108
A. Judul Penelitian “Pengembangan Perangkat Model Pembelajaran Langsung untuk materi Kesetimbangan Benda Tegar” B. Latar Belakang Penelitian Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003, dasar pelaksanaan Pendidikan Nasional adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Prinsip penyelenggaraan pendidikan adalah sebagai berikut: 1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak 1

Editing Akhir

  • Upload
    hersop

  • View
    632

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Editing Akhir

A. Judul Penelitian

“Pengembangan Perangkat Model Pembelajaran Langsung untuk

materi Kesetimbangan Benda Tegar”

B. Latar Belakang Penelitian

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20

tahun 2003, dasar pelaksanaan Pendidikan Nasional adalah Pancasila

dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan

bangsa. Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Prinsip penyelenggaraan pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis

dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung

tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan

kemajemukan bangsa.

2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu

kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan

multimakna.

3. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu

proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang

1

Page 2: Editing Akhir

berlangsung sepanjang hayat. pendidikan diselenggarakan

dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan

mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses

pembelajaran.

4. Pendidikan diselenggarakan dengan

mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung

bagi segenap warga masyarakat.

5. Pendidikan diselenggarakan dengan

memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran

serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan

pendidikan.

Pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32

tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menuntut pelaksanaan otonomi

daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan.

Pengelolaan pendidikan yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi

desentralistik. Bentuk nyata dari desentralisasi pengelolaan pendidikan ini

adalah diberikannya kewenangan kepada satuan pendidikan untuk

mengambil keputusan berkenaan dengan pengelolaan pendidikan, seperti

dalam pengelolaan kurikulum, baik dalam penyusunannya maupun

pelaksanaannya di satuan pendidikan.

Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang memberikan

wewenang kepada satuan pendidikan untuk menyusun kurikulumnya

mengacu pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

2

Page 3: Editing Akhir

Pendidikan Nasional, yaitu pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan

nasional dan pasal 35, mengenai standar nasional pendidikan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan, Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) harus mengacu pada standar nasional pendidikan

yaitu standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidik dan tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan

penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan

berkala. Standar Nasional Pendidikan digunakan sebagai acuan

pengembangan kurikulum, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan,

sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.

Pada abad ke-XXI ini, sistem pendidikan nasional dihadapkan

pada berbagai tantangan. Tantangan pertama, dalam mengantisipasi era

globalisasi, dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber daya

manusia yang mampu bersaing dalam pasar global. Kedua, dengan

diberlakukannya otonomi daerah, maka kebijakan pendidikan perlu

memperhatikan keberagaman dan potensi daerah, peserta didik,

partisipasi peserta didik, dan partisipasi masyarakat. Ketiga, kenyataan

akan rendahnya mutu pendidikan. Untuk keperluan tersebut, upaya

peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh yang

mencakup pengembangan dimensi manusia indonesia seutuhnya.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran

bergantung pada tiga faktor, yaitu faktor guru, peserta didik, dan

3

Page 4: Editing Akhir

lingkungan belajar. Ketiga faktor ini merupakan kunci keberhasilan dalam

pembelajaran, dimana faktor yang satu dengan yang lainnya tidak dapat

dipisahkan dalam proses pembelajaran. Faktor guru seperti penguasaan

materi ajar yang baik, perencanaan pembelajaran yang berorientasi untuk

membelajarkan siswa, penggunaan metode pembelajaran yang

disesuaikan dengan karakter siswa, dan teknik mengevaluasi hasil

pembelajaran dapat menilai apa yang seharusnya dinilai pada siswa

merupakan faktor-faktor sangat penting yang harus dimiliki dan

dilaksananakan dengan baik oleh guru. Faktor siswa seperti, latar

belakang pribadi, kemampuan dasar, kebiasaan belajar, motivasi belajar,

dan minat belajar setiap siswa merupakan faktor yang sangat penting

diketahui oleh guru terutama dalam hal perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran. Faktor lingkungan belajar seperti, lingkungan sekolah

dalam hal ini adalah ketersediaan sarana dan prasarana pendukung

dalam pelaksanaan pembelajaran, lingkungan keluarga, lingkungan

masyarakat, dan lingkungan pribadi pribadi siswa merupakan faktor yang

harus dapat mendukung dalam proses belajar siswa tersebut.

Dalam pelaksanaannya, praktik pembelajaran yang terjadi di

sebagian besar sekolah khususnya dalam hal perencaaan, guru telah

memiliki sejumlah perangkat pembelajaran seperti silabus, rencana

pelaksanaan pembelajaran, dan buku paket. Ketersediaan perangkat ini

tentunya sudah dapat mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran di

4

Page 5: Editing Akhir

kelas, namun dalam pelaksanaannya masih terdapat banyak ketimpangan

dari tujuan yang diharapkan.

Silabus dan RPP yang dimiliki sebagian besar guru hanya

merupakan hasil copy dari guru lain, instruktur atau hasil download melalui

internet. Silabus dan RPP yang dimiliki tidak dikembangkan sebagaimana

dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 17 ayat (2) yaitu sekolah dan

komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, pengembangkan

kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan

kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah

supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang

pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, dan departemen yang

menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI. MTs, MA,

dan MAK dan pasal 20 yaitu perencanaan proses pembelajaran yang

meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat

sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode

pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Dengan demikian

perencanaan yang disusun yaitu Silabus dan RPP, sebenarnya tidak

dikembangkan, hal ini tentunya akan berdampak kurang baik pada

pelaksanaan pembelajaran di kelas. Untuk memperbaiki kondisi itu, maka

seorang guru harus dapat menyusun atau mengembangkan silabus dan

RPP sendiri untuk digunakan di sekolah masing-masing.

5

Page 6: Editing Akhir

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk

membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar

dikelas, bahan yang dimaksud dapat berupa tertutlis maupun bahan yang

tidak tertulis. Bahan ajar yang dimiliki oleh guru sebagian besar adalah

media presentasi, buku paket (buku siswa), dan lembar kerja siswa. Buku

paket (buku siswa) dan LKS secara umum yang digunakan sebagian

besar adalah buku mata pelajaran dan lembar kerja dari penerbit, yang

dalam pengembangannya tidak memperhatikan karakter, kemampuan

dasar, cara belajar, motivasi belajar, dan minat belajar setiap siswa di

sekolah tersebut. Sehingga, buku paket dan LKS tersebut tidak sesuai

dengan tujuan yang diharapkan. Untuk memperbaiki keadaan tersebut

guru dituntut untuk dapat menyusun buku siswa dan LKS untuk digunakan

sendiri, karena yang paling mengetahui apa yang diperlukan siswa untuk

belajar adalah guru yang mengajar. Buku paket dan LKS yang ada adalah

referensi yang dapat digunakan dalam menyusun buku siswa dan LKS

untuk digunakan di sekolah tersebut. Selain buku siswa dan LKS, guru

seharusnya memiliki buku petunjuk dalam mengajar dalam hal ini adalah

Buku Petunjuk Guru (BPG), ini bertujuan untuk memudahkan dan

mengefektifkan pelaksanaan pembelajaran dikelas. Buku ini berisi

penjabaran penyelesaian permasalahan dalam LKS, dan hal-hal yang

dianggap penting dalam mendukung pelaksanaan RPP yang telah

disusun. Hampir di semua sekolah guru tidak memiliki buku petunjuk,

6

Page 7: Editing Akhir

untuk itu dalam perencanaan pembelajaran guru seharusnya

mengembangkan buku petunjuk guru (BPG).

Hal lain yang sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan

adalah bagaimana menilai hasil pembelajaran yang telah dicapai oleh

siswa. Prinsip dasar penilian adalah menilai apa yang seharusnya dinilai

dengan alat ukur yang sesuai. Penilaian adalah proses sistematis meliputi

pengumpulan informasi (angka, deskripsi (verbal), analisis, interpretasi

informasi untuk membuat keputusan, proses pengumpulan penggunaan

informasi oleh guru melalui sejumlah bukti untuk membuat keputusan

tentang pencapaian hasil belajar/kompetensi siswa. Teknik dasar atau

cara dalam melakukan penilaian dapat berupa unjuk kerja, penugasan,

hasil keja, tertulis, portofolio, sikap, dan penilaian diri. Tes tertulis adalah

salah satu yang selalu digunakan dalam menilai hasil belajar siswa, tes

tertulis ini biasanya disebut tes hasil belajar (THB). Penyusunan tes ini

dimulai dengan menetapkan indikator, memetakan SK, KD, dan indikator,

menetapkan teknik penilaian dan terakhir adalah membuat alat penilaian.

Tes yang telah di kembangkan harus memenuhi kriteria valid dan reliabel.

Pengembangan tes hasil belajar oleh guru sebagian besar disusun

setelah semua proses pembelajaran yang akan dinilai ketercapaiannya

pada siswa selesai dilaksanakan. Seharusnya pengembangan tes hasil

belajar dilakukan pada saat merencakan pembelajaran, hal ini untuk

menyesuaikan antara perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran,

dan apa yang seharusnya dinilai dari hasil pembelajaran yang telah

7

Page 8: Editing Akhir

dilaksanakan. Untuk itu seorang guru harus menyusun tes hasil belajar

(THB) bersamaan dengan penyusunan perangkat pembelajaran yang lain.

Dalam pelaksanaan pembelajaran sebagian besar guru mengajar

tanpa menggunakan perangkat yang telah direncakanakan, sehingga ada

kecenderungan pembelajaran yang berlangsung tidak terencana dengan

baik. Guru menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan metode

ceramah atau ekspositori, sesuai dengan apa yang dipikirkan pada saat

itu, sementara siswa mencatatnya pada buku catatan. Dalam proses

pembelajaran yang demikian, guru dianggap berhasil apabila dapat

mengelola kelas sedemikian rupa sehingga siswa tertib dan tenang

mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran dianggap

sebagai proses penyampaian fakta-fakta kepada siswa. Guru sendiri

merasa belum mengajar kalau tidak menjelaskan materi pelajaran kepada

siswa, ada anggapan bahwa guru yang baik adalah guru yang menguasai

bahan, dan selama proses belajar mengajar mampu menyampaikan

materi tanpa melihat buku pelajaran. Guru yang baik adalah guru yang

selama proses belajar mengajar dapat menguasai kelas dan berceramah

dengan suara yang lantang.

Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab dari kondisi di

atas. Pertama, model pembelajaran tersebut diwariskan secara tidak

langsung oleh tenaga pendidik sebelumnya, padahal kondisi peserta didik,

fasilitas belajar dan lingkungan belajar yang dihadapi sekarang ini sudah

jauh berbeda. Pada saat itu, program komputer belum dikenal, fasilitas

8

Page 9: Editing Akhir

laboratorium sangat minim, dan pengaruh lingkungan peserta didik seperti

radio, televisi, surat kabar, internet, tempat hiburan, alat komunikasi yang

masih minim. Kedua, faktor kemudahan mengajar, yaitu mengajar tanpa

menggunakan model pembelajaran yang jelas, menyampaikan materi

sesuai dengan apa yang dipikirkan, arah dan tujuan pembelajaran yang

tidak tertata dengan teratur dan baik, ini terjadi karena pembelajaran ini

model ini paling mudah dilaksanakan dan pelaksanaannya tidak

memerlukan persiapan yang bagus. Ketiga, karakter pendidik dan peserta

didik yang sudah jauh berbeda. Untuk mengatasi hal tersebut maka

diperlukan suatu model pembelajaran melalui metode, pendekatan,

startegi, dan teknik tertentu yang dapat membuat pembelajaran menjadi

berkualitas dan terarah pada tujuan yang jelas. Untuk itu pemilihan

pendekatan, metode, strategi, dan teknik yang digunakan harus dipikirkan

secara mendalam oleh guru, karena sebaik-baiknya perangkat yang

digunakan jika cara menyampaian dan pengelolaan dalam pembelajaran

tidak baik, maka hasil yang diharapkan tidak akan tercapai.

Ditinjau dari jumlah pelajaran, diantara sekian banyak mata

pelajaran yang diberikan, pelajaran fisika yang masih terasa sulit untuk

dipahami. Untuk itu perlu mendapat perhatian yang sungguh–sungguh.

Kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari bidang studi fisika,

karena ilmu fisika menuntuk siswa untuk berpikir secara logis mendalam,

dan harus mampu diterapkan dalam menyelesaikan masalah yang

diberikan. Tidak dipungkiri bahwa, ada beberapa materi dalam pelajaran

9

Page 10: Editing Akhir

fisika yang tingkat kesulitannya lebih tinggi dari pada materi lain, sebut

saja dinamika rotasi, kesitimbangan benda tegar, dan listrik magnet. Dari

beberapa materi tersebut, materi kesetimbangan benda tegar yang secara

kebetulan adalah materi yang sedang berlangsung pada semester genap

tahun pelajaran 2009/2010 merupakan salah satu materi yang peneliti sulit

untuk mengajarkannya.

Kesetimbangan benda tegar adalah materi dalam pelajaran fisika

semerter dua, pada standar kompetensi menerapkan konsep dan prinsip

mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah dan

kompetensi dasar menformulasikan hubungan antara konsep torsi,

momentum sudut, dan momen inersia, berdasarkan hukum II Newton

serta penerapannya dalam masalah benda tegar. Sub materi dalam

kesetimbangan benda tegar yaitu kesetimbangan titik, pusat massa dan

titik berat. Kesetimbangan titik berisi materi tentang gaya resultan, syarat

kesetimbangan, gaya resultan pada benda tegar, dan syarat

kesetimbangan pada benda tegar. Pusat massa dan titik berat berisi

materi tentang konsep pusat massa, konsep tentang titik berat, dan titik

berat pada benda tegar.

Dari hasil analisis materi dalam kesetimbangan beda tegar yang

dilakukan oleh peneliti, dapat dikemukakan bahwa isi muatan materi

mempersyaratkan pengetahuan dasar seperti konsep gaya (hukum

newton), konsep dinamika rotasi (momen gaya), dan kemampuan dalam

konsep trigonometri, dan operasi matematik dasar. Materi kesetimbangan

10

Page 11: Editing Akhir

benda tegar memiliki isi materi yang sangat sederhana yaitu jumlah gaya

dan momen gaya yang bekerja pada sistem (benda yang ditinjau) adalah

nol, sehingga dalam pembelajaran lebih ditekankan pada aplikasi

konsepnya. Dalam aplikasi konsep khususnya dalam penyelesaian

permasalahan (soal) pada materi kesetimbangan benda tegar,

menekankan pada urutan hirarki dalam setiap langkah penyelesaiannya,

artinya diperlukan syarat awal yang harus dipenuhi untuk melanjutkan

kepada tahap-tahap berikutnya. Sebagai contoh konsep dasar, perhatikan

buku yang diam di atas meja, bagaimana menjelaskannya secara fisika?.

Untuk menjelaskannya maka, harus diawali dengan pengetahuan tentang

gaya-gaya yang bekerja terhadap buku, selanjutnya melihat kondisi

apakah buku tersebut diam atau bergerak, setelah itu menetapkan hukum

newton yang berlaku dalam kasus ini, menganalisis secara matematis

gaya-gaya yang bekerja, dan yang terakhir menarik kesimpulan.

Aplikasi lebih kompleks biasanya mempersyaratkan pengetahuan

trigonometri, khususnya dalam melakukan proyeksi gaya pada sumbu-

sumbu dalam sistem kartesian yang dibuat. Dari pengalaman peneliti

selama mengajar kesulitan siswa ada pada saat melakukan proyeksi gaya

terhadap setiap sumbu, siswa biasanya menghafal penggunaan sinus

atau cosinus, tanpa mengetahui kenapa sinus dan cosinus yang

digunakan. Hirarki atau langkah-langkah yang penulis dapat simpulkan

dalam menyelesaikan permasalahan pada materi kesetimbangan benda

tegar yaitu: (1) analisis soal yaitu mengetahui apa yang diketahui dan

11

Page 12: Editing Akhir

ditanyakan dalam soal, (2) mengetahui gaya-gaya yang bekerja, (3)

memproyeksikan gaya pada setiap sumbu, (4) menetapkan kosep hukum

newton dan atau konsep momen gaya yang berlaku, (5) melakukan

analisis matematik, dan (6) menuliskan hasil yang diperoleh.

Untuk mengajarkan suatu materi diperlukan model pembelajaran

yang sesuai dan tidak semua model pembelajaran cocok untuk semua

materi pembelajaran. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan

pembelajaran yang akan digunakan termasuk didalamnya tujuan-tujuan

pembelajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan

pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Kardi, S dan Nur, 200b:8). Hasil

penelitian dibidang pendidikan dalam dekade tahun 1970-an sampai

1990-an dapat dipergunakan petunjuk pengelolaan kelas untuk semua

model pembelajaran. Hal ini meliputi upaya untuk menarik perhatian

siswa, kerjasama siswa, cara dan sarana untuk memotivasi siswa, cara

guru menciptakan dan mengajarkan aturan-aturan dan prosedur yang

jelas, dan langkah-langkah yang diambil oleh guru pada awal tahun

pelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan

lancar dikemudian hari.

Model pemelajaran langsung dirancang secara khusus untuk

menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan

prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan

dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Dari hasil kajian teori belajar

yang ada peneliti berkesimpulan bahwa materi kesetimbangan benda

12

Page 13: Editing Akhir

tegar akan baik diajarkan dengan model pembelajaran langsung.

Pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang

sangat hati-hati dan dapat direncanakan oleh guru dan siswa. Fase-fase

dalam pembelajaran langsung yaitu (1) fase 1, menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan siswa, (2) fase 2, mendemonstrasikan pengetahuan atau

keterampilan, (3) fase 3, membimbing pelatihan, (4) fase 4, mengecek

pemahaman dan memberikan umpan balik, dan (5) Fase 5, memberikan

kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.

Kegiatan belajar mengajar yang bercirikan pembelajaran

langsung, pada umumnya guru merencanakan kegiatan pembelajaran

secara terstruktur dan ketat. Pada awal pembelajaran guru merupakan

pemberi informasi dan pendemonstrasi yang aktif, dan mengharapkan

siswa menjadi pendengar yang aktif dan baik. Hakekat pembelajaran

langsung memerlukan kaedah yang mengatur siswa berbicara, prosedur

untuk menjamin pembelajran yang baik, strategi-strategi khusus untuk

mengatur giliran keterlibatan siswa dan untuk menanggulangi tingkah laku

yang menyimpang. Kesesuaian antara analisis materi dan sintaks (fase)

dalam model pembelajaran langsung menjadi dasar dalam penerapannya.

Dari uraian di atas, faktor penting dalam menunjang pelaksanaan

pembelajaran adalah perencanaan yang baik, termasuk didalamnya

perencanaan perangkat pembelajaran yang akan digunakan, sehingga

proses pembelajaran diharapkan dapat berjalan sesuai dengan yang

diharapkan dan tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dengan

13

Page 14: Editing Akhir

perangkat pembelajaran ini memungkinkan terjadinya interaksi belajar

mengajar yang optimal. Guru akan lebih mudah mengajarkan suatu

materi, sedangkan siswa akan lebih mudah untuk memahami materi yang

dipelajarinya. Jadi jelas bahwa dengan adanya perangkat pembelajaran

akan mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas.

Pendekatan model pembelajaran langsung dalam penerapannya

membutuhkan perangkat yang sesuai dengan pendekatan tersebut. Di sisi

lain pembelajaran model pembelajaran langsung yang tidak asing lagi

bagi sebagian besar guru fisika khususnya dimakassar menjadi

pendukung dalam penerapan perangkat yang dihasilkan nantinya. Hal ini

mendorong peneliti untuk mengembangkan perangkat model

pembelajaran langsung untuk materi kesetimbangan benda tegar di

kelas XI SMA Islam Athirah Makassar.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan di atas,

maka pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan

perangkat model pembelajaran langsung untuk materi kesetimbangan

benda tegar di Kelas XI SMA Islam Athirah Makassar yang valid, praktis

dan efektif?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk menghasilkan perangkat model pembelajaran

14

Page 15: Editing Akhir

langsung untuk materi kesetimbangan benda tegar yang valid, praktis dan

efektif di Kelas XI SMA Islam Athirah Makassar.

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan batasan istilah sebagai

berikut:

1. Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan

sumber belajar yang memungkinkan siswa dan guru melakukan

kegiatan pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang

dikembangkan dalam penelitian ini meliputi: Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa (BS), Buku

Petunjuk Guru (BPG), Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan Tes

Hasil Belajar (THB).

2. Perangkat pembelajaran dikatakan valid jika

penilaian ahli dan praktisi menunjukkan bahwa pengembangan

perangkat pembelajaran didasarkan pada rasional teoritik yang

kuat dan memiliki konsistensi internal, yakni terjadi saling

keterkaitan antar komponen dalam perangkat tersebut.

3. Perangkat pembelajaran dikatakan praktis

apabila menurut penilaian ahli dan praktisi perangkat tersebut

dinyatakan dapat diterapkan, menurut hasil pengamatan

keterlaksanaan perangkat pembelajaran di kelas termasuk dalam

kategori baik atau sangat baik.

15

Page 16: Editing Akhir

4. Perangkat pembelajaran dikatakan efektif

apabila memenuhi 3 dari 4 kriteria keefektifan tetapi kriteria (1)

harus dipenuhi. Kriteria-kriteria tersebut yaitu: (1) ketercapaian

hasil belajar yaitu minimal 85% siswa mencapai penguasaan

bahan ajar minimal 65% (mencapai skor minimal 65 untuk

rentang skor 0 -100), (Depdiknas, 2006), (2) aktivitas siswa

selama kegiatan belajar memenuhi kriteria toleransi waktu yang

telah ditetapkan, (3) lebih dari 50% siswa memberikan respon

positif terhadap perangkat model pembelajaran langsung yang

meliputi: respons terhadap buku siswa dan respons terhadap

LKS, dan (4) kemampuan guru mengelola pembelajaran dengan

menggunakan perangkat model pembelajaran langsung berada

dalam kategori tinggi.

5. Model pengembangan adalah acuan yang

digunakan dalam merancang perangkat model pembelajaran

langsung.

6. Model pembelajaran adalah suatu pola yang

digunakan sebagai petunjuk atau pedoman dalam

merencanakan pembelajaran fisika di kelas sehingga tujuan

pembejaran dapat tercapai.

7. Pembelajaran langsung adalah pembelajaran

yang dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar

siswa berkenaan dengan pengetahuan prosedural dan

16

Page 17: Editing Akhir

pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat

dipelajari selangkah demi selangkah, yang terdiri dari lima fase

yaitu: (1) menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan siswa, (2) mendemonstrasikan

pengetahuan atau keterampilan, (3) membimbing

pelatihan, (4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan

balik, dan (5) memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan.

8. Penerapan model pembelajaran yang baik

adalah perangkat pembelajaran yang setelah divalidasi dan

dilakukan uji coba, memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan.

Syarat yang dimaksud adalah: (1) kemampuan guru mengelola

pembelajaran minimal baik, (2) aktivitas siswa dalam

pembelajaran efektif, (3) respon siswa terhadap pembelajaran

positif, dan (4) tes hasil belajar valid, sensitif dan reliabel.

F. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Pokok bahasan dalam penelitian ini terbatas

pada pokok bahasan Kesetimbangan Benda Tegar yang

dilaksanakan hanya pada Kelas XI SMA Islam Athirah Makassar

Tahun Pelajaran 2009/2010.

2. Pengembangan Perangkat yang hanya

diorientasikan pada model Pembelajaran Langsung.

17

Page 18: Editing Akhir

G. Asumsi dalam Penelitian

Pada penelitian ini diasumsikan sebagai berikut:

a. Guru sebagai peneliti telah memahami prinsip, karakteristik,

serta langkah-langkah dalam model pembelajaran langsung

yang didasarkan pada kemampuan dasar siswa.

b. Siswa mengerjakan tes hasil belajar dengan sungguh-

sungguh, sehingga hasil tes mencerminkan kemampuan siswa

yang sebenarnya.

c. Siswa mengisi angket respon siswa dengan jujur, sehingga

hasil angket mencerminkan tanggapan siswa terhadap

pembelajaran.

d. Para validator memberi penilaian dengan objektif, sehingga

hasil validasi mencerminkan kualitas perangkat dan instrumen

berdasarkan teori yang digunakan.

e. Pengamat benar-benar mengamati dan mengisi data dengan

sesungguhnya sehingga data pengamatan menunjukkan

kondisi lapangan sesungguhnya.

