19
Dislokasi Caput Femur Arwi Wijaya 10.2012.294 / F8 Falkutas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731 [email protected] Pendahuluan Dislokasi sendi panggul terjadi ketika kaput femur keluar dari socketnya pada tulang panggul (pelvis). Secara umum, dislokasi sendi panggul dapat diklasifikasikan atas kongenital dan traumatik. Insidensi dislokasi sendi panggul kongenital setiap tahunnya adalah sekitar 2-4 kasus per 1000 kelahiran, dan sekitar 80-85% penderitanya adalah anak perempuan. Dislokasi sendi panggul kongenital biasanya disebabkan terjadinya displasia kaput femur. Pada sekitar 90% pasien yang mengalami dislokasi sendi panggul traumatik, tulang femur terdorong ke arah belakang (dislokasi posterior) yang menyebabkan panggul menjadi kaku, bengkok dan terputar ke arah medial tubuh. Femur juga bisa terdorong ke depan (dislokasi anterior) sehingga panggul hanya bengkok sedikit, dan tungkai akan terputar menjauhi tubuh (arah lateral). Dislokasi sendi panggul sangat menyakitkan. Pasien tidak dapat menggerakkan tungkainya, dan jika ada kerusakan saraf, pasien tidak dapat merasakan di area kaki atau pergelangan 1

Dislokasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

...................

Citation preview

Page 1: Dislokasi

Dislokasi Caput Femur

Arwi Wijaya

10.2012.294 / F8

Falkutas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

[email protected]

Pendahuluan

Dislokasi sendi panggul terjadi ketika kaput femur keluar dari socketnya pada tulang

panggul (pelvis). Secara umum, dislokasi sendi panggul dapat diklasifikasikan atas kongenital

dan traumatik. Insidensi dislokasi sendi panggul kongenital setiap tahunnya adalah sekitar 2-4

kasus per 1000 kelahiran, dan sekitar 80-85% penderitanya adalah anak perempuan. Dislokasi

sendi panggul kongenital biasanya disebabkan terjadinya displasia kaput femur.

Pada sekitar 90% pasien yang mengalami dislokasi sendi panggul traumatik, tulang femur

terdorong ke arah belakang (dislokasi posterior) yang menyebabkan panggul menjadi kaku,

bengkok dan terputar ke arah medial tubuh. Femur juga bisa terdorong ke depan (dislokasi

anterior) sehingga panggul hanya bengkok sedikit, dan tungkai akan terputar menjauhi tubuh

(arah lateral). Dislokasi sendi panggul sangat menyakitkan. Pasien tidak dapat menggerakkan

tungkainya, dan jika ada kerusakan saraf, pasien tidak dapat merasakan di area kaki atau

pergelangan kakinya. Dislokasi sendi panggul dapat menyebabkan morbiditas yang serius.

Diagnosa dan penanganan yang tepat sangatlah penting. Dislokasi biasanya sering dikaitkan

dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh

karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

Anamnesis

Anamnesis merupakan tahap awal dalam pemeriksaan untuk mengetahui riwayat

penyakit dan menegakkan diagnosis. Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, teratur dan

lengkap karena sebagian besar data yang diperlukan dari anamnesis untuk menegakkan

diagnosis. Anamnesis dapat langsung dilakukan pada pasien (auto-anamnesis) atau terhadap

keluarga atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk

diwawancarai, misalnya dalam keadaan gawat-darurat, afasia akibat stroke dan lain sebagainya.

1

Page 2: Dislokasi

Anamnesis yang baik terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,

riwayat penyakit dahulu, riwayat obstetri dan ginekologi (khusus wanita), riwayat penyakit

dalam keluarga, anamnesis susunan system dan anamnesis pribadi (meliputi keadaan sosial

ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan, lingkungan).1

Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi (look): deformitas, angulasi, rotasi, pemendekan, pemanjangan, dan oedem.

