Upload
cimuttha
View
164
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/14/2018 Efek Bom Bali Ke Pariwisata Kecil - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/efek-bom-bali-ke-pariwisata-kecil 1/6
Efek Bom Bali ke Pariwisata KecilSenin, 03 Oktober 2005 | 19:50 WIB
TEMPO Interaktif , Jakarta: Akibat bom yang meledak, Sabtu (1/10) lalu, 50 turis
dari Jerman dan 50 dari Jepang membatalkan kedatangan ke Pulau Dewata.Pembatalan kedatangan juga dilakukan turis dari Korea dan Filipina.
Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia Yanti Sukamdani mengatakan,
kalangan industri pariwisata mengakui adanya dampak ledakan bom Bali terhadap
tingkat kedatangan. "Tapi dampaknya sangat-sangat kecil. Bali masih menarik untukpariwisata," katanya di Media Centre, Inna Kuta Beach, Kuta, Senin (3/10) petang.
Yanti mengatakan, sejak Juni hingga September ini, industri pariwisata di Indonesia
sedang pada masa panen. Tingkat hunian hotel sejak Juni ini mencapai 90 persen. Ia
meyakini, industri pariwisata Indonesia tak akan terpukul dengan peristiwa bom ini.
Ia juga mengatakan, jumlah penerbangan ke Bali tak terpengaruh atas tragedi Sabtulalu. Ia mendengar, hanya Qantas Australia yang membatalkan penerbangan ke
Indonesia. Selebihnya, perusahaan penerbangan asing lain juga masih tetapmelayani penerbangan ke Bali
secara normal.
Kedatangan wisatawan asing ke Yogyakarta setelah bom Bali ini juga takterpengaruh. "Saya punya hotel di sana dan tidak ada dampak apa pun bagi
pariwisata Yogyakarta setelah peristiwa bom ini. Saya yakin, industri pariwisatadomestik secara nasional juga tak terpengaruh, kalau pun ada sedikit sekali,"
katanya. Sunudyantoro
Dampak Bom Bali Terhadap Pariwisata
Dampak buruk serangan bom Bali 1 Oktober lalu terhadap
industri pariwisata Bali, menjadi perhatian dunia.
Sebuah konferensi internasional yang yang berlangsung
di Iguazu, sebuah kota di Argentina, secara khusus
menyerukan bantuan internasional untuk menjaga
industri pariwisata Indonesia dari dampak pemboman
keji itu. Konferensi yang disponsori Badan PBB untuk
Pariwisata, World Tourism Organization atau Organisasi
Pariwisata Dunia diikuti delegasi dari 80 negara.
Mereka mengkhawatirkan dampak serangan teror itu,
namun menyatakan kepercayaannya akan kekuatan
industri pariwisata Indonesia untuk bangkit kembali
seperti ditunjukkan sebelumnya menyusul serangan bom
Bali pertama, 3 tahun lalu. Para delegasi menyerukanWTO untuk membantu agar industri pariwisata bisa terus
menyediakan lapangan kerja, penghasilan dan masa depan
yang lebih baik bagi masyarakat Bali dan Indonesia.
Sebuah optimisme, yang juga diperlihatkan oleh
sejumlah pejabat dan para pemain di bisnis parawisata
Indonesia. Menteri Pariwisata Jero Wacik yang
kebetulan orang Bali, pagi-pagi sekali menyatakan
yakin bahwa dampak bom kali ini tidak sedramatis tiga
5/14/2018 Efek Bom Bali Ke Pariwisata Kecil - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/efek-bom-bali-ke-pariwisata-kecil 2/6
tahun lalu. Buktinya, kata Jero Wacik kepada wartawan,
tak terjadi eksodus besar-besaran menyusul serangan
bom 1 Oktober itu.
Optimisme Jero Wacik, diamini pula oleh Regine
Degryse, seorang pengusaha Prancis yang membuka usaha
kedai minum alias bar di kawasan yang tak jauh dari
lokasi serangan teroris. Menurutnya, pemboman itu
hampir tak berdampak terhadap jumlah kunjungan tamu ke
kedai minumnya.
Senada dengan itu, Ketua Asosiasi Industri Perjalanan
Wisata (ASITA) Bali merangkap Ketua Bali Tourism
Board, Bagus Sudibya menyatakan, kalau ada wisatawan
yang segera hengkang, itu bisa dimengerti. Namun
jumlahnya sangat terbatas.
