17
Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif Universitas Widyatama Bandung 19 Maret 2015 395 PERLINDUNGAN SISTEM HUKUM HAK CIPTA MELALUI UU NO. 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA BAGI KARYA KREATIF INDONESIA MEWUJUDKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF DALAM MEMASUKI MEA 2015 HAFIED NOOR BAGJA, SH., MKn [email protected] FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA Dr. NINA NURANI, S.H., M.Si. [email protected] FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMENT UNIVERSITAS WIDYATAMA Jl. Cikutra No. 204 A. Bandung. Indonesia ABSTRAK Perlindungan sistem hukum hak cipta memiliki peran strategis merupakan sarana mewujudkan pertumbuhan ekonomi kreatif dalam memasuki MEA 2015. Penelitian ini mengkaji perlindungan sistem hukum Hak Cipta melalui UU Hak Cipta 2014 bagi karya kreatif Indonesia dan mengkaji perlindungan sistem hak cipta melalui UUHak Cipta 2014 dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi kreatif Indonesia memasuki MEA 2015.. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif empiris. Yuridis normatif mengacu pada asas, norma hukum nasional dan internasional, dengan mengkaji data kepustakaan atau data sekunder yang terdiri atas bahan hukum primer, sekunder, tersier. dan menggunakan specifikasi penelitian deskriptif analisis. Faktor empiris adalah efektifitas pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk mencapai tujuannya. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlindungan sistem hukum melalui UUHC 2002 belum memadai dan belum efektif dilaksanakan, terbukti belum masifnya pendaftaran hak cipta. Sebagai upayanya, pemerintah menerbitkan UU Hak cipta 2014 sebagai penyempurnaan terhadap UUHC 2012., dan perlindungan sistem hak cipta melalui UU Hak Cipta 2014 diharapkan dapat mewujudkan pembangunan ekonomi kreatif Indonesia memasuki MEA 2015. Diperlukan langkah startegis Pemerintah antara lain dengan menerbitkan Peraturan pelaksanaan UHC 2014, dibentuknya struktur kelembagaaan terkait sebagai upaya peningkatan kesadaran pentingnya budaya penegakkan hak cipta. Key Word : Sistem Hukum, Hak Cipta, UU No. 28 Tahun 2008, Karya Kreatif, Ekonomi Kreatif Indonesia, MEA 2015 A. Pengantar Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan segera diberlakukan di Asean. menjelma sebagai pisau bermata dua. Di satu sisi adanya MEA dapat mempermudah produk Indonesia dipasarkan ke luar negeri, di sisi lain mengancam keberadaan produk asli Indonesia, terutama produk-produk yang belum didaftarkan antara lain sebagai hak cipta 1 Pembajakan karya dalam industri musik, teknologi informasi, penerbitan, film, dan animasi merupakan salah satu permasalahan utama terkait HKI di Indonesia 2 . Penegakkan hukum yang lemah 1 Agus Raharjo,MEA Ancam Hak Cipta Produk Lokal, 28 Oktober 2014, 03:17 WIBF,MEA Ancam Hak Cipta Produk Lokal _ Republika Online_files 2 Ibid menyebabkan pembajakan terus berkembang. Permasalahan hukum lainnya terkait hak cipta adalah plagiarisme terhadap karya tulis terutama untuk industri musik, fotografi, dan teknologi informasi. Lemahnya penegakkan hukum juga menjadi salah satu penyebab rendahnya jumlah karya kreatif yang melakukan pendaftaran HKI. demikian pula hasil ciptaan tersebut sangat sedikit di daftarkan 3 . Adapun faktor yang menyebabkan sedikitnya mendaftarkan karya ciptaannya selain disebabkan oleh ketidaktahuan, juga disebabkan oleh konsep budaya hukum yang berbeda yang melandasi konsep berfikir masyarakat Indonesia yakni bersifat komunal, artinya 3 ibid

E-004 - Hafied ... UU NO. 28 TAHUN 2014.pdf

  • Upload
    vandien

  • View
    230

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: E-004 - Hafied ... UU NO. 28 TAHUN 2014.pdf

Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif

Universitas Widyatama Bandung

19 Maret 2015

395

PERLINDUNGAN SISTEM HUKUM HAK CIPTA MELALUI UU NO. 28

TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA BAGI KARYA KREATIF

INDONESIA MEWUJUDKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF DALAM

MEMASUKI MEA 2015

HAFIED NOOR BAGJA, SH., MKn

[email protected]

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA

Dr. NINA NURANI, S.H., M.Si.

[email protected]

FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMENT UNIVERSITAS WIDYATAMA

Jl. Cikutra No. 204 A. Bandung. Indonesia

ABSTRAK

Perlindungan sistem hukum hak cipta memiliki peran strategis merupakan sarana mewujudkan

pertumbuhan ekonomi kreatif dalam memasuki MEA 2015. Penelitian ini mengkaji perlindungan sistem

hukum Hak Cipta melalui UU Hak Cipta 2014 bagi karya kreatif Indonesia dan mengkaji

perlindungan sistem hak cipta melalui UUHak Cipta 2014 dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi

kreatif Indonesia memasuki MEA 2015.. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis

normatif empiris. Yuridis normatif mengacu pada asas, norma hukum nasional dan internasional, dengan

mengkaji data kepustakaan atau data sekunder yang terdiri atas bahan hukum primer, sekunder, tersier.

dan menggunakan specifikasi penelitian deskriptif analisis. Faktor empiris adalah efektifitas

pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk mencapai tujuannya. Hasil penelitian

menunjukan bahwa perlindungan sistem hukum melalui UUHC 2002 belum memadai dan belum

efektif dilaksanakan, terbukti belum masifnya pendaftaran hak cipta. Sebagai upayanya, pemerintah

menerbitkan UU Hak cipta 2014 sebagai penyempurnaan terhadap UUHC 2012., dan perlindungan

sistem hak cipta melalui UU Hak Cipta 2014 diharapkan dapat mewujudkan pembangunan ekonomi

kreatif Indonesia memasuki MEA 2015. Diperlukan langkah startegis Pemerintah antara lain dengan

menerbitkan Peraturan pelaksanaan UHC 2014, dibentuknya struktur kelembagaaan terkait sebagai

upaya peningkatan kesadaran pentingnya budaya penegakkan hak cipta.

Key Word : Sistem Hukum, Hak Cipta, UU No. 28 Tahun 2008, Karya Kreatif, Ekonomi Kreatif

Indonesia, MEA 2015

A. Pengantar

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

yang akan segera diberlakukan di Asean.

menjelma sebagai pisau bermata dua. Di satu

sisi adanya MEA dapat mempermudah

produk Indonesia dipasarkan ke luar negeri,

di sisi lain mengancam keberadaan produk

asli Indonesia, terutama produk-produk yang

belum didaftarkan antara lain sebagai hak

cipta1 Pembajakan karya dalam industri

musik, teknologi informasi, penerbitan, film,

dan animasi merupakan salah satu

permasalahan utama terkait HKI di

Indonesia2. Penegakkan hukum yang lemah

1 Agus Raharjo,MEA Ancam Hak Cipta Produk Lokal,

28 Oktober 2014, 03:17 WIBF,MEA Ancam Hak

Cipta Produk Lokal _ Republika Online_files 2 Ibid

menyebabkan pembajakan terus

berkembang. Permasalahan hukum lainnya

terkait hak cipta adalah plagiarisme terhadap

karya tulis terutama untuk industri musik,

fotografi, dan teknologi informasi.

Lemahnya penegakkan hukum juga menjadi

salah satu penyebab rendahnya jumlah karya

kreatif yang melakukan pendaftaran HKI.

demikian pula hasil ciptaan tersebut sangat

sedikit di daftarkan3. Adapun faktor yang

menyebabkan sedikitnya mendaftarkan karya

ciptaannya selain disebabkan oleh

ketidaktahuan, juga disebabkan oleh konsep

budaya hukum yang berbeda yang

melandasi konsep berfikir masyarakat

Indonesia yakni bersifat komunal, artinya

3 ibid

Page 2: E-004 - Hafied ... UU NO. 28 TAHUN 2014.pdf

Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif

Universitas Widyatama Bandung

19 Maret 2015

396

karya yang dihasilkan dipahami sebagai

milik bersama yang dimiliki oleh keluarga

atau masyarakat adatnya. Lain halnya

dengan budaya hukum yang melatar

belakangi masyarakat negara-negara barat

yang lebih mengedepankan kepentingan hak-

hak individu dengan watak kapitalis4.

Regim hak cipta sebagai bagian dari

HKI yang lahir dari perdagangan bebas ini

mengacu pada prinsip-prinsip perdagangan

bebas yang menuntut persamaan. Semua

pihak dianggap sebagai “gladiator” yang

harus mampu bertahan dalam pertarungan.

Prinsip “survival for the fittest” ( siapa yang

terkuat yang akan bertahan ). Negara miskin

dan berkembang akan menjadi “bulan-

bulanan” negara maju yang sudah lebih

mapan konsep HKI-nya.

Indonesia merupakan negara yang

sangat kaya dengan keanekaragaman etnik

dan budaya yang melahirkan cita rasa seni

mewujud pada berbagai produk budaya.

Wujud kreatifitas “Orang Indonesia” yang

diwarnai keberagaman etnik, lingkungan,

topografi dan religiusitas telah dikenal sejak

lama, bahkan sampai mancanegara5

Indonesia merupakan salah satu negara

berkembang yang menjadi peserta Agreement

Establishing the World Trade Organisation.

Dengan demikian, Indonesia juga menjadi

peserta Agreement on Trade Related Aspects

of Intellectual Property Rights atau

persetujuan TRIPs.

Sebagai tindak lanjut dari

keikutsertaan Indonesia tersebut, Indonesia

telah memiliki sistem Hak Kekayaan

Intelektual (HKI) yang meliputi hak cipta

(UU No. 12/2002), yang telah diperbahrui

menjadi UU No. 28/ 2014, paten (UU No.

14/2001), dan merk (UU No. 15/2001).

Sejak 20 Desember 2000, HKI di Indonesia

telah diperkaya dengan “rahasia dagang”

(UU No.30/2000), “desain industri” (UU No.

