19
7/21/2019 EBOOK HSC 4.1 W1 http://slidepdf.com/reader/full/ebook-hsc-41-w1 1/19

EBOOK HSC 4.1 W1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

buku

Citation preview

Page 1: EBOOK HSC 4.1 W1

7/21/2019 EBOOK HSC 4.1 W1

http://slidepdf.com/reader/full/ebook-hsc-41-w1 1/19

Page 2: EBOOK HSC 4.1 W1

7/21/2019 EBOOK HSC 4.1 W1

http://slidepdf.com/reader/full/ebook-hsc-41-w1 2/19

Bismillahirrahmanirrahim

Airway Disorder in

Maxillofacial & Cervical Trauma 

dr. M Rosadi Seswandana, Sp. BP

Acy^^

 

Sebelumnya, kita perlu tau dulu artinya darurat atau

emergency. Darurat adalah situasi yg menimbulkan risiko

langsung terhadap kesehatan, properti, kehidupan, atau

lingkungan (wikipedia). Sebagian besar membutuhkan

intervensi segera untuk mencegah pemburukan situasi.

Pada umumnya trauma wajah jarang yg mengancam

 jiwa, tapi dijadikan sbg indikator energi luka. Pada pasien dg

trauma wajah, perlu diperhatikan jika ada gangguan

pernapasan, cedera cervical maupun cedera sistem saraf

pusat. Untuk pertolongan awal pada seluruh pasien trauma

harus didasarkan pd protokol algoritma ATLS(Advanced

Trauma Life Support). Diharapkan dg pertolongan yg cepat

dan benar dapat mempertahan-kan perfusi oksigen ke

organ2 vital seperti jantung dan otak (live saving) serta

mencegah terjadinya pemburu-kan situasi(mencegahmorbiditas).

Secara umum, bernapas merupakan suatu keadaan

dimana oksigen masuk ke paru-paru dan karbon dioksida

dikeluarkan dari paru-paru. Proses ini berlangsung baik jika

 jalan napas tidak mengalami gangguan. Sedangkan, sirkulasi

berfungsi untuk mendistribusikan darah kaya oksigen dari

paru-paru ke jaringan perifer. Juga mengangkut darah

miskin oksigen dari jaringan perifer kembali ke paru-paru.

Trus, fungsinya darah kaya oksigen bagi jaringan perifer kita

apa sih? Yup, untuk metabolisme sel. Trus metabolisme selitu maksudnya apa? Metabolisme sel merupakan

proses(atau kumpulan banyak proses individual yg sdg

berlangsung) yg dilakukan oleh sel2 hidup mengolah

molekul nutrien untuk mem-pertahankan kehidupan. Tubuh

kita kan bekerja untuk menjalankan fungsinya, untuk itu

diperlukan energi. Sumber energi bisa berasal dari oksigen

dan glukosa. Nanti pengolahan keduanya bisa melalui

proses glikolisis aerob maupun anaerob, siklus krebs, dll.

Lengkapnya silahkan teman2 buka lagi catatan tahun

pertamanya ya mengenai metabolisme sel ̂ ^.

Tujuan akhir dari proses ini adalah untuk menghasilkan

ATP. Gunanya untuk mempertahankan milieu

intérieur (lingkungan didalam sel) melalui pompa Na-K danaktivitas sel, jaringan, dan organ misal otot untuk kontraksi,

glandula untuk sekresi, dll.

Secara anatomi, regio maxilofacial terbagi atas 3, yaitu:

  superior: os. frontal dan sinus frontalis

 

media: os. nasalis, os. ethmoidalis, os. zygomati-cusdan os. maxilaris

  inferior: os. mandibula

Pembuluh darah yg mensuplai terutama berasal dari

cabang-cabang a. carotis externa. Serta dipersarafi oleh n.

facialis untuk motoris (ekspresi wajah) dan n. trigemi-nalis

(opthalmicus, maxilaris dan mandibularis) yg ber-tugas

menerima rangsangan sensasi (sensoris) kulit wajah.

Penilaian umum pada cedera maxilofacial

Pertama, lihat apakah ada cedera yg mengancam

nyawa  misalnya ditemukan cedera servikal atau cedera

kepala yg signifikan. Selanjutnya, periksa ABC; Airway(jalannapas), Breathing (pernapasan), dan Circulation(sirkulasi) yg

kemudian ditangani sesuai dg temuan yg didapat.

Adapun kondisi-kondisi spesifik pada trauma

maxilofacial yg mengganggu jalan napas adalah sbb:

1.  Posteroinferior displacement os. maxila yg paralel thd

basis cranii sehingga menutup jalan napas nasopharyngeal.

2.  Fraktur bilateral mandibula anterior dapat

mengakibatkan fraktur symphysis dan bergeser ke posterior

bersama dg lidah yg berinsersi di sana. Pada posisi supine,

pangkal lidah akan jatuh kebelakang dan menutup

oropharynx.

3. 

Fraktur gigi, fragmen tulang, muntah, dan darah sertabenda asing lainnya- gigi palsu, debris, dll- dapat

menghambat jalan napas dimanapun pada traktus

aerodigestivus superior.

4.  Hemorrhage, baik yg berasal dari pembuluh darah

tunggal akibat luka terbuka atau perdarahan nasal yg berat

yg berasal dari p. darah kompleks yg menyuplai hidung

dapat mengakibatkan obstruksi jalan napas.

5.  Adanya pembengkakan maupun edema jar. lunak

akibat trauma leher maupun kepala juga mengakibatkan

delayed airway compromise.

6.  Trauma pada larynx dan trachea yg menyebabkan

pembengkakan dan pemindahan(pergeseran) struktur

seperti epiglotis, cartilago arytenoid dan plica vocalismeningkatkan risiko obstruksi jalan napas servikal.

Itu beberapa contoh kasus trauma maxilofacial yg bisa

mengancam nyawa. Kalau terjadi salah satu atau lebih

kondisi diatas, sebagai dokter umum nantinya kita harus

bisa menangani kasus gawat darurat tsb. Caranya, lakukan

primary survey yg terdiri atas ABCD; airway & c-spine

control, breathing, circulation, dan disability.

Key points-nya saat kita menerima pasien dg trauma

maxilofacial adl:

1.  Identifikasi pasien dg risiko secepatnya (Triase lah ya

maksudnya)2.  Kenali tanda-tanda penyakit kritis

3.  Pertama stabilisasi kondisi pasien, kemudian tegakan

diagnosis.

4.  Lakukan anamnesis untuk mengetahui riwayat secara

lengkap.

5.  Monitor respon pengobatan maupun penanganan yg

diberikan.

Airway 

Manajemen jalan napas harus menjadi prioritas

tertinggi karena kalo jalan napas terganggu, pernapasan

Page 3: EBOOK HSC 4.1 W1

7/21/2019 EBOOK HSC 4.1 W1

http://slidepdf.com/reader/full/ebook-hsc-41-w1 3/19

 juga ikut terganggu akibatnya ga ada oksigen yg diangkut

oleh darah dan pada akhirnya sirkulasi pun segera

terganggu. Nah, kalo sirkulasi terganggu proses organ2 vital

kayak jantung dan otak pun jadi terganggu kan. Kalo organ2

vital tsb terganggu bisa menyebabkan komplikasi berat

(complication rates may exceed 20%) bahkan meninggal.

Makanya, pemberian oksigen ke paru merupakan tahap

awal hampir diseluruh penanganan klinis.

Situasi yg memperburuk jalan napas adalah cedera

servikal dan gaster penuh (pada semua pasien trauma

dipertimbangkan dalam kondisi “full stomach”, sehingga

perlu diwaspadai adanya risiko regurgitasi dan aspirasi

tinggi). Kalau terjadi kondisi2 tsb biasanya perlu tindakan

khusus misalnya jaw thrust atau stabilisasi lainnya.

Trus, gimana caranya kita tau kalau pasien ini mengalami

fraktur servikal?

  Ga mampu menggerakkan atau nyeri saat

menggerakkan lehernya.

  Memar dan bengkak di kuduk.

  Mati rasa (tajam maupun tumpul) di lengan atau

tungkai.

 

Kelemahan otot atau paralisis (tidak ada gerakan) dilengan maupun tungkai.

  Nyeri disalah satu sisi leher, atau nyeri yg menjalar dari

leher ke bahu atau lengan.

Tadi uda dibahan manajemen secara umum, sekarang

kita bahas manajemen pernapasan pada pasien dg trauma

maxilofacial yg lebih lengkap yak^^

Kenali obstruksi jalan napas

Dengan metode sistematis, deteksi adanya obstruksi airway:

Look, listen and feel : lihat gerakan dada simetris atau tidak

selain itu lihat juga gerakan perutnya, dengarkan suaranapasnya normal atau seperti orang ngorok, kumur2,dll dan

rasakan hembusan napasnya baik dari mulut maupun

hidung.

Karakteristik suara pada obstruksi jalan napas, diantaranya:

  Gurgling(kumur2): adanya material cair atau semisolid

asing di jalan napas utama.

  Snoring(ngorok): pharinx sebagian tertutup oleh

palatum mole atau epiglotis.

  Crowing(kayak suara gagak): adanya spasme laryngeal.

  Stridor inspirasi: obstruksi setinggi larinx atau

diatasnya.

  Wheezing ekspirasi(mengi): obstruksi pada jalan napas

bagian bawah.

Lakukan manajemen airway agar jalan napas antara

paru dan dunia luar terbuka, dan pastikan paru2 aman dari

aspirasi.

Kemudian, jawab pertanyaan berikut:

1.  Apakah pasien sadar? Jika iya, penggunaan sedasi atau

analgesik harus dihentikan perlahan karena penggunaan

obat2 tersebut secara tidak wajar bisa menghambat airway.

2.  Apakah pasien bernapas spontan? Jika iya, lakukan

manajemen airway dalam kondisi terbaik dan dengan

personil terlatih di ruang operasi.

Adapun cara membuka jalan napas yg bisa dilakukan adalah

sebagai berikut:

Head tilt/ chin lift

Cara sederhana pada pasien tak sadar,dengan demikian

dapat mengangkat lidah dari belakang tenggorokan.

Merupakan cara standar untuk membuka jalan napas.

Jaw thrust

Digunakan pada pasien yg dicurigai terdapat cedera spinal,

dilakukan pada posisi supine dan hanya mungkin dilakukan

pada pasien dg GCS <8.

Removal of vomit and regurgitation

Klinisi terlatih biasanya memilih menggunakan suction

untuk membersihkan jalan napas. Pasien tak sadar yg

mengalami regurgitasi isi gaster harus diubah pada posisi

recovery(kepala dan seluruh tubuh dimiringkan ke salah

satu sisi dan harus dipertahankan alignment dari

vertebranya ya).

Selain itu, bisa pake alat2 seperti oropharyngeal

airway(mayo tube), nasopharyngeal airway, laryngeal mask

airway(LMA), intubasi (orotracheal tube or nasotracheal

tube), cricothyroidostomy dan tracheostomy. Penjelasan

lebih lanjut mengenai cara penggunaannya uda ada diskillslab dan di kuliah lainnya ya^^ kalo mau liat gambarnya

silahkan buka slide. Sedikit tambahan mengenai indikasi

pemasangan intubasi adalah sbb:

1.  Gangguan kesadaran yg menimbulkan

ketidakmampuan mempertahankan airway.

2.  Tracheobronchial toilet

3.  Cedera pulmoner berat atau multisistem yg

berhubungan dg gagal respirasi seperti sepsis, obstruksi

airway, hipoksemia, dan hipercarbia.

4.  Indikasi operasi.

 Alhamdulillah selesai juga, terimakasih buat teman2 yg uda

baca semoga bermanfaat^^ maaf juga ya cakulnya slideoriented, silahkan untuk referensi bisa dari buku2 yg uda dr.

Rosadi cantumkan di slide terakhir. Kritik dan saran

ditunggu감사함니다 ̂ ^

Airway Disorder in Inhalation and Blast Trauma

Based on :slide Lecture dr. Sunoko & ATLS

By: nia_nunul

Airway tersusun atas hidung/ mulut  faring/ laring  

trakea bronkus-bronkiolus alveolus.

Blast trauma dapat menimbulkan cedera melalui :

a. 

