Upload
vodat
View
226
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
(K T S P)
I. PENDAHULUAN
Pada tahun ajaran 2005/2006 setelah diberlakukannya kurikulum berbasis
kompetensi, setahun kemudian yaitu pada tahun ajaran 2006/2007 di terbitkan
kebijakan baru mengenai pemberlakuan pengorganisasian kurikulum yang dikenal
dengan istilah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), dengan batas akhir
penerapan di sekolah pada tahun ajaran 2009/2010.
Kebijakan yang dimaksud adalah UU Sistem Pendidikan Nasional No.20
Tahun 2003, PP No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Permen
No.22 tahun 2006 tantang Standar Isi, dan Permen No.23 tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan. Dimana kebijakan-kebijakan tersebut di atas
merupakan landasan dalam pengembangan dan penyusunan KTSP.
Efektifitas implementasi kurikulum (proses pembelajaran) sangat
dipengaruhi oleh empat komponen, yaitu; rumusan tujuan, penentuan materi/isi,
pemilihan metode, dan evaluasi. Pengembangan pemikiran dan strategi
pembelajaran dengan menggunakan empat komponen kurikulum tersebut,
menghasilkan pola pembelajaran yang berbeda, yang disesuaikan dengan tuntutan
psikologis anak, tuntutan masyarakat, dan tuntutan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta seni.
Selain dari pengaruh empat komponen tersebut, hal paling penting lainnya
adalah posisi implementator dalam hal ini guru, guru dipandang perlu untu dapat
1
memperhatikan berbagai perubahan cara pandang terhadap belajar dan mengajar
seiring dengan perubahan pada setiap aspek kehidupan, dalam rangka untuk
melakukan langkah perbaikan dan penyesuaian disesuaikan dengan tuntutan
jaman. Namun fakta dilapangan menunjukkan belum adanya perubahan yang
signifikan dari berbagai perubahan kurikulum yang ada terhadap kualitas proses
dan hasil pembelajaran siswa, terutama pada aspek relevansi kurikulum dan
pembelajaran pada kondisi aktual.
Hadirnya kurikulum berbasis kompetensi yang dikenal dengan istilah
kurikulum 2004, memberikan nuansa baru yang ditanggapi dalam dua perfektif.
Persfektif pertama, bahwa kurikulum tersebut membuat “dilema” bagi para guru,
pasalnya bagaimana implementasi KBK dalam kondisi sesungguhnya untuk setiap
mata pelajaran yang ada. Persfektif kedua, bahwa kurikulum KBK memberikan
penguatan terhadap relevansi pembelajaran yang dilakukan di sekolah dengan
kebutuhan masyarakat dan dunia kerja/industri, yaitu dengan mengedepankan
kompetensi minimal pada suatu “job” tertentu yang ada di lingkungan
(masyarakat, dunia kerja/industri), baik untuk kebutuhan proses pembelajaran
maupun output pembelajaran.
Perkembangan terbaru saat ini adalah munculnya penerapan KTSP oleh
lembaga penyelenggara pendidikan dilingkungan Dinas Pendidikan. Kehadiran
KTSP tidak serta menjadi solusi alternatif bagi berbagai “dilema” yang menutupi
pendidikan karena berbagai faktor. Penulis dalam hal ini mengidentifkasi
beberapa hal yang berkaitan dengan hadirnya KTSP, yaitu diantaranya:
2
a. KTSP muncul tidak lama setelah terbitnya kurikulum 2004, sehingga di
lapangan menimbulkan pertanyaan apakah ini kurikulum baru yang
merupakan revisi terhadap kurikulum 2004.
b. KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dikembangkan
oleh sekolah (guru dan stakeholder lainnya), sementara “mereka” biasanya
menerima segala sesuatu secara terpusat.
c. Kesiapan data-data yang diprasyaratkan dalam KTSP belum sepenuhnya
siap, karena dalam hal kecil guru pada umumnya tidak memiliki buku
administrasi guru secara utuh.
d. Bagaimana hubungan antara pembelajaran dengan menggunakan formula
KTSP dengan tuntutan ujian nasional (UNAS)?, yang secara filosofis
memang berbeda.
e. Penyusunan dan pengembangan KTSP melibatkan banyak unsur,
diantaranya; guru-guru, unsur pimpinan sekolah, pengawas, dinas
pendidikan/depag terkait, dan komite sekolah. Hal ini merupakan kesulitan
tersendiri karena sulit untuk dipertemukan secara langsung.
f. Adanya pengurangan jam pelajaran yang sangat dirasakan dampaknya
bagi guru-guru di lembaga pendidikan swasta.
g. Unsur standar pendukung pelaksanaan KTSP belum diterbitkan
seluruhnya saat ini baru terbit dua standar dari delapan standar yang
ditetapkan, yaitu SKL (santdar kompetensi lulusan) dan SI (standar isi).
3
Terlepas dari sejumah “dilemma” yang ada sehubungan dengan
ditetapkannya kebijakan mengenai penerapan KTSP, penulis dalam hal ini akan
mengkaji secara khusus mengenai KTSP dipandang dari sudut akademik,
sehingga mudah-mudahan akan memberikan gambaran mengenai peluang,
harapan dan tantangan bagi penyelenggara pendidikan pada setiap jenjang
pendidikan dalam penerapam KTSP.
