drug admixture

Embed Size (px)

DESCRIPTION

admixture

Citation preview

Drug Admixture

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangMelakukan tindakan injeksi merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh paramedis. Walaupun tindakan injeksi saat ini disarankan untuk dihindari, tetap saja prosedur ini memiliki kelebihan dalam fungsinya untuk, memasukkan substansi tertentu (obat) ke dalam tubuh pasien. Masyarakat di perifer, misalnya di desa-desa yang kebanyakan tingkat pendidikannya menengah ke bawah, tindakan menyuntik ini bahkan menjadi favorit. Banyak orang demikian merasa bahwa kalau dia belum disuntik, artinya dia belum ke dokter, dan dia belum sembuh.Injeksi mulai menjadi sering dilakukan oleh praktisi medis sejak diketemukannya Penicillin pada dekade 1940-an. Sampai saat ini, banyak sekali obat-obat yang sudah tersedia dalam bentuk injeksi, baik diberikan secara intramuscular, intravena, subkutan, dan lain-lain. Obat-obatan tersebut diberikan secara parenteral karena biasanya dengan demikian komponennya akan diserap oleh tubuh dengan jauh lebih cepat daripada pemberian per oral. Atau, karena makanan akan mengganggu penyerapannya atau merusak strukturnya, maka solusinya adalah diberikan secara parenteral, misalnya obat insulin.

B. Tujuan1. Memahami dengan benar teknik injeksi sesuai prosedur.2. Menambah pengetahuan bagi farmasis dalam pencampuran obat suntik (Drug admixture).3. Memenuhi tugas perkuliahan yang diberikan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Teknik pencampuran obat suntik1) PenyiapanSebelum menjalankan proses pencampuran obat suntik, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.1. Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan prinsip 5 BENAR (benar pasien, obat, dosis, rute dan waktu pemberian).2. Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat, jumlah, nomor batch, tanggal kadaluarsa), serta melengkapi form permintaan.3. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas/tidak lengkap.4. Menghitung kesesuaian dosis.5. Memilih jenis pelarut yang sesuai.6. Menghitung volume pelarut yang digunakan.7. Membuat table obat berdasarkan: nama pasien, nomor rekam medis, ruang perawatan, dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal pembuatan, dan tanggal kadaluarsa campuran.8. Membuat label pengiriman terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medis, ruang perawatan, jumlah paket.9. Melengkapi dokumen pencampuran.10. Memasukkan alat kesehatan, label, dan obat-obatan yang akan dilakukan pencampuran kedalam ruang steril melalui pass box.

2) PencampuranProses pencampuran obat suntik secara aseptis, mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.1. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)2. Melakukan dekomentasi dan desinfeksi sesuai prosedur tetap3. Menghidupkan Laminar Air Flow (LAF) sesuai prosedur tetap4. Menyiapkan meja kerja LAF dengan memberi alas penyerap cairan dalam LAF5. Menyiapkan kantong buangan sampah dalam LAF untuk bekas obat6. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan alcohol 70%7. Mengambil alat kesehatan dan obat-obatan dari pass box8. Melakukan pencampuran secara aseptis

a. Tehnik memindahkan obat dari ampul(1) Membuka ampul larutan obat: (a) Pindahkan semua larutan obat dari leher ampul dengan mengetuk ngetuk bagian atas ampul atau dengan melakukan gerakan J-motion.(b) Seka bagian leher ampul dengan alkohol 70 %, biarkan mengering.(c) Lilitkan kassa sekitar ampul.(d) Pegang ampul dengan posisi 45, patahkan bagian atas ampul dengan arah menjauhi petugas. Pegang ampul dengan posisi ini sekitar 5 detik.(e) Berdirikan ampul. (f) Bungkus patahan ampul dengan kassa dan buang ke dalam kantong buangan. (2) Pegang ampul dengan posisi 45, masukkan spuit ke dalam ampul, tarik seluruh larutan dari ampul, tutup needle. (3) Pegang ampul dengan posisi 45, sesuaikan volume larutan dalam syringe sesuai yang diinginkan dengan menyuntikkan kembali larutan obat yang berlebih kembali ke ampul. (4) Tutup kembali needle. (5) Untuk permintaan infus Intra Vena , suntikkan larutan obat ke dalam botol infus dengan posisi 45 perlahan-lahan melalui dinding agar tidak berbuih dan tercampur sempurna. (6) Untuk permintaan Intra Vena bolus ganti needle dengan ukuran yang sesuai untuk penyuntikan. (7) Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi ke dalam kantong buangan tertutup.b. Tehnik memindahkan sediaan obat dari vial(1) Membuka vial larutan obat (a) Buka penutup vial. (b) Seka bagian karet vial dengan alkohol 70 %, biarkan mengering. (c) Berdirikan vial(d) Bungkus penutup vial dengan kassa dan buang ke dalam kantong buangan tertutup(2) Pegang vial dengan posisi 45, masukkan spuit ke dalam vial.(3) Masukan pelarut yang sesuai ke dalam vial, gerakan perlahan-lahan memutar untuk melarutkan obat.(4) Ganti needle dengan needle yang baru.(5) Beri tekanan negatif dengan cara menarik udara ke dalam spuit kosong sesuai volume yang diinginkan.(6) Pegang vial dengan posisi 45, tarik larutan ke dalam spuit tersebut.(7) Untuk permintaan infus intra vena (iv) , suntikkan larutan obat ke dalam botol infus dengan posisi 45 perlahan-lahan melalui dinding agar tidak berbuih dan tercampur sempurna.(8) Untuk permintaan intra vena bolus ganti needle dengan ukuran yang sesuai untuk penyuntikan.(9) Bila spuit dikirim tanpa needle, pegang spuit dengan posisi jarum ke atas angkat jarum dan buang ke kantong buangan tertutup.(10) Pegang spuit dengan bagian terbuka ke atas, tutup dengan luer lock cap.(11) Seka cap dan syringe dengan alkohol.(12) Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi ke dalam kantong buangan tertutup.

