24
Referat Duchenne muscular dystrophy (DMD) Oleh : Khatimatun Najwah I1A008075 Pembimbing Dr. Steven, M.Si. Med., Sp.S. UPF/Lab Ilmu Saraf Fakultas Kedokteran Unlam-RSUD Ulin Banjarmasin Agustus, 2012

DMD Referat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DMD Referat

Referat

Duchenne muscular dystrophy

(DMD)

Oleh :

Khatimatun Najwah

I1A008075

Pembimbing

Dr. Steven, M.Si. Med., Sp.S.

UPF/Lab Ilmu Saraf

Fakultas Kedokteran Unlam-RSUD Ulin

Banjarmasin

Agustus, 2012

Page 2: DMD Referat

BAB I

PENDAHULUAN

Duchenne muscular dystrophy adalah penyakit X-linked otot yang bersifat

progresif akibat tidak terbentuknya protein distropin. Penyakit ini secara bertahap

melemahkan kerangka otot, yang di lengan, kaki dan punggung. Pada remaja awal

atau bahkan lebih awal, otot jantung dan otot pernafasan juga mungkin dapat

terpengaruh, munculnya kelemahan berjalan pada awal dekade kedua, dan

biasanya akan meninggal pada usia 20 tahun.

Pada tahun 1868, Duchenne menetapkan kriteria diagnostik yang masih

digunakan sampai sekarang untuk penyakit distrofi otot. Kriteria-kriteria tersebut

antara lain, (1) kelemahan yang dimulai dari lengan; (2) hiperlordosis dengan

gaya berjalan yang khas; (3) hipertrofi otot yang lembek; (4) perjalanan penyakit

yang progresif; (5) penurunan kontraktilitas otot dengan rangsangan listrik pada

tahap lanjut; dan (6) disfungsi vesika urinria dan pencernaan, gangguan sensorik,

atau demam.

DMD disebabkan adanya perubahan (mutasi) pada gen, yang disebut gen

DMD, yang dapat diwariskan dalam keluarga dengan cara yang resesif X-linked.

Dalam DMD, anak-anak mulai menunjukkan tanda-tanda kelemahan otot sejak

usia 3 tahun.

Prognosis dari MD bervariasi tergantung dari progresivitas penyakitnya.

Pada beberapa kasus dapat ringan dan memburuk sangat lambat, dengan

kehidupan normal, sedangkan pada kasus yang lain mungkin memiliki

Page 3: DMD Referat

pemburukan kelemahan otot yang bermakna, disabilitas fungsional dan

kehilangan kemampuan berjalan. Harapan hidup dapat tergantung pada derajat

pemburukan dan defisit pernapasan lanjut. Pada DMD, kematian biasanya terjadi

pada usia belasan sampai awal dua puluhan.

Page 4: DMD Referat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. HISTOANATOMI DAN FISIOLOGI OTOT SKELETAL

Sarkolema merupakan membran sel serabut otot. Sarkolema terdiri

dari membran plasma dan sebuah lapisan luar yang terdiri dari satu lapisan

tipis materi polisakarida yang mengandung fibril kolagen tipis. Di setiap

ujung serabut otot, lapisan permukaan sarkolema ini bersatu dengan serabut

tendon, berkumpul membentuk tendon otot. [9]

Setiap serabut otot terdiri dari ribuan miofibril. Setiap miofibril terdiri

1500 filamen miosin dan 3000 filamen aktin, yakni molekul protein polimer

besar yang mengatur kontraksi otot. [9]

Filamen Aktin terdiri dari tiga komponen protein: aktin, troponin, dan

tropomiosin. Kerangka filamen aktin merupakan suatu molekul protein F-

aktin untai ganda. Kedua untai membentuk heliks. Setiap untai heliks F-aktin

ganda terdiri dari molekul G-aktin terpolimerisasi, dengan berat 42.000.

setiap molekul G-aktin melekat satu molekul ADP. [9]