Pengukuran panjang anggota gerak:

• True leg length: dari SIAS sampai maleolus medialis. Bandingkan kiri kanan.

• Apparent leg length (palsu): diukur dan xhiposternum sampai maleolus medialis.

b. Palpasi (feel): nyeri tekan (tenderness), krepitasi, status neurologis dan vascular di bagian

distalnya perlu diperiksa. Lakukan palpasi pada daerah extremitas tempat fraktur tersebut,

meliputi persendian di atas dan di bawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan

krepitasi neurovaskularisasi bagian distal fraktur pulsasi arteri, warna kulit, pengembalian

cairan kapiler (capillary refill test) sesasi.

c. Gerakan (Moving)2

Pemeriksaan Penunjang

• Radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two, terdiri dari :

1. 2 gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral

2. Memuat dua sendi di proximal dan distal fraktur

3. Memuat gambaran foto dua extremitas, yaitu extremitas yang cedera dan yang tidak

terkena cedera (pada anak); dan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah

tindakan.

• Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans

• Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler

• CCT kalau banyak kerusakan otot

• Darah rutin, factor pembekuan darah, golongan darah, cross test, dan urinalisa.3

Diagnosis

2

Page 3: Dislokasi

Dislokasi Caput Femur

Dislokasi caput femur terbagi menjadi tiga bagian :

Dislokasi posterior, Caput femur dipaksa keluar ke belakang acetabulum melalui suatu

trauma yang dihantarkan pada diafisis femur dimana sendi panggul dalam posisi fleksi atau

semifleksi. Trauma biasanya terjadi karna kecelakaan lalu lintas dimana lutut penumpang dalam

keadaan fleksi dan menabrak dengan keras benda yang ada di depan lutut. Pada kasus yang jelas,

diagnosis mudah ditegakkan, kaki pendek, dan sendi panggul teraba dengan jelas dalam posisi

adduksi, rotasi internal dan fleksi. Namun kadang pada fraktur tulang panjang dapat terlewat.

Dislokasi anterior, Dislokasi ini lebih jarang terjadi dibandingkan dislokasi posterior.

Penyebab utamanya adalah kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan penerbangan. Pada dislokasi

anterior caput femoris ada pada bagian anterior (bagian depan) dari acetabulum. Terjadi dislokasi

dari caput femoris dalam hal ini dikarenakan hyperekstensi berlebihan dan abduksi dari kaki.

Dislokasi sentral, biasanya didapatkan perdarahan dan pembengkakan di daerah tungkai

bagian proksimal tetapi posisi tetap normal. Nyeri pada daerah trokanter. Gerakan sendi panggul

sangat terbatas. Dislokasi sentral terjadi kalau trauma datang dan arah samping sehingga trauma

ditransmisikan lewat trokanter mayor mendesak terjadi fraktur acetabulum sehingga caput

femors masuk ke rongga pelvis.4,5

Fraktur Femur

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang

rawan. Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu: 1.Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam

tulang sendi, panggul dan Melalui kepala femur (capital fraktur); Hanya di bawah kepala femur,

Melalui leher dari femur. 2. Fraktur Ekstrakapsuler; Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui

trokhanter femur yang lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter. Terjadi di

bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.4,5

Etiologi

Dislokasi sendi panggul adalah keadaan dimana kaput femur keluar dari socketnya pada

tulang panggul (pelvis). Penyebab dislokasi sendi panggul yang paling sering adalah trauma

dengan gaya/tekanan yang besar seperti kecelakaan kendaraan bermotor, pejalan kaki yang

3

Page 4: Dislokasi

ditabarak mobil, atau jatuh dari ketinggian. Dislokasi sendi panggul biasanya disertai dengan

luka di bagian lain, seperti fraktur pelvis dan tungkai, back injuries, atau head injuries.