Daftar Ketercampuran Obat Suntik

NONAMA OBATKETERCAMPURAN LARUTAN IVKETERANGAN

1AcyclovirLarutan Dextrosa, Ringer's Lactat.NOTE: larutan dextrose > 10% dapat menjadikan kuning larutan (tidakmempengaruhi potensi obat)Tidak kompatibel dengan produkdarah, larutan yang mengandung proteinJangan simpan di lemari es

2AlbuminNaCl 0.9% (lbh baik) ; kompatibeldengan a 5% dan 10%jika kandungan larutan 5%-25% gunakan NS atau D5W sebagai pelarut.Jangan gunakan jika larutankeruh.

Jangan menggunakan SWFI

3AmikacinLarutan Dextrosa, RLInkompatibel dengan heparinmasukkan > 1 jam sebelumPenicillin

4AminophyllineLarutan Dextrose, RL

5Amphotericin B(Fungizone)Lebih disukai dgn Dekstrosa 5%tidak kompatibel dengan NaCl0.9%jangan dicampur dengan obat lain

6AmpicillinPaling stabil dlm NaCl 0.9%dekstrosa dapat digunakan tp tidak dalam konsentrasi tinggi

7Ampicillin sulbactamDalam NaCL 0.9%lebih disukaikompatibel dengan larutan yang mengandung Dextrose dan RL

8Calcium GluconateKompatibel dengan NaCl 0.9%,dekstrosa,RL

9CefepimeKompatibel dengan NaCl 0.9%,dekstrosa,RL

10CefotaximeKompatibel dengan NaCl 0.9%,dekstrosa,RL

11CeftazidimeKompatibel dengan NaCl 0.9%,dekstrosa,RL

12CeftriaxoneKompatibel dengan NaCl 0.9%,dekstrosa

13ChloramphenicolKompatibel dengan NaCl 0.9%,dekstrosa,RL

14CiprofloxacineKompatibel dengan NaCl 0.9%,dekstrosa

15ClindamycinKompatibel dengan NaCl 0.9%,dekstrosa,RL

16DexamethasonKompatibel dengan NaCl 0.9%,dekstrosa

17DiazepamTidak direkmonedasi untuk dilarutkantapi NaCl 0.9%dapat digunakan untuk penggunaan darurat

18DigoxinDekstros 5% dan NaCl 0.9%Mungkin terjadi endapan

19DobutamineKompatibel dengan NaCl 0.9%,dekstrosa,RLTidak kompatibel dengan heparin

20DopamineKompatibel dengan NaCl 0.9%,dekstrosa,RL ( Gunakan N5 bila ada heparin)

21EpinephrineKompatibel dengan NaCl 0.9%,dekstrosa.Jangan dicampur denganBikarbonat

22Fentanyl CitrateKompatibel dengan NaCl 0.9%,dekstrosa

23FluconazoleKompatibel dgn Dextrosa 5%, 10%dan RL

24FurosemideKompatibel dng NaCl 0.9%Lebih disukai dgn RLJangan dicampur dengan larutanAsam

