11
EFEK AKUT KONSUMSI KOPI BERKAFEIN TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN INTRAOKULER PADA MAHASISWA JURUSAN KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Bunga Wiharning Setia Putri*; dr. Wahid Heru Widodo, Sp. M**, dr. Evy Sulistyoningrum, M. Sc*** ABSTRAK Latar Belakang: Kafein terkandung dalam berbagai makanan dan minuman. Konsumsi kafein telah menjadi kebudayaan harian di seluruh dunia. Kafein memiliki efek yang kompleks pada tubuh, salah satunya meningkatkan tekanan intraokuler. Masih banyak kontroversi mengenai efek kafein terhadap tekanan intraokuler. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek akut konsumsi kopi berkafein terhadap peningkatan tekanan intraokuler pada mahasiswa Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman. Metode: Desain penelitian menggunakan randomized clinical trial dengan double blinding. Subjek penelitian merupakan 74 orang mahasiswa Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subyek diminta mengonsumsi kopi berkafein 80 mg bagi kelompok perlakuan dan kopi dekafein 4 mg bagi kelompok kontrol. Tekanan intraokuler diukur sebelum dan menit ke-60 serta 90 setelah mengonsumsi kopi dengan menggunakan tonometer Schiotz. Hasil pengukuran tekanan intraokuler dianalisis dengan uji Mann-Whitney. Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna antara peningkatan tekanan intraokuler sebelum dengan menit ke-60 dan 90 setelah mengonsumsi kopi berkafein (p = 0,000 dan 0,000). Peningkatan tekanan intraokuler pada menit ke-60 dan 90 sebesar 1, 28 dan 2,30 mmHg. Kesimpulan: Terdapat peningkatan tekanan intraokuler pada menit ke-60 dan 90 setelah mengonsumsi kopi berkafein. Kata kunci: Tekanan intraokuler; kopi; kafein * Mahasiswa Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto ** Dokter Spesialis Mata Margono Soekardjo Purwokerto *** Dosen Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Efek Akut Konsumsi Kopi Berkafein Terhadap Peningkatan Tekanan Intraokuler Pada Mahasiswa Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Embed Size (px)

DESCRIPTION

efek kafein

Citation preview

Page 1: Efek Akut Konsumsi Kopi Berkafein Terhadap Peningkatan Tekanan Intraokuler Pada Mahasiswa Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

EFEK AKUT KONSUMSI KOPI BERKAFEIN TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN INTRAOKULER

PADA MAHASISWA JURUSAN KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Bunga Wiharning Setia Putri*; dr. Wahid Heru Widodo, Sp. M**, dr. Evy

Sulistyoningrum, M. Sc***

ABSTRAK Latar Belakang: Kafein terkandung dalam berbagai makanan dan minuman. Konsumsi kafein telah menjadi kebudayaan harian di seluruh dunia. Kafein memiliki efek yang kompleks pada tubuh, salah satunya meningkatkan tekanan intraokuler. Masih banyak kontroversi mengenai efek kafein terhadap tekanan intraokuler. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek akut konsumsi kopi berkafein terhadap peningkatan tekanan intraokuler pada mahasiswa Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman. Metode: Desain penelitian menggunakan randomized clinical trial dengan double blinding. Subjek penelitian merupakan 74 orang mahasiswa Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subyek diminta mengonsumsi kopi berkafein 80 mg bagi kelompok perlakuan dan kopi dekafein 4 mg bagi kelompok kontrol. Tekanan intraokuler diukur sebelum dan menit ke-60 serta 90 setelah mengonsumsi kopi dengan menggunakan tonometer Schiotz. Hasil pengukuran tekanan intraokuler dianalisis dengan uji Mann-Whitney. Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna antara peningkatan tekanan intraokuler sebelum dengan menit ke-60 dan 90 setelah mengonsumsi kopi berkafein (p = 0,000 dan 0,000). Peningkatan tekanan intraokuler pada menit ke-60 dan 90 sebesar 1, 28 dan 2,30 mmHg. Kesimpulan: Terdapat peningkatan tekanan intraokuler pada menit ke-60 dan 90 setelah mengonsumsi kopi berkafein. Kata kunci: Tekanan intraokuler; kopi; kafein * Mahasiswa Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto ** Dokter Spesialis Mata Margono Soekardjo Purwokerto *** Dosen Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Page 2: Efek Akut Konsumsi Kopi Berkafein Terhadap Peningkatan Tekanan Intraokuler Pada Mahasiswa Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

