Upload
agungkurniawan
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
...“Izz@tulgumam memberi inspirasi untuk terus menulis dari hati”
(www.mimiracle.blogspot.com- Mira Apoteker UI 64)
- 2 -
“Rangkaian potongan – potongan alur dan perasaan seorang penulis : Agung
Kurniawan, jika kita tahu peristiwa dan perasaan yang ada dibalik tiap souvenir
itu jadi makin bisa menghayati dan memaknai tulisan – tulisan tersebut....”
(Ajitya Kurnia- Mahasiswa berprestasi Farmasi UI)
“ ‘Izz@tulgumam’, kumpulan kata di dunia maya yang memberikan inspirasi,
terutama bagi Anda yang sedang menentukan arah hidup dan mengukir masa
depan “
(Heri Setiawan- Apoteker UI 66)
“Kekhasan dan kekuatan dalam tulisan izzatulgumam membuat inspirasi
tersendiri bagi pembacanya”
(Maryam Iffatunissa- Apoteker UHAMKA)
“Indeed, it is a humble but seriously managed blog I've ever seen. I found some
'values' in several of the postings. I like them very much although haven't yet red
all. I believe, it is a good blog with values”.
(Blog reader from Pare Kediri)
LANGIT MASIH BIRULANGIT MASIH BIRULANGIT MASIH BIRULANGIT MASIH BIRU
Langit masih biru, sebirukah langit hati ku?
Langit kau harus biru, ditengah kesabaran dalam gejolak mendung yang hebat.
Langit masihkah biru, gumam?apakah juga sebiru langkah mu, sebiru cita-cita
mu sekarang?.
Langit haruskah masih biru, tapi yakinkan aku cinta!seperti diatas langit ada
langit lain yang lebih tinggi, seperti merasakan diatas kesabaran ada kesabaran
lain yang berpacu pada syukur yang bertingkat. Bekasi 06012009
- 3 -
- 4 -
Kata PengantarKata PengantarKata PengantarKata Pengantar
Alhamdulillah, dengan gema syukur kepada Allah swt yang tak pernah henti
berkumandang dalam hati, selesai juga tulisan souvenir sederhana ini. Sebuah tulisan
jiwa dan ukiran hati penulis untuk hati penulis dan untuk semua. Sebuah tulisan
pengalaman kejujuran, pengalaman memahami idealitas, dan pengalaman memahami
kebijakan realitas yang pernah ditulis dalam blog sederhananya di
www.izzatulgumam.blogspot.com .
Souvenir ini merupakan cicilan – cicilan ukiran hati penulis yang semoga
mengantarkan pada teman – teman untuk tetap mengkobarkan semangat untuk segera
menggenapkan setengah agamanya di jalan da’wah, jalan pilihan para nabi-nabi, jalan
kemuliaan. Semoga tetap memberikan inspirasi yang mudah dipahami hati. Maaf jika
banyak sentilan – sentilan ruhani dan kritikan realitas, tetapi semoga juga tetap
membangun dan tidak menggurui.
Souvenir ini sebenarnya diberikan khusus buat (saya) penulis sendiri dan insya
Allah untuk siapapun yang akan menjadi pendamping hidup penulis nantinya sebagai
hujjah, pengingat komitmen, penggugah gairah saat – saat kritis kejumudan melanda
nanti. Dan secara umum diberikan kepada siapapun yang membutuhkannya.
Tiada gading yang tak retak, begitupun da’wah yang disampaikan dari manusia
kepada manusia pasti banyak kesalahan dan kekhilafan, penulis mohon maaf atas itu
semua. Semua saran dan kritik sangat ditunggu penulis agar penulis tetap dapat menulis
dengan ilmu – ilmu dan pengalaman amal baru yang terus berkembang. Wallahu’alam
bishowab
Bekasi, juli 2009
Penulis
- 5 -
Don’t be afraid : Don’t be afraid : Don’t be afraid : Don’t be afraid :
dijalan da’wah dijalan da’wah dijalan da’wah dijalan da’wah
aku (akan) aku (akan) aku (akan) aku (akan)
menikah!! menikah!! menikah!! menikah!! “Subhanallah....
kata itu yang selalu
mengiringi hapalan saya
setelah pertanyaan
syukur“ Fabiayyialaa
irrobbikuma
tukadzibaan...,
Alhamdulillah ya Robbi”. Kalimat yang terlontar di antara momentum tiap tahap
perjalanan hidup saya di beberapa akhir bulan ini. Betapa tidak, beberapa hitungan hari
lagi saya insya Allah akan mengikuti dan menyusul keberhasilan beberapa teman saya
yang sukses menggenapkan agamanya sekaligus menggenapkan titel
keprofesiannya....SEMPURNA!! seperti ukhti Melly, Mba Amellia, Siti Saodah dan ibu
Dea yang beberapa dari mereka telah ‘sukses’ terhamili secara sah oleh suami –
suaminya... ^_^ Piss ya bu.
Kita perlu mengacungkan jempol buat mereka semua, termasuk saya....saluuut!!.
apalagi seperti Ibu Dea dan ukhti Melly yang mengambil jalan dan keputusan itu di usia
sangat muda, usia yang sangat produktif untuk melakukan banyak hal. Hal ini juga yang
meyakini saya bahwa kecintaan perlu memutuskan, perlu mengambil jalan dan arah
perkembangan cinta itu kemana harus diteruskan, kemana harus dibawa, dan ditanam
ditanah mana ia (cinta) akan dapat tumbuh sempurna.
Akhirnya masa itu pasti akan datang juga, disaat waktu yang tepat dan insya
Allah dengan orang yang tepat pula. Allah telah membuka rahasia terbesar kehidupan
apabila hambanya telah siap menerimanya. Termasuk beberapa rahasia besar
kehidupan manusia setelah rahasia awal hidup, rezeki dan kematian, yaitu Jodoh atau
pasangan hidup...subhanallah, ini nikmat terbesar yang lebih besar dari semesta raya ini
saat pintu rahasia itupun terbuka. Tak sanggup rasanya hati ini menampungnya.
Dia datang dan di datangkan oleh Allah saat kita sudah benar – benar
membutuhkan akan hal itu. Yang jauh maka Allah akan dekatkan, jadi gak usah pake
konspirasi didekat-dekatkan dengan aktifitas – aktifitas yang gak syar’i (like pacaran).
- 6 -
Yang sulit maka Allah akan mudahkan, jadi jangan merasa sulit dan malah jadi sesulit
gak bertanggung jawab. Yang belum mampu maka Allah akan mampukan, jadi jangan
coba – coba merasa gak dimampu – mampukan apalagi ditunda – tunda karena itu kufur
nikmat namanya teman. Biarkanlah takdir itu melakukan mekanisme-Nya, sebab akan
ada sejuta alasan dan cara Allah akan menyatukan kedua insan saat takdirnya tiba,
dengan cara apapun!!. Begitupun tentang takdir perpisahan atau kehilangan, maka akan
ada sejuta alasan dan cara pula jika Allah akan memisahkan kedua insan tersebut, dan
takkan ada mahluk apapun yang berkuasa di alam semesta ini mampu menghalanginya.
Jadi ini hanya sebuah bab cerita besarnya keyakinan dihati yang menghujam dengan
daya kerja otak yang cerdas dan karya amal – amal optimal yang terus terjaga
kebarokahannya.
Menikah Menikah Menikah Menikah LLLLiiiinnnntas tas tas tas PPPProvinsirovinsirovinsirovinsi dan Budaya dan Budaya dan Budaya dan Budaya
Mungkin kisah proses saya tidak “sebaik” dan se-umum teman – teman dalam
menggenapkan ad-diin ini, prosesnya yang sangat singkat sekali, gak mau kalah sama
pos kilat-nya Pos Indonesia atau Tikki. Saya pun tak mampu membayangkan keajaiban
dari keberkahan ini. Kalau bukan karena campur tangan Allah yang sangat besar dalam
proses ini mungkin tidak akan terjadi. Tepat 16 Mei 2009 setelah beberapa minggu hasil
ta’aruf, saya mengkhitbah seorang akhwat bernama Winda Apriyanti bukan karena
emosi atau nafsu sesaat ini pilihan cinta, ia tinggal di daerah yang masih sangat asing
bagi telinga saya: Bengkulu nun jauh di Sumatra sana. Ia seorang da’i-ah yang menurut
saya sangat berupaya ikhlas terhadap da’wah-nya, sederhana&meneduhkan (emangnya
pohon akhi.. ^_^), lulusan Universitas Gajah Mada di Yogyakarta...jangan bilang – bilang
ya teman kalau beliau sedikit saya puji ditulisan ini, bahaya! ^_^ (jangan ge-er ya
ukhti^_^piss).
Ta’aruf dan khitbah terjadi bertepatan dengan masa sibuk kuliah apoteker saya.
Terlebih saat khitbah, karena tepat bulan itu saya masih PKPA industri di LAFI-AD
Bandung, jadi agenda pulang balik Bandung – Bekasi menjadi sering dan kok terasa
dekat, juga bersemangat ya^_^, walaupun saat itu penyakit DBD melanda saya dan
Ujian kompre tulis sangat menghantui menuntut konsentrasi yang lebih. Hanya kata
ikhlas yang mampu menggerakan kekuatan dan percepatan proses itu.
Hasil syuro kemarin saat khitbah akhirnya menetapkan tanggal 8 agustus 2009 di
Bengkulu nanti insya Allah saya akan memproklamirkan diri merubah status single
menjadi double melalui akad (perjanjian besar), dengan mahar sederhana sebuah
Al qur’an orisinil dari negri Mesir, seperangkat perhiasan semampu-nya dan sebuah
hapalan surat Ar Rohman: surat terfavorit calon istri saya katanya, ia sangat menyukai
- 7 -
arti dan makna deretan tiap ayat surat tersebut...Demi sang calon pacar, bismillah saja
akhi!. Mohon do’anya ya teman untuk kelancarannya.Tanggal 9 Agustus baru acara
resepsi-nya digedung Taman Budaya Bengkulu.
Hingga sampai tahap akhir ini bukan perkara yang mudah dengan kondisi saya
yang masih kuliah, belum berpenghasilan tetap dan keluarga yang baru tiga bulan
sebelumnya menikahkan adik saya tercinta. Keyakinan pada Allah yang besar dan
saling menyakinkan antara saya dan ukhti yang ikhlas da’wah-nya itu tentang
keikhlasan, kebarokahan dan orientasi untuk da’wah turut menguatkan bahwa itu adalah
pondasi yang terkuat yang pernah hadir, sebab ia bisa sekuat gunung sebagai pondasi
pasak bumi ini, dan bisa juga selemah, sangat lemah, bagai bulu – bulu halus yang
berterbangan tertiup angin saat semuanya tak murni terkotori.
Kilas balik sejenak: siapa yang akan menyangka jika akhir penantian saya
berakhir dengan akhwat yang sama sekali sangat tidak saya kenal, bukan hanya orang-
nya tetapi tempat tinggal dan domisili kuliah-nya. Seribu tanya bukan hanya pada saya
sendiri, keluarga saya pun pasti akan banyak menanyakan-nya lebih tentang keyakinan
saya ini, begitulah saat sisi rasionlitas hadir dan cukup menggoda. Biodata yang terkirim
via email dari pemimbing menjadi semburat misteri hingga akhirnya sampai hinggap di
email saya, antara keraguan dan keyakinan meminta tanya sempat terlintas..”jika proses
ini dilanjutkan apakah cukup memungkinkan dengan kondisi saya yang masih sibuk
kuliah yang juga masih cukup menyedot dana IMF (infak mother&Father) untuk pergi
lintas provinsi hanya sekedar untuk ta’aruf tatap muka?...huffhfff” toh tidak ada kepastian
juga, bahwa saya akan diterima setelah ta’aruf nanti kesana, dalam istilah Quis-nya
masih perlu tools bantuan fifty-fifty... ^_^,yuu mari korban quis!. Apalagi yang diandalkan
kalau bukan shalat dan do’a senjata ampuhnya kaum muslimin(semoga bukan saat
terdesak saja)!!Estafet demi estafet istiqorah terus digelorakan hingga membuahkan
keyakinan, dan rangkaian do’a – do’a terus dihajatkan agar membuahkan kemudahan.
