20
MAKALAH KEGAWATAN SISTEM PENCERNAAN “KOLIK ABDOMEN DAN TRAUMA ABDOMEN” Tugas Mata Kuliah Ilmu Kegawatdaruratan 1 Disusun oleh : Kelompok 2 PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN STIKES WIDYA CIPTA HUSADA MALANG Mata Kuliah “ GADAR 1” Kegawatan Sistem Pencernaan |1

Dr Hendry Kolik Dan Trauma Abdomen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Dr Hendry Kolik Dan Trauma Abdomen

Citation preview

MAKALAHKEGAWATAN SISTEM PENCERNAANKOLIK ABDOMEN DAN TRAUMA ABDOMENTugas Mata Kuliah Ilmu Kegawatdaruratan 1

Disusun oleh :Kelompok 2

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN STIKES WIDYA CIPTA HUSADAMALANG2015

NAMA KELOMPOK 2

1. OKI HENDRAWANTO(1221021001)2. AYU DESI ARIANI (1221021005)3. DANNI BRIAN RISTANSA (1221021010)4. FITRILIA ISTNTI(1221021017)5. FITA AMELIA(1221021021)6. NOVI WULANDARI(1221021025)7. RETNO WULANDARI(1221021030)8. RETNO WATI (1221021035)9. JAFARIS SHODIQ(1221021041)10. YOGA ANDRIANTO(1221021045)11. DEVERGEN ALVIA BUNDARIS (1221021002)12. TRI SETYANING YUNIATI(1221021007)13. BIRGITHA INDAH (1221021011)14. ERNI TEGA WATI(1221021018)15. DIDI ARDIYANTO(1221021022)16. MARIZA(1221021027)17. FANDIK DWI NUR CAHYONO(1221021031)18. ARIS MAULANA(1221021036)19. DELLY SOVIANITA(1221021042)20. YOGA ANDRIAN WICAKSONO(1221021047)

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGKeperawatan pada dasarnya adalah human science and human care dan caring menyangkut upaya memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari manusia lainnya (waston, 1985).Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera di mana pasien berada dalam ancaman kematian karena adanya gangguan hemodinamik adalah trauma abdomen di mana secara anatomi organ-organ yang berada di rongga abdomen adalah organ-organ pencernaaan. Kasus-kasus kegawatdaruratan pada system pencernaan bisa disebabkan karena trauma dan non trauma. Untuk kasus kegawatdaruratan system cerna ini biasa disebut dengan akut abdomen.Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun tehnik diagnostik baru sudah banyak dipakai, misalnya Computed Tomografi, namun trauma tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan secara optimal.Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-trauma, gejala dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menetapkan diagnosis.Selain trauma abdomen kasus-kasus kegawatdaruratan pada system pencernaan salah satunya perdarahan saluran cerna baik saluran bagian atas ataupun saluran cerna bagian bawah bila di biarkan tentu berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh karena itu kita perlu memahami penanganan kegawatdaruratan pada system pencernaan secara cepat, cermat, dan tepat sehingga hal-hal tersebut dapat kita hindari.

B. RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana anatomi dan fisiologi abdomen?2. Apa yang dimaksud dengan kolik abdomen?3. Apa Pengertian Trauma Abdomen ?4. Apa Etiologi Trauma Abdomen ?5. Bagaimana pengklasifikasian trauma abdomen?6. Bagaimana Patofisiologi Trauma Abdomen ?7. Bagaimana Manifestasi Klinis Trauma Abdomen ?8. Bagaimana Penatalaksanaan Trauma Abdomen ?

BAB IIPEMBAHASAN

A. ANATOMI FISIOLOGI ABDOMENAbdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh, bentuknya lonjong dan meluas dari diafragma hingga pelvis (Agung, 2010). Rongga ini berisi visera dan dibungkus dinding (abdominal wall) dari otot-otot, kolumna vertebralis, dan ilia (Dorland, 2006). Pada bagian superior, dinding abdomen dibentuk oleh diafragma yang memisahkan kavitas abdominalis dari kavitas thorakalis. Pada bagian inferior, kavitas abdominalis melanjutkan diri menjadi kavitas pelvis melalui apertura pelvis superior. Di bagian posterior, dinding abdomen di garis tengah dibentuk oleh kelima vertebra lumbales dan diskus intervertebralisnya, bagian lateral dibentuk oleh 12 kosta, bagian atas oleh muskulus psoas mayor, muskulus kuadratus lumborum, dan aponeurosis origo muskulus transverses abdominis. Dinding abdomen dibatasi oleh selubung fascia dan peritoneum parietale (Snell, 2006).Abdomen terbagi menjadi sembilan daerah yang dibatasi oleh empat garis bayangan pada dinding anterior, dua diantaranya berjalan horizontal mengelilingi badan (yang atas setinggi tulang rawan iga kesembilan, yang bawah setinggi bagian atas krista iliaka), dan dua lainnya vertikal di kiri dan kanan tubuh yaitu dari tulang rawan iga kedelapan hingga ke pertengahan ligamentun inguinale (Dorland, 2006). Berdasarkan letaknya, organ dalam abdomen terbagi menjadi dua, yaitu organ intraperitoneal dan retroperioneal. Organ-organ intraperitoneal diantaranya lambung, hepar, duodenum, pankreas, kolon, dan organ-organ saluran pencernaan yang lain. Adapun organ yang terletak retroperitoneal seperti ginjal, aorta, dan venakava inferior (Srivathsan, 2009).

