136
DIVERSITAS SERANGGA TANAH DI TAMAN WISATA ALAM PUNTI KAYU PALEMBANG DAN KONTRIBUSINYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI KELAS X SMA/MA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Umi Kulsum NIM. 14222185 Program Studi Pendidikan Biologi FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2018

DIVERSITAS SERANGGA TANAH DI TAMAN WISATA ...repository.radenfatah.ac.id/3213/1/UMI KULSUM (14222185).pdfyang signifikan dan masih ditolerir untuk kehidupan serangga tanah. stasiun

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • DIVERSITAS SERANGGA TANAH DI TAMAN WISATA

    ALAM PUNTI KAYU PALEMBANG DAN

    KONTRIBUSINYA SEBAGAI MEDIA

    PEMBELAJARAN PADA MATERI

    KEANEKARAGAMAN HAYATI

    KELAS X SMA/MA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan (S.Pd)

    Oleh:

    Umi Kulsum

    NIM. 14222185

    Program Studi Pendidikan Biologi

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH

    PALEMBANG

    2018

  • HALAMAN PERSEMBAHAN

    Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

    karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana pada

    Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah

    Palembang.

    Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih

    kepada Ibu Dr. Yuniar, M.Pd.I, sebagai Dosen Pembimbing I. Terima kasih

    kepada Bapak Rian Oktiansyah, M.Si., sebagai Dosen Pembimbing II yang telah

    memberikan dukungan dan arahan selama penulisan skripsi ini.

    Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Kasinyo

    Harto, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden

    Fatah. Terimakasih kepada Ibu Dr. Indah Wigati, M.Pd, selaku Ketua Program

    Studi Pendidikan Biologi, dan Staf Tata Usaha Program Studi Pendidikan Biologi

    dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan kemudahan

    administrasi selama penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis

    sampaikan kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan

    Biologi yang telah membekali penulis dengan ilmu dan keterampilan.

    Penulis sangat berterimakasih kepada kedua orang tuaku, yang tiada pernah

    hentinya memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta

    pengorbanan yang tak tergantikan dengan ikhlas mengorbankan segala perasaan

    tanpa kenal lelah dan berjuang separuh nyawa hingga segalanya yang membuatku

    menjadi pribadi kuat dalam menjalani setiap rintangan didepanku.

    Palembang, Desember 2018

    Penulis

    Umi Kulsum

    NIM. 14 222 185

  • MOTTO

    Keberhasilan dalam menggapai cita-cita dan tujuan hidup

    bergantung pada usaha yang kita lakukan. Maka, lakukan

    lebih untuk mencapainya !

    -Senior Nawawi-

  • SURAT PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Umi Kulsum

    Tempat dan Tanggal Lahir : Musi Banyuasin, 01 September 1995

    Program Studi : Pendidikan Biologi

    NIM : 14 222 185

    Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

    1. Seluruh data, informasi, interpretasi, serta pernyataan dalam

    pembahasan dan kesimpulan yang disajikan dalam karya ilmiah ini, kecuali

    yang disebutkan sumbernya adalah merupakan hasil pengamatan, penelitian,

    pengolahan, serta pemikiran saya dengan pengarahan dari para pembimbing

    yang ditetapkan.

    2. Karya ilmiah yang saya tulis ini adalah asli dan belum pernah

    diajukan untuk mendapat gelar akademik, baik di Universitas Islam Negeri

    Raden Fatah maupun perguruan tinggi lainnya.

    Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian

    hari ditemukan adanya bukti ketidakbenaran dalam pernyataan di atas, maka saya

    bersedia menerima sanksi akademis berupa pembatalan gelar yang saya peroleh

    melalui pengajuan karya ilmiah ini.

    Palembang, Desember 2018

    Yang Membuat Pernyataan

    Umi Kulsum

    NIM. 14 222 185

  • ABSTRACT

    Soil insects play an important role in the ecosystem, namely in the process of

    weathering organic matter and its existence and activities have a positive effect on

    the physical chemistry of the soil. The presence of soil insects can be used as an

    indicator of ecosystem balance. This research was carried out in the Punti Kayu

    Nature Tourism Park Palembang by dividing it into two stations. Station I as

    homogeneous vegetation and station II as heterogeneous vegetation. Collecting

    soil insect specimens was carried out using pitfall traps and soil and leaf litter

    sieving methods. Soil insects found in the Punti Kayu Palembang Nature Park

    consist of 6 orders of 10 families, 16 genera and 17 species. Soil insect diversity

    in Punti Kayu Palembang Nature Park at station I is 1.38 and belongs to the

    category of moderate species diversity. While at station II is 2.06 and includes

    medium species diversity. Simpson dominance index station I value is 0.28 and

    station II is 0.21. The evenness index value at station I is 0.49 and station II is

    0.68. Sorenson's similarity index between the two stations is 90%, meaning that it

    has a high level of similarity because the two stations are close together. The

    environmental factors of each station have no significant difference and are still

    tolerated for the life of soil insects. station I has a pH of 6.2; temperature of 30.6%

    and humidity of 65%. While at station II it has a pH of 6.3; temperature of 27%

    and humidity of 76%. Based on the results of PCA (Principal Component

    Analysis) analysis at station I tend to be influenced by environmental factors

    temperature and station II tend to be influenced by humidity environmental

    factors.

    Keywords: Diversity; Insect; Soil Insects

  • ABSTRAK

    Serangga tanah berperan penting dalam ekosistem yaitu dalam proses pelapukan

    bahan organik dan keberadaan serta aktivitasnya berpengaruh positif terhadap

    sifat kimia fisik tanah. Kehadiran serangga tanah dapat dijadikan sebagai

    indikator keseimbangan ekosistem. Penelitian ini dilaksanakan di Taman Wisata

    Alam Punti Kayu palembang dengan membagi menjadi dua stasiun. Stasiun I

    sebagai vegetasi homogen dan stasiun II sebagai vegetasi heterogen. Pengambilan

    spesimen serangga tanah dilakukan dengan metode perangkap jebak (pitfall trap)

    dan metode soil and leaf litter sieving. Serangga tanah yang ditemukan di Taman

    Wisata Alam Punti Kayu Palembang terdiri dari 6 ordo 10 famili 16 genus dan 17

    spesies. Keanekaragaman serangga tanah di Taman Wisata Alam Punti Kayu

    Palembang pada stasiun I yaitu 1,38 dan termasuk kategori keanekaragaman jenis

    sedang. Sementara pada stasiun II yaitu 2,06 dan termasuk keanekaragaman jenis

    sedang. Nilai indeks dominansi simpson stasiun I sebesar 0,28 dan stasiun II

    sebesar 0,21. Nilai indeks kemerataan jenis pada stasiun I sebesar 0,49 dan stasiun

    II sebesar 0,68. Indeks kesamaan sorenson antara kedua stasiun sebesar 90%,

    artinya memiliki tingkat kesamaan yang tinggi karena kedua stasiun ini

    berdekatan. Faktor lingkungan masing-masing stasiun tidak memiliki perbedaan

    yang signifikan dan masih ditolerir untuk kehidupan serangga tanah. stasiun I

    memiliki pH 6,2; suhu 30,6% dan kelembaban 65%. Sementara pada stasiun II

    memiliki pH 6,3; suhu 27% dan kelembaban 76%. Berdasarkan hasil analisis PCA

    (Principal Component Analysis) pada stasiun I cenderung dipengaruhi oleh faktor

    lingkungan suhu dan stasiun II cenderung dipengaruhi oleh faktor lingkungan

    kelembaban.

    Kata Kunci : Keanekaragaman; Serangga; Serangga Tanah

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

    akhirnya Skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik tepat pada waktunya.

    Skripsi yang Penulis buat dengan Diversitas Serangga Tanah di Taman Wisata

    Alam Punti Kayu Palembang dan Kontribusinya sebagai Media Pembelajaran

    pada Materi Keanekaragaman Hayati Kelas X SMA/MA, dibuat sebagai salah

    satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Biologi

    Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.

    Tidak lupa Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan

    selama penyusunan Skripsi ini kepada:

    1. Prof. Drs. H. Muhammad Sirozi, MA.Ph.D., selaku Rektor UIN Raden Fatah

    Palembang.

    2. Prof. Dr. Kasinyo Harto, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan UIN Raden Fatah Palembang.

    3. Dr. Indah Wigati, M.Pd., selaku Ketua Prodi Program Studi Pendidikan

    Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang.

    4. Dr. Yuniar, M.Pd.I., sebagai Dosen Pembimbing I, Rian Oktiansyah, M.Si.,

    sebagai Dosen Pembimbing II yang selalu tulus dan ikhlas untuk

    membimbing dalam penulisan dan penyelesaian skripsi ini.

    5. Dr. Irham Falahudin M.Si., beserta Awalul Fatiqin, M.Si., sebagai Dosen

    Penguji Skripsi, yang telah memberikan saran dan masukkan dalam

    penyempurnaan skripsi ini.

    6. Bapak/Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah

    Palembang yang telah sabar mengajar dan memberikan ilmu selama saya

    kuliah di UIN Raden Fatah Palembang.

    7. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Sumatera Selatan yang telah

    membiayai perkuliahan saya hingga selesai.

    8. Mama Mimi (Orangtua) tercinta yang sungguh luar biasa dalam segala hal

    termasuk cinta dan kasih sayang yang diberikan kepada Saya

    9. Kakak Saya (Angamad, Angiri, Angasing dan Angamin) dan adik saya

    (Hasan) yang selalu memberikan motivasi dan semangat dalam pendidikan

    saya.

  • 10. Sahdan, Umi Qosyatun, Umi Julaikah, Sely Marselina, Yuk Ani, Lidia dan

    Badaria yang telah membantu proses penelitian selama di Punti Kayu

    Palembang.

    11. Rolla, Devita & Sahdan (Squad Punti Kayu) kerja sama team yang baik.

    12. Motivasi dan dukungan semangat sahabat Biologi 5

    13. Dukungan dan semangat senior terbaik Ahmad Nawawi yang telah

    membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

    14. Pinksweet (laptop).

    Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini masih memiliki banyak

    kekurangan, karennya Penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya

    membangun agar dapat digunakan demi perbaikan Skripsi ini nantinya. Penulis

    juga berharap agar Skripsi ini akan memberikan banyak manfaat bagi yang

    membacanya.