Permohonan do’a saya cukup sederhana saat fase ta’aruf biodata itu “Ya Allah,
hadirkanlah cinta pada hati ini dan hadirkan rasa cinta pada keluarga kami berdua agar
cinta kami dapat berpadu...amiin”.Dalam hening dalam kesunyian, karena cinta harus
untuk diupayakan dan dimohonkan sebab hati dan rasa (feel) itu hanya milik Allah, Ia
pun yang Maha Berkehendak mutlak mengendalikannya.
Kunfayaakun, bukan bimsalabim...insya Allah benar!!, keikhlasan adalah jalan
bebas hambatan dimana pemakainya berjalan tanpa macet oleh kemacetan dunia atau
akhirat, tapi memang harga tarif masuk tol-nya berbayar (perjuangan&kesungguhan),
semua pasti ada harga-nya teman! Termasuk harga keyakinan kita, bahkan ini yang
- 8 -
sangat besar nilainya dimata Allah. Kabar gembira dari buah keyakinan itupun hadir via
sms dari pembimbing halaqoh menjelang agenda PKPA saya di Bandung, bahwa
akhwat yang ikhlas da’wah-nya ini bersedia datang ke Jakarta untuk ta’aruf tatap muka
dengan saya...subhanallah ya ukhti!! dalam getar – getar dawai hati ini bergumam.
Ta’aruf.....ya ta’aruf, ya tatap muka. Tahap memastikan, tahap memastikan cinta
berdua, dengarkanlah cara ia berbicara, renungkanlah pola alunan bicara dan suara
hatinya, pastikanlah raut – raut wajah-nya yang memancarkan keimanan dan keyakinan
pada kerangka cinta misi-jiwa, yang awal – awalnya mungkin hanya dugaan dan
prasangka saja. Sekarang ia hadir dihadapan saya, dia hidup, dia bertanya dan dia pun
menjawab. Ia tersenyum dan dia tetap menjaga hijab-nya, ia pun juga memastikan
itu...memastikan kecenderungan dan dugaan - dugaan cintanya. Hanya satu jam kira –
kira, satu jam tidak lebih. Kita saling bertanya dengan tiga termin: tentang saya-dia
(personal), tentang keluarga dan membangun keluarga da’wah, dan terakhir tentang
komitmen terhadap da’wah. Sungguh singkat dan ajaib menurut saya, karena itu adalah
pertemuan pertama saya, dan selanjutnya untuk pertemuan kedua adalah langsung saat
agenda khitbah, agenda yang mempertemukan kami dan antar kedua keluarga, bahkan
saya kadang masih rada linglung belum mengenal dengan pasti calon istri saya apabila
beliau menyatu diantara kerumunan anggota keluarganya saat itu^_^. Ajaib tapi bukan
mistis, Jadi tanpa ada agenda umum pertemuan perkenalan tatap muka antara saya
dengan orang tuanya, atau bahkan orang tua saya dengan ukhti yang ikhlas da’wahnya
ini. Mereka (ortu) mengenal masing - masing kami dari biodata dan kestiqohan pilihan
kami..subhanallah, shortcut!!, memotong waktu yang ada, hampir saya sendiri tak
percaya, masih ada ya Allah orangtua seperti itu di jaman ini^_^.
Believed or not!! tapi don’t be afraid, sebab jika anda tak percaya segera saja
buktikan sendiri teman....berani!!!.Menanti pertemuan ketiga sepertinya pasti akan lebih
seru, sangat berkesan dan pasti saya akan dibuatnya grogi berat, teman. Pertemuan
nanti yang insya Allah di Bengkulu 8 Agustus 2009 di saat saya sudah berhak sah
memegang erat tangan dan mencium keningnya tanda cinta Allah bahwa telah
menikahkan hati kami, setelah saat indah ayat – ayat cinta Ar-rahman itu rampung saya
lantunkan, biarlah malaikat dan bidadari surga cemburu....ya Allah, seakan seperti
mimpi, mimpi dari jiwa yang menerangi dan cita – cita yang menyala, mimpi yang terus
terbuai bunga – bunga mimpi oleh lantunan salah satu kutipan ayat cinta itu Hal jazaa’ul
ihsaani ilal ihsaan..dan bunga - bunga mimpi inilah yang membuat saya tak mau untuk
terbangun segera.....^_^
(Izzam, 28072009 my Room; Ya Allah ridhoilah dan mudahkanlah jalan kami)
- 9 -
IKHLAS : korelasi IKHLAS : korelasi IKHLAS : korelasi IKHLAS : korelasi
niat yang murni niat yang murni niat yang murni niat yang murni
dan cinta yang tak dan cinta yang tak dan cinta yang tak dan cinta yang tak
pernah padam...pernah padam...pernah padam...pernah padam...Jangan anggap enteng
wilayah (niat) ini, bisa jadi
dialah biang keladi dari
segalanya!! Seperti kata
penyair “Barang siapa yang
tidak benar permulaan kehendaknya, niscaya tidak akan selamat pada kesudahan
akibatnya.”. Jadi, niat bisa saja sebagai penyelamat dunia- akhirat, bisa juga jadi
musibah terbesar kita. Habis gelap terbitlah terang atau bisa jadi sebaliknya. Ini hanya
rangkaian awal yang akan menjadi penentu rangkaian akhir. Abstrak, ikhlas yang terarah
dari kerja yang terbaik maka timbulah karya yang sempurna, ia menjadi nyata dengan
perjalanan waktu, waktu yang membuatnya berbentuk, beraroma, berupa, dan
terlukiskan dengan macam – macam rupa, tapi obsesilah yang membuatnya semakin
hidup, bergairah, sibuk, membara dan bergerak melesat mencapai tujuannya. Niat
seperti bahan bakar jiwa untuk himmah (cita-cita) yang kuat atau mimpi-mimpi yang
mulia. Jadi kalau bahan bakarnya tidak murni atau bahkan oplosan bisa dipastikan
mesinnya panas dan cepat rusak seperti juga syair ini “Kelesuhan sesudah mujahadah
(kesungguhan) timbul karena adanya kerusakan pada awal langkah pertamanya”
Perjalanan niat adalah muara untuk segala konflik lanjutan, mulai konflik jiwa hingga
menuju konflik membangun peradaban.Dimulailah niat diri sendiri, ya setelahnya
meniatkan untuk menyatakan memadu dua jiwa, ini bukan perkara mudah dan
sembarang. Sepertinya memang tidak terlihat, karena niat memang wilayah tak
berwujud (diawal), tak seorang pun tahu, tapi kekuatannya dapat dirasakan dengan
pasti, dan focus kekuatannya adalah kemurniannya.
Maka berhati – hatilah saat berniat, sebab ujian niat itu pun banyak, waktu salah satu
indicator menguji eksistensinya, rupa ujiannya pun beragam, berwarna-warni yang bisa
menjadi pengotor kemurniannya. Bejuta alasan dari beribu janji kosong yang berlindung
dari bisikan meremehkan tapi cukup menggiurkan tentang seberapa masih pentingkah
- 10 -
meniatkan memadu dua jiwa di jalan da’wah sebagai komitmen da’wah, adalah tameng
terkuat yang pernah hadir dalam kisah merajut cinta menuai berkah seorang muslim
yang bersungguh.
“…maka barang siapa yang hijrah menuju (ridho) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya
itu kepada Allah dan Rasul-Nya….(HR. Bukhari-Muslim)
Berat memang untuk mendapatkan keduanya; niat yang memadu dua jiwa dengan
kemurnian niat yang tinggi untuk da’wah, dan kebutuhan cinta yang kadang berbalut
nafsu. Kita perlu memisahkannya sekarang!berilah ruang hati untuk berbicara dengan
jujur, dan janganlah menunda! gunakanlah metode ekstraksi ma’rifah bertingkat terlebih
dahulu, antara cinta suci dan nafsu duniawi, maka didapatkan sari pada tingkat tertinggi
kemurnian yang lebih, menuju kemurnian jalan niat tersebut, seperti kutipan akhir hadist
sederhana ini agar di dapatkan keduanya: Niat yang murni dan cinta yang tak pernah
padam.
“…Hendaknya pilihlah yang beragama agar berkah kedua tanganmu”(HR. Muslim).
(Izz@m; 03012009, Bekasi)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- 11 -
Mencintai itu Mencintai itu Mencintai itu Mencintai itu
adalah pilihan..adalah pilihan..adalah pilihan..adalah pilihan..
Mencintai itu adalah
pilihan, seperti hidup yang
harus memilih amal terbaik
dari yang baik di tiap
perbagian sekat – sekat
waktu dengan pajak resiko
dan hadiah hidup lainnya.
Mencintai itu adalah
pilihan, seperti saat
romansa pilihan cinta itu hadir, maka memilih keadaan apapun dalam domain atmosfer
cinta menjadi lebih berarti dan bermakna di mata pecinta sejati. Sebab sejarah pilihan
cinta sejati tak pernah bisa di beli dengan dinar, tak bisa di rayu dengan kekuasaan, dan
tak akan bisa termakan oleh waktu. Ia lebih berharga dan lebih indah dari segalanya.
Jika hidup mu penuh dengan cinta yang kuat dan saling menguatkan, maka menjadikan
segala aktifitas mencintai harus menjadi pilihan: “pilihlah yang kau cintai dan cintailah
yang kau pilih, seterusnya istiqomahlah”, begitulah kisah abadinya cinta, sederhana
bukan!?memang, tapi kadang tak sesederhana yang dilakukan. Oleh sebab itu siapapun
yang menjadi pilihan cinta mu untuk kau cintai, maka itu adalah harus pilihan tepat dari
berbagai banyak cinta lain yang ditawarkan.
Mencintai itu adalah keputusan, seperti membuat keputusan besar yang unik, kadang
tanpa mekanisme yang jelas, tapi kadang dengan rasa jiwa yang pasti. Tidak juga
seperti keunikan layaknya syuro (rapat) partai - partai besar dengan masing – masing
mekanismenya hingga hadir keputusan besar berupa kebijakan perbaikan umat.
Mekanisme keputusan mencinta ini lebih unik dari itu, kadang tidak mengenal siapa
harta, engkau tahta atau dialah Yusuf As, hanya kau yang bisa merasakannya sendiri
nanti.
Ku putuskanlah mencintai! sebab elemen mencintai itu adalah keputusan itu sendiri.
Kalau kau mencintai maka kau harus memutuskan. Mengambilnya berarti
menguatkannya. Seperti memutuskan dari suatu hal antara keadaan yang kadang
- 12 -
sangat rumit tentang rasa dan perasaan yang sulit untuk dibayangkan imajinasi, tentang
keadaan rasional dan irasional yang sering bercampur baur, tentang keadaan antara
idealita, realita, kepastian dan kesemuan yang kadang ambivalen, bisa tentang
fenomena sensitifitas hati yang kunjung mudah berbolak – balik, atau tentang afiliasi
heterogenitas perbedaan agama, suku, daerah dan bangsa yang menjadi momok adat
dan mitos – mitosnya.
Keberanian memutuskan juga berbicara tentang kekhawatiran yang menggerogoti asa
pada resiko – resiko cinta yang sebenarnya tak perlu dirisaukan, tentang sejarah
keyakinan keputusan cinta dalam jarak perjalanan panjang hijrah mekkah – madinah
yang cukup dramatis itu, tentang juga pertimbangan mengambil jalan da’wah atau jalan
lainnya yang cukup menggiurkan, juga tentang timbang-menimbang proyeksi keadaan
masa kini dan masa datang yang sangat mengurai banyak tanya kestiqohan kita pada-
Nya: pada kepastian pahala – pahala dan kebarokahan orang – orang (jatuh) mencinta,
atau mungkin tentang degradasi tawakal bahwa ini adalah ujian keyakinan untuk
memilih perjalanan panjang tiada akhir, melelahkan, yang sebenarnya kita pun juga tak
pernah tahu akan akhir kisah dan dimana kepastian cinta ini akan bermuara.
