberikan sumbangan ilmiahbagi pembaca pada umumnya dan bagi ilmuwan sosial khususnya Cultural Studiesyang mengkaji masalah tradisi lisan sebagai salah satu kekuatan kultural bangsa padaera global.

OM Santih Santih Santih OM

Denpasar, 19 Januari 2016

Penulis

ABSTRAK

8

Page 9: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG PADA ERAGLOBAL

Makotek merupakan sebuah tradisi lisan yang dimaknai sebagai ritual tolak balabagi masyarakat di Desa Munggu, Badung. Tradisi itu dilaksanakan setiap enam bulansekali, tepatnya setiap hari raya Kuningan. Hingga pada era global, tradisi Makotekyang melibatkan banyak pihak dan komponen budaya itu tetap dilaksanakanmasyarakat Desa Munggu. Hal itu merupakan tantangan bagi masyarakat DesaMunggu yang tidak menutup diri dari pengaruh modernisasi.

Tujuan penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui dan memahamipermasalahan yang terkait dengan pelaksanaan tradisi Makotek pada era global.Penelitian yang berlokasi di Desa Munggu ini dilakukan dengan menggunakan metodekualitatif dan dianalisis dengan teori dekonstruksi, teori religi, teori simbol, teoripraktik, dan teori kuasa pengetahuan. Permasalahan yang dikaji meliputi (1) mengapamasyarakat di Desa Munggu hingga pada era global tetap melaksanakan tradisiMakotek; (2) bagaimana mereka melaksanakan; dan (3) apa implikasinya bagi merekahingga pada era global tetap melaksanakan tradisi Makotek.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) masyarakat Desa Munggu memandangmereka harus tetap melaksanakan tradisi Makotek karena dalam kehidupannya dilatarioleh ideologi religi, ideologi konservasi, ideologi kuasa, dan ideologi budaya yangmembuatnya patuh terhadap tradisi yang telah mereka miliki; (2) pada era globalmasyarakat Desa Munggu melaksanakan tradisi Makotek sangat meriah namun tetapsesuai dengan tahapan, tradisi, dan adat istiadat yang telah mereka miliki; (3) Implikasipelaksanaan tradisi Makotek pada era global bagi masyarakat Desa Munggu tampaklangsung menyentuh ciri khas kehidupannya, penguatan terhadap solidaritas mekanikdan solidaritas organik dalam kehidupannya, penguatan terhadap kualitas nilai budayakebersamaan bagi mereka dalam menghadapi tantangan perubahan budaya pada eraglobal.

Kata kunci: tradisi Makotek, era global, masyarakat di Desa Munggu, ideologi religi,solidaritas mekanik.

ABSTRACT

9

Page 10: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

TRADITION OF MAKOTEK AT MUNGGU VILLAGE, BADUNG REGENCY, IN GLOBALIZATION ERA

Makotek is a cultural tradition which is performed as a ritual to ward offmisfortune for those living at Munggu Village, Badung Regency. It is performed oncein six months, namely, every Kuningan Feast Day. It has been inherited fromgeneration to generation as an oral tradition. In the globalization era, it involvesnumerous parties and cultural components. It is still performed until now; however,those living at Munggu Village are also open to the impact of modernization.

This present study is intended to identify the matters pertaining to theperformance of the Makotek tradition. Therefore, the target of the present study is theperformance of the Makotek tradition in the globalization era. The study was conductedat Munggu Village using the qualitative method. The data were analyzed using thetheory of Deconstruction, the theory of Practice, the theory of Symbol, the theory ofReligion, and the theory Power of Knowledge. The problems of the study areformulated as follows; (1) why those living at Munggu Village still perform theMakotek tradition in the globalization era; (2) how they perform it in the globalizationera?; (3) what is the implication of the Makotek tradition in the globalization era.

The result of the study shows that (1) those living at Munggu Village still find itnecessary to perform the Makotek tradition in the globalization era due to the religiousideology, the ideology of conservation, the ideology of power, and the culturalideology; they all have caused the villagers to perform such a tradition faithfully; (2)those living at Munggu Village have performed such a tradition step by step, inaccordance with the tradition they have had since a long time ago; (3) the implicationof the study is that the Makotek tradition seems to touch the specific characteristic ofthe society’s life at Munggu Village; the villagers strengthen their mechanic andorganic solidarities and the quality of the cultural value; the villagers become motivatedto face the changes in the globalization era.

