Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Majrurot Al-Asma`:
Kasus Genetif dalam Surah Al-Isra’
(Studi Analisis Sintaksis)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi salah satu syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
Oleh :
Indah Nurnafi’ah
NIM: 53040-15-0009
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
ii
iii
iv
v
MOTTO
My Future is Today
“Masa depanku adalah hari ini”
دَ جَ وَ َدَ جَ َنَ مَ “Barang siapa bersungguh-sungguh, pasti akan berhasil”
د ِعَال م اِضىَلِل م اِضى“Yang lalu, biarlah berlalu”
َي ت ك اس ل َِلم ن ام ُةَالُعق َب َت ُكَغ اِفًلَََ#َف ن د َت ك س ل َو َل َو َل ه د ِاج “Bersungguh-sungguhlah dan jangan malas, jangan pula lengah, karena
penyesalan adalah milik orang yang bermalas-malasan.”
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:
1. Ayah dan Ibu tercinta yang tidak pernah putus dalam
mendo’akan
2. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan
semangatnya kepada peneliti dalam menyusun skripsi ini
3. Almamater tercinta Program Studi Bahasa dan Sastra Arab
IAIN Salatiga
vii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Majrurot Al-Asma`: Kasus Genetif dalam
Surah al-Isra` (Studi Analisis Sintaksis). Peneliti telah melakukan
observasi awal terhadap surah Al-Isra’, di dalamnya ditemukan
banyak kalimat-kalimat yang mengandung Majrurat Al-Asma`.
Adapun surah al-Isra adalah surah yang tidak terlalu pendek dan
juga tidak terlalu panjang di dalam Al-Qur’an, sehingga dari segi
kualitas maupun kuantitas sangat layak untuk diteliti. Adapun
rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: (1) Bagaimana
klasifikasi majrurat al-asma yang terdapat dalam surah Al-Isra’; dan
(2) Bagaimana tanda-tanda majrurat Al-Asma` yang terdapat dalam
surah Al-Isra’. Tujuan penelitian ini, yaitu: (1) Untuk mengetahui
klasifikasi majrurat al-asma yang terdapat dalam surah Al-Isra’; dan
(2) Untuk mengetahui tanda-tanda majrurat Al-Asma` yang terdapat
dalam surah Al-Isra’.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, di mana
Peneliti menggunakan design penelitian studi pustaka (library
research). Data dalam penelitian ini adalah majrurat Al-Asma`.
Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah Al-Qur’an surah
Al-Isra’.
Hasil analisis majrurat Al-Asma` di dalam surah Al-Isra’ di
temukan 447 data yang terdiri dari: isim dibaca jar karena didahului
oleh huruf jar 243 data, yaitu 56 huruf jar ba`, 4 huruf jar kaf, 61
huruf jar lam, 14 huruf jar ila, 32 huruf jar ‘ala, 41 huruf jar min,
29 huruf jar fii, dan 6 huruf jar ‘an. Isim dibaca jar karena idhafah
(menjadi mudhof ilaih) 191 data. Adapun isim dibaca jar karena
tawabi’ berjumlah 13 data, yang terdiri dari na’at 5 data dan athof 8
data.
viii
Tanda-tanda i’rab jar di dalam Al-Qur’an surah Al-Isra’
yaitu, kasroh terdapat 190 data, yang terdiri dari 150 data isim
mufrad, 30 data isim jama’ taksir, dan 10 data berupa isim jama’
muannas salim. Adapun tanda i’rab jar ya` berjumlah 12 data, yang
terdiri dari 10 data isim jama’ mudzakar salim, 1 data isim tasniyah,
dan 1 data asma’ul khamsah. Sedangkan, tanda i’rab jar fathah
berjumlah 7 data yang terdapat pada isim ghairu munsharif. Berupa
isim maushul 23 data, dhomir 201 data, isim isyarah 8 data, masdar
muawwal berjumlah 2 data.
Kata kunci: Majrurat Al-Asma`, Surah Al-Isra’, I’rab Jar
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman transliterasi huruf (pengalihan huruf) dari huruf
Arab ke huruf Latin yang digunakan adalah hasil Keputusan
Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI Nomor 158 Tahun 1987 atau Nomor 0543 b/u 1987,
tanggal 22 Januari 1988, dengan melakukan sedikit modifikasi untuk
membedakan adanya kemiripan dalam penulisan.
A. Penulisan huruf:
No. Huruf Arab Nama Huruf Latin
Alif Tidak dilambangkan ا 1 Ba’ B ب 2 Ta T ت 3 ṡa ṡ ث 4 Jim J ج 5 Ḥa ḥ ح 6 Kha Kh خ 7 Dal D د 8 Żal Ż ذ 9
Ra R ر 10 Za Z ز 11 Sin S س 12
x
Syin Sy ش 13 Ṣad ṣ ص 14 Ḍad ḍ ض 15 Ṭa’ ṭ ط 16 Ẓa ẓ ظ 17 (ain ‘ (Komaterbalik di atas` ع 18 Gain G غ 19 Fa’ F ف 20 Qaf Q ق 21 Kaf K ك 22 Lam L ل 23 Mim M م 24 Nun N ن 25 Wawu W و 26 Ha’ H ه 27 (Hamzah ` (Apostrof ء 28 Ya’ Y ي 29
B. Vokal :
xi
َ Fathah ditulis ‘a’
َ Kasroh ditulis ‘i’
َ Dlammah ditulis ‘u’
C. Vokal panjang :
+ا َ Fathah + alif Ditulis ā جاهلية Jāhiliyyah
+ى َ Fathah +alif layin
Ditulis ā تنسى Tansā
+يْ َ Kasroh + ya’ mati
Ditulis ī حكيم Ḥakīm
+وْ َ Dlammah + wawu mati
Ditulis ū فروض Furūḍ
D. Vokal rangkap :
َ+َيَ َ Fathah + ya’ mati
ditulisai بينكم Bainakum
َ+َوَ َ Fathah + wawu mati
Ditulis au قول Qaul
E. Huruf rangkap karena tasydid ( َ ) ditulis rangkap :
Iddah‘ عد ة Ditulis dd دَ
Minna من ا Ditulis nn نَ
xii
F. Ta’ marbuthah:
1. Bila dimatikan ditulis dengan h:
Ḥikmah حكمة
Jizyah جزية(ketentuan ini tidak berlaku untuk kata-kata bahasa Arab yang
sudah diserap kedalam bahasa Indonesia)
2. Bila ta’ marbuthah hidup atau berharakat maka ditulis t :
Zakāt al-fiṭr زكاةَالفطر
Ḥayāt al-insān حياةَاإلنسان
G. Vokal pendek berurutan dalam satu kata dipisahkan
dengan Apostrof (‘) :
A’antum أأنتم
U’iddat أعد د
La’insyakartum لئنشكرمت
H. Kata sandang alif+lam
Al-qamariah القرأن al-Qur’ān Al-syamsiyah السماء al-Samā’
I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat :
Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya
xiii
żawi al-furūḍ ذويَالفروض
Ahl al-sunnah أهلَالسنة
xiv
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, rasa syukur yang tak terhingga
kehadirat Allah swt. yang selalu memberikan kasih dan sayang-Nya
kepada segenap hamba-Nya tanpa batas, yang selalu memberikan
nikmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga dalam
kesempatan kali ini peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini. Sholawat serta salam juga peneliti haturkan kepada Nabi
Muhammad saw., keluarga, serta kepada para sahabat beliau.
Peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini karena
bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN
Salatiga.
2. Prof. Dr. Zakiyuddin, M. Ag. selaku Rektor baru IAIN
Salatiga.
3. Bapak Benny Ridwan, M.Hum, selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin, Adab, dan Humaniora.
4. Dr. Supardi Abdillah, S.Ag. M.A., Ketua Program Studi
Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Ushuluddin, Adab, dan
Humaniora yang tidak pernah lelah memberikan arahan dan
dukungannya, serta yang selalu menjadi motivator selama
menjalani studi.
5. Dr. Agus Suaidi Lc. M.A., selaku pembimbing yang selalu
memberikan pengarahan dalam membimbing peneliti
menyusun skripsi ini.
6. Segenap dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Arab IAIN
Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
sangat berharga.
xv
7. Seluruh pegawai dan staf Fakultas Ushuluddin, Adab, dan
Humaniora IAIN Salatiga, yang telah membantu memberikan
pelayanan administrasi maupun informasi dan kemudahan-
kemudahan lainnya selama masa perkuliahan.
8. Kedua orang tua peneliti, bapak Turman dan ibu Siti
Marfu’ah yang tidak henti-hentinya mendo’akan untuk
kebaikan peneliti.
9. Teman-teman mahasiswa/i IAIN Salatiga, khususnya di
Program Studi Bahasa dan Sastra Arab angkatan 2015 yang
telah memberikan dukungan dan semangat untuk segera
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Akhirnya, peneliti mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang tidak sempat disebutkan namanya satu persatu.
semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak, dan semoga
segala bantuan, baik perhatian maupun materi yang telah
diberikan kepada peneliti mendapat ridha dan diterima oleh
Allah swt. sebagai amal jariyah yang tak akan pernah terputus
pahalanya.
Salatiga, 23 Maret 2019
Peneliti
Indah Nurnafi’ah
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iv
MOTTO .................................................................................................... v
PERSEMBAHAN .................................................................................... vi
ABSTRAK .............................................................................................. vii
PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................. ix
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................. xiv
DAFTAR ISI ......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULIAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 2
E. Kajian Pustaka .............................................................................. 3
F. Metode Penelitian ......................................................................... 6
G. Landasan Teori ............................................................................. 8
H. Sistematika penulisan ................................................................. 11
BAB II KAJIAN TEORI ......................................................................... 13
A. Sintaksis ...................................................................................... 13
B. Isim dan Pembagiannya .............................................................. 14
xvii
C. Majrurat Al-Asma` ..................................................................... 17
D. I’rab Jar ....................................................................................... 20
BAB III SURAH AL-ISRA’ ................................................................... 22
BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................... 26
A. Klasifikasi Majrurat Al-Asma` dalam Surah Al-Isra’ ................ 26
1. Isim dibaca jar karena didahului huruf jar ........................... 26
2. Isim dibaca jar sebab menjadi mudhaf ilaih ........................ 93
3. Isim dibaca jar sebab tawabi’ ............................................ 148
B. Tanda-tanda Majrurat Al-Asma` di dalam Surah Al-Isra’ ........ 155
1. Tanda-tanda I’rab Jar Kasroh pada surah Al-Isra’ ............ 156
2. Tanda-tanda I’rab Jar Ya’ di dalam surah al-Isra` ............ 168
3. Tanda-tanda I’rab Jar Fathah di dalam surah Al-Isra’ ..... 172
BAB V PENUTUP ................................................................................ 178
A. Kesimpulan ............................................................................... 178
B. Saran ......................................................................................... 178
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 180
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................. 182
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an merupakan kalamullah yang diturunkan
oleh Allah kepada nabi Muhammad saw. melalui malaikat
Jibril alaihi salam ayat-ayat di dalam Al-Qur’an sendiri
menggunakan bahasa Arab sebagai medianya. Al-Qur’an
dapat dikaji dalam berbagai disiplin ilmu, baik dikaji dalam
hal makna yang terkandung di dalamnya, susunan
balagahnya, maupun dikaji dalam hal susunan gramatikalnya.
