33
K SYAHRUL Al Al Al Alamat : Jl. Ade Irma N 84355 Email : syahrulmu Kepada Yang Terho Ketua Pengadilan N c.q. Yang Mulia M No. 30/Pdt. G/2010 Di – Sumbawa Besar PERIHAL DUPL DALAM PE Dengan segala horm Yang bertanda ta Kesemuanya ad Advokat/Pengaca ASSOCIATES, J Kecamatan Taliw 84355 Telefon [email protected] Oktober 2010 dan sendiri-sendiri m nama Klien Kami 1. Drs. Amru I beralama Kecamatan 2. Ir. Muha Tergugat Kecamatan KANTOR ADVOKAT/PENGACARA (LAW OFFICE ) L MUSTOFA,S.H.,M.H & ASSOC Nasution, RT 05/01 Kelurahan Dalam, Kecamatan Taliwa [email protected] atau [email protected] Telp (0372) 81848 Telp/HP : 085253830001 Sumbawa Barat, 17 ormat, Negeri Sumbawa Besar Majelis Hakim Yang Memeriksa Dan Mengad 0/PN-SBB LIK TERGUGAT I, TERGUAT II DAN TE ERKARA PERDATA NO.30/PDT.G/2010/ mat, angan di bawah ini ; Syahrul Mustofa, S,H.,M.H D.A Malik, S.H Basri Mulyani, SH Lalu Ahyar Supriadi, SH dalah Advokat-PERADI, berkantor ara (Law Office) SYAHRUL MUSTOFA Jl. Ade Irma Nasution, RT 05/01 Kelu wang, Kabupaten Sumbawa Barat-N : (0372)-81848 Fax : (0372)-818 co.id. Berdasarkan Surat Kuasa Khus n Surat Kuasa Khusus Tanggal 29 Okt maupun bersama-sama bertindak un i : ullah Ali, S.H, Untuk selanjutnya dise at di RT 01 RW 08 Kelurahan Te n Taliwang, Kabupaten Sumbawa Bara ammad Saleh, M.Si. Untuk selan II, beralamat di RT 01 RW 08 Kel.T n Taliwang, Kabupaten Sumbawa Bara Hal 1 CIATES ang-KSB Kode Pos )-81848 Fax : (0372)- 7 Nopember 2010 dili Perkara ERGUGAT III /PN.SBB r di Kantor A,.S.H.,M.H & urahan Dalam, NTB kode pos 848, email: sus tanggal 11 tober 2010 baik ntuk dan atas ebut Tergugat elaga Bertong, at, NTB. njut di sebut Telaga Bertong, at, NTB.

Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

KANTOR ADVOKAT/PENGACARA

SYAHRUL MUSTOFA,SAlAlAlAlamat : Jl. Ade Irma Nasution, RT 05/01 Kelurahan Dalam, Kecamatan Taliwang

84355 Email : [email protected]

Kepada Yang Terhormat,Ketua Pengadilan Negeri Sumbawac.q. Yang Mulia Majelis Hakim Yang Memeriksa Dan Mengadili PerkaraNo. 30/Pdt. G/2010/PNDi – Sumbawa Besar

PERIHAL DUPLIK TERGUGAT I, TERGUAT II DAN TERGUGAT III

DALAM PERKARA PERDATA NO.30/PDT.G/2010/PN.SBB

Dengan segala hormat,

Yang bertanda tangan

Kesemuanya adalah Advokat

Advokat/Pengacara (

ASSOCIATES, Jl. Ade Irma Nasution, RT 05/01 Kelurahan Dalam,

Kecamatan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat

84355 Telefon

[email protected].

Oktober 2010 dan Surat Kuas

sendiri-sendiri maupun bersama

nama Klien Kami

1. Drs. Amrullah

I beralamat di RT 01 RW 08 Kelurahan Telaga Bertong,

Kecamatan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat,

2. Ir. Muhammad Saleh,

Tergugat II,

Kecamatan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat, NT

KANTOR ADVOKAT/PENGACARA

(LAW OFFICE )

SYAHRUL MUSTOFA,S.H.,M.H & ASSOCIATESamat : Jl. Ade Irma Nasution, RT 05/01 Kelurahan Dalam, Kecamatan Taliwang

[email protected] atau [email protected] Telp (0372)81848 Telp/HP : 085253830001

Sumbawa Barat, 17 Kepada Yang Terhormat, Ketua Pengadilan Negeri Sumbawa Besar

Majelis Hakim Yang Memeriksa Dan Mengadili PerkaraNo. 30/Pdt. G/2010/PN-SBB

DUPLIK TERGUGAT I, TERGUAT II DAN TERGUGAT III

DALAM PERKARA PERDATA NO.30/PDT.G/2010/PN.SBB

Dengan segala hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini ;

Syahrul Mustofa, S,H.,M.H D.A Malik, S.H

Basri Mulyani, SH Lalu Ahyar Supriadi, SH

Kesemuanya adalah Advokat-PERADI, berkantor di Kantor

Advokat/Pengacara (Law Office) SYAHRUL MUSTOFA,

Jl. Ade Irma Nasution, RT 05/01 Kelurahan Dalam,

Kecamatan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat-NTB kode pos

fon : (0372)-81848 Fax : (0372)-81848

[email protected]. Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 11

dan Surat Kuasa Khusus Tanggal 29 Oktober 2010

sendiri maupun bersama-sama bertindak untuk dan atas

Klien Kami :

rs. Amrullah Ali, S.H, Untuk selanjutnya disebut

beralamat di RT 01 RW 08 Kelurahan Telaga Bertong,

Kecamatan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat,

r. Muhammad Saleh, M.Si. Untuk selanjut di sebut

Tergugat II, beralamat di RT 01 RW 08 Kel.Telaga Bertong,

Kecamatan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat, NT

Hal 1

H.,M.H & ASSOCIATES amat : Jl. Ade Irma Nasution, RT 05/01 Kelurahan Dalam, Kecamatan Taliwang-KSB Kode Pos

atau [email protected] Telp (0372)-81848 Fax : (0372)-

7 Nopember 2010

Majelis Hakim Yang Memeriksa Dan Mengadili Perkara

DUPLIK TERGUGAT I, TERGUAT II DAN TERGUGAT III

DALAM PERKARA PERDATA NO.30/PDT.G/2010/PN.SBB

PERADI, berkantor di Kantor

SYAHRUL MUSTOFA,.S.H.,M.H &

Jl. Ade Irma Nasution, RT 05/01 Kelurahan Dalam,

NTB kode pos

81848, email:

Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 11

29 Oktober 2010 baik

sama bertindak untuk dan atas

Untuk selanjutnya disebut Tergugat

beralamat di RT 01 RW 08 Kelurahan Telaga Bertong,

Kecamatan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat, NTB.

. Untuk selanjut di sebut

beralamat di RT 01 RW 08 Kel.Telaga Bertong,

Kecamatan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat, NTB.

Page 2: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 2

3. Emmy A.Z, Untuk selenjutnya disebut Tergugat III, beralamat

di RT 03/04 Kelurahan Bugis, Kecamatan Taliwang-

Kab.Sumbawa Barat, NTB

Kesemuanya telah memilih tempat kediaman hukum (domicilie) pada

Kantor Kuasanya sebagaimana tersebut di atas.

Dengan ini, perkenankan kami Majelis Hakim yang terhormat, Para

Tergugat untuk mengajukan Duplik atas Replik Penggugat :

BAKRAN BIN A.GANI, Pekerjaan Petani, beralamat di RT 04 RW

11 kelurahan Dalam Kecamatan Taliwang, Kabupaten Sumbawa

Barat, Nusa Tenggara Barat selanjutnya disebut sebagai

PENGGUGAT, melalui Kuasa Hukumnya Neiki Hendrata, SH

yang disampaikan pada tanggal 10 Nopember 2010. Adapun Duplik

Para Tergugat adalah sebagai berikut :

DALAM REPLIK ATAS EKSEPSI

Karena Penggugat menginginkan Tanah Objek Sengketa

ditetapkan sebagai tanah milik yang diperoleh dari pemberian

orang tua dan kakek penggugat. Secara implisit Penggugat

menginginkan ditetapkan sebagai “Pemilik Atas Waris atau

Hibah” yang sah. Oleh karena itu, maka, kompetensi itu

menjadi kompetensi Peradilan Agama :

1. Bahwa dalil gugatan tidak menjelaskan proses kepemilikan

atas tanah milik dari warisan atau hibah, namun dalam

Petitum gugatan Penggugat meminta kepada Majelis Hakim

yang memeriksa dan mengadili perkara ini untuk menyatakan

bahwa “tanah pertanian yang dikuasai oleh Tergugat Satu,

Tergugat Dua, Tergugat Tiga diatas (obyek sengketa) adalah

milik Penggugat diperoleh melalui proses pemberian orang tua

Penggugat dan pada ponit dua Penggugat diperoleh dari

warisan keluarga”. Petitum ini secara implisit mengandung

makna agar SPPT yang dipegang saat ini : SPPT 52.04.030 006

000-0563 7 atas Nama ABDUL GANI dan SPPT 52.04 030 006

000-0260 7 atas nama CIN BIN BRAHOM untuk ditetapkan

sebagai milik Penggugat dengan alasan Penggugat karena

diperoleh dari pemberian orang tua dan warisan keluarga.

2. Bahwa Putusan Penetapan apakah tanah objek sengketa

tersebut adalah merupakan pemberian orang tua dan atau

Page 3: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 3

warisan keluarga yang berasal dari orang tua dan dari warisan

dari kakek adalah merupakan kompetensi Peradilan Agama.

Dalil Gugatan itu sendiri tidak jelas atau kabur (obscuur

liibell) karena penggugat tidak menjelaskan bagaimana

kedudukan, maupun proses pemberian orang tua dan warisan

tersebut, sejak kapan dan atas dasar apa penggugat

memperoleh hak atas tanah sengketa dari bapak dan kakeknya,

bahkan dalam dalil gugatan maupun replik yang disampaikan

Penggugat tidak menjelaskan bentuk dari pemberian yang

dimaksud, apakah dalam bentuk hibah, warisan atau apa? dan

bagaimana hingga pada akhirnya tanah yang diklaim sebagai

milik Penggugat, sehingga ada kejelasan dalil gugatan dan

memiliki korelasi dengan petitumnya. Gugatan yang tidak

menyebutkan dengan jelas berapa dan siapa saja yang berhak

atas objek warisan, dikategorikan sebagai gugatan kabur,

karena tidak memenuhi dasar (feitlijke grond) gugatan.

Tentang hal tersebut, ditegaskan dalam Putusan M.A No.1145

K/Pdt/1984.

3. Bahwa selain tidak memenuhi dasar feilijke grond, gugatan

penggugat juga tidak memenuhi dasar hukum (reichtelijke

grond) karena dasar hukum yang dijadikan alasan untuk

kepemilikan tanah yang dijadikan alas hukum atas tanah objek

sengketa berupa SPPT dimana dalam SPPT itu sendiri tercatat

bukan atas nama Penggugat (point 2 tanah objek sengketa-CIN

BIN BRAHOM), begitupun halnya, alasan bahwa penggugat

telah menguasai tanah sejak tahun 1967 dan 1975, alasan

tersebut adalah berupa alasan peristiwa feilijke grond1. Secara

konseptual, dalam penguasaan tanah terdapat penguasaan

tanah secara yuridis dan penguasaan tanah secara fisik. Secara

yuridis, tentu bukanlah SPPT sebagai bukti yuridis terkait

dengan kepemilikan hak atas tanah, sedangkan klaim

penguasaan secara fisik tersebut, ternyata tidak kuasai

penggugat sejak tahun 1967, melainkan adalah kakek dan

orang tua penggugat. Dan penguasaan fisik, bukanlah dasar

1 Tahun 1967 dan 1975 Kakek Penggugat dan Orang Tua Penggugat masih hidup,

bagaimana mungkin Penggugat menguasai tanah (warisan keluarga), sementara tanah tersebut

dikuasai oleh Orang Tua dan kakek Penggugat, bagaimana warisan itu terjadi, sementara orang yang mewaris tersebut masih hidup. Artinya, jika Penggugat beralasan bahwa tanah tersebut

adalah pemberian dari orang tua dan kakek penggugat sejak tahun 1967 dan 1975, patut untuk diragukan kebenaran meteriil dan alas hak yang dikalim penggugat mengenai hak milik penggugat

dalam perakara ini.

