14
, , ,, Dr. Sentosa Sembng, S.H., M. H. Hkum , Surat· Pl o B harga

Dr. Sentosa Sembiring, S.H., M.H. Htikum

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dr. Sentosa Sembiring, S.H., M.H. Htikum

, , ,,

Dr. Sentosa Sembiring, S.H., M.H.

Htikum , Surat·

Pl o���

B harga

Page 2: Dr. Sentosa Sembiring, S.H., M.H. Htikum

r /)_ 7 · C>I · J.C\(.

HU KUM SURAT

BERHARGA

Oleh

3�� .�:i.. 4b <;E.!'1

\,\..

11.t�D�� � P..l�S-fH �?· O\. �Oil,

Dr. Sentosa Sembiring, S.H., M.H. ·- .

II\ PENERBIT

11. �UANSA AUl� \ T . . • • .

. • ' , . . ' . . . . . • t ' � • ' I

. . ,

Page 3: Dr. Sentosa Sembiring, S.H., M.H. Htikum

HUKUM SURAT BERHARGA

Oleh: Dr. Sentosa Sembiring, S.H., M.H.

Copyright© 2016 pacla PENERBIT NUANSA AUUA Desain Cover: Aulia Studio

Lay Ou t: Aulia Studio Montase: Aulia Studio

Cetakan [: September 2016

Diterbitkan oleh: Penerbit Nuansa Aulia JI. Permai 20 No. 18

Margahayu Permai, Bandung 40218 Te!p (022) 5405300 I Fax (022) 5416748

c--mail: 11uansaatllia(C1,iyahoo.co.icl website: http://www.nuansaaulia.com

ANGGOTA IKAPJ l'ERPUSTAKAAN NASIONAL

KATALOG DALAM TERB!TAN Sen1biri11g, Se11tosa

I Hukum Surat Berharga/oleh Sentosa Sembiring. Cet. I. ·1 Bandung: Nuansa Aulia, 2016.

viii+ 128 him. : [4,5 x 21 crn ISBN 978-979-071-269-0

I. Surat llerharga -- Aspek Hukurn [. Judul

343.052 46

··tJi.larang n1cngutip, t11e11jiJJ.lak, n1c111fotokopi scbagian atau scluruhnya isi buku ini tanpa izin t:ertulis dari pe nerbit.

f-IAK CIPTA DILlNDUNGI OLEll UNDANG·UNDANG

sec n1e bai yar

ses cla set Pei 111( ter ko pe

ba. pc ffi( 111( i11i ka de ak ya gi1 ya Ci pc ka in ur te rr1

111

Page 4: Dr. Sentosa Sembiring, S.H., M.H. Htikum

I.

'46

Ill

-, ,

KATA PENGANTAR

Terminologi Surat Berharga (Negotinble Instrument) bagi sebagia11 n1asyarakat buka11]a]1 sesuatu ya11g asing, terutan1� 111ereka ya11g seri11g 1nelakukan transaksi bis11is. Akan tetapi, bagi sel1agian n1asyarakat lai11nya, Surat 13erharga Eldalal1 sesuatu ya11g baru.

Secara teoritis, jikJ S11rat Berharga yang diterbitkan oleh seseorang telah memcnuhi syarat formal yang ditcntukan clalan1 }-'1eratura11 }Jcrundar1�5-u11dangan n1al<a 'c.ia�1at dijadika11 sebagai alnt }Je1nl1ayaran dan ol:ljek t1erdagangan di ·Pasar Uang. f>cnggunaan Surat l3erharga sebagai a lat lJcn1lJayara11 giral, se1ain 1nengt1rangi peredaran uang kartal, juga dapat n1cnghidari terjadinya risiko yang 111ungl<iI1 tcrjadi jika n1enggunakan l1artg kontan yang cukup besar, misalnya menjadi korban kejahatan peran1pok.an (ian/atau n1e11da�1atka11 ua11g :palsu.