25GanciclovirKompatibel dgn Dextrosa 5%, NaCl0.9%dan RL

26GentamycinKompatibel dengan NaCl 0.9%,dekstrosa

27HeparinKompatibel dengan NaCl 0.9%,dekstrosa

28Imipenem-CilastatinNaCl 0.9% lebih disukai meskipundekstrose dapat digunakan pada kondisi khusus

29KetorolacKompatibel dengan larutan NaCl 0.9%dan dekstrose, RL

30LevofloxacinKompatibel dengan larutan NaCl 0.9%dan dekstrose, RL

31LorazepamLebih disukai dgn Dekstrosa 5%Kurang stabil dalam NaCl

32MgSO4Larutan dekstrosa dan NaCl 0.9%

33MannitolBiasanya tdk dilarutkan tetapiDekstrosa 5%, NaCl telah digunakan

34MeropenemLebih disukai NaCl 0.9%, kurangstabil dalam dekstrose, kompatibel dengan RL

35MetronidazoleTdk perlu dilarutkan. Kompatibel dgnlarutan dekstrosa dan NaCl 0.9%Jangan dicampur dgn obat lain

36MidazolamDekstrose 5%, NaCl 0.9%, RL

37Morphine SulphateLarutan dekstrose dan NaCl 0.9%,bila diinfus bersama dgn heparin gunakan hanya NaCl 0.9%

38OndansentronLarutan dekstrosa dan NaCl 0.9%Tidak tercampur dengan obatDan larutan bersifat basa

39Penicillin GLarutan dekstrosa dan NaCl 0.9%

40PhenytoinNaCl 0.9%Jangan dicampur dgn obat lain

41Piperacillin-TazobactamLarutan dekstrosa dan NaCl 0.9%tidak tercampur dgn RL

42PropranololTidak direkomendasi untuk dilarutkantapi NaCl 0.9%dapat digunakan

43RanitidinKompatibel dengan larutan NaCl 0.9%dan dekstrosa, RL

44Sodium BicarbonateLarutan dekstrosa dan NaCl 0.9%

45Sodium ValproateDekstrosa 5%, NaCl 0.9%, RL

46VancomycinDekstrosa 5%, NaCl 0.9%, RLTidak tercampur dengan heparin

B. TEHNIK ASPIRASIWalaupun aspirasi tidak lagi dilakukan pada metode injeksi subkutan, pada penyuntikan intramuscular dan intravena prosedur ini harus dilakukan. Apabila pada injeksi intramuscular secara tidak sengaja ujung jarum menembus pembuluh darah, maka obat yang disuntikkan akhirnya masuk secara intravena. Hal ini dapat mengakibatkan terbentuknya emboli sebagai akibat reaksi komponen kimia dari obat tersebut. Aspirasi dilakukan dengan cara berikut:Setelah Anda menusukkan jarum ke lokasi suntikan, pegang bagian bawah syringe dengan tangan non-dominan Anda, dan tarik bagian tongkat syringe ke atas dengan tangan dominan. Apabila jarum telah menembus pembuluh darah, darah akan masuk tertarik ke dalam syringe.Apabila ini terjadi, dan tehnik injeksi yang kita lakukan adalah injeksi intravena, maka prosedur yang Anda lakukan sejauh ini benar. Jarum telah memasuki pembuluh darah, dan obat kini siap dimasukkan langsung ke pembuluh darah balik tersebut. Apabila darah masuk tertarik, dan tehnik injeksi yang Anda lakukan adalah intramuscular, maka prosedur yang kita lakukan salah. Jarum yang semestinya mencapai jaringan otot rupanya bersarang di pembuluh darah.Hal ini biasanya terjadi karena lokasi injeksi kurang tepat. Cabut jarum dan ulangi prosedur penyuntikan dari awal.

C. TEHNIK DESINFEKSI KULIT DI LOKASI SUNTIKANWalaupun tehnik desinfeksi kulit dengan kapas alkohol sebelum prosedur penyuntikan sudah dikenal luas, pada kenyataannya ada perbedaan temuan. Misalnya menggunakan kapas alkohol sebelum menyuntikkan insulin secara subkutan seringkali membuat kulit menjadi mengeras karena efek alkohol. Dann (1969) dan Koivisto & Felig (1978) menemukan bahwa tehnik desinfeksi dengan alkohol tidak selalu mutlak diperlukan, dan ketika prosedur itu ditiadakan, rupanya angka infeksi post-injeksi yang terjadi tidak lebih banyak daripada yang dilakukan swab alkohol sebelumnya. Para ahli berpendapat bahwa apabila pasien tampak bersih secara fisik, dan tenaga medis juga mengikuti standar asepsis yang benar, desinfeksi kulit sebelum penyuntikan intramuscular adalah tidak perlu. Dan apabila memang dipandang perlu,maka kulit itu harus diswab dengan kapas alkohol selama 30 detik, dan kemudian tunggu 30 detik lagi agar kulit menjadi kering lagi. Jika injeksi dilakukan sebelum kulit kering, masih ada kemungkinan bakteri belum mati, dan malah bersama-sama dengan alkohol bisa saja ikut menginokulasi lokasi penyuntikan sehingga meningkatkan resiko infeksi.