Page 4: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 4

untuk menyatakan bahwa penggugat telah menguasai secara

yuridis atas objek sengketa.

4. Bahwa jika dihubungankan antara bukti kepemilikan SPPT

dengan klaim hak milik yang diperoleh dari warisan

sebagaimana gugatan penggugat, maka timbul pertanyaan, apa

hubungan antara SPPT yang dipegang oleh Penggugat dengan

Hak Atas Tanah Milik? Apakah SPPT dapat dibenarkan untuk

dijadikan sebagai bukti hak milik dengan menyatakan

diperoleh dari warisan? Sementara, klaim mengenai warisan

itu sendiri yang didalilkan penggugat tidak memiliki kejelasan

dan dasar hukum yang jelas?. Jika mencermati konstrukti

petitum penggugat point C, sebagai berikut; Penggugat

memegang SPPT kemudian dari SPPT tersebut dijadikan

sebagai bukti kepemilik tanah, dengan alasan, tanah objek

sengketa adalah pemberian orang tua dan kakek yang telah

dikuasai sejak tahun 1967 dan 1975. Dengan konstruksi

petitum demikian, kemudian penggugat mendalilkan bahwa

tanah objek sengketa adalah milik Penggugat, dengan

justifikasi tanah tersebut diperoleh dari pemberian orang tua

dan warisan keluarga dari kakek dan untuk memperoleh

kepastian hukum dan dasar hukum hak milik SPPT tersebut

kemudian diminta untuk “dilegalkan” kebenarannya agar

dalam perkara a quo Majelis Hakim yang memeriksa dan

mengadili perkara ini agar menyatakan hukum bahwa memang

benar tanah objek sengketa adalah dari pemberian (warisan)

orang tua dan kakek. Sementara dalil gugatan penggugat tidak

menjelaskan proses dan dasar hukum mengenai warisan

dimaksud. Bahwa lebih jauh bila dicermati gugatan dan

petitum tersebut, sesungguhnya kejelasan dan kepastian

kedudukan Penggugat sebagai ahli waris atas objek sengketa

belum memiliki kejelasan, kepastian dan kebenaran hukum.

Untuk itulah Penggugat kemudian menuntut demikian

sehinggga status mengenai kedudukan Penggugat sebagai ahli

waris atas objek sengketa, dan pemilik atas tanah berasal dari

warisan tersebut menjadi beralasan hukum.

5. Bahwa posita maupun Petitum gugatan Penggugat

sesungguhnya selain tidak memiliki korelasi telah mengandung

kekaburan (obscuur libell) dan setelah mendalami hakekat

materi yang terkandung dari petitum point C, secara materiil

sebenarnya penggugat meminta adanya penetapan atau

Page 5: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 5

disahkannya tanah objek sengketa sebagai pemberian orang

tua dan kakek penggugat (sehingga menjadi sah tanah objek

sengketa sebagai tanah hak milik yang diperoleh dari warisan

keluarga).

6. Bahwa oleh karena substansi Petitum menyatakan demikian,

maka adalah sangat beralasan hukum pula bagi para Tergugat

untuk menyarankan kepada Penggugat, sebaiknya sebelum

mengajukan perkara ini dan untuk memperoleh kepastian dan

ketetapan hukum yang tetap dan jelas, apakah memang tanah

objek sengketa dimaksud adalah berasal dari pemberian orang

tua (hibah atau waris) dan apakah memang benar Penggugat

diwarisi atas tanah objek sengketa dari Orang Tua dan kakek

Penggugat, maka Penggugat sebaiknya terlebih dahulu

mengajukan perkara ini ke Pengadilan Agama, sehingga

gugatan penggugat tidak prematur dan Penggugat memiliki

dasar hukum untuk mengklaim tanah objek sengketa dalam

perkara ini sebagai miliknya, setalah adanya dasar hukum

tersebut (bahwa memang benar Penggugat adalah pemilik

tanah berdasarkan dari warisan orang tua)--penggugat

mengajukan perkara ini ke PN Sumbawa Besar2. Sehingga

antara dalil gugatan dengan petitum memiliki korelasi dan

konsistensi. Jangan sampai gugatan berisikan perbuatan

melawan hukum namun tuntutan yang diminta adalah berupa

penetapan pemberian harta warisan.

7. Bahwa berdasarkan dalil gugatan dan Petitum penggugat

maupun replik Penggugat, maka semakin jelas dan terang

bahwa ; (a). Sesungguhnya Petitum Point C gugatan penggugat

dalam perkara a quo tidaklah berkorelasi dengan Posita,

bahkan menjadi terkesan aneh karena dalam dalil gugatannya

penggugat tidak menunjukkan dasar hukum dan dasar fakta

dalam dalil gugatannya (b). Bahwa sesungguhnya Petitum

Point C secara substantif berupa keinginan penggugat untuk

menjustifikasi hak milik atas dasar tanah objek sengketa

adalah berasal dari pemberian orang tua dan kakek, justifikasi

itu sesungguhnya adalah keliru, karena bukan merupakan

kompetensi dari Peradilan Umum (PN Sumbawa besar),

melainkan adalah Kompetensi Peradilan Agama. (c). Petitum

2 Dalam replik Penggugat tanggal 10 Nopember 2010 pada angka 1 Penggugat beralasan bahwa

obyek sengketa yang menjadi gugatan penggugat adalah milik penggugat yang akan dibuktikan dalam proses persidangan pokok perkaran. Alasan ini tidaklah memiliki alasan hukum yang logis, karena setiap gugatan haruslah mengandung dasar hukum dan dasar fakta.

Page 6: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 6

yang tidak jelas dan tegas ini sesungguhnya adalah petitum

yang masuk dalam kategori petitum obscurr libell.

8. Bahwa oleh karena itulah, dalam replik (point 1) Penggugat

mungkin telah menyadari pula bahwa para tergugat adalah

bukanlah para pihak yang masuk dalam struktur ahli waris

keluarga penggugat dan tidak ada hubungan hukum waris

antara penggugat dan tergugat. Oleh sebab itulah, semestinya

pula para Tergugat adalah bukanlah orang yang seyogyanya

untuk di gugat dalam Perkara ini, jika memang Penggugat

menginginkan adanya penetapan atas objek sengketa

adalah sebagai milik penggugat yang berasal dari

warisan keluarga, maka seharusnya Penggugat

menyelesaikan perkara ini kepada para ahli waris atau

keluarganya ;

9. Bahwa berdasarkan alasan-alasan sebagaimana di atas, serta

alasan-salan yang Para Tergugat ajukan dalam eksepsi dan

jawaban sebelumnya, maka Para Tergugat berpendapat bahwa

gugatan penggugat terkait dengan petitum point C adalah

keliru dan salah alamat, karena Kompetensi mengenai Petitum

dimaksud adalah merupakan Kompetensi Peradilan Agama.

Dan atas dasar itu, Para Tergugat memohon kepada Majelis

Hakim yang terhormat yang memeriksa, mengadili dan

memutus perkara ini untuk menerima Eksepsi, Jawan dan

Duplik yang diajukan Para TERGUGAT terkait dengan

Kompetensi Peradilan Agama ; menolak gugatan penggugat

atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan penggugat tidak

dapat diterima.

Tidak ada bantahan dari Penggugat mengenai Kompetensi

Peradilan Tata Usaha Negara Yang Berwenang Untuk

Memeriksa dan Mengadili Perkara Ini. Dengan demikian,

Eksepsi Tergugat mengenai Kompetensi Peradilan Tata

Usaha Negara dapat diakui alasan-alasan dan

kebenarannya

1. Bahwa dalam gugatannya penggugat menginginkan agar

Majelis Hakim untuk : “Membatalkan Sertifikat atau segala

bentuk surat yang berkaitan dengan atas nama para tergugat

atas tanah milik penggugat”. Maka sangatlah beralasan

hukum, jika Para Tergugat dalam eksepsinya beralasan bahwa

Page 7: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 7

gugatan Penggugat adalah keliru dan salah alamat, jika dalam

gugatan penggugat diajukan ke Pengadilan Negeri Sumbawa

Besar. Adapun hal ini didasari atas alasan-alasan, bahwa;

Pertama, jika Pihak Penggugat memang merasa dirugikan

akibat telah dikeluarkannya sertifikat hak milik atas tanah,

maka adalah keliru, jika penggugat menggugat para tergugat3,

penggugat juga telah keliru untuk mengajukan perkara ini ke

Pengadilan negeri Sumbawa Besar. Oleh karena penerbitan

sertifikat tersebut dilakukan oleh Pejabat Tata Usaha Negara-

Badan Pertanahan Nasional C.q. Kepala Kantor Pertanahan

Nasional Sumbawa Barat, maka Penggugat semestinya

mengajukan Perkara a quo ke Pengadilan Tata Usaha Negara.

Karena Para Tergugat bukanlah Para Pejabat Tata usaha

Negara atau Badan Hukum yang diberikan kewenangan

(mandat, delegasi maupun atribusi4) untuk mengeluarkan

keputusan/ketetapan berupa Penerbitan Sertifikat Hak Milik

Tanah. Oleh Karena Para Tergugat Bukanlah Badan atau

Pejabat Tata Usaha Negara, maka Para Tergugat bukanlah

orang yang diberikan otoritas oleh peraturan perundang-

undangan sebagai pihak yang menerbitkan sertifikat. Oleh

karena itu, sesuai dengan ketentuan UU. Nomor 14 Tahun

1970 jo. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 jo. UU No.4

Tahun 2004 jo.UU Nomor 51 Tahun 2009 tentang PTUN.

Seharusnya gugatan penggugat mengenai pembatalan atas

sertifikat hak milik diajukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara

bukan PN Sumbawa Besar. Kedua; Bahwa Badan Pertanahan

Nasional adalah lembaga negara/Badan Hukum yang memiliki

wewenang (authority) berdasarkan atas ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, dimana setiap kebijakan

atau tindakannya bersumber atau bertumpu atas kewenangan

yang sah, prinsip Rechtmategheid Van Bestuur (tata

pemerintahan yang baik) atau Asas-Asas Umum Pemerintahan

Yang Baik, Ruang lingkup keabsahan dan tindakanya didasari

atas kewenangan, prosedur dan substansi sesuai dengan

peraturan perundang-undangan, memperhatikan aspek

prosedur hukum dalam membuat suatu keputusan atau

3 Kekeliruan Penggugat tersebut terkait dengan pemahaman mengenai kedudukan dan kapasitas

para Tergugat yang bukan Pejabat Tata Usaha Negera yang mengeluarkan Keputusan Mengenai Sertifikat. Memang benar Tergugat Satu dan Tergugat Dua adalah Para Pejabat, tapi bukan Pejabatan TUN yang diberikan oleh Undang-Undang untuk menjalankan fungsi atau kewenangan penerbitan sertifikat hak milik atas tanah.

4 Mengenai teori kewenangan, Penggugat dapat membacanya pada Teori Kewenangan, pendapat Philipus M.hadjon.

Page 8: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 8

ketetapan yang diterbitkannya. Pembatalan Sertifikat atau

produk hukum yang telah dikeluarkannya suatu Keputusan

Badan/Pejabat Tata Usaha Negara adalah merupakan

kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara, dan pembatalan

tersebut baru dapat dilakukan apabila Keputusan Badan atau

Pejabat Tata Usaha Negara tersebut memang terbukti

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Seyogyanya, jika Penggugat merasa dirugikan akibat

telah dikeluarkannya Keputusan/Ketetapan oleh Badan Hukum

atau PejabatanTUN—atas terbitnya Sertifikat Hak Milik Atas

Tanah, maka Pihak Penggugat mengajukannya ke PTUN,

bukan PN Sumbawa Besar5 .

