2
Harus Tetap Waspada PERANG melawan virus jauh lebih berbahaya karena tak terlihat, se- hingga harus tetap waspada dan penuh kehati-hatian. Muhammad Makhfudz Patuhi Protokol Kesehatan SEBENARNYA apa sih yang mau dikritisi terhadap penanganan pan- demi covid-19 ini? Saya bangga dengan langkah pemerintah yang boleh dibilang cukup sukses dengan penanganan masalah ini. Terbukti pasien yang sembuh juga menga- lami peningkatan. Di Manado dalam dua minggu terakhir ada 45 kasus positif, dan itu lumayan lama. Tapi, seminggu lalu, ketika orang-orang mulai ramai, dan buktinya sudah 71 kasus positif. Artinya, kita tak perlu PSBB yang penting patuhi aturan protokol kesehatan saja. Itu saja yang harus dipatuhi, setia dan disiplin. Ventje, Manado Lebih Banyak Berkorban KITA berharap dan berdoa semoga covid-19 bisa segera hilang dari In- donesia. Akibat dari pandemi ini ada tiga hal yang terjadi: 1. Korban dari kalangan medis. 2. Korban psikologis (akibat rakyat banyak beraktivitas di rumah). 3. Korban sosial (mereka yang punya latar belakang pedagang tak bisa beraktivitas sebagaimana biasanya). Melalui bedah editorial ini saya berharap para pemangku kepentingan untuk lebih banyak berkorban dibanding orang keba- nyakan. Boy Lestari, Padang Kurangnya Kesadaran Warga KOTA kami juga termasuk zona merah dan dilakukan PSBB. Tingkat kepatuhan memang ada, tapi kesa- daran yang kurang. Kesadaran itu berangkat dari diri sendiri, apakah ada/tidak ada aturan. Ada orang yang tak peduli dengan kesehatan dan ke- selamatan orang lain. Mereka tetap beraktivitas tanpa merasa bersalah. Lia, Makassar P ERANG kita melawan covid-19 belum jelas kapan bakal berakhir. Hingga kini, belum ada metodo- logi yang dapat memprediksi se- cara presisi ujung dari pandemi ini. Yang pasti, akhir perjalanan covid-19 di setiap negara berbeda- beda. Kapan itu? Tergantung kebi- jakan yang dipilih pemerintah dan kepatuhan serta kedisiplinan semua elemen bangsa menjalankan kebijakan tersebut. Sejak akhir Maret 2020 lalu pemerintah Indonesia memilih kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Semestinya tak perlu lagi ada perdebatan soal itu. Toh tidak ada satu pun model penanganan yang bisa diklaim paling benar, paling tepat untuk perang melawan pandemi ini. Tugas anak bangsa ini ialah memastikan aturan dan kebijakan itu bisa dijalankan dengan tingkat kepatuhan tinggi. Dalam beberapa hari terakhir, kepa- tuhan itu tam pak mulai menunjukkan hasil. Contoh paling nyata di DKI Jakarta, daerah pertama yang mengajukan dan me- nerapkan PSBB. Pada awal April lalu DKI Jakarta menyumbang 50% kasus secara nasional. Di awal Mei, setelah menerapkan PSBB, kontribusi pasien terkonrmasi se- cara nasional turun menjadi 39%. Di Jakarta pula kasus positif yang dira- wat di rumah sakit terus menurun. Kini, setidaknya menurut catatan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, tidak ada fasilitas kesehatan yang kewalahan karena mengalami kapasitas yang ke- penuhan. Ini menunjukkan bahwa pasien sembuh semakin banyak. Sebaliknya, se- makin sedikit pasien yang mengalami ge- jala berat dan butuh perawatan intensif. Fakta itu memang belum menjadi pertanda bah wa virus korona mulai meninggalkan Jakarta. Bukan pula isyarat bahwa kita mulai boleh tidak serius me- nanggulangi covid-19. Namun, setidaknya itu dapat membuktikan bahwa PSBB pun dapat berjalan efektif selama semua pihak mematuhinya, menaatinya. Kita tahu, dalam hal penyebaran covid- 19 di Indonesia, Jakarta ialah episentrum. Kiranya ketika pergerakan virus di episen- trumnya sudah sedikit melambat, walau- pun masih uktuatif, kita bisa berharap daerah-daerah lain pun segera mengikutinya. Syaratnya, pemerintah daerah melaksana- kan PSBB dengan konsistensi dan koordinasi yang kuat, serta di sisi lain, warga mesti memegang tiga kata sakti; taat, patuh, dan disiplin. Dalam skop na- sional, melam- batnya penam- bahan kasus di DKI sejatinya ialah kabar gembira yang ha rus disikapi pemerintah pusat dengan bijaksana. Ini bukan kabar gembira yang boleh direspons dengan sukacita yang kelewat batas. Ini fakta yang mestinya men- jadi penguat komitmen pe- merintah da- lam peperangan melawan covid-19, bukan malah mem- buat lengah dan menjadikannya alasan untuk me- longgarkan pem- batasan. Pembatasan ke- tat ha- rus terus dilakukan karena, se- kali lagi, kita tidak tahu kapan pan- demi ini berakhir. Persoalannya ialah pelaksanaan PSBB tidak merata di semua wilayah. Bahkan banyak daerah belum menerapkan PSBB. Padahal, ketika di Ja- karta melambat, yang dikhawatirkan ialah potensi perpindahan peningkatan jumlah kasus ke daerah lain. Gugus tugas sudah menyarankan daerah lain yang mengalami peningkatan ka- sus positif covid-19 segera mengajukan PSBB kepada Menteri Kesehatan. Akan tetapi, itu sangat tergantung inisiatif pe- merintah daerah. Yang mesti dipastikan saat ini ialah pemerintah harus memi- nimalkan perpindahan penduduk antarprovinsi, antarkota dan kabupaten. Dalam konteks ini, kita ingin meng- ingatkan pe- me rintah, jangan pernah me- longgarkan aturan pelarangan mudik se- bab pada momen itulah puncak perpindah- an orang dari satu daerah ke daerah lain terjadi. Bahkan, untuk alasan lain pun, pelonggaran dan relaksasi mestinya men- jadi langkah yang terakhir dilakukan se- telah pemerintah mampu mengendalikan pandemi covid- 19 terlebih da- hulu. SUARA ANDA Tetap Patuh Jangan Lengah 12 Mei 2020 EDITORIAL Tanggapan Editorial Pindai QR Code untuk video Editorial Kirimkan keluhan dan komentar Anda tentang pelayanan publik ke e-mail: [email protected] Kirimkan komentar Anda atas tema: Penolakan Pemakaman Jenazah Korban Covid-19 (12 - 16 Mei 2020): opini publik ke e-mail: [email protected] FORUM RABU, 13 MEI 2020 7 I KATAN Dokter Indone- sia (IDI) mengonfirmasi 25 anggotanya meninggal dunia akibat terpapar virus korona. Hal itu diungkapkan anggota Bidang Kesekretari- atan, Protokoler dan Public Relations Pengurus Besar (PB) IDI, Dr Halik Malik (Kompas. com, 29/4). Tidak hanya di Indonesia, korban dari kalangan tenaga kesehatan (nakes) seperti dok- ter dan perawat juga terjadi di berbagai belahan dunia lain- nya. Faktor penyebabnya an- tara lain kekurangan masker dan alat pelindung diri (APD), ketidakjujuran pasien covid-19, stigma negatif dari masyarakat hingga kurang waktu untuk is- tirahat, serta kepatuhan nakes terhadap social distancing dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Maka bentuk penghargaan kepada tenaga medis harus betul-betul diperhatikan, teru- tama kebutuhan dalam pe- perangan menghadapi covid- 19, seperti APD. Masyarakat juga harus kooperatif terutama