4 Anonim, Perlindungan Bidang Karya Cipta Seni Di

Bali, Tesis S2 Fakultas Hukum Universitas Udayana.

http//www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-432-

1030486153-thesisi.pdf 5 Fathoni, Membangun Paradigma Penegakkan Hukum

Yang Berkeadilan Dalam Penyelesaian Sengketa

HAKI, 29 Juni 2013,hukum.kompasiana.com.

31/ 2001), dan “desain tata letak sirkuit

terpadu” (UU No. 32/2000). 6

Era globalisasi merupakan suatu

perubahan dalam tata hubungan atau

konektivitas telah mengubah untuk bertukar

informasi, berproduksi, berdagang, dan

berkonsumsi dari produk-produk budaya dan

teknologi dari berbagai tempat di dunia.

Dunia menjadi tempat yang sangat dinamis

dan kompleks, sehingga kreativitas dan

pengetahuan menjadi suatu aset yang tak

ternilai dalam kompetisi dan pengembangan

ekonomi. Kemunculan konsep ekonomi

kreatif di era globalisasi ini, telah menarik

minat berbagai negara untuk menggunakan

konsep ini sebagai model pengembangan

ekonomi, termasuk di Indonesia.7

Pengembangan ekonomi kreatif

2015–2019 diarahkan pada pengarus

utamaan ekonomi kreatif pada setiap sektor

yang menjadi fokus pembangunan nasional

dan pengembangan sub sektor ekonomi

kreatif yang difokuskan pada pengembangan

lima belas kelompok industri kreatif.

adalah8: (1) arsitektur; (2) desain; (3) film,

video, dan fotografi; (4) kuliner; (5)

kerajinan; (6) mode; (7) musik; (8)

penerbitan; (9) permainan interaktif; (10)

periklanan; (11) penelitian dan

pengembangan; (12) seni rupa; (13) seni

pertunjukan; (14) teknologi informasi; dan

(15) televisi dan radio.9

Berdasarkan buku Ekonomi Kreatif:

Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025

(Kemenparekraf 2014), terdapat empat

prinsip utama yang menjadi landasan dalam

6 Rosnidar Sembiring, Perlindungan HAKI Terhadap

Karya-Karya Tradisional Masyarakat Adat, hlm 67,

repository.usu.ac.id 7 Faisal Afiff,, Pilar-Pilar Ekonomi Kreatif, 12 April

2012,file:///F:/ Pilar-Pilar Ekonomi Kreatif,

%20_%20Fakultas%20Ekonomi%20dan%20Bisnis%2

0Universitas%20Padjadjaran%20-

%20Official%20Website.htm#top 8 Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan Baru

Indonesia Menuju 2025. 2014@Kementrian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif. Rencana Aksi Jangka Menengah

2015-2019, hlm 108-109,

http://gov.indonesiakreatif.net/wordpress/

wp.content/uploads/

2014/MEA2015/12/RPJM_Ekonomi% 20kreatif.pdf 9 Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan Baru

Indonesia, hlm 38

Page 3: E-004 - Hafied ... UU NO. 28 TAHUN 2014.pdf

Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif

Universitas Widyatama Bandung

19 Maret 2015

397

pengembangan ekonomi kreatif 2015–2019

yaitu:10

pertama, penguasaan iptek dalam

Pemberdayaan SDM kreatif meningkatkan

kemampuan memanfaatkan iptek, Kedua,

“Design thinking” merupakan kolaborasi

ilmu dan kreativitas menambahkan nilai

identitas budaya dan nilai tambah (added

value) baik secara ekonomis, fungsional,

sosial, dan estetika Ketiga, seni dan budaya

sebagai inspirasi menciptakan keunikan

sebagai daya saing karya kreatif memperkuat

jati diri, persatuan, kesatuan, dan eksistensi

bangsa Indonesia di forum internasional.

Keempat, media sebagai saluran distribusi

dan presentasi karya dan konten kreatif

mengkomunikasikan karya-karya kreatif

lokal yang berkualitas sehingga dapat diakui

dan diapresiasi di dalam maupun di luar

negeri.11

Pengarusutamaan ekonomi kreatif

yang dimaksud adalah bagaimana agar

seluruh sektor pembangunan dapat

memanfaatkan ekonomi kreatif dalam

menciptakan nilai tambah 12

nilai ekonomi

dan membuka lapangan pekerjaan baru

melalui eksplorasi HKI termasuk hak cipta,

terutama sumbangannya yang signifikan

terhadap GDP suatu negara13

Pada 2013,

ekspor produk kreatif mencapai Rp119

triliun (10 miliar dollar AS) yang naik

delapan persen dibanding 2012, menurut

data Kementerian Parawisata dan Ekonomi

Kreatif. Sedangkan kontribusi industri

kreatif terhadap PDB pada 2013, tidak jauh

berbeda dengan 2012, di kisaran 6,9 persen

atau di posisi ke-tujuh, senilai Rp 573 triliun

dari sektor-sektor ekonomi lainnya.14

Ekonomi kreatif merupakan

penyumbang PDB Atas Dasar Harga Berlaku

(ADHB) terbesar ketujuh dari sepuluh sektor

ekonomi penyumbang pertumbuhan

ekonomi. Pada tahun 2010–2013,nilai PDB

(ADHB) ekonomi kreatif rata-rata sebesar

10 ibid 11 Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan

Baru Indonesia , op.cit, hlm37 12 ibid 13Faisal Afiff,, Pilar-Pilar Ekonomi Kreatif , op.cit 14Rivhaldi Akhbar, Perkembangan Haki Pada Industri

kreatif, 07 April 2014

sumber: http://www.parekraf.go.id/asp/detil.asp?c=22

&id=2359

555 triliun dengan kontribusi rata-rata 7,1%

terhadap PDB nasional. Ekonomi kreatif

memiliki kontribusi di atas sektor ekonomi

utama Keuangan, Real Estat, dan Jasa

Perusahaan; Pengangkutan dan Komunikasi;

dan Listrik, Gas,dan Air BersihNilai

kontribusi PDB Atas Dasar Harga Berlaku

(ADHB) Ekonomi kreatif pada semester

Itahun 2014 dibandingkan semester I tahun

2013 mengalami peningkatan yang positif

yaitu sebesar 10,8%, atau mengalami

peningkatan dari 311,4 triliun rupiah

menjadi 345 triliun rupiah15

Dalam

perdagangan bebas HKI termasuk hak cipta

menjadi salah satu primadona di WTO,

karena semua produk ataupun jasa yang

diperdagangkan sudah pasti melekat HKI

sehingga negara maju yang merupakan

negara industri merasa sangat

berkepentingan, untuk mendukung

penyeragaman hukum di bidang HKI dengan

cara mewajibkan Negara-negara anggota

WTO16

untuk meratifikasi kovensi atau

protokol internasional yang termuat di dalam

TRIPs.

Apresiasi dan literasi mengenai hak

cipta sebagai bagian HKI di masyarakat

secara umum masih rendah, termasuk oleh

orang-orang kreatifnya sendiri. Sampai saat

ini, terdapat perbedaan persepsi tentang

penting atau tidaknya mengurus hak cipta

karya kreatif di antara orang-orang kreatif.

Sebagian berpendapat bahwa memiliki hak

cipta tidak terlalu berpengaruh kepada

perkembangan bisnisnya dan mengurus hak

cipta terlalu menyita waktu dan biaya yang

tidak sepadan dengan manfaat yang

diterima. Sebagian lagi berpendapat saat ini

HKI semakin penting dan pengurusannya

sudah semakin cepat, mudah, dan murah.

15 Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan

Baru Indonesia Menuju 2025. 2014@Kementrian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Rencana Aksi Jangka

Menengah 2015-2019, hlm 108-109,

http://gov.indonesiakreatif.net/wordpress/

wp.content/uploads/

2014/MEA2015/12/RPJM_Ekonomi% 20kreatif.pdf 16 Simona Bustani, S.H.,M.H , Potret Efektivitas

Penerapan Undang-Undang No. 19 Tahun 2002

tentang Hak Cipta, Journal Hukum Prioris , vol 4, No.

2 , 2014, journal.trisakti.ac.id

Page 4: E-004 - Hafied ... UU NO. 28 TAHUN 2014.pdf

Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif

Universitas Widyatama Bandung

19 Maret 2015

398

Oleh karena itu perlu dilakukan

upaya peningkatan pengetahuan Hak cipta

orang kreatif. Selain itu, upaya mengedukasi

masyarakat luas mengenai hak cipta secara

berkualitas dan berkelanjutan. Adanya

kelembagaan dan pusat informasi hak cipta

di daerah-daerah dapat membantu proses

edukasi, advokasi, dan pendaftaran hak

cipta17

Salah satu terobosan positif

pemerintah adalah disahkannya UU Hak

Cipta 2014 pada tanggal 16 Oktober tahun

2014 untuk menyempurnakan UU Hak Cipta

2002 yang diharapkan dapatmemberikan

potensi dampak positifnya dirasakan oleh

para pencipta antara lain oleh industri musik

dengan tidak diperbolehkannya lagi sistem

jual atau beli putus karya musik; hak

pencipta akan kembali lagi setelah 25 tahun

untuk kasus jual atau beli putus yang sudah

terjadi18

; adanya penegasan hukuman untuk

pelanggaran hak cipta, terutama pembajakan

di internet dan pusat perbelanjaan (shopping

mall); diciptakannya dua jenis Lembaga

Manajemen Kolektif yaitu untuk hak cipta

dan hak terkait; adanya penegasan pemilik

master rekaman untuk mempunyai hak atas

performing rights; dan dibentuknya sistem

database musik nasional berbasis Teknologi

Informasi (TI) yang transparan dan netral19

Berdsaarkan pemikiran tersebut di atas

penulis tertarilk untuk mengkaji bagaimana

perlindungan sistem hukum Hak Cipta

dalam UU No. 28 tahun 2014 bagi karya

kreatif Indonesia dan mengkaji bagaimana

perlindungan sistem hak cipta melalui UU

No. 28 tahun 2014 dalam mewujudkan

17 Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan,

op.cit hlm 224/ 18 Agus Raharjo, Masyarakat Ekonomi ASEAN Ancam

HAKI, Kementrian Hukum dan HAM RI Badan

Pembinaan Hukum Nasional. Pusat Dokumentasi dan

Jaringan Infomasi Hukum Nasional, Republika, 30

Oktober 2014 Agus Raharjo, Masyarakat Ekonomi

ASEAN Ancam HAKI, Kementrian Hukum dan HAM

RI Badan Pembinaan Hukum Nasional. Pusat

Dokumentasi dan Jaringan Infomasi Hukum Nasional,

Republika, 30 oktober

2014.http://perpustakaan.bphn.go.id/index.php/searchk

atalog/downloadDatabyld/54197/30-10-14_25514.pdf 19 Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan,

op.cit..

pertumbuhan ekonomi kreatif Indonesia

memasuki MEA 2015..