Dislokasi sendi panggul traumatik merupakan emergensi medis dan harus segera

ditangani, idealnya dalam enam jam. Hal ini dikarenakan luka yang terjadi menyebabkan

terhentinya aliran darah ke ujung femur, sehingga suplai oksigen menjadi berkurang. Jika

dislokasi tersebut tidak direposisi dengan segera dan sirkulasi tidak kembali normal pada sendi

panggul, maka bagian atas femur dapat rusak secara permanen yang disebut nekrosis avaskular.

Klasifikasi dislokasi menurut penyebab dikelompokkan menjadi :

1. Dislokasi Panggul kongenital : yaitu dislokasi yang terjadi sejak lahir,akibat kesalahan

pertumbuhan, paling sering terjadi pada sendi pinggul

2. Dislokasi Panggul traumatic : yaitu dislokasi akibat cidera dimana sendi mengalami kerusakan

akibat kekerasan atau traumadengan gaya atau tekanan yang besar seperti kecelakaan kendaraan

bermotor, pejalan kaki ditabrak mobil, kecelakaan mobil atau jatuh dari ketinggian.

3. Dislokasi spontan atau patologis : Terjadi akibat penyakit struktur sendi dan jaringan sekitar

sendi.

Epidemologi

Dislokasi pinggul posterior lebih sering ditemukan dibanding dislokasi pinggul anterior

yaotu sekitar 90 % dari semua jenis dislokasi hips. Frekuensi menurun dengan dipakainya sabuk

pengaman ketika berkendaraan. Anterior dan central dislokasi terjadi sekitar 10% dari seluruh

dislokasi hips. Insidensi congenital hip dislocations kira kira 1 dari 500 populasi. Data penelitian

menyebutkan bahwa prevalensi congenital hip dislocation kira kira 587.310 kasus.

Anatomi Panggul

Articulatio coxae adalah persendian antara caput femoris yang berbentuk hemisphere dan

acetabulum os coxae yang berbentuk mangkuk dengan tipe “ball and socket”. Permukaan sendi

acetabulum berbentuk tapal kuda dan dibagian bawah membentuk takik disebut incisura

acetabuli. Rongga acetabulum diperdalam dengan adanya fibrocartilago dibagian pinggrinya

yang disebut sebagai labrum acetabuli. Labrum ini menghubungkan incisura acetabuli dan disini

4

Page 5: Dislokasi

dikenal sebagai ligamentum transversum acetabuli. Persendian ini dibungkus oleh capsula dan

melekat di medial pada labrum acetabuli.

Ligamentum, Simpai sendi jaringan ikat di sebelah depan diperkuat oleh sebuah

ligamentum yang kuat dan berbentuk Y, yakni ligamentum ileofemoral yang melekat pada SIAI

dan pinggiran acetabulum serta pada linea intertrochanterica di sebelah distal. Ligamentum ini

mencegah ekstensi yang berlebihan sewaktu berdiri .

Di bawah simpai tadi diperkuat oleh ligamentum pubofemoral yang berbentuk segitiga.

Dasar ligamentum melekat pada ramus superior ossis pubis dan apex melekat dibawah pada

bagian bawah linea intertrochanterica. Ligamentum ini membatasi gerakan ekstensi dan abduksi.

Di belakang simpai ini diperkuat oleh ligamentum ischiofemorale yang berbentuk spiral

dan melekat pada corpus ischium dekat margo acetabuli. Ligamentum ini mencegah terjadinya

hieprekstensi dengan cara memutar caput femoris ke arah medial ke dalam acetabulum sewaktu

diadakan ekstensi pada articulatio coxae.

Ligamentum teres femoris berbentuk pipih dan segitiga. Ligamentum ini melekat melalui

puncaknya pada lubang yang ada di caput femoris dan melalui dasarnya pada ligamentum

transversum dan pinggir incisura acetabuli. Ligamentum ini terletak pada sendi dan dan

dibungkus membrana sinovial

Perdarahan, cabang cabang arteria circumflexa femoris lateralis dan arteria circumflexia

femoris medialis dan arteri untuk caput femoris, cabang arteria obturatoria.