Tetapi dalam aktifitas cinta dan mencintai tetap harus memilih, harus memutuskan,
dengan akad – akad syar’I-nya. Memutuskan untuk menuju jalan kelanjutan episode
cerita pertumbuhan cinta itu dengan segala pelangi - pelangi resikonya, karna cinta
butuh tumbuh dan berkembang lebih lebat, lebih sehat, kokoh dan percaya diri hanya
dalam taman – taman itu (red:Pernikahan). Inginkah cinta mu tumbuh lebih
sehat?Jawaban masalahnya sederhana: saat masa tunas cintamu sudah tumbuh hadir
hadir didepan mata dan kau ingin memutuskannya, apakah kau sudah cukup memberi
kekuatan keyakinan (azzam), menghilangkan keraguan hingga batas ZERO akan pilihan
keputusan besar (mencintai) itu, teman?; agar akar cintanya selalu kokoh menghujam ke
bumi dan buahnya lebat menjulang ke angkasa raya....Fa idzaa azzamta
fatawakal’alallah.
(Izz@m, 07062009, my room: 1:30 WIB; Jangan ada ragu diantara kita)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- 13 -
Nasihat adalah cinta………..Nasihat adalah cinta………..Nasihat adalah cinta………..Nasihat adalah cinta………..Siapa yang tak butuh nasehat, semua pasti butuh itu. Sebab itu adalah stabilitas dari
sebuah hubungan sosial bahkan hubungan vertikal bagi yang memaknainya. Tak mudah
memang melakukannya, apalagi dalam kaidah hidup bersama, tapi juga tak begitu sulit
untuk memulainya, oleh
sebab itu dalam salah satu
surah Al qur’an; Al ashar
yang saya pernah pelajari
tafsirnya meletakan iringan
menasehati dengan kata –
kata sifat lainnya yaitu:
dengan kebenaran (hak),
dengan kesabaran dan di
surah ayat lain sering
dinyatakan harus dengan
iringan kasih sayang. Sifat
– sifat itulah yang akhirnya
dapat membuat siklus
menasehati dapat hidup
dan dapat berjalan baik
dengan mekanisme
seharusnya.
Jadi tulisan ini sebenarnya
saya peruntukkan khusus
untuk “seseorang” yang
sedang selalu saya tunggu kesediaan akadnya, dan juga secara umum buat teman –
teman lain jika saya ternyata sedang susah untuk ditausiyahkan, emosi tak terkendali,
keras kepala, khilaf dan lain sebagainya. Agar teman nantinya coba bantu ingatkan saya
pada sebuah tulisan sederhana ini yang pernah saya posting sebelumnya, dengan
membacakannya, atau menge-printnya atau menulisnya ulang untuk diberikan kepada
saya, atau mengirim melalui email atau juga berikanlah dalam bentuk “surat cinta”, jika
hal itu memungkinkan…selebihnya adalah kesabaran saya untuk membaca sendiri.
- 14 -
Nasihat AdalahNasihat AdalahNasihat AdalahNasihat Adalah Cinta……. Cinta……. Cinta……. Cinta…….
Nasihat adalah cinta; lahir dari sinopsis rangkaian kata hati.
Nasihat adalah buah kepatuhan dari amal sebelumnya yang kemudian melesat
keluar, ia bisa seperti mentari yang terus menyinari sehingga timbul hujan, yang
dulu hujan kemudian timbul pelangi dengan pesan indah warnanya.
Nasihat adalah buah akhlaq tersendiri bagi pemiliknya.
Nasihat adalah esensi kehidupan, makna hidupnya yang kuat esensi karena
memberi.
Nasihat itu adalah dimensi gagasan yang mulia, luas dan mendalam.
Nasihat adalah pancaran kekuatan dari gejolak perubahan.
Nasihat itu adalah pertumbuhan, harus tumbuh dan abadi dibenak ummat.
Nasihat itu juga adalah selimut dan pakaian bagi saudaranya, melindungi jiwa
dan raga.
Nasihat adalah indikator sehatnya iman dari jiwa yang menerangi dan cita – cita
yang menyala.
Nasihat itu juga adalah puncaknya harapan bagi sang perindu harapan.
Nasihat itu adalah rambu – rambu perjalanan menuju tujuan, karena rangkaian
nasihat adalah perjalanan panjang adalah istiqomah.
Nasihat adalah juga kehangatan ukhuwah yang mendalam, sedalam samudra.
Nasihat adalah ruang refleksi tisqoh yang terang, saling menerangi karena saling
memahami.
Dan sebab nasihat itu juga adalah simpul kebersamaan, kebersamaan untuk
hidup di kehidupan akhir yang abadi adalah SYURGA.
Bersyukur dan beruntunglah yang mendapatkan nasihat. Sebab hari – hari tanpa
nasihat adalah langkah kemunduran dan bagi da’wah adalah awal kematian.
Romantis bukan!!saya sarankan anda juga memberikan bagian kutipan bait – bait ini
pada orang yang anda sayangi saat anda merasakan keadaan yang sama. Sebab
dengan saling menasehati semoga kita termasuk generasi yang memiliki level
kesabaran yang lebih tinggi dari pada mengolah kesabaran untuk pribadi...Watawa
sobrisobr... (Izz@m, 09082009; 23:14wib, Ingatkanlah selalu saudaramu!!)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- 15 -
Seni PenantianSeni PenantianSeni PenantianSeni Penantian“Di antara orang-orang mukmin
itu ada orang-orang yang
menepati apa yang telah mereka
janjikan kepada Allah; maka di
antara mereka ada yang gugur.
Dan di antara mereka ada (pula)
yang menunggu- nunggu dan
mereka tidak merobah(janjinya)”.
(QS Al Ahzab : 23)
Penantian : menunggu merupakan derivatnya, dan lahir dari induknya: kesabaran. Disini
kadang hanya ada diam, hanya perenungan, hanya keheningan yang dalam, bisa
ketergesa – gesaan, atau ujian ketahanan pada komitmen pilihan, tapi di lain sisi
istiqomah pada keyakinan membuat kegiatan ini membawa kegairahan tersendiri yang
unik untuk bergerak. Yang seakan membuat saat jarak dan waktu tak berjangka tak
pernah jadi hambatan menuju perjalanan yang dituju, bahkan bisa menjadi wisata –
wisata hati tiap waktu pemiliknya. Saat waktu (penantian) yang ada layaknya gelas yang
kemudian terisi penuh oleh larutan kopi nikmat juga termahal : Starbuck, dengan
makanan kecil menjadi penutup waktu senja atau pengantar semangat untuk memulai
kembali beraktifitas kerja lembur, terlihatlah jelas indahnya penantian hari ini.
Seni penantian :Gagal mengisi, gagSeni penantian :Gagal mengisi, gagSeni penantian :Gagal mengisi, gagSeni penantian :Gagal mengisi, gagal yang dinanti …….al yang dinanti …….al yang dinanti …….al yang dinanti …….
Seni membuat setiap karya atau aktifitas apapun terlihat lebih indah, karna seni adalah
keindahan itu sendiri. Seni adalah kualitas, disini ada ketelitian sang pelukis, disana ada
kecermatan sang pemahat patung, disana sini ada kelenturan keseresian gerak – gerik
sang penari balet dan penari Bali. Dan seni tentunya juga bicara kecepatan, kekuatan
bagi atlit sang seniman – seniman otot dan strategi. Hidup tanpa seni ibarat hidup yang
kurang merasa asin walaupun hidup dalam lautan : kurangnya cita rasa hidup.
Seni penantian adalah seni mengelola kelenturan keyakinan dari keraguan yang selalu
hadir di tiap dimensi asa, seni penantian mengemas dengan baik kecemasan dan
ketergesaan (isti’jal) menjadi ketenangan hingga tiap amal berbuah menjadi berkualitas,
seni penantian selalu mengisi ruang kanvas putih tak berbingkai tak berbatas dari
- 16 -
keterkosongan warna menjadi kecermatan, keserasian dan ketelitian lukisan sang
maestro penuh warna, penuh makna. Seni penantian adalah seni uji ketahanan pada
sebuah pilihan terhadap perjalanan waktu, seni penantian merupakan saat dimana
rumitnya mengolah kekuatan ketertarikan prinsip terhadap ketertarikan daya sumber
goda nafsu duniawi yang hebat, seni penantian adalah seni mengolah kejenuhan
(jumud) menjadi kegairahan (ghiroh) yang tak terbatas, atau seni penantian itu
seharusnya seperti seni menanti kelahiran jundi (buah hati) yang pertama akan lahir
atau seni menanam padi petani menunggu panen raya tiba.
Jadi sebenarnya seni penantian adalah seni dimana kita sebenarnya sedang tidak
“menunggu” (pasif) melainkan istiqomah aktif….mereka tidak merobah (janjinya)”. (QS Al
Ahzab : 23). Kita tidak sedang menunggu, tapi kita sedang terus bekerja keras
melengkapi menyempurnakan, dan fase akhir yang sering kita sebut hasil penantian
adalah ruang sebenarnya dimana kerja tugas kita telah sempurna dan lengkap
seluruhnya dimata kita, baik itu kerja perencanaan kegagalan dengan takdir kegagalan
atau kerja rencana yang sempurna dengan menuai hasil kesuksesan. Sebab tiap
perbagian waktu selalu punya kelengkapan jalan ikhtiar dan takdir yang sudah
digariskaNya, maka tak salah jika Amirul mu’minin berwasiat dalam sebuah hadist yang
terkenal ini..
“Apabila engkau berada diwaktu pagi, maka janganlah engkau menungu waktu sore.
Dan jika engkau berada diwaktu sore, maka janganlah engkau menunggu waktu pagi”.
Bisa dipastikan mungkin awal gagal hasil penantian adalah saat kita mulai hadirnya fase
dalam emosi, rasa dan situasi dimana kondisi psikologi kita mulai “menunggu” penantian
itu sendiri, sekali lagi waktu selalu punya kelengkapan dan penyempurnaan untuk terus
dilengkapi, sehingga gagal mengisi bisa jadi akan gagal menanti. .
Melengkapilah….Melengkapilah….Melengkapilah….Melengkapilah….
Ada yang menanti kelahiran, pasti juga ada yang menanti kematian, diruang jarak
penantian batas umur inilah seni penantian berbicara sejauh mana hasil seni penantian
berupa ukiran sejarah kehidupan seseorang ini dapat dikenang sepanjang masa. Ada
yang menanti - nanti kemerdekaan (Palestina) sebagai negeri terjajah, dan pasti ada (tak
disadari) bersiap menanti kehancuran (Amerika&Israel terlaknat) sebagai bangsa
penjajah, disinilah gejolak seni penantian memberikan kemampuan untuk seni bertahan
hidup dan seni berjuang, sebab bangsa siapa yang terus melengkapi hajatnya maka
bangsa itupun yang akan menuai hasilnya, untuk kemerdekaan dalam kemuliaan atau
- 17 -
kematian dalam syahid yang abadi kelak. Ada yang menanti perceraian tapi banyak juga
yang akan menantikan untuk memadukan dua jiwa, dalam penantian yang kadang
panjang dan melelahkan jika tak memahami makna seni penantian itu dengan benar.
Tapi disinilah letak peran seni penantian yang menghiasi awal sebuah penentuan
peradaban selanjutnya.
Jadi setiap umat manusia pasti punya penantian sebagai hajatnya, selama masih ada itu
(penantian yang baik) maka bumi ini belumlah akan kiamat, begitulah pesan Rosulullah
pada kita, oleh sebab itu sebanyak mungkinlah berharap dalam kaidah seni penantian
yang benar, maka segera lengkapilah!!Bisa jadi kita sering alpa dengan ceklist
kelengkapan ini diantara ceklist banyak yang lain dalam melakukan seni penantian yang
baik dan benar. Ceklist yang merupakan alat berkomunikasi pada wilayah transenden
Sang Pemilik Takdir Allah swt, yaitu: berdo’a dan mendo’akan. Mungkin dengan do’a
yang singkat seperti ini menjadi ceklist kesempurnaan kelengkapannya takdir-Nya,
walaupun kita tak pernah tahu siapa yang akan menjadi jawaban hasil penantian ini,
maka berdo’alah : “Ya Allah, berikanlah pasangan jiwa ini selalu kesabaran dalam ujian “Ya Allah, berikanlah pasangan jiwa ini selalu kesabaran dalam ujian “Ya Allah, berikanlah pasangan jiwa ini selalu kesabaran dalam ujian “Ya Allah, berikanlah pasangan jiwa ini selalu kesabaran dalam ujian
dan selalu syukur dalam nikmat yang tak perdan selalu syukur dalam nikmat yang tak perdan selalu syukur dalam nikmat yang tak perdan selalu syukur dalam nikmat yang tak pernah henti. Dan Pertemukanlah kami setelah nah henti. Dan Pertemukanlah kami setelah nah henti. Dan Pertemukanlah kami setelah nah henti. Dan Pertemukanlah kami setelah
penantian hanya dalam keimanan, kecintaan dan da’wah yapenantian hanya dalam keimanan, kecintaan dan da’wah yapenantian hanya dalam keimanan, kecintaan dan da’wah yapenantian hanya dalam keimanan, kecintaan dan da’wah yang tak pernah ng tak pernah ng tak pernah ng tak pernah
padam…amiin”. padam…amiin”. padam…amiin”. padam…amiin”.