H. Manfaat

Dengan tercapinya tujuan penelitian ini, maka diharapkan hasil

penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Perangkat pembelajaran yang telah

dikembangkan dapat digunakan sebagai alternatif rujukan

18

Page 19: Editing Akhir

dalam pembelajaran fisika untuk materi kesetimbangan benda

tegar di SMA

2. Sebagai acuan bagi guru-guru fisika SMA yang

ingin mengembangkan perangkat model pembelajaran

langsung yang didasarkan pada kemampuan dasar siswa,

ataupun perangkat untuk model pembelajaran yang lain.

3. Sebagai masukan bagi guru-guru fisika tentang

alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan

dalam pembelajaran fisika.

I. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaraan adalah sekumpulan sumber belajar

yang memungkinkan siswa dan guru melakukan kegiatan pembelajaran.

Ibrahim (2002:3) mengatakan bahwa seorang guru di dalam kelas

memerlukan sejumlah piranti/perangkat pembelajaran yang akan

membantu dan memudahkan proses mengajar belajarnya dan

memberikan pengalaman kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan

yang sudah ditentukan.

Usman (2001:24) menyatakan bahwa perangkat pembelajaran

merupakan prasyarat bagi terjadinya interaksi belajar mengajar yang

optimal. Sehingga jelas bahwa dengan adanya perangkat pembelajaran,

akan mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Guru

19

Page 20: Editing Akhir

akan lebih mudah untuk mengajarkan suatu materi, sedangkan siswa

akan lebih mudah untuk memahami materi yang diajarkan oleh guru. Oleh

sebab itu perangkat pembelajaran mutlak diperlukan oleh seorang guru

dalam mengelola pembelajaran.

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini

meliputi: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa (BS),

Lembar Kerja Siswa (LKS), Buku Petunjuk Guru (BPG), dan Tes Hasil

Belajar (THB). Secara rinci masing-masing perangkat tersebut diuraikan

sebagai berikut:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah suatu

rencana kegiatan yang disusun secara sistematis yang

berisikan prosedur atau langkah-langkah kegiatan guru dan

siswa. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini

digunakan guru sebagai pedoman dalam melaksanakan

proses pembelajaran di kelas. RPP terdiri atas beberapa

komponen utama, antara lain:

1) Identitas mata pelajaran, meliputi: (1) nama satuan

pendidikan, (2) nama mata pelajaran, (3) kelas dan

semester, (4) pertemuan, (5) alokasi waktu.

2) Standar kompetensi (SK)

3) Kompetensi dasar (KD)

4) Indikator pencapaian hasil belajar

5) Tujuan pembelajaran

20

Page 21: Editing Akhir

6) Materi ajar

7) Sumber/media pembelajaran

b. Buku Siswa (BS) adalah buku yang digunakan siswa

sebagai sarana penunjang untuk kelancaran proses

pembelajaran baik di kelas maupun di rumah. Buku siswa ini

berisikan konsep-konsep atau definisi-definisi yang akan

dikonstruksi oleh siswa melalui masalah-masalah/soal-soal

yang diberikan.

c. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran

yang berisi masalah-masalah/soal-soal dari buku siswa yang

menuntun siswa untuk dapat mengkonstruksi fakta, konsep,

prinsip atau prosedur matematik sesuai dengan materi yang

sedang dipelajari dan sekaligus sebagai temapat bagi siswa

untuk menyelesaikan masalah tersebut. LKS merupakan

kelengkapan dari buku siswa. LKS terdiri dari beberapa

komponen, yaitu: (1) judul, (2) KD yang akan dicapai, (3) waktu

penyelesaian, (4) peralatan/bahan yang diperlukan untuk

menyelesaikan tugas, (5) informasi singkat, (6) langkah kerja,

(7) tugas yang harus dilakukan, (8) laporan yang harus

dikerjakan.

d. Buku Petunjuk Guru (BPG) adalah buku yang berisi:

halaman buku siswa, komentar dan alternatif penyelesaian

yang mungkin dilakukan siswa untuk setiap masalah/soal yang

21

Page 22: Editing Akhir

terdapat dalam buku siswa, buku petunjuk guru dalam

pelaksanaan pembelajaran di kelas dan rangkuman materi

yang dibahas.

e. Tes Hasil Belajar (THB) adalah seperangkat alat evaluasi

tertulis yang digunakan untuk mengukur ketercapaian indikator

pencapaian hasil belajar yang telah ditetapkan setelah siswa

mengikuti proses pembelajaran. Tes hasil belajar ini terdiri

atas: kisi-kisi tes, lembar soal, dan pedoman penskoran.

2. Model pembelajaran langsung

Model Pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan

pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar

siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan

prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola

kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Istilah model

pembelajaran langsung dalam Arends (2001,264) antara lain training

model, active teaching model, mastery teacing, explicit instruction.

Ciri-ciri model pembelajaran langsung (dalam Kardi dan Nur,

2000:3) adalah sebagai berikut:

1 Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa

termasuk prosedur penilaian belajar.

2 Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan

pembelajaran.

22

Page 23: Editing Akhir

3 Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang

diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat

berlangsung dengan berhasil

a. Tujuan pembelajaran dan hasil belajar

Para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua acam

pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural.

Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah

pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural

adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Suatu

contoh pengetahuan deklaratif yaitu, tekanan adalah hasil bagi antara

gaya dan luas bidang benda yang dikenai gaya (P = F/A). Pengetahuan

prosedural yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif di atas adalah

bagaimana memperoleh rumus/persamaan tekanan tersebut.

Menghafal hukum atau rumus tertentu dalam bidang studi fisika,

kimia, matematika merupakan contoh pngetahuan deklaratif sederhana

atau informasi faktual, pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya

memerlukan penggunaan pengetahuan dengan cara tertentu, misalnya

membandingkan dua rancangan penelitian, menilai hasil karya seni dan

lain-lain. Seringkali penggunaan pengetahuan prasyarat yang berupa

pengethuan deklaratif. Para guru selalu menghendaki agar siswa-siswi

memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut, supaya mereka dapat

melakukan suatu kegiatan dan melakukan segala sesuatu dengan

berhasil.

23

Page 24: Editing Akhir

b. Sintaks

Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase yang

sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tentang

tujuan danlatar belakanh pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk

menerima penjelasan guru.

Pembelajaran langsung menurut Kardi (1997:3) dapat berbentuk

ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok.

Pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang

ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu

yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien

mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang

digunakan.

Sebagaimana halnya setiap pendekatan mangajar, pelaksanaan

yang baik pada model pembelajaran langsung memerlukan tindakan-

tindakan dan keputusan yang jelas dari guru, selama berlangsungnya

perencanaan, pada saat melaksanakan pembelajaran, dan pada waktu

menilai hasilnya. Pembelajaran langsung berjalan melalui lima fase seperti

yang terlihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Sintaks model pembelajaran langsung

Fase Peran Guru Fase 1

Menyampaikan tujuan

dan mempersiapkan

siswa

Guru menjelaskan TPK, Informasi

latar belakang, pentingnya pelajaran,

mempersiapkan siswa untuk belajar

24

Page 25: Editing Akhir

Fase 2

Mendemonstrasikan

pengetahuan dan

keterampilan

Guru mendemonstrasikan

keterampilan dengan benar, atau

menyajikan informasi tahap demi tahap

Fase 3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi

bimbingan pelatihan awal

Fase 4

Mengecek

pemahaman dan

memberikan umpan

balik

Mengecek apakah siswa telah

berhasil melakukan tugas dengan baik,

member umpan balik

Fase 5

Memberikan

kesempatan untuk

pelatihan lanjutan dan

penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan

melakukan pelatihan lanjutan, dengan

perhatian khusus pada penerapan

kepada situasi lebih kompleks dan

kehidupan sehari-hari

Pada fase persiapan, guru memotivasi siswa agar siap menerima

presentasi materi pelajaran yang dilakukan melalui demonstrasi tentang

keterampilan tertentu. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian

kesempatan kepada siswa untuk meakukan pelatihan dan pemberian

umpan balik terhadap keberhasilan siswa, pada fase pelatihan dan

pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan

kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan dan

keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata.

c. Lingkungan belajar dan sistem

pengelolaan

25

Page 26: Editing Akhir

Pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan

pelaksanaan yang sangat hati-hati dipihak guru. Agar dapat berlangsung

efektif, pembelajaran langsung mepersyaratkan tiap detail keterampilan

atau isi didefenisikan secara seksama dan demonstrasi serta jadwal

pelatihan direncanakan dan dilaksanakan secara seksama (Kardi dan Nur,

2000:8)

Menurut mereka, meskipun tujuan pembelajaran dapat

direncanakan bersama oleh guru dan siswa, model ini terutama berpusat

pada guru. Sistem pengelolaan yang dilakukan oleh guru harus menjamin

terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan,

mendengarkan dan resitasi (Tanya Jawab) yang terencana. Ini tidak

berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberikan

harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik.

d. Penelitian tentang keefektifan Guru

Landasan penelitian dari model pembelajaran langsung dan

berbagai komponennya, berasal dari bermacam-macam bidang. Meskipun

demikian, data penunjang empirik yang paling jelas terhadap model

pembelajaran langsung berasal dari penelitian tentang keefektifan guru

yang dilakukan pada tahun 1970-an dan 1980-an.

Penelitian Stalling dan Kaskowitz (dalam Arends, 2001:267)

menunjukan pentingnya waktu dialokasikan pada tugas (time on task).

Penelitian ini juga menyumbang dukungan empirik penggunaan

pembelajaran langsung. Beberapa orang guru menggunakan metode-

26

Page 27: Editing Akhir

metode yang sangat terstruktur dan formal, sedangkan guru-guru yang

lain menggunakan metode-metode yang informal.

Stalling dan koleganya ingin mengungkapnya, manakah diantara

program-program itu yang dapat berfungsi dengan baik dalam

meningkatkan hasil belajar siswa. Perilaku guru-guru dalam 166 kelas

diamati kemudian siswa yang dijadikan subjek dites. Banyak hal yang

dapat diungkap pada penelitian tersebut, namun ada dua hal yang sangat

menonjol, yaitu alokasi waktu dan penggunaan tugas dan kegiatan yang

menggunakan model pembelajaran langsung lebih berhasil dan

memperoleh tingkat keterlibatan yang tinggi dari pada mereka yag

menggunakan metode-metode informal dan berpusat pada siswa.

Beberapa penelitian tahun 1970, misalnya yang dilakuka oleh

Stallings dan rekan-rekannya, menunjukkan bahwa guru yang memiliki

kelas yang terorganisasi dengan baik menghasilkan rasio keterlibatan

siswa (time-task-ratios) yang lebih tinggi dari pada guru yang

menggunakan pendekatan yang kurang formal dan kurang terstruktur.