KTSP merupakan sebuah kebijakan yang harus dilakukan oleh setiap
satuan pendidikan, saat ini tugas kita adalah memahami dan memaknai KTSP
sebagai sebuah produk inovasi dalam pengorganisasian kurikulum saat ini, untuk
dapat disesuaikan dan diterapkan, melalui peroses pembelajaran KTSP akan diuji
apakah KTSP merupakan hal baru yang memberikan solusi pendidikan dalam
jangka panjang atau mungkin hanya merupakan solusi sementara sebagai “project
work” semata dalam dunia pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, untuk memfokuskan pembahasan penulis
merumuskan beberapa pertanyaan pokok, yang akan dijadikan landasan dalam
melakukan pengkajian, diantaranya:
1. Bagaimana perkembangan inovasi kurikulum dan pembelajaran
sebelumnya lahirnya KTSP?
2. Apa yang dimaksud dengan KTSP dan Bagaimana hubungannya dengan
KBK atau kurikulum 2004?
3. Bagaimana prosedur pengembangan kurikulum dengan menggunakan
format KTSP?
4
II. PEMBAHASAN
A. Perkembangan Inovasi-Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran
Perkembangan pendidikan di Indonesia ditandai dengan lahirnya berbagai
inovasi pendidikan yang didalamnya terdapat inovasi kurikulum dan inovasi
pembelajaran, yang diperkuat dengan berbagai kebijakan pada masa inovasi
tersebut diterapkan. Secara spesifik makalan ini menyajikan berbagai inovasi
kurikulum dan pembelajaran yang telah dan sedang dilakukan hingga saat ini.
Inovasi merupakan suatu ide yang dituangkan dan bersifat baru, walaupun
sesungguhnya tidak ada sesuatu hal yang baru seutuhnya tetapi merupakan
penyesuaian dan perbaikan dari hal yang telah ada. Karakteristik suatu inovasi
adalah; kreatif, baru, praktis, perubahan nilai, ekonomis, dan merupakan suatu
terobosan. Dan lingkup inovasi terdiri dari tiga bagian yaitu inivasi struktur (SD 5
tahun), inovasi materi (materi teknologi informasi dan komunikasi untuk SMU
tahun 2004), dan inovasi proses (e-learning) melalui tahapan konwledge,
persuasion, decision, implmentation, dan confirmation (Rogers,1983:164)
Sebagai gambaran awal, berikut ini akan disajikan mengenai beberapa
perkembangan kurikulum khususnya di Indonesia dimulai dari tahun 1968 hingga
2004 dan 2006 dengan spesifikasi orientasi dari masing kurikulum-kurikulum
tersebut, secara garis besar perkembangan tersebut disajikan dalam tabel 1,
sebagai berikut:
5
Tabel. 1
Perkembangan Kurikulum Di Indonesia
NO TAHUN FOKUS ORIENTASI
1 1968 Subject Matter (mata pelajaran)
2 1975 Terminal Objectives (TIU, TIK)
3 1984 Keterampilan Proses (CBSA Project)
4 1994 Munculnya pembagian kamar antara kurikulum nasional
dengan kurikulum muatan local
5 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi
6 2006 Kurikulum berbasis lokal (daerah/satuan pendidikan)
Dengan melihat pada isi tabel 1 di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
a). perubahan atau penyesuaian kurikulum tersebut relatif dilakukan dalam
periode yang relatif konstan yaitu antara 8 hingga 10 tahun, b). perubahan
mencakup aspek proses dan materi, c). perkembangan terakhir menunjukkan
konsentrasi pendidikan untuk meningkatkan mutu dan relevansinya bagi
masyarakat dan lingkungan.
Kemudian untuk lebih menambah khasanah perkembangan, dibawah ini
ditambahkan dengan perkembangan pembelajaran sebagai bentuk inovasi. Secara
umum proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar
yaitu pembelajaran tradisional, pembelajaran progresif, dan pembelajaran modern.
Untuk lebih jelasnya untuk membedakan ketiga perkembangan tersebut dalam
kaitan dengan pembelajaran disajikan dalam tabel 2 sebagai berikut:
6
Tabel. 2
Perkembangan Pembelajaran
ASPEK TRADISIONAL PROGRESIF MODERN
Tujuan Transfer Perkembangan Pribadi Penerapan
Pendekatan Unsur-unsur Keutuhan, bakat, minat Daerah kehidupan
Materi Text Book Keinginan Siswa Masyarakat
Metoda Formal Step,
Asosiasi
Discovery, Problem
Solving, independent
study
Karyawisata, kemah,
survey,
pembelajaran proyek
Guru Berkuasa Tidak Berkuasa, siswa
aktif
Siswa aktif dengan
bimbingan guru
Evaluasi Dikembangkan
guru berdasar-
kan tuntutan
pengetahuan
Self evaluation Oleh siswa, guru dan
masyarakat
Pembelajaran saat ini lebih cenderung diarahkan pada pembelajaran
modern yaitu dengan menekankan pada aspek kebutuhan dan tuntutan masyarakat
dalam lingkup yang luas, seperti lingkungan masyarakat sekitar, dunia kerja,
dunia industri, dsb. Meskipun dalam pelaksanaannya tidak menghilangkan unsur
pembelajaran tradisional dan pembelajaran progresif namun lebih mengedepankan
unsur modernnya atau dengan kata lain lebih meningkatkan relevansi selain dari
mutu dan efektivitas pembelajaran.