D. INJEKSI INTRAVENATehnik ini digunakan apabila kita ingin obat yang disuntikkan akan diabsorpsi oleh tubuh dengan pelan dan berdurasi panjang (slow and sustained absorption). Biasanya volume obat yang disuntikkan terbatas pada 1-2 ml per sekali suntik. Injeksi subkutan dilakukan dengan menyuntikkan jarum menyudut 45 derajat dari permukaan kulit. Kulit sebaiknya sedikit dicubit untuk menjauhkan jaringan subkutis dari jaringan otot. Peragallo & Dittko (1997) menggunakan CT scan dalam penelitian mereka dan menemukan bahwa injeksi subkutan sering kali masuk ke jaringan otot, terutama bila dilakukan pada daerah abdomen atau paha. Hal ini berbahaya karena insulin yang disuntikkan ke otot akan diserap lebih cepat oleh tubuh dan sebagai akibatnya akan terjadi goncangan kadar glukosa darah yang dapat membawa pasien ke kondisi hipoglikemia.

MEMPERKIRAKAN TEMPAT KATUP VENA, DAN MENGHINDARINYA Karena kita akan menyuntikkan obat dengan jarum ke dalam vena, adalah penting bagi kita untuk menghindari katup vena. Apabila katup vena ini tidak sengaja tertusuk, maka dapat menyebabkan kerusakan permanen pada katup tersebut, dan bahkan dapat menyebabkan kolaps pada vena yang bersangkutan. Katup-katup ini ada dengan tujuan untuk mencegah alirah darah balik pada vena (mencegah aliran darah menjauhi jantung). Untuk mengetahui dimana saja terdapat katup ini, lakukan tekanan ke arah distal pada vena yang bersangkutan. Hal ini bertujuan mendorong darah yang ada di vena balik ke arah distal, mendekati katup terakhir yang dilewatinya. Ikuti tekanan itu dan akan Anda temukan nantinya ada tempat tertentu dimana darah yang Anda dorong itu tidak dapat lewat lagi. Di tempat itulah terdapat katup vena. Sekarang Anda tahu di tampat itu Anda tidak boleh melakukan suntikan. Terkesan sederhana, namun terkadang melokalisir posisi katup itu dapat menjadi sesuatu yang sulit untuk dilakukan.

PROSEDUR TINDAKAN 1) Cuci tangan terlebih dahulu, Bila perlu gunakan sarung tangan untuk melindungi Anda.2) Tentukan lokasi injeksi. Carilah vena perifer yang tampak atau yang cukup besar sehingga akan memudahkan Anda untuk melakukan injeksi nantinya. Ada kalanya vena yang ideal tidak ada, dan kemudian akan tergantung kepada keahlian dan pengalaman kita untuk berhasil melakukan injeksi.3) Bersihkan lokasi injeksi dengan kapas alkohol.4) Pasang torniquet di bagian proximal dari lokasi injeksi.5) Suntikkan jarum dengan sudut sekitar 45 derajat atau kurang ke dalam vena yang telah Anda tentukan. Jarum mengarah ke arah proximal sehingga obat yang nanti disuntikkan tidak akan menyebabkan turbulensi ataupun pengkristalan di lokasi suntikan. 6) Lakukan aspirasi: Bila tidak ada darah, berarti perkiraan Anda salah. Beberapa organisasi keperawatan mengajarkan untuk terus berusahan melakukan probing dan mencari venanya,selama tidak terjadi hematom. Beberapa lagi menganjurkan untuk langsung dicabut dan prosedur diulangi lagi. Bila ada darah yang masuk, berwarna merah terang, sedikit berbuih, dan memiliki tekanan, segera tarik jarum dan langsung lakukan penekanan di bekas lokasi injeksi tadi. Itu berarti Anda mengenai arteri. Walaupun ini jarang terjadi, karena kecuali Anda menusuk dan melakukan probing terlalu dalam, Anda tetap harus tahu mengenai resiko ini. Bila ada darah yang masuk, berwarna merah gelap, dan tidak memiliki tekanan, itu adalah vena. Lanjutkan dengan langkah berikut. 7) Lepaskan torniquet dengan hati-hati, jangan sampai menggerakkan jarum yang sudah masuk dengan benar.8) Suntikkan obat secara perlahan-lahan. Terkadang mengusap-usap vena di bagian proximal dari lokasi injeksi dengan kapas alkohol dapat mengurangi nyeri selama memasukkan obat. 9) Setelah selesai, cabut jarum dan langsung lakukan penekanan di bekas lokasi injeksi dengan kapas alkohol. Penekanan dilakukan kurang lebih 2-5 menit. Atau bisa juga gunakan band-aid untuk menutupi luka suntikan itu. 10) Buanglah syringe dan jarum ke dalam tempat sampah medis.11) Cuci tangan, lepaskan sarung tangan, dan cuci tangan lagi.