Bagaimana rnemulihkan atau barangkali Jebih tepat disebut bagain1ana iY1engubah cara panda11g n1asyarakat terhada1J penggunaan Surnt Berharga sebagai a lat bayar giral, tampaknya memerlukan sebuah cara pendekatan baru dalarn mengcdukasi masyarakat terhadap penggunaan uang giral. Peluang untuk hal ini sebenarnya sudah sangat terbuka luas. Disebut demikian, karena sejak digulirkannya libcralisasi perbankan pada tahun delapan puluhan, masyarakat pun dari hari kc hari semakin akrab dcngan Lembaga Keuangan Bank. Salah satu produk jasa yang ditawarkan oleh bank adalah simpanan dalam bcntuk giro. Untuk mengambil dana dalam bentuk giro, alat bayar yang digunakan adalah Cek dan sarana pcmindahbukuan atau Giro Bilyet. Jika dalam beberapa dekade waktu yang lampau, penggunaan Cek, Giro Bilyet, Wesel, Aksep masih terbatas di l<alangan :pel1isnis, akan tetapi di era n1asa kini IJenggu_naan instrumen alat bayar giral scmakin dikcnal di rnasyarakat pada umurnnya. Hal ini dapat dimaklurni, di era masa kini kemajuan teknologi dcmikian pcsat, maka informasi yang ditcrima oleh 111asyarakat ] Jun se1nakii1 beraga1111 tidak terkect1ali dala111 sara11a

J-luk11111 Surat Berhrrr8{/ ll I

Page 5: Dr. Sentosa Sembiring, S.H., M.H. Htikum

pembayaran transaksi bisnis tidak lagi menggunakan uang kartal tetapi Liengan. ttang giral.

Na1nt111, c.ii sisi lain, pet1yalal1gt111aa11 stirat berl1arga sebagai a lat bayarjuga bisa lerjadi dalam transaksi bisnis. Oleh karena itu, risiko pe1nakaia11 surat berl1arga juga se111akiI1 besar. Bagain1a11a inengt1ra11gi risiko penerima atat1 pe1nega11g st1rat berharga? Seeara konseptual, dalam hukum surat berharga berlaku asas legitimasi formal. Ada pun maksud asas ini yakni, pernegang sural berharga tidak perlu rnembuktikan asal usul diperolehnya surat berharga tersebul. Jika dapat membuktikan bahwa penerbitan surat berharga sudah rnemenuhi syarat formal, pihak pemegang yang beritikad baik akan dilindungi hukum. Apakah dalam praktiknya juga demikian?

Dalam rangka memahami smat berharga dari perspektif hukum inilah tujuan buku ini ditulis. Buku ini dibagi dalarn 6 ( enarn) Bab. Bab [ Pendahuluan. Pada bab ini dijelaskan seeara umum landasan hukum, pengertian, dan ruang lingkup hukurn surat berharga. Bab II tentang Wesel. Pada bab ini dibahas seluk-beluk surat berharga wesel. Bab Ill Aksep, Promes, dan Kuitansi. Kc�tiganya dibahas dari sisi hukurn. Bab IV Cek. Pada bab ini dibahas tentang eek dan berbagai aspek hukum tentang eek. Bab V Surat Berharga dalam Praktik. Pada bab ini dibahas perkembangan hukum surat berharga dalam praktik, meliputi Giro Bil yet, Surat Berharga Pasar Uang, Surat Berharga Komersial, Sertifikat Depositli, Sertifikat Bank Indonesia, clan Resi Gudang. Bab VI Surat Utang Negara. Pada bab ini dibahas latar belakang ditcrbitkannya Surat Utang Negara dan aspck hukurnnya.

Jika diperhatikan sccara saksama, sctiap bab dari buku ini bisa dijadikan dalarn satu buku tersendiri. Namun, untuk cetaka11 pertama i11i, sen1ua topik tersebut dijaclika11 dalan1 satu buku. Hal ini dimaksudkan semata-mata untuk memudahkan pembaca dalam mernaharni surat berharga dari sudut pandang hukum. Sernoga dalarn cetakan berikutnya, setiap bab dari buku tersebut dapat diuraikan lebih rinci dalarn satu buku tersencliri.