Perkembangan kurikulum dan pembelajaran seperti uraian di atas,
menunjukkan kepada kita bahwa telah terjadi pergeseran cara berfikir mengenai
kurikulum dan pembelajaran yang perlu disikapi secara ilmiah.
7
Perkembangan terbaru dalam pendidikan dan kurikulum yaitu lahirnya
kurikulum 2006 dengan diikuti populernya istilah KTSP. Persepsi masyarakat
pendidikan pada umumnya dalam memandang KTSP sebagai model baru
kurikulum sebagai pengganti KBK (kurikulum 2004), secara teoritik model
pengembangan kurikulum yang sejalan dengan paradigma KTSP adalah model
Tyler (objective model), model grassroot dari Hilda Taba, Model kurikulum
transmisi dari Miller-Seller, dan lain sebagainya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis beranggapan bahwa KTSP adalah
sebuah istilah/penamaan dari suatu bentuk pengelolaan dan pengorganisasian
kurikulum sebagai implikasi dilaksanakannya otonomi daerah khususnya dalam
bidang pendidikan, hipotesa penulis didasari pengertian KTSP, prinsip-prinsip,
dan prosedur penyusunan KTSP yang akan diuraikan pada bagian berikutnya
dalam makalah ini.
Sebagai pengayaan informasi penulis mencoba mendekatkan antara KTSP
dengan SBCD (School-Based Curriculum Development) yang diterapkan di
Australia melalui tulisan Laurie Brady “Curriculum Development: Third Edition”
(1990). Brady mengatakan bahwa SBCD didalamnya “........... school and teacher
greater autonomy in curriculum decisions”, pernyataan tersebut didasari pada
asumsi bahwa “ ..... that curriculum decisions should be made by the teacher who
are implementing them and that decisions should be shared by all who are
involved”.
Trend munculnya SBCD adalah adanya desentralisasi dalam paradigma
pengelolaan bidang kehidupan, tingginya tuntutan terhadap profesionalisme guru,
8
perlunya kebebasan sekolah untuk menentukan dan mengembangkan program
studi, dan keterlibatan guru secara langsung dalam proses pengembangan
kurikulum. Lebih lanjut Brady mengatakan bahwa peran sekolah dalam proses
pengembangan kurikulum adalah “ school must be involved in selecting content,
having regard for available resources, to meets its own objectives and to cuter for
students of different level of maturation”.
Beberapa karakteristik pelaksanaan SBCD di Australia adalah sebagai
berikut:
1. Melibatkan sekolah dan guru dalam membuat keputusan pengembangan
dan implementasi kurikulum.
2. Menjalin hubungan antara beberapa sekolah dalam proses pengembangan
kurikulum.
3. lebih berorientasi pada selective dan adaptive dari pada creative.
4. Merupakan proses kontinu dan dinamis dengan melibatkan guru, siswa
dan masyarakat.
5. Membutuhkan dukungan dari berbagai elemen terkait.
6. Mengubah aturan/pola guru yang tradisional (perubahan peran guru kearah
profesionalisme).
7. Adanya perpindahan tanggung jawab dalam pembuatan keputusan
kurikulum daripada memutuskan hubungan atau jalur dengan pusat.
Beberapa reaksi terhadap SBCD seperti ditulis Brady adalah: terasa berat
melakukan perubahan peran guru dari pelaksana menjadi pengembang, lemahnya
9
keahlian/kemampuan guru dan kurangnya pengalaman dan pengetahuan mengenai
pengembangan kurikulum yang disediakan di sekolah, masalah usia; karena usia
merefleksikan pengalaman mengajar, insentif; yaitu suatu upaya untuk
memotivasi guru terlibat dalam SBCD, dan support structure; perlunya dukungan
sekolah secara hirarkikal.
Berdasarkan beberapa kutipan yang penulis ambil dalam bukunya Brady
(1990), pada hakekatnya terdapat beberapa kesamaan orientasi antara SBCD yang
diungkap oleh Brady pada tahun 1990 dengan KTSP yang saat ini merupakan hal
yang dianggap “kebaruan” dalam masyarakat pendidikan di Indonesia. Sehingga
SBCD dapat menjadi salah satu rujukan dalam desain, pengelolaan, pemanfaatan,
penggunaan, dan evaluasi KTSP yang sekarang sedang digalakan oleh pemerintah
dalam hal ini adalah dinas pendidikan indonesia dari tingkat pusat hingga tingkat
daerah.
B. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Proses desentralisasi pendidikan (kurikulum) pada dasarnya bertujuan
untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerah. Melalui desentralisasi
pendidikan (kurikulum) diharapkan masing-masing daerah memiliki peluang
untuk mengembangkan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan potensi daerah.
(Masriam Bukit:2004).
Burki et.al. (1999). Menyarankan aspek-aspek pendidikan yang dapat
didesentralisasikan, yaitu; sistem pembelajaran, manajemen personalia,
perencanaan dan struktur, serta sumber daya. Salah satu jenis keputusan yang
10
dapat didesentralisasikan dari aspek pembelajaran adalah pengembangan
kurikulum.
