Upload
mala-khansa-umniatie
View
53
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Obesitas atau kegemukan mempunyai pengertian yang berbeda-beda bagi setiap orang. Pada
kebanyakan wanita dan pria, obesitas berarti kelebihan berat badan (BB) jauh melebihi
berat yang diinginkan.
Terkadang kita sering dibuat bingung dengan pengertian obesitas dan overweight, padahal
kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda. Obesitas adalah suatu
keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih, sehingga BB seseorang
jauh di atas normal dan dapat membahayakan kesehatan. Sementara overweight
(kelebihan berat badan) adalah keadaan dimana BB seseorang melebihi BB normal.
Obesitas kini mulai diterima sebagai salah satu masalah kesehatan serius di negara-negara
berkembang Hal ini terutama karena orang obese cenderung menderita penyakit jantung,
hipertensi, stroke, diabetes melitus, dan jenis kanker tertentu. Kematian yang disebabkan
oleh penyakit-penyakit tersebut meningkat secara drastis terutama untuk Body Mass
Index di atas 30.Terdapat sedikit pertentangan terhadap sejauh apa peranan obesitas,
apakah menjadi penyebab utama bagi timbulnya penyakit-penyakit tenrtentu, atau
semata-mata hanya sebagai suatu pertanda atau petunjuk bahwa orang bersangkutan
mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit yang bersangkutan. Pandangan mengenai
obesitas sebagai sesuatu yang tidak berbahaya, walau bagaimanapun, sudah tidak dapat
diterima lagi, mengingat bukti-bukti yang telah dikumpulkan selama 10 tahun terakhir
memperlihatkan hal sebaliknya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi obesitas ?
2. Apa saja tipe-tipe obesitas ?
3. Apa gejala-gejala timbulnya obesitas ?
4. Apa penyebab timbulnya obesitas ?
5. Bagaimana cara pengukuran obesitas ?
6. Bagaimana mekanisme terjadinya Obesitas ?
7. Penyakit-penyakit apa saja yang timbul akibat obesitas ?
8. Pemeriksaan diagnosa ?
9. Penatalaksanaan
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi dari obesitas.
2. Untuk mengetahui apa-apa saja gejala timbul obesitas.
3. Untuk mengetahui penyebab timbulnya obesitas
4. Untuk mengetahui Penyakit-penyakit apa saja yang timbul akibat obesitas?
5. Untuk mengetahui cara pencegahan dan pengobatan penyakit obesitas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Obesitas
Secara umum dapat dikatakan bahwa kegemukan adalah dampak dari konsumsi energy yang
berlebihan, dimana energy yang berlebihan tersebut dapat disimpan didalam tubuh
sebagai lemak, sehingga akibatnya dari waktu ke waktu badan akan bertambah berat
disamping faktor kelebihan konsumsi energi, faktor keturunan juga mempunyai andil
dalam kegemukan (muchatadi, 2001).
Obesitas adalah refleksi ketidakseimbangan konsumsi dan pengeluaran energi, penyebabnya
ada yang bersifat Eksogenetis dan Endogenous. Penyebab Eksogenetis misalnya
kegemaran makan secara berlebihan terutama makanan tinggi kalori tanpa diimbangi
oleh aktivitas fisik yang cukup sehingga surflus energinya disimpan sebagai lemak tubuh
(khomsan, 2004).
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang
berlebihan. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi,
sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya.
Dari segi obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam
jaringan supkutan (bawah kulit) sekitar organ tubuh yang kadang terjadi peluasan
kedalam jaringan organnya, dari segi ilmu gizi obesitas, penimbun trigliseida yang
berlebihan di jaringan-jaringan tubuh. Para dokter-dokter memiliki definisi tersendiri
tentang obesitas, di antaranya yaitu:
Suatu kondisi dimana lemak tubuh berada dalam jumlah yang berlebihan
Suatu penyakit kronik yang dapat diobati
Suatu penyakit epidemik (mewabah)
Suatu kondisi yang berhubungan dengan penyakit-penyakit lain dan dapat menurunkan
kualitas hidup
Penanganan obesitas membutuhkan biaya perawatan yang sangat tinggi
Obesitas terjadi karena energi intake lebih besar dari energi expenditure. Apapun
penyebabnya, yang menjadikan seseorang obesitas pada dasarnya adalah energi intake
atau masukan yang didapat dari makanan atau lainnya lebih besar dibandingkan energi
expenditure atau energi yang dikeluarkan.
