Upload
nurul-izzah
View
82
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah seminar
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Edema paru akut merupakan kondisi di mana cairan terakumulasi di dalam
paru-paru, biasanya diakibatkan oleh ventrikel kiri jantung yang tidak
memompa secara adekuat.
Edema paru akut terjadi oleh karena adanya aliran cairan dari darah ke rua
ng intersisial paru yang selanjutnya ke alveoli paru, melebihi aliran cairan
kembali ke darah atau melalui saluran limfatik. Bertambahnya cairan dalam
ruang di luar pembuluh darah paru-paru disebut edema paru akut.
Edema paru akut merupakan komplikasi yang biasa dari penyakit jantung dan
kebanyakan kasus dari kondisi ini dihubungkan dengan kegagalan jantung.
Edema paru akut dapat menjadi kondisi kronik atau dapat berkembang
dengan tiba-tiba dan dengan cepat menjadi ancaman hidup. Tipe yang
mengancam hidup dari edema paru terjadi ketika sejumlah besar cairan tiba-
tiba berpindah dari pembuluh darah paru ke dalam paru,dikarenakan masalah
paru, serangan jantung, trauma, atau bahan kimia toksik. Ini dapat juga
menjadi tanda awal dari penyakit jantung koroner (Gray, et all, 2009).
Angka kejadian penyakit ini adalah sekitar 14 diantara 100.000
orang/tahun. Angka kematian melebihi 40%. Tanpa pengobatan yang tepat,
90% kasus berakhir dengan kematian. Bila pengobatan yang diberikan sesuai,
50% penderita akan selamat. Penderita yang bereaksi baik terhadap
pengobatan, biasanya akan sembuh total, dengan atau tanpa kelainan paru-
1
paru jangka panjang. Penelitian Framingham menunjukkan mortalitas 5 tahun
sebesar 62% pada pria dan 42% wanita. Berdasar perkiraan tahun 1989, di
Amerika terdapat 3 juta penderita edema paru dan setiap tahunnya bertambah
400.000 orang. Walaupun angka-angka yang pasti belum ada untuk seluruh
Indonesia, dapat diperkirakan jumlah penderita akan bertambah setiap
tahunnya.
Mengingat begitu berbahayanya edema paru akut bagi kesehatan maka
kelompok akan membahas mengenai edema paru akut dan asuhan
keperawatan yang diberikan.Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan
keperawatan yang efektif dan mampu ikutserta dalam upaya penurunan angka
insiden edema paru akut melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dan penanganan pasien dengan
diagnosa medis edema paru
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi edema paru
b. Mengetahui klasifikasi edema paru
c. Mengetahui manifestasi klinis edema paru
d. Menjelaskan patofisiologi Edema paru
e. Mengetahui penatalaksaan edema paru
2
f. Mengetahui proses pengkajian pada edema paru
g. Mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul pada edema paru
h. Mengetahui perencanaan keperawatan pada edema paru
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Edema paru merupakan penimbunan cairan serosa atau serosanguinosa
yang berlebihan dalam ruang interstisial dan alveolus paru. Jika edema timbul
akut dan dan luas, sering menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Edema
paru dapat terjadi karena peningkatan tekanan hdrostatik dalam kapiler paru
(Price&Wilson, 2005).
Edema paru merupakan akumulasi cairan di paru-paru yang dapat
disebabkan tekanan intravascular (edema paru kardiak) yang tinggi atau
karena permeabilitas membrane kapiler (edema paru non kardiak) yang
mengakibatkan terjadinya ekstravasasi cairan secara cepat. Pada sebagian
besar edema paru secara klinis mempunyai kedua aspek tersebut, sebab sangat
sulit terjadi gangguan permeabilitas kapiler tanpa adanya gangguan tekanan
pada mikrovaskulasi atau sebaliknya (Sudoyono, DIPD-FKUI, 2006).
B. KLASIFIKASI
Menurut Sudoyono, dkk (2006), klasifikasi dari edema paru adalah :
1. Edema paru kardiogenik
Secara patofisiologi edema paru kardiogenik ditandai dengan transudasi
cairan dengan kandungan protein yang rendah ke paru, akibat terjadinya
peningkatan tekanan di atrium kiri dan sebagian kapiler paru. Transudasi
ini terjadi tanpa perubahan pada permeabilitas atau integritas dari
membrane alveoli-kapiler dan hasil akhir yang terjadi adalah penurunan
4
kemampuan difusi, hipoksemia, dan sesak nafas. Salah satu faktor
penyebab udem paru kardiogenik yaitu hipertensi emergensi. Hipertensi
emergensi/gawat darurat memiliki gejala yang mengancam hidup
penderita. Gejalanya berupa adanya cairan di paru-paru, pembengkakan
atau perdarahan otak, sobeknya dinding pembuluh darah, serangan
jantung, stroke atau pre-eklamsia pada ibu hamil. Tekanan darah hipertensi
gawat darurat meningkat diatas 180/120 mmHg. Bisa juga terjadi tekanan
darah dibawah 180/120 mmHg tetapi disertai gangguan fungsi organ.
Untuk menghindari terjadinya komplikasi menetap, tekanan darah harus
sesegera mungkin diturunkan. Caranya dengan memberikan obat oral, obat
intravena (suntikan), atau dirawat inap (Ibrahim, G, 2008).
2. Edema paru nonkardiogenik
Edema paru nonkardiogenik merupakan terjadinya pengumpulan cairan di
paru akibat peningkatan permeabilitas membrane kapiler dan
mengakibatkan terjadinya ekstravasasi cairan yang berjalan cepat. Edema
paru nonkardiogenik juga dapat terjadi akibat terdapatnya perpindahan
cairan dari darah ke ruang interstisial atau ke alveoli yang melebihi jumlah
pengembalian cairan ke dalam pembuluh darah dan aliran cairan ke
pembuluh limfe. Sistem pembuluh limfatik yang terganggu juga berperan
dalam mencetuskan terjadinya edema paru. Sistem limfatik ini disiapkan
untuk menerima larutan, koloid dan cairan balik dari pembuluh darah.
Akibat tekanan yang lebih negatif di daerah interstitial prebronkial dan
perivaskuler dan dengan peningkatan kemampuan dari interstitial
5
nonalveolar ini, cairan lebih sering meningkat jumlahnya di tempat ini
ketika kemampuan memompa dari saluran limfatik tersebut berlebihan.
Bila kapasitas dari saluran limfe melampaui dalam hal jumlah cairan maka
akan menyebabkan edema.
Edema paru nonkardiogenik dapat diklasifikasikan berdasarkan
ketidakseimbangan “starling force” yakni sebagai berikut:
a. Peningkatan vena pulmonalis
Edema paru akan terjadi hanya apabila tekanan kapiler pulmonal
meningkat sampai melebihi tekanan osmotic koloid plasma, yang
biasanya berkisar 28mmHg. Sedangkan nilai normal dari tekanan vena
pulmonalis adalah 8-12mmHg, yang merupakan batas aman dari
mulainya terjadinya edema paru. Etiologi dari keadaan ini adalah
sebagai berikut:
1) Tanpa gagal ventrikel kiri (Stenosis mitral)
2) Sekunder akibat gagal ventrikel kiri
3) Peningkatan tekanan kapiler paru sekunder akibat peningkatan
tekanan arterial paru (edema paru overperfusi)
b. Penurunan tekanan onkotik plasma
Hipoalbuminemia saja tidak menimbulkan edema paru, diperlukan
juga peningkatan tekanan tekanan kapiler paru. Peningkatan tekanan
yang sedikit saja pada hipoalbuminemia akan menimbulkan edema
paru. Hipoalbuminemia dapat menyebabkan perubahan konduktivitas
6
cairan rongga interstitial, sehingga cairan dapat berpindah dengan lebih
mudah diantara sistem kapiler dan limfatik.
c. Peningkatan negativitas dari tekanan interstitial
Edema paru dapat terjadi akibat perpindahan yang cepat dari udara
pleural. Keadaan ini yang sering menjadi etiologi adalah sebagai
berikut:
1) Perpindahan yang cepat pada pengobatan pneumotoraks dengan
tekanan negatif yang besar. Keadaan ini disebut edema paru re-
ekspansi. Edema biasanya terjadi unilateral dan seringkali
ditemukan dari gambaran radiologis dengan penemuan klinis yang
minimal.