E. Teknik pemberian obat parenteral :- iv push- volumetric set- piggyback system- syringe pump system

F. Indikasi pemberian secara IV :- untuk menjamin tercapainya konsentrasi obat- dapat menggantikan sediaan yang tak tersedia secara oral- dapat digunakan pada pasien yang tidak sadarkan diri atau tidak kooperatif- dapat memudahkan untuk mengkoreksi/menghitung keseimbangan cairan dan elektrolit serta nutrisi- menjamin kepatuhan terapi- lebih memudahkan memantau efek terapi dan konsentrasi puncak- untuk mencapai efek biologi yang tidak dapat tercapai dengan pemberian oral

G. Komplikasi pemberian iv :- thrombosis terjadinya pembekuan darah- emboli udara adanya emboli udara bisa sampai ke jantung- hipersensitifitas- phlebitis terjadinya radang di tempat disuntikkannya iv- adanya over dose obat dan cairan- adanya sepsis infeksi sistemik, paling bahaya dan menakutkan

H. Tanggung jawab farmasis dalam aseptic dispensing :1. Kebenaran zat-zat yang dikandung dalam suatu sediaan farmasi2. Kemurnian zat3. Kekuatan4. Sterilitas5. Wadah6. Label7. Tepat pasien

I. Konsep pharmaceutical care dalam pelayanan aseptic dispensing :Perlu banyak keahlian dan kemampuan farmasi, merupakan bagian yang terintergasi dalam pharmaceutical care, fungsi farmasis terlihat jelas di palayanan AD. Karena pentingnya (iv adm dan TPN) maka perlu meyakinkan pihak RS untuk mengadakan layanan ini.

J. IV ADMIXTUREIV admixture adalah proses pencampuran obat steril ke dalam larutan intravena steril, menghasilkan suatu sediaan steril yang bertujuan untuk pemberian secara intravenaiv admixture harusdilakukan dengan teknik aseptic.a. Tujuan pelayanan IV admixture : Untuk menjamin sediaan obat memiliki mutu dan sterilitas terjamin Menghemat waktu perawat Menunrunkan angka kejadian infeksi nosocomial Ketepatan dosis Penghematan biaya

b. Kegiatan IV admixture : Melarutkan obat-obat serbuk kering steril Menyiapkan suntikan iv dalam 1 vial atau 1 ampul ke dalam syringe ataupun kantong infus Menyiapkan suntikan iv dalam beberapa vial ataupun beberapa ampul yang sama ke dalam kantong infus.

c. Layanan farmasi IV admixture : Obat sitostatika Nutrisi parentral Antibiotik Analgesic Anti jamur Antivirus, dll.d. Penentuan prioritas terhadap pelayanan IV admixture :Pasien-pasien dengan resiko infeksi terbesar yaitu, Immunosupressan Transplantasi sum-sum Neonatal premature/bayi premature (NICU) Pasien ICU/ICCU Pasien kanker Nutrisi parenteral Mengenali obat-obat yang berbahaya terhadap petugas : antiviral, sitosatika

e. Tipe pelayanan IV admixture : Pelayanan luas (semua pelarutan, antibiotika, TPN, sitostatika, ICCU, NICU, ICU Pelayanan khusus (TPN 7hr/minggu dan sitostatika [jam kerja klinik])

f. Label IV admixture : Nama pasien, no MR, no ruangan Nama obat dan jumlah yang ditambahkan Nama obat dan jumlah larutan obat Volume sediaan akhir larutan Tanggal dan waktu pemberian Kecepatan infuse rata-rata Tanggal kadaluarsa Petugas yang bertanggungjawab Instruksi khusus

g. Dispensing :Dokter order utk 24 jam : disiapkan dan harus segera diberikan jika memang harus disimpan, maka disimpan dalam lemari es sebaiknya selama 24 jam.

