Upload
adhi-sapoetra
View
231
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan merupakan hal yang sangat penting danstrategis bagi keberlangsungan hidup
umat manusia. Kebutuhan manusia akanpangan ialahhal yang sangat mendasar, sebab
konsumsi pangan adalah salah satu syarat utama penunjang kehidupan. Pada konferensi
tingkat tinggi (KTT) Pangan Sedunia tahun 1996 di Roma – Italia, para pemimpin negara dan
pemerintahan telah mengikrarkan komitmenbersama untuk mencapai ketahanan pangan
sebagai upayamelawan kelaparan.Kini pangan ditetapkan sebagai bagian dari hak asasi
manusia yang penyelenggaraannyawajib dijamin oleh Negara.
Penyelenggaraan urusan pangan di Indonesia diatur melalui Undang- Undang Pangan
Nomor 18 Tahun 2012 pengganti Undang-Undang Pangan Nomor 7 Tahun 1996, yang
dibangun berlandaskan kedaulatan dan kemandirian pangan. Hal ini menggambarkan bahwa
apabila suatu negara tidak mandiri dalam pemenuhan pangan, maka kedaulatan negara bisa
terancam. Dalam Undang-Undang Pangan ini menekankan pada pemenuhan kebutuhan
pangan di tingkat perorangan, dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia,
sosial, ekonomi dan kearifan lokal secara bermanfaat.
Beberapa hasil kajian menunjukan ketersediaan pangan yang cukup secara nasional
terbukti tidak menjamin perwujudan ketahanan pangan pada tingkat wilayah (regional),
rumah tangga dan individu. Data menunjukan bahwa jumlah proporsi rumah tangga yang
kekurangan gizidi setiap propinsi masih tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut,
penganekaragaman pangan menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan ketahanan
pangan menuju kemandirian dan kedaulatan pangan. Dari segi fisiologis juga dikatakan,
bahwa untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif manusia memerlukan lebih dari 40 jenis
zat gizi yang terdapat pada berbagai jenis makanan, sebabtidak ada satupun jenis pangan
yang lengkap zat gizinya selain air susu ibu (ASI).
Kualitas konsumsi pangan masyarakat Indonesia ditinjau melalui pola pangan harapan
(PPH), menunjukkan bahwa skor mutu konsumsi pangan penduduk Indonesia periode 2009-
2011mengalami fluktuasi. Hal ini diindikasikan dengan kondisi yang naik turun pada skor
PPH mulai dari 75,7 pada tahun 2009 naik menjadi 77,5 pada tahun 2010, kemudian turun
lagi pada tahun 2011 menjadi 77,3. Bahkan konsumsi kelompok padi-padian masih sangat
besar dengan proporsi sebesar 61,8 persen.Situasiseperti ini terjadi karena pola konsumsi
pangan masyarakat yang kurang beragam, bergizi seimbang, dan aman serta diikuti dengan
semakin meningkatnya konsumsi terhadap produk impor, antara lain gandum dan terigu.
Sementara itu, konsumsi bahan pangan lainnya dinilai masih belum memenuhi komposisi
ideal yang dianjurkan, seperti pada kelompok umbi, pangan hewani, sayuran dan aneka buah.
DRAFT
2
Secara umum upaya penganekaragaman pangan sangat penting untuk dilaksanakan
secara massal, mengingat trend permintaan terhadap beras kianmeningkat seiring dengan
derasnya pertumbuhan penduduk, semakin terasanya dampak perubahan iklim, adanya efek
pemberian beras bagi keluarga miskin(Raskin) sehingga semakin mendorong masyarakat
yang sebelumnya mengonsumsi pangan pokok selain beras menjadi mengonsumsi beras
(padi), serta belum optimalnya pemanfaatan pangan lokal sebagai sumber pangan pokok bagi
masyarakat setempat.
Pelaksanaan kegiatan P2KP ini merupakan implementasi dari Rencana Strategis
Kementerian Pertanian yaitu Empat Sukses Pertanian, yang salah satunya ialah mengenai
Peningkatan Diversifikasi Pangan, yang merupakan salah satu kontrak kerja antara Menteri
Pertanian dengan Presiden RI pada tahun 2009-2014, dengan tujuan untuk meningkatkan
keanekaragaman pangan sesuai dengan karakteristik wilayah. Kontrak kerja ini merupakan
tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Kebijakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, yang ditindaklanjuti
oleh Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Gerakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Peraturan tersebut kini
menjadi acuan untuk mendorong upaya penganekaragaman konsumsi pangan dengan cepat
melalui basis kearifan lokalserta kerjasama terintegerasi antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan masyarakat. Di tingkat propinsi, kebijakan tersebut harus ditindaklanjuti melalui
Peraturan Gubernur (Pergub), dan di tingkat kabupaten/kota ditindaklanjuti melalui Peraturan
Bupati/Walikota (Perbup/Perwalikota) ataupun sebagainya.
Sebagai bentuk keberlanjutan programPercepatan Penganekaragaman Konsumsi
Pangan (P2KP) Berbasis Sumber Daya Lokal tahun 2010, pada tahun 2013program P2KP
diimplementasikan melalui kegiatan: (1) Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan
melaluikonsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), (2) Model Pengembangan Pangan
Pokok Lokal (MP3L), serta (3) Sosialisasi dan Promosi P2KP. Melalui tiga kegiatanbesar ini
diharapkan dapat meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat untuk membentuk
pola konsumsi pangan yang baik. Disamping itu perlu dijalin kerjasama kemitraan dengan
pihakswasta yang antara lain bisa berupaCorporate Social Responsibility (CSR)/Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) baik di bidang pangan maupun sekitarnya.
Demografigerakan P2KP sangat jelas di lapangan, terutama pada tingkat propinsi dan
kabupaten/kota, baik itu melalui integrasi berbagai kegiatan dalam mewujudkan
pengembangan ekonomi daerah, maupun dari segi pelaksanaan dan pembiayaannya. Selain
itu, Gubernur dan Bupati/Walikota sebagai integrator utama memiliki peranan penting dalam
mengoordinasikan gerakan P2KP, khususnya terhadap Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) sebagai agen pembawa perubahan (agent of change).
Disamping untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, gerakan P2KP ini juga
ditujukan untuk meningkatkan keragaman dan kualitas konsumsi pangan masyarakat agar
3
lebih beragam, bergizi seimbang dan aman guna menunjang hidup sehat yang aktif dan
produktif.
Untuk itu, Pedoman Umum Gerakan P2KP tahun 2013 ini ditetapkan sebagai acuan
penyelenggaraan program P2KPsehingga dapat berjalan dengan baik di tingkat pusat maupun
di provinsi dan kabupaten/kota untuk menyukseskan upaya peningkatan diversifikasi pangan.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan P2KP tahun 2013 terdiri atas:
1. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep KRPL
Optimalisasi pemanfaatan pekarangan dilakukan melalui upaya pemberdayaan wanita
untukmengoptimalkan manfaat pekarangan sebagai sumber pangan dengan
membudidayakan berbagai jenis tanaman sesuai kebutuhan keluargaseperti aneka umbi,
sayuran, buah, serta budidaya ternak dan ikan demi menunjang ketersediaan sumber
karbohidrat, vitamin, mineral, protein dan lemak untuk keluarga dengan lokasi yang saling
berdekatan sehingga dapat membentuk sebuah kawasan yang kaya akan sumber pangan
lokal. Pendekatannya dilakukan dengan mengembangkan pertanian berkelanjutan
(sustainable agriculture)antara lain dengan membangun kebun bibit dan mengutamakan
sumber daya lokal disertai dengan pemanfaatan pengetahuan lokal (local wisdom)
sehingga kelestarian alam pun ikut tetap terjaga.
Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan dengan konsep KRPL dilaksanakan
melalui pendampingan oleh Penyuluh Pendamping P2KP desa dan Pendamping P2KP
kabupaten/kota, serta dikoordinasikan bersama dengan aparat kabupaten/kota.
Pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan kemampuan kelompok wanita dalam
pengembangan pangan lokal (budidaya dan pengolahan pangan), dan membudayakan pola
konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman diharapkan juga dapat
memicu pengembangan usaha rumah tangga di bidang pangan sebagai bentuk peningkatan
ekonomi keluarga setelah kebutuhan gizi keluarganya terpenuhi.
Di setiap desa mempunyai kebun bibit (pengadaan bibit, pupuk dan kebutuhan
penyemaian benih) untuk memasok kebutuhan bibit tanaman/ternak/ikan bagi anggota
kelompok dan masyarakat, sehingga terciptanya keberlanjutan kegiatan. Pengembangan
kebun bibit ini disarankan agar diintegerasikan dengan kegiatan pembibitan yang ada di
Direktorat Jenderal Hortikultura dan Badan Litbang Kementerian Pertanian.
Di setiap desa pelaksana P2KP dana bansos juga diarahkan untuk mengembangkan
kebun sekolah (PAUD/TK/SD/SMP/SMA) yang berada di lokasi desa tersebut, pembinaan
dilakukan oleh pandampingan desa P2KP sejalan dengan pembinaan yang dilakukan
terhadap kelompok wanita P2KP dan berkoordinasi dengan sekolah yang bersangkutan.
Kebun bibit yang dikembangkan di desa P2KP juga menyuplai bibit untuk kebun sekolah.
4
2. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L)
Sejauh ini pemanfaatan pangan lokal sudah sampai pada tahapan penyediaan aneka
tepung. Kedepan diharapkan aneka tepung ini dapat mensubstitusi beras dan terigu sebagai
sumber karbohidrat. Melalui teknologi pengolahan pangan dapat dikembangkan “nasi non-
beras” yang dapat disandingkan dengan “nasi beras” sebagai menu makanan sehari-hari
serta mendorong dan mengembangkan penganekaragaman pangan khususnya berbasis
aneka tepung berbahan baku lokal serta pengembangan pengolahan tepung lokal menjadi
pangan ”intermediate.”
Tujuan dari kegiatan MP3L adalah untuk mengembangkan pangan lokal sumber
karbohidrat selain beras dan terigu yang secara khusus dipersiapkan untuk mendukung
pelaksanaan program pangan bersubsidi bagi keluarga berpendapatan rendah. Kegiatan ini
dilaksanakan melalui kerjasama dengan berbagai instansi terkait yang bertujuan untuk:
a. Mengembalikan kesadaran masyarakat untuk kembali pada pola konsumsi pangan
pokok asalnya melalui penyediaan bahan pangan non-beras/non-terigu dari sumberdaya
lokal.
b. Perbaikan mutu konsumsi pangan masyarakat melalui penurunan konsumsi beras dan
peningkatan konsumsi pangan pokok selain beras yang diimbangi dengan konsumsi
pangan hewani serta sayur dan buah.
3. Sosialisasi dan Promosi P2KP
Kegiatan Sosialisasi dan Promosi P2KP dimaksudkan untuk memasyarakatkan dan
membudayakan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman kepada
masyarakat melalui upaya-upaya penyebarluasan informasi, penyadaran sikap dan perilaku
serta ajakan untuk memanfaatkan pangan lokal sebagai sumber gizi keluarga demi
terciptanya pola hidup yang sehat, aktif dan produktif.