Miosin terdiri dari enam rantai polipeptida-dua rantai berat dengan

berat 200.000 dan empat rantai ringan dengan berat 20.000. dua rantai

membentuk heliks ganda yang disebut ekor miosin. Salah satu ujungnya

melipat secara bilateral ke dalam struktur polipeptida globuler yang disebut

kepala miosin. Rantai ringan membantu mengatur fungsi kepala selama

kontraksi otot. [9]

Mekanisme kontraksi otot terdiri dari beberapa tahapan [9]

:

Page 5: DMD Referat

1. Otak merangsang neurotransmiter untuk mensekresikan asetil kolin.

2. Asetil kolin lalu membebaskan ion Ca⁺⁺ dari lepuh-lepuh samping

retikulum sarkoplasma ke filamen aktin dan filamen miosin.

3. Ca⁺⁺ kemudian mengikat troponin dan tropomiosin yang merupakan

penghambat penarikan antara filamen aktin dan filamen miosin.

4. Terjadi pemendekan, yaitu filamen aktin bergeser ke arah filamen miosin

dan garis-garis Z saling mendekati.

5. Terbentuklah aktomiosin, yaitu pertautan antara filamen aktin dan filamen

miosin.

6. Otot kontraksi.

Mekanisme relaksasi otot terdiri dari beberapa tahapan [9]

:

1. Pembebasan troponin dan tropomiosin dari ikatan Ca⁺⁺ .

2. Ca⁺⁺ yang tersebar di filamen aktin dan filamen miosin dipompa kembali

masuk ke dalam retikulum sarkoplasma.

3. Terjadilah penghentian interaksi antara filamen aktin dan filamen miosin.

4. Aktomiosin lepas.

5. Otot relaksasi.

Page 6: DMD Referat

B. DEFINISI

Duchenne muscular dystrophy adalah penyakit X-linked otot yang

bersifat progresif akibat tidak terbentuknya protein distropin[1]

. Penyakit ini

mengenai anak laki-laki dan proses distrofi otot sudah dimulai sejak lahir,

munculnya kelemahan berjalan pada awal dekade kedua, dan biasanya akan

meninggal pada usia 20 tahun[2]

. Pada DMD terdapat kelainan genetik yang

terletak pada kromosom X, lokus Xp21.22-4 yang bertanggung jawab

terhadap pembentukan protein distrofin.[3]

Distrofin merupakan protein yang sangat panjang dengan berat

molekul 427 kDa dan terdiri dari 3685 asam amino. Distrofin merupakan

suatu protein yang mempertahankan integritas otot. Distrofin bersama dengan

beberapa protein lain yaitu dystrophin associated protein (DAPs), yang

meliputi sarcoglycan, dystroglycan, dan syntrophin memberikan stabilitas

terhadap membran sel otot secara fisik dan fisiologis.[11]

Page 7: DMD Referat

Pada tahun 1884 untuk pertama kali memakai istilah dystrophia

muscularis progressiva. Pada tahun 1855, Duchenne memberikan deskripsi

lebih lengkap mengenai atrofi muskular progresif pada anak-anak.Becker

mendeskripsikan penyakit muscular dystrophy yang dapat diturunkan secara

autosomal resesif, autosomal dominant atau X-linked resesif. Hoffman et al

menjelaskan bahwa kelainan protein distrofin merupakan penyebab utama

DMD. [1]

C. EPIDEMIOLOGI

Insidensi penyakit itu relatif jarang, hanya sebesar satu dari 3500

kelahiran bayi laki-laki. Penyakit tersebut diturunkan melalui X-linked resesif,

dan hanya mengenai pria, sedangkan perempuan hanya sebagai karier. [2]

Pada wanita mutasinya harus terdapat pada kedua kopi dari gen untuk

menyebabkan gangguan ini (pengecualian yang jarang, pada karier yang

menunjukkan gejala, bisa terjadi karena kompensasi dosis/inaktivasi X). Pada

pria jauh lebih sering menderita penyakit terkait X resesif dibandingkan

wanita. [1]