yang positif covid-19. Selain itu, masyarakat harus dieduka- si dengan baik tentang covid-19 untuk meminimalisasi hal-hal yang tidak diinginkan. Eduaksi diperlukan agar masyarakat tidak panik dan paranoid ketika mendengar tetangga atau warga sekitar positif covid-19. Begitu juga dengan keberadaan tenaga medis yang sudah berjibaku melawan covid-19. Mereka butuh pengertian dan perha- tian, bukan malah memun- culkan stigma negatif hingga dikucilkan. Hal ini jelas membuat tenaga medis stres dan tak bisa istira- hat optimal. Padahal waktu, tenaga dan fikiran mereka sudah dicurahkan untuk mem- bantu pasien covid-19. Dibutuhkan kesadaran dan kerja sama dari semua pihak da- lam melawan wabah ini. Semoga wabah ini segera berakhir. Sherly Agustina Waringin Kurung, Serang Banten P ANDEMI covid-19 yang begitu cepat terjadi tak bisa dipungkiri mem- buat banyak negara kelabak- an menanganinya. Di Indonesia kerap terden- gar pasokan alat perlindungan diri (APD) yang kurang, dan itu menjadi salah satu kendala untuk memerangi covid-19. Keterbatasan jumlah APD itu sering kali menjadi momok terbesar para tenaga medis, karena mereka ada di garda terdepan. Beberapa waktu yang lalu ramai di jagat maya dan media-media mainstream berita tentang adanya pasien di rumah sakit yang tidak mengakui dirinya sudah pernah dites dan hasilnya positif covid-19. Alhasil, para tenaga medis yang ti- dak memakai APD menjadi tertular. Ini karena pasien tersebut tidak jujur dalam menjawab pertanyaan petu- gas medis. Hal itu menandakan ma- sih rendahnya kesadaran sebagian masyarakat ter- hadap penyakit menular ini. Bukannya memutus pe- nyebaran covid-19, mereka justru semakin memperluas pandemik. Sikap tidak jujur ini mampu membahayakan masyarakat karena sering juga ada orang yang positif covid-19, namun tanpa ge- jala. Perlu diketahui bahwa tim medis bukan robot yang 24 jam hanya melayani pasien covid-19. Mereka juga punya keluarga yang selalu menanti di rumah. Jika dalam kondisi seperti ini ada pasien yang tidak jujur, harus dikenakan sanksi tegas agar mereka sadar karena telah memba- hayakan keselamatan ma- syarakat. Jujur lebih baik dan akan menolong sesama manusia. Meinetri Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta Kalipakis RT 03, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul B ADAI covid-19 belum berlalu. Banyak tenaga kesehatan yang tidak bisa menyambut syahdunya Ramadan dengan gembira bersama keluarga. Bukan hanya dokter yang harus kontak fisik dengan penderita covid-19 (pasien dalam pengawasan/PDP), maupun orang dalam peng- awasan (ODP). Masih ada perawat, tenaga ahli gizi, analis medik, petugas labo- ratorium, bank darah, teknisi elektromedik, petugas pemu- lasaran jenazah, hingga sopir ambulans. Mereka saat ini adalah pahlawan negara, karena menjadi pasukan berani mati yang mengambil risiko berba- haya. Hal itu karena memang pekerjaan yang menuntut mereka harus kontak dekat dengan pasien dan atau je- nazah. Teringat bahwa Rasulullah dan para sahabat melaksa- nakan Perang Badar di saat puasa Ramadan. Saat inilah negara kita sedang diuji de- ngan perang melawan wabah covid-19. Kalangan medis yang mus- lim dan harus kontak fisik dengan penderita covid-19 tentunya harus menyiapkan ketahanan sik dan rohani, di tengah kewajiban ibadah puasa Ramadan. Inilah perang yang luar biasa di tengah-tengah dua kewajiban utama. Pertama ha- rus melakukan perlindungan sik dengan memakai pakaian hazmat sebagai alat pelin- dung diri (APD), yang rasanya panas hingga bermandikan keringat. Kedua, harus tetap teguh untuk tidak makan dan mi- num karena sedang berpua- sa, padahal memakai hazmat bisa memicu dehidrasi. Hanya kekuatan rohani yang mampu melakukan ke- dua hal itu bersamaan. Puasa hanya diwajibkan bagi yang beriman, dan saat ini hal itu sedang diuji. Iman bahwa Tuhan semesta alam akan menjaga sekaligus menerima amal ibadahnya. Bukan hal yang mudah me- laksanakan dua kewajiban ini bersamaan. Hanya pribadi dengan keimanan kukuh yang sanggup melewati ini semua. Ramadan kali ini be- nar-benar menjadi mo- mentum ujian bagi tenaga medis dan paramedis muslim. Bekerja sekaligus beribadah, melak- sanakan ketaatan pada Allah dan ne- gara. Semoga Allah selalu melindungi mereka dan kita se- mua, hingga negara ini berhasil mengakhiri wabah covid-19. Amin. Ika Nurmaya ASN di Surabaya, Jawa Timur Melaksanakan Dua Kewajiban saat Pandemi Kejujuran Bisa Memutus Penyebaran Covid-19 Keadilan Warga Adena Dirampas Perlu Edukasi Nihilkan Stigma Negatif S EBAGAI warga negara biasa, saya ingin ter- tib hidup berjalan se- suai dengan koridor hukum. Perasaan sedih muncul jika melihat fenomena di masya- rakat bahwa hukum belum berada pada titik idealnya. Tidak sedikit kasus besar saat dibawa ke ranah hukum terselesaikan dengan kekece- waan masyarakat. Sebaliknya, banyak kasus kecil diputus bersalah dengan vonis yang cukup berat dengan alasan yang mengada-ada. Tentu saja di pengadilan ada putusan hu- kum yang memenuhi unsur keadilan. Kekecewaan saya semakin membuncah karena ketidaka- dilan itu kini menimpa ke- luarga besar perumahan Cluster Adena, Graha Raya, Tangerang Selatan, tempat saya bermukim. Upaya kami untuk mendapatkan hak ling- kungan yang aman dirampas secara hukum oleh pihak tertentu. Kabar 'penzaliman' itu juga datang saat Ketua RW 010 Budiono, sebagai pembina lingkungan di kompleks saya, secara hukum telah ditetap- kan sebagai tersangka atas tu- duhan menutup jalan umum. Padahal, secara pribadi beliau tidak melakukannya. Padahal portal gerbang belakang kom- pleks Adena dibangun warga Adena karena sesuai dengan site plan sebagai perumahan berkonsep klaster. Anehnya, pelaporan warga perumahan Pondok Jagung 2 terkait pemortalan tersebut diproses Polres Tangsel hing- ga dinyatakan P-21. Anehnya lagi, bukti formil dan fakta- fakta keberadaan jalan pelin- tasan yang disampaikan pada saat mediasi, tak digubris pihak Polres Tangsel. Puncaknya, pada Kamis (23/4), berkas perkara dari Polres Tangsel itu dilimpah- kan ke Kejaksaan Negeri (Ke- jari) Tangsel. Sejak saat itu pula oleh pihak Kejari Tang- sel, Pak Budiono ditetapkan sebagai tahanan kota. Tentu saja saya sangat kecewa, urusan yang seyogjanya bisa diselesaikan secara mediasi pada akhirnya diambil ranah hukum, yang ironisnya da- lam prosesnya mengabaikan fakta dan bukti formil yang ada. Untuk itu melalui Suara Pembaca ini, kami selaku warga Cluster Adena, Graha Raya meminta perhatian lem- baga penegak hukum untuk memperhatikan kasus ini. Jangan sampai warga yang awam hukum diperlakukan tidak adil. Salam keadilan. Herdi Tangerang Selatan, Banten SENO

