Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENANGGULANGAN
DAMPAK ROKOKditinjau dari
PENDIDIKAN DI INDONESIA
Supomo Pudji AtmokoSeksi PAUD dan Kesetaraan
Bidang Pendidikan Non Formal dan Perguruan TinggiDinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah
Dihimpun dari berbagai sumber oleh
PENDIDIKAN NASIONAL
•mengembkkemamp dan
•mbtk watak, serta peradabanbngs ygbmartabat
mencerdaskan
kehidupan
bangsa
Berkembangnya potensi tadik
Agar
mjd man yg mjd WN yg
beriman &
btqw kpd TYME
berakhlaq mulia
sehat
berilmu
cakap
kreatif
mandiri
demokratis
serta
btg jwb
bertujuan untukberfungsi
dalam rangka
Pasal 9
UURI No, 23 Tahun 2002
tentang
Perlindungan Anak
(1)Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya
PERINGATAN PEMERINTAH :
MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN
KANKER, SERANGAN JANTUNG,
IMPOTENSI, DAN GANGGUAN
KEHAMILAN DAN JANIN
Jumlah Perokok Indonesia Tertinggi Ketiga di Dunia?
, Indonesia adalah surga bagi para perokok dan
industri rokok
Indonesia masih menempati urutan ketiga di dunia
dengan jumlah perokok terbanyak setelah China dan
India.
Berdasarkan data Riskesdas (Riset kesehatan dasar)
2010 diketahui prevalensi perokok di Indonesia
mencapai 34,7 persen dengan jumlah paling tinggi
terjadi pada kelompok usia 25-64 tahun.
Jika penduduk Indonesia pada tahun 2010
mencapai 237,56 juta, itu berarti ada sekitar 82
juta penduduk yang merokok secara aktif dan
kebanyakan ada di pedesaan.
Jika dibandingkan, China adalah negara dengan
jumlah perokok terbanyak, yaitu sekitar 300 juta
penduduk.
Dan di urutan kedua India dengan sekitar 120
juta penduduk adalah perokok aktif
Dr Douglas Bettcher, Director of Tobacco Free
Initiative WHO : regulasi yang ada di Indonesia
sangat permisif bagi industri rokok. Inilah yang
menjadikan jumlah perokok di Indonesia
menempati urutan ketiga terbanyak di dunia.
pajak dan cukai rokok murah dibanding
negara lain,
sangat sedikit area bebas rokok (baru 11
daerah memiliki Perda tentang rokok),
tidak ada aturan memasang dampak
bergambar di bungkus rokok,
penjual rokok dimana-mana
dan masih banyak lagi.
hanya ada dukungan berhenti merokok
yang tersedia di beberapa klinik kesehatan,
fasilitas pelayanan primer, beberapa rumah
sakit dan di tingkat masyakarat.
Terapi dengan Pengganti Nikotin (NRTs)
dan farmakoterapi lainnya tidak tersedia.
Indonesia juga belum memiliki layanan
telepon nasional untuk berhenti merokok.
Dr Bettcher : rokok 100 persen sama
dampaknya dengan narkoba yang ilegal.
Bahkan rokok bisa lebih parah karena
tidak seperti narkoba, merokok bisa
dilakukan di hampir semua tempat dan
rokok bisa dibeli di mana saja.
"Kemana pun Anda pergi di daerah
Indonesia, Anda dengan mudah
menemukan orang yang merokok, baik
di rumah, kantor, rumah makan,
bandara, sekolah bahkan di rumah
sakit," tegas Dr Bettcher.
Perempuan Merokok Jumlahnya Sedikit Tapi Lebih Galak
Di Indonesia, laki-laki yang merokok jumlahnya
masih lebih banyak daripada perempuan. Tapi meski
sedikit, perempuan yang merokok umumnya lebih
galak dibanding laki-laki.
