52
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan hal yang sangat penting danstrategis bagi keberlangsungan hidup umat manusia. Kebutuhan manusia akanpangan ialahhal yang sangat mendasar, sebab konsumsi pangan adalah salah satu syarat utama penunjang kehidupan. Pada konferensi tingkat tinggi (KTT) Pangan Sedunia tahun 1996 di Roma Italia, para pemimpin negara dan pemerintahan telah mengikrarkan komitmenbersama untuk mencapai ketahanan pangan sebagai upayamelawan kelaparan.Kini pangan ditetapkan sebagai bagian dari hak asasi manusia yang penyelenggaraannyawajib dijamin oleh Negara. Penyelenggaraan urusan pangan di Indonesia diatur melalui Undang- Undang Pangan Nomor 18 Tahun 2012 pengganti Undang-Undang Pangan Nomor 7 Tahun 1996, yang dibangun berlandaskan kedaulatan dan kemandirian pangan. Hal ini menggambarkan bahwa apabila suatu negara tidak mandiri dalam pemenuhan pangan, maka kedaulatan negara bisa terancam. Dalam Undang-Undang Pangan ini menekankan pada pemenuhan kebutuhan pangan di tingkat perorangan, dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi dan kearifan lokal secara bermanfaat. Beberapa hasil kajian menunjukan ketersediaan pangan yang cukup secara nasional terbukti tidak menjamin perwujudan ketahanan pangan pada tingkat wilayah (regional), rumah tangga dan individu. Data menunjukan bahwa jumlah proporsi rumah tangga yang kekurangan gizidi setiap propinsi masih tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut, penganekaragaman pangan menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan ketahanan pangan menuju kemandirian dan kedaulatan pangan. Dari segi fisiologis juga dikatakan, bahwa untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif manusia memerlukan lebih dari 40 jenis zat gizi yang terdapat pada berbagai jenis makanan, sebabtidak ada satupun jenis pangan yang lengkap zat gizinya selain air susu ibu (ASI). Kualitas konsumsi pangan masyarakat Indonesia ditinjau melalui pola pangan harapan (PPH), menunjukkan bahwa skor mutu konsumsi pangan penduduk Indonesia periode 2009- 2011mengalami fluktuasi. Hal ini diindikasikan dengan kondisi yang naik turun pada skor PPH mulai dari 75,7 pada tahun 2009 naik menjadi 77,5 pada tahun 2010, kemudian turun lagi pada tahun 2011 menjadi 77,3. Bahkan konsumsi kelompok padi-padian masih sangat besar dengan proporsi sebesar 61,8 persen.Situasiseperti ini terjadi karena pola konsumsi pangan masyarakat yang kurang beragam, bergizi seimbang, dan aman serta diikuti dengan semakin meningkatnya konsumsi terhadap produk impor, antara lain gandum dan terigu. Sementara itu, konsumsi bahan pangan lainnya dinilai masih belum memenuhi komposisi ideal yang dianjurkan, seperti pada kelompok umbi, pangan hewani, sayuran dan aneka buah. DRAFT

Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pangan merupakan hal yang sangat penting danstrategis bagi keberlangsungan hidup

umat manusia. Kebutuhan manusia akanpangan ialahhal yang sangat mendasar, sebab

konsumsi pangan adalah salah satu syarat utama penunjang kehidupan. Pada konferensi

tingkat tinggi (KTT) Pangan Sedunia tahun 1996 di Roma – Italia, para pemimpin negara dan

pemerintahan telah mengikrarkan komitmenbersama untuk mencapai ketahanan pangan

sebagai upayamelawan kelaparan.Kini pangan ditetapkan sebagai bagian dari hak asasi

manusia yang penyelenggaraannyawajib dijamin oleh Negara.

Penyelenggaraan urusan pangan di Indonesia diatur melalui Undang- Undang Pangan

Nomor 18 Tahun 2012 pengganti Undang-Undang Pangan Nomor 7 Tahun 1996, yang

dibangun berlandaskan kedaulatan dan kemandirian pangan. Hal ini menggambarkan bahwa

apabila suatu negara tidak mandiri dalam pemenuhan pangan, maka kedaulatan negara bisa

terancam. Dalam Undang-Undang Pangan ini menekankan pada pemenuhan kebutuhan

pangan di tingkat perorangan, dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia,

sosial, ekonomi dan kearifan lokal secara bermanfaat.

Beberapa hasil kajian menunjukan ketersediaan pangan yang cukup secara nasional

terbukti tidak menjamin perwujudan ketahanan pangan pada tingkat wilayah (regional),

rumah tangga dan individu. Data menunjukan bahwa jumlah proporsi rumah tangga yang

kekurangan gizidi setiap propinsi masih tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut,

penganekaragaman pangan menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan ketahanan

pangan menuju kemandirian dan kedaulatan pangan. Dari segi fisiologis juga dikatakan,

bahwa untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif manusia memerlukan lebih dari 40 jenis

zat gizi yang terdapat pada berbagai jenis makanan, sebabtidak ada satupun jenis pangan

yang lengkap zat gizinya selain air susu ibu (ASI).

Kualitas konsumsi pangan masyarakat Indonesia ditinjau melalui pola pangan harapan

(PPH), menunjukkan bahwa skor mutu konsumsi pangan penduduk Indonesia periode 2009-

2011mengalami fluktuasi. Hal ini diindikasikan dengan kondisi yang naik turun pada skor

PPH mulai dari 75,7 pada tahun 2009 naik menjadi 77,5 pada tahun 2010, kemudian turun

lagi pada tahun 2011 menjadi 77,3. Bahkan konsumsi kelompok padi-padian masih sangat

besar dengan proporsi sebesar 61,8 persen.Situasiseperti ini terjadi karena pola konsumsi

pangan masyarakat yang kurang beragam, bergizi seimbang, dan aman serta diikuti dengan

semakin meningkatnya konsumsi terhadap produk impor, antara lain gandum dan terigu.

Sementara itu, konsumsi bahan pangan lainnya dinilai masih belum memenuhi komposisi

ideal yang dianjurkan, seperti pada kelompok umbi, pangan hewani, sayuran dan aneka buah.

DRAFT

Page 2: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

2

Secara umum upaya penganekaragaman pangan sangat penting untuk dilaksanakan

secara massal, mengingat trend permintaan terhadap beras kianmeningkat seiring dengan

derasnya pertumbuhan penduduk, semakin terasanya dampak perubahan iklim, adanya efek

pemberian beras bagi keluarga miskin(Raskin) sehingga semakin mendorong masyarakat

yang sebelumnya mengonsumsi pangan pokok selain beras menjadi mengonsumsi beras

(padi), serta belum optimalnya pemanfaatan pangan lokal sebagai sumber pangan pokok bagi

masyarakat setempat.

Pelaksanaan kegiatan P2KP ini merupakan implementasi dari Rencana Strategis

Kementerian Pertanian yaitu Empat Sukses Pertanian, yang salah satunya ialah mengenai

Peningkatan Diversifikasi Pangan, yang merupakan salah satu kontrak kerja antara Menteri

Pertanian dengan Presiden RI pada tahun 2009-2014, dengan tujuan untuk meningkatkan

keanekaragaman pangan sesuai dengan karakteristik wilayah. Kontrak kerja ini merupakan

tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Kebijakan Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, yang ditindaklanjuti

oleh Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Gerakan Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Peraturan tersebut kini

menjadi acuan untuk mendorong upaya penganekaragaman konsumsi pangan dengan cepat

melalui basis kearifan lokalserta kerjasama terintegerasi antara Pemerintah, Pemerintah

Daerah, dan masyarakat. Di tingkat propinsi, kebijakan tersebut harus ditindaklanjuti melalui

Peraturan Gubernur (Pergub), dan di tingkat kabupaten/kota ditindaklanjuti melalui Peraturan

Bupati/Walikota (Perbup/Perwalikota) ataupun sebagainya.

Sebagai bentuk keberlanjutan programPercepatan Penganekaragaman Konsumsi

Pangan (P2KP) Berbasis Sumber Daya Lokal tahun 2010, pada tahun 2013program P2KP

diimplementasikan melalui kegiatan: (1) Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan

melaluikonsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), (2) Model Pengembangan Pangan

Pokok Lokal (MP3L), serta (3) Sosialisasi dan Promosi P2KP. Melalui tiga kegiatanbesar ini

diharapkan dapat meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat untuk membentuk

pola konsumsi pangan yang baik. Disamping itu perlu dijalin kerjasama kemitraan dengan

pihakswasta yang antara lain bisa berupaCorporate Social Responsibility (CSR)/Program

Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) baik di bidang pangan maupun sekitarnya.

Demografigerakan P2KP sangat jelas di lapangan, terutama pada tingkat propinsi dan

kabupaten/kota, baik itu melalui integrasi berbagai kegiatan dalam mewujudkan

pengembangan ekonomi daerah, maupun dari segi pelaksanaan dan pembiayaannya. Selain

itu, Gubernur dan Bupati/Walikota sebagai integrator utama memiliki peranan penting dalam

mengoordinasikan gerakan P2KP, khususnya terhadap Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) sebagai agen pembawa perubahan (agent of change).

Disamping untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, gerakan P2KP ini juga

ditujukan untuk meningkatkan keragaman dan kualitas konsumsi pangan masyarakat agar

Page 3: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

3

lebih beragam, bergizi seimbang dan aman guna menunjang hidup sehat yang aktif dan

produktif.

Untuk itu, Pedoman Umum Gerakan P2KP tahun 2013 ini ditetapkan sebagai acuan

penyelenggaraan program P2KPsehingga dapat berjalan dengan baik di tingkat pusat maupun

di provinsi dan kabupaten/kota untuk menyukseskan upaya peningkatan diversifikasi pangan.

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan P2KP tahun 2013 terdiri atas:

1. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep KRPL

Optimalisasi pemanfaatan pekarangan dilakukan melalui upaya pemberdayaan wanita

untukmengoptimalkan manfaat pekarangan sebagai sumber pangan dengan

membudidayakan berbagai jenis tanaman sesuai kebutuhan keluargaseperti aneka umbi,

sayuran, buah, serta budidaya ternak dan ikan demi menunjang ketersediaan sumber

karbohidrat, vitamin, mineral, protein dan lemak untuk keluarga dengan lokasi yang saling

berdekatan sehingga dapat membentuk sebuah kawasan yang kaya akan sumber pangan

lokal. Pendekatannya dilakukan dengan mengembangkan pertanian berkelanjutan

(sustainable agriculture)antara lain dengan membangun kebun bibit dan mengutamakan

sumber daya lokal disertai dengan pemanfaatan pengetahuan lokal (local wisdom)

sehingga kelestarian alam pun ikut tetap terjaga.

Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan dengan konsep KRPL dilaksanakan

melalui pendampingan oleh Penyuluh Pendamping P2KP desa dan Pendamping P2KP

kabupaten/kota, serta dikoordinasikan bersama dengan aparat kabupaten/kota.

Pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan kemampuan kelompok wanita dalam

pengembangan pangan lokal (budidaya dan pengolahan pangan), dan membudayakan pola

konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman diharapkan juga dapat

memicu pengembangan usaha rumah tangga di bidang pangan sebagai bentuk peningkatan

ekonomi keluarga setelah kebutuhan gizi keluarganya terpenuhi.

Di setiap desa mempunyai kebun bibit (pengadaan bibit, pupuk dan kebutuhan

penyemaian benih) untuk memasok kebutuhan bibit tanaman/ternak/ikan bagi anggota

kelompok dan masyarakat, sehingga terciptanya keberlanjutan kegiatan. Pengembangan

kebun bibit ini disarankan agar diintegerasikan dengan kegiatan pembibitan yang ada di

Direktorat Jenderal Hortikultura dan Badan Litbang Kementerian Pertanian.