EDITORIAL Tanggapan Editorial Tetap Patuh Jangan Lengah · KATAN Dokter Indone-sia (IDI) mengonfirmasi 25 anggotanya meninggal dunia akibat terpapar virus korona. Hal itu diungkapkan

  • Upload
    others

  • View
    36

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EDITORIAL Tanggapan Editorial Tetap Patuh Jangan Lengah · KATAN Dokter Indone-sia (IDI) mengonfirmasi 25 anggotanya meninggal dunia akibat terpapar virus korona. Hal itu diungkapkan

Harus Tetap WaspadaPERANG melawan virus jauh lebih berbahaya karena tak terlihat, se-hingga harus tetap waspada dan penuh kehati-hatian.

Muhammad Makhfudz

Patuhi Protokol KesehatanSEBENARNYA apa sih yang mau dikritisi terhadap penanganan pan-demi covid-19 ini? Saya bangga dengan langkah pemerintah yang boleh dibilang cukup sukses dengan penanganan masalah ini. Terbukti pasien yang sembuh juga menga-lami peningkatan. Di Manado dalam dua minggu terakhir ada 45 kasus positif, dan itu lumayan lama. Tapi, se minggu lalu, ketika orang-orang mulai ramai, dan buktinya sudah 71 kasus positif. Artinya, kita tak perlu PSBB yang penting patuhi aturan protokol kesehatan saja. Itu saja yang harus dipatuhi, setia dan disiplin.

Ventje, Manado

Lebih Banyak BerkorbanKITA berharap dan berdoa semoga covid-19 bisa segera hilang dari In-donesia. Akibat dari pandemi ini ada tiga hal yang terjadi: 1. Korban dari kalangan medis. 2. Korban psikologis (akibat rakyat banyak beraktivitas di rumah). 3. Korban sosial (mereka yang punya latar belakang pedagang tak bisa beraktivitas sebagaimana biasanya). Melalui bedah editorial ini saya berharap para pemangku kepentingan untuk lebih banyak berkorban dibanding orang keba-nyakan.

Boy Lestari, Padang

Kurangnya Kesadaran WargaKOTA kami juga termasuk zona merah dan dilakukan PSBB. Tingkat kepatuhan memang ada, tapi kesa-daran yang kurang. Kesadaran itu berangkat dari diri sendiri, apakah ada/tidak ada aturan. Ada orang yang tak peduli dengan kesehatan dan ke-selamatan orang lain. Mereka tetap beraktivitas tanpa merasa bersalah.

Lia, Makassar

PERANG kita melawan covid-19 belum jelas kapan bakal berakhir. Hingga kini, belum ada metodo-

logi yang dapat mem pre diksi se-cara presisi ujung dari pandemi ini. Yang pasti, akhir perjalanan covid-19 di setiap nega ra ber beda-beda. Kapan itu? Ter gantung kebi-jak an yang di pilih pemerin tah dan kepatuh an serta ke disiplinan semua elemen bangsa menjalankan ke bijakan tersebut.

Sejak akhir Maret 2020 lalu pe merintah Indo nesia memilih kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Semestinya tak perlu lagi ada perdebatan soal itu. Toh tidak ada satu pun model penanganan yang bi sa diklaim paling benar, paling tepat untuk perang melawan pandemi ini. Tu gas anak bangsa ini ialah memastikan aturan dan kebijakan itu bisa dijalankan dengan tingkat kepatuhan tinggi.

Dalam beberapa hari terakhir, kepa-tuhan itu tam pak mulai menunjukkan hasil. Contoh paling nyata di DKI Jakarta, daerah pertama yang mengajukan dan me-nerapkan PSBB. Pada awal April la lu DKI Jakarta menyumbang 50% kasus secara na sional. Di awal Mei, setelah menerapkan PSBB, kon tribusi pasien terkonfi rmasi se-cara nasional turun menjadi 39%.