Dalam perhitungan Bagus Sudibya, wisata Bali
barangkali sedikit terguncang, namun masanya akan
sangat pendek dan skalanya kecil. Barangkali karena
rakyat Bali dan wisatawan dunia sudah berpengalamandengan terorisme. Mereka justru ingin memberi pesan
yang jelas kepada para teroris bahwa mereka tidak
takut. Karenanya, Bagus Sudibya optimis, jumlah
wisatawan yang datang ke Bali tahun ini tidak akan
lebih sedikit dibanding tahun lalu. Tahun lalu, para
wisatawan yang mengunjungi Bali mencapai jumlah 1,4
juta dan menyumbangkan devisa sekitar 2,5 milyar.
Untuk tahun ini, dalam catatan Bagus Sudibya, hingga
Agustus lalu Bali sudah memperoleh kunjungan 1,1 juta
wisatawan. Tambahan 300 ribu wisatawan lagi, menurut
Sudibya, mestinya tidak sulit.
Optimisme sepertinya merekah di mana-mana. Tapi
sejumlah pekerja hotel kelas Melati punya cerita lain.
Darwin, misalnya, pekerja sebuah hotel melati 2 di
kawasan Kuta, mengeluhkan merosotnya tingkat hunian di
hotelnya.
Darwin tak resah sendirian. Ngurah Wirata, pegawai
hotel melati 3, yang juga tak jauh dari lokasi
ledakan, dilanda masalah yang sama.
Lalu bagaimana dengan sektor lain? Ita, seorang
pemilik toko cendera mata di kawasan Kuta bersaksi
bahwa bisnisnya sangat terpukul.
Ada yang optimis, ada pula yang pesimis. Ada yangmerasa serangan bom Bali itu hanya menimbulkan
guncangan kecil pada industri wisata Bali. Ada juga
yang merasakan guncangan keras, dan jadi was-was
karenanya. Namun yang jelas, sebagaimana diserukan
dalam konferensi internasional di Argentina itu: semua
kalangan harus bekerja keras, agar industri wisata
terus memberikan lapangan kerja, penghasilan, dan
kesejahteraan bagi rakyat Bali, dan rakyat Indonesia.
5/14/2018 Efek Bom Bali Ke Pariwisata Kecil - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/efek-bom-bali-ke-pariwisata-kecil 3/6
Solution
Article ExcerptThe Bali bomb blast on Oct. 12, 2002, which claimed at least 183 lives mostly foreign
tourists, constituted a big blow to the country's tourism industry. The Hotel and TravelCommunications (KHTP) has urged the government, the Culture and Tourism Minister in particular to immediately prepared an emergency program to restore Bali tourism to prevent total collapse of the industry in the world famous tourist resort and the country'stourism in general. The organization called on players in the tourism business to be moreon guard.
The KHTP Forum agreed to form a team to evaluate and analyze the impact of the terror attacks on the country's tourism industry and the result of the evaluation will be handedover to the government. The tourism sector has been a major foreign exchange earner in thenon-oil/gas sector for the country and Bali is by far the largest contributor. Bali contributes61% to the country's foreign exchange earning of around US$ 5.5 billion a...
NOTE: All illustrations and photos have been removed from this article.
Dari Dialog ''Bali Kembali''
Perlu Kerja Sama untuk Bangkit dari Keterpurukan
Hingga saat ini dampak Bom Bali masih tetap terasa, tekanan eksternal atassektor pariwisata seperti wabah SARS maupun terorisme tetap mengancam.Namun semua dampak negatif ini sesungguhnya bisa disikapi denganmembangkitkan kecerdasan-kecerdasan seluruh komponen untuk mengubah
ancaman yang ada menjadi peluang. Di tengah kondisi perekonomian yangrelatif telah mulai stabil, upaya bersama untuk membangkitkan pariwisata harussegera dilakukan seperti melalui promosi bersama antara Bali, Lombok dan JawaTimur. Demikian terlontar dalam dialog Bali Kembali yang disiarkan Bali TVKamis (11/9) kemarin. Acara hasil kerja sama ATVLI dan ISAI ini merupakanbagian dari sindikasi sejumlah media masing-masing Bali TV, JTV, Lombok TV,SCFM-Surabaya, Maya Pesona-Lombok, Global FM, Bali Post, Lombok Post danJawa Pos.
------------------------------------------------------------
Hadir sebagai narasumber dalam dialog yang direlai oleh media elektoronik yangterlibat dalam sindikasi ini adalah pengamat sosial budaya Prof. IGN Gorda,
M.M., M.Si., pengamat ekonomi Dr. I Nyoman Erawan dan Ketua PATA Bali danNusa Tenggara Chapter IB Ngurah Wijaya.