Persyarafan, Nervus femoralis (cabang ke m.rectus femoris, nervus obturatorius (bagian

anterior) nervus ischiadicus (saraf ke musculus quadratus femoris), dan nervus gluteus superior.

Gerakan, fleksi dilakukan oleh m. Iliopsoas, m. Rectus femoris, m.sartorius, dan juga

mm.Adductores. Ekstensi dilakukan oleh m. Gluteus maximus dan otot otot hamstring. Abduksi

dilakukan oleh m. Gluteus medius dan minimus, dan dibantu oleh m. Sartorius, m.tensor fascia

latae dan m. Piriformis. Adduksi dilakukan oleh musculus adductor longus dan musculus

adductor brevis serta serabut serabut adductor dari m adductor magnus. Otot otot ini dibantu oleh

musculus pectineus dan m.gracilis. Rotasi lateral, Rotasi medial, Circumduksi merupakan

kombinasi dari gerakan gerakan diatas.6

5

Page 6: Dislokasi

Patofisiologi

Sendi panggul merupakan ball-socket joint. Kaput femur terletak di dalam soket

asetabulum yang selanjutnya dengan cartilaginous labrum. Sendi panggul juga didukung dengan

kapsul sendi fibrosa, ligamen ischiofemoral, dan otot-otot dari pangkal paha dan gluteus. Semua

ini membuat sendi panggul menjadi stabil seperti pada gambar disamping.

Dislokasi sendi panggul traumatik dapat terjadi dengan atau tanpa fraktur asetabulum

atau ujung proximal femur. Hal ini biasanya disebabkan oleh trauma dengan energi tinggi,

kecuali ada penyakit sebelumnya yang mengenai kaput femoral, asetabulum, atau sistem

neuromuskular. Kaput femoral tidak dapat terlepas sepenuhnya dari asetabulum normal, kecuali

ada ligamen yang ruptur. Dislokasi yang disebabkan trauma dikalifikasikan menurut arah

pergeseran kaput femoral terhadap asetabulum, yaitu posterior, anterior dan sentral.7

Dislokasi Posterior

Dislokasi posterior merupakan dislokasi sendi panggul yang sering terjadi, sekitar 80-

90%, biasanya disebabkan kecelakaan kendaraan bermotor. Saat kecelakaan, tekanan

ditransmisikan ke panggul yang flexi dengan salah satu dari dua cara. Selama deselerasi yang

cepat, lutut membentur dashboard dan menghantarkan tekanan melalui femur ke panggul. Jika

tungkai ekstensi dan lutut terkunci, tekanan dapat dihantarkan dari floorboard melalui tungkai

atas dan bawah ke sendi panggul. Dislokasi posterior terlihat pada gambar di bawah ini.

Ada beberapa klasifikasi yang digunakan untuk mendeskripsikan dislokasi posterior.

Klasifikasi menurut Thompson Epstein 1973 , klasifikasi ini penting untuk rencana pengobatan.

• Tipe I; dislokasi tanpa fraktur atau dengan fragmen tulang yang kecil

• Tipe II; dislokasi dengan fragmen tunggal yang besar pada bagian posterior acetabulum

• Tipe III; dislokasidengan fraktur bibir acetabulum yang kominutif

• Tipe IV; dislokasi dengan fraktur dasar acetabulum

• Tipe V; dislokasi dengan fraktur caput os femur

Klasifikasi Steward dan Milford didasarkan pada stabilitas fungsi panggul, yaitu:

• Type 1 No fracture or insignificant fracture

• Type 2 Associated with a single or comminuted posterior wall fragment, but the hip

remains stable through a functional range of motion

6

Page 7: Dislokasi

• Type 3 Associated with gross instability of the hip joint secondary to loss of structural

support

• Type 4 Associated with femoral head fracture8

Pemeriksaan Rontgen dilakukan foto anteroposterior. Terlihat kaput femoris diluar

mangkuknya dan di atas asetabulum. Segmen atap asetabular atau kaput femoris mungkin telah

patah dan bergeser. Foto oblik berguna untuk menunjukan ukuran fragmen itu. CT scan adalah

cara terbaik untuk menunjukan fraktur asetabulum atau setiap fragmen tulang.

