Upload
denny-mukhtar
View
214
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
rweqye
Citation preview
PENATALAKSANAAN DAN KOMPLIKASI SINDROM NEFROTIK\
Proteinuria adalah manifestasi utama dari sindrom nefrotik dan penyebab
dari komplikasi, beberapa tindakan harus diimplementasikan untuk menolong
mengurangi proteinuria.1 Pengobatan sindrom nefrotik terdiri dari pengobatan
spesifik yang ditujukan kepada penyakit dasar, dan pengobatan non spesifik untuk
mengurangi proteinuria, mengontrol edema dan mengurangi komplikasi.Tidak ada
pedoman klinis khusus dan hanya ada beberapa penelitian dengan kualitas yang
tinggi pada penatalaksanaan sindrom nefrotik pada dewasa. Rekomendasi
khususnya berdasarkan seri kasus awal, penelitian observasional lainnya dan
pendapat ahli.2 Target terapi utama pada pasien nefrotik adalah mengurangi
proteinuria sebisa mungkin pada kadar paling rendah. 3
a. Penatalaksanaan spesifik
Pada diabetes, kontrol metabolik adalah adalah penatalaksanaan utama.
Penatalaksanaan nefrotik sindrom dengan penyebab spesifik beragma tergantung
penyakit penyebab, contohnya penatalaksanaan kuratif atau paliatif dari penyakit
neoplasitk, terapi antivirus pada hepatitis atau terapi imunosupresif pada penyakit
sistemik. Diantara penayakit ginjal primer yang paling sering dialami adalah
glomerulopati membranosa, glomerulosklerosis segmental dan perubahan
glomerulopati minimal. Kelaian imunologis yang mendasari dicurigai pada tiga
penyakit ini. Obat-obatan imunosupresif atau imunomodulator merupakan adalah
pengobatan utama pada kasus ini, strategi
Terapeutik di buat berdasarkan gambaran klinis dan histologis. Meskipun
telah di tatalaksanan dengan penatalaksanaan spesifik, terapi nonspesifik protektif
juga harus diimplementasikan pada pasien dengan sindrom nefrotik. 3
b. Penatalaksanaan non spesifik
1. Cairan dan nutrisi
Asupan sodium harus dikurangi kurang dari 3 g/hari untuk mengurangi
edema dan hipertensi dan memaksimalkan efek dari ACE inhibitor dan ARBs. 3
Asupan cairan harus di batasi ( kira-kira kurang dari 1,5 L per hari ). 2 Asupan
protein menjadi hal yang diperdebatkan pada sindrom nefrotik. Beragam
penelitian telah menunjukkan bahwa diet protein yang tinggi (untuk mengkoreksi
hilangnya protein dari urin) tidak efektif dalam mengatasi hipoalbuminaemia.
Lagipula, peningkatan asupan protein cenderung lebih jauh meningkatkan
proteinuria dan hiperfiltrasi, dan hal ini lagipula sangat menganggu. Sebaliknya,
diet protein rendah (< 0,8 g/kg/hari) memberikan sedikit efek anti-proteinuria
yang mungkin bermanfaat. Sebagai tambahan, diet rendah protein telah
menunjukkan dapat membantu mengurangi proteinuria, dengan asupan protein
harian 0,7 g/kg.hari. Pasien harus diawasi secara hati-hati, untuk menghindari
malnutrisi. 1,2 Protein dalam sayuran kelihatanya lebih menguntungkan
dibandingkan protein hewani dalam mengurangi proteinuria. Bagaimanapun,
pengeluaran protein dari otot merupakan masalah utama pada pasien nefrotik, dan
diet protein yang rendah dapat meningkatkan risiko malnutrisi, sehingga tidak
direkomendasi.,2,3
Dalam praktiknya kami merekomendasikan asupan protein 0,8-1 g/kg.hari,
dengan sumber protein dari sayuran atau ikan. Suplementasi intravena dari
albumin tidak bermanfaat dan tidak direkomendasikan, kecuali pada kasus
hipovolemia berat. Konsultasi kepada ahli gizi direkomendasikan pada semua
pasien nefrotik.3
2. Diuretik
Diuretik adalah penatalaksanaan medis utama untuk sindrom nefrotik,
namun, belum ada bukti untuk mengarahkan pemilihan dan dosis obat.