Pressureb.  Thermal, menyebabkan burn injury maupun airway

injury

Blast trauma dapat menyebabkan alveolus pecah, sehingga

akan bergabung dengan alveolus di sekitarnya hingga

akhirnya menyebabkan terbentuknya bulla.

PRESSURE EFFECT

Tekanan dapat mengakibatkan munculnya:

a.  Pneumothoraks

Saat inspirasi, udara yang di alveolus paling pinggir,

dapat masuk ke cavum pleura   apabila laserasi pleura

membentuk pola katup, maka udara bisa masuk saat

inspirasi tetapi tidak dapat keluar saat ekspirasi, sehingga

munculah tension pneumothoraks.

Bila terjadi tension pneumothoraks, udara dapat

mendorong mediastinum. Struktur yang paling lemah dan

berdinding tipis adalah vena cava, sehingga vena inilah yang

pertama kali akan terdesak paling parah. Bila vena cava

tertekan, dapat menyebabkan syok ( tandanya: akral dingin

penurunan kesadaran wajah pucat, nadi kecil dan cepat),

JVP meningkat, paru mengempis, trakea tergeser (sehingga

terjadi distress napas dan sianosis), RR > 40x / menit.

b.  Emfisema mediastinal

c.  Emfisema subkutan

Page 4: EBOOK HSC 4.1 W1

7/21/2019 EBOOK HSC 4.1 W1

http://slidepdf.com/reader/full/ebook-hsc-41-w1 4/19

  Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan seperti X-ray,

bronkoskopi.

Manajemen:

  Oksigenasi

  Needle decompression segera bila terjadi tension

pneumothoraks

  WSD (Water Seal Drainage) sebagai Tx definitive

pneumothoraks

 

Multiple incision/ punction apabila terjadi emfisemasubkutan,

  Mediastinal drainage apabila terjadi emfisema

mediastinal  dengan menginsisi incisura jugularis buka

dengan klem bengkok masukkan tube.

  Perbaiki rupture trakea/ bronkial.

THERMAL EFFECT

Meliputi luka bakar pada wajah, terbakarnya bulu mata

atau jenggot. Selain itu, efek dari udara yang panas dapat

menyebabkan mukosa airway/ plica vocalis mengalami

inflamasi sehingga akan menjadi bengkak dan hiperemi,

sehingga akan bermanifestasi menjadi hoarseness (suara

serak/ parau) atau terjadi dyspnea (susah bernapas). Korban

 juga mengalami hipersekresi sputum, apabila sputum

mengandung jelaga berarti korban menginhalasi material

bakaran.

Manajemen :

  Definitive airway: masukkan endotracheal tube,

amankan dengan menginflasikan balon.

  Oksigenasi, ventilasi.

Prosedur intubasi:

1.  Persiapan

a.  ET (Endotracheal tube)

 

Ambil ET dengan 3 ukuran yang berbeda: 1 sebesar jarikelingking, 1 ukurannya 1 lebih kecil dibandingkan yang

pertama, 1 lagi berukuran 1 lebih atas dari yang pertama.

  Cek balon dan konektor

  Lubrikasi dengan gel

  Letakkan di kanan kepala pasien dan susun berdasarkan

ukuran.

b.  Laryngoscope

2.  Prosedur pemasangan

  Pasien dalam posisi berbaring (supinasi), operator ada di

sisi kranial pasien (di atas kepala pasien)

 

Amankan vertebra cervical  Preoksigenasi

  Operator harus ambil napas dan tahan 1x napas, sambil

melihat oksimeter (bila SaO2  <95%, tunda pemasangan,

oksigenasi dulu).

  Buka mulut pasien dengan ‘cross finger maneuver’ 

  Laringoskop di sisi kanan lidah ditempatkan di depan

valecula.

  Dorong lidah kea rah caudolateroinferior dengan

menggerakkan lengan bawah

  Masukkan endotracheal tube melewati plica

  Inflasikan balon (untuk mencegah aspirasi dan mencegah

kebocoran).

  Bila menginflasikan balon terlalu kuat, dapat

menyebabkan nekrosis mukosa trakea.

  Apabila terlalu lemah, dapat menyebabkan udara lolos

dari ventilasi dan menjadi aspirasi.

  Bila gagal, hentikan pemasangan ET dan ulang oksigenasi

dan ventilasi.

 

Bila sukses, fiksasi ET dengan plester.

  Bila masih gagal, lakukan cricothyroidotomy (penusukan/

irisan pada membrane cricothyroid), ada 2 macam:

a.  Needle   diameter lebih kecil tapi ekspirasi kurang

bagus; menggunakan kanula 12-14 G pada dewasa dan 16-

18 G pada anak, lalu disambungkan dengan Oksigen 15 L/

menit, lakukan intermittent insuflattion (nyalakan 1 s, tutup

4 s). hanya dapat dilakukan 30-45 menit, kalau udah

ditunggu masih tidak membaik, lakukan Tx definitive

lainnya.

b.  Bedah/ Surgical   dengan pisau, lalu dipasang pipa

trakeostomi; tidak direkomendasikan pada anak <12 tahun.

3.  Assessment

  Lihat gerakan dada   mengembang/ tidak; simetris

tidak

  Palpasi dada gerakannya simetris atau tidak

  Auskultasi dada  terdengar suara vesicular atau tidak,

bisa juga untuk mendengarkan suara di gaster ada udara/

tidak klo ada berarti masuknya ke esofagus.

Cara mengetahui apakah ET sudah bena masuk trakea atau

belum dapat menggunakan cara seperti:

a.  Auskultasi : suara napas yang sama bilateral; tidak ada

suara borborygmi atau gurgling pada lambung

b. 

CO2  detector : bila udara ekspirasi mengandung CO2 ,berarti udah bener masuk ke trakea.

Bagaimana cara mengetahui apakah seseorang sulit

diintubasi atau tidak?   dengan ‘LEMON assessment’,

yaitu:

a.  L = look externally

b.  E = evaluate rule ‘3-3-2’, yaitu 

  Jarak antara incisivus minimal selebar 3 jari tangan

  Jarak antara os.hyoid dengan dagu minimal selebar 3 jari

tangan

  Jarak antara hyoid notch dan dasar mulut minimal

selebar 2 jaric.  M = mallampati (hipofaring harus dapat dilihat secara

adekuat)

d.  O = Obstruksi (epiglottis, trauma, abses peritonsillar)

e.  N = Neck mobility (pasien dapat menempelkan dagu ke

dada atau menengadahkan kepala/ tidak)

Sekian cakul singkat dari nunul… sambil dibaca-baca lagi

yaa referensi-referensi yang lain. Kalo ada salah-salah/

kurang, langsung kabarin yaakk. Timaaci   

Page 5: EBOOK HSC 4.1 W1

7/21/2019 EBOOK HSC 4.1 W1

http://slidepdf.com/reader/full/ebook-hsc-41-w1 5/19

Airway management

Dimas Wirawan Wicaksono

Assessment

Cek tanda berikut :

1.  Level of conciousness. Jika terjadi respiratory arrest

pasien akan tidak sadarkan diri atau menuju ke sana

2.  Pernafasan spontan atau apnea

3.  Jalan nafas dan cervical spine injury

trauma cervical sangat sakral hukumnya untuk dicek terlebih

dahulu, karena apabila ini tidak dicek dan kita udah

macem2in pasiennya (misal kita melakukan head tilt/chin

lift) dan ternyata dia ada trauma cervical, bisa2 hal tersebut

semakin memperparah trauma cervicalnya dan melukai

medula spinalis yang ada di situ. Kalo medula spinalis

servikal terluka, maka koneksi otak dan badan terputus,

padahal ada pusat nafas si medula oblongata di situ  henti

nafas spontan. Atau bisa juga terjadi pentaplegi (qudraplegi

+ kelemahan diafragma   bisa mengurangi nafas juga).

Atau paling baiknya meski gak henti/mengurangi nafas bisa

terjadi quadriplegi, yang akan dibawa pasien seumur

hidupnya. Sedih kan? Makanya jangan lupa cek traumacervical.

4.  Pengembangan dada

5.  Tanda obstruksi jalan nafas

Metode untuk mendeteksi obstruksi jalan nafas :

  Look : lihat pergerakan dada dan abdomen

  Listen dan feel : aliran udara dari mulut dan hidung

(telinga di hidung, pipi di mulut)

Hasil yang bisa didapatkan :

  Gurgling : corpal dalam jalan nafas berbentuk cairan atau

semi cairan

 

Snoring : faring secara parsial teroklusi oleh palatummole atau epiglottis

  Crowing : suara spasme laringeal

  Stridor inspirasi : obstruksi pada tingkat laring atau di

atasnya

  Stridor ekspirasi : obstruksi pada jalan nafas bawah

Tanyakan juga apa yang menyebabkan obstruksi (misal kalo

lagi makan bakso terus tiba2 sesek gitu, berarti bakso itu

yang mengobstruksi. Atau kalau gak ada apa2 terus tiba2

sesek, berarti harus lihat riwayat penyakitnya siapa tau ada

tumor atau lain2nya) (riwayat penyakit, pengobatan

tertentu atau trauma)

6. 

Tanda respiratory distress, misal sianosis

7.  Refleks pelindung jalan nafas

8.  Juga bisa dilihat tanda-tanda sebelum respiratory arrest,

seperti :

a.  Intact neurologic function : agitated, confused, struggling

to breath, takikardia, diaforesis (berkeringat), retraksi

interkosta/sternoklavikular

b.  Non intact neurologic function (karena kelemahan otot

respirasi) : lemah, megap2, respirasi ireguler dan

paradoxycal breathing movement

c.  Foreign body : mencekik, menunjuk leher dan stridor

inspirasi

Manajemen :

Tujuan

1.  memastikan bahwa adanya jalan terbuka antara paru2

pasien dengan dunia luar

2.  memastikan paru-paru aman dari aspirasi.

Beberapa pertanyaan yang harus ditanyakan :

1.  Apakah pasien sadar? Jika ya, penggunaan sedasi atau

analegsik harus dilakukan dengan hati2 karena airway dapat

hilang setelah penggunaan obat tersebut

2.  Apakah bernafas spontan? Jika ya, manajemen airway

sebaik mungkin sebelum sampai ke rumah sakit

Beberapa manajemen yang bisa dilakukan

 AWAL  manajemen ini sifatnya fleksibel tergantung

bagaimana kita menemukan pasien nantinya. Misal kita

nemuin pasien yang emang lagi keselek bakso abis makan,

ya dengan cepat yang kita lakukan adalah melakukan

 prosedur pengeluaran bakso itu. Tapi kalo memang kita

nemuin pasien sedang dalam keadaan berbaring lemah tak

berdaya, maka kita harus ngelakuin manajemen dari awal.

Selain itu sesuaikan juga dengan peralatan yang ada, misal

 jika seseorang keselek bakso udah dalem sehingga gak bisa

difingerswap, terus kita heimlich juga ga keluar2, terus

disitu gak ada magill forceps, boro2 juga ada orofaringeal

airway atau ET, maka kita bisa melakukan krikotirotomi

langsung dengan peralatan yang ada, misal dengan pulpen,

atau diincisi dengan pisau dapur terus dipasang sedotan, dll.

Sebelumnya tolong dibedakan antara intubasi dan ventilasi .

Dimana intubasi berarti membuat jalan nafas alternatif,

sedangkan ventilasi yakni pertolongan/membantumasuknya oksigen ke paru-paru. Intubasi yang

menggunakan endotracheal tube (ET) sedangkan ventilasi

dilakukan dengan melakukan manual assisted ventilation

(MAV, penjelasan di bawah). Disini penting untuk

mengetahui bahwa ventilasi lebih penting dibandingkan

dengan intubasi . Karena kalau ventilasi tidak dilakukan,

oksigen dalam tubuh pasien akan turun dan dapat

menyebabkan komplikasi yang parah. Sedangkan intubasi

bisa dilakukan nyambi/sembari ventilasi dilakukan. Soalnya

intubasi juga digunakan agar ventilasi bisa adekuat.

Yang bisa kita lakukan yaitu :Membuka jalan nafas, jika tidak suspek injury cervical spine

1.  Head tilt/chin lift : mengangkat lidah dari belakang

tenggorokan

2.  Jaw thrust : digunakan pada pasien dengan injury spinal

dan pada pasien dengan GCS < 8

Nomor 1 dan 2 juga bisa disebut sebagai triple airway

manouver, yaitu : sedikit mengekstensikan leher,

mengelevasikan mandibula dan membuka mulut.