Obeservasi terhadap guru-guru yang berhasil, menunjukkan bahwa

kebanyakan mereka menggunakan prosedur pembelajaran langsung.

e. Pelaksanaan pembelajaran langsung

Sebagaimana halnya setiap mengajar, pelaksanaan yang baik

model pembelajaran langsung memerlukan tindakan-tindakan dan

keputusan-keputusan yang jelas dari guru selama berlangsungnya

perencanaan, pada saat melaksanakan pembelajaran, dan waktu menilai

27

Page 28: Editing Akhir

hasilnya. Beberapa diantara tindakan-tindakan tersebut dapat dijumpai

pada model-model pembelajaran yang lain, langkah-langkah atau

tindakan tertentu yang merupakan cirri khusus pengjaran langsung. Ciri

utama unik yang terlihat dalam melaksanakan suatu pembelajaran

langsung adalah sebagai berikut:

1) Tugas-tugas perencanaan

Pembelajaran langsung dapat diterapkan di bidang studi apapun,

namun model ini paling sesuai untuk mata pelajaran yang berorientasi

pada penampilan atau kinerja seperti menulis, membaca, matematika,

musik, dan pendidikan jasmani. Di samping itu pembelajaran langsung

juga cocok untuk mengajrkan komponen-komponen keterampilan dan

mata pelajaran sejarah dan sains.

a) Merumuskan tujuan

Untuk merumuskan tujuan pembelajaran dapat digunakan model

Mager dalam Kardi dan Nur (2000:18). Mager mengemukakan bahwa

tujuan pembelajaran khusus harus sangat spesifik. Tujuan yang ditulis

dalam format Mager dikenal dengan tujuan perilaku dan terdiri dari tiga

bagian yaitu

(1) Perilaku siswa, apa yang akan dilakukan siswa/jenis-jenis

perilaku siswa yang diharapkan guru untuk dilakukan sebagai

bukti bahwa tujuan itu telah tercapai

(2) Situasi pengetesan, di bawah kondisi tertentu perilakuitu akan

teramati atau diharapkan terjadi

28

Page 29: Editing Akhir

(3) Kriteria kinerja, diterapkan standar atau tingkat kinerja sebagai

standar atau tingkat kinerja yang dapat diamati

Singkatnya, menurut Mager tujuan yang baik perlu berorientasi pada

siswa dan spesifik, mengandung uraian yang jelas tentang situasi

penilaian (kondisi evaluasi), dan mengandung tingkat ketercapaian kinerja

yang diharapkan (criteria keberhasilan)

b) Memilih isi

Kebanyakan guru pemula meskipun telah beberapa tahu

mengajar, tidak dapat diharapkan akan menguasai sepenuhnya materi

pelajaran yang diajarkan. Bagi mereka yang masih dalam proses

menguasaisepenuhnya materi ajar, disarankan agar dalam memilih materi

ajar mengacu pada Silabus yang berlaku, dan buku rujukan tertentu

(dalam Kardi dan Nur, 2000:20)

c) Melakukan analisis tugas

Analisis tugas ialah alat yang digunakan oleh guru untuk

mengidentifikasi dengan presisi yang tinggi hakekat yang setepatnya dari

suatu keterampilan atau butir pengetahuan yang terstruktur dengan baik,

yang kan diajarkan oleh guru. Ide yang melatar belakangi analisis tugas

ialah, bahwa informasi dan keterampilan yang kompleks tidak dapat

dipelajari semuanya dalam kurun waktu tertentu. Untuk mengembangkan

pemahaman yang mudah dan pada akhirnya penguasaan, keterampilan

dan pengertian kompleks itu lebih dulu haurs dibagi menjadi komponen

29

Page 30: Editing Akhir

bagian, sehingga dapat diajarkan berurutan dengan logis dan tahap demi

tahap (Kardi dan Nur, 2000:23)

d) Merencanakan waktu dan ruang

Pada suatu pengajran langsung, merencanakan dan mengelola

waktu merupakan kegiatan yang sangat penting. Ada dua hal yang perlu

diperhatikan oleh guru yaitu:

(1) Memastikan bahwa waktu yang disediakan sepadan dengan

bakat dan kemampuan siswa

(2) Memotivasi siswa agar mereka tetap melakukan tugas-

tugasnya dengan perhatian yang optimal.

Menangani dengan baik siswa-siswa yang akan diajar sangat

bermanfaat untuk menentukan alaokasi waktu pembelajaran.

Merencanakan dan mengelola ruang untuk pembelajaran langsung juga

sama pentingnya (Kardi dan Nur, 2000:23)

2) Langkah-langkah pembelajaran model

pembelajaran langsung

Langkah-langkah pemebelajaran model pengjaran langsung pada

dasarnya mengikuti pola-pola pembelajaran secara umum. Menurut Kari

dan Nur (2000:27-43), langkah-langkah pembelajaran langsung meliputi

tahapan sebagai berikut.

a) Menyampaikan tujuan dan menyiapkan

siswa

30

Page 31: Editing Akhir

Tujuan langkah awal ini untuk menarik dan memusatkan perhatian

siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pelajaran itu.

b) Menyampaikan tujuan

Siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka

berpartisipasi dalam suatupelajaran tertentu, dan mereka perlu

mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai

berperan serta dalam pelajaran itu. Penyampaian tujuan kepada siswa

dapat dilakukan guru melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan

cara menuliskan di papan tulis atau menempelkan informasi tertulis pada

papan bulletin, yang berisi tahapan-tahapan dan isinya, serta alokasi

waktu yang disediakan untuk setiap tahapan.

c) Menyiapkan siswa

Kegiatan ini ertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan

perhatian iswa pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada

hasil belajar yangtelah dimilikinya, yang relevan dengan pokok

pembicaraan yang akan dipelajari

d) Presentasi dan demonstrasi

Fase kedua pembelajaran langsung adalah melakukan presentase

atau demonstrasi pengetahuan dan keterampilan. Kunci untuk berhasil

ialah mempresentasikan informasi sejelas mungkin dan mngikuti langkah-

langkah demonstrasi yang efektif.

e) Mencapai kejelasan

31

Page 32: Editing Akhir

Hasil-hasil penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa

kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan spesifik

kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses belajar

siswa. Sementara itu, para peneliti dan pengamat terhadap guru pemula

dan belum berpengalaman menemukan banyak penjelasan yang kabur

dan membingungkan. Hal ini pada umumnya terjadi pada saat guru tidk

menguasai sepenuhnya isis pokok bahasan yang dikerjakannya, dan tidak

menguasai teknik komunikasi yang jelas.

f) Melakukan demonstrasi

Pembelajaran langsung berpegang teguh pada asumsi, bahwa

sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati

orang lain. Belajar dengan meniru tingkah laku orang lain dapat

menghemat waktu, menghindari siswa dari belajar melalui “trial and error”.

Agar dapat mendemonstrasikan suatu konsep atau keterampilan dengan

berhasil, guru perlu dengan sepenuhnya menguasai konsep atau

keterampilan yang akan didemonstrasikan, dan berlatih melakukan

demonstrasi untuk menguasai komponen-komponennya.

g) Mencapai pemahaman dan penguasaan

Untuk menjamin agar siswa akan mengamati tingkah laku yang

benar dan bukan sebaiknya, guru perlu benar-benar memperhatikan apa

yang terjadi pada setiap tahapan demonstrasi ini berarti, bahwa jika guru

menghendaki agar siswa-siswanya dapat melakukan sesuatu yang benar,

guru perlu mengupayakan agar segala sesuatu yang didemonstrasikan

32

Page 33: Editing Akhir

juga benar. Banyak contoh yang menunjukkan, bahwa anak/siswa

bertingkah laku yang tidak benar karena mencontoh tingkah laku orang

lain yang tidak benar.

h) Berlatih

Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar diperlukan

latihan yang intensif, dan mempersiapkan aspek-aspek penting dari

keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.

i) Memberikan latihan terbimbing

Salah tahapan penting dalam pembelajaran langsung adalah cara

guru mempersiapkan dan melaksanakan pelatihan terbimbing.

Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan

retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancer, dan memungkinkan

siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi baru. Menurut Kardi

dan Nur (2000:35-36) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru

dalam menerapkan dan melakukan pelatihan sebagai berikut:

(1) Menugasi siswa melakukan tingat singkat dan bermakna

(2) Memberikan pelatihan kepada siswa sampai benar-benar

menguasai konsep/keterampilan yang dipelajari

(3) Hati-hati terhadap latihan yang berkelanjutan, pelatihan yang

dilakukan terus-menerus dalam waktu yang lama dapat

menimbulkan kejenuhan pada siswa

33

Page 34: Editing Akhir

(4) Memperhatikan tahap-tahap awal pelatihan, yang mungkin

saja siswa melakukan keterampilan yang kurang benar atau

bahkan salah tanpa disadari

a) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Tahap ini kadang-kadang disebut juga dengan tahap resitasi, yaitu

guru memberikan pertanyaan lisan dan tulisan kepada siswa dan guru

memberikan respon terhadap jawaban siswa. Kegiatan ini merupakan

aspek penting dalam pembelajaran langsung, karena tanpa mengetahui

hasilnya, latihan tidak banyak manfaatnya bagi siswa. Guru dapat

menggunakan berbagai carauntuk memberikan umpan balik secara lisan,

tes, dan komentar tertulis. Tanpa umpan balik spesifik, siswa tidal

mungkin dapat memperbaiki kekurangannya, dan tidak dapat mencapai

tingkat penguasaan keterampilan yang mantap.

Menurut Kardi dan Nur (2000:38-42), untuk memberikan umpan

balik yang efektif kepada siswa yang jumlahnya banyak, dapat digunakan

beberapa pedoman yang patut dipertimbangkan, sebagai berikut:

(1) Memberikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan,

hal ini tidak berarti umpan balik perlu dierikan keada siswa

seketika, namun umpan balik seharusnya diberikan cukup

segera setelah latihan sehingga siswa dapat mengingat

dengan jelas kinerja mereka sendiri.

(2) Mengupayakan agar umpan balik jelas dan spesifik mungkin

agar paling dapat membantu siswa. Misal ‘tiga kata tertulis

34

Page 35: Editing Akhir

salah satu pada makalah Anda: efiktif, posatif, dan vartikal’

“terlalu banyak kata yang salah ketik”

(3) Umpan balik ditujukan langsung pada tingkah laku dan bukan

pada maksud yang tersirat dalam tingkah laku tersebut. Misal.

‘saya tidak dapat membaca tulisan anda, karena jarak antara

barisyang satu dengan yang lain terlalu rapat’ dan bukan

‘tulisan tidak rapid an kurang jelas’.

(4) Menjaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan

siswa. Umpan balik harus diberikan secara hati-hati agar

berguna. Kadang-kadang, siswa diberi umpan balik terlalu

banyak atau umpan balik terlalu rumit bagi siswa untuk

menanganinya

(5) Memberikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar.

Tentunya setiap siswa lebih menyukai unpan balik yang positif

daripada yang negative. Pada umumnya pujian akan diterima

sedangkan umpan balik negative mungkin ditolak

(6) Apabila memberi umpan balik negative, tunjukkan bagaimana

melakukannya dengan benar. Apabila mengetahui bahwa

sesuatu telah dilakukan salah, umpan balik negative harus

selalu disertai dengan demonstrasi yang benar oleh guru

(7) Membantu siswa untuk memusatkan perhatiannya pada

proses dan bukan pada hasil. Merupakan tanggung jawab guru

agar siswa memusatkan perhatiannya proses atau teknik

35

Page 36: Editing Akhir

tertentu. Siswa perlu disadarkan, bahwa teknik yang salah

dapat saja memberikan hasil akan tetapi hasil tersebut akan

menjadi penghambat untuk perkembangannya lebih lanjut

(8) Mengajari siswa cara member umpan balik kepada dirinya

sendiri, dan bagaimana menilai keberhasilan kinerjanya

sendiri. Belajar bagaimana menilai keberhasilan sendiri dan

memberikan umpan balik kepada dirinya sendiri merupakan

hal penting yang perlu dipelajari oleh siswa.

b) Memberikan kesempatan latihan mandiri

Pada tahap ini guru memberikan tugas kepada siswa untuk

menerapkan keterampilan yang baru saja diperoleh secara mandiri.

Kegiatan ini dilakukan dirumah atau diluar jam pelajaran. Menurut Kardi

dan Nur (2000:42-43) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru

dalam memberikan tugas mandiri yaitu:

(1) Tugas rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari

proses pembelajaran, tetapi merupakan kelanjutan pelatihan

untuk pembelajaran berikutnya

(2) Guru seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa

tentang tingkat keterlibatan mereka dalam membimbing siswa

di rumah

(3) Guru perlu memberikan umpan balik tentang hasil tugas yang

diberikan kepada siswa dirumah.

2. Validasi perangkat pembelajaran

36

Page 37: Editing Akhir

Untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang baik, maka

perangkat pembelajaran yang telah dirancang divalidasi oleh para ahli

(validator) yang mencakup kebenaran substansi dan kesesuaian dengan

tingkat berpikir siswa. Indikator validasi perangkat pembelajaran yang

akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada indikator validasi

perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan oleh La Siara (2004).