Keywords: performance of Makotek tradition, globalization era, Munggu society,religious ideology, mechanic solidarity.

10

Page 11: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

RINGKASAN

Makotek merupakan sebuah tradisi lisan yang dimaknai sebagai ritual tolak bala

bagi masyarakat di Desa Munggu, Badung. Tradisi tersebut dilaksanakan setiap enam

bulan sekali, tepatnya setiap hari raya Kuningan. Hingga pada era global, tradisi

Makotek yang melibatkan banyak pihak dan komponen budaya tersebut tetap

dilaksanakan masyarakat di Desa Munggu. Hal itu merupakan tantangan bagi

kehidupan mereka yang tidak menutup diri dari pengaruh modernisasi.

Secara ideologis, kehidupan masyarakat pada era global akan cenderung sibuk

memenuhi kebutuhan hidupnya agar sesuai dengan zamannya. Hal itu menyebabkan

mereka akan menempatkan ekonomi kapitalistik pada posisi sentral dan dominan dalam

jaringan sosialnya. Dalam kehidupannya pun mereka akan cenderung melibatkan

konstruksi pasar kapitalis lengkap dengan rangkaian relasi sosial, aliran

komoditas, modal, teknologi, dan ideologi dari berbagai budaya belahan dunia.

Kondisi tersebut membuat mereka sibuk mengejar dan berkompetisi untuk

memenangkan pertarungan dalam memperoleh keuntungan finansial. Namun, di

tengah-tengah kesibukannya mengarungi arus globalisasi yang identik dengan ekonomi

kapitalistik tersebut hingga kini masyarakat Desa Munggu tetap melaksanakan tradisi

Makotek. Padahal, tradisi tersebut tidak memberikan mereka keuntungan finansial.

Bahkan, untuk itu mereka pun harus mengorbankan waktu, materi, dan sebagainya agar

bisa ikut serta dalam pelaksanaan tradisi tersebut.

Di Bali banyak terdapat tradisi lisan yang dimaknai masyarakatnya sebagai

ritual tolak bala. Beberapa di antaranya terdapat tradisi Geret Pandan di Desa

Tenganan, Karangasem; tradisi Ngusaba Dangsil di Desa Sulahan, Bangli; tradisi

Ngusaba Nini di Desa Bongaya, Karangasem; tradisi Masuryak di Desa Bongan,

Tabanan; tradisi Perang Tipat di Desa Kapal, Badung; tradisi Omed-omedan di Desa

Sesetan, Kota Denpasar; tradisi Makotek di Desa Munggu, Badung, dan lain-lainnya.

Namun, dari semua tradisi tersebut, tradisi Makotek yang paling menarik untuk dikaji.

Selain keberlangsungannya yang cukup panjang, pelaksanaannya yang melibatkan

11

Page 12: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

seluruh warga masyarakatnya serta penyajiannya yang semakin meriah dan semarak

pada era global tersebut membuat tradisi Makotek menarik untuk dikaji.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui permasalahan terkait dengan

tradisi Makotek yang hingga pada era global tetap dilaksanakan oleh masyarakat di

Desa Munggu. Penelitian yang berlokasi di Desa Munggu tersebut dilakukan dengan

menggunakan metode kualitatif dan dianalisis dengan teori dekonstruksi, teori praktik,

teori simbol, teori religi, dan teori kuasa pengetahuan. Fokus permasalahan yang dikaji

meliputi (1) mengapa masyarakat Desa Munggu masih tetap melaksanakan tradisi

Makotek pada era Global; (2) bagaimana mereka melaksanakannya; dan (3) apa

implikasinya bagi masyarakat di Desa Munggu pada era global.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Makotek merupakan

sebuah tradisi lisan yang dimaknai sebagai ritual tolak bala bagi masyarakat Desa

Munggu, Badung. Hingga pada era global tradisi Makotek yang melibatkan banyak

pihak dan komponen budaya tersebut masih lestari. Hal itu merupakan tantangan bagi

masyarakat di Desa Munggu yang tidak menutup diri dari pengaruh modernisasi.