    Palembang, Desember 2018

    Penulis

    Umi Kulsum

    NIM. 14 222 185

  • DAFTAR ISI

    Halaman Judul .......................................................................................................... i

    Halaman Pengesahan .............................................................................................. ii

    Halaman Persetujuan .............................................................................................. iii

    Halaman Persembahan ........................................................................................... iv

    Halaman Motto......................................................................................................... v

    Halaman Pernyataan............................................................................................... vi

    Abstract ................................................................................................................. vii

    Abstrak ................................................................................................................ viii

    Kata Pengantar ....................................................................................................... ix

    Daftar Isi................................................................................................................. xi

    Daftar Tabel ......................................................................................................... xiii

    Daftar Gambar ...................................................................................................... xiv

    Daftar Lampiran ..................................................................................................... xv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah .................................................................................... 6

    C. Batasan Masalah ...................................................................................... 7

    D. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7

    E. Manfaat Penelitian ................................................................................... 8

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A. Diversitas ................................................................................................. 9

    B. Ekologi Serangga Tanah .......................................................................... 9

    C. Deskripsi Serangga Tanah ..................................................................... 10

    D. Morfologi Serangga Tanah .................................................................... 11

    E. Klasifikasi Serangga Tanah ................................................................... 17

    F. Peranan Serangga Tanah ........................................................................ 27

    G.Pemanfaatan Insektarium sebagai Media Pembelajaran........................27

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Waktu dan Tempat ................................................................................ 29

    B. Gambaran Lokasi Penelitian .................................................................. 29

    C. Alat dan Bahan ...................................................................................... 29

    D. Metodologi Penelitian ........................................................................... 30

    E. Prosedur Kerja Penelitian ...................................................................... 31

    1. ................................................................................................... Observasi Lapangan .......................................................................... 31

    2. ................................................................................................... Menentukan Wilayah Sampling ......................................................... 32

    3. ................................................................................................... Teknik Pengambilan Sampel ............................................................ 32

    4. ................................................................................................... Identifikasi Spesimen ..................................................................... 34

    5. ................................................................................................... Koleksi Spesimen Serangga Tanah ................................................... 34

  • 6. ................................................................................................... Teknik Analisis Data ....................................................................... 35

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil ...................................................................................................... 39

    B. Pembahasan ........................................................................................... 40

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan ............................................................................................... 76 B. saran ....................................................................................................... 77

    DAFTAR PUSTAKA

    Lampiran

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Spesies serangga tanah yang terdapat di Taman Wisata Alam Punti Kayu

    Palembang ................................................................................................ 39

    Tabel 2. Hasil Pengukuran faktor lingkungan di Taman Wisata Alam Punti Kayu

    Palembang ............................................................................................... 70

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Diagram Tubuh Serangga..................................................................... 12

    Gambar 2. Posisi Kepala Serangga Berdasarkan Letak Alat Mulut ...................... 13

    Gambar 3. Ordo Orthoptera ................................................................................... 18

    Gambar 4. Ordo Isoptera ........................................................................................ 19

    Gambar 5. Ordo Hemiptera .................................................................................... 19

    Gambar 6. Ordo Homoptera ................................................................................... 20

    Gambar 7. Ordo Neuroptera ................................................................................... 21

    Gambar 8. Ordo Coleoptera ................................................................................... 21

    Gambar 9. Ordo Lepidoptera ................................................................................. 22

    Gambar 10. Ordo Hymenoptera ............................................................................. 23

    Gambar 11. Ordo Collembola ................................................................................ 23

    Gambar 12. Ordo Diplura ...................................................................................... 24

    Gambar 13. Ordo Tysanoptera ............................................................................... 25

    Gambar 14. Ordo Dermaptera ................................................................................ 25

    Gambar 15. Ordo Diptera ....................................................................................... 26

    Gambar 16 Lokasi Penelitian Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang ........ 29

    Gambar 17. Pitfall Trap.......................................................................................... 30

    Gambar 18. Metode Sampling ............................................................................... 33

    Gambar 19. Macrotermes gilvus Hagen................................................................. 40

    Gambar 20. Coptotermes curvignatus Holmgren .................................................. 41

    Gambar 21. Ctenicera pectinocornis Linnaeus ...................................................... 43

    Gambar 22. Chrysolina haemoptera Linnaeus ...................................................... 44

    Gambar 23. Allonemobius fasciatus De Geer ........................................................ 45

    Gambar 24. Cryptocercus graciai Smith ............................................................... 46

    Gambar 25. Blatta orientalis Linnaeus .................................................................. 48

    Gambar 26. Blatella germanica Linnaeus ............................................................. 49

    Gambar 27. Forficula auricularia Linnaeus .......................................................... 50

    Gambar 28. Polyrhachis dives Smith ..................................................................... 51

    Gambar 29. Polyrhachis hector Smith ................................................................... 53

    Gambar 30. Odontoponera denticulata Smith ....................................................... 54

    Gambar 31. Tetraponera rufonigra Jerdon ............................................................ 55

    Gambar 32. Anoplolepis gracillipes Smith ............................................................ 57

    Gambar 33. Camponatus ligniperdus Latreille ...................................................... 58

    Gambar 34. Platythyrea punctata Smith ................................................................ 59

    Gambar 35. Odontomachus baury Emery .............................................................. 60

    Gambar 36. Hasil Analisi PCA tentang hubungan jumlah individu spesies dengan

    faktor lingkungan ................................................................................ 72

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Dokumentasi Peneletian ................................................................... 83

    Lampiran 2. Kunci Determinasi. .......................................................................... 85

    Lampiran 3. Perhitungan Nilai Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR), Kepadatan

    (K), Kepadatan Relatif (KR) dan Indeks Nilai Penting (INP)

    Serangga tanah di TWA Punti Kayu Palembang di Stasiun I ........... 92

    Lampiran 4. Perhitungan Nilai Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR), Kepadatan

    (K), Kepadatan Relatif (KR) dan Indeks Nilai Penting (INP)

    Serangga tanah di TWA Punti Kayu Palembang di Stasiun II ......... 94

    Lampiran 5. Perhitungan Indeks Keanekaragaman Shanon-Weinner (H‟) di

    Stasiun I ............................................................................................ 96

    Lampiran 6. Perhitungan Indeks Keanekaragaman Shanon-Weinner (H‟) di

    Stasiun II ........................................................................................... 97

    Lampiran 7. Nilai Indeks Kesamaan/Similaritas (Sorenson) ................................ 40

    Lampiran 8. Perhitungan Indeks Kemerataan Jenis Serangga Tanah (Evennes) di

    Stasiun I ............................................................................................ 99

    Lampiran 9. Perhitungan Indeks Kemerataan Jenis Serangga Tanah (Evennes) di

    Stasiun I ......................................................................................... 100

    Lampiran 10. Perhitungan Indeks Dominansi Simpson (C) di Stasiun I ............. 102

    Lampiran 11. Perhitungan Indeks Dominansi Simpson (C) di Stasiun II ............ 103

    Lampiran 12. Hasil Perhitungan Analisis PCA .................................................. 104

    Lampiran 13. Silabus .......................................................................................... 108

    Lampiran 14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ................................... 111

    Lampiran 15. Kartu Tanda Mahasiswa (KTM).................................................... 123

    Lampiran 16. Bukti Pembayaran Terakhir .......................................................... 124

    Lampiran 17. Surat Keterangan Penunjukan Dosen Pembimbing ....................... 125

    Lampiran 18. Surat Keterangan Penunjukan Dosen Penguji Seminar Proposal .. 126

    Lampiran 19.Surat Keterangan Izin Penelitian di TWA Punti Kayu Palembang 127

    Lampiran 20.Surat Pernyatan ............................................................................... 128

    Lampiran 21.Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI) ...................... 129

    Lampiran 22.Surat Keterangan Izin Penelitian di Laboratorium Biologi FITK .. 130

    Lampiran 23.Surat Balasan Penelitian ................................................................. 131

    Lampiran 24.Lembar Validasi RPP ..................................................................... 132

    Lampiran 25.Lembar Validasi Media Pembelajaran ........................................... 133

    Lampiran 26. Surat Keterangan Penunjukan Dosen Penguji Seminar Hasil ....... 134

    Lampiran 27. Surat Keterangan Bebas Laboratorium.......................................... 135

    Lampiran 28. Surat Keterangan Hafalan Juz Amma ........................................... 136

    Lampiran 29. Surat Keterangan Lulus TOEFL .................................................... 137

    Lampiran 30. Surat Keterangan Lulus Ujian Komprehensif ............................... 138

    Lampiran 31. Nilai Komprehensif ....................................................................... 139

    Lampiran 32. Sertifikat KKN ............................................................................... 140

    Lampiran 33. Sertifikat BTA ............................................................................... 141

    Lampiran 34. Sertifikat PUSKOM ....................................................................... 142

    Lampiran 35. Surat Keterangan Lulus Ujian Skripsi ........................................... 143

    Lampiran 36. Transkrip Nilai Terakhir ................................................................ 144

    Lampiran 37. Ijazah ............................................................................................. 146

    Lampiran 38. Sertifikat Ospek ............................................................................. 147

  • Lampiran 39. Surat Persetujuan ACC Jilid .......................................................... 148

    Lampiran 40. Kartu Bimbingan Skripsi ............................................................... 149

    Lampiran 41. Kartu Revisi Skripsi....................................................................... 157

    Lampiran 42. Riwayat Hidup ............................................................................... 158

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Keanekaragaman adalah gabungan antara jumlah spesies dan jumlah

    individu masing-masing jenis dalam suatu komunitas (Soeriaatmadja, 1991).

    Contoh keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman spesies, yang biasanya

    digunakan untuk menggambarkan jumlah, variasi dari kumpulan organisme

    yang hidup di area atau ruang yang ditentukan (Shachak, James, Steward, &

    Avi, 2015). Keanekaragaman sumberdaya hayati di Indonesia termasuk dalam

    golongan tertinggi di dunia, jauh lebih tinggi daripada Amerika dan Afrika

    tropis, apalagi bila dibandingkan dengan daerah beriklim sedang dan dingin.

    Jenis–jenis fauna yang ada di Indonesia diperkirakan berjumlah sekitar 220.000

    jenis, yang terdiri atas ±200.000 jenis serangga (kurang dari 17% fauna

    serangga di dunia), 4000 jenis ikan, 2000 jenis burung, dan 1000 jenis reptil

    dan amphibi (Sari, 2014).

    Serangga merupakan golongan hewan yang jumlahnya melebihi hewan

    daratan lainnya. Serangga dapat ditemukan diberbagai macam tempat, seperti

    daerah persawahan, perumahan, lautan dan tanah (Fadilah & Cicilia, 2014).

    Serangga tanah berperan penting dalam ekosistem yaitu dalam proses

    pelapukan bahan organik dan keberadaan serta aktivitasnya berpengaruh positif

    terhadap sifat kimia fisik tanah. Serangga tanah akan merombak bahan organik

    kemudian melepaskan kembali ke tanah dalam bentuk bahan organik yang

    tersedia bagi tumbuh-tumbuhan hijau dan dapat dijadikan sebagai indikator

  • terhadap kesuburan tanah (Basna, Roni, & Adelfia, 2017). Selain itu, serangga

    tanah juga berperan sebagai pemakan detritus serangga dan pendaur ulang

    nutrisi yang terkandung di dalam bahan organik mati (Rohyani & Fansta,

    2013).