Dislokasi Anterior

Kaput femur terletak pada anterior asetabulum. Dislokasi anterior paling sering

disebabkan tekanan hiperekstensi melawan tungkai yang abduksi sehingga mengangkat kaput

femur keluar dari asetabulum. Yang jarang terjadi, adanya tekanan anterior melawan leher atau

kaput femur posterior dapat menyebabkan dislokasi anterior.

Dislokasi sendi panggul anterior lebih jarang dibandingkan dengan dislokasi posterior. Biasanya

terjadi ketika panggul ekstensi dan dirotasikan secara eksternal pada saat terbentur. Fraktur

asetabulum dan kaput atau leher femur jarang terjadi. Biasanya kaput femur tetap di lateral otot

obturator eksternus tetapi dapat juga ditemukan di bawahnya (dislokasi obturator) atau di bawah

otot iliopsoas dengan hubungan ke ramus pubis superior (dislokasi pubis).

Klasifikasi dislokasi sendi panggul anterior menurut Epstein yaitu:

Type I Superior dislocations, including pubic and subspinous

IA No associated fractures

IB Associated fracture or impaction of the femoral head

IC Associated fracture of the acetabulum

Type II Inferior dislocations, including obturator, and perineal

IIA No associated fractures

IIB Associated fracture or impaction of the femoral head

IIC Associated fracture of the acetabulum8

7

Page 8: Dislokasi

Dislokasi Sentral

Dislokasi sentral adalah fraktur-dislokasi, seperti pada gambar di bawah, dimana kaput

femur terletak di medial asetabulum yang fraktur. Ini disebabkan adanya tekanan lateral

melawan femur yang adduksi dijumpai pada kecelakaan kendaraan bermotor.

Terjadi apabila caput femur terdorong ke medial asetabulum pada rongga panggul kapsul

tetap utuh. Fraktur asetabulum terjadi karena dorongan yang kuat dari lateral atau jatuh dari

ketinggian pada satu sisi atau suatu tekanan yang melalui femur dimana panggul dalam keadaan

adduksi. Didapatkan perdarahan dan pembengkakan di daerah tungkai bagian proksimal tetapi

posisi tetap normal. Nyeri pada daerah trokanter. Gerakan sendi panggul sangat terbatas.

Dari pemeriksaan rontgen terlihat adanya pergeseran dari caput femur menembus

panggul, Tampak kaput femoris begerser ke medial dan lantai asetabulum mengalami fraktur.8

Penatalaksanaan

Dislokasi posterior

Dislokasi harus direduksi secepat mungkin dibawah anestesi umum. Pada sebagian besar kasus

dilakukan Reduksi Tertutup ( Non operatif).

1. Reduksi Tertutup seorang Asisten menahan pelvis kemudian ahli bedah

memfleksikan pinggul dan lutut pasien sampai 90 derajat dan menarik paha ke atas

secara vertikal. Bila terdapat kecurigaan bahwa fragmen tulang telah terperangkap

didalam sendi diperlukan pemeriksaan CT Scan.

2. Cara yang sederhana memasang traksi dan mempertahankanya selama 3 minggu.

3. Gerakan dan latihan dimulai segera setelah nyeri mereda dan pada akhir minggu ke

tiga diperbolehkan berjalan dengan kruk penopang.

