92
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh setiap elemen Negara karena marupakan amanat dari Undang-undang Dasar kita sehingga dibutuhkan suatu usaha dan kebijakan yang riil didalam mewujudkannya. Tujuan ini akan tercapai apabila setiap masyarakat memperoleh haknya untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang layak atau dengan kata lain masalah ekonomi yang berupa pengangguran dan kemiskinanan harus dihindarkan dari masyarakat kita. Pembangunan di sektor industri adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Hal ini diyakinkan karena sektor industri mampu meyerap lebih banyak tenaga kerja dengan tingkat upah yang cukup baik. sehingga sangat perlu sekali untuk merencanakan 1

erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan

pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh setiap elemen Negara

karena marupakan amanat dari Undang-undang Dasar kita sehingga

dibutuhkan suatu usaha dan kebijakan yang riil didalam mewujudkannya.

Tujuan ini akan tercapai apabila setiap masyarakat memperoleh haknya untuk

mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang layak atau dengan kata lain

masalah ekonomi yang berupa pengangguran dan kemiskinanan harus

dihindarkan dari masyarakat kita.

Pembangunan di sektor industri adalah salah satu upaya yang dapat

dilakukan untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Hal ini

diyakinkan karena sektor industri mampu meyerap lebih banyak tenaga kerja

dengan tingkat upah yang cukup baik. sehingga sangat perlu sekali untuk

merencanakan pengembangan sektor industri dengan harapan terjadinya

pengurangan pengangguran dan tingkat kemiskinan.

Keberadaan industri kecil dan industri rumahan yang cukup banyak

sangat membantu sekali dalam upaya mengurangi dan meningkatkan

pendapatan masyarat pendesaan mengingat daerah pedesaan merupakan

penyumbang penduduk miskin yang paling banyak yang akhirnya dapat

mengurangi angka kemiskinan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Bintarto

(1977: 24) bahwa adanya sektor industri di pedesaan seperti industri genting

1

Page 2: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

yang cukup banyak keberadaannya akan sangat membantu sekali dalam

mengurangi pengangguran dan kemiskinan di pedesaan.

Untuk mengembangkan industri kecil atau industri rumahan

dibutuhkan pembinaan agar menjadi usaha yang semakin efisien dan mampu

berkembang dan bertahan sehingga akan dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat, membuka lapangan kerja dan makin mampu menjalakan

fungsinya dalam upaya penyediaan barang-barang yang dibutuhkan masyrakat

dengan harapan industri kecil atau industri rumahan mempunyai kebijakan

dan strategi untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan usahanya.

Perkembangan dunia usaha yang dinamis yang disebabkan oleh

perkembangan teknologi dan tumbuh banyaknya industri yang memiliki

produk yang sejenis sehingga dihadapkan pada persaingan. Hal ini merupakan

ancaman bagi industri kecil yang harus segera ditindak lanjuti karena secara

langsung akan mempengaruhi kelangsungan usahanya, mengingat bagi

industri kecil bahwa hasil penjualan produk merupakan sumber pendapatan

yang utama. Untuk mengatasi semacam itu perusahaan atau industri kecil

dituntut untuk antisipatif terhadap segala kemungkinan yang terjadi dalam

persaingan.

Para pelaku usaha dengan menejemennya harus mampu

mempertahankan keberadaan usaha/perusahaannyadi tengah persaingan dunia

usaha yang semakin ketat dengan upaya meningkatkan kualitas produk dengan

harga yang bersaing sehingga memiliki keunggulan kompetitif yang dapat

menarik minat konsumen. Setiap konsumen menginginkan produk yang sesuai

2

Page 3: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

dengan kebutuhan dan selera mereka. Sebagian besar konsumen

menginginkan produk yang berkualitas tinggi dengan harga terjangkau. Hal ini

menjadi kendala bagi perusahaan sebab harus meningkatkan kualitas produk

dan menekan biaya produksi.

Manajemen perusahaan harus mampu mencari formula baru untuk

dapat memperbaiki manajemen perusahaan dalam hal merencanakan

pengalokasian biaya-biaya secara tepat dan memiliki keakuratan yang tinggi,

khususnya biaya produksi, sebab penentuan biaya produksi berkaitan dengan

perhitungan harga pokok produksi. Apabila biaya produksi tinggi maka harga

pokok produksi tinggi sehingga harga jual produk relatif lebih mahal dari

harga jual pesaing. Sebaliknya, apabila biaya produksi rendah maka harga

pokok produksi rendah sehingga harga jual produk relatif murah tetapi

perusahaan tidak dapat mencapai laba secara optimal.

Permasalahan di dalam pengalokasian biaya dan penentuan harga yang

tepat merupakan permasalahan yang seringkali dihadapi oleh industri atau

perusahaan kecil dengan sistem pengelolaan dan pencatatan yang masih

bersifat tradisonal sehingga didalam perhitungan biaya atau perhitungan harga

pokok produksi masih kurang akurat dan dalam penetapan harga jual yang

kurang mempertimbangkan total biaya yang dihabiskan, laba yang mungkin

diperoleh, dan persaingan yang dihadapinya. Akhirnya memunculkan

penetapan harga jual menjadi kurang bersaing dan menimbulkan kerugian

karena tidak mampu menutupi biaya yang dikeluarkan selama proses

produksi.

3

Page 4: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

Kesalahan dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi akan

memberikan dampak negatif bagi perusahaan. Untuk produk yang overcosting

akan menyebabkan produk kalah bersaing dalam masalah harga di pasaran

dengan produk yang sejenis dari perusahaan lain, sehingga permintaan

semakin kecil dan susah untuk mendapatkan keuntungan yang besar.

Sebaliknya pada produk yang cenderung undercosting, maka perusahaan akan

merugi karena harga pokok produksinya lebih rendah dari harga pokok

produksi yang sebenarnya. Hal ini akan mengurangi laba yang akan diperoleh

oleh produk tersebut. Perhitungan dengan menggunakan sistem konvensional

memberi hasil yang kurang akurat, oleh karena itu sangat mungkin untuk

dilakukan perhitungan dengan sistemActivity Based Costing (ABC). Dengan

menggunakan sistem ABC diharapkan penentuan harga pokok produk lebih

tepat dan proporsional, sehingga didapat harga jual produk yang lebih

kompetitif.

Daljono (dikutip Riki Martusa, dkk. 2010) menyatakan bahwa

penentuan Cost of Goods Manufactured yang lebih akurat penting bagi

manajemen sebagai dasar untuk pembuatan keputasan. Manajemen dapat

dipermudah dalam membuat berbagai keputusan, antara lain:

1. Menentukan harga jual

2. Mempertimbangkan menolak atau menerima suatu pesanan

3. Memantau realiasasi biaya

4. Menghitung laba rugi tiap pesanan

4

Page 5: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

5. Menentukan Cost of Goods Manufactured persedian produk jadi dan

produk dalam proses yang akan disajikan dalam neraca.

Dari pernyataan di atas dapat menggambarkan kita begitu pentingnya

keakuratan biaya. ABC System dapat membantu manajemen dalam

mengalokasikan biaya overhead secara akurat dan dapat mengurangi distorsi

yang disebabkan oleh sistem biaya tradisional. ABC System dapat menelusuri

biaya-biaya secara lebih menyeluruh, tidak hanya ke unit produk, tetapi ke

aktivitas yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk. Dengan

demikian, penggunaan ABCSystem akan mampu memberikan informasi harga

pokok produksi yang lebih akurat.

Activity Based Costing (ABC) memiliki penerapan penelusuran biaya

yang lebih menyeluruh dibandingkan dengan akuntansi biaya tradisional.

Perhitungan Cost of Goods Manufactured menelusuri biaya bahan baku

langsung dan biaya tenaga kerja langsung ke setiap unit output. Tetapi, ABC

mengakui bahwa banyak biaya-biaya lain yang pada kenyataannya dapat

ditelusuri tidak ke unit output, tetapi keaktivitas yang diperlukan untuk

memproduksi output. Dengan demikian, penggunaan metode Activity Based

Costing ini akan mempu memberikan informasi Cost of Goods Manufactured

yang lebih akurat (Riki Martusa, dkk. 2010).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis berkeinginan untuk

mengadakan penelitian dengan judul “ANALISIS PENERAPAN SISTEM

ACTIVIY BASED COSTING (ABC) DALAM PENETAPAN HARGA

POKOK PRODUKSI UNTUK MENCAPAI TINGKAT HARGA JUAL

5

Page 6: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

YANG MAMPU BERSAING PADA USAHA PRODUKSI GENTING

BETON “SKARWANGI” WANASABA”.

B. Identifikasi Masalah

1. Manajeman produksi yang kurang bagus.

2. Perhitungan biaya-biaya atau harga pokok produksi yang kurang akurat.

3. Harga jual yang tidak mampu bersaing dipasaran.

4. Sistem penetapan harga jual yang tanpa memperhitungkan biaya-biaya dan

harga persaingan yang dihadapinya.

C. Batasan Masalah

Dengan melihat identifikasi masalah di atas dan dengan

mempertimbangkan keterbatasan waktu dan biaya maka penelitian ini

memfokuskan penelitiannya yaitu untuk melihat :

1. Obyek Penelitian :

Penerapan metode Activity Based Costing dalam perhitungan harga pokok

produksi untuk menghasilkan harga jual yang bersaing.