Di Jakarta pula kasus positif yang dira-wat di ru mah sakit terus menurun. Kini, setidaknya me nu rut catatan Gugus Tugas Percepatan Penangan an Covid-19, tidak ada fasilitas kesehatan yang ke wa lah an karena mengalami kapasitas yang ke-penuhan. Ini menunjukkan bahwa pasien sembuh semakin banyak. Sebaliknya, se-makin sedikit pasien yang mengalami ge-jala berat dan butuh perawatan intensif.

Fakta itu memang belum menjadi pertanda bah wa virus korona mulai meninggalkan Jakarta. Bukan pula isyarat bahwa kita mulai boleh tidak serius me-nanggulangi covid-19. Namun, setidaknya itu dapat membuktikan bahwa PSBB pun dapat berjalan efektif selama semua pihak mematuhinya, menaatinya.

Kita tahu, dalam hal penyebaran covid-19 di In do nesia, Jakarta ialah episentrum. Kiranya ketika pergerakan virus di episen-trumnya sudah sedikit melambat, walau-

pun masih fl uktuatif, kita bisa ber harap daerah-daerah lain pun segera mengikuti nya. Syaratnya, pemerintah daerah melaksana-kan PSBB dengan konsistensi dan koordinasi yang kuat, serta di sisi lain, warga mesti memegang tiga kata sakti; taat, patuh, dan

disiplin.D a l a m skop na-

s i o n a l , melam-batnya penam-b a h a n k a s u s

d i D K I sejatinya

ialah kabar gembira yang

ha rus dis ikapi pemerintah pusat dengan bijaksana. Ini bukan kabar gembira yang boleh direspons dengan s u k a c i t a y a n g kelewat batas. Ini fakta yang mes tinya men-jadi penguat komitmen pe-merintah da-lam peperangan melawan covid-19, bukan malah mem-buat lengah dan m e n j a d i k a n n y a alasan untuk me-longgarkan pem-batasan.

Pembatasan ke-t a t h a -rus terus dilakukan karena, se-kali lagi, kita t i d a k t a h u kapan pan-

demi ini ber akhir. Persoalannya ialah pelaksanaan PSBB ti dak merata di semua wilayah. Bahkan banyak da erah belum menerapkan PSBB. Padahal, ketika di Ja-karta melambat, yang dikhawatirkan ialah po tensi perpindahan peningkatan jumlah kasus ke daerah lain.

Gugus tugas sudah menyarankan daerah lain yang mengalami peningkatan ka-sus positif covid-19 segera mengajukan PSBB kepada Menteri Kese hat an. Akan tetapi, itu sangat tergantung inisiatif pe-merintah daerah. Yang mesti dipastikan saat ini ialah pemerintah harus memi-nimalkan perpin dahan penduduk antarprovinsi, antarkota dan ka bupaten.

Dalam konteks ini, kita ingin meng-ingatkan pe-m e r i n t a h , j a n g a n p e r n a h m e -

longgarkan aturan pe larangan mudik se-bab pada momen itulah puncak perpindah-an orang dari satu daerah ke daerah lain terjadi. Bahkan, untuk alasan lain pun, pelonggar an dan relaksasi mestinya men-jadi langkah yang terakhir dilakukan se-telah pemerintah mampu mengendalikan pandemi covid-19 terlebih da-hulu.

SUARA ANDA

Tetap Patuh Jangan Lengah12 Mei 2020

E D I T O R I A L Tanggapan Editorial

Pindai QR Code untuk

video Editorial

Kirimkan keluhan dan komentar Anda tentang pelayanan publik ke e-mail: forum@media indonesia.com

Kirimkan komentar Anda atas tema: Penolakan Pemakaman Jenazah Korban Covid-19 (12 - 16 Mei 2020): opini publik ke e-mail: [email protected] O R U M

RABU, 13 MEI 2020 7

IKATAN Dokter Indone-sia (IDI) mengonfirmasi 25 anggotanya meninggal

dunia akibat terpapar virus korona. Hal itu diungkapkan anggota Bidang Kesekretari-atan, Protokoler dan Public Relations Pengurus Besar (PB) IDI, Dr Halik Malik (Kompas.com, 29/4).

Tidak hanya di Indonesia, korban dari kalangan tenaga kesehatan (nakes) seperti dok-ter dan perawat juga terjadi di berbagai belahan dunia lain-nya. Faktor penyebabnya an-tara lain kekurangan masker dan alat pelindung diri (APD), ketidakjujuran pasien covid-19, stigma negatif dari masyarakat hingga kurang waktu untuk is-tirahat, serta kepatuhan nakes terhadap social distancing dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Maka bentuk penghargaan kepada tenaga medis harus betul-betul diperhatikan, teru-tama kebutuhan dalam pe-perangan menghadapi covid-19, seperti APD. Masyarakat juga harus kooperatif terutama

yang positif covid-19. Selain itu, masyarakat harus dieduka-si dengan baik tentang covid-19 untuk meminimalisasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Eduaksi diperlukan agar masyarakat tidak panik dan paranoid ketika mendengar tetangga atau warga sekitar positif covid-19. Begitu juga dengan keberadaan tenaga medis yang sudah berjibaku melawan covid-19. Mereka butuh pengertian dan perha-tian, bukan malah memun-culkan stigma negatif hingga dikucilkan.

Hal ini jelas membuat tenaga medis stres dan tak bisa istira-hat optimal. Padahal waktu, tenaga dan fikiran mereka sudah dicurahkan untuk mem-bantu pasien covid-19.

Dibutuhkan kesadaran dan kerja sama dari semua pihak da-lam melawan wabah ini. Semoga wabah ini segera berakhir.

Sherly AgustinaWaringin Kurung, SerangBanten

PANDEMI covid-19 yang begitu cepat terjadi tak bisa dipungkiri mem-

buat banyak negara kelabak-an menanganinya.

Di Indonesia kerap terden-gar pasokan alat perlindungan diri (APD) yang kurang, dan itu menjadi salah satu kendala untuk memerangi covid-19. Keterbatasan jumlah APD itu sering kali menjadi momok terbesar para tenaga medis, karena mereka ada di garda terdepan.

Beberapa waktu yang lalu ramai di jagat maya dan media-media mainstream berita tentang adanya pasien di rumah sakit yang tidak mengakui dirinya sudah

pernah dites dan hasilnya positif covid-19. Alhasil , para tenaga medis yang ti-dak memakai APD menjadi tertular. Ini karena pasien tersebut tidak jujur dalam menjawab pertanyaan petu-gas medis.