IV f-fuk11111 Surat l3crf111rga

Huk Uni1 Ada i11i, j di d tnen sehi1 111llC kept Mas rnel( data

l-luku

Page 6: Dr. Sentosa Sembiring, S.H., M.H. Htikum

kartal

�bagai na itu, 111a11a 1.arga? 1 asas l)ga11g e!rnya 1al1wa pihak ::>aka]1

pektif Jam 6 ;ecara ukurn bah as ;, da11 Pad a

ntang bahas ,Jiputi ersial, dang. lkang

buku untuk l1 sa tu lhkan ldang buku

ndiri.

erflarga

lsi buku ini pada dasarnya adalah bagian dari rnateri kuliah I-hikum Perbankan dan Surat Berharga di Fakultas Hukmn Universitas Katolik Parahyangan (FH UNPAR), Bandung. Adanya berbagai perkembangan materi yang ditulis dalam buku ini, juga tidak terlepas dari hasil diskusi yang berkembang, baik di dalarn maupun di luar ruang perkuliahan. Untuk itu penul"is 111er1gt1capkar1 teri1na kasil1 atas 111asukan yang disan1pail<an sehingga bisa memperkaya pembahasan buku ini. Mudah­mudahan dengan terbitnya buku ini dapat melengkapi khasanah kepustakaan llmu Hukum khususnya Hukum Surat Berharga. M-asuka11 dar1 kritik dari pc111baca tc11tt1 sa11gat ber11arga dala1n rnelengkapi pernbahasan dalam buku ini di masa yang akan data11g, teri111a kasih.

J-luku111 Surat Berharga

Bandung, Agustus 2()]6

Penulis,

Sentosa Sernbiring ([email protected])

v

Page 7: Dr. Sentosa Sembiring, S.H., M.H. Htikum

�A {y,�):�8�' it :·!:,,��).: �\ t - � ":'. 'I ' ' � �:}} ':"-'�.\. :, ..... � � ( - , -·

1- ·..,..1· .�.�.· · .. �§�.-.. ; .· ' I. '-N1:.1IH· - ! . . I

1'4 'i ". � , n \

DAFTARISI ·�'\.,<c :;:,f_ • ., ... ;·'

PENGANTAR ............................................................... .

DAFTAR ISI .............................................................................. .

DAFTAR SINGKATAN ......................................................... ..

iii vi

viii BAB I PENDAHULUAN ...................................................... 1 II�! BAI

1.1. Terminologi Surat Berharga............................... 1 1.2. Landasan Hukum Surat Berharga .... .. .. . . .. .. .. . .. . 7 1.3. Pengertian Surat Berharga ................................. 10 1.4. Fungsi Surat Berharga ........................................ 14 1.5. Lembaga Tangkisan dalam Surat Berharga..... 17 1.6. Legitimasi dalam Surat Berharga...................... 19 1.7. Penggolongan Surat Berharga ..................... ...... 22 Iii: BAI

BAB II WESEL ......................................................................... 25

2.1. Pengertian Wesel ................................................. 25

2.2. Syarat Formal Penerbitan Wesel........................ 26

2.3. Bentuk-Bentuk Wesel Khusus ........................... 28

2.4. Endosemen dalam Wesel.................................... 31

2.5. Kewajiban Penerbit Wesel ............. ........... .. ........ 33

2.6. Intervensi dalam Wesel................... ......... .... ....... 44

2.7. Fungsi Wesel ................................... .. ................... 51

BAB III AKSEP, KUITANSI, DAN PROMES..................... 53

3.1. Dasar Hukum Aksep .......................................... 53

3.2. Pengertian Aksep................................................. 54

3.3. Syarat Formal PenerbitanAksep....................... 55

3.4. Kuitansi dan Promes........................................... 57

BAB IV CEK............................................................................... 60

,.,

VI

4.1. Pengertian Cek..................................................... 60

4.2. Syarat Formal Penerbitan Cek........................... 63 4.3. Cek sebagai Alat Bayar ........ ............................... 67

