2
Ibu Rumah Tangga dan Pemilihan Produk Pangan Halal 18 KAMIS, 22 SEPTEMBER 2016 JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA Terselenggara atas kerja sama Harian Republika dan Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Tim Redaksi Iqtishodia: Dr Yusman Syaukat Dr M Firdaus Dr Dedi Budiman Hakim Dr Irfan Syauqi Beik Dr Iman Sugema Deni Lubis MAg Salahuddin El Ayyubi MA M enurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2010 jumlah pen- duduk Indonesia yang memeluk agama Islam se- banyak 87.18 persen dari total pen- duduknya. Dalam Alquran surat Al- Baqarah ayat 168 diterangkan bahwa Allah memerintahkan manusia untuk mengonsumsi makanan halal. Allah SWT berfirman: ”Hai manusia, makanlah segala sesuatu yang ada di bumi ini yang halal dan baik dan jangan kamu meng- ikuti jejak syaitan karena sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 168). Kegiatan makan dan minum meru- pakan kebutuhan yang paling dasar bagi setiap makhluk hidup (Wachidah 2007). Moral dalam mengonsumsi pangan yaitu dengan memilih produk yang halal dan thayyib serta tidak berlebih-lebihan ka- rena tujuan konsumsi dalam Islam adalah untuk mewujudkan maslahah dunia dan akhirat (Ayyubi dan Lubis 2015). Lembaga Pengkajian Pangan, Obat- obatan, dan Kosmetik Majelis Ulama In- donesia (LPPOM MUI) sebagai lembaga yang berwenang dalam memberikan ser- tifikasi halal baru mengeluarkan sebanyak 34.502 sertifikat halal dari 276.573 produk yang beredar di Indonesia (LPPOM MUI 2015). Artinya, masih banyak produk pangan di Indonesia yang belum terjamin aspek kehalalannya. Hal ini dikarenakan sertifikasi halal di Indonesia masih bersifat sukarela dari para pengusaha sehingga penyediaan produk pangan halal masih sangat bergantung pada tingkat per- mintaan konsumen. Sementara UU No 33/2014 tentang Jaminan Produk Halal masih belum diimplementasikan secara riil di lapangan. Kota Bogor adalah kota yang memi- liki jumlah penduduk Muslim sebanyak 944.042 jiwa atau lebih dari 90 persen dari total penduduknya (BPS Kota Bogor 2014). Banyaknya penduduk beragama Islam di Kota Bogor diharapkan akan meningkatkan kesadaran penduduk untuk mengetahui pentingnya mengon- sumsi pangan halal. Seiring dengan perkembangan zaman, manusia semakin sibuk dengan peker- jaannya. Mereka dituntut selalu cepat dalam beraktifitas sehingga cenderung memilih hal yang praktis. Produk pangan kemasan dapat menjadi salah satu alter- natif untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat karena produk pangan kemasan dapat langsung dikonsumsi dan mudah dalam memasaknya. Menurut Engel et al (1994), konsumsi makanan dalam keluarga (dalam prak- tiknya) sangat ditentukan oleh ibu ru- mah tangga yang memainkan peran se- bagai penjaga gerbang (gate keeper) yang bertanggungjawab dalam pemilihan dan persiapan hidangan bagi seluruh keluar- ga. Ibu rumah tangga sebagai gate keeper juga menjalankan perannya sebagai penyedia makanan dan pembuat kepu- tusan pembelian sebagian besar bahan pangan, sehingga konsumsi keluarga akan sangat dipengaruhi oleh penge- tahuan ibu. Metode dan hasil penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Bogor. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive sampling) berdasarkan pertimbangan bahwa pen- duduk Kota Bogor mayoritas beragama Islam. Waktu penelitian berlangsung pada bulan April-Juni 2016. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode survei yang dilakukan dengan cara menyebar kuesioner dan wawancara kepada ibu rumah tangga Muslim di Kota Bogor. Metode yang digunakan untuk peng- ambilan sampel dalam penelitian ini adalah non-probability dengan teknik purposive sampling. Sampel terdiri dari 59 responden yang memilih produk pangan berlabel halal MUI dan 31 respon- den yang tidak memilih produk pangan berlabel halal MUI. Regresi logistik digu- nakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ibu rumah tangga muslim dalam memilih produk pangan ke masan berlabel halal MUI di Kota Bogor. Berdasarkan hasil penilitian bahwa mayoritas ibu rumah tangga muslim Kota Bogor berusia 27-36 tahun (26.7 persen), faktor usia akan memengaruhi pilihan produk pangan kemasan, karena dengan bertambahnya usia akan lebih berhati- hati dengan asupan makanan dan mi- numan ke dalam tubuhnya dan setiap konsumen memiliki kebutuhan yang berbeda sesuai dengan usianya. Mayoritas pendidikan terakhir responden adalah lulusan perguruan tinggi (54.4 persen), tingkat pendidikan responden menentukan cara pandang, cara fikir, serta persepsi dalam pengam- bilan keputusan seseorang terhadap suatu masalah termasuk dalam pemilih- an suatu produk. Rata-rata pendapatan rumah tangga sebagian sebesar berada pada rentang Rp 4 juta hingga Rp 7 juta (41.1 persen). Menurut Sumarwan (2011) menyatakan bahwa jumlah pendapatan akan meng- gambarkan besarnya daya beli dari se- orang konsumen dan tingkat pengelu- aran konsumsi rata-rata Rp 1 – 2 juta (40 persen), dengan jumlah tanggungan ke- luarga sebanyak 2-3 orang (53.3 persen). Sumber informasi yang diperoleh responden sangat beragam. Secara kese- luruhan sebagian besar yaitu sebanyak 43.3 persen ibu rumah tangga Muslim Kota Bogor mengaku mendapat infor- masi tentang label halal MUI dari media sosial dan internet. Hal ini disebabkan karena rata-rata tingkat pendidikan ibu rumah tangga Muslim Kota Bogor relatif baik sehingga lebih responsif terhadap suatu informasi khususnya informasi yang diperoleh dari media sosial dan internet sehingga akan memengaruhi responden untuk memilih produk pangan kemasan berlabel halal MUI. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, faktor-faktor yang signifikan dan berpengaruh secara positif terhadap pref- erensi ibu rumah tangga muslim dalam memilih produk pangan kemasan berla- bel halal MUI di Kota Bogor yaitu vari- abel pendapatan rumah tangga dengan nilai odd ratio sebesar 298.872, variabel kepatuhan halal dengan nilai odd ratio 3.279, variabel pengetahuan halal dengan nilai odd ratio 1.528, dan variabel kesa- daran halal dengan nilai odd ratio 3.01. Pada penelitian ini variabel dengan peluang terbesar adalah variabel penda- patan rumah tangga. Berdasarkan hasil lapang, responden yang memiliki penda- patan tinggi, cenderung memilih produk pangan kemasan berlabel halal MUI. Alasan responden yang disampaikan diantaranya adalah produk pangan kemasan berlabel halal MUI merupakan produk yang terjamin kehalalannya dan aman dikonsumsi untuk keluarga. Karena itu, LPPOM MUI dan media (televisi, radio, surat kabar, dan internet) diharapkan dapat bekerja sama untuk dapat mengembangkan produk pangan halal dan mempublikasikan pentingnya sertifikasi halal MUI pada produk pangan kemasan serta pentingnya konsumsi pangan halal baik dari segi hukum Islam maupun alasan kesehatan. LPPOM MUI maupun lembaga ter- kait dengan sertifikat halal perlu mela- kukan sosialisasi atau penyuluhan ke- pada ibu rumah tangga, mengingat pen- tingnya peran ibu rumah tangga dalam keputusan pemilihan bahan baku pangan hingga proses pengolahan pangan untuk seluruh anggota keluarga, dengan tujuan meningkatkan kepedulian terhadap pro- duk pangan kemasan yang belum men- cantumkan label halal MUI. Wallaahu a’lam. P ada tanggal 1-4 September 2016, Thailand menyelenggarakan World Halal Product Exhibition 2016 di kota Hat Yai, salah satu kota terbesar di wilayah selatan negeri gajah putih. Pameran tersebut diikuti sejumlah negara termasuk Indonesia yang membuka 22 stan yang menjual sejumlah produk UMKM yang telah tersertifikasi halal LPPOM MUI. Berdasarkan data, Thailand sampai saat ini tercatat sebagai produsen pangan halal terbesar kelima di dunia. Yang menarik adalah pernyataan Deputi Direktur Halal Institute Prince of Songkla University Thailand, Dr Payap Masniyom, yang menegaskan keinginan negara tersebut untuk menjadi produsen pangan halal terbesar di dunia. Karena itu, sejumlah infrastruktur dan fasilitas penunjang terus dibangun dan dikembangkan. Pemerintah Thailand tidak segan-segan mengu- curkan dana untuk memuluskan misi tersebut, sebagai bagian dari visi besar mereka sebagai Kitchen of the World, yaitu dapurnya dunia. Ketika penulis bertanya kepada beliau mengapa Peme- rintah Thailand begitu bersemangat membangun infrastruktur industri halal, jawabannya ada dua. Pertama, secara global potensi pasar industri halal terus membesar dan berkembang dari waktu ke waktu. Kedua, mereka ingin serius dan tuntas dalam menyiapkan diri sebagai produsen halal dunia. Karena itu, pemerintah Thailand perlu menginvestasikan dananya untuk men- dukung penguatan industri halal negeri tersebut. Dari penjelasan tersebut, penulis melihat “serius” dan “tuntas” menjadi kata kunci yang bisa menjelaskan pesatnya fenomena pem- bangunan industri halal di Thailand. Inilah key- words yang sesungguhnya telah Allah SWT gam- barkan dalam Alquran melalui satu istilah yang dikenal dengan nama itqan, sebagaimana diny- atakan-Nya dalam QS An Naml : 88. Pada ayat ini Allah telah memberikan sifat kepada proses pen- ciptaan yang dilakukan-Nya dengan istilah itqan. Artinya, proses penciptaan seluruh makhluk- Nya, dilakukan-Nya dengan rapi, tuntas, sempur- na dan dengan kualitas maksimal. Sebagai umat- Nya, adalah kewajiban kita untuk membangun ekonomi syariah nasional dengan prinsip itqan. Selanjutnya, kata itqan sering disandingkan dengan kata ihsan. Menurut Imam Nawawi rahimahullaah, ihsan berarti tuntutan untuk melakukan amalan yang terbaik. Dalam konteks ekonomi syariah, spirit itqan dan ihsan ini jika dilaksanakan dengan baik dan serius, akan memperkuat kualitas pengembangan sistim dan institusi ekonomi syariah di tanah air. Spirit ini harus dapat direfleksikan dengan baik dalam mengembangkan tiga sektor dalam perekonomi- an syariah, yaitu sektor riil, sektor keuangan dan sektor ZISWAF (zakat, infak, sedekah dan wakaf). Semangat untuk senantiasa ber-itqan dan ihsan juga harus dapat dinternalisasikan dan diintegrasikan dalam setiap jiwa para pengusung ekonomi syariah. Ini akan memberikan efek mul- tiplier yang positif karena akan memengaruhi kinerja institusi dan lembaga ekonomi syariah ke arah yang lebih baik. Hal ini dikarenakan tuntutan untuk memberikan amal dengan kualitas terbaik senantiasa menjadi bagian dari komitmen setiap diri para pejuang ekonomi syariah. Pada praktiknya, pengamalan itqan dan ihsan juga akan memperkuat hubungan dengan Allah (hablum minallaah) dan hubungan dengan sesama manusia (hablum minannaas). Ini dikarenakan dasar dari itqan dan ihsan adalah iman. Harapannya, SDM ekonomi syariah akan memiliki paradigma dan perilaku yang berbeda dengan SDM ekonomi konvensional. Perbedaan ini kemudian dapat dirasakan oleh publik, sehingga publik semakin teryakinkan bahwa ekonomi syariah memang tidak sama dengan ekonomi konvensional. Dalam konteks regulasi, semangat itqan dan ihsan ini akan mendorong lahirnya beragam aturan yang akan mendukung pengembangan sistim dan institusi ekonomi syariah. Apa yang terjadi di Thailand sesungguhnya memberikan pelajaran kepada kita bahwa dukungan regulasi yang kuat, terarah, tuntas dan tidak setengah- setengah, akan mempercepat perkembangan institusi ekonomi syariah yang pada akhirnya akan memberikan manfaat yang lebih besar buat bangsa dan negara, walaupun negara tersebut mayoritas bukan muslim. Belajar dari Thailand, maka semua potensi ekonomi syariah di Indonesia akan dapat direalisasikan dengan baik, ketika para pengambil kebijakan negeri ini mampu menerapkan spirit itqan dan ihsan pada setiap regulasi yang dikeluarkannya. Wallaahu a’lam. Dr Irfan Syauqi Beik Kepala Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi Syariah (CIBEST) IPB Itqan, Ihsan dan Ekonomi Syariah TSAQOFI Shelly Amalia Astuty Mahasiswa S1 Ekonomi Syariah FEM Salahuddin El Ayyubi Sekretaris Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah FEM IPB VARIABEL B SIG. ODDS RATIO EXP (B) Kepatuhan Halal 1.187 0.086 ** 3.279 Pengetahuan Halal 0.424 0.066 ** 1.528 Halal Awareness 1.102 0.056 ** 3.010 Motivasi -0.374 0.478 0.688 Pendapatan Rumah Tangga 5.700 0.047 * 298.872 Pengeluaran Konsumsi -3.280 0.189 0.038 Constant -40.078 0.026 0.000 *Signifikan pada taraf nyata 5% **Signifikan pada taraf nyata 10% TABEL 1 HASIL UJI REGRESI LOGISTIK AGUNG SUPRIYANTO/REPUBLIKA