7. Dampak yang Timb B. Akibat Obesitas
Obesitas juga dapat meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti:
Penyakit Jantung Koroner
Tekanan Darah Tinggi
Diabetes Melitus (tipe 2
Gangguan Pernapasan
Stroke
C. Tipe-Tipe pada Obesitas
Tipe pada obesitas dapat dibedakan menjadi 2 klasifikasi, yaitu Tipe obesitas berdasarkan
bentuk tubuh dan Tipe obesitas berdasarkan keadaan sel lemak.
1. 1. tipe Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh
a. Obesitas tipe buah apel (Apple Shape)
Type seperti ini biasanya terdapat pada pria. dimana lemak tertumpuk di sekitar perut. Resiko
kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe buah pear (Gynoid),
b. Obesitas tipe buah pear (Gynoid)
Tipe ini cenderung dimiliki oleh wanita, lemak yang ada disimpan di sekitar pinggul dan
bokong. Resiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil.
c. Tipe Ovid (Bentuk Kotak Buah)
Ciri dari tipe ini adalah "besar di seluruh bagian badan". Tipe Ovid umumnya terdapat pada
orang-orang yang gemuk secara genetik
.
2. 2. tipe Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak
a. obesitas Tipe Hyperplastik
Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak dibandingkan keadaan normal.
b. obesitas Tipe Hypertropik
Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar dibandingkan keadaan
normal,tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal.
c. obesitas Tipe Hyperplastik Dan Hypertropik
Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi normal. Pembentukan sel
lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropi mencapai maksimal dengan
perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang mengalami hypertropik.
D. Patofisiologi
Metode menentukan apakah ada obesitas :
1. Perbandingan berat dengan tabel berat badan yang diinginkan menurut tinggi
2. Indeks masa tubuh (BMI) > 27,8 untuk laki-laki / 27,3 untuk wanita.
Formula BMI adalah berat (kg) : tinggi (m).
3. Pengukuran lemak supkutan, lipat kulit triseps 18,6 mm untuk laki-laki, 25,1 mm
untuk wanita telah dipergunakan sebagai indikator obesitas.
E. Etiologi
1) Genetik : Anak-anak dari orangtua obes cenderung 3-8 kali menjadi obesitas
dibandingkan dari orangtua berat badan normal, walaupun mereka tidak dibesarkan oleh
orangtua kandung.
2) Lingkungan : Pengaruh keluarga (ex: penggunaan makanan sebagai hadiah, tidak boleh
makan makanan pencuci mulut sebelum semua makanan dipiring habis). Membantu
pengembangan kebiasaan makan yang dapat menyebabkan obesitas.
3) Psikologi : Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap kesepian,
berduka/depresi, dapat merupakan respon terhadap rangsangan dari luar, ex: Iklan
makanan/kenyataan bahwa ini adalah waktu makan.
4) Fisiologi : Energi yang dikeluarkan menurun dengan bertambahnya usia, dan ini sering
menyebabkan peningkatan berat badan pada usia pertengahan, Ex: kelainan endokrin /
seperti Hipotiroidy bertanggung jawab untuk obesitas.
Adapun penyebab dasarnya faktor etiologi primer dari obesitas adalah konsumsi kalori yang
berlebihan dari energy yang dibutuhkan (mary coutney moore, 1994).
Kegemukan disebabkan oleh ketidak imbangan kalori yang masuk dibanding yang keluar.
Kalori diperoleh dari makanan sedangkan pengeluarannya melalui aktivitas tubuh dan
olah raga. Kalori terbanyak (60-70%) dipakai oleh tubuh untuk kehidupan dasar seperti
bernafas, jantung berdenyut dan fungsi dasar sel. Besarnya kebutuhan kalori dasar ini
ditentukan oleh genetik atau keturunan. Namun aktifitas fisik dan olah raga dapat
meningkatkan jumlah penggunaan kalori keseluruhan.