h. Kecepatan Pemberian IV :Penting untuk ditentukan. Karena bahaya jika terjadi endapan akibat pemberian iv yang terlalu cepat.

i. Ketercampuran/Kompatibility :Memahami sifat dasar obatnya gimana, konsentrasi obat, pH larutan obat, suhu, wadah obat.

j. Resiko Pemberian IV admixture : Infeksi akibat kontaminasi Adanya pendarahan akibat pencabutan kateter Adanya emboli udara yang sampai ke jantung Adanya reaksi alergi karena efek obat yang cepat Adanya ketidaktercampuran obat karena pencampuran beberapa obat yang inkompatibilitas Pirogen Pecahnya pembuluh darah Terlepasnya partikel obat dari wadah ataukaret penutup wadah Phlebitis dan iritan vena

k. Kompatibilitas Dari Solusi Obat parenteralBanyak obat suntik tidak dapat dicampur bersama dalam jarum suntik atau infus. Beberapa tidak dapat dengan aman diencerkan dalam kantong infus. Ketidaksesuaian dapat melibatkan presipitasi, reaksi ionik, evolusi gas dan denaturasi molekul biologis. Pengetahuan tentang kompatibilitas obat yang diperlukan sebelum obat pencampuran. Referensi teks dapat memberikan informasi, namun data sering tidak tersedia untuk obat baru. Jika obat yang dicampur bersama, campuran harus diperiksa presipitat, kekeruhan atau perubahan warna, namun tidak semua ketidakcocokan yang terlihat.Solusi mencampur obat parenteral umumnya tidak dianjurkan karena potensi kerugian akibat ketidakcocokan dan kegiatan dari satu atau kedua obat. Namun, dalam beberapa situasi mungkin ada alasan kuat untuk mencampur dua atau lebih solusi obat parenteral dalam tas infus yang sama, dalam jarum suntik yang sama atau di persimpangan Y-tempat di mana dua atau lebih baris intravena bertemu. keadaan tersebut termasuk kesulitan dengan akses vena membatasi jumlah infus yang tersedia untuk pemberian secara terus menerus beberapa obat beberapa obat-obatan yang membutuhkan administrasi parenteral dalam jangka waktu yang singkat seperti dalam kunjungan rumah oleh seorang dokter umum pasien di rumah membutuhkan banyak obat infus terus menerus secara simultan di mana beberapa infus tidak layak, misalnya, penggunaan jarum suntik driver selama perawatan paliatif.

1. Keputusan untuk campuran obatKeputusan untuk mencampur obat-obatan tidak boleh dilakukan tanpa pengetahuan tentang kompatibilitasnya. Jika obat intravena tidak tercampur tetapi diberikan secara berurutan, garis infus harus dibilas dengan cairan yang kompatibel melalui antara setiap administrasi.

2. Mekanisme KetidaksesuaianObat yang endapan pada pengenceran. Pengendapan obat karena pH berubah pada saat pencampuran reaksi ionik membentuk zat larut. Denaturasi molekul biologis evolusi gas. Obat yang endapan pada pengenceran. Pengendapan dari larutan obat suntikan terkonsentrasi pada saat itu diencerkan dengan air atau garam. Namun, sejumlah kecil solusi injeksi dirumuskan dalam pelarut non-air untuk memungkinkan pembubaran zat air buruk larut dalam volume kecil. Dalam formulasi, cairan injeksi kendaraan non-air dengan air atau garam dapat menimbulkan obat. Masalahnya adalah sering diamati ketika injeksi diazepam diencerkan. Diazepam sangat buruk larut dalam air sehingga dirumuskan sebagai solusi injeksi dalam kendaraan terdiri dari propilen glikol 50% dan etanol 10%.Pada awalnya, pengenceran menghasilkan sedikit yang membersihkan kekeruhan pada pencampuran, tapi pengenceran melampaui empat kali lipat menghasilkan endapan putih buram yang tidak jelas sampai dilusi lebih lanjut substansial. Obat lain yang menunjukkan masalah kelarutan dan yang dirumuskan dalam kendaraan injeksi selain sederhana larutan air termasuk digoksin, clonazepam, phenytoin, amiodarone dan phytomenadione. Dalam beberapa kasus, pabrikan merekomendasikan pemberian obat murni. Dalam kasus lain, perawatan harus dilakukan untuk memastikan bahwa jika solusi injeksi diencerkan, pengenceran telah memadai untuk memastikan kelarutan terus selama masa infus.