(Izz@m 27032009, my room Bekasi; Inspirasi indah ba’da ’ngisi’ di Cilodong Depok)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- 18 -
KOntriBusiKOntriBusiKOntriBusiKOntriBusiSaat punya keinginan untuk menuliskan tentang judul ini jadi teringat akan salah
satu misi hidup seorang sahabat:“mewakafkan diri untuk da’wah”, sebuah cita – cita yang
mulia sebelum hal ini terlaksana, dan merupakan manusia terbaik bagi yang telah
merealisasikan ditiap
bagian waktu hidupnya.
Kontribusi; mudah
diucapkan tetapi tidak
semudah untuk diamalkan,
kita harus punya ruang hati
yang lapang disini, karena
kita akan menampung
banyak rasa, banyak
‘gesekan ikhlas”. Lain itu
juga kita harus punya
sesuatu hal yang lebih, apakah ini bernilai lebih materi atau non materi, fisik, pemikiran,
waktu, yang paling minimal adalah zhon (sangkaan) dan doa yang terbaik.Mungkin
sebuah sms sederhana ini dari seorang sahabat bisa menguraikannya :
Berita di metro tv para ikhwah di gaza yg sdg sakaratul maut, 150 orang syahid akibat
srngn udara israel la’natullah, allahummansur mujahidina fi gaza, qum ya akhi..doakan
mereka dlm keheningan malam (28122008)
Kebanyakan kita akan merespon untuk berkontribusi mungkin hanya dengan
memforward sms tersebut segera, sebagian berkontribusi do’a dan menanti waktu
tengah malam untuk menyempurnakan hajat do’anya, sebagian kita juga ada yang
mencari informasi kemana harus menyumbangkan hartanya, sebagaian kita juga ada
yang menunggu sms lanjutan kapan agenda aksi bersama itu dilaksanakan, sebagian
juga ada yang mengisi blog-nya dengan tulisan-tulisan yang mendukung perjuangan
palestina dan melaknat Israel dengan ‘gaya’ kreativitas tulisannya masing-masing, dan
sebagian lainnya dari kita juga ada yang langsung mendaftar untuk menjadi mujahid
disana. Tak lain, kontribusi selalu punya variasi warna tersendiri, seperti cermin
fenomena keimanan kita masing – masing.
- 19 -
Modal KontribusiModal KontribusiModal KontribusiModal Kontribusi
Bukan hanya investor atau pedagang yang memiliki modal untuk memulai dan
menjaga eksistensi penjualannya, disini kontribusi juga bicara tentang modal. Ini
tuntutan dasar (primer) bagi kontributor terbaik, selebihnya adalah tuntutan sekunder
yang bisa di sikapi dengan cerdas dan kreatif, misalkan :masalah sarana (akses)
berkontribusi dan apa yang kita miliki untuk berkontribusi.
Tak lain sejarah selalu mencatat bahwa cintalah modal dasar untuk
berkontribusi, dimana ada cinta di situ kontribusi berbicara dan meruah, dimana ada
cinta disitulah kontribusi bermilitansi, dimana ada cinta disanalah ada kekuatan besar
untuk memberi yang tak henti tanpa pamrih, dimana ada cinta di situ ada kontribusi ruh
untuk kematian untuk kehidupan yang abadi, dimana cinta itu ada dan mulai ‘gila’
disanalah pula terjadi ledakan – ledakan kontribusi yang hebat. Berlumur darah bagi
jasad, dan melayangnya jiwa hanya bagian keadaan dimana kontribusi punya cerita
akhir yang bahagia, semakin lelah perjuangan berkontribusi terjadi semakin puaslah jiwa
untuk kebahagiaan akhir yang didapat. Maka ketika ditanya,untuk apa seorang kakek
lumpuh icon perjuangan Palestina: Syekh Ahmad Yassin duduk dengan tegarnya
mencermati gejolak-gejolak intifadah saat itu, apakah ia sudah tidak layak turut berjuang
dan berkontribusi?tidak!! ia masih punya modal yang sangat esensi untuk berkontribusi
saat itu yaitu cinta; cintanya pada Agama-nya dan cintanya pada tanah Jihad itu
(Palestina),maka segenap hambatan raganya tidak menjadi masalah. Dengan modal
cinta akan masih hidup seberkas kontribusi do’a yang tulus ikhlas, masih membara
guratan ekspresi perjuangan dalam wajahnya, masih ada semangat yang harus
dikobarkan tiap harinya untuk para prajuritnya, dan masih berjalan pula otak strategis
gerilyanya. Yang pasti Ia tak pernah ‘bangkrut’dengan modal itu, seperti pejuang –
pejuang sejati yang lahir pada masa – masa kenabian lalu.
Petani lupa ladangPetani lupa ladangPetani lupa ladangPetani lupa ladang
Saat cinta tidak bisa hadir dalam sanubari maka upayakanlah untuk berusaha
mencari sejuta alasan untuk tetap berkontribusi “jika belum sanggup ikhlas, cukuplah
taat sebagai alasan terbaik mu”.Jangan seperti ini, kisah petani di dunia entah berantah
ini yang lupa akan ladangnya. Bukan masalah harga pupuk yang melambung tinggi,
bukan masalah saat lahan yang sudah terbatas, keadaan muslim kita masih mirip seperti
yang dituliskan Dr. Yusuf Qordhowi dalam “titik lemah umat Islam” yang dengan kata lain
diceritakan, bahwa kita belum optimal menggunakan sumber daya alam dan sumber
daya manusia karena kita lemah dari bersungguh – sungguh untuk berkontribusi.
- 20 -
Mungkin kita sudah lupa bahwa filosofi berkontribusi ini ibarat menanam untuk
kelanjutan siklus kehidupan, seperti masa petani zaman sekarang yang futur (malas)
atau petani yang petani yang petani yang petani yang lupa lupa lupa lupa akaakaakaakan ladangnya n ladangnya n ladangnya n ladangnya sendiri, atau bahkan sudah lupa cara bertani yang
benar, saat budaya mengimpor sebagai kelanjutan budaya konsumtif sudah mendarah
daging, padahal apa - apa yang kau tanam pasti itulah yang kau panen. Mungkin tidak
didunia ini, tapi pasti akan panen raya dikhirat sana. Seperti wahyuNya : ”Siapa yang
melakukan perbuatan yang baik dari laki – laki dan wanita, dan dia beriman niscaya Kami
memberinya kehidupan yang baik dan Kami balas mereka dengan pahala yang baik
sebaik apa yang pernah mereka lakukan ( An Nahl 97) ”.
Kontributor terbaikKontributor terbaikKontributor terbaikKontributor terbaik
Siapakah kontributor terbaiknya?ialah orang terbaik yang mampu mencintai yang
dicintainya dengan terbaik, seharusnya adalah orang – orang yang paling dekat dengan
kita, karena yang dekat umumnya juga memiliki kedekatan kecintaan satu dengan yang
lainnya, dekat secara iman; kita satu secara iman dengan muslim Palestina, dan
mencintai dalam ikatan ukhuwah, maka kita secara spontan akan berkontribusi untuk
akidah dan kemerdekaannya, begitu juga tentang kedekatan uraian visi, misi dan
keturunan. Sejarah Islam mewakilinya pertama dengan icon terbaik istri – istri Nabi yaitu
Bunda Khadijah dan Bunda Aisyah, dalam dua masa kenabian yang berbeda. Khadijah:
kontribusi terbaik apa yang tak pernah luput dari nya untuk perjuangan da’wah sang
Nabi, saat yang lain mempertanyakan wahyu pertama yang hadir, dan pernyataan awal
kenabian, beliaulah yang melindungi dan menyambut dengan keimanan diawal. Lain
dari itu ialah sahabat terbaik nabi yaitu Abu Bakar as Shiddiq. Saat yang lainnya
mewakafkan setengah atau beberapa bagian, beliau mewakafkan seluruhnya untuk
da’wah sang Nabi.
Jadi kontributor terbaik ‘buku sejarah da’wah’ kita tak lain nantinya ialah
pasangan jiwa kita, sebagian keluarga (keturunan) kita, dan sahabat – sahabat terbaik
kita. Merekalah pecinta terbaik sekaligus kontributor terbaik di masanya nanti. Ia juga
yang mampu mengambil bagian berkontribusi untuk melengkapi semangat kita,
kekurangan kita, dan bahkan kelebihan kita yang tak terkendali, itulah bagian terindah
efek kontribusi secara kolektif. Selain itu mereka pun berkontribusi untuk visi pribadi
mereka yang sebenarnya akan dituju; mencari keridhoan Allah swt. Karena yang di cinta
bukan hanya kita dan misi, tetapi teratur dari marhalah cinta itu sendiri, disini cinta dan
kontribusi punya marhalah!. Oleh sebab itu untuk pasangan jiwa mu, ia harus tergabung
menjadi satu jiwa dengan mu, satu misi dari bulatan besar niat untuk tekad baja yang
- 21 -
saling menguatkan berkontribusi dalam perjuangan panjang ini. Karena ia pasangan jiwa
yang juga harus saling menyeimbangkan satu dengan satu lainnya., oleh sebab itu jika
salah satu pasangan jiwa mu mulai terdegradasi niat, hingga mungkin berguguran
berkontribusi amal Islam, maka lupakanlah peran itu dari eksistensi drama ini, mungkin
yang hanya mampu dikenang esok di syurga adalah romantisme kita dulu saat berjuang
sendiri, bukan saat – saat romatisme kita berkontribusi bersama, bersatu dalam satu
misi, satu jiwa... (Izz@m, 04012008 Bekasi).
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- 22 -
SEMUA DIMULAI SEMUA DIMULAI SEMUA DIMULAI SEMUA DIMULAI
DARI SINI! DARI SINI! DARI SINI! DARI SINI!
Zaman perlu perbaikan,
masa sekarang adalah masa
perbaikan dan masa
pembinaan. ketika Yusuf
Qordhowi, Sayyid Qutbh,
Hasan Albana dan Sa’id
hawa sebagai generasi
ideologi pada Zamannya,
sekarang kita menikmati itu
semua walaupun tidak bisa digeneralisasi. kemenangan ideologi Islam sebenarnya
sudah terjadi saat ini walaupun terkadang musuh – musuh Islam tak sadar akan hal itu,
seperti sudah jenuhnya masyarakat Amerika terhadap pemerintahannya sendiri yang
dikendalikan oleh yahudi terlihat jelas dengan indikator, banyaknya kebijakan -kebijakan
pemerintah yang ditentang oleh masyarakatnya sendiri seperti peperangan serta
kekerasan dan bahkan kebijakan Amerika terhadap negara jajahannya banyak ditentang
juga, sudah jelas masyarakat menginginkan fitrah kembali. kemenangan ideologi inipun
jelas terlihat dengan banyaknya organisasi – organisasi Islam didunia secara tak
langsung mengadopsi prinsip jamaah yang dianut Ikhwanul muslimin walaupun dengan
bermacam – macam nama.
masa sekarang adalah masa -masa strategis kita masih kalah dalam masalah strategis
inilah yang perlu diperbaiki dan memperbaiki tidak semudah membalikkan telapak
tangan manusia normal tetapi yang kita balikan adalah telapak tangan manusia yang
sakit, mungkin malah hampir lumpuh dan ini perlu kerja besar, perencanaan yang
matang, terapi yang tepat dan latihan yang kontineu.