3.  Kalau sudah reda dan baik bisa dilakukan recovery

position

4.  Jika memang curiga terjadi obstruksi jalan nafas karena

corpal (corpus alienum=benda asing), maka bisa dilakukan

manouver pengeluaran corpal sebagai berikut :  Berikan nafas bantuan dengan mouth-to-mouth dan

pastikan apakah ada udara yang masuk atau tidak

  Jika udara masuk berarti tidak ada obstruksi jalan nafas,

 jika udara tidak bisa masuk bisa lakukan beberapa langkah

sebagai berikut :

Pengambilan corpal

  Superfisial  dengan melakukan finger swap

(kontraindikasi pada bayi dan anak-anak karena dapat

mendorong material lebih dalam lagi)

  Profunda  dengan menggunakan magill forcep (corpal

padat)/suction (corpal cair)Namun jika mengalami kesulitan, bisa dilakukan :

  Heimlich manouver  : merupakan manual thrust upper

abdomen atau dada (untuk wanita hamil atau extreme

obese) sampai jalan nafas bersih atau pasien tidak sadar.

Dewasa  untuk dewasa terdapat dua posisi yang bisa

dilakukan, yaitu :

Posisi berdiri. Digunakan untuk pasien sadar. Caranya :

Penolong berdiri di belakang pasien dengan lengan

melingkari patient’s midsection. 1 tangan dikepalkan dan

diposisikan di area epigastri (antara procecus xiphoideus

Page 6: EBOOK HSC 4.1 W1

7/21/2019 EBOOK HSC 4.1 W1

http://slidepdf.com/reader/full/ebook-hsc-41-w1 6/19

dan umbilikus) dan 1 tangan sisanya mencengkram tangan

pertama. Berikan thrust ke dalam dan ke atas dengan

mendorong kedua tangan. Jika pasien sudah tidak sadar,

segera baringkan.

Posisi berbaring. Digunakan untuk pasien sadar atau tidak

sadar. Penolong berada di atas pasien yang sudah

dibaringkan. Posisikan berlutut di sebelah kaki pasien atau

sesampainya penolong untuk melakukan manouver. Posisi

tangan seperti melakukan BLS. Bisa menggunakan :

 Abdominal thrust  di regio epigastrik atau Chest thrust  tepat

di atas sternum (posisi sama seperti melakukan BLS). Pada

posisi berdiri, kedua thrust ini juga bisa dilakukan asal sesuai

dengan indikasinya (di atas).

Dalam kedua posisi tersebut, berikan 5 (mercks) atau 6-

10 (video session) quick firm thrust dan kemudian reevaluasi

 jalan nafas. Kalau corpal sudah keluar sewaktu berdiri,

pasien akan terbatuk dan akan membuang benda yang

menghambat jalan nafasnya. Jika pasien berbaring, lakukan

finger swept dan reevaluasi dari nomor 1 paling atas

(berikan nafas bantuan)

Anak  pada anak, manouver ini bisa diberikan, namun jika

anak tersebut berusia <5 tahun/berat <20 kg : bisa berikan

tekanan moderat dan penolong berlutut di kaki anak

Bayi < 1 tahun manouver ini tidak bisa digunakan. Sebagai

gantinya, lakukan manouver sebagai berikut : tahan posisi

bayi secara tengkurap dengan kepala menghadap ke bawah,

sokong kepala dengan jari 1 tangan. Aplikasikan 5 tepukan

(back slap) di punggung  posisikan punggung bayi di paha

penolong, kemudian kepala dihadapkan ke bawah  

aplikasikan 5 tepukan di dada

  sekuensi diulang sampai jalan nafas bersih.

5.  Jika adekuat, maka berikan suplementasi oksigen dan

recovery position

6.  Jika tidak bisa (corpal sudah masuk sangat dalam atau

obstruksi bukan merupakan corpal) lakukan langkah berikut:

Manual assited ventilation (MAV) 

Sengertiku, MAV ini terus dilakukan sampai semua usaha

membuat jalan nafas alternatif terpenuhi. Oleh karena itu,

pada awalnya jika memang corpalnya sulit dikeluarkan,

lakukan pengukuran saturasi oksigen dalam tubuh pasien

terlebih dahulu. Caranya bisa dua, yaitu :-  Pulse oxymetry : dengan menggunakan alat yang

memang bertujuan untuk melihat saturasi oksigen dalam

tubuh.

-  Self monitoring : caranya ketika pasien sudah

mendapatkan MAV, sambil kita melakukan pembuatan jalan

nafas alternatif, kita langsung menahan nafas. Kalau sampai

kita gak kuat nafas, berarti kan saturasi oksigen dalam tubuh

kita juga menurun, nah kita aja yang sadar udah turun

saturasinya, apalagi yang sedang tidak sadar.

Kalau sudah melakukan pengukuran saturasi oksigen,

berikan MAV yang pertama kalinya kepada pasien denganmenggunakan bag and face mask yang pemasangannya

dilakukan dengan :

-  mengelevasikan mandibula dan dagu, leher

hiperekstensi (pastikan tidak adanya cervical spine injury)

-  Kemudian dasar mask diletakkan di atas dagu dan mulut

dibuka, puncak mask di atas hidung

-  Sedikit tekan mask kepada wajah dan jaga ekstensi dari

leher

-  Kemudian pakai kompresi resuscitation dengan

mengatur volume dan frekuensinya.

Metode ini bisa dilakukan dengan menggunakan 1 atau 2

tangan. Pertama kali kita bisa menggunakan 1 tangan

terlebih dahulu, kemudian jika tidak bisa :

-  Identifikasi adanya kebocoran

-  Reposisi face mask

-  Meningkatkan segel pada pipi (pastikan mask benar2

menempel pada pipi)

-  Sedikit meningkatkan tekanan ke bawah pada wajah

atau ekstensi leher

Kalau memang sudah begitu, dan nafas masih tidak

adekuat, gunakan teknik 2 tangan.

Dengan menggunakan bag and mask, kita bisa memasukkan

100% oksigen (karena bag and mask dihubungkan dengan

tabung oksigen), meskipun pada akhirnya karena ada

obstruksi, tidak 100% oksigen bisa dimasukkan, namun

setidaknya kita berusaha lah untuk memasukkan oksigen

meskipun sedikit.

Kalau bag and mask tidak ada, kita bisa melakukan

prosedur ventilasi tersebut dengan menggunakan metode

mouth-to-mouth atau jika alat pembuatan jalan nafasalternatif sudah terpasang berarti metode bisa melakukan

metode mouth-to-mask atau mouth-to-barrier (kalo di luar

negeri katanya ada alatnya yang buat mulut kita gak harus

nempel langsung ke pasien).

Nah, dengan menggunakan metode konvensional (yang

kalo bag and mask tidak ada) kita bisa memasukkan 16-18%

oksigen dan 4-5% CO2 yang cukup adekuat untuk menjaga

kadar oksigen/CO2 darah mendekati normal. Jangan terlalu

berlebihan dalam memberikan ventilasi, nanti bisa

menyebabkan distensi gaster dan meningkatkan risiko

terjadinya aspirasi.

Lakukan prosedur MAV ini terus menerus hingga saturasi

oksigen mencapai >95% (jika menggunakan pulse oxymetry)

atau selama 2-3 menit (<5 menit) dengan irama nafas (jika

menggunakan self-monitoring)   karena apabila dipakai

berlebihan dapat menyebabkan disensi gaster dan

meningkatkan risiko aspirasi (butuh NGT untuk

mengeluarkannya)

Sembari melakukan MAV, kita juga coba membuat jalan

nafas alternatif (jika alat adekuat) sampai pasien sampai ke

rumah sakit untuk ditangani lebih lanjut. Beberapa hal yang

bisa kita lakukan :Pemasangan alat berupa :

  Oropharyngeal airway/mayo/gudel (masuk lewat mulut)

  Nasopharyngeal airway (masuk lewat hidung)

  Laryngeal mask airway. Merupakan alat yang

dimasukkan ke orofaring bawah untuk mencegah obstruksi

airway oleh jaringan lunak dan membuat saluran efektif

untuk ventilasi. Dapat mengurangi kesulitan penggunaan

bag and face mask dan risiko displacing jaw and tongue.

7.  Kalau bisa dilakukan pemasangan, lakukan MAV terus

sambil dimonitor saturasi oksigennya. Kalau saturasi oksigen

bagus (tidak menurun), lakukan siklus tersebut sampaipasien masuk ke rumah sakit dan ditangani lebih lanjut.

8.  Jika memang sudah dilakukan pemasangan ternyata

masih saja gagal (saturasi tetap turun), kita bisa membuat

 jalan nafas definitif dengan melakukan intubasi baik dengan

orotracheal (masuk lewat mulut)/nasotracheal tube

(masuk lewat hidung, digunakan jika terjadi gangguan oral

dan leher parah yang membuat laryngoscopy sulit, muscle

relaxant tidak ada/tidak boleh digunakan atau pasien

tachypnea, hyperpnea dan upright positioning). Tetap

lakukan MAV untuk menjaga saturasi oksigen dalam tubuh.

Indikasi :

Page 7: EBOOK HSC 4.1 W1

7/21/2019 EBOOK HSC 4.1 W1

http://slidepdf.com/reader/full/ebook-hsc-41-w1 7/19

  Metode definitif untuk mengamankan jalan nafas

  Membatasi aspirasi

  Menginisiasi ventilasi mekanik pada pasien koma, yang

tidak bisa menjaga airwaynya atau yang membutuhkan

ventilasi mekanik lama.

  Gangguan pada kesadaran dengan kemampuan dengan

melindungi jalan nafas

  Tracheobronchial toilet/suctioning lower respiratory

tract

 

Injuri multisistem atau pulmo berat terkait dengan gagal

respirasi seperti sepsis, obstruksi jalan nafas, hipoksemia

dan hiperkarbia

  Operasi

Langkah :

  Persiapan :

Persiapan pasien

a.  Lanjutkan ventilasi adekuat dan hiperoksigenasi

b.  Dekompresi gaster

c.  Nilai derajat kesulitan intubasi, termasuk beberapa

kesulitan berupa :

Mikrognatiao  Cervical spine status

o  Facial injury, surgery dan scarring

o  Thyromental distance (leher pendek)

o  Pembukaan mulut dan Mallampati classification (dengan

memperhatikan uvula, semakin besar skornya semakin tidak

terlihat uvulanya)

Persiapan alat

a.  ET

  Ambil ET dalam 3 ukuran : sebesar kelingking pasien dan

1 ukuran di atas dan di bawah ukuran tersebut

 

Cek balok dan konektor, test cuff  Lubrikasi denga jelly

  Letakkan di sisi kanan kepala pasien dan susun sesuai

dengan ukuran

b.  Laryngoscope, cek cahaya dan pilih bladenya. Sekarang

sudah bisa menggunakan fiber optic, yakni suatu alat mirip

bronkoskopi dengan glass scope, sehingga intubasi bisa

dilakukan dengan melihat monitor sehingga lebih mudah

(tidak menggunakan pandanga langsung lewat

laryngoscope)

c.  Obat2an seperti analgesik, sedasi/amnesia atau

neuromuscular blockade jika dibutuhkan.

Analgesik  digunakan untuk mengurangi simpathetic-

mediated pressor response yang diinduksi laryngoscopy

(sehingga dapat menyebabkan peningkatan HR, BP dan

peningkatan tekanan intrakranial. Contoh Lidoqain 1,5

mg/kgBB IV 1-2 menit sebelum diberikan obat lainnya.

Sedasi/amnesia  kerja cepat, durasi pendek dan

reversibel, diberikan karena laryngoscopy dan intubasi

sangat tidak nyaman pada pasien. Contoh : Fentanyl 25-100

mikrogram IV titrated to effect (diberikan jika tidak ada

depresi kardiovaskular karena dalam dosis tinggi dapat

menyebabkan kekakuan dinding dada), Midazolam 1-2 mg

IV titrated to effect dan Etomidate 0,3-0,4 mg/kg IV titratedto effect.