Hal itu menandakan ma-sih rendahnya kesadaran sebagian masyarakat ter-hadap penyakit menular ini. Bukannya memutus pe-nyebaran covid-19, mereka justru semakin memperluas pandemik. Sikap tidak jujur ini mampu membahayakan masyarakat karena sering juga ada orang yang positif covid-19, namun tanpa ge-jala.

Perlu diketahui bahwa tim medis bukan robot yang 24 jam hanya melayani pasien covid-19. Mereka juga punya keluarga yang selalu menanti di rumah. Jika dalam kondisi seperti ini ada pasien yang tidak jujur, harus dikenakan sanksi tegas agar mereka sadar karena telah memba-hayakan keselamatan ma-syarakat. Jujur lebih baik dan akan menolong sesama manusia.

MeinetriMahasiswa Universitas Negeri YogyakartaKalipakis RT 03, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul

BADAI covid-19 belum berlalu. Banyak tenaga kesehatan yang tidak

bisa menyambut syahdunya Ramadan dengan gembira bersama keluarga.

Bukan hanya dokter yang harus kontak fisik dengan penderita covid-19 (pasien dalam pengawasan/PDP), maupun orang dalam peng-awasan (ODP). Masih ada perawat, tenaga ahli gizi, analis medik, petugas labo-ratorium, bank darah, teknisi elektromedik, petugas pemu-lasaran jenazah, hingga sopir ambulans.

Mereka saat ini adalah pahlawan negara, karena menjadi pasukan berani mati yang mengambil risiko berba-haya. Hal itu karena memang pekerjaan yang menuntut mereka harus kontak dekat dengan pasien dan atau je-nazah.

Teringat bahwa Rasulullah dan para sahabat melaksa-nakan Perang Badar di saat puasa Ramadan. Saat inilah negara kita sedang diuji de-ngan perang melawan wabah covid-19.

Kalangan medis yang mus-lim dan harus kontak fisik dengan penderita covid-19 tentunya harus menyiapkan ketahanan fi sik dan rohani, di tengah kewajiban ibadah puasa Ramadan.

Inilah perang yang luar biasa di tengah-tengah dua kewajiban utama. Pertama ha-rus melakukan perlindungan fi sik dengan memakai pakaian hazmat sebagai alat pelin-dung diri (APD), yang rasanya panas hingga bermandikan keringat.

Kedua, harus tetap teguh untuk tidak makan dan mi-num karena sedang berpua-sa, padahal memakai hazmat bisa memicu dehidrasi.

Hanya kekuatan rohani yang mampu melakukan ke-dua hal itu bersamaan. Puasa hanya diwajibkan bagi yang beriman, dan saat ini hal itu sedang diuji. Iman bahwa Tuhan semesta alam akan menjaga sekaligus menerima amal ibadahnya.

Bukan hal yang mudah me-laksanakan dua kewajiban ini bersamaan. Hanya pribadi dengan keimanan kukuh yang sanggup melewati ini semua.

Ramadan kali ini be-nar-benar menjadi mo-

mentum ujian bagi tenaga medis dan paramedis muslim. Bekerja sekaligus beribadah, melak-sanakan ketaatan pada Allah dan ne-gara. Semoga Allah

selalu melindungi mereka dan kita se-

mua, hingga negara ini berhasil mengakhiri

wabah covid-19. Amin.

Ika NurmayaASN di Surabaya, Jawa Timur

Melaksanakan Dua Kewajiban saat Pandemi

Kejujuran Bisa Memutus Penyebaran Covid-19

Keadilan Warga Adena Dirampas

Perlu Edukasi Nihilkan Stigma

Negatif

SEBAGAI warga negara biasa, saya ingin ter-tib hidup berjalan se-

suai dengan koridor hukum. Perasaan sedih muncul jika melihat fenomena di masya-rakat bahwa hukum belum berada pada titik idealnya.

Tidak sedikit kasus besar saat dibawa ke ranah hukum terselesaikan dengan kekece-waan masyarakat. Sebaliknya, banyak kasus kecil diputus bersalah dengan vonis yang cukup berat dengan alasan yang mengada-ada. Tentu saja di pengadilan ada putusan hu-kum yang memenuhi unsur keadilan.

Kekecewaan saya semakin membuncah karena ketidaka-dilan itu kini menimpa ke-luarga besar perumahan Cluster Adena, Graha Raya, Tangerang Selatan, tempat saya bermukim. Upaya kami untuk mendapatkan hak ling-kungan yang aman dirampas

secara hukum oleh pihak tertentu.

Kabar 'penzaliman' itu juga datang saat Ketua RW 010 Budiono, sebagai pembina lingkungan di kompleks saya, secara hukum telah ditetap-kan sebagai tersangka atas tu-duhan menutup jalan umum. Padahal, secara pribadi beliau tidak melakukannya. Padahal portal gerbang belakang kom-pleks Adena dibangun warga Adena karena sesuai dengan site plan sebagai perumahan berkonsep klaster.

Anehnya, pelaporan warga perumahan Pondok Jagung 2 terkait pemortalan tersebut diproses Polres Tangsel hing-ga dinyatakan P-21. Anehnya lagi, bukti formil dan fakta-fakta keberadaan jalan pelin-tasan yang disampaikan pada saat mediasi, tak digubris pihak Polres Tangsel.

Puncaknya, pada Kamis (23/4), berkas perkara dari

Polres Tangsel itu dilimpah-kan ke Kejaksaan Negeri (Ke-jari) Tangsel. Sejak saat itu pula oleh pihak Kejari Tang-sel, Pak Budiono ditetapkan sebagai tahanan kota. Tentu saja saya sangat kecewa, urusan yang seyogjanya bisa diselesaikan secara mediasi pada akhirnya diambil ranah hukum, yang ironisnya da-lam prosesnya mengabaikan fakta dan bukti formil yang ada.

Untuk itu melalui Suara Pembaca ini, kami selaku warga Cluster Adena, Graha Raya meminta perhatian lem-baga penegak hukum untuk memperhatikan kasus ini. Jangan sampai warga yang awam hukum diperlakukan tidak adil.

Salam keadilan.