Terdapat sejumlah kegiatan strategis pada pengembangan kurikulum yang
perlu dipersiapkan sehubungan dengan desentralisasi kurikulum, (Glatthom,
1994) mengatakan terdapat sejumlah kegiatan yang menjadi tanggung jawab
daerah, yaitu: pembentukkan komite pengembangan kurikulum di daerah
(jarkum), peletakkan landasan-landasan, perumusan panduan pengembangan
kurikulum, menyusun dan mengatur strategi implementasi yang efektif, dan
penyelenggaraan audit kurikulum guna menjamin mutu.
Kurikulum yang ada sekarang dikembangkan dengan pengelolaan atau
pendekatan desentralistik. Hal ini merupakan implikasi dari keseluruhan
pelaksanaan desentralisasi pendidikan di Indonesia yang didasarkan pada berbagai
perundangan yang telah ditetapkan, antara lain UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Bab III Pembagian Urusan Pemerintahan Pasal 14 Ayat 1
yang menegaskan bahwa Bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh
Daerah Kabupaten dan Daerah/Kota antara lain pendidikan dan penyelenggaraan
pendidikan.
Tuntutan utama dari pendekatan desentralistik adalah tuntutan
kemampuan setiap pengembang kurikulum yang harus menyebar dari tingkat
pusat, daerah, sampai pada tingkat satuan pendidikan di sekolah. Kemampuan
pengembangan kurikulum pada setiap tingkatan bukan mengikuti jenjang
birokrasi tetapi merata dan tidak memiliki perbedaan yang jauh antara
pengembang kurikulum tingkat pusat, daerah maupun pada unit satuan pendidikan
11
karena mereka memiliki fungsi masing-masing dalam skenario besar secara
nasional. Kesenjangan yang selama ini terjadi sebagai akibat dari kurangnya
pemahaman implementasi kurikulum pada tingkat daerah dan satuan pendidikan
sehingga pada saat daerah diberi wewenang untuk mengembangkan kurikulum
sesuai dengan kondisi lingkungan dan sumber daya pendidikan di masing-masing
daerah, tim pengembangan kurikulum daerah cenderung menanti petunjuk
pelaksanaan dari pusat.
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) merupakan kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan. KTSP dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berdasarkan
kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan serta berpedoman pada
panduan yang telah disusun oleh BNSP (Badan Standar Nasional Pendidikan). (PP
No.19 Th.2005, Pasal 17).
Pada hakekatnya KTSP merupakan inovasi dari pengorganisasian
kurikulum yang dilimpahkan dari pusat ke daerah dalam hal ini lebih mengerucut
pada level satuan pendidikan atau sekolah. oleh karena itu dalam
pengembangannya disesuaikan dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi
dan karakteristik daerah, sosial budaya, masyarakat, dan karakteristik peserta
didik.
Perbedaan mendasar dari kurikulum 2004 dengan KTSP adalah khususnya
dalam penyusunan dan pengembangan indikator pencapaian kompetensi
ditentukan oleh satuan pendidikan dalam hal ini guru dengan mengacu pada
Standar Isi yang ditetapkan secara nasional. Secara umum konten dan system
12
kompetensi pada kurikulum 2004 masih digunakan pada kurikulum 2006 atau
KTSP, oleh karena itu penguasaan kedua kurikulum tersebut saling berkaitan erat.
Kurikulum 2004 ataupun 2006 berorientasi pada penggunaan standar, oleh
karenanya didalam pengembangan kurikulum mengacu pada standar kurikulum
(standar kompetensi lulusan dan standar isi). Menurut Ibrahim (2002:22) bahwa
standar kurikulum dapat diartikan sebagai perangkat rumusan tentang apa yang
harus dipelajari dan dikuasai siswa oleh peserta didik maupun kadar/tingkat
penguasaan yang diharapkan dari peserta didik, dalam setiap bidang/mata
pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan.
Pernyataan Ibrahim (2002) tersebut sejalan dengan penerapan KTSP saat
ini yang berorientasi pada penggunaan standar yang dikeluarkan oleh BNSP,
khususnya untuk standar isi yang mencerminkan apa yang harus dipelajari dan
dikuasai oleh peserta didik dan standar kompetensi kelulusan yang
memperlihatkan standar perilaku atau kinerja (performance standards), yang
tercermin dalam pernyataan kadar /tingkat penguasaan yang diharapkan dari
peserta didik.
Selain dari dimensi standar apa yang harus dikuasai dan kadar penguasaan
yang diharapkan, terdapat pula dimensi waktu (when), yaitu kapan standar isi dan
standar kelulusan tersebut harus dikuasai peserta didik, atau dengan kata lain pada
tingkat/kelas/semester berapa penguasaan suatu kemampuan tersebut diharapkan
dapat dikuasai.
Pola pembelajaran berbasis kompetensi dilakukan dengan melakukan
langkah mengidentifikasi SKL yang telah ditetapkan oleh BNSP, kemudian
13
mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mengacu pada
standar isi yang telah ditetapka oleh BNSP, kemudian guru dan pihak-pihak
terkait merumuskan indikator pancapaian standar kompetensi dan kompetensi
dasar, menetapkan alat evaluasi (uji kompetensi), merumuskan materi/bahan ajar,
metode, media dan sumber-sumber belajar yang dibutuhkan.