Kepemimpinan formal (Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota, hingga Kepala Desa)
berperan sentral sebagai panutan dan tokoh penggerak dalam gerakan P2KP. Sedangkan
kepemimpinan informal (tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama) berperan sebagai
panutan dalam mendukung Gerakan P2KP. Untuk itu himbauan baik tertulis maupun
melalui media komunikasi perlu disertai dengan contoh kongkrit tentang pentingnya
diversifikasi pangan sebagai pemenuh gizi keluarga.
Pelaksanaan gerakan P2KP memerlukan dukungan, peran serta dan sinergi dari
lembaga/instansi dan pemangku kepentingan seperti Kementerian Pertanian (Badan
PSDMP, Badan Litbangtan, Dirjen Tanaman Pangan, Dirjen Hortikultura, dan Dirjen
PPHP), Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian
Perdagangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Perindustrian, Kementerian
Kehutanan, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, Bappenas, BKKBN, lembaga
5
pendidikan, tokoh masyarakat, lembaga adat dan agama, BUMN/BUMD, pelaku usaha,
dan organisasi non-pemerintah seperti PKK, SIKIB, Kowani, dan lain sebagainya.
Kerjasama ini dapat dilakukan secara sinergis melalui pelaksanaan gerakanP2KP
sesuaiperaturan yang ada.
Peran pelaku usaha (swasta) dalam mendukung gerakan P2KP dapat dilakukan antara
lain melalui pemanfaatan dana Corporate Social Responsibility (CSR)/Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan (PKBL). Peran kelembagaan non-formal dalam hal ini juga sangat
penting dalam menyukseskan upaya diversifikasi pangan untuk kesejahteraan bangsa.
Lomba Cipta Menu (LCM) merupakan salah satu ajang tahunan yang digelar untuk
mendukung upaya P2KP.LCM dimaksudkan sebagai bentuk peningkatan diversifikasi
pangan melalui kompetisi penciptaan menu B2SA berbasis pangan lokal mulai tingkat
kabupaten/kota, propinsi, hingga tingkat nasional.
Pameran diversifikasi pangan dilaksanakan sebagai bentuk promosi pangan lokal yang
antara lain dilakukan dengan menampilkan aneka pangan lokal, produk olahan pangan
lokal, hingga demo masak pangan lokal. Pameran diversifikasi dimaksudkan untuk
memudahkan interaksi antara pemerintah dengan para pengunjung, baik itu masyarakat
umum maupun pelaku usaha. Pada puncak peringatan HPS tingkat nasional, setiap
propinsi diberikan kesempatan untuk menampilkan produk olahan pangan lokalnya pada
stand masing-masing daerah.
No Kegiatan Sub Kegiatan
1.
Gerakan dan kampanye P2KP
Advokasi gerakan P2KP kepada tokoh masyarakat dan
para pemangku kepentingan
Aksi nyata gerakan P2KP secara kreatif dan inovatif
bersama-sama antara pemerintah, akademisi, swasta,
LSM, serta masyarakat
Seminar/lokakarya peningkatan diversifikasi pangan
2.
Lomba Cipta Menu B2SA
Kerjasama dengan PKK
Kerjasama dengan akademisi dan organisasi profesi
Kerjasama dengan pihak swasta
3.
Promosi Media Massa
Pemasangan billboard/baliho gerakan P2KP di tempat-
tempat umum
Penyiaran jingle P2KP di radio
Penayangan iklan layanan masyarakat P2KP di televisi
4. Pameran Diversifikasi Pangan Promosi pangan pokok local
Penyediaan icip-icip produk olahan pangan lokal
Demo masak berbasis pangan lokal
C. Dasar Hukum
Dasar hukum pelaksanaan gerakan P2KP adalah:
6
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan, dalam salah satu pasalnya
menyatakan bahwa dalam penyelenggaraan pangan berdasarkan pada azas kedaulatan,
kemandirian, ketahanan, keamanan, manfaat, keadilan, keberlanjutan dan keadilan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Pangan.
3. Peraturan Presiden Nomor 24 tahun 2010 Tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara.
4. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2006 Tentang Dewan Ketahanan Pangan.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
6. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Kebijakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal;
7. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Gerakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal.
8. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Ketahanan Pangan.
9. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 45 Tahun 2011 Tentang Tata Hubungan Kerja
Antar Kelembagaan Teknis, Penelitian dan Pengembangan, dan Penyuluhan Pertanian
Dalam Mendukung Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).
10. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 81/PMK.05/2012 tentang
Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian Negara/Lembaga.
11. Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2010 tentang Pembangunan yang berkeadilan
• Kementerian PPN/Bappenas bertanggung jawab dalam Penyusunan Rencana Aksi
Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011-2015.
• Pemerintah Propinsi melalui Gubernur diinstruksikan untuk menyusun Rencana
Aksi Daerah Pangan dan Gizi (atau disingkat RAD-PG) pada Tahun 2011
D. Pengertian
1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian,
perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku Pangan, dan bahan
lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan
makanan atau minuman.
7
2. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan
produktif secara berkelanjutan.
3. Penganekaragaman Pangan adalah upaya peningkatan ketersediaan dan konsumsi
pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi sumber daya lokal.
4. Pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA) adalah aneka ragam bahan
pangan baik sumber karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan lemak yang apabila
dikonsumsi dalam jumlah berimbang dapat memenuhi kecukupan gizi yang dianjurkan.
5. Sosialisasi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman adalah upaya
penyebarluasan informasi untuk memasyarakatkan dan membudayakan pola konsumsi
pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman kepada masyarakat khususnya ibu
hamil dan anak usia dini untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif.
6. Pangan Lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai
dengan potensi dan kearifan lokal.
7. Beras Analog adalah pangan pokok berbentuk seperti butiran beras padi yang bahan
bakunya dapat berasal dari kombinasi bahan tepung lokal dan atau dicampur dengan
padi.
8. Pola Konsumsi adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan
makanan rata-rata per orang per hari, yang umum dikonsumsi masyarakat dalam jangka
waktu tertentu.
9. Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan ragam pangan yang didasarkan pada
sumbangan energi dari kelompok pangan utama (baik secara absolut maupun dari suatu
pola ketersediaan dan atau konsumsi pangan).
10. Pekarangan adalah lahan yang ada di sekitar rumah dengan batas pemilikan yang jelas
(lahan boleh berpagar dan boleh tidak berpagar) serta menjadi tempat tumbuhnya
berbagai jenis tanaman dan tempat memelihara berbagai jenis ternak dan ikan.
11. Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar
mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses
informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestariaan fungsi lingkungan.
12. Pendamping P2KP adalah penyuluh pertanian/penyuluh tenaga harian lepas - tenaga
bantu penyuluh pertanian (THL-TBPP) atau aparat yang menangani P2KP yang telah
mengikuti pelatihan pendampingan P2KP, dan bertugas untuk mendampingi serta
membimbing kelompok sasaran kegiatan P2KP di wilayahnya.
13. Demplot adalah kawasan/area yang terdapat dalam kawasan SL-P2KP yang berfungsi
sebagai lokasi percontohan, temu lapang, tempat belajar dan tempat praktek
pemanfaatan pekarangan yang disusun dan diaplikasikan bersama oleh kelompok.
14. Sekolah Lapangan (SL) adalah suatu model pelatihan yang dilaksanakan secara
bertahap dan berkesinambungan untuk mempercepat proses peningkatan kompetensi
8
sasaran, dimana proses berlatih melatih dilaksanakan melalui kegiatan belajar sambil
mengerjakan dan belajar untuk menemukan atau memecahkan masalah sendiri, dengan
berasaskan kemitraan antara pelatih dan peserta.
15. SL-P2KP adalah suatu tempat pendidikan non-formal bagi masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pengembangan pemanfaatan
pekarangan dalam rangka percepatan penganekaragaman konsumsi pangan sesuai
dengan sumberdaya lokal.
16. Laboratorium Lapangan (LL) adalah kawasan/area yang terdapat pada kawasan SL-
P2KP berfungsi sebagai lokasi percontohan, temu lapang, tempat belajar dan praktek
penerapan teknologi disusun dan diaplikasikan bersama oleh kelompok.
17. Kebun Sekolah adalah halaman atau lahan yang ada di sekitar sekolah dengan batas
penguasaan yang jelas, dapat dimanfaatkan untuk budidaya berbagai jenis
tanaman/tumbuhan, ternak atau ikan.
18. Kebun Bibit adalah area/kebun milik kelompok yang dijadikan/ difungsikan sebagai
tempat untuk pembibitan bagi kelompok. Kegiatan pembibitan dimaksudkan untuk
penyulaman atau penanaman kembali demplot kelompok maupun pekarangan milik
anggota dan masyarakat desa.
19. Desa atau yang disebut dalam UU No. 32/2004 diartikan sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, berwewenang untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
20. Desa P2KP adalah desa yang telah ditunjuk sebagai penerima manfaat dan pelaksana
kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan.
21. Kelompok P2KP adalah kelompok wanita yang telah ditunjuk sebagai penerima
manfaat dan pelaksana kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan,
yaitu yang sudah eksis dan beranggotakan minimal 10 rumah tangga.
22. Corporate Social Responsibility (CSR) atau Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh
perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggung jawab
perusahaan terhadap sosial/lingkungan sekitar tempat perusahaan tersebut berada.
Bentuk tanggung jawab bermacam-macam mulai dari melakukan kegiatan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian
beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum,
sumbangan yang bersifat sosial dan berguna bagi masyarakat banyak.
23. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal(MP3L)adalah kegiatan untuk
menghasilkan model pengembangan produk pangan pokok sesuai karakteristik daerah
berbasis sumber daya lokal.
24. Rumah Pangan Lestari adalah sebuah konsep hunian yang secara optimal
memanfaatkan pekarangannya sebagai sumber pangan dan gizi keluarga secara
berkelanjutan.
9
25. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) adalah sebuah konsep lingkungan
perumahan penduduk yang secara bersama-sama mengusahakan pekarangannya secara
intensif untuk dimanfaatkan sumber pangan secara berkelanjutan dengan
mempertimbangkan aspek potensi wilayah dan kebutuhan gizi warga setempat.
26. Lomba Cipta Menu (LCM) adalah ajang perlombaan tahunan yang diikuti oleh
kelompok wanita dalam menciptakan menu makanan berbasis pangan lokal yang
diselenggarakan di tingkat kabupaten/kota, tingkat propinsi, dan tingkat nasional.
10
BAB II
TUJUAN, SASARAN, DAN INDIKATOR KELUARAN
A. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Secara umum tujuan kegiatan P2KP adalah untuk memfasilitasi dan mendorong
terwujudnya pola konsumsi pangan masyarakat yang beragam, bergizi seimbang dan
aman yang diindikasikan dengan meningkatnya skor Pola Pangan Harapan (PPH).
Adapun tujuan dari Pedoman P2KP ini adalah sebagai acuan bagi pelaksana kegiatan
baik di tingkat Pusat maupun Daerah, sehingga kegiatan P2KP dapat berjalan optimal
dan mencapai sasaran yang diharapkan.
2. Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan kesadaran, peran, dan keikutsertaan masyarakat dalam mewujudkan
pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman serta
mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan tertentu melalui analisis situasi
konsumsi dan pola konsumsi pangan di lokasi P2KP.
b. Meningkatkan partisipasi kelompok wanita dalam penyediaan sumber pangan dan
gizi keluarga melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan sebagai penghasil
sumber karbohidrat, vitamin, mineral dan protein untuk konsumsi keluarga.
c. Meningkatkan pengembangan bisnis dan industri pengolahan pangan sumber
karbohidrat selain beras dan terigu yang berbasis sumber daya lokal, aman,
terjangkau dan dapat diterima oleh masyarakat.
