37
Berinovasi Membangun Negeri, Menjaga #uangkita KINERJA DAN FAKTA Edisi Mei 2019 APBN KITA Scan untuk Unduh

Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

1

Berinovasi Membangun Negeri, Menjaga #uangkita

K I N E R J A D A N F A K T A

Edisi Mei 2019

APBN KITA

Scan untuk Unduh

Page 2: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

2 3

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

“Saya rasa kita cukup untuk bisa menjaga ekonomi pada semester kedua nanti, tetapi tentu kita akan terus melakukan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang bisa

mendorong investasi, serta menjaga kepercayaan masyarakat,” Kami lihat, seluruhnya berhubungan dengan confidence konsumen. Jadi, dalam hal ini, kalau dari sisi multiplier

effect-nya belanja masyarakat yang berasal dari THR kalau dibandingkan dengan seluruh PDB. Mungkin tidak akan sangat besar, namun kan ada seasonality-nya,

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati

Usai membuka Dhawa Fest 2019, Rabu 8 Mei 2019

Page 3: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

4 5

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

RINGKASANEKSEKUTIF

Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun atau 24,43 persen dari target APBN 2019, tumbuh 4,72 persen (yoy).

Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2019 mampu tumbuh sebesar 5,07 persen (yoy), lebih tinggi dibanding kinerja di triwulan I 2018 sebesar 5,06 persen (yoy).

Realisasi Belanja Negara sebesar Rp631,78 triliun atau 25,7 persen dari pagu APBN 2019, tumbuh 8,38 persen (yoy).

Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sampai dengan April 2019 mencapai Rp261,73 triliun atau 31,66 persen dari pagu APBN 2019, lebih tinggi Rp9,80 triliun atau sekitar 3,89 persen (yoy).

Defisit APBN hingga April 2019 sejumlah Rp101,04 triliun atau terjaga pada angka 0,63 persen PDB.

Ringkasan EksekutifInfografis

Momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap terjaga dengan capaian pertumbuhan PDB pada

kuartal I 2019 sebesar 5,07 persen. Kinerja ini memberikan sinyal positif terhadap perkembangan ekonomi nasional kedepan ditengah-tengah prospek pertumbuhan ekonomi global yang menurun. Inflasi masih dalam rentang sasarannya melanjutkan kondisi stabilitas ekonomi nasional yang masih tetap terjaga. Selanjutnya, kinerja perekonomian nasional dalam setahun ini mampu memberikan dampak terhadap pengurangan jumlah pengangguran sebanyak 50 ribu pada Februari 2019 dibandingkan data Februari 2018.

Kinerja realisasi pendapatan negara dan hibah diawal Triwulan II tahun 2019 secara umum masih

menunjukkan hasil yang positif. Hingga akhir April tahun 2019, realisasi pendapatan negara dan hibah telah mencapai Rp530,74 triliun atau 24,51 persen terhadap target APBN 2019. Capaian tersebut tercatat masih mampu tumbuh positif sebesar 0,50 persen (yoy). Realisasi pendapatan negara meliputi realisasi penerimaan perpajakan sebesar Rp436,41 triliun, PNBP sebesar Rp93,97 triliun, dan penerimaan hibah sebesar Rp354,30 miliar atau masing-masing telah mencapai 24,43 persen, 24,84 persen, dan 81,39 persen terhadap target yang ditetapkan dalam APBN 2019. Penerimaan perpajakan mampu tumbuh positif sebesar 4,72 persen (yoy), sedangkan PNBP dan hibah tercatat tumbuh negatif masing-masing sebesar negatif 14,85 persen (yoy) dan negatif 64,26 persen (yoy).

Page 4: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

6 7

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

Realisasi penerimaan pajak pada akhir April 2019, telah mencapai Rp387,00 triliun atau 24,53 persen dari target APBN 2019 dan mampu tumbuh positif sebesar 1,02 persen (yoy), meskipun pertumbuhannya melambat dibandingkan tahun lalu. Capaian realisasi pajak ditopang oleh penerimaan PPh pasal 25/29 Badan, PPh pasal 21, PPh Final, dan PPh pasal 22 Impor. Realisasi penerimaan PPh pasal 25/29 Badan sejalan dengan berakhirnya masa pelaporan SPT Badan pada akhir April 2019, sedangkan realisasi capaian PPh pasal 22 Impor berasal dari aktivitas impor yang didominasi oleh impor bahan baku. Sementara itu, dari sisi pertumbuhannya penerimaan pajak didorong oleh tumbuhnya penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy), diikuti oleh PPh migas sebesar 5,22 persen (yoy), dan PPh nonmigas sebesar 4,08 persen (yoy). Komponen PPh nonmigas yang masih tumbuh cukup baik secara yoy, berturut-turut adalah penerimaan PPh pasal 25/29 OP (14,43 persen), PPh 21 (12,09 persen), dan PPh Pasal 22 (10,50 persen). Untuk penerimaan migas, pertumbuhannya didorong oleh faktor masih relatif tingginya harga ICP. Di sisi yang lain, penerimaan dari PPN/PPnBM tercatat tumbuh negatif 4,35 persen (yoy). Penurunan terbesar berasal dari PPN/PPnBM DN dan PPnBM Impor yang masing-masing tumbuh

negatif sebesar 7,94 persen (yoy) dan 10,48 persen (yoy). Faktor yang diperkirakan menekan pertumbuhan PPN/PPnBM adalah pertumbuhan restitusi yang cukup signifikan sebesar 31,30 persen. Secara sektoral, pertumbuhan penerimaan pajak ditopang oleh pertumbuhan sektor Jasa Keuangan dan sektor Transportasi dan Pergudangan. Sebaliknya sektor usaha lainnya seperti sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertambangan, pertumbuhannya mengalami perlambatan.

Realisasi Penerimaan kepabeanan dan cukai telah mencapai Rp49,42 triliun atau 23,66 persen dari target APBN 2019 dan tumbuh signifikan sebesar 46,98 persen (yoy). Capaian realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai sekitar 70 persen ditopang dari penerimaan cukai hasil tembakau (CHT). Berdasarkan komponennya, pertumbuhan penerimaan kepabeanan dan cukai paling besar disumbangkan oleh penerimaan cukai yang tumbuh 82,29 persen (yoy). Secara lebih rinci, penerimaan cukai HT tumbuh paling tinggi mencapai 87,83 persen (yoy) sebagai dampak dari adanya pergeseran pembayaran cukai dan dampak positif program penertiban cukai berisiko tinggi (PCBT). Komponen penerimaan dari bea masuk mengalami perlambatan walaupun masih mampu tumbuh positif sebesar 0,73 persen (yoy). Hal ini

disebabkan faktor penurunan devisa impor, selain faktor apresiasi Dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah yang masih terjadi, meskipun melambat. Di sisi yang lain, pertumbuhan realisasi penerimaan bea keluar masih menunjukkan penurunan melanjutkan tren bulan sebelumnya, yaitu tumbuh negatif 29,78 persen (yoy). Penurunan pertumbuhan tersebut diperkirakan terjadi karena faktor penurunan kinerja ekspor komoditas minerba khususnya konsentrat tembaga dan nikel, serta dampak pemberlakuan bea keluar 0 persen atas CPO (Crude Palm Oil) dan turunan CPO.

Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sampai bulan April 2019 telah mencapai Rp93,97 triliun atau 24,85 persen dari target APBN tahun 2019. Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan penerimaan PNBP pada periode yang sama tahun 2018 yang mencapai Rp110,35 triliun. Realisasi Penerimaan PNBP Sumber Daya Alam (SDA) mencapai Rp46,15 triliun atau 24,20 persen dibandingkan target dalam APBN 2019. Penerimaan tersebut lebih tinggi dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp45,86 triliun. Sementara itu, penerimaan negara yang bersumber dari Pendapatan Kekayaan Negara yang Dipisahkan masih sangat rendah, hanya Rp3 miliar dalam empat bulan pertama tahun

2019. Hal ini terutama disebabkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) penentuan dividen BUMN baru akan terlaksana awal bulan Mei 2019. Di sisi penerimaan PNBP Lainnya, sampai dengan bulan April 2019 telah mencapai Rp34,72 triliun atau sebesar 36,91 persen dari target APBN 2019. Pendapatan BLU hingga April 2019 telah mencapai Rp13,11 triliun atau 27,39 persen dari target APBN 2019.

Sejalan dengan komitmen Pemerintah yang terus berupaya meningkatkan kualitas pengelolaan APBN, antara lain melalui perbaikan pola belanja agar dapat secara lebih optimal dalam menstimulasi perekonomian nasional, penyerapan belanja negara menunjukkan kinerja yang semakin baik. Realisasi Belanja Negara sampai dengan akhir April 2019 mencapai Rp631,78 triliun (25,7 persen dari pagu APBN 2019) atau tumbuh 8,4 persen (yoy) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Realisasi Belanja Negara tersebut meliputi Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp370,05 triliun (22,6 persen dari pagu APBN) dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebesar Rp261,73 triliun (31,7 persen dari pagu APBN). Realisasi Belanja Pemerintah Pusat hingga bulan April 2019 mengalami peningkatan sebesar 11,8 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Meningkatnya kinerja Belanja

Page 5: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

8 9

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

Pemerintah Pusat tersebut utamanya didorong oleh realisasi belanja bantuan sosial yang sudah mencapai Rp 54,0 triliun atau sekitar 52,9 persen dari pagu APBN 2019. Realisasi belanja bantuan sosial hingga bulan April 2019 mengalami pertumbuhan sebesar 75,7 persen (yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya, antara lain karena adanya kenaikan indeks bantuan yang signifikan pada Program Keluarga Harapan dan percepatan pencairan iuran Penerima Bantuan Iuran (PBI). Kondisi ini menunjukkan keberpihakan Pemerintah kepada masyarakat miskin dalam memenuhi kebutuhan dasar dan mendorong daya beli.

Realisasi belanja subsidi sampai dengan akhir April 2019 mencapai Rp37,95 triliun atau 16,92 persen dari pagu yang ditetapkan dalam APBN. Realisasi belanja subsidi tersebut meliputi subsidi energi Rp30,85 triliun dan subsidi nonenergi Rp7,09 triliun. Realisasi belanja subsidi sampai dengan akhir April 2019 lebih sedikit Rp2,79 triliun atau 6,85 persen dibandingkan realisasi belanja subsidi pada periode yang sama tahun 2018. Lebih rendahnya realisasi subsidi dimaksud terutama dikarenakan pada tahun 2018 terdapat pembayaran sebagian kekurangan subsidi energi tahun sebelumnya, sedangkan realisasi periode sampai dengan Maret 2019 hanya meliputi pembayaran subsidi energi bulan Januari sampai

dengan Maret. Sementara realisasi subsidi nonenergi justru lebih tinggi daripada periode yang sama tahun 2018 karena terdapat percepatan realisasi Subsidi Pupuk dan Subsidi Kredit Program dalam tahun 2019.

Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sampai dengan April 2019 mencapai Rp261,73 triliun atau 31,66 persen dari pagu APBN 2019, yang meliputi Transfer ke Daerah (TKD) sebesar Rp247,70 triliun (32,73 persen) dan Dana Desa Rp14,03 triliun (20,05 persen). Secara lebih rinci, realisasi TKD terdiri dari Dana Perimbangan Rp242,40 triliun (33,45 persen), Dana Insentif Daerah (DID) Rp5,12 triliun (51,22 persen), dan Dana Otonomi Khusus dan Keistimewaan DIY Rp0,18 triliun (0,81 persen). Realisasi TKD sampai dengan April 2019 tersebut lebih tinggi Rp9,80 triliun atau sekitar 3,89 persen bila dibandingkan realisasi TKD pada periode yang sama tahun 2018. Tingginya realisasi TKD tersebut terutama disebabkan karena: (1) penyaluran DAU yang lebih tinggi 3,96 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, salah satunya dipengaruhi oleh penyaluran kembali DAU beberapa daerah yang telah menyampaikan laporan Informasi Keuangan Daerah (IKD) serta penyaluran DAU tambahan bantuan pendanaan kelurahan kepada beberapa daerah; (2) realisasi DAK

Nonfisik yang meningkat sekitar 7,64 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya salah satunya karena tingkat pelaporan daerah dan sisa dana tahun 2018 yang diperhitungkan pada penyaluran triwulan I atau semester I tahun 2019; serta (3) meningkatnya realisasi Dana Insentif Daerah sebesar 89,44 persen apabila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya karena adanya peningkatan penyaluran DID tahap I kepada Pemda yang telah menyampaikan persyaratan penyaluran tahap I serta mulai disalurkannya DID kepada daerah-daerah yang terkena bencana gempa bumi untuk membantu percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi. Sementara itu, realisasi Dana Desa sampai dengan April 2019 lebih rendah Rp0,24 triliun (negatif 1,68 persen) dibandingkan realisasi Dana Desa pada periode yang sama tahun 2018. Hal tersebut dipengaruhi oleh rendahnya realisasi penyerapan Dana Desa hingga April 2019 terutama disebabkan karena belum dipenuhinya persyaratan penyaluran Dana Desa tahap I oleh beberapa

Pemda sesuai dengan PMK Nomor 193 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Dana Desa.