Jadi ketidak imbangan kalori ini dapat ditentukan oleh faktor keturunan tapi dipicu oleh pola
hidup dan lingkungan. Kebiasaan hidup santai, malas bergerak, selalu dibantu oleh orang
lain (pembantu/supir) atau alat (remote/ handphone/ eskalator/ kendaraan) dan makan
berlebihan akan meningkatkan asupan dan menurunkan luaran kalori.
F. Gejala Obesitas
Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa
menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun
penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada
saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu),
sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah
dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki).
Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.
Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit
dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara
efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema
(pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan
kaki.
Kegemukan dapat diketahui dengan mengukur jumlah lemak seluruh tubuh menggunakan
alat impedans atau mengukur ketebalan lemak di tempat-tempat tertentu menggunakan
alat kaliper. Selain itu lemak di sekitar perut dapat diukur dengan menggunakan meteran.
Secara sederhana kegemukan dapat dihitung dengan menghitung Indeks Massa Tubuh,
yaitu membagi berat badan (kg) dengan tinggi badan dikuadratkan (m2) atau
IMT = .
Perhitungan ini tidak berlaku bagi atlet, ibu hamil dan anak-anak.
G. Jenis-Jenis Obesitas
Obesitas biasanya didefinisikan sebagai kelebihan berat lebih dari 120% dari berat badan
ideal (BBI) atau berat badan yang diinginkan. Ada 3 derajat obesitas yaitu:
a. Ringan 120% - 140% BBI
b. Sedang 141% - 200% BBI
c. Berat/Abnormal >200% BBI
H. Faktor Yang Mempengaruhi Obesitas
Faktor makanan ini merupakan yang terpenting untuk terjadinya kegemukan baik sebagai
penyebab tunggal maupun penyakit lainnya. Ketidakseimbangan antara masukan kaliori
dan pemakaian dapat disebabkan banyak faktor, antara lain:
1. Aktifitas Fisik
Pada umumnya seseorang yang gemuk kurang aktif daripada seseorang dengan berat badan
normal. Aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran
yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental serta memanfaatkan
kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktifitas fisik secara teratur
yang dilakukan paling sedikit 30 menit/hari. Jika lebih banyak waktu yang dipergunakan
untuk beraktifitas fisik, maka manfaat yang diperoleh juga lebih banyak (admin, 2008).
2. Meningkatnya konsumsi zat gizi (asupan makanan)
Terutama zat gizi makro yang menyebabkan kegemukan bila dimakan secara berlebihan, zat
gizi ini akan disimpan dalam bentuk lemak tubuh dan akan meningkatkan berat badan
secara keseluruhan. Adapun zat gizi makro yang dapat mempengaruhi kenaikan berat
badan jika dikonsumsi berlebihan antara lain:
a. Karbohidrat
Karbohidrat memang merupakan peranan penting dalam alam karena merupakan sumber
energi utama bagi manusia dan hewan yang harganya relative murah. Semua karbohidrat
berasal dari tumbuh-tumbuhan. Fungsi utama karbohidrat adalah Sumber energi pemberi
rasa manis dari makanan, penghemat protein, mengatur metabolisme lemak, membantu
pengeluaran feces (altemaster, 2003).
Dalam diet seimbang, dianjurkan 50-60 % kebutuhan kalori berasal dari karbohidrat,
kegunaan utama energi. Kegunaan lainnya sebagai energy cadangan, komponen struktur
sel, dan sumber serat (Sayogo, 2006).
b. Protein
Protein adalah molekul makro dan merupakan bagian terbesar setelah air. Protein terdiri atas
rantai-rantai panjang asam amino yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptide.
Protein ini mempunyai fungsi khusus yang tidak tergantikan oleh zat lain, yaitu
membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.
Kebutuhan protein remaja berkisar antara 44-59 gr/hari. Tergantung pada jenis kelamin dan
umur. Protein juga menyuplai sekitar 12-14% asupan energi selama masa anak dan
remaja (Suandi, 2003).
c. Lemak
Lemak merupakan salah satu zat gizi makro yang berfungsi sebagai sumber energi, lemak
juga menghasilkan 9 kal/gr nya, sebagai pelumas yaitu membantu pengeluaran sisa-sisa
pencernaan dan metabolism, memelihara suhu tubuh dan pelindung organ-organ vital.