Secara ideal seharusnya didalam pengembangan KTSP perlu didukung
oleh enam standar lainnya selain SI dan SKL seperti yang diamanatkan dalam UU
Sisdiknas No.20 Tahun 2003. Standar Kompetensi Lulusan, untuk menentukan
performance yang diharapkan dari peserta didik setelah melalui proses
pembelajaran. Standar Isi, untuk menentukan kedalaman dan keluasan materi
minimum yang harus dipelajari dan dikuasai peserta didik. Standar Proses,
sebagai acuan proses pembelajaran terstandar yang harus dilakukan oleh satuan
pendidikan sebagai bentuk pelayanan prima bagai peserta didik (masyarakat).
Standar Penilaian, sebagai acuan dalam proses evaluasi baik formatif, ataupun
sumatif, juga untuk pelaksanaan sertifikasi pada uji kompetensi. Standar Tenaga
Kependidikan, digunakan sebagai prasyarat kemampuan minimum instruktur atau
guru di dalam membimbing peserta didik untuk menempuh dan mencapai tujuan
pembelajaran (standar kompetensi dan kompetensi dasar). Standar Sarana Dan
Prasarana, standar ini dibutuhkan untuk dapat menjalankan proses pemelajaran
yang membutuhkan srsna dan prasarana minimum yang harus disediakan oleh
satuan pendidikan, agar dapat mencapai kualitas hasil dan proses pemelajaran.
Standar Pembiayaan, merupakan standar kebutuhan finansial untuk
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas dengan prinsip
14
transparansi dan akuntabilitas. Dan Standar Pengelolaan, standar ini adalah
bentuk pelayanan utama yang dapat diketahui dan dirasakan secara langsung oleh
masyarakat pada setiap satuan pendidikan ataupun oleh masyarakat sebagai
stakeholder pendidikan.
Mungkin dengan adanya berbagai keterbatasan baik secara politis,
ekonomis, sosiologis, hukum dan lain sebagainya, pemerintah dalam hal ini
Departemen Pendidikan Nasional melalui BNSP baru menerbitkan dua standar
yaitu SKL, dan SI, yang wajib dijadikan acuan dalam pengembangan dan
penyusunan KTSP.
Pada makalah ini jika penulis mengembangkan kurikulum implementatif
khususnya di SMK lebih tertarik pada model pengembangan kurikulum sistemik
dari Romiszowski, karena model sistematik (system Approach) sangat relevan
digunakan untuk mengembangkan kurikulum, desain pembelajaran, dan desian
program khusus pelatihan, Romiszowski dikutif dalam Oemar H (2000:68-70)
menuliskan langkah pengembangan kurikulum model sistematik dilakukan
dengan 14 langkah, sebagai berikut:
I. Deskripsi Tugas, Kegiatan merancang suatu program harus dimulai dari
identifikasi tugas-tugas yang menjadi tuntutan suatu pekerjaan.
II. Analisis Tugas, Tugas-tugas yang telah ditetapkan secara dimensional
dijabarkan menjadi seperangkat tugas yang lebih rinci.
III. Menetapkan Kemampuan, Setiap kemampuan hendaknya didasarkan
pada kriteria kognitif, afektif dan performance, serta produktif dan
ekploratoris.
15
IV. Spesifikasi Kemampuan, Setiap kemampuan dirinci menjadi
pengetahuan, sikap, dan keterampilan-keterampilan.
V. Kebutuhan Pendidikan dan Latihan, Menentukan jenis
pendidikan/latihan yang diperlukan untuk mengembangkan setiap
kemampuan yang telah ditetapkan.
VI. Perumusan Tujuan Kompetensi/Kemampuan, Perumusan tujuan koheren
dengan kompetensi yang akan dikembangkan.
VII. Kriteria Keberhasilan, Sebagai indikator keberhasilan suatu program
dibuktikan jika lulusan dapat menunjukkan kemampuan dalam
melaksanakan tugas yang telah ditentukan.
VIII. Organisasi dan Isi, Langkah ini menekankan pada pengorganisasian
materi pelajaran yang akan disampaikan untuk mencapai kemampuan
yang telah ditentukan.
IX. Pemilihan Strategi Pengajaran, Pada langkah ini ditentukan strategi dan
metoda yang akan digunakan untuk mencapai tujuan kompetensi.
X. Uji Coba Program, Uji coba program yang telah didesain dimaksudkan
untuk melihat kemungkinan terlaksananya program, jenis kesulitan yang
pada akhirnya akan memberikan informasi balik untuk perbaikan
program.
XI. Evaluasi, Evaluasi untuk mengecek sejauhmana efektivitas program,
validitas dan realibilitas alat ukur dan efektivitas sistem evaluasi yang
dapat digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan dan penyesuaian
program.
16
XII. Implementasi Program, Pada tahap ini dirancang dan dianalisis langkah-
langkah yang perlu ditempuh dalam upaya pelaksanaan program.
XIII. Monitoring, Kegiatan monitoring untuk menghimpun informasi tentang
pelaksanaan program, untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan
program yang relevan dengan kebutuhan lapangan dan diadaptasikan
dengan lingkungan organisasi.