Secara klinis, gangguan akibat Duchenne muscular dysthropy mulai

tampak pada usia 3-7 tahun, yakni lordosis, gaya berjalan waddling, dan

tanda Gowers. Manifestasi klinis berupa pseudohypertrophy muncul 1-2

tahun kemudian. Kebanyakan pasien harus memakai kursi roda pada usia 12

tahun. [13]

Page 8: DMD Referat

D. ETIOLOGI

Pada DMD terdapat kelainan genetik yang terletak pada kromosom X,

lokus Xp21.22-4 yang bertanggung jawab terhadap pembentukan protein

distrofin. Perubahan patologi pada otot yang mengalami distrofi terjadi secara

primer dan bukan disebabkan oleh penyakit sekunder akibat kelainan sistem

saraf pusat atau saraf perifer. [1]

Duchenne muscular dystrophy disebabkan adanya mutasi pada gen

yang bertanggung jawab dalam mengkodekan distrofin. Mutasi yang terjadi

mengakibatkan hilangnya protein distrofin, baik berupa delesi, duplikasi

maupun mutasi pergeseran yang menimbulkan hilangnya protein otot yang

besar dan dikaitkan dengan fenotif umum yang terlihat pada penderita

Duchenne muscular dystrophy. Analisis lokasi delesi menunjukkan bahwa

daerah amino-terminal, cysteine-rich, dan daerah carboxy-terminal

merupakan bagian utama dari fungsi distrofin yang sering mengalami

gangguan. [10]

E. PATOGENESIS

DMD merupakan kelainan yang diturunkan, dan masing-masing MD

mengikuti pola pewarisan yang berbeda. Tipe yang paling dikenal, Duchenne

muscular dystrophy (DMD), diwariskan dengan pola terkait X resesif, yang

berarti bahwa gen yang bermutasi yang menyebabkan penyakit ini terletak

pada kromosom X, dan oleh karenanya terkait seks. Pada pria satu salinan

yang berubah dari gen ini pada masing-masing sel sudah cukup untuk

menyebabkan kelainan ini. [7]

Pada wanita mutasinya harus terdapat pada

kedua kopi dari gen untuk menyebabkan gangguan ini (pengecualian yang

Page 9: DMD Referat

jarang, pada karier yang menunjukkan gejala, bisa terjadi karena kompensasi

dosis/inaktivasi X). Pada pria oleh karenanya terkena penyakit terkait X

resesif jauh lebih sering dibandingkan wanita. [1]

Page 10: DMD Referat

Penyebab utama proses degeneratif pada DMD kebanyakan akibat

delesi pada segmen gen yang bertanggung jawab terhadap pembentukan

protein distrofin pada membran sel otot, sehingga menyebabkan ketiadaan

protein tersebut dalam jaringan otot. [4]

Distrofin merupakan bagian struktural utama dalam otot sebagai

penghubung antara sitoskeleton dan matriks ekstraseluler. Amino-terminus

dari distrofin berikatan dengan F-actin dan karboksil terminus berikatan

dengan dystrophin-associated protein complex (DAPC) pada sarkolemma.

DAPC terdiri dari distroglikan, sarkoglikan, integrin and caveolin, sehingga

mutasi pada komponen-komponen tersebut menyebabkan distrofi otot. [3]

DAPC menjadi tidak stabil saat tidak ada distrofin, yang menyebabkan

penyusutan jumlah protein. Selanjutnya hal ini akan merusak serat dan

membran otot secara progresif. [7]

F. PATOFISIOLOGI

Suatu ciri khas dari pewarisan terkait X adalah ayah tidak dapat

mewariskan sifat terkait X pada anak laki-laki meraka. Pada sekitar

duapertiga kasus DMD, pria yang terkena penyakit mewarisi mutasinya dari

ibu yang membawa satu salinan gen DMD. Sepertiga yang lain mungkin

diakibatkan karena mutasi baru pada gen ini. Perempuan yang memberi satu

salinan dari satu mutasi DMD mungkin memiliki tanda dan gejala terkait

kondisi ini (seperti kelemahan otot dan kramp), namun biasanya lebih ringan

dari tanda dan gejala pada pria. Duchenne muscular dystrophy dan Becker's

muscular dystrophy disebabkan oleh mutasi pada gen untuk protein

dystrophin dan menyebabkan suatu kelebihan pada enzim creatine kinase. [7]

