1
SUARA PEMBARUAN JUMAT, 2 NOVEMBER 2012 OPINI & EDITORIAL 4 P emilihan kepala daerah (pilkada) Jawa Barat sebentar lagi akan digelar, yakni pada 2013. Sebagian partai-partai po- litik (parpol) telah menominasikan calon-ca- lonnya. Sampai saat ini sudah tiga parpol yang menyatakan secara resmi calonnya un- tuk memerebutkan posisi Gubernur Jabar. Demokrat telah memutuskan Yusuf Macan Effendy (Dede Yusuf), Golkar menominasi- kan Irianto M. Syaifudin (Yance) dan PKS kembali menjagokan Ahmad Heryawan, ma- sing-masing sebagai calon gubernur (cagub). Sementara PDI-P tampaknya masih sedang mempertimbangkan untuk mengusung Rieke Diah Pitaloka. Yang menarik adalah perhelatan Pilkada Jabar 2013 digelar tidak lama setelah penye- lenggaraan Pilkada DKI Tahun 2012 yang telah dimenangkan pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Kemenangan Jokowi dianggap sebagai feno- menal, selain karena tidak terduga-duga, ju- ga mampu mengalahkan petahana (incum- bent ) Fauzi Bowo (Foke) yang didukung oleh banyak parpol, seperti Demokrat, Gol- kar, PKS dan lain-lain. Sementara Jokowi hanya didukung dua parpol saja, yakni PDI-P dan Gerindra. Mungkinkah keme- nangan Jokowi akan memberikan efek ter- hadap Pilkada Jabar? Kekuatan Figur Dalam konteks pemilihan umum di Indo- nesia, baik dalam skala nasional seperti pe- milihan presiden (pilpres) maupun lokal se- perti pilkada, kekuatan figur tampaknya ma- sih cukup dominan. Kemenangan Jokowi di Pilkada DKI 2012 yang belum lama berlang- sung menjelaskan kecenderungan tersebut. Demikian pula kemenangan Susilo Bam- bang Yudhoyono (SBY) sebagai Presiden Republik Indonesia pada dua pemilu, yaitu 2004 dan 2009. Dilihat dari realitas politik Indonesia se- perti itu, maka parpol-parpol yang akan ber- kontestasi dalam Pilkada Jabar tampaknya memang lebih mengedepankan kekuatan fi- gur. Itulah kenapa parpol-parpol besar telah menominasikan calon-calon yang diyakini merupakan figur-figur kuat di Jabar. Salah satu indikator kekuatan figur adalah popula- ritas. Dede Yusuf, misalnya, jelas memiliki popularitas yang tinggi antar lain karena fak- tor keartisannya. Yance, meski bukan artis, tetapi cukup dikenal di Jabar, selain mantan Bupati Indramayu yang dianggap sukses, ju- ga sekarang menjabat sebagai Ketua DPD Golkar Jabar. Dibandingkan kader-kader be- ringin lainnya, Yance merupakan kader yang paling populer. Dominannya kekuatan figur dalam kon- teks politik Indonesia juga sebenarnya didu- kung oleh pola perilaku pemilih di negeri ini, termasuk di Jawa Barat. Salah satu lembaga survei pernah melansir hasil penelitian bah- wa perilaku pemilih Indonesia, terutama di Jabar cenderung menyukai figur populer. Mereka pada umumnya tidak mau pusing- pusing memikirkan program yang ditawar- kan calon. Ini bisa jadi merupakan penjelas- an mengapa pasangan Ahmad Heryawan- Dede Yusuf mampu keluar sebagai peme- nang pada Pilkada Jabar yang lalu. Dalam konteks seperti inilah, maka par- pol-parpol yang sekalipun telah menetapkan cagub populer masih tetap mencari pasangan yang populer juga. Dede Yusuf yang notabe- ne cagub terpopuler masih dipandang perlu oleh Demokrat untuk dipasangkan dengan Rieke sehingga ada wacana koalisi Demo- krat-PDI-P. Demikian pula PKS mencoba menjajaki untuk menduetkan Heryawan de- ngan Deddy Mizwar, salah seorang aktor yang cukup populer. Yance juga sempat di- wacanakan untuk berduet