4. Jika pemeriksaan Sinar X atau CT pasca reduksi memperlihatkan adanya fragmen

intraartikular, Fragmen itu harus dibuang dan sendi dibilas melalui pendekatan

posterior

5. Fraktur – dislokasi

a. tipe II Epstein sering diterapi reduksi terbuka segera dan fiksasi anatomi,

tetapi kalau tidak tersedia ahli bedah yang terampil maka pinggul direduksi

secara tertutup dan traksi di pertahankan selama 6 minggu

b. Tipe III diterapi secara tertutup

8

Page 9: Dislokasi

c. Tipe IV dan V pada awalnya diterapi dengan reduksi tertutup, bila terdapat

fragmen kaput femoris pada tempatnya ini dapat dipastikan dengan CT pasca

reduksi.

Metode Allis, Penderita dalam posisi terlentang, Melakukan immobilisasi pada panggul,

Melakukan fleksi pada lutut sebesar 90º dan tungkai diadduksi ringan dan rotasi medial,

Melakukan traksi vertical dan kaput femur diangkat dari bagian posterior asetabulum, Panggul

dan lututdiekstensikan secara hati- hati.

Metode stimson, Pasien dalam posisi tengkurap, tungkai bawah yang mengalami

traumadibiarkan menggantung, Panggul diimmobilisasi dengan menekan sacrum, Tangan ki r i

dokte r memegang pergelangan kaki dan melakukan fleksi 90º, Tangan ka na n m e m e g ang

kebawah daerah dibawah lutut, Dengan gerakan rocking dan rotasi serta tekanan langsung dapat

dilakukan reposisi.9,10

Dislokasi anterior

Maneuver yang digunakan hampir sama dengan yang digunakan untuk mereduksi

dilokasi posterior, kecuali bahwa, sewaktu paha yang berfleksi itu ditarik keatas, paha harus

beradduksi. Terapi berikutnya mirip dengan terapi pada dislokasi posterior. Nekrosis avaskular

adalah komplikasi satu-satunya.9,10

Dislokasi sentral

Dilakukan reposisi dengan skietal traksi sehingga self reposisi pada fraktur acetabulum

tanpa penonjolan kaput femur ke dalam panggul dilakukan terapi konservatif dengan traksi

tulang 4-6 minggu. Pada fraktur dimana caput femur tembus ke dalam asetabulum, sebaikinya

dilakukan traksi pada 2 komponene yaitu komponene longitudinal dan lateral selama 6 minggu

dan setelah 8 minggu diperbolehkan untuk berjalan dengan menggunakan penopang berat badan.

Indikasi operatif

1. Bila fragmen tak tereduksi ( fragmen kecil dapat dibuang sementara fragmen besar

harus diganti). Lalu kaput femoris didislokasikan dan fragmen diikat pada posisinya

dengan sekrup Countersunk. Pasca operasi , traksi dipertahankan selama 4 minggu

dan pembebanan penuh ditunda selama 12 minggu.

9

Page 10: Dislokasi

2. Dislokasi yang tak dapat direduksi tertutup apabila setelah beberapa minggu dislokasi

tidak diterapi sehingga diperlukan reduksi terbuka

3. Terjadi fraktur collum femur ipsilateral

4. Adanya lesi N. ischiadikus9,10

Komplikasi

Awal

1. Cedera nervus skiatikus. Kadang –kadang mengalami cedera tapi biasanya dapat

membaik

2. Cedera pembuluh darah Arteri gluteal superior yang terobek

3. Fraktur batang femoris yang menyertai, bila ini terjadi bersamaan dengan dislokasi

pinggul , biasanya keadaan dislokasi terlewatkan.

Lanjut

1. Nekrosis avaskular

Persediaan darah pada kaput femoris sangat terganggu sebesar 10% pada dislokasi

pinggul, jika penangan reduks ditunda dan lebih beberapa jam, maka angkanya

meningkat jadi 40% .

2. Dislokasi yang tak dapat direduksi tertutup apabila setelah beberapa minggu dislokasi

tidak diterapi sehingga diperlukan reduksi terbuka.

