Click here to load reader
Upload
lamnhan
View
228
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
PAPER LAPORAN TEKNIK PRODUKSI SENI KRIYA
BINGKAI POSTMO MINIMALIS
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Teknik Produksi Seni Kriya
Dosen Pembimbing :
Sri Krisnanto, S. Sn
Budi Hartono, M. Sn
Anna Galuh Indreswari, S. Sn
Agung Wicaksono, M. Sn
Arif Suharson, M. Sn
Disusun Oleh :
Jeniastuti
1311744022
KRIYA SENI
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
Jl. Paris 6,5 Km. Sewon Bantul Yogyakarta
I. LATAR BELAKANG
Sebuah dokumentasi diri tak lepas dari proses setiap insan di dunia ini
terutama terhadap event-event yang telah mereka anggap penting untuk di
publikasikan di dunia maya. Hal seperti ini yang sering kita lihat. Banyak para
muda-mudi saat ini yang sering melakukan selfie dengan kamera gadget mereka
untuk mengabadikan itu semua. Namun, meskipun pengabadian foto tersebut di
era sekarang ini yang berkiblat pada maya. Masih banyak masyarakat yang senang
mengkoleksi foto mereka untuk di simpan dalam sebuah bingkai kemudian
mereka pampang di tempat yang tepat disalah satu sudut ruangan rumah mereka
atau kamar pribadi mereka sehingga dengan mudah kita atau siapapun dapat
menikmati karya foto tersebut. Tak hanya untuk dilihat, tetapi foto tersebut dapat
menjadi properti tersendiri pada dekorasi ruangan kita.
Dengan adanya bingkai, setiap orang dapat menyimpan foto lebih dekoratif.
Karena jenis bingkai dan ukuran yang berbeda-beda serta bentuk motif yang
beraneka ragam. Dia akan seutuhnya menjadi milik kita dan kita tidak akan was-
was bahwa foto tersebut akan disalahgunakan oleh orang lain yang semacam
hacker karena terpasang rapi pada sebuah bingkai. Lebih bertahan lama, dapat
sering terlihat tanpa harus aktivasi internet atau sejenis gadget lainnya yang
sebelumnya melakukan proses cukup lama.
Pada sebuah karya bingkai ini tertuang sebuah konsep “Postmo Minimalis”.
Akhir-akhir ini sering kita dengar istilah Postmo (Post modern) ialah suatu
keadaan yang digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu yang bercita rasa tinggi.
Hal tersebut lalu dipasarkan secara menarik terutama dalam penyajiannya serta re-
interpretasi gaya dan tema seni masa lalu. Seni masa lalu tersebut kemudian
ditampilkan pada masa sekarang dengan sentuhan artistik. Dimana pembangunan
artistiknya dapat mencapai titik perubahan yang kritis. Dalam karya tersebut dapat
kita jabarkan, ialah bingkai berbahan kayu yang difinishing lebih ke arah modern,
lebih artistik pada goresan warna yang muncul sesuai konsep bercak, sehingga
konsep bercak yang muncul pada karya menjadi lebih artistik natural terbentuk
indah dan lucu.
Sedangkan dari segi penataan serta bentuk yang terlihat sehingga terbentuk
bingkai yang lebih minimalis pada bingkai postmo tersebut. Jika minimalis selama
ini berbicara pada ruangan, kini hal tersebut dapat dituangkan pada karya tersebut.
Tatanan yang sederhana namun tetap menjadi keseimbangan. Bahwa ketika kita
berada pada labirin postmo, ketenangan pun selalu hadir dalam konteks minimalis
tadi.
Untuk produk bingkai ini dapat dinikmati oleh anak-anak kecil, para remaja,
maupun muda-mudi yang berusia kisaran paling akhir 25 tahun. Namun karena
keminimalisan dalam postmo tersebut cocok pula untuk orang-orang tua kisaran
umur 30 – 45 tahun digunakan sebagai penghias ruangan keluarga maupun
ruangan bersantai.
Karya ini termasuk ramah lingkungan dan mudah untuk kita dapatkan, berasal
dari potongan-potongan kayu bekas. Apalagi jika kita paham akan berbagai teknik
yang ada pada kayu. Berbagai kayu dapat di bentuk sesuai kreativitas pencipta.
II. PROSES PERWUJUDAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan bingkai postmo
minimalis ini yaitu :
1. Alat pemotong kayu/ sirkel.
2. Potongan kayu.
3. Amplas.
4. Cat movylac.
5. Clear.
6. Tiner.
7. Lem G.
8. Paku kecil.
9. Triplek bekas.
10. Alat penyemprot.
11. Pelubang profil (ruter).
Selanjutnya untuk teknik yang digunakan pada perwujudan bingkai ini
menggunakan salah satu teknik pada kayu yaitu teknik tempel. Berikut dapat kita
amati proses pembuatan bingkai secara tahap demi tahap.
1. Melakukan pengukuran pada kayu sesuai dengan ukuran yang disesuaikan.
Ukuran bingkai ini yaitu 22x29 cm.
