Upload
wichyyyyyyy
View
13
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hhhhhhh
Citation preview
OBAT PENYAKIT KARDIOVASKULER
A. Antihipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik yang sama atau lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik yang sama atau lebih dari 90 mmHg.
Beberapa kelompok obat ini dapat digunakan sebagai tatalaksana hipertensi yaitu :
1. Diuretik
Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida sehingga
menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Beberapa golongan
diuretik sebagai berikut:
a. Golongan tiazid
Obat ini bekerja menghambat transpor Na-Cl di tubulus distal ginjal,
sehingga ekskresi Na dan Cl meningkat. Termasuk golongan tiazid antara lain
hidroklorotiazid, indapamid, bendroflumetiazid). Efek samping terutama
dalam dosis tinggi dapat menyebabkan hipokalemia, hiponatermia,
hipomagnesemia dan hiperkalemia. Selain itu, tiazid dapat menyebabkan
hiperglikemia pada penderita diabetes serta meningkatkan kadar kolesterol
LDL dan trigliserida.
b. Diuretik kuat
Diuretik kuat bekerja di ansa Henle asenden dengan menghambat
kontransport Na, K, Cl dan menghambat reabsorbsi air dan elektrolit. Indikasi
untuk pasien hipertensi dengan gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum > 2,5
mg/dl). Termasuk dalam golongan obat ini antara lain furosemid, torsemid,
bumetanid dan asam etakrinat. Efek samping dapat menimbulkan
hiperkalsiuria dan menurunkan kalsium darah.
c. Diuretik hemat kalium
Termasuk dalam golongan obat ini yaitu amilorid, triamteren dan
spironolakton. Diuretik hemat kalium dapat menimbulkan hiperkalemia bila
diberikan pada pasien gagal ginjal, atau bila dikombinasi dengan ACE
inhibitor, β-blocker.
2. Penghambat adrenergik
a. Penghambat adrenoseptor beta (β-blocker)
1
Mekanisme penurunan tekanan darah dikaitkan dengan hambatan reseptor
β1 dengan cara sebagai berikut:
1. Penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard
sehingga menurunkan curah jantung
2. menghambat sekresi renin sehingga terjadi penurunan produksi
angiotensin II
3. mempengaruhi aktivitas saraf simpatis, perubahan pada
sensitivitas baroreseptor, dan perubahan aktivitas neuron
adrenergik perifer.
Termasuk dalam golongan obat ini antara lain atenolol, metoprolol,
bisoprolol. Efek samping menyebabkan bradikardi, blokade AV, hambatan
nodus SA dan menurunkan kontraksi miokard.
b. Penghambat adrenoseptor alfa (α-blocker)
Hambatan reseptor α1 menyebabkan vasodilatasi di arteriol dan venula
sehingga menurunkan resistensi perifer, serta dapat menurunkan LDL,
trigliserid, meningkatkan HDL, dan mengurangi resistensi insulin. Efek
samping meniyebabkan hipotensi ortostatik pada pemberian dosis awal atau
peningkatan dosis, sakit kepala, palpasi, edema perifer, hidung tersumbat,
mual,
c. Adrenolitik sentral
Termasuk dalam golongan obat ini antara lain metildopa, klonidin ,
rilmedin, guanfasin. Metildopa bekerja menggantikan kedudukan DOPA
dalam SSP, menurunkan resistensi vaskular tanpa banyak mempengaruhi
frekuensi dan curah jantung. Klonidin bekerja pada reseptor α2 di susunan
saraf pusat dengan efek penurunan simpathetic outflow.
3. Penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE inhibitor)
ACE inhibitor menghambat perubahan AI menjadi AII sehingga terjadi
vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron, menghambat degradasi
bradikinin sehingga kadar bradikinin dalam darah meningkat dan berperan
dalam efek vasodilatasi. Kaptopril, benazepril, lisinopril termasuk obat
golongan ini. ACE inhibitor efektif untuk hipertensi ringan, sedang maupun
berat, hipertensi dengan gagal jantung kongestif, dan hipertensi dengan
2
diabetes, disiplidemia dan obesitas. Efek samping menyebabkan hipotensi,
batuk kering, hiperkalemia, rush, edema angioneurotik, gagal ginjal akut,
proteinuria.
4. Penghambat angiotensin receptor blocker (ARB)
Mekanisme kerja menghambat semua efek angiotensin II, seperti
vasokontriksi, sekresi aldosteron, rangsangan saraf simpatis, dan efek sentral
angiotensin II. Termasuk dalam golongan ini yaitu losartan, valsartan,
kandesartan. Losartan diabsorpsi dengan baik melalui saluran cerna, tidak
dipengaruhi oleh adanya makanan di lambung dengan waktu paruh 1-2 jam.
Efek samping dapat menyebabkan hipotensi, hiperkalemia, dan fetotoksik.