ACCUTE EFFECT OF CAFFEINATED COFFEE CONSUMPTION ON INCREASING INTRAOCULAR PRESSURE

IN MEDICAL STUDENT OF JENDERAL SOEDIRMAN UNIVERSITY

Bunga Wiharning Setia Putri*; dr. Wahid Heru Widodo, Sp. M**, dr. Evy Sulistyoningrum, M. Sc***

ABSTRACT

Background: Many foods and beverages contain caffeine. Caffeine consumption becomes a daily culture around the world. Caffeine has complex effects on the body, one of them it can increase intraocular pressure. There are many controversions about effects of caffeine on intraocular pressure. Purpose: The aim of this study was to describe accute effect of caffeinated coffee consumption on increasing intraocular pressure in medical student of Jenderal Soedirman University. Methods: In this randomized clinical trial with double blinding, subjects were 74 medical students of Jenderal Soedirman University who met the inclusion and exclusion criteria. The subjects were asked to consume caffeinated coffee 80 mg (experimental groups) and decaffeinated coffee 4 mg (control groups). Intraocular pressure was measured before and at 60, 90 minutes after coffee consumption using Schiotz tonometer. Measurement result of intraocular pressure were analyzed by Mann-Whitney test. Results: There was a significant difference increasing in intraocular pressure before with 60 and 90 minutes after consumed caffeinated coffee (p = 0.000 and 0,000). Intraocular pressure was increasing in 60 minute and 90 at 1, 28 and 2.30 mmHg. Conclusion: There was an increasing on intraocular pressure at 60 and 90 minutes after consumed caffeinated coffee. Key Words: Intraocular pressure; coffee; caffeine * Mahasiswa Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto ** Dokter Spesialis Mata Margono Soekardjo Purwokerto *** Dosen Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Page 3: Efek Akut Konsumsi Kopi Berkafein Terhadap Peningkatan Tekanan Intraokuler Pada Mahasiswa Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

PENDAHULUAN

Konsumsi kafein telah menjadi kebudayaan harian di seluruh dunia. Whalen et al.

(2008) menyatakan bahwa 75-98% golongan muda mengonsumsi setidaknya minimal satu

minuman berkafein setiap hari. Kafein semakin populer di kalangan remaja terutama

mahasiswa karena memiliki jadwal kuliah dan kegiatan yang padat (Lee et al., 2009)

sehingga membutuhkan kafein agar dapat mengurangi letih, meningkatkan energi dalam

tubuh, dan meningkatkan konsentrasi dalam belajar (McIlvain, 2008). Kafein terkandung

dalam berbagai minuman dan makanan, seperti kopi, teh, minuman ringan, minuman

berenergi, cokelat, dan beberapa obat pereda nyeri serta suplemen diet. Produk minuman

berkafein yang paling sering dikonsumsi di seluruh dunia dan memiliki kandungan kafein

yang tinggi yaitu kopi (Heckman et al., 2010).

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kafein dapat meningkatkan tekanan

intraokuler, sehingga para dokter menyarankan kepada penderita glaukoma untuk

menghindari konsumsi kafein (Li et al., 2011) karena peningkatan tekanan intraokuler

dapat memperburuk penyakit glaukoma (Heijl et al., 2002). Peningkatan tekanan

intraokuler dapat menyebabkan gangguan saraf optik pada glaukoma sehingga terjadi

kebutaan (Yanagi et al., 2011). Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua di dunia

setelah katarak. Angka kebutaan akibat glaukoma di Indonesia memiliki prevalensi yang

cukup tinggi, yaitu 0,16% (Departemen Kesehatan, 2010).