Berdasarkan pendapat para ahli, dieresis harus mencapai target penurunan berat
badan 0,5 sampai 1 kg per hari untuk menghindari gagal ginjal akut atau kelainan
elektrolit. Loop diuretic, seperti furosemid (Lasix) atau bumetanide paling sering
digunakan. Dosis besarnya (yaitu 80 sampai 120 mg furosemide) sering
dibutuhkan, dan obat ini khusus diberikan intravena karena absorbs oralnya yang
buruk dan dapat menyebabkan edema intestinal. Kadar albumin serum yang
rendah juga membatasi keefektifan dan kebutuhan terhadap dosis yang lebih
tinggi. Diuretik thiazide, diuretic hemat kalium atau metazolone (Zoroxolyn)
mungkin berguna sebagai diuretic tambahan atau diuertik sinergis.2
3. ACE Inhibitors (ACEI) dan Angiotensin Reseptor Blocker (ARB)
ACEI dan ARB dapat menurunkan tekanan darah dan keduanya memiliki
efek dalam menurunkan proteinuria. Pengunaan ACE inhibitor merubakan
intervensi yang paling penting, bahkan pada pasien normotensi. 1 Angiotensin-
converting enzyme inhibitors (ACEI) telah menunjukkan mampu dalam
mengurangi proteinuria dan mengurangi risiko perburukan penyakit ginjal pada
pasien dengan sindrom nefrotik. Dosis rekomendasi masih belum jelas, dan dosis
enalapril (Vasotec) berkisar 2,5 sampai 20 mg/hari. Kebanyakan individu dengan
sindrom nefrotik harus diawali dengan terapi ACEI untuk mengurangi protenuria
dengan menghiraukan tekanan darah.2
4. Albumin
Albumin intravena telah ditawarkan untuk memperbaiki dieresis, karena
edema dapat disebabkan oleh hipoalbuminemia dan menyebabkan tekanan
onkotik meningkat. Bagaimanapun, tidak ada bukti yang menunjukkan
keuntungan dari terapi dengan menggunakan albumin, efek yang merugikan
seperti hipertensi dan edema pulmonal, dan harganya yang mahal menjadikan
penggunaannya terbatas.2
5. Kortikosteroid
Penatalaksanaan dengan kortikosteroid masih menjadi hal yang
kontroversial dalam penatalaksanaan sindrom nefrotik pada dewasa. Tidak ada
keuntungan yang terbukti, namun direkomendasikan pada beberapa orang yang
tidak respom terhadap penatalaksanaan konservatif. Penatalaksanaan anak dengan
sindrom nefrotik berbeda, dan lebih jelas bahwa anak dapat merespon dengan baik
terhadap pengobatan kortikosteroid. 2 Banyak ahli merekomendasikan
penggunaan kortikosteroid, khususnya pada individu dengan perubahan penyakit
yang minimal, bagaimanapun efek samping dari kortikosteroid sering
mengakibatkan penghentian dalam pemakaian. 2
Kebanyakan penyebab dalam sindrom nefrotik akan respon terhadap
pengobatan terapi imun. Penyeakit dengan perubahan minimal pada dewasa
biasanya ditatalaksanan dengan prednisolone, dan cyclophosphamide akan
ditambhakan pada kasus relaps atau resistensi steroid. FSGS (Focal Segemental
glomerulosclerosis) memiliki respon yang buruk terhadap pengobatan steroid dan
kebanyakan pasien responnya telah meningkat dengan terapi kombinasi
cyclosporine dengan prednisolon. Setelah mengekslusikan glomerulopathy
membranaseous, pasien diterapi dengan siklus alternatif bulanan dari
metilprednisolon dan chlorambucil pada kasus peningkatan yang cepat terhadap
gagal ginjal,, dialysis dan transplantasi ginjal menjadi bahan pertimbangan.1