2) Tekanan negatif pleura yang besar akibat obstruksi jalan nafas dan
peningkatan volume ekspirasi akhir misalnya pada asma bronchial.
EPK NEPKAnamnesisacute cardiac event (+) Jarang
Penemuan klinisPeriferS3 Gallop/KardiomegaliJvp Ronki
Dingin (low flow state)(+)Meningkat Basah
Hangat (high flow state), nadi kuat(-)Tidak meningkatKering
LaboratoriumEKGFoto torakEnzim KardiakProtein cairan edema
Iskemik/infarkDistribusi perihilerBisa meningkat<0.5
Biasanya normalDistribusi perihilerBiasanya normal>0.7
Sumber : Sudoyono, dkk (2006, DIPD-FK-UI)
7
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Sudoyono, dkk (2006), ada beberapa manifestasi klinis yang timbul
pada umumnya tergantung dari jenis etiologi edema, namun secara umum
manifestasi klinisnya adalah sebagai berikut:
1. Dispnea
2. Sesak hebat
3. Sianosis
4. Berkeringat malam
5. Batuk dengan sputum atau darah
6. Ronki
8
Faktor kardiogenik Faktor non-kardiogenik
Isufisiensi limfatik Unkwnown
ARSD
Gagal jantung kiri Pulmonary EmbolismEclamasiaHigh altitude Pulmonary edema
Post. Lung transplantLymphangitic carsinomiclosisSilicosis
PnemoniaAspirasi As. LambungBahan Toksik inhalan
KetidakseimbanganStaling Force
TekananOnkotik
Interstitial ↑
TekananNegative
Interstitial ↑
Tekanan Kapiler Paru
↑
TekananOnkotik Plasma ↓
D. PATOFISIOLOGI
9
Cairan berpindah ke interstitial
Akumulasi cairan berlebih (transudat / eksudat)
Alveoli terisi cairan
Cardiac ouput ↓ Pemasangan alat bantu nafas (ventilator)
O2 jaringan↓ Gangguan pertukaran gas
Bed rest fisik Pemasangan selang endotrakheal
E. PENATALAKSANAAN
Menurut Sudoyono, dkk (2006), penatalaksanaan pada pasien edema paru
adalah:
1. Terapi oksigen
Oksigen 40-50% diberikan sampai 8 L/menit. Jika kondisi pasien makin
memburuk, timbul sianosis, makinsesak, takipnea, ronki bertambah,
hipoventilasi, maka perlu dilakukan intubasi endotrakeal, suction dan
penggunaan ventilator
2. Nitrogliserin sublingual atau intravena
Nitrogliserin diberikan jika tekanan darah sistolik >95mmHg
3. Morfin sulfat
Diberikan 3-5 mg i.v., dapat diulangi tiap 15 menit.
4. Diuretic
Diberikan furosemid 40-80 mg i.v., bolus dapat diulangi atau ditingkatkan
dosis setelah 4 jam atau dilakukan drip sampai dicapai produksi urin
1ml/kg BB/jam
5. Obat untuk menstabilkan klinis hemodinamik
Dapat diberikan nitrofusid jika pasien tidak memberikan respon yang baik
dengan terapi nitrat, atau hipertensi berat.
Dapat juga diberikan dopamine, dan digitalis bila ada fibrilasi atrium.
6. Obat trobolitik pada pasien infark miokard akut
7. Intubasi dan ventilator, pada pasien dengan hipoksia berat, asidosis atau
tidak berhasil dengan terapi oksigen
10
F. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Point yang penting dalam riwayat keperawatan :
a. Umur
b. Alergi terhadap obat, makanan tertentu.
c. Pengobatan terakhir.
d. Pengalaman pembedahan.
e. Riwayat penyakit dahulu.
f. Riwayat penyakit sekarang.
g. Pemeriksaan fisik
1) Sistem Pernapasan :
a) Sesak napas
b) Nyeri, batuk-batuk.
c) Terdapat retraksi klavikula/dada.
d) Pengambangan paru tidak simetris.
e) Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.
f) Pada perkusi ditemukan suara sonor/hipersonor/timpani,
hematotraks (redup)
g) Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang
berkurang/menghilang.
h) Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.
i) Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
j) Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
11
2) Sistem Kardiovaskuler :
a) Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.
b) Takhikardia, lemah
c) Pucat, Hb turun /normal.
d) Hipotensi.
3) Sistem Persyarafan :
a) Tidak ada kelainan.
4) Sistem Perkemihan.
a) Tidak ada kelainan.
5) Sistem Pencernaan :
a) Tidak ada kelainan.
6) Sistem Muskuloskeletal - Integumen.
a) Kemampuan sendi terbatas.
b) Ada luka bekas tusukan benda tajam.
c) Terdapat kelemahan.
d) Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub
kutan.
7) Sistem Endokrine :
a) Terjadi peningkatan metabolisme.
b) Kelemahan.
8) Sistem Sosial / Interaksi.
a) Tidak ada hambatan.
9) Spiritual :
12
a) Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
10) Pemeriksaan Diagnostik :
a) Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area
pleural.
b) Pa Co2 kadang-kadang menurun.
c) Pa O2 normal / menurun.
d) Saturasi O2 menurun (biasanya).
e) Hb mungkin menurun (kehilangan darah).
f) Toraksentesis : menyatakan darah/cairan,
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa DO/DS NIC NOC1. Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan: infeksi, disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas,asma, trauma, obstruksi jalan nafas, spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan
DS:1. dispneuDO:1. penurunan
suara nafas2. orthopneu3. cianosis4. kelainan suara
nafas (rales, wheezing)
5. kesulitan berbicara
6. batuk7. produksi
sputum8. gelisah9. perubahan
frekuensi dan irama nafas
1. pastikan kebutuhan oral/trakheal suctioning
2. berikan O23. anjurkan pasien
untuk istirahat dan nafas dalam
4. posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
5. lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7. auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
8. berikan bronkodilator
9. monitor status hemodinamik
1. status respirasi: ventilasi baik
2. respirasi status: jalan nafas paten
3. kontrol aspirasi: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa jam pasien menunjukkan keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan kriteria hasil: pasien dapat:
- mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis, dan dispneu (mampu mengeluarkan sputum, bernafas
13
nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat dialveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
10.berikan pelembab udara kassa basah Nacl lembab
11.berikan antibiotik12.atur intake cairan13.monitor respirasi
dan status O214.pertahankan
hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan sekret
15.jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan peralatan O2, suction, inhalasi
dengan mudah, tidak ada pursed lips).
- Menunjukkan jalan nafas yan paten (pasien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi nafas dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
- Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor penyebab
- Saturasi O2 dalam batas normal
- Foto thoraks dalam batas normal
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan irama jantung, stroke volume, preload dan afterload, kontraktilitas jantung.