Dr M Firdaus Dr Dedi Budiman Hakim Dr Irfan Syauqi Beik Dr ... · PDF fileTerselenggara atas kerja ... dengan memilih produk yang halal dan ... Semangat untuk senantiasa ber- itqandan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dr M Firdaus Dr Dedi Budiman Hakim Dr Irfan Syauqi Beik Dr ... · PDF fileTerselenggara atas kerja ... dengan memilih produk yang halal dan ... Semangat untuk senantiasa ber- itqandan

Ibu Rumah Tangga danPemilihan Produk Pangan Halal

18 KAMIS, 22 SEPTEMBER 2016JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA

Terselenggara atas kerjasama Harian Republika dan Program Studi Ilmu EkonomiSyariah, Departemen IlmuEkonomi, Fakultas Ekonomidan Manajemen IPB

Tim Redaksi Iqtishodia:Dr Yusman SyaukatDr M FirdausDr Dedi Budiman HakimDr Irfan Syauqi BeikDr Iman SugemaDeni Lubis MAgSalahuddin El Ayyubi MA

Menurut data BadanPusat Statistik (BPS)2010 jumlah pen-duduk Indone siayang memelukagama Islam se -

banyak 87.18 persen dari total pen-duduknya. Dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 168 diterangkan bahwaAllah memerintahkan manusia untukmengonsumsi makanan halal. Allah SWTberfirman: ”Hai manusia, makanlahsegala sesuatu yang ada di bumi ini yanghalal dan baik dan jangan kamu meng -ikuti jejak syaitan karena sesungguhnyasyaitan itu musuh yang nyata bagimu”(Q.S. Al-Baqarah [2]: 168).

Kegiatan makan dan minum meru-pakan kebutuhan yang paling dasar bagisetiap makhluk hidup (Wachidah 2007).Moral dalam mengonsumsi pangan yaitudengan memilih produk yang halal danthayyib serta tidak berlebih-lebihan ka -rena tujuan konsumsi dalam Islam adalahuntuk mewujudkan maslahah dunia danakhirat (Ayyubi dan Lubis 2015).

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetik Majelis Ulama In -do nesia (LPPOM MUI) sebagai lem bagayang berwenang dalam memberikan ser-tifikasi halal baru mengeluarkan se banyak34.502 sertifikat halal dari 276.573 produkyang beredar di Indo nesia (LPPOM MUI2015). Artinya, ma sih banyak produkpangan di Indonesia yang belum terjaminaspek kehalalannya. Hal ini dikarenakansertifikasi halal di Indonesia masih bersifatsukarela dari para pengusaha sehinggapenyediaan pro duk pangan halal masihsangat ber gantung pada tingkat per-mintaan konsu men. Sementara UU No33/2014 ten tang Jaminan Produk Halalmasih belum diimplementasikan secarariil di lapangan.