B. Landasan Teori

Diterbitkannya UU No. 28 Tahun

2014 tertanggal 16 Oktober 2014 tentang

Hak Cipta merupakan sistem hukum

perlindungan hak cipta bagi karya kreatif

Indonesia sebagai penyempurnaan terhadap

UU Hak Cipta 2002. UU Hak Cipta 2002

tidak mampu mengantisipasi pelanggaran

hak cipta sehingga perlu dilakukan

pembaharuan hukum sebagai upaya

meningkatkan pertumbuhan ekonomi

kreatif dalam memasuki MEA 2015 berpijak

pada konsep pembangunan.20

menurut

Mochtar Kusumaatmadja21

dalam”Teori

Pembangunan Hukum” , menyatakan bahwa

peranan hukum dalam pembangunan

adalah menjamin bahwa perubahan itu

terjadi dengan cara teratur.22

” Hukum

merupakan sarana pembaharuan masyarakat

dalam arti kaidah atau peraturan hukum

berfungsi sebagai alat pengatur atau

sarana pembangunan .” Sunaryati Hartono

menyatakan bahwa makna pembangunan

hukum meliputi:23

(a). menyempurnakan;

(b) mengubah agar menjadi lebih baik dan

modern (c) mengadakan sesuatu yang

sebelumnya belum ada, dan (d) meniadakan

sesuatu yang terdapat dalam sistem lama.

Agar pembangunan berjalan

proporsional diperlukan kepastian hukum,

diwujudkan tersedia perangkat hukum yang

memadai,24

dalam upaya meningkatkan

kesadaran hukum masyarakat dan pelaku

bisnis dengan memperhatikan empat

indikator kesadaran hukum, yang masing- 20 ibid 21 Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Masyarakat, dan

Pembinaan Hukum Nasional, Binacipta, Bandung,

1976, pada Nina Nurani ”IPR Protection On Workss

of Industrial Design Craetivuty For Micro Small And

Medium Industry As an effort To Improve National

Competitiveness In Free Trade, hlm 2. 22 ibid 23 Sunaryati Hartono, Sejarah Perkembangan

Hukum Nasional Indonesia Menuju Sistem Hukum

Nasional, makalah, 1991 pada ibid. 24 Ranti Fauza M, Perlindungan Desain Dikaitkan

dengan Pembangunan Ekonomi Indonesia Dalam Era

Perdagangan Bebas, Disertasi, Unpad, April 2002,

hlm 44.

Page 5: E-004 - Hafied ... UU NO. 28 TAHUN 2014.pdf

Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif

Universitas Widyatama Bandung

19 Maret 2015

399

masing merupakan suatu tahapan bagi tahapan

berikutnya, yaitu: (1) pengetahuan hukum (2).

pemahaman hukum (3). sikap hukum (4) pola

perilaku hukum masyarakat dan pelaku bisnis

dalam menembus pasar global memasuki

MEA 2015.

Oleh karena itu UU Hak Cipta 2014

sebagai salah sistem hukum HKI perlu

memenuhi subsistem substansi, sub sistem

struktur dan sub sistem budaya hukum25

selain memehuhi berbagai perspektif, yaitu

perspektif yuridis normatif, filosofis, dan

sosiologis. Perspektif yuridis normatif,

berlakunya hukum jika sesuai dengan

kaedah yag lebih tinggi (teori Stufenbau

dari Hans Kelsen) atau terbentuknya

sesuai dengan cara-cara yang ditetapkan

hukum26\

(teori W. Zevenbergen).

Perspektif filosofis, berlakunya hukum jika

sesuai dengan cita-cita hukum. Sedangkan

berlakunya perspektif sosiologis menurut

Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto,

mengkaji pengaruh dari kaedah hukum

tersebut27

Hal tersebut merupakan peran

negara yang harus responsif memberikan

perlindungan khusus terhadap para pencipta

karya kreatif indutri sesuai dengan konsep

modern welfare state.Marbun mengatakan

bahwa di dalam “welfare state” tugas

pemerintah harus aktif mensejahteraan

masyarakat28

Landasan perlindungan sistem

hukum hak cipta karya kreatif Indonesia

terdapat dalam teori antara lain;29

(1)

Reward theory, yaitu kepada pencipta perlu

diberikan penghargaan dan pengakuan serta

perlindungan hukum atas keberhasilan

upayanya dalam melahirkan produk barang

tersebut (2) Recovery theory, yaitu atas

usaha karya kreatif tersebut perlu diberikan

hak ekslusif untuk mengeksploitasi Hak

25 ibid 26 ibid 27 ibid 28 Marbun dan Mahfud, Pokok-pokok Hukum

Administrasi Negara, Liberty, Jogjakarta, hlm 45 . 29 Robert M. Sherwood, Intellectual Property and

Economic Development : Wesview Special Studies in

Science, Tecnology and Public Policy. Westview

Press Inc, San Fransisco, 1990, hlm.11-13 pada ibid

Nina Nurani ”IPR Protection Over, hlm.4.

Cipta guna meraih kembali apa yang telah

dikeluarkannnya; (3) Incentive theory yaitu

incentif perlu diberikan untuk merangsang

kreatifitas .30

Menurut Robert M. Sherwood

dalam Public Benefit Theory31

bahwa

pemilik karya kreatif harus dihargai dan

dilindungi hukum agar dapat didorong

kreatifitasnya menjadi dasar pertumbuhan

ekonomi kreatif mendukung daya saing

global dalam memasuki MEA 2015.

Menurut Jeremi Philips dan Allison Firth,

dalam teori “The Absolute Monopoly of

The Market“ pemilik hak cipta berhak

mencegah setiap orang untuk

menggunakan hak milik pada pasar yang

diatur oleh hukum yang melindunginya.

C. Metode Penelitian

Yuridis normatif dan empiris

yaitu penelitian yang mengacu pada norma-

norma hukum yang terdapat dalam

perundang-undangan nasional maupun

internasional, serta Undang No 6 tahun 1982

yang disempurnakan dengan Undang-

Undang No 7 Tahun 1987 dengan Undang-

Undang No12 Tahun 1997 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 6

Tahun 1982 sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun

1987. Selanjutnya pada tahun 2002 dengan

alasan untuk mendukung industri,

perdagangan dan investasi Pemerintah

Indonesia merevisi Peraturan perundang-

undangan Hak Cipta dengan Undang-

Undang No 19 Tahun 2002 Tentang Hak

Cipta, di singkat UUHC 2002 UU Hak

Cipta 2002 dan diperbaharui kembali melalui

UU Hak Cipta 2014, terkait pula dengan

Persetujuan TRIPs-WTO. Berne

Convention for the Protection of Literary

and Artistic Works. dengan Keputusan

Presiden Nomor 18Tahun1997 tentang

Berne Convention for the Protection of

Literary and Artistic Works dengan

menelusuri, meneliti, dan mengkaji objek

tersebut terhadap data kepustakaan atau

data sekunder, hasil penelitian dan literatur

lainnya.

30 ibid 31 Robert M. Sherwood, opcit, hlm 37.

Page 6: E-004 - Hafied ... UU NO. 28 TAHUN 2014.pdf

Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif

Universitas Widyatama Bandung

19 Maret 2015

400

Sedangkan faktor empiris adalah

efektifitas pelaksanaan ketentuan peraturan

perundang-undangan secara efektif dengan

mencapai tujuannya, dilakukan pada

beberapa pelaku usaha di Indonesia dan

negara lainnya,

Specifikasi penelitian menggunakan

deskriptif analisis, dengan tujuan

memberikan gambaran mengenai fakta-fakta

disertai analisa yang akurat mengenai

peraturan perundang-undangan sebagai

sistem hukum perlindungan terhadap karya

kreatif Indonesia yang berlaku dihubungkan

dengan teori-teori hukum dan praktek

pelaksanaannya sebagai upaya peningkatan

pertumbuhan ekonomi kreatif memasuki

MEA 2015.

Tahap penelitian melalui penelitian

kepustakaan dan pengumuman data

menggunakan studi dokumen. Analisa data

menggunakan data dan menarik kesimpulan

dari hasil penelitian. Kedua bahan hukum

data primer dan sekunder dianalisa dengan

metode kualitatif .

D. Pembahasan

1. Perlindungan Sistem Hukum Hak

Cipta Bagi Karya Kreatif

Indonesa Melalui UU N0. 28

Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

Perlindungan Sistem hukum bagi

karya kreatif di Indonesia khususnya, karya

seni, sastra, ilmu pengetahuan tertuang dalam

Undang -Undang No.19 tahun 2002 tentang

Hak Cipta (UUHC 2002), menyatakan

bahwa Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi

pencipta dan penerima hak untuk

mengumumkan.32

Undang-undang Hak

Cipta tersebut merupakan instrument yang

tidak dapat di lepaskan dalam mendorong

perlindungan hukum terhadap karya kreatif

secara komprehensif di bidang HKI.

Perlindungan hukum yang

diberikan terhadap Hak Cipta

dimaksudkan untuk merangsang aktivitas

kreatif para pencipta untuk menciptakan

suatu hal baru yang berguna untuk

32 Anonim, Perlindungan Bidang Karya Cipta Seni

Di Bali, op.cit

masyarakat33

Hal ini sejalan dengan

Incentive theory yaitu incentif perlu

diberikan untuk merangsang kreatifitas .34

Oleh karena itu sejalan dengan Reward

theory, yaitu kepada para penghasil karya

kreatif perlu diberikan penghargaan

berupa pengakuan serta perlindungan

hukum atas keberhasilan upayanya dalam

melahirkan produk barang tersebut. Sejalan

pula dengan Recovery theory, yaitu atas

usaha karya kreatif penemu kreatifitas telah

mengeluarkan tenaga,fikiran, waktu dan

biaya. Oleh karena itu perlu diberikan hak

ekslusif untuk mengeksploitasi HKI guna

meraih kembali apa yang telah

dikeluarkannnya.35

dan Allison Firth,

dalam teori “The Absolute Monopoly of

The Market“ pemilik karya kreatif berhak

mencegah setiap orang untuk

menggunakan hak milik pada pasar yang

diatur oleh hukum yang melindunginya36

dalam hal ini UU Hak Cipta.