Dalam susunan gramatikal bahasa sendiri terdapat dua kajian
yaitu Morfologis dan Sintaksis.
Sintaksis adalah cabang linguistik yang menyangkut
susunan kata-kata di dalam kalimat.1 Di dalam bahasa Arab,
Morfologis dikenal sebagai ilmu Shorof, sedangkan Sintaksis
disebut sebagai ilmu Nahwu. Ilmu Nahwu merupakan kaidah-
kaidah yang digunakan untuk mengetahui hukum kalimat
Arab, keadaan susunan i’rab, dan bina’nya dan syarat-syarat
nawasikh, kembalinya a’id yang mengikutinya.2 Menurut al-
Atsary, Ilmu nahwu adalah ilmu yang mempelajari tentang
jabatan kata dalam kalimat dan harakat akhirnya, baik secara
i’rab (berubah) atau bina’ (tetap).3
Majrurot Al-Asma` merupakan salah satu aspek
gramatikal bahasa Arab. Di dalam bahasa Indonesia sendiri,
Majrurat Al-Asma` adalah isim-isim yang dibaca Jar. Adapun
1 J.W.M Verhaar. 1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. Hal: 11 2 Moh Saifulloh Al-Aziz, Senali. 2005. Metode Pembelajaran Ilmu Nahwu, sistem
24 Jam. Surabaya: Terbit Terang. Hal: 9 3 Abu Hamzah Yusuf al-Atsary. 2007. Pengantar Mudah Belajar Bahasa Arab.
Bandung: Pustaka Adhwa. Hal: 2
2
penelitian tentang Majrurat Al-Asma` telah banyak dijadikan
alat pembedah dalam meneliti bahasa Arab, baik dalam
mengkaji kitab-kitab turats maupun surah-surah di dalam Al-
Qur’an.
Surah Al-Isra’ adalah surat ke 17 di dalam Al-Qur’an.
Surah ini turun setelah surah al-Qashas. Surah ini termasuk
golongan surah Makiyyah, karena diturunkan di kota Makkah.
Seperti surah Yusuf yang terdiri dari 111 ayat, surah Al-Isra’
juga terdiri dari 111 ayat. Surah ini adalah surah yang tidak
terlalu pendek dan juga tidak terlalu panjang di dalam Al-
Qur’an, sehingga dari segi kualitas maupun kuantitas sangat
layak untuk diteliti. Karena hal itulah peneliti mengambil
surah Al-Isra’ sebagai objek kajian yang akan dibahas dalam
penelitian. Selain itu, peneliti telah melakukan observasi awal
terhadap surah Al-Isra’, di dalamnya ditemukan banyak
kalimat-kalimat yang mengandung Majrurat Al-Asma`.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana klasifikasi Majrurat Al-Asma` yang terdapat
dalam surah Al-Isra’?
2. Bagaimana tanda-tanda Majrurat Al-Asma` yang terdapat
dalam surah Al-Isra’?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui klasifikasi Majrurat Al-Asma` yang
terdapat dalam surah Al-Isra’.
2. Untuk mengetahui tanda-tanda Majrurat Al-Asma` yang
terdapat dalam surah Al-Isra’.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dilihat dari segi teoritis, hasil penelitian ini
diharapkan memperkaya khazanah pengetahuan tentang
majrurot Al-Asma` yang terdapat di dalam Al-Qur’an
3
terutama surah Al-Isra’. Penelitian ini juga diharapkan
dapat digunakan sebagai landasan bagi para peneliti lain
untuk mengadakan penelitian sejenis dalam rangka
meningkatkan pemahaman tentang majrurot Al-Asma`
yang tentunya sangat penting dalam gramatika bahasa
Arab.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini yaitu
pembaca dapat menerapkan kaidah-kaidah Majrurat Al-
Asma` dalam bentuk lisan maupun tulisan dengan baik
dan benar di dalam Al-Qur’an maupun kitab bahasa Arab
lainnya, serta dapat menjadi pembelajaran di bidang
Nahwu (Sintaksis) lebih lanjut.
E. Kajian Pustaka
Penelitian dalam bidang sintaksis bukan penelitian
yang baru dalam menganalisis gramatika bahasa Arab.
Penelitian dalam bidang ini sudah banyak dilakukan oleh para
peneliti bahasa Arab. Berdasarkan tinjauan pustaka yang
dilakukan, peneliti menemukan penelitian yang menjadikan
sintaksis sebagai teori kajian dalam menganalisis bahasa
Arab, di antaranya yaitu: Alifah Dzatun Nitho Qoin dan
Basse Wahida.
Alifah Dzatun Nitho Qoin (2015) di Universitas
Negeri Semarang melakukan penelitian berbentuk skripsi
dengan judul Nomina Permanent (Isim Mabni) dalam Buku
Khulashoh Nurul Yaqin Juz 3 (Analisis Sintaksis). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan fungsi sintaksis isim
mabni dalam buku Khulashoh Nurul Yaqin juz 3. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan design
4
penelitian library research atau yang sering disebut dengan
penelitian pustaka. Data dalam penelitian ini adalah isim
mabni. Sedangkan sumber data diambil dari buku Khulashoh
Nurul Yaqin juz 3.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
ditemukan 919 data. Dari 919 data yang ada, Alifah hanya
mengambil 100 data. 100 data yang teranalisis menunjukkan
53 isim dhomir, 16 isim isyaroh, 16 isim maushul, 2 isim
syarath, 8 bilangan dari 11-19 (kecuali 12), dan 5 dhorof. Dari
100 data isim mabni dalam buku Khulashoh Nurul Yaqin Juz
3 yang teranalisis menunjukkan 17 data yang berfungsi
sebagai mubtada’ (topic), 25 data yang berfungsi sebagai fa’il
(agent), 4 data yang berfungsi sebagai naibulfa’il (pengganti
pelaku), 1 data yang berfungsi sebagai isim ك ان (noun of to be), 2 data yang berfungsi sebagai isim َِإن (noun of indeed), 1 data yang berfungsi sebagai khobar (comment), 11 data yang
berfungsi sebagai maf’ul bih (obyek), 5 data yang berfungsi
sebagai maf’ul fih (dharaf zaman dan dharaf makan), 12 data
yang berfungsi sebagai majrur (genetif preposition), 14 data
yang berfungsi sebagai mudhof ilaih (annaxation), 8 data
yang berfungsi sebagai na’at (adjective).
Relevansi penelitian Alifah Dzatun Nitho Qoin
dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang
kajian sintaksis, yang berupa kajian pustaka (library
research)dan jenis penelitiannya sama-sama menggunakan
penelitian deskriptif kualitatif. Sedangkan perbedaannya
terletak pada tujuan penelitian dan pada data-data serta
objeknya. Peneliti membahas tentang Majrurat Al-Asma`
dalam Al-Qur’an surah Al-Isra’, sedangkan penelitian Alifah
Dzatun Nitho Qoin membahas tentang jenis dan fungsi
5
sintaksis isim mabni dalam buku Khulashoh Nurul Yaqin juz
3.
Selanjutnya penelitian Basse Wahida dalam jurnal
yang berjudul Majrurat Al-Asma` dalam surah Al-Kahfi
(Studi Analisis Sintaksis). Penelitian ini menggunakan desain
penelitian library research. Data dalam penelitian ini adalah
Majrurat Al-Asma` dalam Al-Qur’an surah Al-Kahfi.
Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah Al-
Qur’an surah Al-Kahfi.
Hasil penelitian ini adalah 1. Majrurat Al-Asma` yang
terdapat dalam Al-Qur’an surah Al-Kahfi berjumlah 492 data
yang terdiri dari: Isim yang dibaca jar karena terinjuksi huruf
jar 249 yaitu: 63 huruf jarmin, 9 huruf jar ilaa, 12 huruf jar
‘an, 30 huruf jar ‘alaa, 31 huruf jar fii, 40 huruf jar ba’, 6
huruf kaaf, dan 58 huruf jar laam. Isim dibaca jar karena
berpola idhafah 220 data, dan tawabi 23 data. 2. Tanda-tanda
i’rab jar dalam Al-Qur’an surah Al-Kahfi meliputi: kasroh
179 data yang terdiri dari isim mufrad 157 data, regular plural
(jama’ taksir) 13 data dan 9 feminin regular plural (jama’
muannas salim). Ya, berjumlah 19 data, dan fathah,
berjumlah 6 data. Adapun bentuk mabni berupa isim dhamir
sebanyak 258 data, isim isyarah 9 data, isim maushul
sebanyak 15 data, bentuk masdar muawwal 2 data, dan dzarf
mabni 4 data.
Relevansi penelitian Basse Wahida dengan penelitian
ini adalah sama-sama meneliti tentang Majrurat Al-Asma` di
dalam Al-Qur’an yang berupa kajian pustaka (library
research). Sedangkan perbedaannya terletak pada objek
penelitiannya. Peneliti membahas tentang Majrurat al-Asma
dalam Al-Qur’an surah Al-Isra’, sedangkan penelitian Basse
6
Wahida membahas tentang Majrurat al-Asma dalam surah Al-
Kahfi.
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah
penelitian pustaka (library research), di mana peneliti
menelusuri, menganalisis data-data melalui kepustakaan.
Penelitian pustaka yang dimaksud yaitu berupaya
mempelajari teori linguistik atau studi kebahasaan yakni
sintaksis.
Penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan
yang dinilai dapat menunjang kesempurnaan data yang
diharapkan. Di antara pendekatan tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Pendekatan teologis normatif, yakni menggunakan Al-
Qur’an sebagai objek kajian.
b. Pendekatan linguistik, yakni pendekatan dengan
melakukan studi kebahasaan, dalam hal ini analisis
sintaksis pada surah Al-Isra’.
2. Sumber Data Penelitian
a. Data Primer
Dalam penelitian ini yang menjadi data primer
adalah kitab suci Al-Qur’an, terkhusus surah Al-Isra’.
b. Data Sekunder
7
Adapun yang menjadi sumber data sekunder
adalah buku-buku dan literatur-literatur yang berkaitan
dengan penelitian ini. Adapun buku-buku yang
menjadi data sekunder dalam penelitian ini adalah:
1. Al-Khafi fi Syarh al-Jurumiyah karya Aiman Amin
Adul Ghani
2. Jami’ ad- Durus al-Arabiyah (Jilid 3) Mustofa
Ghulayaini
Serta buku-buku penunjang lainnya yang
dibutuhkan dalam penelitian library research ini.