B. Sasaran
1. Sasaran Kegiatan
Mengacu pada tujuan di atas, sasaran kegiatan P2KP ialah:
a. Meningkatnya kesadaran dan peranserta masyarakat dalam mewujudkan pola
konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman serta menurunnya
tingkat ketergantungan masyarakat terhadap bahan pangan tertentu dengan
pemanfaatan pangan lokal.
b. Berkembangnya bisnis dan industri pengolahan pangan sumber karbohidrat selain
beras dan terigu yang berbasis sumber daya lokal, aman, terjangkau dan dapat
diterima oleh masyarakat di lokasi sasaran yang telah ditentukan.
2. Sasaran Lokasi Kegiatan
Kegiatan P2KP tahun 2013 dilaksanakan dengan sasaran lokasi sebagai berikut:
11
a. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep KRPL dilaksanakan di 5000
desa baru dan 1280 desa lanjutan tahun 2012; pada 497 kabupaten/kota di 33
propinsi.
b. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L) dilaksanakan di 30
kabupaten/kota pada 17 propinsi.
c. Sosialisasi dan Promosi P2KP dilaksanakan di 33 propinsi.
C. Indikator Keluaran
Keberhasilan kegiatan P2KP akan tercermin dari indikator berikut:
1. Meningkatnya jumlah partisipasi wanita dalam penyediaan pangan keluarga yang
beragam, bergizi seimbang, dan aman.
2. Meningkatnya jumlah usaha pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan, dan
penyediaan pangan sumber karbohidrat dari bahan pangan lokal.
3. Terciptanya model pengembangan pangan pokok lokal sesuai dengan karakteristik
daerah.
4. Meningkatnya motivasi, partisipasi, dan aktivitas masyarakat dalam gerakan P2KP.
5. Meningkatnya kualitas konsumsi pangan masyarakat melalui penghitungan skor PPH.
12
BAB III
KERANGKA PIKIR
A. Kebijakan
Berdasarkan Perpres Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal dan Permentan Nomor 43 Tahun 2009 tentang
Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan, menjadi acuan bagi Pemerintah dan
Pemerintah Daerah dalam melakukan perencanaan, penyelenggaraan, evaluasi, dan pengendalian
kegiatan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal.
B. Rancangan Kegiatan
Gerakan P2KP pada tahun 2013 dilakukan melalui 3 kegiatan utama yaitu:
1. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari
(KRPL), dilaksanakan dalam rangka fasilitasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan
kepada kelompok wanita dengan rincian pengadaan kebun bibit untuk kelompok tahun
2012 (tahun kedua); dan pengembangan pekarangan anggota, pengadaan kebun bibit,
serta untuk pengadaan alat mendukung kegiatan KRPL (budidaya dan pasca panen)
untuk kelompok tahun 2013 (tahun pertama).
2. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L), kegiatan MP3L ini akan
dilakukan dengan inti kegiatan mendorong penyediaan bahan pangan lokal selain beras
dan terigu dalam mendukung pola konsumsi pangan pokok yang beragam, bergizi
seimbang, dan aman melalui:
Bantuan penyediaan alat untuk menghasilkan produk pangan pokok berbahan baku
pangan lokal;
Fasilitasi dan pendampingan kepada UMKM untuk mengembangkan bisnis dan
industri berbasis pangan lokal dalam penyediaan bahan pangan pokok lokal non-
beras untuk masyarakat.
Kajian terhadap produk pangan pokok berbahan baku pangan lokal, meliputi :
spesifikasi produk, daya terima konsumen dan kelembagaan.
Sebagai keberlanjutan dari kegiatan MP3L tahun 2012 yang dikembangkan di 10
kabupaten di 9 propinsi, pada tahun 2013 akan dikembangkan menjadi 30 kabupaten di
17 propinsi.
Pelaksanaan kegiatan MP3L didampingi oleh perguruan tinggi setempat yang
menangani pengembangan teknologi pangan. Kerjasama dengan perguruan tinggi ini
dimaksudkan untuk membantu dan mendukung Badan/Kantor/Dinas yang menangani
ketahanan pangan tingkat propinsi dalam melaksanakan kegiatan P2KP.
13
3. Sosialisasi dan Promosi P2KP, dilaksanakan melalui berbagai macam media baik itu
media massa cetak maupun elektronik, pameran diversifikasi pangan fokus pada
pengembangan pangan pokok lokal berbasis tepung-tepungan, seperti kudapan, mie dan
beras analog, gerakan (aksi) diversifikasi kampanye kreatif dan inovatif dalam
memperkaya citra pangan lokal, serta melalui pelibatan tokoh formal dan informal yang
berpengaruh di masyarakat.
Selain rencana kegiatan utama program P2KP diatas, dilakukan juga kegiatan
pendukung pencapaian indikator keluaran program ini yang dilakukan oleh provinsi dan
kabupaten/kota, yaitu:
1. Lomba Cipta Menu Pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman, dengan tujuan
untuk menumbuhkan dan/atau meningkatkan kesadaran mereka terhadap “Pangan
Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman” (B2SA), sebagai salah satu bentuk sosialisasi
konsumsi pangan B2SA yang dilaksanakan secara berjenjang, mulai tingkat kabupaten,
provinsi, sampai ke tingkat nasional. Lomba Cipta Menu tingkat nasional akan diikuti
oleh peserta dari pemenang lomba tingkat provinsi. Peserta lomba akan menyajikan
menu makanan dalam bentuk display. Menu yang disajikan adalah menu B2SA
berbasis sumber daya lokal yang dapat diterapkan sebagai menu keluarga sehari-hari,
dan bukan hanya pada saat lomba saja.
2. Analisis Situasi Konsumsi Pangan di Wilayah Program P2KP, dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui gambaran kuantitas dan kualitas konsumsi pangan, khususnya di
desa penerima program P2KP. Kegiatan ini dilakukan di 250 kab/kota terpilih, dengan
minimum sampel 6 desa per kab/kota (desa lama maupun desa baru penerima program)
dan masing-masing desa diambil 10-30 rumah tangga sampel, sehingga kisaran total
sampel setiap kabupaten sebesar 60-180 rumah tangga, dan total sampel nasional
sebesar 15000 s.d 45000 rumah tangga. Kegiatan pemantauan survey konsumsi di
wilayah P2KP ini dilakukan dua tahap yaitu awal dan akhir tahun pelaksanaan program
2013. Metode survey konsumsi/pemantauan konsumsi pangan dilakukan dengan
menggunakan Food Record Method (Pencatatan konsumsi pangan secara mandiri).
Tahap pengambilan data konsumsi dilakukan oleh penyuluh pendamping desa P2KP
dan penyuluh pendamping kab/kota P2KP. Tahap analisis dan pelaporan dilakukan
oleh petugas yang menangani konsumsi di kab/kota dan provinsi. Analisis dilakukan
untuk melihat peningkatan kualitas konsumsi pangan berdasarkan Pola Pangan Harapan
(PPH). Melalui pemantauan konsumsi ini diharapkan dapat mengukur indikator
keberhasilan program P2KP.
Kegiatan tersebut harus dilaksanakan secara simultan sehingga tujuan dari gerakan P2KP
dapat terwujud sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
14
Mengacu pada Perpres Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal, maka dalam pelaksanaan
kegiatan P2KP mengoptimalkan peran instansi dan pemangku kepentingan (stakeholders)
terkait, seperti Dewan Ketahanan Pangan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian
Perindustrian, Kementerian Kehutanan, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal,
lembaga pendidikan, tokoh masyarakat, lembaga adat dan agama, BUMN/BUMD, pelaku
usaha, dan LSM (PKK, SIKIB, Kowani), dan lain sebagainya.
Proses pemilihan Desa P2KP dilakukan berdasarkan identifikasi Calon Penerima dan
Calon Lokasi (CP/CL) sesuai dengan kriteria, yaitu: a) kelompok wanita yang beranggotakan
minimal 30 rumah tangga yang berdomisili berdekatan dalam satu kawasan; dan b) bukan
penerima Bansos lainnya.
Keberhasilan pelaksanaan gerakan P2KP bergantung pada sinergi kerjasama antara
aparat Pemerintah Daerah dari berbagai instansi terkait, Penyuluh Pendamping dan Penerima
Manfaat. Agar kegiatan dilaksanakan dengan tepat sasaran maka harus diidentifikasi dengan
benar akar masalah yang ada di lapangan dan melakukan pendekatan yang menyeluruh
kepada masyarakat. Pelaksana kegiatan sebaiknya dari kelompok-kelompok yang telah
mengakar di masyarakat dan mempunyai keinginan serta komitmen sebagai perintis gerakan
P2KP. Secara utuh, kegiatan ini diarahkan untuk menjadi kebutuhan kelompok/masyarakat
sehingga keberadaan dan perkembangannya akan bersifat berkelanjutan dan tidak sebatas
keproyekan.
Penyuluh Pendamping P2KP memiliki peran terdepan dalam keberhasilan gerakan
P2KP, termasuk didalamnya memperbaiki perilaku konsumsi pangan masyarakat.
Kemampuan utama yang perlu dikembangkan seorang Penyuluh Pendamping P2KP adalah
dari sisi kepemimpinan (leadership), manajemen, dan kewirausahaan (entrepreneurship),
disamping kemampuan untuk menggerakkan masyarakat, membangun jejaring, dan menjadi
contoh nyata bagi masyarakat, serta berperan sebagai fasilitator dan penyedia input
intelektual.
C. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam mendukung pelaksanaan gerakan P2KP, antara lain
ialah:
1. Peranan para pemimpin sebagai tokoh panutan
Pemimpin memiliki pengaruh besar sebagai tokoh panutan, baik itu pemimpin formal
maupun informal. Peranan para pemimpin formal dapat diwujudkan melalui penerbitan
peraturan mengenai gerakan P2KP, sedangkan peranan pemimpin informal dapat diwujudkan
melalui dukungan dan peranserta didalam gerakan P2KP.
2. Kampanye Gerakan P2KP
15
Kampanye dilaksanakan untuk menyinergikan dan mengintegrasikan gerakan P2KP
baik itu di tingkat Pusat maupun Daerah yang antara lain dilakukan dengan cara
mengadvokasi para pemimpin, menyosialisasilan kegiatan P2KP kepada para pemangku
kepentingan, dan mempromosikan pangan lokal kepada masyarakat luas secara formal
maupun informal.
3. Pengembangan usaha pengolahan pangan lokal
Pengembangan usaha pengolahan pangan lokal diarahkan untuk memicu kegiatan
usaha mikro/kecil dalam mengolah pangan lokal menjadi produk antara (intermediate
product).
4. Membangun sinergi dengan lembaga pemerintah lainnya, perguruan tinggi dan
dunia usaha
Untuk mendukung gerakan P2KP maka perlu dibangun jaringan kerjasama yang
sinergis baik dengan instansi di lingkup Kementerian Pertanian, Badan PSDMP, Badan
Litbangtan, Direktorat Jenderal Teknis, PPHP, kementerian/lembaga terkait, perguruan
tinggi, dan pihak swasta serta BUMN/BUMD.