HerdiTangerang Selatan, BantenSENO

Page 2: EDITORIAL Tanggapan Editorial Tetap Patuh Jangan Lengah · KATAN Dokter Indone-sia (IDI) mengonfirmasi 25 anggotanya meninggal dunia akibat terpapar virus korona. Hal itu diungkapkan

JAKARTA – Pemerintah telah menetapkan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk membangkit-kan kembali perekonomian Indonesia yang mengalami kemerosotan cukup dalam aki-bat pandemi corona virus baru atau Covid-19. Untuk mendanai program tersebut, APBN siap untuk menggelontor dana hingga Rp 318,09 triliun.

Sebagai payung hukum bagi pelaksanaan program itu, Sabtu (9/5), Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah me-neken Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional dalam Rangka Mendukung Kebijakan Keuangan Negara untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau Meng-hadapi Ancaman yang Mem-bahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan serta Pe-nyelamatan Ekonomi Nasional.

Berdasarkan dokumen yang diperoleh Investor Daily, untuk membiayai pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional tersebut, pemerin-tah membutuhkan anggaran sebesar Rp 318,09 triliun. Im-plementasi program ini akan dituangkan ke dalam sembilan instrumen kebijakan.

Pertama, terkait subsidi bun-ga untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta ultra mikro (UMi) sebesar Rp 34,15 triliun. Rinciannya, subsidi bunga bank perkreditan rakyat (BPR) dan perusahaan pembi-ayaan Rp 27,26 triliun; kredit usaha rakyat (KUR), UMi, Mekar, dan pegadaian senilai Rp 6,4 triliun; serta UMKM online, Lembaga Pengelolaan Dana Bergulir (LPDB), dan koperasi sejumlah Rp 490 miliar.

Kedua, insentif perpajakan untuk UMKM, dunia usaha, dan masyarakat sebesar Rp 63,01 triliun. Anggaran ini diperuntukkan untuk insentif pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 dengan skema ditanggung

pemerintah (DTP) Rp 26,66 triliun, PPh Final UMKM DTP sebesar Rp 2,4 triliun, pembebasan PPh Pasal 22 Impor mencapai Rp 14,75 triliun, pengurangan angsuran PPh Pasal 25 sebesar Rp 14,4 triliun, dan pecepatan resti-tusi pajak pertambahan nilai (PPN) mencapai Rp 5,8 triliun.

Ketiga, subsidi bahan bakar nabati (BBN) dengan pen-erima BLU, dalam rangka program biodiesel 30% atau B-30 sebanyak Rp 2,78 triliun. Keempat, percepatan pem-bayaran kompensasi dan pe-nugasan untuk badan usaha milik negara (BUMN) dan masyarakat sebesar Rp 94,23 triliun. Apabila dirinci angga-ran tersebut mencakup untuk Pertamina Rp 48,25 triliun, PLN Rp 45,42 triliun, dan Bulog sebesar Rp 0,56 triliun.

Kelima, pemerintah mem-berikan stimulus permintaan yang menyangkut dukungan pariwisata, (diskon, tiket, dan ho-tel) kemudian voucher makanan melalui aplikasi online dengan total anggaran Rp 25 triliun. Keenam, penjaminan untuk kredit modal kerja baru UMKM Rp 6 triliun yang terdiri atas belanja imbal jasa penjaminan (IJP) Rp 5 triliun dan cadangan penjaminan umum Rp 1 triliun.

Ketujuh, penyertaan modal negara (PMN) sebanyak Rp 25,27 triliun untuk lima BUMN yakni PT PLN, PT Hutama Karya (HK), PT Ba-hana Pembinaan Usaha Indo-nesia (BPUI), PT Permodalan Nasional Madani (PNM), dan PT Indonesia Tourism Devel-opment Corporation (ITCD).

Kedelapan, talangan modal kerja BUMN sebanyak Rp 32,65 triliun untuk PT Garuda menca-pai Rp 8,5 triliun, Perumnas Rp 0,65 triliun, PT KAI sebanyak Rp 3,5 triliun, PTPN mencapai Rp 4,0 triliun, Bulog sebesar Rp 13 triliun, dan PT Krakatau Steel mencapai Rp 3 triliun. Kesembilan, penempatan dana pemerintah di perbankan dalam rangka restrukturisasi seban-yak Rp 35 triliun. (try)

JAKARTA – Sidang Paripur-na DPR RI menyetujui Pera-turan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk penanganan Covid-19 menjadi undang-undang (UU).

Ketua DPR RI Puan Ma-harani menyebutkan, dalam pandangan mini fraksi, de-lapan fraksi di DPR meny-etujui pengesahan Perppu Nomor 1 Tahun 2020 tersebut menjadi UU dengan sejumlah catatan, sedangkan satu fraksi menolak yaitu Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

“Apakah pandangan mini frak-si ini bisa disetujui? Setuju untuk menjadi undang-undang?” kata Puan dalam Rapat Paripurna DPR di Gedung DPR RI, Selasa (12/5). Setelah dijawab setuju oleh peserta rapat Puan pun mengetok palu tanda pengesa-

han persetujuan tersebut.Sidang paripurna itu dihad-

iri oleh 41 orang wakil rakyat secara fisik dan sebanyak 255 anggota DPR RI lainnya mengikuti sidang paripurna melalui layanan virtual.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Badan Ang-garan DPR RI Said Abdullah mengatakan, PKS menolak keputusan ini dengan alasan Perppu Nomor 1 Tahun 2020 berpotensi melanggar kon-stitusi disebabkan beberapa pasal yang cenderung ber-tentangan dengan UUD 1945.

“Hal ini terkait dengan kekua-saan pemerintah dalam pen-etapan APBN yang mereduksi kewenangan DPR, kekebalan hukum, dan terkait kerugian keuangan negara,” jelas dia saat membacakan pandangan mini fraksi. Selain itu, PKS juga mencermati soal batas atas defisit APBN.(try/nov)

“Sedangkan inflasi 2-4%, tingkat suku bunga SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun 6,67-9,56%, dan nilai tukar rupiah antara Rp 14.900-15.300 per dolar AS,” ujar Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam Rapat Paripurna DPR dengan agenda Penyampaian Pemerintah terha-dap Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM dan PPKF) RAPBN TA 2021 di Gedung DPR Jakarta, Selasa (12/5).

Selanjutnya, kata Sri Mulyani, harga minyak mentah Indonesia ditargetkan antara US$ 40-50 dolar per barel, lifting minyak antara 677 ribu hingga 737 ribu barel per hari, sedangkan lifting gas bumi 1.085 hingga 1.173 ribu barel setara minyak per hari.