Page 11: DMD Referat

Protein distrofin dikodekan oleh sejumlah gen yang terdiri dari 79

ekson dan 8 promoter yang diekspresikan pada otot polos, otot jantung, otot

lurik dan sedikit pada otak. Distrofin berperan dalam stabilitas struktural

miofibril. Tanpa distrofin, otot akan mudah mengalami trauma mekanis dan

degenerasi karena kemampuan regeneratif mengalami inaktivasi. [4]

Infiltrasi sel inflamasi pada serat otot yang mengalami degenerasi

pada DMD tampak pada biopsi otot. Sebagai penyakit yang progresif,

kematian serat otot diakibatkan oleh makrofag dan penggantian jaringan otot

oleh lemak. [8]

Gangguan fungsi distrofin menyebabkan sarkolemma otot menjadi

kurang stabil. Ketidakstabilan ini menyebabkan kerusakan otot, nekrosis, dan

fibrosis. Ketiadaan distrofin akan bermanifestasi pada masalah fisiologis otot

berupa kesulitan gerak secara progresif akibat adanya fragilitas membran

miofibril, sehingga terjadi siklus degenerasi dan regenerasi kronis yang

disertai hilangnya potensi regenerasi.[4]

Pada kelainan ini terlihat pseudohipertropi pada betis dan pantat,

dimana penderitanya semua dari golongan umur kanak- kanak. Dalam 10-12

Page 12: DMD Referat

tahun penderita tidak dapat bergerak lagi dan hidupnya terpaksa di tempat

tidur atau di kursi roda. Pada tahap terminal ini seluruh otot skeletal sudah

atrofik. [5]

Penderita DMD pada umumnya meninggal karena kegagalan dalam

pernapasan, biasanya pada akhir usia belasan tahun atau awal dua puluh.

Banyak anak-anak lelaki mempunyai elektrokardiogram abnormal pada usia

18 tahun. [7]

G. GEJALA DAN TANDA

Pada Duchenne muscular dystrophy, otot fleksor leher, otot ekstensor

pinggang, otot ekstensor panggul, otot quadrisep, otot tibialis anterior, otot

biseps, dan otot triseps lebih banyak mengalami gangguan dibandingkan otot

extensor leher, otot flexor panggung, otot deltoid, otot hamstring, otot

gastroknemii, dan otot solei. [8]

Refleks tendon dalam, yang muncul pada kerusakan serat otot yang

berlangsung paralel, mulanya berkurang secara perlahan terus berlanjut

sampai hilang. Pada umumnya, perbesaran otot memberikan gambaran

terjadinya peningkatan kekuatan otot. Namun kenyataannya, pada penyakit

DMD terjadi perbesaran gelendong otot disebabkan oleh infiltrasi lemak dan

fibrotik pada otot yang mengalami degenerasi, yang disebut pseudoatrofi. []

Kadang-kadang, pseudoatrofi tampak pada otot lengan dan otot lidah.

Bagaimanapun, penjelasan lain menyatakan bahwa pseudohipertrofi

merupakan hasil mekanisme kompensasi dari kelemahan otot. [12]

Gejala dan tanda pada penyakit DMD berdasarkan tahapan perjalanan

penyakit sebagai berikut. [12]

Page 13: DMD Referat

1. Tahap 1 – Presimptomatik

a. Kreatine kinase biasanya meningkat.

b. Riwayat keluarga biasanya positif.

2. Tahap 2 – Fase awal berjalan

a. Waddling gait, muncul pada anak usia 2-6 tahun; sering pada gejala

klinis pertama pasien Duchenne muscular dystrophy.

b. Kelemahan progresif terjadi pada otot-otot proximal, terutama

ekstremitas bawah, tetapi selanjutnnya naik ke otot flexor leher, bahu

dan lengan.

c. Karena kelemahan otot punggung proximal dan otot ekstremitas,

orangtua sering mengatakan bahwa anak laki-lakinya menekan

lututnya sebagai usaha untuk berdiri; dikenal sebagai tanda Gowers.