3. Penyebab pengendapan ObatPenyebab utama terjadinya pengendapan untuk sediaan parenteral disebabkan karena pH berubah pada saat pencampuran. Kelarutan air obat apapun ditingkatkan dengan ionisasi molekul. Untuk molekul obat yang bertindak sebagai akseptor proton (basa Bronsted Lowry-), ionisasi ini dicapai dengan perumusan. Dalam larutan pH rendah biasanya sebagai hidroklorida atau garam sulfat hidrogen (misalnya, hidroklorida amiodarone atau adrenalin tartrat asam). Sebaliknya, untuk molekul obat yang dapat kehilangan proton atau ion hidrogen (asam Lowry-Bronsted - biasanya asam organik lemah), ionisasi ini dicapai dengan perumusan dalam larutan pH tinggi, biasanya sebagai natrium atau garam kalium (misalnya, benzilpenisilin natrium).Setiap perubahan pH menjelang akhir lain dari skala pH akan mengurangi proporsi terionisasi terhadap obat un-terionisasi dalam larutan dan karenanya akan mengurangi daya larut air obat. Contoh yang paling menonjol dari penurunan pH yang berhubungan dengan kelarutan adalah cairan injeksi fenitoin natrium. Obat ini diformulasikan dengan agen solubilising non-air dan solusinya adalah disesuaikan dengan pH 12. Pengenceran fenitoin suntik dengan menambahkannya ke kantong infus menurunkan pH sehingga mengurangi kelarutan yang mengakibatkan curah hujan obat. Glukosa larutan infus 5%, yang memiliki pH 4,3-4,5, akan memicu fenitoin segera. Memang, injeksi phenytoin sangat kompatibel yang umumnya tidak boleh dicampur dengan solusi lain.Reaksi ionik yang terjadi membentuk zat larut. Garam kation monovalen, seperti sodium dan kalium, umumnya lebih mudah larut dibandingkan dengan kation divalen, seperti kalsium dan magnesium. Mencampur larutan yang mengandung ion kalsium atau magnesium memiliki risiko besar membentuk kalsium larut atau garam magnesium. Magnesium sulfat 50% Mixing dan kalsium klorida 10% hasil dalam pengendapan kalsium sulfat larut. Pencampuran garam obat kalsium, dan untuk magnesium tingkat lebih rendah, dengan fosfat, karbonat, bikarbonat, tartrates atau sulfat juga harus dihindari. Sebuah peringatan baru-baru ini telah dikeluarkan tentang pencampuran yang mengandung kalsium solusi, termasuk solusi Hartmann, dengan ceftriaxone menyebabkan pembentukan kalsium ceftriaxone larut salt.

4. Denaturasi molekul biologisZat biologis termasuk produk darah dan insulin rentan terhadap denaturasi saat terkena variasi pH dan osmolalitas. Sedangkan data kompatibilitas diterbitkan ada untuk insulin dan beberapa produk darah, yang terakhir dipasarkan obat-obatan biologis seperti infliximab, interferon dan faktor koagulasi rekombinan tidak memiliki data tersebut tersedia dan pencampuran dengan obat-obatan lain tidak dianjurkan.

5. Evolusi gasPenambahan solusi obat asam ke larutan yang mengandung karbonat atau bikarbonat dapat mengakibatkan produksi gas karbon dioksida. Namun, evolusi gas adalah bagian normal dari pemulihan dari beberapa obat, terutama seftazidim.

K. Tehnik Pencampuran Obat Suntika. Formulasi Obat SuntikObat-obat yang sediaannya berbentuk dry powder seperti amoksisilin memerlukan rekonstitusi dengan aqua pro injeksi atau NaCl 0,9% sebelum digunakan. Keuntungan dari sediaan berbentuk dry powder ini adalah dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Beberapa kelemahan dari sediaan berbentuk dry powder adalah :a) Rekonstitusi menghabiskan waktu, khususnya bila sediaan tersebut sulit untuk dilarutkan.b) Dapat terkontaminasi oleh lingkungan di sekitarnya dan terkontaminasi oleh mikroba yang terdapat dalam pelarut.c) Dapat terkontaminasi oleh mikroba 10d) Perhatian mungkin dibutuhkan jika obat mudah untuk foaming (berbusa), sebagai dosis yang tidak komplit memungkinkan untuk hilang (withdrawn) contoh : teicoplanine) Jika ampul dipatahkan, pecahan kaca ampul tersebut dapat masuk kesediaan, melukai petugas serta percikan sediaan dapat mencemari lingkungan sekitarnya. f) Jika sediaan menggunakan vial timbul kesulitan memasukkan pelarut atau obat yang telah direkonstitusi karena adanya tekanan dalam vial (beberapa vial dibuat dengan tekanan didalamnya). Jika vial tersebut tidak memiliki tekanan di dalamnya, maka udara perlu dikeluarkan terlebih dahulu sebelum penambahan pelarut. Jumlah udara yang keluar masuk kedalam syringe harus sama dengan jumlah pelarut yang ditambahkan. Sebelum mengeliminasi obat yang telah direkonstitusi dari dalam vial, perbedaan tekanan harus dihitung lagi. Udara perlu ditambahkan kedalam vial sebanding dengan jumlah obat yang dieliminasi/ hilang.