B. APA YANG DIMAKSUD DENGAN KOLIK ABDOMEN1. PengertianKolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).Kolik itu sendiri merupakan nyeri yang sangat, disertai dengan muntah dan distensi yang makin lama makin membesar tetapi tanpa disertai defans muscular yang jelas hal ini bisa di sebabkan oleh obstruksi usus halus (sering menimbulkan kolik dengan muntah hebat, distensi abdomen, dan biasanya bising u sus meningkat), organ urologi (kolik ureter), kolik empedu, pankreatitis akut, trombosis pada vena messentrika. Sedangkan pada perforasi tukak peptic khas ditandai dengan perangsangan peritoneum yang dimulai dari epigastrium dan meluas keseluruh peritoneum hal ini diakibatkan karena peritonitis generalisata seperti hal nya pada perforasi ileum. 2. Penyebab kolik abdomen diantaranya:a Mekanis Adhesi/perlengketan pascabedah (90% dari obstruksi mekanik), Karsinoma, Volvulus, Intususepsi, Obstipasi, Polip, Strikturb Fungsional (non mekanik), Ileus paralitik, Lesi medula spinalis, Enteritis regiona, Ketidakseimbangan elektrolit, Uremia3. Manifestasi klinis a. Mekanika sederhana usus halus atasKolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.b. Mekanika sederhana usus halus bawahKolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah sedikit atau tidak ada kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi hush meningkat, nyeri tekan difus minimal.c. Mekanika sederhana kolonKram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.d. Obstruksi mekanik parsialDapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.e. StrangulasiGejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.

4. Penatalaksanaana. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit :Terapi Na+, K+, komponen darah Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial, Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraselulerb. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan.c. Implementasikan pengobatan untuk syok dan peritonitis.d. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi.e. Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.f. Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.g. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua

C. PENGERTIAN TRAUMA ABDOMENTrauma adalah sebuah mekanisme yang disengaja ataupun tidak disengaja sehingga menyebabkan luka (Amro, 2006). Trauma pada abdomen terbagi berdasarkan kejadian, yaitu trauma tumpul dan trauma tembus (Srivathsan, 2009)Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja, trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan / penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (Smeltzer, 2001).

D. ETIOLOGI TRAUMA ABDOMENMenurut smaltzer (2002), penyebab trauma abdomen dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian. Penyebab trauma yang lainnya sebagai berikut :1. Penyebab trauma penetrasi (TEMBUS) a)Luka akibat terkena tembakanb) Luka akibat tikaman benda tajamc)Luka akibat tusukan2. Penyebab trauma non-penetrasi (TUMPUL)a)Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuhb) Hancur (tertabrak mobil)c)Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perutd) Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga

E. MANIFESTASI KLINIS TRAUMA ABDOMENMenurut jenisnya:1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium)( Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, Respon stres simpatis, Perdarahan dan pembekuan darah, Kontaminasi bakteri, Kematian sel)2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).( Kehilangan darah, Memar/jejas pada dinding perut, Kerusakan organ-organ, Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut, Iritasi cairan usus.)Menurut tingkat keparahan1. Pecahnya organ solid (tdk berongga). a Hepar atau lien yang pecah perdarahan. b Penderita tampak pucat, perdarahan >> gejala shock hemoragik. c Nyeri abdomen, ringan berat. d Auskultasi bising usus menurun. e Nyeri tekan dan terkang nyeri lepas dan defans muskular(kekakukuan otot) 2. Pecahnya organ berlumen (berongga). a Pecahnya gaster, usus halus atau kolon peritonitis. b Keluhan nyeri seluruh abdomen. c Bising usus menurun. d Palpasi ada defans muskular, nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada perkusi didapati nyeri ketok.