3. Tahap 3 – Fase akhir berjalan

a. Lebih sulit berjalan.

b. Sekitar usia 8 tahun, kebanyakan pasien memperlihatkan kesulitan

menaiki tangga dan kelemahan otot respirasi. Kelemahan ini

berlangsung lambat, tetapi pasti.

c. Tidak dapat bangkit dari lantai.

d. Terjadi hipoksia nokturnal seperti letargi dan sakit kepala di pagi

hari.

4. Tahap 4 – Fase awal tidak mampu berjalan

a. Dapat bergerak sendiri untuk beberapa waktu

Page 14: DMD Referat

b. Masih dapat mempertahankan postur tubuh

c. Perkembangan skoliosis

5. Tahap 5 – Fase akhir tidak mampu berjalan

a. Skoliosis berlangsung progresif, sehingga menjadi bergantung pada

kursi roda.

b. Jika kursi roda tidak mampu menolong lagi, gejala berkembang ke

arah respirasi terminal atau gagal jantung, biasanya terjadi pada usia

dua puluhan; gizi buruk dapat juga menjadi komplikasi serius pada

seseorang dengan DMD tahap akhir yang berat.

c. Terbentuk kontraktur otot.

Page 15: DMD Referat

Kadang-kadang terjadi peningkatam enzim fungsi hati (AST, ALT),

dan pada beberapa kasus, kadar serum kreatine kinase dan gamma-glutamyl

transferase (GGT) mesti diteliti lebih awal dibanding biopsi hati. [7]

Kebanyakan anak-anak yang mengalami distrofinopati memiliki IQ <

1 standar deviasi dibanding populasi umum. Keterampilan intelektual yang

rendah seperti bidang kognitif (gangguan kemampuan diferensiasi, gangguan

Page 16: DMD Referat

hiperaktif dengan pengurangan atensi (ADHD), gangguan obsesi-konvulsif,

mental retardasi), tampak pada 30% pasien dengan distrofinopati. Anak-anak

yang menderita DMD mengalami gangguan dalam keterampilan berbicara

dan berpeluang mengalami gangguan proses kompleks informasi verbal. [12]

Secara umum, gejala-gejala yang dapat ditemukan pada DMD adalah

sebagai berikut [4]

:

1. Kelemahan otot yang progresif bahkan dapat terjadi kehilangan masa otot.

2. Gangguan keseimbangan.

3. Mudah merasa lelah

4. Kesulitan dalam aktivitas motorik

5. Peningkatan lumbal lordosis yang berakibat pada pemendekan otot

panggul

6. Sering jatuh

7. Kesulitan berjalan, cara berjalan yang aneh

8. Waddling Gait

9. Deformitas jaringan ikat otot

10. pseudohipertrophy ( mengalami pembesaran pada lidah dan betis), dimana

terjadi pengisisan oleh jar ikat dan jaringan lemak.

11. Mengalami kesulitan belajar

12. Jangkauan gerak terbatas

13. Kontraktur otot (biasanya pada tendon Achilles dan kerusakan otot

hamstring) karena serat otot memendek dan mengalami fibrosis yang

muncul pada jaringan ikat.

Page 17: DMD Referat

14. Gangguan respirasi

15. Ptosis

16. Atrofi Gonad

17. Scoliosis

18. Beberapa jenis MD dapat menyerang jantung, menyebabkan

cardiomyopathy atau aritmia

H. DIAGNOSIS BANDING

1. Congenital Muscular Dystrophy (CDM)

CMD merupakan penyakit autosomal resesif yang menyebabkan

kelemahan berat pada bagian proksimal tubuh, sejak kelahiran (atau

kurang dari 12 bulan) yang berjalan tidak progresif. Kontraktur merupakan

tanda umum dan CNS abnormal dapat terjadi. [14]

Biopsi otot menunjukkan

tanda distrofi, termasuk peningkatan dalam endomysial dan perimysial

jaringan ikat; ukuran serat kecil dan imatur. [6]