3. Fokus Penelitian
Fokus penulisan di dalam penelitian ini adalah
Majrurat Al-Asma`: kasus genetif di dalam surah Al-
Isra’.
4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan pembacaan surah Al-Isra’ dengan analisis
Sintaksis secara berulang-ulang dan teliti. Pembacaan
berulang-ulang dilakukan untuk mempermudah proses
dalam menganalisis. Kemudian dilakukan pencatatan
terhadap data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
5. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
menganalisis data adalah sebagai berikut:
8
a. Pengumpulan data dan pengecekan data (pemeriksaan
kembali)
b. Reduksi data, dalam hal ini peneliti harus memilih dan
memilah data yang relevan akan dianalisis oleh
peneliti, sedangkan yang kurang relevan tidak
dianalisis
c. Penyajian data, yaitu: identifikasi, klasifikasi,
penyusunan dan penjelasan data secara sistematis,
objektif, dan pemaknaan
d. Penyimpulan, dengan demikian peneliti harus
menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan kategori
dan makna temuan.4
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
peneliti akan menganalisis data dengan langkah-
langkah berikut, yaitu:
1. Peneliti mengumpulkan beberapa kalimat yang
mengandung Majrurat Al-Asma`.
2. Peneliti memilih dan memilah data yang akan
dianalisis.
3. Peneliti mengidentifikasi dan menganalisis jenis-
jenis Majrurat Al-Asma` yang akan dikumpulkan.
4. Peneliti mengumpulkan penelitian tentang
Majrurat Al-Asma` yang terdapat dalam surah Al-
Isra’.
G. Landasan Teori
1. Sintaksis
Sistem gramatika biasanya dibagi atas subsistem
morfologi dan subsistem sintaksis. Subsistem morfologi
membicarakan pembentukan kata dari satuan satuan yang
4 Moh, Ainin. 2010. Metodologi Penelitian Bahasa Arab. Malang: Hilal Pustaka.
Hlm: 134
9
lebih kecil, yang lazim disebut morfem menjadi satuan
yang statusnya lebih tinggi yang siap digunakan dalam
subsistem sintaksis. Subsistem sintaksis membicarakan
penataan dan pengaturan kata-kata itu ke dalam satuan-
satuan yang lebih besar, yang disebut satuan-satuan
sintaksis, yakni kata, frase, klausa, kalimat dan wacana.5
Kata ‘sintaksis’ berasal dari kata Yunani sun
‘dengan’ dan tattein ‘menempatkan’. Secara etimologis
berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi
kelompok kata atau kalimat dan kelompok-kelompok kata
menjadi kalimat.6
Satuan sintaksis yang besar terjadi dari satuan-
satuan yang lebih kecil yang berhubungan satu sama lain
secara fungsional.7 Adapun istilah sintaksis dalam bahasa
Arab disebut dengan Nahwu.
2. Isim dan Pembagiannya
Isim adalah kata benda atau kata kerja yang tidak
disertai dengan keterangan waktu.8Menurut Fuad Nikma,
Isim adalah setiap kata yang menunjukkan manusia,
hewan, tumbuhan, benda mati, tempat, waktu, sifat, atau
wujud abstrak yang terlepas dari waktu.9
5 Abdul, Chaer. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. hal. 3. 6 J.W.M. Verhaar. 1993 Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada
UniversityPress. hal. 70. 7 Harimurti, Kridalaksana. 2002. Struktur, Kategori, dan Fungsi dalam Teori
Sintaksis. Jakarta: KDT. Hal. 49 8 Syamsul, Ma’arif. 2008. Nahwu Kilat, Perpaduan antara teori dan praktik
Ringkas dan Jelas. Bandung: Nuansa Aulia.Hal: 17 9 Fuad Nikma. Loc. Cit.
10
Secara leksikal, isim artinya nama. sederhananya,
isim adalah kata “benda”, namun dengan pengertian yang
lebih luas. Isim mencakup seluruh wujud, baik itu yang
konkret maupun yang abstrak. Karena itu, semua jenis
kata yang yang terdapat dalam bahasa Indonesia
dikategorikan sebagai isim dalam kaidah bahasa Arab,
kecuali “kata kerja” dan “kata tugas” (kata depan, kata
sambung, kata sandang, dan kata seru).10
3. Majrurat Al-Asma`
Isim adalah kata benda atau kata kerja yang tidak
disertai dengan keterangan waktu.11 Adapun kalimat isim
menurut I’rabnya dibagi menjadi tiga, yaitu: Marfu’at Al-
Asma` (isim-isim yang dibaca rafa’), Mansubat Al-Asma`
(isim-isim yang dibaca nasab), dan Majrurat Al-Asma`
(isim-isim yang dibaca jar). Dalam penelitian ini, peneliti
hanya memfokuskan tulisan pada Majrurat Al-Asma`
(isim-isim yang dibaca jar).
Isim-isim yang dibaca jar ada tiga, yaitu:
Isim yang jatuh setelah huruf Jar
Isim yang menjadi Mudhof ilaih
Isim yang mengikuti kalimat isim yang dibaca jar
(tawabi’).12
4. I’rab Jar
I’rab adalah perubahan akhir kalimat yang
disebabkan awamil (faktor-faktor) yang masuk pada isim
10 Ibid. Hal: 2.
11 Syamsul, Ma’arif. 2008. Nahwu Kilat, Perpaduan antara teori dan praktik Ringkas dan
Jelas. Bandung: Nuansa Aulia.Hal: 17 12Mustofa, Ghulayaini. Loc. Cit. Hal: 672
11
berbeda-beda, baik secara lafadz maupun secara taqdir
(dikira-kirakan).13
I’rabnya kalimat isim terbagi menjadi tiga, yaitu:
i’rab rafa’, i’rab nasab, dan i’rab jar. Adapun i’rab bisa
ditandai dengan harakat maupun dengan huruf. Namun,
tanda asli dari i’rab itu sendiri adalah harakat.14 Adapun
isim yang i’rabnya dengan harakat ada tiga, yaitu: isim
mufrad, jamak taksir, dan jamak muannats salim. 15
Tanda-tanda i’rab jar ada tiga, yaitu: kasroh, ya’
dan fathah. Adapun kasroh menjadi tanda i’rab jar
bertempat pada: isim mufrad, jamak taksir, dan jama’
muannats salim. Ya’ menjadi tanda i’rab jar bertempat
pada Asma’ul khomsah, Isim Tasniyah, dan jamak
mudzakar salim. Adapun fathah menjadi tanda i’rab jar
bertempat pada isim ghairu mushorif.16
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan berfungsi utuk menyatakan
garis-garis besar dari masing-masing bab yang saling
berkaitan dan berurutan. Hal ini dimaksudkan agar
memperoleh penelitian yang ilmiah, sitematis, dan
kronologis. Adapun sitematika penulisan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
BAB I: Merupakan bab pendahuluan. Dalam bab ini
terdapat beberapa unsur, yaitu: latar belakang masalah,
13 Aiman Amin, Adul Ghani. Al-Khafi fi Syarh Al-Jurumiyah. Kairo: Dar at-
Taufiqiyyah li at-Turats. Hal: 6 14 Mustofa, Ghulayaini. 2008. Jami’ ad- Durus al-Arabiyah (Jilid 2). Kairo:
Maktabah asy-Syuruq ad-Dauliyah. Hal: 407 15 Mustofa, Ghulayaini. Op.Cit. Hal: 407 16 Syamsul, Ma’arif. 2008. Nahwu Kilat, Perpaduan antara teori dan praktik
Ringkas dan Jelas. Bandung: Nuansa Aulia.Hal: 33-34
12
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
kajian pustaka, metode penelitian, landasan teori, serta
sistematika penulisan.
BAB II: Merupakan kajian teori tentang sintaksis,
isim dan pembagiannya, Majrurat al-Asma’, serta I’rab jar.
BAB III: Menguraikan tentang surah Al-Isra’ itu
sendiri.
BAB IV: Merupakan pembahasan pokok pada
penelitian ini. Di dalamnya menjelaskan tentang Majrurat al-
Asma’ di dalam surah Al-Isra’ serta tanda-tanda i’rab jar di
dalam surah Al-Isra’.
BAB V: Penutup, sebagai bab terakhir yang
memfokuskan pada penarikan kesimpulan dari hasil
penelitian. Bab ini terdiri dari dua sub, yaitu kesimpulan itu
sendiri, dan yang terakhir ditutup dengan saran.
13
BAB II
KAJIAN TEORI
1. Sintaksis
Sistem gramatika biasanya dibagi atas subsistem
morfologi dan subsistem sintaksis. Sub sistem morfologi
membicarakan pembentukan kata dari satuan-satuan yang
lebih kecil, yang lazim disebut morfem menjadi satuan
yang statusnya lebih tinggi yang siap digunakan dalam
subsistem sintaksis. Sub sistem sintaksis membicarakan
penataan dan pengaturan kata-kata itu ke dalam satuan-
satuan yang lebih besar, yang disebut satuan-satuan
sintaksis, yakni kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana.17
Kata ‘sintaksis’ berasal dari kata Yunani sun
‘dengan’ dan tattein ‘menempatkan’. Secara etimologis
berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi
kelompok kata atau kalimat dan kelompok-kelompok kata
menjadi kalimat.18 Sedangkan, sintaksis menurut Verhaar
adalah tata bahasa yang membahas hubungan antar-kata
dalam tuturan. Tuturan adalah apa yang dituturkan orang.
Salah satu satuan tuturan adalah kalimat. Kalimat adalah
satuan yang merupakan suatu keseluruhan yang memiliki
intonasi tertentu sebagai pemarkah keseluruhan itu. 19
Satuan sintaksis yang besar terjadi dari satuan-
satuan yang lebih kecil yang berhubungan satu sama lain
17 Abdul, Chaer. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. hal.
3. 18 J.W.M. Verhaar. 1993 Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada
UniversityPress. hal. 70. 19 J.W.M Verhaar. 1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. Hal: 161
14
secara fungsional.20 Adapun istilah sintaksis dalam bahasa
Arab disebut dengan Nahwu.