Masih terdapat beberapa kontroversi tentang hubungan konsumsi kafein dengan

tekanan intraokuler. Beberapa penelitian mengatakan bahwa konsumsi kafein dapat

meningkatkan tekanan intraokuler (Chandrasekaran et al., 2005; Li et al., 2011). Beberapa

penelitian justru mengatakan bahwa orang yang sering mengonsumsi kafein memiliki

tekanan intraokuler yang lebih rendah daripada orang yang jarang mengonsumsi kopi

(Yoshida et al., 2003; Ilechie & Tetteh, 2011).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain penelitian randomized controlled trial dengan

double blinding. Populasinya adalah Mahasiswa Jurusan Kedokteran Unsoed. Teknik

pengambilan menggunakan purposive sampling disesuaikan dengan kriteria inklusi dan

eksklusi yang telah ditetapkan. Kriteria inklusi meliputi berjenis kelamin laki-laki dan

perempuan, usia 18-25 tahun dan bersedia menjadi sampel penelitian. Sedangkan

responden diekslusi jika tekanan intraokuler > 21 mmHg, menderita kelainan papil saraf

optik, tekanan darah tinggi, diabetes melitus, obesitas, miopia > -3D, trauma mata,

Page 4: Efek Akut Konsumsi Kopi Berkafein Terhadap Peningkatan Tekanan Intraokuler Pada Mahasiswa Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

inflamasi mata, dalam pengobatan penyakit mata, memiliki riwayat keluarga glaukoma,

merokok dan berolahraga 1 jam sebelum pengukuran tekanan intraokuler, mengonsumsi

kafein dalam sepuluh jam sebelum diukur tekanan intraokuler, memiliki riwayat alergi dan

dispepsia terhadap kopi, dan tidak kooperatif pada saat pengukuran. Jumlah sampel

sebanyak 74 orang dan pengambilan data dilakukan pada pukul 08.00-11.00 WIB.

Tekanan intraokuler diukur sebelum mengonsumsi kopi dan menit ke-60 serta 90

setelah mengonsumsi kopi dengan kandungan kafein 80 mg untuk kelompok perlakuan dan

4 mg untuk kelompok kontrol. Tekanan intraokuler diukur menggunakan tonometer

Schiotz. Data diuji dengan menggunakan uji Mann-Whitney.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, dan tekanan intraokuler dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tabel Kontingensi Karakteristik Responden

Karakteristik Responden(*) Kelompok Perlakuan

(N : 37)

Kelompok Kontrol

(N : 37)

Jenis Kelamin:

a. Laki-laki

b. Perempuan

14 (37,84 %)

23 (62.16%)

15 (40.54%)

22 (59.46%)

Usia 21,11 tahun 21,41 tahun

Index Massa Tubuh (IMT) 21,8 kg/m2 21,2 kg/m2

Tekanan Darah Sistole 111,4 mmHg 113,2 mmHg

Tekanan Darah Diastole 75 mmHg 76 mmHg

Gula Darah Sewaktu (GDS) 87,7 mg/dL 89,4 mg/dL

* Untuk variabel kategorik menggunakan n (%)

Untuk variabel numerik menggunakan rerata

Perbedaan jumlah responden antara laki-laki dan perempuan terjadi karena pada

Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman jumlah mahasiswa perempuan lebih

banyak daripada mahasiswa laki-laki.Karakteristik responden berdasarkan usia tidak

terdapat perbedaan rerata usia antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hal

tersebut dikarenakan mayoritas responden yang mengikuti penelitian adalah mahasiswa

dari angkatan 2009 yang sebagian besar berusia 21 tahun. Rerata indeks massa tubuh

(IMT) pada kelompok perlakuan dan kontrol termasuk dalam IMT normal. Rerata tekanan

Page 5: Efek Akut Konsumsi Kopi Berkafein Terhadap Peningkatan Tekanan Intraokuler Pada Mahasiswa Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

darah sistole dan diastole responden termasuk dalam tekanan darah normal. Kelompok

perlakuan dan kontrol memiliki rerata gula darah sewaktu (GDS) yang normal, namun

cenderung rendah karena pemeriksaan dilakukan pada pagi hari dimana terdapat banyak

responden yang belum sarapan pagi.