2. Bahwa Para Tergugat ingin menegaskan kembali Eksepsi dan

Jawaban Para Tergugat dalam duplik ini mengenai PETITUM

Pengugat mengenai : “Pembatalan Sertifikat atau Segala

Bentuk Surat yang berkaitan dengan atas nama Para Tergugat

atas tanah milik penggugat6”. Bahwa perumusan Petitum ini

sesungguhnya adalah tidak jelas dan kabur. Ketidakjelasan

dan kekaburan tersebut, ternyata bukan hanya menyangkut

petitum melainkan pula terkait dengan ; Pertama, bahwa

dalam dalil gugatan penggugat tidak menjelaskan dasar hukum

(Rechtelije grond) maupun dasar fakta (Feitelijke Grond)

mengenai perbuatan melawan hukum apasajakah yang

dilakukan oleh para tergugat terkait dengan pembuatan surat-

surat, penggugat tidak menjelaskan perbuatan hukum apa

yang telah dilanggar oleh para tergugat mengenai surat atau

keterangan palsu. Surat-surat apa sajakah yang dimaksud

telah yang dipalsukan oleh para tergugat? Dan surat manakah

yang dipalsukan? Apa dan bagaimana para tergugat

memalsukan? Apa hubungannya antara surat dan kepentingan

Penggugat? Kapan dan dimana Tergugat memalsukan?

Keterangan palsu apa yang diberikan oleh Para Tergugat?

siapa yang diberikan keterangan palsu? Kapan dan dan

5 Menurut Stellinga (Utrecht,: 115-116), keputusan pemerintah selalu tidak boleh dianggap batal

karena hukum. Lebih lanjut dijelaskan, Suatu keputusan tidak pernah boleh dianggap batal karena hukum, baik dalam hal keputusan itu dapat digugat dimuka hakim administrasi atau banding administrasi, maupun dalam hal kemungkinan untuk menggugat dan untuk memohon banding itu tidak digunakan, demikian juga dalam hal kedua kemungkinan tersebut tidak ada. Dalam vernietigbaar (dapat dibatalkan), perbuatan hukum adalah sah sampai dinyatakan batal. Suatu perbuatan hukum yang dapat dibatalkan adalah suatu perbuatan yang mengandung cacat. Selama pihak yang berkepentingan dengan pembatalan itu tidak pernah menyatakan bahwa karena cacat ini perbuatan itu dipandang sebagai tidak sah “onrechtmatig“, maka tidak bisa dikatakan adanya pembatalan vernietiging. (Prawirohamidjojo, tanpa tahun: 3-5). Dengan kata lain, ketika ada gugatan dan kemudian gugatan telah mempunyai kekuatan hukum tetap terhitung sejak saat keputusan tata usaha negara itu dinyatakan batal (nietig).

6 Kutipan langsung dari PETITUM Penggugat.

Page 9: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 9

seterusnya. Kekaburan petitum ini menunjukkan bahwa

memang apa yang didalilkan penggugat dalam gugatannya

adalah sebatas pada asumsi-asumsi, tidak berdasarkan atas

dasar hukum dan dasar fakta, sehingga dalil gugatan

memenuhi syarat sebagai gugatan. Kedua, dalam petitum

penggugat tidak menjelaskan sertifikat apakah yang harus

dibatalkan? Apakah sertifikat juara kelas, sertifikat diklat?

Sertifikat Hak Milik, HGU atau sertifikat apa? Begitupun

dengan “Segala Bentuk Surat”, Surat-surat apa yang

dimaksud oleh PENGGUGAT, karena setiap hari Tergugat

Satu dan Tergugat Dua maupun Tergugat Tiga banyak sekali

menerbitkan surat-surat.

3. Bahwa kejelasan terhadap surat maupun sertifikat dimaksud

sangat penting untuk ditujukan oleh penggugat dalam dalil

gugatannya maupun petitumnya, karena terkait dengan

sertifikat maupun surat-surat dimaksud akan sangat berkaitan

pula dengan dasar hukum dan otoritas lembaga manakah yang

berwenang untuk menerbitkan sutau keputusan/ketetapan.

Jika yang dimaksud Penggugat adalah Sertifikat Hak Milik,

maka surat-surat apa yang dimaksud telah dipalsukan oleh

penggugat? Karena begitu banyak surat-surat yang harus

dipenuhi oleh seseorang untuk dapat memperoleh Sertifikat

Hak Milik, mulai dari A sampai Z. Begitupun prosedurnya,

mulai dari A sampai Z, dimana setiap tahapan prosedur itupula

orang/badan hukum yang mengurusi proses/prosedur

pendaftaran tanah berbeda, beda. Belum lagi jika dihubungkan

dengan ilmu hukum administrasi negara, seperti macam-

macam bentuk produk hukum dan hierarkhinya, serta macam-

macam keputusan/ketetapan. Petitum penggugat bila mengacu

atau berdasarkan kaidah hukum dalam Yurisprudensi tahun

1970 , Buku No. 4, hal 391-4107. Maka, petitum penggugat

adalah obscuur libeel.

4. Bahwa mengacu pula dan berdasarkan yurisprudensi M.A.R.I

No.582 K/Sip/1973 tanggal 18 Desember Tahun 1975 dan

7Dalam yurisprudensi ini menjelaskan bahwa mengenai Tuntutan-tuntutan yang berupa: agar

semua putusan Menteri dinyatakan tidak sah tanpa menyebut putusan-putusan yang mana, serta ;agar segala perbuatan tergugat terhadap penggugat harus dinyatakan tidak sah tanpa menyebutkan dengan tegas perbuatan-perbuatan tergugat yang mana yang dituntut itu, dan ;ganti kerugian sejumlah uang tertentu tanpa perincian kerugian-kerugian dalam bentuk apa yang menjadi dasar tuntutan itu, harus dinyatakan tidak dapat diterima karena tuntutan tersebut adalah tidak jelas/tidak sempurna. Adalah Petitum yang obscuur libeell dan tidak sempurna.

Page 10: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 10

Putusan M.A. R.I No.492 K/Sip/1970 tanggal 21 Nopember

1970. Kedua Putusan ini menekankan bahwa suatu petitum

haruslah bersifat tegas dan spesifik menyebutkan apa yang

diminta sesuai dengan dalil gugatan. Dalam Putusan M.A. R.I

No.492 K/Sip/1970 tanggal 21 Nopember 1970, yang

menyatakan gugatan tidak sempurna, karena tidak menyebut

dengan jelas apa yang dituntut, sebab petitum hanya meminta

agar dinyatakan sah semua Putusan Menteri Perhubungan

Laut, tetapi tidak disebut putusan yang mana, serta juga

meminta agar semua perbuatan tergugat dinyatakan melawan

hukum terhadap penggugat tanpa menyebut yang mana yang

di maksud.

5. Bahwa dalam gugatan maupun repik yang diajukan oleh

Penggugat nampak jelas, bahwa Petitum Point E gugatan

Penggugat maupun Repilk yang diajukan Penggugat tidak

menjelaskan surat-surat manakah yang menurut Penggugat

telah diduga dipalsukan oleh Para Tergugat. Kejelasan

mengenai surat-surat terlebih lagi menyangkut dugaan

perbuatan melawan hukum sesungguhnya sangatlah erat

berhubungan apa dan kualifikasi perbuatan apa yang telah

dilakukan, terlebih lagi menyangkut dugaan pemalsuan, maka

sudah barang tentu menjadi sangat penting Penggugat dalam

gugatan maupun repliknya menjelaskan jenis surat apasajakah

yang dipalsukan? Karena pembuatan dan penerbitan surat

terkait pula dengan siapa dan otoritas apa sehingga Tergugat

diduga telah melakukan perbuatan melawan hukum?. Bahwa

berdasarkan Replik Penggugat justeru terlihat bahwa gugatan

yang diajukan semakin memperkokoh bahwa sesunggunya

gugatan Penggugat tidak jelas dan kabur, bahkan semakin

membingungkan konteks dan relasi hukum perkara ini.

6. Bahwa oleh karena Petitum Penggugat mengiginkan adanya

pembatalan sertifikat dan segala bentuk surat sebagaimana

tertuang dalam petitum point E, maka adalah beralasan hukum

bagi para tergugat untuk memohon kepada majelis hakim yang

terhormat, yang memeriksa dan mengadili perkara ini untuk

menolak atau setidak-tidaknya menyatakan hukum gugatan

penggugat tidak dapat diterima karena dalam petitum point E

gugatan penggugat telah salah alamat dan keliru untuk

mengajukan perkara ini ke Pengadilan Negeri Sumbawa Besar

karena; Pertama, kompetensi untuk memutuskan perkara ini

Page 11: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 11

adalah merupakan kompetensi dari Peradilan Tata Usaha

Negara. Kedua, karena gugatan penggugat telah mengandung

cacat formil (obscuur libeel) dan tidak sempurna. Ketiga,

dalam repliknya penggugat tidak melakukan bantahan atas

eksepsi yang diajukan para tergugat mengenai perakara a quo

adalah merupakan kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara.

Maka Para Tergugat memohon kepada Majelis Hakim yang

memeriksa dan mengadili perkara ini untuk mengabulkan

eksepsi Para Tergugat.

Berdasarkan Petitum Point C dan Petitum Point E, maka

Petitum Penggugat tidak sejalan dengan dalil gugatan

(posita), sehingga gugatan mengandung cacat formil dan

kabur (obscuur libel)

1. Bahwa berdasarkan Putusan M.A. R.I. Nomor 67 K/Sip/1975,

tanggal 15 Mei 1975, yg intinya suatu gugatan haruslah sejalan

dengan dalil gugatan, dengan demikian, petitum mesti

bersesuaian atau konsisten dengan dasar hukum dan fakta-

fakta yang dikemukan dalam posita. Tidak boleh terjadi saling

bertentangan atau kontroversi diantaranya, apabila terjadi

saling bertentangan, mengakibatkan gugatan mengandung

cacat formil, sehingga gugatan dianggap kabur (obscuur libel).

2. Bahwa sesungguhnya bila dicermati dalil gugatan dengan

petitum gugatan penggugat tidaklah memiliki kesesuaian atau

konsisten dengan dasar hukum dan fakta-fakta yang

dikemukakan dalam posita. Bahkan dalil gugatan penggugat

sesungguhnya sangatlah kabur, dan jika dihubungkan antara

dalil gugatan dengan petitum gugatan tidaklah berkesesuan,

dalam dalil gugatan penggugat berusaha untuk menjelaskan

mengenai perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh para

tergugat, namun dalam petitumnya penggugat meminta

ditetapkannya sebagai pemilik tanah berdasarkan pemberian

dari orang tua dan kakek, dibatalkannya sertifikat, sita

jaminan dan sebagainya. Dalil gugatan dan petitum tersebut

sesungguhnya mengandung cacat obscuur libell.

Perbuatan Para Tergugat menurut Penggugat merupakan

Kompetensi Pengadilan Negeri mengenai Perbuatan Pidana

Page 12: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 12

(Replik Penggugat point 2). Berarti gugatan telah keliru,

salah alamat dan tidak konsisten :

1. Bahwa sejak awal gugatan penggugat atas perkara ini

sesungguhnya tidak jelas, apakah gugatan penggugat adalah

mengenai perbuatan melawan hukum, wanprestasi, waris, atau

mengenai pembatalan sertifikat hak milik atas tanah.

Konstruksi gugatan (posita dan petitum) terlihat tidak

konsisten bahkan tidak memiliki korelasi yang jelas dan tepat.