4.4. Cek Mundur ... ........... .. ............. ....... ...... .. ........... .. 70

H11k11111 S11mt Berltnrgn

LA�

GU

DA

PRC

H11k1

Page 8: Dr. Sentosa Sembiring, S.H., M.H. Htikum

iii

vi

viii

1

I 7

10 14 17 19 22

25

25 26 28 31 33 44

51

53

53 54 55 57

60

60 63 67 70

lerflarga

4.5. Cek Silang ............................................................. 72

4.6. Ifak Pemegang Cel<......................... .................... 73 4.7. Pengaturan Cek Kosong ..................................... 74 4.8. Daftar llitam Nasional ............ ........................... 75 4.9. Pengcrtian Cek Kosong ...................................... 78 4.10.Kewajiban Penyediaan Dana............................ fo

BAB V SURAT BERHARGA DALAM PRAKTIK............ 86 5.1. Bilyet Ciro............................................................. 86 5.2. Sertifikat Deposito ............................................... 88 5.3. Scrtifikat Bank Indonesia (SB!) ....... ,.................. 92 5.4. Surat Berharga Pasar Uang ................................ 95 5.5. Surat Berharga Komersial .................................. 96 5.6. Resi Cudang......................................................... 98

BAB VI SURAT UTANG NEGARA...................................... 103 6.1. Dasar llukum....................................................... 103 6.2. Pengertian S1.lrat Utang Negara ........................ 105 6.3. )enis-)enis Surat Utang Negara......................... 106 6.4. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) ........... 106 6.5. Syarat-Syarat Formal Surat Berharga

Syariah Negara..................................................... 107 6.6. Penatausahaan Surat Utang Negara................. ](}8 6.7. Pembeli Surat Utang Negara ............................. 109 6.8. Obligasi Rite] Indonesia ..................................... 109

LAMPIRAN: CONTOH AKSEP ............................................ 112

GLOSARIUM SINGKAT ........................................................ 120

DAFTAR PUSTAKA................................................................. 123

PRO FIL PENULIS ..................................................................... 126

Vil

Page 9: Dr. Sentosa Sembiring, S.H., M.H. Htikum

BLD

ING

KUHD

KUHPdt

KUHP

KMKRI

KPTS

MARI

PP

PMKRI

POJK RI

PBI

SEBI

uu

viii

DAFTAR SINGKATAN

Beland a

Inggris

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Ki tab Undang-Undang Hukum Pidana

Keputusan Menteri Keuangan Republik lndo-11esia

Keputusan

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Peratt1ra11 I)en1eri11tah

I'eratt1ran Menteri Indonesia

Keuangan Republik

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia

Peraturan Bank Indonesia

Surat Edaran Bank Indonesia

Undang-Undang

f-Tukunt Surat Bcrlu1rga

l.1.

dari ini cl 1nen bani

M.F

und: Und at as Pen� pen� bers Hak den: yani Ke ti atas pe1Y 1ner hart

istit

2

f-f uk.

Page 10: Dr. Sentosa Sembiring, S.H., M.H. Htikum

[ndo-

ublik

Berhnrga

BABI PENDAHULUAN

I. I. Terminologi Surat Berharga Sudah 1nerupakan tradisi akade111ik, bahwa pernbahasan suatu topik diJnulai

dari pengertian atau definisi topik tersebut. Pen1bahasan 111asalah surat berharga ini di111ulai d.ari pertanyaan, apa yang ditnaksud dengan surat berharga? Untuk n1enjawab pertanyaan ini tentu tidaklah inudabi sebab )stilah surat berharga hanya disebutkan dalan1 peraturan perundang-undangan.