Kota Bogor adalah kota yang memi-liki jumlah penduduk Muslim sebanyak944.042 jiwa atau lebih dari 90 persendari total penduduknya (BPS Kota Bogor2014). Banyaknya penduduk beragamaIslam di Kota Bogor diharapkan akanmeningkatkan kesadaran pendudukuntuk mengetahui pentingnya mengon-

sumsi pangan halal. Seiring dengan perkembangan za man,

manusia semakin sibuk dengan peker-jaannya. Mereka dituntut selalu cepatdalam beraktifitas sehingga cenderungmemilih hal yang praktis. Produk pangankemasan dapat menjadi salah satu alter-natif untuk memenuhi kebutuhan panganmasyarakat karena pro duk pangankemasan dapat langsung di kon sumsi danmudah dalam memasak nya.

Menurut Engel et al (1994), konsumsimakanan dalam keluarga (dalam prak-tiknya) sangat ditentukan oleh ibu ru -mah tangga yang memainkan peran se -bagai penjaga gerbang (gate keeper) yangbertanggungjawab dalam pemilihan danpersiapan hidangan bagi selu ruh keluar-ga. Ibu rumah tangga sebagai gate keeperjuga menjalankan perannya sebagaipenyedia makanan dan pembuat kepu-tusan pembelian sebagian besar bahanpangan, sehingga konsumsi ke luargaakan sangat dipengaruhi oleh penge - tahuan ibu.

Metode dan hasil penelitianPenelitian dilaksanakan di wilayah

Kota Bogor. Lokasi penelitian dipilihsecara sengaja (purposive sampling)berdasarkan pertimbangan bahwa pen-duduk Kota Bogor mayoritas beragama

Islam. Waktu penelitian berlangsungpada bulan April-Juni 2016. Metodepengumpulan data dalam penelitian iniadalah metode survei yang dilakukandengan cara menyebar kuesioner danwawancara kepada ibu rumah tanggaMuslim di Kota Bogor.

Metode yang digunakan untuk peng -ambilan sampel dalam penelitian iniadalah non-probability dengan tek nikpurposive sampling. Sampel terdiri dari59 responden yang memilih produkpangan berlabel halal MUI dan 31 res pon -den yang tidak memilih produk panganber label halal MUI. Regresi logistik digu -na kan untuk menganalisis faktor-faktoryang memengaruhi ibu rumah tanggamuslim dalam memilih produk panganke masan berlabel halal MUI di Kota Bogor.

Berdasarkan hasil penilitian bahwamayoritas ibu rumah tangga muslim KotaBogor berusia 27-36 tahun (26.7 persen),faktor usia akan memengaruhi pilihanproduk pangan kemasan, karena denganbertambahnya usia akan lebih berhati-hati dengan asupan makanan dan mi -numan ke dalam tubuhnya dan setiapkonsumen memiliki kebutuhan yangberbeda sesuai dengan usianya.

Mayoritas pendidikan terakhirresponden adalah lulusan perguruantinggi (54.4 persen), tingkat pendidikan

responden menentukan cara pandang,cara fikir, serta persepsi dalam pengam-bilan keputusan seseorang terhadapsuatu masalah termasuk dalam pemilih -an suatu produk.

Rata-rata pendapatan rumah tanggasebagian sebesar berada pada rentangRp 4 juta hingga Rp 7 juta (41.1 persen).Menurut Sumarwan (2011) menyatakanbahwa jumlah pendapatan akan meng -gam barkan besarnya daya beli dari se -orang konsumen dan tingkat pengelu-aran konsumsi rata-rata Rp 1 – 2 juta (40persen), dengan jumlah tanggungan ke - luarga sebanyak 2-3 orang (53.3 per sen).

Sumber informasi yang diperolehresponden sangat beragam. Secara kese -luruhan sebagian besar yaitu sebanyak43.3 persen ibu rumah tangga MuslimKota Bogor mengaku mendapat infor-masi tentang label halal MUI dari mediasosial dan internet. Hal ini disebabkankarena rata-rata tingkat pendidikan iburumah tangga Muslim Kota Bogor relatifbaik sehingga lebih responsif terhadapsuatu informasi khususnya informasiyang diperoleh dari media sosial daninternet sehingga akan memengaruhiresponden untuk memilih produkpangan kemasan berlabel halal MUI.

Berdasarkan hasil analisis regresilogistik, faktor-faktor yang signifikan danberpengaruh secara positif terhadap pref-erensi ibu rumah tangga muslim dalammemilih produk pangan kemasan berla-bel halal MUI di Kota Bogor yaitu vari-abel pendapatan rumah tangga dengannilai odd ratio sebesar 298.872, variabelkepatuhan halal dengan nilai odd ratio3.279, variabel pengetahuan halal dengannilai odd ratio 1.528, dan variabel kesa -daran halal dengan nilai odd ratio 3.01.

Pada penelitian ini variabel denganpeluang terbesar adalah variabel penda-patan rumah tangga. Berdasarkan hasillapang, responden yang memiliki penda-patan tinggi, cenderung memilih produkpangan kemasan berlabel halal MUI.Alasan responden yang disampaikandiantaranya adalah produk pangankemasan berlabel halal MUI merupakanproduk yang terjamin kehalalannya danaman dikonsumsi untuk keluarga.