Realisasi defisit APBN hingga April 2019 mencapai Rp101,04 triliun atau sekitar 0,63 persen PDB. Sementara itu, posisi keseimbangan primer pada April 2019 berada pada posisi negatif Rp18,44 triliun. Realisasi pembiayaan yang dilakukan Pemerintah hingga April 2019 mencapai Rp143,84 triliun, terutama bersumber dari pembiayaan utang yaitu sebesar Rp144,98 triliun atau sekitar 40,4 persen dari APBN. Realisasi pembiayaan utang tersebut terdiri dari penerbitan SBN (neto) sebesar Rp160,49 triliun dan pinjaman (neto) sebesar negatif Rp15,51 triliun. Pemerintah secara konsisten melakukan pengelolaan utang yang prudent dan produktif antara lain dengan menjaga rasio utang dalam batas aman, meningkatkan efisiensi atas pengelolaan utang, mendorong pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif, serta menjaga keseimbangan pengelolaan utang.

Page 6: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

10 11

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

PEMBIAYAAN ANGGARAN

KESEIMBANGAN PRIMER

SURPLUS/(DEFISIT) ANGGARAN (A-B)

BELANJA NEGARA (B)

dalam triliun Rupiah

PENDAPATAN NEGARA (A)

APBN 2019 Realisasi s.d. 30 April

% thd APBN

2.165,11

2.461,11

(20,11)

(296,00)

296,00

536,74

631,78

(18,44)

(101,04)

143,84

24,51%

25,67%

91,68%

48,59%

REALISASI APBN 2019 s/d 31 April 2019

Infografis

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 7: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

12 13

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

Realisasi APBN

Realisasi APBN sampai dengan Akhir April Tahun 2019

Perkembangan realisasi APBN tahun 2019 sampai dengan 30 April 2019 masih menunjukkan capaian positif dengan pendapatan negara yang mampu tumbuh 0,50 persen dan belanja negara meningkat 8,38 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan kombinasi

realisasi tersebut, defisit anggaran terkendali pada level 0,63 persen terhadap PDB.

Realisasi APBN sampai dengan 30 April, 2018-2019 (Rp triliun)

Perkembangan realisasi APBN tahun 2019 sampai dengan 30 April 2019 masih menunjukkan capaian positif dengan pendapatan negara yang mampu tumbuh 0,50 persen dan belanja negara meningkat 8,38 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan kombinasi realisasi tersebut, defisit anggaran terkendali pada level 0,63 persen terhadap PDB.

Secara ringkas APBN 2019 sampai dengan 30 April 2019 mencatat bahwa realisasi pendapatan negara sebesar Rp530,74 triliun atau 24,51 persen dari target APBN tahun 2019, lebih

• Realisasi Penerimaan Pajak mencapai Rp387,00 triliun atau 24,53 persen dari target APBN tahun 2019, tumbuh sebesar 1,02 persen.

• Realisasi Penerimaan Bea dan Cukai mencapai Rp49,42 triliun atau 23,66 persen dari target APBN tahun 2019, tumbuh sebesar 46,98 persen.

b. PNBP membukukan realisasi sebesar Rp93,97 triliun atau 24,84 persen dari target APBN tahun 2019.

c. Belanja Pemerintah Pusat mencapai Rp370,05 triliun atau 22,64 persen dari pagu APBN tahun 2019, tumbuh 11,79 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun 2018

d. TKDD mencapai Rp261,73 triliun atau 31,66 persen dari pagu APBN tahun 2019, tumbuh sebesar 3,89 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun 2018.

(17,3)

(94,7)

3,7 24,4

(18,4)

(0,15)

(0,75)

0,03 0,16

(0,11)

-1,25

-0,85

-0,45

-0,05

0,35

(120,0)

(100,0)

(80,0)

(60,0)

(40,0)

(20,0)

-

20,0

40,0

2015 2016 2017 2018 2019

keseimbangan primer (Rp triliun) % keseimbangan primer thd PDB

(69,9)

(158,2)

(72,2)(54,9)

(101,0)

(0,60)

(1,25)

(0,53)

(0,37)

(0,63)

(1,40)

(1,20)

(1,00)

(0,80)

(0,60)

(0,40)

(0,20)

-

(180,0)

(160,0)

(140,0)

(120,0)

(100,0)

(80,0)

(60,0)

(40,0)

(20,0)

-

2015 2016 2017 2018 2019

Defisit (Rp triliun) % defisit thd PDB

tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2018 yang mencapai Rp528,07 triliun. Sementara itu, realisasi belanja negara mencapai Rp631,78 triliun atau 25,67 persen dari pagu APBN tahun 2019, tumbuh sebesar 8,38 persen dibandingkan realisasi APBN pada periode yang sama tahun 2018. Adapun rincian dari realisasi tersebut meliputi:

a. Realisasi Penerimaan Perpajakan mencapai Rp436,41 triliun atau 24,43 persen dari target APBN tahun 2019, tumbuh 4,72 persen dibandingkan realisasi periode yang sama APBN tahun 2018 sebesar Rp416,73 triliun. Realisasi penerimaan perpajakan terdiri atas:

Dengan capaian pendapatan negara dan belanja negara tersebut, maka realisasi Defisit APBN tahun 2019 sampai dengan 30 April 2019 mencapai Rp101,04 triliun atau 0,63 persen terhadap PDB, dengan nilai keseimbangan primer negatif Rp18,44 triliun. Realisasi Defisit APBN tahun 2019 tersebut lebih tinggi dibandingkan defisit anggaran periode yang sama tahun 2018 yakni Rp54,87 triliun atau 0,37 persen PDB, dengan nilai keseimbangan primer Rp24,44 triliun. Dengan realisasi pembiayaan anggaran periode sampai dengan 30 April 2019 sebesar Rp143,84 triliun, termasuk untuk pembiayaan investasi Rp2,50 triliun, terdapat kelebihan pembiayaan anggaran sebesar Rp 42,79 Triliun.

Page 8: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

14 15

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

Ekonomi Makro

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Momentum Pertumbuhan Ekonomi terus berlanjut, didukung oleh kebijakan countercyclical

Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2019 mampu tumbuh sebesar 5,07 persen (yoy), lebih tinggi dibanding

kinerja di triwulan I 2018 sebesar 5,06 persen (yoy). Kinerja ekonomi di triwulan I 2019 ini masih ditopang kinerja permintaan domestik. Konsumsi lembaga non-profit rumah tangga (LNPRT) mampu tumbuh sebesar 16,93 persen (yoy) yang dipengaruhi oleh berlangsungnya kegiatan kampanye dalam Pemilihan Umum (Pemilu). Konsumsi RT tetap mampu tumbuh di atas 5 persen, sejalan dengan terjaganya tingkat inflasi. Namun, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi mengalami perlambatan yang hanya tumbuh sebesar 5,03 persen (yoy), sejalan dengan sikap wait and see investor. Sementara itu, konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 5,21 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I tahun 2018 sebesar 2,71 persen (yoy) sebagai kebijakan countercyclical dalam merespon perlambatan investasi. Kinerja ekspor

neto tercatat positif yang dipengaruhi oleh penurunan impor yang signifikan, meskipun ekspor juga menurun. Secara sektoral, kegiatan sektor jasa menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi nasional, namun sektor pertanian dan manufaktur mengalami perlambatan.

Nilai tukar Rupiah sedikit mengalami tekanan pada awal Mei 2019 yang disebabkan oleh penguatan indeks dolar Amerika Serikat dan isu ketidakpastian penyelesaian perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok. Nilai tukar Rupiah per 9 Mei 2019 tercatat sebesar Rp14.338 per USD melemah sebesar 0,87 persen secara point to point dibandingkan dengan akhir April 2019. Namun, apabila dibandingkan dengan level awal tahun 2019, nilai tukar Rupiah menguat 0,88 persen. Dalam merespon perkembangan nilai tukar kedepan sejalan dengan upaya memperkuat stabilitas eksternal perekonomian Indonesia, Bank Indonesia mempertahankan BI 7-day

Reverse Repo Rate (BI-7DRR) tetap pada level 6 persen. Sementara itu, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2019 mencapai sebesar USD124,3 miliar, relatif stabil dibandingkan dengan posisi pada akhir Maret 2019 sebesar 124,5 miliar dolar AS. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,0 bulan impor atau 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, dan masih berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Posisi cadangan devisa tersebut diyakini dapat mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan kedepan.

Perkembangan harga di tingkat konsumen pada April 2019 relatif terkendali meskipun mengalami tekanan dari kelompok bahan makanan dan tarif angkutan udara. Inflasi April tercatat sebesar 0,44 persen (mtm) atau 0,80 persen (ytd) atau 2,83 persen (yoy). Angka ini lebih rendah secara tahunan dibandingkan

April 2018 sebesar 1,09 persen (ytd) atau 3,41 persen (yoy). Tekanan inflasi kelompok bahan makanan terutama berasal dari komoditas hortikultura (aneka bawang, cabai, sayuran, buah) yang dipengaruhi oleh faktor cuaca, gangguan distribusi, serta terlambatnya syarat izin impor. Namun, tekanan tersebut dapat sedikit tertahan oleh deflasi beras seiring faktor panen dan ikan segar karena faktor cuaca yang mendukung tangkapan. Pada masa HBKN Ramadan dan Lebaran, stok beras diperkirakan cukup untuk memenuhi permintaan sehingga dapat mengantisipasi lonjakan harga. Selain itu, faktor panen hortikultura dan masuknya bawang putih impor di bulan Mei diperkirakan dapat menstabilkan harga. Di sisi lain, komponen administered price sedikit menurun dipengaruhi oleh faktor diskon tarif listrik 900VA golongan mampu bagi pelanggan pascabayar. Meskipun begitu, tarif angkutan udara masih mengalami peningkatan dan berdampak pada sektor pariwisata,

Page 9: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

16 17

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

logistik, dan ritel. Sebagai tindak lanjut, Kementerian Perhubungan akan menurunkan tarif batas atas antara 12-16 persen atau rata-rata 15 persen untuk seluruh rute per 15 Mei 2019. Kebijakan ini diharapkan dapat menurunkan harga tiket pesawat serta sebagai antisipasi persiapan mudik Lebaran. Sementara itu, komponen inti sedikit naik dibanding bulan lalu, namun masih terkendali di kisaran 3%, mencerminkan terjaganya keseimbangan permintaan dan penawaran.

Defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan I 2019 tercatat sebesar USD7,0 miliar (2,6 persen dari PDB). Angka ini menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,2 miliar dolar AS (3,6 persen dari PDB), sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal perekonomian nasional. Peningkatan surplus neraca perdagangan barang nonmigas dan perbaikan defisit perdagangan migas mendorong perbaikan defisit neraca perdagangan. Selain itu, kebijakan pemerintah untuk melakukan pengendalian impor beberapa komoditas tertentu yang diterapkan sejak akhir 2018 juga mendorong perbaikan defisit neraca perdagangan.

Sementara itu, transaksi modal dan finansial pada triwulan I 2019 tercatat surplus sebesar USD10,1 miliar, menggambarkan adanya capital inflow yang cukup tinggi seiring optimisme investor terhadap prospek perekonomian nasional. Secara keseluruhan, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I 2019 mencatat surplus sebesar USD2,4 miliar.