Neuromuscular blockers nilai kebutuhannya, digunakan

untuk merelaksasikan otot skelet yang memfasilitasi

intubasi. Contoh : suksinilkolin 1-1.5 mg/kg IV bolus  agen

depolarisasi dan vecuronium  0,1-0,3 mg/kg IV bolus  

merupakan agen non depolarisasi yang digunakan untuk

mencegah fasikulasi otot (sehingga menyebabkan nyeri) dan

hiperkalemia yang disebabkan karena full dose suksinilkolin.

d.  Alat monitor berupa oximetry, EKG dan BP

e.  Stylet, suction dan magill forceps

f.  Alat pelindung

  Pasien pada posisi supinasi, operator pada sisi kranial

  Amankan vertebra servikalis

  Preoksigenasi

  Operator harus ambil dan menahan nafas, lihat

oksimeter (monitor)

  Membuka mulut dengan menggunakan manouver cross

finger

  Laryngoscope pada sisi kanan lidah, depan vallecula

 

Dorong lidah ke sisi kaudolateroanterior dengan

menggerakkan lengan bawah

  Visualisasi epiglottis

  Posisikan laryngoscope (pada valecula untuk blade

lengkung dan di bawah epiglottis untuk blade lurus)

  Angkat basis lidah dan expose pembukaan glotis

  Masukkan ET dan lewati plica lewat penglihatan

langsung ke 23-25 cm bibir

  Remove stylet dan laryngoscope, gembungkan balon.

Jika kita menggembungkan balon terlalu kuat, akan

menyebabkan tekanan nekrotik dalam trakea. Sedangkan

 jika kita menggembungkan balon terlalu enteng, dapat

menyebabkan air escape pada ventilasi dan aspirasi.

  Jika gagal, hentikan aksi dan ulangi oksigenasi dan

ventilasi

  Jika diulang masih gagal, lakukan langkah selanjutnya

(nomor 9)

  Jika berhasil, fiksasi ET dengan plester

  Lakukan assessment dengan :

a.  Lihat pergerakan dada

b.  Palpasi dan auskultasi dada

c.  CO2 detector

d.  Minta CXR

9. 

Jika prosedur pemasangan ET gagal 2x, maka bisalakukan prosedur bedah seperti :

  Cricothyroidostomy. Lebih cepat dan lebih simple

dibandingkan dengan tracheostomy. Bisa dilakukan

meskipun tidak di ruang operasi. Caranya : pasien telentang

leher ekstensi   laring ditahan dengan tangan   bisa

dengan dua metode, yaitu :

  Dengan menggunakan blade mengincisi kulit, jaringan

subkutan, membran krikotiroid di tengah  asses traea  

pasang hollow tube

  Dengan menggunakan iv kateter/kanula/abbocath yang

dihubungkan dengan spet 10 mL yang telah diisikan NaCl 5

mL   disuntikkan ke daerah antara krikoid dan tiroid

dengan sudut 45 derajat   aspirasi spet, jika adagelembung berarti sudah masuk trakea dicabut jarumnya

 hubungkan dengan Y tube, dimana 1 ujung tabung untuk

oksigen sementara yang lainnya dipakan untuk tangan

penolong (untuk buka dan tutup)

  Tracheostomy. Lebih sulit, harus dilakukan di ruang

operasi oleh spesialis THT karena harus mengambil 1 ring

kartilago dengan incisi berbentuk U yang kemudian

dilanjutkan dengan pemasangan tube. Bagus untuk long

term, namun untuk emergency, kerugian akibat komplikasi >

keuntungannya.

Pada anak, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara

lain:

1.  Infeksi sering menyebabkan obstruksi saluran nafas pada

anak. Selain itu, ukuran lidah anak <2 tahun memiliki

proporsi yang cukup besar dari kavitas oralnya dan

terkadang juga bisa menyebabkan obstruksi selama nafas

spontan/ketika ventilasi.

2.  Beberapa hal terkait dengan manejemennya yang harus

disesuaikan :

A.  Anak merupakan pengguna hidung sejati ketika bernafas

(belum bisa menggunakan mulut) sampai usia 6 bulan. Oleh

Page 8: EBOOK HSC 4.1 W1

7/21/2019 EBOOK HSC 4.1 W1

http://slidepdf.com/reader/full/ebook-hsc-41-w1 8/19

karena itu, suction nares saja sudah bisa membuka jalan

nafas untuk anak tersebut

B.  Posisikan anak senyaman mungkin untuk

mengkomporomisasikan respirasinya. Kalau memang tidak

bisa, bisa dilakukan sniffing position, jika tidak ada cervical

spine injury, untuk meminimalkan obstruksi jalan nafas oleh

 jaringan lunak. Hati-hati agar tidak overekstensi karena

dapat menyebabkan obstruksi saluran nafas.

C.  Face mask dapat membuat anak teragitasi, oleh karena

itu alat2 harus disesuaikan (ET seukuran jari kelingking

pasien, penggunaan uncuffed ET, blade laryngoscope lurus,

dll). Selain itu, bag-mask ventilation dapat menyebabkan

gastric distention sehingga dibutuhkan NGT

D.  Penggunaan handuk atau sanggahan lainnya pada bahu

pada bayi lebih baik dibadingkan harus mengangkat occiput

E.  Penekanan krikoid dapat meningkatkan visualisasi glotis.

Trakea relatif lebih pendek, sehingga intubasi biasanya lebih

mudah.

F.  Kedalaman insersi bisa diperkirakan dengan rumus :

diameter internal ET x 3.

Komplikasi : brain death, kejang, edema paru karenaobstruksi/POPE (Post Obstruction Pulmonary Edema),

aspirasi karena gangguan ke lambung, DIC (Disseminated

Intravascular Coagulopathy)  perdarahan terus menerus,

komplikasi ginjal. Prognosis : buruk

Secara keseluruhan bisa terangkum sebagai berikut :

Melihat pasien sesak nafas   anamnesis + assessment  

membuka jalan nafas (head tilt chin lift / jaw thrust)  

a.  Membaik   periksa B&C&lainnya   semua baik  

recovery manouver

b.  Tidak membaik   curiga obstruksi   pengambilan

corpal (superfisial, profunda

 gagal

 heimlich manouver) 

  Corpal terambil  periksa B&C&lainnya   semua baik

 recovery manouver

  Corpal tidak bisa terambil   cek saturasi oksigen dan

MAV (selalu barengan dengan metode lainnya dan dilakukan

 jika saturasi menurun)  membuat jalan nafas alternatif  

Oropharyngeal airway/mayo/gudel (masuk lewat mulut)

atau Nasopharyngeal airway (masuk lewat hidung) atau

Laryngeal mask airway (tergantung dari ketersediaan alat

atau kalo memang tenggorokan gak bisa diakses, bisa pake

yang lewat hidung) 

o  kalo berhasil   lanjutkan pemberian oksigen dengan

MAV sampai dapat penanganan yang baik di RS

o  kalo gagal Intubasi (baik orotrakeal/nasotrakeal (sama

kayak di atas untuk alasan penggunaannya)) sebagai

tambahan dari yang airway (airway digunakan untuk

menahan lidah agar tidak mengganggu masuknya ET)  

  kalo berhasil   lanjutkan pemberian oksigen dengan

MAV sampai dapat penanganan yang baik di RS

  kalo gagal   pertimbangkan penggunaan prosedur

krikotiroidektomi (bisa dilakukan pada kondisi gawat

darurat) 

  kalo berhasil/gagal   lanjutkan pemberian oksigen

dengan MAV sampai dapat penanganan yang baik di RS,

karena kalau gagal penanganan berikutnya harus ditrakeostomi, dan itu harus di ruang operasi.

Namun sekali lagi ingat, ini bukan algoritma gitu yang harus

runut dari AZ, tapi disesuaikan dengan kondisi pasien dan

ketersediaan alat. Yang penting kita harus tahu prinsipnya,

setelah melakukan A kalo gak bisa kenapa B, dst.

Referensi

1.  Slide kuliah Airway management dr. Mahmud, Sp. An

2.  Slide kuliah Airway disorders in maxillofacial and cervical

trauma dr. M. Rosandi Siswandana, Sp. BP

3. 

Slide kuliah Airway disorders in inhalation and blasttrauma dr. Sunoko, Sp. B-KBTKV

4.  The Mercks Manual Diagnosis and Treatment Porter.

5.  Video session blok 4.1

IMAGING IN EMERGENCIES

dr. Yana Supriatna

By: Ayu

Pilihan Modalitas Imaging untuk kasus emergensi:

  X-ray paling konvensional, paling banyak digunakan

  MSCT dapat memberi gambaran 3D, mudah melihat fraktur dan dislokasi.

  USG sangat bagus, cepat, bisa periksa dari atas sampai bawah tapi operator-dependent

 

MRI  pada kegawatan jarang dipakai karena waktunya lama ± 1 jam, adanya suara yang cukup bising sehingga dapat

membahayakan pasien, mahal.

Gambaran Normal Foto Thoraks

PA Lateral

Page 9: EBOOK HSC 4.1 W1

7/21/2019 EBOOK HSC 4.1 W1

http://slidepdf.com/reader/full/ebook-hsc-41-w1 9/19

Gambaran normal foto toraks PA:

  Kedua hilar densitasnya sama, dengan hilum kiri lebih

superior daripada hilum kanan ± 1cm.

  Gambaran trakea tepat di tengah.

  Diafragma kanan lebih tinggi 1-1,5 cm dibandingkan kiri,

dengan sulcus costophrenicus tajam.

Gambaran normal foto toraks lateral

 

Seharusnya terdapat penurunan densitas dari superiorke inferior pada mediastinum posterior.

  Ruang udara bagian retrosternal memiliki densitas yang

sama dengan ruang udara di retrocardiac.

  Hemidiaphragma kanan letaknya lebih “tinggi”

dibandingkan hemidiaphragma kiri.

Cardio-Thoracic Ratio (CTR)

  Normalnya CTR < 0,5

  Maka B/A < 0,5 dengan B = diameter jantung, A =

diameter dada

  CTR > 0,5 (pada film dengan kualitas baik) menunjukkan

kardiomegali

Gambaran PA atau AP?

  Kebanyakan foto toraks diambil dalam posisi PA, dengan

sinar X-ray ditembakkan dari belakang ke depan dan film

terletak di depan dada pasien. Pemeriksaan ini biasanya

diambil dengan posisi pasien berdiri. Dengan letak jantung

dan mediastinum terdekat dengan film, gambar posisi PA

dapat dengan akurat memperlihatkan perubahan kontur

 jantung dan mediastinum.

  Sedangkan pada kasus emergensi, kebanyakan foto

toraks diambil posisi AP karena pasien tidak mampu berdiri.

Karena posisi pasien berbaring, gambaran kontur jantung

dan mediastinum pada posisi PA dapat terlihat lebih besarpadahal sebenarnya normal. Maka perlu dikonfirmasi lagi

nanti dengan posisi PA.

Maxillofacial Trauma

Fraktur Le Fort ini penyumbang 10-20% trauma maxillofacial

terutama paling sering disebabkan kecelakaan motor/mobil

karena tidak memakai sabuk pengaman, tindak kekerasan,

dan jatuh.

Merupakan suatu kegawatdaruratan yang memerlukan

penanganan segera karena dapat menyebabkan sumbatan

 jalan nafas, cedera otak berat, dan mungkin fraktur vertebra

cervicalis. Tujuan awal terapi adalah membebaskan jalannafas.

Fraktur Le Fort ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

Le Fort I

Definisi:

  Fraktur horizontal maksilla pada ketinggian yang sama

dengan fossa nasalis. Disebut juga fraktur “guerin” 

  Menyebabkan pergerakan pada maksilla sementara

nasal bridge tetap stabil.

Gambaran radiografi:

 

Garis fraktur yang melibatkan apertura nasal, maksillainferior, dan dinding lateral maksilla menyebabkan

terpisahnya palatum dengan maksilla.

Le Fort II

Definisi :

  Karena bentuk garis frakturnya disebut juga fraktur

“pyramid”, terdapat ketidakstabilan setinggi os nasal.

Merupakan satu-satunya fraktur yang melewati orbital rim

(dapat merusak sistem lakrimalis). Karena garis fraktur ini

dekat dengan foramen infraorbital, sering terdapat

hypesthesia nervus infraorbital.