Dengan demikian hal yang

mendorong usaha sangat dominan

masyarakat Internasional, termasuk

Indonesia untuk memberikan perhatian dan

pengaturan HKI dengan tujuan akhir

menciptakan keadilan dan tertib hukum

yang bersifat universal berdasarkan suatu

perangkat hukum tentang HKI37

dalam hal ini

UU Hak Cipta.

Indonesia sebagai anggota WTO

berkewajiban untuk meratifikasi

adalahAgrement on Trade Related Aspects of

Intellectual Property Rightsyang disingkat

dengan TRIPs. TRIPs merupakan berbagai

ketentuan internasional di bidang HKI.

Dalam perdagangan bebas HKI menjadi

salah satu primadona di WTO, karena semua

produk ataupun jasa yang diperdagangkan

sudah pasti melekat HKI. Sehingga negara

maju yang merupakan negara industri

merasa sangat berkepentingan, untuk

33 Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak Cipta

Berkaitan Dengan Perlindungan Hukum Terhadap

Karya Cipta Seni Karawitan Instrumental Bali, Unud

hlm 10 karawitan, Program Pascasarjana, universitas

Udayana,Denpasar,2012, pps.unud.ac.id. 34 ibid 35 ibid 36 ibid 37 op,cit hlm 2

Page 7: E-004 - Hafied ... UU NO. 28 TAHUN 2014.pdf

Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif

Universitas Widyatama Bandung

19 Maret 2015

401

mendukung penyeragaman hukum di bidang

HKI dengan cara mewajibkan Negara-negara

anggota WTO untuk meratifikasi kovensi

atau protokol internasional yang termuat di

dalam TRIPs

Salah satunya ketentuan yang harus

diratifikasi adalah Berne Convention for the

Protection of Literary and Artistic Works.

dengan Keputusan Presiden Nomor

18Tahun1997 tentang Berne Convention for

the Protection of Literary and Artistic

Works. Oleh karena itu, Pemerintah

Indonesia melakukan perubahan terhadap

Undang-Undang No 6 tahun 1982yang

disempurnakan dengan Undang-Undang No

7 Tahun 1987 dengan Undang-Undang No12

Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 1982

sebagaimanatelah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 7 tahun 1987.

Selanjutnya pada tahun 2002 dengan

alasan untuk mendukung industri,

perdagangan dan investasi Pemerintah

Indonesia merevisi Peraturan perundang-

undangan Hak Cipta dengan Undang-

Undang No 19 Tahun 2002 Tentang Hak

Cipta, di singkat UUHC 200238

. Namun,

lahirnya UUHC 2002 tidak mampu

mengantisipasi pelanggaran hak cipta. Hal

ini dapat dilihat berdasarkan data yang

dilaporkan oleh Timnas HKI telah terkumpul

Pembajakan karya cipta dilaksankan secara

terselubung oleh beberapa produser. Lagu-

lagu yang sudah direkam puluhan tahun

dewasa ini muncul kembali dipasaran

tanpa meminta izin dari pencipta lagu

tersebut39

.Selain itu, pelanggaran hak cipta

yang bersandar pada filosofi individual, di

Indonesia juga sering terjadi pelanggaran

karya folklore oleh pihak asing seperti tari

pendet, reog ponorogo dan masih banyak

lagi yang sampai saat ini diselesaikan secara

diplomasi antara Indonesia dan Malaysia.40

Hukum menurut Donald Black

adalah kaidah hukum yang dirumuskan

dalam undang-undang. Dengan merujuk

principle of efektiveness dari Hans Kelsen,

38 ibid 39 ibid 40 Simona Bustani, S.H.,M.H , Potret Efektivitas

Penerapan

realita hukum artinya orang seharusnya

bertingkah laku atau bersikap sesuai dengan

tata kaidah hukum atau, dengan kata lain

realita hukum adalah hukum dalam

tindakan4142

. Efektifitas berfungsinya hukum

dalam suatu masyarakat erat kaitannya

dengan kesadaran hukum dari warga

masyarakat Bahwa tidak ada hukum yang

mengikat warga-warga masyarakat kecuali

atas dasar kesadaran hukumnya

(Rechtsgehful). Hal tersebut merupakan

suatu aspek dari kesadaran hukum, sering

dikaitkan dengan penataan hukum,

pembentukan hukum dan efektifitas hukum43

masyarakat.

Dari empat indikator kesadaran

hukum, yang masing-masing merupakan suatu

tahapan bagi tahapan berikutnya, yaitu: (1)

Pengetahuan Hukum (2). Pemahaman Hukum

(3). Sikap Hukum (4) Pola Perilaku

Hukum4445

, kurangnya pengetahuan pengasil

karya kreatif dalam memberikan arti terhadap

keberadaan hak cipta, maka persoalan besar

berupa berbagai kasus pelanggaran Hak

Cipta telah merugikan pencipta, masih

dirasakan belum mendesak. Ketika sebuah

misi kesenian Bali mengadakan pementasan

di beberapa kota seperti Paris, London,

Montreal dan San Fransisco. Pementasan

tersebut direkam dalam bentuk “Nonsach”

yang sampai kini beredar secara luas dan

digemari oleh ribuan pencinta gamelan Bali

di luar negeri. Para seniman tersebut merasa

senang dapat mempromosikan Bali di luar

negeri, walupun tidak pernah menikmati

“royalty-fees” ( imbalan ) dari rekaman yang

beredar46

.2

Perkembangan teknologi, industri,

perdagangan dan investasi serta tingginya

pelanggaran hak cipta untuk keikutsertaan

dalam perdagangan bebas, telah mendesak

41 ibid 42 Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak, hlm 20 43 ibid 44Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak,op.cit

hlm 24 45 ibid

46 Bandem. I Made, 1992/1993. Peranan Seniman Bali

dalam Masyarakat, Dalam Kongres Kebudayaan 1991 :

Kebudayaan Nasional : Kini dan di Masa Depan. Jakarta

: Departemen Pendidikan Kebudayaan , hal 90. Gede

Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak Cipta Berkaitan ..

Page 8: E-004 - Hafied ... UU NO. 28 TAHUN 2014.pdf

Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif

Universitas Widyatama Bandung

19 Maret 2015

402

Pemerintah untuk merevisi terhadap UUHC

200247

yaitu dengan melahirkan UU Hak

Cipta terbaru yaitu UU No. 28 Tahun 2014

dengan pertimbangan sebagai berikut::48

2

1. Bangsa Indonesia memiliki

keanekaragaman hayati etnik/ suku dan

budaya serta kekayaan dibidang ilmu

pengetahuan, seni dan sastra.

2. Negara Indonesia telah menjadi

anggotaberbagai

konvensi/perjanjianInternasional di

bidang hak kekayaan intelektual

termasuk hak cipta yang memerlukan

pengejawantan lebih lanjut dalam

sistem hukum nasionalnya.

3. Adanya perkembangan yang pesat di

bidang teknologi informasi dan komunikasi,

perdagangan, industri, dan investasi,

sehingga memerlukan peningkatan

perlindungan bagi pencipta, pemegang

hak cipta dan pemilik hak terkait

dengan tetap memperhatikan

kepentingan masyarakat luas.

Sejalan dengan pendapat Radbrucht,

UU Hak Cipta 2014 diharapkan mampu

memenuhi konstruksi hukum yaitu mampu

memenuhi fungsi aspek keadilan (

kemampuan menunjukkan kesamaan hak

didepan hukum), aspek kemanfaatan (

kemampuan menunjukkan pada tujuan

keadilan) yaitu memajukan kebaikan dalam

hidup manusia dan aspek kepastian hukum

(menunjukkan jaminan bahwa hukum benar-

benar berfungsi sebagai peraturan yang

ditaati)49

. Menurut Freidman, hukum lahir

bukan hanya sebagai bangunan peraturan,

namun harus mampu menjalankan fungsinya

dalam menciptakan ketertiban. UU HC 2014

sebagai perlindungan sistem hukum bagi

karya kreatif diharapkan pula mampu

mewujudkan efeksititas sistem hukum. Oleh

karena itu UU Hak Cipta 2014 sebagai salah

47 Simona Bustani, S.H.,M.H , Potret Efektivitas

Penerapan 48 Pertimbangan Hukum Dalam Rancangan Undang-

Undang Republik Indonesia No… tahun… Tentang

HakCipta dalam Simona Bustani, S.H.,M.H , Potret

Efektivitas Penerapa 49 Bernard L Tanya, Yoan N Simanjutak, Markus Y.

Hage, Teori Hukum Stategi Tertib Manusia Lintas

Ruang dan Genarasi, (Yogyakarta: Genta Publishing,

2010) h 130 dalam Simona Bustani, S.H.,M.H.

sistem hukum HKI perlu memenuhi

subsistem substansi, sub sistem struktur dan

sub sistem budaya hukum50

selain memehuhi

berbagai perspektif, yaitu perspektif yuridis

normatif, filosofis, dan sosiologis.

Perspektif yuridis normatif, berlakunya

hukum jika sesuai dengan kaedah yag

lebih tinggi (teori Stufenbau dari Hans

Kelsen) atau terbentuknya sesuai dengan

cara-cara yang ditetapkan hukum51\

(teori

W. Zevenbergen). Perspektif filosofis,

berlakunya hukum jika sesuai dengan cita-

cita hukum. Sedangkan berlakunya

perspektif sosiologis menurut Purnadi

Purbacaraka dan Soerjono Soekanto,

mengkaji pengaruh dari kaedah hukum

tersebut52

Apabila dikaitkan antara subsistem

substansi UU Hak Cipta tahun 2014 yang

berisi norma-norma hukum, berupa

peraturan-peraturan yang digunakan,

merupakan rantai pengikat dari rangkaian

aspek aspek yang lain yaitu komponen

struktur dan komponen budaya hukum.53

4

Dengan memperhatikan ketiga persfektif

tersebut di atas UU Hak Cipta tahun 2014

tersebut sesuai dengan berlakunya sistem

hukum yang dapat dilihat dalam Undang-

undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak

Cipta yang diterapkan dalam masyarakat

dimana kaedah hukum tersebut dapat

berpengaruh positif ataupun negatif54

Mengingat UU Hak Cipta tahun

2014 tersebut lebih komprehenshif bila

dibandingkan dengan UU Hak Cipta tahun

2012 diharapkan dapat berpengaruh positif.