    Serangga tanah yang berperan penting dalam proses pembentukan tanah

    adalah semut (Hymenoptera). Hewan ini mampu menghancurkan serasah atau

    materi organik dengan cara memakannya. Serangga penghuni tanah lain yang

    mempunyai peran penting adalah rayap (Isoptera), berbagai lebah penggali

    tanah (Hymenoptera), kumbang (Coleoptera) dan lalat (Diptera) dan beberapa

    aphid (Homoptera) (Borror, Triplehorn, & Johnson, 1992). Kehadiran serangga

    tanah dapat dijadikan sebagai indikator keseimbangan ekosistem. Artinya

    apabila dalam ekosistem tersebut diversitas serangga tinggi maka dapat

    dikatakan lingkungan ekosistem tersebut seimbang atau stabil. Diversitas

    serangga tanah yang tinggi akan menyebabkan proses jaring-jaring makanan

    berjalan secara normal. Begitu sebaliknya apabila di dalam ekosistem

    diversitas serangga rendah maka lingkungan ekosistem tersebut tidak seimbang

    dan labil (Basna, Roni, & Adelfia, 2017).

    Keanekaragaman Arthropoda di Sumatera Selatan ditemukan pada

    beberapa tipe habitat/ekosistem seperti kebun, rawa lebak, karst dan tanah.

    Selain itu juga tercatat hidup pada beberapa jenis pohon (Strategi dan Rencana

    Aksi Keanekaragaman Hayati Provinsi Sumatera Selatan/SeHati, 2017). Pada

    lahan dengan tingkat intervensi manusia yang tinggi seperti lokasi eksplorasi

    minyak bumi di Musi Banyuasin, keanekaragaman Arthropoda tanah mencapai

    52 famili dari 12 ordo (Muli, Chandra, & Suheryanto, 2015). Keanekaragaman

  • jenis Arthopoda di Kawasan Padang Bindu Kabupaten Ogan Komering Ulu

    Sumatera Selatan pada Gua Putri ditemukan sebanyak 12 jenis dan di Gua

    Selabe sebanyak 20 jenis (Kamal, Yustian, & Sri, 2011). Diversitas Arthopoda

    tanah di Kawasan Green Barrier PT. Pusri diperoleh 3 kelas, 10 ordo 28 famili

    dan 35 genera di bawah 10 vegetasi yang berbeda (Hidayat, Hilda, & Chandra,

    2016). Di lahan gambut di Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin

    ditemukan serangga Ordo Orthoptera sebanyak 93 individu, 12 spesies dan 6

    famili (Falahudin, Delima, & Indah, 2015). Berdasarkan penelitian terkait,

    belum ditemukan adanya publikasi ilmiah mengenai diversitas serangga tanah

    di Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang.

    Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang

    berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman

    wisata di Kota Palembang. Luas areal Taman Wisata Alam Punti Kayu

    Palembang dibagi kedalam tiga blok, yaitu blok perlindungan, blok

    pemanfaatan dan blok khusus. Blok perlindungan merupakan blok yang masih

    utuh atau belum dikelola dengan luas 3,9 Ha. Blok pemanfaatan merupakan

    blok yang sudah dikelola dengan banyaknya wahana kunjungan masyarakat.

    Blok pemanfaatan ini terbagi menjadi dua luasan yaitu blok pemanfaatan

    intensif dan blok pemanfaatan terbatas. Blok pemanfaatan intensif dengan

    dengan luas 16 Ha, luas blok pemanfaatan terbatas dengan luas 25 Ha. Blok

    khusus merupakan blok tempat perkantoran dan rumah dinas dengan luas 3,9

    Ha (Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA), 2003).

    Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang termasuk taman wisata yang

    ramai pengunjung atau wisatawan, khususnya wisatawan domestik, setelah

  • adanya perubahan peruntukan dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi

    taman wisata. Secara finansial semakin banyaknya tingkat kunjungan akan

    meningkatkan pendapatan pengelola, sehingga dapat meringankan biaya

    operasional. Tetapi, secara ekologis semakin banyak pengunjung dapat

    memperbesar ancaman terhadap kelestarian ekosistem kawasan termasuk

    keanekaragaman serangga tanah yang ada di lokasi tersebut. Aktivitas manusia

    yang mengakibatkan perubahan kondisi habitat bagi kehidupan serangga

    sehingga akan terganggunya populasi serangga tanah. Hal ini tercantum

    didalam al-Qur‟an surah Ar-Ruum ayat 41:

    Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

    perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka

    sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke

    jalan yang benar).”

    Ayat diatas menyiratkan bahwa kekurangan tanaman-tanaman dan buah-

    buahan adalah akibat dari maksiat yang dilakukan manusia. Abul „Aliyah

    berkata, “Barangsiapa yang durhaka kepada Allah di muka bumi, berarti ia

    telah berbuat kerusakan di bumi, karena terpeliharanya langit dan bumi,

    sejatinya dengan sebab para penghuninya selalu taat kepada Allah (Al-

    Mubarakrufi, 2016).

    Aktivitas yang dilakukan pengunjung sangat bermacam dengan adanya

    wahana-wahana yang terdapat di Taman Wisata Alam Punti Kayu. Pengunjung

    yang datang kebanyakan membawa makanan sehingga meninggalkan sampah

    yang dibuang sembarangan di areal Taman Wisata Alam Punti Kayu. Sampah

  • tersebut bukan hanya sampah organik yang mudah terurai tetapi juga sampah

    anorganik seperti plastik kemasan makanan. Selain itu, terdapatnya serasah

    (sisa vegetasi diatas lantai hutan yang sudah mengering dan berubah dari warna

    aslinya) merupakan habitat yang didekomposisi oleh serangga tanah.

    Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk

    mengkaji keanekaragaman serangga tanah yang ada di Taman Wisata Alam

    Punti Kayu Palembang, sehingga dapat membantu penyediaan data yang

    diperlukan sebagai referensi bagi pihak pengelola, dengan tersedianya data

    tersebut, diharapkan Taman Wisata Alam Punti Kayu dapat menjadi kawasan

    pemeliharaan dan perlindungan keanekaragaman hayati, khususnya

    keanekaragaman jenis flora dan fauna yang terdapat di dalamnya dan termasuk

    juga perlindungan keanekaragaman serangga tanah karena serangga tanah

    sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah di Taman Wisata Alam Punti

    Kayu tersebut. Informasi dari jenis serangga tanah tersebut dapat dijadikan

    suatu media pembelajaran dalam bentuk insektarium.

    Dalam proses pembelajaran biologi dibutuhkan adanya suatu media

    pembelajaran sebagai pendukung proses belajar yang dapat meningkatkan

    minat belajar peserta didik. Kontribusi penelitian ini dalam dunia pendidikan

    yaitu serangga tanah yang sudah diidentifikasi di Laboratorium dibuat

    insektarium yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran pada materi

    Keanekaragaman Hayati kelas X SMA/MA. Dalam Silabus Kurikulum 2013,

    materi Keanekaragaman Hayati dipelajari di kelas X semester ganjil dan

    terdapat pada KD 3.2 menganalisis data hasil observasi tentang berbagai

    tingkat keanekaragaman hayati (gen, jenis dan ekosistem) serta ancaman dan

  • pelestariannya. KD 3.4 menyajikan hasil observasi berbagai tingkat

    keanekaragaman hayati (gen, jenis dan ekosistem) di Indonesia dan usulan

    upaya pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia berdasarkan analisis

    data ancaman kelestarian berbagai keanekaragaman hewan dan tumbuhan khas

    Indonesia dalam berbagai bentuk media informasi. Dengan adanya media

    pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar

    peserta didik.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa saja jenis serangga tanah yang terdapat di Taman Wisata Alam Punti

    Kayu Palembang?

    2. Bagaimana Indeks keanekaragaman jenis (H‟), Indeks Dominansi (C),

    Indeks Kemerataan Jenis (E), Indeks Similaritas (IS) dan hubungan jumlah

    individu dengan faktor lingkungan serangga tanah yang ada di Taman

    Wisata Alam Punti Kayu Palembang?

    3. Bagaimana kontribusinya sebagai media pembelajaran terkait materi

    Keanekaragaman Hayati kelas X SMA/MA?

    C. Batasan Masalah

    Agar tidak meluas dari permasalahan yang ada, maka peneliti membatasi

    penelitian ini pada:

    1. Serangga yang diambil sebagai sampel adalah serangga stadium imago

    (dewasa).

    2. Lokasi penelitian dilakukan di blok pemanfaatan.

  • 3. Perangkap serangga menggunakan metode Pitfall trap dan soil and leaf

    Litter sieving.

    D. Tujuan Penelitian

    1. Mengetahui jenis serangga yang ditemukan di Taman Wisata Alam Punti

    Kayu Palembang

    2. Menganalisis indeks keanekaragaman jenis (H‟), Indeks Dominansi (C),

    Indeks Kemerataan Jenis (E), Indeks Similaritas (IS) dan hubungan jumlah

    individu dengan faktor lingkungan serangga tanah yang ada di Taman

    Wisata Alam Punti Kayu Palembang?

    3. Membuat Insektarium sebagai media pembelajaran pada materi

    keanekaragaman hayati kelas X SMA/MA.

    E. Manfaat Penelitian

    1. Secara teoritis

    a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang teori

    diversitas serangga

    b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi

    penelitian selanjutnya

    2. Manfaat secara praktis

    a. Bagi Sekolah: hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi

    dalam bentuk media pembelajaran insektarium dan masukan terhadap

    sekolah khususnya pada materi Keanekaragaman Hayati di kelas X

    SMA/MA

  • b. Bagi Pihak Pengelola: hasil penelitian ini diharapkan sebagai acuan

    pengambilan keputusan pengelolaan ekosistem di Taman Punti Kayu

    Palembang dan dalam upaya konservasi alam terutama dalam

    memberikan informasi dan gambaran tentang serangga tanah dan jenis

    apa saja yang terdapat di Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang.

    c. Bagi Masyarakat: dengan adanya penelitian serangga tanah, diharapkan

    dapat memberikan masukan positif bahwa serangga tanah sangat

    berperan penting bagi lingkungan.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Diversitas

    Diversitas (keanekaragaman) merupakan suatu istilah pembahasan yang

    mencakup semua bentuk kehidupan yang secara ilmiah dapat dikelompokkan

    menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan,

    spesies hewan dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi

    dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya (Magurran, 1988).

    Southwood (1978), membagi keragaman menjadi keragaman α,

    keragaman β dan keragaman γ. Keragaman α adalah keragaman spesies dalam

    suatu komunitas atau habitat. Keragaman β adalah suatu ukuran kecepatan

    perubahan spesies dari suatu habitat ke habitat lainnya. Keragaman γ adalah

    kekayaan spesies pada suatu habitat dalam satu wilayah geografi.

    Diversitas beta adalah akibat dari diversitas alpha dalam komunitas dan

    perubahan-perubahan dalam komposisi spesies dalam suatu habitat (sebagai

    akibat perbedaan spesies). Diversitas gamma tergantung pada diversitas alpha

    dalam komunitas juga diversitas beta diantara komunitas (McNaughton &

    Larry, 1998).

