Upload
khoirihandayani
View
15
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas
Citation preview
RELAKSASI SISTEMATIS
UNTUK MEREDAKAN NYERI PASCA OPERASI
A. Latar Belakang
1. Latar Belakang Jurnal
Kebanyakan pasien pasca operasi mengalami rasa sakit, tidak hanya
menimbulkan ketidaknyamanan, tetapi juga dapat mengakibatkan
komplikasi dan pemulihan yang lama. Pembedahan perut adalah salah satu
jenis operasi yang paling menyakitkan karena dekat dengan diafragma dan
lintas-persarafan di daerah perut. Ambulasi setelah operasi perut telah
terbukti meningkatkan 31 % nyeri pasca operasi dan tidak kembali ke
keadaan semula setidaknya selama 10 menit setelah pasien kembali ke
tempat tidur. Sehingga, pasien tidak mau untuk melakukan ambulasi. Obat
analgesik tidak selalu memberikan bantuan yang cukup dan mungkin
memiliki efek samping. Oleh karena itu, penting untuk menambahkan
metode non-farmakologis untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien.
Relaksasi dapat meningkatkan kesejahteraan pasien dengan tidak adanya
risiko terapi invasif atau obat tambahan, dan dapat meningkatkan perasaan
nyaman pada pasien. Satu keuntungan besar dari relaksasi dalam situasi
klinis adalah bahwa pasien dapat menggunakannya secara mandiri.
Penggunaan tehnik relaksasi yang dikombinasikan dengan obat analgesik
memberikan pendekatan yang komprehensif untuk meredakan nyeri.
Studi dari beberapa negara telah menemukan bahwa relaksasi
menurunkan komponen sensorik dan afektif nyeri pasca operasi. Dua studi
yang diuji dengan relaksasi progresif menemukan bahwa relaksasi tersebut
dapat meningkatkan afektif atau perilaku terhadap nyeri. Beberapa studi
telah menemukan bahwa relaksasi dapat menurunkan asupan opioid
selama 24 jam pada pasien dengan nyeri pascaoperasi. Dengan demikian,
berbagai teknik relaksasi telah diuji, yang paling mendukung efek pada
nyeri pasca operasi. Teknik relaksasi memiliki efek samping yang minimal
dan memungkinkan pasien untuk belajar perawatan diri serta secara aktif
terlibat dalam manajemen rasa sakit yang mereka rasakan. Selain itu,
perawatan diri pasien dapat mengurangi kebutuhan untuk asuhan
keperawatan, mengingat biaya asuhan keperawatan dan kekurangan
perawat di banyak negara.
2. Latar Belakang Rumah Sakit
Nyeri sangat tidak menyenangkan dan merupakan sensasi yang
sangat personal dan tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat
memenuhi pikiran seseorang, mengarahkan semua aktivitas, dan
mengubah kehidupan seseorang. Namun nyeri adalah konsep yang sulit
untuk dikomunikasikan oleh seorang klien. Seorang perawat tidak adapat
merasa ataupun melihat nyeri yang dialami klien. Tidak ada dua orang
yang mengalami nyeri yang benar-benar sama. Selain itu, perbedaan
persepsi dan reaksi nyeri individual, serta banyak penyebab nyeri,
memunculkan situasi yang kompleks bagi perawat saat menyusun
perencanaan untuk meredakan nyeri dan memberikan kenyamanan.
Penatalaksanaan nyeri yang afektif adalah aspek penting dalam asuhan
keperawatan.
Nyeri lebih dari sekedar sebuah gejala, nyeri merupakan masalah
yang memiliki prioritas tinggi. Nyeri menandakan bahaya fisiologis dan
psikologis bagi kesehatan dan pemulihan. Nyeri berat dianggap sebagai
situasi darurat yang patut mendapat perhatian dan penanganan yang tepat.
Banyaknya pasien pasca operasi yang mengeluh nyeri membuat
kami tertarik untuk mencari suatu tindakan sederhana yang dapat
menurunkan rasa nyeri yang dialami oleh pasien.
B. METODE/KRITERIA SAMPEL
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 102 orang dewasa yang
menjalani operasi abdomen di sebuah rumah sakit besar di Thailand.
Relaksasi sistematis digunakan selama 15 menit selama pemulihan dari
ambulasi pertama setelah operasi. Nyeri diukur dengan 100 mm Sensasi
Analog Visual dan Distress dari skala nyeri sebelum dan sesudah intervensi.