Perbandingan substansi kedua pengaturan

Hak Cipta tersebut dapat dirinci sebagai

berikut:55

:

1. Fungsi hak cipta

Pasal 2 UUHC 2002 lebih sempit

pengaturannya karena hanya memuat hak

50 Nina Nurani ”IPR Protection On Workss of

Industrial Design Craetivuty For Micro Small And

Medium Industry As an effort To Improve National

Competitiveness In Free Trade 51 ibid 52

ibid 53

ibid 54

ibid 55

Simona Bustani, S.H.,M.H , Potret Efektivitas

Penerapan

Page 9: E-004 - Hafied ... UU NO. 28 TAHUN 2014.pdf

Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif

Universitas Widyatama Bandung

19 Maret 2015

403

ekonomi dibandingkan dengan Pasal 2

ayat (1) dan ayat (2) UUHC 2014 yang

lebih jelas dan lugas, karena memuat hak

ekonomi dan hak moralnya .

yang tertuang dalam Pasal 2 ayat (1)

UUHC 2002:

“Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi

pencipta dan pemegang hak cipta untuk

mengumumkan dan memperbanyak

ciptaannya yang timbul secara otomatis

setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa

mengurangi pembatasan menurut

peraturan per undang-undangan yang

berlaku.”

Dalam Pasal 2 ayat (1) UUHC 2002

tersebut fungsi hak cipta hanya dibatasi

pada hak ekonominya saja, sedangkan

hak moralnya dijumpai pada Pasal 24

UUHC 2002. Apabila dibandingkan

dengan Pasal 2 UUHC 2014 yang

menjabarkan fhak cipta sebagai hak

subyektif lebih luas dan lengkap, yaitu:

1. Fungsi hak cipta

(1) Hak cipta merupakan hak eksklusif

yang timbul secara otomatis setelah

suatu ciptaan dilahirkan dalam

bentuk nyata.

(2) Hak eksklusif sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas hak ekonomi dan hak

moral.

2. Definsi Ciptaan

Pasal 1 angka 3 UUHC 2014

mendefinisikan ciptaan, adalah:Setiap

hasil karya cipta di bidang ilmu

pengetahuan, seni dan satra yang

diekspresikan atau diwujudkan dalam

bentuk nyata. Sedangkan Pasal 1 angka 3

UUHC 2002 , yang isinya: Ciptaan

adalah hasil setiap karya Pencipta yang

menunjukkan keasliannya dalam

lapangan ilmu pengetahuan, seni dan

sastra

3. Perlindungan Hak Pelaku

Rekaman suara dan / atau gambar

pertunjukkannya tertuang dalam Pasal 49

ayat (1) UUHC 2002, perlindungan hak

pelaku diatur secara sumir tanpa

menyebutkan pelanggaran hukum yang

menyertainya, hal ini berbeda dengan

pengaturan dalam UUHC 2014 dapat

diprediksi memberikan kontribusi yang

cukup signifikan mewujudkan efektivitas

hukum dalam melindungi hak cipta di

Indonesia. Diharapkan prediksi ini dapat

menjadi kenyataan untuk memberi

perlindungan hak cipta yang cukup

efektif dikemudian hari.

4. Jangka Waktu

Mengenai jangka waktu perlindungan hak

cipta yang lebih panjang, dalam Pasal 29

ayat (1) UUHC 2002 disebutkan bahwa

jangka waktu perlindungan hak cipta

adalah selama hidup pencipta dan

berlangsung hingga 50 tahun setelah

pencipta meninggal dunia, sedangkan

dalam UUHC 2014 , masa berlaku hak

cipta dibagi menjadi dua yaitu masa

berlaku hak moral dan hak ekonomi.

Pasal 58 ayat 2 UUHC 2014 memberikan

perlindungan hukum hak ekonomi bagi

karya cipta selama pencipta masih hidup

dan 70 tahun setelah pencipta meninggal

dunia

5. Sanksi

Dalam UUHC 2002, tidak mengenal

terminologi “pembajakan”, Dalam

UUHC 2014 menyebutknan sanksi pidana

10 tahun bagi pembajak56

Pembajakan

karya musik benar-benar ,emiskinkan

insan kreatif Indonesia, Insan pencipta

lagu kerap mengalami kerugian besar

karena tidak menikmati secara maksimal

hak enominya57

UUHC 2014 mengatur

ganti rugi finansial langsung dari pihak

pembajak di muka pengadilan. Pada saat

persidangan, hakim boleh mencantumkan

di amar putusan nominal ganti rugi.

Dengan demikian sanksi bagi pembajak

karya kreatif tidak hanya denda pidana

saja.58

Musik karya kreatif Indonesia di

dengar di berbagai negara terutama

Malaysia, brunei, singapura dan negara

negara tempat tenaga kerja Indonesea

berada59

potensial perintis untuk

56 Ahmad M Ramli, Ka Dirjen HKI Kemenkumham,

dalam Agus Raharjo, Masyarakat Ekonomi ASEAN

Ancaman HAKI ibid 57 Agus Raharjo, Masyarakat Ekonomi ASEAN

Ancaman HAKI 58 ibid 59 ibid

Page 10: E-004 - Hafied ... UU NO. 28 TAHUN 2014.pdf

Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif

Universitas Widyatama Bandung

19 Maret 2015

404

kemajuan karya kreatif indonesia pada

tataran regional.60

Unsur kedua yang juga memberi

pengaruh terhadap efektifitas penerapan

UUHC adalah sub sitem unsur struktur yang

merupakan kelembagaan dari ciptaan sistem

hukum misalnya pengadilan, ataupun

lembaga yang berperan dalam hukum untuk

menentukan proses pembentukan hukum dan

penerapannya dalam masyarakat. Dengan

demikian, Unsur struktur merupakan

institusi–institusi yang telah ditetapkan oleh

substansi yang merupakan aturan, norma dan

pola perilaku nyata manusia yang berada

dalam sistem itu.761

Komponen struktur

merupakan institusi-institusi yang telah

ditetapkan oleh substansi yang memuat

ketentuan hukum untuk melaksanakan,

menegakkan dan, mempertahankan serta

menerapkan ketentuan-ketentuan hukum

tersebut. Struktur hukum merupakan suatu

pola yang melihat bagaimana hukum

dijalankan menurut ketentuan formal.

Untuk mendukung pelaksanaan

penerapan UUHC 2014, maka dibentuk

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual didalam lingkup Kementerian

Hukum Dan HAM, dan untuk mendukung

efektivitas UUHC 2002 Pemerintah juga

membentuk Tim Nasional Penanggulangan

Pelanggaran HKI. Lahirnya Tim Nasional

berdasarkan Keputusan Presiden Republik

Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 (Timnas

HKI ). Timnas HKI bertujuan

menanggulangi pelanggaran di bidang HKI

dan menjaga kepentingan pemilik dan

pemegang hak HKI serta menjaga

kepentingan Negara berkaitan dengan

terganggunya hubungan perdagangan

internasional, akibat tingginya pelanggaran

HKI. Pembentukan Timnas HKI dianggap

penting, karena beberapa kali Indonesia

masuk dalam kategori priority watch list

berdasarkan hasil survey International

Intelectual Property Rights (IIPA) dan

United States Trade Representative (USTR).

Kedua lembaga ini memiliki 3 kriteria:

60Muhammad Samsudin Hardjakusumah ( Sam

Bimbo ) dalam ibid 61 ibid

1. Priority foreight country list yang

disingkat PFCL adalah Negara yang

masuk tingkatatau level satu pembajakan

HKI, sehingga bisa dikenakan sanksi

perdagangan berupapenundaan atau

pencabutan fasilitas generalized system of

preference (GSP).

2. Priority watch list yang disingkat PWL

adalah Negara menunjukkan tingkat atau

level dua pelanggaran HKI yang

pelanggarnnya cukup tinggi, sehingga

perlu mendapat pengawasan serius dari

mitra dagangnya.

3. Watch list yang disingkat WL adalah

Negara yang masuk daftar ini masih

melakukan pelanggaran dan pembajakan

HKI tetapi lebih ringan, sehingga Negara

yang masuk daftar ini cukup diawasi saja.

Selain itu, untuk mendukung penerapan

UUHC 2014, maka diluar adanya

kelembagaan yang resmi, memberikan

kesempatan terbentuknya Lembaga

Manajemen Kolektif Nasional62

yang

merupakan satu-satunya Lembaga yang

ditetapkan oleh Menteri merupakan

organisasi non Pemerintah yang berbentuk

badan hukum yang diberi kuasa oleh

pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik

hak terkait guna mengelola sebagian hak

ekonominya untuk menghimpun dan

mendistribusikan royalty pada pencipta atau

pemegang hak cipta yang berhak, sesuai

Pasal 1 angka 22 UUHC.

Selain itu, perlu dipertimbangkan instansi

atau lembaga terkait yang mengelola dan

mengurus berbagai hal yang terkait dengan

perlindungan ekspresi budaya tradisional,

agar perlindungan ekspresi budaya

tradisional dapat berlaku efektif dikemudian

hari63

.