Di setiap desa pelaksana P2KP dana bansos juga diarahkan untuk mengembangkan

kebun sekolah (PAUD/TK/SD/SMP/SMA) yang berada di lokasi desa tersebut, pembinaan

dilakukan oleh pandampingan desa P2KP sejalan dengan pembinaan yang dilakukan

terhadap kelompok wanita P2KP dan berkoordinasi dengan sekolah yang bersangkutan.

Kebun bibit yang dikembangkan di desa P2KP juga menyuplai bibit untuk kebun sekolah.

Page 4: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

4

2. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L)

Sejauh ini pemanfaatan pangan lokal sudah sampai pada tahapan penyediaan aneka

tepung. Kedepan diharapkan aneka tepung ini dapat mensubstitusi beras dan terigu sebagai

sumber karbohidrat. Melalui teknologi pengolahan pangan dapat dikembangkan “nasi non-

beras” yang dapat disandingkan dengan “nasi beras” sebagai menu makanan sehari-hari

serta mendorong dan mengembangkan penganekaragaman pangan khususnya berbasis

aneka tepung berbahan baku lokal serta pengembangan pengolahan tepung lokal menjadi

pangan ”intermediate.”

Tujuan dari kegiatan MP3L adalah untuk mengembangkan pangan lokal sumber

karbohidrat selain beras dan terigu yang secara khusus dipersiapkan untuk mendukung

pelaksanaan program pangan bersubsidi bagi keluarga berpendapatan rendah. Kegiatan ini

dilaksanakan melalui kerjasama dengan berbagai instansi terkait yang bertujuan untuk:

a. Mengembalikan kesadaran masyarakat untuk kembali pada pola konsumsi pangan

pokok asalnya melalui penyediaan bahan pangan non-beras/non-terigu dari sumberdaya

lokal.

b. Perbaikan mutu konsumsi pangan masyarakat melalui penurunan konsumsi beras dan

peningkatan konsumsi pangan pokok selain beras yang diimbangi dengan konsumsi

pangan hewani serta sayur dan buah.

3. Sosialisasi dan Promosi P2KP

Kegiatan Sosialisasi dan Promosi P2KP dimaksudkan untuk memasyarakatkan dan

membudayakan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman kepada

masyarakat melalui upaya-upaya penyebarluasan informasi, penyadaran sikap dan perilaku

serta ajakan untuk memanfaatkan pangan lokal sebagai sumber gizi keluarga demi

terciptanya pola hidup yang sehat, aktif dan produktif.

Kepemimpinan formal (Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota, hingga Kepala Desa)

berperan sentral sebagai panutan dan tokoh penggerak dalam gerakan P2KP. Sedangkan

kepemimpinan informal (tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama) berperan sebagai

panutan dalam mendukung Gerakan P2KP. Untuk itu himbauan baik tertulis maupun

melalui media komunikasi perlu disertai dengan contoh kongkrit tentang pentingnya

diversifikasi pangan sebagai pemenuh gizi keluarga.

Pelaksanaan gerakan P2KP memerlukan dukungan, peran serta dan sinergi dari

lembaga/instansi dan pemangku kepentingan seperti Kementerian Pertanian (Badan

PSDMP, Badan Litbangtan, Dirjen Tanaman Pangan, Dirjen Hortikultura, dan Dirjen

PPHP), Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian

Perdagangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Perindustrian, Kementerian

Kehutanan, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, Bappenas, BKKBN, lembaga

Page 5: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

5

pendidikan, tokoh masyarakat, lembaga adat dan agama, BUMN/BUMD, pelaku usaha,

dan organisasi non-pemerintah seperti PKK, SIKIB, Kowani, dan lain sebagainya.

Kerjasama ini dapat dilakukan secara sinergis melalui pelaksanaan gerakanP2KP

sesuaiperaturan yang ada.

Peran pelaku usaha (swasta) dalam mendukung gerakan P2KP dapat dilakukan antara

lain melalui pemanfaatan dana Corporate Social Responsibility (CSR)/Program Kemitraan

dan Bina Lingkungan (PKBL). Peran kelembagaan non-formal dalam hal ini juga sangat

penting dalam menyukseskan upaya diversifikasi pangan untuk kesejahteraan bangsa.

Lomba Cipta Menu (LCM) merupakan salah satu ajang tahunan yang digelar untuk

mendukung upaya P2KP.LCM dimaksudkan sebagai bentuk peningkatan diversifikasi

pangan melalui kompetisi penciptaan menu B2SA berbasis pangan lokal mulai tingkat

kabupaten/kota, propinsi, hingga tingkat nasional.

Pameran diversifikasi pangan dilaksanakan sebagai bentuk promosi pangan lokal yang

antara lain dilakukan dengan menampilkan aneka pangan lokal, produk olahan pangan

lokal, hingga demo masak pangan lokal. Pameran diversifikasi dimaksudkan untuk

memudahkan interaksi antara pemerintah dengan para pengunjung, baik itu masyarakat

umum maupun pelaku usaha. Pada puncak peringatan HPS tingkat nasional, setiap

propinsi diberikan kesempatan untuk menampilkan produk olahan pangan lokalnya pada

stand masing-masing daerah.

No Kegiatan Sub Kegiatan

1.

Gerakan dan kampanye P2KP

Advokasi gerakan P2KP kepada tokoh masyarakat dan

para pemangku kepentingan

Aksi nyata gerakan P2KP secara kreatif dan inovatif

bersama-sama antara pemerintah, akademisi, swasta,

LSM, serta masyarakat

Seminar/lokakarya peningkatan diversifikasi pangan

2.

Lomba Cipta Menu B2SA

Kerjasama dengan PKK

Kerjasama dengan akademisi dan organisasi profesi

Kerjasama dengan pihak swasta

3.

Promosi Media Massa

Pemasangan billboard/baliho gerakan P2KP di tempat-

tempat umum

Penyiaran jingle P2KP di radio

Penayangan iklan layanan masyarakat P2KP di televisi

4. Pameran Diversifikasi Pangan Promosi pangan pokok local

Penyediaan icip-icip produk olahan pangan lokal

Demo masak berbasis pangan lokal

C. Dasar Hukum

Dasar hukum pelaksanaan gerakan P2KP adalah:

Page 6: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

6

1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan, dalam salah satu pasalnya

menyatakan bahwa dalam penyelenggaraan pangan berdasarkan pada azas kedaulatan,

kemandirian, ketahanan, keamanan, manfaat, keadilan, keberlanjutan dan keadilan.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu dan Gizi

Pangan.

3. Peraturan Presiden Nomor 24 tahun 2010 Tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I

Kementerian Negara.

4. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2006 Tentang Dewan Ketahanan Pangan.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota.

6. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Kebijakan Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal;

7. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Gerakan Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal.

8. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Ketahanan Pangan.

9. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 45 Tahun 2011 Tentang Tata Hubungan Kerja

Antar Kelembagaan Teknis, Penelitian dan Pengembangan, dan Penyuluhan Pertanian

Dalam Mendukung Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).

10. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 81/PMK.05/2012 tentang

Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian Negara/Lembaga.

11. Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2010 tentang Pembangunan yang berkeadilan

• Kementerian PPN/Bappenas bertanggung jawab dalam Penyusunan Rencana Aksi

Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011-2015.

• Pemerintah Propinsi melalui Gubernur diinstruksikan untuk menyusun Rencana

Aksi Daerah Pangan dan Gizi (atau disingkat RAD-PG) pada Tahun 2011

D. Pengertian

1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian,

perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah

maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi

konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku Pangan, dan bahan

lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan

makanan atau minuman.

Page 7: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

7

2. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan

perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun

mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan

dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan

produktif secara berkelanjutan.

3. Penganekaragaman Pangan adalah upaya peningkatan ketersediaan dan konsumsi

pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi sumber daya lokal.

4. Pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA) adalah aneka ragam bahan

pangan baik sumber karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan lemak yang apabila

dikonsumsi dalam jumlah berimbang dapat memenuhi kecukupan gizi yang dianjurkan.

5. Sosialisasi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman adalah upaya

penyebarluasan informasi untuk memasyarakatkan dan membudayakan pola konsumsi

pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman kepada masyarakat khususnya ibu

hamil dan anak usia dini untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif.

6. Pangan Lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai

dengan potensi dan kearifan lokal.

7. Beras Analog adalah pangan pokok berbentuk seperti butiran beras padi yang bahan

bakunya dapat berasal dari kombinasi bahan tepung lokal dan atau dicampur dengan

padi.

8. Pola Konsumsi adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan

makanan rata-rata per orang per hari, yang umum dikonsumsi masyarakat dalam jangka

waktu tertentu.

9. Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan ragam pangan yang didasarkan pada

sumbangan energi dari kelompok pangan utama (baik secara absolut maupun dari suatu

pola ketersediaan dan atau konsumsi pangan).

10. Pekarangan adalah lahan yang ada di sekitar rumah dengan batas pemilikan yang jelas

(lahan boleh berpagar dan boleh tidak berpagar) serta menjadi tempat tumbuhnya

berbagai jenis tanaman dan tempat memelihara berbagai jenis ternak dan ikan.

11. Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar

mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses

informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk

meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta

meningkatkan kesadaran dalam pelestariaan fungsi lingkungan.

12. Pendamping P2KP adalah penyuluh pertanian/penyuluh tenaga harian lepas - tenaga

bantu penyuluh pertanian (THL-TBPP) atau aparat yang menangani P2KP yang telah

mengikuti pelatihan pendampingan P2KP, dan bertugas untuk mendampingi serta

membimbing kelompok sasaran kegiatan P2KP di wilayahnya.

13. Demplot adalah kawasan/area yang terdapat dalam kawasan SL-P2KP yang berfungsi

sebagai lokasi percontohan, temu lapang, tempat belajar dan tempat praktek

pemanfaatan pekarangan yang disusun dan diaplikasikan bersama oleh kelompok.

14. Sekolah Lapangan (SL) adalah suatu model pelatihan yang dilaksanakan secara

bertahap dan berkesinambungan untuk mempercepat proses peningkatan kompetensi

Page 8: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

8

sasaran, dimana proses berlatih melatih dilaksanakan melalui kegiatan belajar sambil

mengerjakan dan belajar untuk menemukan atau memecahkan masalah sendiri, dengan

berasaskan kemitraan antara pelatih dan peserta.

15. SL-P2KP adalah suatu tempat pendidikan non-formal bagi masyarakat untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pengembangan pemanfaatan

pekarangan dalam rangka percepatan penganekaragaman konsumsi pangan sesuai

dengan sumberdaya lokal.

16. Laboratorium Lapangan (LL) adalah kawasan/area yang terdapat pada kawasan SL-

P2KP berfungsi sebagai lokasi percontohan, temu lapang, tempat belajar dan praktek

penerapan teknologi disusun dan diaplikasikan bersama oleh kelompok.

17. Kebun Sekolah adalah halaman atau lahan yang ada di sekitar sekolah dengan batas

penguasaan yang jelas, dapat dimanfaatkan untuk budidaya berbagai jenis

tanaman/tumbuhan, ternak atau ikan.

18. Kebun Bibit adalah area/kebun milik kelompok yang dijadikan/ difungsikan sebagai

tempat untuk pembibitan bagi kelompok. Kegiatan pembibitan dimaksudkan untuk

penyulaman atau penanaman kembali demplot kelompok maupun pekarangan milik

anggota dan masyarakat desa.

19. Desa atau yang disebut dalam UU No. 32/2004 diartikan sebagai kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, berwewenang untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

20. Desa P2KP adalah desa yang telah ditunjuk sebagai penerima manfaat dan pelaksana

kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan.

21. Kelompok P2KP adalah kelompok wanita yang telah ditunjuk sebagai penerima

manfaat dan pelaksana kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan,

yaitu yang sudah eksis dan beranggotakan minimal 10 rumah tangga.

22. Corporate Social Responsibility (CSR) atau Program Kemitraan dan Bina

Lingkungan (PKBL) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh

perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggung jawab

perusahaan terhadap sosial/lingkungan sekitar tempat perusahaan tersebut berada.

