Upload
idham-pribadi
View
163
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
space regainer pulpitis
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
Kasus utama dalam tutorial DSP-9 pada pertemuan pertama ini adalah
Pedodonsia. Pedodonsia adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek kesehatan
gigi anak meliputi tindakan pencegahan, perawatan serta pemeliharaan gigi anak.
Dalam pertemuan pertama ini dibahas kasus tentang seorang anak
perempuan bernama Aisyah yang berumur 8 tahun. Pasien mengeluh gigi
belakang kiri atas yang berlubang dan sakit berdenyut hingga tidak bisa tidur
sejak tiga hari yang lalu. Pasien juga mengatakan bahwa gigi belakang kanan atas
baru dicabut beberapa bulan yang lalu. Selain itu, orang tua pasien juga mengeluh
mengenai gigi baru Aisyah yang tumbuhnya renggang.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai keluhan utama pasien,
pemeriksaan ekstra oral dan intraoral, analisis kasus pasien tersebut, dan diagnosa
beserta diagnosa bandingnya. Dan pada akhir makalah ini akan dibahas juga
mengenai rencana perawatan yang akan dilakukan serta prognosisnya.
1.1. Tinjauan Kasus dan Ananmesis
Ketika dilakukan anamnesis lebih lanjut, pasien mengemukakan riwayat
penyakit giginya. Delapan bulan yang lalu Aisyah menderita sakit gigi yang hebat
berdenyut hampir setiap saat terutama di malam hari pada gigi belakang atas,
1
hingga bengkak ke daerah pipi kanan. Aisyah kemudian ke dokter gigi dan diberi
obat, kemudian gigi tersebut akhirnya dilakukan pencabutan.
Keluhan pasien mengenai gigi belakang kiri atas yang berlubang dan
sering sakit berdenyut memerlukan pemeriksaan intraoral untuk menegakkan
diagnosisnya. Pemeriksaan intraoral yang perlu dilakukan antara lain adalah tes
vitalitas dan tes membran periodontal. Tes tersebut sangat diperlukan untuk
menegakkan diagnosis dan merencanakan perawatan yang tepat untuk gigi
tersebut. Sementara untuk gigi belakang kanan atas yang baru dicabut beberapa
bulan yang lalu, perlu dicurigai terjadinya premature loss karena pasien masih
berusia 8 tahun. Gigi sulung belakang kanan atas yang hilang akan digantikan
oleh gigi premolar yang baru akan tumbuh di usia 11-12 tahun.
Keluhan lain pasien yaitu mengenai gigi dewasanya yang tumbuh
renggang. Pada usia 8 tahun, gigi permanen yang sudah tumbuh adalah gigi seri.
Gigi seri yang renggang pada usia tersebut merupakan hal yang wajar, yang
disebut dengan ugly-duckling stage. Diastema ini akan merapat kembali saat gigi
kaninus mulai tumbuh.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemeriksaan Klinis
2.1.1. Pemeriksaan Ekstra Oral
Pemeriksaan ekstra oral dilakukan untuk melihat kelainan diluar rongga
mulut. Pada pemeriksaan ekstra oral, yang perlu diperhatikan adalah bentuk
wajah, bibir, sendi TMJ, Postur tubuh, mata, ekspresi, dan kelenjar limfe.
Pemeriksaan bentuk wajah terdiri atas 3 pemeriksaan, yaitu tipe wajah,
kesimetrisan wajah, dan profil wajah. Tipe wajah ada 3, yaitu sempit, normal, dan
lebar. Kesimetrisan wajah ada 2, yaitu simetris bilateral dan asimetris. Dikatakan
simetris bilateral apabila wajah terbagi 2 sama lebar dan anatomisnya sama jika
ditarik garis median dari garis rambut ke titik glabela, subnasion, dan menton.
Profil wajah terbagi menjadi wajah datar, cembung, dan cekung. Untuk
menentukan profil wajah, tarik garis dari titik glabela, subnasion, dan pogonion
dan dilihat dari arah sagital.