Komponen yang ketiga adalah

budaya hukum yang merupakan komponen

yang terdiri dari nilai-nilai dan sikap-sikap

yang merupakan pengikat sistem serta

menentukan tempat hukum sebagai suatu

aturan ditengah kultur budaya secara

keseluruhan. UUHC 2014 diharapkan dapat

mengakomodasi Komponen budaya hukum,

hal yang penting dalam sistem hukum,

62 ibid 63 ibid

Page 11: E-004 - Hafied ... UU NO. 28 TAHUN 2014.pdf

Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif

Universitas Widyatama Bandung

19 Maret 2015

405

merupakan jiwa dari masyarakat yang

didasarkan atas nilai-nilai yang hidup di

masyarakat.64

8 Oleh karena itu, UUHC 2014

sebagai peraturan hukum yang ditaati

masyarakat, apabila peraturan hukum telah

disesuaikan dengan nilai yang hidup

dimasyarakat yang diwujudkan dalam

budaya hukum masyarakat dan akhirnya

mampu menciptakan peraturan hukum yang

efektif. Menurut Freidman, budaya hukum

adalah nilai-nilai dan sikap sikap yang

dipegang oleh para pemimpin atau penguasa

dan anggota masyarakat padaumumnya.

Sehingga budaya hukum meliputi budaya

hukum eksternal dan budaya hukum internal.

Budaya hukum eksternal adalah budaya

hukum pada populasi umum, sedangkan

budaya hukum internal adalah budaya

hukum anggota masyarakat. Berkaitan

dengan hal ini dapat terlihat, bahwa latar

belakang lahirnya UUHC 2002 lebih

didominasi kepentingan perdagangan bebas

dan atas desakkan WTO.sedangkan lahirnya

UUHC 2014 seperti telah diuarikan di atas

didominasi latar belakang perkembangan

pesat teknologi informasi dan komunikasi,

perdagangan, industri, dan investasi,

sehingga pemegang/pencipta memerlukan

peningkatan perlindungan65

yang lebih

komprehenshif dengan tetap memperhatikan

kepentingan masyarakat luas selain untuk

dapat mengoptimalkan potensi bangsa

Indonesia berupa keanekaragaman hayati

etnik/ suku dan budaya serta kekayaan

dibidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra.

Kelompok masyarakat/internal

adalah kelompok pengambil kebijakan atau

adalah penguasa atau yang disebut

Pemerintah menentukan politik hukum

ditentukan dengan kebijakan luar negeri

yang menjadi bagian dari diplomasi

internasional. Pada kelompok Pemerintah

landasan filosofinya ditentukan oleh

kebijakan internasional. Selain itu, dalam

kelompok kehidupan bermasyarakat, dikenal

juga masyarakat umum yang digolongkan

dalam budaya hukum eksternal, yang

ummunya adalah masyarakat umum yang

64 ibid 65 Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak, pada

op.cit

lebih kental dengan nilai komunal, yang

merupakan nilai yang telah dianut sebagai

filosofi bangsa Indonesia. Kedua kelompok

ini menjadi faktor yang menggambarkan

perilaku masyarakat secara keseluruhan..

UUHC 2014 perlu disosialisasikan dengan

baik, agar dapat terinternalisasi dan menjadi

budaya hukum masyarakat yang diwujudkan

dalam perilaku masyarakat taat hukum. dan

menimbulkan kesadaran hukum yang tinggi.,

timbul perasaan hukum, dimana UU

tersebut hukum dianggap sebagai kebutuhan

yang perlu ditaati menurut pendapat

Lawrence M. Freidman bahwa sistem hukum

merupakan bagian dari sistem kontrol sosial.

memerintahkan tentang apa yang harus

dilakukan dan apa yang dilarang

dilakukan.13akan meng-kristal menjadi

kesadaran hukum menurut pendapat B.

Kutschinky yang dipengaruhi oleh anatara

lain: 66

14 pengetahuan, isi. sikap terhadap

peraturan UUHC 2014. untuk membentu

pola perilaku taat hukum .Perbedaan nilai

yang menjadi landasan filosofi UUHC 2014

dengan nilai yang berlaku dalam masyarakat

Indonesia menjadi hambatan yang berarti.

2. Efektifitas Perlindungan Sistem

Hak Cipta Karya Kreatif

Dalam Mewujudkan

Pertumbuhan Ekonomi Kreatif

Indonesia Memasuki MEA 2015.

Diberlakukannya Masyarrakat

Ekonomi ASEAN ( MEA ) di ASEAN

membawa implikasi banjirnya produk dan

jasa akan berputar di Wilayah Asia

Tenggara tanpa hambatan berat. Produk-

produk dari luar negeri dapat dengan mudah

masuk ke Indonesia begitupun sebaliknya.67

MEA ini menjelma sebagai pisau bermata

dua. Di satu sisi adanya MEA dapat

memermudah produk Indonesia dipasarkan

ke luar negeri, di sisi lain akan mengancam

66 ibid 67 Agus Raharjo, Masyarakat Ekonomi ASEAN Ancam

HAKI, Kementrian Hukum dan HAM RI Badan

Pembinaan Hukum Nasional. Pusat Dokumentasi dan

Jaringan Infomasi Hukum Nasional, Republika, 30

oktober

2014.http://perpustakaan.bphn.go.id/index.php/searchk

atalog/downloadDatabyld/54197/30-10-14_25514.pdf

Page 12: E-004 - Hafied ... UU NO. 28 TAHUN 2014.pdf

Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif

Universitas Widyatama Bandung

19 Maret 2015

406

keberadaan produk asli Indonesia. Terutama

produk-produk yang belum didaftarkan

sebagai hak cipta kekayaan intelektual68

.

Pada periode Jan-Agust 2013,

ekspor Indonesia ke pasar ASEAN baru

mencapai 23% dari total ekspor, hal ini

terjadi karena tujuan ekspor Indonesia masih

fokus pada pasar tradisional seperti AS, Cina

dan Jepang. Peringkat Indonesia menurut

global competitivenes index masih berada di

posisi ke-38 dari 148 negara. Sementara

Singapura menempati posisi ke-2, Malaysia

ke-24, Thailand ke-37, Vietnam ke-70, dan

Filipina di posisi 5969

.Salah satu sektor yang

menjadi peluang. unggulan Indonesia dalam

MEA 2015 adalah ekonomi kreatif selain

SDA dan Informasi Teknologi. Ketiga sektor

ini merupakan sektor terkuat Indonesia jika

dibandingkan dengan negara-negara ASEAN

lainnya70

.

Di Indonesia, sektor ekonomi kreatif

merupakan sektor yang memiliki daya tarik

industri yang tinggi sehingga pelaku usaha

tertarik untuk berusaha di sektor ekonomi

kreatif, Secara rata-rata, jumlah usaha kreatif

bertumbuh 1% pertahun dalam empat tahun

terakhir. Rata-rata pertumbuhan tersebut

sedikit lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan jumlahusaha secara nasional

yang bertumbuh rata-rata sebesar 1,05 %

pada periode yang sama. Peningkatan jumlah

usaha tertinggi di tahun 2013 terjadi pada

subsektor seni pertunjukan sebesar 3,2%,

diikuti oleh subsektor penelitian dan

pengembangan sebesar 3%, subsektor

permainan interaktif sebesar 2,87%, dan

subsektor periklanan sebesar 2,86%.71

Subsektor ekonomi kreatif yang

menunjukkan peningkatan jumlah usaha

tertinggi selama periode 2010–2013

berturut-turut adalah penelitian dan

pengembangan sebesar 4,6 %, periklanan

sebesar3,5%, dan film, video, dan fotografi

sebesar 3%. Peningkatan jumlah usaha pada

subsektor seni pertunjukan tidak terlepas 68 Anonim, MEA Ancam Hak Cipta Produk Lokal, 28

Oktober 2014,www.replika.co.id 69 ibid 70 Imam Subahar, Masyarakat Ekonomi Asean ( MEA

), Peluang atau Ancaman?, cangkrukanpolitic.com. 71 Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan,

op.cit hlm 224

dari makin banyaknya interaksi internasional

yang berlangsung didalam festival-festival

lokal dan ruang-ruang independen sejak

tahun 199972

.

Negara tujuan ekspor terbesar

produk kreatif Indonesia adalah Amerika

Serikat dengan pangsa pasar sekitar 27,9%.

Negara tujuan ekspor kedua terbesar adalah

Jepang deng an pangsa pasarsebesar 10,7%

diikuti oleh Perancis se besar 4,6%, Inggris

sebesar 4,4%, dan Belanda sebesar 3,5%

Kelima negara ini menyerap 50% ekspor

produk kreatif Indonesia. Ekspor produk

kreatif Indonesia ke RRT, walaupun

menunjukan nilai yang masih rendah namun

rata-rata pertumbuhannya paling tinggi

dibandingkan ke-15 negara lainnya, yaitu

34,2%. Melemahnya kondisi perekonomian

di kawasan Eropa dan Amerika telah

mengurangi ekspor produk kreatif ke

kawasan tersebut, khususnya pada tahun

2011. Sejalan dengan tingginya permintaan

dari RRT, permintaan dari Thailand dan

Malaysia juga menunjukan peningkatan.

Secara rata-rata pada tahun 2010–2012,

tingkat pertumbuhan ekspor karya kreatif

Indonesia ke Thailand adalah 28,4%

sedangkan pertumbuhan ekspor ke Malaysia

adalah 12,5%.73

Ekonomi kreatif merupakan

ekonomi yang digerakkan oleh pemanfaatan

kreativitas individu, oleh karena itu undang-

undang perlindungan hak cipta merupakan

payung hukum yang sangat diperlukan untuk

menjamin hak-hak pencipta terhadap

ciptaannya. Hukum menurut Donald Black

adalah kaidah hukum yang dirumuskan

dalam undang-undang. Dengan merujuk

principle of efektiveness dari Hans Kelsen,

realita hukum artinya orang (pelaku usaha)

seharusnya bertingkah laku atau bersikap

sesuai dengan tata kaidah hukum74

antara

lain Undang-undang Hak Cipta Nomor 19

Tahun 2002 yang telah diberlakukan sejak

tahun 2002 mengatur tentang pendaftaran

bagi produk kreatifitasnya, agar memperoleh

perlindungan berupa hak ekslusif baik hak

72 ibid 73 ibid 74 Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak, hlm 20

Page 13: E-004 - Hafied ... UU NO. 28 TAHUN 2014.pdf

Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif

Universitas Widyatama Bandung

19 Maret 2015

407

moral maupun hak ekonomi bagi produk

kreatifitasnya.