  Berbeda dengan Le Fort I, fraktur Le Fort II berisiko tinggi

menyebabkan fraktur septal sehingga dapat terjadi

perdarahan masif. Disebut juga “floating maxilla” karena

maksilla menjadi sangat mudah digerakkan.

Gambaran radiografi:

  Garis fraktur melalui tulang hidung dan diteruskan ke

tulang lakrimalis, dasar orbita, pinggir infraorbita, dan

menyeberang ke bagian atas dari sinus maksillaris juga ke

arah lamina pterigoid sampai ke fossa pterigo palatine.

Le Fort III

Definisi :

  Fraktur dengan disfungsi kraniofacial komplit (“cranio-

facial disjunction”). Merupakan fraktur yang memisahkansecara lengkap sutura tulang dan tulang cranial. Komplikasi

yang mungkin terjadi adalah keluarnya CSF melalui atap

ethmoid dan lamina cribiformis, memudahkan terjadinya

meningitis atau terbentuknya abscess otak.

Gambaran radiografi :

  Garis fraktur melalui sutura nasofrontal diteruskan

sepanjang ethmoid junction melalui fissura orbitalis superior

melintang ke arah dinding lateral ke orbita, sutura

zigomatikum frontal dan sutura temporozigomatikum.

Obstruksi Benda Asing

  Obstruksi benda asing dapat disebabkan:

 

Intrinsik : saluran pernapasan terhalang lidah, biasanya

dialami pada pasien dengan penurunan kesadaran.

 Ekstrinsik : dari luar, misal koin, kacang, dsb

  Gambaran radiologik

 Umumnya daerah lesi : radiolusen

 31% gambaran foto toraks bisa normal

  Obstruksi total atelektasis

  Gangguan aerasi hebat   pneumotoraks atau

pneumomediastinum

Obstruksi Yang Disebabkan KoinKoin AP LATERAL

Trakea

Esophagus

Namun, gambaran di atas bisa nggak sesuai juga. Misal, pada gambaran AP terdapat orientasi sagittal khas trakea, ternyata

di foto lateral letaknya di posterior trakea berarti koin berada di esophagus. Makanya nggak bisa melakukan diagnosis

dengan satu gambar saja, minimal dua :)

Page 10: EBOOK HSC 4.1 W1

7/21/2019 EBOOK HSC 4.1 W1

http://slidepdf.com/reader/full/ebook-hsc-41-w1 10/19

Obstruksi Yang Disebabkan Kacang

 Sulit dilihat karena tampak seperti jaringan normal.

 Dilihat indirect sign (difoto saat inspirasi dan ekspirasi) :

Adakah perbedaan? Mengembang dan mengempisnya paru

yang tidak simetris. Pada ekspirasi dapat terlihat adanya

“air-trapping” pada salah satu paru yang tersumbat (akan

terlihat lebih luscent). Disebabkan benda asing tersebut

berfungsi seperti katup yang memungkinkan udara masuk

namun tidak bisa keluar.

 

Pada anak-anak paling mudah terjadi sumbatan di

bronkus sebelah kanan, karena lebih besar,dan lebih

horizontal.

Efusi Pleura

Di slide, dibedakan jadi 3, Mild, Moderate = Classic, dan

Masif.

  Mild   terlihat adanya penumpulan sudut

costophrenicus. Posisi RLD (lateral decubitus) dapat

membantu untuk mendeteksi efusi pleura yang masih

sangat sedikit, karena cairan akan mengalir ke posisi lateral

yang dapat dilihat.

 

Moderate = Classic   adanya gambaran opaque yanghomogen dan membentuk cekungan / tanda meniscus, tidak

terlihat sinus dan diafragma karena terisi cairan dan cairan

tersebut mendorong jantung ke arah paru yang sehat.

  Masif   terlihat di foto toraks dada, cairan sampai

memenuhi seluruh bagian paru yang sakit.

  Dapat juga digunakan USG, bisa untuk konfirmasi ukuran

dan jenis cairan efusi (transudat atau eksudat).

Pneumothorax

1.  Simple Pneumothorax    perlu diambil foto saat

inspirasi dan ekspirasi, biasanya gambaran pneumotoraks

yang sangat sederhana baru didapat pada tampilan dadasaat ekspirasi. Selain itu posisi juga diusahan berdiri, karena

waktu supinasi simple pneumothoraks dapat tak terdeteksi.

  Gambaran radiologisnya : batas pleural visceral terlihat,

dan berkurangnya volume pada paru yang sakit. Pada

pneumothoraks yang kecil dapat dilihat pada bagian apical

paru akan terlihat garis visceral pleura yang bergeser

menjauhi dinding dada, serta tidak adanya “lung marking”

atau corakan vaskular pada bagian perifernya.

2.  Tension Pneumothorax    Diagnosis ditegakkan

berdasarkan tampilan klinis!!! Bukan berdasarkan gambaran

radiologis ya, keburu mati ntar orangnya nunggu difoto  

 

Gambaran radiologisnya: akan terlihat luscent pada paruyang sakit dengan pergeseran mediastinum beserta isinya

ke arah paru yang sehat.Adanya “deep sulcus sign” yaitu

adanya peningkatan gambaran luscens pada sudut

costophrenicus pada paru yang sakit.

Lung Collapse atau Atelectasis

DIRECT SIGN INDIRECT SIGN

Adanya pergeseran fissura interlobar Elevasi hemidiaphragma

Hilangnya aerasi  nggak ada udara shg terbentuk

gambaran radiopaque

Pergeseran mediastinal ke arah paru yang sakit

Tanda vascular dan bronchial (crowded) Pergeseran hilar

 Total Collapse : khas: menarik mediastinum ke arah paru

yang kolaps tersebut

 Partial Collapse: khas bila yang kolaps lobus media: akan

terlihat garis putih yang menghubungkan lobus tersebut

dengan jantung.

Hyaline Membran Disease

 Biasanya pada bayi prematur, pada hari kelahiran,

disebabkan karena kekurangan surfaktan.

 Kalau pasien datang membawa bayi beberapa hari

setelahnya, pikirkan diagnosis lain.

 Pada bayi: foto toraks + abdomen keseluruhan dan

murah yang sering dipakai : Baby Gram.

 Gambaran radiologik :

  Lesi granular halus di seluruh paru

  Ukuran paru mengecil

  Batas pembuluh darah tidak jelas

  Toraks berbentuk bel

   Air bronchogram merupakan tanda telah terbentuknya

infiltrat dengan gambaran bronkus perifer yang terisi udara

menjadi lebih jelas terlihat karena dikelilingi jaringan tanpa

udara atau berkonsolidasi alias alveolus yang telah terisi

cairan atau sel-sel (telah terbentuk infiltrat) sehingga

menimbulkan opasitas paru.

 Berat :

  Bayangan paru radioopak

  Batas jantung & mediastum tidak tampak

 Prognosis buruk pada 24 jam pertama  pneumotoraks

28 hari kemudian   fibrosis, nekrosis, gambaran sarang

tawon bronchopulmonary dysplasia

Pericardial Effusion

Efusi perikardial: jantung bentuk seperti botol dideteksi

dengan:

1. Foto thorak berdiri dan trendelenburg

2. USG

3. Fluoroskopi

 Adanya cairan di pericardium

 Bedakan dengan kardiomegali

 Pakai USG, CT untuk konfirmasi cairan.

Mekonium Aspirasi

  Hipoksia janin

 defekasi & aspirasi intra uterin

  Radiologik :

  Bercak-bercak tersebar di kedua paru

  Atelektasis

LUNG EDEMA

Distribusi Edema Paru

Nah, edema paru ini dapat menimbulkan berbagai macam gambaran radiologi yang aku lihat berkilas kilas tetep aja aku gak

mudeng -___- * haha. Lanjut lagi ya, pokoknya edema paru ini dapat ditimbulkan oleh berbagai macam sebab, misal gagal

 jantung, gagal ginjal, ARDS atau sindrom gawat pernapasan pada bayi baru lahir yang menderita penyakit membrana hialin

yang telah dibahas di atas tadi, dan sebagainya. Bahas dulu satu-satu ya..

Page 11: EBOOK HSC 4.1 W1

7/21/2019 EBOOK HSC 4.1 W1

http://slidepdf.com/reader/full/ebook-hsc-41-w1 11/19

 

1.  Edema kardiogenik   Edema kebanyakan berpusat di

basal (gravitasional), homogen, dapat ditemukan juga

edema perihilar (+). Terutama perhatikan manifestasi lain:

misal adanya kardiomegali (CTR>0,5). Adanya densitas l inier

atau garis Kerley, merupakan garis pendek tipis, melintang,

paling baik dilihat di lateral dekat sudut kostofrenikus.

Pada edema kardiogenik lihat juga corakan vaskularnya,

normalnya pada posisi tegak, pembuluh darah lobus

superior jelas lebih kecil ukurannya daripada pembuluh

darah sebanding yang ada di lobus inferior. Di samping itu,

pembuluh darah sentral akan meruncing bertahap karena

akan bercabang ke perifer.

Corakan vaskular pada edema kardiogenik   sebenarnya

 juga bermacam macam tergantung penyebab gagal

 jantungnya kenapa. Misal stenosis mitral pembuluh darah

lobus superiornya menjadi lebih besar dibandingkan lobus

inferior karena adanya hipertensi vena pulmonalis, kalau

pada penyakit jantung kongenital seperti Tetralogi Fallot

 justru bisa terjadi pengurangan ukuran semua pembuluh

darah dari sentral-perifer, lobus superior-inferior.

Nah, kalau dari gambar di slide, pembuluh darah lobus superior lebih besar dibandingkan inferior. Lihat adanya edema

perihilar dengan gambaran opaque di sekeliling hilar, serta bercak-bercak opaque pada bagian basal.

2.  Edema karena overhidrasi/gagal ginjal 

Bisa dilihat adanya peningkatan corak vaskuler dari superior-inferior, selain itu dibandingkan edema kardiogenik yang

gambaran edemanya di basal, pada gagal ginjal gambaran edemanya lebih ke sentral.

Page 12: EBOOK HSC 4.1 W1

7/21/2019 EBOOK HSC 4.1 W1

http://slidepdf.com/reader/full/ebook-hsc-41-w1 12/19

3.  Edema karena ARDS

Bisa dilihat ya, gambaran edemanya terletak di perifer, bentuknya  patchy, air bronkogram (+). Selain itu ada penurunan

corakan vaskuler ya  

Volume Darah

Menurun: ketiganya Normal: edema kardiak dan

permeabilitas ↑ 

Meningkat: overhidrasi, edema

ginjal

TRAUMA TORAKS

  Tulang iga dapat mengalami fraktur pada titik benturan dan kerusakan paru  paru memar

  Trauma tajam: biasanya merupakan aplikasi langsung dan tiba-tiba dari tenaga mekanis pada area fokal.

  Pisau atau peluru kerusakan jaringan karena terjadi peregangan dan penghancuran.

  Gambaran Radiologi:

 Fraktur iga

Gejala tidak khas, Foto toraks AP bila lesi berat. Terdapat komplikasi dari fraktur iga:

 

Hematotoraks

  Pneumotoraks

  Kontusio Paru

  Flail/Hourglass chest ( dada berbentuk bell-shaped appearance) 

Selesaiiii, nah sekian tentang radiologi. Bila ada kritik dan saran dipersilakan, mungkin masih ada kekurangan. Mungkin

memang agak ribet mesti interpretasi gambar hitam putih ini, tapi yang penting dan jangan sampai lupa diingat kalau

radiologi ini cuma sebagai alat bantu dalam menegakkan diagnosis ya. Tetap kita harus memperhatikan tampilan klinis

 pasien dan apakah hal tersebut memang sesuai dengan tampakan foto rontgennya. Apalagi pada kasus emergensi, foto

toraks baru dapat dilakukan setelah tindakan resusitasi ABC dilakukan agar pasien stabil. Sekian, tetap semangat teman

teman   

Skills Lab ADVANCE LIFE SUPPORT : AIRWAY

A.H. Wisda Kusuma

Blok 4.1 ini adalah blok “Emergency”, tentunya kita

banyak membahas hal-hal yang berkaitan dengan kasus

emergency (butuh penanganan dengan cepat), salah

satunya adalah penyelamatan nyawa seseorang yang

terancam (Life Saving). Di live saving, kita mengenal istilah

“waktu adalah nyawa”, karena semakin kita menunda

tindakan, kemungkinan kematian sel otak atau kematian

organik tubuh akan semakin meningkat. Tindakan Life

Saving / Support dibagi menjadi 2, ada Basic life Support

(BLS) yang sudah kita pelajari di blok 1.2 (algoritmanya saya

rasa gak perlu dicantumkan di sini, di blok 1.2 udah pernah

dibahas, di google juga banyak, lihat di AHA atau website2

red cross juga ada) dan Advance Life Support (ALS), yang

sebagian akan kita bahas di sini.