5. Antagonis kalsium
Obat ini bekerja menghambat influx kalsium pada sel otot polos
pembuluh darah dan miokard serta menimbulkan relaksasi arteriol. Efektif
untuk hipertensi dengan kadar renin yang rendah seperti pada usia lanjut.
Termasuk dalam golongan obat in yaitu nifedipin, diltiazem, verapamil.
Nifedipin oral sangat bermanfaat untuk mengatasi hipertensi darurat.
Sediaan dan dosis obat anti hipertensi dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1. Sediaan dan dosis obat anti hipertensi
Obat Dosis (mg) Pemberian Sediaan
Diuretik
Golongan tiazid
-Hidrokorotiazid
-Indapamid
Diuretik kuat
-Furosemid
Diuretik hemat kalium
-spironolakton
12,5-25
1,25-2,5
20-80
25-100
1x sehari
1x sehari
2-3x sehari
1x sehari
Tab 50 mg
Tab 2,5 mg
Tab 40 mg, amp 20 mg
Tab 25 dan 100 mg
Beta Bloker
a. nonselektif
-Propanolol 40, max 160 2-3 x sehari Tab 10 dan 40 mg
3
b. Kardioselektif
-Bisoprolol
-Atenolol
2,5, max 10
25, maax 100
1xsehari
1x sehari
Tab 5 mg
Tab 50 dan 100 mg
ACEI
- Captopril
-Ramipril
-Lisinopril
25-100
2,5-20
10-40
2-3 x sehari
1x sehari
1x sehari
Tab 12,5 dan 25 mg
Tab 10 mg
Tab 5 dan 10 mg
ARB
-Losartan
-Valsartan
25-100
80-320
1-2 x sehari
1x sehari
Tab 50 mg
Tab 40 dan 80 mg
Antagonis kalsium
-Amlodipin
-Diltiazem
-Verapamil
2,5-10
90-180
80-320 mg
1x sehari
3x sehari
2-3 x sehari
Tab 5 dan 10 mg
Tab 30 dan 60 mg, amp
50 mg
Tab 40,80,120 mg, amp
2,5 mg/ml
Aldosteron antagonis
-Spironolakton 12,5 mg 1x sehari Tab 25 dan 100 mg
B. Obat gagal jantung
1. ACE inhibitor
ACE inhibitor bekerja menghambat konversi angiostensin I menjadi
angiostensin II dan terjadi pengurangan hipertrofi miokard dan penurunan
preload jantung yang akan menghambat progresi remodelling jantung.
2. Antagonis angiotensin II
Obat ini dapat sebagai alternatif penghambat ACE pada pasien yang tidak
dapat mentoleransi ACE inhibitor. Antagonis angiotensin II dapat
dipertimbangkan dalam kombinasi dengan ACE inhibitor pada pasien yang
simtomatik.
4
3. Diuretik
Diuretik merupakan obat utama untuk gagal jantung akut yang selalu
disertai kelebihan cairan yang bermanifestasi sebgai kongesti paru atau edema
perifer. Diuretik kuat furosemid diberikan dalam kombinasi dengan ACE
inhibitor. Golongan tiazid digunakan pada gagal jantung kronik dan
kombinasi dengan diuretik kuat.
4. Antagonis aldosteron
Antagonis aldosteron (spironolakton) dapat mengurangi risiko
hipokalemia akibat furosemid.
5. β-blocker
β-blocker bekerja dengan mengurangi rangsangan simpatis pada jantung
dan mengurangi produksi renin di sel jukstaglomeruler. Obat ini dapat
digunakan pada gagal jantung ringan dan sedang seperti bisoprolol, karvedilol
dan metoprolol.
6. Vasodilator lain
Termasuk dalam golongan obat ini antara lain hidralazin-isosorbid dinitrat,
nitrat IV dan nesitirid.
7. Digoksin
Efek digoksin pada terapi gagal jantung yaitu inotropik positif,
kronotropik negatif dan mengurangi aktivitas saraf simpatis. Indikasi obat
untuk Fibrilasi/flutter atrium, takikardi supraventrikel paroksismal, gagal
jantung dengan fibrilasi atrium, gagal jantung dengan ritme sinus yang
disertai takikardia. Kontraindikasi diantaranya blokade AV, bradikardi, wolf-
parkinson-white (WPW,) syndrome sick sinus syndrome, takikardi ventrikel,
fibrilasi ventrikel, kardiomiopati hipertropik obstruktif, dan hipokalemia.
8. Inotropik lain
Dopamin mempunyai penggunaan yang terbatas pada pasien dengan
kegagalan sirkulasi kardiogenik. Dobutamin merupakn β agonis untuk pasien
gagal jantung dengan disfungsi sistolik.
9. Antitrombotik
Warfarin (antikoagulan oral) diindikasikan pada gagal jantung dengan
fibrilasi atrial, riwayat kejadian tromboembolik dan untuk mencegah stroke.