Nahwu adalah ilmu tentang pokok, yang bisa
diketahui dengannya harakat (baris) akhir dari suatu
kalimat, baik secara I‟rab atau mabniy.Ilmu nahwu
adalah dalil yang memberitahu kepada kita bagaimana
seharusnya keadaan akhir kata-kata itu setelah tersusun
dalam kalimat, atau ilmu yang membahas kata-kata Arab
dari I‟rab dan bina.21 Menurut Fuad Nikma, ilmu Nahwu
adalah sekumpulan kaidah untuk mengetahui dan
menjelaskan (meng-i’rab) kedudukan serta bentuk akhiran
setiap kalimah(kata) di dalam jumlah (kalimat).22
2. Isim dan Pembagiannya
Isim adalah kata benda atau kata kerja yang tidak
disertai dengan keterangan waktu.23Menurut Fuad Nikma,
Isim adalah setiap kata yang menunjukkan manusia,
hewan, tumbuhan, benda mati, tempat, waktu, sifat, atau
wujud abstrak yang terlepas dari waktu.24
Secara leksikal, isim artinya nama. sederhananya,
isim adalah kata “benda”, namun dengan pengertian yang
lebih luas. Isim mencakup seluruh wujud, baik itu yang
konkret maupun yang abstrak. Karena itu, semua jenis
kata yang yang terdapat dalam bahasa
Indonesiadikategorikan sebagai isim dalam kaidah bahasa
20 Harimurti, Kridalaksana. 2002. Struktur, Kategori, dan Fungsi dalam Teori
Sintaksis. Jakarta: KDT. Hal. 49 21Irawati, Retno purnama.2009. Pengantar Memahami linguistik Arab. Semarang:
pelangi publishing. Hal:107 22 Fuad, Nikma. 2015. Panduan Lengkap Belajar Bahasa Arab Otodidak. Jakarta:
Turos Pustaka. Hal: 1 23 Syamsul, Ma’arif. 2008. Nahwu Kilat, Perpaduan antara teori dan praktik
Ringkas dan Jelas. Bandung: Nuansa Aulia.Hal: 17 24 Fuad Nikma. Loc. Cit.
15
Arab, kecuali “kata kerja” dan “kata tugas” (kata depan,
kata sambung, kata sandang, dan kata seru).25
Adapun ciri-ciri isim yaitu sebagai berikut26:
Bisa diakhiri tanwin, contoh: َِكت اب Bisa diakhiri huruf alif lam (ال) contoh: َُالر ُجل Bisa didahului harf nida` (kata seru), contoh: َ َي
ُُم م دَُ Bisa di-majrur-kan dengan huruf jarr atau
idhafah (penyandaran suatu isim (kata benda)
kepada isim lain sehingga menjadi satu
kesatuan dan menimbulkan pengertian yang
lebih spesifik). Contoh: َِر َالدِ َي ل َاْل ر ضَِ ,ِخل ِمن Bisa menjadi Musnad ilaih (kata yang
diterangkan). Contoh: الكتابَمفيد Kalimah isim ditinjau dari perubahan akhirnya
dibagi menjadi dua, yaitu isim mu’rab dan isim mabni.
a. Isim mu’rab adalah isim yang akhirannya bisa berubah
mengikuti perubahan kedudukannya dalam jumlah. 27
b. Isim mabni adalah isim yang akhirannya tidak bisa
berubah meskipun kedudukannya dalam jumlah
berubah. Macam-macam isim mabniyaitu: isim
dhamir (kata ganti benda/orang), isim isyarah (kata
ganti tunjuk), isim maushul (kata ganti penghubung),
isim syarth (kata syarat), isim istifham (kata ganti
tanya), sebagian zharaf (kata keterangan
25 Ibid. Hal: 2. 26Ibid. 27 Fuad Nikma. Op. Cit. Hal: 13
16
tempat/waktu), isim fi’il (kata benda yang berfungsi
kata kerja) dan ‘adad murakkab (bilangan bertingkat).
Kalimah isim ditinjau dari segi bilangannya dibagi
menjadi tiga, yaitu:
Isim Mufrad: isim yang menunjukkan benda/orang berjumlah
satu (singular), baik itu mudzakar (berjenis kelamin laki-laki),
maupun muannats (berjenis kelamin perempuan). Contoh:
ِجدَ م س Isim Mutsanna: isim yang menunjukkan benda/ orang
berjumlah dua, baik itu mudzakkar maupun muannats. Yaitu
dengan menambahkan alif-nun atau ya’-nun di akhir isim
mufrad.
Contoh: الطالبان Isim jama’: isim yang menunjukkan benda/ orang berjumlah
lebih dari dua (plural). Isim jama’ terbagi menjadi tiga:
Jamak Mudzakar Salim: yang dibentuk dengan
menambahkan huruf wau-nun atau ya’-nun di akhir isim
mufrad.Contoh:مسلمون Jama’ Muannas Salim: yang dibentuk dengan
menambahkan huruf alif-ta’ di akhir isim mufrad.Contoh:
مسلمات Jama’ Taksir: yang dibentuk dengan mengubah bentuk
isim mufrad.Contoh: مساجد Adapun kalimat isim menurut i’rabnya dibagi
menjadi tiga, yaitu: Marfu’at Al-Asma` (isim-isim yang
dibaca rafa’), Mansubat Al-Asma` (isim-isim yang dibaca
nasab), dan Majrurat Al-Asma` (isim-isim yang dibaca
jar). Dalam penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan
17
tulisan pada Majrurat Al-Asma` (isim-isim yang dibaca
jar).
3. Majrurat al-Asma
Adapun isim-isim yang berstatus majrur ada tiga28, yaitu:
Isim yang jatuh setelah huruf Jar
Isim akan berstatus majrur apabila berada
sesudah salah satu dari harf jarr sebagai berikut: ,َلَِ ,َعَ /ِب,َك ,َِإَل ,َح ىت ,لَ ل ,َِف,َع ن ,َرَُ ى,َِمن (َحرفَالقسمب ,و َ)ِب,ت
َِب memiliki banyak makna. Di antaranya, untuk menunjukkan zharf makan (keterangan tempat) seperti َِف, menunjukkan isti’anah (minta bantuan/menggunakan
perantara), ta’widh (menukarkan), iltishaq (adanya proses
pertautan atau berdekatan).
َك untuk menunjukkan makna tasybih (penyerupaan). َل untuk menunjukkan makna kepunyaan, seperti
kepunyaan dan alasan (karena).
َ ِإَل digunakan untuk menunjukkan akhir dari suatu batas. َىلَ ع untuk menunjukkan makna isti'la (berada di atas). َِم ن digunakan untuk menunjukkan makna permulaan atau
sebagian.
َِف untuk menunjukkan zharf makan (keterangan tempat). َع ن untuk menunjukkan makna mujawazah
(melewati/menjauh)
28Mustofa, Ghulayaini. 2008. Jami’ ad- Durus al-Arabiyah (Jilid 3). Kairo:
Maktabah asy-Syuruq ad-Dauliyah. Hal: 672
18
َح ىت menunjukkan makna ujung dari sebuah batas (benar-benar akhir batas).
َُبَ ر untuk menunjukkan makna sedikit.Huruf ini hanya digubakan pada isim nakirah.
م م,َمن م keduanya adalah isim, apabila diikuti oleh fi’il. Namun bila diikuti oleh isim, keduanya menjadi harf jarr,
keduanya bermakna َِمن (mulai dari/ sejak). وَ َحرفَالقسم, ()ِب,ت menunjukkan makna sumpah (demi).
Isim yang menjadi Mudhaf ilaih
Secara leksikal, mudhaf artinya yang disandarkan,
dan mudhaf ilaih artinya yang disandari. Dalam bahasa
Indonesia, mudhaf+mudhaf ilaih serupa dengan frasa
nominal atributif, yang menggunakan pola DM.
Sebuah isim akan berstatus majrur apabila
menempati kedudukan sebagai mudhaf ilaih. Mudhaf ilaih
adalah isim zhahir atau isim dhamir yang disambungkan
dengan kalimah sebelumnya (mudhaf). Susunan mudhaf
dan mudhaf ilaih membentuk frasa idhafah.
Para ahli Nahwu menerangkan bahwa mudhaf
ilaih berstatus majrur disebabkan oleh adanya harf jarr
yang tersembunyi. Harf jar tersebut adalah ََلَ ِفَ,َِمن,َ. Ada beberapa isim yang statusnya harus selalu di-
idhafah-kan, yakni tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu
menjadi mudhof. Di antara isim yang selalu menjadi
mudhaf adalah:
,َ ,َب ع ضََُِعن د ,َُذو ,ل د ى,َِسو ى,َُقص ار ى,َح و اَل َِكل , ُد,َأ يُّ,َل ُدن ِكل ت ا,َل ّب َ ,َو ح َ
19
Mudhaf ilaih ada kalanya berupa isim zhahir, ada
kalanya isim dhamir. Apabila mudhaf ilaih berupa isim
zhahir, maka biasanya berbentuk isim ma’rifat. Dan mudhaf
ilaih selalu berstatus majrur.
Apabila mudhaf ilaih berupa isim dhamir, maka
langsung digandeng dengan mudhaf, dan i’rab-nya berada
dalam tempat majrur karena termasuk isim mabni.
Isim yang mengikuti kalimat isim yang dibaca jar (tabi’)
Tabi’ adalah setiap kata yang mengikuti i’rab kata
sebelumnya. Secara leksikal, tabi’ artinya “yang
mengiringi”. Bentuk jamaknya adalah tawabi’. Sedangkan
matbu’ artinya “yang diiringi”. Dalam bahasa Arab, kata
pengiring ada empat macam, yaitu na’at, ‘athaf, taukid,
dan badal. Secara leksikal, na’at artinya sifat, ‘athaf
artinya pertalian, taukid artinya penegasan, dan badal
artinya pengganti.
Matbu’ yang diiringi na’at disebut man’ut,
mathbu’ yang diiringi ‘athaf disebut ma’thuf alaih.
Na’at: adalah tabi’ yang menunjukkan sifat yang pada
matbu’. Na’at ada dua macam, yaitu na’at haqiqi
adalah na’at yang menunjukkan sifat yang ada pada
matbu’ itu sendiri. Na’at sababi adalah na’at yang
menunjukkan sifat yang ada pada isim yang memiliki
ikatan dengan matbu’.
Taukid adalah tabi’ yang disebutkan dalam kalam
untuk menepis ketidakyakinan pendengar. Taukid
terbagi menjadi dua macam, yaitu taukid lafzhi: yakni
dengan mengulang muakkad (kata yang hendak
ditaukid). Taukid ma’nawi: yakni dengan
menambahkan kalimah-kalimah berikut:
20
َُ-ن ف سَُ ي عَُ-ُكلَُّ-ع ي ِْكل ت ا dan ِكل َ-ع ام ةَُ-َجِ Badal adalah tabi’ yang menunjukkan diri matbu’ atau
sebagian dari diri matbu’. Badal ada tiga macam:
Badal muthabiq, yaitu badal yang mewakili
keseluruhan mubdal minhu.Badal ba’dhu min kul:
yaitu badal yang mewakili sebagian dari mubdal
minhu. Badal isytimal yaitu badal yang mewakili apa
yang dikandung di dalam mubdal minhu. Dalam badal
ba’dhu min kul dan badal isytimal, keduanya harus
disambung dengan isim dhamir yang kembali kepada
mubdal minhu.