b. Preparasi dari larutan yang memerlukan pelarut tambahan sebelum digunakanContoh : Ranitidine, amiodaron Keuntungan dari preparasi ini adalah: - Sudah berbentuk cairan, jadi tidak memerlukan proses rekonstitusi lagi Kekurangan dari preparasi ini adalah : - Waktu penggunaan untuk eliminasi dan persiapan - Mudah mengalami gangguan/ masalah pada vakum/ tekanan (untuk vial) - Dapat menyebabkan pecahan gelas (untuk ampul) - Menyebabkan risiko kontaminasi mikrobakteri

c. Preparasi tersedia (siap untuk digunakan) tanpa pelarut tambahanPreparasi ini dapat berupa kantong atau ampul dengan volume kecil yang dapat dibuat tanpa pelarut tambahan, tapi tetap mengandung larutan obat untuk dieliminasi ke dalam syringe untuk pembuatan, contoh : adenosine, gentamisin, metoklopramid. Hal ini sesuai/ cocok untuk digunakan, namun tetap memiliki kekurangan, antara lain: - Berbahaya (kontaminasi mikrobakterial) - Mudah mengalami gangguan/ masalah pad vakum/ tekanan (untuk vial) - Dapat menyebabkan pecahan gelas (untuk ampul)

d. Preparasi tersedia (siap untuk digunakan)Preparasi ini termasuk kantong infus dan syringe yang belum diisikan (pre-filled), contohnya: NaCl (Sodium Chloride) 0,9% 500 ml, morfin sulfat 60 mg dalam 60 ml PCA syringe. Keuntungannya adalah : - Tidak ada risiko kontaminasi lingkungan - Kecilnya kontaminasi mikrobakteri - Mudah digunakan - Menghemat waktu Beberapa vial didesain dengan tekanan di dalamnya, hal ini diperlukan karena berguna selama proses rekonstitusi. Jika vial tersebut tidak memiliki tekanan di dalamnya, maka udara harus dikeluarkan terlebih dahulu sebelum penambahan pelarut. Jumlah udara yang dikeluarkan harus sama dengan jumlah pelarut yang ditambahkan. Sebelum mengeluarkan obat yang telah direkonstitusi dari dalam vial perbedaan tekanan harus dihitung lagi, sehingga udara perlu ditambahkan kedalam vial sebanding dengan jumlah obat yang di keluarkan.

e. Cara Pemberian1. Injeksi Intravena (i.v.)Injeksi intravena dapat diberikan dengan berbagai cara, untuk jangka waktu yang pendek atau untuk waktu yang lama.a. Injeksi bolusInjeksi bolus volumenya kecil 10 ml, biasanya diberikan dalam waktu 3-5 menit kecuali ditentukan lain untuk obat-obatan tertentu.b. InfusInfus dapat diberikan secara singkat (intermittent) atau terus-menerus (continuous).

Infus singkat (intermittent infusion)Infus singkat diberikan selama 10 menit atau lebih lama. Waktu pemberiaan infus singkat sesungguhnya jarang lebih dari 6 jam per dosis. Infus kontinu (continuous infusion)Infus kontinu diberikan selama 24 jam. Volume infus dapat beragam mulai dari volume infus kecil diberikan secara subkutan dengan pompa suntik (syringe pump), misalnya 1 ml per jam, hingga 3 liter atau lebih selama 24 jam, misalnya nutrisi parenteral. 122. Injeksi intratekalInjeksi intratekal adalah pemberian injeksi melalui sumsum tulang belakang. Volume cairan yang dimasukkan sama dengan volume cairan yang dikeluarkan.3. Injeksi subkutanInjeksi subkutan adalah pemberian injeksi di bawah kulit.4. Injeksi intramuscularInjeksi intramuskular adalah pemberiaan injeksi di otot.

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULANDrug admixture adalah proses pencampuran obat, dimana obat yang digunakan dibuat atau diformulasikan dalam bentuk sediaan parenteral. Sehingga dalam melakukan pencampuran obat seperti

B. SARANPENANGANAN IV ADMIXTURE