Lula Kamal :
"Kalau laki-laki merokok terus dipelototin ibu-ibu,
rokoknya langsung dimatikan. Kalau perempuan
yang merokok lalu dipelototin, biasanya malah
lebih galak 'ape loe' misalnya begitu,"
Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Rahayu
Sedyaningsih : jumlah perempuan yang merokok tidak
terlalu banyak. Dari 10 perempuan Indonesia,
diperkirakan hanya 1 yang merokok.
Dari 10 pria di Indonesia, diperkirakan ada sekitar
6-7 orang yang merokok.
Ada perubahan dalam cara pandang masyarakat.
Jika dulu perempuan merokok stigmanya negatif,
kini rokok malah dianggap bisa menjaga tubuh
perempuan tetap langsing karena jadi tidak doyan
makan.
Padahal jika tujuannya adalah menjaga penampilan,
rokok sama sekali bukan pilihan tepat. Ketika
mengenai wajah, asap rokok justru menyebabkan
kulit kering dan kusam dan pada akhirnya
mempercepat timbulnya keriput.
Menghentikan kebiasaan merokok bukan
perkara mudah jika sudah ketagihan, sehingga
lebih baik tidak pernah mencobanya.
Dibandingkan laki-laki, rata-rata perempuan
lebih sulit untuk berhenti merokok meski
kadang motivasinya lebih kuat.
Sebuah penelitian terbaru di Inggris
menunjukkan, perempuan yang merokok
umumnya sukses menghentikan kebiasaannya
saat mengetahui dirinya hamil. Namun tak
seberapa lama setelah melahirkan, sebagian
akan kembali menghisap rokok seperti semula.
3 dari 10 anak sekolah sudah merokok sejak
usia di bawah 10 tahun, artinya anak-anak sudah
mengenal rokok pada usia yang terlalu dini.
Untuk melindungi masa depan generasi muda
imbauan dan ajakan untuk berhenti merokok saja
tidak cukup. Perlu aturan yang tegas, agar jumlah
anak-anak yang terpapar rokok bisa ditekan.
Lebih dari 43 juta anak Indonesia tinggal
serumah dengan perokok. Ini berarti sekitar 6 dari
10 anak usia sekolah telah terpapar asap rokok
baik sebagai perokok aktif maupun pasif.
Banyak Keluarga Miskin Memilih Membeli Rokok Daripada Telur untuk peningkatan gizi keluarga, khususnya gizi anak
Ada data yang mengatakan rata-rata
pengeluaran rumah tangga miskin untuk beli
rokok jauh lebih tinggi dibandingkan untuk
belanja bahan makanan
Iklan Rokok
ada 2 undang-undang yang masih membolehkan
adanya iklan tentang rokok asalkan dalam iklan tersebut
tidak ada wujud rokoknya, yaitu undang-undang tentang
penyiaran dan pers.
Perlu mengendalikan terlebih dahulu iklan
rokok. Tujuannya adalah untuk mencegah anak-
anak muda yang masih belum tahu banyak
mengenai rokok terpapar oleh iklan rokok yang
berlebihan.
Upaya lain yang dikendalikan termasuk dalam
hal sponsorship perusahaan rokok untuk event
(acara) tertentu atau program csrnya agar tidak
mengiklankan peristiwa tersebut, serta
melakukan pembatasan terhadap iklan rokok di
bilboard
Perokok Itu Tidak Keren
Siapa bilang orang yang merokok itu keren? Rokok
tidaklah sekeren iklan atau saat Anda memegangnya
dengan dua buah jari. Bahaya rokok bahkan bisa
merusak penampilan dan membuat Anda menjadi tidak
keren.
Hak Anak
Melalui Sidang Ke-56 WHO, 192 negara
anggotanya telah mengadopsi Kerangka Kerja
Konvensi Pengendalian Tembakau (Framework
Convention on Tobacco Control/FCTC) untuk
melindungi generasi muda dari kerusakan
kesehatan dan asap tembakau. Pasal 13 FCTC
mensyaratkan negara anggota untuk
melaksanakan larangan total terhadap segala
jenis iklan, pemberian sponsor dan promosi
produk tembakau, baik secara langsung maupun
tidak dalam kurun waktu lima tahun setelah
meratifikasi konvensi.
