Upload
ginger-davis
View
229
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
Edema Paru Akut
Oleh: Shofwatul Ulya
1. Pendahuluan
Edema Paru Akut (EPA) adalah akumulasi cairan di paru-paru yang terjadi
secara mendadak. Hal ini dapat disebabkan oleh tekanan intravaskular yang tinggi
(edema paru kardiak) atau karena peningkatan permeabilitas membran kapiler (edema
paru non kardiak) yang mengakibatkan terjadinya ekstravasasi cairan dengan cepat.
Edema paru kardiogenik akut merupakan gejala yang dramatik ditandai dengan
derajat transudasi cairan dengan kandungan protein yang rendah ke paru dari kejadian
gagal jantung kiri yang akut. Hal ini dapat diakibatkan oleh gangguan pada jalur
keluar dari atrium kiri, peningkatan volume yang berlebihan di ventrikel kiri,
disfungsi diastolik atau sistolik dari ventrikel kiri atau obstruksi pada jalur keluar dari
ventrikel kiri. Akibat akhir yang ditimbulkan adalah hipoksia berat.
2. Klasifikasi
Edema paru dibagi menjadi 2, yaitu edema paru kardiogenik/edema paru kardiak
(EPK) dan edema paru non-kardiogenik/edema paru non-kardiak (EPNK).
3. Diagnosis
Manifestasi klinis : sesak napas hebat yang dapat disertai sianosis, berkeringat
dingin, batuk dapat disertai dahak yang berwarna kemerahan (pink frothy sputum),
pasien merasa ketakutan. Pasien bisanya dalam posisi duduk atau sedikit
membungkuk kedepan.
Pemeriksaan Fisik : frekuensi napas meningkat, dilatasi ala nasi, akan terlihat
retraksi inspirasi pada sela interkostal dan fossa supraklavikula yang menunjukkan
tekanan negatif intrapleural yang besar dibutuhkan saat inspirasi. Pada pemeriksaan
paru didapatkan ronki basah kasar setengah lapangan paru atau lebih, sering disertai
wheezing. Pemeriksaan jantung dapat ditemui protodiastolik gallop, bunyi jantung II
pulmonal mengeras.
Radiologis : foto thorax menunjukkan hilus yang melebar dan densitas
meningkat disertai tanda bendungan paru, akibat edema interstitial atau alveolar.
EKG : Pasien dengan edema paru kardiogenik yang non-iskemik biasanya
menunjukkan gambaran gelombang T negatif yang lebar dengan QT memanjang yang
khas, dimana akan membaik dalam 24 jam setelah klinis stabil. Pasien dengan krisis
hipertensi biasanya menunjukkan gambaran hipertrofi ventrikel kiri.
Cara membedakan EPK dan EPNK
EPK EPNK
Anamnesis
Acute cardiac event
(+) Jarang
Penyakit dasar I B-C, II, III
Penemuan Klinis
Perifer
S3 gallop/kardiomegali
JVP
Ronki
Dingin (Low Flow State)
(+)
Meningkat
Basah
Hangat (High Flow State)
Nadi kuat
(-)
Tak meningkat
Kering (tanda penyakit dasar)
Laboratorium
EKG
Foto Thoraks
Enzim Kardiak
PCWP
Shunt intra pulmoner
Protein cairan edema
Iskemia/infark
Distribusi perihiler
Bisa meningkat
> 18 mmHg
Sedikit
< 0.05
Biasanya normal
Distribusi perifer
Biasanya normal
< 18 mmHg
Hebat
> 0.7
4. Penatalaksanaan
Manajemen edema paru akut harus segera dimulai setelah diagnosis
ditegakkan, meskipun pemeriksaan untuk melengkapi anamnesis dan pemeriksaan
fisik masih berlangsung. Manajemen EPA dilakukan dengan langkah-langkah terapi
berikut yang biasanya dapat dilakukan secara bersamaan: Posisi dan Terapi Oksigen
Pasien diposisikan dalam keadaan duduk atau setengah duduk. Oksigen (40-50%)
segera diberikan sampai dengan 8 L/menit, untuk mempertahankan PO2, kalau perlu
dengan masker. Jika kondisi pasien semakin memburuk, timbul sianosis, makin sesak,
takipneu, ronki bertambah, PO2 tidak bisa dipertahankan ≥60 mmHg, atau terjadi
kegagalan mengurangi cairan edema secara adekuat, maka perlu dilakukan intubasi
endotrakeal, dan penggunaan ventilator. Efek terapi : Oksigen konsentrasi tinggi akan
meningkatkan tekanan intraalveolar sehingga dapat menurunkan transudasi cairan dari
kapiler alveolar dan mengurangi aliran balik vena (venous return) ke toraks,
mengurangi tekanan kapiler paru.
- Morfin Sulfat
Morfin diberikan secara intravena dengan dosis 2-5 mg. Dapat diulangi tiap 15 menit.
Sampai total dosis 15 mg biasanya cukup efektif.
- Nitroglycerin dan Nitroprusside
Nitroglycerin sublingual 0,4-0,6 mg (dapat diulangi setiap 5 menit).
- Diuretik loop intravena
Diberikan furosemid 40-80 mg i.v. bolus atau bumetanide 0,5 – 1 mg iv, dapat
diulangi atau dosis ditingkatkan setelah 4 jam atau dilanjutkan dengan drip kontinu
sampai dicapai produksi urin 1 ml/kgBB/jam. Selama terapi ini elektrolit serum
dimonitor terutama kalium.
- Inotropic
Pada pasien dengan hipotensi atau pasien yang membutuhkan tambahan obat-obatan
inotropic, dapat dimulai dengan Dopamin dosis 5-10 ug/kg/menit dan dititrasi sampai
mencapai tekanan sistolik 90-100 mmHg. Dopamin dapat diberikan sendiri atau
dikombinasikan dengan dobutamin yang dimulai dengan dosis 2,5 ug/kgBB/menit dan
dititrasi sampai terjadi respon klinis yang diinginkan.
- Aminofilin
Kadang-kadang aminofilin 240-480 mg intravena efektif mengurangi
bronkokonstriksi, meningkatkan aliran darah ginjal dan pengeluaran natrium dan
memperkuat konstraksi miokard.
- Obat trombolitik : atau revaskularisasi pada pasien dengan infark miokard akut.
Setelah dilakukan tindakan terapetik darurat dan mengobati faktor pemicu,
diagnosis kelainan jantung yang mendasari yang menyebabkan edema paru harus
ditegakkan jika sebelumnya belum diketahui. Setelah stabilisasi keadaan pasien, harus
dibuat strategi jangka panjang untuk mencegah edema paru di masa mendatang.
5. Prognosis
Prognosis jangka panjan dari edema paru akut ini sangat tergantung dari
penyakit yangmendasarinya, misalnya infark miokard akut serta keadaan
komorbiditas yang meneyrtai seperti diabetes mellitus atau penyakit ginjal terminal.
Sedangkan prediktor dari kematian di rumah sakit antara lain: diabetes, disfungsi
ventrikel kiri, hipotensi atau syok.