DS:1. Kelelahan
DO:1. Aritmia,
takikardi, bradikardi
2. Palpititasi,oedema
3. Peningkatan/penurunan JVP
4. Distensi vena jugularis
5. Kulit dingin dan lembab
6. Penurunan denyut nadi perifer
1. evaluasi adanya nyeri dada
2. catat adanya disritmia jantung
3. catat adanya tanda dan gejala penurunan kardiak output
4. monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
5. monitor balance cairan
6. monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
1. efektif pompa jantung
2. Circulation Status
3. Vital Sign Status
4. Tissue perfusion: perifer
Setelah dilakukan asuhan selama………penurunan kardiak output klien teratasi dengan criteriahasil:- Tanda Vital
dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
14
7. Oliguria, kapilari refill lambat
8. Nafas pendek/sesak nafas
9. Perubahan warna kulit
10. Batuk11. Bunyi
jantung S3/S4
12. kecemasan
7. atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
8. monitor toleransi aktivitas pasien
9. monitor adanya dispneu, fatigue, takipneu, orthopneu
10. anjurkan pasien untuk menurunkan stres
11. monitor TTV12. monitos VS
saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
13. auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
14. monitor TTV sebelum, selama, dan setelah aktivitas
15. monitor pola,frekuensi,dan irama nafas
16. monitor adanya cushing triad (tekanan nadi melebar, bradikardia, peningkatan sistolik)
- Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
- Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
- Tidak ada penurunan kesadaran
- AGD dalam batas normal
- Tidak ada distensi venaleher
15
17. kelola pemberian obat anti aritmia, inotropik, nitrogliserin, vasodilator
18. kelola pemberian antikoagulan untuk cegah trombus
19. minimalkan stres lingkungan
3. Pola Nafas tidak efektif B.d
Hiperventilasi- Penurunan energi/kelelahan, Perusakan/pelemahanmuskulo-skeletal- Kelelahan otot pernafasan- Hipoventilasi sindrom- Nyeri- Kecemasan- Disfungsi Neuromuskuler- Obesitas- Injuri tulang belakang
DS:1. Dispneu2. Nafas
pendekDO:
1. Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
2. Penurunan pertukaran udara per menit
3. Menggunakan otot pernafasan tambahan
4. Orthopnea
5. Pernafasan pursed-lip
6. Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
7. Penurunan
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Pasang mayo bila perlu
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
6. Berikan bronkodilator :
7. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
8. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
9. Monitor
1. Respiratory status : Ventilation
2. Respiratory status : Airway patency
3. Vital sign Status
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama………..pasien menunjukkan keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan criteriahasil:- Mendemonstra
sikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg
16
kapasitas vital
8. Respirasi: < 11 – 24 x /mnt
respirasi dan status O2
10. Bersihkan mulut, hidung dan secret Trakea
11. Pertahankan jalan nafas yang paten
12. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
13. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
14. Monitor vital sign
15. Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
16. Ajarkan bagaimana batuk efektif
17. Monitor pola nafas
mudah, tidakada pursed lips)
- Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
- Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
4. Gangguan Pertukaran gas
ketidakseimbangan perfusiventilasi,perubahan membrankapiler-alveolar
DS:1. sakit
kepala ketika bangun
2. Dyspnoe3. Gangguan
penglihatan
DO:1. Penuruna
n CO22. Takikardi
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Pasang mayo bila perlu
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
1. Respiratory Status : Gas exchange
2. Keseimbangan asam Basa, Elektrolit
3. Respiratory Status : ventilation
4. Vital Sign Status
Setelah dilakukan
17
3. Hiperkapnia
4. Keletihan5. Iritabilitas6. Hypoxia7. Kebingun
gan8. Sianosis9. warna
kulit abnormal (pucat, kehitaman)
10. Hipoksemia
11. Hiperkarbia
12. AGD abnormal
13. pH arteri abnormal
14. frekuensi dan kedalaman nafas abnormal
5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
6. Berikan bronkodilator
7. Berikan pelembab udara
8. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
9. Monitor respirasi dan status O2
10. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostals
11. Monitor suara nafas, seperti dengkur
12. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
13. Auskultasi suara nafas, catat area
tindakankeperawatan selama ….Gangguan pertukaranpasien teratasi dengankriteria hasi:
- Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
- Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda-tanda distress pernafasan
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
- Tanda tanda vital dalam rentang normal
- AGD dalam batas normal
- Status neurologis dalam batas normal
18
5. Kelebihan Volume Cairan
Berhubungan dengan:Mekanismepengaturan melemah, Asupan cairanberlebihan
DS/DO:1. Berat
badan meningkat pada waktu yang singkat
2. Asupan berlebihan dibanding output
3. Distensi vena jugularis
4. Perubahan pada polanafas, dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara nafas abnormal (Rales atau crakles), pleural effusion
5. Oliguria, azotemia
6. Perubahan status mental, kegelisahan,kecemasan
1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2. Pasang urin kateter jika diperlukan
3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )
4. Monitor vital sign
5. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena leher, asites)
6. Kaji lokasi dan luas edema
7. Monitor masukan makanan / cairan
8. Monitor status nutrisi
9. Berikan diuretik sesuai interuksi
10. Kolaborasi pemberian obat:
11. Monitor berat badan
12. Monitor elektrolit
13. Monitor tanda dan gejala dari Odema
1. Electrolit and acid base balance
2. Fluid balance3. Hydration
Setelah dilakukan tindakankeperawatan selama ….Kelebihan volume cairanteratasi dengan kriteria:- Terbebas dari
edema, efusi, anaskara
- Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopnu
- Terbebas dari distensi vena jugularis,
- Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign DBN
- Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau bingung
19
6. Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan :Eksternal :- Hipertermia atauhipotermia- Substansi kimia- Kelembaban- Faktor mekanik (misalnya :alat yang dapatmenimbulkan luka,tekanan, restraint)- Immobilitas fisik- Radiasi- Usia yang ekstrim- Kelembaban kulit- Obat-obatanInternal :- Perubahan statusmetabolik- Tonjolan tulang- Defisit imunologi- Berhubungan dengandengan perkembangan- Perubahan sensasi- Perubahan status nutrisi(obesitas, kekurusan)
DS/DO:Gangguan pada bagian tubuh- Kerusakan lapisa kulit(dermis)- Gangguan permukaan kulit(epidermis)
1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2. Hindari kerutan pada tempat tidur
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan
7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
8. Monitor status nutrisi pasien
9. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
10. Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan
11. Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman
1. Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes
2. Wound Healing : primer dan sekunder
Setelah dilakukan tindakankeperawatan selama…..kerusakan integritas kulitpasien teratasi dengankriteria hasil:- Integritas kulit
yang baik bias dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
- Tidak ada luka/lesi pada kulit
- Perfusi jaringan baik
- Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
- Menunjukkan terjadinya proses
20
- Perubahan status cairan- Perubahan pigmentasi- Perubahan sirkulasi- Perubahan turgor(elastisitas kulit)
luka, karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus
12. Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka
13. Kolaburai ahli gizi pemberian diae TKTP, vitamin
14. Cegah kontaminasi feses dan urin
15. Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril
16. Berikan posisi yang mengurangi tekananpada luka
penyembuhan luka
7. Intoleransi aktivitas
Berhubungan dengan :Tirah Baringatau imobilisasi, Kelemahanmenyeluruh, Ketidakseimbangan antara supleioksigen dengankebutuhan, Gaya hidup yang
DS:1. Melapork
an secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
2. Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivit
1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
4. Monitor pasien akan adanya
1. Self Care : ADLs
2. Toleransi aktivitas
3. Konservasi energi
Setelah dilakukan tindakankeperawatan selama ….Pasien bertoleransi terhadapaktivitas dengan KriteriaHasil :
- Berpartisipasi
21
dipertahankan. as.DO :
1. Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas
2. Perubahan ECG :aritmia, iskemia
kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
5. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis pucat, perubahan hemodinamik)