    B. Ekologi Serangga tanah

    Serangga merupakan kelompok hewan yang beragam. Mereka mendiami

    semua jenis habitat dan berperan dalam stabilitas teresterial dan perairan

    (Robert & Peeter, 2009). Serangga dapat dijumpai disemua daerah di atas

  • permukaan bumi. Di darat, laut dan udara dapat dijumpai serangga. Mereka

    hidup sebagai pemakan tumbuhan, serangga atau binatang lain, bahkan

    menghisap darah mamalia dan manusia. Serangga hidup berkoloni, seperti

    yang dilakukan oleh lebah, semut dan rayap (Putra, 1994).

    Kehidupan serangga tanah sangat tergantung pada habitatnya.

    Keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis serangga tanah disuatu daerah

    sangat tergantung dari faktor lingkungan, yaitu lingkungan biotik dan

    lingkungan abiotik. Faktor lingkungan abiotik yaitu faktor fisika dan kimia.

    Faktor fisika antara lain ialah suhu, kadar air, porositas dan tekstur tanah.

    Faktor kimia antara lain ialah salinitas, pH, kadar organik tanah dan unsur-

    unsur mineral tanah. Faktor lingkungan abiotik sangat menentukan struktur

    komunitas serangga tanah disuatu tempat, sedangkan faktor lingkungan biotik

    yaitu organisme lain yang juga terdapat di habitatnya seperti tumbuhan dan

    hewan lainnya (Suin, 2003).

    C. Deskripsi Serangga Tanah

    Serangga tanah adalah serangga yang hidup di tanah, baik yang hidup

    dipermukaan tanah maupun yang di dalam tanah. Tanah itu sendiri adalah

    suatu bentangan alam yang tersusun dari bahan-bahan mineral yang merupakan

    hasil proses pelapukan batu-batuan dan bahan organik yang terdiri dari

    organisme tanah dan hasil pelapukan tumbuhan dan hewan lainnya. Serangga

    tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah. Dengan demikian, kehidupan

    serangga tanah sangat ditentukan oleh faktor fisika-kimia tanah (Suin, 2003).

  • D. Morfologi Serangga Tanah

    Serangga tergolong ke dalam Filum Arthropoda (Yunani: Arthros =

    sendi/ruas; podos = kaki/tungkai), subfilum Mandibulata, kelas Insecta. Ruas-

    ruas yang membangun tubuh serangga terbagi atas tiga bagian yaitu kepala

    (caput), dada (toraks) dan perut (abdomen). Pada kepala terdapat alat-alat

    untuk memasukkan makanan atau alat mulut, mata majemuk, mata tunggal

    yang beberapa serangga tidak memilikinya, serta sepasang embelan yang

    dinamakan antena. Toraks terdiri dari tiga ruas yang berturut-turut dari depan;

    protoraks, mesorotaks dan metatoraks. Ketiga ruas toraks tersebut hampir pada

    semua serangga dewasa dan serangga muda memiliki tungkai. Sayap, bila ada

    terdapat pada mesotoraks dan metatoraks (jika sayap dua pasang) dan pada

    mesotoraks (jika sayap satu pasang). Abdomen merupakan bagian tubuh yang

    hanya sedikit mengalami perubahan dan antara lain berisi alat pencernaan

    (Jumar, 2000).

    Menurut Hadi (2009), serangga memiliki skeleton yang berada pada

    bagian luar tubuhnya (eksoskeleton). Rangka luar ini tebal dan sangat keras

    sehingga menjadi pelindung tubuh, yang sama halnya dengan kulit kita sebagai

    pelindung luar. Pada dasarnya eksoskeleton serangga tidak tumbuh terus

    menerus. Pada tahapan pertumbuhan serangga eksoskeleton tersebut harus

    ditanggalkan untuk menumbuhkan yang lebih baru dan lebih besar lagi. Putra

    (1994), menambahkan bahwa sistem kerangka yang seperti ini memberikan

    keuntungan tersendiri karena dapat melindungi tubuhnya dari pengaruh luar

    yang buruk, sekaligus sebagai tambatan otot dan jaringan tubuh yang lain.

  • Gambar 1. Diagram tubuh serangga, (a) kepala, (b) toraks, (c) abdomen, (d)

    antena, (e) mata, (f) tarsus, (g) koksa, (h) trokhanter, (i) timpanum,

    (j) spirakel, (k) femur, (l) tibia, (m) ovipositor, (n) serkus(Sumber:

    Jumar: 2000)

    1. Caput (Kepala)

    Bentuk umum kepala serangga berupa struktur seperti kotak. Pada

    kepala terdapat alat mulut, antena, mata majemuk dan mata tunggal

    (ocellus). Permukaan belakang kepala serangga sebagian besar berupa

    lubang (foramen magnum atau foramen oksipitale) dari lubang ini

    merupakan saluran urat syaraf ventral, trakea dan sistem saluran pencernaan

    (Jumar, 2000).

    Menurut Jumar (2000), posisi kepala serangga berdasarkan letak arah

    alat mulut dapat dibedakan menjadi:

    a) Hypognatus (vertikal), apabila bagian dari alat mulut mengarah ke

    bawah. Contoh belalang.

    b) Prognatus (horizontal), apabila bagian dari alat mulut mengarah ke

    depan. Contoh ordo Coleoptera.

    c) Opistognatus (oblique), apabila bagian dari alat mulut mengarah ke

    belakang. Contoh walang sangit dan ordo hemiptera.

  • Gambar 2. Posisi kepala serangga berdasarkan letak alat mulut (Sumber: Jumar

    2000).

    1) Struktur Kerangka Kepala

    Bagian kepala serangga mengalami pengerasan yang disebut

    sklerit. Sklerit dipisahkan oleh sutura. Sklerit berukuran besar terletak

    pada bagian depan kepala (frons). Terdapat labrum (bibir atas) yang

    dapat digerakkan. Gena (pipi) terletak dikedua sisi frons dibawah mata

    majemuk. Diantara gena dan pangkal mandibel terdapat sklerit

    berbentuk segitiga disebut subgena. Bagian atas kepala disebut verteks.

    Dibelakang sutura terdapat sklerit sempit disebut oksiput. Bagian

    perpanjangan oksiput disebut postgena (Jumar, 2000).

    2) Antena

    Serangga memiliki antena di atas kepala berbentuk memanjang

    seperti benang, fungsinya sebagai organ penerima rangsang. Antena

    serangga terdiri dari 3 ruas. Ruas dasar dinamakan scape. Ruas kedua

    disebut pedikel dan ruas berikutnya dinamakan flagelum(Borror,

    Triplehorn, & Johnson, 1992).

  • 3) Mata

    Mata serangga dewasa memiliki dua jenis mata, yaitu mata tunggal

    (ocellus) dan mata majemuk (facet). Mata tunggal dapat dijumpai pada

    larva, nimfa maupun pada serangga dewasa. Mata majemuk dijumpai

    pada serangga dewasa dan biasanya berjumlah sepasang dengan letak

    pada masing-masing sisi kepala dan posisinya sedikit menonjol keluar,

    sehingga mata majemuk mampu menampung pandangan dari segala

    arah. Mata majemuk terdiri atas ommatidia (satuan individual) (Jumar,

    2000).

    4) Alat mulut

    Bagian-bagian alat mulut serangga secara umum terdiri atas

    labrum, sepasang mandibel, sepasang maksila dan sebuah labium serta

    hipofaring (Jumar, 2000). Labrum atau bibir atas adalah gelambir seperti

    sayap yang lebar yang terletak dibawah klipeus pada sisi anterior kepala,

    didepan bagian-bagian mulut lain. Mandibel adalah rahang-rahang

    berpasangan tidak beruas, terletak dibelakang labrum. Maksilae adalah

    struktur yang berpasangan terletak dibelakang mandibel, beruas dan

    mengandung organ perasa yaitu palpus maksila(Borror, Triplehorn, &

    Johnson, 1992).

    Pada dasarnya alat mulut serangga dapat digolongkan menjadi;

    menggigit-mengunyah, seperti pada ordo Orhoptera, Coleptera, Isoptera

    dan larva atau ulat; menusuk-menghisap seperti pada Ordo Homoptera

    dan Hemiptera; menghisap, seperti pada ordo Lepidoptera (imagonya);

    dan menjilat-menghisap seperti pada ordo Diptera (Jumar, 2000).

  • 2. Toraks

    Toraks merupakan bagian (tagma) kedua dari tubuh serangga yang

    dihubungkan dengan kepala oleh semacam leher yang disebut serviks.

    Toraks terdiri atas 3 segmen yaitu protoraks, mesotoraks dan metatoraks.

    Pada tiap-tiap ruas toraks terdapat satu pasang tungkai. Pada dasarnya tiap

    ruas toraks dibagi menjadi bagian dorsal disebut tergum atau natum, bagian

    ventral disebut sternum dan bagian lateral disebut pleuron (Jumar, 2000).

    a) Tungkai

    Tungkai atau kaki merupakan salah satu embelan pada toraks serangga

    selain sayap. Tungkai serangga terdiri atas beberapa segmen. Ruas

    pertama disebut coxa, merupakan bagian langsung yang melekat pada

    toraks. Ruas kedua disebut trochanter, berukuran lebih pendek dari

    pada koksa dan sebagian bersatu dengan ruas ketiga. Ruas ketiga

    disebut femur, merupakan ruas yang terbesar. Ruas keempat disebut

    tibia, biasanya lebih ramping kira-kira sama panjangnya dengan femur.

    Bagian ujung tibia terdapat duri-duri atau taji. Ruas terakhir disebut

    tarsus. Tarsus biasanya terdiri dari 1-5 ruas. Diujung ruas terakhir tarsus

    terdapat pretarsus yang terdiri dari sepasang kuku tarsus yang disebut

    claw. Diantara claw terdapat struktur batalan yang disebut

    arolium(Borror, Triplehorn, & Johnson, 1992).

    b) Sayap

    Sayap merupakan tonjolan integumen dari bagian meso dan metatoraks.

    Tiap sayap tersusun atas permukaan atas dan bawah yang terbuat dari

    bahan kitin tipis. Bagian tertentu sayap yang tampak sebagai garis tebal

  • disebut pembuluh sayap atau rangka sayap. Tidak semua serangga

    memiliki sayap. Serangga tidak bersayap digolongkan kedalam

    subkelas Apterygota dan serangga memiliki sayap digolongkan

    kedalam subkelas Pterygota. Sayap serangga terletak pada mesotoraks

    dan metatoraks, apabila serangga memiliki dua pasang sayap. Jika

    serangga hanya memiliki satu pasang sayap, maka terletak di

    mesotoraks dan pada mesotoraks terdapat sepasang halter yang

    berfungsi sebagai alat keseimbangan saat serangga terbang (Jumar,

    2000).

    3. Abdomen

    Abdomen pada serangga primitif tersusun atas 11-12 ruas yang

    dihubungkan oleh bagian seperti membran. Sebagian besar ruas abdomen

    terbagi menjadi tergum (bagian atas) dan sternum (bagian bawah),

    sedangkan pleuron (bagian tengah) tidak tampak, sebab sebagian bersatu

    dengan tergum. Perbedaan kelamin jantan dan betina dapat dilihat jelas

    pada bagian abdomen ini. Pada abdomen serangga betina terdapat 10 ruas

    tergum dan 8 ruas sternum, sdangkan pada serangga jantan terdapat 10

    ruas tergum dan 9 ruas sternum. Ruas ke 11 abdomen betina tinggal

    berupa pelat dorsal berbentuk segitiga yang dinamakan epiprok dan

    sepasang pelat lateroventral yang dinamakan paraprok. Diantara ujung

    epiprok dan paraprok terdapat lubang anus. Tergum luas ke-11 memiliki

    sepasang embelan dinamakan cerci (Jumar, 2000).