Pemeriksaan bibir bertujuan untuk melihat tonus bibir dan katup bibir.
Tonus bibir atau kekuatan otot bibir terbagi atas 3, yaitu normal, hipotonus, dan
hipertonus. Katup bibir untuk melihat apakah bibir dapat terkatup
(competent/positive) atau tidak dapat terkatup (incompetent/negative). Cara
pemeriksaannya adalah dengan mempalpasi otot bibir pada keadaan otot
orbicularis oris dalam keadaan relaksasi.
3
Pemeriksaan TMJ dilakukan untuk melihat apakah pasien memiliki
masalah pada sendi rahang. Masalah yang umum terjadi adalah adanya clicking
dan rasa sakit/nyeri pada sendi rahang. Selain itu juga, masalah lain adalah adanya
krepitasi dan ankilosis.
Postur tubuh terbagi menjadi 4, yaitu tegak, kifosis, skoliosis, dan lordosis.
Kifosis merupakan pembengkokan keluar dari tulang belakang nagian thorax
(thoracic spine) sehingga pasien tampak bungkuk. Lordosis merupakan
pembengkokan tulang belakang region lumbar dan cervical ke dalam secara
berlebih. Skoliosis adalah pembengkokan tulang belakang ke lateral menjauhi
garis median ke kanan maupun kiri.
Gambar 2.1. Lordosis.
Gambar 2.2. Kifosis.
4
Gambar 2.3. Skoliosis.
Mata diperiksa untuk melihat pupil apakah sama besar (isokor) atau tidak
sama besar (anisokor), melihat sclera apakah ikterik atau tidak ikterik, dan melihat
konjungtiva apakah pucat (anemis) atau tidak.
Gambar 2.4. Gambar sclera ikterik (kiri) dan gambar konjungtiva anemis (kanan).
Saat pasien datang berobat, kita sebagai dokter gigi harus dapat melihat
ekspresi pasien apakah pasien tersebut tenang, tampak sakit sedang, atau tampak
sakit berat. Ekspresi pasien dapat membantu kita menilai kondisi psikologis
5
pasien dan dapat membantu kita berkomunikasi efektif dengan pasien serta
memilih perawatan yang sesuai sehingga dapat meringankan rasa sakit pasien.
Pemeriksaan kelenjar limfe pada pasien dilakukan pada kelenjar limfe
submandibula kanan dan kiri. Caranya adalah pasien duduk di kursi dental dengan
kepala menempel di kursi yang posisinya agak merebah. Dokter berada di
belakang pasien. Dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah kedua tangan,
tekan lembut menyusuri belakang telinga ke submandibula sampai arah dagu.
Untuk kasus pertama ini, pemeriksaan ekstra oral seluruhnya tampak
normal.
2.1.2. Pemeriksaan Intra Oral
Pemeriksaan intra oral dilakukan untuk melihat kelainan di dalam rongga
mulut. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan :
a. Tahapan geligi sulung, campuran (awal / akhir), dan permanen
b. Jaringan lunak odem, pembengkakan, hiperemi, benjolan, fistula /
gumboil, ulkus, gingivitis, stomatitis
c. Anomali gigi bentuk, fusi, germinasi, dll
d. Premature loss
e. Persistensi gigi sulung
f. Oral hygiene baik, sedang, buruk
g. Lidah apakah ukurannya normal atau besar (makroglossia)
h. Frenulum tinggi, sedang, rendah. Cara pemeriksaannya adalah dengan
menarik bibir dan melihat dimanakah jaringan yang menjadi pucat.