XIV. Perbaikan dan Penyesuaian (feedback), Perbaikan dan penyesuaian
program perlu dilaksanakan guna menjamin konsistensi dan koherensi
serta monitoring sistem, selanjutnya memberikan umpan balik kepada
orgnisasi, sumber, strategi dan peningkatan motivasi belajar peserta
didik.
Secara khusus untuk satuan pendidikan sekolah menengah kejuruan,
BNSP tidak mengeluarkan standar isi terbaru, oleh karena itu SMK masih
berorientasi dan dapat menggunakan Standar Kompetensi Kerja Nasional tahun
2004 yang sesungguhnya diberlakukan untuk kurikulum 2004, dan berbagai
dokumen kurikulum 2004 untuk SMK.
Untuk lebih memperjelas keterkaitan tersebut dapat dikaji melalui
prosedur pengembangan kurikulum dengan menggunakan format kurikulum
KTSP, dengan mengacu pada pedoman penyusunan kurikulum tingkat satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah yang dikeluarkan oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan tahun 2006.
17
C. Prosedur Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1. Komponen-Komponen KTSP
a. Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Visi, dan Misi Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan harus berorientasi
ke depan, dikembangkan bersama oleh seluruh warga sekolah, merupakan
perpaduan antara langkah strategis dan sesuatu yang dicita-citakan, dinyatakan
dalam kalimat yang padat bermakna, dapat dijabarkan ke dalam tujuan dan
indikator keberhasilannya, berbasis nilai, dan membumi (kontekstual).
Penyusunan visi dalam KTSP melalui tiga tahap yaitu; tahap 1: hasil
belajar siswa, dengan merumuskan apa yang harus dicapai siswa berkaitan dengan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap setelah mereka menamatkan sekolah. Tahap
2: suasana pembelajaran, dirumuskan dengan mempertimbangkan suasana
pembelajaran seperti apa yg dikehendaki untuk mencapai hasil belajar itu, dan
tahap 3: suasana sekolah, dimana sekolah ditempatkan sebagai lembaga/organisasi
pembelajaran dengan merumuskan seperti apa yang diinginkan untuk
mewujudkan hasil belajar bagi siswa.
Setiap tahapan dirumuskan dalam kalimat, kemudian dipindai setiap
rumusan/kalimat untuk mendapatkan kata kunci, rumusan visi dari kata kunci
tersebut secara singkat padat bermakna (kurang lebih tidak lebih dari 25 kata),
berdasarkan Visi ini, bisa ditentukan missinya dimana missi dapat diartikan
sebagai sejumlah langkah strategis untuk menuju dan mencapai sasaran dari visi
yang telah dirumuskan.
18
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar adalah meletakkan
dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Tujuan pendidikan
menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut. Dan khususnya tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai
dengan kejuruannya.
b. Struktur dan Muatan KTSP
Struktur dan Muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
seperti tertuang dalam SI meliputi lima kelompok mata pelajaran, yaitu; kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata
pelajaranjasmani, oleh raga dan kesehatan.Keluasan dan kedalaman pada setiap
kelompok mata pelajaran sebagai beban belajar bagi setiap pesera didik pada
satuan pendidikan.
mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri, pengaturan
beban belajar, kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan, pendidikan kecakapan
hidup, pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
19
Kalender Pendidikan, untuk setiap satuan pendidikan dapat menyusun
kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah,
kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender
pendidikan sebagaimana tercantum dalam Standar Isi.
2. Prosedur Penyusunan KTSP
Tim Penyusun
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan
relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor
Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan Provinsi untuk
pendidikan menengah.
Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan SD, SMP, SMA dan
SMK terdiri atas guru, konselor, kepala sekolah, komite sekolah, dan nara sumber,
dengan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota, dan disupervisi oleh
dinas kabupaten/kota dan provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan MI, MTs, MA dan
MAK terdiri atas guru, konselor, kepala madrasah, komite madrasah, dan nara
sumber dengan kepala madrasah sebagai ketua merangkap anggota, dan
disupervisi oleh departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang
agama.
Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan khusus
(SDLB,SMPLB, dan SMALB) terdiri atas guru, konselor, kepala sekolah, komite
20
sekolah, dan nara sumber dengan kepala sekolah sebagai ketua merangkap
anggota, dan disupervisi oleh dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang
pendidikan.
Kegiatan Penyusunan
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan merupakan bagian dari
kegiatan perencanaan sekolah/madrasah. Kegiatan ini dapat berbentuk rapat kerja
dan/atau lokakarya sekolah/madrasah dan/atau kelompok sekolah/madrasah yang
diselenggarakan dalam jangka waktu sebelum tahun pelajaran baru.
Tahap kegiatan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan secara
garis besar meliputi: penyiapan dan penyusunan draf, reviu dan revisi, serta
finalisasi. Langkah yang lebih rinci dari masing-masing kegiatan diatur dan
diselenggarakan oleh tim penyusun.
Pemberlakuan
Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan SD, SMP, SMA, dan SMK
dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah serta diketahui oleh komite sekolah dan
dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan MI, MTs, MA, dan MAK
dinyatakan berlaku oleh kepala madrasah serta diketahui oleh komite madrasah
dan oleh departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama.
Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan SDLB, SMPLB, dan
SMALB dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah serta diketahui oleh komite
sekolah dan dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
21
Pengembangan KTSP
Kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai perwujudan dari kurikulum
pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh
setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah
koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama
Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan
menengah, berpedoman pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan serta
panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP.
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan khusus dikoordinasi dan
disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada Standar Isi dan
Standar, Kompetensi Lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun
oleh BSNP . (Lihat UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 38 Ayat 2). Dalam penyusunan KTSP secara operasional perlu
memperhatikan dan mengacu beberapa aspek di bawah ini, yaitu:
1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia, Keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian
peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang memungkinkan semua
mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak
mulia.
2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik, Kurikulum disusun agar
memungkinkan pengembangan keragaman potensi, minat, kecerdasan
22
intelektual, emosional, spritual, dan kinestetik peserta didik secara optimal
sesuai dengan tingkat perkembangannya.
3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan, Daerah
memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman
karakteristik lingkungan, oleh karena itu kurikulum harus memuat
keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang dapat memberikan
kontribusi bagi pengembangan daerah.
4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional, Pengembangan kurikulum
harus memperhatikan keseimbangan tuntutan pembangunan daerah dan
nasional.
5. Tuntutan dunia kerja, Kurikulum harus memuat kecakapan hidup untuk
membekali peserta didik memasuki dunia kerja sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik dan kebutuhan dunia kerja, khususnya bagi
mereka yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, Kurikulum harus
dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan
perkembangan Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
7. Agama, Kurikulum harus dikembangkan untuk meningkatkan toleransi
dan kerukunan umat beragama, dan memperhatikan norma agama yang
berlaku di lingkungan sekolah
8. Dinamika perkembangan global, Kurikulum harus dikembangkan agar
peserta didik mampu bersaing secara global dan dapat hidup
berdampingan dengan bangsa lain.
23
9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan, Kurikulum harus
mendorong wawasan dan sikap kebangsaan dan persatuan nasional untuk
memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
10. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat, Kurikulum harus
dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya
masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya.
11. Kesetaraan Jender, Kurikulum harus diarahkan kepada pendidikan yang
berkeadilan dan mendorong tumbuh kembangnya kesetaraan jender.
12. Karakteristik Satuan Pendidikan, Kurikulum harus dikembangkan sesuai
dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan.
Mata Pelajaran
Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat satuan
pendidikan tertera pada struktur kurikulum yang tercantum dalam Standar Isi.
Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk
keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata
pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
24
Pengembangan Diri
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh
oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,
bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan
pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau
tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan
konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial,
belajar, dan pengembangan karier peserta didik. Khusus untuk sekolah menengah
kejuruan pengembangan diri terutama ditujukan untuk pengembangan kreativitas
dan bimbingan karier. Pengembangan diri untuk satuan pendidikan khusus
menekankan pada peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan
kebutuhan peserta didik
Pengaturan Beban Belajar
Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat satuan
pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB baik kategori standar maupun
mandiri, SMA/MA/SMALB /SMK/MAK kategori standar.
Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) dapat digunakan oleh
SMP/MTs/SMPLB kategori mandiri, dan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK
kategori standar. Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) digunakan
oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori mandiri.
25
Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket dialokasikan
sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan
menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta
didik dalam mencapai kompetensi.
Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur dalam sistem paket untuk SD/MI/SDLB 0% - 40%, SMP/MTs/SMPLB
0% - 50% dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0% - 60% dari waktu kegiatan
tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu
tersebut mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai
kompetensi. Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah
setara dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktik di luar sekolah setara
dengan satu jam tatap muka. Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan
terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk SMP/MTs dan
SMA/MA/SMK/MAK yang menggunakan sistem SKS mengikuti aturan sebagai
berikut. Satu SKS pada SMP/MTs terdiri atas: 40 menit tatap muka, 20 menit
kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Satu SKS pada
SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45 menit tatap muka, 25 menit kegiatan
terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
Kenaikan Kelas, Penjurusan, dan Kelulusan
Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan mengacu kepada standar
penilaian yang dikembangkan oleh BSNP.
26
Pendidikan Kecakapan Hidup
Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/ SMALB,
SMK/SMAK dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup, yang mencakup
kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan/atau kecakapan
vokasional. Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian dari pendidikan
semua mata pelajaran. Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik
dari satuan pendidikan yang bersangkutan dan atau dari satuan pendidikan formal
lain dan/atau nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.
Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global
Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat memasukkan
pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global. Pendidikan berbasis keunggulan
lokal dan global dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran. Pendidikan
berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan
formal lain dan/atau nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.
3. Silabus dan Rencana Program Pemelajaran
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar
ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian. Silabus menjawab pertanyaan mengenai Apa
kompetensi yang harus dikuasai siswa?, Bagaimana cara mencapainya?, dan
Bagaimana cara mengetahui pencapaiannya?. Terdapat Lima tahapan
Pengembangan Silabus: Perencanaan, Pelaksanaan, Perbaikan, Pemantapan, dan
27
Penilaian Pelaksanaan. Tahapan pengembangan silabus dilakukan oleh Para
pengembang Silabus diantaranya adalah: Guru kelas/mata pelajaran, Kelompok
guru kelas/mata pelajaran, Kelompok kerja guru (PKG/MGMP), atau Dinas
Pendidikan.