  • E. Klasifikasi Serangga Tanah

    Menurut Jumar (2000), serangga termasuk dalam Filum Arhtropoda.

    Arthropoda terbagi menjadi tiga subfilum, yaitu Trilobita, Mandibulata dan

    Chelicerata. Subfilum Trilobita telah punah dan tinggal sisa-sisanya (fosil).

    Subfilum Mandibulata terbagi menjadi beberapa kelas, salah satunya kelas

    serangga (Insecta atau Heksapoda). Chelicerata juga terbagi atas beberapa

    kelas, termasuk Arachnida.

    1. Ordo Orthoptera (Belalang dan Jangkrik)

    Orthoptera berasal dari kata othos = lurus dan ptera = sayap (bahasa

    Yunani). Serangga ini dsebut juga belalang dan memiliki sayap dua pasang.

    Sayap depan panjang dan menyempit, biasanya mengeras seperti kertas dan

    dinamakan tegmina. Sayap belakang lebar dan membraneus. Waktu

    istirahat sayap dilipat di atas tubuh. Antena pendek sampai panjang dan

    beruas banyak. Sersi pendek dan seperti penjepit. Serangga betina biasanya

    memiliki ovipositor atau alat perteluran. Tarsus biasanya beruas 3-4, alat

    mulut menggigit mengunyah. Metamorfosis paurometabola. Sebagian besar

    serangga ordo ini adalah pemakan tanaman (phytophagus) dan merupakan

    hama penting tanaman serta beberapa spesies sebagai predator (Jumar,

    2000).

    Menurut Sembel (2010), Ordo Orthoptera ini memiliki anggota yang

    dapat mengeluarkan bunyi seperti jangkrik. Mekanisme untuk

    menghasilkan suara bermacam-macam, antara lain dengan menggesekan

    sayap dengan tungkai. Suara yang dihasilkan berfungsi untuk memanggil

    lawan jenisnya. Serangga ini ada yang memiliki timpanum yang terletak

  • pada tibia tungkai depan sebagai alat pendengar. Banyak anggota dari ordo

    ini seperti famili-famili Mantidae (belalang sembah), Phasmidae (belalang

    kayu), Acrididae (belalang), Grylidae (jangkrik), Gryllotalpidae (anjing

    tanah), merupakan predator umum.

    Gambar 3. Ordo Orthoptera

    (Sumber: Oktarina, 2015)

    2. Ordo Isoptera (rayap)

    Isoptera berasal dari kata iso = sama dan ptera = sayap (bahasa

    Yunani). Serangga ini berukuran kecil, bertubuh lunak dan biasanya

    berwarna coklat pucat. Antena pendek dan berbentuk seperti benang

    (filiform) atau seperti rangkaian manik (moniliform). Sersi biasanya

    pendek. Serangga dewasa ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap.

    Jika bersayap, maka jumlahnya dua pasang, bentuk memanjang, ukuran

    serta bentuk sayap depan dan belakang sama. Pada saat istirahat sayap

    diletakkan medatar di atas tubuh. Alat mulut menggigit-mengunyah. Mata

    majemuk ada atau tidak ada. Tarsus beruas tiga atau empat. Metamorfosis

    paurometabola dan biasanya hidup berkoloni di dalam tanah atau kayu

    yang lapuk. Serangga ini merugikan karena dapat merusak kayu. Serangga

    ini juga menguntungkan karena konversi yang dilakukan mereka terhadap

    tanaman mati menjadi zat-zat berguna bagi tanaman (Jumar, 2000).

  • Gambar 4. Ordo Isoptera

    (Sumber: Oktarina, 2015)

    3. Ordo Hemiptera (Kepik)

    Hemiptera berasal dari kata hemi = setengah dan ptera = sayap

    (bahasa Yunani) (Jumar, 2000). Ordo ini memiliki dua pasang sayap

    dimana pangkal sayap depan berbentuk agak keras, tetapi bagian ujungnya

    agak tipis membranus, sedangkan sayap belakang seluruhnya berbentuk

    membranus. Bagian-bagian mulut Hemiptera adalah tipe menusuk-

    menghisap dan dalam bentuk paruh (probosis) yang biasanya beruas dan

    ramping yang timbul dari bagian depan kepala dan umumnya menjulur ke

    belakang sepanjang sisi ventral tubuh, kadang-kadang tepat dibelakang

    dasar-dasar tungkai belakang. Sungut cukup panjang biasanya terdiri dari

    4-5 ruas. Mata majemuk hampir berkembang bagus, tetapi mata tunggal

    ada atau tidak ada. Kebanyakan Hemiptera dewasa memiliki kelenjar bau

    nimfa terletak di bagian dorsal (Borror, Triplehorn, & Johnson, 1992)

    Gambar 5. Ordo Hemiptera

    (Sumber: Oktarina, 2015)

    4. Ordo Homoptera

    Homoptera berasal dari kata homo = sama atau seragam dan ptera =

    sayap (bahasa Yunani). Serangga ini ada yang bersayap ada yang tidak

  • bersayap. Jika bersayap jumlahnya dua pasang. Sayap depan lebih besar

    dan panjang dari pada sayap belakang. Sayap ada yang membraneus dan

    ada yang tertutupi oleh bahan yang seperti tepung. Pada saat istirahat sayap

    tersusun seperti atap di atas tubuh. Alat mulut mirip dengan Ordo

    Hemiptera, tetapi rostrum biasanya pendek dan berpangkal pada bagian

    belakang dari bagian bawah kepala. Antena ordo ini bervariasi, kadang

    seperti benang atau pendek kaku seperti rambut. Alat mulut menusuk-

    menghisap. Metamorfosis paurometabola. Serangga betina memiliki

    ovipositor yang berkembang sempurna. Terdapat dua subordo yaitu

    subordo Stenorrhyncha (psyllid, kutu putih, aphid dan serangga sisik) dan

    subordo Auchenorrhyncha (tonggeret, wereng dan lain-lain) (Jumar, 2000).

    Gambar 6. Ordo Homoptera

    (Sumber: Jumar, 2000)

    5. Ordo Neuroptera (Undur-undur)

    Neuroptera berasal dari kata neure = urat dan ptera = sayap (bahasa

    Yunani). Serangga ini memiliki ukuran tubuh sangat kecil sampai besar.

    Antena umumnya panjang, alat mulut pada larva menghisap dan pada

    dewasa menggigit. Sayap dua pasang seperti selaput, sayap depan dan

    belakang hampir sama dalam bentuk dan susunan venanya. Pada saat

    istirahat sayap diletakkan di atas tubuh, metamorfosis sempurna. Larva

    serangga ini memiliki rahang yang berkembang baik, digunakan untuk

    menangkap mangsa. Sebagian besar neuroptera sebagai predator aphid,

  • kutu dan homoptera lainnya. Ordo ini memiliki dua pasang membranus,

    kepala berbentuk hipognatus (alat-alat mulut menghadap ke depan), dan

    mandibel yang berukuran besar untuk menggigit (Jumar, 2000).

    Gambar 7. Ordo Neuroptera

    (Sumber: Oktarina, 2015)

    6. Ordo Coleoptera (Kumbang)

    Coleoptera berasal dari coleo = sarung pedang dan ptera = sayap

    (bahasa Yunani). Serangga ini memiliki sayap depan yang keras, tebal dan

    tanpa vena. Sayap depan berfrungsi sebagai pelindung sayap belakang dan

    dinamakan elitra. Sayap belakang membranues dan terlipat di bawah sayap

    depan pada saat serangga ini istirahat. Sayap belakang lebih panjang dari

    pada sayap depan dan digunakan untuk terbang. Larva dan dewasa

    memiliki alat mulut menghisap-mengunyah. Larva tidak memiliki kaki

    abdominal, tapi umumnya memiliki tiga pasang kaki toraksial. Antena rata-

    rata 11 ruas dengan bentuk sayap beragam. Metamorfosis sempurna

    (Jumar, 2000).

    Gambar 8. Ordo Coleoptera

    (Sumber: Oktarina, 2015)

  • 7. Ordo Lepidoptera (Kupu-kupu dan ngengat)

    Ciri khas ordo ini ialah seluruh tubuhnya tertutup oleh sisik, memiliki

    dua pasang sayap bersifat membranus dan alat mulut dilengkapi probosis

    (mulut penghisap) yang panjang. Palpusmaksila biasanya kecil atau tidak

    ada, tetapi palpuslabialis berkembang dengan baik dan meluas ke depan

    dari muka. Mata majemuk seekor kupu-kupu atau ngengat relatif besar dan

    terdiri dari faset. Kebanyakan ngengat mempunyai dua mata tunggal, satu

    pada masing-masing sisi yang dekat dengan batas majemuk. Beberapa

    famili memliki membran timpani. Anggota ini mengalami metamorfosis

    sempurna dan larvanya disebut ulat. Kebanyakan larva kupu-kupu dan

    ngengat makan tumbuh-tumbuhan (Borror, Triplehorn, & Johnson, 1992)

    Gambar 9. Ordo Lepidoptera

    (Sumber: Oktarina, 2015)

    8. Ordo Hymenoptera (Lebah, Semut dan Tawon)

    Ciri khas ordo ini ialah memiliki dua pasang sayap membranus dan

    segmen pertama dari abdomen menyempit, sedangkan segmen-segmen

    abdomen lainnya normal. Bagian mulut mandibulat, membentuk suatu

    struktur seperti lidah. Sungut relatif panjang dan terdiri dari sepuluh atau

    lebih ruas. Tarsi biasanya beruas lima. Metamorfosis sempurna,

    kebanyakan ordo larvanya seperti belatung. Ordo ini terbagi dalam sub-

    ordo, yaitu Sub-ordo Symphyta dan Sub-ordo Apocrita. Anggota-anggota

    Sub-ordo Symphyta banyak yang merupakan hama tumbuhan. Sub-ordo

  • Apocrita paling banyak memiliki spesies yang bersifat sebagai predator dan

    sebagai parasitoid (Borror, Triplehorn, & Johnson, 1992).

    Gambar 10. Ordo Hymenoptera

    (Sumber: Oktarina, 2015)

    9. Ordo Collembola

    Collembola berasal dari bahasa Yunani; colla = lem dan embolon =

    baji atau pasak. Serangga ini tidak bersayap dan ukurannya kurang dari 6

    mm. Tubuh memanjang atau oval dan pada umumnya berwarna hitam.