6
i. Tonsil To, T1, T2, T3. Cara pemeriksaanya adalah dengan
menginstruksikan pasien untuk membuka mulut lebar dan mengucapkan
“aaa…” kemudian lihat daerah yang bergetar
j. Palatum normal, tinggi, dangkal
Pada kasus pertama ini, pemeriksaan intra oral menemukan adanya karies
profunda (CP) pada gigi 64 dan 65, premature loss pada gigi 54 dan 55 yang
mengalami penyempitan ruangan, diastema pada gigi 11 dan 21, serta frenulum
labialis yang sedikit rendah.
Pada gigi 64 dan 65 yang terdapat karies profunda, kita lakukan tes
vitalitas, tes perkusi, dan tes tekan. Tes vitalitas merupakan tes yang dilakukan
untuk menilai apakah pulpa masih vital atau sudah non-vital. Tes vitalitas dapat
berupa tes termal (panas atau dingin) dan EPT (Electric Pulp Test). Tes dingin
dapat dilakukan dengan batangan es, carbon dioxide, dan chlor etil. Tes panas
tidak dilakukan secara rutin karena biasanya tes ini dilakukan jika keluhan terjadi
pada gigi yang sulit dilokalisir. Tes ini berguna jika keluhan utamanya adalah
sensitif terhadap panas. Tes panas dapat dilakukan dengan air panas, pemberian
gutta-percha panas, dan dengan karet poles ( untuk menimbulkan panas akibat
friksi). Tes termal tidak dilakukan kepada anak-anak. Untuk anak-anak, tes
vitalitas yang dilakukan adalah tes sondasi, yaitu menilai vitalitas pulpa dengan
menggunakan sonde yang ditempatkan pada kavitas. Selain itu, dapat digunakan
juga tes kavitas apabila hasil tes sondasi masih meragukan atau anak tidak
merespon tes. Caranya yaitu dengan menggunakan bur dan mengebur kavitas
sampai anak merespon tes. Tes ini biasanya dilakukan bila pada kavitas terbentuk
dentin sekunder sehingga tes sondasi tidak menimbulkan respon positif.
7
EPT tidak menunjukkan pulpa sehat atau tidak. EPT ini hasilnya dapat
berupa negative palsu apabila saluran akar terkalsifikasi atau positif palsu apabila
terdapat pus dalam saluran akar, nekrosis parsial, atau teknik penggunaan yang
tidak benar.
Tes tekan dilakukan untuk menilai ada atau tidaknya kelainan pada
periapikal. Tes ini dilakukan dengan menggunakan gagang sonde atau kaca mulut
(ujung tumpul) yang diletakkan di bagian oklusal gigi dan pasien diinstruksikan
untuk menggigit. Tes perkusi dilakukan untuk menilai ada atau tidaknya kelainan
pada jaringan periradikuler. Bila respon positif, maka terdapat kelainan pada
jaringan periodontal. Tes ini dilakukan dengan cara mengetukkan ujung tumpul
alat dasar (sonde atau kaca mulut ) yang dipegang tegak lurus dengan mahkota.
Hal terpenting sebelum melakukan berbagai tes adalah membersihkan
kavitas terlebih dahulu dari sisa-sisa makanan. Setelah bersih, maka dapat
dilakukan tes sesuai kebutuhan dan akan didapatkan hasil yang maksimal.
2.2. Analisis Kasus
2.2.1. Analisis Radiologis
Untuk analisis radiologi digunakan foto panoramik, agar dapat melihat
semua aspek-aspek dan kelainan pada gigi dan jaringan periodontal disekitar
rahang. Pada pemeriksaan radiologis ditemukan benih gigi tetap yang masih
didalam kurang lebih 5 mm dibawah puncak tulang alveolar pada regio 64 dan 65.
Selain itu pada regio ini juga terjadi prematur loss sehingga terjadi penyempitan
ruangan untuk tumbuhnya gigi permanen.
8
Pada regio 54 dan 55 terdapat karies profunda yang besar, dengan gejala
nyeri yang spontan. Dan setelah dilakukan pemeriksaan periodontal, didapatkan
hasil positif pada tes perkusi dan tekan, namun negatif pada tes mobiliti. Daerah
trifurkasi dan periapikal tampak dalam batas normal, serta resorpsi akar gigi
tersebut minimal.