Prinsip-prinsip pengembangan Silabus: Ilmiah, Relevan, Sistematis,
Konsisten, Memadai, Aktual dan Konseptual, Fleksibel, dan Menyeluruh, dan
Relevan dimana cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian
materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial,
emosional, dan spritual peserta didik.
Komponen Silabus terdiri dari; Identifikasi, Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar, Materi Pokok, Pengalaman Belajar, Indikator, Penilaian,
Alokasi Waktu, dan Sumber/Bahan/Alat
Silabus (Format 1)Nama sekolah :Mata pelajaran :Kelas/semester :Standar kompetensi :
Kompetensi Dasar I IIMateri pokokPengalaman BelajarIndikatorPenilaianAlokasi waktuSumber/bahan/alat
28
Silabus (Format 2)Nama sekolah :Mata pelajaran :Kelas/semester :
Standar kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi pokok
Pengalaman Belajar
Indikator Penilaian Alokasi waktu
Sumber/bahan/alat
Langkah-langkah dalam pengembangan Silabus; Mengisi Kolom
Identifikasi, Mengkaji dan Menentukan Standar Kompetensi, Mengkaji dan
Menentukan Kompetensi Dasar, Mengidentifikasi Materi Pokok,
Mengembangkan Pengalaman Belajar, Merumuskan Indikator, Menentukan Jenis
Penilaian, Menentukan Alokasi Waktu, Menentukan Sumber Belajar
III. KESIMPULAN
Perkembangan terbaru dalam pendidikan dan kurikulum yaitu lahirnya
kurikulum 2006 dengan diikuti populernya istilah KTSP, secara teoritik model
pengembangan kurikulum yang sejalan dengan paradigma KTSP adalah model
Tyler (objective model), model grassroot dari Hilda Taba, Model kurikulum
transmisi dari Miller-Seller, dan lain sebagainya. KTSP adalah sebuah
istilah/penamaan dari suatu bentuk pengelolaan dan pengorganisasian kurikulum
sebagai implikasi dilaksanakannya otonomi daerah khususnya dalam bidang
pendidikan, hipotesa penulis didasari pengertian KTSP, prinsip-prinsip, dan
prosedur penyusunan KTSP.
29
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) merupakan kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan. KTSP dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berdasarkan
kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan serta berpedoman pada
panduan yang telah disusun oleh BNSP (Badan Standar Nasional Pendidikan). (PP
No.19 Th.2005, Pasal 17).
Perbedaan mendasar dari kurikulum 2004 dengan KTSP adalah khususnya
dalam penyusunan dan pengembangan indikator pencapaian kompetensi
ditentukan oleh satuan pendidikan dalam hal ini guru dengan mengacu pada
Standar Isi yang ditetapkan secara nasional. Secara umum konten dan system
kompetensi pada kurikulum 2004 masih digunakan pada kurikulum 2006 atau
KTSP, oleh karena itu penguasaan kedua kurikulum tersebut saling berkaitan erat.
Secara ideal seharusnya didalam pengembangan KTSP perlu didukung
oleh enam standar lainnya selain SI dan SKL seperti yang diamanatkan dalam UU
Sisdiknas No.20 Tahun 2003. Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar
Proses, Standar Penilaian, Standar Tenaga Kependidikan, Standar Sarana Dan
Prasarana, Standar Pembiayaan, dan Standar Pengelolaan.
Isi KTSP adalah cover, lembar penetapan, kata pengantar, daftar isi, tujuan
satuan pendidikan, visi dan misi, tujuan program keahlian, standar kompetensi
lulusan, diagram pencapaian kompetensi, struktur dan muatan KTSP, kalender
pendidikan, dan silabus-silabus
Prosedur Penyusunan KTSP adalah: menetapkan Tim Penyusun, Kegiatan
Penyusunan, Pemberlakuan, Pengembangan KTSP, Mata Pelajaran, Muatan Lokal
30
Pengembangan Diri, Pengaturan Beban Belajar, Kenaikan Kelas, Penjurusan, dan
Kelulusan, Pendidikan Kecakapan Hidup, dan Pendidikan Berbasis Keunggulan
Lokal dan Global
IV. DAFTAR PUSTAKA
BNSP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenajang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.
Glatthom A. (1994). Developing A Quality Curriculum. Alexandria: ASCD.
Ibrahim. (2002). Standar Kurikulum Satuan Pendidikan dan Implikasi bagi Pengembangan Kurikulum dan Evaluasi. Mimbar Pendidikan. Jurnal Pendidikan. No.1 Tahun XXI tahun 2002. Bandung. University Press UPI.
Brady, Laurie. (1990). Curriculum Development: Third Edition. London. Prentice Hall. Sydney.
Masriam Bukit. (1994). Peran Wilayah Dalam Pengembangan Kurikulum. Inovasi Kurikulum; Jurnal HIPKIN. Volume 1, Nomor 1, Februari 2004. Bandung.
Oemar Hamalik, 2004, Inovasi Pendidikan, Bandung. YP Permindo.
Permen No.22 tahun 2006 tantang Standar Isi,
Permen No.23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
PP No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Rogers. M. Everett. (1983). Diffusion of Inovations: Third Edition. London. Collier Macmillan Publishers.
Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta. Medya Duta.
31