Kerasnya dampak negatif secara ekonomi yang dirasakan masyarakat bisadisimak dari sejumlah pendapat masyarakat yang ditampilkan sebelum dialog.Masyarakat yang dari berbagai profesi seperti pedagang suvenir, sopir taksi,sampai tukang pijat di pantai ini semuanya mengatakan bahwa setelah bompendapatan mereka turun drastis. ''Kalau sebelum bom biasanya bisa mendapatpemasukan Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu. Setelah bom, mencari Rp 100 ribu
5/14/2018 Efek Bom Bali Ke Pariwisata Kecil - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/efek-bom-bali-ke-pariwisata-kecil 4/6
saja susah,'' ungkap salah seorang sopir taksi.
Di tengah kondisi seperti saat ini yang terjadi adalah mental shock yang dialamimasyarakat terutama yang bergerak di sektor pariwisata. Menyikapi hal itu, kataGorda, yang perlu dibangkitkan kecerdasan dari masyarakat beserta seluruh
komponen yang terkait. Kecerdasan ini diarahkan untuk mengubah ancaman-ancaman yang ada menjadi peluang karena bagiamana pun di masa yang akandatang ancaman akan terus berdatangan. Seperti yang kembali menjadiancaman yakni SARS dan terorisme.
Terlebih di dalam era persaingan bebas, sambung Erawan, hampir semua negaratelah menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor yang dianggap bisasegera membawa perbaikan ekonomi masyarakat negara tersebut. Artinyapersaingan di bidang pariwisata akan makin menguat.
Yang kemudian dikedepankan Erawan adalah kenyataan kalau Bom Balisesungguhnya telah memberikan ingatan kepada masyarakat Bali kalau sektorpariwisata telah menjadi gantungan perekonomian. Sementara bidang pertanian
hanya menyerap 40 persen masyarakat. Inilah yang menjadi penunjang sehinggadampak negatif dari Bom setidak-tidaknya dapat dikendalikan.
Sesungguhnya tidak lama setelah Bom Bali, sekitar bulan April- Mei menurutWijaya sudah mulai berdatangan tamu-tamu terutama dari Eropa Barat.Sejumlah travel advisory pun dicabut. Hanya sayangnya yang kemudian munculadalah wabah SARS. Justru wabah yang bisa berakhir pada kematian inilah yangmendatangkan dampak yang lebih besar ketimbang dampak Bom Bali.
Kebijakan Pengenaan Visa
Kendala lain yang juga kini sedang dihadapi komponen pariwisata Bali adalah
pemberlakuan kebijakan pengenaan visa bagi wisatawan. ''Kami terus berusahaagar kebijakan ini bisa ditinjau kembali,'' tegas Wijaya. Dampak dari kebijakanini jelas berpengaruh terhadap minat wisatwan Australia yang biasanya datangbersama keluarga mereka ke Bali.
Terelpas dari semua kondisi yang kini dihadapi di sektor pariwisata, ketiganarasumber tampak sepakat bahwa perbaikan yang dilakukan tidak bisa hanyaoleh Bali sendiri. Kerja sama bersama daerah-daerah lainnya harus diupayakanseperti dengan melibatkan daerah Jawa Timur maupun Lombok yang menjaditetangga Bali.
Kerja sama tersebut, kata Gorda bisa dilakukan dengan menciptakan kondisiyang aman di daerah Lombok maupun Jawa Timur karena persoalan keamanan
menjadi hal mendasar di sektor parwisata. Sementara Wijaya mengatakan,daerah seperti Surabaya bisa menjadi pasar bagi pariwisata Bali. ''Kami sudahsempat melakukan promosi dalam paket program rupiah ke sejumlah Mall-malldi Surabaya,'' ujar Wijaya.
Erawan mengingatkan apa yang pernah dilakukan di era tahun 1990-an denganprogram diplomasi kebudayaan. Ketika itu promosi pariwisata dilakukan secarabersama-sama dalam kebijakan nasional, karena kalau kebijakan dilakukanhanya melalui kabupaten atau propinsi masing-masing hasilnya tidaklah
5/14/2018 Efek Bom Bali Ke Pariwisata Kecil - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/efek-bom-bali-ke-pariwisata-kecil 5/6
maksimal.