Depkes RI menganjurkan untuk mengkonsumsi lemak kurang dari 25% total energi per
hari (Sayogo, 2006).
Faktor-faktor lain dapat dibagi menjadi tiga faktor, yaitu:
a. Faktor genetik.
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota
keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang
bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya
hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor
genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
b. Faktor lingkungan.
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan
seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk
perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan
serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola
genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.
c. Faktor psikis.
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya.
Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu
bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.
Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita
obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta
rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.
d. Faktor kesehatan.
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
Hipotiroidisme
Sindroma Cushing
Sindroma Prader-Willi
Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.
e. Faktor obat-obatan.
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan
penambahan berat badan.
f. Faktor perkembangan .
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya
jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi
gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak
dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak
dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara
mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.
g. Aktivitas fisik.
aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari men Resiko
Kesehatan yang berhubungan dengan Obesitas
NO Hal/Tipe Masalah Simtom
1 Kardiovaskuler Hipertensi: Jantung Koroner, vena varicose, sindrom
pickwickian
2 Endokrin dan reproduktif Non-DM (tergantung insulin), Amenore, Infertilitas,
Pre-Eklampsia
3 Gastrointestinal Kolesistitis dan Kolelitiasis, Fatty Liver
4 Psikiatri dan Sosial Diskriminasi
5 Muskuloskeletal & Dermis Osteoarthritis, iritasi, infeksi (lipatan kulit, striae)
6 Keganasan Kanker Kolon, Rectum, Prostat, empedu, Buah dada,
Uterus, Ovarium
Cara Penanganan Obesitas
Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen yang paling
penting dalam pengaturan berat badan. Kedua komponen ini juga penting dalam
mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan berat badan. Harus dilakukan
perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani kebiasaan makan yang sehat.
Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir lemak tubuh penderita dan resiko
kesehatannya dengan cara menghitung BMI. Resiko kesehatan yang berhubungan
dengan obesitas akan meningkat sejalan dengan meningkatnya angka BMI :
1. Resiko rendah : BMI < 27
2. Resiko menengah : BMI 27-30
3. Resiko tinggi : BMI 30-35
4. Resiko sangat tinggi : BMI 35-40
5. Resiko sangat sangat tinggi : BMI 40 atau lebih.
Jenis dan beratnya latihan, serta jumlah pembatasan kalori pada setiap penderita berbeda-
beda dan obat yang diberikan disesuaikan dengan keadaan penderita.
1. Penderita dengan resiko kesehatan rendah, menjalani diet sedang (1200-1500 kalori/hari
untuk wanita, 1400-2000 kalori/hari untuk pria) disertai dengan olah raga.
2. Penderita dengan resiko kesehatan menengah, menjalani diet rendah kalori (800-1200
kalori/hari untuk wanita, 1000-1400 kalori/hari untuk pria) disertai olah raga.
3. Penderita dengan resiko kesehatan tinggi atau sangat tinggi, mendapatkan obat anti-
obesitas disertai diet rendah kalori dan olah raga.
Memilih program penurunan berat badan yang aman dan berhasil. Unsur-unsur yang harus
dipertimbangkan dalam memilih suatu program penurunan berat badan :
a. Diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan (vitamin,
mineral dan protein). Diet untuk menurunkan berat badan harus rendah kalori.
b. Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat badan secara
perlahan dan stabil.
c. Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan pemeriksaan
kesehatan secara menyeluruh.
d. Program yang diikuti harus meliputi pemeliharaan berat badan setelah penurunan berat
badan tercapai. Pemeliharaan berat badan merupakan bagian tersulit dari pengendalian
berat badan. Program yang dipilih harus meliputi perubahan kebiasaan makan dan
aktivitas fisik yang permanen, untuk merubah gaya hidup yang pada masa lalu
menyokong terjadinya penambahan berat badan. Program ini harus menyelenggarakan
perubahan perilaku, termasuk pendidikan dalam kebiasaan makan yang sehat dan
rencana jangka panjang untuk mengatasi masalah berat badan.