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) Indonesia pada Februari 2019 tercatat sebesar 5,01 persen, atau turun 0,12 poin persentase dibanding data Februari 2018. TPT merupakan persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Penurunan TPT tersebut merupakan level terendah sejak krisis 1998. Penduduk yang bekerja sebanyak tercatat sebesar 129,36 juta orang, bertambah 2,29 juta orang dari data Februari 2018. Sementara itu, Jumlah angkatan kerja pada Februari 2019 tercatat sebanyak 136,18 juta orang, meningkat sebesar 2,24 juta orang dibanding Februari 2018. Sehingga, pada bulan Februari 2019 jumlah pengangguran berkurang sebanyak 50 ribu orang dari 6,87 juta orang pada Februari 2018 menjadi 6,82 juta orang.

Page 10: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

18 19

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

Foto:Biro KLI

Laporan Utama

Surat Berharga Negara (SBN) Retail Online

Besarnya minat investor asing terhadap surat utang Indonesia dapat menjadi dua sisi mata uang bagi Indonesia. Di

satu sisi, besarnya minat tersebut mencerminkan kepercayaan asing terhadap kondisi kestabilan makro Indonesia, meningkatkan likuiditas pasar SBN dan lainnya namun di sisi lain, hal tersebut dapat menimbulkan permasalahan pelik yang mengguncang tatanan ekonomi Indonesia bila terjadi exodus besar-besaran dari pasar Indonesia dari investor asing tersebut. Untuk itu diperlukan strategi untuk menghadapi hal tersebut. diperlukan suatu strategi yang tepat yang salah satunya berupa pendalaman pasar domestik.

Jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial bagi pemasaran Surat Utang Negara namun harus ada cara untuk menjangkau para investor prospektif tersebut mengingat Indonesia terdiri

atas ribuan pulau sehingga diperlukan satu platform yang dapat menjangkau para investor tersebut.

Dengan semakin meningkatnya pengguna internet di Indonesia serta semakin berkembangnya electronic marketplace, Pemerintah berinisiatif mengubah strategi penjualan SBN ritel dari secara konvensional menjadi secara online.

Seperti yang sudah diketahui umum, SBN Ritel terdiri atas 2 yaitu SBN konvensional (SUN) dan SBN syariah (Sukuk). Sementara untuk metode penjualannya SBN Ritel juga terdiri atas 2 jenis mekanisme yaitu SBN Ritel yang tidak bisa diperdagangkan di pasar sekunder (non-tradable) yang terdiri atas Sukuk Tabungan (ST) dan Saving Bond Retail (SBR) dan yang bisa diperdagangkan di pasar sekunder (tradable) yaitu Obligasi Ritel Indonesia (ORI) dan Sukuk Ritel (SUKRI).

Page 11: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

20 21

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

Dalam rangka mendukung pendalaman pasar, sebagai salah satu strategi nasional 2018-2024 dan menutup defisit anggaran APBN 2019, SBN ritel yang dijual secara online direncanakan akan diterbitkan sebanyak 10 kali dari Januari 2019 hingga November 2019 dengan SBR dan ST diterbitkan secara bergantian sebanyak 8 kali sementara ORI dan Sukuk Ritel diterbitkan masing-masing satu kali. Hal tersebut dilakukan Pemerintah dengan tujuan memberikan kesempatan seluasnya pada masyarakat untuk dapat memiliki SBN ritel.

Selain itu lebih seringnya SBN ritel diterbitkan di tahun 2019 daripada jenis SBN lainnya dikarenakan untuk menjalankan strategi pendalaman pasar dalam negeri sekaligus untuk menggerakkan masyarakat agar “melek” secara finansial sesuai dengan program financial inclusion dan financial literacy yang telah dicanangkan Pemerintah.

Lalu, apa yang membedakan antara SBN ritel biasa dengan SBN ritel dalam bentuk tabungan? Ada beberapa karakteristik yang membedakan kedua SBN ritel ini diantaranya:

1. Jika SBN ritel biasa mempunyai masa jatuh tempo selama 3 tahun maka SBN tabungan mempunyai masa jatuh tempo selama 2 tahun;

2. SBN ritel dijual di pasar sekunder sementara SBN tabungan tidak dijual di pasar sekunder namun terdapat fasilitas early redemption dengan syarat tertentu;

3. SBN ritel mempunyai tingkat imbalan tetap sementara skema dari SBN tabungan adalah floating with floor yang artinya tingkat imbalan mengambang namun ada batas miwnimalnya sebagai contoh jika suku bunga pasar naik maka imbal hasil SBN tabungan juga naik namun apabila suku bunga pasar turun melebihi imbal hasil yang ditetapkan SBN tabungan imbal hasil yang dipergunakan adalah imbal hasil yang berlaku pada SBN tabungan.

Melalui kepemilikan SBN ritel, masyarakat dapat menempatkan dana ‘idle’ mereka pada instrumen yang aman sekaligus mendapat imbal hasil yang tinggi. Sementara itu Pemerintah dapat menjalankan prinsip keempat dalam pengadaan pembiayaan yaitu “menjaga komposisi utang dalam batas terkendali untuk pengendalian risiko sekaligus menjaga keseimbangan makro ekonomi” karena dana tersebut berasal dari dalam negeri sendiri dan bermata uang Rupiah sehingga fluktuasi mata uang bias dihindari dan pada akhirnya kesinambungan pembangunan dapat terjaga.

Antusiasme masyarakat atas penerbitan SBN ritel syariah yang merupakan cerminan kepercayaan masyarakat atas pengelolaan pembiayaan oleh Pemerintah terlihat saat Pemerintah meluncurkan Sukuk Ritel seri 011. Sukuk Ritel tersebut mengalami kelebihan permintaan dari target Rp10 triliun didapatkan dana sebesar Rp21,12 triliun dengan jumlah investor sebanyak 35.026 orang. Prestasi Sukuk Tabungan yang diterbitkan Februari 2019 juga tak kalah mentereng karena juga mengalami kelebihan permintaan dari para investor.

Strategi Pemerintah dalam memperluas basis investor SBN ritel melalui penjualan online menunjukkan hasil yang positif. Penjualan SBN ritel non-tradable secara online salah satu contohnya Saving Bond Retail (SBR) 004 yang telah diterbitkan secara online dapat menyerap dana masyarakat sebesar Rp7,32 triliun dan menjaring investor baru sebanyak 17.195 investor sementara ST-002 berhasil membukukan penjualan sebesar Rp4,94 triliun dengan menjaring 11.591 investor baru.

Jika dibandingkan dengan hasil penjualan SBN ritel non tradable yang dilakukan secara konvensional, hasil tersebut berbeda cukup jauh dimana SBR 002 mencapai Rp3,91 trilun sehingga hasil SBR 004 hampir mencapai 100 persen lebih tinggi dari

SBR 002. Dari sisi komposisi Usia Investor, generasi milenial mengalami pertumbuhan komposisi sebesar 5 persen dari 13 persen menjadi 18 persen dari total keseluruhan investor setelah penjualan SBN Ritel dilakukan secara Online. Sebaliknya investor generasi baby boomers mengalami penurunan sebesar 6 persen dari 49 persen menjadi 43 persen.

Sementara itu hasil yang sama juga diperoleh ST dimana hasil penjualan ST-001 yang masih menggunakan platform manual adalah sebesar Rp2,58 triliun dan hasil penjualan ST-002 yang mulai menggunakan platform elektronik berhasil mencapai Rp4,94 triliun. Komposisi Investor generasi milineial pada penjualan ST-002 meningkat drastis jika dibandingkan dengan Investor ST-001, naik 32 persen dari 13 persen menjadi 45 persen dari total keseluruhan Investor. Kenaikan ini bertambah pada penjualan ST-003 dimana komposisi investor generasi milenial meningkat lagi menjadi 52 persen dari total keseluruhan investor ST-003.

Melihat dari capaian penjualan SBN Ritel dengan metode penerbitan secara Online, program penerbitan SBN Ritel Online merupakan realisasi dukungan pemerintah dalam meningkatkan keuangan inklusi, dan perluasan basis investor domestik terutama dikalangan muda. Dengan Demikian maysarakat Indonesia yang sadar investasi dapat segera terwujud.

Page 12: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

22 23

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

Dalam sistem perpajakan Indonesia yang menganut azas self-assessment, dimana Wajib Pajak diberi kepercayaan

untuk menghitung/memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajaknya, maka kepatuhan perpajakan merupakan kunci administrasi perpajakan yang efektif, terutama dalam bentuk kepatuhan sukarela (voluntary compliance). Untuk itu, berbagai langkah telah diambil oleh DJP untuk meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Mulai dari kegiatan yang persuasif seperti penyuluhan langsung ke Wajib Pajak, iklan layanan masyarakat, e-mail blast dan inklusi kesadaran pajak di sekolah-sekolah/kampus-kampus, hingga tindakan pengawasan dan penegakan hukum seperti teguran, pemeriksaan atau penagihan. Diantara langkah-langkah tersebut, terdapat program yang sekaligus menggabungkan penyuluhan, social responsibility, dan kemitraan. Program ini dinamakan Business Development Services (BDS).

BDS adalah program pembinaan

BDS: Memupuk Kepatuhan Perpajakan Sejak Dini, Tumbuh Bersama Wajib Pajak

Wajib Pajak UMKM melalui kegiatan pelatihan dan pembinaan dengan memberikan materi yang berisi cara-cara yang mendorong perkembangan usaha mereka, bersama dengan materi terkait perpajakan. Program ini bertujuan untuk meningkatkan peranan UMKM dalam perekonomian sambil memupuk kepatuhan perpajakan mereka sejak dini, sehingga di masa mendatang para pelaku UMKM ini dapat berkontribusi terhadap pembangunan. Pemberian pelatihan dan bimbingan kepada pelaku UMKM merupakan bagian dari program BDS yang telah dirintis DJP sejak tahun 2015. Layanan ini merupakan bagian dari strategi DJP meningkatkan kesadaran dan kepatuhan perpajakan sektor UMKM yang merupakan bagian penting dari ekonomi Indonesia.

Program ini diawali dengan berdirinya Komunitas USP (UMKM Sahabat Pajak). Sejak saat itu program BDS terus berkembang menjadi program berskala nasional, dan DJP pun aktif melakukan kerja sama dengan pihak-pihak dan instansi-

Page 13: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

24 25

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

instansi terkait. Pada tahun 2018 misalnya, DJP bekerja sama dengan Himpunan Bank Negara (Himbara) dan PT Telkom yang telah memiliki program serupa yakni Rumah Kreatif BUMN (RKB). Di tahun yang sama, DJP juga melaksanakan workshop Sinergi Pembinaan UMKM dengan 17 Kementerian/Lembaga Pemerintah, dan baru pada hari Selasa, 30 April lalu, DJP menandatangani Perjanjian Kerja Sama terkait Pembinaan UMKM melalui program BDS di Aula Cakti Budhi Bakti Gedung Mar’ie Muhammad, Kantor Pusat DJP.

Disaksikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Direktur Jenderal Pajak, Robert Pakpahan menandatangani Perjanjian Kerja Sama tersebut dengan para pimpinan dari 27 instansi yang terdiri dari 21 Badan Usaha Milik Negara dan 6 instansi lainnya. Ruang lingkup Perjanjian Kerja Sama ini mencakup pemberian pelatihan dan bimbingan terkait materi perpajakan, pembukuan,

pencatatan atau materi lainnya dalam program pembinaan UMKM yang diselenggarakan oleh para instansi, serta pemberian layanan, informasi, dan materi perpajakan oleh DJP. Melalui perluasan program BDS dan kerja sama dengan berbagai instansi pihak ketiga, DJP berharap pelaku UMKM dapat tumbuh lebih pesat dan semakin berdaya saing dengan kesadaran dan kepatuhan pajak yang tinggi.

Perkembangan UMKM memang menjadi salah satu perhatian Pemerintah, dan fasilitas perpajakan untuk UMKM bukan hal yang baru. Sebagaimana kita ketahui, pelaku usaha yang memiliki omzet sampai dengan Rp4,8 miliar dalam setahun telah diberikan fasilitas pembayaran pajak dengan tarif final 0,5 persen dari omzet, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018. Skema tersebut berlaku selama jangka waktu tertentu sesuai bentuk usaha wajib pajak.