Pemilihan indikator validasi perangkat pembelajaran tersebut

didasarkan pada pertimbangan bahwa indikator-indikator validasi yang

dikembangkan tersebut sesuai dengan pendekatan model pembelajaran

langsung yang peneliti gunakan dalam pengembangan perangkat

pembelajaran. Adapun perangkat pembelajaran yang akan divalidasi

dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini adalah: Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa (BS), Lembar Kegiatan

Siswa (LKS), Buku Petunjuk Guru (BPG), dan Tes Hasil Belajar (THB).

Indikator validasi dari setiap perangkat pembelajaran dijelaskan sebagai

berikut:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Indikator RPP dalam penelitian ini terdiri dari: format, isi, bahasa,

dan manfaat. Secara rinci indikator-indikator tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1) Format

Indikator format yang harus diperhatikan dalam penyusunan RPP

adalah: (1) kejelasan pembagian materi, (2) materi dalam RPP yang terdiri

37

Page 38: Editing Akhir

dari: pendahuluan yang menerangkan pokok bahasan, sub pokok

bahasan, dan alokasi waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar,

materi pembelajaran, materi prasyarat, dan kegiatan pembelajaran

dikelompokkan dengan jelas, (3) pengaturan ruang/tata letak, (4) jenis dan

ukuran huruf sesuai.

2) Bahasa

Indikator bahasa yang harus diperhatikan dalam menyusun RPP

adalah:

a) Kebenaran tata bahasa, artinya bahasa

yang digunakan dalam RPP sesuai dengan tata bahasa

Indonesia yang benar,

b) Kesederhanaan struktur kalimat,

c) Kejelasan petunjuk atau arahan, dan

d) Sifat komunikasi bahasa yang digunakan.

3) Isi

Indikator RPP adalah:

a) Kebenaran materi/isi, artinya tujuan

dirumuskan dengan benar, pemilihan materi prasyarat dan

metode dilakukan dengan benar dan langkah-langkah kegiatan

pembelajaran disajikan dengan benar,

b) Dikelompokkan dalam bagian-bagian

yang logis,

38

Page 39: Editing Akhir

c) Kesesuaian dengan standar isi, misalnya

perumusan tujuan dan materi pembelajaran sesuai dengan

standar isi yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP),

d) Kesesuaian dengan model pembelajaran

langsung, misalnya konsep yang akan dipelajari siswa

dinyatakan dengan jelas pada langkah-langkah pembelajaran

yang terstruktur,

e) Metode penyajian, artinya metode

penyajian tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran,

f) Kelayakan sebagai perangkat, dan

g) Kesesuaian alokasi waktu yang

digunakan pada setiap langkah kegiatan pembelajaran.

4) Manfaat/kegunaan

Indikator mafaat RPP adalah:

a) Dapat digunakan sebagai pedoman bagi

guru maupun siswa dalam pembelajaran.

b) Dapat memudahkan siswa dalam

memahami konsep yang dipelajari melalui langkah-langkah

yang jelas dan terstruktur.

b. Buku Siswa (BS)

Indikator buku siswa mencakup: format, isi dan bahasa. Secara

rinci indikator-indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

39

Page 40: Editing Akhir

1) Format

Indikator format yang harus diperhatikan dalam menyusun buku

siswa adalah:

a) Sistem penomoran jelas, yaitu menggunakan campuran angka

dan huruf;

b) Kejelasan pembagian materi

Pembagian materi dalam buku siswa didasarkan pada

pengelompokkan masalah-masalah kontekstual yang terkait

dengan sub-sub pokok bahasan yang akan dibahas. Sub-sub

pokok bahasan yang akan dibahas dapat dikenal siswa ketika

mereka mulai mencurahkan perhatian terhadap masalah

kontekstual yang disajikan.

c) Pengaturan ruang/tata letak

Tata letak dalam buku siswa dapat diatur misalnya: pada

bagian awal memuat tujuan yang akan dipelajari siswa dan

masalah kontekstual umum, jika terdapat teks yang memuat

ilustrasi maka ilustrasi diletakkan di bagian kanan atau di

bawah teks, dan pada bagian akhir pembahasan suatu pokok

bahasan dimuat latihan soal-soal.

d) Teks dan ilustrasi seimbang

Antara teks yang memuat ilustrasi dan ilustrasinya harus

sesuai. Sedapat mungkin lebar ilustrasi disesuaikan dengan

lebar teks.

40

Page 41: Editing Akhir

e) Penerapan langkah-langkah kegiatan pembelajaran jelas;

f) Jenis dan ukuran huruf yang sesuai dengan tingkat

perkembangan siswa SMA pada umumnya, misalnya Roman

12 - 13, Book Antiqua 11 - 12, atau Bookman Old Style 12 - 13

g) Memiliki daya tarik artinya dalam menyusun buku siswa perlu

ditampilkan gambar/ilustrasi dan hal-hal yang perlu ditonjolkan

seperti pokok bahasan, tujuan yang akan dipelajari,

kesimpulan, dan arahan/petunjuk/catatan yang bersifat

informasi dimuat dalam kotak dan bila perlu diberi warna;

h) Kesesuaian ukuran fisik buku siswa dengan siswa, artinya

ukuran kertas yang digunakan dalam buku siswa sesuai

dengan ukuran fisik siswa SMA pada umumnya. Ukuran kertas

yang dapat digunakan misalnya Q4, A4, atau F4.

2) Isi

Indikator isi buku siswa adalah:

a) Kebenaran materi/isi, artinya pemilihan dan penyajian

materi/isi buku siswa yang meliputi: masalah kontekstual dan

petunjuk/arahan/catatan adalah benar;

b) Sesuai dengan KTSP;

c) Dukungan ilustrasi untuk memperjelas konsep, Ilustrasi yang

dimuat dalam buku siswa hendaknya terkait secara langsung

dengan konsep yang dibahas dan memperjelas pemahaman

terhadap konsep yang akan dipelajari melalui masalah

41

Page 42: Editing Akhir

kontekstual.merupakan materi yang esensial, artinya materi/isi

buku siswa merupakan materi yang penting, mendasar, dan

dapat dikuasai siswa melalui proses pembelajaran;

d) Memberi rangsangan secara visual, artinya siswa

terangsang/terdorong untuk melihat gambar/ilustrasi dalam

buku siswa karena gambar/ilustrasi yang ditampilkan sering

dijumpai dalam lingkungan sehari-hari mereka;

e) Kelayakan kelengkapan belajar, artinya kelengkapan belajar

yang digunakan siswa dalam pembelajaran suatu pokok

bahasan adalah layak dan sesuai;

f) Kesesuaian alokasi waktu yang digunakan pada setiap

langkah kegiatan pembelajaran;

g) Mudah dipahami;

h) Menggunakan konteks lokal, artinya ilustrasi/gambar yang

dimuat berdasarkan konteks daerah/tempat/lingkungan siswa

dan sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari mereka.

3) Bahasa

Indikator bahasa yang harus diperhatikan dalam menyusun buku

siswa adalah:

a)Kebenaran tata bahasa, artinya bahasa yang digunakan dalam

buku siswa sesuai dengan tata bahasa Indonesia yang benar,

b)Kesesuaian kalimat dengan tingkat perkembangan siswa,

artinya kalimat yang digunakan dalam buku siswa sesuai

42

Page 43: Editing Akhir

dengan tingkat perkembangan siswa SMA, misalnya

kalimatnya sederhana, maknanya dapat dipahami, dan

menggunakan istilah yang cukup dikenal oleh siswa,

c) Kesederhanaan struktur kalimat, mendorong minat baca, karena

materi cerita yang dimuat sesuai dengan pengalaman dalam

kehidupan sehari-hari siswa,

d)Menggunakan bahasa yang komunikatif, artinya bahasa yang

digunakan dalam buku siswa menimbulkan komunikasi yang

akrab dengan siswa, dan

e)Menggunakan petunjuk atau arahan yang jelas, artinya petunjuk

atau arahan yang terkait dengan cara menyelesaikan masalah

jelas.

c. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Indikator LKS mencakup: format, isi, bahasa, waktu dan mafaat.

Secara rinci indikator-indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Format

Indikator format yang harus diperhatikan dalam menyusun LKS

adalah:

a)Kejelasan pembagian materi

Pembagian materi dalam LKS didasarkan pada

pengelompokkan materi yang ada pada buku siswa. Namun

pada LKS hanya memuat petunjuk tentang maksud dari suatu

masalah. Selain itu dalam LKS memuat tempat kosong atau

43

Page 44: Editing Akhir

titik-titik yang disesuaikan dengan banyaknya langkah

penyelesaian sebagai tempat jawaban siswa,

b)Sistem penomoran jelas, yaitu menggunakan campuran angka

dan huruf,

c) Jenis dan ukuran huruf yang sesuai (lihat jenis dan ukuran huruf

pada buku siswa),

d)Kesesuaian ukuran fisik buku LKS dengan siswa

Tata letak dalam LKS berupa pengaturan tentang besar

kecilnya tempat kosong atau titik-titik yang harus disediakan

sebagai tempat untuk menuliskan apa yang diketahui, apa

yang ditanyakan, dan penyelesaian masalah,

e)Kesesuaian tata letak,

Teks dan ilustrasi seimbang, antara teks yang memuat ilustrasi

dan ilustrasinya harus sesuai. Sedapat mungkin lebar ilustrasi

disesuaikan dengan lebar teks.

2) Isi

Indikator isi LKS adalah:

a) Kebenaran materi/isi, artinya penyajian petunjuk atau

arahan yang memperjelas suruhan yang ada pada buku siswa

yang termuat dalam LKS dan pengalokasian tempat kosong

sebagai tempat penyelesaian adalah benar,

b) Merupakan materi/tugas yang esensial, artinya tugas-

tugas yang harus dilakukan siswa merupakan tugas penting,

44

Page 45: Editing Akhir

mendasar, dan dapat diselesaikan melalui proses

pembelajaran,

c) Dikelompokkan dalam bagian-bagian yang logis,

d) Kesesuaian dengan model pembelajaran langsung,

e) Peranannya dalam membimbing siswa dalam

menyelesaikan masalah dengan cara atau metode yang telah

dipelajari, dan

f) Kelayakan kelengkapan belajar.

3) Bahasa

Indikator bahasa yang harus diperhatikan dalam menyusun LKS

adalah:

a) kebenaran tata bahasa, artinya sesuai dengan tata bahasa

Indonesia yang benar,

b) Kesesuaian kalimat dengan tingkat perkembangan siswa,

c) Kesederhanaan struktur kalimat,

d) Kejelasan petunjuk atau arahan, artinya petunjuk atau arahan

yang memperjelas suruhan yang ada pada buku siswa adalah

jelas,

e) Menggunakan bahasa yang komunikatif, artinya bahasa yang

digunakan dalam LKS menimbulkan komunikasi yang akrab

dengan siswa.

4) Waktu

45

Page 46: Editing Akhir

Indikator waktu LKS adalah: rasionalitas alokasi waktu untuk

meyelesaikan LKS.

5) Manfaat/kegunaan

Indikator manfaat LKS adalah:

a) Dapat digunakan sebagai pedoman bagi guru maupun siswa

dalam pembelajaran.

b) Dapat melatih siswa dalam mengembangkan cara berpikir

terstruktur

d. Buku Petunjuk Guru (BPG)

Indikator buku petunjuk guru mencakup format, bahasa, isi, ilustrasi

dan manfaat. Secara rinci indikator-indikator tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1) Format

Indikator format dalam buku petunjuk guru adalah:

a) Kejelasan pembagian materi. Salah satu

pertimbangan praktis agar memudahkan guru mengelola

pembelajaran adalah dalam buku petunjuk guru memuat

seluruh isi buku siswa. Selain memuat isi buku siswa, buku

petunjuk guru juga memuat komentar masalah, penyelesaian

masalah dan petunjuk sebagai tindakan antisipasi apabila

siswa mengalami kesulitan dalam penyelesaian masalah.

b) Sistem penomoran, yaitu menggunakan

campuran angka dan huruf

46

Page 47: Editing Akhir

c) Pengaturan ruang/tataletak, artinya tata

letak dalam buku petunjuk guru dibagi menjadi empat bagian

yaitu bagian pertama memuat judul, materi dan indikator,

bagian kedua memuat petunjuk umum untuk guru, bagian

ketiga memuat masalah pada buku siswa dan bagian keempat

memuat alternatif jawaban siswa.

d) Jenis dan ukuran huruf yang sesuai untuk

guru pilih dengan mempertimbangkan efisiensi penulisan

materi/isi BPG.