Dala1n kaitan ini n1enarik untuk n1enyhnak apa yang diken1ukakan oleh M.E.Jn't Velt-Meijer/H. Boerhanoedin Soetan Batoeah, bahwa undang­undang tidak n1en1bicarakan pengertian surat berharga. I-Ian ya di dala1n IZitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPdt)' dibicarakan tcntang lagihan alas lunjuk dan/alau alas bawa. Pertama, di dalam Pasal 613 ayat 3 KUHPdt: Penyerahan surat-surat utang atas tunjuk dilakukan dcngan rncn1bcrikannya; penycrahan surat utang atas perintah dilakukan dengan n1en1bcrikannya bersan1a endose1nen surat itu. l(edua1 di dalan1 Pasal 1152 ayat l IZUHPdt: Hak gadai atas barang bergcrak yang berwujud clan atas piutang bawa tin1bul dengan cara 111enyerahkan gadai itu kepada kckuasaan kreditur atau orang yang n1en1berikan gadai atau yang diken1balikan atas kehendak kreditur. Ketiga, di dalam Pasal 1152 bis KUHPdt: Untuk melahirkan hak gadai atas surat tunjuk1 selain penyerahan endoscn1cnnya1 juga dipersyaratkan pcnycrahan suratnya. Kecmpat, Pasal 1977 ayat I KUHPdt: Barangsiapa 1nenguasai barang bergcrak yang tidak berupa bunga atau pi.utang yang tidak harus dibayar atas tunjuki dianggap sebagai pen1iliknya sepenuhnya.2

Merujuk pendapat ahli hukum di atas, terlihat dalarn KUHPdt ditcmui istilah surat-surat utang atas tunjuk.

Kitab Undang-Undang H.ukun1 Perdata yang diinaksud di sini adalah Kitab Undang­Undang Hukn1n Pcrdata (Burgerlijke VVet/Joek) T'erje111ahan R. Subekti dan T. Tjitrosudibio. Jakarta: Pradnya Parainita, Cctakan Kc-16, tahun I 966

2 Mcijer/ll. Bocrhanocdin Soctan Hatoeah. ll\.1irnnlcpapieren en hun juridi.-chc betekenis 1976. Surat-surat Bcrharga dan ArUnya Mcnurut I·tukmn. Bandung: Binadpta, 1980. B.hn.13

l-Juku111 Sund Berharga

Page 11: Dr. Sentosa Sembiring, S.H., M.H. Htikum

T'ern1inologi atau istilah surat berharga dapat juga diternui di dalan1 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).3 Pertama, di dalam Pasal 96 ayat 2 I(Ul.-11) diken1ukakan: Apabila barang-harang ini terdiri atas uang1 emasJ perakJ pcnnata1 inutiara, n1anikarn, efek-cfck1 kupon-kupon atau surat­SLLl'<lt lain jenis ituJ yang berhargaJ n1aka pcngirirn diharuskan incnychutkan harganya dan berhaklah ia pula rnenuntut pcncatatan harga itu dalan1 registerj IZedua, dala111 Pasal 469 J(Ufl[) dikcn1ukakan: Untuk dicurinya atau hilangnya c1nas, perakJ permata dan barang bcrharga 1ainnya1 uang dan surat­surat berharga, bcgitupun untuk kerusakan pada barang-barang berharga yang inudah n1endapat kerusakan, tidaklah pengangkut bertanggung jawab, rnelainkan apabila tentang sifi1t dan harga barang-barang tersebut, diberitahukan kepada pengangkut1 sebclun1 atau sewaktu barang-barang tadi diterin1a oleh pengangkut.

Sclain itu1 istilah surat berharga clapat juga ditctnui dalan1 Pasal 197 ayat 8 _Huku1n Acara Perdata atau l1et 1--Ierziene lndonesisch R.eglenient (.filll): Penyitaan barang bcrgcrak kcpunyaan dcbitor1 tennasuk uang tunai clan surat berharga, boleh juga dilakukan atas barang bergerak yang bertubuh1 yang ada di tangan orang lain, tetapi tidak boleh dilakukan atas hewan clan perkakas yang sungguh-sungguh berguna bagi orang yang kalah itu dalan1 n1enjalankan mata pencahariannya sendiri.

Dabm Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dapat ditetnui dala111 Pasal 415: Seorang pcjabat atau orang lain yang ditugaskan 1nenjalankan suatu jabatan un:1Ln11 terns inencrus atau untuk sernentara \vaktu, yang dengan sengaja tnenggclapkan uang atau surat berharga yang disin1pan karena jabatannya, atau 1ne1nbiarkan uang atau surat berharga itu dian1bil atau cligclapkan olch orang lain, atau rneno!ong sebagai pen1bantu dahun tnelakukan perbuatan tersebut1 cliancan1 dengan pidana penjara paling larna tujuh tahun.