6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
7. Kolaborasikan dengan TenagaRehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.
8. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukanBantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
9. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
- Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secaramandiri
- Keseimbangan aktivitas dan istirahat
22
sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
10. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
11. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
12. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
13. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
14. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
15. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
23
BAB III
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN
A. Identitas Pasien
1. Nama pasien : Ny. S
2. Umur : 64 Tahun
3. Jenis Kelamin : Wanita
4. Alamat : Kuta Alam, Banda Aceh
5. Pekerjaan : Ibu RT
6. Pendidikan Terakhir : SMP
7. Suku : Aceh
8. Agama : Islam
9. Status : Menikah
10. No Reg/No. CM : 117815
11. Tanggal masuk : 23 Desember 2013
12. Diagnosa medis : Oedem Paru, Hipertensi Emergensi
13. Tanggal pengkajian : 25 Desember 2013
B. Status Kesehatan
1. Keluhan Utama
Nyeri dada dan sesak
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien Pasien masuk dengan akut lung edema dan hipertensi emergensi,
tiba di ICCU pada pukul 23.05 wib dengan kondisi sesak dan gelisah,
edema ekstremitas bawah, asites (+),
3. Riwayat penyekit sebelumnya
Pasien mengatakan sebelumnya menderita hipertensi dan didiagnosa
hepatitis sejak 2 tahun lalu. Kemudian mengkonsumsi obat hipertensi dan
hepatitis, namun setelah konsul dengan dokter pasien tidak minum obat
hepatitis lagi sejak 1,5 tahun yang lalu.
24
4. Upaya yang dilakukan
Saat mengalami keluhan penyakit saat ini pada tanggal 23 Desember 2013
pada pukul 23.05 wib, pasien langsung dibawa ke ruang ICCU di RSUD
Zainal Abidin Banda Aceh.
C. Riwayat kesehatan yang lalu
1. Riwayat penyakit dahulu
Menurut keterangan pasien dan keluarga sebelumnya pernah menderita
penyakit hipertensi sejak 5 tahun yang lalu dan hepatitis sejak 2 tahun
yang lalu
2. Pernah dirawat : menurut keterangan pasien, pasien sebelumnya tidak
pernah dirawat
3. Pernah dioperasi : menurut keterangan pasien tidak pernah di operasi.
4. Riwayat elergi: pasien mengatakan memiliki riwayat alergi debu dan
sering bersin saat pagi, alergi obat tidak ada.
D. Riwayat kesehatan keluarga
1. Menurut keterangan pasien, ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit hipertensi dan tidak ada yang mengalami penyakit menular
seperti TBC, Kusta dan lain-lainnya.
2. Diagram Keluarga
25
Keterangan :
: meninggal
: Laki-laki hidup
: Perempuan hidup
: Pasien
E. Pola Kebiasaan
1. Pola nutrisi
Sebelum sakit, pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan lauk
pauk, ikan dan sayur serta kadang-kadang dengan buah-buahan. Pasien
sangat senang dengan makanan berkuah dan bersantan. Selama sakit
pasien mengatakan tidak ada perubahan pada pola nutrisinya, hanya diet
pasien yang mengalami perubahan yaitu pasien mendapat diet lunak dan
rendah lemak.
2. Pola minum
Pasien mengatakan sebelum sakit minum teratur 7-8 gelas perhari (±
1500-2000 ml) dan selama sakit pola minum pasien mengalami perubahan
dengan minum 1000-1200 ml/hari , pasien terpasang infuse RL.
3. Pola eliminasi
Pasien mengatakan sebelum sakit, pola BAB nya 1-2 kali sehari
dengan konsistensi lunak, berwarna kuning kecoklatan, berbau khas dan
tidak ada sisa makanan.
Selama dirawat pasien mengatakan sejak dirawat tidak keinginan untuk
BAB, sudah 3 2 hari rawatan belum BAB. Pasien terpasang kateter dan
diapers.
4. Pola tidur
Pasien mengatakan sebelum sakit pola tidur pasien tidur 8 jam
perhari dari jam 22.00 wib sampai jam 06.00 wib ditambah tidur siang dari
26
jam 14.00 wib sampai pukul 15.00 wib. Selama sakit pola tidur pasien
terganggu dimana sering terbangun saat tidur dan merasa lemah serta
pusing setelah bangun tidur.
5. Pola rekreasi
Sebelum sakit pasien pernah melakukan rekreasi kepantai bersama
keluarga sekitar 1 kali dalam sebulan, namun selama sakit pasien hanya
bedrest ditempat tidur.
6. Pola aktivitas
Sebelum sakit, pasien dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari dan
bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Selama sakit pasien mengatakan tidak dapat beraktivitas seperti
biasanya karena kondisi kaki kanan dan tangan kanan yang bengkak
(oedem).
7. Personal hygiene
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien mandi dua kali sehari
dengan memakai sabun mandi, menggosok gigi dua kali sehari dan
mencuci rambut tiga kali dalam seminggu. Selama sakit pasien terlihat
bersih dan rapi serta diseka oleh perawat satu kali sehari di pagi hari.
8. Aspek sosial
Sebelum sakit pasien mengatakan pasif dalam kegiatan-kegiatan
yang dilakukan di desanya.
Selama sakit hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga terlihat abik,
dapat dilihat dari banyaknya anggota keluarga atau tetangga yang
mengunjungi pasien serta hubungan pasien dengan petugas kesehatan
terlihat baik.
27
9. Aspek psikologis
Pasien mengatakan khawatir dengan keadaan penyakitnya, pasien
mengatakan pasrah dan menyerahkan segala sesuatu kepada Allah SWT.
Pasien jarang mengeluh dan menanyakan tentang kondisinya. Namun
keluarga selalu menanyakan kondisi dan perkembangan pasien.
10. Aspek spiritual
Pasien adalah penganut agama islam, ia mengatakan sebelum sakit
taat menjalankan perintah Allah SWT, namun selama sakit tidak terlihat
pasien menjalankan ibadah, pasien hanya bisa berdoa serta berdzikir
kepada SWT akan kesembuhannya.
F. Pengkajian Fisik
1. Pengkajian Umum (pengkalian dilakukan pada tanggal 25 Desember
2013)
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tanda-tanda vital : tekanan darah : 140/67 mmHg
Denyut nadi : 93 x/m
Pernapasan : 33 x/m
Temperatur : 36,5 0C
2. Pengkajian Fisik
1. Kepala
Inspeksi : simetris, kulit kepala kurang bersih, rambut kurang rapi dan
terdapat ketombe pada kulit kepala, dan tidak ada pembengkakan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
2. Mata
Inspeksi : simetris, bersih, konjungtiva anemi, sclera tidak ikterik,
penglihatan tidak kabur dan silau terhadap cahaya
28
3. Hidung
Inspeksi : secret tidak ada, mukosa hidung lembab, polip tidak ada.