2) Bahasa

Indikator bahasa yang harus diperhatikan dalam menyusun RPP

adalah:

a) Kebenaran tata bahasa, artinya bahasa yang digunakan

dalam buku petunjuk guru sesuai dengan tata bahasa

Indonesia yang benar,

b) Kesederhanaan struktur kalimat, artinya struktur kalimat

yang digunakan tidak kompleks,

c) Kejelasan petunjuk, komentar, dan penyelesaian

masalah, dan

d) Sifat komunikatif bahasa yang digunakan.

3) Isi

Indikator isi buku petunjuk guru adalah:

47

Page 48: Editing Akhir

a) Kebenaran materi/isi, artinya disamping materi buku

siswa harus benar, komentar dan penyelesaian masalah yang

dimuat dalam buku petunjuk guru juga benar,

b) Dikelompokkan dalam bagian-bagian yang logis, artinya

disamping pengelompokkan buku siswa, pengelompokkan

komentar tentang masalah dan penyelesaian masalah adalah

logis, dan

c) Membantu guru dalam melaksanakan RPP yang sesuai

dengan pembelajara model pembelajaran langsung.

4) Ilustrasi

Indikator ilustrasi buku petunjuk guru adalah:

a) Buku disertai dengan ilustrasi yang berkaitan langsung

dengan materi pelajaran.

b) Ilustrasi dibuat dengan tata letak yang efektif

c) Ilustrasi dibuat untuk memperjelas konsep

d) Ilustrasi jelas terbaca dan mudah dipahami

5) Manfaat/kegunaan

Indikator mafaat RPP adalah:

a) Dapat digunakan sebagai pedoman bagi guru maupun

siswa dalam pembelajaran.

b) Dapat memudahkan siswa dalam memahami konsep

yang dipelajari melalui langkah-langkah yang jelas dan

terstruktur.

48

Page 49: Editing Akhir

e. Tes hasil belajar (BPG)

Indikator tes hasil belajar mencakup:

1) Materi soal

a) Soal sudah sesuai dengan indikator

b) Maksud soal dirumuskan dengan singkat dan jelas

c) Soal mencakup materi pelajaran secara representatif

2) Konstruksi

a) Petunjuk dinyatakan dengan jelas

b) Kalimat soal tidak menimbulkan penafsiran

ganda

c) Rumusan pertanyaan soal menggunakan

kalimat tanya atau perintas yang jelas

d) Gambar/grafik/tabel pada soal terbaca

3) Bahasa

a) Soal menggunakan bahasa yang sesuai

dengan kaidah bahasa Indonesia

b) Menggunakan bahasa yang mudah

dimengerti

c) Rumusan kalimat soal komunikatif,

menggunakan bahasa yang sederhana/familier bagi siswa, dan

mudah dipahami

Indikator-indikator perangkat pembelajaran tersebut dijadikan

aspek-aspek penilaian lembar validasi Rencana Pelaksanaan

49

Page 50: Editing Akhir

Pembelajaran (RPP), lembar validasi Buku Siswa (BS), lembar validasi

Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar validasi Buku Petunjuk Guru (BPG),

dan lembar validasi Tes Hasil Belajar (THB).

J. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian dan variabel penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan karena pada

penelitian ini dikembangkan perangat pembelajaran model pembelajaran

langsung untuk materi kesetimbangan benda tegar. Model pengembangan

yang digunakan adalah model 4-D dari Thiagarajan, Semmel dan Semmel

(1974). Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa (BS), Buku Petunjuk Guru

BPG), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB).

2. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas XI SMA Islam

Athirah. Subjek yang dimaksud adalah siswa pada kelas untuk ujicoba.

3. Prosedur pengembangan perangkat

pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan adalah

perangkat model pembelajaran langsung untuk materi kesetimbangan

benda tegar. Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan

model Thiagarajan, Semmel dan Semmel yang dikenal dengan 4-D yaitu

50

Page 51: Editing Akhir

pendefenisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop),

dan penyebaran (disseminate). Prosedur pengembangan perangkat

pembelajaran dalam enelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6 berikut:

51

Analisis Awal-Akhir

Analisis Siswa

Analisis Materi

Analisis Tugas

Spesifikasi Tujuan Pembelajaran

Pemilihan Media

Pemilihan Format

Perancangan Awal Perangkat Pembelajaran Draft Awal

Validasi AhliAnalisis Data Hasil ValidasiValid?

Revisi 1

Uji Keterbacaan + Simulasi

Tidak

YaAda revisi

?Revisi 2

Tidak

Ya

Ujicoba

Analisis Data Hasil UjicobaPraktis,

efektif? Revisi n, n 3

Penyebaran Pada Guru-guru Ada

revisi?

Revisi n + 1

Darft Final

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Gambar 9. Modifikasi model pengembangan perangkat pembelajran 4-D Thiagarajan

Keterangan : : Urutan Kegiatan : Hasil Kegiatan : Jenis Kegiatan

Page 52: Editing Akhir

Hasil pengembangan menghasilkan naskah final (draft final)

sedangkan untuk tahap penyebaran (disseminate) berupa sosialisasi

kepada guru-guru fisika, melalui MGMP Fisika kota Makassar, untuk

memperoleh masukan dan saran-saran sebagai bahan pertimbangan

dalam merevisi perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Penyebaran

perangkat pembelajaran secara luas belum dapat dilakukan mengingat

keterbatasan waktu dan biaya peneliti.

Selanjutnya tahap-tahap model pengembangan perangkat

pembelajaran yang dikemukan oleh Thiagarajan dkk, diuraikan sebagai

berikut:

a. Tahap pendefenisian (define)

Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan dan menentukan

syarat-syarat pembelajaran yang meliputi tujuan pembelajaran dan

batasan materi pembelajaran. Adapun langkah-langkah dalam tahap ini

adalah sebagai berikut:

1) Analisis awal-akhir

Langkah pertama dalam tahap pendefenisian (define) adalah

melakukan analisis awal-akhir. Peneliti dapat melakukan diskusi dengan

guru tekait mengenai pelaksanaan pembelajaran fisika di sekolah tempat

akan dilakukannya penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti akan banyak

52

Page 53: Editing Akhir

melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran fisika dan matematika

untuk mengetahui bagaimana kondisi proses pembelajaran di sekolah

tersebut. Hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai masalah

mendasar yang perlu diupayakan pemecahannya.

2) Analisis siswa

Analisis siswa dilakukan untuk menelaah tentang karakteristik

siswa. Karakteristik siswa yang dimaksud meliputi latar belakang

pengetahuan siswa khususnya kemampuan dasar matematik. Bahasa

yang digunakan dan perkembangan kognitif siswa. Hasil telaah tersebut

digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan

perangkat model pembelajaran langsung yang didasarkan pada

kemampuan dasar siswa.

3) Analisis materi

Pada langkah ini dilakukan kegiatan yaitu mengidentifikasi, merinci,

dan menyusun secara sistematis materi-materi utama yang akan dipelajari

oleh siswa, selanjutnya materi tersebut disusun secara hirarkis. Materi

pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah .........pada kelas ......

semester genap yang sesuai dengan standar KTSP.

4) Analisis tugas

Analisis tugas dilakukan setelah mengetahui materi yang akan

diajarkan sehingga dapat diketahui tugas-tugas yang harus diselesaikan

siswa selama pembelajaran dilaksanakan. Analisis tugas juga dapat

53

Page 54: Editing Akhir

memudahkan guru untuk merumuskan tujuan-tujuan khusus yang akan

dicapai.

5) Spesifikasi tujuan pembelajaran

Dari analisis materi dan analisis tugas yang telah dilakukan,

diharapkan dapat dihasilkan tujuan pembelajaran khusus yang merupakan

dasar untuk menyusun tes dan merancang perangkat pembelajaran

materi kesetimbangan benda tegar. Kegiatan yang dilakukan pada

langkah ini adalah merumuskan tujuan-tujuan pembelajaran khusus

(indikator pencapaian) berdasarkan analisis materi dan analisis tugas.

Perincian tujuan pembelajaran khusus tersebut merupakan dasar dalam

penyusunan rancangan perangkat model pembelajaran langsung pada

materi kesetimbangan benda tegar.

b. Tahap perancangan (design)

Tahap ini bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran dan

instrumen penelitian sehingga diperoleh prototipe (perangkat

pembelajaran dan instrumen penelitian contoh). Kegiatan yang

dilaksanakan pada tahap ini terdiri atas tiga kegiatan, yaitu: (1) pemilihan

media, (2) pemilihan format dan (3) perencanaan awal perangkat

pembelajaran. Secara singkat masing-masing kegiatan pada tahap ini

dijelaskan sebagai berikut:

1) Pemilihan media

54

Page 55: Editing Akhir

Kegiatan ini dilakukan untuk menetukan media dan alat

pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam pelaksanaan

pembelajaran. Proses pemilihan media ini disesuaikan dengan hasil

analisis tugas, analisis materi dan analisis siswa. Selain itu, media yang

dipilih harus disesuikan dengan karakteristik siswa dan fasislitas yang

tersedia atau yang dapat disediakan di sekolah.

2) Pemilihan format

Kegiatan pada tahap ini meliputi pemilihan format untuk mendesain

atau merancang isi pembelajaran, pemilihan strategi, pendekatan, metode

pembelajaran dan sumber belajar.

3) Perancangan awal

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah penulisan

perangkat pembelajaran, yang meliputi: (1) Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran, (2) Buku Siswa, (3) Lembar Kegiatan Siswa, (4) Buku

Petunjuk Guru dan (5) Tes Hasil Belajar. Semua perangkat yang akan

dihasilkan dalam tahap ini disebut draft awal.

c. Tahap pengembangan (develop)

Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghasilkan draf perangkat

pembelajaran yang telah direvisi berdasarkan masukan para ahli dan data

yang diperoleh dari hasil uji keterbacaan dan data hasil ujicoba. Kegiatan

yang akan dilakukan pada tahap ini adalah penilaian ahli, uji keterbacaan

55

Page 56: Editing Akhir

dan simulasi dan uji coba di kelas XI SMA Islam Athirah Makassar. Secara

singkat masing-masing kegiatan pada tahap ini dijelaskan sebagai berikut:

1) Penilaian ahli

Setelah semua perangkat draft awal selesai, pada tahap

perancangan, selanjutnya dilakukan penilaian (divalidasi) oleh beberapa

orang yang dipandang ahli (expert judgment). Yang dimaksud ahli dalam

hal ini adalah para validator yang berkompeten untuk melakukan penilaian

terhadap perangkat pembelajaran. Saran dari para validator digunakan

sebagai bahan untuk melakukan revisi perangkat hasil pengembangan

yang dilakukan pada tahap perancangan (draft awal). Secara umum

validasi ahli mencakup:

a) Isi dari perangkat pembelajaran, apakah isi dari

perangkat pembelajaran sesuai dengan materi, serta tujuan

yang akan diukur (validasi materi)?.

b) Bahasa: (1) apakah kalimat pada perangkat

pembelajaran menggunakan bahasa yang sesuai kaidah

bahasa indonesia?, (2) apakah kalimat pada perangkat

pembelajaran tidak menimbulkan penafsiran ganda?.