Penelitian yang berlokasi di Desa Munggu, Badung dilakukan dengan menggunakan

metode kualitatif dan dianalisis dengan teori dekonstruksi, teori religi, teori simbol,

teori praktik, teori kuasa pengetahuan. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut.

Pertama. Masyarakat Desa Munggu hingga pada era global tetap melaksanakan

tradisi Makotek karena dalam kehidupan kolektifnya dilatari ideologi religi dan mitos.

Secara ideologis, masyarakat Desa Adat Munggu memiliki keyakinan bahwa dengan

melaksanakan tradsi Makotek mereka akan dapat memproteksi sumber daya pada

kesatuan humanitasnya. Begitu kuatnya ideologi religi kolektif mereka hingga

konstruksi stigmatis bahwa tradisi agama budaya yang dianggap antik dan kuno tidak

berlaku baginya. Mitos tentang keberhasilan leluhurnya dalam menyikapi masalah

wabah penyakit pada masa lampau juga sangat kuat melatari kehidupannya.

Masyarakat Desa Munggu lebih percaya dengan apa yang mereka yakini, sehingga

walaupun kehidupan mereka kini telah maju tetapi tidak mempengaruhi sikapnya

dalam melaksanakan tradisi tersebut. Bahkan justru tampak sebaliknya. Semakin

12

Page 13: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

mapan sumber daya masyarakatnya, membuat tradisi Makotek semakin kuat

melembaga. Hal itu terefleksi secara sosial struktural hingga pada era global ini.

Kedua. Hingga pada era global, masyarakat Desa Munggu tetap melaksanakan

tradisi Makotek berdasarkan awig-awig desa adat setempat. Pada tahap awal mereka

melakukan persiapan ritual Makotek di rumahnya masing-masing. Pada saat itu mereka

melakukan upacara penyucian diri dan peralatan (kayu pulet) yang akan digunakan

dalam perayaan Makotek. Kayu pulet yang telah dihiasi tamiang, pandan, dan plawa itu

disucikan dengan upakara penyucian dilengkapi percikan tirta dan sarana mantra. Pada

pukul 13.00 WITA seluruh warga berkumpul di Balai Banjar masing-masing dengan

menggunakan pakaian adat ringan. Ditandai bunyi kulkul mereka kemudian berjalan

beramai-ramai menuju Pura Puseh untuk melaksanakan upacara pecaruan, penyucian

alam wilayah Desa Munggu. Seluruh peralatan upacara, seperti kober, umbul-umbul,

tombak, dan tamiang kolem yang disucikan di Pura Puseh turut disucikan. Seusai

upacara pecaruan dan proses penyucian peralatan dilakukan, rombongan prosesi

Makotek yang terdiri atas : (1) barisan kotekan kayu (2) barisan benda-benda sakral

pura seperti tombak, umbul-umbul, tamiang kolem, dan kober (3) barisan pemangku

dan penyarikan pura membawa sarana pusaka keramat, (4) barisan sekaa gamelan

balaganjur, (5) barisan sekaa kidung perlahan-lahan bergerak ke arah selatan

mengelilingi wilayah Desa Munggu. Pada setiap persimpangan jalan, barisan pemuda

pembawa tongkat kayu pulet berputar-putar, mengadupadankan tongkatnya hingga

membentuk formasi kerucut berupa piramida dan mengadukan diri antarkelompok

kotekan. Seorang pemuda kemudian menaiki puncak formasi piramida itu diiringi

gemuruhnya gamelan balaganjur. Pemangku memercikkan tirta pada setiap pura yang

dilewati barisan prosesi tersebut sebagai simbol penyucian. Setelah prosesi ngider

bhuana selesai dilakukan, seluruh peserta prosesi diperciki tirta sebagai simbol berkah

yang diyakini dapat meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup mereka.