Pada regio 11 dan 21 terjadi diastema, pada pemeriksaan intraoral terlihat
frenulum labialis yang sedikit rendah. Pada umur 6,5 tahun ketika incisivus
sentral atas erupsi akan terlihat space pada garis median prosesus alveolaris
sehingga dapat menyebabkan kesalahan diagnosis sebagai suatu keadaan frenulum
yang abnormal, keadaan ini disebut dengan istilah “ Ugly duckling stage “.
Kadang –kadang incisivi permanen terlihat croding pada saat erupsi dan incisivi
Lateral berhimpitan ( overlap ) dengan gigi caninus susu. Keadaan ini bisa diatasi
bila terdapat leeway space. Leeway space adalah perbedaan ruangan antara lebar
mesiodistal gigi caninus, molar pertama dan kedua susu dengan caninus premolar
pertama dan kedua permanen. Namun hal ini normal terjadi pada tahap erupsi
molar pertama dan incisivi permanen. Tahap 1 ( terjadi pada umur antara 6 – 8
tahun ) terjadi penggantian gigi inncisivi dan penambahan molar pertama
permanen .
9
2.3. Diagnosis dan Diagnosis Pembanding
Pada gigi 54 dan 55
Pulpitis Irreversibel
Pulpitis ireversibel seringkali merupakan akibat atau perkembangan dari
pulpitis reversible. Kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang
luas selama prosedur operatif atau terganggunya aliran darah pulpa akibat trauma
atau penggerakkan gigi dalam perawatan orthodonsia dapat pula menyebabkan
pulpitis ireversibel. Pulpitis ireversibel merupakan inflamasi parah yang tidak
akan busa pulih walaupun penyebabnya dihilangkan.
Gejala
Pulpitis ireversibel biasanya asimtomatik atau pasien hanya mengeluhkan
gejala yang ringan. Akan tetapi, pulpitis ireversibel dapat juga diasosiasikan
dengan nyeri spontan (tanpa nyeri eksternal) yang intermitten atau terus menerus.
Nyeri pulpitis ireversibel dapat tajam, tumpul, setempat atau difus (menyebar) dan
bisa berlangsung hanya beberapa menit atau berjam-jam. Menentukan lokasi nyeri
pulpa lebih sulit diabndingkan dengan nyeri periradikuler dan menjadi lebih sulit
ketika nyerinya semakin intens. Aplikasi stimulus eksternal seperti dingin atau
panas dapat menyebabkan nyeri berkepanjangan.
10
Diagnosis Pembanding
Abses apikalis akut
Tanda dan Gejala
Bergantung pada keparahan reaksinya, pasien dengan AAA biasanya
mengalami ketidaknyamanan atau pembengkakan yang sedang hingga parah.
Selain itu, kadang-kadang disertai pula manifestasi sistemik dari proses infeksi
seperti meningkatnya suhu tubuh, malaise, dan leukositosis. Karena hal ini
muncul hanya pada pulpa yang nekrosis, stimulasi elektrik atau panas tidak akan
menimbulkan respons tetapi pada perkusi dan palpasi biasanya akan timbul nyeri.
Bergantung pada derajat kehancuran jaringan keras yang disebabkan oleh iritan,
tampilan radiografik AAA berkisar dari penebalan ruang ligament periodontium
(jarang terjadi) hingga ke lesi yang jelas resorptif (biasa).
Pada gigi 11 dan 21
Diastema
Suatu keadaan adanya ruang di antara gigi geligi yang seharusnya
berkontak.
Diastema ada 2 macam, yaitu :
a. Lokal, jika terdapat diantara 2 atau 3 gigi, dapat disebabkan karena dens
supernumerary, frenulum labii yang abnormal, gigi yang tidak ada, kebiasaan
jelek, dan persistensi.