L)ari berbagai kutipan pcraturan perundang-undangan di atas1 tidak clijelaskan pcngcrtian surat berharga.Jika dc1nikian1 apa n1akna yang terkandung dari kata surat berharga yang dite1nui dalan1 peraturan pcrundang-undangan di atas? R. Wirjono I>rodjodikoro n1cnge1nukakan1 bahwa istilah surat bcrharga

3

2

Kitab Undang-·Undang l·lukun1 Dagang yang dirnaksud di sini adalalt Kitab Undang­Undang (-luku1n dan Kcpai!itan (i-Vetlioek w111 Koophandd) Terje1nahan R. Subckti dan T. Tjitrosudibio. Jakarta: Pradnya Panunita, Cetakan Ke--16, t<1hun 1986

f-fuk11111 Surat Herllarga

itu chi di pale di pen instn.1., berha ini, bl I'erje1 berh;:1 Jach, I surat­terter terbit

atau 1 rnen� Bo et

iuris adal<i din1i jatul: surat agar in err pi ha di tin dap.:

sura1 klau: sura1 ( Olll;

4

5

6

fI!ik

Page 12: Dr. Sentosa Sembiring, S.H., M.H. Htikum

falarn Pasal uang! snrat­utkan Jal am a atau surat­·harga sgung scbut1 Lg tadi

tl 197 HIR): ) surat 1g ada :kakas ankan

dapat �askan entara L yang _·ga itu 1bantu paling

tidak ndung Lgan di rharga

Jndang­:k\'i dan

'rharga

it:u digunakan untuk surat-surat yang bcrsifi1t seperti uang tunai. Jadi1 dapat dipakai untuk n1clakukan petnbayaran. 11al ini berarti surat-surat terse but dapat diperdagangkan, agar se\vaktu-\vaktu ditukarkan dengan uang tunai (negotiable

111strurne11ts ):1 Se1ncntara itu, Soeton10 Ran1clan1 n1cnge1nukakan1 istilah surat berharga tclah un1tun dipakai istilah u1aardc papicr (Bld). l)igunakannya istilah ini1 bukanlah sekedar terjen1ahan a tau salinan belaka dari istilah bahasa Bela:hda. 'J'erjernahan istilah bahasa Belanda tersebut secara harafiah adalah kertas bcrharga. Nan1un istilah yang terakhir ini, ditcntang oleh para pakar huku111. Jadi1 lebih tepat digunakan istilah surat bcrharga. Lcbih lanjut dikc1nukakan1 surat-surat atas pcngganti adaiah surat berharga yang 1nenunjuk seseorang tertentu sebagai yang berhak dan seterusnya setiap orang kepada siapa hak yang terbit dari surat itu dialihkan atau dipindahkan.5

l)alarn konteks ini1 perlu diperhatikan bahY1ra apa yang dipindahkan atau hak yang dipindahkan tersebut tidak holeh n1clehihi hak dari orang yang mengalihkan. Seperti yang dikemukakan oleh M.E.ln't Velt-Meijer/H. Boerhanoedin Soetan Batoeah, dala1n surat berharga berlaku asas 11e1110 plus iuris ad aliun1 tn..in�fere potest; quanu1n ipse ha bet-. .Maksud dari asas hukun1 ini adalah scseorang tidak dapat n1en1indahkan hak lebih hanyak dari hak yang diinilikinya dan pihak yang berhutang tidak boleh karena perpindahan hak itu jatuh kc dala1n keadaan yang lebih buruk. Lebih Ian jut dike1nukakan, surat­surat atas tunjuk clan atas bawa diterbitkan atau dikeluarkan dengan n1aksud agar dapat diperdagangkan. Di sini1 kepentingan pergaulan 1nasyarakat n1e1negangperanan penting. Berhubungan dengan hal ini1 berlaku as as huku111 pihak ketiga beritikad baik dapat dibenarkan n1en1percayai kesan se1nu yang diti1nbulkan oleh yang berhutang1 bal1'iva ia n1au terikat secara huku1n yang dapat disin1pulkan dalan1 surat itu.6