Agenda besar dan "semua dimulai dari sini " dengan menikah??? kok menikah? ya!
menikah secara Islami syaratnya dan dengan individu yang tertarbiyah tentunya. sekali
lagi semua dimulai dari sini, membangun umat membentuk peradaban baru Islam.
masalah – masalah umat yang besar seperti uraian diatas akan mudah terselesaikan
disini dengan apabila terdapat barisan jamaah keluarga yang Islami. menikah adalah
membentuk organisasi Islam terkecil tapi dengan berjangka tujuan yang panjang untuk
- 23 -
dunia dan akhirat, terdapat juga kerja besar, yang merupakan tempat latihan
kematangan diri, dari itu semua pucuk peradaban dimulai dari sini. jadi tunggu apalagi
untuk menyelesaikan masalah umat yang semakin hari semakin kumat kenapa kita tidak
coba untuk menikah bagi pemuda – pemudi yang sudah siap, tentunya dengan Syar'I!!!!.
(Izzatul Gumam) 10/06/04 tangerang.
RUMAH RUMAH RUMAH RUMAH
Bagi yang belum menikah ini tidak terlalu bermasalah tapi bagi mereka yang ingin
menikah itu mungkin bagi sebagian orang menjadi masalah bahkan masalah besar bagi
meraka yang menikahnya dilandasi oleh nilai – nilai materialisme. Awal niat menikah
selain nafkah, rumah juga perlu dipikirkan akh! pikir tak dipikir tetap terpikirkan juga, tapi
kalau penilaian menikah salah satunya adalah rumah akan banyak Akwat yang tak
terjamah atau bahkan batal target untuk menikah bagi ikhwan.
Sudahlah lupakan masalah rumah itu segeralah menikah, karena rumah (rezeki) itu
adalah bagaian yang sudah tergariskan oleh Allah melalui takdirnya. Tapi rumah yang
dimaksud disini bukan rumah seperti itu, melainkan sudahkah kita minimal membuat
disain (maket) dari "rumah kehidupan" itu, ini yang terpenting. rumah kehidupan yang
terdiri dari pondasi – pondasi kefahaman tentang menikah baik tujuannya, akidah, dan
konsep – konsep dasar dalam berumah tangga yang Islami, bangunannya juga harus
kokoh dengan segala aturan, strategi dan program – program kerja yang jelas agar tidak
terdapat kehampaan dalam berumah tangga, program yang bernilai ibadah dan
pembinaan jangka panjang maupun jangka pendek untuk generasi selanjutnya, atapnya
pun harus mampu menopang badai dan angin topan sekalipun, atap yang kuat adalah
bagaimana belajar tsiqoh antar keduanya dan belajar menumbuhkan sikap
pahlawan/berani dalam menghadapi setiap cobaan yang menghadang secara bersama
layaknya peristiwa Khadijah dan rosulullah dengan atap pernikahan yang kuat saat nabi
Muhammad SAW diangkat menjadi rosul hingga Khadijah meninggal pun atap itu tetap
kuat bagi yang ditingalkan. (Izzatul Gumam) 10/06/04. 23:30 Tangerang.
- 24 -
YANG BERTAMBAH !! YANG BERTAMBAH !! YANG BERTAMBAH !! YANG BERTAMBAH !! "Barang siapa yang mensyukuri nikmatKu akan aku tambahkan nikmat itu, dan barang
siapa yang mengkufuri nikmatKu sesungguhnya azabKu amat pedih"
Salah satu mensyukuri nikmat Allah adalah dengan taat kepadaNya dan I'tiba kepada
Rasulullah, metoda mensyukuri nikmat Allah adalah dengan menempatkan sesuatu
pada haknya. Menikah adalah hal yang fitrah dan sangat sunnatullah semua kita berada
didalam sistem itu, kita tidak bisa keluar atau berusaha keluar dari sistem itu, yang ada
seharusnya adalah bentuk ungkapan rasa syukur kita dengan kita tidak menolak dan
menerima fitrah itu, itulah syukur yang sebenar – benarnya.
Rasa syukur menempatkan kita pada keyakinan yang tertinggi dimana setiap takdir yang
Allah tentukan menjadi suatu keputusan yang terbaik menurut Dia dan Allah Maha
mengetahui segala urusan hambanya. bersyukur entah dalam keadaan baik atau buruk
(musibah) menjadikan kita menjadi hamba yang dipercaya memegang segala amanah,
ketika Allah telah percaya kepada hambanya maka tak ragu-ragu lagi untuk
menambahkan segala nikmatNya. contoh nyata generasi sahabat rosul, Allah selalu
menambahkan nikmat untuk generasi ini, bahkan multidimensi nikmat, Rosulullah ketika
meninggalkan masa lajangnya dan menikah dengan Khadijah banyak sekali
penambahan – penambahan kenikmatan itu diangkatnya menjadi rasul, nikmat
peningkatan kematangan diri dalam memeneg perdagangan, umat dan nikmat yang tak
terhingga adalah nikmat turunnya Al qur'an, dan penambahan nikmat itu terjadi setelah
tingkat syukur rosul yang tak teragukan lagi, sangat multidimensional!!! itu semua karena
rasa syukurnya yang hampir sempurna kepada Allah, dan kita? Dengan menikah kita
pun bisa karena menikah adalah bentuk syukur yang nyata, realita dan sunnahtullah,
syaratnya syukurilah nikmat nikah itu dengan sebenar-benarnya, ikuti contoh rosulullah
saat menikah, sebisa mungkin islamisasi didalamnya, insya Allah nikmat itupun
bertambah.
Sekali lagi cobalah bersyukur dan bersyukur kemudian merenung adakah nikmat yang
bertambah dari pernikahan itu (hasil survei dan observasi teman sekitar, orang tua dan
kerabat lain)? ADA dan seharusnya multidimensional!!!
Allah menguatkan/menambah rezeki bagi mereka yang telah menikah. Allah
menambahkan nikmat kematangan jiwa, psikologis dan emotional. Allah menambahkan
kesempurnaan keagamaannya setelah menikah. Allah juga menambahkan nikmat
- 25 -
motivasi dan ketenangan beribadah setelah menikah. Allah menambahkan saudara bagi
kalian semua antara pihak suami dan pihak istri (nikmat ukhuwah) dan Allah
menambahkan nikmatnya agar dapat membajak ladang amal dirumah tangga sendiri.
Allahpun menambahkan nikmatnya dengan memberikan investasi amal dunia akhirat
berupa anak – anak yang terlahir. dan masih banyak lagi nikmat yang tak terhingga yang
Allah tambahkan. Kesemuanya hanya untuk orang – orang yang bersyukur dan
bersyukur akan nikmat Allah yaitu nikah dan memahami tujuan nikah itu sendiri,
masihkah kita kurang dengan "Penambahan itu" atau malah kita tidak bersyukur????.
Astagfirullah (Izzatul Gumam) (7-6-04) 11:45 Tangerang.
NABI NABI NABI NABI ADAM PUN MERASA SEPI ADAM PUN MERASA SEPI ADAM PUN MERASA SEPI ADAM PUN MERASA SEPI Sepinya nabi Adam melebihi sepinya pemuda jaman sekarang yang melajang (jomblo)
pada saat ini, so jangan takut kesepian menjadi ikhwan jadilah high quality joblo muslim
yang syar'I tentunya. Nabi Adam pun ternyata juga kesepian disurga saat itu walaupun
banyak segala sesuatu yang diinginkan semuanya bisa tercapai dengan mudah disana
taman surga yang indah, buah – buahan yang segar, sungai susu dan lain – lain yang
mungkin belum terjangkau dalam khayalan kita saat ini, tapi hanya satu terkecuali
wanita belum terpikirkan saat itu, dengan berjalannya waktu, kebutuhan sisi Psikologis
manusiawinya pun timbul saat ia merasa dalam kesendirian, ini sangat fitrah karena
model manusia yang Allah ciptakan memang seperti itu. Desakan kebutuhan dasar ini
meningkat sisi kepentingannya dimata Nabi Adam (Allah Maha Mengatur segala) dari
pada sisi kepentingan lain, tapi disisi lain kepentingan ini menjadi bumerang (ujian) bagi
Adam sendiri ketika ia terlena dan tergoda tetapi kesalahan bukan pada menikahnya tapi
bagaimana ia merubah presepsi tentang ibadah, menikah adalah ibadah temannya
ibadah adalah ujian dan ujian membuat manusia lebih matang berkualitas dan lebih
mengenal kebesaran Allah. Nabi Adam lebih matang ketika ia berada di dimensi kedua
setelah surga (hal yang baik) yaitu Bumi (Fana).
Pelajaran sejarah inilah yang harus diambil bagi mereka yang mulai merencanakan
menikah atau mungkin sisi psikologis&biologis yang mulai matang untuk berumah
tangga atau juga mereka yang hanya mengandalkan rajatunafs dalam mengambil
keputusan besar itu. Sekarang tergantung kita menyikapinya ketika berada dalam
kesendirian itu sudah banyak pelajaran sejarah yang sudah kita baca, dengar bahkan
- 26 -
rasakan disekitar kita. kita hanya punya dua pilihan, kesepian kemudian menikah atau
tidak menikah dalam kesepian, ibadah sebagai cobaan atau cobaan sebagai ibadah.
(Izzatul Gumam) 7/06/04 tangerang 05:00.
FITRAH MEMIMPIN FITRAH MEMIMPIN FITRAH MEMIMPIN FITRAH MEMIMPIN
Ketika keinginan menikah itu datang dengan berbagai motivasi bagi seorang akhwat
adalah menjaga kesuciannya sebagai wanita tentunya dan melahirkan mujahid – mujahid
baru di era baru ini, lain hal bagi ikhwan selain dari itu ada hal fitrah yang sebenarnya ini
menjadi keinginan tersembunyi di dada seorang ikhwan, semuanya lelaki memiliki fitrah
ini entah seorang pemulung sampah sekalipun yang kehidupannya jauh sekali dari nilai –
nilai pendidikan dan keorganisasian apalagi seorang ikhwah.
Fitrah untuk memimpin atau mungkin yang lebih ekstrim "menguasai", ketika seseorang
lelaki ingin menikah sebenarnya fitrah itulah yang dominan timbul dari pada fitrah yang
lain, jadi ketika ikhwan mengatakan " Aku ingin mengkhitbah dan menikahkan mu ukhti"
saat masa proses khitbah berlangsung, maksud yang tersiratnya sebenarnya adalah "
jadikanlah aku pemimpinmu dan engkau adalah pengikutku marilah kita bangun jama'ah
ini dengan bai'atku ini". semua memiliki fitrah itu dan harus terrealisasi bukan hanya janji
– janji palsu seorang pemimpin terhadap rakyatnya. Fitrah akhwat sebagai
"manittaba'ani" (pengikut) menjadi pola saling melengkapi dalam proses keseimbangan
hidup. so akhwat pilihlah dengan cermat pemimpinmu karena hasrat memimpin di diri
lelaki menjadikan kamu harus mengikutinya dan tuntutannya adalah ketaatanmu.
(Izzatul Gumam) 11/06/04 tangerang
CINTA ITU BERMUARA DI MANA? CINTA ITU BERMUARA DI MANA? CINTA ITU BERMUARA DI MANA? CINTA ITU BERMUARA DI MANA? Ada berbagai macam bentuk pernikahan, tergantung landasannya tetapi bagi generasi
tarbiyah landasan ini disempurnakan, rosulullahlah dan khadijah sebagai bukti
pernikahan yang sempurna landasannya. cinta itu bermuara di mana? sangat cocok
judul ini terpikirkan untuk memenuhi tulisan ini, banyak nuansa pernikahan yang
ditimbulkan, bagi seorang seniman pernikahan yang ditimbulkan biasanya berbau seni
seperti pernikahan bintang pop M.Jackson dengan putri bintang pop legendaris era dulu
elvis presley, muatan senilah yang lebih ditimbulkan disini, bagi seseorang yang bergelut
- 27 -
dibidang Politik biasanya muatan yang ditimbulkannya adalah nilai -nilai politis,
pernikahan untuk menyambung kehidupan politiknya itu sendiri, banyak sejarah
bercerita diindonesia seperti pernikahan antara pangeran kerajaan satu dengan putri
kerajaan satu lainnya yang terlihat sangat berbau politis, karena muara kehidupannya
politik dan masih banyak nuansa – nuansa lainnya. bagi seorang profesi kesehatan
biasanya lebih "safe" bila ia dalam membangun pernikahannya bermuatan kesehatan
antara dokter dengan farmasi atau farmasi dengan farmasi jarang sekali antara dokter
dengan pelayan restoran.