F. PATOFISIOLOGI TRAUMA ABDOMEN

Trauma (kecelakaan) Penetrasi & Non-Penetrasi Terjadi perforasi lapisan abdomen (kontusio, laserasi, jejas, hematom) Menekan saraf peritonitis Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen Nyeri Motilitas usus Disfungsi usus Resiko infeksi Refluks usus output cairan berlebih Gangguan cairandan elektrolit Nutrisi kurang darIkebutuhan tubuh Kelemahan fisik Gangguan mobilitas fisik(Sumber : Mansjoer, 2008)

G. PENATALAKSANAAN TRAUMA ABDOMENPengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat Apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakuakan prosedur ABC jika ada indikasi, Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas.PENANGANAN PERTOLONGAN PERTAMATRAUMA TEMBUSTRAUMA TUMPUL

a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medisb. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka.c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban sterild. Imobilisasi pasiene. Tidak dianjurkan memberi makan dan minumf. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.g. Kirim ke rumah sakit

a. Stop makanan dan minumanb. Imobilisasic. Kirim kerumah sakit. d. Lakukan Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)Dilakukan pada trauma abdomen perdarahan intra abdomen, tujuan dari DPL adalah untuk mengetahui lokasi perdarahan intra abdomen. Indikasi untuk melakukan DPL, antara lain :1.Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya2.Trauma pada bagian bawah dari dada3.Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas4.Pasien cidera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol, cedera otak)5.Pasien cedera abdominalis dan cidera bmedula spinalis (sumsum tulang belakang)6.Patah tulang pelvis

Pemeriksaan DPL dilakukan melalui anus, jika terdapt darah segar dalm BAB atau sekitar anus berarti trauma non-penetrasi (trauma tumpul) mengenai kolon atau usus besar, dan apabila darah hitam terdapat pada BAB atau sekitar anus berarti trauma non-penetrasi (trauma tumpul) usus halus atau lambung. Apabila telah diketahui hasil Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL), seperti adanya darah pada rektum atau pada saat BAB. Perdarahan dinyatakan positif bila sel darah merah lebih dari 100.000 sel/mm dari 500 sel/mm, empedu atau amilase dalam jumlah yang cukup juga merupakan indikasi untuk cedera abdomen. Tindakan selanjutnya akan dilakukan prosedur laparotomi. Adapun Kontra indikasi dilakukan Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL), antara lain sebgai berikut :a. Hamilb. Pernah operasi abdominalc. Operator tidak berpengalamand. Bila hasilnya tidak akan merubah penata-laksanaan

PENATALAKSANAAN KEDARURATAN1. Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki jalan napas, pernapasan, sirkulasi) sesuai indikasia Airway (Dengan kontrol tulang belakang, membuka jalan napas menggunakan teknik head tilt chin lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya).b Breathing (Dengan ventilasi yang adekuat memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara lihat-dengar-rasakan tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak, Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan)).c Circulation (Dengan Kontrol Perdarahan Hebat Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 15 : 2 (15 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).2. Pertahankan pasien pada brankar atau tandu papan ; gerakkan dapat menyebabkan fragmentasi bekuan pada pada pembuluh darah besar dan menimbulkan hemoragi massif3. Pastikan kepatenan jalan napas dan kestabilan pernapasan serta sistem saraf.4. Jika pasien koma, bebat leher sampai setelah sinar x leher didapatkan.5. Eksplorsi (Gunting baju dari luka).6. Observasi perlukaan (Hitung jumlah luka, Tentukan lokasi luka masuk dan keluar.7. Kaji tanda dan gejala hemoragi. Hemoragi sering menyertai cedera abdomen, khususnya hati dan limpa mengalami trauma.8. Kontrol perdarahan dan pertahanan volume darah sampai pembedahan dilakukan.a. Berikan kompresi pada luka perdarahan eksternal dan bendungan luka dada.b. Pasang kateter IV diameter besar untuk penggantian cairan cepat dan memperbaiki dinamika sirkulasi.c. Perhatikan kejadian syoksetelah respons awal terjadi terhadap transfusi ; ini sering merupakan tanda adanya perdarrahan internal.d.Dokter dapat melakukan parasentesis untuk mengidentifikasi tempat perdarahan.9. Aspirasi lambung dengan selang nasogastrik. Prosedur ini membantu mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi terhadap rongga peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi.10. Tutupi visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan salin basah untuk mencegah nkekeringan visera. (Fleksikan lutut pasien ; posisi ini mencegah protusi lanjut, Tunda pemberian cairan oral untuk mencegah meningkatnya peristaltik dan muntah)11. Pasang kateter uretra menetap untuk mendapatkan kepastian adanya hematuria dan pantau haluaran urine.12. Pertahankan lembar alur terus menerus tentang tanda vital, haluaran urine, pembacaan tekanan vena sentral pasien (bila diindikasikan), nilai hematokrit, dan status neurologik.13. Siapkan untuk parasentesis atau lavase peritonium ketika terdapat ketidakpastian mengenai perdarahan intraperitonium.14. Siapkan sinografi untuk menentukan apakah terdapat penetrasi peritonium pada kasus luka tusuk.a. Jahitan dilakukan disekeliling lukab. Kateter kecil dimasukkan ke dalam luka.c. Agens kontras dimasukkan melalui kateter ; sinar x menunjukkan apakah penetrasi peritonium telah dilakukan.16. Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan.17. Berikan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi. trauma dapat menyebabkan infeksi akibat karena kerusakan barier mekanis, bakteri eksogen dari lingkungan pada waktu cedera dan manuver diagnostik dan terapeutik (infeksi nosokomial).18. Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok, kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah diafragma, eviserasi, atau hematuria