Sayang, Indonesia merupakan satu-satunya
negara di Asia Pasifik yang belum meratifikasi
konvensi ini dan belum memiliki undang-undang
yang mengatur dampak bahaya tembakau,
sementara Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2002 tentang Penyiaran tetap mengizinkan iklan
rokok di media elektronik dengan berbagai
bentuknya.
Siswa Merokok di Antrian Wahana Dufan,
Mendesaknya Pendidikan Karakter
Paling tidak ada 3 penampakan yang mendesak
perlunya pendidikan karakter difokuskan.
Pertama, hilangnya sikap santun di tengah
keramaian. Sepanjang antrian itu, beberapa
kelompok siswa bercanda dengan saling
memukul kepala sambil mengumpat dan tertawa
sesukanya. Tidak sedikitpun mereka segan
dengan keberadaan orang-orang yang jauh lebih
dewasa di sekitar mereka. Mereka tidak
menempatkan diri dengan benar ketika berada di
tempat umum, tidak mau peduli apakah sikap
mereka telah mengganggu kenyamanan orang
lain.
Kedua, tidak tertib mengantri. Selama 1 jam
dalam antrian, saya menyaksikan beberapa
siswa memotong antrian. Beberapa dari mereka,
meskipun tidak memotong antrian terlihat
mengguman dan mengumpat. Terlihat kalau
budaya tertib tidak terbiasa mereka lakukan.
Segala sesuatu mau yang cepat tapi tidak peduli
apakah cara memperolehnya dilakukan dengan
benar
Ketiga, meskipun tulisan “area bebas asap rokok”
terpampang di depan, tidak sedikit dari mereka
yang seenaknya menghisap rokok dan
mengepulkan asapnyanya di tengah antrian.
Beberapa wanita dewasa yang merasa terganggu
dengan menunjukkan ekspresi tubuhpun tidak
membuat mereka sadar lalu berhenti merokok.
Antrian yang sesak itu pun makin sesak dengan
kepulan asap rokok siswa-siswa itu dari ujung
hingga ujung antrian.
Menerapkan pendidikan karakter hanya dalam
lingkungan sekolah dan rumah saja agak sulit
terlihat hasilnya.
Masyarakat seharusnya terlibat aktif karena
lingkungan di luar sekolah dan rumah merupakan
lingkungan penampakan karakter keseharian
siswa.
Di sekolah dan rumah, siswa cenderung tidak
menampakkan sikap negatifnya.
Fungsi kontrol, meskipun tidak sempurna,
paling tidak telah dilakukan oleh guru dengan
menasehati siswa yang berlaku buruk di sekolah,
demikian juga orang tua di rumah.
Di tempat umum, apalagi di tempat wisata,
kebanyakan orang dewasa acuh tak acuh ketika
melihat remaja menunjukkan sikap tak baik.
Dengan demikian, secara tidak langsung, kita
menyetujui apa yang mereka lakukan.
Banyak orang yang terganggu dengan kepulan
asap rokok mereka di tengah keramaian, tetapi
hanya sedikit yang mau menegur dan
menasehati.
Meskipun akan ada respon tak baik dari
mereka, tapi dengan menegur dan menasehati,
kita sedang menunjukkan bahwa kita tidak
senang dengan prilaku buruk yang mereka
tunjukkan.
Jika ini secara serempak dilakukan masyarakat
dimanapun berada, minimal kita telah turut
menjalankan fungsi kontrol bagi pendidikan
karakter yang mulai diterapkan di sekolah dan
rumah.