4. Telinga
Inspeks : serumen tidak ada, tidak ada gangguan pendengaran.
e. Mulut
Inspeksi : slanosis tidak ada, mukosa bibir lembab, terdapat satu gigi
berlubang, tidak ada gigi palsu
f. Leher
Inspeksi : dapat digerakkan kekiri dan kekanan
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah
bening, tidak terdapat nyeri
g. Thorak
Inspeksi : simetris, pergerakan dada kiri dan kanan sama
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, teraba hangat dan lembab, saat
dilakukan ekspansi dada posterior didapatkan gerakan ekspansi dada
memisahkan ibu jari (jari menjauhi garis vertebra)
Auskultasi : baunyi jantung 1 > bunyi jantung II, bunyi paru terdengar
ronki, khususnya di bagian lobus bawah paru.
h. Abdomen
Inspeksi : peristaltic +, ada asites
Palpasi : tidak ada nyeri pada 9 regio
Auskultasi : peristaltic usus 9 x/m
i. Ekstremitas atas
turgor kulit kurang elastis, kekuatan otot 4444 4444, tidak ada edema
j. Ekstramitas bawah
turgor kulit baik, kekuatan otot 3333 3333, ada udem derajat 2
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 23 Desember 2013
Haemoglobin : 9.9
Hematokrit : 31% (4.1-10.5%)
29
Leukosit : 9.4 x 103 /ul (4.1-10.5 x 103 )
Trombosit : 95 x 103 (150x400)
Diabetes
KGS : 221
Fungsi Ginjal
Kreatinin : 0.7 (0.6-1.1 mg/dl)
Ureum : 0.37
Kimia Darah
Chlorida : 111
Kalium : 5.1 (3.5-4.5 meq/L)
Natrium :146 (135-145 meq/dl)
Serologi
HbsAg : (+)
H. Terapi/ Pengobatan
Terapi/ pengobatan:
Injeksi Parenteral/drip Oral
Ceftriaxone 10 mg IUVD RL 10tts Plavix 1x75 mg
Arixtra 2.5 ml/hari Drip Cedocard 50/50 Valsartan 1x160 mg
Bisolvon Aspilet 1x80 mg
Lasix Azitromycin 1x500 mg
Codein 3x10 mg
1. Ceftriaxone
- Farmakokinetik:
Ceftriaxone diabsorpsi lengkap setelah pemberian IM dengan kadar
plasma maksimum rata-rata antara 2-3 jam setelah pemberian. Dosis
multipel IV atau IM dengan interval waktu 12-24 jam, dengan dosis 0,5-2g
menghasilkan akumulasi sebesar 15-36 % diatas nilai dosis tunggal.
- Farmakodinamik:
30
Efek bakterisida ceftriaxone dihasilkan akibat penghambatan sintesis
dinding kuman. Ceftriaxone mempunyai stabilitas yang tinggi terhadap
beta-laktanase, baik terhadap penisilinase maupun sefalosporinase yang
dihasilkan oleh kuman gram-negatif, gram-positif.
- Indikasi:
Untuk infeksi-infeksi berat dan yang disebabkan oleh kuman-kuman gram
positif maupun gram negatif yang resisten terhadap antibiotika lain :
1. Infeksi saluran pernafasan
2. Infeksi saluran kemih
3. Infeksi gonoreal
4. Septisemia bakteri
5. Infeksi tulang dan jaringan
6. Infeksi kulit
- Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap cephalosporin dan penicillin (sebagai reaksi alergi
silang).
2 Arixtra
Fondaparinux atau arixtra adalah anticoagulant (pengencer darah) yang
mencegah pembentukan gumpalan darah. Fondaparinux juga digunakan
bersamaan dengan Warfarin (Coumadin) untuk mencegah DVT, termasuk
pulmonary embolism (penyumbatan pembuluh darah paru-paru).
- Indikasi:
Digunakan untuk mencegah jenis gumpalan darah yang disebut deep vein
thrombosis (DVT), yang bisa menyebabkan gumpalan darah dalam paru-
paru (pulmonary embolism). DVT dapat terjadi setelah jenis pembedahan
tertentu.
- Dosis:
UA/NSTEMI (Unstable Angina/Non ST-Elevation Myocardial Infarction):
2.5 mg SC sehari 1 kali hingga 8 hari atau sampai keluar dari rumah sakit.
31
- Efek Samping:
Efek Hematologis (perdarahan, anemia); Efek GI (N/V, konstipasi, diare);
Efek CV (edema, hipotensi, hepertensi, angina, PCI yang mengarah pada
catheter thrombosis); Efek CNS (insomnia, sakit kepala, pusing,
kebingungan); Efek Dermatologis (ruam, purpura).
- Instruksi Khusus:
a. Jangan diberikan melalui rute intramuskular (IM route).
b. Berkontra-indikasi pada pasien dengan perdarahan yang signifikan,
endocarditis bacterial akut, hipersensitif terhadap obat, kerusakan
ginjal akut, dan pasien dengan berat badan kurang dari 50 kg.
c. Gunakan dengan hati-hati pada pasien yang lebih tua dan dalam
keadaan kerusakan ginjal sedang.
d. Hindari penggunaan 24 jam sebelum dan 48 jam setelah pembedahan
CABG (Coronary Artery Bypass Grafting).
3. Lasix
Lasix merupakan obat yang mengandung furosemid. Furosemid adalah
obat golongan diuretik, yang dapat mencegah tubuh dari menyerap terlalu
banyak garam. Furosemid diberikan untuk membantu mengobati retensi
cairan (edema) dan pembengkakan yang disebabkan oleh kegagalan
jantung kongestif, penyakit hati, penyakit ginjal, atau kondisi medis
lainnya. Obat ini bekerja dengan bertindak pada ginjal untuk
meningkatkan aliran urin.
Furosemid juga digunakan sendiri atau bersama-sama dengan obat lain
untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi). Tekanan darah tinggi
menambah beban kerja jantung dan arteri. Jika terus untuk waktu yang
lama, jantung dan arteri mungkin tidak berfungsi dengan baik. Kondisi
tersebut dapat merusak pembuluh darah otak, jantung, dan ginjal,
mengakibatkan stroke, gagal jantung, atau gagal ginjal. Tekanan darah
tinggi juga dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Masalah-masalah
ini mungkin kurang mungkin terjadi jika tekanan darah dapat
dikendalikan. Obat ini hanya tersedia dengan resep dokter.
32
- Indikasi
a. Edema karena penyakit jantung
b. Edema karena penyakit hati (asites)
c. Edema karena penyakit ginjal
d. Insufisiensi jantung akut, terutama pada edema paru
e. Untuk mengurangi produksi kemih akibat gestoses (yang berhubungan
dengan kehamilan nephrosis), setelah memulihkan vol cairan normal.
f. Edema karena luka bakar
g. Untuk mendukung diuresis paksa pada kasus keracunan
4. Cedocard
Cedocard digunakan untuk mencegah atau mengobati nyeri dada (angina).
Obat ini mengandung Isosorbide Dinitrat yang merupakan vasodilator dan
bekerja dengan merelaksasi pembuluh darah ke jantung, sehingga suplai
darah dan oksigen ke jantung meningkat. Obat ini merupakan tablet
sublingual (dihisap dibawah lidah). Obat ini termasuk kategori C, yaitu
studi pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin (teratogenik
atau embryocidal atau lainnya). Obat ini tidak berinteraksi dengan baik
dengan beberapa jenis obat dan obat ini hanya bisa diperoleh dengan
menggunakan resep dokter. Golongan obat Isosorbide Dinitrat mengontrol
nyeri dada tetapi tidak menyembuhkan. Menghentikan penggunaan obat
secara tiba-tiba dapat menyebabkan nyeri dada. Isosorbide Dinitrat dapat
kehilangan efektifitasnya bila digunakan dalam jangka waktu yang lama.
Jika serangan angina (nyeri dada) terjadi lebih sering, berlangsung lebih
lama, atau lebih parah, berkonsultasilah dengan dokter.
- Indikasi
1. Cedocard 5 mg, Cedocard 10 mg, dan Cedocard Retard 20 mg:
a. Angina pektoris
b. Profilaksis serangan angina pada penyakit jantung koroner kronis
c. Angina setelah infark miokardium (rusaknya jaringan jantung akibat
suplai darah yang tidak adekuat) d. Gagal jantung.
