1
Diuretik hemat kalium Spinorolakton Mekanisme kerja : mekanisme kerja antagonis aldosteron adalah penghambat kompetitif terhadap aldosteron. Ini terbukti dari kenyataan bahwa obat ini hanya efektif bila terdapat aldosteron baik endogen ataupun eksogen dalam tubuh dan efeknya dapat dihilangkan dengan meninggikan kadar aldosteron. Jadi dengan pemberian antagonis aldosteron, reabsorpsi Na + di tubuli distal dan duktus kolingentes dikurangi, dengan demekian ekskresi K + juga berkurang. Menghambat reabsorpsi Na + - Cl - di tubuli distal dan duktus kolingentes dengan cara menghambat aldosteron secara kompetitif. Farmakokinetik : tujuh puluh persen spinorolakton oral diserap di saluran cerna, mengalami sirkulasi enterohepatik dan metabolisme lintas pertama. Ikatan dengan protein cukup tinggi. Metabolit utamanya, kanrenon, memperlihatkan aktivitas biologik spinorolakton. Kanrenon mengalami interkonversi enzimatik menjadi kanrenoat yang tidak aktif. Efek samping : efek toksik yang utama dari spinorolakton adalah hiperkalemia yang sering terjadi bila obat ini diberikan bersama dengan tiazid pada penderita dengan ganguan fungsi ginjal yang berat. Efek samping lain yang lain yang ringan dan reversibel diantaranya ginekomastia, efek samping mirip androgen dan gejala saluran cerna. Kontraindikasi : Insufisiensi ginjal akut, kerusakan ginjal, anuria (tidak dibentuknya kemih oleh ginjal), hiperkalemia (kadar Kalium dalam darah di atas normal).

Diuretik hemat kalium

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Diuretik hemat kalium

Diuretik hemat kalium

Spinorolakton

Mekanisme kerja : mekanisme kerja antagonis aldosteron adalah penghambat kompetitif terhadap aldosteron. Ini terbukti dari kenyataan bahwa obat ini hanya efektif bila terdapat aldosteron baik endogen ataupun eksogen dalam tubuh dan efeknya dapat dihilangkan dengan meninggikan kadar aldosteron. Jadi dengan pemberian antagonis aldosteron, reabsorpsi Na+ di tubuli distal dan duktus kolingentes dikurangi, dengan demekian ekskresi K+ juga berkurang. Menghambat reabsorpsi Na+ - Cl- di tubuli distal dan duktus kolingentes dengan cara menghambat aldosteron secara kompetitif.

Farmakokinetik : tujuh puluh persen spinorolakton oral diserap di saluran cerna, mengalami sirkulasi enterohepatik dan metabolisme lintas pertama. Ikatan dengan protein cukup tinggi. Metabolit utamanya, kanrenon, memperlihatkan aktivitas biologik spinorolakton. Kanrenon mengalami interkonversi enzimatik menjadi kanrenoat yang tidak aktif.

Efek samping : efek toksik yang utama dari spinorolakton adalah hiperkalemia yang sering terjadi bila obat ini diberikan bersama dengan tiazid pada penderita dengan ganguan fungsi ginjal yang berat. Efek samping lain yang lain yang ringan dan reversibel diantaranya ginekomastia, efek samping mirip androgen dan gejala saluran cerna.

Kontraindikasi : Insufisiensi ginjal akut, kerusakan ginjal, anuria (tidak dibentuknya kemih oleh ginjal), hiperkalemia (kadar Kalium dalam darah di atas normal).