Se1nentara itu, Enuny J>angaribuan Silnanjuntak n1enge111ukakan, dalan1 surat berharga dikenal dua jenis klausul1 klausul atas tunjuk (aan foonder) dan klausul atas pengganti (aan order). Adanya klausul atas tunjuk pada sepucuk surat berharga berarti surat tersehut dapat dialihkan dari tangan ke tangan (onderhands). Jika surat bcrharga tersebut n1engandung klausul atas pengganti,

1! R. Wirjono Prodjokoro. 1-{ukuin V\lcscl, Tjek, dan A.ksep di Indonesia. Bandung: Surnur Bandung, 1966. Hln1. I 0

5 Socto1no R.an1clan. Pcngantar Hukun1 Surat Berharga. Jakarta: Acadcinica, 1980. Hln1. 4/56

6 Mcijcr/ll. Bocl'hanocdin Soctan Batoeah. Op. Cit, Bln1. 33/34

J-J11ku111 Sura/' Berlmrga 3

Page 13: Dr. Sentosa Sembiring, S.H., M.H. Htikum

bcrarti surat bcrharga terse but hanya dapat dialihkan kepada pengganti dari orang yang na1nanya disebut pada surat bcrharga terscbut dengan cara cndose1ne11 dan inenycrahkan surat yang di1naksud. Selanjutnya dikernukakan1 kedua surat berharga tcrsebut dapat dipcrdagangkan. Fungsi dapat diperdagangkan inerupakan fungsi utcuna dari surat berharga.7

Dari berbagai pandangan yang dikemukakan oleh para ahli hukum di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan diterbitkannya surat berharga, pihak penerbit atau penandatangan surat berharga bertanggung jawab terhadap apa yang dicantu1nkan dala1n surat berharga tersebut. Sebagain1ana yang ditegaskan dala1n hukun1 perjanjian berlaku asas pacta sunt servanda. Apa yang sudah disepakati wajib untuk dipatuhi oleh para pihak yang membuat perjanjian. Asas huku1n ini tercermin dari apa yang dijabarkan Pasal 1338 ayat 1 l(UHPdt: Se1nua persetujuan yang dibuat scsuai dengan undang-undang berlaku sebagai undang-undang bagi n1ereka yang n1en1buatnya.

Menccnnati instrurnen yang digunakan hanya berupa selen1bar kertas, pen1bentuk unclang-undang n1erasa perlu menjaga kepercayaan rnasyarakat pengguna surat berharga. Untuk itu1 pe1negang surat berharga yang beritikad baik wajib dilindungi. Hal ini tercennin dari Pasal l 09 KUHD: Jika ada suatu surat wesel yang tak lengkap sewaktu ditarik dan kemudian dilengkapkan bertentangan dengan persetujuan-persetujuannya dulu1 rnanakala persetujuan-persetujuan tadi tidakdipenuhi, ha! ini tidak boleh dikemukakan atas kerugian pe1negang1 kecuali surat vvesel itu oleh pen1egang tersebut diperoleh dengan itikad buruk atau karena sesuatu kcteledoran yang besar. Pas al 116 IZUI-ll): Mereka yang harus n1enghadapi suatu tagihan berdasarkan surat vvesel1 mereka itu berdasar ata.s perhubungan pribadi dengan penarik atau dengan pe1negang sebelun1nya1 t.1k boleh n�elancarkan upaya-upaya bantahan kepada pen1egang1 kccuali pemegang tersebut dalatn rnernperoleh surat \Vesel, dengan sengaja telah bertindak atas kerugian pihak yang berutang. Pasal l l 9 IZUHD: Ayat ( 1) Endosemen yang tebh diselenggarakan setelah hari bayar1 ia pun n1ernpunyai akibat yang satna dengan endosetnen sebelu1nnya. Dalatn pada itu1 endose1nen yang diselenggarakan setelah prates nonpcn1bayaran.1 atau setelah leyvat jangka waktu yang ditentukan