6. Terapi merendahkan kadar lemak dalam darah
Tinjauan dari Cochrane menilai keuntungan dan bahaya agen penurun kadar
lemak pada sindrom nefrotik. Bebera bukti menunjukkan peningkatan risiko
atherogenesis atau infark miokard pada individu yang mengalami sindrom
nefrotik, berkaitan dengan peningkatan kadar lemak. Bagaimanapun peranan dari
pengobatan untuk meningkatkan kadar lemak masih tidak diketahui dan pada saat
ini keputusan untuk memulai terapi penurun kadar lemah pada sindrom nefrotik
harus dilakukan dengan kondisi yang sama pada pasien lainnya.2 Obat penurun
lemak seperti golongan statin seperti simvastation, pravastatin dan lovastatin
dapat menurunkan kolesterol LDL, Trigliserida dan meningkatkan kolesterol
LDL.5 Hiperlipidemia berkaitan dengan sindrom nefrotik yang mungkin juga bisa
diatasi dengan intervensi nonfarmakologis seperti mengonsumsi diet protein
kedelai untuk merendahkan total kolesterol dan kadar LDL. Penggunaan minyak
ikan telah menunjukkan dapat merendahkan trigliserida dan VLDL. Namun
sampai saat ini statin masih merupakan pengobatan utama karena telah terbukti
dapat menurunkan kadar LDL.1
7. Antibiotik
Belum ada data uji klinik prospektif mengenai penatalaksanaan dan
pencegahan infeksi pada dewasa yang mengalami sindrom nefrotik. Risiko yang
tidak pasti terhadap infeksi pada sindrom nefrotik di Amerika Serikat, saat ini
bukan merupakan indikasi untuk pemberian antibiotik.2 Karena pasien nefrotik
rentan terhadap infeksi, vaksin pneumokokus biasanya direkomendasikan
meskipun keuntungannya belum sepenuhnya dipelajari.1
8. Terapi Antikoagulan
Belum ada rekomendasi saat ini untuk antikoagulan profilaksis untuk
mencegah kejadian thromboembolik pada individu dengan sindrom nefrotik yang
sebelumnya mengalami trombotik, dan manifestasi klinis yang beragam. Tinjauan
Cochrane sedang dalam proses. Individe dengan risiko thromboembolisme yang
tinggi (berdasarkan riwayat sebelumnya, diketahui ada koagulopati) harus
dipertimbangkan untuk antikoagulan profilaksis selama mereka mengalami
sindrom nefrotik yang aktif.2
Komplikasi Sindrom Nefrotik
a. Keseimbangan nitrogen
Proteinuria masif dapat menyebabkan keseimbangan nitrogen menjadi
negatif. Penurunan massa otot sering ditemukan tetapi gejala ini edema
anasarka dan baru tampak setelah edema menghilang. Kehilangan massa otot
sebesar 10-20% dari massa tubuh (lean body mass) tidak jarang dijumpai pada
SN.5
b. Hiperlipidemia dan lipiduria
Hiperlipidemia merupakan keadaan yang sering menyertai sindrom
nefrotik. Kadar kolesterol umumnya meningkat sedangkan trigliserid
bervariasi dari normal sampai sedikit meninggi. Peningkatan kolesterol
disebabkan meningkatnya LDL (low density lipoprotein), lipoprotein utama
pengakut kolesterol. Kadar trigliserid yang tinggi dikaitkan dengan
peningkatan VLDL (very low density lipoprotein), selain itu ditemukan pula
peningkatan IDL (intermediate density lipoprotein) dan lipoprotein (Lp)A
sedangkan HDL (Hih density lipoprotein) cenderung normal atau rendah.
Mekanisme hiperlipidemia pada sindrom nefrotik dihubungkan dengan
peningkatan sintesis lipid dan lipoprotein hati dan menurunnya katabolisme.