Namun industri kecil masih terlena

dan masih awam dengan pentingnya

pendaftaran hak cipta atas

produk75

kreatifitasnya. Masalah utama masih

belum masifnya pendaftaran hak cipta ini

adalah kesadaran dari pelaku usaha kecil,"76

Hal ini merupakan ancaman paling besar

MEA. Pelaku Usaha Kecil Menengah

(UKM) dan industri kreatif kecil sudah

merasa puas dengan capaian produk yang

dibangunnya diterima oleh konsumen. Tanpa

memperdulikan produknya mudah ditiru

atau dibajak. 77

" Saat ini baru sekitar 30

persen dari produk yang sudah didaftarkan

menjadi hak cipta. Selebihnya lebih dari 70

persen belum didaftarkan. Pelaku usaha yang

belum mendaftarkan hak cipta produknya

adalah pelaku usaha kecil menengah78

.

Padahal, industri kreatif di Indonesia sangat

dinamis dan terus berkembang. Kalau pelaku

usaha masih belum mendaftarkan produknya

, akan kewalahan dengan banjir produk dari

luar negeri saat MEA diberlakukan79

Pelanggaran HKI pada tahun 2013

mencapai 57 kasus HKI dan 38 kasusnya

adalah kasus hak cipta. Sehingga dapat

dikatakan bahwa pelanggaran hak cipta

cukup signifikan dibandingkan perkara HKI

lainnya80

disertai keengganan pendaftaran

penghasil produk kreatif tersebut

membuktikan belum efektifnya Undang-

undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak

Cipta tersebut. Roscoe Pound

menghubungkannya dengan “law in books

dengan law in action” 81

Terkait dengan ide

R. Pound tersebut hukum sebagai sarana

untuk mengarahkan dan membina

75 Budyarto Linggowijono,Wakil Ketua Kamar Dagang

dan Industri (Kadin) Bidang Ekonomi Kreatif dan

MICE dalam ibid 76 Budyarto, Republika, Senin 27Oktober 2014 pada

ibid. 77 Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan,

op.cit hlm 224 78 Budyarto Linggowijono, Wakil Ketua Kamar

Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Ekonomi Kreatif

dan MICE Pantauan KADIN dalam ibid 79 Agus Raharjo,MEA Ancam Hak Cipta Produk Lokal 80 Simona Bustani, S.H.,M.H , Potret Efektivitas

Penerapan 81Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak, hlm

masyarakat dimana hukum tidak pasif tetapi

harus mampu digunakan untuk mengubah

suatu keadaan dan kondisi tertentu ke arah

yang dituju 82

Disahkannya RUU Hak Cipta pada

tanggal 16 Oktober 2014 merupakan

penyempurnaan dari Undang-undang Hak

Cipta Nomor 19 Tahun 2002, sejalan dengan

peranan Hukum merupakan sarana

pembaharuan masyarakat dalam arti kaidah

atau peraturan hukum berfungsi sebagai

alat pengatur atau sarana pembangunan .”

Sunaryati Hartono menyatakan bahwa

makna pembangunan hukum meliputi:83

(a).

menyempurnakan; (b) mengubah agar

menjadi lebih baik dan modern (c)

mengadakan sesuatu yang sebelumnya

belum ada, dan (d) meniadakan sesuatu

yang terdapat dalam sistem lama. Menurut

Mochtar Kusumaatmadja84

dalam”Teori

Pembangunan Hukum” , menyatakan bahwa

pernanan hukum dalam pembangunan

adalah menjamin bahwa perubahan itu

terjadi dengan cara teratur.85

” Agar

pembangunan berjalan proporsional

diperlukan kepastian hukum, diwujudkan

tersedia faktor perangkat hukum yang

memadai,86

dalam menembus pasar global

MEA 2015. oleh karena itu karya kreatif

industri perlu mendapat perlindungan yang

memadai.

Hal tersebut menunjukan

pemerintah memiliki inisiatif untuk

merespons perkembangan ekonomi berbasis

industri kreatif yang telah menjadi salah satu

andalan kekuatan ekonomi Indonesia. Hal

tersebut sesuai sesuai dengan konsep

modern welfare state. Marbun mengatakan

82 Ibid 83 Sunaryati Hartono, Sejarah Perkembangan

Hukum Nasional Indonesia Menuju Sistem Hukum

Nasional, makalah, 1991 pada ibid. 84 Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Masyarakat, dan

Pembinaan Hukum Nasional, Binacipta, Bandung,

1976, pada Nina Nurani ”IPR Protection On Workss

of Industrial Design Craetivuty For Micro Small And

Medium Industry As an effort To Improve National

Competitiveness In Free Trade, hlm 2. 85 ibid 86 Ranti Fauza M, Perlindungan Desain Dikaitkan

dengan Pembangunan Ekonomi Indonesia Dalam Era

Perdagangan Bebas, Disertasi, Unpad, April 2002,

hlm 44.

Page 14: E-004 - Hafied ... UU NO. 28 TAHUN 2014.pdf

Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif

Universitas Widyatama Bandung

19 Maret 2015

408

bahwa di dalam “welfare state” tugas

pemerintah harus aktif mensejahterakan

masyarakat.87

Dengan Perlindungan yang

memadai terhadap hak cipta diharapkan akan

membawa pertumbuhan ekonomi kreatif

secara signifikan dan memberikan kontribusi

nyata bagi perekonomian dan kesejahteraan

rakyat.88

Hal ini sejalan dengan pendapat

Robert M. Sherwood pada “Public Benefit

Theory” menjelaskan bahwa kreator dalam hal

ini pencipta harus dierikan perlindungan

hukum terhadap kreasinya sebagai sarana untuk

mendukung pembangunan ekonomi89

yang

harus efektif dilasanakan.

Terkait efektifitas berlakunya UU

hak Cipta yang erat kaitannya dengan esensi

penegakkan hukumnya, menurut Soerjono

Soekanto faktor-faktor yang mempengaruhi

dan saling berkaitan sebagai berikut2490

: (1).

faktor undang-undang nya itu sendiri (2).

faktor penegak hukum , yakni pihak-pihak

yang membentuk hukum maupun

menerapakan hukum 3. faktor sarana atau

fasilitas yang mendukung penegkan hukum 4.

faktor masyarakat, yakni lingkungan

dimana hukum tersebut berlaku atau

diterapkan. 5. faktor kebudayaan, yakni

sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang

didasarkan pada karsa manusia di dalam

pergaulan hidupnya, perlindungan hukum

atas karya cipta insan cipta tersebut sudah

mengetahui perlunya perlindungan hukum

terhadap karya cipta tersebut, seberapa

besar pemahaman tentang Undangundang

dan ketentuan itu sudah jelas. Hukum hanya

bisa berlaku efektif bila selaras dengan

kehendak masyarakat, dan dalam

penegakan hukum hak cipta apakah pelaku

usaha Indonesia dapat menerima HKI

yang berasal dari budaya barat yang

87 Marbun dan Mahfud, Pokok-pokok Hukum

Administrasi Negara, Liberty, Jogjakarta, hlm 45

dalam Nina.... 88 Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan,

op.cit hlm 123. 89 Nina Nurani, “IPR ( Intelectual Property Rights )

Protection Over The Mercchandise Works of Creative

Industry To Improve Indonesia Economic

Development”, International Journal of Research in

Management ( IJRM ), Issue 2, volume 2, March 2013.

hlm 7 90Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak, hlm 20

menganut konsep hukum Individual Right,

sedangkan konsep hukum Negara timur

termasuk Indonesia menganut konsep hukum

komunal. Penegakan hukum yang

berkaitan dengan budaya hukum ini,

dalam praktiknya sering kali menjadi salah

satu faktor penyebab terjadinya

pelanggaran hukum dalam hukum hak

cipta. Dalam hal terjadinya pelanggaran

hukum hak cipta, khususnya pelanggaran

hukum hak cipta91

, maka langkah startegis

yang dapat dilakukan oleh pemerintah pusat

dan daerah sejalan dengan konsep modern

welfare state. Marbun yaitu tugas

pemerintah harus aktif mensejahterakan

masyarakat92

: yang telah diagendakan

adalah sebagai berikut93

1. Mensosialisasikan pentingnya hak cipta

khususnya bagi industri kecil

2. Memaksimalkan perlindungan terhadap

Hak cipta sehingga tenaga kerja kreatif

semakin termotivasi

3. Memfasilitasi peningkatan kemampuan

kewirausahaan, khususnya terkait

pengelolaan Hak Cipta .untuk

menghasilkan produk atau karya-karya

baru inovatif.

4. Memfasilitasi kolaborasi dan sinergi

antar usaha dan orang kreatif ditingkat

lokal, nasional, dan global. dilaksanakan

dengan:advokasi Hak cipta.

Harmonisasi-regulasi Hak cipta untuk

dapat menjamin perlindungan

(pendaftaran yang mudah, penegakan

hukum atas pembajakan dan tindakan

melanggar Hak cipta) bagi kekayaan

intelektual. Strategi ini dilaksanakan

melalui:

1) Sosialisasi dan menjamin

penegakan hukum pelaksanaan

UU Hak Cipta 2014.

2) Mengembangkan regulasi

turunan UU Hak Cipta sebagai

dasar hukum implementasi

regulasi di masyarakat.

3) Harmonisasi regulasi Hak Cipta

tentang kegiatan penelitian dan

91 Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak, hlm 20 92 Nina IPR ( Intelectual Property Rights ) 93 Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif : Kekuatan,

op.cit hlm 235

Page 15: E-004 - Hafied ... UU NO. 28 TAHUN 2014.pdf

Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif

Universitas Widyatama Bandung

19 Maret 2015

409

pengembangan dibidang industri

kreatif. Komersialisasi

penelitian dalam instansi

pemerintahan

tidakvmemungkinkan penemu

mendapatkan apresiasi finansial.