Tarbiyah Rosulullah menyempurnakan itu semua dengan melandaskan pernikahan
hanya pada agama, karena agama Islam itu universal, alamiyah dan fitrah karena itu
muatan pernikahan Rosulullah dengan Khadijah muatan yang sangat sempurna,
kenapa? karena Islam ajaran yang sempurna seperti dipernikahan rosulullah terdapat
muatan politik yang berorientasi pada da’wah karena pada masa itu khadijah adalah
wanita yang terhormat dimasanya, juga bermuatan ekonomu(bisnis) dan perdagangan
juga bermuatan da'wah (syi'ar) karena khadijah adalah pedagang sehingga
memudahkan syiar juga masih banyak muatan lain yang ada dalam pernikahan
rosulullah, sangat universal karena Agama Islam bersifat seperti itu dan penuh
kesempurnaan jadi sempurnakan pernikahan dengan muatan Islam bukan muatan –
muatan yang lain. cinta itu bermuara di mana? di Islam jawabku. (Izzatul Gumam)
11/06/04 Tangerang 07:30
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- 28 -
Don’t be afraid : Don’t be afraid : Don’t be afraid : Don’t be afraid :
Baarakallahu Baarakallahu Baarakallahu Baarakallahu
laka.......laka.......laka.......laka.......Keberanian sejati adalah
lahir dari reaksi
pertimbangan ketakutan -
ketakutan yang sangat
terukur, kemudian ukuran –
ukuran tersebut
memastikan bahwa apa
yang akan dilakukan
memberikan sebuah
keyakinan harapan keuntungan besar, dan jika tidak dilakukan malah akan merugi besar
pula. Keyakinan itulah yang kemudian menstimulus (memotivasi) para pemberani sejati
untuk menyelesaikan kerja – kerja keberaniannya. Para penakut sejati selalu hadir dalam
ketidakmampuannya menakar ketakutan – ketakutan yang dapat berefek pada dirinya,
atau ia bahkan dapat mengukurnya, tetapi selalu gagal menghadirkannya menjadi
keyakinan yang selanjutnya gagal pula dalam menstimulus kerja keberanian itu.
Seorang pemberani sejati sangat bisa memastikan itu dalam keyakinannya. Seorang
pemberani sejati pun seorang yang sangat memahami ukuran – ukuran ketakutan itu,
yang secara tidak langsung berarti ia sangat memahami dirinya, lingkungan, harapan
dan masalah yang dihadapinya dengan baik. Oleh sebab itu ayat – ayat Al qur’an yang
turun selalu diiringi secara seimbang antara bicara tema neraka dan syurga, hukuman
dan hadiah, perumpamaan dan realitas, sejarah masa lalu, kekinian dan proyeksi masa
depan, agar kita mampu mengukur fenomena ketakutan – ketakuatan (was – was) itu
dalam kerangka syar’I menghadapi dunia fana ini. Maka tak salah jika generasi –
generasi pemberani sejati, hanya hadir pada generasi pertama dalam didikan rosulullah,
setelahnya adalah perbagian – perbagian keberanian sejati sisa saja.
Generasi pemberani sejati biasanya sangat memahami dustur-nya (Al qur’an). Kisah –
kisah pemberani sejati juga banyak diabadikan di kitab itu pada porsi kemuliaannya.
Diceritakan karakternya juga pada awal dan akhir kisah selalu saja ada sanjungan –
- 29 -
sanjungan yang kadang berupa do’a atas keberanian monumentalnya. maka, indahnya
manhaj ini dalam banyak kajian siroh Nabawiyah pun selalu mengiringi antara
keberanian dengan do’a. Do’a yang bahkan bisa menstimulus keberanian, atau do’a
itulah yang akan menyambut riang para pemberani sejati pada karnaval – karnaval
permohonan berupa harapan ganjaran dari amal – amal keberanian itu.
Kisah itu dapat diwakilkan oleh sahabat rosulullah Sa’ad Bin Abi Waqqash yang bergelar
“singa yang menyembunyikan kukunya”. Seorang ksatria pemanah berkuda terbaik,
muslim pertama yang melepaskan anak panah dan yang pertama pula terkena anak
panah pada medan perang uhud. Jika memanah pastilah ia tepat mengenai sasaran.
Maka ketika Sa’ad ditanya tentang rahasia keberaniannya itu beliau menceritakan,
bahwa rosulullah pernah mengajukan do’a kepada saya seperti ini : “Ya Allah,
tepatkanlah bidikan panahnya dan kabulkanlah do’annya...! jadi, memang selalu ada
do’a di manhaj ini dalam menstimulus untuk menciptakan sebuah kisah – karya
keberanian abadi. Atau kisah lain penghormatan pemberani sejati dengan karnaval
permohonan do’a yang diucapkan rosulullah ketika seorang pemberani sejati Hamzah
Bin Abdul Mutholib yang memiliki gelar ”singa Allah dan panglima para syuhada” itu
syahid dalam pertempurannya
”Melimpahlah atasmu Rahmat ar – Rahim
Akulah saksi bagimu di hadapan al – Hakim
Engkaulah pendekar penyambung silahturahmi
Berbuat kebaikan pembela yang di dhalimi..”
Don’t be afraid!!, Kita pun bisa mendapatkan iringan – iringan do’a atas keberanian sejati
itu, walaupun bukan dalam kapasitas kesyahidan seperti para sahabat rosulullah. Tetapi
beban keberanian ini hampir mirip dengan itu, walau tak serupa, pada sebuah amal
keberanian tentang sebuah akad. Akad yang merupakan salah satu perjanjian besar
(mitsaqon gholizo) dalam kehidupan manusia. Perjanjian besar yang tersimpan amanah
besar pula pastinya. Memutuskannya untuk melaksanakan akad itu adalah keputusan
para pemberani sejati, bukan untuk para penggombal sejati (awas,Gombal warning
melanda!!), dan ia sangat berhak akan do’a – do’a yang juga pernah mengiringi para
pemberani sejati pada masa - masa terdahulu. Do’a yang sangat dianjurkan rosulullah
untuk menjadi referansi kita saat hadir dalam perayaan - perayaan keberanian itu atas
akad yang telah disepakatinya, beginilah iringan - iringan do’anya :
- 30 -
” Baarakallaahu laka, wa baarakallahu’alaika, wa jama’a bainakuma fii khaiir”
Semoga Allah karuniakan kepadamu, dan semoga Ia limpahkan barokah atasmu, dan
semoga Ia himpun kalian berdua dalam kebaikan.
(Izzatulgumam, 09062009; 22:00 WIB; Kebarokahan atas keberanian, are you?
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- 31 -
IZINKANLAH KU MENCINTAIZINKANLAH KU MENCINTAIZINKANLAH KU MENCINTAIZINKANLAH KU MENCINTA (cerpen) (cerpen) (cerpen) (cerpen)
Part Desember (1)Part Desember (1)Part Desember (1)Part Desember (1)
21:15 WIB21:15 WIB21:15 WIB21:15 WIB
“Cobalah dulu akh gumam” sergahnya dalam harap. Ekspresinya yang
meningkatkan gelombang ithiromku untuk tetap mengambilnya.
“Jazakallah,
nanti ana kabari
secepatnya” kuterima
sepucuk amplop itu.
Rasa harap, cemas
berbalut keyakinan
sedang tidak ada
dihari ini, entahlah
kenapa maka segera
ku pulanglah
setelahnya, ku sela
sepada motor yang
sudah ingin lekas meminta pulang juga setelah dari pagi menemani da’wahku hingga
malam ini.
Seperti biasa, seperti tak ada kejadian yang istimewa padahal sebelum-
sebelumnya kejadian seperti ini merupakan momentum spesial dalam hidup sesorang
muslim (ikhwan). Menerima sebuah biodata umumnya teman-teman ku merasakan
seperti memegang dan merangkul sebuah bukit uhud. Inilah kali yang ke tiga, fikir ku
bergumam.Terbiasa berbalut jenuh jadi hampir mengendap, bak rutinitas matahari
bersinar dan sesampai waktu sore pun tenggelam. Tak ada yang spesial,turunnya air
hujan yang pasti jatuh kebumi, juga bilamana anak pertama dewasa akan berkurang
“kaget”nya ketika lahirlah anak lanjutan. Sudah lebih dari tiga bulan aku baru kembali
mendapatkan biodata akhwat dari seorang “Pembina”.
22:15 WIB22:15 WIB22:15 WIB22:15 WIB
Sesampainya pulang, biasanya ku tutup pintu rapat dan membacalah, tapi kali ini
kuletakkan acuh di meja belajarku. Entahlah juga mungkin hari ini kelelahan cukup
menyita dan semangatpun sedang membungkam. Berfikirku biarlah saat qiyamulail nanti
- 32 -
baru ku buka sepucuk amplop itu. Malam ini lebih hening, orang tua, adik dan
keponakkanku sudah tertidur pulas dalam ruang mimpi yang indah.
03:45 WIB03:45 WIB03:45 WIB03:45 WIB
Shalat witirku pun selesai, qiyamulail malam ini begitu berat. Amalan yang berat
melahirkan pahala yang besar pula, begitulah hiburku dalam kantuk yang mendalam.
Tidak dengan ayat – ayat panjang kali ini. inilah yang membedakan kita dengan generasi
qur’an yang menjadi generasi awaliun, qiyamulailnya merupakan madrasah malam
talaqi qur’an kepada Rabbnya, qiyamulalilnya adalah penghayatan akan visi dan
tarbiyah ruhiyah menuju rihlahtulillah, qiyamullail juga ternyata bentuk ungkapan
ungkapan rasa syukur yang takkan terhenti. Berputar ditiap malam hari-hari dari
kenikmatan lelah harimau nya siang dan biksunya malam. Ayat –ayat makkiyah
dibacakan pada periode makkah dan ayat-ayat madaniyah dibacakan juga pada
periodenya, sebagai penyadaran kembali akan visi, “menghapal” misi dengan jiwa yang
sadar, hati tenang terbuka sehingga ayat yang dibaca mampu berdifusi secara perlahan,
tapi pasti menyerap, menusuk, memberikan energi kembali.
“Sreet…”tenyata lem perekatnya agak kuat sehingga amplopnya terpaksa ku
robek. Ku buka hingga beberapa lipatanpun terungkap. Langsung seperti biasa ku lihat
bagian prioritas biodata dari urutannya; amanah da’wah, yaumiyah, dan lama
tarbiyah.Itu yang lebih penting dari semua. Aku baru menemukkan foto dalam halaman
terakhir dari lembaran – lembaran tersebut.
“ Masya Allah, sepertinya aku pernah bertemu, benarkah ia?” kagetku yang
menghentakkan kantuk, reflek akselerasi saraf kedua matakku pun berkontarksi dengan
cepat sehingga lensa mata keburaman menjadi ketajaman. Wajah yang tak asing, sebab
foto dalam biodata ini mengingatkanku pada kisah “gelombang” di Bus Kuning dua tahun
yang lalu, akhwat jilbab warna coklat, berkacamata dengan Nur (cahaya) rona wajah
yang ku kenal betul ekspresinya. Foto dan bayanganku pada nur (cahaya) wajah itu tak
Jauh berbeda, hanya saja terlihat lebih dewasa. Tak menyangka dunia ini penuh
misteri, misteri yang tak mudah ditebak, tentang perjodohan apalagi yang begitu ghaib,
begitu musykil tapi pasti. Misteri yang membuat aku serasa bermimpi. Didahului dengan
mimpi….dan sekarang apakah aku masih bermimpi ya Rabb?. Segala tentangnya
sekarang nyata dalam gambaran singkat diri, keluarga dan aktifitas da’wahnya. Akhir
halaman itulah yang akhirnya membuat ku harus mengulang membaca secara serius,
hingga beberapa kali balik. Kantukku hilang dimakan penasaran mendalam. “benarkah
ini wanita itu, ya Rabb?” bertanya dalam kebimbanganku sendiri.
- 33 -
“Subhanallah, beliau hafidz!akhwat ini hafidz qur’an” begitulah dihalaman kedua
beliau bercerita,sadar hati ku bergumam dalam relung terdalam. Tak kusangka diusia
yang muda dan dikampus yang serba sains ini masih ada penghapal qur’an sejati. Acuh
menjadi semakin mengacuh dan menghina diri sendiri untuk merendahkan diri.