7 Ennny Pangal'ibuan Sitnanjuotak. f-lukurn D;\gang Surat Berharga (Wissel Surat Sanggup/ Aksep, Cheque, Kuit<\nsi, dan Proines Atas 'l'unjuk). Yogyakarta: Seksi Hu!uun Dagang Ftl UGiv1, l976. l·lhn. 1/3

4 l--l11k1.1111 Surat Herhargll

gun cessi tani elite

und inic sur� dib1 legi 1ne1 yan sua pur (2) dia1 enc teb

ora dal ia l itik kes eel• hal or;.i tne pui ya1 die en1 pe1 ka1

I--!11

Page 14: Dr. Sentosa Sembiring, S.H., M.H. Htikum

orang ernen kedua igkan

1111 di pihak 1adap yang

. Apa nbuat 8 ayat 1dang

�ertas, 1rakat itikad suatu

apkan 1akala kakan t·sebut besar. ;arkan enarik upaya c:roleh

yang i.rakan ;en1en etelah 1tukan

�1 Surat Bukuin

:rhnrga

guna inen1buat protes1 endose1nen itu pun hanya rne1npunyai ak.ibat scbagai cessie biasa; Ayat (2) l(ecuali dibuktikan sebaliknya, tiap-tiap endosen1en tanpa tanggal dianggaplah diselenggarakan sebeltnn lewat jangka waktu yang ditentukan guna n1en1 bu at protes.

Bcrdasarkan ketcntuan-ketentuan di atas, terlihat bagain1ana pe1nben,tuk undang-undang n1en1bcri perlindungan kepada orang yang beritikad bail( Hal ini dibntuhkan untuk n1enjaga kepercayaan 1nasyarakat dalan1 n1enggunakan surat bcrharga sebagai alat bayar. Untuk itu, dala111 peredaran surat herharga dibutuhkan legitiinasi atau alat bnkti diri. Untuk surat Wesel dan Aksep Jegitimasi formal dijabarkan dalam Pasal 11 S ayat ( 1) KUHD: Barangsiapa 1ncn1egang suatu surat wesel1 ia pun harus diangg<ip sebagai pen1egang yang sab1 apabila ia bisa inen1buktikan haknya, dengan n1cn1pcrlihatkan suatu dcrelan takterputus dari segala pengendosen1enan surat wesel itu1 pun sekiranya cndosen1en yang terakhir dilakukan dala111 blanlG.1j ayat (2): Endosc1nen-endosc1nen yang telah dicoret dalan1 hubungan ini harus dianggap tak tertulis. Apabila suatu endosen1cn dala1n blanko disusul dengan endose1nen lain1 111aka penandatangan endosernen yang terakhir dianggap telah 1nen1peroleh surat�wesel itu dengan pcngcndosen1enan dala1n blanko.

Legitimasi untuk eek dijabarkan dalam Pas al 198 KUHD: Apabila orang dengan cara bagairnanapun juga kehilangan suatu eek yang tadinya ada dalan1 penguasaannya, n1aka pen1egang pada siapa eek itu ken1udian berada, ia pun tidak diharuskan n1clepaskannya1 keeuali eek itu diperoleh dengan itikad buruk, atau karena suatu kesalahan yang besar, tidak 111asalah apakah kesernuanya itu n1engenai eek kepada pe1nbawa (aan toonder), ataupun eek yang bisa diendose1nenkan clan yang atasnya pc1negang 1ne1nbuktikan haknya seperh diatur dalam Pasal 196. Pada Pasal 196 KUHD tertulis kepada orang lain1 iapun dianggap sebagai pen1egangnya yang sah1 apabila ia bisa 1ne1nbuktikan haknya dengan inen1perlihatkan deretan tidak tcrputus­putus dari segala pengendosen1enan eek itu, pun sekiranya endosen1en yang terakhir dilakukan dala111 blanko. Endosen1en.-endose1nen yang telah dicoret, dalan1 hubungan ini harus dianggap tidak tertulis. Apabila suatu endosen1en dalan1 blanko disusul dengan endose1nen lain, 1naka dianggaplah penandatanganan endosen1en yang terakhir ini tclah 1ncn1perolch eek tadi karena pengendose1nenan dalan1 blanko.

1-lulnnn Surar Berharga 5