    Antena terdiri atas empat ruas. Pada ruas abdomen keempat atau kelima

    biasanya terdapat struktur menggarpu (furcula) yang berfungsi sebagai alat

    peloncat. Pada ruas abdomen pertama terdapat struktur seperti tabung

    (collophore) yang berfungsi untuk melekat dan pada ruas ketiga terdapat

    struktur pemegang furcula yang disebut tenaculum (Jumar, 2000).

    Gambar 11. Ordo Collembola

    (Sumber: Oktarina, 2015)

    10. Ordo Diplura

    Diplura berasal dari bahasa Yunani; diplos = dua dan ura = ekor.

    serangga ini memiliki tubuh memanjang dan oval dengan warna yang

    pucat. Alat mulut tipe menggigit-mengunyah. Antena panjang dengan

  • banyak ruas. Abdomen terdiri atas 11 ruas. Sersi memanjang seperti antena

    atau bangun seperti garpu yang kokoh. Tubuh tanpa sisik dan panjang

    sekitar 6 mm. Biasanya serangga ini hidup ditumpukan jerami, tanah atau

    di bawah kulit kayu, di bawah batu dan lingkungan yang lembab. Contoh

    serangga dari ordo Diplura adalah Campodea folsomi Silvestri (Jumar,

    2000).

    Gambar 12. Ordo Diplura

    (Sumber: Oktarina, 2015)

    11. Ordo Thysanoptera

    Thysanoptera berasal dari kata thysano = rumbai dan ptera = sayap

    (bahasa Yunani). Serangga ini memiliki sayap yang rumbai dan berambut

    panjang. Sayap ada atau tidak ada, apabila bersayap jumlahnya dua pasang,

    sangat panjang dan sempit dengan atau tanpa vena. Tubuh kecil dan

    ramping. alat mulut memarut-mengisap dengan antena yang pendek.

    Serangga dewasa berwarna hitam kadang-kadang dengan bagian merah.

    Nimfa muda aktif dan menjadi pupa di dalam tanah, tanaman atau mungkin

    berkembang dalam kokon kecil. Metamorfosis paurometabola. Serangga ini

    juga sebagai vektor penyakit tanaman dan sebagian berperan sebagai

    predator Arthropoda kecil (Jumar, 2000).

  • Gambar 13. Ordo Tysanoptera

    (Sumber: Oktarina, 2015)

    12. Ordo Dermaptera (Cocopet)

    Cocopet adalah serangga-serangga yang memanjang, ramping dan

    agak gepeng yang menyerupai kumbang-kumbang pengembara tetapi

    mempunyai sersi seperti capit. Dewasa memiliki sayap atau tidak memiliki

    sayap dengan satu atau dua pasang sayap. Bila bersayap, sayap depan

    pendek seperti kulit dan tidak memiliki rangka sayap dan sayap belakang

    berselaput tipis. Pada saat istirahat, sayap belakang terlipat di bawah sayap

    depan hanya dengan ujung-ujung yang menonjol. Tarsi tiga ruas. Bagian

    mulut adalah tipe mengunyah dan metamorfosis sederhana (Borror,

    Triplehorn, & Johnson, 1992)

    Gambar 14. OrdoDermaptera

    (Sumber: Oktarina, 2015)

    13. Diptera (Lalat)

    Kebanyakan serangga ordo ini berukuran kecil dan bertubuh lunak.

    Banyak lalat penghisap darah dan bebapa lalat pemakan zat organik yang

    membusuk, seperti lalat rumah dan lalat hijau adalah vektor penyakit yang

    penting. Bagian mulut Diptera adalah tipe penghisap, tapi pada banyak lalat

  • bagian mulut penusuk dan lainnya adalah yang menyerap atau meresap.

    Diptera mengalami metamorfosis sempurna dan larvanya disebut belatung.

    Pada famili primitif (Nematocera) kepala biasanya berkembang baik dan

    mandibel bergerak ke sebelah lateral. Pada famili tingkat tinggi

    (Brachycera) kepala menyusut dan kait-kait mulut bergerak dalam satu

    bidang vertikal. Sungut terdiri dari tiga ruas. Pada kebanyakan sayap lalat

    terdapat satu sobekan disisi posterior sayap (Borror, Triplehorn, & Johnson,

    1992).

    Gambar 15. Ordo Diptera

    (Sumber: Oktarina, 2015)

    F. Peranan Serangga Tanah

    Peranan utama serangga tanah adalah mengoyak, memasukkan dan

    melakukan pertukaran secara kimia hasil proses dekomposisi serasah tanaman

    (Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, 2007). Serangga tanah

    memakan bahan organik yang membusuk seperti tumbuh-tumbuhan, hewan

    atau tinja yang membusuk. Serangga demikian membantu merubah zat-zat ini

    menjadi zat yang lebih sederhana yang dikembalikan ke tanah. Serangga-

    serangga seperti kumbang penggerek kayu, rayap, semut pembuat lorong

    dalam kayu dan pemakan kayu lain adalah agen penting dalam mempercepat

    perubahan pohon roboh dan kayu gelondongan menjadi tanah. Terowongan

    dari serangga ini merupakan jalan pintu masuk bagi jamur dan organisme

  • pembusuk lain yang mempercepat pengahancuran kayu. Kumbang tinja

    mempercepat penguraian tinja. Serangga pemakan bangkai seperti lalat hijau

    berguna dalam pengenyahan bangkai dari bumi. Serangga pemakan bahan

    organik yang membusuk penting untuk menjaga keseimbangan alam (Borror,

    Triplehorn, & Johnson, 1992).

    G. Pemanfaatan Insektarium sebagai Media Pembelajaran Biologi

    Dalam proses belajar mengajar, media dibutuhkan karena tidak

    selamanya belajar itu hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik

    dalam konsep maupun faktanya. Bahkan dalam realitasnya belajar seringkali

    bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat kompleks, maya dan berada dibalik

    realitas. Oleh sebab itu, media memiliki andil untuk menjelaskan sesuatu yang

    abstrak dan menunjukkan sesuatu yang masih tersembunyi. Ketidakjelasan atau

    kerumitan materi pelajaran dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai

    perantara. Bahkan, kehadiran sebuah media juga dapat membantu guru dalam

    menutupi kekurangan dirinya dalam menyampaikan materi pelajaran (Oviyanti,

    2009).

    Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga

    dituntut untuk dapat mengembangkan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut

    untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pengajaran yang

    akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia. Media pembelajaran

    sangat dibutuhkan saat proses pembelajaran berlangsung, melalui media

    pembelajaran peserta didik dapat dengan mudah memahami materi pelajaran.

    Karena, media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian dan motivasi

  • belajar peserta didik. Salah satu media pembelajaran yang ada di sekolah yaitu

    insektarium. Insektarium berupa koleksi serangga sebagai pendukung materi

    keanekaragaman hayati.

    Menurut Jumar (2000), insektarium merupakan tempat penyimpanan

    koleksi spesimen Insekta, baik awetan basah maupun awetan kering.

    Insektarium sering menampilkan berbagai jenis serangga. Koleksi serangga

    merupakan bahan untuk belajar struktur tubuh serangga secara mendalam,

    terutama yang berhubungan dengan ciri khasnya, sehingga kita lebih mudah

    mengenal dan menggolongkannya bila suatu waktu menjumpai kembali di

    lapangan.

  • BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Waktu dan Tempat

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-September 2018. Lokasi

    pengambilan sampel serangga tanah bertempat di Taman Wisata Alam Punti

    Kayu Palembang. Identifikasi serangga tanah di Laboratorium Pendidikan

    Biologi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.

    B. Gambaran Lokasi Penelitian

    Gambar 16. Lokasi Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang

    C. Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah kamera, meteran, tali

    rafia, perangkap pitfall trap, mikroskop stereo, optiklab, kertas label, alat tulis,

    buku, pisau, gunting, toples sebagai tempat sementara, kantong plastik, botol

    sampel, karet, sterofoam, pinset, baki, saringan tangan dan gelas cup.

  • Gambar 17. PitfallTrap

    (Oktarina, 2015)

    Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alkohol

    70%, gula, detergen, buku identifikasi dan serangga tanah (Suin, 2003).

    D. Metode Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian Deskriptif Kuantitatif

    dengan mengadakan kegiatan pengumpulan data, menganalisis data dan

    menginterpretasikan data yang bertujuan membuat deskripsi mengenai

    kejadian yang terjadi (Rachmasari, Wahyu, & Roro, 2016). Teknik

    pengambilan data dengan observasi secara langsung di lapangan. Teknik

    Sampling dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling (Tarinedja,

    2014).

  • E. Prosedur Kerja Penelitian

    1. Observasi Lapangan

    Kegiatan yang dilakukan dari observasi lapangan ini merupakan tahap

    awal sebelum melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui

    kondisi lokasi penelitian yang dipakai untuk menentukan metode dan

    teknik pengambilan sampel pada penelitian yang akan dilakukan. Observasi

    lapangan dilakukan pada tanggal 25 November 2017.

    Observasi

    Lapangan

    Analisis

    Data

    Penentuan Wilayah

    Sampling

    Koleksi spesimen

    serangga tanah

    Identifikasi

    spesimen

    Pengambilan

    Sampel Serangga

    tanah

  • 2. Menentukan Wilayah Sampling

    Penentuan wilayah sampling dilakukan didalam blok pemanfaatan

    dengan membagi kedalam dua stasiun berdasarkan vegetasi dominan yang

    terdiri atas:

    a) Stasiun I merupakan areal homogen yang didominasi vegetasi pinus

    (Pinusmerkusii Jungh.)

    b) Stasiun II merupakan areal heterogen yang didominasi vegetasi mahoni

    (Swietiniamahagoni), akasia (Acaciamangium Willd.), bambu

    (Bambusa sp.) dan lain-lain.

    Pembagian stasiun tersebut bertujuan agar data yang diperoleh lebih

    beragam.

    3. Teknik Pengambilan Sampel

    Pengambilan sampel serangga tanah dilakukan dengan perangkap

    jebak Pitfall trap dan metode soil and leaf litter sieving.

    a. Serangga yang aktif dipermukaan tanah, penangkapan dengan

    menggunakan pitfall trap. Pitfall trap menggunakan gelas cup yang

    dibenamkan kedalam tanah dengan bibir perangkap sejajar dengan

    permukaan tanah, agar air hujan tidak masuk ke dalam perangkap

    maka perangkap di beri atap, dan agar air yang mengalir di permukaan

    tanah tidak masuk ke dalam perangkap pada perangkap dipasang pada

    tanah yang datar dan sedikit agak tinggi (Suin, 2003). Pemasangan

    pitfall trap selama 24 jam (mulai jam 08.00 WIB). Perangkap diisi

    dengan larutan gula dengan ukuran satu sendok makan yang dicampur

  • dengan detergen secukupnya pada masing-masing perangkap (kira-kira

    bagian gelas terisi larutan) (Kinasih, Tri, & Zhia, 2017).

    b. Soil and Leaf litter sieving merupakan metode pengambilan sampel

    serangga tanah dengan cara pengumpulan dan penyaringan serasah

    menggunakan wadah dengan cara diayak untuk memisahkan serangga

    yang hidup didalamnya (Latumahina, 2011). Metode soil and leaf litter

    sieving dilakukan dengan membuat plot berukuran 1x1 m sebanyak 3

    plot dalam satu garis transek kemudian serasah setebal ±10 cm diambil

    lalu diayak di atas baki untuk memisahkan serangga dari serasah

    menggunakan pinset (Meilina, 2017).