BAB IIIPENUTUPA. KESIMPULANTrauma abdomen merupakan kasus gawat darurat yang perlupenanganan segera dikarenakan adanya ancaman kematian. Penanganan dari keadaan klien dengan trauma abdomen sebenarnya sama denganprinsip penanganan kegawatdaruratan, dimana yang pertama perlu dilakukan primary survey. Penilaian keadaan penderita dan prioritas terapi dilakukan berdasarkan jenis perlukaan, tanda-tanda vital dan mekanisme trau ma pada penderita yang terluka parah terapi diberikan berdasarkan p rioritas. Pengelolaan primary survery yang cepat dan kemudian resusitasi, secondary survey dan akhirnya terapi de finitif. Proses ini merupakan ABC nya trauma dan berusaha untuk mengenali keadaan yang mengancam nyawa terlebih dahulu, denganberpatokan pada urutan berikut: Airway, menjaga airway dengan kontrol servikal (cervikal spine control), Breathing, menjaga pernafasan dengan ventilasi control (ventilation control), Circulation dengan control perdarahan (bleeding control), Disability : status neurologis (tingkat kesadaran/GCS, Respo n Pupil) , Exposure/environmental control Secondary survey dari kasus in i dilakukan kembali pengkajian secara head to toe, dan observasi hemodinami k klien setiap 15 30 menit bila stabil dan membaik bisa dilanjutkan dengan observasi setiap 1 jam sekali. Pemasangan cateter pada klien ini untuk menilai output cairan, t erapi cairan yang diberikan da n tentu saja hal penting lainnya adalah untuk melihat adanya perdarahan pada urine.Pasien dipuasakan dan dipasang NGT (Nasogastrik tube) utnuk membersihkan perdarahan saluran cerna, memi nimalkan resiko mual dan aspir asi, serta bila tidak ada kontra indikasi dapat dilakukan lavage. Monitoring status mental klien perlu dilakukan untuk menilai efektifitas terapi dan tindakan keperawatan yang dilakukan, bila tindakan yang dilakukan sudah cepat, tepat dan cermat maka ancaman kematian dan kecacatan pada pa sien dengan trauma abdomen dapat dihindari.B. SARANSemoga dengan adanya makalah ini dapat membantu prose belajar mengajar, menambah referensi pengetahuan khususnya bagi mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah gawat darurat dengan topik kegawatan pada sistem abdomen.

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W. A. Newman. 2006. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.FKUI. 2009. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Jakarta: Binarupa AksaraHudak & Gallo. 2008. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGCMansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.FKUI : Media AesculapiusIgnativicus, Donna D ; Workman. 2006. Medical Surgical Nursing Critical Thinking for Collaborative Care. USA : Elsevier SaundersScheets,Lynda J.2009.Panduan Belajar Keperawatan Emergency.Jakarta: EGCSjamsuhidayat. 2005, Buku Ajar Bedah,EGC, JakartaRumahorbo,Hotma dkk.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan.2010.POLTEKKES:Bandung.Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3. EGC : Jakarta.Zachary, Cope S.Diagnosa Dini Abdomen Akut.1989.Yayasan Essentia Medica:Yogyakarta Rab, Tabrani . 1998 . Agenda Gawat Darurat (Critical Care) Jilid 3 . Bandung : PT. ALUMNI.www.medicalanswer.multiply.com

Mata Kuliah GADAR 1 Kegawatan Sistem Pencernaan |5