Kecemasan diukur sebelum operasi dan setelah intervensi, asupan opioid
tercatat 6 jam kemudian.
Inklusi :
1. Berusia 20-65 tahun
2. Menerima injeksi intramuskular (IM) atau intravena (IV) (jika diperlukan)
analgesia.
3. Dirawat di rumah sakit selama dua hari atau lebih pasca operasi.
4. Dapat berbicara, membaca, dan menulis bahasa Thailand.
Eksklusi :
1. Mereka yang memiliki kesulitan belajar dan/atau psikosis dan/atau
ketergantungan opioid
C. PELAKSANAAN
1. Sehari sebelum operasi, peneliti berkonsultasi dengan staf keperawatan
untuk memilih pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Peserta direkrut
dan diuji secara individual.
2. Setiap peserta diwawancarai untuk memperoleh data demografis, dan
tingkat kecemasan peserta sebelum operasi.
3. Peneliti memberikan penjelasan tentang VAS, dan peserta secara acak
dipilh ke dalam kelompok relaksasi dan kelompok kontrol. Semua peserta
diberikan petunjuk untuk keluar dari tempat tidur sesuai dengan standar
rumah sakit.
4. Peserta dalam kelompok relaksasi kemudian mendengarkan rekaman dan
berlatih teknik relaksasi sebelum operasi. Peserta diukur pada awal dan
diakhir dari 15 menit penggunaan terapi.
5. Sebelum ambulasi pertama pasca operasi, peneliti mengunjungi bangsal
bedah dan data rekaman dari catatan pasien, termasuk jam operasi,
panjang, lokasi, arah sayatan, dan penerimaan opioid dalam jam sebelum
ambulasi.
6. Selanjutnya, peneliti pergi ke tempat tidur dan membantu peserta agar
dapat keluar dari tempat tidur dan melakukan ambulasi. Semua peserta
diingatkan untuk menjaga sayatan bedah mereka saat mereka bangkit dari
tempat tidur.
7. Ketika mereka telah selesai dan kembali ke tempat tidur, sensasi pretest
dari rasa sakit dan penderitaan nyeri diukur pada awal pemulihan mereka
dari ambulasi.
8. Kemudian, peserta dalam kelompok intervensi diberi relaksasi tape dan
peneliti duduk di samping tempat tidur selama 15 menit untuk mengukur
perhatian dan penguasaan.
9. Kelompok kontrol beristirahat dengan tenang di tempat tidur dengan
waktu yang sama.
10. Kemudian, pasca-tes sensasi dan kesusahan rasa sakit dan kecemasan
diukur.
11. Opioid diberikan selama 6 jam setelah intervensi diberikan yang tercatat
dari catatan. Pada hari ke-2 setelah operasi, peserta kelompok relaksasi
dikunjungi lagi dan bertanya apakah mereka terus menggunakan teknik
relaksai tanpa rekaman relaksasi.
D. PEMBAHASAN
E. DISKUSI
F. KEUNGGULAN JURNAL
1. Judul jurnal, pembahasan dan hasil jurnal sesuai.
2. Penelitian membagi sample menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
kontrol dan intervensi, sehingga lebih mudah untuk memperbandingkan
dan menyimpulkan hasil penelitian.
3. Hasil dari penelitian ini bisa ditiru atau diaplikasikan di rumah sakit lain
dan sangat berguna.
G. KELEMAHAN JURNAL
1. Dalam jurnal ini tidak dijelaskan lagu yang diberikan untuk melakukan
terapi relaksasi.
H. MANFAAT BAGI RUMAH SAKIT
Terapi relaksasi ini dapat di gunakan di rumah sakit di bangsal rawat
inap dan diperlukan seorang petugas yang ulet untuk mengobservasi antara
setelah antara sebelum dan sesudah diberikan terapi. Untuk mengurangi rasa
nyeri pasien post-operasi dan mempersingkat waktu perawatan di bangsal.
Maka, diharapkan RSUD Sukoharjo dapat memngaplikasikan cara tersebut.
I. MANFAAT BAGI PERAWAT
Terapi relaksasi ini dapat mandiri dan mengurangi ketergantungan
pasien kepada perawat untuk mengurangi rasa nyeri yang dihadapi, sehingga
pasien tidak terpaku hanya kepada obat yang diberikan oleh dokter dan selalu
bertanya kepada perawat. Membuat tugas perawat menjadi lebih ringan.
J. MANFAAT BAGI UMUM