Sri Mulyani mengatakan, KEM-PPKF 2021 disusun den-gan mengacu pada arah pem-bangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasioanl (RPJMN) tahun 2020 - 2024. Namun, pan-demi Covid-19 yang terjadi sejak awal tahun diperlukan penyesua-ian fundamental pengelolaan perekonomian nasional yang ber-dampak pada keuangan negara.

“KEM PPKF 2021 disusun di tengah pandemi Covid-19 yang

mencerminkan berbagai ketidak-pastian tinggi akibat penyebaran Covid-19 secara global yang masih belum dapat dipastikan kapan dan bagaimana akan dapat diatasi,” jelas dia.

Untuk itu, kata Sri Mulyani, ke-bijakan ekonomi makro dan arah kebijakan fiskal 2021 berfokus pada upaya-upaya pemulihan ekonomi sekaligus reformasi un-tuk mengatasi masalah fundamen-tal ekonomi. “Upaya pemulihan dan reformasi bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi harus dimulai bersama dengan penanganan pan-demi, dan hal ini akan berlangsung hingga tahun 2021,” ujar dia.

Dengan perspektif ini, mantan direktur pelaksana Bank Du-nia ini menyebutkan, kebijakan fiskal 2021, mengangkat tema ‘Percepatan Pemulihan Ekono-mi dan Penguatan Reformasi’. “Tema ini selaras dengan RKP (Rencana Kerja Pemerintah) tahun 2021 untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan refor-masi sosial,” jelas dia.

Pada kesempatan yang sama, Menkeu mengatakan, defisit APBN 2021 diperkirakan di kisa-ran 3,21%-4,17% terhadap produk domestik bruto (PDB). Sedang-kan rasio utang di kisaran 36,67% hingga 37,97% terhadap PDB.

Ia mengatakan, besaran defisit anggaran di atas 3% ini mengacu

kepada Perppu Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuan-gan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk penanganan Covid-19 agar proses pemulihan berjalan secara bertahap dan tidak mengalami hard landing yang berpotensi memberikan guncangan bagi perekonomian.

“Pembiayaan tahun depan akan dilakukan secara terukur dan berhati-hati dengan terus menjaga sumber-sumber pem-biayaan yang berkelanjutan (sustainable) agar rasio utang terjaga dalam batas aman,” ujar Sri Mulyani.

Peran Swasta Pemerintah, lanjut dia, akan

terus mendorong peran swasta dalam pembiayaan pembangu-nan melalui kerangka kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU), termasuk mendorong penerbitan instrumen pembi-ayaan kreatif lainnya.

Sri Mulyani menambahkan, kebijakan fiskal menjadi instru-men yang sangat strategis dan vital dalam proses pemulihan ekonomi tahun depan. Sementara itu, untuk sisi pembiayaan 2021 di-arahkan untuk mendukung coun-tercyclical stabilisasi ekonomi.

Ia mengatakan, pemerintah juga melakukan berbagai hal terkait per tama peningkatan akses pembiayaan bagi UMKM, UMi, dan per umahan bagi

masyarakat berpenghasilan ren-dah. Kedua, pendalaman pasar, efisiensi cost of borrowing, dan efektivitas quasi fiskal untuk akselerasi daya saing dan pen-ingkatan ekspor.

“Ketiga, dukungan restruk-turisasi BUMN, penguatan BLU dan sovereign wealth fund untuk mendukung pemulihan ekonomi dan akselerasi pembangunan,” tandas dia.

Tax Ratio Sementara itu, terkait peneri-

maan negara, pemerintah men-gusulkan target rasio pajak atau tax ratio yang dijadikan sebagai dasar bagi penyusunan RAPBN 2021 adalah 8,25% hingga 8,63%. Rasio pajak adalah perbandin-gan penerimaan pajak terhadap produk domestik bruto.

Angka tax ratio pada 2021 diproyeksikan bakal lebih ren-dah dibandingkan dengan rasio pada 2019 yang sudah rendah, yakni di angka 9,76%. Sementara untuk tahun ini, pemerintah me-matok rasio perpajakan sebesar 11,5%.

Menkeu mengatakan, proyeksi tax ratio tersebut memperhitung-kan adanya kebutuhan untuk mempercepat pemulihan ekono-mi melalui tambahan insentif perpajakan (tax expenditure) dan aktivitas ekonomi yang masih dalam proses pemulihan.

“Konsistensi dalam melakukan reformasi perpajakan dan pemuli-han ekonomi diharapkan mampu meningkatkan rasio perpajakan secara bertahap di masa yang akan datang,” ujar dia.

Menurut dia, kebijakan per-pajakan 2021 diarahkan antara lain pada pemberian insentif yang lebih tepat dan relaksasi untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional.

Di samping itu, berbagai ke-bijakan juga diarahkan pada optimalisasi penerimaan melalui perluasan basis pajak serta pen-ingkatan pelayanan kepabeanan dan ekstensifikasi barang kena cukai.

RABU 13 MEI 2020

5 MACRO ECONOMICS

Oleh Triyan Pangastuti

JAKARTA – Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi pada 2021 sebesar 4,5-5,5%, lebih tinggi dari perkiraan pertumbuhan ekonomi pemerintah tahun ini pascamencuatnya pandemi Covid-19 yaitu 2,3%. Target pertumbuhan ekonomi ini menjadi salah satu besaran indikator ekonomi makro yang diusulkan pemerintah kepada DPR sebagai dasar penyusunan Rancangan Undang-Undang (RUU) APBN 2021.

Sri Mulyani Indrawati

Pekerja Terdampak Covid-19Pekerja saat membersihkan kaca pada gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (12/5/2020). Kementerian Ketenagakerjaan mencatat hingga 1 Mei 2020, terdapat 1,72 juta pekerja formal dan informal yang terdampak Covid-19. Jumlah pekerja sektor formal yang telah dirumahkan sebanyak 1,03 juta orang dan yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) sebanyak 375.165 orang. Sementara pekerja sektor informal yang terdampak Covid-19 sebanyak 314.833 orang.