Ketiga. Pelaksanaan tradisi Makotek pada era global berimplikasi bagi pelaku,

masyarakat, dan pada budaya Desa Munggu. Bagi pelaku, pelasanaan tradisi Makotek

dapat meningkatkan kesadaran kolektif. Bagi masyarakat Desa Munggu, pelaksanaan

tradisi tersebut berimplikasi pada politik dan perekonomian masyarakat setempat yang

13

Page 14: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

ditandai meningkatnya solidaritas organik dan solidaritas mekanik. Bagi kebudayaan

Desa Munggu, berimplikasi pada penguatan nilai budaya khususnya peningkatan

pemahaman akan pelestarian tradisi budaya mereka.

Temuan Baru

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan terdapat temuan baru antara

lain, sebagai berikut.

Tradisi makotek tetap hidup pada era global, tetapi telah mengalami glokalisasi.

Semakin mapannya sumberdaya masyarakat Desa Munggu ternyata tidak

membuat mereka meninggalkan tradisinya. Bahkan justru sebaliknya tradisi Makotek

tampak melembaga semakin kuat.

Tradisi Makotek dilaksanakan tidak hanya untuk tolak bala, tetapi juga untuk

pelebur dasa mala (10 sifat keburukan manusia).

Makotek ternyata sebuah prosesi tolak bala berkonstruksi teatrikal seni

bernuansa religius dengan struktur terdiri atas barisan kotekan, barisan umat pembawa

benda keramat, barisan pemangku pembawa pusaka, barisan sekaa gong, barisan sekaa

santhi, dan barisan umat.

Hingga pada era global, sebagai sebuah tradisi lisan Makotek ternyata masih

mampu mendidik, menuntun warganya dalam menata konstruksi masalah gender,

menumbuhkan sikap peduli lingkungan melalui mekanisme kultural yang damai

sebagai perayaan, memediasi kebebasan berekspresi secara kultural dan menetralisir

politik praktis bagi kesahajaan hidup, memberdayakan sumberdaya lokal, mempertebal

religisiusitas masyarakat, dan menyelamatkan beragam habitus melalui momen

bermartabat.

14

Page 15: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan sebagai berikut.

Kepada masyarakat Desa Adat Munggu disarankan agar tradisi Makotek terus

dikembangkan dan dipromosikan sebagai tontonan budaya terkait dengan pariwisata

dalam rangka pelestarian budaya lokal pada era global.

Kepada dinas kebudayaan, asosiasi tradisi lisan, dan Balai Pelestarian Budaya

Tradisional agar mengupayakan penelitian tradisi lisan secara berkelanjutan, memberi

penghargaan dan merancang regulasi sebagai upaya pelestarian budaya lokal pada era

global.

Kepada masyarakat akademik disarankan agar terus melakukan penelitian untuk

menggali dan menemukan hal-hal yg belum terungkap dalam rangka pemberdayaan

sumber daya masyarakat.

15

Page 16: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

GLOSARIUM

amertha : sesuatu yang terberkati oleh Ida Sang Hyang Widhi untuk kepentingan dan kelanggengan kebahagiaan makhluk, diyakini dapat membuat manusia menjadi panjang umur. Dalam mitologi disebutkan bahwa terdapat energi suci, murni dan menyejukan yang disebut amertha. Amertha layak diberikan kepada makhluk pemohon setelah memenuhi persyaratan, prinsip-prinsip dan tata tertib tertentu. Persyaratan mendasar yaitu dengan mempersembahkan makanan, minuman atau bahan dasar lain sebagai pengganti amerta itu di alam kesucian. Setelah melakukan proses penyucian berulang-ulang pada akhirnya roh pemohon bersama bahan persembahannya dapat mencapai alam dewa guna mendapatkan amertha.

animo : hasrat yang disertai keinginan kuat untuk berbuat atau mengikuti sesuatu. Keinginan itu disertai semangat karena minat, kesukaan dan keadaan.

anonim : identitas pribadi tidak dapat diketahui. Identitas itu tidak dapat diketahui karena disembunyikan atau tidak memiliki identitas pribadi.

awig-awig : aturan, tata krama adat. Awig-awig dapat dimaknai sebagai sesuatu yang membuat menjadi baik. Secara harfiah, awig-awig memiliki arti suatu ketentuan yang mengatur pergaulan dalam masyarakat untuk kebertahanan masyarakat. Norma dan aturan itu dibuat oleh krama desa pakraman atau krama banjar adat yangdipakai sebagai pedoman dalam bermasyarakat.