2. Subyek Penelitian :

Terbatas hanya pada Produsen Genting Beton “Skarwangi” di Wanasaba

Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur.

6

Page 7: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian Latar Belakang dan Batasan Masalah di atas, maka

ditarik pokok permasalahan yang perlu dianalisis dengan rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan metode Activity Based Costing terhadap perhitungan

harga pokok produksi genting beton pada “Skarwangi” Wanasaba ?

2. Apakah perhitungan harga pokok produksi genting beton “Skarwangi”

Wanasaba dengan system Activity Based Costing (ABC) dapat

menghasilkan harga jual yang mampu bersaing ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui bagaimana perhitungan harga pokok produksi genting

beton “Skarwangi” Wanasaba dengan sistem Activity Based Costing (ABC)

dapat menghasilkan harga jual yang mampu bersaing.

F. Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian diharapakan dapat memberikan masukan peda

Produsen Genting beton khususnya Produsen Skarwangi Wanasaba

dalam menghitung harga pokok produksi dan penentuan harga jualnya.

b. Untuk memberikan gambaran ke pada para Produsen genting lainnya

tetang bagaimana perhitungan harga pokok produksi dan harga jual

yang baik sehingga mampu bersaing di pasaran.

7

Page 8: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

c. Untuk memberikan pengetahuan bagi pembaca ataupun pihak lain

menyangkut masalah perhitungan harga pokok pokok produksi dan

penentuan harga jual.

d. Untuk memberikan pengalaman praktik di lapangan kepada Peneliti

mengenai teori yang diperoleh di bangku kuliah.

G. Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional dari setiap variabel penelitian ini adalah :

1. Sistem Activity Based Costing (ABC) adalah suatu sistem kalkulasi biaya

yang menelusuri biaya ke aktivitas kemudian ke produk (Hansen dan

Mowen, 1999, 321)

2. Harga Pokok Produksi adalah sejumlah biaya-biaya yang dikeluarkan baik

untuk memperoleh bahan baku maupun yang digunakan untuk mengolah

bahan baku sampai menjadi barang jadi yang diantarnya biaya bahan baku,

biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik (Sugiri dan Riyono

2007, 264).

3. Biaya bahan baku yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan

baku (Supriyono, 1999, 20).

4. Biaya Tenaga Kerja Langsung adalah balas jasa yang diberikan kepada

karyawan pabrik yang manfaatnya dapat diidentifikasi atau diikuti

jejaknya pada produk tertentu yang dihasilkan perusahaan (Supriyono,

1999, 20).

8

Page 9: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

5. Biaya Overhead Pabrik adalah semua jenis biaya kecuali biaya bahan baku

dan biaya tenga kerja langsung yang diperlukan dalam proses produksi

(Mardiasmo, 2000, 194).

6. Harga Jual adalah julah biaya total (biaya produksi, biaya pemasaran, dan

biaya administrasi dan umum) ditambah jumlah laba (markup) yang

diinginkan perusahaan (Halim dan Supomo, 2005, 98).

9

Page 10: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Dhania Anggarani Putri. 2011. “Analisis Penggunaan Metode

Activity Based Costing Sebagai Alternatif Dalam Menentukan Tarif SPP

SMP-SMA Pada YPI Nasima Semarang Tahun 2010” Jenis penelitian ini

adalah jenis penelitian deskriptif eksposisi. Penelitian ini dilakukan untuk

memberikan ilustrasi kepada manajemen sekolah tentang pembebanan biaya

operasional yang berkaitan dengan penentuan tarif SPP menggunakan metode

Activity Based Costing (ABC) untuk mengetahui perbedaan, kelemahan, serta

kelebihan masing-masing metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tarif

SPP dengan perhitungan menggunakan metode Activity Based Costing(ABC)

yang diberlakukan untuk murid baru unit SMP kelas VII sebesar Rp

564.820,00 dan pada unit SMA kelas X sebesar Rp 572.397,00. Sedangkan

tarif yang berlaku tahun 2010 untuk unit SMP dan SMA sebesar Rp

566.667,00. Berdasarkan hasil tersebut, harga tidak terpaut jauh dengan

metode yang telah diterapkan Sekolah Nasima yang berarti bahwa walaupun

selama ini Sekolah Nasima menggunakan metodenya sendiri dalam

menentukan tarif SPP, namun hal tersebut mencakup keseluruhan kebutuhan

biaya pendidikan. Hanya saja, dengan menggunakan metode ABC, Sekolah

Nasima dapat merencanakan anggaran secara tepat, terperinci, dan

terprogram sehingga memudahkan manajemen dalam menyetarakan

pendapatan dan pengeluaran.

10

Page 11: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

Yulianti. 2010. “Penerapan Activity Based Costing System Sebagai

Dasar Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus Pada RSUD. H. A.

Sulthan Daeng Radja Bulukumba)”. Dalam penulisan skripsi ini, penulis

menggunakan metode deskriptif komparatif yaitu menjelaskan, meringkaskan

berbagai kondisi, situasi dan variabel yang timbul di masyarakat, yang

menjadi obyek penelitian, berdasarkan apa yang terjadi. Dari perhitungan

tarif jasa Jrawat inap dengan menggunakan metode ABC diketahui besarnya

tarif untuk Kelas Dahlia Rp. 163.961, 75, Kelas Teratai Rp. 99.490, 72, Kelas

Anggrek Rp. 72.881, 93, Kelas Utama Rp. 68.003, 66, Kelas I Rp. 63.776,

85, Kelas II Rp 59.079 ,77 dan Kelas III Rp. 56.097, 23. Dari hasil

perhitungan tarif rawat inap dengan menggunakan Activity Based Costing

system, apabila dibandingkan dengan tarif rawat inap yang digunakan oleh

rumah sakit saat ini, terlihat bahwa untuk Kelas Dahlia, Kelas Teratai, Kelas

Anggrek dan Kelas Utama memberikan hasil yang lebih besar dan Kelas I,

Kelas II, dan Kelas III memberikan hasil yang lebih kecil. Dengan selisih

untuk Kelas Dahlia Rp. 86.038, 25, Kelas Teratai Rp. 60.509, 28, Kelas

Anggrek Rp. 47.118, 07, Kelas Utama Rp. 1.996, 34, Kelas I Rp. 10.776, 85,

Kelas II Rp. 25.079,77, dan Kelas III Rp 37.097,23. Perbedaan tarif yang

terjadi disebabkan karena pembebanan biaya overhead pada masing-masing

produk.Activity Based Costing system telah mampu mengalokasikan biaya

aktivitas ke setiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing

aktivitas.

11

Page 12: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

Yulian Danang Eko Saputro. 2010. “Activity Based CostingSebagai

Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi di PT. Antar Surya Jaya”.

Metode penelitian yang digunakan adalah Kualitatif dengan teknik

pengumpulan data secara observasi, interview atau wanwancara, dokumentasi

dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan

Activity Based Costing yang dilakukan oleh PT Antar Surya Jaya dapat

deketahui bahwa, pembebanan biaya overhead untuk masing-masing aktvitas

dihitung terlebih dahulu untuk mengetahui tarifnya. Seletah tarif tiap cost

drive deketahui langkah selanjutnya adalah pembebanan biaya sumber daya

ke masing-masing pusat aktivitas, dan langkah terkhir adalah pembebanan

biaya pusat aktivitas ke masing-masing produk. Adapaun besarnya biaya

overhead untuk masing-masing koran sebesar, Surya Rp. 4.046.809 Kompas

Rp. 7.131.941, dan untuk Harga pokok produksi tiap eksemplar adalah sebagai

berikut Surya Rp. 718 Kompas Rp. 1375.

Masyhudi AM. 2008. “Analisis Biaya Dengan Metode Acvitity Based

Costing Kepaniteraan Klinik Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unissula Di

Rumah Sakit Pendidikan (Studi Kasus di Rumah Sakit Sultan Agung)”. Jenis

Penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif dengan melakukan

studi kasus di Rumah Sakit Islam Sultan Agung. Hasil perhitungan dengan

metode ABC didapatkan bahwa unit cost biaya kepaniteraan klinik per bagian

tanpa membedakan bagian besar dan bagian kecil adalah Rp. 1.335.690.-.

Unit cost biaya kepaniteraan klinik per bagian pada Bagian Besar adalah Rp.

1.874.694,-. Hasil ini lebih tinggi dari biaya Kepaniteraan Klinik yang

12

Page 13: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

ditetapkan saat ini yaitu sebesar Rp. 1.450.000,-. Terdapat kenaikan sebesar

Rp. 424.694,- atau sebesar 29,3 %. Unit cost biaya Kepaniteraan Klinik per

bagian untuk Bagian Kecil adalah Rp. 1.004.766,- Hasil ini lebih tinggi dari

biaya yang saat ini ditetapkan yaitu sebesar Rp 950.000,-. Terdapat kenaikan

Rp. 54.766,- atau sebesar 5,7 %. Dari hasil diskusi dengan kelompok

mahasiswa didapatkan bahwa mahasiswa tidak keberatan apabila biaya

kepaniteraan klinik dinaikkan dengan syarat ada peningkatan kualitas

kepaniteraan klinik terutama pada pemenuhan sarana parasarana, fasilitas

akomodasi Rumah Sakit serta keaktifan dosen pembimbing. Besaran

kenaikan biaya antara 10 – 30 %. Dari hasil diskusi dengan pimpinan Rumah

Sakit di dapatkan bahwa fasiltas kepaniteraan klinik di Rumah Sakit belum

memadai, utamanya pada sarana prasarana dan peralatan yang khusus

dipergunakan untuk proses belajar mengajar. Dari hasil diskusi dengan

pimpinan Fakultas didapatkan bahwa dalam penetapan biaya kepaniteraan

klinik belum sepenuhnya melibatkan Rumah Sakit dan mahasiswa.