Gambar 1. Hasil Pengukuran Tekanan Intraokuler

Keterangan: * p=0,001 pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol pada uji Mann-Whitney + p=0,000 pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol pada uji Mann-Whitney

Berdasarkan Gambar 4.1. didapatkan hasil terdapat perbedaan rerata tekanan

intraokuler pada menit ke-60 dan 90 dengan p=0,001 dan p=0,000. Hal tersebut

menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna rerata tekanan intraokuler pada menit

ke-60 dan 90 setelah mengonsumsi kopi antara kelompok perlakuan dan kontrol.

*13.81

12.4912.53 12.44

+14.83

12.38

12

12.5

13

13.5

14

14.5

15

Perlakuan Kontrol

TIO

sebelum

perlakuan

TIO menit

ke-60

TIO menit

ke-90

mmHg

Page 6: Efek Akut Konsumsi Kopi Berkafein Terhadap Peningkatan Tekanan Intraokuler Pada Mahasiswa Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Gambar 2. Perbedaan Tekanan Intraokuler Menurut Jenis Kelamin

Keterangan:

TIO1 : tekanan intraokuler sebelum perlakuan; TIO2 : tekanan intraokuler menit ke-60; TIO3: tekanan intraokuler

menit ke-90

Berdasarkan Gambar 2., dapat dilihat rerata tekanan intraokuler sebelum

mengonsumsi kopi pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Rerata tekanan

intraokuler setelah mengonsumsi kopi dekafein cenderung sama dan tidak mengalami

peningkatan.

Uji Mann-Whitney dipilih untuk melihat perbedaan selisih tekanan intraokuler

sebelum dengan menit ke-60 dan 90 setelah mengonsumsi kopi antara kelompok

perlakuan dan kontrol. Data yang dianalisis adalah selisih antara tekanan intraokuler

sebelum dan menit ke-60 (TIO2-TIO1), selisih antara tekanan intraokuler sebelum dan

menit ke-90 (TIO3-TIO1), serta selisih antara tekanan intraokuler menit ke-60 dan

menit ke-90 (TIO3-TIO2) setelah mengonsumsi kopi. Hasil uji Mann-Whitney dapat

dilihat pada gambar 3.

12.61

14.34

15.16

12.48

13.50

14.63

12.59

12.6512.57

12.43 12.2912.25

12.00

12.50

13.00

13.50

14.00

14.50

15.00

15.50

KAFEIN LAKI

KAFEIN

PEREMPUA

N

NONKAFEIN

LAKI

NONKAFEIN

PEREMPUA

N

TIO1 TIO2 TIO3

mmHg

TIO1 TIO2 TIO3

mmHg

Perlakuan

Laki-laki

Perlakuan

Perempuan

Kontrol

Laki-laki

Kontrol

Perempuan

Page 7: Efek Akut Konsumsi Kopi Berkafein Terhadap Peningkatan Tekanan Intraokuler Pada Mahasiswa Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Gambar 3. Hasil Uji Mann-Whitney pada selisih tekanan intraokuler

Keterangan:

Delta TIO12 : Tekanan intraokuler menit ke-60 dikurangi tekanan intraokuler sebelum perlakuan;

Delta TIO13 : Tekanan intraokuler menit ke-90 dikurangi tekanan intraokuler sebelum perlakuan * p=0,000 pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol pada uji Mann-Whitney + p=0,000 pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol pada uji Mann-Whitney