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 14: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

26 27

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

Foto:Media Keuangan

PENDAPATANPAJAK

Pendapatan Negara

Pendapatan Negara

Sampai Bulan April 2019 Penerimaan Pajak Mencapai Rp387,00 Triliun

(dalam triliun Rupiah)

Uraian APBN 2019

Realisasi s.d. April 2019

∆% 2018 - 2019

% thd Target

Pajak Penghasilan 894,45 254,91 4,17 % 28,50 %

- Migas 66,15 22,18 5,22 % 33,52 %

- Non Migas 828,29 232,73 4,08 % 28,10 %

PPN & PPnBM 655,39 129,88 -4,35 % 19,82 %

PBB & Pajak Lainnya 27,71 2,21 -16,07% 7,97 %

Jumlah 1.577,56 387,00 1,02 % 24,53 %

Realisasi

Penerimaan

Pajak s.d.

April 2019

*angka sementara per April 2019

Per tanggal 30 April 2019, penerimaan pajak yang terhimpun di Kas Negara telah mencapai Rp387,00 triliun.

Dengan demikian, penerimaan pajak sampai dengan bulan April telah mencapai 24,53 persen dari target APBN 2019. Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, penerimaan pajak mengalami pertumbuhan 1,02 persen (YoY).

Kinerja penerimaan pajak ditopang oleh penerimaan PPh Non Migas yang mencapai Rp232,73 triliun, tumbuh 4,08 persen (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Apabila kita lihat lebih dalam, pertumbuhan PPh Non Migas masih didorong oleh kinerja PPh Pasal 25/29. Penerimaan PPh Pasal 25/29 Badan naik Rp4,43 triliun atau tumbuh 4,90 persen (YoY), sedangkan PPh Pasal 25/29 Orang

Page 15: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

28 29

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

Pertumbuhan

Penerimaan

Pajak

Jenis Pajak Realisasi ∆%

Jan-Apr 2019

2018–2019

PPh Pasal 25

- Badan 94,90 4,90 %

- Orang Pribadi 7,15 14,43 %

PPh Pasal 21 46,27 12,09 %

PPh Pasal 22 5,28 10,50 %

PPh Final 36,09 -1,01 %

PPN Dalam Negeri 69,38 -7,94 %

Pajak atas Impor

- PPh 22 Impor 18,71 3,78 %

- PPN Impor 56,44 0,72 %

- PPnBM Impor 1,24 -10,48 %

Pribadi tumbuh double digits 14,43 persen (yoy), melanjutkan trend positif peningkatan kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pasca SPT Tahunan.

Pertumbuhan juga ditopang oleh kinerja baik jenis pajak PPh Pasal 21 yang mengalami kenaikan Rp4,99 triliun atau tumbuh double digits 12,09 persen (YoY). Hal ini indikatif terhadap solidnya kondisi ketenagakerjaan di Indonesia saat ini. Dalam rilisnya (6 Mei 2019), BPS menyebutkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka per Februari 2019 berada pada posisi 5,01 persen, turun dari 5,13 dan 5,33 persen pada Februari 2018 dan 2017, sedangkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja berada di level 69,32 persen per Februari 2019, naik dibandingkan 69,20 dan 69,02 persen pada Februari 2018 dan 2017.

PPh Pasal 22 tumbuh double digits 10,50 persen (YoY). Pertumbuhan ini diantaranya didukung penyerapan belanja APBN yang tumbuh 8,43 persen (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun lalu, terutama komponen belanja barang yang tumbuh 9,8 persen (YoY). Penerimaan PPh Final dan PPN Dalam Negeri tumbuh negatif 1,01 persen dan 7,94 persen (YoY). Namun demikian, penerimaan bruto kedua jenis pajak tersebut sejatinya masih tumbuh positif, 4,92 persen (YoY) untuk PPN Dalam Negeri dan 2,82 persen (YoY) untuk PPh Final.

Penerimaan pajak-pajak atas impor mengalami perlambatan seiring dengan turunnya nilai impor Indonesia, dimana nilai impor kumulatif Januari s.d. Maret 2019

adalah USD40,70 miliar atau turun 7,40 persen (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. PPh Pasal 22 Impor tumbuh 3,78 persen (YoY) sedangkan PPN Impor tumbuh 0,72 persen (YoY). Penerimaan di bulan April mengisyaratkan trend peningkatan dibanding Triwulan I 2019. PPh Pasal 22 Impor tumbuh 6,38 persen (YoY) di bulan April, naik dibandingkan Januari s.d. Maret yang tumbuh 2,79 persen (YoY). PPN Impor tumbuh 3,84 persen (YoY) di

bulan April, kembali tumbuh positif dibandingkan pertumbuhan Januari s.d. Maret yang negatif 0,46 persen (YoY).

Untuk penerimaan dari sisi sektoral, kinerja penerimaan pajak ditopang oleh pertumbuhan sektor Perdagangan (tumbuh 2,6 persen (YoY)), Jasa Keuangan (tumbuh 8,6 persen (YoY)) serta Transportasi & Pergudangan (tumbuh 25,5 persen (YoY)).

Industri Pengolahan

Rp 101,43 T

27,6 %

PerdaganganRp 78,15 T

21,2 %

Jasa Keuangan Rp 53,41 T

14,5 %

Konstruksi &Real Estat

Rp 23,52 T

6,4 %

PertambanganRp 23,03 T

6,3 %

Transportasi &Pergudangan

Rp 17,41 T

4,7 %

-2,0 %11,5 %

* penerimaan pajak sektoral non migas, non PBB, dan non PPh DTP

growth y-o-y 2018growth y-o-y 2019

2,6 %28,6 %

8,6 %

2,6 %12,0 %

89,9 %

25,5 %

13,3 %

-4,3 %

-21,5 %

Penerimaan

Pajak Sektoral

Page 16: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

30 31

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

Badan

Orang PribadiNon Karyawan

Orang PribadiKaryawan

s.d April 2019

Akhir bulan April juga merupakan batas akhir pelaporan SPT Tahunan PPh Badan. Di dalam SPT Tahunan, Wajib Pajak melaporkan penghasilannya selama satu tahun pajak untuk menghitung jumlah pajak yang terutang atas penghasilan tersebut, dengan memperhitungkan jenis-jenis pajak penghasilan lainnya yang telah dibayarkan secara bulanan yang dapat menjadi pengurang (kredit pajak), untuk menentukan jumlah PPh yang kurang/lebih dibayar. Di tahun 2019 ini, per tanggal 2 Mei DJP mencatat terjadi peningkatan jumlah pelaporan SPT Tahunan sebesar 4,20 persen (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Pertumbuhan terbesar dicatatkan Wajib Pajak Orang Pribadi Non-Karyawan, tumbuh double digits 18,26 persen (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Wajib Pajak Badan juga tumbuh double digits 11,25 persen. Sedangkan Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan, yang merupakan jenis Wajib Pajak terbanyak, tumbuh 2,16 persen (YoY).

Pertumbuhan

SPT Tahunan

2018 (yoy)

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

11,25%

18,26%

2,16%

Page 17: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

32 33

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

Penerimaan kepabeanan dan cukai hingga bulan Februari 2019 tumbuh signifikan

KEPABEANAN DAN CUKAI

Pendapatan Negara

Penerimaan kepabeanan dan cukai hingga 30 April 2019 telah mencapai Rp49,42 triliun. Capaian tersebut merupakan

23,66 persen dari target yang diamanatkan pada APBN Tahun 2019 sebesar Rp208,82 triliun. Apabila dibandingkan dengan periode yang

sama tahun lalu, maka capaian tersebut mengalami pertumbuhan positif sebesar 46,98 persen (yoy). Kinerja positif juga terjadi pada penerimaan pajak dalam rangka impor (PDRI) lainnya, yang mencapai Rp76,38 triliun atau tumbuh 1,24 persen (yoy).

Pertumbuhan positif pada penerimaan kepabeanan dan cukai, didorong oleh kinerja positif penerimaan cukai yang tumbuh signifikan, terutama kinerja penerimaan cukai hasil tembakau (CHT). Selain itu penerimaan bea masuk (BM) yang masih tumbuh positif, turut memberikan kontribusi terhadap penerimaan.

Penerimaan BM sampai dengan akhir bulan April 2019 adalah sebesar Rp11,79 triliun atau 30,31 persen dari targetnya. Capaian tersebut lebih tinggi dibandingkan bulan April 2018 yang sebesar Rp11,70 triliun. Alhasil, kinerja BM masih sanggup tumbuh positif sebesar 0,73 persen (yoy).

Penerimaan cukai per 30 April 2019, berhasil dikumpulkan sebesar Rp36,17 triliun atau 21,86 persen dari targetnya. Capaian tersebut lebih besar dibanding bulan April 2018

yang hanya sebesar Rp19,84 triliun, sehingga mengalami pertumbuhannya sebesar 82,29 persen (yoy). Kinerja tersebut menjadikan pertumbuhan penerimaan cukai menjadi yang tertinggi dibandingkan komponen penerimaan yang lain.

Kinerja penerimaan cukai, dikontribusi oleh CHT yang mencapai Rp34,38 triliun atau 98,53 persen dari penerimaan cukai. Penerimaan CHT yang tumbuh mencapai 87,78 persen, merupakan efek dari kebijakan relaksasi pelunasan pemesanan pita cukai. Penerimaan CHT masih tumbuh positif meskipun lebih rendah apabila efek kebijakan tersebut tidak disertakan penghitungannya. Hal tersebut dikarenakan oleh faktor tidak adanya kenaikan tarif pada tahun 2019, yang mengakibatkan peningkatan pemesanan pita cukai di awal tahun.

No. Jenis Penerimaan APBN 2019

Realisasi s.d.April 2019

Pertumbuhan (yoy) %

Capaian2018 2019 %2018 %2019

1 Bea Masuk 38.90 11.70 11.79 14.51 0.73 30.31

2 Cukai 165.50 19.84 36.17 10.84 82.29 21.86

3 Bea Keluar 4.42 2.07 1.46 75.30 -29.78 32.91

Total 208.82 33.62 49.42 14.72 46.98 23.66

PPN Impor 56.04 56.44 24.81 0.72

PPn BM Impor 1.38 1.24 -2.37 -10.48

PPh Pasal 22 Impor

18.03 18.71 28.71 3.78

Total PDRI lainnya 75.45 76.38 25.08 1.24

Total Bea Cukai dan Pajak 109.07 125.80 21.69 15.34

Realisasi

Penerimaan Bea

dan Cukai s.d.

30 April 2019

Page 18: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

34 35

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Penerimaan cukai minuman mengandung etil alkohol (MMEA) dan cukai etil alkohol (EA), turut memberikan kontribusi pada penerimaan cukai masing-masing sebesar Rp1,72 triliun dan Rp0,04 triliun. Penerimaan cukai MMEA, kinerjanya tumbuh positif sebesar 16,79 persen (yoy), seiring keberhasilan program penertiban cukai berisiko tinggi (PCBT) dalam mengurangi peredaran MMEA ilegal.

Penerimaan bea keluar (BK) hingga akhir bulan April 2019 telah mencapai Rp1,46 triliun. Capaian penerimaan tersebut merupakan 32,91 persen dari target BK pada APBN Tahun 2019. Persentase capaian BK atas targetnya tersebut merupakan yang tertinggi bila dibandingkan persentase capaian komponen penerimaan yang lain. Komoditas mineral tambang masih merupakan kontributor terbesar penerimaan BK, terutama konsentrat tembaga.

Pertumbuhan

Penerimaan CHT

s.d. April 2019

Dengan kebijakan relaksasi pelunasanTanpa kebijakan relaksasi pelunasan

***

*

**

Page 19: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

36 37

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

Laporan Utama

Penguatan Budaya Integritas Bea Cukai

Bersamaan dengan semakin gencarnya instansi di Indonesia melakukan reformasi birokrasi dan penguatan budaya

organisasi untuk menegakkan integritas di seluruh aspek. Bea Cukai, pada bulan April 2019 lalu, melaksanakan Apel Khusus Integritas dengan Heru Pambudi, Direktur Jenderal Bea dan Cukai selaku Pembina Apel.

Pimpinan pada amanatnya memberikan apresiasi kepada seluruh jajarannya atas keberhasilan meningkatkan level integritas. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Indeks Penilaian Integritas (IPI) Bea Cukai di level Kemenkeu tahun 2017 berada pada level 83,11, atau naik 4,54 poin menjadi 87,65 pada tahun 2018. Sedang di level eselon I, IPI Bea Cukai tahun 2017 berada di level 82,70 atau naik 5,19 poin menjadi 87,89 pada tahun 2018.

Peran pimpinan untuk melakukan supervisi dan pembinaan dalam penguatan budaya organisasi memiliki peran penting. Pimpinan harus bisa menjadi role model, dan sebagai contoh leadership dalam menolak tegas berbagai upaya suap/gratifikasi.