Athaf adalah tabi’ yang didahului harf `athaf (kata
sambung), yang menyelinginya dari mathbu’.Huruf
`athaf ada sembilan, yaitu: ب ل,َلك ن,ََل,ََأم,َأو,َ,َو,َف,َثَ حىت
4. I’rab Jer
I’rab adalah perubahan akhir kalimat yang
disebabkan awamil (faktor-faktor)yang masuk pada isim
berbeda-beda, baik secara lafadz maupun secara taqdir
(dikira-kirakan).29 Dalam kaidah Nahwu (tata bahasa
Arab), istilah i’rab digunakan untuk menjelaskan atau
mengurai kedudukan atau fungsi setiap kata yang terdapat
dalam sebuah kalimat.30 Kalimah yang mempunyai i’rab
hanyalah isim dan fi’il mudhari’.31
I’rab dari kalimat isim terbagi menjadi tiga, yaitu:
i’rab rafa’, i’rab nasab, dan i’rab jar. Adapun i’rab bisa
29 Aiman Amin, Adul Ghani. Al-Khafi fi Syarh Al-Jurumiyah. Kairo: Dar at-
Taufiqiyyah li at-Turats. Hal: 6 30 Fuad Nikma. Loc.Cit 31 Abaza, MM. Op.Cit. Hal: 33
21
ditandai dengan harakat maupun dengan huruf. Namun,
tanda asli dari i’rab itu sendiri adalah harakat.32 Adapun
isim yang i’rabnya dengan harakat ada tiga, yaitu: isim
mufrad, jamak taksir, dan jamak muannats salim. 33
Tanda-tanda i’rab jar ada tiga, yaitu:
1. Kasroh, menjadi tanda i’rab jar bertempat pada:
isim mufrad, jamak taksir, dan jama’ muannats
salim.
2. Ya’,menjadi tanda i’rab jar bertempat pada Asma’ul
khomsah, Isim Tasniyah, dan jamak mudzakar salim.
3. Adapun fathah menjadi tanda i’rab jar bertempat
pada isim ghairu mushorif.34
32 Mustofa, Ghulayaini. Op.Cit. Hal: 407 33 Ibid 34 Syamsul, Ma’arif. Op.Cit. Hal: 33-34
22
BAB III
SURAH AL-ISRA’
Surah ini terdiri dari atas 111 ayat, termasuk golongan
surah-surah makkiyyah karena diturunkan di Mekah sebelum
Hijrah. Surah ini dinamakan “AL-ISRA’” yang berarti
“Memperjalankan di Malam Hari”, surah ini juga dinamakan
dengan “BANI ISRA’IL” artinya “Keturunan Israil”.35
Surah ini mempunyai beberapa nama, antara lain yang
paling populer adalah surah Al-Isra’ dan surah Bani Isra’il. Ia
dinamai Al-Isra’ karena awal ayatnya berbicara tentang Al-
Isra’ yang merupakan uraian yang tidak ditemukan secara
tersurat selain pada surah ini. Demikian juga dengan nama
Bani Isra’il, karena hanya di sini diuraikan tentang
pembinasaan dan penghancuran Bani Isra’il. Ia dinamai juga
dengan surah Subhana karena awal ayatnya di mulai dengan
kata tersebut. Nama yang populer bagi kumpulan ayat-ayat ini
pada masa Nabi saw. adalah Surah Bani Isra’il. Pakar Hadits
at-Tirmidzi meriwayatkan melalui Aisyah ra. Istri Nabi saw.
bahwa Nabi saw. tidak tidur sebelum membaca surah az-
Zumar dan Bani Isra’il. 36
Tujuan dan tema utama surah Al-Isra’
Beberapa persoalan pokok yang diuraikan surah ini
selain Keesaan Allah dan Keniscayaan Kiamat, antara lain
tentang:
35 M. Quraish Shihab. 2002. Tafsir Al Mishbah: Pesan, kesan, dan Keserasian Al-
Qur’an. Jakarta: Lentera Hati. Hal: 393 36 Ibid. Hal: 395
23
a. Isra’ Nabi Muhammad saw.
b. Pembinasaan Bani Isra’il
c. Manusia, perbuatan, dan tanggung jawabnya.
d. Akhlak
e. Al-Qur’an dan keistimewaannya.
Tujuan pokoknya adalah ajakan menuju ke hadirat
Allah swt. dan meninggalkan selain-Nya, karena hanya Allah
Pemilik segala sesuatu dan hanya Dia juga yang
mengutamakan sesuatu atas lainnya. Ini antara lain tecermin
pada uraian Isra’ di mana Rasul saw. diajak menuju ke
hadirat-Nya.37
Al-Baqa’i berpendapat bahwa tema utama surah ini
adalah ajakan menuju ke hadirat Allah swt. dan meninggalkan
selain-Nya, karena hanya Allah Pemilik rincian segala
sesuatu dan Dia juga yang mengutamakan sesuatu atas
lainnya. Itulah yang dinamai taqwa yang batas minimalnya
adalah pengakuan akan Tauhid/Keesaan Allah swt. yang juga
menjadi pembuka surah yang lalu (An-Nahl) dan puncaknya
adalah ihsan yang merupakan penutup uraian surah An-Nahl.
Ihsan mengandung makna fana’ yakni peleburan diri kepada
Allah swt. Semua nama-nama surah ini mengaju kepada tema
itu. nama subhana yang mengandung makna penyucian Allah
swt. merupakan nama yang paling jelas untuk tema itu,
karena siapa yang Maha suci dari segala kekurangan, maka
Dia sangat wajar untuk diarahkan kepada-Nya semata segala
pengabdian, dan berpaling dari selain-Nya. Demikian juga
nama Bani Isra’il. Siapa yang mengetahui rincian keadaan
mereka dan perjalanan mereka menuju negara suci Bait al-
37 M. Quraish Shihab. 2012. Al-Lubab: Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari surah-
surah Al-Qur’an. Tangerang: Lentera Hati. Hal: 212
24
Maqdis yang mengandung makna Isra’ yakni perjalanan
malam, akan menyadari bahwa hanya Allah yang harus
dituju. Dengan demikian, semua nama surah ini, mengarah
kepada tema utama yang disebut di atas. Demikian al-
Baqa’i.38
Penamaannya dengan Bani Isra’il dapat terlihat
dengan jelas pada awal uraian surah ini. Kita dapat berkata
bahwa sembilan ayat pertama merupakan uraian pendahuluan
tentang Bani Isra’il menyangkut anugerah Allah kepada
mereka, dan yang selanjutnya mereka banggakan, khususnya
janji Allah kepada mereka tentang Bumi Kan’an sebagaimana
termaktub dalam Perjanjian Lama, Keluaran VI 5-6. Akan
tetapi, janji itu bukanlah tidak bersyarat, mereka dituntut
untuk mengamalkan syariat Taurat, karena itu pada ayat
kedua dan ketiga surah ini mereka diingatkan tentang wasiat
dan tuntutan Allah swt. kepada Nabi Musa alaihi salam yang
merupakan Nabi yang sangat mereka agungkan. Sedangkan
pada ayat keempat dan kelima mereka diingatkan tentang
siksa pertama yang menimpa mereka, lalu pada ayat keenam
mereka diingatkan tentang pengampunan Ilahi, lalu pada ayat
ketujuh diuraikan tentang penyiksaan yang mereka alami
sebagai bukti kebenaran ancaman Allah dan pada ayat
kedelapan dan kesembilan uraian tentang apa yang akan
mereka alami di masa-masa mendatang. Demikian, lalu
berlanjut surah ini silih berganti menguraikan tentang ajaran
Al-Qur’an serta peringatan terhadap kaum muslimin, yang
bila tidak mengamalkan tuntunan-Nya dapat juga mengalami
nasib yang dialami oleh Bani Isra’il itu.39
38 M. Quraish Shihab. Op.Cit. Hal: 396 39 Ibid, Hal: 396-397
25
Thabathaba’i berpendapat bahwa surah ini
memaparkan tentang Keesaan Allah swt. dari segala macam
persekutuan, surah ini lebih menekankan sisi penyucian Allah
swt. dan sisi pujian kepada-Nya, karena itu berulang-ulang
disebut di sini kata Subhana (Maha Suci). Ini terlihat pada
ayat pertama, ayat 43, 93, 108, bahkan penutup surah ini
memuji-Nya dalam konteks bahwa Dia tidak memiliki anak,
tidak juga sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula
hina yang memerlukan penolong.40
40 Ibid, Hal: 397
26
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Klasifikasi Majrurat Al-Asma` dalam Surah Al-Isra’
Majrurat Al-Asma` adalah isim yang dibaca jar karena
disebabkan oleh tiga hal, yaitu didahului oleh huruf jar, isim
yang menjadi mudhaf ilaih, serta isim dijarkan sebab tawabi’
(mengikuti kata sebelumnya yang dibaca jar). Adapun peneliti
menemukan Majrurat Al-Asma` (isim-isim yang dibaca jar) di
dalam surah Al-Isra’ berjumlah sebanyak 447, yang terdiri dari
isim yang majrur karena huruf jar sebanyak 243, isim yang
majrur sebab menjadi mudhaf ilaih sebanyak 191, dan isim yang
menjadi tawabi’ sebanyak 13. Adapun klasifikasinya sebagai
berikut:
1. Isim dibaca jar karena didahului huruf jar
a) Isim dijar-kan sebab huruf jar ba (ب) dalam surah Al-Isra’ Isim yang dijar-kan sebab huruf jar ba (ب) di dalam
surah Al-Isra’ peneliti temukan sebanyak 56. Daftarnya
adalah sebagai berikut:
No No.
Kartu
Data
Ayat Analisis
ببببببببببر ىْ 2 .1 ْارَبببببببببب يْ س اأ ِ ببببببببببَّ ه ْع َّ بببببببببب ْ بس ْ ْ ببببببببب ْا بببببببببر ا ْار س َ ببببببببب ر بببببببببي ْلَْ بببببببببببببببببب ْا ببببببببببببببببببىْارَبببببببببببببببببب يْ ار س ت ن ببببببببباْ ْ َ ببببببببب ن ببببببببباْح ن ر ببببببببب ْر ن ر ببببببببب َْ ر ك َب
"َع ب دََِ" adalah isim yang dibaca jar,
karena didahului
huruf jar (ب) . Adapun tanda i’rab jar nya
menggunakan kasroh
27
ري ) ْارَس يع ْار َّ .karena isim mufrad (1 نَ ْه ن
بببببببببببببببرَ ْ ل بببببببببببببببي م ْ 30 .2 بببببببببببببببم ْار ك ْر ك َْر د د َن ُث ك م ْ ببببببببببببببببب د َن ببببببببببببببببببن ا ْ بْ و َ َْْ و ب ن بببببببببببببببببب
ْن ف ريْاْ) ثب ر (6و ج ع ل ن اك م ْ ك
“ adalah isim yang ”أ م و الَ dibaca jar, karena
didahului huruf jar (ب) . I’rab-nya menggunakan
kasroh karena isim
jamak taksir.
