4
Manajemen Secara garis besar, ada dua pendapat mengenai manajemen pada penanganan pharyngotonsillitis. Yang pertama adalah yang dikemukakan oleh Amerika, Perancis, dan Finlandia yang menyatakan bahwa GABHS pharyngitis adalah infeksi yang perlu segera dikenali dan ditangani untuk menghindari komplikasi. Hal ini berimplikasi untuk melakukan uji mikrobiologi yang bertujuan untuk mendeteksi jenis bakteri penyebabnya. Yang kedua dikemukakan oleh Inggris, Skotlandia, Belanda, dan Belgia yang berpendapat bahwa pharyngitis, termasuk didalamnya GABHS, adalah self limited disease dimana komplikasi nya tergolong rendah. Penggunaan antibiotic ditekan seminimal mungkin untuk mencegah adanya strain resisten. Penelitian kohort retrospektif yang dilakukan Petersen et al di pelayanan kesehatan primer di Inggris menemukan bahwa dari total pasien penderita infeksi saluran respirasi sebanyak 3.36 juta, 4000 diantaranya perlu dirawat untuk komplikasinya. Penelitian ini menarik kesimpulan bahwa penggunaan antibiotic tidak dibenarkan untuk mengurangi resiko komplikasi serius infeksi saluran nafas atas. Diagnosis dan indikasi perawatan Pedoman diagnosis memerlukan perhatian khusus pada uji mikrobiologi (kultur tenggorokan). Penggunaan Centor Score dapat

Dr Sudarman

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dr sudarman

Citation preview

Manajemen

Secara garis besar, ada dua pendapat mengenai manajemen pada penanganan pharyngotonsillitis. Yang pertama adalah yang dikemukakan oleh Amerika, Perancis, dan Finlandia yang menyatakan bahwa GABHS pharyngitis adalah infeksi yang perlu segera dikenali dan ditangani untuk menghindari komplikasi. Hal ini berimplikasi untuk melakukan uji mikrobiologi yang bertujuan untuk mendeteksi jenis bakteri penyebabnya. Yang kedua dikemukakan oleh Inggris, Skotlandia, Belanda, dan Belgia yang berpendapat bahwa pharyngitis, termasuk didalamnya GABHS, adalah self limited disease dimana komplikasi nya tergolong rendah. Penggunaan antibiotic ditekan seminimal mungkin untuk mencegah adanya strain resisten.Penelitian kohort retrospektif yang dilakukan Petersen et al di pelayanan kesehatan primer di Inggris menemukan bahwa dari total pasien penderita infeksi saluran respirasi sebanyak 3.36 juta, 4000 diantaranya perlu dirawat untuk komplikasinya. Penelitian ini menarik kesimpulan bahwa penggunaan antibiotic tidak dibenarkan untuk mengurangi resiko komplikasi serius infeksi saluran nafas atas.

Diagnosis dan indikasi perawatanPedoman diagnosis memerlukan perhatian khusus pada uji mikrobiologi (kultur tenggorokan). Penggunaan Centor Score dapat membantu dalam penegakan diagnosis, selain dikombinasikan dengan tanda dan gejala dari faringitis GABHS. Pasien dengan faringitis akut yang memenuhi lebih dari atau sama dengan 3 kriteria Centor Score dapat segera diberikan antibiotik. Jika hanya memenuhi kurang dari 2 kriteria, maka tidak perlu diberikan perawatan lebih lanjut. Pedoman yang ada di Inggris menyebutkan bahwa diperlukan penanganan segera dan pemberian antibiotic segera jika kondisi pasien sangat buruk, serta tanda dan gejala menunjukkan adanya penyakit serius atau komplikasi lanjut, atau jika adanya faktor pemberat (penyakit jantung, paru, ginjal, hati, imunosupresi, cystic fibrosis, serta anak yang lahir prematur).Bisno et al, pada pedoman IDSA (Infectious Diseases Society of America) menyatakn bahwa untuk mengidentifikasi pasien yang kemungkinan menderita GABHS faringitis perlu dilakukan pemeriksaan epidemiologi dan klinis. Jika pemeriksaan epidemiologi dan klinis menunjukkan kemungkinan GABHS, maka perlu dilakukan tes laboratorik, seperti tes kultur, jika positif, maka pemberian agen antibakteri diperlukan. Snow et al pada pedoman ACP (American College of Physicians) menyarankan penggunaan Centor Score untuk menegakkan diagnosis. Jika Centor Score lebih dari 2, maka uji mikrobiologis perlu dilakukan. Pasien dewasa dengan Centor Score lebih dari 4 perlu segera dirawat tanpa membutuhkan konfirmasi uji mikrobiologis. Meskipun begitu, pendapat ini masih diperdebatkan, karena pendekatan ini akan mengakibatkan over-treatment karena hanya sekitar 50% pasien dengan Centor Score 4 yang benar menderita streptoccal faringitis.Gerber et al dalam pernyataan ilmiah di AHA (American Heart Association) menyarankan untuk skrining pasien dengan kriteria klinis dan epidemiologi serta untuk melakukan kultur tenggorok pada semua pasien. Berfokus pada pasien pediatric, American Academy of Pediatrics merekomendasikan untuk mendapatkan konfirmasi laboratorium pada pasien dengan suspek GABHS. Untuk pengambilan spesimen dari swab tenggorok, harus diperhatikan bahwa anak harus berusia lebih dari 3 tahun, terdapat tanda dan gejala yang mengarah pada faringitis, epidemiologi terkait musim dan komunitas, termasuk kontak dengan penderita GABHS atau adanya anggota keluarga yang pernah menderita ARF atau poststreptococcal glomerulonephritis. Anak dengan tanda dan gejala infeksi virus ( coryza, konjungtivitis, hoarseness, batuk, stomatitis, atau diare) tidak perlu dilakukan uji laboratorium.Snow dan Bisno menyarankan bahwa perlu dilakukan uji kultur tenggorok jika hasil RADT negatif untuk mengkonfirmasi penemuan pada anak. Gerber et al menyatakan bahwa jika hasil RADT negatif, kultur tenggorok perlu dilakukan pada anak dan dewasa. Meskipun begitu, karena spesifitasnya yang tinggi, maka tidak diperlukan konfirmasi lagi untuk tes RADT jika hasilnya positif. Di Italia, pedoman regional Emilia Romagna menyarankan untuk melakukan uji RADT jika Centor Score lebih dari 2. Jika hasil RADT positif, maka pemberian antibiotic harus segera dimulai; jika hasilnya negatif, dan tanda klinis yang mengarah ke kecurigaan GABHS faringitis tinggi, maka tes kultur harus segera dilakukan. Jika Centor Score 5, maka pemeriksa perlu memutuskan untuk memberikan penanganan langsung atau melakukan uji mikrobiologi terlebih dahulu.