D. Strategi
Gerakan P2KP dilakukan melalui dua strategi utama, yaitu:
1. Internalisasi Penganekaragaman Konsumsi Pangan
Salah satu faktor penting yang menyebabkan belum maksimalnya pencapaian gerakan
P2KP adalah masih terbatasnya kebijakan dan peraturan yang berhubungan dengan
proses internalisasi pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman
pada tingkat rumah tangga hingga individu. Pengetahuan tentang diversifikasi pangan
yang dimiliki oleh setiap individu, terutama wanita sangat penting dalam menyusun
menu makanan yang memenuhi kaidah gizi seimbang.
Proses internalisasi penganekaragaman konsumsi pangan dilakukan melalui 2 (dua)
cara yaitu :
a. Advokasi, kampanye, promosi, dan sosialisasi tentang konsumsi pangan yang
beragam, bergizi seimbang, dan aman kepada aparat pada berbagai tingkatan dan
masyarakat.
b. Pendidikan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman melalui
jalur pendidikan formal dan non-formal/penyuluhan.
2. Pengembangan Bisnis dan Industri Pangan Lokal
Keberhasilan gerakan P2KP ditentukan juga oleh ketersediaan aneka ragam bahan
pangan dan perilaku konsumen dalam mengonsumsi aneka ragam pangan. Efektivitas
P2KP akan tercapai apabila upaya internalisasi didukung dan berjalan beriringan
16
dengan pengembangan bisnis pangan dan industri pangan lokal. Oleh karena itu
gerakan P2KP Nasional dan Daerah perlu diselaraskan, khususnya dalam
pengembangan pertanian, perikanan, peternakan, dan industri pengolahan pangan guna
memajukan perekonomian wilayah. Kondisi ini menuntut komitmen yang tinggi dari
berbagai pihak serta memerlukan rencana bisnis dan industri aneka ragam pangan yang
komprehensif.
Pengembangan bisnis dan industri pangan lokal dilakukan melalui dua cara, yaitu:
a. Fasilitasi kepada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk pengembangan
bisnis pangan segar, industri bahan baku, industri pangan olahan dan pangan siap
saji yang aman berbasis sumberdaya lokal yang berkoordinasi secara sinergis dengan
lembaga/instansi terkait untuk mendukung terlaksananya kegiatan dimaksud.\
b. Sosialisasi dan penerapanstandar keamanan pangan bagi pelaku usaha pangan,
terutama kepada usaha rumah tangga dan UMKM.
17
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Justifikasi
Tingkat konsumsi pangan rata-rata orang Indonesia yang diukur melalui konsumsi
energi pada tahun 2010 mencapai 1.957 kkal/kap/hari mendekati anjuran WNPG
(Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi) VIII tahun 2004 yaitu sebesar 2.000 kkal/kap/hari.
Begitu pula dengan rata-rata konsumsi protein sebesar 59,98 gram/kapita/hari, telah melebihi
angka anjuran sebesar 52 gram/kapita/hari. Meskipun demikian, pencapaian tersebut belum
diiringi dengan pemenuhan kualitas konsumsi pangan penduduk yang ditandai dengan skor
keragaman konsumsi pangan sebesar 80,6 pada tahun 2010 dari target skor Pola Pangan
Harapan (PPH) pada tahun 2015.
Analisis terhadap data SUSENAS tahun 2009 juga menunjukkan bahwa pola konsumsi
pangan penduduk Indonesia hingga tahun 2008 masih terdapat ketimpangan, karena (1)
masih tingginya konsumsi padi-padian; (2) masih kurangnya konsumsi pangan hewani; dan
(3) masih rendahnya konsumsi umbi, sayur dan buah, serta aneka kacang. Data tersebut
menunjukkan bahwa ketergantungan konsumsi pada padi-padian terutama beras sebagai
pangan pokok masih sangat tinggi, sedangkan pemanfaatan sumber-sumber pangan lokal
seperti umbi, sukun, dan sagu masih rendah. Hal ini didukung oleh kajian para pakar gizi
yang menyatakan bahwa sejak tahun 2005 mayoritas masyarakat Indonesia baik di perkotaan
atau perdesaan pada berbagai golongan pendapatan, hanya memiliki satu pola pangan pokok
yaitu beras dan mie (terigu).
Melihat kondisi tersebut, maka upaya perbaikan konsumsi pangan dan gizi dilakukan,
melalui 3 pendekatan yaitu (1) dimensi fisik berupa penyediaan pangan sumber karbohidrat
non-beras/non-terigu, protein, vitamin, mineral, dan lemak; (2) dimensi ekonomi berupa
peningkatan kemampuan masyarakat untuk mengakses pangan; dan (3) dimensi kesadaran
gizi berupa aspek edukasi/ pendidikan/promosi gizi khususnya sejak usia dini.
Perwujudan dimensi fisik dapat dilakukan melalui optimalisasi pemanfaatan
pekarangan sesuai dengan 5 (lima) fungsi pokok pekarangan yaitu sebagai (1) lumbung
hidup, (2) warung hidup, (3) bank hidup, (4) apotek hidup; dan (5) estetika. Pengembangan
pekarangan secara terpadu akan mengarah pada pemenuhan kebutuhan gizi dan pendapatan
keluarga. Pemberdayaan kelompok wanita tidak hanya sebatas untuk pemenuhan konsumsi
pangan keluarga tetapi juga memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga.
Gerakan P2KP kedepan akan memberikan dorongan dan insentif pada penyediaan
produk pangan yang lebih beragam, bergizi seimbang, dan aman untuk dikonsumsi, termasuk
produk pangan yang berbasis sumberdaya lokal. Hal ini akan meningkatkan sisi permintaan
terhadap bahan pangan lokal dan aneka olahannya. Mengingat keterbatasan daya simpan
18
pangan lokal secara umum, maka perlu dikembangkan penggunaan teknologi beserta
pendampingannya yang disesuaikan dengan kearifan lokal.
Mengingat bahwa paradigma yang digunakan dalam pelaksanaan program perbaikan
konsumsi pangan dan gizi selama ini cenderung berorientasi pada “sekedar” pemberian
makanan tambahan dan mengesampingkan pentingnya sisi “edukasi”, maka pada kegiatan
P2KP ini unsur edukasi menjadi sangat penting terutama pada kelompok wanita melalui
pendidikan non-formal dan anak usia dini melalui pendidikan formal. Penekanan ini
dikarenakan wanita memiliki peranan penting dalam mengatur menu konsumsi pangan
keluarga sehari-hari dan anak-anak merupakan generasi penerus bangsa.
B. Persiapan
1. Pedoman Umum dan Pedoman Pelaksanaan dijabarkan lebih lanjut menjadi Petunjuk
Pelaksanaan (Juklak) yang disusun oleh Propinsi dan Petunjuk Teknis (Juknis) yang
disusun oleh Kabupaten/Kota sebagai acuan dalam pelaksanaan Gerakan P2KP di
Daerah.
2. Aparat tingkat kabupaten/kota berkoordinasi dengan aparat tingkat propinsi dalam
melakukan identifikasi CPCL kegiatan P2KP sesuai dengan kriteria(Lampiran 1a)
sebagai Desa P2KP dan ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Kuasa Pengguna
Anggaran(KPA)yang menangani ketahanan pangan di tingkat propinsi dan
kabupaten/kota tentang penerima manfaat P2KP (Lampiran 1b), dengan memuat
antara lain :
a. Identitas kelompok penerima manfaat;
b. Nilai uang bantuan sosial;
c. Nomor rekening kelompok penerima manfaat.
Selanjutnya melaporkan SK tersebut kepada Badan Ketahanan Pangan c.q Pusat
Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan serta kepada
Badan/Dinas/Kantor/instansi yang menangani ketahanan pangan tingkat propinsi pada
bulan Pebruari 2013.
3. Memilih dan menetapkan Penyuluh Pendamping P2KP tingkat kabupaten/kota tahun
2013 (bagi kabupaten/kota lama dipilih penyuluh pendamping yang sudah mengikuti
apresiasi P2KP tahun 2012) melalui SKKuasa Pengguna Anggaran
(KPA)/Bupati/Walikota. Hasil penetapan penyuluh pendamping P2KP kabupaten/kota
(Lampiran 1c) dilaporkan kepada Badan Ketahanan Pangan c.q Pusat
Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan serta kepada
Badan/Dinas/Kantor/instansi yang menangani ketahanan pangan tingkat propinsi pada
bulan Pebruari 2013. Selanjutnya seluruh Penyuluh Pendamping P2KP akan mengikuti
kegiatan Apresiasi tahun 2013.
4. Memilih dan menetapkan Penyuluh Pendamping P2KP tingkat desa yang ditetapkan
melalui SK Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) (Lampiran 1d) disampaikan kepada
Badan Ketahanan Pangan c.q Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan
Pangan serta kepada Badan/Dinas/Kantor/instansi yang menangani ketahanan pangan
propinsi pada bulan Pebruari 2013.
19
C. Pelaksanaan
1. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep KRPL
Kegiatan ini dilaksanakan di 5000 desa baru di 497 kabupaten/kota.Setiap desa terdiri
dari 1 kelompok yang beranggotakan minimal 30 rumah tangga yang lokasinya saling
berdekatan dalam satu kawasan dengan kegiatan sebagai berikut:
a. Melaksanakan sosialisasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan oleh penyuluh
pendamping kepada kelompok penerima manfaat melalui metode Sekolah Lapangan
(SL), yang diberikan kepada para Penerima Manfaat.
b. Melaksanakan pengembangan Demplot pekarangan sebagai Laboratorium Lapangan
(LL) sekaligus berperan sebagai pekarangan percontohan (pangan sumber
karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan lemak).Fasilitasi pekarangan percontohan
ini antara lain berupa bimbingan, pembelian sarana produksi, administrasi, dan
manajemen kelompok.
c. Mengembangkan kebun bibit kelompok yang diarahkan untuk menjadi cikal bakal
kebun bibit desa.
d. Mengembangkan pekarangan milik anggota Kelompok Penerima Manfaat sesuai
hasil musyawarah kelompok berdasarkan potensi pekarangan dan kebutuhan tiap-
tiap anggota kelompok.
e. Setiap kelompok harus membina minimal 1 sekolah (PAUD/TK/SD/MI/SMP/SMU)
untuk mengembangkan kebun sekolah dengan tanaman sayuran dan buah atau usaha
ternak kecil.
f. Tanaman yang dibudidayakan adalah tanaman sayuran, buah, dan aneka umbi yang
biasa dikonsumsi dan disukai oleh masyarakat setempat serta menggunakan pupuk
dan pestisida yang aman bagi lingkungan dan kesehatan.
g. Membudidayakan ternak kecil (seperti ayam, itik, kelinci) atau ikan (lele, nila, mas)
sesuai dengan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat setempat sebagai pangan
sumber protein hewani.
h. Mengenalkan beberapa organisme pengganggu tanaman (jamur, bakteri, virus,
serangga) dan cara penanggulangannya.
i. Melakukan pertemuan kelompok secara periodik minimal satu kali dalam sebulan.
j. Melakukan penyuluhan tentang pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman
untuk hidup sehat, aktif, dan produktif.
k. Demonstrasi penyediaan pangan dan penyiapan menu makanan yang beragam,
bergizi seimbang, dan aman.
2. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L)
Kegiatan pengembangan pangan lokal mendukung pelaksanaan Pangkin dilaksanakan
dalam rangka mengembalikan pola konsumsi masyarakat kepada budaya dan potensi
setempat.Pemilihan komoditas pangan yang akan dikembangkan melalui penyediaan
teknologi pengolahan yang lebih modern mengacu kepada potensi dan kebutuhan
setempat. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L) dilaksanakan pada 30
kabupaten/kota di 17 propinsi dengan kegiatan sebagai berikut:
20
a. Identifikasi calon penerima subsidi pangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah
(rumah tangga miskin penerima Raskin jumlah dan lokasinya).
b. Identifikasi pangan lokal untuk Pangkin:
Identifikasi potensi bahan baku (jumlah dan lokasi produksi), kegiatan ini
dilakukan dengan pencarian data sekunder tentang potensi bahan pangan lokal
yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi Pangkin.
Identifikasi calon produsen/penghasil produk Pangkin, yaitu UKM yang dapat
memproduksi Pangkin dengan kriteria produk sesuai dengan yang telah
ditentukan.
c. Pembuatan rancangan produk pangan lokal untuk Pangkin:
Pengadaan alat penepung menghasilkan produk pangan lokal untuk Pangkin.
Pengadaan alat labeling dan pengemas.
Pembelian bahan baku pangan lokal.
d. Pengkajian produk pangan lokal kepada masyarakat:
Uji selera konsumen terhadap hasil produk pangan lokal.
Uji daya beli masyarakat, antara lain dengan menjual hasil produk pangan lokal
kepada masyrakat.
Penyusunan spesifik produk dalam bentuk kemasan, labeling, dan daya simpan.
Perhitungan ongkos produksi
e. Operasional, antara lain: pembinaan, sosialisasi, koordinasi, monitoring, dan
evaluasi, serta pelaporan.
3. Sosialisasi dan Promosi P2KP
Kegiatan sosialisasi dan promosi P2KPdilakukan dalam bentuk:
a. Gerakan atau Kampanye P2KP
Gerakan atau kampanye P2KP dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan kreatif dan
inovatif yang dapat menarik perhatian serta mendidik masyarakat dengan membentuk
pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman seperti melalui
gerakan One Day No Rice, kegiatan mengonsumsi ubi sebelum makan siang
(Manggadong), gerakan konsumsi buah dan sayur, dan lain sebagainya. Gerakan dan
kampanye P2KP dilakukan secara terintegrasi antara Pusat, Daerah, dan para pemangku
kepentingan sehingga mencapai kesatuan gerak dalam mengampanyekan pangan lokal.
Pelaksanaan gerakan dan kampanye P2KP dapat juga dilakukan melalui aneka
perlombaan, seminar diversifikasi pangan, maupun melalui penyuluhan di berbagai
tingkatan. Optimaliasasi peran tokoh masyarakat dan organisasi non pemerintah dalam
gerakan dan kampanye P2KP akan membuat upaya sosialisasi dan promosi P2KP
berjalan lebih lancar.
b. Lomba Cipta Menu B2SA
Lomba Cipta Menu B2SA dilaksanakan di tingkat kabupaten/kota, kemudian
dilanjutkan pada tingkat propinsi, dan berlanjut hingga tingkat nasional pada puncak
perayaan HPS.
21
Menu yang diciptakan terdiri dari sarapan, makan siang, dan makan malam untuk tiga
hari dengan memanfaatkan pangan lokal.
c. Iklan di Media Massa
Iklan di media massa dilakukan untuk menyebarluaskan informasi secara luas kepada
masyarakat. Iklan dilakukan di media massa cetak maupun elektronik dalam bentuk
pemasangan billboard di tempat-tempat umum, penyiaran jingle P2KP di radio,
maupun penayangan iklan layanan masyarakat di televisi baik di tingkat lokal maupun
tingkat nasional.
d. Pameran P2KP
Kegiatan pameran P2KP dilakukan untuk mempromosikan upaya peningkatan
diversifikasi pangan melalui berbagai event seperti Hari Pangan Sedunia, Festival
Pangan Lokal, Agrinex, dan lain sebagainya. Dalam kegiatan pameran juga dapat
dibuat berbagai media sosialisasi dan promosi seperti brosur, poster, banner, dan lain
sebagainya seperti demo masak sesuai dengan tema pameran. Melalui pameran P2KP
diharapkan dapat mempertemukan para pemangku kepentingan sehingga dapat
mendorong pengembangan bisnis dan industri pangan lokal.
e. Melakukan sosialisasi mengenai pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi
seimbang, dan aman melalui penyuluhan, seminar, maupun pameran.
f. Melakukan kampanye kreatif dan inovatif antara lain melalui gerakan P2KP seperti
One Day No Rice, dan lain sebagainya.
g. Melaksanakan/berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam bentuk
perlombaan, festival kuliner, dan demo masak pangan lokal.
h. Kunjungan kerja.
i. Pelibatan pemimpin/tokoh formal dan informal sebagai bentuk advokasi terhadap
gerakan P2KP.
A. Penerapan Teknologi Pasca Panen
Dalam usaha mendapatkan hasil optimal untuk produk pemanfaatan pekarangan
kelompok dan pengembangan pengolahan pangan lokal, diperlukan penanganan hasilnya
(panen) dengan maksud untuk meningkatkan kualitasnya, baik dari kandungan gizi,
kesegaran, bebas dari bahan-bahan kimia serta mempunyai daya simpan yang lama.
Beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain :
a. Melaksanakan penerapan tentang “Good Manufacture Processing” (GMP), yang
merupakan penanganan produk pertanian dengan memperhatikan kebersihannya dan
bebas dari kontaminasi dari berbagai organisme yang merugikan untuk menjamin
bahan pangan yang sehat, aman, dan bergizi tinggi. Penerapan GMP dilaksanakan
pada waktu panen dan pengolahan pangan, meliputi cara dan waktu pemanenan,
pemakaian peralatan yang baik dan benar, tata letak ruangan dan pengaturan
peralatan, penanganan sampah dan limbah pertanian, dan lain sebagainya.
b. Memperhatikan proses pasca panen meliputi cara penyimpanan, pengemasan,
perlakuan terhadap produk pertanian agar tidak mengurangi kandungan gizinya dan
terjamin kualitasnya;
22
c. Bahan pangan yang tidak habis dalam sekali pakai, sehingga perlu disimpan
memperhatikan berbagai pertimbangan antara lain kelembaban udara, temperatur, cara
penyimpanan, sirkulasi udara, agar dapat disimpan dalam waktu yang lama dan
terjamin kualitasnya;
d. Mengurangi pemakaian bahan-bahan kimia, seperti pestisida, pupuk berbahan kimia
dan obat-obatan dan memanfaatkan bahan-bahan organik maupun mekanis untuk
menjamin produk pertanian tersebut sehat, aman dan bebas dari residu kimia;
e. Apabila akan memasak bahan-bahan pangan (terutama sayuran dan buah) wajib dicuci
terlebih dahulu dengan menggunakan air bersih danmengalir untuk menghindari
kuman penyakit serta dimasak dengan cara yang benar dan tepat untuk menjaga
kandungan nutrisi didalam bahan pangan tersebut.
f. Memperhatikan dan mempertimbangkan proses pengemasan (packaging)yang
menarik, aman dan higienis, serta mempelajari jaringan (link), distribusi dan strategi
pemasaran apabila bahan pangan yang dihasilkan dari budidaya di pekarangan akan
dijual agar mampu bersaing dengan produk-produk yang sejenis sehingga mampu
menambah pendapatan (income) keluarga dan berkembang menjadi usaha bisnis skala
keluarga.
D. Titik Kritis Pelaksanaan Kegiatan
Beberapa bidang yang perlu diperhatikan pada pengendalian intern program P2KP
antara lain meliputi bidang administrasi, proses keberlangsungan kegiatan, dan mengenai
kualitas kerja yang dihasilkan. Kelengkapan administrasi terdiri dari CPCL, SK, SP2D,
Berita Serah Terima Bansos, Laporan Semester, Laporan Perkembangan, dan Laporan Akhir
P2KP. Sedangkan pada proses keberlangsungan kegiatan antara lain perkembangan,
ketepatan waktu dalam melaksanakan kegiatan, dan keberlanjutan kegiatan. Dan untuk
kualitas kerja yang dihasilkan mengacu pada pengembangan KRPL, pengetahuan pola
konsumsi pangan B2SA, kualitas produk olahan pangan lokal, keserempakan promosi, dan
aksi gerakan P2KP berkearifan lokal.
Resiko yang sering muncul antara lain mengenai waktu pelaksanaan, kualitas kegiatan,
kurang koordinasi, dan pelaporan antara lain pada proses CPCL, pencairan dana, kelengkapan
administrasi, sosialisasi oleh pendamping, pelaporan, serta kampanye P2KP.
23
BAB V
ORGANISASI DAN TATA KERJA
A. Organisasi
Mekanisme dan tata hubungan kerja antar instansi pada gerakan P2KP sebagaimana
diatur dalam Permentan Nomor 43 tahun 2009 menunjukkan bahwa di Daerah, pelaksanaan
dikoordinasikan oleh Dewan Ketahanan Pangan Daerah yang diketuai oleh Gubernur atau
Bupati/Walikota selaku Ketua Harian Dewan Ketahanan Pangan di masing-masing Daerah.
Penanggung jawab kegiatan adalah Badan/Dinas/Kantor yang menangani ketahanan pangan
Daerah dengan melibatkan instansi dan dinas terkait seperti Dinas Pertanian, Dinas
Kesehatan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Perdagangan, Balai Pengembangan
Teknologi Pertanian (BPTP), Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Peternakan dan
Perikanan, perguruan tinggi, LSM, dan organisasi kemasyarakatan lainnya seperti PKK
tingkat propinsi dan kabupaten/ kota.
Sedangkan pada tingkat nasional, untuk memperlancar gerakan P2KP, Kepala Badan
Ketahanan Pangan selaku Sekretaris Dewan Ketahanan Pangan membantu Menteri Pertanian
selaku Ketua Harian Dewan Ketahanan Pangan mengkoordinasikan instansi terkait baik itu
kementerian/lembaga terkait, pihak swasta, industri pangan dan pemangku kepentingan
(stakeholder) terkait.
Pelaksanaan kegiatan P2KP merupakan tugas bersama antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan masyarakat. Sesuai dengan semangat dan paradigma baru pembangunan, peran
dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan P2KP harus dikedepankan sebagai pelaku utama
penentu keberhasilan program. Peranan pemerintah terbatas pada fungsi pelayanan,
penunjang, fasilitasi, dan motivasi. Partisipasi masyarakat, swasta, LSM, organisasi profesi
maupun perguruan tinggi sangat dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan gerakan P2KP.
B. Tata Kerja
Untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan P2KP secara berjenjang dari desa,
kecamatan, kabupaten/kota, propinsi sampai tingkat pusat, Dewan Ketahanan Pangan
berfungsi sebagai simpul koordinasi.
1. Desa
Kepala Desa/Lurah sebagai penanggung jawab kegiatan P2KP di desa/ kelurahan,
bersama-sama dengan Penyuluh Pendamping, Kelompok Penerima Manfaat, dan
kelompok usaha kecil bidang pangan melakukan koordinasi dalam melaksanakan setiap
kegiatan P2KP. Kepala Desa/Lurah berperan sebagai penghubung antara masyarakat
dengan aparat pemerintah.
24
2. Kecamatan
Camat bertugas: (a) memfasilitasi pelaksanaan P2KP di wilayahnya, (b)
mengkoordinasikan Kepala Desa dalam menggerakkan pelaksanaan P2KP di wilayahnya,
(c) menyampaikan informasi dan usulan kepada Badan/Kantor/Dinas yang menangani
ketahanan pangan tingkat kabupaten/kota dalam pemilihan CPCL.