Disarankan, berdasarkan perhitungan unit cost serta pertimbangan-

pertimbangan lain, maka biaya Kepaniteraan Klinik Mahasiswa Fakultas

Kedokterandi RSI Sultan Agung perlu dinaikkan antara 20 – 40 %.

13

Page 14: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

B. Landasan Teori

1. Konsep Biaya dan Penggolongan Biaya

Biaya ialah kas dan setera kas yang dikorbankan untuk

memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan

memperoleh manfaat atau keuntungan di masa mendatang (Darsono

Prawironegori, 2005: 15).

Menurut Hansen dan Women (1997, 36) biaya adalah kas atau nilai

ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang

diharapkan memberikan manfaat saat ini atau dimasa datang bagi

organisasi.

Sedangkan Daljono (dikutip Riki Martusa, dkk, 2010) mengartikan

bahwa biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur

dalam satuan uang, untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan

akan memberikan keuntungan atau manfaat pada saat ini atau masa yang

akan datang.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

biaya merupakan kas atau nilai ekuivalen kas yang dikeluarkan oleh

perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan guna

untuk memberikan suatu manfaat yaitu peningkatan laba baik pada masa

sekarang maupuan masa yang akan datang.

Adapun pengklasifikasian atau penggolongan biaya, hal ini penting

dengan maksud untuk membantu hubungan diantara data biaya sebagai

bahan masukan dalam perencanaan dan pengendalian. Secara umum

14

Page 15: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

hampir setiap perusahaan biaya dapat dikelompokkan menjadi biaya tetap

(Fixed Cost) dan biaya variabel (Variabel Cost). Biaya tetap adalah biaya

yang jumlahnya tidak berubah sedangkan biaya variabel adalah biaya yang

jumlahnya berubah-ubah bergantung pada fluktuasi produksi/pembelian

(Sadeli dan Siswanto, 2004, 35).

Sedang Supriyono (1999, 18) menyatakan bahwa penggolongan

biaya adalah proses mengelompokkan secara sistematis atas keseluruhan

eleman yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas

untuk dapat memberikan informasi yang lebih punya arti atau lebih

penting. Selanjutanya Supriyono (1999, 18-35) menggolongkan biaya

berdasarkan cara pengglongongannya yaitu sebagai berikut :

1) Penggolongan biaya sesuai dengan Fungsi Pokok dari

Kegiatan/Aktivitas Perusahaan (Cost Classified Accourding to the

Function of Bisiness Activity)

a. Biaya Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan

fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi

produk selesai, yang digolongkan menjadi :

a) Biaya bahan baku adalah harga perolehan dari bahan baku

yang dipakai di dalan pengolahan produk.

b) Biaya tenaga kerja adalah semua balas jasa (teken prestasi)

yang diberikan oleh perusahaan kepada semua karyawan

yang digolongkan menjadi biaya tenaga kerja

15

Page 16: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

pabrik/produksi, biaya tenaga kerja pemasaran, dan biaya

tenaga kerja administrasi dan umum.

c) Biaya overhead pabrik (factory overhead cost) adalah biaya

produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

langsung, yang elemnya dapat digolongkan ke dalam : biaya

bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung,

penyusutan dan amortisasi aktiva tetap pabrik, reparasi dan

pemeliharaan aktiva tetap pabrik, biaya listrik air pabrik,

biaya asuransi pabrik, dan biaya overhead lain-lain.

b. Biaya Pemasaran, yaitu biaya dalam rangka penjualan produk

selesai sampai dengan pengumpulan pihutang menjadi kas. Biaya

ini meliputi biaya untuk melaksanakan :

a) Fungsi penjualan

b) Fungsi penggudangan produk selesai

c) Fungsi pengepakan dan pengiriman

d) Fungsi adpertensi

e) Fungsi pemberian kredit dan pengumpulan pihutang

f) Fungsi pembuatan faktur atau administrasi penjualan.

c. Biaya Administrasi dan Umum, yaitu semua biaya yang

berhubungan dengan fungsi administrasi dan umum.

d. Biaya Keuangan, adalah semua biaya yang terjadi dalam

melaksanakan fungsi keuangan, misalnya biaya bunga.

16

Page 17: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

2) Penggolongan Biaya Sesuai dengan Periode Akuntansi di mana Biaya

Akan Dibebankan.

a. Pengeluaran Modal (Capital Expenditures)/Pengeluran Untuk

Memperoleh Aktiva adalah pengeluaran yang akan dapat

memberikan manfaat (benefit) pada beberapan periode akuntansi

atau pengeluaran yang akan dapat memberikan mamfaat pada

periode akuntansi yang akan datang.

b. Pengeluaran Penghasilan (Revenues Expenditures) adalah

pengeluaran yang akan memberikan manfaat hanya pada periode

akuntansi di mana pengeluaran terjadi.

Berikut contoh penggolongan pengeluaran modal atau penghasilan :

a. Pengeluaran untuk pembelian mesin

b. Pengeluaran untuk alat-alat kecil

c. Pengeluaran yang hanya bermanfaat pada periode akuntansi

d. Pengleuaran yang jumlahnya relatif besar akan tetapi manfaatnya

tidak dapat atau sulit ditentukan pada beberapa periode yang

menikmati.

3) Pengglongan Biaya Sesuai dengan Tendensi Perubahannya terhadap

Aktivitas atau Kegiatan atau Volume.

a. Biaya Tetap (FixedCost), dengan karaktristik sebagai berikut :

a) Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi

oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan

tingkat tertentu.

17

Page 18: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

b) Pada biaya tetap, biaya satuan (unit cost) akan berubah

berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan,

semakin tinggi volumen kegiatan semakin rendah biaya

satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi

biaya satuan.

b. Biaya Variabel (VariabelCost), dengan karaktristik sebagai

berikut :

a) Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding

(proporsional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin

besar volume kegiatan semakin tinggi jumlah total biaya

variabel, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah

jumlah total biaya variabel.

b) Pada biaya variabel, biaya satuan tidak dipengarhui oleh

perubahan volume kegiatan, jadi biaya satuan konstan.

c. Biaya Semi Variabel (SemiVariabelCost), dengan karaktristik

sebagai berikut :

a) Biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan

perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya

tidak sebanding. Semakin tinggi volume kegiatan semakin

besar jumlah biaya total, semakin rendah volume kegiatan

semakin rendah biaya, tetapi perubahannya tidak sebanding.

b) Pada biaya semi variabel, biaya satuan akan berubah terbalik

dihubungkan dengan perubahan volume kegiatan tetapi

18

Page 19: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

sifatnya tidak sebanding. Sampai dengan tingkatan kegiatan

tertentu semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah

biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin

tinggi biaya satuan.

4) Penggolongan Biaya sesuai dengan Obyek atau Pusat Biaya yang

Dibiayai.

a. Biaya Langsung (DirectCost) adalah biaya yang terjadinya atau

manfaatnya dapat diidentifikasikan kepada obyek atau pusat biaya

tertentu.

b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) adalah biaya yang

terjadinya atau manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan pada

obyek atau pusat biaya tertentu, atau biaya yang manfaatnya

dinikmati oleh bebarapa obyek atau pusat biaya.

5) Penggolongan Biaya untuk Tujuan Pengendalian Biaya

a. Biaya Terkendalikan (ControllableCost) adalah biaya yang secara

langsung dapat dipengaruhi oleh seseorang pimpinan tertentu

dalam jangka waktu tertentu.

b. Biaya Tidak Terkendalikan (UncontrollableCost) adalah biaya

yang tidak dapat dipengeruhi oleh seseorang pimpinan/pejabat

tertentu berdasar wewenang yang dia miliki atau tidak dapat

dipengaruhi seorang pejabat dalam jangka waktu tertentu.

19

Page 20: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

6) Penggolongan Biaya Sesuai dengan Tujuan Pengambilan Keputusan.

a. Biaya Relevan (RelevantCost) adalah biaya yang akan

mempengaruhi pengambilan keputusan, oleh karena itu biaya

tersebut harus diperhitungkan di dalam pengambilan keputusan.

b. Biaya Tidak Relevan (Irrelevant Cost) adalah biaya yang tidak

mempengaruhi pengambilan keputusan, oleh karena itu biaya ini

tidak perlu diperhitungkan atau dipertimbangkan dalam proses

pengambilan keputusan.

Menurut Mulyadi (2006), berdasarkan perubahan volume kegiatan,

biaya digolongkan menjadi :

a. Biaya Tetap (fixed cost)adalah biaya yang jumlah totalnya konstan

dalam kisar tertentu perubahan volume aktivitas.

b. Biaya Variable (variable cost)adalah biaya yang jumlah totalnya

berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau

aktivitas.

c. Biaya Step Variabeladalah biaya yang jumlah totalnya berubah

dengan jarak waktu tertentu karena perubahan volume aktivitas.

d. Biaya Semi Variable adalah biaya yang memiliki unsur perilaku tetap

dan variabel.