Prinsip yang membedakan keduanya sebenarnya

adalah dari segi penggunaan alat bantu dan siapa yang

melakukan pertolongan. Kalau BLS jelas tidak menggunakan

Page 13: EBOOK HSC 4.1 W1

7/21/2019 EBOOK HSC 4.1 W1

http://slidepdf.com/reader/full/ebook-hsc-41-w1 13/19

alat apapun dan orang awam pun bisa melakukannya. Tetapi

kalau ALS sudah menggunakan alat dan harus dilakukan oleh

seorang profesional. BLS maupun ALS prinsip-nya sama,

yakni assesment ABC (Airway, breathing, Circulation),

assesment problem causa, monitoring selama tindakan,

secondary assesment, dan stabilisasi pasien.

Nah, pada skills lab kali ini yang lebih ditekankan

adalah ALS yang berkaitan dengan Airway. Dengan kata

lain, bagaimana cara kita menjaga patensi dari jalan nafas

pada pasien yang mengalami  ATAU yang dicurigai  ATAU

yang berpotensi mengalami gangguan Airway. Ada 7

prosedur yang akan dibahas kali ini yakni :

1.  Triple Maneuver (Head tilt, Chin Lift, Jaw Thrust)

2.  Bag and Mask / Balon dan Sungkup / VTP (Ventilasi

Tekanan Positif) / PPV (Positive Pressure Ventilation)

3.  Intubasi (menggunakan EndoTracheal Tube / ET Tube /

ET-T)

4.  LMA (Laryngeal Mask Airway)

5.  Orophrayngeal Tube (Mayo Tube)

6.  Nasopharyngeal Tube

7. 

Needle Crycothyroidotomy

Sebelum kita masuk ke algoritma Life saving manapun,

prinsip pertama yang harus kita pegang adalah SAFE  (safe

utk korban, penolong, maupun orang / lingkungan sekitar).

Bawalah korban ke tempat yang aman, tidak ada lalu lalang

orang/kendaraan, tidak panas/dingin/terik matahari, kering,

permukaan datar dan keras.

Kita bahas prosedurnya satu2 ya, di sini hanya akan ditulis

prinsip pengerjaannya. Kalau checklist nya teman-teman

bisa baca di buku panduan skills lab / buku praktikum blok

4.1 ya.

1)  Triple Maneuver

Tujuan manuver ini adalah untuk menbuka airway

pasien. Tetapi, pembukaan airway ini mungkin bersifat

sementara (karena berbagai kejadian : misal l idah yang jatuh

ke belakang dan menutup jalan nafas), sehingga jalan nafas

tetap harus dijaga dengan E-T Tube, LMA, dsb (akan

dijelaskan nanti). Tiga manuver ini sebaiknya dilakukan

semua  (jika memungkinkan), tetapi jika dalam beberapa

kondisi khusus tidak bisa dilakukan semua, lakukanlah salah

satu saja, yang pasti kita memastikan bahwa airway pasien

terbuka. Tetapi manuver ini harus dilakukan  untuk

membuka airway dan menghindari obstruksi karena lidah

pasien yg jatuh ke belakang (pada pasien tak sadar).

Head Tilt –  Chin Lift

Ini udah kita pelajari di OSCE tahun pertama ya,

caranya dahi pasien kita tekan ke bawah (Head Tilt) dan

dagu pasien kita dorong ke arah kranial / ditengadahkan

(Chin Lift). Ingat, Chin lift tidak usah dibarengi dengan

membuka mulut, HANYA chin lift aja ya. Intinya, manuver ini

adalah memposisikan leher untuk “hiper-ekstensi” sehingga

 jalan nafas benar-benar terbuka.

 Jaw Thrust

Jaw thrust adalah teknik yang dilakukan jika pasien

mengalami cidera cervikal, yg dimaksud cidera cervical di

sini adalah cidera muskulo skeletal / vertebra-otot yang kira-

kira bisa mempengaruhi medula spinalis / radix saraf jika

terjadi perubahan gerakan leher. Kenapa fatal sekali jika kita

gerakkan leher? Inget, radix segmen C3-C4 itu mempersarafi

diafragma (n.phernicus), sehingga kalau terjadi gangguan di

n segmen ini tentunya diafragma tidak bisa berfungsi dan

akan terjadi gagal nafas. Jaw thrust adalah teknik yang

tidak disarankan untuk orang awam / tidak terlatih, karena

kemungkinan gagal nya tinggi (kemungkinan untuk leher

bergerak), sehingga justru membahayakan pasien.

Prosedurnya : jari 3 dan 4 kita letakkan di ramus

mandibularis (posterior dari angulus mandibula) dan jempol

bertumpu pada pipi pasien, dorong mandibula ke arah

anterior (kita “angkat” mandibula) seolah-olah kita

mendislokasikan TMJ (Temporo-Mandibular Joint), sehingga

rahang bergerak ke depan dan airwat seolah-olah

“terangkat”. Jangan pernah sekali kali melakukan gerakan

pada leher. Lakukanlah jaw thrust dengan hanya

menggerakkan mandibula.

Tanda jika jaw thrust kita berhasil adalah gigi bawah berada

di depan gigi atas (mandibula sudah ke arah anterior /

terangkat).

2)  Bag and Mask

Sebenernya, ada dua jenis Facemask (Bag and Mask) nih,

ada yang manual  (yg dipelajari di skills lab) dan ada yang

otomatis  (disambung ke mesin, kayak yang di UGD rumah

sakit canggih atau di ICU biasanya jg ada). Nah, kalau yang

otomatis itu pegang face mask nya pake 2 tangan (jadi

kedua tangan fokusnya emang Cuma untuk pegangin tuh sih

mask nya biar rapet dan terfiksasi).

Nih contoh yg manual :

Nih contoh yg otomatis :

Ada bag and mask yang dilengkapi reservoir oksigen  dan

ada yang tidak. Semuanya bisa dipakai, tetapi leih baik kita

menggunakan yang ada reservoirnya, karena saturasi

oksigen yang diberikan akanjauh lebih tinggi jika

disambungkan ke tabung oksigen.

Page 14: EBOOK HSC 4.1 W1

7/21/2019 EBOOK HSC 4.1 W1

http://slidepdf.com/reader/full/ebook-hsc-41-w1 14/19

 

Tujuannya Bag and Mask adalah untuk : PRE-OKSIGENASI 

dan mendorong terjadinya ventilasi. Apa itu pre-

oksigenasi?

Oke, jadi ceritanya gini nih. Misal ada pasien Apneu (gak bernafas). Otomatis kan ga ada proses ventilasi di

alveolus (ya iya lah, udaranya kan stagnan di ruang rugi

anatomis). Tapi, ceritanya kan masih ada Dissolved Oxygen 

(di plasma darah) dan Binding Oxygen (di Hb) to , jadi masih

ada sedikit oksigen di darah. FYI, hal ini lah yang menjadi

landasan kenapa sih di AHA 2010 itu prinsipnya CAB, bukan

ABC kayak di guideline Life Support sebelumnya? Jadi

asumsinya ya itu, di darah kan masih ada oksigen, dan otak

itu akan mati sel-selnya dalam hitungan menit (4-5 menit),

sehingga GOAL kita ya bagaimana caranya si otak itu dapat

oksigen dalam waktu secepatnya untuk mencegah kematian

neuron.

Nah, pompa aja tuh darahnya jangan sampai berhenti,

kan sennggak-enggaknya masih ada Oksigen terlarut dan

Oksigen terikat di darah yang siap untuk dialirkan ke otak

(walapun sedikit). Bahkan ada tuh istilahnya “hands only

CPR” di AHA 2010, karena pertimbangan penolong yang gak

mau nafas buatan mouth to mouth  (mungkin agak gimana

gitu kalo nafas buatan : jijik atau gak mau secara budaya), ya

itu gak apa-apa. Yang penting sirkulasi harus tetap jalan.

Kembali ke masalah tadi ya, kita dulu tau ada yg namanya

FRC (Functional Residual Capacity), yaitu Volume Residu +

Volume Cadangan Ekspirasi. FRC itu besarnya 30 cc/kgBB.

Misal ada pasien beratnya 70kg, maka FRC nya sekitar

2100 cc. Nah kita tau kan kalo O2 di atmosfer itu paling2

sekitar 20-21% (angka ini bisa disebut sebagai FiO2: Fraksi

Inspirasi Oksigen). Nah, berarti dari 2100 cc FRC tadi, cuman

ada 400 cc Oksigen kan. Sedangkan tubuh kita itu butuh

oksigen sekitar 2-3 cc / kgBB / menit. Berarti kalau tadi si

pasien beratnya 70kg, dia butuh 140-210 cc Oksigen / menit.

Nah lo, berarti kira-kira pasien tuh kalo kondisi apneu dan ga

ada usaha preoksigenasi dari penolong, dia akan mati dalam

2-3 menit kan?

Nah, untuk itulah dilakukan usaha PREOKSIGENASI,yakni peningkatan FiO2 menjadi 100%, dengan cara

dimasukkan Oksigen murni melalui Bag and Mask. Jadi

senggak-enggaknya kalau dalam usaha ventilasi

(memasukkan udara dengan “paksa” agar terjadi pertukaran

O2 di alveolus), kadar Oksigen di airway itu mendekati

100%, dan pertukaran yang terjadi menjadi maksimal. Coba

aja kalau kita lakukan preoksigenasi dulu di pasien dgn BB

70kg tadi, FiO2 jadi 100%, berarti kan ada 2100 cc Oksigen,

berati kita masih ada “extra time”, karena total lamanya

waktu untuk cell death menjadi 10-15 menit (setidaknya 10

menit), bukan 2-3 menit. Gitu ceritanya . . .

Bagging ini prosedurnya cukup simpel, yang penting

kita menjaga agar mask tertutup rapat dan ventilasi

berjalan efektif . Caranya biar rapet, jari2 di tangan kiri :

   jari 4-5 pegang di ramus mandibula

   jari 3 di angulus mandibula

   jari 1-2 pegang mask, mendorong mask agar rapat.

Lagi2 ini skills yah, bisa aja tiap dokter beda, yang penting

harus rapat dan ergonomis bagi kita, sehingga tangan kanankita Free untuk melakukan pompa dan untuk keperluan2

lain. Biasanya bag and mask juga disambungkan dengan

oksigen murni 100% untuk preoksigenasi (meningkatkan

efektifitas ventilasi). Atur juga tingkat saturasi oksigen  dan

aliran oksigen (tinggi, sedang, rendah).

Biasanya, oksigen yang diberikan 10-15 liter/menit.

Nah, gimana kalo mau kasih preoksigenasi tapi pasien

sadar? Suruh aja pasien tarik nafas semampunya, sambil

diberikan bag and mask procedure.

3)  Intubasi

Proses intubasi adalah proses memasukkan tube (biasanya

berupa endo-tracheal tube) guna menjaga jalan nafas /airway agar tetap intak dan paten. Proses ini harus

dilakukan dengan cepat (kurang dari 30 detik)  dan tepat

(tidak boleh masuk esofagus, tapi harus ke laring). Intubasi

ini yang biasanya masuk di kasus-kasus OSCE kompre

emrgensi loh teman-temin, selain ada NGT, IV line, kateter,

CPR, dsb. Di sini kita menggunakan laryngoscope untuk

mengeskpos epiglotis dan laring pasien. Kita dah pernah

pake laryngoscope dya dulu waktu neores blok 2.1 inget2

kembali aja cara2nya.