Bentuk tanggung jawab bermacam-macam mulai dari melakukan kegiatan yang dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian

beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum,

sumbangan yang bersifat sosial dan berguna bagi masyarakat banyak.

23. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal(MP3L)adalah kegiatan untuk

menghasilkan model pengembangan produk pangan pokok sesuai karakteristik daerah

berbasis sumber daya lokal.

24. Rumah Pangan Lestari adalah sebuah konsep hunian yang secara optimal

memanfaatkan pekarangannya sebagai sumber pangan dan gizi keluarga secara

berkelanjutan.

Page 9: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

9

25. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) adalah sebuah konsep lingkungan

perumahan penduduk yang secara bersama-sama mengusahakan pekarangannya secara

intensif untuk dimanfaatkan sumber pangan secara berkelanjutan dengan

mempertimbangkan aspek potensi wilayah dan kebutuhan gizi warga setempat.

26. Lomba Cipta Menu (LCM) adalah ajang perlombaan tahunan yang diikuti oleh

kelompok wanita dalam menciptakan menu makanan berbasis pangan lokal yang

diselenggarakan di tingkat kabupaten/kota, tingkat propinsi, dan tingkat nasional.

Page 10: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

10

BAB II

TUJUAN, SASARAN, DAN INDIKATOR KELUARAN

A. Tujuan

1. Tujuan Umum:

Secara umum tujuan kegiatan P2KP adalah untuk memfasilitasi dan mendorong

terwujudnya pola konsumsi pangan masyarakat yang beragam, bergizi seimbang dan

aman yang diindikasikan dengan meningkatnya skor Pola Pangan Harapan (PPH).

Adapun tujuan dari Pedoman P2KP ini adalah sebagai acuan bagi pelaksana kegiatan

baik di tingkat Pusat maupun Daerah, sehingga kegiatan P2KP dapat berjalan optimal

dan mencapai sasaran yang diharapkan.

2. Tujuan Khusus:

a. Meningkatkan kesadaran, peran, dan keikutsertaan masyarakat dalam mewujudkan

pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman serta

mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan tertentu melalui analisis situasi

konsumsi dan pola konsumsi pangan di lokasi P2KP.

b. Meningkatkan partisipasi kelompok wanita dalam penyediaan sumber pangan dan

gizi keluarga melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan sebagai penghasil

sumber karbohidrat, vitamin, mineral dan protein untuk konsumsi keluarga.

c. Meningkatkan pengembangan bisnis dan industri pengolahan pangan sumber

karbohidrat selain beras dan terigu yang berbasis sumber daya lokal, aman,

terjangkau dan dapat diterima oleh masyarakat.

B. Sasaran

1. Sasaran Kegiatan

Mengacu pada tujuan di atas, sasaran kegiatan P2KP ialah:

a. Meningkatnya kesadaran dan peranserta masyarakat dalam mewujudkan pola

konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman serta menurunnya

tingkat ketergantungan masyarakat terhadap bahan pangan tertentu dengan

pemanfaatan pangan lokal.

b. Berkembangnya bisnis dan industri pengolahan pangan sumber karbohidrat selain

beras dan terigu yang berbasis sumber daya lokal, aman, terjangkau dan dapat

diterima oleh masyarakat di lokasi sasaran yang telah ditentukan.

2. Sasaran Lokasi Kegiatan

Kegiatan P2KP tahun 2013 dilaksanakan dengan sasaran lokasi sebagai berikut:

Page 11: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

11

a. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep KRPL dilaksanakan di 5000

desa baru dan 1280 desa lanjutan tahun 2012; pada 497 kabupaten/kota di 33

propinsi.

b. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L) dilaksanakan di 30

kabupaten/kota pada 17 propinsi.

c. Sosialisasi dan Promosi P2KP dilaksanakan di 33 propinsi.

C. Indikator Keluaran

Keberhasilan kegiatan P2KP akan tercermin dari indikator berikut:

1. Meningkatnya jumlah partisipasi wanita dalam penyediaan pangan keluarga yang

beragam, bergizi seimbang, dan aman.

2. Meningkatnya jumlah usaha pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan, dan

penyediaan pangan sumber karbohidrat dari bahan pangan lokal.

3. Terciptanya model pengembangan pangan pokok lokal sesuai dengan karakteristik

daerah.

4. Meningkatnya motivasi, partisipasi, dan aktivitas masyarakat dalam gerakan P2KP.

5. Meningkatnya kualitas konsumsi pangan masyarakat melalui penghitungan skor PPH.

Page 12: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

12

BAB III

KERANGKA PIKIR

A. Kebijakan

Berdasarkan Perpres Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman

Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal dan Permentan Nomor 43 Tahun 2009 tentang

Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan, menjadi acuan bagi Pemerintah dan

Pemerintah Daerah dalam melakukan perencanaan, penyelenggaraan, evaluasi, dan pengendalian

kegiatan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal.

B. Rancangan Kegiatan

Gerakan P2KP pada tahun 2013 dilakukan melalui 3 kegiatan utama yaitu:

1. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari

(KRPL), dilaksanakan dalam rangka fasilitasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan

kepada kelompok wanita dengan rincian pengadaan kebun bibit untuk kelompok tahun

2012 (tahun kedua); dan pengembangan pekarangan anggota, pengadaan kebun bibit,

serta untuk pengadaan alat mendukung kegiatan KRPL (budidaya dan pasca panen)

untuk kelompok tahun 2013 (tahun pertama).

2. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L), kegiatan MP3L ini akan

dilakukan dengan inti kegiatan mendorong penyediaan bahan pangan lokal selain beras

dan terigu dalam mendukung pola konsumsi pangan pokok yang beragam, bergizi

seimbang, dan aman melalui:

Bantuan penyediaan alat untuk menghasilkan produk pangan pokok berbahan baku

pangan lokal;

Fasilitasi dan pendampingan kepada UMKM untuk mengembangkan bisnis dan

industri berbasis pangan lokal dalam penyediaan bahan pangan pokok lokal non-

beras untuk masyarakat.

Kajian terhadap produk pangan pokok berbahan baku pangan lokal, meliputi :

spesifikasi produk, daya terima konsumen dan kelembagaan.

Sebagai keberlanjutan dari kegiatan MP3L tahun 2012 yang dikembangkan di 10

kabupaten di 9 propinsi, pada tahun 2013 akan dikembangkan menjadi 30 kabupaten di

17 propinsi.

Pelaksanaan kegiatan MP3L didampingi oleh perguruan tinggi setempat yang

menangani pengembangan teknologi pangan. Kerjasama dengan perguruan tinggi ini

dimaksudkan untuk membantu dan mendukung Badan/Kantor/Dinas yang menangani

ketahanan pangan tingkat propinsi dalam melaksanakan kegiatan P2KP.

Page 13: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

13

3. Sosialisasi dan Promosi P2KP, dilaksanakan melalui berbagai macam media baik itu

media massa cetak maupun elektronik, pameran diversifikasi pangan fokus pada

pengembangan pangan pokok lokal berbasis tepung-tepungan, seperti kudapan, mie dan

beras analog, gerakan (aksi) diversifikasi kampanye kreatif dan inovatif dalam

memperkaya citra pangan lokal, serta melalui pelibatan tokoh formal dan informal yang

berpengaruh di masyarakat.

Selain rencana kegiatan utama program P2KP diatas, dilakukan juga kegiatan

pendukung pencapaian indikator keluaran program ini yang dilakukan oleh provinsi dan

kabupaten/kota, yaitu:

1. Lomba Cipta Menu Pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman, dengan tujuan

untuk menumbuhkan dan/atau meningkatkan kesadaran mereka terhadap “Pangan

Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman” (B2SA), sebagai salah satu bentuk sosialisasi

konsumsi pangan B2SA yang dilaksanakan secara berjenjang, mulai tingkat kabupaten,

provinsi, sampai ke tingkat nasional. Lomba Cipta Menu tingkat nasional akan diikuti

oleh peserta dari pemenang lomba tingkat provinsi. Peserta lomba akan menyajikan

menu makanan dalam bentuk display. Menu yang disajikan adalah menu B2SA

berbasis sumber daya lokal yang dapat diterapkan sebagai menu keluarga sehari-hari,

dan bukan hanya pada saat lomba saja.

2. Analisis Situasi Konsumsi Pangan di Wilayah Program P2KP, dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui gambaran kuantitas dan kualitas konsumsi pangan, khususnya di

desa penerima program P2KP. Kegiatan ini dilakukan di 250 kab/kota terpilih, dengan

minimum sampel 6 desa per kab/kota (desa lama maupun desa baru penerima program)

dan masing-masing desa diambil 10-30 rumah tangga sampel, sehingga kisaran total

sampel setiap kabupaten sebesar 60-180 rumah tangga, dan total sampel nasional

sebesar 15000 s.d 45000 rumah tangga. Kegiatan pemantauan survey konsumsi di

wilayah P2KP ini dilakukan dua tahap yaitu awal dan akhir tahun pelaksanaan program

2013. Metode survey konsumsi/pemantauan konsumsi pangan dilakukan dengan

menggunakan Food Record Method (Pencatatan konsumsi pangan secara mandiri).

Tahap pengambilan data konsumsi dilakukan oleh penyuluh pendamping desa P2KP

dan penyuluh pendamping kab/kota P2KP. Tahap analisis dan pelaporan dilakukan

oleh petugas yang menangani konsumsi di kab/kota dan provinsi. Analisis dilakukan

untuk melihat peningkatan kualitas konsumsi pangan berdasarkan Pola Pangan Harapan

(PPH). Melalui pemantauan konsumsi ini diharapkan dapat mengukur indikator

keberhasilan program P2KP.

Kegiatan tersebut harus dilaksanakan secara simultan sehingga tujuan dari gerakan P2KP

dapat terwujud sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Page 14: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

14

Mengacu pada Perpres Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal, maka dalam pelaksanaan

kegiatan P2KP mengoptimalkan peran instansi dan pemangku kepentingan (stakeholders)

terkait, seperti Dewan Ketahanan Pangan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian

Perindustrian, Kementerian Kehutanan, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal,

lembaga pendidikan, tokoh masyarakat, lembaga adat dan agama, BUMN/BUMD, pelaku

usaha, dan LSM (PKK, SIKIB, Kowani), dan lain sebagainya.

Proses pemilihan Desa P2KP dilakukan berdasarkan identifikasi Calon Penerima dan

Calon Lokasi (CP/CL) sesuai dengan kriteria, yaitu: a) kelompok wanita yang beranggotakan

minimal 30 rumah tangga yang berdomisili berdekatan dalam satu kawasan; dan b) bukan

penerima Bansos lainnya.

Keberhasilan pelaksanaan gerakan P2KP bergantung pada sinergi kerjasama antara

aparat Pemerintah Daerah dari berbagai instansi terkait, Penyuluh Pendamping dan Penerima

Manfaat. Agar kegiatan dilaksanakan dengan tepat sasaran maka harus diidentifikasi dengan

benar akar masalah yang ada di lapangan dan melakukan pendekatan yang menyeluruh

kepada masyarakat. Pelaksana kegiatan sebaiknya dari kelompok-kelompok yang telah

mengakar di masyarakat dan mempunyai keinginan serta komitmen sebagai perintis gerakan

P2KP. Secara utuh, kegiatan ini diarahkan untuk menjadi kebutuhan kelompok/masyarakat

sehingga keberadaan dan perkembangannya akan bersifat berkelanjutan dan tidak sebatas

keproyekan.

Penyuluh Pendamping P2KP memiliki peran terdepan dalam keberhasilan gerakan

P2KP, termasuk didalamnya memperbaiki perilaku konsumsi pangan masyarakat.

Kemampuan utama yang perlu dikembangkan seorang Penyuluh Pendamping P2KP adalah

dari sisi kepemimpinan (leadership), manajemen, dan kewirausahaan (entrepreneurship),

disamping kemampuan untuk menggerakkan masyarakat, membangun jejaring, dan menjadi

contoh nyata bagi masyarakat, serta berperan sebagai fasilitator dan penyedia input

intelektual.

C. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam mendukung pelaksanaan gerakan P2KP, antara lain

ialah:

1. Peranan para pemimpin sebagai tokoh panutan

Pemimpin memiliki pengaruh besar sebagai tokoh panutan, baik itu pemimpin formal

maupun informal. Peranan para pemimpin formal dapat diwujudkan melalui penerbitan

peraturan mengenai gerakan P2KP, sedangkan peranan pemimpin informal dapat diwujudkan

melalui dukungan dan peranserta didalam gerakan P2KP.

2. Kampanye Gerakan P2KP

Page 15: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

15

Kampanye dilaksanakan untuk menyinergikan dan mengintegrasikan gerakan P2KP

baik itu di tingkat Pusat maupun Daerah yang antara lain dilakukan dengan cara

mengadvokasi para pemimpin, menyosialisasilan kegiatan P2KP kepada para pemangku

kepentingan, dan mempromosikan pangan lokal kepada masyarakat luas secara formal

maupun informal.

3. Pengembangan usaha pengolahan pangan lokal

Pengembangan usaha pengolahan pangan lokal diarahkan untuk memicu kegiatan

usaha mikro/kecil dalam mengolah pangan lokal menjadi produk antara (intermediate

product).

4. Membangun sinergi dengan lembaga pemerintah lainnya, perguruan tinggi dan

dunia usaha

Untuk mendukung gerakan P2KP maka perlu dibangun jaringan kerjasama yang

sinergis baik dengan instansi di lingkup Kementerian Pertanian, Badan PSDMP, Badan

Litbangtan, Direktorat Jenderal Teknis, PPHP, kementerian/lembaga terkait, perguruan

tinggi, dan pihak swasta serta BUMN/BUMD.

D. Strategi

Gerakan P2KP dilakukan melalui dua strategi utama, yaitu:

1. Internalisasi Penganekaragaman Konsumsi Pangan

Salah satu faktor penting yang menyebabkan belum maksimalnya pencapaian gerakan

P2KP adalah masih terbatasnya kebijakan dan peraturan yang berhubungan dengan

proses internalisasi pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman

pada tingkat rumah tangga hingga individu. Pengetahuan tentang diversifikasi pangan

yang dimiliki oleh setiap individu, terutama wanita sangat penting dalam menyusun

menu makanan yang memenuhi kaidah gizi seimbang.

Proses internalisasi penganekaragaman konsumsi pangan dilakukan melalui 2 (dua)

cara yaitu :

a. Advokasi, kampanye, promosi, dan sosialisasi tentang konsumsi pangan yang

beragam, bergizi seimbang, dan aman kepada aparat pada berbagai tingkatan dan

masyarakat.

b. Pendidikan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman melalui

jalur pendidikan formal dan non-formal/penyuluhan.

2. Pengembangan Bisnis dan Industri Pangan Lokal

Keberhasilan gerakan P2KP ditentukan juga oleh ketersediaan aneka ragam bahan

pangan dan perilaku konsumen dalam mengonsumsi aneka ragam pangan. Efektivitas

P2KP akan tercapai apabila upaya internalisasi didukung dan berjalan beriringan

Page 16: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

16

dengan pengembangan bisnis pangan dan industri pangan lokal. Oleh karena itu

gerakan P2KP Nasional dan Daerah perlu diselaraskan, khususnya dalam

pengembangan pertanian, perikanan, peternakan, dan industri pengolahan pangan guna

memajukan perekonomian wilayah. Kondisi ini menuntut komitmen yang tinggi dari

berbagai pihak serta memerlukan rencana bisnis dan industri aneka ragam pangan yang

komprehensif.

Pengembangan bisnis dan industri pangan lokal dilakukan melalui dua cara, yaitu:

a. Fasilitasi kepada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk pengembangan

bisnis pangan segar, industri bahan baku, industri pangan olahan dan pangan siap

saji yang aman berbasis sumberdaya lokal yang berkoordinasi secara sinergis dengan

lembaga/instansi terkait untuk mendukung terlaksananya kegiatan dimaksud.\

b. Sosialisasi dan penerapanstandar keamanan pangan bagi pelaku usaha pangan,

terutama kepada usaha rumah tangga dan UMKM.

Page 17: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

17

BAB IV

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Justifikasi

Tingkat konsumsi pangan rata-rata orang Indonesia yang diukur melalui konsumsi

energi pada tahun 2010 mencapai 1.957 kkal/kap/hari mendekati anjuran WNPG

(Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi) VIII tahun 2004 yaitu sebesar 2.000 kkal/kap/hari.

Begitu pula dengan rata-rata konsumsi protein sebesar 59,98 gram/kapita/hari, telah melebihi

angka anjuran sebesar 52 gram/kapita/hari. Meskipun demikian, pencapaian tersebut belum

diiringi dengan pemenuhan kualitas konsumsi pangan penduduk yang ditandai dengan skor

keragaman konsumsi pangan sebesar 80,6 pada tahun 2010 dari target skor Pola Pangan

Harapan (PPH) pada tahun 2015.

Analisis terhadap data SUSENAS tahun 2009 juga menunjukkan bahwa pola konsumsi

pangan penduduk Indonesia hingga tahun 2008 masih terdapat ketimpangan, karena (1)

masih tingginya konsumsi padi-padian; (2) masih kurangnya konsumsi pangan hewani; dan

(3) masih rendahnya konsumsi umbi, sayur dan buah, serta aneka kacang. Data tersebut

menunjukkan bahwa ketergantungan konsumsi pada padi-padian terutama beras sebagai

pangan pokok masih sangat tinggi, sedangkan pemanfaatan sumber-sumber pangan lokal

seperti umbi, sukun, dan sagu masih rendah. Hal ini didukung oleh kajian para pakar gizi

yang menyatakan bahwa sejak tahun 2005 mayoritas masyarakat Indonesia baik di perkotaan

atau perdesaan pada berbagai golongan pendapatan, hanya memiliki satu pola pangan pokok

yaitu beras dan mie (terigu).

Melihat kondisi tersebut, maka upaya perbaikan konsumsi pangan dan gizi dilakukan,

melalui 3 pendekatan yaitu (1) dimensi fisik berupa penyediaan pangan sumber karbohidrat

non-beras/non-terigu, protein, vitamin, mineral, dan lemak; (2) dimensi ekonomi berupa

peningkatan kemampuan masyarakat untuk mengakses pangan; dan (3) dimensi kesadaran

gizi berupa aspek edukasi/ pendidikan/promosi gizi khususnya sejak usia dini.

Perwujudan dimensi fisik dapat dilakukan melalui optimalisasi pemanfaatan

pekarangan sesuai dengan 5 (lima) fungsi pokok pekarangan yaitu sebagai (1) lumbung

hidup, (2) warung hidup, (3) bank hidup, (4) apotek hidup; dan (5) estetika. Pengembangan

pekarangan secara terpadu akan mengarah pada pemenuhan kebutuhan gizi dan pendapatan

keluarga. Pemberdayaan kelompok wanita tidak hanya sebatas untuk pemenuhan konsumsi

pangan keluarga tetapi juga memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga.

Gerakan P2KP kedepan akan memberikan dorongan dan insentif pada penyediaan

produk pangan yang lebih beragam, bergizi seimbang, dan aman untuk dikonsumsi, termasuk

produk pangan yang berbasis sumberdaya lokal. Hal ini akan meningkatkan sisi permintaan

terhadap bahan pangan lokal dan aneka olahannya. Mengingat keterbatasan daya simpan

Page 18: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

18

pangan lokal secara umum, maka perlu dikembangkan penggunaan teknologi beserta

pendampingannya yang disesuaikan dengan kearifan lokal.

Mengingat bahwa paradigma yang digunakan dalam pelaksanaan program perbaikan

konsumsi pangan dan gizi selama ini cenderung berorientasi pada “sekedar” pemberian

makanan tambahan dan mengesampingkan pentingnya sisi “edukasi”, maka pada kegiatan

P2KP ini unsur edukasi menjadi sangat penting terutama pada kelompok wanita melalui

pendidikan non-formal dan anak usia dini melalui pendidikan formal. Penekanan ini

dikarenakan wanita memiliki peranan penting dalam mengatur menu konsumsi pangan

keluarga sehari-hari dan anak-anak merupakan generasi penerus bangsa.

B. Persiapan

1. Pedoman Umum dan Pedoman Pelaksanaan dijabarkan lebih lanjut menjadi Petunjuk

Pelaksanaan (Juklak) yang disusun oleh Propinsi dan Petunjuk Teknis (Juknis) yang

disusun oleh Kabupaten/Kota sebagai acuan dalam pelaksanaan Gerakan P2KP di

Daerah.

2. Aparat tingkat kabupaten/kota berkoordinasi dengan aparat tingkat propinsi dalam

melakukan identifikasi CPCL kegiatan P2KP sesuai dengan kriteria(Lampiran 1a)

sebagai Desa P2KP dan ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Kuasa Pengguna

Anggaran(KPA)yang menangani ketahanan pangan di tingkat propinsi dan

kabupaten/kota tentang penerima manfaat P2KP (Lampiran 1b), dengan memuat

antara lain :

a. Identitas kelompok penerima manfaat;

b. Nilai uang bantuan sosial;

c. Nomor rekening kelompok penerima manfaat.

Selanjutnya melaporkan SK tersebut kepada Badan Ketahanan Pangan c.q Pusat

Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan serta kepada

Badan/Dinas/Kantor/instansi yang menangani ketahanan pangan tingkat propinsi pada

bulan Pebruari 2013.

3. Memilih dan menetapkan Penyuluh Pendamping P2KP tingkat kabupaten/kota tahun

2013 (bagi kabupaten/kota lama dipilih penyuluh pendamping yang sudah mengikuti

apresiasi P2KP tahun 2012) melalui SKKuasa Pengguna Anggaran

(KPA)/Bupati/Walikota. Hasil penetapan penyuluh pendamping P2KP kabupaten/kota

(Lampiran 1c) dilaporkan kepada Badan Ketahanan Pangan c.q Pusat

Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan serta kepada

Badan/Dinas/Kantor/instansi yang menangani ketahanan pangan tingkat propinsi pada

bulan Pebruari 2013. Selanjutnya seluruh Penyuluh Pendamping P2KP akan mengikuti

kegiatan Apresiasi tahun 2013.

4. Memilih dan menetapkan Penyuluh Pendamping P2KP tingkat desa yang ditetapkan

melalui SK Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) (Lampiran 1d) disampaikan kepada

Badan Ketahanan Pangan c.q Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan

Pangan serta kepada Badan/Dinas/Kantor/instansi yang menangani ketahanan pangan

propinsi pada bulan Pebruari 2013.

Page 19: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

19

C. Pelaksanaan

1. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep KRPL

Kegiatan ini dilaksanakan di 5000 desa baru di 497 kabupaten/kota.Setiap desa terdiri

dari 1 kelompok yang beranggotakan minimal 30 rumah tangga yang lokasinya saling

berdekatan dalam satu kawasan dengan kegiatan sebagai berikut:

a. Melaksanakan sosialisasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan oleh penyuluh

pendamping kepada kelompok penerima manfaat melalui metode Sekolah Lapangan

(SL), yang diberikan kepada para Penerima Manfaat.

b. Melaksanakan pengembangan Demplot pekarangan sebagai Laboratorium Lapangan

(LL) sekaligus berperan sebagai pekarangan percontohan (pangan sumber

karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan lemak).Fasilitasi pekarangan percontohan

ini antara lain berupa bimbingan, pembelian sarana produksi, administrasi, dan

manajemen kelompok.

c. Mengembangkan kebun bibit kelompok yang diarahkan untuk menjadi cikal bakal

kebun bibit desa.

d. Mengembangkan pekarangan milik anggota Kelompok Penerima Manfaat sesuai

hasil musyawarah kelompok berdasarkan potensi pekarangan dan kebutuhan tiap-

tiap anggota kelompok.

e. Setiap kelompok harus membina minimal 1 sekolah (PAUD/TK/SD/MI/SMP/SMU)

untuk mengembangkan kebun sekolah dengan tanaman sayuran dan buah atau usaha

ternak kecil.

f. Tanaman yang dibudidayakan adalah tanaman sayuran, buah, dan aneka umbi yang

biasa dikonsumsi dan disukai oleh masyarakat setempat serta menggunakan pupuk

dan pestisida yang aman bagi lingkungan dan kesehatan.

g. Membudidayakan ternak kecil (seperti ayam, itik, kelinci) atau ikan (lele, nila, mas)

sesuai dengan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat setempat sebagai pangan

sumber protein hewani.

h. Mengenalkan beberapa organisme pengganggu tanaman (jamur, bakteri, virus,

serangga) dan cara penanggulangannya.

i. Melakukan pertemuan kelompok secara periodik minimal satu kali dalam sebulan.

j. Melakukan penyuluhan tentang pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman

untuk hidup sehat, aktif, dan produktif.

k. Demonstrasi penyediaan pangan dan penyiapan menu makanan yang beragam,

bergizi seimbang, dan aman.

2. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L)

Kegiatan pengembangan pangan lokal mendukung pelaksanaan Pangkin dilaksanakan

dalam rangka mengembalikan pola konsumsi masyarakat kepada budaya dan potensi

setempat.Pemilihan komoditas pangan yang akan dikembangkan melalui penyediaan

teknologi pengolahan yang lebih modern mengacu kepada potensi dan kebutuhan

setempat. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L) dilaksanakan pada 30

kabupaten/kota di 17 propinsi dengan kegiatan sebagai berikut:

Page 20: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

20

a. Identifikasi calon penerima subsidi pangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah

(rumah tangga miskin penerima Raskin jumlah dan lokasinya).

b. Identifikasi pangan lokal untuk Pangkin:

Identifikasi potensi bahan baku (jumlah dan lokasi produksi), kegiatan ini

dilakukan dengan pencarian data sekunder tentang potensi bahan pangan lokal

yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi Pangkin.

Identifikasi calon produsen/penghasil produk Pangkin, yaitu UKM yang dapat

memproduksi Pangkin dengan kriteria produk sesuai dengan yang telah

ditentukan.

c. Pembuatan rancangan produk pangan lokal untuk Pangkin:

Pengadaan alat penepung menghasilkan produk pangan lokal untuk Pangkin.

Pengadaan alat labeling dan pengemas.

Pembelian bahan baku pangan lokal.

d. Pengkajian produk pangan lokal kepada masyarakat:

Uji selera konsumen terhadap hasil produk pangan lokal.

Uji daya beli masyarakat, antara lain dengan menjual hasil produk pangan lokal

kepada masyrakat.

Penyusunan spesifik produk dalam bentuk kemasan, labeling, dan daya simpan.

Perhitungan ongkos produksi

e. Operasional, antara lain: pembinaan, sosialisasi, koordinasi, monitoring, dan

evaluasi, serta pelaporan.

3. Sosialisasi dan Promosi P2KP

Kegiatan sosialisasi dan promosi P2KPdilakukan dalam bentuk:

a. Gerakan atau Kampanye P2KP

Gerakan atau kampanye P2KP dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan kreatif dan

inovatif yang dapat menarik perhatian serta mendidik masyarakat dengan membentuk

pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman seperti melalui

gerakan One Day No Rice, kegiatan mengonsumsi ubi sebelum makan siang

(Manggadong), gerakan konsumsi buah dan sayur, dan lain sebagainya. Gerakan dan

kampanye P2KP dilakukan secara terintegrasi antara Pusat, Daerah, dan para pemangku

kepentingan sehingga mencapai kesatuan gerak dalam mengampanyekan pangan lokal.

Pelaksanaan gerakan dan kampanye P2KP dapat juga dilakukan melalui aneka

perlombaan, seminar diversifikasi pangan, maupun melalui penyuluhan di berbagai

tingkatan. Optimaliasasi peran tokoh masyarakat dan organisasi non pemerintah dalam

gerakan dan kampanye P2KP akan membuat upaya sosialisasi dan promosi P2KP

berjalan lebih lancar.

b. Lomba Cipta Menu B2SA

Lomba Cipta Menu B2SA dilaksanakan di tingkat kabupaten/kota, kemudian

dilanjutkan pada tingkat propinsi, dan berlanjut hingga tingkat nasional pada puncak

perayaan HPS.

Page 21: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

21

Menu yang diciptakan terdiri dari sarapan, makan siang, dan makan malam untuk tiga

hari dengan memanfaatkan pangan lokal.

c. Iklan di Media Massa

Iklan di media massa dilakukan untuk menyebarluaskan informasi secara luas kepada

masyarakat. Iklan dilakukan di media massa cetak maupun elektronik dalam bentuk

pemasangan billboard di tempat-tempat umum, penyiaran jingle P2KP di radio,

maupun penayangan iklan layanan masyarakat di televisi baik di tingkat lokal maupun

tingkat nasional.

d. Pameran P2KP

Kegiatan pameran P2KP dilakukan untuk mempromosikan upaya peningkatan

diversifikasi pangan melalui berbagai event seperti Hari Pangan Sedunia, Festival

Pangan Lokal, Agrinex, dan lain sebagainya. Dalam kegiatan pameran juga dapat

dibuat berbagai media sosialisasi dan promosi seperti brosur, poster, banner, dan lain

sebagainya seperti demo masak sesuai dengan tema pameran. Melalui pameran P2KP

diharapkan dapat mempertemukan para pemangku kepentingan sehingga dapat

mendorong pengembangan bisnis dan industri pangan lokal.

e. Melakukan sosialisasi mengenai pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi

seimbang, dan aman melalui penyuluhan, seminar, maupun pameran.

f. Melakukan kampanye kreatif dan inovatif antara lain melalui gerakan P2KP seperti

One Day No Rice, dan lain sebagainya.

g. Melaksanakan/berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam bentuk

perlombaan, festival kuliner, dan demo masak pangan lokal.

h. Kunjungan kerja.

i. Pelibatan pemimpin/tokoh formal dan informal sebagai bentuk advokasi terhadap

gerakan P2KP.

A. Penerapan Teknologi Pasca Panen

Dalam usaha mendapatkan hasil optimal untuk produk pemanfaatan pekarangan

kelompok dan pengembangan pengolahan pangan lokal, diperlukan penanganan hasilnya

(panen) dengan maksud untuk meningkatkan kualitasnya, baik dari kandungan gizi,

kesegaran, bebas dari bahan-bahan kimia serta mempunyai daya simpan yang lama.

Beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain :

a. Melaksanakan penerapan tentang “Good Manufacture Processing” (GMP), yang

merupakan penanganan produk pertanian dengan memperhatikan kebersihannya dan

bebas dari kontaminasi dari berbagai organisme yang merugikan untuk menjamin

bahan pangan yang sehat, aman, dan bergizi tinggi. Penerapan GMP dilaksanakan

pada waktu panen dan pengolahan pangan, meliputi cara dan waktu pemanenan,

pemakaian peralatan yang baik dan benar, tata letak ruangan dan pengaturan

peralatan, penanganan sampah dan limbah pertanian, dan lain sebagainya.

b. Memperhatikan proses pasca panen meliputi cara penyimpanan, pengemasan,

perlakuan terhadap produk pertanian agar tidak mengurangi kandungan gizinya dan

terjamin kualitasnya;

Page 22: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

22

c. Bahan pangan yang tidak habis dalam sekali pakai, sehingga perlu disimpan

memperhatikan berbagai pertimbangan antara lain kelembaban udara, temperatur, cara

penyimpanan, sirkulasi udara, agar dapat disimpan dalam waktu yang lama dan

terjamin kualitasnya;

d. Mengurangi pemakaian bahan-bahan kimia, seperti pestisida, pupuk berbahan kimia

dan obat-obatan dan memanfaatkan bahan-bahan organik maupun mekanis untuk

menjamin produk pertanian tersebut sehat, aman dan bebas dari residu kimia;

e. Apabila akan memasak bahan-bahan pangan (terutama sayuran dan buah) wajib dicuci

terlebih dahulu dengan menggunakan air bersih danmengalir untuk menghindari

kuman penyakit serta dimasak dengan cara yang benar dan tepat untuk menjaga

kandungan nutrisi didalam bahan pangan tersebut.

f. Memperhatikan dan mempertimbangkan proses pengemasan (packaging)yang

menarik, aman dan higienis, serta mempelajari jaringan (link), distribusi dan strategi

pemasaran apabila bahan pangan yang dihasilkan dari budidaya di pekarangan akan

dijual agar mampu bersaing dengan produk-produk yang sejenis sehingga mampu

menambah pendapatan (income) keluarga dan berkembang menjadi usaha bisnis skala

keluarga.

D. Titik Kritis Pelaksanaan Kegiatan

Beberapa bidang yang perlu diperhatikan pada pengendalian intern program P2KP

antara lain meliputi bidang administrasi, proses keberlangsungan kegiatan, dan mengenai

kualitas kerja yang dihasilkan. Kelengkapan administrasi terdiri dari CPCL, SK, SP2D,

Berita Serah Terima Bansos, Laporan Semester, Laporan Perkembangan, dan Laporan Akhir

P2KP. Sedangkan pada proses keberlangsungan kegiatan antara lain perkembangan,

ketepatan waktu dalam melaksanakan kegiatan, dan keberlanjutan kegiatan. Dan untuk

kualitas kerja yang dihasilkan mengacu pada pengembangan KRPL, pengetahuan pola

konsumsi pangan B2SA, kualitas produk olahan pangan lokal, keserempakan promosi, dan

aksi gerakan P2KP berkearifan lokal.

Resiko yang sering muncul antara lain mengenai waktu pelaksanaan, kualitas kegiatan,

kurang koordinasi, dan pelaporan antara lain pada proses CPCL, pencairan dana, kelengkapan

administrasi, sosialisasi oleh pendamping, pelaporan, serta kampanye P2KP.

Page 23: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

23

BAB V

ORGANISASI DAN TATA KERJA

A. Organisasi

Mekanisme dan tata hubungan kerja antar instansi pada gerakan P2KP sebagaimana

diatur dalam Permentan Nomor 43 tahun 2009 menunjukkan bahwa di Daerah, pelaksanaan

dikoordinasikan oleh Dewan Ketahanan Pangan Daerah yang diketuai oleh Gubernur atau

Bupati/Walikota selaku Ketua Harian Dewan Ketahanan Pangan di masing-masing Daerah.

Penanggung jawab kegiatan adalah Badan/Dinas/Kantor yang menangani ketahanan pangan

Daerah dengan melibatkan instansi dan dinas terkait seperti Dinas Pertanian, Dinas

Kesehatan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Perdagangan, Balai Pengembangan

Teknologi Pertanian (BPTP), Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Peternakan dan

Perikanan, perguruan tinggi, LSM, dan organisasi kemasyarakatan lainnya seperti PKK

tingkat propinsi dan kabupaten/ kota.

Sedangkan pada tingkat nasional, untuk memperlancar gerakan P2KP, Kepala Badan

Ketahanan Pangan selaku Sekretaris Dewan Ketahanan Pangan membantu Menteri Pertanian

selaku Ketua Harian Dewan Ketahanan Pangan mengkoordinasikan instansi terkait baik itu

kementerian/lembaga terkait, pihak swasta, industri pangan dan pemangku kepentingan

(stakeholder) terkait.

Pelaksanaan kegiatan P2KP merupakan tugas bersama antara Pemerintah, Pemerintah

Daerah, dan masyarakat. Sesuai dengan semangat dan paradigma baru pembangunan, peran

dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan P2KP harus dikedepankan sebagai pelaku utama

penentu keberhasilan program. Peranan pemerintah terbatas pada fungsi pelayanan,

penunjang, fasilitasi, dan motivasi. Partisipasi masyarakat, swasta, LSM, organisasi profesi

maupun perguruan tinggi sangat dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan gerakan P2KP.