Secara umum, dengan melihat konstruksi gugatan penggugat

yang demikian, para tergugat menilai bahwa gugatan

penggugat telah memenuhi unsur obscur libell

2. Bahwa hal itu tersirat pula dalam replik penggugat (point 3).

Penggugat telah mengakui dan menyadari bahwa gugatan

penggugat mengenai dugaan perbuatan melawan hukum para

tergugat dengan cara membuat surat dan keterangan yang

diduga palsu tersebut, adalah merupakan perbuatan pidana,

dan kompetensi Pengadilan Negeri mengenai perbuatan

pidana. Bahwa oleh karena replik demikian ; maka

sesungguhnya konstruksi gugatan, posita maupun petitum

perkara a quo adalah merupakan lingkup atau merupakan

ranah Hukum Pidana, bukan Perdata. Sehingga, materi dan

proses perkara ini seharusnya adalah berjalan pada rel hukum

pidana dengan kerangka acuan proses mengacu pada Kitab

Hukum Acara Pidana. Dengan demikian, Penggugat telah

keliru dalam mengkonstruksikan gugatannya (Perdata) dan

mengajukan pekara ini ke Pengadilan Negeri Sumbawa.

3. Bahwa oleh karena Penggugat telah keliru dan salah alamat

untuk mengajukan perkara ini ke PN Sumbawa Besar, maka

dalam konteks kompetensi mengenai kewenangan mengadili

berarti pula kewenangan megadili perkara ini, bukanlah

Kewenangan Pengadilan Negeri dan Dasar Hukum yang

digunakan untuk proses beracara pada perkara ini bukan

KUHPerdata melainkan KUHPidana ;

4. Bahwa berdasarkan itulah, maka para Tergugat memohon

kepada Mejelis Hakim yang Memeriksa dan mengadili Perkara

ini untuk menolak atau menyatakan gugatan penggugat tidak

dapat diterima.

Dalil gugatan penggugat mengenai perbuatan melawan

hukum adalah dalil gugatan yang tidak memiliki atau

Page 13: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 13

memenuhi landasan atau dasar hukum (Rechtelije Grond)

dan Penggugat telah keliru jika proses pelaporan kepada

kepolisian dijadikan sebagai bukti pihak tergugat satu

telah melakukan pelanggaran hak orang lain (penggugat)

secara melawan hukum :

7. Bahwa memang benar Penggugat telah melaporkan Tergugat

Satu ke Kepolisian (Polrest Sumbawa Barat) pada tanggal 28

Nopember 2009 dan pada tanggal 3 Mei 2010 terkait dengan

dugaan tindak Pidana Perampasan Hak atas tanah dan

berdasarkan laporan itu tergugat telah diperiksa oleh Penyidik.

Maka, apabila dasar laporan itu kemudian dijadikan sebagai

dasar hukum dan alasan gugatan bahwa Tergugat Satu

Melakukan Perbuatan Melawan Hukum sebagai dasar hukum

gugatan penggugat adalah suatu kekeliruan besar karena dalil

gugatan yang demikian adalah gugatan yang tidak mempunyai

dasar hukum. Mengapa demikian? pertama; adanya pelaporan

dari pelapor (Penggugat) bukan berarti bahwa setiap orang

yang terlapor telah dinyatakan bersalah secara hukum8.

Karena belum tentu laporan dari si Pelapor itu (Penggugat)

adalah benar. Oleh sebab itu, maka setiap laporan yang

diberikan oleh pelapor (Penggugat) kepada kepolisian sesuai

dengan KUHPidana dilakukan proses penyelidikan,

penyidikan, penuntutan dan seterusnya, hingga berujung pada

adanya putusan pengadilan yang bersifat inkracht. Setelah itu,

baru seseorang dapat dinyatakan bersalah atau tidak bersalah

(setelah adanya putusan pengadilan yang bersifat in-kracht).

Kedua, adalah sangat-sangat keliru jika konstruksi berpikir

hukum Penggugat telah memvonis terlebih dahulu9 bahwa

setiap orang Terlapor adalah dinyatakan bersalah atau

melakukan pelanggaran hak orang lain secara melawan

hukum. Cara berpikir dan landasan yuridis seperti ini adalah

akan sangat berbahaya bagi kelangsungan tertib hukum dan

penegakkan hukum di Indonesia, karena jika setiap orang

sebagai terlapor dinyatakan bersalah, maka setiap orang

kemudian akan berpotensi besar untuk mengajukan atau

8 Salah satu asas hukum bahwa seseorang belum dinyatakan bersalah (melanggar) apabila belum

ada Putusan tetap yang bersifat in-krahct dari Pengadilan yang berwenang untuk itu. 9 Penggugat ternyata mendahului vonis hakim atas perkara—laporan dugaan perampasan hak yang

dilaporkan kepada Kepolisian, padahal laporan tersebut hingga sekarang masih pada tahap penyelidikan, bahkan dari pemeriksaan awal para saksi dan bukti-bukti awal yang ada, Tergugat Satu tidak cukup bukti untuk dijadikan sebagai tersangka, jikalaupun menjadi tersangka bahkan terdakwa bukan berarti bahwa Tergugat Satu telah melakukan perbuatan melawann hukum, karena harus menunggu hingga adanya putusan tetap dari pengadilan.

Page 14: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 14

membuat laporan kepada kepolisian atas dugaan tindak pidana

apapun untuk kemudian atas laporan tersebut—si pelpaor

mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum perdata

(meminta gantu rugi) karena si Terlapor telah bersalah dan

melakukan perbuatan melawan hukum sesuai dengan laporan

Pelapor (Penggugat) ke polisian. Sungguh Penggugat dalam

konteks ini sebenarnya telah keliru dalam memahami arti dan

makna perbuatan melawan hukum perdata serta melangkahi

asas “presumption of innocence”. Bahkan, apa yang dijadikan

dasar hukum tentang adanya perbuatan melawan hukum

tergugat Satu telah mendahului putusan pengadilan.

8. Bahwa dengan asumsi dan kontsruksi dalil gugatan dan replik

yang diajukan Penggugat tersebut sesungguhnya gugatan

Penggugat tidak memenuhi atau tidak memiliki landasan

hukum karena apa yang dijadikan sebagai dasar gugatan oleh

Tergugat mengenai adanya perbuatan melawan hukum dengan

alasan karena Penggugat telah melaporkan dugaan tindak

pidana, sementara laporan tersebut sendiri hingga sekarang

masih dalam proses penyelidikan dan belum ada ketetapan

putusan atau vonis dari Pengadilan Negeri yang menangani

dugaan tindak pidana sebagaimana yang dilaporkan oleh

Penggugat. Sejauh ini pihak aparat kepolisian berdasarkan

saksi dan bukti-bukti awal ternyata laporan Penggugat tidak

beralasan hukum untuk menjadikan Tergugat Satu sebagai

tersangka.

9. Bahwa dengan mengacu pada ; Pertama, Yurisprudensi M.A.

R.I. Nomor 3133 K/Pdt/1983, 29-1-1985, jo. PT Medan

No.310/1982 tanggal 16 Maret 1983, PT Tanjung Balai

No.2/1980 tanggal 27 Agustus 1980. Kedua, Yurisprudensi M.A.

R.I. Nomor 1085 K/Pdt/1984 tanggal 17 Oktober 1985, jo.PT

Padang No.175/1983 tanggal 4 Oktober 1983 dan PN Padang

No.68/1982 Tanggal 17 Januari 1983. Ketiga, Yurisprudensi

M.A. R.I. No.2329 K/Pdt/1985, tanggal 18 Desember 198610.

Maka cukuplah beralasan bagi para Tergugat untuk

mengajukan ekspsi yang menyatakan bahwa dalil gugatan

penggugat mengenai perbuatan melawan hukum adalah dalil

gugatan yang tidak memiliki atau memenuhi landasan atau

10 Mengenai Dalil Gugat yang dianggap tidak mempunyai Dasar Hukum dapat dilihat oleh Penggugat

pada buku karangan M.Yahya Harapap, SH, “Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan”, yang diterbikan oleh Penerbit Sinar Grafika Jakarta, Cetakan Kesembilan-Nopember 2009, halaman 58-59.

Page 15: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 15

dasar hukum (Rechtelije Grond). Dan mengacu pada

Yurisprudensi Pertama di atas, maka landasan atau dasar

hukum penggugat tidak ada, jikalaupun penggugat beralasan

bahwa tanah itu dikuasai sejak 1967 dan 1975—alasan tersebut

bukanlah merupakan alasan atau dasar hukum untuk

terpenuhi gugatan berdasarkan hukum11, melainkan alasan

penggugat tersebut termasuk dalam kategori Feiteljke Grond12

maka dalam yurisprudensi MA tersebut, gugatan dianggap

cacat formil, dan dinyatakan tidak dapat diterima. Begitupun

halnya jika gugatan ini adalah merupakan gugatan

wanprestasi, dengan alasan Penggugat telah melaporkan Para

Tergugat kepada polisi, maka tidaklah cukup menjadi dalil

gugatan menuntut ganti rugi Penggugat kepada Tergugat.

Bahwa adalah tidak mungkin pula aparat kepolisian akan

berdiam diri atas laporan Penggugat tentang dugaan

perampasan hak yang dilakukan oleh Tergugat Satu jika

memang dari bukti permulaan awal yang cukup, Tergugat

Satu adalah memang benar telah melakukan perbuatan pidana

(perampasan hak)—bukan karena jabatan Tergugat Satu

aparat kepolisian tidak menindaklanjuti laporan Penggugat

(Pelapor) melainkan tentu adalah semata-mata atas alasan

hukum kepolisian karena memang dalam pemeriksaan awal

laporan Pengugat tidak cukup bukti dan alasan hukum yang

sah dan benar bahwa Tergugat Satu telah melakukan

perbuatan melawan hukum13.

10. Bahwa sesungguhnya apa yang dilakukan oleh Penggugat

dengan melakukan upaya untuk melaporkan Tergugat Satu ke

polisi adalah hanyalah sebuah strategy semata untuk

membangun opini hukum dalam perkara ini kedalam

mainstream logika hukum bahwa seakan-akan Penggugat

11 Bahwa klaim atas tanah objek sengketa yang dikalim Penggugat adalah klaim penguasaan tanah

secara fisik. Padahal klaim atas penguasaan tanah secara fisik tersebut belum dilandasi dengan Penguasaan yuridis. Sementara Para Tergugat selain penguasaan tanah secara yuridis yang dilandasi hak yang dilindungi oleh hukum sebagai pemegang hak juga menguasai secara fisik tanah yang dimilikinya sampai sekarang. Oleh karena klaim kepemilikan tanah dalam gugatan penggugat tidak dilandasai dengan landasan yuridisnya, atau berdasarkan hak yuridisnya atas tanah objek sengketa, maka Penggugat tidak berhak untuk menuntut diserahkannyai tanah yang dikuasai oleh para tergugat.

12 Yang dimaksud dengan Feiteljke Grond adalah dasar fakta atau peristiwa—dalam konteks perkara ini, peristiwa sebagaimana yang didalilkan oleh Penggugat masih patut untuk diuji kebenarannya. Dasar gugat atau dasar tuntutan (dalil gugatan)/fundamentum petendi haruslah memenuhi syarat, memuat dua unsur, yakni Dasar Hukum (Rechtlejke Grond) dan Dasar fakta (Fetelijke Grond). Jika tidak terpenuhi maka gugatan kabur (obscuur libel).

13 Dalam gugatan penggugat pada angka 6, Penggugat telah melaporkan kepada polisi dua kali, pertama tanggal 28 Nopember 2009 dan kedua tanggal 3 Mei 2010. Jika dilihat dari rentang waktu laporan ini sudah cukup waktu bagi aparat kepolisian jika memang laporan penggugat (pelapor) memang cukup bukti untuk ditindaklanjuti ke proses penyidikan/penuntutan dan seterusnya. Seharusnya pihak Penggugat dapat mempelajari dari proses ini.