“Aku,.. apa yang bisa ku banggakan dan kubandingkan tentang ke Islamanku
nanti diproses ta’aruf, Juz 30 saja banyak yang bolong,…uhhff” fikirku mendalam malam
itu bersama bintang. Bintang yang mampu bercerita banyak tentang malam.
Ketaatannya menerangi malam seharusnya mampu mengiringi ketaatan ibadah ku.
“Bukankah seorang hafidz selayaknya juga mendapatkan seorang hafidz”,
merendahku pada posisi kondisi jiwa yang lebih rendah. Rendah diri yang sadar akan
kapasitas diri.
“Ya Allah,pasti pembinaku salah kali ini atau mungkin tertukar dengan temanku
….bukankah beliau juga tahu kapasitasku yang lemah dalam menghapal”, memang jika
harus memahami suatu makna tafsir, membaca permasalahan da’wah untuk mencari
solusi dan membuat strategi menjadi kelebihanku.Begitulah teman-teman ku sering
menjuluki seorang creator or analisator da'wah. Hal lain adalah telinga ku yang kata
banyak orang jika mendengar maka mengingatlah ku.
“bagaimana nanti jika akhwat itu meminta mahar sebuah hapalan qur’an, wah
gawat darurat siaga satu akhi” renungku dalam hayalan yang terlalu panjang, walau aku
hanya mampu menebak menjaga optimis, mungkin akhwat itu hanya meminta
kelengkapan hapalan standar seorang ikhwan; juz 30,29 dan surat Al anfal, Al Kahfi, Al
an’am juga surat At taubah.
”mungkin sekitar itu” hibur kepesimisan ku sejenak. Sebab ada dari beberapa
kisah temanku, calon istrinya meminta muroja’ah Qur’an sebagai mahar pernikahannya.
Memang agak tidak begitu mengkhawatirkan jika itu standarnya,sebab sudah ada dari
beberapa bagian yang ku hapal dengan lisan penuh dan dari kesemuanya telingaku
mampu menghapal dengan jelas. “ini harus menjadi biodata yang terakhir kupegang,
apapun resikonya nanti bisakah??” azzamku bergelora. Aku sudah terlalu letih untuk
masalah ini. Akhir dari kepastian yang terus menuntut masa depan.
04:30 WIB04:30 WIB04:30 WIB04:30 WIB
Adzan berkumandang dengan lantangnya , membangunkan semesta untuk
berdzikir kembali dari lalai dan istirahatnya malam. Agenda amal senin memanggil
segenap raga, agar tetap semangat. Memulai dengan gairah hidup untuk sebuah
harapan baru……”Ya Rabbi aku harus lebih hidup hari ini, yang hidup untuk menghidupi”
sambil ku tutup mushaf yang ku genggam erat.
- 34 -
Part Desember (3)Part Desember (3)Part Desember (3)Part Desember (3)
14:00 WIB14:00 WIB14:00 WIB14:00 WIB
“Seperti biasa,harus sesederhana dan sejujur mungkin!!” sergah hatiku berkata
dalam prolog sendiri, memantapkan sebuah visi hidup yang selama ini diambil menjadi
sebuah jalan hidup dan lifestyle ku. Menatap jam dan waktu yang terus bergulir akan
janji sore ini untuk ta’aruf dengan akhwat tersebut. Tidak ada persiapan istimewa, hanya
berbekal qiyamullail malam tadi, aku rasa itu sudah lebih dari cukup. Seperti biasa, ku
siapkan laptop dalam tas dan Al qur’an yang akan setia menemaniku setiap saat.Cukup
itu. ”semoga ini menjadi yang terakhir!!”.
17.15 WIB17.15 WIB17.15 WIB17.15 WIB
Klarifikasi, verifikasi, validasi dan konfirmasi telah selesai sudah. Jam sore itu
pun memanggil iri dengan keberkahan proses ini. tetapi belum juga dilakukan proses
“closing” oleh kedua belah pihak, sebab terhalangi oleh kehangatan yang terjadi dalam
proses ini. Semua saling menunggu malu-malu untuk mengakhri peristiwa ini, yang
ditunggu akhirnya termuntahkan dari salah satu pihak.
“Apakah antum mau langsung melanjutkan proses ini akh gumam?” seru pembinaku
saat itu dengan wajah yang penuh gelora harap.
Tak kujawab langsung. Kutatap sekilas untuk terakhir kali menyakinkan bahwa
diwajahnya ada tersimpan sebuah harapan dalam Nur (cahaya) wajahnya yang
sederhana mampu menyiratkan gelombang optimisme, gelombang emosi raut semangat
pembangun peradaban, dan kilatan bayangan kaca matanya mampu bercerita tentang
kematangan ilmu dan pengalaman da'wah.
"Bismillahirrahmanirrahiim, insya Allah Ustad". ku tundukkan kepala sejenak ku
barengi dengan ucapan istigfar.
"Bagaimana dengan anti, apakah ingin menjawab langsung hari ini juga?". Sela
Pembina ku, memastikkan. Keadaanpun menjadi hening sejenak, seakan semua
membungkam dalam kompak serempak.
“insya Allah, tapi ada satu syarat mutlak jika akh gumam memang serius,
bisakah antum menghadiahkan saya dua buah hapalan surah Al qur’an selama proses
ini dan selanjutnya nanti?". Tanyanya dalam senyum yang khas tidak menghadapku
jelas.
"Ya, Rabbi Benar dugaanku", kelemahan diri yang tak bisa terhindari, kelemahan
diri yang memang harus dihadapi."ya, tergantung ukht, sepanjang surat apa?". Tanya ku
menjaga emosi, sebab tetap berharap momentum ini adalah kejadian yang harus
menjadi momentum terakhir.
- 35 -
"Keinginan ku cukup sederhana kok akhi, apakah antum sudah hapal surat An Nuur dan
Luqman akh?". Memang keinginan akhwat itu yang cukup sederhana dalam
menciptakan keluarga Islami, menjadikan surat An Nuur menjadi cahaya bagi visi
keluarga da’wah dan surat luqman menjadi pondasi aqidah dan pendidikan jundinya
kelak. “Ajarkanlah surah An Nur kepada keluarga kamu” begitulah pesan Rosulullah
kepada kita, Umar ra. Juga berpesan serupa dan menambahkan disamping surah an
Nur juga an Nisa dan al-Ahzab. Beliau hafizd dan telah hafal dengan fasih ketika
menceritakan beberapa ayat pentingnya kedua surat itu kepada ku dan kepada dua
Pembina yang hadir dalam diskusi wacana membangun pondasi keluarga Islam.
JIKAJIKAJIKAJIKA
Jika kau jangkar tambat hati, aku rumahmu adalah surga
Jika kau dermaga pelayaran jiwa, ku ceritamu keluarga lukman
Dan kuharapmu keluarga imran.
Dan jika kau yang berhak melahirkan matahari dan jundi – jundiku kelak,
Separuh nafasku milikmu selalu..tanpa titik lelah ditiap halaman
Cita – cinta buku kehidupan ini.
(Depok; Desember 07)
Otak ku saat itu berfikir keras, sambil ku buka mushafku segera. Jelas aku tidak
hapal kedua surat itu semuanya. Jika penggalan ayat- ayat pilihan dari surat luqman dan
An nur itu masih mudah ku hapal sebab saat mengaji di TPA (sekolah dasar hingga
SMP, enam tahun lamanya mengikuti lembaga itu; hingga tahap melagukan qur'an ku
geluti) dulu hal itu menjadi hapalan harian sebelum memulai pengajian berlangsung dari
sekian banyak hapalan lain (surat Al imran tentang ukhuwah, ayat kursi, dan beberapa
penggalan surat Yaasiin,dll), walaupun sebenarnya baru bisa ku pahami ketika ku
Tarbiyah selama ini. Ayat dari surat Luqman yang sering dibacakan mengisahkan
perintah seorang ayah agar anaknya menjaga dan memurnikan ketauhidan hanya
kepada Allah swt.Telinga ku lah yang menjaga hapalan itu, telinga yang mampu
merekam suara dari banyak nada didunia ini. Nada ayat itu masih terpelihara dalam
telinga dan terkunci dalam hati ku hingga sekarang. Ku bolak – balik menghitung
seberapa banyak lembaran halaman dari gabungan kedua surat tersebut, ternyata
semua digabung berjumlah sekitar 10 lembar banyaknya tepat sekitar 1 juz.
"fiuuuuh, ana belum hapal, berarti sekitar satu juz ya ukht, apakah hal itu
memang harus menjadi syarat mutlak untuk menikahkan ukht?". mengajaknya juga
untuk memastikan hasil kalkulasi ku yang ternyata memang tak salah. "Yap syarat
- 36 -
mutlak.Apakah ada yang salah akhi, satu juz untuk jangka dua bulan, apakah antum
keberatan akhi?" tantangnya dalam rona wajah yang tetap terlihat teduh.
"ana yakin, antum pasti bisa kok akh gumam" udara keoptimisan yang
dihembuskan ke telingaku oleh kedua Pembina yang hadir.
"ok jika itu memang menjadi sebuah kebaikan, ana terima syarat mutlak yang
akan insya Allah saya penuhi dalam dua bulan ini" memastikan tantangku kembali.
Benar juga kenapa tidak harus dicoba dulu, toh syarat itu tidak ada nilai mudharatnya
malah lebih banyak nilai kebaikannya.
“surat Luqman untuk talaqi dalam pertemuan dengan antar orang tua ku dan
surat An Nuur yang antum harus hadiahkan untuk pernikahan nanti” begitulah aturan
yang beliau ceritakan sebagai sebuah adat tertentu ditiap siapapun anggota keluarganya
yang ingin menikah.
"Kenapa antum bisa begitu yakin dan percaya sekali dengan ku, ukht? Bukankah
orangtuamu pun belum di minta persetujuannya" keherananku berjurus tanya-tanya
penuh keinginan menjawab keraguan. Entahlah Pembina ku dan pembinanya pun
seakan diam menyembunyikan sesuatu.
“insya Allah keluarga ana sudah berpesan setuju terlebih dahulu dari niat dan
keberadaan antum, ayahku mengenal dan percaya betul dengan antum akh”. Upaya
akhwat itu menyakinkan ku.
“akhi antum masih ingat saat beberapa tahun lalu mengajak seorang imam
besar masjid myanmar berkeliling kota malam itu? Itulah ayahnya, ukht ini lahir dari
istrinya yang di Indonesia (sekarang keduanya tinggal di Myanmar)". Selak ucapan
Pembina mengusir keraguanku.
"yap ayahku kenal betul dengan ustad (Pembinaku) antum akhi". Menimpali ucap
akhwat itu dalan ketidak percayaan ku akan momentum jarang ini.Pembinaku pun hanya
mengangguk, menandakan kebenaran ucapan akhwat itu.
“Subhanallah,Pantas saja, kenapa pembinaku tak memberitahuku sebelumnya”.
Seakan ku tak percaya. Memang saat pertemuan itu kami sangat terbuka dan hangat
sesekali berduskusi selama perjalanan mengantarkannya keliling kota malam itu. Sosok
imam besar masjid Al hafizd yang sangat berwibawa, fleksibel dan menghargai setiap
pendapatku walaupun usia ku jauh sangat lebih muda. Mulai diskusi tentang da'wah,
sosial masyarakat dan tentang lemahnya umat muslim untuk mengkaji Al qur'an. Pesan
singkatnya yang paling berharga saat itu adalah "menghapal Al qur'an itu mudah akhi,
kuncinya ikhlas dan taat jangan dipaksakan, maka hati akan mudah menerimanya".Saat
itu juga beliaupun menyarankan metode yang paling mudah dan sederhana dalam
- 37 -
menghapal Al qur'an tanpa "memaksakan diri" yaitu dengan mengulang cukup sepuluh
kali tiap satu ayat dalam sehari. Jika ingin menghapal kata basmallah maka ucapkan
kata "bismillahirrahmaanirrahim" sepuluh kali, insya Allah akan hapal tapi ingat kuncinya
ikhlas dan taat, jaminnya. Senyum khasnya memandangku setelah memberikan
tausyiah itu seakan mengharapkan ku juga menjadi seorang hafizd qur'an.Terbangkit
bayangan kenanganku, Ia pun saat itu pernah bercerita kepadaku tentang anaknya yang
sudah hafizd setelah masuk bangku kuliah, tetapi beliau tidak merinci dengan jelas siapa
anaknya itu dan kuliah dimana.