3. Osteoarthritis sekunder.

4. Sering terjadi dan diakibatkan oleh : kerusakan kartilago pada saat dislokasi atau

adanya fragmen yang bertahan dalam sendi, nekrosis iskemik pada kaput femoris.9

Prognosis

Prognosis dari dislokasi sendi panggul tergantung dari adanya kerusakan jaringan yang

lain, manajemen awal dari dislokasi dan keparahan dislokasi. Jika dislokasi tertutup tanpa ada

fraktur maka 88% memiliki prognosis yang baik sedangkan jika dengan kerusakan lain hanya

54% yang memiliki prognosis yang baik.

Jika dislokasi sendi panggul diperbaiki dalam waktu 12 jam akan meningkatkan

prognosis yang signifikan. Pada keseluruhan dislokasi anterior memiliki prognosis yang lebih

10

Page 11: Dislokasi

baik daripada dislokasi posterior. Penelitian menunjukkan prognosis buruk terjadi pada 25%

pasien dengan dislokasi anterior dan 53% pada dislokasi posterior.

Kesimpulan

Dislokasi sendi panggul adalah keadaan dimana kaput femur keluar dari socketnya pada

tulang panggul (pelvis). Penyebab dislokasi sendi panggul yang paling sering adalah trauma

dengan gaya/tekanan yang besar seperti kecelakaan kendaraan bermotor, pejalan kaki yang

ditabarak mobil, atau jatuh dari ketinggian. Dislokasi yang disebabkan trauma dikalifikasikan

menurut arah pergeseran kaput femoral terhadap asetabulum, yaitu posterior, anterior dan sentral.

Dislokasi posterior merupakan dislokasi sendi panggul yang sering terjadi, sekitar 80-90%,

biasanya disebabkan kecelakaan kendaraan bermotor. Dislokasi sendi panggul anterior lebih

jarang dibandingkan dengan dislokasi posterior.

Dislokasi sendi, tidak peduli apapun etiologinya, merupakan emergensi ortopedi yang

membutuhkan diagnosis, evaluasi dan perawatan segera. Untuk menentukan diagnosa survey

trauma penting dilakukan. Prognosis dari dislokasi sendi panggul tergantung dari adanya

kerusakan jaringan yang lain, manajemen awal dari dislokasi dan keparahan dislokasi. Jika

dislokasi tertutup tanpa ada fraktur maka 88% memiliki prognosis yang baik sedangkan jika

dengan kerusakan lain hanya 54% yang memiliki prognosis yang baik.

Daftar Pustaka

1. Sudoyo AW, Bambang S, Idrus A, Marcellus SK, Siti S. Buku ajar ilmu penyakit dalam.

Jilid 3. 5th ed. Internal Publishing; 2009. p.2911-23.

2. Gleadle J. At glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2007.

3. Palmer PES, Hartono L. Sistem Radiologi Dasar Organisasi Kesehatan Dunia: Petunjuk

membaca foto untuk dokter umum. Jakarta: EGC; 1995.p.113.

4. Haws PS. Asuhan neonates rujukan cepat. Jakarta: EGC; 2008.p.306-7.

5. Swartz. Intisari buku ajar diagnostic fisik. Jakarta: EGC; 1997.p.87-9.

6. Pearce E. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

2006.

7. Skinner, Harry. 2003. Current Diagnosis & Treatment in Orthopedics 3rd edition. Mc Graw-Hill : Appleton & Lange; 145-149

11

Page 12: Dislokasi

8. Koval, K.J. and Zuckerman, J.D. 2006. Handbook of Fractures Third Edition. Lippincott Williams & Wilkins; 303-312.

9. Rasjad, Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Yasrif Watampone: Jakarta. 10; 346-347; 391-442.

10. De Jong, Wim. 2005. Sistem Muskuloskeletal. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC:

Jakarta. 865; 876-878.

12