Pengukuran Tingkat Obesitas
a. Pe pengukuran Secara Antropometri
1. Body Mass Index (BMI) Body Mass Index (BMI)
Adalah sebuah ukuran “berat terhadap tinggi” badan yang umum digunakan untuk
menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori Underweight (kekurangan berat badan),
Overweight (kelebihan berat badan) dan Obesitas (kegemukan).
2. RLPP (rasio lingkar pinggang dan pinggul)
Untuk menilai timbunan lemak perut dapat digunakan cara lain, yaitu dengan mengukur rasio
lingkar pinggang dan pinggul (RLPP) atau mengukur lingkar pinggang (LP).
Rumus yang digunakan cukup sederhana yaitu : Sebagai patokan, pinggang berukuran ≥
90 cm merupakan tanda bahaya bagi pria, sedangkan untuk wanita risiko tersebut
meningkat bila lingkar pinggang berukuran ≥ 80 cm. Jadi “Jangan hanya menghitung
tinggi badan, berat badan dan IMT saja, lebih baik jika disertai dengan mengukur lingkar
pinggang”.
3. Indeks BROCCA
Salah satu cara lain untuk mengukur obesitas adalah dengan menggunakan indeks Brocca,
dengan rumus sebagai berikut:
Bila hasilnya: 90-110% = Berat badan normal 110-120% = Kelebihan berat badan
(Overweight) > 120% = Kegemukan (Obesitas)
6. Mekanisme Terjadiny C. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan obesitas dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: pengobatan dasar dan
pengobatan terhadap komplikasinya.
Pengobatan Dasar
1. Diet.
Dianjurkan diet dengan rendah kalori tetapi cukup gizi, ialah 1520 kalori/kg.bb.,dengan
komposisi 20% protein, 65% karbohidrat dan 15% lemak, komposisi tersebut mirip
dengan komposisi diet B1 dari Askandar. Diet yang tak lazim misalnya diet hanya
dengan protein saja (tiger diet), diet tidak makan nasi sama sekali, pada saat sekarang ini
tidak sesuai lagi.
2. Olah Raga.
Di samping mempercepat metabolisme, juga dapat membuat kondisi tubuh lebih segar dan
dapat menambah estetika. Olah raga dimaksudkan agar jumlah kalori yang dikeluarkan
tubuh lebih banyak daripada jumlah kalori yang masuk. Dengan olah raga yang baik
akan terjadi peningkatan metabolisme.
3. Obat-obatan.
Obat-obatan yang banyak digunakan untuk obesitas terdiri dari obat penahan nafsu makan di
antaranya alah golongan amfetamin, obat yang meningkatkan/mempercepat metabolisme
tubuh misalnya preparat tiroid, obat pemacu keluarnya cairan tubuh misalnya diuretika;
pencahar. Namun obat-obat tersebut bila digunakan dalam jangka panjang akan
menyebabkan efek samping sangat merugikan tubuh. Oleh karena itu penggunaannya
sebaiknya disertai kontrol ketat.
4. Pembedahan.
Operasi jejuno-ileal by-pass dilakukan memotong sebagian usus halus yang menyerap
makanan, tetapi resikonya cukup besar sehingga hal tersebut harus dilakukan dengan
indikasi yang cukup kuat, yaitu apabila obesitas tak dapat diobati dengan tindakan
konservatif. Operasi pengambilan jaringan lemak (adipektomi), lebih cenderung bersifat
estetika.
Skema di atas merupakan algoritma penanganan obesitas pada dewasa. Penanganan
obesitas tida memerlukan farmakoterapi selama orang tersebut mendapatkan hasil yang
mencukupi (penurunan berat badan > 0,5 kg perminggu setelah perubahan gaya hidup).
Pilihan obat yang dapat digunakan pun sangat terbatas karena banyaknya efek samping
yang berbahaya dengan konsumsinya. Secara garis besar ada tiga tahap utama dalam
perubahan gaya hidup pasien obesitas yaitu :
- Peningkatan aktivitas fisik, sehingga pengeluaran energi akan meningkat juga. Aktivitas
fisik ditingkatkan secara gradual bagi pasien obesitas dan dapat berbentuk dalam
berbagai hal, diantaranya berjalan, berkebun, hingga olahraga tim/individual. Targetnya
adalah mengerjakan minimal 30 menit kegiatan fisik sedang tiap harinya.