B. Tata Kerja

Untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan P2KP secara berjenjang dari desa,

kecamatan, kabupaten/kota, propinsi sampai tingkat pusat, Dewan Ketahanan Pangan

berfungsi sebagai simpul koordinasi.

1. Desa

Kepala Desa/Lurah sebagai penanggung jawab kegiatan P2KP di desa/ kelurahan,

bersama-sama dengan Penyuluh Pendamping, Kelompok Penerima Manfaat, dan

kelompok usaha kecil bidang pangan melakukan koordinasi dalam melaksanakan setiap

kegiatan P2KP. Kepala Desa/Lurah berperan sebagai penghubung antara masyarakat

dengan aparat pemerintah.

Page 24: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

24

2. Kecamatan

Camat bertugas: (a) memfasilitasi pelaksanaan P2KP di wilayahnya, (b)

mengkoordinasikan Kepala Desa dalam menggerakkan pelaksanaan P2KP di wilayahnya,

(c) menyampaikan informasi dan usulan kepada Badan/Kantor/Dinas yang menangani

ketahanan pangan tingkat kabupaten/kota dalam pemilihan CPCL.

3. Kabupaten/Kota

Bupati/Walikota selaku Ketua Dewan Ketahanan Pangan di kabupaten/kota berperan

sebagai koordinator pelaksana P2KP, sedangkan penanggung jawab kegiatan di tingkat

kabupaten/kota adalah Badan/Kantor/Dinas yang menangani ketahanan pangan.

4. Propinsi

Gubernur selaku Ketua Dewan Ketahanan Pangan Propinsi berperan sebagai

koordinator pelaksana P2KP, sedangkan penanggung jawab kegiatan di propinsi adalah

Kepala Badan/Kantor/Dinas yang menangani ketahanan pangan di tingkat propinsi.

5. Pusat

Kepala Badan Ketahanan Pangan selaku sekretaris Dewan Ketahanan Pangan cq.

Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan bertanggung jawab

mulai proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pengendalian serta

sinkronisasi dan integrasi kegiatan dan anggaran.

Page 25: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

25

BAB VI PEMBIAYAAN

A. Operasional Kegiatan

1. Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep KRPL dengan dana

Rp47.000.000,- terdiri dari Rp15.000.000,- untuk kebun bibit, Rp25.000.000,- untuk

pengembangan pekarangan anggota, Rp3.000.000,- untuk pengembangan kebun

sekolah, dan Rp4.000.000 untuk pengadaan alat mendukung kegiatan KRPL (budidaya

dan pasca panen) untuk kelompok tahun 2013 (tahun pertama). Sedangkan untuk

kelompok tahun 2012 mendapatkan Rp3.000.000,- untuk pengadaan kebun bibit.

2. Kegiatan Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L) dilaksanakan di 9

propinsi lama dan 10 propinsi baru dengan total jumlah sebanyak 30 kabupaten/kota.

Daftar Kabupaten/Kota Penerima Manfaat MP3L mulai tahun 2012

(tahun kedua)

No. Propinsi Kabupaten/Kota Komoditas

1 Riau Meranti Sagu

Indragiri Hilir Sagu

2 Lampung Lampung Selatan Ubi Kayu

Bandar Lampung Ubi Kayu

3 DIY Gunung Kidul Ubi Kayu

4 Jawa Timur Jember Ubi Kayu

Bangkalan Jagung

5 NTB Lombok Utara Ubi Kayu

Dompu Jagung

6 NTT Timor Tengah Utara Jagung

7 Sulawesi Utara Minahasa Selatan Jagung

Minahasa Tenggara jagung

8 Sulawesi Tenggara Wakatobi Ubi Kayu

Muna Ubi Kayu

9 Maluku Maluku Tenggara Ubi Kayu

Maluku Tengah Sagu

Page 26: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

26

Daftar Kabupaten/Kota Penerima Manfaat MP3L mulai tahun 2013

(tahun pertama)

No. Propinsi Kabupaten/Kota Komoditas

1 Sumatera Barat Kep. Mentawai Sagu

2 NAD Kab. Aceh Singkil Sagu

3 Sumatera Selatan OKU Timur Ubi Kayu

4 Jawa Barat Kota Depok Ubi Kayu

Cimahi Ubi Kayu

5 Banten Serang Ubi Kayu

6 Sulawesi Selatan Luwu Utara Sagu

Jeneponto Jagung

7 Jawa Tengah Kebumen Ubi Kayu

Temanggung Jagung

Wonogiri Ubi Kayu

8 Sulawesi Tengah Donggala Jagung

9 Papua Jayapura Sagu

10 Papua Barat Manokwari Sagu

3. Sosialisasi dan Promosi P2KP

Kegiatan Sosialisasi dan Promosi P2KP dilaksanakan oleh Badan/Dinas/Kantor yang

menangani ketahanan pangan tingkat propinsi melalui dana APBN sebesar

Rp. 200.000.000,- yang digunakan untuk kegiatan : penayangan ILM, pameran pangan

pokok lokal dan gerakan/kampanye kreatif inovatif diversifikasi. Kegiatan sosialisasi dan

promosi agar didukung oleh kabupaten/kota dengan menggunakan dana APBD.

B. Pemanfaatan Dana Bansos

Dalam pengelolaan anggaran, KPA/PPK/Satker Badan/Dinas/Kantor yang menangani

ketahanan pangan tingkat propinsi dan kabupaten/kota bekerja sama dengan kelompok

wanita. Dana ditransfer ke rekening kelompok, dan digunakan secara swakelola

denganmekanisme pencairan dana sebagai berikut:

1. Kelompok wanita membuat/menyusun Rencana Kegiatan dan Kebutuhan Anggaran

(RKKA), dibantu oleh Penyuluh pendamping P2KP tingkat desa (lampiran 2);

Page 27: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

27

2. Kelompok wanita membuka rekening tabungan pada kantor cabang/unit BRI/Bank Pos

atau bank lain terdekat dan melaporkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) di

propinsi dan/atau kabupaten/kota;

3. Kelompok wanita mengusulkan RKKA kepada PPK propinsi dan kabupaten/kota

setelah diverifikasi oleh Penyuluh Pendamping tingkat kabupaten/kota dan disetujui

oleh aparat kabupaten/kota;

4. PPK meneliti RKKA dan PPK membuat Surat Perjanjian Kerja sama dengan Ketua

Kelompok Wanita seperti terlihat padaLampiran 3;

5. Selanjutnya PPK mengajukan kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) tingkat

kabupaten/kota, bila disetujui KPA mengajukan Surat Permintaan Pembayaran

Langsung (SPP-LS)seperti terlihat pada Lampiran 4 dan mengajukan kepada pejabat

penandatangan SPM/penguji SPP Satker dengan lampiran sebagai berikut;

a. Keputusan Kepala Badan/Kantor/Dinas yang menangani ketahanan pangan tentang

Penetapan Kelompok Sasaran (Lampiran 1b);

b. Rekapitulasi RKKA (Lampiran 2) dengan mencantumkan:

1) nama kelompok;

2) nama ketua kelompok;

3) nama anggota kelompok;

4) nomor rekening a.n. kelompok;

5) nama cabang/Unit BRI/Bank Pos atau bank lain terdekat;

c. Surat perjanjian kerja sama antara PPK dengan kelompok penerima manfaat tentang

pemanfaatan dana (Lampiran 3);

d. Kuitansi yang ditandatangani oleh ketua kelompok dan diketahui/disetujui oleh PPK

tingkat kabupaten/kota yang bersangkutan (Lampiran 5).

6. Atas dasar SPP-LS, pejabat penandatangan SPM/penguji SPP Satker dan Perintah

Pembayaran SPM menguji dokumen SPP-LS dan menerbitkan Surat Perintah

Membayar Langsung (SPM-LS) selanjutnya KPA mengajukan SPM-LS kepada KPPN

setempat;

7. KPPN setempat menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dan mentransfer

dana bansos ke rekening Kelompok Penerima Manfaat;

8. Kelompok wanita melalui ketuanya mengambil dana Bansos di rekening bank dengan

diketahui oleh PPK tingkat kabupaten/kota;

9. Besarnya dana Bansos untuk kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui

konsep KRPL tahun 2013 adalah Rp 47.000.000/kelompok yang digunakan untuk

pengembangan pekarangan anggota Rp 25.000.000, pembuatan kebun bibit desa Rp.

15.000.000, pengadaan alat mendukung kegiatan KRPL (budidaya dan pasca panen)

Rp 4.000.000 dan pengembangan kebun sekolah Rp 3.000.000. untuk kelompok tahun

Page 28: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

28

2012 menerima bansos sebesar Rp 3.000.000 untuk pengembangan kebun bibit

kelompok.

C. Pertanggungjawaban

Sumber-sumber pendanaan untuk membiayai kegiatan P2KP tahun 2012 berasal dari

APBN dan diharapkan pula partisipasi dari sumber pandanaan lainnya seperti APBD

propinsi, APBD kabupaten/kota, swadaya masyarakat, dan pemanfaatan dana Corporate

Social Responsibility (CSR)/Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Dana APBN

yang dialokasikan di Propinsi berupa dana dekonsentrasi dan di kabupaten/kota melalui dana

tugas pembantuan. Bagi kabupaten/kota yang tidak mempunyai satker, dana tugas

pembantuan dialokasikan di Propinsi.

Dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan terdiri dari dua komponen belanja,

yaitu belanja sosial dan belanja barang. Pencairan anggaran untuk belanja sosial mengacu

pada Peraturan Menteri Pertanian No. 02/Permentan/OT.140/1/2012 tentang Pedoman

Pengelolaan Dana Bantuan Sosial untuk Pertanian Tahun Anggaran 2012(Cek!); Peraturan

Menteri Keuangan No. 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan

Pembayaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, sedangkan pencairan anggaran

belanja barang mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 tahun 2012

tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Page 29: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

29

BAB VII

PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN

A. Pemantauan

Pemantauan dilakukan sebagai bentuk tindak lanjut dari upaya monitoring kegiatan

P2KP di lapangan baik dilakukan oleh Pusat, Propinsi, maupun Kabupaten/Kota. Pemantauan

dilakukan secara periodik dengan mengacu kepada Perpres nomor 60 tahun 2009 tentang

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Permentan nomor 23 tahun 2009 tentang

Pedoman Umum Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Pertanian.

Beberapa hal yang perlu dipantau ialah mengenai kelengkapan administrasi,

penggunaan dana, dokumen operasional berupa Juklak, Juknis, persiapan dan pelaksanaan

kegiatan di kelompok penerima manfaat.

B. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat kabupaten/kota, propinsi,

dan Pusat secara periodik minimal dua kali dalam satu tahun.Evaluasi dimaksudkan untuk

mengetahui sejauh mana peran dan tanggung jawab kelembagaan yang menangani P2KP

serta tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan indikator yang telah

ditetapkan.Kegiatan evaluasi juga dilakukan sebagai upaya antisipasi terhadap pelaksanaan

kegiatan sehingga dapat berjalan lancar sesuai dengan tujuan dan sasaran.

C. Pelaporan

Pelaporan pelaksanaan kegiatan dilakukan secara berjenjang, mulai dari tingkat

kelompok, desa, kabupaten/kota, propinsi hingga Pusat secara berkala, berkelanjutan, dan

tepat waktu. Kelompok penerima manfaat bersama Penyuluh Pendamping P2KP tingkat desa

menyampaikan laporan kepada aparat kabupaten/kota dengan format yang telah ditentukan.

Kecamatan berfungsi sebagai pemantau, pendamping dan sekaligus penghubung ke

Kabupaten/Kota dan menyampaikan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Kecamatan serta

meneruskan hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh Kecamatan dengan menggunakan

format yang telah ditentukan.