Page 16: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 16

adalah selaku pemilik tanah yang sah dan telah dirugikan

kepentingannya akibat adanya perbuatan melawan hukum

yang dilakukan oleh para Tergugat dengan merampas hak

orang lain14. Sehingga seakan-akan pula ada landasan hukum

bagi Penggugat untuk mengajukan perkara ini ke PN

Sumbawa Besar mengenai Perbuatan Melawan Hukum para

tergugat atas objek sengketa.

Disamping Dasar Hukum Gugatan Tidak Jelas, Gugatan

tentang Perbuatan melawan hukum yang diajukan

penggugat dalam gugatannya telah mengandung Obscuur

Libell

11. Bahwa dalam Repliknya point 4 : Penggugat beralasan bahwa

gugatannya adalah berdasarkan hukum dengan alasan karena

obyek sengketa sudah dikuasai sejak 1967 dan 1975. Secara

teoritis, ini adalah bukan yang dimaksud sebagai dasar hukum

(Rechtelije Grond) dalam fundamentum Petendi suatu gugatan

melainkan masuk kedalam unsur dasar fakta (feitelijke grond),

dan dalam konteks perkara ini, Penggugat berusaha untuk

menjadikannya sebagai dasar hukum. Suatu gugatan

(fundamentum petendi) haruslah memenuhi kedua unsur dasar

hukum dan dasar fakta. Dan jika tidak maka dalill gugatan

adalah kabur (obscuur libell). Gugatan penggugat

sesungguhnya adalah telah mengandung cacat formil karena

dalil gugatan kabur.

12. Bahwa menanggapi Replik PENGGUGAT pada point 4,

gugatan PENGGUGAT semakin menunjukkan bahwa gugatan

tidak berdasarkan landasan hukum. Disamping, itu dari replik

point 4 menunjukkan bahwa materi gugatan yang diajukan

penggugat adalah semakin tidak jelas dan kabur,

sesungguhnya apakah yang didalilkan oleh PENGGUGAT

dalam perkara a quo adalah gugatan mengenai perbuatan

melawan hukum ataukah wanprestasi ataukah waris ataukah

mengenai pembatalan sertifikat?. Replik PENGGUGAT point 4

menunjukkan semakin jelas dan terang bahwa konstruksi

gugatan dan pemahaman PENGGUGAT terhadap pemaknaan

Perbuatan Melawan Hukum dan Wanprestasi. Hal ini dapat

14 Upaya ini (penggugat) sepertinya hanya sebagai usaha untuk memenuhi unsur-unsur gugatan

perbuatan melawan hukum .

Page 17: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 17

dilihat pada kutipan langsung replik dari Penggugat yang

mengatakan bahwa “Bagaimana mungkin Penggugat tidak

mempunyai hak sebagai penggugat dalam perkara ini,

padahal tergugat satu telah melakukan perbuatan

melawan hukum dengan cara memberi janji dan sesuatu

barang kepada penggugat tanpa adanya proses lebih lanjut

untuk memenuhi janjinya.......dst”. dari Replik pernyataan

replik PENGGUGAT sebagaimana di atas, maka menjadi

pertanyaan penting apakah yang dimaksud dengan perbuatan

melawan hukum adalah karena seseorang berjanji atau dengan

modus berjanji kemudian jika janji tersebut tidak dipenuhi

adalah merupakan bentuk dari perbuatan melawan hukum?.

Lalu apa sesungguhnya yang dimaksud Penggugat dengan

perbuatan melawan hukum? Apa yang dipahami pula oleh

PENGGUGAT mengenai wanprestasi?. Konstruksi gugatan

menjadi tidak jelas dan kabur karena PENGGUGAT tidak

memilia secara jelas dan tegas apakah gugatan yang diajukan

PENGGUGAT adalah mengenai Perbuatan Melawan Hukum

ataukah Wanprestasi?.

13. Bahwa gugatan PENGGUGAT dan replik yang telah

disampaikannya memperlihatkan bahwa materi gugatan

PENGGUGAT telah mencampuradukan dan menggabungkan

gugatan Perbuatan Melawan Hukum dan Perbuatan Ingkar

Janji yang tidak berkorelasi baik antara posita dengan petitum

maupun dari dasar fakta dan dasar hukumnya. Padahal, dalam

Putusan M.A. R.I No.1875/Pdt/1984, tanggal 24 April 1986

tentang Penggabungan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum

berdasarkan Pasal 1243 KUHPerdata tidak dibenarkan

digabungkan dengan Perbuatan Ingkar Janji (wanprestasi)

berdasarkan 1365 KUHPerdata dalam satu gugatan menurut

tertib beracara perdata, keduanya harus diselesaikan secara

tersendiri. Sementara, jika melihat posita dan petitum gugatan

penggugat, bukan hanya tidak berkorelasi dan

mencampuradukkan, melainkan pula dalam posita dengan

petitum yang sangat tidak berkolerasi, seperti pembatalan

mengenai sertifikat.

14. Bahwa Bagaimana mungkin TERGUGAT melakukan

perjanjian jual beli dengan PENGGUGAT (Bakran), karena

PENGGUGAT bukanlah pemilik lahan pertanian (Objek

sengketa), karena itu sesuai dengan Putusan M.A. R.I Nomor

Page 18: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 18

1230 K/SIP/1980 : pembeli yang beritikad baik harus

mendapat perlindungan hukum.

Gugatan tidak berdasarkan hukum, pengugat tidak

memiliki dasar hukum untuk mengajukan gugatan karena

Hak Pengugat Atas Objek Gugatan Tidak jelas

1. Bahwa berdasarkan Yurisprudensi M.A. R.I No.566 K/Sip/1973 tanggal 21 Agustus 1974 mengatakan bahwa Dalil Gugatan

yang tidak menegaskan secara jelas dan pasti hak penggugat

atas objek yang disengketakan, dianggap tidak memenuhi

syarat, dan dinyatakan tidak sempurna. Dalam Putusan MA

dimaksud tersebut, dinyatakan antara lain, suatu gugatan

dianggap tidak memenuhi syarat dan tidak sempurna, apabila

hak penggugat atas tanah terperkara tidak jelas15.

2. Bahwa dalam perkara ini kedudukan penggugat atas obyek

dalam perkara a quo adalah tidak jelas. Penggugat mengkalim

dirinya telah menguasai tanah objek sengketa sejak tahun 1967

dan 1975 dan mengklaim tanah tersebut adalah tanah miliknya

berdasarkan SPPT Nomor 52.04 030 006 000-0563 7 dan SPPT

52.04 030 006 000-0260 7. Apabila SPPT ini dijadikan sebagai

kepemilikan atas tanah PENGGUGAT, maka berarti Pertama;

PENGGUGAT bukanlah pemilik atas tanah tersebut (Objek

Tanah Perkara 2) karena dalam SPPT tersebut, tercantum atas

nama CIN BIN BRAHOM. Seyogyanya, jika memang

PENGGUGAT adalah orang yang telah menguasai tanah sejak

tahun 1967 (objek tanah 2) hingga sekarang, maka tentu dalam

SPPT tersebut adalah atas nama PENGGUGAT, karena

penguasaan atas tanah pada objek sengketa (point 2 gugatan

penggugat) telah dikalim dikuasai PENGGUGAT lebih lama

dibandingkan dengan objek sengketa tanah point 1. Sehingga

dengan demikian, cukuplah beralasan jika PENGGUGAT

mempertanyakan kedudukan Penggugat atas objek sengketa.

Sekligus mempertayakan apa yang menjadi alas hukum atau

dasar hukum PENGGUGAT sehingga PENGGUGAT memilki

standing in judicio atau kualifikasi sebagai PENGGUGAT.?

Layakkah seorang PENGGUGAT yang hanya mengkalim

dirinya adalah sebagai pemilik tanah tanpa landasan hak

hukum yang jelas atas objek sengketa kemudian bertindak

15 Rangkupan Yurisprudensi MA, II, Hukum Perdata dan Acara Perdata, MA RI, halaman 195,

dalam buku M.Yaya harapap Tentang Hukum Acara Perdata, hal 62-63.

Page 19: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 19

sebagai Penggugat?, Disisilain, sementara kualifikasi dirinya

sebagai PENGGUGAT sama sekali belum terpenuhi?.

Bagaimana mungkin seorang PENGGUGAT yang tidak

memiliki alas hukum untuk bertindak bisa merasa

kepentingannya dirugikan? Atas dasar apa dan kerugian apa?

Kedua, apakah secara hukum SPPT adalah landasan

hukum atas hak milik tanah sekaligus dapat menjadi legal

standing penggugat oleh setiap orang untuk mengajukan

gugatan?, dan pada akhirnya, gugatan menjadi berdasarkan

hukum dan mendudukukan PENGGUGAT sebagai pihak yang

memiliki kualifikasi untuk bertindak sebagai PENGGUGAT

kendati dasar hukum hak milik (SPPT) tersebut bukan atas

nama PENGGUGAT?

Ketiga, jika dengan landasan SPPT pihak PENGGUGAT

adalah sebagai pemilik tanah (obyek sengketa) dan memiliki

alas hukum—sebagai pemilik tanah yang sah, maka bukankah

sebaiknya PENGGUGAT terlebih dahulu melakukan upaya

hukum judicial review terlebih dahulu ke Mahkamah

Konstitusi terhadap berbagai peraturan yang ada saat ini—

agar Undang-Undang berubah dan akhirnya, menyatakan

bahwa SPPT adalah sebagai bukti atas kepemilikan tanah yang

sah (Hak Milik). Penggugat seyogyanya menyadari bahwa jika

klaim yang dilakukannya akan membawa dampak hukum

bahwa setiap orang yang memiliki SPPT kemudian dapat

dibenarkan sebagai pemilik tanah yang sah (Hak Milik), maka

dengan demikian, bisa saja si A, si B, si C dan seterusnya

dengan hanya memiliki SPPT dapat mengklaim dirinya adalah

sebagai pemilik tanah (hak milik). Kondisi ini tentu akan

“merusak tertib” berupa kepastian, kedilan dan ketertibah

hukum pertanahan.

Keempat, bahwa katakanlah misalnya, SPPT adalah

benar secara hukum sebagai bukti atas kepemilikan hak milik

tanah (objek sengketa), dengan menyatakan bahwa pihak yang

namanya tercantum dalam SPPT tersebut adalah pemilik

tanah, maka, pertanyaannya adalah atas dasar dan hukum

apakah Penggugat mengajukan perkara ini? Karena dalam

SPPT tersebut tercatat bukan atas nama PENGGUGAT,

melainkan atas nama CIN BIN BRAHOM. (“Kok bisa

Penguggat menggugat para tergugat)”? Apa kapasitas dan

kualifikasi penggugat sehingga penggugat dibenarkan secara

Page 20: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 20

hukum sebagai pihak penggugat? Bahwa apa yang menjadi

alasan hukum Penggugat dalam gugatannya bukanlah alasan

yuridis yang dapat dijadikan sebagai dasar hukum, karena

alasan tersebut hanyalah berupa gambaran peristiwa (1967 dan

1975).

3. Bahwa oleh karenanya sangat beralasan hukum, Para Tergugat untuk membantah alasan gugatan penggugat menyatakan

bahwa gugatan tidak berdasarkan hukum, disamping alasan

mengenai kedudukan dan hak PENGGUGAT yang tidak jelas

dan pasti atas objek yang disengketakan sebagaimana di atas.