2. Cedocard 20 mg:
33
a. Pengobatan & pencegahan angina pektoris
b. Angina pectoris yang parah
c. Refractory CHF (Congenital Heart Failure)
3. Cedocard IV infusion:
a. Unresponsive CHF, terutama pasca infark miokard
b. mengontrol refractory angina pectoris
- Kontraindikasi
1. Anemia
2. Hipotensi
3. Syok kardiogenik
4. Pada penggunaan sildenafil, tadalafil, vardenafil
5. Aspilet
Aspilet merupakan salah satu nama obat paten dari Aspirin. Aspirin
termasuk dalam kategori obat non-steroidal anti-inflammatory drug
(NSAID). NSAID memiliki efek anti- inflamasi, analgesik, dan antipiretik,
serta dapat menghambat agregasi trombosit. Mekanisme kerja dari obat ini
adalah terkait dengan penghambatan aktivitas COX-1, yang berperan
untuk metabolisme enzim utama dari asam arakidonat yang merupakan
prekursor prostaglandin yang memainkan peran utama dalam patogenesis
peradangan, nyeri dan demam. Pengurangan prostaglandin (terutama E1)
di pusat termoregulasi menyebabkan penurunan suhu tubuh akibat
perluasan pembuluh darah pada kulit dan sekresi keringat meningkat. Efek
analgesik yang baik karena memiliki efek sentral (pusat) dan perifer (tepi).
Mengurangi agregasi trombosit, adhesi platelet dan pembentukan trombus
melalui penekanan sintesis tromboksan A2 dalam trombosit. Mengurangi
risiko infark miokard pada stenocardia yang tidak stabil. Obat ini efektif
untuk pencegahan primer penyakit kardiovaskular dan pencegahan
sekunder infark miokard. Obat ini dapat meningkatkan aktivitas
fibrinolitik dan mengurangi plasma konsentrasi vitamin K dalam faktor-
faktor koagulasi (II, VII, IX, X). Meningkatkan tingkat komplikasi
perdarahan dalam pelaksanaan prosedur bedah.
34
- Indikasi
1. Rheumatoid arthritis
2. Demam selama penyakit menular dan inflamasi
3. Untuk mengatasi nyeri
4. Neuralgia
5. Mialgia
6. Sakit kepala
7. Pencegahan penyakit berbasis trombosis dan emboli
8. Pencegahan primer dan sekunder infark miokard
- Kontraindikasi
1. Pasien yang sensitif dengan aspirin
2. Tukak lambung
3. Perdarahan subkutan
4. Hemofilia
5. Trombositopenia
6. Pasien dengan terapi antikoagulan
6. Plavix
Clopidogrel dengan nama paten Plavix merupakan obat anti pembekuan
darah yang menghambat pembentukan bekuan di pembuluh darah
sehingga dapat mencegah terjadinya serangan jantung dan stroke yang
diakibatkan dari penyumbatan pembuluh darah. Risiko terbesar pemberian
obat ini adalah terjadinya perdarahan. Perdarahan terkadang hanyalah
perdarahan samar atau tersembunyi. Tanda-tanda terjadinya perdarahan
yang harus segera dilaporkan adalah urin (air seni) yang berwarna hitam
atau kemerahan, feses atau tinja hitam, dan kejadian memar-memar yang
tidak biasa. Perdarahan dapat berujung menjadi anemia dengan gejala
lemas dan lelah. Efek samping lainnya dari clopidogrel adalah diare dan
reaksi alergi yang menyebabkan rash atau kemerahan.
35
- Indikasi
Untuk menghambat pembentukan bekuan di pembuluh darah sehingga
dapat mencegah terjadinya serangan jantung dan stroke yang diakibatkan
dari penyumbatan pembuluh darah.
- Efek Samping:
1. Efek GI (N/V, gangguan pencernaan, gastritis, diare dan konstipasi).
2. Efek Hematologis (perdarahan GI, perdarahan intrakranial, memar,
purpura, epistaksis, hematoma, hematuria).
3. Dermatologis (ruam dan gatal-gatal).
7. Codein
Codein merupakan analgesik agonis opioid. Efek kodein terjadi apabila
kodein berikatan secara agonis dengan reseptor opioid di berbagai tempat
di susunan saraf pusat. Efek analgesik kodein tergantung afinitas kodein
terhadap reseptor opioid tersebut.Kodein dapat meningkatkan ambang rasa
nyeri dan mengubah reaksi yang timbul di korteks serebri pada waktu
persepsi nyeri diterima dari thalamus.Kodein juga merupakan antitusif
yang bekerja pada susunan saraf pusat dengan menekan pusat batuk.
- Indikasi:
- Antitusif
- Analgetik
- Kontraindikasi:
Asma bronkial, emfisema paru-paru, trauma kepala, tekanan intrakranial
yang meninggi, alkoholisme akut, setelah operasi saluran empedu.
- Efek Samping:
- Dapat menimbulkan ketergantungan.
- Mual, muntah, idiosinkrasi, pusing, sembelit.
- Depresi pernafasan terutama pada penderita asma, depresi jantung dan
syok.
- Peringatan dan Perhatian:
- Hati-hati penggunaan pada pasien dengan infark miokardial dan
penderita asma.
36
- Hindari minuman beralkohol.
- Tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan karena dapat menyebabkan
kerusakan fungsi hati.
- Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita penyakit ginjal.
- Hati-hati pada pemberian jangka panjang
8. Valsartan
Valsartan kelompok obat yang disebut angiotensin II receptor antagonists.
Valsartan menjaga pembuluh darah dari penyempitan, yang mengurangi
tekanan darah dan meningkatkan aliran darah. Valsartan kadang diberikan
bersamaan dengan obat tekanan darah lainnya.
- Indikasi
Untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi)
- Efek Samping:
1. Biasanya menetap dan ringan: Efek CNS (kepeningan); Efek Cv (hipotensi
orthostatik yang berhubungan dengan dosis, yang mungkin terjadi secara
khusus pada pasien yang kekurangan volume); kerusakan ginjal.
2. Efek lainnya yang agak jarang: ruam, angioedema, mengangkat LFTs
(liver function tests); myalgia.
- Instruksi Khusus:
- Pasien yang kekurangan volume (misalnya terapi diuretik dosis tinggi)
mungkin mengalami hipotensi dan harus dimulai dengan dosis rendah.
- Gunakan dengan hati-hati pada pasien renal artery stenosis, kerusakan
ginjal atau kerusakan hati.