Berdasarkan Gambar 3., dapat dilihat terdapat perbedaan yang bermakna selisih

tekanan intraokuler sebelum mengonsumsi kopi dengan menit ke-60 dan 90 setelah

mengonsumsi kopi antara kelompok perlakuan dan kontrol dengan nilai p sebesar

0,000 dan 0,000 (p<0,05). Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan

rerata selisih tekanan intraokuler yang bermakna antara kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol pada menit ke 60 dan 90 setelah mengonsumsi kopi. Rerata selisih

tekanan intraokuler kelompok perlakuan pada menit ke-60 dan 90 setelah

mengonsumsi kopi lebih tinggi daripada kelompok kelompok kontrol. Rerata

peningkatan tekanan intraokuler pada kelompok perlakuan pada menit ke 60 dan 90

setelah mengonsumsi kopi sebesar 1,28 ± 0,24 mmHg dan 2,30 ±0,35 mmHg,

sedangkan pada kelompok kontrol justru mengalami penurunan tekanan intraokuler

sebesar 0,05 ± 0,15 mmHg dan 0,10 ± 0,21 mmHg.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kafein meningkatkan tekanan intraokuler

pada menit ke-60 dan 90, sehingga hipotesis penelitian ini dapat diterima. Hasil

tersebut sesuai dengan Ajayi & Ukwade (2001), menyatakan terdapat peningkatan

tekanan intraokuler sebesar 3,34 mmHg dan 3,92 mmHg dalam menit ke-60 dan 90

setelah pemberian kopi berkafein 50 mg kepada responden normal dengan p=0,038.

*1.28

-0.05

+2.3

-0.1

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

Perlakuan Kontrol

Delta TIO 12

Delta TIO 13

mmHg

Page 8: Efek Akut Konsumsi Kopi Berkafein Terhadap Peningkatan Tekanan Intraokuler Pada Mahasiswa Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Jiwani et al. (2012) juga menyatakan hal serupa bahwa terdapat peningkatan tekanan

intraokuler sebesar 0,99 mmHg dan 1,06 mmHg pada menit ke-60 dan ke-90 dengan

pemberian kopi dengan kandungan kafein 182 mg pada responden glaukoma dan

normal. Hasil ini sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Okuno et al.

(2002) dan Ozkan et al. (2008), dengan pemberian kafein kapsul 100 mg dan tablet 300

mg tidak terdapat perubahan tekanan intraokuler yang signifikan.

Hasil penelitian ini membuktikan teori yang sudah dipaparkan sebelumnya

mengenai mekanisme peningkatan tekanan intraokuler karena kafein, yang pertama

dengan menghambat aliran humor akuos, sehingga pengeluaran humor akuos

terhambat. Kafein berikatan dengan reseptor adenosin, kemudian memblokir reseptor

adenosin, terutama reseptor A1 yang terdapat di epitel badan siliaris, serat simpatis,

dan trabekula Meshwork. Peningkatan tekanan intraokuler terjadi saat penghambatan

kerja reseptor A1 oleh kafein berupa penutupan pori-pori trabekula sehingga aliran

keluar humor akuos menurun (Polska et al., 2003).

Mekanisme kedua, kafein dapat meningkatkan produksi humor akuos. Kafein

sebagai penghambat fosfodiesterase yang dapat meningkatkan cAMP yang berfungsi

sebagai second messenger intrasel pada badan siliaris, sehingga terjadi peningkatan

produksi humor akuos oleh badan siliaris (Jiwani et al., 2012). cAMP dihidrolisis oleh

fosfodiesterase dan dibentuk dari ATP oleh adenilil siklase pada permukaan dalam

membran sel (Murray et al., 2009). Kafein dapat menyebabkan perubahan pada epitel

tidak berpigmen badan siliaris yang mengakibatkan peningkatan transpor humor akuos

(Goel et al., 2010) yang melibatkan enzim Na+K+ ATPase pada membran sel sehingga

tekanan intraokuler meningkat (Lubis, 2009). Energi untuk transpor aktif ion pada

humor akuos dihasilkan dari hidrolisis ATP menjadi ADP yang diaktivasi oleh Na+ dan

K+ dengan perantara enzim Na+ K+ ATP ase yang terletak di epitel siliaris tidak

berpigmen pada badan siliaris (Goel et al., 2010).