Namun, perlu dikembangkan

bentuk apresiasi bagi penemu

agar mendorong gairah dan

produktivitas dalam melakukan

penelitian yang berkontribusi

secara optimal untuk

masyarakat. Dalam hal ini, perlu

dilakukan evaluasi kebijakan,

harmonisasi, koordinasi antar

pemegangkepentingan,

kemudian implementasi,

pemantauan, dan evaluasi dari

regulasi atau kebijakan yang

dikeluarkan

4) Mengkomunikasikan pentingnya

kreativitas dan Hak cipta sebagai

modal utama keunggulan

bersaing dalam era ekonomi

kreatif. Strategi ini dilaksanakan

dengan:

a. Meningkatkan kesadaran

akan pentingnya kreativitas

dan Komunikasi terintegrasi

termasuk anatar pemerintah

pusat dan daerah dengan

menyuarakan pesan yang

saling terkoordinasi,dan

konsisten melalui berbagai

macam media dan wadah

komunikasi.

b. Meningkatkan penghargaan

terhadap Hak Cipta. Perlu

ada upaya untuk

meningkatkan literasi dan

apresiasi masyarakat

terhadap Hak Cipta terutama

untuk mengurangi konsumsi

dan produksi barang-

barang/karya-karya bajakan.

5. Meningkatkan layanan pendidikan dan

layanan informasi Hak Cipta kepada

masyarakat. Strategi ini dilaksanakan

dengan:

1) Meningkatkan layanan

pendidikan dan layanan Hak

cipta kepada masyarakat. Saat

ini sudah terdapat website

yang menjelaskan mengenai

Hak Cipta , namun perlu

dikemas lebih kreatif sehingga

lebih mudah dipahami oleh

masyarakat awam melalui e-

forum, e-buletin, atau layanan

informasi lainnya yang dapat

meningkatkan interaksi

dengan masyarakat.

2) Melakukan aktivasi untuk

mendistribusikan pengetahuan

tentang Hak atas Cipta secara

on-line melalui sosial media

atau secara off-line.

6. Memperkuat landasan hukum dalam

interaksi bisnis berbasis Hak Kekayaan

Intelektual (HKI). Strategi ini

dilaksanakan dengan memperluas

jangkauan layanan advokasi terkait

bisnis berbasis Hak atas Kekayaan

Intelektual (HKI). pendampingan dalam

proses pembuatan perjanjian kerja

sama,dan pendampingan untuk

menyelesaikan perselisihan hukum

dalam bisnis berbasis HKI.

7. Memfasilitasi pendaftaran Hak Cipta

yang mudah dan terjangkau ,tidak

membebani, memberikan manfaat, dan

memiliki prosedur dan waktu

penyelesaian yang jelas dengan

mengembangkan sistem fasilitas yang

didukung oleh adanya pedoman proses

seleksi pemberian fasilitasi, dari

penerimaan permohonan sampai dengan

penentuan penerima fasilitasi. Perlu

adanya upaya memperluas jangkauan

dan kualitas layanan pendaftaran Hak

Cipta dengan melakukan kegiatan

aktivasi untuk mendistribusikan

informasi fasilitas pendaftaran Hak

Cipta. Sistem fasilitasi yang

dikembangkan meliputi

mengharmonisasi kebijakan pendaftaran

Hak Cipta harus didukung dengan

sistem informasi sehingga akan tercipta

database Hak Cipta untuk memudahkan

penelusuran sehingga mempermudah

proses penegakkan hukum terhadap

pelanggaran Hak Cipta.

Page 16: E-004 - Hafied ... UU NO. 28 TAHUN 2014.pdf

Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif

Universitas Widyatama Bandung

19 Maret 2015

410

8. Memberikan perlindungan dan

menjamin penegakkan HKI.

Membutuhkan sinergi yang kuat antara

pihak kepolisian, kejaksaan, advokat,

orang kreatif, dan Kementerian Hukum

dan HAM. Upaya penegakkan hukum

atas pelanggaran HKI harus dilakukan

secara proaktif dan preventif, sehingga

tidak menunggu adanya aduan atas

pelanggaran terlebih dahulu.

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

a. UUHC 2012 belum efektif

dilaksanakan, oleh karena itu

dengan terbitnya UU Hak Cipta

2014 sebagai pembaharuan

terhadap sistem hukum

perlindungan UUHC 2012

diharapkan dapat mewujudkan

perlindungan sistem hukum yang

lebih memadai bagi

pemegang/pemilik karya cipta,

sehingga dapat mendorong lebih

inovatif para penghasil karya

kreatif Indonesia. Hal yang

diperbaharui menyangkut aspek

substantif meliputi materi

pengaturan fungsi dan definisi

ciptaan, perlindungan hak cipta,

jangka waktu hak cipta yang

lebih memadai serta sanksi

yang tegas dan komprehenshif

bagi pelanggar/pembajak selain

pembaharuan dalam subsistem

struktur dengan didirikannya

lembaga/institusi terkait agar

terciptanya subsistem budaya

kesadaran hukum/kepatuhan

hukum pelaku bisnis dan

masyarakat akan penegakkan

pengaturan perlindungan hak

cipta.

b. Belum masifnya pendaftaran hak

cipta khususnya bagi pelaku

usaha kecil, dan maraknya

pelanggaran terhadap karya cipta

merupakan ancaman besar

dalam memasuki pasar global

MEA 2015. Oleh karena itu

diperlukan peran pemerintah

untuk memfasilitasi berbagai

sarana sebagai pendampingan

efektivitas implementasi UUHC

2014 dalam upaya

meningkatkan jumlah pendaftar

hak Cipta atas hasil karya

industri kreatif sesuai fungsi

pemerintahn aktif

mensejahterakan masyarakat

sebagai perwujudan konsep

“Welfare State” dalam

mewujudkan pertumbuhan

ekonomi kreatif Indonesia

memasuki MEA 2015.

2. Saran

a. Perlu segera diterbitkannya

Peraturan Pemerintah sebagai

peraturan pelaksana UUHC

2014 dan sosialisasi yang

intensif tentang pentingnya

hak cipta khususnya bagi pelaku

usaha kecil serta dibentuknya

lembaga terkait dalam

pendampingan upaya

pengimplementasian UUHC

2014 . sehingga terwujud budaya

kesadaran hukum khususnya

kesadaran akan pentingnya

perlindungan hak cipta bagi

karya kreatifnya.

b. Perlunya harmonisasi antara

Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah dalam hal

penerbitan berbagai kebijakan

untuk dapat menjamin

perlindungan berupa

kemudahan pendaftaran,

penegakkan hukum atas

pembajakan dan tindakan

pelanggaran hak cipta sehingga

terwujudnya iklim kondusif dan

tumbuhnya karya karya kreatif

inovatif dan kompetitif dari

karya industri kreatif . Indonesia

sebagai upaya peningkatan

pertumbuhan ekonomi kreatif

dalam memasuki MEA 2015.

Page 17: E-004 - Hafied ... UU NO. 28 TAHUN 2014.pdf

Seminar Nasional Strategi Indonesia Kreatif

Universitas Widyatama Bandung

19 Maret 2015

411

Daftar Pustaka

Agus Raharjo,MEA Ancam Hak Cipta

Produk Lokal, 28 Oktober 2014, 03:17

WIBF,MEA Ancam Hak Cipta Produk

Lokal _ Republika Onlin

__________, Masyarakat Ekonomi ASEAN

Ancam HAKI, Kementrian Hukum dan

HAM RI Badan Pembinaan Hukum

Nasional. Pusat Dokumentasi dan

Jaringan Infomasi Hukum Nasional,

Republika, 30 Oktober 2014

2014,http://perpustakaan.bphn.go.id/inde

x.php/searchkatalog/

downloadDatabyld/54197/30-10-

14_25514.pdf

Anonim, Perlindungan Bidang Karya Cipta

Seni Di Bali, Tesis S2 Fakultas Hukum

Universitas Udayana.

http//www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_the

sis/unud-432-1030486153-thesisi.pdf

Faisal Afiff,, Pilar-Pilar Ekonomi Kreatif, 12

April 2012,file:///F:/ Pilar-Pilar Ekonomi

Kreatif Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Padjadjaran Official,

Website.htm top

Fathoni, Membangun Paradigma

Penegakkan Hukum Yang Berkeadilan

Dalam Penyelsaian Sengketa HAKI..

29 Juni 2013,hukum.kompasiana.com.

Gede Agus Santiago, Pelaksanaan UU Hak

Cipta Berkaitan Dengan Perlindungan

Hukum Terhadap Karya Cipta Seni

Karawitan Instrumental Bali, Unud hlm

10 karawitan, Program Pascasarjana,

universitas Udayana,Denpasar,2012,

pps.unud.ac.id.

Imam Subahar, Masyarakat Ekonomi Asean

( MEA ), Peluang atau Ancaman?,

cangkrukanpolitic.com.

Marbun dan Mahfud, Pokok-pokok Hukum

Administrasi Negara, Liberty,

Jogjakarta.

Mari Eka Pangestu, Ekonomi Kreatif :

Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025.

2014@Kementrian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif. Rencana Aksi Jangka

Menengah 2015-2019, hlm 108-109,

http://gov.indonesiakreatif.net/wordpress

/ wp.content/uploads/

2014/MEA2015/12/ RPJM_

Ekonomikreatif.pdf.

Mochtar Kusumaatmadja, Hukum

Masyarakat, dan Pembinaan Hukum

Nasional, Binacipta, Bandung, 1976,

Nina Nurani, “IPR ( Intelectual Property

Rights ) Protection Over The

Mercchandise Works of Creative

Industry To Improve Indonesia

Economic Development”, International

Journal of Research in Management (

IJRM ), Issue 2, volume 2, March 2013.

Ranti Fauza M, Perlindungan Desain

Dikaitkan dengan Pembangunan

Ekonomi Indonesia Dalam Era

Perdagangan Bebas, Disertasi, Unpad,

April 2002

Rivhaldi Akhbar, Perkembangan Haki Pada

Industri kreatif, 07 April 2014

sumber: http://www.parekraf.go.id/asp/d

etil.asp?c=22&id=2359

Robert M. Sherwood, Intellectual Property

and Economic Development : Wesview

Special Studies in Science, Tecnology

and Public Policy. Westview Press Inc,

San Fransisco, 1990.

Rosnidar Sembiring, Perlindungan HAKI

Terhadap Karya-Karya Tradisional

Masyarakat Adat, repository.usu.ac.id

Simona Bustani, S.H.,M.H , Potret

Efektivitas Penerapan Undang-Undang

No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta,

Journal Hukum Prioris , vol 4, No. 2 ,

2014, journal.trisakti.ac.id

Sunaryati Hartono, Sejarah Perkembangan

Hukum Nasional Indonesia Menuju

Sistem Hukum Nasional, makalah, 1991.