ن ببببببببببببببببببببببببببببببببببنأ ْ 43 .3 َ ْ ب ْ َ و َأْارَببببببببببببببببببببببببببببببببب بببببببببببببر ْ َب خ اَْبْْْل ْ بببببببببببببم ْ ببببببببببببب َن ت ببببببببببببب
(10 ر يْ ا)
ِخ ر ةَِ“ adalah isim ”اْل yang dibaca jar,
karena didahului
huruf jar (ب) . Adapun tanda i’rab jar nya
menggunakan kasroh
karena isim mufrad.
ببببببببباأ ْ 45 .4 ن س رَشبببببببببر ْ و ببببببببب س ْاُ د بببببببببا ه َْْب بببببببببنْ ْ ببببببببباأ ْ ن س ْاُ ببببببببباأ ْل بببببببببري ْو ك َب
(11ْ)ْ
adalah isim ”الش ر َِ“yang dibaca jar,
karena didahului
huruf jar yaitu huruf
jar (َِب) .Adapun tanda i’rab jar nya
menggunakan kasroh
karena isim mufrad.
رَشبببببببببر ْد بببببببببا ه ْ 47 .5 ببببببببباأ َْب ن س و ببببببببب س ْاُ ْل بببببببببري ْ بببببببببنْ َْْب ببببببببباأ ْ ن س ْاُ ببببببببباأ و ك
adalah isim yang ”اْل َِ“dibaca jar, karena
28
(11) didahului huruf jar yaitu huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar nya
menggunakan kasroh
karena isim mufrad.
بببببىْ 61 .6 ْك ف ْك ت اب ببببب بببببر بببببا ب بببببن ْب نب ف س ْار يب يَّْاْ) ْح س (14 ل ي
adalah isim yang ”ن ف سَِ“dibaca jar, karena
didahului huruf jar yaitu
huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar nya
menggunakan kasroh
karena isim mufrad.
ْبب ع بببب ْ 73 .7 َ ببب َْ ِ بببر وأ ْار َ ببب ن ببباَْ ل ك بببم ْ ه و ك بببببىْ ْو ك ف ْ َّ ببببباد ه ْب ر ب بببببن ببببنَ ْب ببببب ن نب ريْاْ) (17خ َّ ريْاْب
adalah isim yang ”ر ب َِ“dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan kasroh
karena isim mufrad.
8. 75 ْ ببببببببببىْب ر ب بببببببببب ْو ك ف ْبب ع بببببببببب ْن ببببببببببنَ َ بببببببببب َبببببببببببريْاْْب ببببببببببب ن نبْ َّ بببببببببببريْاْب َّ ببببببببببباد ه ْخ
(17)
adalah isim yang ”ر ب َِ“dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan
kasroh karena isim
jama’ taksir.
29
ْ َ ْتب ع َّ بببببببب واْ َ ْ َ ه ْ 95 .9 و ض بببببببىْر بابببببببب
َْ وْ ر ن ار بببببببب َْْب ََ ل بببببببباْ ب ببببببببَّب بببببببباَْنْ ََ س ح ْك ل بببببباْ بببببب اْ و ْار ك ببببببَ ْ ح ن بببببب ك ْتب نب ر ببببببباْ ْو َ ببببببباْ ِ بببببببٍّ ْ ْتب ف بببببببل
ْك ر ميْاْ) (23و ٍّ ْ اْ ب ن ْ
ي نَِ“ adalah isim yang ”ال و الِ د dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan ya’
karena isim tatsniyah.
بببببببم ْ ل بببببببم ْ 106 .10 ِْْب بببببببار باك بببببببك م ْ أ ْنب ف نس ِف ببببببببببببباأ ْ ْك ْف نَببببببببببببب ت ك نن بببببببببببببناْن بببببببببببببا
ْغ ف نرْاْ) (25ر ْل َواب
adalah isim maushul ”م ا“yang dibaca jar karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun isim maushul
tidak memiliki
kedudukan di dalam
i’rab.
11. 127 ْ َ ببببببببببب ْر ببببببببببب ْاربببببببببببر ْ ب َّ س َأْر بَببببببببببب ْ ببببببباأ ْك ْ نَبببببببب ببببببب ر ِ بببببببا ْو ب ه ْب ع َّ ببببببببادْ ش
ريْاْ) (30خ َّ ريْاْب
adalah isim yang ”ِعب ادَِ“dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan
kasroh karena isim
jamak taksir.
ببببببَر ْاَ ْ 132 .12 ْح ْارَبببببب تب ل ببببببناْارببببببنَبف َّ ِ ْتب و َْْب بببب ْ َ ْ بببب ِ بببباْفب ْ ت ببببٍّ َْ ل نَْ َ بببب َ و
ْ َ بببببر ْ س بببببل س اَْنْف ببببل ج ع ل ن بببباْر ن ر ي بببب ْس
adalah isim yang ”اْل َِ“dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan
30
َْ ن نرْاْ) ْك اأ ْ نَ ْار ِ ت ٍّ kasroh karena isim (33ِف mufrad.
13. 137 ْ َ ْ ْار ي ت بببببببيم ببببببببا َ ِ ر ب بببببببناْ ْتب رَبببببببب ْو َْب بببببببَ ه ْ ل ببببببب ْ ْ ب َّب َُ ببببببب ْح َ ببببببب س ْ ح بببببببس
ه ببببببببباأ ْ ْك ببببببببب ببببببببب ْ َأْار ع ر ع ف بببببببببناَْب و و
ئ نْ ْ) (34َ س
ال ِ ََ adalah isim maushul yang dibaca jar karena
didahului huruf jar (َِب). Adapun isim maushul
tidak memiliki
kedudukan di dalam
i’rab (mabni).
14. 138 ْ رَبببببببب ْ َ َْب ْار ي ت بببببببيم ببببببببا َ ِ ر ب بببببببناْ ْتب و بببببببَ ه ْ ل ببببببب ْ ْ ب َّب َُ ببببببب ْح َ ببببببب س ْ ح بببببببس
ه ف بببببببببناْ ببببببببب ْ و و ر ع ببببببببباأ َْْب ْك ببببببببب َأْار ع ئ نْ ْ) (34َ س
adalah isim yang ”ال ع ه دَِ“dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan
kasroh karena isim
mufrad.
ْك ل ببببببببببت م ْو ن بببببببببببناْ 139 .15 ي ببببببببببٍّ ْ ا ا ف ببببببببببناْار ك و و ْ بببببس ا ر ِ س بببببري َْب ْخ ْا ر ببببب بببببت ِ يم ار س
َْت و ْلْ) َ (35و ح س
adalah isim ”ال ِقس ط اسَِ“yang dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan
kasroh karena isim
mufrad.
16. 142 ْ ْر ببببب ببببباْر بببببي َّ َ ْ بببببا ِ ْتب ل بببببم ْْب ببببب ْ و بببببببٍّاْ ْك ْو ار ف ببببببب اد ع ْو ار َّ بببببببر َأْارَسببببببب
adalah isim dhomir ”هَِ“(muttasil) yang dibaca
31
ْك اأ ْ ن ْ ئ نْ ْ) ور ئ jar, karena didahului (36َ س huruf jar (َِب) . Adapun isim dhomir (muttasil)
tidak memiliki i’rab
(mabni).
بببببببم ْ 157 .17 بببببببف اك م ْر باك ر َّ ن ببببببب ْ ف أ ن َْْب و اََّت ببببببب ببببببببببببببببببم ْ ْ ْ َنك ببببببببببببببببببة ْ َن ك ك ْار ل َ بببببببببببببببببب َ
ْ ب ن ْ ْ يْ اْ) ِ نر نأ (40ر تب
“ adalah isim yang ”ال ب ِن يَ dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan ya’
karena isim jama’
mudzakar salim.
ْارَسبببببببببببَّ ع ْ 170 .18 ببببببببببَّ س ْر بببببببببب ْارَسبببببببببب او ا ت س ْ َ بببببببببببب َْ ْو أ ََ ْف ببببببببببببي َ بببببببببببب َ ْو و ا ر ض
بببببببَّ س ْ بببببببس ْ َ ْ س ببببببب ْ ِْب َ ه ْو ر ك ببببببببببببببباأ ْ ْك ْ نَببببببب ِ م بببببببَّ ي ْت س بببببببنأ ِ ْتب ف
ل يْ اْغ ف نرْاْ) (44ح
adalah isim yang ”َح دَِ“dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan
kasroh karena isim
mufrad.
19. 175 ْ ن بببببب ِ ببببببر أ ْج ع ل ن بببببباْبب يب ْار و ا اْ ب ببببببر ن ببببببنأ ْ َ ْ ب ْ َ ْارَبببببب ببببببر ْ و ب بببببب خ ْل َْب
ت نرْاْ) (45ح اَْبَْ س
ِخ ر ةَِ“ adalah isim yang ”اْل dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan
kasroh karena isim
32
mufrad.
ْ ل بببببببم ْ 185 .20 َ ْب ببببببب ْ ا ِْْب ببببببباَن ببببببب بببببببت ع نأ س بببببببم ْ بببببببن ىْ ْو ا ْه ْ ر ي ببببببب بببببببت ع نأ س ْ ْتب َتَّ ع ببببببببببنأ ْ أ ْار َببببببببببار نأ ِ ببببببببببن ا ْ ب
ِ نرْاْ) (47ْ َ ْر ج ْلَْ س
adalah isim maushul م اyang dibaca jar karena
didahului huruf jar ب. Adapun isim maushul
tidak memiliki
kedudukan di dalam
i’rab (mabni).
بببببببت ع نأ ْ 186 .21 ْ ل بببببببم ِْب ببببببباْ س َ ا ْْب ببببببب ْ َن ببببببببببببببم ْ بببببببن ىْ ْو ا ْه ْ ر ي ببببببب بببببببت ع نأ س ْ ْتب َتَّ ع ببببببببببنأ ْ أ ْار َببببببببببار نأ ِ ببببببببببن ا ْ ب
ِ نرْاْ) (47 َ ْر ج ْلَْ س
adalah isim dhomir ”هَِ“(muttasil) yang dibaca
jar, karena didahului
huruf jar (َِب) , adapun isim dhomir (muttasil)
tidak memiliki
kedudukan dii’rab
(mabni).