banten : sarana upakara. Sarana yang memiliki simbol yang mewakili diri umat, kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi dan alam semesta (bhuana agung).

dedemit : makhluk gaib yang dipercaya masyarakat dapat menyakiti orang dan sebaliknya dapat menjadi penjaga dan pelindung ketika diberikan persembahan pada saat ritual. Istilah itu mewakili makhluk halus yang tergolong dimensi rendah. Secara umum, Dedemit juga seringkali mewakili penampakan makhluk halus yang mengejutkan manusia di daerah angker.

gaib : tidak tampak, tidak nyata, dan secara religius memiliki potensi kedahsyatan supranatural. Gaib dapat berarti unsur spiritualitas dalam interaksi maupun penjelajahan alam gaib.

16

Page 17: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

hari raya kuningan

: hari raya yang diselenggarakan umat hindu bali setiap saniscara kliwon kuningan. Kata kuningan memiliki arti mencapai peningkatan spiritual melalui mengadakan janji, pemberitahuan kepada Ida sang Hyang Widhi, interospeksi diri. Pada hari itu, diyakini umat bahwa Ida Sang Hyang Widhi memberikan berkahnya sejak pukul 00.00 sampai 12.00 wita.

jaba tengah pura

: area bagian tengah dari arsitektur pura. Jaba tengah disebut madya mandala dalam prinsip asta kosala-kosali. Bagian tengah termasuk bagian dalam pura. Pada bagian itu umat diharapkan perhatiannya mulai terfokus untuk menghadap Sang Hyang Widhi. Pada areal ini terdiri dari bangunan bale agung, bale pegongan, bale penyimpenan. Di atas pintu masuk bale penyimpenan terdapat karang bhoma yang berfungsi menjaga barang-barang dalam ruangan tersebut.

jeroan pura : area bagian terdalam dan tersuci sebuah pura. Area itu disebut utama mandala dalam prinsip asta kosala-kosali. Pada bagian utama ini, umat sudah diharuskan benar-benar terfokus untuk menghadap Sang Hyang Widhi dengan melupakan nafsu keduniawiannya. Pada area itu terdapat pelinggih-pelinggih seperti padmasana sebagai stana Ida Sang Hyang Widhi atau pelinggih lain untuk pemujaan roh leluhur. Selain bangunan pelinggih juga terdapat bale piasan dan bangunan panglurah untuk para pengawal-Nya.

kaul : janji yang diikrarkan oleh orang suci, orang religius dengan pertukaran spiritual. Pada umumnya, kaul diucapkan setelah masanovisiat. Ada dua macam kaul, kaul sementara dan kaul kekal. Kaul itu bisa berupa niat untuk melakukan perjalanan suci. Oleh karenannya, kaul menyempit maknannya terbatas pada kaum religius. Istilah itu pada perkembangannya menyempit lagi pada kaul kemiskinan, kemurnian dan ketaatan yang diikrarkan oleh kaum religius. Orang yang berkaul pada kondisi tertentu dapat membatalkan kaulnya. Akan tetapi butuh proses lama dan melaluidukungan rohaniawan yang kompeten.

kober : Bendera yang berfungsi sebagai sarana pelengkap ritual umat hindu pada upacara panca yadnya. Ukuran ideal kober dapat dilihat pada asta kosala-kosali.

kotekan : sejenis kayu yang digunakan sebagai sarana Makotek. Kayu yangdipergunakan berasal dari kayu pulet. Kayu dengan karakteristik kuat dan awet yang mudah ditemui di desa Munggu, Badung.

laskar Munggu : bala tentara dari Desa Munggu ketika perang melawan

17

Page 18: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

Blambangan. Bala tentara tersebut dikenal sebagai kumpulan pasukan yang tangguh dan telah berjasa dalam masa kejayaan kerajaan Mengwi.

mitologis : kisah suci yang dikaitkan dengan keyakinan. Mitologi dekat dengan legenda maupun cerita rakyat. Mitologi dapat mencakup kisah penciptaan dunia sampai asal mula suatu bangsa yang disucikan.