Ada 2 blade yang digunakan bersamaan dengan

laryngsoscope : curved blade (macintosh design) dan

straight blade (Miller, dsb)

Tujuan intubasi ini sebenarnya adalah :

1.  mengisolasi jalan nafas (dari benda asing)

2. 

menjaga agar aiway paten (lumen tidak tertutup)

3.  mengurangi resiko aspirasi dari lambung

4.  memungkinan untuksuction dari trakea (jika perlu)

5.  memastikan pengaliran oksigen konsentrasi tinggi

ke paru

6.  bisa juga untuk administrasi obat2an tertentu

7.  menjaga volume tidal (10-15 cc / kgBB) untuk

mempertahankan inflasi paru yang adekuat.

Pemasangan ET dilakukan atas 2 indikasi utama : emergensi 

(menjaga airway / memastikan udara bisa masuk ke paru)

dan elektif  (general anasthesia pada operasi)

Kalau dirinci, indikasi pemasangan ET adalah:1.  Cardiac arrest

2.  Ketidakmampuan pasien yang gak sadar untuk

melakukan ventilasi

3.  Ketidakmampuan pasien untuk melindungi airway 

(koma, areflexia, cardiac arrest, dsb)

4.  Ketidakmampuan penolong untuk memberikan

ventilasi kepada orang yang tak sadarkan diri

dengan cara konvensional  (misal dengan bag and

mask udah dicoba eh tapi ternyata pasien masih

tetep cyanosis aja / gagal ventilasi)

Page 15: EBOOK HSC 4.1 W1

7/21/2019 EBOOK HSC 4.1 W1

http://slidepdf.com/reader/full/ebook-hsc-41-w1 15/19

5.  Pasien pre-operasi yang menggunakan General

Anesthesia (GA).

Prosedur (prinsip) :

1.  Setelah tindakan awal  (assessment, triple maneuver,

memastikan INDIKASI pemasangan ET Tube, dsb) dan alat-

alat sudah tersedia dan berfungsi  (alat sudah dicek tidak

ada yang rusak: cek balloon ET menggembung / tidak,

laryngoscope sudah terpasang dan lampunya menyala,

termasuk siapkan juga suction + suction machine dari awal),kita memposisikan diri di sebelah kranial pasien dan kita

siapkan laryngoscope (sesuaikan blade dengan bentuk

anatomi mulut pasien dan ukuran mulutnya juga ya).

Siapkan juga Magill Forceps  untuk mengambil obstruktan

yang mungkin ada ATAU untuk mengarahkan ujung ET Tube

ke laring. Jangan sekali-kali melakukan intubasi pada pasien

dengan cervical injury tanpa diberi collar neck (usaha

immobilisasi). Sebelum melakakukan prosedur pemasangan

ET Tube, ada baiknya untuk dilakukan suction terlebih

dahulu jika kita curigai ada cairan di dalam airway / mulut

pasien.

2. 

Dengan tangan kanan, buka mulut pasien. Kemudian

masukkan laryngoscope, dorong lidah pasien ke arah kiri

bawah, pastikan bahwa ujung blade laryngoscope berada di

ujung lidah, tepatnya di valeculla glossoepiglottica (benar2

di ujung), karena kalu kurang ke ujung, lidah bisa terdorong

ke belakang (malah jadi obstruksi), tapi kalau terlalu ke

ujung, nanti epiglotis jadi susah terangkat. Kemudian

setelah epiglotis terekspos, angkat laryngoscope ke arah

atas sehingga larnyng / plica vocalis terekspos ( jangan

dicungkil  ya, kalo dicungkil nanti laryngoscope nya nabrak

gigi depan pasien loh). Nah, di manekin, proses

“mengangkat” / mengekspos laring ini agak berat ya,

terutama buat yg cewek, jadi perlu di-notice nih nanti kalulatian buat OSCE :D

3.  Nah, kalo udah keliatan laring, tinggal masukkin aja

tuh ET tube nya dari arah kanan mulut pasien (boleh diberi

lubrikan dulu, boleh enggak), BOLEH pake stylet  / kawat

untuk membantu menegangkan ET tube, tapi kalo yakin bisa

masuk tanpa stylet ya gak apa-apa masukin aja. Kalau mau

pake stylet, disarankan melumasi stylet terlebih dahulu

dengan lubrikan larut air sebelum memasukkannya ke

dalam lumen ET Tube. Masukkan sampai tanda hitam (tanda

plica vocalis), kemudian sambungkan ET Tube dengan alat /

ventilator  (Bag and Mask atau ke mesin). Kesalahan yang

sering dilakukan KOAS (Korps Orang serbA Salah), (katanya

sih) adalah tidak menjaga posisi laryngoscope dengan baik,

 jadi setelah seneng2 epiglotis udah keliatan trus tangan

kanan ambil ET Tube dengan tidak memperhatikan posisi

tangan kiri,.. akibatnya epiglotis jadi ilang lagi deh, dan

harus dicari lagi -__-

4.  Kalau udah masuk, tarik laryngoscope dan pastikan ET

Tube benar-benar masuk ke trakea  dengan cara kita

auskultasi di lambung kemudian masukkan udara ke dalam

ET tube, dan auskultasikan di daerah epigastric (lambung).

Normalnya ga ada suara gelembung udara.  Kalau sampai

ada gelembung udara, berarti ET Tube masuk ke esofagus

dan udara justru masuk ke lambung. Hal ini berbahaya

karena bisa memicu reflux asam lambung -> aspirasi. segera

tarik ET tube dan ulang prosedur. Tapi kalau gak ada, untuk

lebih memastikannya dengarkan lagi suara di lapang paru,

sembari mengaliri ET tube dengan udara, dengarkan,

normalnya ada suara vesikular di paru dan simetris. 

5. 

Jika posisi ET Tube sudah pasti benar, lakukan

penggembungan cuff   agar ET Tube rapat / sealed dengan

lumen trakea, sehingga mencegah aspirasi dari cairan

mukosa atau cairan lambung. Kita bisa mengontrol tekanan

cuff ET dengan  pilot balloon  yang ada di luar, karena cuff

dan balon ini adalah bejana berhubungan, tentunya

kekuatan tekanan di balon ini menggambarkan tekanan

yang ada di Cuff ET Tube juga. Jangan lupa fiksasikan ET

Tube di daerah sekitar mulut pasien dengan metode

gamma bandaging (bisa menggunakan plester / hypafix).

Selain konvensional ET Tube, sebenarnya juga ada yang

namanya Combi-tube, yakni ET yang dimasukkan bukan ketrakea, tapi ke esofagus. Nah, nanti ada cuff yang fungsinya

nge-blok esofagus (cuff distal), trus ada lubang2 di antara

cuff distal dan proksimal untuk keluarnya Oksigen, dan cuff

proksimal yang fungsinnya fiksasi diantara pangkal lidah dan

arcus pharyngeus. Combi tube ini lebih mudah dimasukkan

karena tidak perlu menggunakan laryngoscope (tidak perlu

mengekspos laring/plica vocalis) karena tujuan kita adalah

memasukkannya ke esophagus.

4) 

LMA (Laryngeal Mask Airway)

Metode ini lebih simple, dan bisa dilakukan oleh orang

awam. Tujuannya sama seperti ET Tube. alatnya seperti ini :

Tinggal dimasukkan aja, hehe. Tetapi resiko aspirasi dengan

alat ini lebih tinggi.

Page 16: EBOOK HSC 4.1 W1

7/21/2019 EBOOK HSC 4.1 W1

http://slidepdf.com/reader/full/ebook-hsc-41-w1 16/19

 

5)  Oropharyngeal Tube (Mayo Tube)

Fungsinya untuk menjaga patensi jalan nafas dari Cavum

Oris ke Laring.

Prosedur : sebelum masukkan, ukur dulu ukuran Mayo

Tube dari arah bibir ke angulus mandibula, karena kalau gakpas bisa bahaya, bisa jadi obstruksi (kalau terlalu dalam dan

menekan lidah). Cara ngukurnya :

Prosedur : Masukkan dengan arah terbalik dulu , kemudian

masukkan aja deh, selesai, hehehe

6)  Nasopharyngeal Tube

Prinsipnya sama dengan Orophyaringeal Tube, hanya saya

bedanya selang ini dimasukkan dari hidung ke arah faring.

Dibandingkan mayo tube, Nasopharyngeal ini lebih nyaman

digunakan (pada pasien sadar).

7)  Crycothiroidotomy

Adalah proses pembuatan lubang diantara kartilago Cricoid

dan Thyroid. Mengapa di situ? Karena daerah situ paling

tipis dan mudah ditembus jarum / scalpel dan anatomicalmarkernya jelas. Prosedur ini dilakukan sebagai jalan

terakhir jika pembebasan obstruksi dengan cara-cara

sebelumnya (yang lebih tidak invasif, misal intubasi, bag and

mask, dsn) tidak dapat dilakukan / tidak efektif .

Prosedur ini biasa disebut juga dengan tracheostomi  

(pelubangan trakea). Ada 2 cara Cricothyroidotomy  :

Needle Cricothyroidotomy  (kompetensi dr umum di UGD)

dan Surgical Cricothyroidotomy  (biasanya kompetensi dr

bedah, menggunakan scalpel, tapi boleh juga dokter umum

melakukannya dalam kondisi emergency).

Gambar untuk trachesotomi (surgical cricothyroidstomi)

kurang lebih seperti ini :

Sebenernya ada satu lagi sih kalau saya baca di OHCM, jadi

di barat sono ternyata ada pack namanya Mini Trach II yang

kit ini emang udah di desain untuk crycothiroidotomy. Gakkita bahas dong, soalnya jarang bgt pack ini ada di

Indonesia,hehe... nih gambarnya Mini Trach II :

Page 17: EBOOK HSC 4.1 W1

7/21/2019 EBOOK HSC 4.1 W1

http://slidepdf.com/reader/full/ebook-hsc-41-w1 17/19

Prosedur : (boleh dengan anestesi lokal lidocaine ataupun

tidak)

1)  Posisikan pasien dalam posisi supine dan lakukan triple

maneuver terlebih dahulu. Siapkan juga tabung oksigen

dan selangnya.

2)  Tentukan kartilago tiroid (kartilago paling atas dan

paling besar di leher anterior), terlusuri ke bawah, maka

ada batas (semacam cekungan) antara kartilagi tiroid

dan cricoid yang disebut cricothyroid membrane.

Preparasi daerah tersebut (dan sekitarnya) dengan

betadine / antiseptik.

3)  Tusukkan syringe dengan cannula (over the needle

cathether) ukuan besar (12G atau 14G) ke membran ini

dengan tangan kiri memfiksasi trakea (dengan cara

memegangi sisi kanan dan kiri trakea). Apirasi, untuk

mengecek apakah sudah benar2 masuk ke trakea atau

belum, kemudian lepaskan spuit, dan arahkan kanula ke

arah 45 derajat ke kranial, kemudian sambungkan

kanula dengan “Y” konektor.

4)  Sambungkan salah satu selang ke selang oksigen, dan

gunakan selang satu ini sebagai controller. Ketika

oksigen masuk, tutup selang controller, ketika sudah 4

detik (atau 4 satuan waktu), buka selang controller

untuk membiarkan CO2 keluar dari airway selama 1

detik (atau 1 satuan waktu), yang penting perbandingan

waktu masuk : keluar = 4 : 1.

5)  Setelah pemasangan tampak stabil, fiksasikan kanula

pada leher pasien dan terus monitor kondisi pasien,

termasuk efektivitas ventilasinya (kembangan paru)

Komplikasi yang bisa terjadi selama pemasangan

cricothyroidotomy adalah :

  Asfiksia

  Aspirasi

  Cellulitis (resiko infeksi o.k penusukan jarum)

  Esophageal perforation

  Hematoma

  Perforasi dinding posterior trakea

 

Emfisema subkutan / mediastinum  Perforasi tiroid

  Ventilasi yang inadekuat -> hipoksia -> DIE

Sekian, maaf kalau ada yg salah, koreksinya silahkan

langsung ke saya aja ya... trims semuanya :D

Salam sukses, @wisdakusuma

Referensi :

  Buku Praktikum 4.1 + Penjelasan instruktur (residen

anestesi); Beberapa slide dosen

   ATLS Student Course Manual, 8th edition (e-book);

OHCM, 8th edition; Mbah Gugel; AHA 2010

::POJOK HSC::

Oke, karena halamanya banyak banget jadi editor bisa nulis2 sepuasnya. Baiklah, first of all, welcome to new block.