Bea Cukai juga telah siap menyukseskan Zona Integritas Pelabuhan Laut dan Bandar Udara. Pada tanggal 5 Mei 2019 bertempat di Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok, telah dilaksanakan deklarasi komitmen bersama pembangunan Zona Integritas Kawasan Pelabuhan Laut dan Bandar Udara. Hadir pada deklarasi tersebut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB), Syafrudin; Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya; Ketua Komisi Peberantasan Korupsi (KPK), Agus Rahardjo; dan para pejabat dari berbagai kementerian serta TNI/ POLRI.

Foto:Media Keuangan

Page 20: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

38 39

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

MenPAN-RB menyatakan bahwa acara ini merupakan simbol perjuangan bersama aparatur pemerintah untuk mewujudkan Indonesia yang maju di masa yang akan datang. “Pencanangan Zona Integritas ini merupakan salah satu bentuk strategi nasional dalam pencegahan korupsi yang berfokus pada perizinan dan tata niaga keuangan negara serta penegakkan hukum dan reformasi di kawasan strategis yaitu bandar udara dan pelabuhan.”

Ketua KPK turut menyambut baik komitmen pembangunan zona integritas di wilayah laut dan udara yang dilakukan pemerintah. Menurutnya, pemerintah perlu menerapkan sistem birokrasi yang baik di wilayah manapun, apalagi di wilayah-wilayah strategis.

Deklarasi dipimpin oleh Menhub dengan pernyataan komitmen bersama: mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme; mewujudkan unit kerja berpredikat wilayah bebas dari korupsi dan wilayah birokrasi

bersih dan melayani; menerapkan sistem manajemen anti suap; serta membangun keterpaduan sistem pelayana publik yang terintegrasi dan mengacu pada proses bisnis.

Pada deklarasi tersebut Kantor Kantor Pelayanan Utama (KPU) DJBC Tanjung Priok dan KPU DJBC Soekarno-Hatta turut ditunjuk sebagai instansi kepabeanan yang turut dalam pencanangan zona integritas kawasan. Direktur Jenderal Bea dan Cukai, menekankan bahwa Bea Cukai telah memasuki periode tinggal landas yang mana permasalahan integritas harus selesai.

Senada dengan hal tersebut Kepala KPU DJBC Tanjung Priok, Dwi Teguh Wibowo, mengatakan bahwa tidak ada toleransi bagi pegawai yang melanggar integritas. Kesiapan Bea Cukai dalam pembentukan zona integritas kawasan ini juga dapat dilihat kesiapan KPU DJBC Soekarno-Hatta dan Tanjung Priok dalam menyiapkan diri untuk meraih gelar Wilayah Bebas dari Korupsi.

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 21: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

40 41

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

Realisasi PNBP

s.d. 30 April

2019 (dalam

miliar Rupiah)

Sampai dengan tanggal 30 April 2019, realisasi PNBP mencapai Rp93,97 triliun atau 24,84 persen dari APBN tahun 2019.

PENERIMAANNEGARA BUKAN PAJAK

Pendapatan Negara

Di tengah tren penurunan harga komoditas pertambangan, penerimaan Sumber Daya Alam (SDA) mencapai

Rp46,15 triliun, tumbuh 0,63 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp45,86 triliun.

Realisasi penerimaan SDA Migas mencapai Rp35,27 triliun atau 22,07 persen dari targetnya dalam APBN tahun 2019. Realisasi tersebut mengalami penurunan sebesar 0,08 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018 yaitu sebesar Rp35,30 triliun. Penurunan

penerimaan SDA Migas tersebut antara lain disebabkan lebih rendahnya realisasi ICP periode bulan Januari-April 2019 sebesar USD62,44 per barel, dibandingkan ICP bulan Januari – April 2018 sebesar USD64,13 per barel.

Realisasi penerimaan SDA Non Migas mencapai Rp10,88 triliun atau 35,13 persen dari target APBN tahun 2019. Realisasi tersebut mengalami kenaikan sebesar 2,99 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yaitu sebesar Rp10,57 triliun. Meskipun realisasi Harga Batubara Acuan (HBA) Januari-April sebesar USD90,91 per ton, lebih rendah dari tahun sebelumnya (USD98,21 per ton), penerimaan SDA Non Migas lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya antara lain dipengaruhi verifikasi nilai kewajiban yang lebih akurat sebelum dilakukannya pembayaran kewajiban Wajib Bayar. Salah satu yang mendukung akuratnya verifikasi adalah adanya sinergi Joint-Analysis antara DJA, DJP, dan DJBC.

Dari sektor Kekayaan Negara Dipisahkan, realisasi baru

mencapai Rp3 miliar. Hal tersebut disebabkan karena BUMN baru akan menyelenggarakan RUPS pada awal bulan Mei sehingga realisasi penerimaan diperkirakan akan tercatat secara signifikan mulai bulan Juni 2019. Rendahnya penerimaan dari Sektor Kekayaan Negara Dipisahkan ini tidak perlu dikhawatirkan, mengingat hal tersebut hanya disebabkan pergeseran waktu penyetoran.

Realisasi penerimaan PNBP Lainnya mencapai Rp34,70 triliun atau 36,89 persen dari target APBN tahun 2019. Realisasi tersebut mengalami penurunan sebesar 0,22 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yang mencapai Rp34,78 triliun.

Untuk pendapatan BLU, hingga 30 April 2019 terealisasi sebesar Rp13,11 triliun atau mencapai 27,39 persen dari target APBN tahun 2019, atau naik sebesar 2,78 persen dari periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp12,76 triliun. Realisasi tersebut dipengaruhi oleh pembayaran BPJS Kesehatan terhadap beberapa BLU Rumah Sakit.

2019 Realisasi

APBN 30 April 2019 % thd APBN

Growth

I. Penerimaan Negara Bukan Pajak

378.297,86 93.970,20 24,84 (14,85)

A. Penerimaan SDA 190.754,77 46.153,50 24,20 0,63

1. Migas 159.778,31 35.270,64 22,07 (0,08)

a. Minyak Bumi 118.606,71 35.254.24 29,72 (0, 13)

b. Gas Alam 41.171,60 16,40 0,04 -

2. Non Migas 30.976,46 10.882,86 35,13 2,99

a. Pertambangan Minerba

24.960,72 9.238,62 37,01 3,07

b. Kehutanan 4.511,54 1.257,94 27,88 4,07

c. Perikanan 625,81 190.,33 30,41 9,56

d. Pend. Per. Panas Bumi

878,38 195,75 22,31 (11,16)

B. Pendapatan dari KND 45.589,30 3,00 0,01 (99,98)

C. PNBP Lainnya 94.069,33 34.700,00 36,89 (0,22)

D. Pendapatan BLU 47.884,45 13.113.70 27,39 2,78

Page 22: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

42 43

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

Foto:Media Keuangan/ Venggi

Kinerja Belanja Pemerintah Pusat (BPP) sampai dengan 30 April 2019 ditopang dengan meningkatnya penyerapan belanja KL.

BELANJA PEMERINTAH PUSAT

Belanja Negara

2019 Realisasi

Belanja Pemerintah Pusat APBNs.d. 30 April 2019

% thd APBN

% Growth (yoy)

Belanja K/L 855,45 201,11 23,51 21,24

Belanja Pegawai 224,41 66,09 29,45 15,73

Belanja Barang 344,64 65,16 18,91 9,77

Belanja Modal 189,34 15,86 8,37 (15,07)

Bantuan Sosial 97,06 54,00 55,64 75,52

Belanja Non K/L 778,89 168,94 21,69 2,30

al. Pembayaran Bunga Utang 275,89 82,60 29,94 4,15

Subsidi 224,32 37,95 16,92 (6,85)

Jumlah 1.634,34 370,05 22,64 11,79

Realisasi Belanja

Pemerintah

Pusat s.d April

2019

Realisasi BPP sampai dengan 30 April 2019 mencapai Rp370,05 triliun atau 22,64 persen dari pagu APBN tahun 2019. Kondisi

tersebut menunjukkan bahwa kinerja realisasi BPP sampai dengan 30 April 2019, relatif sama dengan kinerja penyerapan BPP tahun sebelumnya sebesar 22,76 persen dari pagu APBN tahun 2018. Kinerja penyerapan BPP tersebut, ditopang oleh meningkatnya realisasi belanja K/L dari 19,57 persen

terhadap pagu APBN tahun 2018 menjadi 23,51 persen terhadap pagu APBN tahun 2019. Hal ini terutama disebabkan oleh meningkatnya kinerja realisasi belanja bantuan sosial. Sementara itu, kinerja realisasi belanja NonK/L mengalami penurunan dari 27,20 persen terhadap pagu APBN tahun 2018 menjadi 21,69 persen terhadap pagu APBN tahun 2019 yang terutama disebabkan karena menurunnya kinerja realisasi belanja subsidi.

Page 23: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

44 45

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

Secara nominal, realisasi BPP sampai dengan 30 April 2019 mengalami pertumbuhan sebesar 11,79 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun 2018. Pertumbuhan realisasi BPP terutama berasal dari realisasi belanja bantuan sosial yang tumbuh sebesar 75,72 persen, belanja pegawai sebesar 15,73 persen serta belanja barang sebesar 9,77 persen. Pertumbuhan ketiga jenis belanja tersebut diperkirakan mampu mendorong pertumbuhan konsumsi, baik itu konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah yang lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018.

Kinerja realisasi belanja bantuan sosial sampai dengan 30 April 2019 telah mencapai 55,64 persen terhadap pagu APBN tahun 2019. Realisasi tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 39,78 persen dari pagu APBN tahun 2018. Meningkatnya realisasi belanja bantuan sosial tersebut menunjukkan bentuk keberpihakan Pemerintah kepada masyarakat miskin untuk dapat memenuhi kebutuhan pokoknya sejak awal tahun, yang antara lain direalisasikan melalui: (i) pencairan Program Keluarga Harapan (PKH) yang telah mencapai 60 persen dari alokasinya, (ii) penarikan dimuka iuran PBI JKN hingga bulan Oktober

(10 bulan) yang telah dibayarkan Januari hingga April tahun 2019, (iii) realisasi Belanja bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), dan (iv) realisasi Bansos lainnya (antara lain Program Indonesia Pintar (PIP) dan Bidikmisi).

Sementara itu, realisasi belanja pegawai (khususnya belanja pegawai K/L) juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 25,11 persen dari pagu APBN 2018 meningkat menjadi 29,45 persen dari pagu APBN 2019. Peningkatan tersebut terutama disebabkan adanya kenaikan tunjangan kinerja pada beberapa K/L seiring dengan capaian pelaksanaan reformasi birokrasi pada masing-masing K/L.

Realisasi belanja barang sampai dengan 30 April 2019 mengalami peningkatan, yaitu dari 17,52 persen terhadap APBN tahun 2018 menjadi 18,91 persen terhadap APBN tahun 2019. Proporsi realisasi belanja barang yang terbesar adalah belanja barang yang digunakan untuk pemberian bantuan operasional dalam bentuk uang kepada siswa-siswa penerima Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA) dalam rangka peningkatan akses, mutu, dan relevansi madrasah yang dilaksanakan

oleh Kementerian Agama. Selain itu, proporsi terbesar berikutnya adalah realisasi belanja barang dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan Pemilu 2019, antara lain untuk Panitia Pemungutan Suara (PPS) serta persiapan penyenggaraan dan pengamanan Pemilu pada April 2019, yang dilaksanakan oleh Kepolisian RI, Kementerian Pertahanan, dan Komisi Pemilihan Umum.

Realisasi belanja modal mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 15,07 persen. Proporsi penyerapan belanja modal terbesar adalah realisasi belanja modal peralatan dan mesin dilaksanakan oleh Kementerian Pertahanan, Kepolisian RI, Kementerian Agama, dan Basarnas. Selain itu, proporsi terbesar berikutnya adalah belanja modal pembangunan jalan, irigasi, dan jaringan, antara lain dipergunakan untuk preservasi rekonstruksi dan rehabilitasi jalan, prasarana perkeretaapian, pembangunan jalan dan bendungan, dan fasilitas air limbah yang dilaksanakan oleh Kementerian PUPR, Kementerian Perhubungan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, serta BPKPB dengan BP Batam.