mitos : pernyataan irasional yang secara religius memiliki arti kebenaran pada komunitasnya. Mitos merupakan bagian dari cerita prosa rakyat yang menceritakan kisah berlatar lampau, mengandung penafsiran tentang alam semesta dan keberadaan makhluk di dalamnya.

ngiring : sebuah bentuk pengabdian umat Hindu Bali. Sebuah bentuk loyalitas umat hindu dalam menjaga integrasi dan integritas komunitas religiusnya.

ngrebeg : upacara adat tolak bala di Bali. Prosesi upacara itu mempergunakan sarana upakara lengkap dengan pusaka yang diusung keliling desa agar terhindar dari mara bahaya.

pasupati : proses penjiwaan sarana di Bali untuk meningkatkan kesucian, kedahsyatan kekuatan supranatural. Pasupati dapat berarti permohonan yang tujukan kepada sanghyang Pasupati melalui mantra weda dan banten pasupati yang dimohonkan kepada para dewa.

primitif : kesukuan yang masih sangat tergantung dengan alam. Suatukebudayaan masyarakat primitif belum mengenal dunia luar,tidak mengenal tata krama dan belum beradab.

punggawa : pemimpin pasukan. Posisi kehormatan bagi seorang tokoh dalam memimpin pasukan dan bertugas memberi komando serangan.

ritual : serangkaian kegiatan religius yang secara simbolis dilaksanakan berdasarkan tradisi dari komunitas tertentu. Rangkaian kegiatan itu pada umumnya diatur oleh suatu kaidah agama.

sesaji : persembahan kepada makhluk halus. Persembahan itu mempergunakan upakara maupun bahan dasar lainnya sebagai sarana demi keseimbangan dan kelancaran penyelenggaraan upacara.

18

Page 19: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

takhayul : suatu bentuk kepercayaan kepada sesuatu yang dianggap ada atausakti. Padahal, seringkali sebaliknya.

tapakan : dasar tumpuan yang menjadi tinjauan simbolik. Beragam simbol dari tapakan disucikan oleh umat. Oleh karena itu, peletakannya ditempatkan pada tempat khusus yang tergolong keramat dan ketika hendak diusung memerlukan upacara tertentu.

tolak bala : penangkal wabah dan bencana penyakit. Upaya tersebut merupakan mekanisme menanggulangi penyakit secara preventif dalam skala makro. Bentuk penanggulangannya sering dilakukan pada komunitas masyarakat tradisional dan masih dilakukan secara anonim dan irasional.

ulam suci : daging sebagai sarana upakara sebagai simbol utamapermohonan umat supaya dijauhkan dari marabahaya. Simbol itu diyakinisebagai prasyarat paling penting dalam rangkaian upakara dantelah disucikan sebagai bagian ritual.

yadnya : upacara kurban suci pada umat Hindu Bali di dasari oleh pemahaman terhadap tri rna. Upacara itu terdiri dari lima jenis yaitu dewa yadnya, pitra yadnya, manusia yadnya, rsi yadnya danbhuta yadnya.

19

Page 20: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................... iiiHALAMAN PENGESAHAN PENGUJI......................................................................... ivSURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT…………………………………………. vUCAPAN TERIMA KASIH……………………………………………………………. viABSTRAK........................................................................................................................ viiiABSTRACT…………………………………………………………………………….. ixRINGKASAN…………………………………………………………………………… xGLOSARIUM…………………………………………………………………………… xvDAFTAR ISI..................................................................................................................... xixDAFTAR TABEL ……………………………………………………………………… xxiiiDAFTAR GAMBAR......................................................................................................... xxivDAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………………. xxvi

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………… 11.1 Latar

Belakang............................................................................................................

1

1.2 Rumusan

Masalah........................................................................................................

7

1.3 Tujuan

Penelitian.........................................................................................................

8

1.4 Manfaat

Penelitian.......................................................................................................

8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN

MODEL

PENELITIAN…………………………………………………………………

..

10

2.1 Kajian

Pustaka.............................................................................................................

10

2.2 Konsep……………………………………………………………………………

…..