Karena itu, LPPOM MUI dan media(televisi, radio, surat kabar, dan internet)diharapkan dapat bekerja sama untukdapat mengembangkan produk panganhalal dan mempublikasikan pentingnyasertifikasi halal MUI pada produk pangankemasan serta pentingnya konsumsipangan halal baik dari segi hukum Islammaupun alasan kesehatan.

LPPOM MUI maupun lembaga ter -kait dengan sertifikat halal perlu mela -ku kan sosialisasi atau penyuluhan ke -pada ibu rumah tangga, mengingat pen -ting nya peran ibu rumah tangga dalamke putusan pemilihan bahan baku pa nganhingga proses pengolahan pangan untukseluruh anggota keluarga, dengan tujuanmeningkatkan kepedulian terhadap pro -duk pangan kemasan yang belum men-cantumkan label halal MUI. Wallaahua’lam. ■

Pada tanggal 1-4 September 2016,Thailand menyelenggarakan World HalalProduct Exhibition 2016 di kota Hat Yai,salah satu kota terbesar di wilayah

selatan negeri gajah putih. Pameran tersebutdiikuti sejumlah negara termasuk Indonesia yangmembuka 22 stan yang menjual sejumlah produkUMKM yang telah tersertifikasi halal LPPOMMUI. Berdasarkan data, Thailand sampai saat initercatat sebagai produsen pangan halal terbesarkelima di dunia.

Yang menarik adalah pernyataan DeputiDirektur Halal Institute Prince of SongklaUniversity Thailand, Dr Payap Masniyom, yangmenegaskan keinginan negara tersebut untukmenjadi produsen pangan halal terbesar di dunia.Karena itu, sejumlah infrastruktur dan fasilitaspenunjang terus dibangun dan dikembangkan.Pemerintah Thailand tidak segan-segan mengu-curkan dana untuk memuluskan misi tersebut,sebagai bagian dari visi besar mereka sebagaiKitchen of the World, yaitu dapurnya dunia. Ketikapenulis bertanya kepada beliau mengapa Peme -rintah Thailand begitu bersemangat membanguninfrastruktur industri halal, jawabannya ada dua.Pertama, secara global potensi pasar industrihalal terus membesar dan berkembang dariwaktu ke waktu. Kedua, mereka ingin serius dantuntas dalam menyiapkan diri sebagai produsenhalal dunia. Karena itu, pemerintah Thailandperlu menginvestasikan dananya untuk men-dukung penguatan industri halal negeri tersebut.

Dari penjelasan tersebut, penulis melihat

“serius” dan “tuntas” menjadi kata kunci yangbisa menjelaskan pesatnya fenomena pem -bangunan industri halal di Thailand. Inilah key-words yang sesungguhnya telah Allah SWT gam-barkan dalam Alquran melalui satu istilah yangdikenal dengan nama itqan, sebagaimana diny-atakan-Nya dalam QS An Naml : 88. Pada ayat iniAllah telah memberikan sifat kepada proses pen-ciptaan yang dilakukan-Nya dengan istilah itqan.Artinya, proses penciptaan seluruh makhluk-Nya, dilakukan-Nya dengan rapi, tuntas, sempur-na dan dengan kualitas maksimal. Sebagai umat-Nya, adalah kewajiban kita untuk membangunekonomi syariah nasional dengan prinsip itqan.

Selanjutnya, kata itqan sering disandingkandengan kata ihsan. Menurut Imam Nawawirahimahullaah, ihsan berarti tuntutan untukmelakukan amalan yang terbaik. Dalam konteksekonomi syariah, spirit itqan dan ihsan ini jikadilaksanakan dengan baik dan serius, akanmemperkuat kualitas pengembangan sistim daninstitusi ekonomi syariah di tanah air. Spirit iniharus dapat direfleksikan dengan baik dalammengembangkan tiga sektor dalam perekonomi-an syariah, yaitu sektor riil, sektor keuangan dansektor ZISWAF (zakat, infak, sedekah dan wakaf).

Semangat untuk senantiasa ber-itqan danihsan juga harus dapat dinternalisasikan dandiintegrasikan dalam setiap jiwa para pengusungekonomi syariah. Ini akan memberikan efek mul-tiplier yang positif karena akan memengaruhikinerja institusi dan lembaga ekonomi syariah kearah yang lebih baik. Hal ini dikarenakan tuntutan

untuk memberikan amal dengan kualitas terbaiksenantiasa menjadi bagian dari komitmen setiapdiri para pejuang ekonomi syariah.

Pada praktiknya, pengamalan itqan dan ihsanjuga akan memperkuat hubungan dengan Allah(hablum minallaah) dan hubungan dengansesama manusia (hablum minannaas). Inidikarenakan dasar dari itqan dan ihsan adalahiman. Harapannya, SDM ekonomi syariah akanmemiliki paradigma dan perilaku yang berbedadengan SDM ekonomi konvensional. Perbedaanini kemudian dapat dirasakan oleh publik,sehingga publik semakin teryakinkan bahwaekonomi syariah memang tidak sama denganekonomi konvensional.