Mekanisme ketiga, kafein dapat meningkatkan tekanan darah, (Klein et al., 2005)

kemudian terjadi peningkatan tekanan kapiler di korpus siliaris dan mempengaruhi

tekanan vena episklera yang berperan dalam pengaturan aliran humor akuos di

trabekula Meshwork menuju ke kanalis Schlemm sehingga meningkatkan tekanan

intraokuler (Ajayi & Ukwade, 2001).

Page 9: Efek Akut Konsumsi Kopi Berkafein Terhadap Peningkatan Tekanan Intraokuler Pada Mahasiswa Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

KESIMPULAN

1. Terdapat perbedaan tekanan intraokuler sebelum dan menit ke-60, menit ke-90 setelah

mengonsumsi kopi antara kelompok perlakuan dan kontrol

2. Terdapat perbedaan peningkatan tekanan intraokuler pada menit ke-60 dan 90 setelah

mengonsumsi kopi antara kelompok perlakuan dan kontrol

SARAN

1. Perlakuan dan pengukuran sebaiknya diberikan secara berkepanjangan dan terdapat

follow-up, sehingga dapat diketahui efek kafein secara kronik pada tekanan intraokuler.

2. Pengukuran tekanan intraokuler sebaiknya menggunakan tonometer udara yang

memiliki ketelitian lebih tinggi, lebih obyektif, dan lebih mudah digunakan.

3. Kandungan kafein dalam kopi sebaiknya diukur terlebih dahulu untuk memastikan

kandungan kafein yang lebih akurat.

4. Bagi klinisi, penderita glaukoma disarankan untuk menghindari konsumsi kafein

karena dapat meningkatkan tekanan intraokuler yang dapat memperburuk penyakit

glaukoma.

5. Bagi masyarakat, hindari konsumsi kafein karena dapat meningkatkan tekanan

intraokuler secara akut.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menggunakan dana pribadi untuk melakukan penelitian ini dari awal sampai akhir.

Penelitian ini telah mendapat persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian FKIK

Universitas Jenderal Soedirman. Dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih

kepada Universitas Jenderal Soedirman, pembimbing skripsi penulis yaitu dr. Wahid Heru

Widodo, Sp.M dan dr. Evy Sulistyoningrum, M. Sc, penelaah skripsi penulis yaitu dr. Tuti

Sukarningsih Supono, Sp.M, dan wakil tim komisi pada seminar skripsi penulis yaitu dr.

Anton Budhi Darmawan, Sp. THT, M.Kes serta pihak Rumah Sakit Margono Soekarjo

Purwokerto.

DAFTAR PUSTAKA

Whalen, D.J., Jennifer S. S., Mara S., Erika E.F., Neal D.R., Axelson, D.A., Birmaher, B. & R.E. Dahl. 2008. Caffeine consumption, sleep, and affect in the natural environments of depressed youth and healthy controls. Journal of Pediatric Psychology. 33[4]: 358-367.

Page 10: Efek Akut Konsumsi Kopi Berkafein Terhadap Peningkatan Tekanan Intraokuler Pada Mahasiswa Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Lee, K.H., Human G.P., Fourie J.J., Louw W.A.N., Larson C.O., & Joubert G. 2009. Medical students’ use of caffeine for ‘academic purposes’ and their knowledge of its benefits, side-effects and withdrawal symptoms. South African Family Practice. 51(4): 322-327.

McIlvain, G.E. 2008. Caffeine consumption patterns and beliefs of College Freshmen.

University of Kentucky. Tersedia dalam: http://uknowledge.uky.edu/gradschool_diss/638 [diakses 29 September 2012].