I. Hasil Pemeriksaan Radiologi dan lainnya
1. Hasil radiologi
Kesimpulan : Cardiomegali dengan kongesti paru
37
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah1
2
DS : “lemas, sesak dan batuk, sesak memberat saat batuk, pusing, sulit tidur”
DO : 1. k/u lemah2. Terpasang infuse RL 10 tts
3. Pasien berada posisi orthopnue 4. Terdapat edema derajat 2 pada
ekstremitas bawah5. Terdapat asites6. Kulit tampak kering di akral
bawah7. TTV :
TD : 140/67 , N : 93, T : 36.5°C, RR : 25 x/menit
DS : “pusing saat bangun dan duduk, sesak memberat saat batuk,”
DO : 1. k/u lemah2. terpasang Oksigen 2 L/menit3. hasil rontgen menunjukkan
adanya edema paru4. posisi ortophnue5. RR : 25x/menit6. Akral atas dan bawah teraba
hangat 7. Tingkat ketergantungan : 38. Kekuatan otot
4444 44443333 3333
perubahan preload dan afterload,
Ketidakseimbangan ventilasi paru, penurunan ekspansi baru akibat akumulasi cairan di paru
Penurunan Curah Jantung
Gangguan pertukaran gas
3 DS : “sesak, pusing, lemas, sulit tidur, terasa pegal/kram otot”.
DO :1. Terpasang kateter sejak
tanggal 23 Desember 20132. Terpasang diapers3. Diit cairan 1000-1200 cc/hari
Penurunan curah jantung
Kelebihan volume cairan
38
4. Balance cairan : -912 Intake : 958Output : 1870
5. Pasien menghabiskan ½ porsi makan yang disediakan
6. Terdapat asites7. Terdapat edema derajat 18. Terpasang infuse RL 10tts
9. Kulit terlihat kering
39
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NoDiagnosa
KeperawatanRencana Keperawatan
NIC NOC1 Penurunan Curah
Jantung Berhubungan dengan perubahan preload dan afterload,
1. Evaluasi sesak2. Evaluasi hasil interpretasi
EKG 3. Catat adanya tanda dan
gejala penurunan cardiac output, monitor tanda-tanda vital
4. Monitor balance cairan 5. Monitor respon pasien
terhadap efek obat yang diberikan
6. Atur periode latihan dan istirahat untuk mengurangi kelelahan otot
7. Monitor toleransi aktivitas 8. Anjurkan untuk relaksasi9. Monitor tanda vital saat
pasien duduk dan berbaring10. Monitor jumlah, bunyi dan
irama jantung11. Monitor frekuensi , irama
dan pola pernafasan12. Monitor suhu, warna, dan
kelembapan kulit13. Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi melebar, bradikardi, dan peningkatan sistolik)
14. Minimalkan stress lingkungan
15. Kolaborasi diet cairan dan nutrisi
1. Keefektifan pompa jantung2. Perubahan sirkulasi3. Perubahan tanda-tanda vital4. Perfusi jaringan perifer
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, penurunan kardiak output klien teratasi dengan criteria hasil :
1. Tanda vital dalam rentang normal
2. Dapat mentoleransi aktivitas3. Tidak ada
keletihan/berkurang4. Asites, edema paru dan
perifer berkurang/tidak ada5. Tidak ada penurunan
kesadaran6. AGD dalam batas normal7. Tidak ada distensi vena
leher8. Warna kulit normal
40
2 Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan Ketidakseimbangan ventilasi paru, penurunan ekspansi baru akibat akumulasi cairan di paru
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Keluarkan secret dengan batuk efektif
3. Auskultasi bunyi nafas4. Atur intake dan output
cairan5. Monitor pola, frekuensi,
dan kecepatan pernapasan6. Monitor vital sign7. Pertahankan jalan nafas
yang paten8. Observasi adanya
hipoventilasi9. Berikan bronkodilator
sesuai indikasi10. Ajarkan teknik relaksasi
dan nafas dalam
1. Menunjukkan jalan nafas yang paten
2. Tanda vital dalam batas normal
3. Mendemonstrasikan batuk efektif dan nafas dalam
3 Kelebihan volume cairan berhubungan denganPenurunan curah jantung
1. Pertahankan intake dan output cairan
2. Pemasangan kateter sesuai indikasi
3. Monitor vital sign4. Monitor masukan dan
haluaran nutrisi5. Kaji lokasi dan luas edema6. Monitor perubahan dari
edema7. Berikan diuretic sesuai
indikasi8. Monitor hasil lab
1. Terbebas dari edema2. Bunyi nafas bersih3. Terbebas dari distensi
vena jugularis4. Terbebas dari kelelahan
dan kecemasan
41
CATATAN PERKEMBANGAN
No Hari/Tgl Evaluasi1 24 Des 2013 S : “terasa sesak, batuk, sesak memberat saat batuk,
lemas,pusing saat bangun tidur dan duduk”
O :
1. k/u lemah 2. Terpasang monitor bedside3. Terpasang infuse RL 10tts 4. Terpasang oksigen 2L/menit5. Terpasang syringpump furosemid 1cc/jam6. Posisi pasien orthopnue7. Terdengar ronkhi saat diauskultasi8. Terpasang kateter sejak 23 Des 20139. Terdapat edema derajat 2 pada ekstremitas bawah10. Batuk disertai sputum berwarna putih kental11. Terdapat asites12. Tingkat ketergantungan : 213. Kekuatan otot :
4444 44443333 3333
14. Pasien tampak gelisah dan sering mengatur posisi duduk
15. Vital sign pada pukul :TD : 146/67, N : 93, T : 36.5°C, RR:25x/menit
A : penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload dan afterload, kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan curah jantung, ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat akumulasi cairan
P :
1. Mengatur posisi pasien 2. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac
output, monitor tanda-tanda vital, pantau hemodinamik pasien
3. Monitor nutrisi dan balance cairan 4. Monitor respon pasien terhadap efek obat yang
diberikan
42
5. Evaluasi hasil interpretasi EKG6. Monitor toleransi aktivitas 7. Anjurkan untuk relaksasi
I :
1. Mencatat hasil perkembangan vital sign dari monitor bedside perjam
2. 09.00 wib :Mengatur posisi nyaman3. 10.00 wib : injeksi ceftriaxone, injeksi arixtra4. 10.30 wib : pasien menghabiskan 2 potong kue5. 11.00 wib : Mencatat intake dan output cairan, dan
injeksi KSR6. 12.00 wib : oral/ valsartan, azitromycin7. 14.00 wib : ij/ bisolvon, oral/codein8. 22.00 wib : ij/bisolvon, oral/azitromycin, oral/codein9. 06.00 wib : oral/arixtra, ij/bisolvon, oral/obat batuk10. Mengevaluasi respon pasien terhadap efek obat yang
diberikan11. Mengevaluasi hasil interpretasi EKG12. Mengkaji tingkat ketergantungan pasien13. Menganjurkan teknik relaksasi dan batuk efektif,
serta memberikan air hangat
E : Setelah dilakukan askep, didapatkan criteria hasil :1. k/u lemah2. Edema derajat 23. Pasien dapat mendemonstrasikan batuk efektif4. Batuk masih disertai sputum5. Pasien tampak sering mengantuk6. Kapiler refill 2 detik7. Vital sign :
TD : 138/72, N : 90x/menit, T:36.4°C, RR : 248. Pasien belum BAB sejak hari rawatan pertama9. Balance cairan : -557
intake : 793output : 1350
2 25 Des 2013 S : “terasa sesak, batuk, sesak memberat saat batuk, lemas,pusing saat bangun tidur dan duduk, sulit tidur”
43
O :
1. k/u lemah 2. Terpasang monitor bedside3. Terpasang infuse RL 10tts 4. Terpasang oksigen 2L/menit5. Posisi pasien orthopnue6. Terdengar ronkhi saat diauskultasi7. Terpasang kateter sejak 23 Des 20138. Terdapat edema derajat 2 pada ekstremitas bawah9. Batuk disertai sputum berwarna putih kental10. Terdapat asites11. Tingkat ketergantungan : 212. Kekuatan otot :
4444 44443333 3333
13. Kulit tampak kering, dan terdapat buli (luka lepuh) di area pemasangan diapers
14. Vital sign pada pukul :TD : 140/67, N : 93, T : 36.5°C, RR:24x/menit
A : penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload dan afterload, kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan curah jantung, ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat akumulasi cairan
P :
1. Mengatur posisi pasien 2. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac
output, monitor tanda-tanda vital, pantau hemodinamik pasien
3. Monitor nutrisi dan balance cairan 4. Monitor respon pasien terhadap efek obat yang
diberikan5. Evaluasi hasil interpretasi EKG6. Monitor toleransi aktivitas 7. Anjurkan untuk relaksasi8. Personal hygiene
I :
1. Mencatat hasil perkembangan vital sign dari monitor bedside perjam
44
2. 09.00 wib :Mengatur posisi nyaman3. 10.00 wib : injeksi ceftriaxone, injeksi arixtra4. 10.30 wib : pasien menghabiskan 2 potong kue5. 11.00 wib : Mencatat intake dan output cairan, dan
injeksi KSR6. 12.00 wib : oral/ valsartan, azitromycin7. 14.00 wib : ij/ bisolvon, oral/codein8. 22.00 wib : ij/bisolvon, oral/azitromycin, oral/codein9. 06.00 wib : oral/arixtra, ij/bisolvon, oral/obat batuk,
menyeka pasien, pemberian baby oil pada kulit, massage
10. Mengevaluasi respon pasien terhadap efek obat yang diberikan
11. Mengevaluasi hasil interpretasi EKG12. Mengkaji tingkat ketergantungan pasien13. Menganjurkan teknik relaksasi dan batuk efektif,
serta memberikan air hangat
E : Setelah dilakukan askep, didapatkan criteria hasil :1. k/u lemah2. Edema derajat 23. Pasien dapat mendemonstrasikan batuk efektif4. Batuk masih disertai sputum5. Pasien tampak sering mengantuk6. Kapiler refill 2 detik7. Akral teraba hangat8. Hasil visit dokter pada pukul 11.00 wib:
Furosemid 1cc/jam stop diganti ij/lasic, Th/ KSR, Amlodipin
9. Vital sign :TD : 138/72, N: 90, T : 36.4°C, RR : 24x/menit
10. Balance fluid : -912intake : 958output : 1870
26 Desember 2013 S : “sesak dan batuk sudah berkurang, tidur sudah enakan, sputum sudah berkurang, merasa dingin”
O :
1. k/u sedang
45
2. Terpasang monitor bedside3. Terpasang infuse RL 10tts 4. Terpasang oksigen 2L/menit5. Posisi pasien orthopnue6. Terdengar ronkhi saat diauskultasi7. Tingkat ketergantungan : 115. Kekuatan otot :
4444 44443333 3333
8. Terdapat edema derajat 2 pada ekstremitas bawah9. Batuk disertai sputum berwarna putih agak cair, dan
sudah berkurang10. Terdapat asites11. Vital sign pada pukul :
TD : 136/67, N : 66, T : 36.5°C, RR:24x/menit
A : penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload dan afterload, kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan curah jantung, ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat akumulasi cairan
P :
1. Mengatur posisi pasien 2. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac
output, monitor tanda-tanda vital, pantau hemodinamik pasien
3. Monitor nutrisi dan balance cairan 4. Monitor respon pasien terhadap efek obat yang
diberikan5. Evaluasi hasil interpretasi EKG6. Monitor toleransi aktivitas 7. Anjurkan untuk relaksasi8. Personal hygiene
I :
1. Mencatat hasil perkembangan vital sign dari monitor bedside perjam
2. 09.00 wib :Mengatur posisi nyaman3. 10.00 wib : injeksi ceftriaxone, injeksi arixtra4. 10.30 wib : pasien menghabiskan 2 potong kue5. 11.00 wib : Mencatat intake dan output cairan, dan
46
injeksi KSR6. 12.00 wib : oral/ valsartan, azitromycin7. 14.00 wib : ij/ bisolvon, ij/ lasix, oral/codein8. 22.00 wib : ij/bisolvon, ij/lasix, oral/azitromycin,
oral/codein, laxadyn9. 06.00 wib : oral/arixtra, ij/bisolvon, oral/obat batuk10. Mengevaluasi respon pasien terhadap efek obat yang
diberikan11. Mengevaluasi hasil interpretasi EKG12. Mengkaji tingkat ketergantungan pasien13. Menganjurkan teknik relaksasi dan batuk efektif,
serta memberikan air hangat
E : Setelah dilakukan askep, didapatkan criteria hasil :1. k/u sedang2. Edema derajat 23. Pasien dapat mendemonstrasikan batuk efektif4. Batuk masih disertai sputum5. Pasien tampak sering mengantuk6. Kapiler refill 2 detik7. Vital sign :
TD : 140/67, N: 75x/menit, T : 36.4°C, RR : 24x/menit
8. Balance cairan : -793intake : 957output : 1750
27 Desember 2013 S : “sesak dan batuk sudah berkurang, tidur sudah enakan, sputum sudah berkurang”
O :
1. k/u sedang2. Terpasang monitor bedside3. Terpasang infuse RL 10tts 4. Posisi pasien orthopnue5. Terdengar ronkhi saat diauskultasi6. Terdapat edema derajat 2 pada ekstremitas bawah7. Batuk disertai sputum sudah berkurang8. Tingkat ketergantungan : 19. Kekuatan otot :
4444 4444
47
3333 333310. Terdapat asites11. Vital sign pada pukul :
TD : 130/67, N : 68, T : 36.5°C, RR:24x/menit
A : penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload dan afterload, kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan curah jantung, ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat akumulasi cairan
P :
1. Mengatur posisi pasien 2. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac
output, monitor tanda-tanda vital, pantau hemodinamik pasien
3. Monitor nutrisi dan balance cairan 4. Monitor respon pasien terhadap efek obat yang
diberikan5. Evaluasi hasil interpretasi EKG6. Monitor toleransi aktivitas 7. Anjurkan untuk relaksasi8. Personal hygiene
I :
1. Mencatat hasil perkembangan vital sign dari monitor bedside perjam
2. 09.00 wib :Mengatur posisi nyaman, memberikan selimut
3. 10.00 wib : injeksi ceftriaxone, injeksi arixtra4. 10.30 wib : pasien menghabiskan 2 potong kue5. 11.00 wib : Mencatat intake dan output cairan, dan
injeksi KSR6. 12.00 wib : oral/ valsartan, azitromycin7. 14.00 wib : ij/ bisolvon, ij/ lasix, oral/codein8. 22.00 wib : ij/bisolvon, ij/lasix, oral/azitromycin,
oral/codein, laxadyn9. 06.00 wib : oral/arixtra, ij/bisolvon, oral/obat batuk10. 06.30 wib : menyeka pasien, mengganti diapers11. Mengevaluasi respon pasien terhadap efek obat yang
diberikan
48
12. Mengevaluasi hasil interpretasi EKG13. Mengkaji tingkat ketergantungan pasien14. Menganjurkan teknik relaksasi dan batuk efektif,
serta memberikan air hangat
E : Setelah dilakukan askep, didapatkan criteria hasil :1. k/u sedang2. Edema derajat 23. Hemodinamik mulai stabil4. Pasien dapat mendemonstrasikan batuk efektif5. Batuk masih disertai sputum6. Kapiler refill 2 detik7. Monitor bedside, oksigen, dan cairan infuse di
lepas8. Hasil visit dokter jam 11.30, pasien sudah dapat
rawat ruangan9. Vital sign :
TD : 138/72, N: 75x/menit, T : 36.5°C, RR : 24x/menit
10. Balance cairan : -320intake : 975output : 1295
49
Daftar Pustaka
1. Doenges E Mailyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta:
EGC.
2. Ibrahim, G. 2008. Menu Sehat Penakluk Hipertensi, Cetakan 1. Jakarta:
DeMedia.
3. Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit,
Ed4. Jakarta: EGC.
4. Smeltzer c Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah,
Brunner and Suddarth’s, Ed8. Vol.1, Jakarta: EGC.
5. Sudoyono,dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.
6. Harrison. 1995. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume3. Yogyakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
50