3. Kabupaten/Kota
Bupati/Walikota selaku Ketua Dewan Ketahanan Pangan di kabupaten/kota berperan
sebagai koordinator pelaksana P2KP, sedangkan penanggung jawab kegiatan di tingkat
kabupaten/kota adalah Badan/Kantor/Dinas yang menangani ketahanan pangan.
4. Propinsi
Gubernur selaku Ketua Dewan Ketahanan Pangan Propinsi berperan sebagai
koordinator pelaksana P2KP, sedangkan penanggung jawab kegiatan di propinsi adalah
Kepala Badan/Kantor/Dinas yang menangani ketahanan pangan di tingkat propinsi.
5. Pusat
Kepala Badan Ketahanan Pangan selaku sekretaris Dewan Ketahanan Pangan cq.
Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan bertanggung jawab
mulai proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pengendalian serta
sinkronisasi dan integrasi kegiatan dan anggaran.
25
BAB VI PEMBIAYAAN
A. Operasional Kegiatan
1. Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep KRPL dengan dana
Rp47.000.000,- terdiri dari Rp15.000.000,- untuk kebun bibit, Rp25.000.000,- untuk
pengembangan pekarangan anggota, Rp3.000.000,- untuk pengembangan kebun
sekolah, dan Rp4.000.000 untuk pengadaan alat mendukung kegiatan KRPL (budidaya
dan pasca panen) untuk kelompok tahun 2013 (tahun pertama). Sedangkan untuk
kelompok tahun 2012 mendapatkan Rp3.000.000,- untuk pengadaan kebun bibit.
2. Kegiatan Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L) dilaksanakan di 9
propinsi lama dan 10 propinsi baru dengan total jumlah sebanyak 30 kabupaten/kota.
Daftar Kabupaten/Kota Penerima Manfaat MP3L mulai tahun 2012
(tahun kedua)
No. Propinsi Kabupaten/Kota Komoditas
1 Riau Meranti Sagu
Indragiri Hilir Sagu
2 Lampung Lampung Selatan Ubi Kayu
Bandar Lampung Ubi Kayu
3 DIY Gunung Kidul Ubi Kayu
4 Jawa Timur Jember Ubi Kayu
Bangkalan Jagung
5 NTB Lombok Utara Ubi Kayu
Dompu Jagung
6 NTT Timor Tengah Utara Jagung
7 Sulawesi Utara Minahasa Selatan Jagung
Minahasa Tenggara jagung
8 Sulawesi Tenggara Wakatobi Ubi Kayu
Muna Ubi Kayu
9 Maluku Maluku Tenggara Ubi Kayu
Maluku Tengah Sagu
26
Daftar Kabupaten/Kota Penerima Manfaat MP3L mulai tahun 2013
(tahun pertama)
No. Propinsi Kabupaten/Kota Komoditas
1 Sumatera Barat Kep. Mentawai Sagu
2 NAD Kab. Aceh Singkil Sagu
3 Sumatera Selatan OKU Timur Ubi Kayu
4 Jawa Barat Kota Depok Ubi Kayu
Cimahi Ubi Kayu
5 Banten Serang Ubi Kayu
6 Sulawesi Selatan Luwu Utara Sagu
Jeneponto Jagung
7 Jawa Tengah Kebumen Ubi Kayu
Temanggung Jagung
Wonogiri Ubi Kayu
8 Sulawesi Tengah Donggala Jagung
9 Papua Jayapura Sagu
10 Papua Barat Manokwari Sagu
3. Sosialisasi dan Promosi P2KP
Kegiatan Sosialisasi dan Promosi P2KP dilaksanakan oleh Badan/Dinas/Kantor yang
menangani ketahanan pangan tingkat propinsi melalui dana APBN sebesar
Rp. 200.000.000,- yang digunakan untuk kegiatan : penayangan ILM, pameran pangan
pokok lokal dan gerakan/kampanye kreatif inovatif diversifikasi. Kegiatan sosialisasi dan
promosi agar didukung oleh kabupaten/kota dengan menggunakan dana APBD.
B. Pemanfaatan Dana Bansos
Dalam pengelolaan anggaran, KPA/PPK/Satker Badan/Dinas/Kantor yang menangani
ketahanan pangan tingkat propinsi dan kabupaten/kota bekerja sama dengan kelompok
wanita. Dana ditransfer ke rekening kelompok, dan digunakan secara swakelola
denganmekanisme pencairan dana sebagai berikut:
1. Kelompok wanita membuat/menyusun Rencana Kegiatan dan Kebutuhan Anggaran
(RKKA), dibantu oleh Penyuluh pendamping P2KP tingkat desa (lampiran 2);
27
2. Kelompok wanita membuka rekening tabungan pada kantor cabang/unit BRI/Bank Pos
atau bank lain terdekat dan melaporkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) di
propinsi dan/atau kabupaten/kota;
3. Kelompok wanita mengusulkan RKKA kepada PPK propinsi dan kabupaten/kota
setelah diverifikasi oleh Penyuluh Pendamping tingkat kabupaten/kota dan disetujui
oleh aparat kabupaten/kota;
4. PPK meneliti RKKA dan PPK membuat Surat Perjanjian Kerja sama dengan Ketua
Kelompok Wanita seperti terlihat padaLampiran 3;
5. Selanjutnya PPK mengajukan kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) tingkat
kabupaten/kota, bila disetujui KPA mengajukan Surat Permintaan Pembayaran
Langsung (SPP-LS)seperti terlihat pada Lampiran 4 dan mengajukan kepada pejabat
penandatangan SPM/penguji SPP Satker dengan lampiran sebagai berikut;
a. Keputusan Kepala Badan/Kantor/Dinas yang menangani ketahanan pangan tentang
Penetapan Kelompok Sasaran (Lampiran 1b);
b. Rekapitulasi RKKA (Lampiran 2) dengan mencantumkan:
1) nama kelompok;
2) nama ketua kelompok;
3) nama anggota kelompok;
4) nomor rekening a.n. kelompok;
5) nama cabang/Unit BRI/Bank Pos atau bank lain terdekat;
c. Surat perjanjian kerja sama antara PPK dengan kelompok penerima manfaat tentang
pemanfaatan dana (Lampiran 3);
d. Kuitansi yang ditandatangani oleh ketua kelompok dan diketahui/disetujui oleh PPK
tingkat kabupaten/kota yang bersangkutan (Lampiran 5).
6. Atas dasar SPP-LS, pejabat penandatangan SPM/penguji SPP Satker dan Perintah
Pembayaran SPM menguji dokumen SPP-LS dan menerbitkan Surat Perintah
Membayar Langsung (SPM-LS) selanjutnya KPA mengajukan SPM-LS kepada KPPN
setempat;
7. KPPN setempat menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dan mentransfer
dana bansos ke rekening Kelompok Penerima Manfaat;
8. Kelompok wanita melalui ketuanya mengambil dana Bansos di rekening bank dengan
diketahui oleh PPK tingkat kabupaten/kota;
9. Besarnya dana Bansos untuk kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui
konsep KRPL tahun 2013 adalah Rp 47.000.000/kelompok yang digunakan untuk
pengembangan pekarangan anggota Rp 25.000.000, pembuatan kebun bibit desa Rp.
15.000.000, pengadaan alat mendukung kegiatan KRPL (budidaya dan pasca panen)
Rp 4.000.000 dan pengembangan kebun sekolah Rp 3.000.000. untuk kelompok tahun
28
2012 menerima bansos sebesar Rp 3.000.000 untuk pengembangan kebun bibit
kelompok.
C. Pertanggungjawaban
Sumber-sumber pendanaan untuk membiayai kegiatan P2KP tahun 2012 berasal dari
APBN dan diharapkan pula partisipasi dari sumber pandanaan lainnya seperti APBD
propinsi, APBD kabupaten/kota, swadaya masyarakat, dan pemanfaatan dana Corporate
Social Responsibility (CSR)/Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Dana APBN
yang dialokasikan di Propinsi berupa dana dekonsentrasi dan di kabupaten/kota melalui dana
tugas pembantuan. Bagi kabupaten/kota yang tidak mempunyai satker, dana tugas
pembantuan dialokasikan di Propinsi.
Dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan terdiri dari dua komponen belanja,
yaitu belanja sosial dan belanja barang. Pencairan anggaran untuk belanja sosial mengacu
pada Peraturan Menteri Pertanian No. 02/Permentan/OT.140/1/2012 tentang Pedoman
Pengelolaan Dana Bantuan Sosial untuk Pertanian Tahun Anggaran 2012(Cek!); Peraturan
Menteri Keuangan No. 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan
Pembayaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, sedangkan pencairan anggaran
belanja barang mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 tahun 2012
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
29
BAB VII
PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN
A. Pemantauan
Pemantauan dilakukan sebagai bentuk tindak lanjut dari upaya monitoring kegiatan
P2KP di lapangan baik dilakukan oleh Pusat, Propinsi, maupun Kabupaten/Kota. Pemantauan
dilakukan secara periodik dengan mengacu kepada Perpres nomor 60 tahun 2009 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Permentan nomor 23 tahun 2009 tentang
Pedoman Umum Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Pertanian.
Beberapa hal yang perlu dipantau ialah mengenai kelengkapan administrasi,
penggunaan dana, dokumen operasional berupa Juklak, Juknis, persiapan dan pelaksanaan
kegiatan di kelompok penerima manfaat.
B. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat kabupaten/kota, propinsi,
dan Pusat secara periodik minimal dua kali dalam satu tahun.Evaluasi dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana peran dan tanggung jawab kelembagaan yang menangani P2KP
serta tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan indikator yang telah
ditetapkan.Kegiatan evaluasi juga dilakukan sebagai upaya antisipasi terhadap pelaksanaan
kegiatan sehingga dapat berjalan lancar sesuai dengan tujuan dan sasaran.
C. Pelaporan
Pelaporan pelaksanaan kegiatan dilakukan secara berjenjang, mulai dari tingkat
kelompok, desa, kabupaten/kota, propinsi hingga Pusat secara berkala, berkelanjutan, dan
tepat waktu. Kelompok penerima manfaat bersama Penyuluh Pendamping P2KP tingkat desa
menyampaikan laporan kepada aparat kabupaten/kota dengan format yang telah ditentukan.
Kecamatan berfungsi sebagai pemantau, pendamping dan sekaligus penghubung ke
Kabupaten/Kota dan menyampaikan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Kecamatan serta
meneruskan hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh Kecamatan dengan menggunakan
format yang telah ditentukan.
Kabupaten/Kota memantau kegiatan lapangan secara berkala dan mengevaluasi hasil
pemantauan serta menyampaikan laporan P2KP ke Propinsi sesuai dengan format yang telah
ditentukan. Kabupaten/Kota memberikan umpan balik kepada Desa serta melakukan tindak
lanjut terhadap kondisi yang perlu penanganan segera atau dikoordinasikan oleh pengelola
kegiatan di tingkat kabupaten/kota.
Propinsi memantau kegiatan lapangan secara berkala dan mengevaluasi hasil
pemantauan serta melaporkannya ke tingkat Pusat sesuai dengan format yang telah
ditentukan. Selanjutnya Propinsi memberikan umpan balik kepada Kabupaten/Kota terhadap
kegiatan yang memerlukan penanganan segera atau dikoordinasikan oleh pengelola kegiatan
tingkat propinsi.