SP/Ruht Semiono

PENGUMUMAN RENCANA PEMBUBARAN, LIKUIDASI DAN PEMBAGIAN HASIL LIKUIDASI REKSA DANA TERPROTEKSI BATAVIA PROTEKSI GEBYAR V

Sehubungan dengan Reksa Dana Terproteksi BATAVIA PROTEKSI GEBYAR V (“BATAVIA PROTEKSI GEBYAR V”) telah jatuh tempo, maka kami PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen selaku Manajer Investasi mengumumkan rencana pembubaran, likuidasi dan pembagian hasil likuidasi Reksa Dana BATAVIA PROTEKSI GEBYAR V dengan Bank Kustodian PT Bank Central Asia Tbk. Berkaitan dengan rencana tersebut di atas, dengan ini Manajer Investasi menyampaikan hal-hal sebagai berikut:1. Manajer Investasi dan Bank Kustodian telah sepakat untuk melakukan pembubaran likuidasi Reksa

Dana BATAVIA PROTEKSI GEBYAR V sebagaimana termaktub dalam Kesepakatan Pembubaran dan Likuidasi Reksa Dana BATAVIA PROTEKSI GEBYAR V pada tanggal 11 Mei 2020.

2. Pada tanggal 13 Mei 2020 Manajer Investasi telah memberitahukan rencana pembubaran, likuidasi dan pembagian hasil likuidasi Reksa Dana BATAVIA PROTEKSI GEBYAR V kepada Otoritas Jasa Keuangan (“OJK“) dengan surat Direksi PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen No. 121/DIR-BPAM/PD/V/2020.

3. Pada tanggal 13 Mei 2020 Manajer Investasi telah memerintahkan Bank Kustodian untuk menghentikan perhitungan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana BATAVIA PROTEKSI GEBYAR V pada tanggal 13 Mei 2020, dengan surat Direksi PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen No. 122/DIR-BPAM/PD/V/2020.

Bagi Pemegang Unit Reksa Dana BATAVIA PROTEKSI GEBYAR V dapat menghubungi Manajer Investasi atau Agen Penjual yang ditunjuk Manajer Investasi.Demikian pengumuman ini dibuat untuk dapat diketahui oleh publik. Jakarta, 13 Mei 2020Manajer Investasi selaku Likuidator Reksa Dana BATAVIA PROTEKSI GEBYAR VPT. BATAVIA PROSPERINDO ASET MANAJEMEN

2 X 50 mm Terbit di Harian Investor Daily

�������������������

�������������������������������� ���

���������������������������������������������������������

��������������� �������������������������������������������� �������������� ����� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������� ����������������������������������������������������������������������������������� �����­���������������������������������������������������������������������������� ������������������� ������������������ ������������������������������ ��� ����������� ������ ����� ����� ��� ������������ ����������������������������������������� ����� ���� ���� �� ��� ��� ������������ ��� ���� ������������������������������������������������� ��� ������������������ ������ �� ������������ ���������� ������ ����� ������ ����������������������������������� ������������������������������������������������������������������������ �����­�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������

��������������������������������������������������

�����������������

JAKAR TA – Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas menyatakan pemerintah akan menambah dana Kementerian/Lembaga (K/L) sebesar Rp 56,5 triliun untuk anggaran pemuli-han ekonomi akibat Covid-19, dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2021.

“Untuk pemulihan ekonomi sendiri itu ada kenaikan belanja nonoperasional dalam K/L sekitar 55% atau Rp 56,5 triliun,” ucap Menteri Perencanaan Pemban-gunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat secara virtual, Selasa (12/5).

Suharso mengatakan, ang-garan tersebut akan diutamakan pada tiga hal yaitu dukungan pengembangan sektor unggu-lan, infrastruktur, dan pening-katan kapasitas sumber daya manusia (SDM). Sektor ung-gulan meliputi industri dan pa-riwisata melalui Kementerian

Perindustrian dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kre-atif, sektor ketahanan pangan melalui Kementerian Pertanian dan Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta akses pasar dan UKM melalui Kementerian Perdagangan dan Kementerian Koperasi dan UKM.

“Kenaikan memang diutama-kan pada K/L terkait langsung, sesuai tujuan yaitu mempercepat pemulihan ekonomi dan refor-masi sosial,” ucap Suharso.

Sementara itu anggaran untuk dukungan infrastruktur beru-pa pembangunan jalan akses, bandara, dan pelabuhan dis-alurkan melalui Kementerian Perhubungan dan Kementerian PUPR. Sedangkan anggaran untuk dukungan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) akan diberikan melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Ketenagakerjaan.

Ia melanjutkan, ada lima proyek

yang berkaitan dengan pemulihan ekonomi nasional pada 2021 yaitu proyek 10 destinasi pariwisata prioritas senilai Rp 3,28 triliun, sembilan kawasan industri di luar Jawa dan 31 smelter Rp 628,2 mil-iar, industri 4.0 di lima sub sektor prioritas Rp 1,3 triliun.

Kemudian pendidikan dan pelatihan vokasi untuk industri 4.0 senilai Rp 4,39 triliun serta jar-ingan pelabuhan utama terpadu yang terdiri dari Pelabuhan So-rong, Bitung, Makassar, Kijang, Belawan/Kuala Tanjung, Tan-jung Priok, dan Tanjung Perak. Selain itu, anggaran pendidikan, kesehatan, dan sosial juga men-galami kenaikan sebesar 15,3% yaitu Rp 15,8 triliun. Tak hanya itu, anggaran keamanan dan ketertiban turut naik 13,6% atau senilai Rp 14 triliun, pengelolaan negara 8,9% atau Rp 9,2 triliun, lingkungan hidup 1,8% atau Rp 1,9 triliun, serta lainnya seperti statistik dan iptek naik 5,7% atau Rp 5,9 triliun. Namun, diluar sektor-sektor tersebut hampir seluruh K/L mengalami penu-runan anggaran.

“Apa boleh buat, karena kita sedang kembali untuk pemulihan ekonomi kita, hampir semua K/L turun dibandingkan APBN 2020. Bahkan beberapa K/L tidak

naik signifikan dibandingkan R-APBNP 2020,” ucap Suharso

Efisiensi AnggaranSementara itu, Wakil Menteri

Keuangan Suahasil Nazara menga-takan, dengan mempertimbangkan prinsip efektifitas dan efisiensi penghematan belanja dari ber-bagai macam lini, perjalanan dinas, penyelenggaraan rapat, honor, konsinyering, akan didukung terus.

Diharapkan, kebijakan inovatif seperti penerapan work from home, open space, akan terus dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dari penyelenggaraan negara. Belanja barang 2021 diharapkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Kami di kementerian keuan-gan akan melakukan penajaman dalam hal pemeliharaan dan juga akan memastikan terciptanya sin-ergi antara belanja barang untuk diserahkan ke masyarakat atau pemda,” ucap Suahasil dalam kesempatan yang sama. (ark)

Suharso Monoarfa