11
b. Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat disebabkan oleh faktor
keturunan, lidah yang besar dan oklusi gigi yang traumatis.
Pada kasus terdapat diastema antara gigi 11 dan 21.
2.4. Rencana Perawatan
2.4.1. Devitalisasi Pulpa
Pengertian devitalisasi pulpa adalah tindakan untuk mematikan pulpa
dengan menggunakan bahan-bahan tertentu (necrotizing agent), yaitu :
Arsen : As2O3
Nonarsen : Paraformaldehid (trioxymethylene)
2.4.1.1. Paraformaldehida
Bentuk polimer dari formaldehida
Larut dalam air
Denaturasi protein
Desinfektan
Toksik, allergenik, genotoksik
Mutagenik. karsinogenik
12
Tujuan pemakaian :
Devitalisasi pulpa sebelum ekstirpasi atau amputasi mortal
Devitalisasi residual setelah pengangkatan jaringan pulpa non-vital
Kontra indikasi :
Alergi formaldehida
Efek samping :
Pada pulpa terbuka , keluhan seperti pulpitis atasi dengan
anastesi lokal
Pada ekstirpasi pulpa, perdarahan, waktu ekstraksi pulpa apikal
Bila ada residu dalam kanal, sakit hebat
Bila keluar ke apikal, inflamasi / nekrosis jaringan periapikal
Pada gigi susu merusak benih gigi permanen (jarang)
Aplikasi
Kunjungan 1 :
Aseptik
Bersihkan kavitas dari karies
Kalau perlu buat dinding artifisial
Disinfeksi kavitas
Tempatkan paraformaldehida tanpa tekanan
Tutup tumpatan sementara
Tinggalkan dalam kavitas 10 – 15 hari
13
Kunjungan 2 :
Asepsis
Buka tumpatan sementara
Keluarkan arsen, tes vitalitas pulpa :
o Nonvital : buka kavum
o Masih vital : devitalisasi ulang (24 jam)
Antisipasi nyeri dapat menggunakan analgesik peroral.
Nekrosis gingiva / periapikal akibat bahan devitalisasi :
Oleh karena tumpatan sementara bocor
Hiperemia gingiva : gangguan sirkulasi biru abu-abu nyeri seperti
periodontitis
Prosesus alveolaris : osteomyelitis
Terapi :
Buang As / paraformaldehid di papil
Irigasi H2O2 3 %
Ekskavasi sampai jaringan sehat (ada perdarahan)
Kavitas tutup tambalan sementara yang licin
Semprot H2O2 pada interdental aplikasi yodium / betadine
Obat kumur
Kontrol tiap hari
14
2.4.1.2. Arsen
Logam berat
Abu-abu keperakan
Rapuh
Bau seperti bawang putih
Bila kena udara warna > gelap
Mampu menembus membran sel
Menembus epitel
Sangat toksik
Akibat penggunaan arsen yang tidak tepat :
Periodontium bagian apeks
Tulang alveoler sekitar apeks
Kebaikan penggunaan arsen :
Mudah dikerja
Umumnya tanpa nyeri
Bila sakit (karena tekanan saraf yang masih hidup ) berikan : eugenol,
anastetikum
Kekurangan arsen :
Non self limiting effect
Kontrol sukar
Bisa nekrosis pada gingiva / papil gusi / prosesus alveolar
15
Efek devitalisasi tidak dapat ditentukan
Bila pasien tidak kembali dalam 2 hari kerusakan jaringan
Indikasi :
pulpa sehat
pulpitis kronis
Kontra indikasi :
pulpitis akut
hiperemi periodontium
Aplikasi
Kunjungan 1 :
Asepsis
Bersihkan karies dari kavitas
Kalau perlu dinding artifisial
Disinfeksi kavitas kemudian keringkan
Aplikasi arsen yang dibungkus kapas steril, tetesi eugenol resapkan pada
kapas kering
Tutup tumpatan sementara
Tinggalkan dalam kavitas selama 2 hari
Kunjungan 2:
Asepsis
Buka tumpatan sementara
Keluarkan arsen, tes vitalitas pulpa :
16
-nonvital : buka kavum
- masih vital : devitalisasi ulang (24 jam)
2.4.2. Mahkota Penuh (Full Crown)
Mahkota penuh merupakan suatu restorasi yg menutupi seluruh
permukaan mahkota klinis dari suatu gigi. Mahkota ini dapat merupakan restorasi
yang berdisi sendiri (singel unit restoration) atau sebagai retainer dari jembatan
mahota penuh yang dibuat dari logan dipakai sebagai retainer pada gigi-gigi
posterior dimana estika tidak menjadi soal. pada gigi anterior yang terlihat jika
mitlu dibuka dibuat mahkota penih dari logam yang mempunyai lapisan porselen
atau akrilik pada bagian-bagian labial atau bukal untuk estatika. Mahkota
semacam ini lazim disebut mahkota berlapis (veneered metal crown, veneer
crown). mahkota penih yang khusus dipakai pada gigi-gigi anterior dan dibuat
seluruhnya dari porselen atau akrilik disebut mahkota jacket.