5
10. Antiaritmia
Antiaritmia yang digunakan adalah β-blocker dan amiodaron. Amiodaron
digunakan pada gagal jantung dengan fibrilasi atrial.
C. Antiaritmia
Klasifikasi obat antiaritmia berdasarkan efek elektrofisiologik dan
mekanismenya kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Kelas IA
Obat ini sebagai penyekat kanal Na dengan menghambat arus masuk ion
Na, menekan depolarisasi fase 0 dan memperlambat kecepatan serabut
Purkinje miokard ke tingkat sedang. Contoh obat dalam kelas ini antara
lain kuinidin, prokainamid, dan disopiramid.
2. Kelas IB
Obat ini sedikit sekali mengubah depolarisasi fase 0 dan kecepatan
konduksi di serabut Purkinje. Contoh obat dalam kelas ini adalah
lidokain, meksiletin,tokainid.
3. Kelas IC
Obat ini merupakan paling poten dalam memperlambat konduksi dan
menekan arus masuk Na ke dalam sel dan kompleks prematus spontan.
Contoh obat dalam kelas ini antara lain flekainid, propafenon.
4. Kelas II
Obat ini sebagai penyekat beta adrenosresptor dan bekerja menekan
depolarisasi fase 4. Contoh obat dalam kelas ini antara lain propanolol,
metoprolol, pindolol dan esmolol.
5. Kelas III
Obat ini sebagai penyekat kanal K dan bekerja memperpanjang
repolarisasi fase 3. Contoh obat dalam kelas ini antara lain sotalol,
bretilium, amiodaron.
6. Kelas IV
Obat ini sebagai penyekat kanal Ca dengan cara penekanan potensial aksi
yang CA dependent dan perlambatan konduksi di nodus AV. Contoh obat
dalam kelas ini adalah verapamil dan diltiazem.
6
7. Kelas V (lain-lain)
Termasuk dalam kelas ini antara lain digitalis, adenosin dan magnesium.
D. Antiangina
1. Nitrat organik
Nitrat organik menyebabkan relaksasi otot polos vaskuler sehingga
menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Indikasi obat untuk berbagai jenis
angina pektoris, infark jantung dan gagal jantung kongestif. Contoh nitrat
organik preparat sublingal adalah nitrogliserin dan isosorbid dinitrat.
2. β-blocker
β-blocker bekerja dengan cara menurunkan frekuensi denyut jantung,
tekanan darah dan kontraktilitas sehingga kebutuhan oksigen otot jantung
menurun. β-blocker digunakan dalam pengobatan serangan angina, angina
tidak stabil dan infark jantung. Penghentian terapi angina dengan β-blocker
harus dilakukan secara bertahap untuk mencegah kambuhnya serangan
angina.
3. Antagonis kalsium
Obat ini bekerja dengan menghambat masuknya kalsium kedalam sel sel
otot polos koroner jantung. Termasuk dalam golongan obat ini antara lain
diltiazem, nifedipin dan verapamil. Antagonis kalsium digunakan dalam
pengobatan angina varian, angina stabil kronil, angina tidak stabil.
E. Antihiperlipidemia
1. Asam fibrat
Obat ini bekerja menghambat lipolisis dalam jaringan lemak penghasil
utama asam lemak bebas yang beredar. Digunakan pada pengobatan
hiperlipoproteinemia tipe II B dan IV dengan peningkatan VLDL dan LDL
2. Resin
Resin menurunkan kadar kolesterol dengan cara mengikat asam empedu
yang menyebabkan penurunan total konsentrasi kolesterol plasma.
7
3. Niasin
Niasin digunakan pada pengobatan hiperlipoproteinemia tipe II B dan IV
dengan peningkatan VLDL dan LDL. Obat ini bekerja menghambat lipolisis
dalam jaringan lemak penghasil utama asam lemak bebas yang beredar.
4. Penghambat HMG-CoA Reduktase
Statin bekerja dengan cara menghambat sintesis kolesterol dalam hati,
dengan menghambat enzim HMG-CoA Reduktase. Termasuk dalam
golongan obat ini antara lain lovastatin,pravastatin,simvastatin dan fluvastatin
5. Probukol
Probukol menurunkan kadar kolesterol serum dengan menurunkan kadar
LDL. Obat ini dapat dikombinasikan dengan hipolipidemik lainnya.
8
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Farmakologi dan terapi. Edisi ke-5. Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2007.
2. Burn MC, Wells B, Schwinghammer TL, Malone PM, Kolesar JM, Rotschafer J. Parmacotherapy principles & practice. New York: McGraw-Hill Companies; 2008.
3. Longmore M, Wilkinson IB, Baldwin A, Walin E. Oxford handbook of clinical medicine. 9th ed. New York: Oxford University Press; 2012.
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2009.
9