يَّ نأ ْ 195 .22 بببببت ْفب ت س ببببب ْ ب بببببن ْ ببببب نك م ه ِْب بببببببببببببببت م ْ َ ْ ل بببببببببببببببيْلْ ْر َّ ثب ْ أ و ت نابببببببببببببببنأ
(52)ْ
adalah isim yang َح دَِdibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan
kasroh karena isim
mufrad.
ببببببببببببببم ْ ل ببببببببببببببم ْ 202 .23 ببببببببببببببمْ ر باك ببببببببببببببأ ْْب ك ْ ش “ أ adalah isim dhomir ”ُك مَ (muttasil) yang dibaca
33
ببببباْ َ بببببأ ْ ب ع بببب ب ك م ْو ْ ش ْ أ ُ ك م ْ و ب ببببر ْ ْ ل ي م ل ن اك (54و ك يْلْ) ر س
jar karena didahului
huruf jar (َِب) . Adapun isim dhomir (muttasil)
tidak memiliki
kedudukan di dalam
i’rab (mabni).
ْ ل بببببببم ْ 205 .24 َْ و ر باببببببب ِْْب ببببببب ْارَسببببببب او ا ِف ْ ْف َضبببببببببببببل ن اْبب ع ببببببببببببب ببببببببببببب ْو ر ِ و ا ر ض ن ببببباْد او ود ْ ْو تب يب ْ ل بببببىْبب ع ببببب ارَنَّ ي ببببب
(55 ب نرْاْ)
“ adalah isim maushul ”م نَ yang dibaca jar karena
didahului huruf jar َِب. Adapun isim maushul
tidak memiliki
kedudukan di dalam
I’rab (mabni).
ببببببٍّ ْ 225 .25 ْنب ر س نب ع ن بببببباْ أ بببببباَْ َ ْل ْ و َ َْْب ن بببببببببباْ ْو ببببببببباْا َور بببببببببنأ ْو تب يب بببببببببَ ب ْك أ بببببببناْو ببببببباْ بببببببر ْ ْف ل َّ َ َث بببببببند ْارَنا بببببببة ْْ َ َّْت ن ْفبببببببببباْ ْل ببببببببببٍّ َْب بببببببببباْنب ر س َ و
(59)
تَِ“ َي adalah isim yang ”اْل dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan
kasroh karena isim jama’
muannas salim.
26. 226 ْ َ ْ ْل ببببببٍّ َْب ْنب ر س نب ع ن بببببباْ أ بببببباَْ َ و ْ بببببببببَ ب ْك ن بببببببببباْْو بببببببببا أ ا َور بببببببببنأ ْو تب يب
بببببببناْو ببببببباْ بببببببر ْ ْف ل َّ َ َث بببببببند ْارَنا بببببببة ْْ َ َّْت ن ْفبببببببببباْ ْل ببببببببببٍّ َْب بببببببببباْنب ر س َ و
adalah isim dhomir ”ه ا“(muttasil) yang dibaca
jar, karena didahului
huruf jar (َِب) , adapun isim dhomir (muttasil)
tidak memiliki
34
(59) kedudukan di dalam i’rab (mabni).
27. 227 ْ َ ْ ْل ببببببٍّ َْب ْنب ر س نب ع ن بببببباْ أ بببببباَْ َ و ن بببببببببباْ ْو ببببببببباْا َور بببببببببنأ ْو تب يب بببببببببَ ب ْك أ
بببببببناْ بببببببر ْ ْف ل َّ َ ْو ببببببباَث بببببببند ْارَنا بببببببة ْْ َ َّْت ن ْفبببببببببباْ ْل ببببببببببٍّ َْب بببببببببباْنب ر س َ و
(59)
adalah isim dhomir ”ه ا“(muttasil) yang dibaca
jar, karena didahului
huruf jar (َِب) , adapun isim dhomir (muttasil)
tidak memiliki
kedudukan di dalam
i’rab (mabni).
28. 228 ْ َ ْ ْل ببببببٍّ َْب ْنب ر س نب ع ن بببببباْ أ بببببباَْ َ و ن بببببببببباْ ْو ببببببببباْا َور بببببببببنأ ْو تب يب بببببببببَ ب ْك أ بببببببناْو ببببببباْ بببببببر ْ ْف ل َّ َ َث بببببببند ْارَنا بببببببة ْ
ببببببببببٍّ ْ بببببببببباْنب ر س َ ْل ْ و َ َّْت ن ْفبببببببببباَْْب (59)
تَِ“ َي adalah isim yang ”اْل dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan
kasroh karena isim jama’
muannas salim.
29. 231 ْ بببببببببا ْ ح ْ َأْر بَببببببببب و ا ْ ب ل ن ببببببببباْر ببببببببب رنَبببببببا ْ َْْب ْارَببببببب ببببببباْج ع ل ن ببببببباْاربببببببرا َ و
ْو ارَشبببببب ر ْ ن ببببببْةْر لنَببببببا ْ َ ْف تب ر ب ن بببببباك ببببباْ ُ بببببن فب م ْف ْو ِ بببببر أ ْار ل ع نن بببببة ِْف ار
َّ ريْاْ) ْك (60 ز ه م ْ َ ْط ي اَْن
adalah isim yang ”الن اسَِ“dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan
kasroh karena isim
mufrad.
ببببببببنب م ْ 244 .30 َْ ببببببببت س ع َ ْاس بببببببب َ ْ ببببببببتب ف ز و اس adalah isim yang ”ص و تَِ“
35
ْب ببببببن تْ ْ ل ببببببي م ْ ي ل بببببب َ ل بببببب ْو ج ْ بببببببببببن ا ْا َ بببببببببببار ك م ِْف ْو ل ببببببببببب و ر ج بببببببببببباْ ع بببببببببببب ه م ْ َ ه م ْو د ْو بببببببببببب و ا و
(64ارَشي س اأ ْ َ ْغ ر ورْاْ)
dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan
kasroh karena isim
mufrad.
ببببببببنب م ْ 247 .31 َْ ببببببببت س ع َ ْاس بببببببب َ ْ ببببببببتب ف ز و اس ْ ل ببببببي م ْ َ ل بببببب ْو ج ْ ي ل ببببببب ببببببن ت
ْ بببببببببببن ا ْا َ بببببببببببار ك م ِْف ْو ل ببببببببببب و ر ج بببببببببببباْ ع بببببببببببب ه م ْ َ ه م ْو د ْو بببببببببببب و ا و
(64ارَشي س اأ ْ َ ْغ ر ورْاْ)
ي لَِ“ adalah isim yang ”خ dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan
kasroh karena isim
mufrad.
ْ ل ببببببببببي م ْ 256 .32 ْر بببببببببب َأْ َّ بببببببببباد يْر ببببببببببي َّ بببببببببببىْ بببببببببببل س اأ ْو ك ف ْو ك بببببببببببيْلْب ر ب بببببببببببس
(65)
adalah isim yang ”ر ب َِ“dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan
kasroh karena isim
mufrad.
33. 263 ْ بببببم ْار ف ل ببببب بببببسْر ك بببببم ْارَببببب يْ ب ز ج ر باك بببببل ْ نَببببب ْ ْف ض َ ببببب تب بببببناَْ بببببر ْر تب َّب ِ ْار َّ ِف
يْ اْ)ْب ك مْ ك اأ ْ (66ر ح
adalah isim dhomir ُك مَ (muttasil) yang dibaca
jar, karena didahului
huruf jar ( بَِ) , adapun isim dhomir (muttasil)
tidak memiliki
36
kedudukan di dalami’rab
(mabni).
34. 266 ْ ببببببا ْف س ت م ْ أ نب ببببببمْ ف بببببأ َ ْْب ك َ ان بببببب ج َْ ببببببَّْاُْث بببببٍّ ْ ل بببببي ك م ْح ان ْ ب ر س ار بببببَ ْ و
َْت واْر ك م ْو ك يْلْ) 68)
adalah isim dhomir ُك مَ (muttasil) yang dibaca
jar, karena didahului
huruf jar (َِب) . Adapun isim dhomir (muttasil)
tidak memiliki
kedudukan di dalami’rab
(mabni).
ر ْ ْ 273 .35 ْ ع يبببببببببببب ك م ْف يبببببببببببب ْ ببببببببببببت م ْ أ نب َ ْ ْ َ بببب ببببْفاَْ ببببٍّ ْ ل ببببي ك م ْ ان ببببر ىْف ري س خ
ْفب يب ببببببببر ك م ْ ِْْْب بببببببباارببببببببر س َْ ببببببببر َل ُْث ك ف ن اْب ْت َّ يْعاْ) (69َت واْر ك م ْ ل يب
adalah isim maushul ”م ا“yang dibaca jar karena
didahului huruf jar َِب. Adapun isim maushul
tidak memiliki
kedudukan di dalam
I’rab (mabni).
ر ْ ْ 276 .36 ْ ع يبببببببببببب ك م ْف يبببببببببببب ْ ببببببببببببت م ْ أ نب َ ْ ْ َ بببب ببببْفاَْ ببببٍّ ْ ل ببببي ك م ْ ان ببببر ىْف ري س خ ْ َْ ببببببببر َل ُْث ْك ف ْفب يب ببببببببر ك م ِْب ببببببببا ارببببببببر س
ن اْ (69ت َّ يْعاْ)ْب ْ َت واْر ك م ْ ل يب
adalah isim dhomir ”هَِ“(muttasil) yang dibaca
jar, karena didahului
huruf jar (َِب) . Adapun isim dhomir (muttasil)
tidak memiliki
kedudukan di dalami’rab
(mabni).
37
ببببببببٍَّْ َن ْ 284 .37 ْك بببببببباَْ ْ ب ببببببببن ْن بببببببب ن م ِْب َ ْ ين بببببب ْف أ ور ئ ببببببب ْك ت اب بببببب ْب ي ْ وت َ بببببب ف ْ ببببببببببببببنأ ْ ل ْك ت بببببببببببببباو م ْو ببببببببببببببر وأ ِ ب
(71ف ت يْلْ)
adalah isim yang ”ِإم امَِ“dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan
kasroh karena isim
mufrad.
38. 287 ْ َ بببب َ اَ م ْف بببَّ س ببببٍَّْ َن ْك ب بببن ْن ببب نْك ت اب ببببببببببببببببب ْ ين ببببببببببببببببب وت ْب ي ْف أ ور ئ ببببببببببببببببب
ببببببببببببببر وأ ْْ ِ ْ ب ببببببببببببببنأ ْ ل ك ت بببببببببببببباو م ْو (71ف ت يْلْ)
ِ يَِ“ adalah isim yang ”َي dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan
kasroh karena isim
mufrad.