Dalam konteks regulasi, semangat itqan danihsan ini akan mendorong lahirnya beragamaturan yang akan mendukung pengembangansistim dan institusi ekonomi syariah. Apa yangterjadi di Thailand sesungguhnya memberikanpelajaran kepada kita bahwa dukungan regulasiyang kuat, terarah, tuntas dan tidak setengah-setengah, akan mempercepat perkembanganinstitusi ekonomi syariah yang pada akhirnyaakan memberikan manfaat yang lebih besar buatbangsa dan negara, walaupun negara tersebutmayoritas bukan muslim. Belajar dari Thailand,maka semua potensi ekonomi syariah diIndonesia akan dapat direalisasikan dengan baik,ketika para pengambil kebijakan negeri inimampu menerapkan spirit itqan dan ihsan padasetiap regulasi yang dikeluarkannya. Wallaahua’lam. ■

Dr Irfan Syauqi BeikKepala Pusat Studi Bisnis

dan Ekonomi Syariah(CIBEST) IPB

Itqan, Ihsandan EkonomiSyariah

TSAQOFI

Shelly AmaliaAstuty

Mahasiswa S1Ekonomi Syariah

FEM

Salahuddin ElAyyubi

Sekretaris Program StudiIlmu Ekonomi

Syariah FEM IPB

VARIABEL B SIG. ODDS RATIO EXP (B)

Kepatuhan Halal 1.187 0.086 ** 3.279Pengetahuan Halal 0.424 0.066 ** 1.528Halal Awareness 1.102 0.056 ** 3.010Motivasi -0.374 0.478 0.688Pendapatan Rumah Tangga 5.700 0.047 * 298.872Pengeluaran Konsumsi -3.280 0.189 0.038Constant -40.078 0.026 0.000

*Signifikan pada taraf nyata 5%**Signifikan pada taraf nyata 10%

TABEL 1 HASIL UJI REGRESI LOGISTIK

AGUNG SUPRIYANTO/REPUBLIKA

Page 2: Dr M Firdaus Dr Dedi Budiman Hakim Dr Irfan Syauqi Beik Dr ... · PDF fileTerselenggara atas kerja ... dengan memilih produk yang halal dan ... Semangat untuk senantiasa ber- itqandan

Menurut Alamsyah(2012), Indonesiamemiliki potensiuntuk menjadi glo -bal player keuang -an syariah. Potensi

yang pertama adalah jumlah pendudukmuslim yang besar menjadi potensinasabah industri keuangan syariah.Potensi yang kedua adalah prospekekonomi yang cerah dari pertumbuhanekonomi yang terus tumbuh yang dito -pang oleh fundamental ekonomi yangsolid. Potensi yang ketiga adalah pening -katan sovereign credit rating Indone siamenjadi investment grade yang akanmeningkatkan minat investor untuk ber -investasi di sektor keuangan domestik,termasuk industri keuangan syariah.Potensi yang terakhir adalah sumber-daya alam Indonesia yang ber limpahyang dapat dijadikan underlying tran -saksi industri keuangan syariah.

Keunggulan pengembangan banksyariah di Indonesia menurut Alamsyah(2012) adalah pengembangan yang lebihbersifat market driven dan doronganbottom up dalam memenuhi kebutuhanmasyarakat sehingga lebih bergerak disektor riil. Hal ini berbeda dengan per -kembangan bank syariah di Iran, Ma -laysia, dan Arab Saudi yang lebih ber ge -rak di sektor keuangan. Hal ini me nun -jukkan bahwa bank syariah mendukungpertumbuhan sektor riil di Indonesia.

Dukungan perbankan syariah ter-hadap sektor riil dibuktikan oleh pening -katan pembiayaan yang disalurkan.selama tahun 2009 – 2015, pembiayaanyang disalurkan oleh Bank UmumSyariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah(UUS) terus meningkat. Pada tahun2015, total pembiayaan yang disalurkanmencapai 213.00 triliun rupiah ataukenaikan sebesar 454.3 persen dari totalpembiayaan tahun 2009 sebesar 46.89triliun rupiah. Pembiayaan tersebut disa -lurkan ke sepuluh sektor ekonomi.

Berdasarkan data yang dikeluarkanoleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun2015, sektor riil di Indonesia sejak tahun2010 berada dalam tren perlambatanpertumbuhan ekonomi. Gambar 4 me -nun jukkan bahwa pertumbuhan ProdukDomestik Bruto (PDB) pada tahun 2010sebesar 6.81 persen, kemudian melam-bat pada tahun 2011 dengan pertum-buhan PDB sebesar 6.44 persen. Per -lambatan pertumbuhan PDB ini terusterjadi hingga tahun 2014 pertumbuhanPDB sebesar 5.03 persen. Hal ini dapatmenjadi pertimbangan perbankan sya -riah dalam menyalurkan pembiayaankarena perlambatan pertumbuhan sek -tor riil dapat berdampak terhadap risikopembiayaan perbankan syariah.

Pada tahun 2010 hingga 2015, ting -

kat pembiayaan bermasalah atau non-performing financing (NPF) pada BUSdan UUS berada dalam tren yang me -ningkat. Gambar 5 menunjukkan bahwapada tahun 2010, NPF BUS dan UUSsebesar 3.02 persen. NPF BUS dan UUSmenurun hingga tahun 2012 menjadisebesar 2.22 persen. Pada tahun 2013,NPF BUS dan UUS kembali meningkatmen jadi 2.62 persen dan terus mening -kat pada tahun 2014 dan 2015. Pada ta -hun 2015, NPF BUS dan UUS adalah se -besar 4.84 persen. Kenaikan NPF di -tengah perlambatan pertumbuhan sek -tor riil dapat menjadi pertimbangan per-bankan dalam menyalurkan pem biayaan.