    Pengambilan sampel serangga tanah dilakukan dengan cara

    memasang garis transek. Metode garis transek dipilih jika wilayah studi

    sangat luas sehingga tidak memungkinkan untuk meneliti diseluruh

    wilayah (Saantoso, 2014).

    Garis transek dipasang disetiap stasiun pengamatan sepanjang 100 m

    sebanyak 2 kali ulangan. Pada garis tersebut ditentukan 10 titik dengan

    jarak masing-masing 10 m untuk dipasang pitfall trap ( ) dan ditentukan

    3 titik untuk pengambilan serasah/soil and leaf litter sieving ( ) (Fatimah

    & Suhardjono, 2012).

    Gambar 18. Metode Sampling

    Parameter lingkungan yang diukur meliputi suhu, kelembaban

    permukaan tanah dan keasaman tanah (pH).

  • 4. Identifikasi Spesimen

    Semua sampel serangga yang didapat dari lapangan dibawa ke

    laboratorium. Dengan bantuan lup, mikroskop stereo, optiklab, laptop,

    kamera dan buku identifikasi. Serangga tanah diidentifikasi sampai pada

    tingkat spesies, untuk mendapatkan gambaran tentang spesies dilakukan

    perbedaan berdasarkan ukuran dan kenampakan morfologi (morfometrik).

    Identifikasi dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan UIN Raden Fatah Palembang.

    Buku identifikasi serangga tanah yang digunakan ialah:

    a. The Insect an outline of Entomology tahun 2010, oleh PJ Gullan dan

    PS. Cranston

    b. Pengenalan Pelajaran Serangga, tahun 1992, oleh Donald J. Borror,

    Charles A. Triplehorn, dan Norman F. Johnson, diterjemahkan oleh

    Partosoedjono.

    c. Entomologi Pertanian, tahun 2000, oleh Jumar

    d. Ekologi Hewan Tanah, tahun 2003, oleh Dr. Nurdin Muhammad Suin.

    e. A General Textbook Of Entomology Including The Anatomy,

    Physiology, Development And Classification Of Insects tahun 1925,

    oleh A. D. Imms, M.A., D.Se.

    5. Koleksi Spesimen Serangga tanah

    Menurut (Oktarina, 2015), pengoleksian spesimen serangga melalui

    beberapa tahap, yaitu:

    a. Mematikan spesimen dengan cara memasukkannya ke dalam kantong

    plastik yang telah diberi kapas yang dibasahi alkohol.

  • b. Penyimpanan sementara spesimen dapat dimasukkan ke dalam freezer,

    karena spesimen akan lebih rileks dan terhindar dari infestasi hama dan

    cendawan.

    c. Preservasi spesimen dengan cara menyuntikkan formalin ke bagian

    toraks.

    d. Setelah itu, sebelum kering serangga di mounting menggunakan jarum

    serangga dengan menyesuaikan dengan ukuran tubuhnya. Jarum

    ditusukkan dibagian toraks. Jarum ditancapkan pada sterofoam.

    e. Pelabelan. Pada tahap pelabelan dilakukan agar data-data spesimen

    tidak hilang.

    f. Penyimpanan. Setelah kering serangga dimasukkan ke dalam kotak

    insektarium (terbuat dari kayu dan kaca).

    6. Teknik Analisis Data

    Serangga yang diperoleh pada setiap penangkapan dikumpulkan,

    dikelompokkan, diidentifikasi kemudian dianalisis dengan menggunakan

    rumus-rumus sebagai berikut:

    a) Frekuensi (F) suatu jenis serangga tanah

    Frekuensi menunjukkan jumlah individu serangga tertentu yang

    ditemukan pada habitat yang dinyatakan secara mutlak (Suin, 2003).

    F =

    b) Frekuensi Relatif (FR) Suatu Jenis Serangga

    Frekuensi relatif menunjukkan keseringhadiran serangga pada habitat

    dan dapat menggambarkan penyebaran jenis serangga tersebut. (Suin,

    2003).

  • FR =

    x 100%

    c) Kepadatan (K) Suatu Jenis Serangga

    Kepadatan menunjukkan jumlah serangga yang ditemukan pada habitat

    yang dinyatakan secara mutlak (Suin, 2003).

    K =

    d) Kepadatan Relatif (KR) Suatu Jenis Serangga

    KR =

    x 100%

    e) Indeks Nilai Penting jenis serangga tanah

    INP = KR + FR (Maksensius, 2016).

    f) Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga

    Untuk mengetahui keanekaragaman serangga dalam suatu kawasan

    digunakan indeks keanekaragaman jenis yang dikemukakan oleh

    Shannon-Weiner (Michael, 1995), yaitu:

    H‟ = -∑ pi In pi

    Keterangan:

    H‟ = keanekaragaman jenis serangga

    pi = perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis

    Pi = ni/N

    Ni = jumlah individu jenis ke-i

    N = jumlah total individu suatu serangga

    Semakin besar nilai H‟ menunjukkan semakin tinggi keanekaraman

    spesies. Besarnya nilai keanekaragaman spesies indeks Shannon-

    Weiner didefinisikan sebagai berikut:

  • H‟ >3,0 = Keanekaragaman tinggi

    H‟ 1,0-3,0 = Keanekaragaman sedang

    H‟ 50% Indeks Similaritas Sorenson rendah

    Jika nilai IS < 50% Indeks Similaritas Sorenson tinggi

    h) Indeks Kemerataan

    Kemerataan penyebaran individu jenis serangga tanah dalam komunitas

    dihitung menggunakan indeks Kemerataan jenis (Evennes) (Magurran,

    1988) dengan rumus:

    E =

    Keterangan:

    E = Indeks Kemerataan Jenis

    H‟= Indek Keragaman Individu jenis Shannon Weinner

    S= Jumlah jenis yang ditemukan

  • Nilai E berkisar antara 0-1. Nilai mendekati 0 menunjukkan suatu jenis

    menjadi dominan dalam komunitas. Nilai mendekati 1 menunjukkan

    seluruh jenis memiliki tingkat kemerataan jenis yang hampir sama

    (Husamah, Fatchur, & Hedi, 2016).

    i) Indeks Dominansi

    Untuk menentukan jenis serangga tanah yang dominan di dalam

    kawasan penelitian dapat ditentukan dengan menggunakan indeks

    dominansi (C) Simpson (Magurran, 1988).

    C = (pi)2

    dimana pi adalah

    Keterangan:

    C = Indeks Dominansi

    ni = jumlah tiap jenis serangga tanah

    N = Jumlah total seluruh jenis serangga tanah yang ditemukan

    Dengan kriteria:

    Jika nilai C 0-0,5 = dominansi rendah

    Jika nilai C≥0,5-0,75 = dominansi sedang

    Jika nilai C≥0,75-1 = dominansi tinggi

    j) Principal Components Analysis (PCA)

    Untuk mengetahui korelasi komposisi serangga tanah dengan

    faktor lingkungan meliputi suhu, pH dan kelembaban berdasarkan

    zonasi maka data yang diperoleh selama pengamatan diolah

    menggunakan analisis statistik Principal Components Analysis (PCA).

    Analisis tersebut menggunakan aplikasi minitab versi 18 (Kinasih, Tri,

    & Zhia, 2017).

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. HASIL

    Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan di Laboratorium

    Biologi UIN Raden Fatah Palembang diperoleh 17 spesies yang tercakup

    kedalam 6 ordo serangga tanah. Adapun hasil identifikasi tersebut disajikan

    pada tabel 1.

    Tabel 1. Spesies Serangga Tanah yang Terdapat di Taman Wisata Alam

    Punti Kayu Palembang

    No ordo Spesies Nama Lokal Stasiun I

    Stasiun II

    pitfall

    trap

    leaf

    litter

    sieving

    pitfall

    trap

    leaf

    litter

    sieving

    1 Isoptera Macrotermes gilvus Hagen. Rayap Tanah 0 3 0 6

    Coptotermes curvignatus

    Holmgren. Rayap Subteran 0 7 0 15

    2 Coleoptera Ctenicera pectinicornis Linnaeus. Kumbang Biskuit 5 1 1 2

    Chrysolina haemoptera Linnaeus. Kumbang Daun 2 2 0 1

    3 Orthoptera Allenemobius fasciatus De Geer. Jangkrik Tanah 10 0 7 0

    4 Blattaria Cryptocercus graciai Smith. Kecuak Kayu 5 0 0 3

    Blatta orientalis Linnaeus. Kecuak Oriental 8 0 3 1

    Blatella germanica Linnaeus. Kecuak Jerman 2 0 11 0

    5 Dermaptera Forficula auricularia Linnaeus. Cocopet Eropa 1 3 2 5

    6 Hymenoptera Odontoponera denticulate Smith. Semut Jetet 136 5 96 13

    Polyrhachis dives Smith. Semut Berduri coklat 4 0 2 1

    Polyrhachis hector Smith. Semut Berduri Hitam 2 0 9 12

    Tetraponera rufonigra Jerdon. Semut Gatal 0 0 9 17

    Anoplolepis gracillipes Smith. Semut Gila 3 0 105 14

    Camponatus ligniperdus Latreille. Semut Tukang Kayu 9 3 11 7

    Odontomachus bauri Emery. Semut Penjaga Pohon 0 0 0 3

    Platythyrea punctata Smith. Semut Aneh 0 0 18 16

    Total Individu 212 391

    Nilai Indeks Keanekaragaman Shanon-Weinner (H‟) 1,38 2,06

    Nilai Indeks Dominansi Simpson (C) 0,28 0,21

    Nilai Indeks Kemerataan Jenis (E) 0,49 0,68

    Nilai Indeks Kesamaan Sorenson (IS) 90%

  • B. PEMBAHASAN

    1. Deskripsi Spesies Serangga Tanah yang ditemukan di Taman Wisata

    Alam Punti Kayu Palembang

    Hasil identifikasi serangga tanah berdasarkan ciri-ciri morfologi

    yang ditemukan di Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang sebanyak

    17 spesimen adalah sebagai berikut:

    a) Spesimen 1

    a. b.

    Gambar 20. Rayap kasta prajurit (Macrotermes gilvus Hagen.), a. Tampak

    depan kepala, b. Tampak samping. 1 (antenna); 2 (caput); 3

    (tungkai); 4 (sungut); 5 (abdomen); dan 6 (toraks).

    Berdasarkan hasil pengamatan spesimen ini memiliki ciri-ciri

    sebagai berikut: panjang tubuh 8 mm berwarna merah bata, antenna

    lurus berbentuk moniliform (berbentuk rangkaian manik) 16 segmen,

    sungut berwarna hitam, berkepala bulat besar dan memiliki 3 pasang

    tungkai.

    Memiliki mata majemuk dan umumnya mengalami pereduksian

    sebagai pola adaptasi terhadap kebiasaan hidup dihabitat gelap.