Indikasi
Mahkota penuh sebagai retainer dibuat pada gigi-gigi depan (anterior) yang :
Mempunyai permukaan labial yang berkaries, yang mengalami erosi,
perubahan warna atau bernida (stained)
mempunyai permukaan proksimal yang ada tambalan besar atau karies
dalam
memerlukan perubahan kedudukan atau bentuk untuk keperlukan estetik
maka logan bagian labial dilapisi dengan bahan yang merupakan gigi
17
seperti porselen atau akrilik.
Indikasi untuk gigi-gigi belakang (posterior) ialah:
gigi-gigi (geraham) yang mudah terserang karies (karies indeks tinggi)
oleh karena kerusakan-kerusakan akibat karies atau fraktur tidak dapat
dibuat macam retainer-retainer lain
Mahkota penuh dari logam menjadi pilihan kita sebagai retainer, oleh karena :
Kuat, awet, tidak mudah lepas
dapat melindungi gigi terhadap karies dan fraktir
dapat dirubah bentuk ukuran dan atau oklusinya
preparasi pencentakan pembuatan dan penyemenan yang mudah
mempunyai dinding yang mengelilingi gigi dan dinding ini dijadikan satu
oleh permukaan oklusi yang tebal sehingga keseluruhannya menjadi suatu
bentuk yang tidak mudah mengalami distorsi di bawah tekanan daya
kunyah, oleh karena pertahanan terhadap distorsi yang besar ini, maka
mahkota penuh dapat dibuat dari logan (emas) yang kekerasannya lebih
rendah.
2.4.3. Space Regainer
Space regainer adalah alat aktif yang digunakan untuk memperoleh
kembali ruangan yang hilang atau empit pada lengkung gigi. Dan indikasinya
adalah untuk mendapatkan kembali tempat sekitar 3 mm atau kurang.
Adapun fungsi space regainer antara lain :
18
Untuk mendapatkan kembali ruang yang pernah ada tapi bukan
menciptakan ruangan baru
Menegakkan kembali gigi yang miring akibat tipping ea rah yang kosong
akibat kehilangan gigi yang terlalu dini
Macam-macam space regainer antara lain:
Removable space regainer
Gambar 2.5. Removable space regainer.
Fixed Space Regainer
19
Gambar 2.6. Fixed space regainer.
-Jackscrew space regainer
untuk menggerakkan gigi molar secara distal tanpa gerakan tipping dan
rotasi.
-Looped coil space regainers
20
Dirancang untuk memindahkan bicuspid gigi secara mesial. Tidak
direkomendasikan untuk menggerakkan lebih dari 1 gigi, dan menggerakkan
ke arah distal.
- Sliding loop space regainer
Untuk menggerakkan gigi bikisupidnya secara mesial dengan sedikit
pergerakan ke distal pada gigi molar.