30
Pusat sebagai penanggung jawab kegiatan melakukan pemantauan kegiatan lapangan
secara berkala dan mengevaluasi hasil pemantauan Propinsi dan selanjutnya memberikan
umpan balik kepada Propinsi atau melakukan tindak lanjut terhadap kegiatan yang
memerlukan penanganan segera atau dikoordinasikan oleh pengelola kegiatan di tingkat
Pusat. Pusat melaporkan perkembangan kegiatan P2KP kepada Unit Kerja Presiden bidang
Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4)
Laporan yang dibuat menggambarkan hal-hal sebagai berikut: (a) kemajuan
pelaksanaan kegiatan dan anggaran, sesuai dengan indikator yang ditetapkan; (b)
permasalahan yang dihadapi dan upaya tindak lanjut; (c) saran dan masukan untuk perbaikan
kegiatan yang akan datang.
Alur pelaporan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Keterangan:
: Arus pelaporan
: Umpan balik
Gambar 1. Arus Pelaporan Gerakan P2KP
BKP Pusat
Badan/Kantor/Dinas Ketahanan Pangan
Propinsi
Badan/Kantor/Dinas Ketahanan Pangan
Kabupaten/Kota
Kelompok Penerima
Manfaat dan
PenyuluhPendamping
P2KP
Menteri Pertanian
31
BAB VIII
PENUTUP
Pedoman Umum Gerakan P2KP Tahun 2013diterbitkan sebagaiacuan bagi para
pemangku kepentingan dalam melaksanakan kegiatan P2KP. Penyelenggaraan
gerakanP2KPwajib berjalandengan baik sehingga dapat mempercepat
terwujudnyamasyarakat yang sehat, aktif, dan produktif melalui upaya peningkatan
diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal.Demikian Pedoman ini juga menjadi acuan
bagi penyusunan Pedoman Pelaksanaan di tingkat Pusat, Petunjuk Pelaksanaan serta Petunjuk
Teknis P2KP di tingkat propinsi dan kabupaten/kota.
MENTERI PERTANIAN,
SUSWONO
32
LAMPIRAN
33
Lampiran 1a
Laporan Calon Penerima Calon Lokasi Kegiatan P2KP Tahun 2013
Kabupaten/ Kota :
Provinsi :
Penerima Manfaat : Tahun Pertama (mulai 2013) / Tahun Kedua (Lanjutan 2012)* Penanggungjawab P2KP :
Telepon / HP :
No. Kecamatan Desa/ Kelurahan
Optimalisasi Pekarangan P2KP bagi SD/MI** Penyuluh
Nama Kelompok
Nama Ketua Nama Sekolah Kepala Sekolah Nama No. HP
1
1
2
2
1
2
3
1
2
4
1
2
5
1
2
Keterangan : * Coret yang tidak perlu ** Jika ada/perlu diisi
34
Lampiran 1 b
KEPUTUSAN KEPALA BADAN/ DINAS/ KANTOR/ INSTANSI KETAHANAN PANGAN
KABUPATEN/KOTA …………………
NOMOR :…………………………….
TENTANG
PENETAPAN PENERIMA MANFAAT PROGRAM P2KP 2013
”PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA MELALUI OPTIMALISASI PEMANFAATAN
PEKARANGAN DENGAN KONSEP KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) ”
Menimbang: a.…………………………………………………...........
b...………………………………………………............
Mengingat: a………………………………………………. .............
b ………………………………………………..............
c ………………………………………………..............
d ………………………………………………..............
Memperhatikan:
Daftar Isian Penggunaan Anggaran ………. Tahun Anggaran…………………….
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Kelompok Wanita ….. berkedudukan di Desa/Kelurahan ...............
Kecamatan .......... Kabupaten/Kota ..........., seperti terdapat dalam
lampiran keputusan ini merupakan kelompok penerima manfaat Kegiatan
P2KP 2013 ” Pemberdayaan Kelompok Wanita Melalui Optimalisasi
Pemanfaatan Pekarangan dengan Konsep KRPL”
35
Kedua : Bertanggungjawab kepada Kepala Badan/Kantor Ketahanan Pangan dan
menyampaikan laporan pelaksanaan secara berkala.
Ketiga : Segala biaya akibat dikeluarkannya Surat Keputusan ini dibebankan pada
dana DIPA......................... Kabupaten/Kota ………........ sesuai dengan yang
tercantum dalam DIPA Nomor:………................ tanggal……………….Tahun
Anggaran 2013.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal penetapan sampai dengan
berakhirnya Tahun Anggaran 2013 dengan ketentuan akan diperbaiki
sebagaimana mestinya apabila terdapat kekeliruan dalam Surat
Keputusan ini.
Kelima : Surat Keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan, untuk
dilaksanakan sebagaimana mestinya
DITETAPKAN DI :……………………
PADA TANGGAL :………………..….
KEPALA BADAN/ DINAS/ KANTOR/ INSTANSI Kab/Kota
………….....
(………………………………………..)
Nip.
Tembusan :
1. Kepala Badan Ketahanan Pangan cq Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan
Pangan, Kementerian Pertanian;
2. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Provinsi ……………………………;
3. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) ……………….;
4. Bupati/Walikota *) ………………………………………;
*) Coret yang tidak perlu
36
Lampiran 1c
KEPUTUSAN BUPATI/WALIKOTA.................................................. KABUPATEN/KOTA …………………
NOMOR :…………………………….
TENTANG
PENETAPAN PENYULUH PENDAMPING P2KP 2013
”PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA MELALUI OPTIMALISASI PEMANFAATAN
PEKARANGAN DENGAN KONSEP KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) ”
Menimbang: a.…………………………………………………...........
b...………………………………………………............
Mengingat: a………………………………………………. .............
b ………………………………………………..............
c ………………………………………………..............
d ………………………………………………..............
Memperhatikan:
Daftar Isian Penggunaan Anggaran ………. Tahun Anggaran…………………….
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Penyuluh Pertanian Lapangan sebagai Tenaga Pendamping (Penyuluh
Pendamping P2KP) Kegiatan Pemberdayaan Wanita;
Kedua : Penyuluh Pendamping P2KP mempunyai tugas:
5. ........................
6. ........................
7. .........................
Ketiga : Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Diktum Kedua,
Penyuluh Pendamping P2KP bertanggungjawab kepada Kepala
37
Badan/Kantor Ketahanan Pangan dan menyampaikan laporan
pelaksanaan secara berkala.
Keempat : Memberikan honorarium kepada Penyuluh Pendamping P2KP setiap
bulan sebesar Rp. 350.000 (tiga ratus lima puluh ribu rupiah) selama 10
bulan selama melaksanakan tugas pendampingan;
Kelima : Segala biaya akibat dikeluarkannya Surat Keputusan ini dibebankan pada
dana DIPA......................... Kabupaten/Kota ………........ sesuai dengan yang
tercantum dalam DIPA Nomor:………................ tanggal……………….Tahun
Anggaran 2013.
Keenam : Keputusan ini berlaku sejak tanggal penetapan sampai dengan
berakhirnya Tahun Anggaran 2013 dengan ketentuan akan diperbaiki
sebagaimana mestinya apabila terdapat kekeliruan dalam Surat
Keputusan ini.
Ketujuh : Surat Keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan, untuk
dilaksanakan sebagaimana mestinya.
DITETAPKAN DI :……………………
PADA TANGGAL :………………..….
BUPATI/WALIKOTA
Kab/Kota ………….....
(………………………………………..)
Nip.
Tembusan :
1. Kepala Badan Ketahanan Pangan cq Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan
Pangan, Kementerian Pertanian;
2. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Provinsi ……………………………;
3. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) ……………….;
*) Coret yang tidak perlu
38
39
Lampiran 1d
KEPUTUSAN KEPALA BADAN/ DINAS/ KANTOR/ INSTANSI KETAHANAN PANGAN
KABUPATEN/KOTA …………………
NOMOR :…………………………….
TENTANG
PENETAPAN PENYULUH PERTANIAN SEBAGAI TENAGA PENDAMPING
PADA KEGIATAN ”PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA MELALUI OPTIMALISASI
PEMANFAATAN PEKARANGAN DENGAN KONSEP KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI
(KRPL) TAHUN 2013 ”
Menimbang : a.…………………………………………………...........
b...………………………………………………............
Mengingat : a………………………………………………. .............
b ………………………………………………..............
c ………………………………………………..............
d ………………………………………………..................
Memperhatikan : a……………………………………………………………
b……………………………………………………………
c…………………………………………………………….
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Penyuluh Pendamping P2KP Desa…..…………..
Kedua : Penyuluhan Pendamping P2KP mempunyai tugas :
1........................................................
40
2. ......................................................
3. ......................................................
Ketiga : Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Diktum Kedua, Penyuluh
Pendamping P2KP bertanggungjawab kepada Kepala Badan/Kantor
Ketahanan Pangan dan menyampaikan laporan pelaksanaan secara berkala.
Keempat : Memberikan honorarium kepada Penyuluh Pendamping P2KP setiap bulan
sebesar Rp. 350.000 (tiga ratus lima puluh ribu rupiah) selama (.......)**
bulan selama melaksanakan tugas pendampingan;
Kelima : Segala biaya akibat dikeluarkannya Surat Keputusan ini dibebankan pada
dana DIPA......................... Kabupaten/Kota ………........ sesuai dengan yang
tercantum dalam DIPA Nomor:………................ tanggal……………….Tahun
Anggaran 2013.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal penetapan sampai dengan berakhirnya
Tahun Anggaran 2013 dengan ketentuan akan diperbaiki sebagaimana
mestinya apabila terdapat kekeliruan dalam Surat Keputusan ini.
Kelima : Surat Keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan, untuk
dilaksanakan sebagaimana mestinya.
DITETAPKAN DI :……………………
PADA TANGGAL :………………..……
KEPALA BADAN/ DINAS/ KANTOR/ INSTANSI Kab/Kota
………….....
(………………………………………..)
Nip.
Tembusan :
1. Kepala Badan Ketahanan Pangan cq Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan
Pangan, Kementerian Pertanian;
2. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Provinsi ……………………………;
3. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) ……………….;
4. Bupati/Walikota *) ………………………………………;
41
*) Coret yang tidak perlu
**) 8 bulan untuk kabupaten/kota baru dan 10 bulan untuk kabupaten/kota lama
42
Lampiran 2
Rekapitulasi RKKA
Kelompok :.................................
Nama Ketua Kelompok : ................................
Desa/Kelurahan :.................................
Kecamatan :.................................
Kabupaten/Kota :.................................
Provinsi :.................................
REKAPITULASI RENCANA KEGIATAN DAN KEBUTUHAN ANGGARAN (RKKA)
.............................,....................................
Kepada Yth :
Kuasa Pengguna Anggaran.....................
Kab/Kota...................................................
Sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Badan/Dinas...........No...........tanggal..........tentang
penetapan kelompok penerima manfaat kegiatan...............dengan ini kami mengajukan
permohonan Dana Bantuan Sosial sebesar Rp..................(terbilang........) sesuai Rencana
Kegiatan dan Kebutuhan Anggaran (RKKA) terlampir dengan rekapitulasi kegiatan sebagai
berikut:
No Kegiatan Jumlah Biaya (Rupiah)
1 2 3
1.
2.
3.
4.
5.
Dst.