39. 318 ْ َ بببب ْفب تب ْارَلي ببببٍّ َ بببب َ ْْب بببب ْ و ف ل ببببْةْر بببب َن بببببببباْ َْ ِ ا َْ ْر بابببببببب ْ ب َّب ع ث بببببببب ببببببببىْ أ س
(79َم نْداْ)
adalah isim dhomir ”هَِ“(muttasil) yang dibaca
jar, karena didahului
huruf jar (َِب) . Adapun isim dhomir (muttasil)
tidak memiliki
kedudukan di dalam
i’rab (mabni).
40. 329 ْ بببببببببببببببباأ ن س ن بببببببببببببببباْ ل ببببببببببببببببىْاُ و ا اْ نب ع ْو ىْ َسببببببببب ِْب ان َّ ببببببببب بببببببببر ض ْو ا اَْ
انِ َِ“ adalah isim yang ”ج dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) .
38
ْ ب ئ نْساْ) ْك اأ Adapun tanda i’rab jar (83ارَشراnya menggunakan
kasroh karena isim
mufrad.
بببببببباك ل ت ْ 334 .41 ببببببببٍّ ْ ل ببببببببىْ ببببببببٍّىْ ب ع ْك ببببببببٍّ ْفب ببببببببر باك م ْ ل ببببببببم ْ َ بببببببب ىِْب بببببببب ْ ه ببببببببن ه
َّ يْلْ) (84س
“ adalah isim maushul ”م نَ yang dibaca jar karena
didahului huruf jar َِب. Adapun isim maushul
tidak memiliki
kedudukan di dalam
I’rab (mabni).
42. 340 َْ ه ن اْر ن بببببببببببب ببببببببببببئب ْ َ رَبببببببببببب يْو ر ببببببببببببئ َب ْب بببببب ْ َْت ببببب ْر بببببب َْ ُْث ن ببببباْ ر ي بببببب يب و ح
ن اْو ك يْلْ) (86 ل يب
adalah isim ”ال ِمي“maushul yang dibaca jar
karena didahului huruf
jar َِب. Adapun isim maushul tidak memiliki
kedudukan di dalam
I’rab (mabni).
رَبببببببببببب يْ 343 .43 ََْب ه ن اْر ن بببببببببببب ببببببببببببئب ْ َ و ر ببببببببببببئ ْ َْت ببببب ْر بببببب َْ ُْث ن ببببباْ ر ي بببببب يب ْب بببببب ْ و ح
ن اْو ك يْلْ) (86 ل يب
adalah isim dhomir ”هَِ“(muttasil) yang dibaca
jar, karena didahului
huruf jar (َِب) , adapun isim dhomir (muttasil)
tidak memiliki
kedudukan di dalam
i’rab (mabni).
39
44. 350 ْ َا ْو ا ببببب ن بببببَّ ْاُ ت ع ببببب َ ْاج ببببٍّ ْر بببببئ ْا ت ببببببناْ ِْْب ث ببببببٍّْ ل ببببببىْ أ ِ ببببببر أ اْار بببببب ه
ْبب ع ض ببببب م ْ ببببباأ ْك ْا ت بببببنأ ِْب ث ل ببببب ْو ر بببببن ْظ ريْاْ) (88ر َّب ع
adalah isim yang ”ِمث لَِ“dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan
kasroh karena isim
mufrad.
45. 353 ْ َا ْو ا ببببب ن بببببَّ ْاُ ت ع ببببب َ ْاج ببببٍّ ْر بببببئ ْ ِ ببببببر أ اْار بببببب ْه ْا ت ببببببناِْب ث ببببببٍّ ل ببببببىْ أ
ْا ت بببببنأ ْ ْبب ع ض ببببب م ِْب ث ل ببببب ببببباأ ْك ْو ر بببببن ْظ ريْاْ) (88ر َّب ع
adalah isim yang ”ِمث لَِ“dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan
kasroh karena isim
mufrad.
46. 372 ْ بببببب بببببباْ ْك ْارَسبببببب ا ِ بببببب ْت س و َْت ت ْ ببببببببببببببببببببببببببْفاْ و ْك س ن ببببببببببببببببببببببببببا َْب َْ ل يب
ك ك ة ْ َّ يْلْ) (92و ار ل
adalah isim yang ”اّلل َِ“dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan
kasroh karena isim
mufrad.
ببببببببببببىْ 385 .47 ْك ف َْْب َْ ببببببببببببٍّ يْ اْبب ي بببببببببببب بببببببببببب َّ بببببببريْاْ ْب ع َّ ببببببباد ه ْخ ببببببباأ ْك ْ نَببببببب بببببببن ك م و بب يب
ريْاْ) (96ب
adalah isim yang ”اّلل َِ“dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
40
nya menggunakan kasroh karena isim
mufrad.
48. 388 ْ يْ اْبب ي بببببببببببب بببببببببببب ببببببببببببىَْب َ ْ ْك ف ببببببببببببٍّ ْ ببببببباأ ْك ْ نَببببببب بببببببن ك م َّ بببببببريْاْب ع َّ بببببببادْ و بب يب ه ْخ
ريْاْ) (96ب
adalah isim yang ”ِعب ادَِ“dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan
kasroh karena isim
jama’ taksir.
ببببز ا ه م ْ 399 .49 ْج ت ن بببباْْْب ََّن ببببمْ ا ر بببب ببببر واْت ك ف ببببباْو ر ف ببببباْ ْ ََنْ َْ ْك نَببببباْ ا و بببببار ناْ ا ا
ِْاْج ْ اْ) ل َّب ع نث نأ ْخ (98ر
“ adalah isim dhamir ”ُه مَ (muttasil) yang dibaca
jar, karena didahului
huruf jar (َِب) . Adapun isim dhamir (muttasil)
tidak memiliki
kedudukan di dalam
i’rab.
ببببر واْ 400 .50 ْك ف ببببز ا ه م ْب ََّن ببببم ْج تْ ا ر بببب ن بببباْت ببببباْو ر ف ببببباْ ْ ََنْ َْ ْك نَببببباْ ا و بببببار ناْ ا ا
ِْاْج ْ اْ) ل َّب ع نث نأ ْخ (98ر
تَِ“ adalah isim yang ”آَي dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan
kasroh karena isim jama’
41
muannas salim.
ببببببببر اك يٍّ ْ 423 .51 ْ س ْبب ع ببببببب ه ْر َّ ببببببب َ ببببببب و ب ل ن ببببببباَْ بببببببا ْو ببببببب ْ ْف ببببببب ا اْج بببببببك ن ناْا ر ض اس
ن اْ ئب ر ْج خ (104ر ف يْفاْ)ْب ك مْ اْل
“ adalah isim dhomir ”ُك مَ (muttasil) yang dibaca
jar, karena didahului
huruf jar (َِب) . Adapun isim dhomir (muttasil)
tidak memiliki i’rab
(mabni).
بببببباَْْب ببببب ْ وْ 424 .52 َ ْو ْنب ببببببز نب ز ر ن بببببباه ْو َب بببببب بببببببببببببببببرْاْو ن ببببببببببببببببب رْاْ َ َّ ش ْ َ ْ بببببببببببببببببل ن اك ر س
(105)
adalah isim yang ”اْل َِ“dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan
kasroh karena isim
mufrad.
ْ نب ز ر ن بببببباه ْوْ 425 .53 بببببباَْْب بببببب ْ و َب ببببب َ ْو نب ببببببز بببببببببببببببببرْاْو ن ببببببببببببببببب رْاْ َ َّ ش ْ َ ْ بببببببببببببببببل ن اك ر س
(105)
adalah isim yang ”اْل َِ“dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan
kasroh karena isim
mufrad.
ن بببببببببناْ 428 .54 ن بببببببببناْ َأْْب ببببببببب ْ بببببببببٍّ ْ َ َ ْتب ْ و ْ ب َّ ل بببببب ْ ا اْ َ بببببب ْ وت ببببببناْار ع ل ببببببم َْ َ ارَبببببب
adalah isim dhomir ”هَِ“(muttasil) yang dibaca
jar, karena didahului
42
ل ببببببببببىْ ْ ب تب ْر ْل ا بببببببببباأ ل ببببببببببي م ْف ببببببببببراوأ (107س َ ْ اْ)
huruf jar (َِب) . Adapun isim dhomir (muttasil)
tidak memiliki i’rab
(mabni).
55. 439 ْ َ ُ ْاد ببببببببناْاَ ْ و ْاد ببببببببناْارببببببببَر ببببببببٍّ ْ بببب ْ ببببا ْا س بببباْت بببب ناْفب ل بببب ْا َْ ا
َْو ْ بببببببببر ت ْ َت ْْب بببببببببل َّْت اف ببببببببب و ببببببببببَّ يْلْ ْس ْا ر بببببببببب ْب بببببببببب و بببببببببباْو ابب ت بببببببببب
(110)
“ ةَِص ل َ ” adalah isim yang dibaca jar, karena
didahului huruf jar (َِب) . Adapun tanda i’rab jar
nya menggunakan
kasroh karena isim
mufrad.
56. 441ْ ْ َ ُ ْاد ببببببببناْاَ ْ و ْاد ببببببببناْارببببببببَر ببببببببٍّ ْ بببب ْ ببببا ْا س بببباْت بببب ناْفب ل بببب ْا َْ اْ َّْت اف ببببببببب ْو ت ْب بببببببببل بببببببببر َْت و
ببببببببببَّ يْلْْو ببببببببببا ْس ْا ر بببببببببب ْب بببببببببب و ابب ت بببببببببب (110)
adalah isim dhomir ”ه ا“(muttasil) yang dibaca
jar, karena didahului
huruf jar (َِب) . Adapun isim dhomir (muttasil)
tidak memiliki i’rab
(mabni).
b) Isim dijar-kan sebab huruf jar kaf َك dalam surah Al-Isra’ Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti
menemukan sebanyak 4 buah isim yang dijar-kan sebab
huruf jar kaf َك di dalam surah Al-Isra’, yaitu yang seluruhnya berupa isim maushul م ا. Adapun daftar tabelnya adalah sebagai berikut:
43
No No.
Kartu
Data
Ayat Analisis
ببببببك م ْ 37 .1 ت م ْ نب ف س ببببببنب س ت م ْ ح ببببببنب س ْ ح أ ببببا ْو بببب ْ بببباْف بببب ا اْج ببببأ َل ْفب ل ْ س و أ ببببببببببببببببنه ك م ْ ببببببببببببببببن واْو ج بببببببببببببببر ْر ي س خ اْل
ببببب ْْ خ ل ناْار س ببببباو ر ي ببببب ل بببببنه ْْك د خ ببببباْ ل بببببن اْتب ت َّ بببببريْاْ َ َ واْ بببببرَ ْو ر يب ت ببببب َ ْ َو
(7)
َم ا adalah isim maushul yang dibaca jar karena
didahului huruf jar َك. Adapun isim maushul
tidak memiliki
kedudukan di da