20

Page 21: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

Sedangkan menurut Abdul Halim dan Bambang Supomo (2001,

15) menggolongkan biaya menjadi biaya variabel, biaya tetap, dan biaya

semi variabel dan atau biaya semi tetap.

a. Biaya Variabel adalah biaya-biaya yang totalnya selalu berubah secara

proposional (sebanding) dengan perubahan volume kegiatan

perusahaan. Besar kecilnya total biaya variabel dipengaruhi oleh besar

kecilnya volume produksi/penjualan secara proporsional. Contoh jenis

biaya ini antara lain: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,

sebagian biaya overhead pabrik (sepertia: penyusutan aktiva tetap

pabrik yang dihitung berdasarkan jumlah unit produksi), komisi

penjualan yang ditentukan berdasarkan persentase tertentu dari hasil

penjualan dan sebagainya.

b. Biaya Tetap adalah biaya-biaya yang di dalam jarak kapasitas (rang of

capacity) tertentu totalnya tetap, meskipun volume kegiatan

perusahaan berubah-ubah. Sejauh tidak melampaui kapasitas, biaya

tetap total tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya volume kegiatan

perusahaan. Contoh biaya tetap antara lain : gaji tetap pimpinan

perusahaan, penyusutan aktiva tetap yang dihitungan dengan metode

garis lurus dan sebagainya.

c. Biaya Semi Variabel adalah biaya-biaya yang totalnya selalu berubah

tetapi tidak proporsional dengan perubahan volume kegiatan

perusahaan. Berubahnya biaya ini tidak dalam tingkat perubahan yang

konstan.

21

Page 22: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

2. Harga Pokok Produksi

a. Pengertian Harga Pokok Produksi

Selamet Sugiri dan Bogat Agus Riyono (2007, 264),

menyatakan bahwa pengertian harga pokok produksi adalah kumpulan

dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan mengolah

bahan baku sampai menjadi barang jadi yang terdiri atas biaya bahan

baku, biaya tenga kerja langsung, dan biaya overhead paberik.

Sedangkan Hansen dan Mowen (1999, 49) menyatakan bahwa

harga pokok produksi mencerminkan total biaya barang yang

diselesaikan selama periode berjalan.

Dari pengetian di atas kata dapat mengambil garis besar bahwa

harga pokok produksi adalah keseluruhan biaya-biaya yang digunakan

untuk mengolah bahan baku sampai menjadi barang jadi.

b. Kegunaan Harga Pokok Produksi

Penentuan harga pokok produksi mempunyai tujuan utama

yaitu untuk mengetahui berapa sebenarnya biaya yang telah

dikeluarkan untuk membuat atau menghasilkan barang yang dihasilkan

oleh perusahaan sehingga dari sini dapat ditetapkan pula berapa jumlah

biaya perunit dari jumlah produksi tersebut, disamping itu kalkulasi

harga pokok produk mempunyai tujuan lain, yaitu:

1. Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual

Dengan mengetahui secara pasti harga pokok dan barang yang

telah dihasilkan, maka perusahaan akan dapat menentukan harga jual

22

Page 23: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

dengan tepat sesuai dengan rencana laba yang diinginkan dan tentu

sekali membandingkannya dengan harga penjualan dari pesaing,

sehingga hasil produksi peusahaan tersebut akan dijadikan sebagai

dasar strategi segmentasi pasar.

2. Untuk Menilai Efisiensi Kegiatan

Dalam penilaian efisiensi kegiatan produk sangat perlu

diadakan kalkulasi harga pokok, maka dari hasil kalkulasi harga pokok

tersebut perusahaan akan dapat mengetahui apakah biaya yang

dikeluarkan sudah sesuai dengan standar biaya yang telah

direncanakan ataukah ada penyimpangan. Dari sini bisa dilakukan

penilaian efisiensi kegiatan produk dan mengevaluasi jika terdapat

penyimpangan.

3. Untuk Memberikan Berbagai Kemungkinan Dalam Penjualan

Bagian biaya yang telah memberikan informasinya pada

manajemen melalui perhitungan atau kalkulasi harga pokok. Dari sini

dapat mempertimbangkan berapa sebaiknya harga yang ditetapkan

dalam penjualan produk di pasar sehingga perusahaan dapat

memperoleh keuntungan.

c. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi

Supriyono (1999, 36-37) mengelompokkan pola pengumpulan

harga pokok secara ekstrim menjadi dua metode yaitu :

1) Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Method) adalah

metode pengumpulan harga pokok produk di mana biaya

23

Page 24: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara

terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan

identitasnya.

2) Metode Harga Pokok Proses (Process Cost Method) adalah metode

pengumpulan harga pokok produk di mana biaya dikumpulkan

untuk setiap satuan waktu tertentu, misalnya bulan, triwulan,

semester, tahun.

d. Metode-Metode dalam Menentukan Harga Pokok Produksi

1) Metode Full Costing

Metode Full Costing atau metode konvensional adalah metode

penentuan harga pokok produksi yang membebankan semua unsur

biaya produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya

overhead paberik) baik yang besifat tetap maupun variabel kepada

produk atau jasa (Abdul Halim dan Bambang Supomo, 2001, 35).

Sedangkan Darsono Prawironegoro (2005, 94), menyatakan

bahwa kalkulasi biaya produksi penuh (Full Costing) ialah

pengorbanan sumber daya untuk menghasilkan barang atau jasa

dimana unsur-unsurnya adalah biaya bahan langsung, upah langsung

dan seluruh biaya overhead pabrik baik tetap maupun veriabel.

Dari dua pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa metode

Full Costing adalah metode perhitungan harga pokok produksi dengan

memperhitungkan seluruh biaya baik yang berhubungan langsung

24

Page 25: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

(biaya variabel) maupun berhubungan tidak langsung (biaya tetap) ke

dalam suatu barang atau jasa.

Berikut ini adalah perhitungan harga pokok produksi menurut

metode Full Costing (Abdul Halim dan Bambang Supomo, 2001, 36) :

Biaya bahan baku xxx

Biaya tenaga kerja langsung xxx

Biaya overhead paberik :

Variabel xxx

Tetap xxx _____ +

Harga Pokok Produksi xxx

Metode Full Costing memungkinkan kita untuk menilai kinerja

menejemen berdasarkan fungsinya kerena penyajian laporan Laba-

Rugi didasarkan pada fungsi pokok yang ada pada perusahaan

(Darsono Prawironegoro, 2005, 98). Berikut bentuk Laporan Laba-

Rugi bardasarkan metode Full Costing (Abdul Halim dan Bambang

Supomo, 2001: 38).

Hasil Penjualan xxx

Harga pokok penjualan (termasuk BOP tetap) xxx______ _

Laba Kotor xxx

Biaya Pemasaran xxx

Biaya Administrasi & Umum xxx______ +

xxx

25

Page 26: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

______ _

Laba bersih xxx

2) Metode Variabel Costing

Penentuan harga pokok variabel (Variabel Costing) merupakan

metode penentuan harga pokok produk yang membebankan unsur

biaya produksi yang besifat variabel saja (Abdul Halim dan Bambang

Supomo, 2001, 35).

Sedangkan Darsono Prawironegoro (2005, 94) mengartikan

bahwa penentuan harga pokok produkis dengan menggunakan Metode

Variabel Costing adalah pengorbanan sumber daya untuk

menghasilkan barang atau jasa di mana hanya memperhitungkan biaya

variabel saja, yang terdiri dari biaya bahan langsung, upah langsung,

dan biaya overhead paberik variabel.

Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

perhitungan harga pokok pruduksi dengan Metode Variabel Costing

yaitu perhitungan harga pokok produksi dengan hanya

memperhitungkan biaya yang berhubungan langsung pada barang

(biaya variabel) saja.

Berikut ini adalah perhitungan harga pokok produksi menurut

metode Variabel Costing (Abdul Halim dan Bambang Supomo, 2001,

36) :

Biaya bahan baku xxx

Biaya tenaga kerja langsung xxx

26

Page 27: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

Biaya overhead variabel xxx_____ +

Harga Pokok Produksi xxx

Sedangkan bentuk Laporan Laba-Rugi bardasarkan metode

Variabel Costing (Abdul Halim dan Bambang Supomo, 2001, 38).

Hasil Penjualan xxx

Biaya Variabel :

Harga pokok penjualan ( tidak

termasuk BOP tetap) xxx

Biaya Pemasaran Variabel xxx

Biaya Administrasi & Umum Variabel xxx______ +

xxx______ _

Margin kontribusi (Contribution margin) xxx

Biaya Tetap :

Biaya overhead paberik tetap xxx

Biaya pemasaran tetap xxx

Biaya administrasi & umum tetap xxx______ +

xxx_______ _

Laba bersih xxx

27

Page 28: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

3. Activity Based Cost System (ABCS)

ABC System merupakan sistem informasi biaya yang mengubah

cara yang digunakan oleh manajemen dalam pengelolaan bisnis. Jika

dalam manajemen tradisional, pengelolaan bisnis didasarkan pada fungsi,

dengan ABC System, pengelolaan bisnis diubah menjadi pengelolaan

berbasis aktivitas. (Mulyadi, 2006, 51).

Ada dua keyakinan yang melandasi ABC System :

a. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas.

b. Penyebab terjadinya biaya (yaitu aktivitas) dapat dikelola.