A. REALISASI BELANJA K/L TAHUN 2019

Realisasi Belanja K/L sampai dengan 30 April 2019 mencapai Rp201,10 triliun atau 23,51 persen dari pagu APBN 2019. Realisasi belanja K/L tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi belanja K/L pada periode yang sama tahun 2018 sebesar 19,57 persen. Realisasi belanja K/L tersebut didominasi oleh 15 K/L terbesar (83,8 persen), utamanya Kementerian Sosial yang telah merealisasikan sebagian Program Keluarga Harapan (PKH) dan bantuan pangan non tunai. Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat penyerapan belanja K/L antara lain kelanjutan kebijakan percepatan pelaksanaan kegiatan melalui lelang dini, dan percepatan penyaluran belanja bantuan sosial seperti PKH, bidik misi, dan PBI (untuk mendukung keberlangsungan program JKN.

Dalam rangka mendukung percepatan pelaksanaan kegiatan, nilai kontrak yang telah dilakukan K/L sampai dengan bulan April 2019 mencapai Rp132,15 triliun. Tiga K/L yang telah

Page 24: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

46 47

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

Tabel

Perkembangan

Penyerapan

Belanja K/L

melakukan kontrak dengan nilai terbesar adalah Kemen PU PERA, Kemenhan, dan Kemenhub.

Sementara itu, beberapa output strategis KL sampai dengan bulan April 2019 menunjukan capaian yang positif diantaranya penyaluran JKN-KIS, penyaluran PKH, dan bantuan pangan. Selain itu, pembangunan infrastruktur

juga terus memperlihatkan adanya progres seperti pembangunan jalan baru, pembangunan jalan tol, dan pembangunan jembatan.

B. REALISASI BELANJA NONK/L TAHUN 2019

Realisasi belanja nonK/L sampai dengan 30 April 2019 mencapai

Rp168,94 triliun lebih tinggi secara nominal dibanding dengan tahun 2018 yang mencapai Rp165,14 triliun. Namun demikian, secara persentase belanja nonK/L mengalami penurunan dari 27,20 persen terhadap APBN 2018 menjadi 21,69 persen terhadap APBN 2019. Penurunan realisasi belanja nonK/L terutama disebabkan menurunnya realisasi pembayaran

bunga utang dan belanja subisidi.

Realisasi pembayaran bunga utang sampai dengan 30 April 2019 sebesar 29,94 persen terhadap APBN tahun 2019, atau lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 33,24 persen terhadap APBN 2018. Penurunan tersebut terutama karena kondisi yield SBN

No. KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA APBN Nilai Kontrak

1 KEMEN PU PERA 110,73 49,41

2 KEMENHAN 108,36 22,95

3 KEMENHUB 41,55 14,60

4 POLRI 86,19 15,87

5 KEMENKUMHAM 13,31 2,74

6 KEMENKEU 45,16 1,60

7 KPU 18,10 1,47

8 KEMENRISTEK DIKTI 41,26 2,91

9 BSSN 2,31 1,07

10 KEMENKES 58,75 1,79

10 K/L dengan Nilai Kontrak Terbesar 525,72 114,40

KL Lainnya 329,73 17,75

Total KL 855,45 132,15

Tabel Nilai belanja

yang sudah

dikontrakkan dan

dilaporkan sampai

dengan akhir April

2019

Page 25: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

48 49

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19 Belanja NonK/L

2019

% Growth APBNAPBN

s.d April 2019

% thd APBN

al. 1. Belanja Pegawai 157,15 47,66 30,33 6,42

3. Pembayaran Bunga Utang 275,89 82,60 29,94 3,08

4. Subdisi 224,32 37,95 16,92 (13,70)

5. Belanja Hibah 1,94 - - -

JUMLAH 778,89 168,94 21,69 2,30

Tabel Realisasi

Belanja non-K/L

s.d April 2019

INDIKATOR TARGET REAL S.D. APRIL

KEMENPUPERA

Pembangunan jalan baru (km) 405,6 27,5

Pembangunan jalan tol (km) 8,26 4,02

Pembangunan jembatan (m) 17.283,29 693,06

KEMENHUBPembangunan bandara 4 0

Pembangunan rel KA (km 'sp) 540,6 212,8

BNN

Deteksi dini penyalahgunaan Narkoba di Instansi Pemerintah

Berkas Perkara Tindak Pidana Narkotika (berkas) 626 0

Berkas Perkara TPPU Hasil Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika (berkas) 47 0

KEMDIKBUD Penyaluran KIP (siswa) 17,9 juta 5,2 juta

KEMENAG

Penyaluran KIP (siswa) 2,2 juta 4497

Penyaluran BOS (siswa) 8,9 juta 4,0 juta

Penyaluran Bidik Misi (mahasiswa) 40 ribu 8206

KEMRISTEKDIKTI Penyaluran Bidik Misi (mahasiswa) 430961 46624

KEMENKES Penyaluran JKN-KIS (jiwa) 96,8 juta 96,4 juta

KEMENSOSPenyaluran PKH (KPM) 10,0 juta 9,8 juta

Bantuan pangan 15,6 juta 15,3 juta

KEMENHAN

Peningkatan/Pengadaan/Penggantian Alutsista, a.l:

Alpung, Kri, Kal dan Ranpur/Rantis Matra Laut 29 3

MKK (unit) 235.717 0

POLRI

Progress Pengadaan

Almatsus (unit) 139.068 414

Rumdin Personil (unit/KK) 89.914 ribu 2.355 ribu

yang stabil cenderung turun di awal tahun 2019 dibandingkan tren naik di awal 2018. Selain itu, terdapat perubahan komposisi penerbitan dan perbedaan jadwal pembayaran kupon SBN seri benchmark yang menyebabkan pola pembayaran bunga bulanan bersifat dinamis.

Sementara itu, realisasi belanja subsidi sampai dengan 30 April 2019 mencapai Rp37,95 triliun atau 16,92 persen dari pagu APBN tahun 2019. Realisasi belanja subsidi tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan realisasi belanja subsidi tahun sebelumnya yang mencapai Rp40,74 triliun atau 26,08 persen. Penurunan tersebut terutama disebabkan realisasi subsidi tahun 2018 selain untuk pembayaran subsidi tahun berjalan, juga terdapat pembayaran utang subsidi tahun-tahun sebelumnya sebesar Rp15,3 triliun, yang terdiri dari pembayaran sebagian kekurangan subsidi JBT sebesar

Rp6,55 triliun, pembayaran sebagian kekurangan subsidi LPG tabung 3 Kg sebesar Rp5,75 triliun, dan pembayaran sebagian kekurangan subsidi listrik sebesar Rp3,0 triliun. Sedangkan untuk realisasi subsidi non energi realisasinya sampai dengan 30 April 2019 mencapai Rp7,09 triliun atau lebih tinggi dari realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp1,5 triliun. Lebih tingginya realisasi subsidi non energi terutama dipengaruhi oleh penyerapan realisasi subsidi pupuk, subsidi bunga KUR, dan subsidi pajak. Adapun untuk subsidi non energi lainnya sampai April 2019 belum ada realisasinya disebabkan adanya proses administrasi dan verifikasi di KPA sebagai syarat pengajuan pencairan tagihan subsidi.

Page 26: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

50 51

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

Belanja Negara

Realisasi penyaluran DID meningkat signifikan dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya.

Seiring penguatan sistem transfer yang dilaksanakan secara luas, jenis dan ragam anggaran Transfer ke Daerah

dan Dana Desa (TKDD) pun terus berkembang dan meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini, jumlah alokasi TKDD sebesar Rp826,77 triliun telah meningkat lebih dari 10 kali lipat dibanding tahun 2001 yang besarnya Rp81,1 triliun. Untuk TKDD Tahun Anggaran (TA) 2019, sampai dengan 30 April 2019 telah terealisasi sebesar 31,76 persen atau sekitar Rp262,55 triliun.

DANA PERIMBANGAN

DANA TRANSFER UMUM (DTU)

DTU dialokasikan untuk mendanai penyelenggaraan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah, dengan memperhatikan aspek

otonomi, serta keseimbangan dan pemerataan kemampuan keuangan daerah. Anggaran yang masih menjadi penopang utama penyelenggaraan pemerintahan daerah dan layanan umum daerah ini mencakup Dana Alokasi Umum dan Dana Bagi Hasil. Hingga 30 April 2019, realisasi DTU berjumlah Rp198,16 triliun, atau 37,80 persen dari pagu alokasi.

Dana Alokasi Umum (DAU)

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, Alokasi DAU tahun ini merupakan gabungan dari DAU reguler sebesar Rp414,87 triliun dan DAU tambahan untuk bantuan pendanaan kelurahan sebesar Rp3,00 triliun.

Sampai dengan 30 April 2019, realisasi penyaluran DAU reguler telah mencapai Rp172,85 triliun atau

Page 27: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

52 53

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

41,66 persen, lebih tinggi baik secara nominal maupun persentase bila dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp166,78 triliun atau 41,54 persen (TA 2018 hanya ada DAU reguler). Capaian tersebut dipengaruhi oleh: (i) penyelesaian kewajiban Daerah Otonom Baru (DOB) pada 2 daerah sebesar Rp4,00 miliar dan (ii) penyelesaian kewajiban tunggakan iuran jaminan kesehatan kepada Badan Penyelengaran Jaminan Sosial (BPJS) oleh 5 daerah sebesar Rp21,34 miliar.

DAU tambahan, per 30 April 2019, telah disalurkan kepada 139 Pemerintah Daerah sebesar Rp529,83 miliar atau 17,66 persen dari total pagu alokasi. Berbeda dengan DAU Reguler, DAU tambahan disalurkan dalam dua tahap, masing-masing sebesar 50 persen.

Dana Bagi Hasil (DBH)

Dana Bagi Hasil merupakan bagian daerah atas penerimaan yang dihasilkan/diperoleh dari wilayahnya. Sampai dengan 30 April 2019, DBH telah disalurkan sebesar Rp24,79 triliun atau 23,31 persen dari pagu alokasi. DBH Sumber Daya Alam masih menjadi penyumbang terbesar dengan jumlah Rp14,78 triliun, diikuti oleh DBH Pajak sebesar Rp9,23 triliun, dan DBH Cukai Hasil Tembakau sebesar Rp0,78 triliun.

DANA TRANSFER KHUSUS (DTK)

DTK ditujukan untuk mengurangi kesenjangan layanan antardaerah melalui earmarking (pengarahan/penentuan) penggunaan DTK. Sampai dengan 30 April 2019, realisasi penyaluran DTK telah mencapai Rp45,05 triliun atau 22,48 persen dari pagu alokasi.

Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik

DAK Fisik merupakan dana transfer yang ditujukan untuk melakukan percepatan dan pemerataan penyediaan infrastruktur di daerah dalam memenuhi Standar Pelayanan Minimum (SPM) kepada masyarakat. Alokasi DAK Fisik TA 2019 mengalami peningkatan sebesar 11,03 persen dibanding alokasi tahun 2018. DAK Fisik TA 2019 terdiri atas 3 jenis (reguler, penugasan, dan afirmasi) dan 14 bidang.

Untuk meningkatkan governance pengelolaan DAK Fisik, telah diterbitkan PMK No. 121 Tahun 2018 yang berisi mengenai peran Inspektorat Daerah dalam melakukan reviu dokumen laporan realisasi penyerapan dan capaian output pelaksanaan DAK Fisik per bidang maupun per jenis. Kebijakan baru ini berdampak pada proses penyaluran DAK Fisik. Per 30 April 2019, penyaluran DAK Fisik telah terealisasi sebesar Rp146,25 miliar atau 0,21

persen dari pagu alokasi, lebih rendah dibanding realisasi pada periode yang sama di tahun 2018 sebesar Rp849,64 miliar atau 1,36 persen.

Selain penambahan peran inspektorat daerah, di tahun 2019 juga telah dilakukan pengintegrasian aplikasi perencanaan yang digunakan dalam proses penyusunan Rencana Kegiatan (RK), yakni pengintegrasian KRISNA dengan aplikasi yang dipergunakan dalam proses penyaluran (OM SPAN). Hal tersebut ditujukan sebagai proses otomatisasi dalam penginputan RK, sehingga meminimalisasi perbedaan RK yang telah disetujui dengan RK yang diinput Pemerintah Daerah, mengingat RK merupakan acuan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kegiatan DAK Fisik di daerah.