Kelebihan Removable Space Regainer :
21
• Mudah dalam pengerjaannya
• working timenya pendek
Kekurangan Removable Space Regainer :
• Memerlukan kooperasi dari si pasien
• Pergerakan yang dilakukan adalah tipping
• Mudah patah dan hilang
• Kawat dapat melukai gusi
Kelebihan Fixed Space Regainer :
• Tidak mudah patah/berubah bentuk
• Tekanan dapat dikontrol
• Tidak akan mudah hilang
• Dapat dipaai pada asien tidak kooperatif
Kekurangan Fixed Space Regainer :
• Sulit untuk dibersihkannya sehingga menjadikan OH buruk
• Sulit diperbaiki
22
• Harga lebih mahal
• Pembuatannya butuh waktu lama
2.4.4. Frenektomi
Frenektomi adalah suatu tindakan bedah untuk merubah ikatan frenulum
baik frenulum labialis atau frenulum lingualis. Etiologi pada frenulum labialis
adalah perlekatannya terlalu rendah sehingga menyebabkan diastema.
Indikasi
• Pada frenulum yang abnormal karena dapat mengganggu stabilitas dari
geligi tiruan.
• Frenektomi untuk mendukung perawatan ortodonti maupun prostetik.
• Untuk keperluan estetik.
Kontraindikasi
• Frenektomi yang dilakukan sebelum perawatan orthodonti, karena belum
diketahuinya apakah frenulum menyebabkan problem atau tidak pada
perawatan orthodonti.
• Frenektomi yang dilakukan sebelum ke enam gigi permanen anterior
erupsi, karena sebagian besar kasus diastem pada midline maksila menutup
setelah erupsi ke enam gigi anterior.
• Pasien dengan penyakit sistemik.
23
Alat yang digunakan pada saat frenektomi adalah:
Jepitan hemostat
Pisau scalpel
Needle holder
Jarum
Gunting bedah
Labial Frenektomi
teknik:
Anestesi lokal secara infiltrasi dapat dilakukan sebelum dilakukan
pembedahan.
Setelah dilakukan anestesi, bibir bagian atas dibuka ke atas, dan
frenulum dijepit dengan menggunakan dua jepitan hemostat yang
diletakkan pada margin inferior dan superior frenulum labial.
Kemudian dibuat insisi dari belakang hemostat inferior dan
superior menggunakan pisau scalpel.
Kemudian dilakukan penjahitan pada bagian yang bergerak dari
tepi luka. Jahitan tersebut harus menjepit/memegang periosteum
untuk pengamanan kedalaman sulkus.
Kompres dengan kasa diletakkan antara gigi insisif. Periodontal
pack biasanya tidak perlu dilakukan karena tulang akan tertutup
jaringan granulasi dengan cepat.
24
Gambar 2.7. Teknik frenektomi labial.
Apabila frenulum mengalami hipertrofi, dimana sampai menyebabkan diastema di antara
2 insisif sentral, maka jaringan hipertrofi di antara gigi insisif sentral juga harus dibuang.
Kesimpulan: pada kasus ini frenektomi tidak dilakukan dengan pertimbangan usia
pasien yang baru berumur 7 tahun dan belum lengkapnya keenam gigi anterior. Midline
diastema antara insisivus sentral rahang atas pada usia antara 7 dan 11 tahun disebut ugly
duckling stage yang nantinya akan menutup secara spontan setelah keenam gigi anterior
erupsi.
25
DAFTAR PUSTAKA
Pinkham, J. R. 2005. Pediatric Dentistry Infancy Through Adolescence. 4th ed.
McDonald, R. E. and Avery, D. R. 2005. Dentistry for the Child and Adolescent. 8th ed. Mosby Co, Inc.
Mathewson, R. J. and Primosch, R. E. 1995. Fundamental of Pediatric Dentistry. 3rd ed.
26