2. Congenital Myopathies (CM)

CM bercirikan onset sejak awal kehidupan dengan kondisi

hipotonia, hiporefleksia, kelemahan umum yang lebih sering mengenai

bagian otot proksimal dan curah otot yang buruk. Sering disertai dismorfik

akibat kelemahan. Relatif tidak progressif. [14]

Hipotonia merupakan tanda utama CM, dengan klinis

ketertinggalan; lemah dalam memfleksikan pinggung, luut dan siku;

external rotasi pinggul; kelemahan pada wajah, lengan dan otot aksial; dan

penurunan masa otot. [6]

Page 18: DMD Referat

3. Polymyositis

Polymyositis merupakan miopati inflamasi idiopati yang

menyebabkan kelemahan otot proksimal yang simetris; peningkatan kadar

enzim otot lurik dan gambaran electromyography (EMG) yang khas.

Umumnya ditemukan pada pria dewasa. [14]

4. Emery-Dreifuss Muscular Dystrophy

Klinis berupa kelemahan otot yang berjalan lambat dan mengikis

distribusi scapulohumeroperoneal. Kontraktur dini pada siku, mata kaki

dan leher belakang. Terjadi defek konduksi kardiak dan/atau

kardiomiopati. Onset biasanya muncul pada usia remaja, tetapi pada

beberapa kondisi dapat terjadi pada neonatus dan bahkan dekade ketiga.

Kelemahan yang muncul pada otot peronela dengan gaya berjalan toe-

walking. [14]

5. Facioscapulohumeral Dystrophy (FD)

Klinis berupa kelemahan bahu. Wing-scapula merupakan tanda

utama FD. Letak skapula lebih lateral dibandingkan normal. Skapula akan

naik saat abduksi. Otot deltoid biasanya normal, dan kelemahan abduksi

bahu terjadi akibat lemahnya fiksasi skapula. Kegagalan gerakan

menyerong naik pada aksila anterior akibat kelemahan otot pektoralis

mayor. [6]

6. Limb-Girdle Muscular Dystrophy

Onset muncul pada usia dewasa, berupa atropi otot yang berjalan

lambat dengan kelemahan pada distribusi limb-girdle, yang disertai

keterlibatan faring dalam memimpin terciptanya pembicaraan nasal. Tidak

Page 19: DMD Referat

terbentuk kontraktur otot, hipertrofi otot, dan gangguan jantung. Creatine

kinase (CK) dalam batas normal. [6]

Kelainan ini merupakan autosomal dominan. Protein yang terlibat

berupa myotilin, yang berkaitan dengan sarkomer. Lokus gen terletak pada

5q31. [14]

I. DIAGNOSIS

Diagnosis dari DMD didasarkan terutama pada hasil biopsi otot.

Dalam beberapa kasus, suatu tes darah DNA mungkin cukup membantu.

Pemeriksaan lainnya yang dapat membantu antara lain, peningkatan kadar

CK serum dan pemeriksaan elektromyografi, yang konsisten dengan

keterlibatan miogenik. [13]

Seringkali, terdapat kehilangan jaringan otot, yang sulit untuk dilihat

karena pada DMD menyebabkan penumpukan jaringan lemak dan jaringan

ikat yang membuat otot tampak lebih besar. Ini disebut dengan

pseudohipertrofi. [6]

Tanda dan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis DMD adalah

sebagai berikut [3,4]

:

1. Positif Gower Sign menunjukkan banyaknya kerusakan yang lebih pada

otot- otot di ekstremitas bawah. Gowers’ sign adalah suatu gerakan tubuh

saatpasien berusaha berdiri akibat proses degenerasi otot skeletal yang

berjalan secara progresif sehinga menyebabkan kelemahan otot. Pasien

memulai untuk berdiri dengan cara kedua lengan dan kedua lutut

menyangga badan (prone position), kemudian kedua lutut diluruskan (bear

position), selanjutnya tubuh ditegakkan dengan bantuan kedua lengan

Page 20: DMD Referat

yang berpegangan pada ke dua lutut dan paha untuk kemudian berdiri

tegak (upright position).