Lipiduria sering ditemukan pada sindrom nefrotik dan ditandai dengan
akumulasi lipid pada debris sel dan cast seperti badan lemak berbentuk oval
(oval fat bodies) dan fatty cast. Lipiduria lebih dikaitkan dengan proteinuria
daripada dengan hiperlipidemia.5
c. Hiperkoagulasi
Komplikasi tromboemboli sering ditemukan pada sindrom nefrotik akibatan
koagulasi intravaskular . Pada sindrom nefrotik akibat GNMN kecenderungan
terjadinya trombosis vena renalis cukup tinggi sedangkan sindrom nefrotik pada
GNLM dan GNMP frekuensinya kecil. Emboli paru dan trombosis vena dalam
(deep vein thrombosis) sering dijumpai pada sindrom nefrotik. Kelainan itu
disebabkan oleh perubahan tingkat aktivitas fisik berbagai faktor koagulasi
intrinsic dan ekstrinsik. Mekanisme hiperkoagulasi pada pasien sindrom nefrotik
cukup kompleks meliputi peningkatan fibrinogen , hiperagregasi trombosit dan
penurunan fibrinolis. Gangguan koagulasi yang terjadi disebabkan oleh
peningkatan sintesis protein oleh hati dan kehilangan protein melalui urin.3,4,5
d. Infeksi
Sebelum era antibiotik , infeksi sering merupakan penyebab kematian pada
sindrom nefrotik terutama oleh organism berkapsul. Infeksi pada sundrim nefrotik
terjadi akibat defek imunitas humoral, selular dan gangguan sistem komplemen.
Penurunan IgG . IgA dan gamma globulin sering ditemukan pada sindrom
nefrotik oleh karena sintesis yang menurun atau katabolisme yang meningkat dan
bertambah banyaknya yang terbuang melalui urin. Jumlah sel T dalam sirkulasi
berkurang yang menggambarkan gangguan imunitas selular. Hal ini dikaitkan
dengan keluarnya transferin dan zinc yang dibutuhkan oleh selT agar dapat
berfungsi dengan normal.2,5
e. Gangguan fungsi ginjal
Pasien sindrom nferotik mempunyai potensi untuk mengalami gagal ginjal akut
melalui berbagai mekanisme. Penruunan volume plasma dan atau sepsis sering
menyebabkan timbulnya nekrosis tubular akut. Mekanisme lain yang
menyebabkan gagal ginjal adalah terjadinya edema intrarenal yang menyebabkan
kompresi tubulus ginjal. Sindrom nefrotik yang progresif dan berkembang
menjadi PGTA. Proteinuria merupakan faktor risiko penentu terhadap
progresivitas SN. Progresivitas kerusakan glomerulus, perkembangan
glomeruloskerosis, dan kerusakan tubulointerstitium dikaitkan dengan proteinuria.
Hiperlipidemia juga dihubungkan dengan mekanisme terjadinya
glomerulosklerosis dan fibrposis interstitium pada sindrom nefrotik.4,5
f. Komplikasi lain pada sindrom nefrotik
Malnurtrisi kalori protein dapat terjadi pada penderita sindrom nefrotik
dewasa terutama apabila disertai dengan proteinuria yang masif, asupan oral yang
kurang dan proses katabolisme yang tinggi. Hipertensi tidak jarang ditemukan
sebagai komplikasi sindrom nefrotik dikaitkan dengan retensi natrium dan air.
DAFTAR PUSTAKA
1. Keddis MT and Karnath BM. The nephhrotic syndrome. Hospital
physician. 2007: 25- 38
2. Kodner C. Nephrotic syndrome in adults: diagnosis and managemen. Am
Fam Physician. 2009;80(10):1129-1134,1136
3. Seigneux DS and Martin PY. Management of patients with nephrotic
syndrome. Swiss Med WKLY. 2009;139(29-30):416-422
4. Park SJ and Shin JI. Complication of nephritic syndrome. 2011. Korean J
pediatr 2011;54(8):322-328
5. Prodjosudjadi W. 2008 . Sindrom nefrotik. In. Buku Ajar Ilmu penyakit
dalam FKUI. Jakarta. p.547-549