Dana Alokasi Khusus (DAK) Nonfisik

Realisasi penyaluran DAK Nonfisik per 30 April 2019 mencapai Rp44,90 triliun atau 34,26 persen dari pagu alokasi. Capaian tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp40,96 triliun atau 33,18 persen dari pagu alokasi.

Peningkatan capaian realisasi penyaluran DAK Nonfisik di tahun 2019 ini dipengaruhi oleh kepatuhan pelaporan daerah yang meningkat dan adanya jenis DAK Nonfisik baru yang telah disalurkan pada bulan April 2019 yakni Bantuan

Operasional Penyelenggaraan (BOP) Kesetaraan, BOP Museum dan Taman Budaya, serta Dana Pelayanaan Kepariwisataan.

DANA INSENTIF DAERAH (DID)

Pada prinsipnya, DID dialokasikan untuk memberikan insentif dan sekaligus sebagai instrumen untuk memacu peningkatan kinerja daerah dalam pengelolaan keuangan, penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pelayanan dasar publik, serta kesejahteraan masyarakat. Realisasi penyaluran DID sampai dengan 30 April 2019 mencapai Rp5,12 triliun atau 51,22 persen dari pagu alokasi. Meningkat signifikan dibandingkan periode yang sama tahun 2018, dimana realisasinya saat itu hanya sebesar Rp2,70 triliun atau 31,81 persen dari pagu. Perbaikan tersebut merupakan hasil koordinasi yang intensif antara DJPK dengan Pemerintah Daerah penerima DID dan pemahaman yang baik terhadap peraturan terkait DID sehingga persyaratan penyaluran dapat disampaikan tepat waktu.

DANA OTONOMI KHUSUS DAN DANA KEISTIMEWAAN D.I. YOGYAKARTA

Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan D.I. Yogyakarta adalah dana transfer yang dialokasikan khusus untuk daerah-daerah yang mendapatkan kebijakan otonomi

Page 28: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

54 55

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

asimetri sesuai undang-undang yaitu Provinsi Aceh, Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, dan Provinsi D.I. Yogyakarta. Belum terdapat penyaluran Dana Otonomi Khusus (Otsus) pada Provinsi Aceh, serta Dana Otsus dan Dana Tambahan Infrastruktur pada Provinsi Papua dan Papua Barat sampai dengan 30 April 2019. Hal ini dikarenakan ketiga provinsi penerima Dana Otsus belum menyampaikan dan melengkapi persyaratan Penyaluran Dana Otsus Tahap I sesuai dengan PMK No. 50 Tahun 2017 tentang Pengelolaan TKDD. Dalam upaya mempercepat penyaluran Dana Otsus Tahap I, Kementerian Keuangan bersama Kementerian Dalam Negeri terus mendorong daerah untuk segera menyampaikan dan melengkapi persyaratan penyaluran Dana Otsus Tahap I. Koordinasi yang dilakukan tidak hanya terkait penyaluran Dana Otsus Tahap I tetapi juga sinergi dan koordinasi untuk memantapkan exit strategy yang akan dilakukan mengingat masa berlakunya pengalokasian Dana Otsus Papua dan Papua Barat yang akan berakhir.

Sementara itu, Dana Keistimewaan Provinsi D.I. Yogyakarta (DIY) telah disalurkan sebesar Rp180,00 miliar atau 15,00 persen dari pagu alokasi. Penyaluran ini meningkat secara nominal sebesar Rp30,00 miliar dibanding realisasinya tahun lalu.

DANA DESA

Dana Desa adalah salah satu sumber pendapatan desa dari APBN untuk mendanai pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan undang-undang yang mengatur mengenai desa. Alokasi Dana Desa dalam APBN terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2019, alokasi Dana Desa telah mencapai 9,25 persen dari total dana Transfer ke Daerah.

Hingga akhir April 2019, realisasi penyaluran Dana Desa dari RKUN ke RKUD telah mencapai Rp14,03 triliun atau 20,05 persen dari pagu alokasi. Sedikit menurun jika dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama tahun 2018. Hal ini disebabkan oleh belum dipenuhinya persyaratan penyaluran Dana Desa Tahap I oleh Pemerintah Daerah sebagaimana diatur dalam PMK No. 193 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Dana Desa. Untuk mengakselerasi penyaluran Dana Desa Tahap I, Kementerian Keuangan melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara akan terus mendorong daerah untuk segera menyampaikan persyaratan penyaluran Dana Desa Tahap I.

Realisasi TKDD Tahun Anggaran 2018 dan 2019

Tanggal : 1 Januari s.d. 30 April 2019

(dalam miliar Rupiah)

Uraian

2018 2019

Alokasi Realisasi% thd

APBNAlokasi Realisasi

% thd

APBN

Transfer ke Daerah dan Dana Desa 766.162,58 251.929,15 32,88 826.772,53 262.546,51 31,76

Transfer ke Daerah 706.162,58 237.654,82 33,65 756.772,53 248.511,68 32,84

A. Dana Perimbangan 676.602,99 231.192,26 34,17 724.592,59 243.209,98 33,57

1. Dana Transfer Umum 490.714,92 189.383,29 38,59 524.223,75 198.162,25 37,80

a. Dana Bagi Hasil 89.225,34 22.604,61 25,33 106.350,16 24.786,84 23,31

b. Dana Alokasi Umum 401.489,58 166.778,68 41,54 417.873,58 173.375,41 41,49

2. Dana Transfer Khusus 185.888,07 41.808,97 22,49 200.368,84 45.047,73 22,48

a. Dana Alokasi Khusus Fisik 62.436,26 849,64 1,36 69.326,70 146,25 0,21

b. Dana Alokasi Khusus Non Fisik 123.451,81 40.959,33 33,18 131.042,14 44.901,49 34,26

B. Dana Insentif Daerah 8.500,00 2.703,63 31,81 10.000,00 5.121,69 51,22

C. Dana Otsus dan Dana

Keistimewaan DIY21.059,58 3.758,94 17,85 22.179,94 180,00 0,81

1. Dana Otsus 20.059,58 3.608,94 17,99 20.979,94 - -

a. Provinsi Papua dan Papua Barat 8.029,79 2.408,94 30,00 8.357,47 - -

b. Provinsi Aceh 8.029,79 - - 8.357,47 - -

c. Dana Tambahan Infrastruktur 4.000,00 1.200,00 30,00 4.265,00 - -

2. Dana Keistimewaan D.I.Y 1.000,00 150,00 15,00 1.200,00 180,00 15,00

Dana Desa 60.000,00 14.274,33 23,79 70.000,00 14.034,83 20,05

Page 29: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

56 57

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

Foto:Media Keuangan

PEMBIAYAAN UTANG

Per akhir April 2019, jumlah outstanding utang menurun Rp38,86 triliun dibandingkan akhir Maret 2019.

Pembiayaan Anggaran

Realisasi Surat Berharga Negara (SBN) hingga akhir April 2019 mencapai Rp160,49 triliun atau 41,26 persen dari target

yang ditetapkan pada APBN 2019 dan pinjaman luar negeri mencapai Rp15,08 triliun atau 49,96 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN 2019. Sementara itu, hingga akhir April 2019, belum terdapat penarikan untuk pinjaman dalam negeri.

Untuk periode April 2019, realisasi SBN neto lebih kecil dibandingkan dengan realisasi bulan April 2018, dimana pada bulan tersebut, realisasi SBN neto mencapai Rp194,73 triliun. Demikian juga penarikan pinjaman luar negeri lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yang sebesar hampir setengahnya. Pinjaman dalam negeri pada periode April 2019 walaupun belum terdapat penarikan namun telah terdapat

Pembiayaan

Utang

2019

APBNs.d. 30

April% APBN

Pembiayaan Utang 359.250,6 144.984,7 40,36%

1. Surat Berharga Negara (Neto) 388.957,9 160.489,9 41,27%

2. Pinjaman (Neto) (29.707,3) (15.505,2) 52,19%

a. Pinjaman Dalam Negeri (Neto) 482,4 (421,7) -87,41%

i. Penarikan Pinjaman Dalam Negeri (Bruto) 1.956,4 0,0 0,00%

ii. Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman DN (1.473,9) (421,7) 28,61%

b. Pinjaman Luar Negeri (Neto) (30.189,7) (15.083,5) 49,96%

i. Penarikan Pinjaman Luar Negeri (Bruto) 60.280,5 9.920,8 16,46%

ii. Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman LN (90.470,2) 25.004,4 27,63%

Page 30: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

58 59

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

transaksi untuk pembayaran cicilan pokok yaitu sebesar Rp421,7 miliar rupiah.

Dalam memanfaatkan pinjaman luar negeri, Pemerintah semakin membatasinya untuk menghindari fluktuasi mata uang yang nantinya akan membebani anggaran serta semakin berdayanya dukungan domestik dalam pembangunan dan pembiayaan defisit.

Sementara itu, pada tahun 2019 ini telah dialokasikan pembiayaan yang bersumber dari SBN (SBSN) sebesar Rp28,43 triliun pada tujuh K/L yaitu Kementerian Perhubungan, Kementerian Agama, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), serta Badan Standarisasi Nasional (BSN), dengan cakupan proyek mencapai 619 proyek yang tersebar di 34 propinsi.

Dalam mengelola utang yang akuntabel, Pemerintah benar-benar memperhitungkan bahwa setiap rupiah utang yang dilakukan Pemerintah harus dimanfaatkan

untuk membiayai kegaitan yang sifatnya produktif dan investasi dalam jangka panjang yang tidak dapat ditunda pelaksanaannya agar tidak menimbulkan kerugian lebih besar lagi di masa depan. Pemerintah berkomitmen untuk melunasi kewajibannya kepada kreditor maupun investor dalam menjaga kepercayaan mereka dengan menganggarkannya dalam APBN 2019 yang telah disetujui wakil rakyat.

Rasio utang terhadap PDB sampai dengan April 2019 adalah 29,65 persen, sedikit menurun dibandingkan rasio pada bulan Maret 2019 yang sebesar 30,12 persen. Per akhir April 2019, jumlah outstanding utang menurun Rp38,86 triliun dibandingkan akhir Maret 2019.

Strategi pendalaman pasar domestik yang diiringi dengan penerbitan berbagai variasi instrumen SBN mulai menampakkan hasil yang menggembirakan. Hal ini dapat diukur melalui minat masyarakat yang semakin meningkat dalam memiliki SBN yang secara tidak langsung juga meningkatkan peran serta mereka dalam pembangunan nasional melalui SBN.

Strategi pembiayaan melalui SBN yang diterapkan Pemerintah adalah dengan menerbitkan jenis SBN retail secara online dalam bentuk tabungan baik untuk SBN konvensional (Savings Bond Ritel/SBR) maupun SBN Syariah (Sukuk

Tabungan/ST) yang penerbitannya akan bergantian setiap bulan dengan frekuensi masing-masing SBN retail tersebut sebanyak 4 kali. Jenis SBN Ritel ini tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Selain itu juga

        April - 18 April - 19

Nominal Komposisi Nominal Komposisi

Total Utang Pemerintah Pusat 4.180,61 100,00% 4.528,45 100,00%

a. Pinjaman 773,47 18,50% 780,71 17,24%

  1. Pinjaman Luar Negeri 768,11 18,37% 773,98 17,09%

Bilateral 327,08 7,82% 319,67 7,06%

Multilateral 397,82 9,52% 415,68 9,18%

Komersial 42,03 1,01% 38,64 0,85%

Suppliers 1,18 0,03% - 0,00%

    2. Pinjaman Dalam Negeri 5,36 0,13% 6,73 0,15%

b. Surat Berharga Negara 3.407,14 81,50% 3.747,74 82,76%

1. Denominasi Rupiah 2.427,76 58,07% 2.735,78 60,41%

Surat Utang Negara 2.049,79 49,03% 2.260,50 49,92%

Surat Berharga Syari’ah Negara 377,96 9,04% 475,28 10,50%

    2. Denominasi Valas 979,38 23,43% 1.011,96 22,35%

Surat Utang Negara 764,28 18,28% 795,89 17,58%

Surat Berharga Syari’ah Negara 215,09 5,15% 216,07 4,77%

Rasio Utang thd PDB 29,65%

(dalam Triliun Rupiah)Posisi Utang Hingga Akhir April 2019

Page 31: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

60 61

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

diterbitkan SBN retail lainnya sebanyak 2 kali yakni ORI (Obligasi Negara Ritel) dan SUKRI (Sukuk Negara RItel). Jenis SBN Ritel tersebut dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

Variasi instrumen pembiayaan dilakukan oleh Pemerintah dalam penerbitan SBN karena variasi SBN amatlah penting agar masyarakat mempunyai banyak pilihan dalam menentukan kepemilikan SBN yang sesuai dengan tiap individu dan variasi instrument SBN juga dapat menghindarkan pasar SBN dari kejenuhan.