Jumlah
Selanjutnya kegiatan tersebut akan dilaksanakan oleh anggota kelompok yang terdiri dari :
43
No Nama Jabatan dalam
kelompok Alamat
1
2
3
4
5
Dst..
sesuai dengan Surat Perjanjian Kerja sama Nomor..............tanggal..................., Dana Bantuan
Sosial kelompok tersebut agar dipindahbukukan ke rekening
Kelompok.................................................................... No. Rekening.......... pada cabang/unit
Bank.....................di................................
MENGETAHUI
Pendamping P2KP Desa, Ketua kelompok,
................................... ..............................
MENYETUJUI,
Pejabat Pembuat Komitmen
Kabupaten/Kota........
..............................................
Nip.
44
Lampiran 3
SURAT PERJANJIAN KERJA SAMA
Nomor:.........................
Antara
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK)
Kabupaten/Kota..........................................
Dengan
Ketua Kelompok Wanita....................................
Tentang
BANTUAN SOSIAL
PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP)
TAHUN 2013
” PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA MELALUI OPTIMALISASI PEMANFAATAN
PEKARANGAN DENGAN KONSEP KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL)”
PROVINSI …………………………
Pada hari ini ........ tanggal .......... bulan......... tahun dua ribu sebelas bertempat di
Kantor.................. Jalan..................., kami yang bertanda tangan di bawah ini:
1. ...................: Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)............................ dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) .................... DIPA Tahun .......
No.............. tanggal........., yang berkedudukan di Jalan................ yang untuk selanjutnya
disebut PIHAK PERTAMA.
2. ...................: Ketua Kelompok Wanita ........................ berkedudukan di Desa/Kelurahan
............... Kecamatan .......... Kabupaten/Kota ...........dalam hal ini bertindak untuk dan
atas nama jabatan tersebut dan dengan demikian untuk dan atas nama serta sah
mewakili Kelompok wanita yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
Kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan Perjanjian Kerja sama yang mengikat dalam
rangka pelaksanaan kegiatan P2KP 2013 “Pemberdayaan Kelompok Wanita melalui
Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan dengan konsep KRPL” dengan ketentuan sebagai
berikut:
Pasal 1
DASAR PELAKSANAAN
1. Keputusan Presiden No: ..................... tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
2. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 66/Permentan/OT.140/12/2010 tentang Pedoman
Pengelolaan Dana Bantuan Sosial untuk Pertanian Tahun Anggaran 2013;
45
3. Pedoman Umum Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) tahun 2013
yang diterbitkan oleh Menteri Pertanian, Kementerian Pertanian;
4. DIPA ................., Nomor : ................, tanggal ....................., 2013;
5. Surat Keputusan Kepala Badan/Kantor/Dinas/Unit Kerja yang menangani ketahanan
pangan Kabupaten......., Nomor ............., tanggal ......... 2013 tentang Penetapan
Penerima Manfaat.
Pasal 2
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan perjanjian kerja sama ini adalah mengikat kedua belah PIHAK
dalam rangka pelaksanaan kegiatan P2KP 2013 “Pemberdayaan Kelompok Wanita
melalui Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan dengan konsep KRPL” dalam rangka
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap serta motivasi
kelompok wanita untuk memanfaatkan lahan pekarangan sebagai sumber pangan dan
pendapatan keluarga; meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
kelompok wanita dalam menyiapkan, mengolah, menyajikan dan mengkonsumsi
pangan yang beragam, bergizi berimbang dan aman melalui optimalisasi pemanfaatan
pekarangan dengan konsep KRPL;
Pasal 3
LINGKUP PEKERJAAN
PIHAK PERTAMA memberikan tugas kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA telah setuju
untuk menerima dan memanfaatkan dana Bantuan Sosial kegiatan P2KP 2013 untuk kegiatan
Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui demplot pekarangan kelompok dengan
menggunakan metode sekolah lapangan (SL).
Pasal 4
SUMBER DAN JUMLAH DANA
Sumber dan jumlah dana Bantuan Sosial P2KP 2013 “Pemberdayaan Kelompok Wanita
melalui Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan dengan konsep KRPL” yang diterima oleh
PIHAK KEDUA adalah :
1. Sumber dana sebagaimana tertuang dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA)................... Nomor:...................... tanggal........................
2. Jumlah dana yang disepakati kedua belah pihak sebesar Rp.........................................
(dengan huruf)
46
Pasal 5
PEMBAYARAN
Pembayaran Dana Bantuan Sosial kegiatan P2KP 2013 “Pemberdayaan Kelompok Wanita
melalui Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan dengan konsep KRPL” yang dimaksud pada
Pasal 4 Angka (2) Surat Perjanjian Kerja sama ini akan dilakukan oleh PIHAK PERTAMA
kepada PIHAK KEDUA setelah perjanjian kerja sama ini ditandatangani, dilaksanakan melalui
Surat Perintah Membayar (SPM) yang disampaikan oleh KPA kepada Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara ...................., dengan cara pembayaran langsung ke rekening
kelompok wanita ............... Desa/Kelurahan………… Kecamatan......…...
Kabupaten/Kota........... pada Bank ........................ dengan Nomor Rekening : ........................
Pasal 6
SANKSI
Apabila PIHAK KEDUA tidak dapat memanfaatkan dana Bantuan Sosial kegiatan P2KP 2013
“Pemberdayaan Kelompok Wanita melalui Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan dengan
konsep KRPL” seperti tersurat pada pasal 3, maka PIHAK PERTAMA berhak secara sepihak
mencabut seluruh dana yang diterima PIHAK KEDUA yang mengakibatkan surat perjanjian
kerja sama batal.
Pasal 7
PERSELISIHAN
1. Apabila terjadi perselisihan antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sehubungan
dengan surat perjanjian kerja sama ini, maka akan diselesaikan secara musyawarah
mufakat;
2. Apabila dengan cara musyawarah belum dapat dicapai suatu penyelesaian, maka kedua
belah PIHAK menyerahkan perselisihan ini kepada Pengadilan Negeri ..........................
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3. Keputusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap mengikat
kedua belah pihak.
Pasal 8
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)
1. Apabila dalam masa perjanjian terjadi keadaan memaksa (force majeure), yaitu hal-hal
yang diluar kekuasaan PIHAK KEDUA sehingga tertundanya pelaksanaan kegiatan, maka
PIHAK KEDUA harus memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA (KPA/PPK)
dan pihak lainnya dengan tembusan kepada Badan Ketahanan Pangan dalam waktu 4 X
24 jam tentang tanggal dan terjadinya keadaan memaksa (force majeure).
47
2. Keadaan memaksa (force majeure) yang dimaksud Pasal 7
Ayat (1) adalah:
a. Bencana alam seperti: gempa bumi, angin topan, banjir besar, kebakaran yang bukan
disebabkan kelalaian PIHAK KEDUA;
b. Peperangan;
c. Perubahan kebijakan moneter, berdasarkan peraturan Peraturan Pemerintah.
3. Keadaan memaksa (force majeure) harus diketahui oleh pejabat yang berwenang di
tempat terjadinya keadaan memaksa (force majeure).
Pasal 9
LAIN-LAIN
1. Segala lampiran yang melengkapi surat perjanjian kerja sama ini merupakan bagian yang
tak terpisahkan dan mempunyai kekuatan hukum yang sama;
2. Perubahan atas surat perjanjian kerja sama ini tidak berlaku kecuali terlebih dahulu
harus dengan persetujuan kedua belah pihak.
Pasal 10
JANGKA WAKTU BERLAKUNYA PERJANJIAN
Perjanjian ini mulai berlaku sejak ditandatangani oleh kedua belah PIHAK.
Pasal 11
PENUTUP
Surat perjanjian kerja sama ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah PIHAK di atas
materai cukup dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab tanpa adanya paksaan dari mana
pun dan dibuat rangkap 6 (enam) yang kesemuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama
untuk digunakan sebagaimana mestinya.
PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA
Ketua kelompok wanita Pejabat Pembuat Komitmen
Kabupaten/Kota
............................... ........................................
Nip.
Mengetahui/Menyetujui
Kuasa Pengguna Anggaran
Kabupaten/Kota ................
.........................................
Meterai
Rp6.000,-
48
Nip.
Lampiran 4
SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN LANGSUNG (SPP-LS)
DANA BANTUAN SOSIAL PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP)
2013
“PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA MELALUI OPTIMALISASI PEMANFAATAN
PEKARANGAN DENGAN KONSEP KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL)”
Kepada Yth :
Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (SPM)/Penguji SPP
Satker .....................................................
Kabupaten/Kota…………….....................................
Di …………………………………………..
Dengan memperhatikan Keputusan Presiden No. 17 dan 18 Tahun 2000 dan Peraturan
Menteri Pertanian Nomor : ……… Tanggal …….. serta DIPA Satuan Kerja …………..
TA…………Nomor…………….. Tanggal……/……./2013 serta berdasarkan (1) Surat Keputusan
Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja Ketahanan Pangan Kabupaten.................
Nomor:………………….. tanggal ……………, tentang Penetapan Penerima Manfaat dan (2) Surat
Perjanjian Kerja sama antara PPK dengan Ketua Kelompok Wanita Nomor : . . . . . . . . tanggal .
. . . . . …………, dengan ini diminta bantuan Saudara untuk membayar dana bantuan sosial
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) 2013 Pemberdayaan Kelompok
Wanita melalui Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan dengan konsep KRPL pada
MAK…………………………………..
Untuk hal tersebut kami mohon ditransfer dana sebesar Rp. ………. ke rekening Kelompok
Wanita pada Bank ……. (Pemerintah) dengan Nomor Rekening ……….
SPP-LS ini dilampiri dengan:
1. Foto kopi Surat Keputusan Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja Ketahanan Pangan
Kabupaten tentang Penetapan kelompok wanita sebagai Penerima Manfaat;
2. Surat Perjanjian Kerja sama;
49
3. Kuitansi yang ditandatangani oleh Ketua Kelompok yang diketahui oleh Kuasa
Pengguna Anggaran dan Bendaharawan pengeluaran Kabupaten;
Diterima Oleh
Pada tanggal :
Pejabat Penandatangan SPM
/Penguji SPP
Mengetahui/Menyetujui
Kuasa Pengguna Anggaran
Pejabat Pembuat
Komitmen
Ttd Ttd Ttd
(........................) (........................) (........................)
Nip ............... Nip ..................... Nip ............
50
Lampiran 5.
Kuitansi Dana Bantuan Sosial
NPWP :...............................
MAK :...............................
T.A :...............................
KUITANSI
No :.............
Sudah Terima dari : Kuasa Pengguna Anggaran...................................
Kabupaten/Kota............................................................
Uang sebanyak :
Untuk pembayaran : Dana Bantuan Sosial untuk kegiatan P2KP
Kelompok .......................................................................
di Desa/Kelurahan.............................................................
Kecamatan...........................................................
Kabupaten/Kota....................................................
Sesuai Surat Perjanjian Kerja sama No.........tanggal.........
Terbilang Rp. :
......................,...................2013
Mengetahui/Menyetujui, Yang menerima,
Pejabat Pembuat Komitmen Petani/Ketua Kelompok
Kabupaten/Kota..................
Meterai
Rp. 6.000
......................................... ...............................
Nip.
Setuju dibayar,Tgl...................................
Kuasa Pengguna Anggaran, Bendaharawan,
........................................ .....................................
Nip. Nip.
52