    Antena berbentuk manik-manik (moniliform). Alat mulut tipe

    menggigit-mengunyah (mandibulata) (Gullan & Cranston, 2010).

    Anggota-anggota kelompok ini selalu melakukan kontak dengan

    1

    2

    4

    5,0 x

    6 5 3

  • tanah. Rayap-rayap ini kecil (yang dewasa panjangnya 6-8 mm)

    (Borror, Triplehorn, & Johnson, 1992).

    Klasifikasi spesimen 1 menurut Borror, Triplehorn & Johnson

    (1992), adalah:

    Kingdom : Animalia

    Filum : Arthropoda

    Kelas : Insekta

    Ordo : Isoptera

    Famili : Rhinotermitidae

    Genus : Macrotermes

    Spesies : Macrotermes gilvus Hagen.

    b. Spesimen 2

    a. b.

    Gambar 21. Rayap kasta pekerja (Coptotermes curvignathus Holmgren.); a.

    tampak depan kepala, b. Tampak samping. 1 (antenna); 2

    (sungut); 3 (caput); 4 (toraks); 5 (abdomen); dan 6 (tungkai).

    Berdasarkan pengamatan spesimen ini memiliki ciri-ciri

    sebagai berikut: panjang tubuh 4 mm berwarna coklat pucat, kepala

    membesar, antena 1 pasang 1 mm berbentuk moniliform (rangkaian

    manik) 13 segmen, memiliki 3 pasang tungkai berduri.

    2,0 x 5,0 x 1

    2

    3

    4

    5

    6

  • Rayap memiliki kutikula yang halus dan fleksibel. Bagian

    kepala agak sedikit keras. Bagian abdomen bersegmen dan terdapat

    sepasang cerci. Antena moniliform yang terletak tepat dipangkal

    mandibula.Tipe mulut pengunyah. Terdapat terga dibagian toraks

    (Imms, 1925). Rayap merupakan serangga sosial yang memiliki 4

    kasta, yaitu kasta reproduktif primer, kasta reproduktif suplementer,

    kasta pekerja dan kasta prajurit (Borror, Triplehorn, & Johnson,

    1992).

    Klasifikasi spesimen 2 menurut Borror, Triplehorn & Johnson

    (1992), adalah:

    Kingdom : Animalia

    Filum : Arthropoda

    Kelas : Insekta

    Ordo : Isoptera

    Famili : Rhinotermidae

    Genus : Coptotermes

    Spesies : Coptotermes curvignatus Holmgren.

  • c. Spesimen 3

    a. b.

    Gambar 22. Ctenicera pectinicornis, a. tampak atas, b. Tampak bawah. 1

    (toraks); 2 (caput); 3 (elitra); 4 (tungkai) dan 5 (mandibula).

    Berdasarkan hasil pengamatan spesimen ini memiliki ciri-ciri

    sebagai berikut: panjang tubuh 4 mm berwarna hitam, tubuh

    memanjang dengan sisi sejajar, elytra kaku, 1 pasang antena (gada)

    dan memiliki 3 pasang tungkai bergerigi.

    Labrum jelas, sungut biasanya timbul dekat mata diatas dasar

    mandibel. Jenis kumbang-kumbang yang agak gepeng dan

    merupakan jenis kumbang loncat balik yaitu bila kumbang ini

    diletakkan dengan punggungnya diatas permukaan yang halus,

    biasanya tidak mampu untuk membalikkan dirinya dengan tungkai-

    tungkainya (Borror, Triplehorn, & Johnson, 1992).

    Klasifikasi spesimen 3 menurut Borror, Triplehorn & Johnson

    (1992), adalah:

    Kingdom : Animalia

    Filum : Arthropoda

    Kelas : Insekta

    Ordo : Coleoptera

    Famili : Elateridae

    Genus : Ctenicera

    1

    2

    3

    5 4

    5,0 x

  • Spesies : Ctenicera pectinicornis Linnaeus.

    d. Spesimen 4

    a. b.

    Gambar 23. Chrysolina haemoptera Linnaeus., a. tampak atas, b. Tampak

    bawah. 1 (antenna); 2 (caput); 3 (elitra); 4 (mandibula); 5 dan

    6 (tungkai).

    Berdasarkan pengamatan spesimen ini memiliki ciri-ciri

    sebagai berikut: berbentuk bulat telur dengan panjang 4 mm

    berwarna hitam kebiruan, moncong tidak jelas dan sangat kecil,

    antenna sepasang berbentuk gada 8 segmen, elytra kaku halus,

    memiliki 3 pasang tungkai bergerigi.

    Kumbang memiliki sayap depan yang keras dan tebal yang

    disebut elytra. Alat mulutnya menggigit dan mengunyah (Jumar,

    2000). Sungut berbentuk gada (ruas-ruas ujung yang lebih besar

    daripada ruas-ruas yang mendahuluinya (Borror, Triplehorn, &

    Johnson, 1992).

    Klasifikasi spesimen 4 menurut Borror, Triplehorn & Johnson

    (1992), adalah:

    Kingdom : Animalia

    Filum : Arthropoda

    1

    2

    3

    4

    5,0 x

    5

  • Kelas : Insekta

    Ordo : Coleoptera

    Famili : Chrysomelinae

    Genus : Chrysolina

    Spesies : Chrysolina haemoptera Linnaeus

    e. Spesimen 5

    a. b.

    Gambar 24. Allonemobius fasciatus De Geer., a. tampak atas, b. Tampak

    depan kepala. 1 (caput); 2 (antenna); 3 (sayap); 4 (tungkai); 5

    (ovipositor); 6 (mata) dan 7 (rambut halus).

    Berdasarkan hasil pengamatan spesimen ini memiliki ciri-ciri

    sebagai berikut: panjang tubuh 5 mm berwarna coklat, memiliki

    sepasang antena, tungkai 3 pasang (femur tungkai belakang besar,

    tibia berduri). Sayap belakang lebih panjang dari sayap depan, kaki

    memiliki duri tajam, warna mata coklat kemerahan dengan bentuk

    kepala hampir bulat serta memiliki ovipositor sebagai alat untuk

    menginjeksikan telur-telur kedalam tanah.

    Jangkrik menyerupai belalang yang mempunyai sungut

    panjang yang melancip dan organ-organ pembuat suara pada sayap-

    sayap depan pada jantan. Jangkrik tanah ini umumnya terdapat di

    1 2 3

    4

    5

    2,0 x

    6

    7

    5,0 x

  • padang rumput, sepanjang sisi jalan dan daerah yang berhutan

    (Borror, Triplehorn, & Johnson, 1992).

    Klasifikasi spesimen 5 menurut Borror, Triplehorn & Johnson

    (1992), adalah:

    Kingdom : Animalia

    Filum : Arthropoda

    Kelas : Insekta

    Ordo : Orthoptera

    Famili : Gryllidae

    Genus : Allonemobius

    Spesies : Allonemobius fasciatus De Geer.

    f. Spesimen 6

    a. b.

    Gambar 25. Cryptocercus graciai Smith., a. tampak atas, b. tampak bawah.

    1 (antenna); 2 (caput); 3 (abdomen); 4 (tungkai) dan 5

    (mandibula).

    1 2 3 4

    5

  • Berdasarkan hasil pengamatan spesimen ini memiliki ciri-

    ciri sebagai berikut: panjang tubuh 30 mm, lebar 6 mm, tidak

    memiliki sayap, tubuh berwarna coklat gelap diikuti tanda orange

    dibagian toraks, 1 pasang antenna moniliform 10 mm, 3 pasang

    tungkai berduri, abdomen 8 segmen ujung abdomen berduri.

    Kecuak bertudung coklat ini tidak bersayap dengan panjang

    23-29 mm dan warnanya coklat kemerah-merahan mengkilat

    dengan permukaan dorsal berbintik halus, kelihatan agak

    memanjang dan bersisi sejajar. Kecuak ini terdapat dikayu

    gelondongan yang sedang membusuk. Kecuak ini memiliki protista

    usus yang menghancurkan selulosa yang ditelannya seperti rayap

    (Borror, Triplehorn, & Johnson, 1992).

    Klasifikasi spesimen 6 menurut Borror, Triplehorn &

    Johnson (1992), adalah:

    Kingdom : Animalia

    Filum : Arthropoda

    Kelas : Insekta

    Ordo : Blattaria

    Famili : Cryptocercidae

    Genus : Cryptocercus

    Spesies : Cryptocercus graciai Smith.

  • g. Spesimen 7

    a. b.

    Gambar 26. Blatta orientalis Linnaeus., a. tampak atas, b. tampak bawah. 1

    (tungkai); 2 (antenna); 3 (caput); 4 (abdomen) dan 5

    (mandibula) dan 6 (mata).

    Berdasarkan hasil pengamatan spesimen ini memiliki ciri-ciri

    sebagai berikut: panjang tubuh 9 mm berwarna orange kehitaman,

    antenna 1 pasang 2 mm berbentuk moniliform dengan tungkai 3

    pasang. Habitat ditempat gelap dan lembab dan ruang bawah tanah

    yang basah.

    Femora depan dengan 2 atau 3 duri ujung, keping supraanal

    tidak bergelambir, memiliki panjang tubuh lebih dari 3 mm,

    pronotum tertutup dengan rambut-rambut (Borror, Triplehorn, &

    Johnson, 1992).

    Klasifikasi spesimen 7 menurut Borror, Triplehorn &

    Johnson (1992), adalah:

    Kingdom : Animalia

    Filum : Arthropoda

    Kelas : Insekta

    Ordo : Blattaria

    Famili : Blattidae

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    5,0 x

  • Genus : Blatta

    Spesies : Blatta orientalis Linnaeus.

    h. Spesimen 8

    a. b.

    Gambar 27. Blatella germanica Linnaeus., a. Tampak atas, b. Tampak

    bawah. 1 (caput); 2 (sayap); 3 (antenna); 4 (tungkai) dan 5

    (mandibula).

    Berdasarkan hasil pengamatan spesimen ini memiliki ciri-ciri

    sebagai berikut: panjang 12 mm berwarna coklat, antena 1 pasang

    panjangnya 7 mm, memiliki 3 pasang tungkai (bagian tibia

    berduri), sayap sepanjang tubuh serta terdapat garis coklat gelap

    yang melintang ditepi luar pronotumnya.

    Kecuak kelompok ini merupakan kecuak kelompok besar,

    kebanyakan panjang mereka 12 mm atau kurang. Tubuhnya

    berbentuk gepeng dan kepala tersembunyi dari atas oleh pronotum.

    Memiliki sungut yang panjang seperti filamen (Borror, Triplehorn,

    & Johnson, 1992).

    Klasifikasi spesimen 8 menurut Borror, Triplehorn &

    Johnson (1992), adalah:

    Kingdom : Animalia

    1

    2

    4

    3

    5

  • Filum : Arthropoda

    Kelas : Insekta

    Ordo : Blattaria

    Famili : Blattelidae

    Genus : Blatella

    Spesies : Blatella germanica Linnaeus.

    i. Spesi