Kabupaten/Kota memantau kegiatan lapangan secara berkala dan mengevaluasi hasil

pemantauan serta menyampaikan laporan P2KP ke Propinsi sesuai dengan format yang telah

ditentukan. Kabupaten/Kota memberikan umpan balik kepada Desa serta melakukan tindak

lanjut terhadap kondisi yang perlu penanganan segera atau dikoordinasikan oleh pengelola

kegiatan di tingkat kabupaten/kota.

Propinsi memantau kegiatan lapangan secara berkala dan mengevaluasi hasil

pemantauan serta melaporkannya ke tingkat Pusat sesuai dengan format yang telah

ditentukan. Selanjutnya Propinsi memberikan umpan balik kepada Kabupaten/Kota terhadap

kegiatan yang memerlukan penanganan segera atau dikoordinasikan oleh pengelola kegiatan

tingkat propinsi.

Page 30: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

30

Pusat sebagai penanggung jawab kegiatan melakukan pemantauan kegiatan lapangan

secara berkala dan mengevaluasi hasil pemantauan Propinsi dan selanjutnya memberikan

umpan balik kepada Propinsi atau melakukan tindak lanjut terhadap kegiatan yang

memerlukan penanganan segera atau dikoordinasikan oleh pengelola kegiatan di tingkat

Pusat. Pusat melaporkan perkembangan kegiatan P2KP kepada Unit Kerja Presiden bidang

Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4)

Laporan yang dibuat menggambarkan hal-hal sebagai berikut: (a) kemajuan

pelaksanaan kegiatan dan anggaran, sesuai dengan indikator yang ditetapkan; (b)

permasalahan yang dihadapi dan upaya tindak lanjut; (c) saran dan masukan untuk perbaikan

kegiatan yang akan datang.

Alur pelaporan dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Keterangan:

: Arus pelaporan

: Umpan balik

Gambar 1. Arus Pelaporan Gerakan P2KP

BKP Pusat

Badan/Kantor/Dinas Ketahanan Pangan

Propinsi

Badan/Kantor/Dinas Ketahanan Pangan

Kabupaten/Kota

Kelompok Penerima

Manfaat dan

PenyuluhPendamping

P2KP

Menteri Pertanian

Page 31: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

31

BAB VIII

PENUTUP

Pedoman Umum Gerakan P2KP Tahun 2013diterbitkan sebagaiacuan bagi para

pemangku kepentingan dalam melaksanakan kegiatan P2KP. Penyelenggaraan

gerakanP2KPwajib berjalandengan baik sehingga dapat mempercepat

terwujudnyamasyarakat yang sehat, aktif, dan produktif melalui upaya peningkatan

diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal.Demikian Pedoman ini juga menjadi acuan

bagi penyusunan Pedoman Pelaksanaan di tingkat Pusat, Petunjuk Pelaksanaan serta Petunjuk

Teknis P2KP di tingkat propinsi dan kabupaten/kota.

MENTERI PERTANIAN,

SUSWONO

Page 32: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

32

LAMPIRAN

Page 33: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

33

Lampiran 1a

Laporan Calon Penerima Calon Lokasi Kegiatan P2KP Tahun 2013

Kabupaten/ Kota :

Provinsi :

Penerima Manfaat : Tahun Pertama (mulai 2013) / Tahun Kedua (Lanjutan 2012)* Penanggungjawab P2KP :

Telepon / HP :

No. Kecamatan Desa/ Kelurahan

Optimalisasi Pekarangan P2KP bagi SD/MI** Penyuluh

Nama Kelompok

Nama Ketua Nama Sekolah Kepala Sekolah Nama No. HP

1

1

2

2

1

2

3

1

2

4

1

2

5

1

2

Keterangan : * Coret yang tidak perlu ** Jika ada/perlu diisi

Page 34: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

34

Lampiran 1 b

KEPUTUSAN KEPALA BADAN/ DINAS/ KANTOR/ INSTANSI KETAHANAN PANGAN

KABUPATEN/KOTA …………………

NOMOR :…………………………….

TENTANG

PENETAPAN PENERIMA MANFAAT PROGRAM P2KP 2013

”PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA MELALUI OPTIMALISASI PEMANFAATAN

PEKARANGAN DENGAN KONSEP KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) ”

Menimbang: a.…………………………………………………...........

b...………………………………………………............

Mengingat: a………………………………………………. .............

b ………………………………………………..............

c ………………………………………………..............

d ………………………………………………..............

Memperhatikan:

Daftar Isian Penggunaan Anggaran ………. Tahun Anggaran…………………….

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Pertama : Kelompok Wanita ….. berkedudukan di Desa/Kelurahan ...............

Kecamatan .......... Kabupaten/Kota ..........., seperti terdapat dalam

lampiran keputusan ini merupakan kelompok penerima manfaat Kegiatan

P2KP 2013 ” Pemberdayaan Kelompok Wanita Melalui Optimalisasi

Pemanfaatan Pekarangan dengan Konsep KRPL”

Page 35: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

35

Kedua : Bertanggungjawab kepada Kepala Badan/Kantor Ketahanan Pangan dan

menyampaikan laporan pelaksanaan secara berkala.

Ketiga : Segala biaya akibat dikeluarkannya Surat Keputusan ini dibebankan pada

dana DIPA......................... Kabupaten/Kota ………........ sesuai dengan yang

tercantum dalam DIPA Nomor:………................ tanggal……………….Tahun

Anggaran 2013.

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal penetapan sampai dengan

berakhirnya Tahun Anggaran 2013 dengan ketentuan akan diperbaiki

sebagaimana mestinya apabila terdapat kekeliruan dalam Surat

Keputusan ini.

Kelima : Surat Keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan, untuk

dilaksanakan sebagaimana mestinya

DITETAPKAN DI :……………………

PADA TANGGAL :………………..….

KEPALA BADAN/ DINAS/ KANTOR/ INSTANSI Kab/Kota

………….....

(………………………………………..)

Nip.

Tembusan :

1. Kepala Badan Ketahanan Pangan cq Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan

Pangan, Kementerian Pertanian;

2. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Provinsi ……………………………;

3. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) ……………….;

4. Bupati/Walikota *) ………………………………………;

*) Coret yang tidak perlu

Page 36: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

36

Lampiran 1c

KEPUTUSAN BUPATI/WALIKOTA.................................................. KABUPATEN/KOTA …………………

NOMOR :…………………………….

TENTANG

PENETAPAN PENYULUH PENDAMPING P2KP 2013

”PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA MELALUI OPTIMALISASI PEMANFAATAN

PEKARANGAN DENGAN KONSEP KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) ”

Menimbang: a.…………………………………………………...........

b...………………………………………………............

Mengingat: a………………………………………………. .............

b ………………………………………………..............

c ………………………………………………..............

d ………………………………………………..............

Memperhatikan:

Daftar Isian Penggunaan Anggaran ………. Tahun Anggaran…………………….

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Pertama : Penyuluh Pertanian Lapangan sebagai Tenaga Pendamping (Penyuluh

Pendamping P2KP) Kegiatan Pemberdayaan Wanita;

Kedua : Penyuluh Pendamping P2KP mempunyai tugas:

5. ........................

6. ........................

7. .........................

Ketiga : Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Diktum Kedua,

Penyuluh Pendamping P2KP bertanggungjawab kepada Kepala

Page 37: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

37

Badan/Kantor Ketahanan Pangan dan menyampaikan laporan

pelaksanaan secara berkala.

Keempat : Memberikan honorarium kepada Penyuluh Pendamping P2KP setiap

bulan sebesar Rp. 350.000 (tiga ratus lima puluh ribu rupiah) selama 10

bulan selama melaksanakan tugas pendampingan;

Kelima : Segala biaya akibat dikeluarkannya Surat Keputusan ini dibebankan pada

dana DIPA......................... Kabupaten/Kota ………........ sesuai dengan yang

tercantum dalam DIPA Nomor:………................ tanggal……………….Tahun

Anggaran 2013.

Keenam : Keputusan ini berlaku sejak tanggal penetapan sampai dengan

berakhirnya Tahun Anggaran 2013 dengan ketentuan akan diperbaiki

sebagaimana mestinya apabila terdapat kekeliruan dalam Surat

Keputusan ini.

Ketujuh : Surat Keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan, untuk

dilaksanakan sebagaimana mestinya.

DITETAPKAN DI :……………………

PADA TANGGAL :………………..….

BUPATI/WALIKOTA

Kab/Kota ………….....

(………………………………………..)

Nip.

Tembusan :

1. Kepala Badan Ketahanan Pangan cq Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan

Pangan, Kementerian Pertanian;

2. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Provinsi ……………………………;

3. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) ……………….;

*) Coret yang tidak perlu

Page 38: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

38

Page 39: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

39

Lampiran 1d

KEPUTUSAN KEPALA BADAN/ DINAS/ KANTOR/ INSTANSI KETAHANAN PANGAN

KABUPATEN/KOTA …………………

NOMOR :…………………………….

TENTANG

PENETAPAN PENYULUH PERTANIAN SEBAGAI TENAGA PENDAMPING

PADA KEGIATAN ”PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA MELALUI OPTIMALISASI

PEMANFAATAN PEKARANGAN DENGAN KONSEP KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI

(KRPL) TAHUN 2013 ”

Menimbang : a.…………………………………………………...........

b...………………………………………………............

Mengingat : a………………………………………………. .............

b ………………………………………………..............

c ………………………………………………..............

d ………………………………………………..................

Memperhatikan : a……………………………………………………………

b……………………………………………………………

c…………………………………………………………….

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Pertama : Penyuluh Pendamping P2KP Desa…..…………..

Kedua : Penyuluhan Pendamping P2KP mempunyai tugas :

1........................................................

Page 40: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

40

2. ......................................................

3. ......................................................

Ketiga : Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Diktum Kedua, Penyuluh

Pendamping P2KP bertanggungjawab kepada Kepala Badan/Kantor

Ketahanan Pangan dan menyampaikan laporan pelaksanaan secara berkala.

Keempat : Memberikan honorarium kepada Penyuluh Pendamping P2KP setiap bulan

sebesar Rp. 350.000 (tiga ratus lima puluh ribu rupiah) selama (.......)**

bulan selama melaksanakan tugas pendampingan;

Kelima : Segala biaya akibat dikeluarkannya Surat Keputusan ini dibebankan pada

dana DIPA......................... Kabupaten/Kota ………........ sesuai dengan yang

tercantum dalam DIPA Nomor:………................ tanggal……………….Tahun

Anggaran 2013.

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal penetapan sampai dengan berakhirnya

Tahun Anggaran 2013 dengan ketentuan akan diperbaiki sebagaimana

mestinya apabila terdapat kekeliruan dalam Surat Keputusan ini.

Kelima : Surat Keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan, untuk

dilaksanakan sebagaimana mestinya.

DITETAPKAN DI :……………………

PADA TANGGAL :………………..……

KEPALA BADAN/ DINAS/ KANTOR/ INSTANSI Kab/Kota

………….....

(………………………………………..)

Nip.

Tembusan :

1. Kepala Badan Ketahanan Pangan cq Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan

Pangan, Kementerian Pertanian;

2. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Provinsi ……………………………;

3. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) ……………….;

4. Bupati/Walikota *) ………………………………………;

Page 41: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

41

*) Coret yang tidak perlu

**) 8 bulan untuk kabupaten/kota baru dan 10 bulan untuk kabupaten/kota lama

Page 42: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

42

Lampiran 2

Rekapitulasi RKKA

Kelompok :.................................

Nama Ketua Kelompok : ................................

Desa/Kelurahan :.................................

Kecamatan :.................................

Kabupaten/Kota :.................................

Provinsi :.................................

REKAPITULASI RENCANA KEGIATAN DAN KEBUTUHAN ANGGARAN (RKKA)

.............................,....................................

Kepada Yth :

Kuasa Pengguna Anggaran.....................

Kab/Kota...................................................

Sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Badan/Dinas...........No...........tanggal..........tentang

penetapan kelompok penerima manfaat kegiatan...............dengan ini kami mengajukan

permohonan Dana Bantuan Sosial sebesar Rp..................(terbilang........) sesuai Rencana

Kegiatan dan Kebutuhan Anggaran (RKKA) terlampir dengan rekapitulasi kegiatan sebagai

berikut:

No Kegiatan Jumlah Biaya (Rupiah)

1 2 3

1.

2.

3.

4.

5.

Dst.

Jumlah

Selanjutnya kegiatan tersebut akan dilaksanakan oleh anggota kelompok yang terdiri dari :

Page 43: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

43

No Nama Jabatan dalam

kelompok Alamat

1

2

3

4

5

Dst..

sesuai dengan Surat Perjanjian Kerja sama Nomor..............tanggal..................., Dana Bantuan

Sosial kelompok tersebut agar dipindahbukukan ke rekening

Kelompok.................................................................... No. Rekening.......... pada cabang/unit

Bank.....................di................................

MENGETAHUI

Pendamping P2KP Desa, Ketua kelompok,

................................... ..............................

MENYETUJUI,

Pejabat Pembuat Komitmen

Kabupaten/Kota........

..............................................

Nip.

Page 44: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

44

Lampiran 3

SURAT PERJANJIAN KERJA SAMA

Nomor:.........................

Antara

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK)

Kabupaten/Kota..........................................

Dengan

Ketua Kelompok Wanita....................................

Tentang

BANTUAN SOSIAL

PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP)

TAHUN 2013

” PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA MELALUI OPTIMALISASI PEMANFAATAN

PEKARANGAN DENGAN KONSEP KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL)”

PROVINSI …………………………

Pada hari ini ........ tanggal .......... bulan......... tahun dua ribu sebelas bertempat di

Kantor.................. Jalan..................., kami yang bertanda tangan di bawah ini:

1. ...................: Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)............................ dalam hal ini bertindak

untuk dan atas nama Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) .................... DIPA Tahun .......

No.............. tanggal........., yang berkedudukan di Jalan................ yang untuk selanjutnya

disebut PIHAK PERTAMA.

2. ...................: Ketua Kelompok Wanita ........................ berkedudukan di Desa/Kelurahan

............... Kecamatan .......... Kabupaten/Kota ...........dalam hal ini bertindak untuk dan

atas nama jabatan tersebut dan dengan demikian untuk dan atas nama serta sah

mewakili Kelompok wanita yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

Kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan Perjanjian Kerja sama yang mengikat dalam

rangka pelaksanaan kegiatan P2KP 2013 “Pemberdayaan Kelompok Wanita melalui

Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan dengan konsep KRPL” dengan ketentuan sebagai

berikut:

Pasal 1

DASAR PELAKSANAAN

1. Keputusan Presiden No: ..................... tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara;

2. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 66/Permentan/OT.140/12/2010 tentang Pedoman

Pengelolaan Dana Bantuan Sosial untuk Pertanian Tahun Anggaran 2013;

Page 45: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

45

3. Pedoman Umum Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) tahun 2013

yang diterbitkan oleh Menteri Pertanian, Kementerian Pertanian;

4. DIPA ................., Nomor : ................, tanggal ....................., 2013;

5. Surat Keputusan Kepala Badan/Kantor/Dinas/Unit Kerja yang menangani ketahanan

pangan Kabupaten......., Nomor ............., tanggal ......... 2013 tentang Penetapan

Penerima Manfaat.

Pasal 2

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan perjanjian kerja sama ini adalah mengikat kedua belah PIHAK

dalam rangka pelaksanaan kegiatan P2KP 2013 “Pemberdayaan Kelompok Wanita

melalui Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan dengan konsep KRPL” dalam rangka

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap serta motivasi

kelompok wanita untuk memanfaatkan lahan pekarangan sebagai sumber pangan dan

pendapatan keluarga; meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

kelompok wanita dalam menyiapkan, mengolah, menyajikan dan mengkonsumsi

pangan yang beragam, bergizi berimbang dan aman melalui optimalisasi pemanfaatan

pekarangan dengan konsep KRPL;

Pasal 3

LINGKUP PEKERJAAN

PIHAK PERTAMA memberikan tugas kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA telah setuju

untuk menerima dan memanfaatkan dana Bantuan Sosial kegiatan P2KP 2013 untuk kegiatan

Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui demplot pekarangan kelompok dengan

menggunakan metode sekolah lapangan (SL).

Pasal 4

SUMBER DAN JUMLAH DANA

Sumber dan jumlah dana Bantuan Sosial P2KP 2013 “Pemberdayaan Kelompok Wanita

melalui Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan dengan konsep KRPL” yang diterima oleh

PIHAK KEDUA adalah :

1. Sumber dana sebagaimana tertuang dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

(DIPA)................... Nomor:...................... tanggal........................

2. Jumlah dana yang disepakati kedua belah pihak sebesar Rp.........................................

(dengan huruf)

Page 46: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

46

Pasal 5

PEMBAYARAN

Pembayaran Dana Bantuan Sosial kegiatan P2KP 2013 “Pemberdayaan Kelompok Wanita

melalui Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan dengan konsep KRPL” yang dimaksud pada

Pasal 4 Angka (2) Surat Perjanjian Kerja sama ini akan dilakukan oleh PIHAK PERTAMA

kepada PIHAK KEDUA setelah perjanjian kerja sama ini ditandatangani, dilaksanakan melalui

Surat Perintah Membayar (SPM) yang disampaikan oleh KPA kepada Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara ...................., dengan cara pembayaran langsung ke rekening

kelompok wanita ............... Desa/Kelurahan………… Kecamatan......…...

Kabupaten/Kota........... pada Bank ........................ dengan Nomor Rekening : ........................

Pasal 6

SANKSI

Apabila PIHAK KEDUA tidak dapat memanfaatkan dana Bantuan Sosial kegiatan P2KP 2013

“Pemberdayaan Kelompok Wanita melalui Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan dengan

konsep KRPL” seperti tersurat pada pasal 3, maka PIHAK PERTAMA berhak secara sepihak

mencabut seluruh dana yang diterima PIHAK KEDUA yang mengakibatkan surat perjanjian

kerja sama batal.

Pasal 7

PERSELISIHAN

1. Apabila terjadi perselisihan antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sehubungan

dengan surat perjanjian kerja sama ini, maka akan diselesaikan secara musyawarah

mufakat;

2. Apabila dengan cara musyawarah belum dapat dicapai suatu penyelesaian, maka kedua

belah PIHAK menyerahkan perselisihan ini kepada Pengadilan Negeri ..........................

sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3. Keputusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap mengikat

kedua belah pihak.

Pasal 8

KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)

1. Apabila dalam masa perjanjian terjadi keadaan memaksa (force majeure), yaitu hal-hal

yang diluar kekuasaan PIHAK KEDUA sehingga tertundanya pelaksanaan kegiatan, maka

PIHAK KEDUA harus memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA (KPA/PPK)

dan pihak lainnya dengan tembusan kepada Badan Ketahanan Pangan dalam waktu 4 X

24 jam tentang tanggal dan terjadinya keadaan memaksa (force majeure).

Page 47: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

47

2. Keadaan memaksa (force majeure) yang dimaksud Pasal 7

Ayat (1) adalah:

a. Bencana alam seperti: gempa bumi, angin topan, banjir besar, kebakaran yang bukan

disebabkan kelalaian PIHAK KEDUA;

b. Peperangan;

c. Perubahan kebijakan moneter, berdasarkan peraturan Peraturan Pemerintah.

3. Keadaan memaksa (force majeure) harus diketahui oleh pejabat yang berwenang di

tempat terjadinya keadaan memaksa (force majeure).

Pasal 9

LAIN-LAIN

1. Segala lampiran yang melengkapi surat perjanjian kerja sama ini merupakan bagian yang

tak terpisahkan dan mempunyai kekuatan hukum yang sama;

2. Perubahan atas surat perjanjian kerja sama ini tidak berlaku kecuali terlebih dahulu

harus dengan persetujuan kedua belah pihak.

Pasal 10

JANGKA WAKTU BERLAKUNYA PERJANJIAN

Perjanjian ini mulai berlaku sejak ditandatangani oleh kedua belah PIHAK.

Pasal 11

PENUTUP

Surat perjanjian kerja sama ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah PIHAK di atas

materai cukup dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab tanpa adanya paksaan dari mana

pun dan dibuat rangkap 6 (enam) yang kesemuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama

untuk digunakan sebagaimana mestinya.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA

Ketua kelompok wanita Pejabat Pembuat Komitmen

Kabupaten/Kota

............................... ........................................

Nip.

Mengetahui/Menyetujui

Kuasa Pengguna Anggaran

Kabupaten/Kota ................

.........................................

Meterai

Rp6.000,-

Page 48: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

48

Nip.

Lampiran 4

SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN LANGSUNG (SPP-LS)

DANA BANTUAN SOSIAL PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP)

2013

“PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA MELALUI OPTIMALISASI PEMANFAATAN

PEKARANGAN DENGAN KONSEP KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL)”

Kepada Yth :

Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (SPM)/Penguji SPP

Satker .....................................................

Kabupaten/Kota…………….....................................

Di …………………………………………..

Dengan memperhatikan Keputusan Presiden No. 17 dan 18 Tahun 2000 dan Peraturan

Menteri Pertanian Nomor : ……… Tanggal …….. serta DIPA Satuan Kerja …………..

TA…………Nomor…………….. Tanggal……/……./2013 serta berdasarkan (1) Surat Keputusan

Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja Ketahanan Pangan Kabupaten.................

Nomor:………………….. tanggal ……………, tentang Penetapan Penerima Manfaat dan (2) Surat

Perjanjian Kerja sama antara PPK dengan Ketua Kelompok Wanita Nomor : . . . . . . . . tanggal .

. . . . . …………, dengan ini diminta bantuan Saudara untuk membayar dana bantuan sosial

Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) 2013 Pemberdayaan Kelompok

Wanita melalui Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan dengan konsep KRPL pada

MAK…………………………………..

Untuk hal tersebut kami mohon ditransfer dana sebesar Rp. ………. ke rekening Kelompok

Wanita pada Bank ……. (Pemerintah) dengan Nomor Rekening ……….

SPP-LS ini dilampiri dengan:

1. Foto kopi Surat Keputusan Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit Kerja Ketahanan Pangan

Kabupaten tentang Penetapan kelompok wanita sebagai Penerima Manfaat;

2. Surat Perjanjian Kerja sama;

Page 49: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

49

3. Kuitansi yang ditandatangani oleh Ketua Kelompok yang diketahui oleh Kuasa

Pengguna Anggaran dan Bendaharawan pengeluaran Kabupaten;

Diterima Oleh

Pada tanggal :

Pejabat Penandatangan SPM

/Penguji SPP

Mengetahui/Menyetujui

Kuasa Pengguna Anggaran

Pejabat Pembuat

Komitmen

Ttd Ttd Ttd

(........................) (........................) (........................)

Nip ............... Nip ..................... Nip ............

Page 50: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

50

Lampiran 5.

Kuitansi Dana Bantuan Sosial

NPWP :...............................

MAK :...............................

T.A :...............................

KUITANSI

No :.............

Sudah Terima dari : Kuasa Pengguna Anggaran...................................

Kabupaten/Kota............................................................

Uang sebanyak :

Untuk pembayaran : Dana Bantuan Sosial untuk kegiatan P2KP

Kelompok .......................................................................

di Desa/Kelurahan.............................................................

Kecamatan...........................................................

Kabupaten/Kota....................................................

Sesuai Surat Perjanjian Kerja sama No.........tanggal.........

Terbilang Rp. :

......................,...................2013

Mengetahui/Menyetujui, Yang menerima,

Pejabat Pembuat Komitmen Petani/Ketua Kelompok

Kabupaten/Kota..................

Meterai

Rp. 6.000

......................................... ...............................

Nip.

Setuju dibayar,Tgl...................................

Kuasa Pengguna Anggaran, Bendaharawan,

........................................ .....................................

Nip. Nip.

Page 51: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang
Page 52: Draft Pedum p2kp 2013 Magelang

52