2) Uji Keterbacaan dan simulasi RPP tertentu

Draft awal perangkat yang telah dikembangkan, lembar observasi

dan angket respon siswa dilakukan uji keterbacaan dan simulasi RPP

tertentu. Tujuan kegiatan ini untuk memperoleh masukan apakah semua

56

Page 57: Editing Akhir

perangkat pembelajaran dan angket respon siswa dapat jelas dibaca dan

dipahami serta dapat dilaksanakan di lapangan. Pada kegiatan ini

dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:

a) Dipilih satu kelas, yaitu kelas XI IPA 1 SMA Islam

Athirah Makassar sebagai subjek uji keterbacaan dan simulasi

RPP tertentu. Pemilihan subjek ini dilakukan dengan

memperhatikan heterogenitas siswa di kelas ditinjau dari

kemampuan akademik dan jenis kelamin.

b) Seluruh siswa diminta untuk membaca seluruh isi

dari: Buku Siswa, LKS, Lembar Soal Tes Hasil Belajar dan

Lembar Angket Respon Siswa. Setelah itu merka diminta untuk

menyampaikan apabila terdapat kata-kata atau kalimat yang

tidak dapat mereka pahami.

c) Calon observer (pengamat) sebanyak dua orang

yang dipilih diminta untuk membaca dan mempelajari lembar

observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran, lembar

observasi aktivitas siswa, dan lembar observasi

keterlaksanaan perangkat perangkat (satu orang guru). Mereka

kemudian diminta untuk menyampaikan hal-hal yang tidak

dapat mereka pahami maksudnya. Sedangkan salah satu

calon observer lainnya diminta untuk membaca: Buku Petunjuk

Guru, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Soal Tes

Hasil Belajar dan LKS, kemudian mereka diminta untuk

57

Page 58: Editing Akhir

menyampaikan hal-hal yang dirasakan kurang jelas atau

diperkirakan sulit dilaksanakan.

d) Peneliti melakukan simulasi terhadap satu atau dua

RPP di kelas XI IPA 1 SMA Islam Athirah Makassar,

sedangkan dua orang calon observer yang telah ditunjuk

bertindak sebagai pengamat.

e) Melakukan revisi terhadap perangkat

pembelajaran, lembar observasi dan angket respon siswa

berdasarkan masukan dari kegiatan di atas.

3) Uji coba perangkat pembelajaran

Uji coba perangkat pembelajaran dilapangan bertujuan untuk

memperoleh data atau masukan dari guru, siswa dan para pengamat

(observer) terhadap semua perangkat pembelajaran yang telah disusun

sebagai dasar untuk melakukan revisi (penyempurnaan) terhadap

perangkat pembelajaran tersebut. Bila tidak terjadi siklus maka hasil revisi

ini akan menjadi draft final. Subjek, pelaksanaan dan tujuan ujicoba

perangkat pembelajaran ini dijelaskan sebagai berikut:

a) Subjek uji coba perangkat pembelajaran

Subjek uji coba perangkat pembelajaran adalah siswa Kelas XI

SMA Islam Athirah Makassar. Pemilihan subjek ini dilakukan

dengan mempertimbangkan perbedaan kemampuan fisika dan

jenis kelamin siswa, sehingga terdapat keseimbangan antara

58

Page 59: Editing Akhir

siswa laki-laki dan perempuan, serta siswa yang

berkemampuan tinggi, sedang dan rendah

b) Pelaksanaan uji coba perangkat pembelajaran

Uji coba perangkat perangkat pembelajaran dilaksanakan pada

semester genap tahun pelajaran 2009/2010 dengan melibatkan

dua orang pengamat, satu orang guru mengamati aktivitas

siswa selama mengikuti proses pembelajaran dan satu guru

yang lain mengamati kemampuan guru mengelola

pembelajaran dan keterlaksanaan perangkat pembelajaran.

Sebagai guru model adalah peneliti sendiri.

c) Tujuan pelaksanaan uji coba perangkat

pembelajaran

Tujuan pelaksanaan uji coba perangkat (buku siswa, buku

petunjuk guru, rencana pelaksanaan pembelajaran, LKS dan

tes hasil belajar) adalah untuk mengetahui kejelasan,

keterbacaan perangkat pembelajaran dan untuk melihat

kesesuaian waktu yang direncanakan dalam RPP dengan

pelaksanaan di lapangan. Dalam uji coba perangkat

pembelajaran ini, semua data berupa: respons, komentar dan

saran dari siswa dan pengamat serta beberapa kejadian

penting selama pelaksaan uji coba dicatat kemudian dianalisis

59

Page 60: Editing Akhir

sebagai masukan untuk melakukan revisi perangkat

pembejaran.

d. Tahap penyebaran (disseminate)

Tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah

dikembangkan pada skala yang lebih luas, tetapi dalam penelitian ini

hanya sebatas sosialisasi atau penyebaran perangkat pembelajaran untuk

memperoleh masukan atau saran-saran yang dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam merevisi perangkat pembelajaran yang telah

dikembangkan. Hasil revisi pada tahap ini menghasilkan draft final

perangkat pembelajaran materi Kesetimbangan Benda Tegar.

4. Pengembangan instrumen

Instrumen-instrumen yang akan dikembangkan dalam penelitian

ini adalah: (a) lembar validasi perangkat pembelajaran, (b) lembar

observasi, (c) angket respon siswa, dan (d) tes penguasaan siswa

terhadap materi pelajaran. Uraian dari keempat instrumen yang akan

dikembangkan sebagai berikut:

a. Lembar validasi perangkat pembelajaran

Lembar validasi perangkat pembelajaran digunakan untuk

memperoleh informasi tentang kualitas perangkat pembelajaran

berdasarkan penilaian para ahli. Pada lembar validasi perangkat

pembelajaran, validator menuliskan penilaian terhadap masing-masing

perangkat yang terdiri dari: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

60

Page 61: Editing Akhir

Buku Siswa (BS), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Buku Petunjuk Guru

dan Tes Hasil Belajar (THB). Penilaian terdiri dari 4 kategori, yaitu sangat

kurang (nilai 1), kurang (nilai 2), baik (nilai 3), dan baik sekali (nilai 4).

b. Lembar observasi

Ada tiga macam macam lembar observasi yang dikembangkan,

yaitu: (1) lembar observasi aktivitas siswa, (2) lembar observasi

pengelolaan pembelajaran, dan (3) lembar observasi keterlaksanaan

perangkat pembelajaran. Ketiga lembar observasi tersebut dijelaskan

sebagai berikut:

1) Lembar observasi aktivitas siswa

Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas

siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pada lembar observasi

aktivitas siswa pengamat menuliskan nomor-nomor kategori aktivitas

siswa yang dominan muncul saat kegiatan pembelajaran berlangsung

dalam selang waktu 5 menit. Hal ini dimaksudkan untuk menjaring semua

jenis aktivitas siswa yang mungkin selama proses pembelajaran di kelas.

2) Lembar observasi pengelolaan pembelajaran

Lembar ini digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan

guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan perangkat

model pembelajaran langsung yang didasarkan pada kemampuan dasar

siswa. Data kemampuan guru dalam pembelajaran diperoleh melalui

pengamatan yang dilakukan oleh seorang pengamat dengan cara

61

Page 62: Editing Akhir

memberi tanda cek () pada kolom yang sesuai dengan kategori

pengamtan yang diamati. Kriteria penilaian pengelolaan pembelajaran

terdiri dari 4 kriteria penilaian, yaitu: 1 = tidak baik, 2 = kurang baik,

3 = baik, dan 4 = sangat baik.

3) Lembar observasi keterlaksanaan perangkat pembelajaran

Lembar observasi keterlaksanaan perangkat pembelajaran disusun

untuk memperoleh data lapangan tentang kepraktisan perangkat

pembelajaran yang dikembangkan. Data diperoleh melalui dua orang

pengamat (observer) yang mengadakan pengamatan terhadap guru yang

melaksanakan pembelajaran di kelas. Data tentang keterlaksanaan

perangkat pembelajaran diperoleh dengan memberikan lembar observasi

kepada observer untuk digunakan dalam mengamati keterlaksanaan

aspek-aspek atau komponen-komponen perangkat pembelajaran pada

saat guru melaksanakan pembelajaran di kelas sesuai petunjuk yang

diberikan.

c. Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran

Angket digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang respon

siswa terhadap kegiatan pembelajaran dan perangkat pembelajaran

dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik. Data ini akan

dikumpulkan dengan menggunakan angket yang diberikan kepada siswa.

Siswa memberikan tanda cek list () pada kolom yang tersedia untuk

setiap pertanyaan yang diajukan. Angket tersebut diberikan kepada siswa

62

Page 63: Editing Akhir

pada akhir kegiatan pembelajaran dengan menggunakan instrumen yang

telah disediakan.

d. Tes Hasil Belajar

Untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi

yang telah diajarkan, guru perlu menyusun suatu tes yang berdasarkan

tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes itu kemudian diberikan ke

siswa. Penskoran hasil tes siswa menggunakan skala bebas yang

tergantung dari bobot butir soal tersebut.

5. Teknik pengumpulan data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

a. Data hasil validasi ahli

Untuk memperoleh data validasi ahli dilakukan penyebaran

perangkat pembelajaran yang telah dirancang kepada dua orang ahli

(validator) untuk dinilai dan diberi masukan berupa saran-saran dan

kritikan. Penilaian dari validator menggunakan lembar validasi.

b. Data hasil belajar

Untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa diberikan tes

kepada siswa setelah pelaksanaan pembelajaran. Tes yang diberikan

adalah tes hasil belajar yang disusun dan telah direvisi berdasarkan

validasi beberapa ahli dan uji keterbacaan.

63

Page 64: Editing Akhir

c. Data aktivitas siswa

Untuk memperoleh data aktivitas siswa dalam pembelajaran

dilakukan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas

siswa selama mengikuti proses pembelajaran yang telah direvisi

berdasarkan penilaian, koreksi dan saran perbaikan dari para ahli

(validator). Pengamat menuliskan nomor-nomor kategori aktivitas siswa

yang dominan muncul dalam setiap 5 menit berlangsung (3 menit

mengamati, 2 menit menulis nomor kategori) mulai dari awal hingga

berakhirnya proses pembelajaran di kelas.

d. Data kemampuan guru mengelola pembelajaran

Untuk memperoleh data tentang kemampuan guru mengelola

pembelajaran, dilakukan pengamatan dengan menggunakan lembar

observasi pengelolaan pembelajaran yang telah direvisi berdasarkan

penilaian, koreksi dan saran perbaikan dari para ahli (validator).

Pengamatan dilakukan oleh satu orang guru pengamat yang mengadakan

pengamatan dari awal hingga berakhirnya proses pembelajaran.

Pengamat menuliskan kategori-kategori skor yang muncul dengan

menggunakan tanda cek () pada baris dan kolom yang tersedia pada

lembar observasi pengelolaan pembelajaran.

e. Data respon siswa

Untuk memperoleh data respon siswa terhadap pembelajaran

matematika dengan pendekatan realistik menggunakan angket respon

64

Page 65: Editing Akhir

siswa yang telah direvisi berdasarkan penilaian, koreksi dan saran

perbaikan dari para ahli (validator). Angket respon siswa diberikan kepada

seluruh siswa yang menjadi subjek penelitian. Pemberian angket tersebut

dilakukan setelah berakhirnya seluruh proses pembelajaran.

6. Teknik analisis data ujicoba

Sesuai dengan tujuan utama penelitian ini adalah untuk

menghasilkan perangkat model pembelajaran langsung yang didasarkan

pada kemapuan dasar siswa yang valid, praktis dan efektif, maka analisis

data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis untuk memperbaiki

sekaligus merevisi sebelum dilakukan uji coba pengembangan

sebagaimana akan dijelaskan secara singkat berikut ini.

a. Analisis data validasi ahli

Data hasil validasi para ahli untuk masing-masing perangkat

pembelajaran dianalisis. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam proses

analisis data kevalidan perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Melakukan rekapitulasi hasil penilaian ahli ke dalam tabel

yang meliputi: (a) aspek (Ai), (b) kriteria (Ki), (c) hasil penilaian

validator (Vji);

2) Mencari rerata hasil penilaian ahli untuk setiap kriteria

dengan rumus: , dengan:

iK = rerata kriteria ke-i

65

Page 66: Editing Akhir

jiV = skor hasil penilaian terhadap kriteria ke-i oleh penilai ke-j

n = banyaknya penilai

3) Mencari rerata tiap aspek dengan rumus:

1

n

ij

ji

K

An

, dengan:

iA = rerata aspek ke-i

jiK = rerata unntuk aspek ke-i kriteria ke-j

n = banyaknya kriteria dalam aspek ke-i

4) Mencari rerata total ( X ) dengan rumus:

1

n

i

i

AX

n , dengan :

X = rerata total

iA = rerata aspek ke-i

n = banyaknya aspek

5) Menentukan kategori validitas setiap kriteria iK atau rerata

aspek iA atau rerata total X dengan kategori validasi yang

telah ditetapkan;

6) Kategori validitas Nurdin (2007: 143) sebagai berikut:

3,5 4M sangat valid

2,5 3,5M valid

1,5 2,5M cukup valid

66

Page 67: Editing Akhir

1,5M tidak valid

M = iK untuk mencari validitas setiap kriteria

M = iA untuk mencari validitas setiap aspek

M = X untuk mencari validitas keseluruhan aspek

Kriteria yang digunakan untuk menyatakan perangkat pembelajaran

memiliki derajat validitas yang memadai adalah nilai rata-rata validitas

untuk keseluruhan aspek minimal berada pada kategori cukup valid dan

nilai validitas untuk setiap aspek minimal berada dalam kategori valid.