Alasan lainnya adalah oleh karena bahwa ; Pertama, secara

yuridis, SPPT bukan sebagai dasar bukti kepemilikan atas hak

milik tanah (objek sengketa). Alasan ini mengacu pada

Pengertian SPPT berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 1985

Tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1985, Nomor 68. Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312) jo. UU

Nomor 12 Tahun 1999, tentang Perubahan Atas UU Nomor 12

Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Dalam

Ketentuan Pasal I ayat 5 UU No.12 Tahun 1985 disebutkan

bahwa yang dimaksud dengan Surat Pemberitahuan Pajak

Terhutang adalah surat yang digunakan oleh Direktorat

Jenderal Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak

terhutang kepada Wajib Pajak. Kemudian dalam pasal

12 ditegaskan bahwa Surat Pemberitahuan Pajak

Terhutang, Surat Ketetapan Pajak, dan Surat Tagihan

Pajak merupakan dasar penagihan pajak. Jadi, jelas

bahwa SPPT bukanlah dasar kepemilikan hak atas

tanah (Hak Milik) melainkan adalah dasar penagihan

Pajak16. Dalam praktek SPPT hanyalah sebatas sarana atau

media untuk memberitahukan besarnya pajak yang terutang

terhadap suatu objek pajak dimana Pemerintah yang

membidangi urusan tersebut menerbitkan Surat

Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang diterbitkan setiap

satu tahun sekali. Kedua, Bahwa secara yuridis pula,

penegasan mengenai SPPT bukan merupakan bukti hak milik

telah dijelaskan dan ditegaskan oleh Mahkamah Agung jauh

sebelumnya. Melalui Putusan Mahkamah Agung Republik

Indonesia tgl 03-02-1960 No. 34 K/Sip/1960, sebagai berikut

bahwa : “ Surat ketetapan pajak tanah. Surat "petuk" pajak

bumi ( sekarang PBB?) bukan merupakan suatu bukti mutlak

bahwa tanah sengketa adalah milik orang yang namanya

16 Mengenai Hak Milik dan Hak-hak kepemilikan mengenai tanah Penggugat dapat lihat pada UU

No.5 tahun 1960 Tentang UUPA. Sedangkan mengenai Sertifikat Hak Milik Atas Tanah termasuk Pendaftaran Tanah dapat dilihat pada PP No.24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah menggantikan PP Nomor 10 Tahun 1960.

Page 21: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 21

tercantum dalam surat pajakbumi bangunan tersebut”17. Bahwa

oleh karena SPPT Bukan Bukti Kepemilikan Atas Tanah maka

PENGGUGAT berartipula gugatan tidak memiliki dasar

hukum dan PENGGUGAT juga tidak memiliki landasan

hukum untuk dapat mengajukan gugatan ini ke pengadilan

negeri sumbawa besar. Ketiga, bahwa oleh karena dalam SPPT

tersebut (objek sengketa point 2) masih atas nama CIN BIN

BRAHOM maka berarti pula kedudukan PENGGUGAT sebagai

penerima tanah atas objek sengketa (point 2 gugatan) patut

untuk diragukan dan belumlah jelas dan pasti karena salah

satu persyaratan pengajuan SPPT (berpindah kepada ahli

waris) harus dibuktikan pula dengan adanya Akta Pembagian

Hak Bersama (APHB)— yang menjelaskan pembagian tanah

tersebut (PENGGUGAT sebagai penerima tanah pertanian

atau ahli waris).

4. Berdasarkan alasan-asalan tergugat diatas, serta alasan-alasan yang telah disampaikan dalam eksepsi dan jawaban para

tergugat, Maka dalam duplik ini Para Tergugat beranggapan

bahwa sesungguhnya kedudukan penggugat atas objek

sengketa tidak jelas dan denggan demikian pula gugatan

penggugat sesungguhnya tidak berdasarkan hukum. Bahwa

oleh karena gugatan Penggugat tersebut tidak berdasarkan

hukum maka, mengacu pada Putusan Mahkamah Agung

No.239 K/Sip/1968 gugatan harus dinyatakan tidak dapat

diterima. (Sumber: Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah

Agung RI, Cetakan kedua, Mahkamah Agung RI, 1993, hlm.

330).

Disamping Kedudukan Penggugat Tidak Jelas Atas Obyek

Sengketa, Objek yang disengketakan oleh Penggugatpun tidak

jelas, termasuk mengenai perbuatan melawan hukum yang

dilakukan oleh Para Tergugat

1. Bahwa dalam ekspsi dan jawaban para tergugat (point 5

tergugat 1) dan point 2.3., yang disampaikan oleh Para

Tergugat adalah berkaitan dengan objek sengketa, gugatan

maupun replik yang disampaikan penggugat, alasan dan

bantahan Penggugat ternyata tidak sejalan dengan makna

yang terkandung dalam eksepsi dan jawaban yang diajukan

oleh para tergugat ;

17 "surat petuk pajak bumi bukan merupakan suatu bukti mutlak, bahwa sawah sengketa adalah milik orang yang namanya tercantum dalam petuk pajak bumi tersebut, akan tetapi petuk itu hanya merupakan suatu tanda siapakah yang harus membayar pajak dari sawah yang bersangkutan."

Page 22: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 22

2. Bahwa penggugat telah mendalilkan dalam gugatannya

mengenai perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh para

tergugat, dengan cara menguasai tanah penggugat, dalam dalil

gugatan penggugat juga mengatakan bahwa Tergugat I,

Tergugat II dan Tergugat III melakukannya secara paksa,

sepihak dan melawan hukum.

3. Bahwa terkait dengan itu, seyogyanya gugatan penggugat

maupun replik penggugat haruslah jelas dan terang (tidak

kabur) mengenai tanah objek sengketa yang menjadi perkara

ini, tanah-tanah manasajakah dan berapa luasnyanya, dan

perbuatan melawan hukum yang mana yang dilakukan oleh

para tergugat secara paksa dan sepihak tersebut? Tanah yang

mana yang dirampas oleh Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat

III dan berapa luasnya? Sebab, dalam gugatan penggugat

mendalilkan ada dua objek tanah sengketa berdasarkan SPPT

yang dipegang Penggugat, Objek I seluas 9000 M2 atas nama

Bakran Bin A Gani dan Objek Sengketa 2, seluas 5000 M2 atas

nama Cin Bin Brahom. Jika dihubungkan dengan dalil gugatan

perbuatan melawan hukum, kemudian adalah tanah manakah

yang sesungguhnya para tergugat melakukan pemaksanaan,

sepihak dan melawan hukum sebagaimana dimaksud dalam

gugatan penggugat?

4. Bahwa kekaburan dan ketidakjelasan gugatan penggugat

mengenai letak objek sengketa ini cukuplah beralasan karena

apa yang dikuasai oleh para tergugat mengenai objek sengketa

tanah dan lokasi, maupun batas-batas yang didalikan

penggugat sangat berbeda dengan keadaannya, misalnya

Tanah Tergugat I :

Sebelah Barat : H.Iya/Rogaiyah dan Hajjah Esa

Sebelah Timur : Mulyadi dan H.Yusuf (dan Ir. M.Saleh)

Sebelah Selatan : Kali (Said Bappadal)

Sebelah Utara : Jl. Raya Balat/H.Usin Kadir

5. Bahwa oleh karena objek sengketa yang diajukan penggugat

tidak jelas mengenai keberadaan tanah dimaksud, dan antara

batas-batas tanah yang diajukan penggugat dengan yang

dikuasai penggugat berbeda bahkan sangat kabur. Maka,

mengacu pada ; Pertama, Yurisprudensi Mahkamah Agung

Republik Indonesia Nomor: 1149/K/SIP/1975 tanggal 17 April

1979 yang berbunyi "Karena surat gugatan tidak disebutkan

dengan jelas letak / batas-batas tanah sengketa. Gugatan tidak

Page 23: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 23

dapat diterima". Kedua, Yurisprudensi Mahkamah Agung RI

dalam putusannya tertanggal 17-4-1979 No. 1149 K/1975 (vide

Putusan Mahkamah Agung RI No. 81 K/Sip/1971 tanggal 9 Juli

1973) dan dalam putusannya tertanggal 29-4-1979 No. 3138

K/Pdt/1994 di mana disebutkan karena dalam surat gugatan

tidak dijelaskan dengan jelas letak batas-batas tanah sengketa

maka gugatan tidak dapat diterima. Bahwa berdasarkan

alasan-alasan diatas itulah para tergugat menyatakan bahwa

gugatan penggugat kabur, dan gugatan semakin kabur terkait

dengan objek sengketa dan perbuatan melawan hukum yang di

lakukan tergugat II dan Tergugat III.

Gugatan Penggugat juga Mengandung Error In Persona ;

Pengugat Diskualifikasi In Persons (Tidak Mempunyai Hak

untuk Menggugat Perkara yang disengketakan), gugatan juga

kurang pihak (Plurium litis consortium), dan Penggugat telah

Keliru Menarik Para Pihak dalam perkara ini :

1. Bahwa gugatan penggugat mengandung cacat formil error in persona dalam bentuk diskualifikasi in persona karena

penggugat bukanlah pemilik atas objek sengketa, kedudukan

penggugat yang bukan pemilik atas objek sengketa tersebut

dibuktikan dengan dasar kepemilikan atas tanah yang dalam

dalil gugatan Penggugat dalam bukti formil yang

diajukan/didalilkan adalah berupa SPPT, sementara SPPT

selain bukan sebagai bukti formil hak kepemilikan atas tanah,

dalam SPPT tersebut tercatat bukan pula atas nama

Penggugat, melainkan atas nama (objek sengketa pada point 2)

CIN BIN BRAHOM. Sehingga, jika SPPT tersebut dijadikan

alas hak atau dasar hukum penggugat sebagai pemilik, maka,

penggugat dalam gugatannya seakan-akan berarti pula

bertindak sebagai Cin Bin Brahom. Padahal, Cin Bin Brahom

adalah pihak yang telah meninggal dunia dan tidak pernah

mengajukan perkara ini sebelumnya dan atau

meminta/mewasiatkan untuk menggugat tanah (objek sengketa

sekarang), Cin Bin Brahom dan para ahli warisnya juga tidak

pernah memberikan kuasa khusus atau kuasa lainnya kepada

Penggugat untuk bertindak sebagai kuasanya dan mengajukan

perkara ini ke PN Sumbawa Besar.

2. Bahwa Penggugat belum memiliki standing in judicio. Persona standing in judicio, karena dasar hak milik yang diklaim bahwa

tanah tersebut diperoleh dari pemberian orang tua dan kakek,

Page 24: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 24

tanpa ada dasar hukum yang jelas baik berupa ketetapan dan

kejelasan bahwa memang penggugat sebagai ahli waris yang

sah yang memang dan berhak untuk mengajukan gugatan

dalam perkara ini, kedudukan penggugat atas objek atas tanah

sengketa belum memiliki kejelasan. Begitupun dengan dasar

alasan yang didalilkan penggugat, bahwa tanah objek sengketa

telah dikuasai oleh penggugat sejak tahun 1967 dan 1975

alasan tersebut hanyalah uraian dasar fakta (feitelijke grond)

dimana harus memiliki hubungan dan menunjukkan hubungan

dengan dasar hukum Rechtelije Grosnd sehingga gugatan

tersebut memenuhi syarat sebagai sebuah gugatan yang

lengkap dan tidak kabur. Sebab, Dalil gugatan yang hanya

berdasarkan atas peristiwa semata, hanya akan menjadi

sebuah berita semata—yang tidak ubahnya dengan berita yang

ada ditelevisi atau media massa cetak. Dengan tanpa adanya

kejelasan hukum dan dasar hukum yang jelas serta alasan-

asalan hukum atas kepemilikan hak tanah penggugat yang

pasti dan jelas, maka selain gugatan itu termasuk gugatan

yang kabur, juga dalam gugatan perkara a quo menunjukkan

bahwa kedudukan penggugat sebagai penggugat belumlah

cukup menyakinkan secara hukum karena dasar hukum

penggugat— memenuhi sebagai penggugat (sebagai ahli waris

dan pemilik tanah waris tersebut) tidak berdasarkan alasan

dan dasar hukum yang jelas.