16

2.2.1 Tradisi

Makotek……………………………………………………………………

17

2.2.2 Era Global…………………………………………………………. 18

20

Page 21: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

………………2.2.3 Masyarakat Desa

Munggu.....................................................................................

19

2.3 Landasan

Teori.......................................................................................................

21

2.3.1

2.3.2

2.3.3

Teori Dekonstruksi……………………………………………………..

…………

Teori

Praktik………………………………………………………………………

Teori

Simbol..........................................................................................................

21

22

23

2.3.4 Teori

Religi............................................................................................................

26

2.3.5 Teori Kuasa

Pengetahuan…………………………………………………………

30

2.4 Model

Penelitian………………………………………………………………….

31

BAB III METODE PENELITIAN………………………………………..……............ 373.1 Rancangan

Penelitian...............................................................................................

37

3.2 Lokasi

Penelitian......................................................................................................

42

3.3 Penentuan Informan............................................................................................... 433.4 Jenis dan Sumber Data…………………………….............................................. 453.5 Instrumen Penelitian............................................................................................... 463.6 Teknik Pengumpulan

Data.......................................................................................

48

3.6.1 Observasi...........................................................................................................

.....

48

3.6.2 Wawancara.........................................................................................................

....

51

3.6.3 FGD………………………...............................................................................

....

57

3.6.4 Studi

Kepustakaan..................................................................................................

59

21

Page 22: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

3.6.5 Studi

Dokumentasi.................................................................................................

60

3.7 Teknik Analisis

Data...................................................................................................

61

3.8 Teknik Penyajian Hasil Analisis

Data……………………………………………..

66

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA MUNGGU..………………....…..

……………

68

4.1 Gambaran Umum Desa Munggu, Kabupaten

Badung…............................................

68

4.2 Demografi dan

Kependudukan……………………..................................................

78

4.3 Mata Pencaharian

Hidup..........................................................................................

91

4.4

Kekerabatan………………………………………………………………………

95

4.5 Kehidupan Beragama…………….

…………………................................................

97

4.6 Sejarah Singkat Desa

Munggu……………………………………………………...

114

BAB V PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN

TRADISI MAKOTEK PADA ERA

GLOBAL……………………………………………

128

5.1 Hakikat Pelaksanaan Tradisi Makotek pada Era Global.

…………………………….

128

5.2 Visi Kolektif Pelaksanaan Tradisi Makotek pada Era Global……..……..………… 1685.3 Kesatuan Humanitas

……………………………………………………………......

175

5.4 Ideologi dalam Pelaksanaan Tradisi Makotek pada Era Global………….

………….

181

5.4.1 Ideologi

Religi……………………………………………………………………...

183

22

Page 23: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

5.4.2 Ideologi Konservasi……………………………………………..

………………….

197

5.4.3 Ideologi Kuasa……………………………………………………….……..

………

207

5.4.4 Ideologi Budaya………………………………………………………..……..

…….

220

BAB VI PELAKSANAAN TRADISI MAKOTEK PADA ERA

GLOBAL………….

222

6.1 Persiapan Pelaksanaan Tradisi Makotek………………………………………..…. 2256.2 Pelaksanaan Tradisi Makotek……….……………………………………………. 2386.3 Peralatan dalam Pelaksanaan Tradisi Makotek…………………………………... 2486.4 Estetika dalam Pelaksanaan Tradisi Makotek…………………………………….. 2756.5 Pelaku Tradisi Makotek……………………………………………………………. 2916.5 Penerusan Nilai Budaya Melalui Pelaksanaan Tradisi Makotek…………............... 303

BAB VII IMPLIKASI PELAKSANAAN TRADISI MAKOTEK..

…………………

310

7.1 Implikasi bagi Masyarakat Desa Munggu…..…………………………….............. 3117.2 Implikasi terhadap Politik dan Perekonomian Masyarakat Desa Munggu.............. 3767.3 Implikasi terhadap Budaya Masyarakat Desa Munggu............................................ 396

BAB VIII PENUTUP..…………………………………………………………………. 4138.1 Simpulan.................................................................................................................... 4138.2 Temuan Baru……………………………………………………………..