Mungkin yang patut difahami oleh masyarakat terutama investor, pengadaan pembiayaan yang sekarang menerapkan kebijakan pengadaan utang yang fleksibel yang artinya jika pada awal tahun pengadaan pembiayaan telah mencapai target dalam pembiayaan defisit maka ada kemungkinan Pemerintah untuk tidak menerbitkan instrumen SBN pada akhir tahun. Untuk itu masyarakat investor didorong untuk berpartisipasi dalam kepemilikan SBN di awal tahun agar masih berkesempatan memiliki

SBN serta berkontribusi dalam pembangunan di tahun 2019 ini.

Sementara untuk pinjaman, terutama pinjaman luar negeri dari lembaga donor asing, walau semakin menurun, pinjaman luar negeri tetap dilakukan oleh Pemerintah Indonesia mengingat melalui pinjaman luar negeri ini akan ada “transfer of knowledge” dari donor serta dukungan teknis dari ahli-ahli masing-masing lembaga donor terutama dalam mendukung pembangunan infrastruktur dan pengembangan Sumber Daya Manusia Indonesia.

Dengan menurunnya rasio utang terhadap PDB, hal tersebut dapat mencerminkan Pemerintah mengadakan pembiayaan terutama melalui utang luar negeri secara terkendali dan hati-hati dengan menerapkan prinsip manajemen risiko yang baik. Selain itu, arah kebijakan pembiayaan utang akan menyesuaikan dengan defisit APBN dimana pembiayaan melalui utang akan terus berkurang seiring dengan mengecilnya defisit APBN.

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 32: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

62 63

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

Pemanasan global menjadi isu yang penting saat ini, tak terkecuali dengan dampaknya terhadap lingkungan yang lambat laun makin parah apabila tidak

ditangani dengan baik. Bumi ini tidak hanya untuk kita, ada generasi selanjutnya yang berhak hidup di atas bumi yang bersih, hijau dan lestari.

Sebenarnya tanpa kita sadari, banyak hal kecil di sekitar kita (khususnya di lingkungan perkantoran) yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan tersebut. Beberapa tahun belakangan ini, di Indonesia istilah eco-office sudah cukup sering kita dengar, bahkan sudah ada beberapa perusahaan yang mengklaim telah menerapkan konsep eco-office ini. Pada dasarnya, Eco office adalah sebuah kantor yang menerapkan sistem manajemen lingkungan dalam setiap kegiatan perkantoran sehingga sumber daya alam yang ada dapat digunakan secara efektif dan efisien.

Melalui Surat Edaran Nomor SE-6/MK.1/2019 tentang Penerapan Kantor Ramah Lingkungan (Program Eco-Office) di Lingkungan Kementerian Keuangan, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sebagai salah satu unit pemerintah yang strategis di Indonesia tergerak untuk turut andil dalam mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Kepedulian

Program Kantor Ramah Lingkungan (Eco-Office) di Kementerian Keuangan

Kemenkeu terhadap upaya pengurangan dampak kerusakan lingkungan tersebut diwujudkan dengan mendorong agar semua aktivitas kerja tidak hanya berorientasi pada kinerja tetapi juga meningkatkan kualitas lingkungan hidup, kesehatan, dan kenyamanan lingkungan kerja melalui perubahan perilaku keseharian seluruh pegawai di Kementerian Keuangan. Selain itu, perlu dilakukan upaya efisiensi dan efektifitas penggunaan sumber daya dalam kegiatan operasional kantor melalui efisiensi listrik, efisiensi penggunaan air baku dan air minum, serta pengelolaan limbah padat maupun limbah cair.

SE Menteri Keuangan ini bertujuan untuk membentuk budaya pegawai Kemenkeu yang sadar dan bertanggungjawab terhadap lingkungan kerja melalui tindakan nyata berupa pengurangan sampah plastik dan kertas, penghematan sumber daya listrik dan air, menjaga kebersihan ruang kerja/kenyamanan ruang kerja, serta melakukan pengelolaan sampah perkantoran.

Semoga langkah awal Kemenkeu ini dapat membantu bumi dalam mewujudkan lingkungan yang lestari bagi anak cucu kita kelak.

Foto:Media Keuangan

Page 33: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

64 65

UUD 1945 mengamanatkan sekurang-kurangnya dua puluh persen Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

dialokasikan untuk fungsi pendidikan. Dalam rangka mewujudkan amanat tersebut, pemerintah dan DPR RI pada tahun 2010 melalui UU Nomor 2 tahun 2010 tentang APBN-P 2010 menyepakati pemanfaatan sebagian dana dalam bentuk Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN) yang dikelola dengan mekanisme pengelolaan dana abadi (endowment fund) oleh sebuah Badan Layanan Umum (BLU). Pemanfaatan dan pengelolaan dana tersebut dilaksanakan oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) sebagai sebuah lembaga non eselon yang langsung bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan dan berpedoman pada kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh Dewan Penyantun LPDP.

Hingga 1 Januari 2019, total penerima layanan beasiswa LPDP mencapai 20.255 orang dengan 7.108 alumni dan 9.881 dalam status on going (dalam masa studi), baik di dalam negeri maupun luar negeri. LPDP meraih rekor MURI sebagai Pemberi Beasiswa S2/S3 Luar Negeri Terbesar di Indonesia. Di samping itu, sejak

2014 jumlah pendaftar beasiswa sudah mencapai puluhan ribu setiap tahunnya. Tahun 2017 tercatat ada 24.172 pendaftar dan tahun 2018 tercatat 26.573 pendaftar.

Saat ini LPDP tengah membuka pendaftaran Beasiswa Pendidikan Indonesia tahun 2019. Berikut informasi yang dapat disampaikan.

• Beasiswa Pendidikan Indonesia terdiri dari beberapa jenis Beasiswa sebagai berikut:

1. Beasiswa Umum, diantaranya:

a.Beasiswa Reguler

b.Beasiswa Dokter Spesialis

c.Beasiswa Perguruan Tinggi Peringkat Utama Dunia

d.Beasiswa Disertasi

2. Beasiswa Afirmasi, diantaranya:

a.Beasiswa Daerah Afirmasi

b.Beasiswa Alumni Bidikmisi

c.Beasiswa Prasejahtera Berprestasi

d.Beasiswa Santri

e.Beasiswa Prestasi Olahraga Internasional

f.Beasiswa Prestasi Seni Internasional

g.Beasiswa Penyandang Disabilitas

h.Beasiswa Indonesia Timur

3. Beasiswa Targeted Group, diantaranya:

a.Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia (BUDI)

b.Beasiswa PNS, TNI, POLRI

c.Beasiswa Olimpiade Internasional

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

LPDP Membuka Pendaftaran Beasiswa Pendidikan Indonesia 2019

Foto:Media Keuangan

Page 34: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

66 67

• Jadwal Seleksi

Informasi lebih lanjut dapat diakses melalui https://www.lpdp.kemenkeu.go.id/pembukaan-beasiswa-pendidikan-indonesia-lpdp-tahun-2019

Tahap Periode Seleksi Kegiatan Jadwal Pelaksanaan

1 26 April s/d

16 September 2019

Informasi Beasiswa 26 April 2019

Pembukaan Pendaftaran 10 Mei 2019

Penutupan Pendaftaran 31 Mei 2019

Pelaksanaan Seleksi

Administratif 1 - 13 Juni 2019

Pengumuman Hasil Seleksi

Administratif 14 Juni 2019

Seleksi Berbasis Komputer 24 Juni - 5 Juli 2019

Pengumuman Hasil Seleksi

Berbasis Komputer 12 Juli 2019

Seleksi Wawancara I 17 Juli – 1 Agustus

2019

Pengumuman Hasil Seleksi

Wawancara I 7 Agustus 2019

Seleksi Wawancara II 12 Agustus –

6 September 2019

Pengumuman Hasil Seleksi

Wawancara II 16 September 2019

2 1 Juli s/d

18 Desember 2019

Pembukaan Pendaftaran 1 Juli 2019

Penutupan Pendaftaran 10 September 2019

Pelaksanaan Seleksi

Administratif

11 – 23 September

2019

Pengumuman Hasil Seleksi

Administratif 24 September 2019

Seleksi Berbasis Komputer 2 - 18 Oktober 2019

Pengumuman Hasil Seleksi

Berbasis Komputer 25 Oktober 2018

Seleksi Wawancara 4 November - 6

Desember 2019

Pengumuman Hasil Seleksi

Wawancara 18 Desember 2019

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 35: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

68 69

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

Realisasi APBN s.d. 30 April 2018 dan 2019

(dalam miliar rupiah)

URAIAN2018 2019

APBNRealisasi

s.d. 30 April

% thd APBN APBN

Realisasi s.d. 30 April

% thd APBN

A. PENDAPATAN NEGARA 1,894,720.3 528,072.1 27.87% 2,165,111.8 530,738.3 24.51%

I. PENDAPATAN DALAM NEGERI 1,893,523.5 527,080.9 27.84% 2,164,676.5 530,384.0 24.50%

1. PENERIMAAN PERPAJAKAN 1,618,095.5 416,727.4 25.75% 1,786,378.7 436,413.8 24.43%

a. Pajak Dalam Negeri 1,579,395.5 402,950.4 25.51% 1,743,056.9 423,168.5 24.28%

b. Pajak Perdagangan Internasional 38,700.0 13,777.0 35.60% 43,321.8 13,245.3 30.57%

2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 275,428.0 110,353.4 40.07% 378,297.9 93,970.2 24.84%

II. HIBAH 1,196.9 991.3 82.82% 435.3 354.3 81.39%

B. BELANJA NEGARA 2,220,657.0 582,946.3 26.25% 2,461,112.1 631,781.9 25.67%

I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 1,454,494.4 331,016.7 22.76% 1,634,339.5 370,048.8 22.64%

1. Belanja K/L 847,435.2 165,875.9 19.57% 855,445.8 201,104.1 23.51%

2. Belanja Non /L 607,059.2 165,140.8 27.20% 778,893.7 168,944.6 21.69%

II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 766,162.6 251,929.1 32.88% 826,772.5 261,733.2 31.66%

1. Transfer ke Daerah 706,162.6 237,654.8 33.65% 756,772.5 247,698.3 32.73%

2. Dana Desa 60,000.0 14,274.3 23.79% 70,000.0 14,034.8 20.05%

C. KESEIMBANGAN PRIMER (87,329.5) 24,436.0 -27.98% (20,115.0) (18,441.9) 91.68%

D. SURPLUS/(DEFISIT) ANGGARAN (A-B) (325,936.6) (54,874.2) (296,000.2) (101,043.6)

% Surplus / (Defisit) Anggaran thd PDB (2.19) (0.37) (1.84) (0.63)

E. PEMBIAYAAN ANGGARAN (I+II+III+IV+V) 325,936.6 194,308.9 59.62% 296,000.2 143,835.4 48.59%

I. PEMBIAYAAN UTANG 399,219.4 192,803.9 48.30% 359,250.6 144,984.7 40.36%

II. PEMBIAYAAN INVESTASI (65,654.3) - 0.00% (75,900.3) (2,500.0) 3.29%

III. PEMBERIAN PINJAMAN (6,690.1) 1,453.1 -21.72% (2,350.0) 1,344.8 -57.23%

IV. KEWAJIBAN PENJAMINAN (1,121.3) - 0.00% - - 0.00%

V. PEMBIAYAAN LAINNYA 183.0 51.9 28.36% 15,000.0 5.9 0.04%

KELEBIHAN / (KEKURANGAN) PEMBIAYAAN ANGGARAN - 139,434.7 - 42,791.8

Page 36: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

70 71

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 37: Edisi Mei 2019 APBN KITA · 2019. 5. 23. · RINGKASAN EKSEKUTIF Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2019 mencapai Rp436,41 triliun ... (PBB) sebesar 443,80 persen (yoy),

72

AP

BN

KIT

A (

Kin

erj

a d

an

Fa

kta

) E

dis

i M

ei

20

19

www.kemenkeu.go.id/apbnkita