3. Gugatan Penggugat tidak lengkap dalam menarik para pihak tergugat (Plurium litis consortium). Dalam petitum penggugat

dalam point E, Penggugat meminta agar dibatalkan sertifikat

dan surat-surat lainnya, namun Penggugat tidak memasukkan

pihak tergugat atau turut tergugat dalam hal ini Badan

Pertanahan Nasional—maupun pihak lainnya yang telah

mengeluarkan sertifikat dan surat-surat yang dimaksud oleh

Penggugat. Dengan tidak dimasukkannya Badan Pertanahan

Nasional C.q. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten

Sumbawa Barat, maka ; Pertama, tuntutan terhadap

pembatalan atas sertifikat dan atau surat-surat berkaitan

dengan atas nama penggugat, tidak dapat dilakukan berarti

pula penggugat mengkesampingkan tuntutan dimaksud.

Kedua, sesuai dengan ajaran atau kaidah hukum acara bahwa

gugatan yang mengandung plurium litis consortium adalah

gugatan yang tidak sempurna dan obscuur libell karena itu

gugatan dinyatakan tidak dapat diterima hal ini sesuai pula

dengan Putusan M.A. R.I. No. 1311 K/Pdt/1983 Tanggal 20-8-

1884 jo. PT.Manado Np.113/1982, tanggal 29-1-1982, jo. PN

Pulau No.21/1982, tanggal 19-2-1982. Ketiga, bahwa tidak ada

bantahan (replik) dari Penggugat atas eksesksi ini dalam replik

yang disampaikan pada tanggal 10 Nopember 2010, dengan

Page 25: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 25

demikian berartipula Penggugat mengakui bahwa gugatan

penggugat tidak sempurna dan mengakui adanya plurium litis

consortium dalam gugatannya.

4. Bahwa gugatan Penggugat adalah keliru dalam menarik Tergugat II dan Tergugat III, karena Tergugat II dan Tergugat

III adalah pihak yang tidak memiliki hubungan hukum dan

tidak pernah melakukan perbuatan melawan hukum dengan

Penggugat, Tergugat II dan Tergugat III melakukan perjanjian

jual beli dengan Tergugat I, sehingga gugatan penggugat

kepada Tergugat II dan Tergugat III mengenai Perbuatan

melawan hukum adalah sebuah bentuk kekeliruan pihak

Penggugat dalam menarik pihak tergugat II dan Tergugat III.

Gugatan Penggugat tidak berdasarkan hukum karena

Pemilik Tanah (Abdul Gani-Orang Tua Penggugat) Telah

menjual Tanahnya kepada Tergugat Satu Secara Sah dan

Penggugat adalah Pihak Ketiga yang tidak memiliki

hubungan hukum dengan Tergugat I maupun Tergugat II

dan Tergugat III

5. Bahwa Abdul Gani pada tahun 1996, telah melakukan perjanjian jual beli dengan Tergugat Satu. Maka, yang sah

sebagai penggugat atau tergugat dalam perkara yang timbul

dari perjanjian (jual beli tanah) adalah terbatas pada diri para

pihak yang langsung terlibat dalam perjanjian tersebut. Hal ini

sesuai dengan asas yang ditegaskan dalam Pasal 1340

KUHPerdata : persetujuan hanya mengikat atau berlaku antara

pihak yang membuatnya. Prinsip ini disebut contract party.

Selanjutnya pasal ini menegaskan, persetujuan tidak dapat

menimbulkan kerugian kepada pihak ketiga. Sebaliknya, pihak

ketiga tidak dapat memperoleh manfaat dari perjanjian. Oleh

karena itu, yang dapat menjadi pihak penggugat maupun pihak

tergugat dalam sengketa yang timbul dari suatu perjanjian,

hanya terbatas pada diri orang yang terlibat menjadi pihak

dalam perjanjian dimaksud. Pihak ketiga yang tidak ikut

terlibat dalam perjanjian, tidak dapat bertindak menuntut

pembatalan atau mengajukan tuntutan wanprestasi maupun

perbuatan melawan hukum. Gugatan yang diajukan Penggugat

itu dalam perkara ini mengandung cacat diskualifikasi karena

yang bertindak sebagai Penggugat (Bakran Bin Abdul Gani)

sebagai penggugat tidak punya hak untuk itu berdasarkan

Pasal 1341 KUHPerdata. Sebaliknya, pihak ketiga tersebut

tidak dapat dijadikan sebagai tergugat, karena akan berakibat,

orang yang ditarik sebagai tergugat salah sasaran atau keliru

orang yang digugat. Penerapan dan prinsip ini sesuai dengan

Putusan M.A. R.I No.1270 K/Pdt/1991 Tanggal 30 Nopember

Page 26: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 26

199318 yang menyatakan, suatu perjanjian kerjasama sesuai

dengan ketentuan Pasal 1340 KUH Perdata, hanya mengikat

kepada mereka. Penerapan pembatasan yang dapat bertindak

sebagai pihak dalam suatu perjanjian, sangat rasional demi

tegaknya ketertiban umum (public order). Adalah akan terjadi

kekacauan dalam kehidupan masyarakat, apabila pihak ketiga

(Penggugat-Bakran Bin Abdul Gani) dibenarkan bertindak

sebagai pihak dalam proses peradilan atas perjanjian yang

dibuat oleh pihak lain (Orang Tua Penggugat-Abdul gani dan

Cin Bin Brahom).

Replik penggugat (point 5) terhadap alasan penggugat telah

dimaknai secara keliru dan bantahan tidak berdasarkan atas

konstruksi hukum dan alasan hukum yang rasional, sehingga

atas dasar itu berarti seluruh atau sebagian eksepsi dan

jawaban tergugat satu dalam point 5 s.d. 8 diterima oleh

penggugat ;

1. Bahwa dalam replik atas jawaban tergugat satu point 5,6,7 dan 8, penggugat di dalam repliknya menyatakan bahwa : “alasan

tersebut (Para tergugat) adalah sebuah alasan yang dibuat-buat

dan mengada-ada untuk membenarkan bahwa perbuatan

tergugat satu sah, padahal kesemuanya sebagai bentuk semakin

jelas bahwa tergugat satu telah mengambil alih hak orang lain

(penggugat) secara melawan hukum dengan berlindung pada

alasan yang mengada-ada, begitupun alasan tergugat II dan

tergugat II copy paste alasan tergugat satu”.

2. Bahwa bila membaca dan memahami konstruksi hukum—dalam jawaban gugatan tergugat I maupun Tergugat II dan

Tergugat III secara mendalam alasan-alasan dan bantahan

atas gugatan yang diajukan para tergugat adalah berkaitan

dengan syarat-syarat formil suatu gugatan, bahwa ; Pertama,

sesungguhnya sebuah gugatan yang baik adalah gugatan yang

tidak mengandung salah satunya adanya obscuur libell,

sebelum mengajukan gugatan penggugat harus memahami

terlebih dahulu mengenai objek sengketa yang akan

digugatnya, keberadan dan batas-batas tanah, termasuk

didalamnya adalah luas tanah objek sengketa, serta kejelasan

hukum mengenai status kedudukan penggugat atas objek

sengketa, sehingga gugatan tersebut tidak mengalami

kekaburan, hal ini sejalan dengan yurispurdensi M.A. R.I

sebagaimana yang telah dituangkan dalam jawaban para

tergugat. Kedua, dengan replik penggugat yang demikian

(point 5) nampak bahwa penggugat kurang memahami

kejelasan atas materi gugatan, bahkan sangat prematur dalam

18 Lihat Varia Peradilan, Tahun IX, No.97, Oktober 1993, hlm. 36.

Page 27: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 27

menarik kesimpulan para tergugat telah mengambil hak orang

lain secara melawan hukum. Padahal, kedudukan penggugat,

apa yang digugatnya belum jelas? Termasuk kualifikasi

perbuatan melawan hukum yang manakah yang dituduhkan

penggugat kepada para tergugat I, tergugat II dan Tergugat

III?. Selain tentu saja, adalah mengenai dasar hukum yang

dijadikan alas penggugat dengan alasan karena penggugat

telah melapor ke polisi adalah sebuah kekliruan besar dari

gugatan penggugat dalam memahami makna perbuatan

melawan hukum.

3. Bahwa dalam eksepsi tergugat satu (point 6) tentang kualifikasi perbuatan tergugat, alasan tergugat jelas mengacu

pada kaidah hukum—yurisprudensi M.A. R.I sebagaimana

yang dijelaskan dalam jawaban tergugat satu. Oleh karena

penggugat mendalilkan gugatannya mengenai perbuatan

melawan hukum maka sudah sepatutnya dalam dalil

gugatannya penggugat menjelaskan kualifikasi perbuatan

melawan hukum yang dilakukan oleh tergugat I, Tergugat II

maupun tergugat III dan harus menujukkan kejelasan

mengenai perbuatannya sehingga gugatan tidak obscuur libell.

4. bahwa dalam jawaban tergugat satu (point 7) adalah mengenai penggabungan ggugatan, dimana dalam gugatannya penggugat

telah mencampuradukan materi gugatan mengenai perbuatan

melawan hukum, waris, wanprestasi, sertifikat dll . Bahwa

landasan yang dijadikan sebagai dasar hukum eksepsi adalah

Putusan MA sebagaimana jawaban tergugat satu sampaikan.

Jika melihat gugatan penggugat secara sederhana dapat dilihat

dalam Hal gugatan yang diajukan. Di dalam Surat gugatan,

baik surat gugatan pertama maupun perbaikannya, hal yang

ditulis adalah Hal : Gugatan (perbaikan) gugatan pertama :

Hal Gugatan, dari sini saja terlihat ketidakjelasan tentang

apa atau materi apa yang digugat? Dan bila dicermati secara

lebih mendalam mengenai materi gugatan, semakin kabur, apa

yang sesungguhnya digugat penggugat?, karena antara posita

dan petitum tidak memiliki korelasi dan konsitensi, bahkan

banyak kontradiksi.

5. Bahwa dalam point 8 tentang para pihak, kurang pihak dan pihak yang ditarik sebagai para tergugat yang keliru, dasar

hukum adalah M.A. R.I sebagaimana jawaban tergugat. Jadi,

sesungguhnya, menjadi sangat penting penggugat untuk dapat

memahami prinsip-prinsip dan syarat-syarat formil sebuah

gugatan, sehingga dalam gugatan tidak sekedar hanya

menggugat, tanpa didasari oleh dasar hukum (reichtelije grond)

dan dasar fakta (feilitjhe grond) dan hubungan antara dasar

fakta dan dasar hukum, sehingga gugatan tidak menjadi

Page 28: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 28

sekedar gugatan tanpa kontruksi hukum atas gugatan yang

jelas (gugatan obscurr libell).

6. Bahwa setelah membaca dan mempelajari replik penggugat, terlihat bahwa replik penggugat atas jawaban tergugat 1, point

5, 6, 7, dan 8 menunjukkan bahwa replik penggugat bukanlah

replik yang didasarkan atas pertimbangan, alasan-alasan dan

bantahan-bantahan yang secara rasional-yuridis, dan atau

berdasarkan atas hukum yang jelas, melainkan lebih

didasarkan pada aspek logika dan subjektifitas penggugat, dan

yang didasarkan pula hanya pada asumsi penggugat, bahkan

penggugat terlihat tidak memahami konstruksi gugatan

penggugat maupun jawaban yang disampaikan oleh para

tergugat, oleh karenanya Para Tergugat memohon kepada yang

Mulia Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara

ini untuk mengkesampingkan replik penggugat point 5, dan

mempertimbangkan jawaban tergugat I point 5, 6, 7, dan 8

serta alasan dan bantahan dalam duplik atas replik ini.

7. Bahwa dari uraian di atas pula sesungguhnya tuduhan penggugat mengenai alasan dan bantahan gugatan penggugat,

maka adalah tidak benar, kalo para tergugat membuat-buat

dan mengada-ada, justeru sebaliknya gugatan dan replik

penggugat pada point 5 lah yang mengada-ada dan diada-

adakan dan dibuat-buat, karena bantahan atas jawaban

penggugat tidak didasari pada alasan-alasan hukum, dasar

fakta dan lainnya, namun celakanya penggugat

menghubungkan jawaban tergugat satu point 5,6,7, dan 8

sebagai bentuk dan kesimpulan terang bahwa tergugat satu

telah mengambil alih hak orang lain secara melawan hukum

dengan berlindung pada alasan yang menurut penggugat

sebagai alasan meng- ada-ada.