2. Creatin Kinase ( CPK – MM ), dimana kadar keratin kinase pada aliran

darah tinggi. Akibat ketiadaan distropin pada pasien DMD, terjadi

gangguan permeabilitas membran sel otot (sarkolemma), sehingga terjadi

kebocoran enzim kreatinin fosfokinase (CPK) yang menyebabkan kadar

CPK dalam serum menjadi sangat tinggi.

3. EMG (elektromyografi) menunjukkan kelemahan yang disebabkan oleh

kerusakan pada jaringan otot dibandingkan pada sel syarafnya. Hasil EMG

sesuai dengan kelainan miopati, yaitu terlihat peningkatan frekuensi,

penurunan amplitudo dan penurunan aksi potensial motorik, sedangkan

kecepatan hantar saraf adalah normal. DMD merupakan suatu kelainan

miopati.

4. Genetic Testing, dapat menampilkan bahwa kerusakan genetik pada gen

Xp21.

5. Biopsy otot (imunohistokimia atau imunobloting), atau bisa juga

pemeriksaan genetik dengan tes darah untuk mengkonfirmasi keberadaan

distropin. Terjadi degenerasi otot, tampak internal nuclei bertambah dan

jaringan ikat perimisium dan endomisium meningkat. Pada pasien DMD

terjadi proses degenerasi serabut otot yang digantikan oleh jaringan

fibrofatty akibat ketiadaan distrofin.

J. TERAPI

Pemberian kortikosteroid, seperti prednisolon pada pasien DMD

dapat mempertahankan fungsi dan kekuatan otot, serta memperlambat

Page 21: DMD Referat

proses degenerasi penyakit. Mekanisme kortikosteroid dalam

memperlambat proses

degenerasi otot masih belum jelas. Efek samping pemberian kortikosteroid

adalah peningkatan berat badan, retardasi pertumbuhan, hirsutisme dan

osteoporosis. [7]

Latihan fisik berupa fisioterapi dan pemakaian alat bantu dapat

diberikan. Untuk mencegah kontraktur plantar fleksi yang berpengaruh pada

keseimbangan dan cara berjalan, dapat diberikan latihan stretching heel-cord

dan pemakaian ankle foot orthosis (AFO) pada waktu malam. Tetapi

pemakaian alat ortosis atau stretching tidak dapat mencegah terjadinya

kontraktur. Ketika kontraktur tendo achilles bertambah berat dan

mempengaruhi ambulasi, maka dapat dilakukan lengthening tendon achilles.

[4]

Pemakaian knee ankle foot orthosis (KAFO) digunakan saat otot

quadriceps mulai lemah yang disertai berkembangnya fleksi kontraktur lutut

sehingga membantu pasien untuk dapat berdiri dan berjalan. Alat tersebut

dapat digunakan pada pasien dengan knee flexion contracture <30°. Pada

fleksi kontraktur lutut yang melebihi 30° sampai 40°, tindakan pembedahan

tidak bermanfaat karena tidak akan tercapai koreksi fungsional yang berarti.[]

Pada pasien DMD biasanya terdapat hipotonia saluran cerna, yang

menyebabkan pengosongan lambung menjadi sulit sehingga memerlukan

pemasangan nasogastric tube untuk aspirasi cairan lambung. [1]

Dengan berjalannya waktu, maka proses degenerasi otot skeletal terus

berlangsung, sehingga pasien akan mengalami masalah multisistem. Fungsi

Page 22: DMD Referat

paru akan terus memburuk setelah fusi spinal karena proses distrofi progresif

otot pernafasan, termasuk otot diafragma. Selain itu dapat terjadi gangguan

fungsi jantung. Dalam hal ini latihan respirasi tidak memberikan keuntungan

yang berarti. Bantuan ventilasi dengan menggunakan nasal mask pada malam

hari dengan end-expiratory pressure akan membantu mencegah pneumonia

dan dekompensasi pulmonal. Tanpa dukungan ventilator, pasien biasanya

meninggal dalam usia 20 tahun. [7]