Jadi, mulailah untuk sedikit peduli dengan
rusaknya karakter remaja kita, jangan hanya
mengeluh. Tegurlah anak-anak remaja yang kita
lihat berlaku buruk di lingkungan masyarakat.
Menegur berarti sedang mendidik mereka supaya
lebih baik.
Ketika kita semua tahu bahwa rokok ialah zat adiktif dan
merupakan salah satu pembunuh hak hidup anak,
pemerintah tampaknya belum tegas dalam melindungi
anak dari bahaya tembakau. Padahal UU No 23/2002
tentang Perlindungan Anak menyatakan, pemerintah
wajib dan bertanggung jawab untuk memberikan
perlindungan khusus kepada anak termasuk yang
menjadi korban zat adiktif (Pasal 59). Pasal 89 Ayat 2
menegaskan, "Setiap orang yang dengan sengaja
menempatkan, membiarkan, menyuruh melibatkan anak
dalam penyalahgunaan, produksi atau distribusi alkohol
dan zat adiktif lainnya dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun...."
MEMANFAATKAN
KELOMPOK/ORGANISASI
YANG ADA
MEMANFAATKAN
KELOMPOK/ORGANISASI
YANG ADA
Kelompok Sebaya
Satu kelompok t.d. 10-15 orang
Berefek bola salju, artinya jumlah anggota kelompok akan berkembang dan membentuk kelompok baru sesuai kebutuhan
Rentang usia anggota dalam satu kelompok tidak terlalu jauh
kelompok dimotivasi agar memiliki minat dan kepedulian dalam penanggulangan rokok
Tunjuk inisiator
Memiliki rasa peduli
Menguasai materi/substansi
Mampu menggerakan pemuda sebaya
Terampil berkomunikasi dan kerja sama
Memiliki keyakinan diri yang mantap
tentang rencana yang akan dilakukan
Dapat menghargai sifat, pandangan, dan
reaksi orang lain
Dapat menerima perbedaan yang munkin
terjadi dengan dan antaf anggota KPS
Kriteria inisiator
Fungsi Kelompok Sebaya
Sebagai pusat jaringan komunikasi siswa
tentang penanggulangan merokok
Sebagai tempat koordinasi dan
konsultasi dengan tokoh
siswa/guru/komite sekolah tentang
pencegahan perilaku/kebiasaan merokok
Sebagai alternatif kegiatan pencegahan
perilaku merokok
Ruang lingkup aktivitasKelompok Sebaya
Bersifat kreatif dan produktif
Bersifat konseling terpadu
Bersifat pelayanan
Melakukan koordinasi dengan berbagai
pihak yang terkait
Melakukan pendataan kelompok sasaran
dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan
Melakukan berbagai inisiatif sehingga
terbentuk kelompok sebaya adaptif dan
mandiri
Memberi rujukan bagi pengguna / mantan
pengguna untuk bantuan lebih lanjut
Melakukan pendampingan dalam proses
saling memberajarkan
Tugas inisiator
Peran Kelompok Sebaya
Sbg wadah
Sbg penggerak/
motivator
Peranan yg bersifat preventif
Prinsip dasar pendidikan sebaya
Dari mereka untuk mereka
Ada kepercayaan
Tidak ada budaya “ewuh-pekewuh”
Pembekalan ketua “geng” sangat menentukan
Menghindari intervensi orang dewasa
Kriteria pendidik sebaya
Mampu berkomunikasi dan mempengaruhi orang lain
Mempunyai hubungan pribadi yang baik dan dapat berempati
Memiliki kepedulian terhadap masalah narkoba
Percaya diri
Memiliki waktu dan sumber daya
Strategi pendidik sebaya
Pesan harus jelas dan tidak bertele-tele
Anjuran harus konkrit dan mudah dilakulan
Ciptakan komunikasi dua arah
Pilih tempat yang jauh dari kegaduhan
Peka terhadap sesama dan dapat meraba-rasakan permasalahan yang ada di kelompok