Bahwa Tuntutan Penggugat atas Sita Jaminan Yang

diletakkan sah atau berharga tidak berlaku karena Penggugat

Tidak mempunyai Dasar Hukum dan Bukan Orang Yang

Memiliki Hak Atas Obyek Sengketa

1. Bahwa tuntutan Penggugat agar dilakukan sita jaminan yang diletakkan sah atau berharga (point B Petitum) tidak

memenuhi syarat, karena dalil gugatan yang diajukan

Penggugat tidak mempunyai dasar hukum. Penggugat

bukanlah orang yang memiliki hak atas objek sengketa.

Menurut Sudikno Mertokusumo dalam buku Hukum Acara

Perdata Indonesia, karangan Liberty, Yogyakarta, tahun terbit

1998, hlm.63. “....dalam rangka menyelamatkan barang kepada

pemilik yang sebenarnya sita ini tidak dapat diterapkan

apabila keberadaan barang di bawah penguasaan tergugat

berdasarkan titel yang sah. Misalnya, melalui jual-beli, tukar

Page 29: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 29

menukar atau hibah dan sebagainya”. Bahwa oleh karena

Penggugat tidak memenuhi syarat atau alasan karena bukan

sebagai pemilik objek sengketa, serta tidak adanya fakta

tentang hal kepemilikan yang dibuktikan penggugat,

penggugat hanya menduga dan beralasan tentang adanya

tindakan tergugat untuk menggelapkan barang (objek

sengketa).

2. Bahwa penguasaan tanah objek sengketa oleh Para Tergugat bukanlah penguasaan tanpa hak, atau penguasaan yang

dilakukan bertentangan dengan hukum, melainkan

penguasaan yang didasarkan atas hak yang sah melalui

perjanjian jual beli. Dalam gugatannya, Penggugat

sesungguhnya tidak mampu menunjukkan fakta atau indikasi

tentang penguasaan hak oleh para tergugat, oleh karena itulah,

Para Tergugat memohon kepada majelis Hakim yang

memeriksa dan mengadili perkara ini untuk menolak

permohonan sita penggugat, berdasarkan ajaran : barang siapa

yang menguasi barang dianggap sebagai pemilik (bezit geld als

volkomen titel).

Bahwa Para Tergugat adalah Para Pembeli yang Beritikad

Baik, karena itu dasar hukum dan dasar fakta para tergugat

ajukan dimaksudkan agar penggugat menyadari bahwa dalil

gugatan Penggugat tidak memenuhi dasar hukum dan dasar

fakta, sehingga penggugat menyadari pula bahwa dalam

gugatan ini telah keliru, dan sadar bahwa gugatan tidak

memenuhi syarat untuk diajukan di persidangan.

1. Bahwa pada tanggal 20 September 1996, Tergugat Satu telah membeli sebidang tanah sawah dari Abdul Gani

(Orang Tua) Penggugat yang terletak di Serangin Desa

Kuang Kecamatan Taliwang seharga Rp.8.000.000,- dan

disaksikan pula oleh Kepala Desa dan Saksi-Saksi

lainnya (bukti kwitansi terlampir).

2. Bahwa adalah menjadi tidak benar dalil gugatan penggugat yang mengatakan bahwa pada tahun 1998, tergugat satu baru

merencanakan akan membeli tanah, dan tidak benar pula

harga dan bahwa tergugat satu tidak pernah membayarnya

sebagaimana dalil gugatan penggugat pada point 7 gugatan

penggugat (perbaikan), begitupun dengan dalil gugatan

penggugat point 8 dan seterusnya.

3. Bahwa atas dasar itulah, maka sangat beralasan hukum jika para tergugat dalam jawabannya mengajukan eksepsi

berkaitan dengan dasar hukum gugatan penggugat, dintaranya;

persona standing in judicio penggugat, kualifikasi dan

Page 30: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 30

kapasitas penggugat, letak objek tanah sengketa, dan lain

sebagainya.

Akhirnya, mengenai Perihal Gugatan (Obscuur libell); tidak

ada bantahan terhadap Eksepsi Tergugat II dan Tergugat III

(point 2.1. dan 2.2.) mengenai dalil gugatan dan petitum

penggugat :

1. Bahwa dalam gugatan yang disampaikan oleh Penggugat pada tanggal 20 Juli 2010 maupun perbaikan atas gugatan yang

disampaikan pada tanggal 3 September 2010. Tidak jelas

mengenai gugatan yang diajukan. Dalam gugatan tersebut

mengenai halnya ditulis oleh Penggugat:adalah Hal Gugatan.

Begitupun perbaikan yang telah diajukannya, tertulis : Hal :

Gugatan (Perbaikan). Dari formil ini saja, sesungguhnya

gugatan tersebut telah terlihat adanya kekaburan belum lagi

substansi gugatan yang membingungkan semua pihak. Dalam

ekspsi Tergugat II dan Tergugat III mengenai Gugatan

penggugat Obscuur Libell tidak ada bantahan, dengan

demikian ;

2. Bahwa disamping itu, telah mengakui kesalahan dalam gugatan, konstruksi gugatan, mencerminkan pula ketidakhati-

hatian dan ketidapkahaman penggugat dalam

menkonstruksikan gugatannya sehingga menimbulkan

semakin kaburnya dalil gugatan maupun tuntutan dalam

gugatan. Hal ini terlihat dari Dalil Gugatan dan Tuntutan,

dalam petitum penggugat pada point E (gugatan perbaikan)19

dan dalil gugatan point 1320, Dalil point 13 gugatan penggugat,

secara tegas menjelaskan bahwa yang mengalami kerugian

akibat penguasaan tanpa hak yang dilakukan oleh penggugat,

tergugat mengalami kerugian atas tanah tersebut mencapai

Rp.1.000.000.000,- (Satu Milyar). Sementara dalam petitumnya

Penggugat (Petitum Poin F) meminta kepada Majelis Hakim

yang memeriksa dan mengadili perkara ini untuk

“.........memerintahkan kepada para tergugat untuk

membayar kepada penggugat baik sendiri sendiri

maupun secara bersama sama sebesar kerugian atas

tanah tersebut di atas sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu

milyar rupiah) atas penguasaan tanah milik penggugat

oleh para tergugat secara melawan hukum”.

19 Petitum Penggugat PEIMAIR Point E menyebutkan bahwa “Membatalkan sertifikat atau

segala bentuk surat berkaitan dengan atas nama para penggugat atas tanah milik penggugat

yang dimaksud pada poitn 1 (satu) dan 2 (dua) tersebut di atas”. 20

Dalam Dalil Gugatan Point 13 menyatakan bahwa : “Akibat penguasaan tanpa hak

yang dilakukan oleh para penggugat maka tergugat mengalami kerugian atas tanah tersebut

berdasarkan harga pasar menc sejumlah pai Rp.1.000.0000.0000,- (Satu milyar)”.

Page 31: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 31

Artinya, antara dalil gugatan dan tuntutan tidak konsisten,

dan tidak memiliki korelasi (bahkan kontradiksi), bahwa

berdasarkan dalil gugatan dan tuntutan tersebut, maka pihak

Penggugatlah yang seharusnya membayar kerugian kepada

para tergugat.

Kedua, petitum point E dalam tuntutan penggugat

meminta kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili

perkara ini untuk : “membatalkan sertifikat atau segala bentuk

surat yang berkaitan dengan atas nama para penggugat atas

tanah milik penggugat yang dimaksud dalam point 1 (satu)

dan 2 (dua) tersebut diatas.” .

Berdasarkan tuntutan ini, maka jelas bahwa penggugat

meminta para penggugat untuk dibatalkan sertifikat dan

surat-surat lainnya. Sehingga, dengan demikian, Penggugat

sendirilah yang membatalkan sertifikat atau surat-suratnya

sendiri, karena penggugat sendiri yang meminta dibatalkannya

sertifikat dan surat-surat tersebut. Berdasarkan beberapa fakta

gugatan formil yang telah disampaikan penggugat kepada para

tegugat jelas bahwa gugatan penggugat sangat kabur (obscuur

libeell).

3. Bahwa dalam eksepsi yang diajukan oleh Para Tergugat, khususnya Tergugat II dan Tergugat III mengenai hal ini (point

2.2.) ternyata tidak dibantah atau ditangkis oleh Penggugat,

sehingga berarti penggugat mengakui dalil dan tuntutan

gugatan sebagaimana tertuang dalam gugatan penggugat pada

tanggal 3 September 2010 (gugatan perbaikan)21. Atas dasar

dan alasan-alasan tersebut di atas, maka dalam duplik ini kami

mohon kepada Mejelis Hakim Pengadilan Negeri Sumbawa

yang memeriksa dan mengadili perkara ini untuk menerima

alasan, bantahan dalam duplik ini dan eksepsi serta jawaban

yang telah diajukan oleh para tergugat.

Bahwa dari uraian dan alasan-alasan yang telah disampaikan dalam

eksepsi dan jawaban sebelumnya serta alasan dan bantahan-

bantahan Para Tergugat atas gugatan dan replik penggugat, maka

Para Tergugat Mohon Kepada Majelis Hakim yang mengadili dan

memutus perkara ini untuk berkenan menerimanya, dan Mohon

kiranya pula atas replik penggugat yang tidak menjawab alasan dan

bantahan Para Tergugat di dalam eksepsi dan jawabannya untuk

dapat dipertimbangkan sebagai pengakuan dari penggugat.

21 Dalam replik penggugat mengatakan tetap pada gugatannya tertanggal 20 juli 2010

yang telah diperbaiki pada tanggal 3 september 2010

Page 32: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 32

POKOK PERKARA

Bahwa dalam pokok perkara Para Tergugat tetap pada jawabannya

yang telah disampaikan oleh Tergugat I tertanggal 27 Oktober 2010

Perihal Eksepsi dan Jawaban Tergugat I, dan Jawaban Tergugat II

dan Tergugat III pada tanggal 3 Nopember 2010. Yang intinya bahwa:

1. Bahwa Objek Sengketa adalah merupakan milik para tergugat yang diperoleh dari jual beli yang sah.

2. Bahwa Para Tergugat tidak melakukan perbuatan melawan hukum

Dan untuk itu Para Tergugat dengan segala kerendahan hati, tetap

Mohon kepada Bapak Majelis Hakim Yang Mulia, Yang Memeriksa

dan Mengadili Perkara ini untuk berkenan menjatuhkan putusan

sebagai berikut :

DALAM EKSEPSI :

1. Menerima dan mengabulkan Eksepsi Para Tergugat untuk seluruhnya.

2. Menolak Gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan tidak dapat

diterima/Niet Ontvankelijk Verklaard.

3. Menghukum Penggugat untuk membayar seluruh biaya yang timbul dalam perkara ini.

DALAM POKOK PERKARA :

1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan tidak dapat

diterima/Niet Ontvankelijk Verklaard.

2. Menolak Permohonan Sita Jaminan Yang Diletakkan sah dan berharga;

3. Menghukum Penggugat untuk membayar keseluruhan biaya yang timbul dalam perkara ini.

Demkian Duplik yang kami ajukan, Atas waktu, perhatian dan

kebaikan Yang Mulia Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili

Perkara Perdata No. 30/Pdt.G/2010/PN-SBW Kami haturkan banyak

terima kasih.

Page 33: Duplik Kasus Perdata Mantan Sekda Ksb

Hal 33

Hormat Kami,

Kuasa Hukum Para Tergugat (Terguat I, Tergugat II dan Tergugat III)

Syahrul mustofa, SH.,MH D.a. Malik, S.H

Basri mulyani, S.H

Lalu ahyar supriadi, S.H