…………

417

8.3 Saran……………………………..………………………………………………… 419

DAFTAR

PUSTAKA.......................................................................................................

422

LAMPIRAN....................................................................................................................

..

430

23

Page 24: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin... 92

Tabel 4.2 Penduduk Digolongkan Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2005

94

Tabel 4.3 Penduduk Digolongkan Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012

96

Tabel 4.4 Penduduk Digolongkan Menurut Mata Pencaharian Hidup…….. 98

24

Page 25: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

Tabel 4.5 Penduduk Digolongkan Menurut Mata Pencaharian Hidup…….. 99

Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Menurut Agama, 2004--2005………………... 102

Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Menurut Agama, 2012……………………….. 103

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Jalan Umum Desa Munggu……………………………………...

69

Gambar 4.2 Peta Desa Munggu…………………………………….………...

71

Gambar 4.3 Kehidupan Gotong Royong Masyarakat Desa Munggu.…..…... 72

Gambar 4.4 Pura Kahyangan Wisesa Munggu, pusat perayaan 74

25

Page 26: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

Makotek…….

Gambar 5.1 Warga Desa Munggu Musyawarah Menjelang Pelaksanaan Makotek…………………….…………………………………

135

Gambar 5.2 Ekspresi Heroik Pelaksanaan Tradisi Makotek………………… 141

Gambar 5.3 Tradisi Makotek…………………………………………..……..

152

Gambar 5.4 Masyarakat Desa Munggu Melaksanakan Tradisi Makotek…….

159

Gambar 5.6 Pegarahan Menjelang Pelaksanaan Makotek…………………....

165

Gambar 5.7 Menjelang Pelaksanaan Makotek………………………………..

169

Gambar 6.1 Warga Desa Munggu Melaksanakan Prosesi Ritual Makotek.... 223

Gambar 6.2 Warga Desa Munggu Mempersiapkan Peralatan Upacara Makotek………………………………………………………...

229

Gambar 6.3 Persiapan Tradisi Makotek di Jaba Pura Puseh Desa Munggu…………………………..……………………………...

232

Gambar 6.4 Ketertiban Warga Desa Munggu Melaksanakan Tradisi Makotek…………………………...……………………..……...

244

Gambar 6.5 Kesemaraan Pelaksanaan Makotek……………………………...

245

Gambar 6.6 Warga Desa Munggu Mempersiapkan Banten Makotek……………………………………………....…………

252

Gambar 6.7 Penggunaan Padupaan Dalam Prosesi Ritual Makotek……………...…………………………….……………

254

Gambar 6.8 Banten Daksina Pada Pelaksanaan Ritual Makotek………………………………….……………………...

255

Gambar 6.9 Prayascita Pada Pelaksanaan Ritual Makotek…………………………………….

256

26

Page 27: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

…………………...

Gambar 6.10 Tombak, Umbul-umbul Pada Prosesi Makotek………………….……………………………….……..

259

Gambar 6.11 Kayu Kotekan………….…………………………………..……

261

Gambar 6.12 Ciri Kotekan……..………………………………………….…...

262

Gambar 6.13 Tamiang Kolem Pada Ritual Makotek………………………… 264

Gambar 6.14 Penampilan Adat Masyarakat Pada Ritual Makotek…………... 294

Gambar 6.15 Pecalang Pada Pelaksanaan Ritual Makotek………………….. 300

Gambar 7.1 Masyarakat Desa Munggu Melaksanakan Makotek…………… 323

Gambar 7.2 Kebersamaan Masyarakat Dalam Pelaksanaan Makotek …….. 338

Gambar 7.3 Implikasi Ekonomi Pelaksanaan Makotek…………………….. 342

Gambar 7.4 Seragam Pakaian Adat ………………………………………… 378

DAFTAR LAMPIRAN

27

Page 28: DISERTASI TRADISI MAKOTEK DI DESA MUNGGU, BADUNG … · peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 19 Januari 2016 Yang membuat

Lampiran 1 Daftar Informan

Lampiran 2 Pedoman Wawancara

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 Lembar Persetujuan Penggandaan Naskah Disertasi

Lampiran 5 Lembar Pengesahan Tim Penguji

28