Selamat datang juga di bagian akhir dari perjalanan panjang kita di sini. Semoga ini menjadi tahun terakhir kita menyandang

gelar sebagai mahasiswa FK UGM. Selanjutnya, kita harus berjuang untuk mendapatkan gelar baru kita sebagai Sarjana

Kedokteran. Amin aja deh . Anyway, buat temen2 sekali lagi editor mau ngingetin, kalo kita selain harus berkutat dengan

perkuliahan yang menyisakan beberapa blok lagi, kita juga harus inget komitmen kita tentang ‘pernak-pernik’ jelang

kelulusan kita (lagi2 harus bilang “amin”). Komitmen apa ya? Apa hayo? Yaaa, betul banget. Yaitu mengenai kegiatan

angkatan kita untuk ngebuat acara inaugurasi, buku tahunan, dan pengabdian masyarakat.

Buat buku tahunan, editor bantuin nagihin ni. Buat temen2 angkatan 2009 yang belom mencari, menyecan,

memfoto, dan mengumpulkan foto balitanya yang unyu-unyu imut nan ngegemesin, jangan lupa untuk segera menyerahkan

ke koordinator kelompoknya. Soalnya, menurut laporan dari sumber yang terpercata a.k.a. Mpok Neri, ada beberapa

kelompok yang belum menyerahkan ataupun belum lengkap ya foto balitanya. Temen2 ga mau kan kalo foto balitanya ntar

engga ada padahal temen2 laen pada punya. Kalo bisa, tolong cari foto yang umurnya bener2 balita, jangan terlalu “tua”

hohoho, maksudnya TK lah. Biar engga gampang “ketebak”. Terus, ntar fotonya di scan. Jangan di foto donk pake Kamera,

kecuali kalian bisa memastikan fotonya high quality. Misal engga ada scan2 nan, coba ditanya temen2 nya. Pasti insya allah

ada yang bisa bantuin. Kan temen2 semua pasti udah pada kenal2 temen2 1 angkatan lah ya. ^^

Kalo masalah inaugurasi atau pengabdian masyarakat, editor belom begitu denger gembar-gembornya. Cuman

boleh ditanya2 lagi ke Mas Roni Rikardo (peace Ado :P). Mungkin beliau butuh bantuan. Boleh jadi ada kepanitiaan

inaugurasi yang masih membuka kuota untuk orang2 yang rela berkorban, ikhlas, dan mau meluangka waktu serta

tenaganya demi terwujudnya inaugurasi yang spektakuler, bombastis, fenomenal, dan timeless. Saran juga, bagi panitia

inaugurasi boleh lho woro2 progresnya sampe mana. Tulis aja di Facebook: PUSAT INFORMASI PD 2009. Atau mungkin di

twitter, supaya temen2 yang laen juga bisa tau informasinya. Selamat berkarya aja de.

Namun dari semua hal itu, ujung-ujung tetap satu: DUIT. Sebagai salah satu Tim Fundrise PD 2009, editor merasa

senang karena bisa memberikan kontribusi meskipun tidak seberapa. Temen2 Fundrise TERIMA KASIH karena relameluangkan waktu ngebuat catetan KANULA (ini nama brand kita lho,) ngedit, nge-burn, nge-desain, ngelipetin kardus

kanula, nempel2 in CD kanula, ngecek2 in CD, masuk2 lecture angakatan bawah nawarin Kanula, nyebar2 in brosur, sms in

adek2 kelas, promosi dengan menghalalkan segala cara (ahaha), jaga stand, ngurusin pemesanan, ngitung duit yang keluar

masuk, jadi “bantal” kalo ada komplain atau kritikan, dan masih banyak banget deh. Good job. Thank you so much.

Nah, sekarang agenda Fundrise masih banyak lho. Temen2 semua mohon membantu promosi KANULA alat medis

ya. Posternya udah ditempel2 di berbagai papan di FK. Pokok men harus nawarin ke adek2 kelas yang kalian kenal. Ya itung2

beramal lah, kan bisa dapet pahala. Hehehe. Trus jangan lupa tentang jadwal jualan kelompok tutorial. Temen2 harus

ngumpulin uang 275 ribu lho semester ini tiap kelompok tutorial. Ditambah lagi ada uang 50 ribu untuk kas angkatan. Kalo

kalian usaha kan kalian ga perlu keluar duit. Usaha bisa macem2 kan ya. Sesuai ide kreatif kalian yaa. Semangat semua.

Satu lagi ya. Maaf kalo HSC agak seret. Banyak banget ni kerjaannya. Maaf ya. Kami, TIM HSC, berusaha

semaksimal mungkin untuk membuat yang terbaik demi kebaikan dan kesuksesan PD 2009 FK UGM. Doakan saja ya.  

Page 18: EBOOK HSC 4.1 W1

7/21/2019 EBOOK HSC 4.1 W1

http://slidepdf.com/reader/full/ebook-hsc-41-w1 18/19

EDITOR

DITY DEV LE RINENGGO

Sidang Perceraian

Seorang Suami dan Istrinya tengah menghadiri sidang

perceraiannya. Dalam sidang akan memutuskan siapa yang

mendapat hak asuh anak.

Sambil berteriak histeris dan melompat – lompat si istri

berkata :

“Yang Mulia, Saya yang mengandung, melahirkan bayi itu ke

dunia dengan kesakitan dan kesabaran saya!! ” 

“Anak itu harus menjadi hak asuh Saya!!” 

Hakim lalu berkata kepada pihak suami:

“Apa pembelaan anda terhadap tuntutan istri Anda” 

Si Suami diam sebentar, dengan nada datar ia berkata :

“Yang mulia… Jika saya memasukkan KOIN ke mesin

minuman Coca-Cola, mesinnya BERGOYANG SEBENTAR, dan

minumannya keluar, Menurut Pak Hakim … Minumannya

milik saya atau mesinnya?” 

KEBAYANG KALO BANCI JADI PRAMUGARI???

"Eheemm... Para pere n lekong, yuhuu... atensiong plissdeyh...

Bekudis tempel semen, alias ledis n jentelmen... sesuai

peraturan penerbangan, jadi eike mawar melati anggrek

berbunga-bunga sepanjang hari, tawarin yeiy cara pakarena

sabuk pengaman yeiy.. KODIM kale aah pengaman...!!

Coba sindang liat eike cara pasang itu sabuk yang ngelilit

dipinggang yiey, cara ngunciin biar yiey enggong klepas

nanti kalo pesawatnya tubrukan, cucok kan??!!!

Baju ngapung ada di bawah kursi yeiy, jangan dipakai kecuali

nanti mas kapiten ngajak yeiy2 semua berenang bareng ya

boo!!!

Eit jangan lupita, itu barang jangan yeiy pindah-pindahin ya,apalagi dibawa polo kerumah... Najis tralala tau.. Terus yang

ketauan sama eike, bakalan ditabok kanan kiri atas bawah

depan belakang deh iih...

Cara makarena nya, itu bejes dikalungin di leher yeiy. Etong-

etong jangan sampe kekencengan ntar yeiy gak bisa napas

ya booo...

Oke deehh capcuuuss terbang...

Jengong lupita berdoa ye cyinnn emmmm....

ANAK SD PATAH HATI

Si Jun adalah anak SD kelas satu......selain juara di kelasnya,

dia cukup ganteng juga lah. Dia punya satu teman sekolah

namanya Clara....si Clara cantik dan manis.Singkat cerita, si Jun jatuh hati sama si Clara...ternyata Clara

 juga punya hati ama si Jun.

Suatu hari, karena kagak tahan lagi si Jun berkatakepada si

Clara, "Clara, kamu tahu aku suka kepadamu. Sayang kita

masih kecil.....bila nanti kita udah dewasa, kita menikah

ya...?!"

Dengan wajah yang memerah merona, si Clara menjawab

"Jun, bukannya aku menolak....aku sih mau aja...Tapi dalam

keluarga kami, kami hanya menikah sesama kerabat saja.

Paman menikah dengan bibi, kakek menikah dengan nenek,

dan bahkan papa menikah dengan mama......kita kan bukan

kerabat aku Jun jadi gak bisa menikah kita besok."Mendengar jawaban si Clara, si Jun tidak masuk satu minggu

karena patah hati....

Jangkrik dan Profesor

Salah seorang profesor terkemuka di indonesia

melakukan penelitian terhadap seekor serangga..pada

percobaan pertama, sang profesor melakukannya

dengan mencabut salah satu kaki serangga, dan

berkata :"hai serangga, berjalanlah..!!" lalu serangga

itu berjalan...

pada percobaan kedua, sang profesor mencoba dgn

mencabut dua kaki serangga,& tetap melakukan yg

sama, sambil berkata: "hai serangga, berjalanlah!!" lalu

serangga itu tetap masih berjalan..

pada percobaan ketiga, sang profesor mencoba dgn

mencabut semua kaki serangga, dan berkata : "hai

serangga, berjalanlah!!!" tp serangga itu tidak

berjalan..

lalu sang profesor mengulangi lg perintahnya : "hai

serangga, berjalanlah!! tp serangga itu tetap tak mau

berjalan..karna serangga tidak merespon apa yg

diperintahkan profesor,maka sang profesor itu

mencatat & menyimpulkan bahwa :"setelah semua

kaki nya dicabut, SERANGGA menjadi TULI"... 

Dokter Vs Tukang

Seorang dokter baru pulang ke rumah tengah malam, dan

mendapati toiletnya mampet. Dia berkata kepada istrinya,

"Bu cepat telpon pak Bejo tukang langganan kita"

"Jam 2 pagi mau telpon tukang? Yang bener aja Pak!"

"Lha emang apa salahnya? Bapak juga sering dipanggil

pasien jam segini"

Jadilah si ibu menelpon sang tukang, yang dalam

pembicaraannya rada kesel karena mesti datang jam segitu.

Si Ibu langsung mengatakan hal yang sama,

"Khan bapak juga sering dipanggil tengah malam gak papa,

kenapa pak Bejo marah2?"

Pukul 3:30 sang tukang tiba dengan mata merah. Sang

dokter langsung mengantarnya ketoilet yang mampet itu. Si

tukang mengambil 2 butir tablet dari sakunya,

menjatuhkannya ke dalam toilet dan berkata,

"Kalau tidak ada perubahan, telepon saya nanti siang!"

Surat Cinta Penjual Buah vs Penjual Sayur

Penjual buah yg patah hati pada penjual sayur mengirim'kan

surat yang isi'nya :

»Surat Penjual Buah«

"WAJAHMU MEMANG MANGGIS,

WATAKMU JUGA MELON_KOLIS,

TAPI HATIKU NANAS KARENA CEMBURU,SIRSAK NAPASKU,,,

HATIKU ANGGUR LEBUR,,,

INI DELIMA DALAM HIDUPKU,

MEMANG INI JUGA SALAK KU,

JARANG APEL DIMALAM MINGGU,

YA TUHAN,,,

MOHON BELIMBING-MU,,

KALO MEMANG PER_PISANG_AN INI YG TERBAIK UNTUKKU,

SEMANGKA KAU BAHAGIA DGN PRIA LAIN... SAWO-NARA....

DARI: DURIANTO

Tak lama kemudian...

Si penjual sayur pun membalasnya ..

»Surat Penjual Sayur«

"MEMBALAS KENTANG SURATMU ITU,,,

BROKOLI2 SUDAH KUBILANG,

JANGAN TIAP DATENG RAMBUTMU SELALU KUCAI,,,

JAGUNGMU GAK PERNAH DICUKUR.,DISURUH DATENG MALAM MINGGU, EHH NONGOLNYA

HARI LABU...

DITAMBAH KONDISI KEUANGANMU MAKIN HARI MAKIN

PARE,,, KALO MO NELPON AKU AJA MESTI KE WORTEL,,,

TERUS TERONG AJA,

CINTAKU PADAMU SUDAH LAMA TOMAT... JANGAN

KANGKUNG AKU LAGI, AKU MAU HIDUP SELEDRI

CABE DEHHHHHH........!!!

Salam: SAWITRI

Page 19: EBOOK HSC 4.1 W1

7/21/2019 EBOOK HSC 4.1 W1

http://slidepdf.com/reader/full/ebook-hsc-41-w1 19/19