Metode dan hasil penelitianPenelitian ini bertujuan untuk meng -

analisis pengaruh penyaluran pembi-ayaan sektor riil terhadap NPF BUS danUUS. Metode yang digunakan adalah

Vector Error Correction Model (VECM).Data yang digunakan adalah data timeseries bulanan mulai bulan Januari 2011sampai Desember 2015, yang diperolehdari Statistik Perbankan Syariah (SPS)Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Hasil estimasi VECM pada jangkapan jang menunjukkan bahwa dari se -puluh sektor ekonomi, terdapat tiga sek -tor pembiayaan yang memiliki peng aruhsignifikan dan negatif terhadap NPF BUSdan UUS. Sektor tersebut adalah perda-gangan, restoran, dan hotel; jasa duniausaha; dan sektor lain-lain. Hal ini ber -arti pada jangka panjang, peningkatanpenyaluran pembiayaan ke tiga sektortersebut akan menurunkan NPF BUSdan UUS.

Hubungan negatif antara pem -biayaan sektor perdagangan, restoran,dan hotel diduga dikarenakan sektor initerdiri dari lapangan usaha perdagangandan penyedia akomodasi. BUS dan UUSmeng unakan kontrak jual beli muraba-hah sebagai kontrak dalam menyalurkanpem biayaan yang berkaitan dengan pe -nyediaan barang dan jasa. Menurut pe -ne litian yang dilakukan oleh Abu sharbeh(2014), pembiayaan dengan kontrak jualbeli murabahah memiliki hubungan ne -gatif dengan NPF perbankan Indonesia.

Hubungan negatif antara pembi-ayaan sektor jasa dunia usaha terhadapNPF BUS dan UUS diduga karena sektorjasa dunia usaha terdiri dari komponenlapangan usaha perantara keuangan,real estate, usaha persewaan, dan jasaperusahaan dan rumah tangga kepemi -lik an rumah tinggal, apartemen dan ru -

ko/rukan. Pembiayaan yang disalurkanpada komponen usaha ini seperti pem-biayaan kepemilikan rumah tinggalmeng gunakan murabahah atau jual belisebagai kontraknya. Menurut penelitianyang dilakukan oleh Abusharbeh (2014),kontrak murabahah memiliki korelasinegatif terhadap NPF perbankan syariahdi Indonesia sehingga dapat diduga bah -wa sebagian besar penyaluran pem -biayaan terhadap sektor jasa usahameng gunakan kontrak murabahah.

Hubungan penyaluran pembiayaandi sektor lain-lain terhadap NPF BUS danUUS diduga karena jenis akad yang digu-nakan untuk sektor ini tergolong debtfinancing. Akad yang tergolong debtfinancing adalah akad murabahah dimana berdasarkan penelitian Abu shar - beh (2014), hubungan akad ini de nganNPF bank syariah adalah signifikannegatif. Penyaluran yang termasuk di sek - tor ini adalah penyaluran pem biayaankendaraan bermotor, peng adaan ba rangrumah tangga, bukan la pangan usahalainnya, dan kegiatan yang belum jelasbatasannya. Penya luran dengan peng-gunaan tersebut sulit menggunakan akadyang tergolong equity financing.

Analisis respon NPF BUS dan UUSterhadap guncangan pembiayaan tiapsektor ekonomi menunjukkan bahwa ra -ta-rata NPF stabil 7.5 bulan setelah ter -jadi guncangan penyaluran pembiayaan.NPF BUS dan UUS stabil enam bulansetelah terjadi guncangan pada pem -biayaan sektor perdagangan, res toran,dan hotel. Sedangkan NPF stabil em patbelas bulan setelah terjadi guncanganpada pembiayaan jasa dunia usaha. Yangterakhir, NPF stabil tiga belas bulansetelah terjadi guncangan pada pem -biayaan sektor lain-lain. Hal ini menun-jukkan hanya guncangan pembiayaansektor perdagangan, restoran, dan hotelyang direspon stabil dibawah satu tahun.Sektor jasa dunia usaha dan lain-laindirespon stabil diatas satu tahun.

Rekomendasi kebijakanPertama, disarankan kepada BUS

dan UUS untuk meningkatkan pembi-ayaan pada sektor perdagangan, res -toran, dan hotel; jasa dunia usaha; dansektor lain-lain. Pada jangka panjang,peningkatan penyaluran pembiayaan disek tor ini akan menurunkan NPF. Pe -ning katan penyaluran pembiayaan tetapmengedepankan prinsip kehati-hatian.Hal ini karena jika pembiayaan sektorjasa dunia usaha dan sektor lain-lain ter-guncang, NPF baru akan stabil lebih darisatu tahun.

Kedua, untuk mengatasi fluktuasiNPF sampai mencapai kestabilan setelahterjadi guncangan pembiayaan, disaran -kan kepada BUS dan UUS untuk mem-bentuk dana cadangan penyisihan peng-hapusan aktiva produktif (PPAP). PPAPyang harus dibentuk minimal mampumengatasi fluktuasi rata-rata NPF se -lama 7.5 bulan. Dana PPAP yang pa lingbaik adalah dana yang mampu meng -atasi fluktuasi NPF selama empat belasbulan, sehingga dapat mengakomodirNPF jika terjadi guncangan pada pem-biayaan jasa dunia usaha.