Pada akhirnya, semua kondisi keterpurukan yang kini dialami, menurut Erawanakan segera bisa dipulihkan. Semua tergantung pada upaya bersama yangdilakukakan semua komponen. Secara ekonomi nasional, sesungguhnya sudah
ada gejala ke arah membaik. Misalnya tingkat suku bunga yang sudah mulaimenurun serta kurs rupiah yang mulai stabil. Diharapkan akhir 2003 atau awal2004 ekonomi sudah mulai pulih. ''Namun perlu diwaspadai adalah proses Pemilu2004, bagaimana agar tidak mengganggu pariwisata melainkan justru bisamenarik kunjungan wisatawan,'' pinta Erawan. * winata
Three bomb explosions in Bali on 12 October 2002 were an unexpected blow. Balithat was known to be safe, suddenly suffered abuse by terrorists. More than 200
people died, including 88 Aussies, and hundreds of buildings were flattened. The
heavy shock immediately impacted on Bali’s tourism industry. Tourist numbersdropped sharply, and many people lost their jobs.
However, remarkably, there was apositive aspect of this tragedy. Firstly
the success of police in catching thebombers in less than four weeks
following the tragedy. After the toil of hunting the data, and the last owner of
the L-300 car (the bomb-car),multinational investigation teams lead
by Inspector General of Police MadeMangku Pastika, succeeded in arresting
Amrozi in a small village in Eastern Java,early in November last year.
The arrests were carried out about two weeks before Bali performs the traditionalpurification rite, Pamarisudha Karipubhaya, on 14 November. This was an impulsive
rite, because the entire Balinese and tourist communities without any religionexceptions supported it. The bomb-blast did not destroy the community, in conof Bali
Provincial Police, Brigadier General Police Budi Setyawan (the officiate chief at that
time), promised that he would resign if not successful in arresting the culprits, finallycancelled his resignation soon after Amrozi and his notorious mates were caught.
The next blow was the trail process that must be safe and orderly. Beforehand, many
sides worried about the process that might create demonstrations, but nothinghappened.
After more than 12 bombers were sentenced, including the main actor, deathsentences and life imprisonment verdicts were handed down by the courts. Another
surprise within the trial process is that the trial was accomplished in less than oneyear. Before the ‘one year trast it expressed a magnificent solidarity to manifest the
tranquility.Recalling the arrests, the Head memorial service’, the Bali Bombing trial can be said
to be accomplished, with the exception of Idris that will be presided upon soon.
5/14/2018 Efek Bom Bali Ke Pariwisata Kecil - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/efek-bom-bali-ke-pariwisata-kecil 6/6
Tourism ResurrectionEven though the tragedy of Kuta carried a depressed nuance for Bali tourism,
numerous resurrections should be noted so far. Firstly, the flight enterprise in Bali,Air Paradise International, commenced services to Perth (Australia) in February this
year. The original plan was for the 27 October 2002, but withdrawn because of thebomb. Definitely, the flight enterprise belongs to Balinese entrepreneur, Kadek
Wiranatha, was not to cancel the flights just because of the bomb. Up until now, theoperation route has been extended to serve the lane from Bali-Australia and
including Seoul, South Korea.
Several hotels slowed down their activities, soon after bomb-blast, in December2002, regaining some increases again during the Christmas and New Year holidays.
The Gulf War and SARS did not impact greatly on tourism as was expected.
Surprisingly, at the beginning of August 2003, Paddy’s Bar that was extensivelydamaged by the bomb, opened again at a new location about 150 meters from the
old one.The soft opening was contiguously panned to coincide with Amrozi’s verdict. Its
means that the new Paddy’s Bar would be covered widely by international media, atremendous promotion for Bali.
In the midst of the storm, Bali tourism still survived. Tourism stakeholders unitefirmly in facing the crisis. They keep trying to execute promotions to Asia, Europe,
and Australia. They also have to deal with several countries involved with the newtourist visa regulations. The zest of the Bali tourism stakeholder and entrepreneur
are stronger than ever, uniting together to keep the tourism dynamo in progress.Even though the travel warnings from several countries still applies to Indonesia
including Bali, the tourist keeps visiting Bali even after the bomb. It’s important to benoted that the relationship between Bali and other countries especially Australia
getting is getting much closer now than before.Another boost is overseas endorsements, especially the victim’s countries like
Australia, England and US, in building a monument at ground zero. The laying of acornerstone is already underway, and is expected to be completed by October the
12th, to stand gloriously at the site of the former Sari Club in Kuta.
Later, victims’ relatives, and people from all over the world who are emotionallysensitive to the Kuta tragedy, will visit the monument to pay their last respects. Apart from all the sorrow, that black October day in 2002, has made Bali an
international landmark. (BTN/04)