Matahari yang melahirkan matahari, seorang hafizd qur’an dari seorang ayah
yang juga hafizd qur'an. semakin minder saja aku sore itu, siapa aku, siapa ayahku,
siapa keluargaku, tidak ada yang istimewa. Tidak ada yang hafizd bahkan juz amma
saja masih terbata-bata dan yang lebih parah beberapa dari keluarga masih dalam tahap
belajar I’qra.
"The last, pesan ayah ana antum langsung saja datang ke rumah nanti dengan
ayah atau beberapa perwakilan keluarga antum. Pesannya juga salam dari ayah ana
buat antum akhi".Akhwat itu terlihat sejenak berfikir seakan megingat sesuatu " Oh ya,
bulan depan ayahanda dan ibu akan datang ke Indonesia, semoga antum bisa
meluangkan waktu dibulan itu ya" sergahnya, seakan mempercepat percapakannya
sebab memang waktu sudah beranjak akan adzan maghrib.
"wa'alikumusalam" Mengangguk aku, ku tahu maksudnya bahwa tak perlu ada
pertemuan perkenalan antara aku dan kelurganya (ayahnya) karena sepertinya keluarga
beliau sudah mengenal dan menerima ku sehingga memotong singkat waktu proses
yang ada."Insya Allah akan ku coba ukh, jika anti adalah jodohku maka takdirku adalah
hafizd" azzam ku yang penuh qonaah dan tawakal.
IZINKALAH KU MENCINTAIZINKALAH KU MENCINTAIZINKALAH KU MENCINTAIZINKALAH KU MENCINTA
Biarkan aku menggapai hafizd ku
Menggapai yang tak boleh pergi lagi
Menggapai gelombang yang tak boleh hilang lagi
Azzam hafizd ku yang kelak menanti takdir pasangan jiwaku
Ya Rabbi pemilik cinta, izinkanlah ku mencinta
Mata, telinga, dan hati izinkanlah aku menggapai hafizd ku
- 38 -
Januari Mentari (3)Januari Mentari (3)Januari Mentari (3)Januari Mentari (3)
Ahad, 10:00 WIBAhad, 10:00 WIBAhad, 10:00 WIBAhad, 10:00 WIB
Hari ini mentari harus berpihak kepada ku, harus tersenyum merekah dengan
ikhlas diwajahku, walaupun selama perjalanan hanya ada diam dalam gumam
menggapai hafizd ku yang takut hilang, takut terlupa. Malu yang tak bisa ku bayangkan
jikalau ku lupa saat talaqi nanti yang diperdengarkan oleh dua buah keluarga besar.
Sebenarnya sudah ku hapal, hanya takut dalam perjalanan Bekasi-Jakarta membuat
mata ini tak terkendali sehingga hatipun bisa bermaksiat tak terkendali, hanya menjaga.
Aku, Ayah dan beberapa anggota keluargaku datang dengan satu mobil sewaan, bukan
sedan atau sekelas kijang keluarga tapi menyewa angkutan umum:Koasi sehingga
kebersamaan pun melekat, merekat dan hangat. Maklum hanya itulah kemampuan
keluargaku sekalian juga menerapkan azas manfaat, memberi banyak manfaat pada
lingkungan sekitar yang kebetulan tetanggaku adalah supir mobil koasi. Tetap saat
semua mampu menikmati perjalanan, aku hanya bergumam tak henti dengan mushaf
yang terus ku pegangi erat.
"ayo A' hapalin, jangan malu-maluin loh" ledek adik-adik ku yang terlihat cukup
menikmati perjalan ini.
13:30 WIB13:30 WIB13:30 WIB13:30 WIB
Waktunya talaqqi qur'an. Setelah semuanya mampu mencairkan suasana,
setelah semuanya berdiskusi dengan hangat. begitupun aku yang sangat rindu sekali
dengan imam besar itu, seakan bertemu dengannya kali ini serasa rindunya bertemu
dengan sosok seorang khalifah besar. Kehadiranku yang apa adanya dengan angkot
diterima dengan sambutan senyum berbaris dihalaman depan rumahnya.Tanpa beban,
ikhlas yang mengalir deras terlihat ditiap raut dan tiap gerik bola mata saat setiap
anggota keluarga ku dan keluarga akhwat itu berinteraksi, hidangan pun berkah terlahap
setelah semuanya shalat dzhur berjama'ah di musholla rumahnya. Rumah minimalis
dengan halaman yang sangat luas menurutku sehingga kehadiran keluargaku cukup
ditempatkan dihalaman kebun belakang rumahnya yang asri tersebut. Semakin
menambah atmosfer kekeluargaan.
"waktunya untuk talaqqi, mintalah janjimu Nak" ayahandanya mengutarakan
maksudnya dengan halus.
Terdengar juga oleh telingaku perkataan itu, menyadarkan kembali janjiku pada
akhwat tersebut untuk talaqqi surah luqman kepadanya dan keluarganya. Sebagai
syarat mutlak melanjutkan proses ini.langsung saja ku ambil alih kendali suasana siang
itu, semua muka tertuju kepadaku.
- 39 -
"baiklah untuk mempersingkat waktu, alangkah baiknya segera ku penuhi janjiku
untuk talaqi. Jika ada yang keliru segeralah perbaiki aku ya" memintaku persetujuan
semuanya untuk memulai.Dan semuapun terdiam kushyuk mendengarkan.
"a 'udzubillahiminsyaithonirozhim, bismillahirrahmaanirrahiim. Aliflaaam miiim……"
entahlah seakan aku menjadi lebih tenang dan lebih kusyuk membacanya pada momen
ini, seakan surah ini menjadi sebuah kebutuhan inheran bagi ruh ku saat ini. Semua
masih teliti mendengarkan talaqiku, ada beberapa keluarganya dan keluargaku yang
mendengarkan sambil mengkaji membuka mushaf takut terjadi kekeliruan
hapalanku.hening…
Hampir di akhir dua ayat terakhir, akupun terdiam menghentikan bacaanku.
Persis di dua ayat terakhir aku tak mampu meneruskan bacaanku. Wajahku tertunduk
sejenak, berat sekali ku lanjutkan ayat ini. Semua yang hadirpun banyak tanya, dan ada
beberapa yang berusaha mengkoreksi "akh gumam, ya ayyuhannas…2x.". Aku tetap
diam sebab aku sangat hapal artinya.
"Hai manusia, bertakwalah kepada tuhan-mu dan takutilah suatu hari yang (pada
hari itu) seorang bapak yang tidakdapat menolong anaknya dan seorang anak yang
tidak dapat menolong bapaknya sedikitpun….(Qs 31:33)". diamku dan sedihku
membawaku pada keadaan keluargaku yang lemah sekali dari pemahaman dan
kedekatannya dengan Al qur'an. Diam dan sedihku menerawang ku pada ketakutan
pada hari dan berita besar itu. Hanya Al qur'an yang dapat menyelamatkan keadaan
manusia nantinya.
"akhi, ya ayyuhannas…." Nada suara halus yang membangkitkan semangatku
untuk melanjutkan talaqi ini, akhwat itu memanggilku untuk melanjutkan menyelesaikan
dua ayat terakhir surah luqman itu.
"ya ayyuhannasuttaquu….." ku ucap lanjut bebarengan dengan keyakinan ku
untuk bisa melanjutkan kehidupan ini bersamanya kelak jika memang ia adalah yang
terbaik. Selesai sudah talaqi ku, disambut haru bagi yang mendengarkan semua.
Ayahku hampir tak percaya kalau anak nya cukup bagus bacaan qur'annya, senyum
bahagia ku lihat dalam rona imam besar itu sambil menganggukkan kesetujuannya, tapi
anaknya hanya tertunduk hijab.
"gimana ya ustad kelanjutannya, nanti" ayahku mengambil bicara setelah
hapalanku selesai terucap ke keluarga akhwat itu.sedang aku masih terdiam, tak
menyangka aku bisa melakukannya dengan baiak hari ini. Bersyukurlah.
"Thoib, ya sudah jika niat dan kewajibannya sudah terpenuhi, maka haknya
harus sudah boleh termiliki" begitu tawadhu dan wibawanya beliau jika berbicara.
- 40 -
"Maksud ustad?" tanyaku memperjelas kalimat tersebut.
"Maksudnya kita akad nikahkan saja sekarang, tidak usah menunda-nunda
waktu yang ada, saya pun sudah menyiapkan penghulunya,lengkap sudahkan syaratnya
pak?" sedikit memaksa ku dan keluarga yang ini merupakan rencana diluar kendali.
Memang sangat jarang hal ini terjadi. Ayah ku pun hanya terbingung, malah
menatapku…..seakan meminta jawaban dari sinar mataku juga. Sekelebat itupula ayah
bunda ku saling berbisik….terucaplah keputusan
"sungguh sangat mulialah kejadian hari ini, kami sebagai keluarga hanya
menyerahkan kembali kepada anak kami gumam, gimana nak?" kulihat sinar mata
keikhlasan terpancar.
"Tapi ustad, Ana belum hapal surat An Nuur seluruhnya ustad? Panik ku, terlihat
sekali wajah gagap ku kali ini. memang benar sebab baru setengah dari surah itu
sedang ku hapal. Semua yang hadir menatap focus kepadaku, tajam dan menerkam,
tapi entah kenapa sesaat itupulah lah semua tertawa dan tersenyum dengan riangnya.
Begitupun "gelombang hafizd"ku yang ku lihat tertunduk dengan senyum dan rona
cahaya wajahnya yang khas……dan setelah itupula kebingunganku mencair…"masya
Allah, apakah ini benar sudah berakhir?"
6 tahun kemudian,02:30 WIB6 tahun kemudian,02:30 WIB6 tahun kemudian,02:30 WIB6 tahun kemudian,02:30 WIB
"Abbi, yaa ayyuhalmuddatsir, Abbi, bangun bi?" suara halus nan lembut yang
sangat ku hapal menghampiri telinga kanan ku, di iringi kecupan ringan dikeningku yang
sangat ku kenal teksturenya. Sebab inilah sebuah alarm rutinitas terindah kami,
begitulah kala bidadari membangunkan malamku, bersinergis pula oleh cubit-cubitan
kecil di pipiku oleh sosok anak 5 tahun yang juga bangun malam itu. Tetapi sengaja
mataku berpura tertutup, aku ingin menunggu panggilan yang lebih indah dari ini.
Tunggu saja sejenak.
"Abbi, Abbi, Abbi Al Hafizd bangun, ayo imami bunda dengan surah An nur
malam ini" Benarlah…tak langsungku terbangun, sebab kalimat indah ini dan reaksi
selanjutnyalah yang selalu ku tunggu disetiap malam agenda qiyammulail kami. Agenda
talaqqi qur'an kami. Agenda rihlahtulillah kamu. Agenda syukur dalam kesederhanaan
hidup kami. Sengaja kelopak mata ku buka satu – satu demi satu, tak langsung
terbangun, saling menatap penuh cinta dan tersenyumlah kami berdua dalam mesra
dalam hening malam itu. Dan selalu ku balas dengan kata yang paling ia sukai "Bunda,
aku hanya ingin mencintaimu dengan sederhana karena Allah dan RasulNya". Dialah
istri dan putra pertama ku, yang setia menapaki setiap harinya pondasi keluarga ini
- 41 -
dengan Al qur'an. Seorang istri hafizd yang akhirnya mendapati seorang suami yang
kemudian hafizd. Indahnya keluarga dengan cahaya, istriku cahaya kehidupanku. Istriku
nur (cahaya) yang lahir dari cahaya hafizd dan pemeliharaannya terhadap Al qur'an.
DIMENSI PERADABANDIMENSI PERADABANDIMENSI PERADABANDIMENSI PERADABAN
Dimensi titik muara peradaban dimulailah
Bila ia ingin memulai bangunkanlah,
Walau tidurpun lelap dan mimpinya nikmat.
Bermesra ujian selalukan mekar harapan
Bangunkanlah dan bisikkan “aku hanya mencintaimu karena Allah dan rosulnya”.
(Depok; Desember 07)
(170308 Izzatulgumam;kost Depok , Izinkanlah ku mencinta-Mu)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------