- Terapi kebiasaan. Terapi ini dapat membantu perubahan dalam asupan makanan pasien
obesitas. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain : self-monitoring, manajemen
stres, dan dukungan sosial. Terapi ini dimaksudkan pula untuk membantu pasien tersebut
beradaptasi dengan perubahan diet dan aktivitasnya.
- Modifikasi diet. Asupan kalori pasien harus dikurangi sekitar 500-1000 kalori dari
levelnya sekarang, dengan batas terendah adalah asupan 800 kkal/hari. Umumnya
digunakan kisaran 1000-1200 kkal/hari untuk wanita dan 1200-1600 kkal/hari untuk pria.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang
berlebihan. kegemukan adalah dampak dari konsumsi energy yang berlebihan, dimana
energy yang berlebihan tersebut dapat disimpan didalam tubuh sebagai lemak, sehingga
akibatnya dari waktu ke waktu badan akan bertambah berat disamping faktor kelebihan
konsumsi energi, faktor keturunan juga mempunyai andil dalam kegemukan.
B. Saran
Untuk mencegah penyakit ini, maka perlu diseimbangkan antara kelebihan dan keluaran
kalori yang digunakan oleh tubuh.
Untuk para pembaca agar selalu menjaga keseimbangan tubuh sesuai dengan lingkungan dan
aktifitasnya sehari-hari.
ingkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang
tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi
makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan
mengalami obesitas.
Adapun faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam obesitas adalah gaya hidup dan konsumsi
pangan, gaya hidup sendetari (unsur gerak fisik sangat minim), beban mental (stress) dan
lingkungan.
Seseorang dapat dikatakan obesitas jika berat badan pada laki-laki melebihi 15% dan wanita
melebihi 20% dari berat badan ideal menurut umurnya.
Pada orang yang menderita obesitas, organ-organ tubuh harus bekerja lebih berat, karena
harus membawa kelebihan berat badan yang tidak memberikan manfaat langsung, dan
karena itu akan merasa lebih gerah.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Syaiful. 2005. Obesitas dalam Masyarakat.Jakarta: Yudhistira.Ibrahim, Anwar. 2008. Obesitas. Surabaya: Pariwara.Suardi. 2010. Pengertian Obesitas. Diunduh di http://www.pediatrik.com, tanggal 19
September 2013Jodi, M. 2009. Etiologi Obesitas. Diunduh di http://www.infokedokteran.net tanggal 21
September 2013Tim Webster. 2010. Obesitas. Diunduh di http://www.obesitas.web.id tanggal 20 September
2013.Barbara C long. (1996). Perawatan Medical Bedah. Pajajaran Bandung.Doengoes, E. M. (2000). “Rencana Asuhan Keperawatan”. Edisi 3, EGC : Jakarta.Http:// metro.vivakepnews.com//Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media
Aescullapius. NANDA, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2005-2006Wong & Whaley’s. (2002). “Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik” Edisi 4, EGC: Jakarta.Manuaba, I.A. 2004. Dampak Buruk Obesitas.Efendy,Y.H 2004. Tinjauan Sekilas Tentang Obesitas. Jurnal Jurusan Gizi dan Masyarakat
dan Sumber Daya Masyarakat, Vol. 1, No.1, Bogor : Institute PertanianBogorBarlow, S., dan Dietz, W. (2002). "Obesity Evaluation and Treatment: Expert Committee
Recommendations." Pediatrics 102(3):1–11. "Obesitas Evaluasi dan Pengobatan: Rekomendasi Komite Ahli." Pediatrics 102 (3) :1-11.
Ebbeling, Cara B.; Pawlak, Dororta B.; and Ludwig, David S. (2002). "Childhood Obesity: Public-Health Crisis, Common Sense Cure." Lancet 360:473–482. "Anak Obesitas: Masyarakat-Kesehatan Krisis, Cure Common Sense." Lancet 360:473-482.
reso
1.