Keyakinan Dasar ABC System : “Biaya Ada Penyebabnya”Titik Pusat ABC System

“Dan penyeban biaya dapat dikelola”(Melalui Activity-Based Management)

Gambar 2.1 Keyakinan Dasar ABCSystemSumber : Mulyadi, 2006,52

a. Pengertian Activity Based Costing System

Adalah sistem informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain

untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya

28

AktivitasSumberDaya

CostObject

Page 29: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

dalam jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas (Mulyadi, 2006,

53).

Pengertian ABC System yang dikemukakan oleh Hansen dan

Mowen (1999, 321) adalah Suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama

kali menelusuri biaya ke aktivitas kemudian ke produk.

Sedangkan Ahamad mendefinisikan Activity Based Costing

sebagai suatu pendekatan penentuan biaya produksi yang

membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi

sumber daya yang disebabkan karena aktivitas.

Beberapa ahli Manajemen Biaya juga memberikan defenisi

mengenai sistem biaya Activity Based Costing yang dikutip oleh

Nurhayati (2004, 2-3) sebagai berikut :

1. Wayne J. Morse, James R. Davis dan A. L. Hartgraves, dalam

bukunya Management Accounting (1991) memberikan defenisi

mengenai Activity Based Costing (ABC), sebagai sistem

pengalokasian dan pengalokasian kembali biaya keobjek biaya

dengan dasar aktivitas yang menyebabkan biaya. Sistem ABC ini

didasarkan pada pemikiran bahwa aktivitas penyebab biaya dan

biaya aktivitas harus dialokasikan keobjek biaya dengan dasar

aktivitas biaya tersebut dikonsumsikan. Sistem ABC ini menelusuri

biaya ke produk sebagai dasar aktivitas yang digunakan untuk

menghasilkan produk tersebut.

29

Page 30: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

2. Ray H. Garrison Dalam bukunya Managerial Accounting (1991),

Memberikan defenisi mengenai Activity Based Costing (ABC),

sebagai suatu metode kalkulasi biaya yang menciptakan suatu

kelompok biaya untuk setiap kejadian atau transaksi (aktivitas)

dalam suatu organisasi YaIlg berlaku sebagai pemacu biaya. Biaya

overhead kemudian dialokasikan ke produk dan jasa dengan dasar

jumlah dari kejadian atau transaksi produk atau jasa yang

dihasilkan tersebut.

3. Douglas T. Hicks, dalam bukunya Activity Based Costing for Small

and Mid-sized Busines An Implementation Guide (1992)

memberikan defenisi mengenai Activity Based Costing (ABC),

sebagai merupakan sebagai suatu konsep akuntansi biaya yang

berdasarkan atas pemikiran bahwa produk mengkonsumsi aktivitas

dan aktivitas yang menimbulkan biaya. Dalam sistem biaya ABC

ini dirancang sedemikian rupa sehingga setiap biaya yang tidak

dapat dialokasikan secara langsung kepada produk, dibebankan

kepada produk berdasarkan aktivitas dan biaya dari setiap aktivitas

kemudian dibebankan kepada produk berdasarkan konsumsi

masingmasing aktivitastersebut.

4. L. Gayle Rayburn, dalam bukunya Cost Accounting-Using Cost

Management Approach (1993) memberikan defenisi mengenai

Activity Based Costing (ABC), sebagai suatu sistem yang mengakui

bahwa pelaksanaan aktivitas menimbulkan konsumsi sumber daya

30

Page 31: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

yang dicatat sebagai biaya, atau dengan kata lain bahwa ABC

tersebut adalah merupakan pendekatan kalkulasi biaya yang

berbasis pada transaksi. Sistem biaya ABC itu sendiri adalah

mengalokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas yang dilaksanakan

dalam suatu organisasi, dan kemudian mengalokasikan biaya

tersebut secara tepat ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas

setiap produk.

5. Charles T. Horngren, Gary L. Sundem dan William O. Stratton,

Dalam bukunya Introduction to Management Accounting (1996)

memberikan defenisi mengenai Activity Based Costing (ABC),

sebagai suatu sistem yang merupakan pendekatan kalkulasi biaya

yang memfokuskan pada aktivitas sebagai objek biaya yang

fundamental,sistem ABC ini menggunakan biaya dari aktivitas

tersebut sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya keobjek biaya

yang lain seperti produk, jasa, atau pelanggan.

31

Page 32: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

b. Konsep Dasar Activity Based Costing System

Gamber 2.2

Gamber 2.2 Konsep Dasar ABC SystemSumber : Hansen, Don R. dan Maryanne, M. Mowen, 2005

Activity Based Costing System adalah suatu sistem akuntansi

yang terfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk

menghasilkan produk/jasa. Activity Based Costing menyediakan

informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan

untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut.

Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan

pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor penyebab

dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini

menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem ABC, biaya ditelusur

ke aktivitas dan kemudian ke produk. Sistem ABC mengasumsikan

bahwa yang mengkonsumsi sumber daya bukanlah produk, melainkan

aktivitas-aktivitasnya (Mulyadi, 2006).

32

Resaurces

Aktivities

Cost Object

Cost Driver Performance

Process View

Page 33: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

c. Manfaat dan Keunggulan Activity Based Costing System

Beberapa manfaat dan keunggulan dari sistem biaya Activity

Based Costing(ABC) yang dikemukakan oleh Nurhayati (2004, 3-4).

Manfaat sistem biaya Avtivity Based Costing (ABC) bagi pihak

manajemen perusahaan adalah :

1) Suatu pengkajian sistem biaya ABC dapat meyakinkan pihak

manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah

untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya, mereka dapat

berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan fokus

pada pengurangan biaya yang memungkinkan. Analisis biaya ini

dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya proses

manufakturing, hal ini pada gilirannya dapat memacu aktivitas

untuk mengorganisasi proses, memperbaiki mutu, dan mengurangi

biaya.

2) Pihak manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan

penawaran kompetitif yang lebih wajar.

3) Sistem biaya ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan

(management decision making) membuat-membeli yang

manajemen harus lakukan, disamping itu dengan penentuan biaya

yang lebih akurat maka maka keputusan yang akan diambil oleh

phak manajemen akan lebih baik dan tepat. Hal ini didasarkan

bahwa dengan akurasi perhitungan biaya produk yang menjadi

sangat penting dalam iklim kompetisi dewasa ini.

33

Page 34: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

4) Mendukung perbaikan yang berkesinambungan (continius

improvement), melalui analisa aktivitas, sistem ABC

memungkinkan tindakan eleminasi atau perbaikan terhadap

aktivitas yang tidak bernilai tambah atau kurang efisien. Hal ini

berkaitan erat dengan masalah produktivitas perusahaan.

5) Memudahkan Penentuan biaya-biaya yang kurang relevan (cost

reduction), pada sistem tradisional, banyak biaya-biaya yang

kurang relevan yang tersembunyi. Sistem ABC yang transparan

menyebabkan sumber-sumber biaya tersebut dapat diketahui dan

dieliminasi.

6) Dengan analisis biaya yang diperbaiki, piliak manajemen dapat

melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume produksi

yang diperlukan untuk mencapai impas (break even) atas produk

yang bervolume rendah.

Beberapa keunggulan dari sistem biaya Activity Based Costing

(ABC) dalam penentuan biaya produksi adalah sebagai berikut:

1) Biaya produk yang lebih realistik, khususnya pada industri

manufaktur teknologi tinggi dimana biaya overhead adalah

merupakan proporsi yang signifikan dari total biaya.

2) Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam

pabrik yang modem, terdapat sejumlah akrivitas non lantai pabrik

yang berkembang. Analisis sistem biaya ABC itu sendiri memberi

34

Page 35: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

perhatian pada semua aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non

lantai pabrik dapat ditelusuri.

3) Sistem biaya ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang

menyebabkan biaya (activities cause cost) bukanlah produk, dan

produklah yang mengkonsumsi aktivitas.

4) Sistem biaya ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari

perilaku biaya dan membantu dalam mengurangi biaya dan

mengidentifikasi aktivitas yang tidak menambah nilai terhadap

produk.

5) Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas

produksi yang modem dengan menggunakan banyak pemacu

biaya (multiple cost drivers), banyak dari pemacu biaya tersebut

adalah berbasis transaksi (transaction-based) dari pada berbasis

volume produk.

6) Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat

diandalkan dari biaya produk variabel jangka panjang (long run

variabel product cost) yang relevan terhadap pengambilan

keputusan yang strategik.

7) Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke

proses, pelanggan, area tanggungjawab manajerial, dan juga biaya

produk.

35

Page 36: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

d. Perbandingan Metode Activity Based Costing dengan Metode

Tradisional

Beberapa perbandingan antara sistem biaya tradisional dan

sistem biaya Activity Based Costing (ABC) yang dikemukakan oleh

Nurhayati yang dikutip dari Amin Widjaya (2004, 4) adalah sebagai

berikut :

1) Sistem biaya ABCmenggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu

biaya (cost driver) untuk menentukan seberapa besar konsumsi

overhead dari setiap produk. Sedangkan sistem biaya tradisional

mengalokasikan biaya overhead secara arbitrer berdasarkan satu

atau dua basis alokasi yang non reprersentatif.

2) Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor

waktu. Sistem biaya tradisional terfokus pada performansi

keuangan jangka pendek seperti laba. Apabila sistem biaya

tradisional digunakan untuk penentuan harga dan profitabilitas

produk, angka-angkanya tidak dapat diandalkan.

3) Sistem biaya ABC memerlukan masukan dari seluruh departemen

persyaratan ini mengarah ke integrasi organisasi yang lebih baik

dan memberikan suatu pandangan fungsional silang mengenai

organisasi.

4) Sistem biaya ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil

untuk analisis varian dari pada sistem tradisional , karena kelompok

biaya (cost pools) dan pemacu biaya (cost driver) jauh lebih akurat

36

Page 37: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

dan jelas, selain itu ABC dapat menggunakan data biaya historis

pada akhir periode untuk menghilang biaya aktual apabila

kebutuhan muncul.

e. Tahapan untuk menerapkan Activity Based Cost System;

Sebelum sampai pada tahapapan dalam Activity-Based Costing

terlebih dahulu perlu dipahami hal-hal sebagai berikut:

1) Cost Driver adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya. Cost

Driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi

biaya-biaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab

utama tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam

aktivitas-aktivitas selanjutnya.

2) Rasio Konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang

dikonsumsi oleh setiap produk, dihitung dengan cara membagi

jumlah aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk dengan

jumlah keseluruhan aktivitas tersebut dari semua jenis produk.

3) Cost Pooladalah sekelompok biaya yang memiliki karekteristik

yang sama. Karakteristik ini berkaitan dengan tolok ukur aktivitas

yang sama, untuk maksud pembebanan biaya ke produk.

4) Homogeneous Cost Pool merupakan kumpulan biaya dari

overhead yang variasi biayanya dapat dikaitkan dengan satu

pemicu biaya saja. Atau untuk dapat disebut suatu kelompok

biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead secara

37

Page 38: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

logisharus berhubungan dan mempunyai rasio konsumsi yang

sama untuk semua produk.

Adapun tahapan penerapan Activity Based Cost System menurut

Hansen dan Mowen (1999, 48) adalah sebagai berikut :

1) Prosedur tahap pertama

Pada taha pertama dalam sistem ABC, aktivitas diidentitikasi,

biaya-biaya dikaitkan dengan msisng-masing aktivitas, dan

aktivitas serta biaya yang berkaitan dibagi ke dalam kumpulan

yang sejenis. Ingatlah bahwa aktivitas adalah pekerjaan yang

dilakukan dalam suatu organisasi. Oleh sebab itu, indentifikasi

aktivitas memerlukan suatu daftar dari semua jenis pekerjaan yang

berbeda-beda, misalnya penanganan bahan, pemeriksaan, proses

rekayasa, dan penyempurnaan produk.

2) Prosedur Tahap Kedua

Pada tahap kedua, biaya dari setiap kelompok overhead

ditelusuri ke produk. Hal ini dilakukan dengan mengguakan tarif

kelompok yang dihitung pada tahap pertama dan ukuran jumlah

sumber daya yang dikonsumsi setiap produk. Ukuran ini adalah

kuantitas penggerak aktivitas yang digunakan oleh stiap produk,

yang dihitung dengan rumus :Overhead yang dibebankan (pada

suatu produk) = terif kelompok x unit penggerak yang dikonsumsi

oleh produk.

38

Page 39: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

Nurhayati (2004, 33) juga membagi tahap yang dimiliki oleh

sistem ABC tersebut dalam analisisnya dapat dibagi dalam dua

tahapan, yaitu sebagai berikut :

1) Prosedur Tahap I

Pada tahap pertama ini dilakukan pembebanan biaya

pemakaian sumber daya kepada aktivitas-aktivitas yang

menggunakannya. Dalam kalkulasi biaya berdasarkan sistem

Activity Based Costing(ABC) tahap pertama, biaya overhead dibagi

kedalam kelompok biaya yang homogen. Suatu kelompok biaya

yang homogen merupakan suatu kumpulan dari biaya overhead,

yaitu variasi biaya dapat dijelaskan oleh suatu pemacu biaya (cost

driver). Aktivitas overhead yang homogen apabila mereka

mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk.

2) Prosedur Tahap II

Pada tahap kedua ini, biaya setiap kelompok biaya (cost

pool) ditelusuri ke produk. Hal ini dilakukan dengan menggunakan

tarif kelompok yang dihitung pada tahap pertama dan dikalikan

dengan jumlah sumber daya yang dikonsumsi oleh setiap

produk.Tolok ukur ini merupakan kuantitas pemacu biaya yang

digunakan oleh setiap produk. Dengan demikian overhead yang

dibebankan setiap kelompok biaya ke produk dihitung sebagai

39

Page 40: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

berikut : Overhead yang dibebankan = Tarif kelompok x Jumlah

konsumsi pemacu biaya

Sedangkan Menurut Mulyadi (2006), prosedur pembebanan

biaya overhead dengan sistem ABC melalui dua tahap kegiatan:

1) Tahap pertama

Pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktifitas yang

sejenis, terdiri dari 4 langkah :

a) Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai

aktivitas.

b) Mengklasifikasikan aktivitas biaya kedalam berbagai aktivitas,

pada langkah ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang

terdiri dari 4 kategori yaitu :

(1) Aktivitas berlevel unit (unit level activities)

Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya

aktivitas berlevel unit bersifat proporsional dengan jumlah

unit produksi. Sebagai contoh, menyediakan tenaga untuk

menjalankan peralatan, karena tenaga tersebut cenderung

dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah unit yang

diproduksi.

(2) Aktivitas berlevel batch (batch level activities)

Aktivitas dilakukan setiap batch diproses, tanpa

memperhatikan berapa unit yang ada pada batch tersebut.

Misalnya, pekerjaan seperti membuat order produksi dan

40

Page 41: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

pengaturan pengiriman konsumen adalah aktivitas berlevel

batch.

(3) Aktivitas berlevel produk (product level activities)

Aktivitas berlevel produk berkaitan dengan produk spesifik

dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch

atau unit yang diproduksi atau dijual.

(4) Aktivitas berlevel fasilitas (fasility level activities)

Aktivitas berlevel fasilitas adalah aktivitas yang menopang

proses operasi perusahaan namun banyak sedikitnya aktivitas

ini tidak berhubungan dengan volume. Aktivitas ini

dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis produk

yang berbeda. Kategori ini termasuk aktivitas seperti

kebersihan kantor, penyediaan jaringan komputer dan

sebagainya.

c) Mengidentifikasikan cost driver

Dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan tarif/unit

cost driver.

d) Menentukan tarif / unit cost driveradalah biaya per unit cost

driver yang dihitung untuk suatu aktivitas.

2) Tahap kedua

Penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas kemasing-masing

produk yang menggunakan cost driver.

41

Page 42: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

f. Aktivitas dan Klasifikasinya

Aktivitas dan klasifikasi aktivitas menurut Nurhayati (2004, 8-

9), dijelaskan sebagai berikut :

Dalam sistem biaya Activity Based Costing (ABC) aktivitas

yang dimaksud adalah yang berhubungan dengan kegiatan merancang

dan memproduksi suatu produk yang disebut juga dengan Product

Driven Actuvity. Product Driven Activity ini dapat dikelompokkan

atas empat kategori, yaitu :

1) Aktivitas-aktivitas Berlevel Unit (Unit-Lavel Activities)

Aktivitas berlevel unit (unit-level activities) adalah aktivitas

yang dikerjakan setiap kali satu unit produk diproduksi, besar kecilnya

aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi.

Biaya yang timbul karena aktivitas berlevel unit ini dinamakan biaya

aktivitas berlevel unit (unit-level activities cost), contoh biaya

overhead untuk aktivitas ini adalah biaya listrik dan biaya operasi

mesin. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung juga

termasuk kedalam biaya aktivitas berlevel unit, namun tidak termasuk

kedalam biaya overhead.

2) Aktivitas-aktivitas Berlevel Batch (Batch-Lavel Activities)

Aktivitas-aktivitas berlevel batch (batch-level activities) adalah

aktivitas yang dikerjakan setiap kali suatu batch produk diproduksi,

besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk

yang diproduksi. Contoh aktivitas yang termasuk kedalam kelompok

42

Page 43: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

ini adalah aktivitas setup, aktivitas penjadwalan produksi, aktivitas

pengelolaan bahan (gerak bahan dan order pembelian), aktivitas

inspeksi. Biaya yang timbul akibat dari aktivitas ini adalah biaya

aktivitas berlevel batch (batch-level activities), biaya ini bervariasi

batch produk yang diproduksi, namun bersifat tetap jika dihubungkan

dengan jumlah unit produk yang diproduksi dalam setiap batch.

3) Aktivitas-aktivitas Berlevel Produk (Product-Lavel Activities)

Aktivitas-aktivitas berlevel produk (product-level activities)

disebut juga sebagai aktivitas penopang produk (product-sustaining

activities) yaitu aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai

produk yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini

mengkonsurnsi masukan untuk mengembangkan produk atau

memungkinkan produk diproduksi dan dijual. Aktivitas ini dapat

dilacak pada produk secara individual, namun sumber-sumber yang

dikonsumsi oleh aktivitas tersebut tidak dipengaruhi oleh jumlah

produk atau batch produk yang diproduksi. Contoh aktivitas yang

termasuk kedalam kelompok ini adalah aktivitas penelitian dan

pengembangan produk, perekayasaaan proses, spesifikasi produk,

perubahan perekayasaan, dan peningkatan produk. Biaya yang

timbul akibat dari aktivitas ini disebut dengan biaya aktivitas

berlevel produk (product-level activities cost).