Gambar 1. Pengukuran pada kayu
(Foto: jeni, 2014)
2. Kayu yang sudah di ukur kemudian di potong menggunakan sirkel. Untuk
mendapatkan hasil yang rapi kita harus menahan kayu dengan kuat. Hati-
hati ketika memotong, ketika sampai ujung sirkel kita harus menahan kuat,
Jika tidak, kayu akan terlempar jauh bahkan terlempar ke wajah kita.
Gambar 2. Sirkel, alat potong kayu
(Foto : Jeni 2014)
3. Kayu kemudian di amplas sampai halus dan rapi, hingga serat-serat yang
mencuat keluar menjadi tumpul dan hilang.
Gambar 3. Proses pengamplasan bingkai kayu
(Foto : Nafi’an, 2014)
4. Setelah bentuk bingkai sudah beres, kemudian mempersiapkan potongan
kayu-kayu kecil yang akan di tempel di atas bingkai yang akan
memberikan kesan minimalis.
Gambar 4. Potongan kayu berbentuk balok kecil
(Foto : jeni, 2014)
5. Potongan kayu kecil yang seperti balok tersebut di amplas juga sebelum di
tempel.
Gambar 5. Pengamplasan kayu balok kecil
(Foto : jeni, 2014)
6. Potongan balok-balok kecil yang sudah rapi setelah di amplas kemudian di
tempel di atas bingkai dengan tata letak yang artistic, sehingga muncul
kesan minimalis yang diharapkan
Gambar 6. Proses penempelan balok kecil pada bingkai
(Foto : Nafi’an, 2014)
7. Bagian yang terlihat seperti gabus pada kayu agar terlihat rata dan rapi di
lapisi cat movylac berwarna putih. Kemudian dikeringkan selama
beberapa menit.Bagian ya sudah dilapisi oleh cat putih dan sudah kering,
maka siap untuk di amplas agar teksturnya rata serta rapi.
Gambar 7. Pengamplasan setelah proses pengolesan cat putih
(Foto : Nafi’an, 2015)
8. Bingkai yang sudah di tempeli kayu balok-balok kecil kemudian di cat
sebagai bacground. Kemudian dikeringkan selama beberapa menit.
Gambar 8. Pengecatan sebagai bacground
(Foto : Nafi’an, 2015)
9. Bingkai yang sudah diwarna bacground sesuai selera, pada bagian
belakang bingkai di bentuk profil untuk menyimpan kaca nantinya.
Gambar 9. Pembentukan profil
(Foto : Jeni, 2015)
10. Bagian yang di profil tadi sama seperti yang lain di lapisi cat putih yang
terlihat seperti gabus. Serta ditunggu pengeringannya selama beberapa
menit.Menyesuaikan warna depan, bagian belakang di cat juga.
Gambar 10. Pengecatan ulang
(Foto : Nafi’an, 2015)
11. Selanjutnya, untuk memberikan kesan postmo. Pencipta memberikan
pewarnaan dengan teknik bercak agar warna yang jatuh berkesan natural.
Disinilah maksud postmo yang telah tertuang. Warna yang di berikan
memunculkan warna yang lebih cerah. Menggunakan plastik yang berisi
cat, kemudian di lemparkan pada bingkai. Ditunggu beberapa saat untuk
proses pengeringan.
Gambar 11. Proses pewarnaan bingkai
(Foto: jeni, 2015)
12. Terakhir untuk proses finishing, bingkai di semprot menggunakan clear
agar terlihat mengkilap serta warna yang tertuang lebih menyala. Ditunggu
beberapa saat untuk pengeringan.
Gambar 12. Penyemprotan clear
(Foto : jeni, 2015)
13. Bingkai di pasang kaca. Karya sudah matang.
Gambar 13. Bingkai sudah beres, siap packajing
(Foto : jeni, 2015)
Untuk packajing bingkai ini memanfaatkan kertas bekas berbentuk tas
yang ada. Kantung di modifikasi dengan menggunting bagian depan, kemudian di
beri mika sehingga berkesan transparan. Bingkai dapat terlihat. Lilitan pegangan
tas di tambah lilitan kawat tangkai bunga agar berkesan fun.
Gambar 14. Pemotongan pola Gambar 15. Penempelan mika
(Foto: Arami, 2015) (Foto :Dian, 2015)
Gambar 16. Lilitan kawat pada pegangan tas Gambar 17 : Packajing yang sudah selesai
(Foto : Arami, 2015) (Foto : jeni, 2015)
III. KESIMPULAN
Ketika proses membuat karya, dalam proses pewarnaan harus berhati-hati.
Dengan teknik bercakan cat yang di lempar ke bingkai disini harus di waspadai
karena teknik tempel, bisa jadi bingkai dapat jatuh dan patah. Serta dalam proses
pengukuran pada triplek penutup bingkai harus tepat serta pressisi agar lebih rapi
lagi.
Pada bagian bingkai belakang, seharusnya rata juga terkena clear, agar
kesan mengkilapnya lebih menyeluruh atau tripleknya juga tak lupa untuk di clear.
Setiap proses khususnya untuk tekpro ini jelas sebagai pembelajaran serta
gambaran ke depan ketika kita para akademisi dalam berkarya. Membuat karya,
kemudian ada laporan yang mengikuti mewakili konsep yang kita hadirkan dalam
karya tersebut.