Heckman, M.A., Jorgeweil, & de Mejia, E.G. 2010. Caffeine (1, 3, 7-trimethylxanthine) in

foods: a comprehensive review on consumption, functionality, safety, and regulatory matters. Journal Of Food Science. 75[3]: 77-87.

Li, M., Min W., Wenyi G., Jiajian W. & Xinghuai S. 2011. The effect of caffeine on

intraocular pressure: a systematic review and meta-analysis. Graefe’s Archive of Clinical and Experimental Ophthalmology. 249: 435–442.

Heijl, A., Leske M.C., Bengtsson B, Hyman L, Bengtsson B, & Hussein M. 2002.

Reduction of intraocular pressure and glaucoma progression: results from the Early Manifest Glaucoma Trial. Archives of Ophthalmology. 120: 1268-79.

Yanagi, M., Kawasaki R., Wang J.J., Wong T.Y., Crowston J. & Kiuchi Y. 2011. Vascular

risk factors in glaucoma: a review. Clinical and Experimental Ophthalmology. 39: 252–258.

Departemen Kesehatan. 2010. Gangguan penglihatan masih menjadi masalah kesehatan.

Terdapat dalam: http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/845-gangguan-penglihatan-masih-menjadi-masalah-kesehatan.pdf. [diakses 29 September 2012].

Chandrasekaran, S., Rochtchina E., & Mitchell P. 2005. Effects of caffeine on intraocular

pressure: the Blue Mountains Eye Study. Journal of Glaucoma. 14: 504–507. Yoshida, M., Ishikawa, M., Kokaze, A., Sekine Y., Matsunaga N., Uchida, Y., &

Takashima, Y. 2003. Association of life-style with intraocular pressure in middle-aged and older Japanese residents. The Japanese Journal of Ophthalmology. 47: 191–198.

Ilechie, A.A., & Tetteh, S. 2011. Acute effects of consumption of energy drinks on

intraocular pressure and blood pressure. Clinical Optometry. 3: 5-12. Ajayi, O.B., & Ukwade, M.T. 2001. Caffeine and intraocular pressure in a Nigerian

population. Journal of Glaucoma. 10[1]: 25–31. Jiwani, A.Z., Rheel, D.J., Brauner, S.C., Gardiner, M.F., Chen, T.C., Shen, L.Q., et al.

2012. Effects of caffeinated coffee consumption on intraocular pressure, ocular perfusion pressure, and ocular pulse amplitude: a randomized controlled trial. Eye. 26: 1122–1130.

Ozkan, B., Yuksel N., Anik Y., Altintas O., Demirci A., & Caglar Y. 2008. The effect of

caffeine on retrobulbar hemodynamics. Current Eye Research. 33: 804–809.

Page 11: Efek Akut Konsumsi Kopi Berkafein Terhadap Peningkatan Tekanan Intraokuler Pada Mahasiswa Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Okuno, T., Sugiyama T., Tominaga M., Kojima S., Ikeda T. 2002. Effects of caffeine on microcirculation of the human ocular fundus. The Japanese Journal of Ophthalmology. 46: 170–176.

Polska, E., Ehrlich P., Luksch A., Fuchsja G.G., & Schmetterer L. 2003. Effects of

adenosine on intraocular pressure, optic nerve head blood flow, and choroidal blood flow in healthy humans. Investigative Ophthalmology & Visual Science. 44: 3110–3114.

Murray, R.K., Granner D. K., & Rodwell V. W. 2009. Biokimia Harper. Edisi 27. EGC,

Jakarta. Goel, M., Renata G.P., Richard K.L. & Sanjoy K.B. 2010. Aqueous Humor Dynamics: A

Review. The Open Ophthalmology Journal. 4: 52-59. Lubis, R.R. 2009. Aqueos Humor. Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara RSUP Haji Adam Malik. 23 hal. Klein, B.E.K., Klein R., & Knudtson M.D. 2005. Intraocular pressure and systemic blood

pressure: longitudinal perspective: the Beaver Dam Eye Study. British Journal of Ophthalmology. 89: 284–287.