43

Page 44: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

4) Aktivitas-aktivitas Berlevel Fasilitas (Facility-Lavel activities)

Aktivitas berlevel fasilitas (facility-level activities) disebut

juga sebagai aktivitas penopang fasilitas (facility-sustaining

activities) adalah meliputi aktivitas untuk menopang proses

manufaktur secara umum yang diperlukan untuk menyediakan

fasilitas atau kapasitas pabrik untuk memproduksi produk, namun

banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume

atau bauran produk yang diproduksi. Aktivitas ini dimanfaatkan

secara bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda, atau dengan

kata lain aktivitas ini dilakukan untuk mempertahankan eksistensi

perusahaan. Contoh aktivitas ini mencakup misalnya: manajemen

pabrik, pemeliharaan bangunan, keamanan, pertamanan

(landscaping), penerangan pabrik, kebersihan, pajak bumi dan

bangunan(PBB), serta depresiasi pabrik. Aktivitas manajemen pabrik

bersifat administratif, misalnya aktivitas pengelolaan pabrik,

karyawan, dan akuntansi untuk biaya. Biaya untuk aktivitas ini

disebut dengan biaya aktivitas berlevel fasilitas (facilitylevel activities

cost).

44

Page 45: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

g. Syarat Penerapan Activity Based Costing System

Dalam penerapannya, penentuan harga pokok dengan

menggunakan sistem Activity Based Costing menyaratkan tiga hal:

1) Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi

Activity Based Costing system menyaratkan bahwa perusahaan

memproduksi beberapa macam produk atau lini produk yang

diproses dengan menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang

demikian tentunya akan menimbulkan masalah dalam

membebankan biaya ke masing-masing produk.

2) Tingkat persaingan industri yang tinggi

Terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang

sama atau sejenis. Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis

tersebut maka perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan

untuk memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan

maka semakin penting peran informasi tentang harga pokok dalam

mendukung pengambilan keputusan manajemen.

3) Biaya pengukuran yang rendah

Biaya yang digunakan Activity Based Costing system untuk

menghasilkan informasi biaya yang akurat harus lebih rendah

dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh.

45

Page 46: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi sebelum

kemungkinan penerapan Activity Based Costing system, yaitu :

1) Biaya berdasarkan non unit harus merupakan prosentase yang

signifikan dari biaya overhead. Jika hanya terdapat biaya overhead

yang dipengaruhi hanya oleh volume produksi dari keseluruhan

overhead pabrik maka jika digunakan akuntansi biaya

tradisionalpun informasi biaya yang dihasilkan masih akurat

sehingga penggunaan Activity Based Costing system kehilangan

relevansinya. Artinya Activity Based Costing akan lebih baik

diterapkan pada perusahaan yang biaya overheadnya tidak hanya

dipengaruhi oleh volume produksi saja

2) Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasarkan

non-unit harus berbeda. Jika rasio konsumsi antar aktivitas sama,

itu artinya semua biaya overhead yang terjadi bisa diterangkan

dengan satu pemicu biaya. Pada kondisi ini penggunaan Activity

Based Costing system justru tidak tepat karena Activity Based

Costing system hanya dibebankan ke produk dengan menggunakan

pemicu biaya baik unit maupun non unit (memakai banyak cost

driver). Apabila berbagai produk rasio konsumsinya sama, maka

sistem akuntansi biaya tradisional atau Activity Based

Costingsystem membebankan biaya overhead dalam jumlah yang

sama. Jadi perusahaan yang produksinya homogen (diversifikasi

46

Page 47: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

paling rendah) mungkin masih dapat menggunakan sistem

tradidisional tanpa ada masalah.

4. Harga Jual

Penentuan harga jual produk atau jasa merupakan salah satu jenis

pengambilan keputusan manajeman yang penting. Bagi manajemen,

penentuan harga jual produk atau jasa bukan hanya merupakan

kebijaksanaan di bidang pemasaran atau bidang keuangan, melainkan

merupakan kebijakan yang berkaitan dengan seluruh aspek kegiatan

perusahaan. Harga jual produk atau jasa, selain mempengaruhi volume

penjualan atau jumlah pembeli produk atau jasa tersebut, juga akan

mempengaruhi jumlah pendapatan perusahaan (Halim dan Supomo, 2005,

97).

Selanjutnya Supomo dan Halim (2005, 98-102) mengelompokkan

tiga konsep yang dapat digunakan untuk penentuan harga jual dengan

pendekatan Cost-Plus yaitu sebagai berikut :

a. Konsep Biaya Total

Berdasarkan konsep biaya total harga jual ditentukan dari biaya

total yaitu : (biaya produksi + biaya pemasaran + biaya administrasi

dan umum) + jumlah laba yang diinginkan perusahaan/markup.

Adapun penerapan penentuan harga jual produk atau jasa

dengan menggunakan konsep biaya total ini adalah sebagai berikut :

1) Menentukan besarnya biaya produksi yang terdiri dari : biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.

47

Page 48: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

2) Biaya produksi tersebut selanjutnya ditambah dengan biaya

pemasaran dan biaya administrasi dan umum, hasilnya sama

dengan biaya total.

3) Biaya total tersebut dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi

atau dijual untuk memperoleh angka biaya per unit.

4) Menentukan jumlah ‘markup’ atau dalam hal ini adalah jumlah

laba yang dikehendaki.

5) Menentukan persentase ‘markup’ dari biaya total yang dihitung

dari jumlah laba yang diinginkan dibagi dengan biaya total.

6) Persentase ‘markup’ tersebut dikalikan dengan biaya per unit

untuk memperoleh angka ‘markup’ per unit.

7) Harga jual per unit ditentukan dari biaya per unit ditambah denan

‘markup’ per unit.

b. Konsep Biaya Produk

Berdasarkan konsep ini, yang juga disebut dengan Absorption

Aproach, harga jual ditentukan dari biaya produksi ditambah dengan

‘markup’. Markup di sini adalah laba yang dikehendaki + biaya

pemasaran + biaya administrasi dan umum. Persentase ‘markup’ di

hitung dengan jumlah ‘markup’ dibagi dengan biaya produksi.

c. Konsep Biaya Variabel

Menurut konsep ini, yang juga disebut dengan

ContributionApproach, biaya variabel (biaya produksi variabel +

biaya pemasaran variabel + biaya administrasi dan umum variabel)

48

Page 49: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

ditambah dengan ‘markup’. Pengertian ‘markup’ dalam hal ini adalah

laba yang dikehendaki ditambah semua biaya yang bersifat tetap.

49

Page 50: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan kajian teoritis dapat diajukan kerangka berfikir penelitian

untuk mengetahui tata hubungan diantara masing-masing variabel dan

dijadikan dasar perumusan hipotesis sebagai berikut :

50

Biaya Bahan Baku

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya Overhead

Metode Activity Based Costing

Aktivitas Perusahaan

Unit Level Activity Cost

Batch Related Activity Cost

Facility Sustaining

Activity Cost

Penentuan Cost Driver

PenentuanTarif Per Unit Cost Driver

Alokasi Biaya Overheadke Produk

Harga Pokok Produk

Laba yang Diinginkan (Markup)

Harga Jual

Page 51: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teoritis maka dapat diajukan hipotesis penelitian

sebagai beriktu:

Ha1 : Secara teoritis diduga hasil perhitungan Harga Pokok Produksi dengan

menggunakan analisis biaya dengan Activity Based Costing System

menghasilkan harga jual produk yang lebih kompetitif.

51

Page 52: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalahjenis

penelitian deskriptif analisis adalah metode analisis yang digunakan untuk

memperoleh gambaran yang jelas, sistematik, dan akurat mengenai suatu

objek penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan,

mengklasifikasi, menyiapkan, mengolah data lalu dianalisis dan dihasilkan

kesimpulan dan pembuatan saran.

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah data kuantitatif

yaitu berupa data-data yang diwujudkan dengan angka-angka hasil

perhitungan atau pengukuran yang berhubungan dengan biaya, harga pokok

produk dan rugi-laba perusahaan.

B. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yaitu di salah satu producen genting

beton “Skarwangi” Wanasaba, Jln. Raya Labuhan Lombok Km 59 Desa

Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur.

52

Page 53: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

C. Jadwal Penelitian

Kegiatan

April 2012 Minggu

Ke:

Mei 2012 Minggu

Ke:

Juni 2012 Minggu

ke:

Juli 2012 Minggu

Ke:

Agustus 2012

Minggu Ke:

Septemb.2012

Minggu Ke:

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4Usulan Judul PenelitianStudi Literan & KepustakaanPenyusunan Bab I,II,IIIPenyusunan Instrumen PenelitianPengambilan DataAnalisis & Pengolahan DataPenyusunan Bab IV & VBimbingan & KonsultasiUjian SkripsiPenjilidan Skripsi

D. Subjek Penelitian

Dalam melakukan penelitan ini data-data yang didapatkan adalah

bersumber dari pemilik perusahaan yang sekaligus sebagai manajer dalam

perusahaan tersebut. Baik data itu didapatkan melalui interview (wawancara

langsung), observasi dan dokumentasi (data-data yang tertulis dalam bentuk

kuantitatif).