Ketiga, disarankan bagi regulator un -tuk menyempurnakan peraturan BI no -mor 5 tahun 2003 tentang PPAP banksya riah. Peraturan tersebut sudah men -ca kup bagaimana dana cadangan terben-tuk, namun belum mengatur besarandana yang dibutuhkan. Wallahu a’lam. ■

Pembangunan ekonomi nasionalsangat ditentukan oleh unsur-unsur penting yang ada dimasyarakat. Bangsa ini memili-

ki kelebihan yang tidak dimiliki olehbangsa lain antara lain keberagamankarakter, sosial budaya dan berbagairesources yang berlimpah. Pem -bangunan Nasional yang dimulai darikawasan perdesaan dalam bentukBadan Usaha Milik Desa (BUMDES)menjadi harapan baru untuk membuatlompatan pembangunan ekonomi.Jumlah desa yang lebih dari 74 ribudidukung konsep one village one productdiyakini mampu mendongkrak per-putaran ekonomi tidak saja di kawasandesa namun sampai level Nasional.Asumsi yangdibangun dengan berbagaianalisa matematika menyuguhkanangka yang sangat fantastis ketikapotensi BUMDES bisa diangkahkan.

Namun demikian, potensi yang luarbiasa dari BUMDES ini mesti harusmemperhatikan hal-hal penting dalamkonsep pemberdayaan ekonomi masya -rakat antara lain economic of scale danpertimbangan multiplier impact yangakan dihasilkan. Konsep Ekonomi Islamdengan pendekatan fair dan justice busi-ness bisa menjadi basis bagi BUMDESuntuk menjalankan aktifitas ekonomi.Disisi lain, pemberdayaan dan penguatanekonomi masyarakat de sa melaluiBUMDES tidak akan berdam pak positifmanakala ide empowerment yangdilakukan tidak sejalan dengan pengelo-laan komoditas berbasis unggulan lokalyang ada di masing-masing desa.

Konsep pembangunan ekonomi yangdicita-citakan dalam bentuk BUMDESbisa terbentuk dengan du kung an antaralain : pertama, pengembangan SumberDaya Insani (SDI). Hal ini bisa disadaridisaat masyarakat desa me miliki potensibudaya dan motivasi yang tinggi denganjiwa enterpreneurship yang kuat dan skillyang mendu kung komoditas lokal yangbisa dikembangkan. Kedua, peman-faatan Sumber Daya Alam (SDA) yangtidak berlebihan (Isyrof). Dengan adanyapemahaman yang seragam darimasyarakat bahwa SDA yang akandimanfaatkan ber-added value dan

berdaya saing dengan melibatkan peranberbagai lapisan masyarakat (collectiveaction).

Ketiga, linkage program, dimanaBUMDES harus mempunyai konsep ke -ter bukaan pengelolaan sumberdaya un -tuk bisa kerjasama dan bersinergidengan berbagai pihak baik terkaitkeuangan dan perbankan maupun man-ajemen berbagai sumber daya yang ada.Keempat, kepedulian lingkungan, di -mana ketika konsep green economymenjadi perhatian, maka pembangunanekonomi yang berkelanjutan akan ter-wujud. Konsep green economy ini sela -ras dengan ajaran ekonomi Islam yangmenekankan akan pentingnya menjagakelestarian alam di tengah aktifitas eko -nomi dengan tidak membuat kerusakan.

Kelima, affirmative policy atau keber-pihakan kebijakan. Ini diperlukan disaatBUMDES membutuhkan strategi bottomup dengan pelibatan berbagai pihakmulai dari level kepala desa, camat,bupati, dan juga pemerintah di levelprovinsi. Dukungan kebijakan ini menjadipenting dan strategis sebagai upayauntuk memperkuat peran BUMDESsebagai ujung tombak perekonomiandesa, sehingga potensi ekonomi desadapat dioptimalkan bagi sebesar-besar -nya kesejahteraan rakyat.

Selanjutnya, yang tidak kalah pen tingadalah profesionalisme pengelolaanBUMDES. Hal ini menjadi necessity con-dition disaat masyarakat luas sangatmengharapkan perubahan kesejahter-aan ekonomi dari hadirnya lembaga ini.Tugas negara beserta instrumen-instru-mennya termasuk BUMN dan BUMDadalah melakukan pendampingan danpembinaan agar aspek profesionalismeini bisa ditingkatkan.

Kapitalisasi program BUMDES olehsekelompok golongan tertentu meru-pakan hal yang jauh dari konsep Islam.Islam tetap sangat menghargai danmendorong akan adanyaownership/milkiyah, insentif ekonomiberupa kamashlahatan/added value,prinsip pengambilan keputusan melaluimusyawarah, serta mediasi koordinasidalam bentuk market yang adil. Wallahua’lam. ■

TAMKINIA

Dr. Jaenal Effendi Ketua Program StudiIlmu Ekonomi Syariah

FEM IPB

BUMDES dan StrategiPeningkatan Ekonomi

19 KAMIS, 22 SEPTEMBER 2016JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA

Hasan AzzahidMahasiswa S1

Ekonomi Syariah FEMIPB

Prof Dr RinaOktaviani

Guru Besar FEM danDirektur ITAPS

(International TradeAnalysis and PolicyStudies) FEM IPB

Ranti WiliasihStaf Pengajar

Program Studi IlmuEkonomi Syariah

FEM IPB

Pembiayaan Tiga Sektor Ekonomiyang Menurunkan NPF Bank Syariah

Sektor Pembiayaan Hubungan dengan NPF t-Statistik● Perdagangan, Restoran, dan Hotel Signifikan Negatif 4.65206● Jasa Dunia Usaha Signifikan Negatif 9.92024● Lain-lain Signifikan Negatif 5.88624

Sektor Pembiayaan Waktu yang dibutuhkan untuk stabil ● Perdagangan, Restoran, dan Hotel 6 Bulan● Jasa Dunia Usaha 14 Bulan● Lain-lain 13 Bulan

JANGKA PANJANG

KESTABILAN NPF

AGUNG SUPRIYANTO/REPUBLIKA