K. PROGNOSIS

Prognosis dari DMD bervariasi tergantung dari progresivitas

penyakitnya. Pada beberapa kasus dapat ringan dan memburuk sangat

lambat, dengan kehidupan normal, sedangkan pada kasus yang lain mungkin

memiliki pemburukan kelemahan otot yang bermakna, disabilitas fungsional

dan kehilangan kemampuan berjalan. Harapan hidup dapat tergantung pada

derajat pemburukan dan defisit pernapasan lanjut. Pada DMD, kematian

biasanya terjadi pada usia belasan sampai awal dua puluhan. [2]

Page 23: DMD Referat

BAB III

PENUTUP

Duchenne muscular dystrophy merupakan penyakit kelainan distrofik

yang diwariskan secara X-linked dan hanya mengenai laki-laki, sementara

perempuan hanya sebagai pembawa sifat.

Secara klinis pasien DMD tidak mampu berjalan pada usia sekitar 10

tahun. Tindakan pembedahan dan rehabilitasi, dapat membantu pasien untuk

memperlama fungsi ambulasi serta memberikan rasa nyaman.

Perlu pemberian informasi yang jelas dan konseling genetika mengenai

perjalanan penyakit terhadap pasien dan keluarganya. Diagnosis DMD dapat

ditegakkan dengan analisis DNA untuk mendeteksi delesi gen yang bertanggung

jawab terhadap penyandian protein distrofin. Pemeriksaan immunohistokimia

protein distrofin, juga dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis pasti.

Penanganan pasien dengan DMD harus dilakukan secara multidisiplin.

Page 24: DMD Referat

DAFTAR PUSTAKA

1. Wedhanto S, U Siregar. Duchenne Muscular Dystrophy. Maj Kedokt

Indon, Volum: 57, Nomor: 9, September 2007.

2. Tachjian MO. Clinical pediatric orthopedic the art of diagnosis and

principles of management. Generalized affection of the muscular skeletal

system. Stamfort, CT, Appleton & Lange; 1997.p.401-3.

3. Muntoni F, Torelli Silvia, Ferlini A. Dystrophin and mutations: one gene,

several proteins, multiple phenotypes. Lancet Neurol 2003;2:731-40.

4. Sussman M. Duchenne Muscular Dystrophy. J Am Acad Orthop Surg

2002;10:138-51.

5. Mardjono M, S. Priguna. Neurologi Klinis Dasar. 2008: Jakarta. Dian

Rakyat.

6. Annonymous. Muscular Dystrophy Types. (Online) 2008.

(http://www.news-medical.net/health/Muscular-Dystrophy-Types.aspx,

diunduh 10 Agustus 2012).

7. Nowak K. J., K. E.Davies. Duchenne muscular dystrophy and dystrophin:

pathogenesis and opportunities for treatment. Third in Molecular

Medicine Review Series. EMBO reports Vol 5;No 9: 2004.

8. Bradley W. G., R. B. Daroff, G.M. Fenichel. Neurology in Clinical

Practice. Fourth Edition. 2004: Pennsylvania. El Sevier Inc.

9. Guyton A. C., J.E Hall. Fisiologi Kedokteran. 2008: Jakarta. EGC

10. Ervasti JM, Campbell KP. Membrane organization of the dystrophin-

glycoprotein complex. Cell. Sep 20 1991;66(6):1121-31.

11. Ozawa E, Noguchi S, Mizuno Y, et al. From dystrophinopathy to

sarcoglycanopathy: evolution of a concept of muscular dystrophy. Muscle

Nerve. Apr 1998;21(4):421-38.

12. Darke J, Bushby K, Le Couteur A, McConachie H. Survey of behaviour

problems in children with neuromuscular diseases. Eur J Paediatr Neurol.

May 2006;10(3):129-34.

13. Mendell JR, Shilling C, Leslie ND et al. Evidence based path to newborn

screening for Duchenne Muscular Dystrophy. Ann Neurology.

2012;71:304–313.

14. Annonymous. Duchenne Muscular Dystrophy (online) 2012

(http://emedicine.medscape.com/, diunduh 10 Agustus 2012)