E. Obyek Penelitian

Adapun aspek-aspek yang diteliti yaitu : biaya bahan baku, biaya bahan

baku penolong, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel,

53

Page 54: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

biaya overhead pabrik tetap, biaya tenaga kerja tak langsung serta biaya-

biaya administrasi dan umum.

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian selalu terjadi proses pengumpulan data yang

harus disesuaikan dengan sifat dan karaktristik penelitian yang dilakukan

sehingga diperlukan metode pengumpulan yang tepat untuk memperoleh data

yang dibutuhkan. Oleh karena itu untuk memperoleh data peneliti

menggunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu sebagai berikut :

1. Metode Wawancara (Interview)

Interview atau wawancara meruapakan metode pengumpulan data

yang menghedaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek

atau responden (Yatim, 2007, 70).

Narbuko dan Achmadi (2005, 83) juga mengartikan Metode

Inerviw (Wawancara) merupakan peroses tanya jawab dalam penelitian

yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap

muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau

keterangan-keterangan.

Sedangakan Burhan Bungin (2010, 62) mengartikan Metode

Wawancara (Interviw) adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, deangan

atau tampa menggukan pedoman (guide) wawancara.

54

Page 55: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga peneliti ingin mengetahui hal-

hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya

sedikit/kecil (Sugiyono, 2010, 137).

Dalam hal ini peneliti melakukan tanya jawab sepihak secara

langsung dengan pemilik atau karyawan yang ditunjuk untuk memberikan

informasi tentang elemen biaya dan besarnya yang dikeluarkan dalam

proses pruduksi genting beton Skarwangi Wanasaba.

2. Metode Dokumentasi

Menurut Yatim (2007, 103), Metode Dokumentasi berarti cara

mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada.

Dengan demikian Metode Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan

data dari catatan-catatan atau dokumen-dokuman yang berkaitan dengan

proses produksi genting betong Skarwangi Wanasaba.Untuk itu, maka

dalam penelitian ini dokumen atau catatan-catatan digunakan sebagai

sumber untuk memperoleh data mengenai elemen biaya dan jumlah biaya

yang dikeluarkan dalam proses produksi.

3. Metode Observasi

Menurut Yatim Riyanto (2007 : 82), Metode observasi merupakan

metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek

penelitian.

55

Page 56: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

Sedangkan Narbuko dan Achmadi (2005, 70) mengartikan

Observasi (Pengamatan) adalah alat pengumpulan data yang dilakukan

cara mengamati dan mencatat secara sitematik gejala-gejala yang

diselidiki.

Dalam metode ini dilakukan secaralangsung dalam pemerolehan

data dari lapangan yaitu Peneliti melakukan pengamatan secara langsung

terhadap proses produksi genting beton Skarwangi Wanasaba untuk

mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

G. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data kuantitatif dan

kualitatif. Dimana data kuantitatif adalah data yang dapat diukur dengan

satuan angka antara lain biaya bahan baku, biaya bahan baku penolong,

biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, biaya

overhead pabrik tetap, biaya tenaga kerja tak langsung serta biaya-biaya

administrasi dan umum dari produsen genting betong Skarwangi

Wanasaba dalam proses produksinya, sedangkan data kualitatif yaitu data

yang diperoleh dalam bentuk penjelasan dan uraian dari pemilik yang

sekaligus sebagai menejerdari produsen genting betong Skarwangi

Wanasaba.

2. Sumber Data

1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari produsen

genting betong Skarwangi Wanasaba yang diberi wewenang untuk

56

Page 57: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

memberikan data yang diperlukan berupa biaya yang dikeluarkan

dalam proses produksi melalui wawancara langsung dengan

pimpinan perusahaan dan dari data-data yang diberikan dalam

bentuk tertulis

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari

sumber lainnya dan berkaitan atau relevan dengan objek yang diteliti

seperti kepustakaan, buku-buku literatur dan catatan kuliah serta

keterangan-keterangan lainnya.

H. Analisis Data Penelitian

Untuk melakukan analisis data, penulis menggunakan metode analisa

kuantitatif, data-data yang diperoleh dari Produsen genting betong Skarwangi

Wanasaba yang memuat perhitungan-perhitungannya. Disini penulis

menggunakan alat analisis dengan metode Activity Based CostingSystem

untuk perhitungan harga pokok produksi genting beton. Analisis ini

dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana tingakat daya saing harga jual

genting beton yang apabila harga pokok produksi dihitung dengan metode

Activity Based Costing System sehingga nantinya dapat diterapkan sebagai

standar penetapan harga jual produk genting betong Skarwangi Wanasaba.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penerapan Activity Based

Costing System dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Melakukan analisis harga pokok produksi genting beton Skarwangi

Wanasaba.

57

Page 58: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

2. Menetapkan metode biaya berdasarkan Activity Based Costingdengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi biaya dan aktivitas sumber daya. Langkah pertama

dalam merancang Activity Based Costing system, adalah melakukan

analisis aktivitas untuk mengidentifikasi biaya sumber daya dan

aktivitas perusahaan.

b. Membebankan biaya sumber daya pada aktivitas. ABC menggunakan

penggerak biaya konsumsi sumber daya untuk membebankan biaya

sumber daya ke aktivitas. Karena aktivitas memicu timbulnya biaya

dari sumber daya yang digunakan dalam operasi, suatu perusahaan

harus memilih penggerak biaya konsumsi sumber daya berdasarkan

hubungan sebab-akibat.

c. Membebankan biaya aktivitas pada objek biaya. Langkah terakhir

adalah membebankan biaya aktivitas atau tempat penampungan biaya

aktivitas pada output berdasarkan penngerak biaya konsumsi aktivitas

yang tepat. Output adalah objek biaya dari aktivitas yang dilakukan

perusahaan atau organisasi.

3. Dengan melakukan langkah pada point. b maka dapat diketahui harga

pokok produksiActivity Based Costingyang akurat.

58

Page 59: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim dan Bambang Supomo. 2005. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Bungi, Burhan. 2010. Metodelogi Penelitian Kuantitatifkomunikasi, ekonomi, dan kebijakan publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya. Jakarta: Pranada Media Group.

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Dhania Anggarani Putri .2011.“Analisis Analiss Penggunaan Metode Activity Based Costing Sebagai Alternatif dalam Menentukan Tarif SPP SMP-SMA Pada YPI Nasima Semarang Tahun 2010”.Fakultas EkonomiUniversitas Diponegoro.

Hansen dan Mowen. 1999. Akuntansi Manajemen. Jakarta: PT. Glora Aksara Pratama.

Hansen, Don R. Maryanne M Mowen. 2004. Management Accounting. Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Penerbit Salemba dengan judul Akuntansi Manajemen, Edisi 7. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Jusup, Haryono. 1995. Dasar-Dasar Akuntansi. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Lilim Sadeli dan Bedjo Siswanto. 2004. Akuntansi Manajemen (Sistem, Proses, dan Pemecahan Soal). Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Martusa, Riki, dkk. 2010. Peranan Metode Activity Based Costing dalam Mentukan Cost of Good Manufactured. Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 02 Tahun ke-1 Bulan Mei-Agustus 2010 ISSN: 2086-4159.

Masyhudi AM. 2008. “Analisis Biaya Dengan Metode Acvitity Based Costing Kepaniteraan Klinik Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unissula Di Rumah Sakit Pendidikan (Studi Kasus di Rumah Sakit Sultan Agung)”. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.

59

Page 60: erynajib.files.wordpress.com … · Web viewI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah tujuan pembangunan nasional yang harus diwujudkan oleh

Martusa, Riki dkk. 2010. Penerapan Metode Activity Based Costing dalam Menentukan Cost of Goods Manufactured. Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 02 Tahun ke-1 Bulan Mei-Agustus 2010. ISSN: 2086-4156.

Mulyadi. 2006. Activity Based Cost System: Sistem Informasi Biaya untuk Pengurangan Biaya, Edisi 6. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Nurhayati. 2004.Perbandingan Sistem Biaya Tradisional Dengan Sistem Biaya ABC. Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Prawironegoro, Darsono. 2005. Akuntansi Manajemen. Jakarta: DIADIT MEDIA.

Riyanto, Yatim. 2007. Metode Peneltian Pendidikan, sebagai pendekatan dasar. Surabaya: IKIP PGRI.

Slamet Sugiri dan Bogat Agus Riyono. 2007. Akuntansi Pengantar 1. Yogyakarta: UNIT PENERBIT DAN PERCETAKAN – STIM YKPN.

Sugiyono. 2010. Metode Peneltian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : CV. Alfabeta.

Supriyono. 1999. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.

Tunggal, Amin Widjaja. 2009. Akuntansi Manajemen: untuk Perencanaan, Pengendalian dan Pengambilan Keputusan. Jakarta: Harvarindo.

Yadiati dan Wahyudi. 2006. “Pengantar Akuntansi”. Jakarta: Renada Media Gorup.

Yulian Danang Eko Saputro. 2010.“Activity Based CostingSebagai Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi di PT. Antar Surya Jaya”. Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Yulianti. 2010.“Penerapan Activity Based Costing System Sebagai Dasar Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus Pada RSUD. H. A. Sulthan Daeng Radja Bulukumba)”Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Hasanuddin.

60