Jika tidak memenuhi kriteria tersebut, maka perlu dilakukan revisi

berdasarkan saran dari para validator atau dengan melihat kembali aspek-

aspek yang nilainya kurang.

b. Aktivitas siswa

Data hasil pengamatan aktivitas siswa meliputi menghitung

frekuensi rata-rata aspek tiap pertemuan dilakukan dengan cara

menjumlahkan frekuensi aspek yang dimaksud dibagi banyak siswa yang

diamati. Selanjutnya menghitung persentase aspek tiap pertemuan

dilakukan dengan cara membagi frekuensi rata-rata aspek tiap pertemuan

dengan jumlah frekuensi semua aspek pada pertemuan tersebut dan

dikalikan 100%.

Kriteria batas efektivitas aktivitas siswa untuk setiap aspek dapat

dilihat pada Tabel 2. berikut ini:

67

Page 68: Editing Akhir

Tabel 2. Kriteria efektivitas aktivitas siswa (Sahid, 2008 :150)

No Aspek pengamatanWaktu ideal

(%)

Kriteria batasan

efektif (%)1 Mendengarkan/memperhatikan

penjelasan guru/teman.11

6 % P 16 %

2 Membaca/memahami masalah kontekstual di LKS.

105 % P 15

%

3Menyelesaikan masalah atau menemukan cara menjawab masalah.

2924 % P 34

%

4Membandingkan jawaban dalam diskusi kelompok atau diskusi kelas.

3025 % P 35

%

5 Bertanya/menjawab pertanyaan dari guru atau teman.

105 % P 15

%6 Menarik kesimpulan suatu

prosedur atau konsep.10

5 % P 15 %

7 Perilaku yang tidak relevan dengan KBM.

0 0 % P 5 %

c. Kemampuan guru mengelola pembelajaran

Penilaian yang diberikan untuk mengetahui kemampuan guru

dalam mengelola kegiatan pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan

kegiatan guru setiap pertemuan dihitung dengan cara menjumlahkan nilai

setiap aspek kemudian membaginya dengan banyaknya aspek yang

dinilai. Untuk pengkategorian kemampuan guru tersebut digunakan

kategori pada Tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Kategori kemampuan guru mengelola pembelajaran

Tingkat Kemampuan Guru (TKG) Kriteria

0,00 TKG <1,00 Tidak Baik

1,00 TKG < 2,00 Kurang

2,00 TKG < 3,00 Cukup

68

Page 69: Editing Akhir

3,00 TKG < 4,00 Baik

TKG = 4,00 Sangat Baik

d. Lembar pengamatan keterlaksanaan perangkat pembelajaran

Kegiatan yang dilakukan dalam proses analisis data keterlaksanaan

perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Melakukan rekapitulasi hasil pengamatan keterlaksanaan

perangkat pembelajaran yang meliputi: (1) aspek (Ai), (2)

kriteria (Ki);

2) Mencari rerata setiap aspek pengamatan setiap pertemuan

dengan rumus: 1

n

ij

jmi

K

An

, dengan:

miA = rerata aspek ke-i pertemuan ke-m

iK = hasil pengamatan untuk aspek ke-i kriteria ke-j

n = banyaknya kriteria dalam aspek ke-i

3) Mencari rerata tiap aspek pengamatan untuk t kali

pertemuan dengan rumus:

1

t

mi

mi

AA

t , dengan:

iA = rerata aspek ke-i

miA = rerata unntuk aspek ke-i pertemuan ke-m

4) Mencari rerata total ( X ) dengan rumus:

69

Page 70: Editing Akhir

1

n

i

i

AX

n , dengan :

X = rerata total,

iA = rerata aspek ke-i,

n = banyaknya aspek.

5) Menentukan kategori keterlaksanaan setiap aspek atau

keseluruhan aspek dengan mencocokkan rerata setiap aspek

iA atau rerata total X dengan kategori yang telah ditetapkan;

6) Kategori keterlaksanaan setiap aspek atau keseluruhan

aspek keterlaksanaan perangkat sebagai berikut sebagai

berikut (Nurdin, 2007:147):

1,5 2M terlaksana seluruhnya

0,5 1,5M terlaksana sebagian

0,0 0,5M tidak terlaksana

Keterangan:

M = iA untuk mencari keterlaksanaan setiap aspek

M = X untuk mencari keterlaksanaan keseluruhan aspek

Kriteria yang digunakan untuk memutuskan bahwa perangkat

pembelajaran memiliki derajat keterlaksanaan yang memadai adalah nilai

X dan iA minimal berada dalam kategori terlaksana sebagian. Jika nilai

M berada di dalam ketegori lainnya, maka perlu dilakukan revisi dengan

melihat kembali aspek-aspek yang nilainya kurang.

70

Page 71: Editing Akhir

e. Data respon siswa terhadap pembelajaran.

Data tentang respon siswa diperoleh dari angket respon siswa

terhadap kegiatan pembelajaran, dan selanjutnya dianalisis dengan

persentase. Kegiatan yang dilakukan untuk menganalisis data respons

siswa adalah:

1) Menghitung banyaknya siswa yang memberi respons positif

sesuai dengan aspek yang ditanyakan, kemudian menghitung

persentasenya.

2) Menentukan kategori untuk respons positif siswa dengan

cara mencocokkan hasil persentase dengan kriteria yang

ditetapkan.

3) Jika hasil analisis menunjukkan bahwa respons siswa belum

positif, maka dilakukan revisi terhadap perangkat yang tengah

dikembangkan.

Kriteria yang ditetapkan untuk mengatakan bahwa para siswa

memiliki respons positif terhadap buku siswa dan LKS adalah lebih dari

50% dari mereka memberi respons positif terhadap minimal 70% jumlah

aspek yang ditanyakan. Respons positif siswa terhadap pembelajaran

dikatakan tercapai apabila kriteria respons positif siswa untuk aspek buku

siswa dan LKS terpenuhi (Nurdin, 2007:155).

f. Analisis tes penguasaan siswa terhadap materi pelajaran

Data mengenai tes penguasaan fisika siswa dianalisis secara

kuantitatif. Untuk analisis data secara kuantitatif digunakan statistik

71

Page 72: Editing Akhir

deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan pemahaman materi fisika siswa

setelah dilakukan pembelajaran. Kemampuan siswa dapat dikelompokkan

dalam skala lima berdasarkan teknik kategorisasi standar yang ditetapkan

oleh departemen pendidikan dan kebudayaan yaitu:

1. Kemampuan 85% - 100% atau skor 85 – 100

dikategorikan sangat tinggi

2. Kemampuan 65% - 84% atau skor 65 – 84

dikategorikan tinggi

3. Kemampuan 55% - 64% atau skor 55 – 64

dikategorikan sedang

4. Kemampuan 35% - 44% atau skor 35 – 44

dikategorikan rendah

5. Kemampuan 0% - 34% atau skor 0 – 34

dikategorikan sangat rendah

J. Jadwal Penelitian

Adapun jadwal pelaksanaan penelitian ini di uraikan seperti pada

Tabel 4.

Tabel 4. Jadwal penelitian yang akan dilakukan

No Tahap Kegiatan PenelitianPelaksanaan Bulan Ke

…Ket.

1 2 3 4 5 6

1 Persiapan

- Penyusunan

proposal

- Pelaksanaan

X X

X

72

Page 73: Editing Akhir

seminar propo-sal

- Perbaikan / revisi

proposal

- Pengurusan izin

penelitian

- Penyusunan

instrumen pembe-lajaran

- Pengujicobaan

instrumen

X

X

X

X

X

X

2 Pengumpulan data X X X

3 Penyusunan dan analisis data X X

4 Pelaksanaan seminar hasil peneli-

tian

X

5 Penyusunan laporan penelitian X X

6 Perbaikan laporan peneli-tian X

7 Penyajian Laporan (Uji Tesis) X X

K. Rencana Biaya Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini akan direcanakan dengan biaya

penelitian seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Rincian biaya penelitian

No Perincian Biaya Biaya (Rp)

1 Biaya persiapan 2.500.000,00

2 Biaya pengumpulan data 4.500.000,00

3 Biaya pengolahan dan Analisis data 750.000,00

4 Biaya penyusunan proposal 1.000.000,00

5 Biaya seminar hasil 2.000.000,00

6 Biaya perbaikan dan penggandaan hasil

penelitian

2.000.000,00

73

Page 74: Editing Akhir

JUMLAH 12.750.000,00

L. Daftar Pustaka

Agus Martawijaya, M. 2004. Dasar-Dasar Pendidikan MIPA (Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional Melalui Program SP4 Tahun 2004 Jurusan Fisika). Makassar: Jurusan Fisika FMIPA UNM Makassar

Ahmad Sabri. 2007. Strategi Belajar Mengajar & Mikroteaching. Padang: Quantum Teaching.

Ghalib, Lamaronta.2003. Pendekatan Sains – Teknologi – Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di Sekolah. Portal Informasi Pendidikan di indonesia. http://www.diksasment.pdk.go.id.

Hamzah B. Uno. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasibuan, J.J. & Moedjiono. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Juhardi. 2004. Upaya Meningkatkan Ketrampilan Proses Sains Melalui Model Pembelajaran Gerlach Siswa Kelas I1 SMA Negeri 1 Ajangale. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: FMIPA UNM Makassar.

Kemp, J.E., G.R. Morrison, dan S.M. Ross. 1994. Designing Effective Instruction. New York: Macmillan College Publishing Company.

Khaeruddin. 2004. “ Berbagai Model Pembejaran Untuk Meningkatkan Ketrampilan Proses Sains dan Kemampuan Berpikir Kritis “. Jurnal Pembelajaran MIPA. Vol. 2 Nomor 2. Jakarta: FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Khaeruddin dkk. 2007. Perangkat Pembelajaran Fisika Untuk SMU Kelas 1 Suhu & Kalor (Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Jakarta Dalam Rangka Penelitian Tindakan Kelas). Makassar: UNM Makassar SMA Negeri 9 Makassar.

Khaeruddin & Eko Hadi Sujiono. 2005. Pembelajaran Sains (IPA) Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makassar: State University of Makassar Press.

74

Page 75: Editing Akhir

Margono, S. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Muhammad Natsir. 2004. Strategi Pembelajaran Fisika (dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional Melalui Program SP4 tahun 2004 Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar). Makassar: Jurusan Fisika FMIPA UNM Makassar

Mukhtar & Martinus Yasmin. 2001. Metode Pembelajaran yang Berhasil. Jakarta: Sasama Mitra Suksesa.

Nana Sudjana. 1998. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Nurdin, 2007. Model Pembelajaran Matematika yang Menumbuhkan Kemampuan Metakognitif untuk Menguasai Bahan Ajar. Disertasi. Tidak Diterbitkan. Surabaya: PPs UNESA.

Ratna, W, D,. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Rustam & Mundilarto. 2004. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Suharsimi Arikunto dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Suharsimi Arikunto. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara

Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Actioan Research). Jakarta: Dirjen Dikti.

Thiagarajan, S. Semmel, DS. Semmel, M. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. A Sourse Book. Blomington: Central for Innovation on Teaching The Handicapped.

Tjipto Utomo & Kees Ruijter. 1985. Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan Manajemen Perkuliahan dan Metode Perbaikan Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.

75

Page 76: Editing Akhir

Widyaningtyas. 2004. Pengembangan Model Pembelajaran Interaktif Dalam Kurikulum 2004 (disampaikan pada Rapat Pengembangan Model Pembelajaran Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan DKI Jakarta).

Zuhdan K. Prasetyo dkk. 2004. Kapita Selekta Pembelajaran Fisika (Buku Materi Pokok Modul 1 -12). Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

76