dengan Nurul Ari- fin, kader Golkar dari kalangan artis, hanya saja Nurul tidak bersedia. Realitas ini kian diperkuat oleh kecende- rungan parpol-parpol di negeri ini yang sa- ngat pragmatis dalam derajat akut. Parpol- parpol berharap bahwa figur-figur yang po- puler akan menjadi pendulang suara (vote getter) yang andal pada waktu pemilihan, se- hingga mesin-mesin parpol tidak perlu be- kerja terlalu keras. Dengan kata lain, parpol hanya memikirkan kekuasaan belaka dengan berupaya untuk meloloskan calonnya untuk mendapatkan kemenangan. Tidak penting benar apakah visi, misi dan program partai dapat diketahui dan diserap oleh publik atau- kah tidak. Perlu Kehati-hatian Bahwa efek Jokowi akan terasa dalam perhelatan Pilkada Jabar mungkin sulit un- tuk dihindari. Namun, parpol juga harus ber- hati-hati dalam konteks tersebut. Artinya, Pilkada DKI tentu tidak sama persis dengan Pilkada Jabar. Karena itu, perlu ada perlaku- an yang berbeda atau khusus terhadap Pilka- da Jabar. Hal ini juga berlaku bagi partai PDI-P sebagai pengusung utama Jokowi. Pernyataan sebagian elite PDI-P untuk melahirkan “Jokowi”-“Jokowi” baru dalam sejumlah pilkada di Indonesia perlu disikapi secara kritis. Figur seperti Jokowi tidak da- pat dibentuk secara instan apalagi dilahirkan melalui rekayasa. Jokowi menjadi tokoh se- perti sekarang ini melalui proses yang alami- ah, tidak dibuat-buat. Sikap kesederhanaan dan kepopulisannya, misalnya, merupakan sesuatu yang genuine. Karenanya, PDI-P ti- dak boleh sembarang menentukan calonnya. Kemenangan Jokowi juga antara lain di- tentukan oleh adanya cap kegagalan terha- dap kepemimpinan Foke sehingga resistensi publik sangat tinggi. Maka, kemunculan Jo- kowi dengan kekuatan figurnya itu seolah menjadi alternatif yang menjanjikan per- ubahan nyata bagi publik Jakarta. Sementara dalam Pilkada Jabar, pasangan Ahmad He- ryawan-Dede Yusuf sekalipun tidak memi- liki prestasi yang dianggap menonjol, tetapi juga tidak dipandang gagal oleh publik Ja- bar. Karena itu, para pesaing Heryawan tidak akan semudah Jokowi dalam berkontestasi. Dari sisi ini, parpol-parpol harus lebih je- li dalam menentukan calon dan pasangannya jika ingin keluar sebagai pemenang. Bagi PDI-P sendiri, hemat penulis, pilihan yang cukup tepat adalah segera menetapkan Rieke sebagai cagub di Pilkada. Kepopuleran Rie- ke selama ini, bukan hanya karena faktor ke- artisannya saja, melainkan juga karena kon- sistensinya dalam memperjuangkan hak-hak orang-orang tertindas, seperti kaum buruh, TKI dan sebagainya. Ia bahkan kerap ikut tu- run aksi ke jalan ketika saluran-saluran ko- munikasi formal yang telah dilakukannya ternyata tidak berjalan sesuai yang diharap- kan. Dengan demikian, sikap Rieke di atas bukanlah dibuat-buat atau artifisial, tetapi memang lahir dari dalam jiwanya. Wacana untuk menduetkan Rieke dengan Teten Masduki juga merupakan langkah yang tepat. Ini akan menjadi perpaduan yang pas dilihat dari berbagai segi. Dari segi jen- der, jelas ini merupakan hal yang tepat. Juga dari segi latar belakang politik antara orang parpol dan nonparpol. Koalisi antara orang parpol dengan nonparpol tentu akan jauh le- bih mudah daripada antar parpol yang terlalu banyak melakukan tawar menawar (bargai- ning). Dari segi komitmennya terhadap pem- berantasan korupsi, keduanya tidak diragu- kan lagi. Publik tahu bahwa selama ini Teten merupakan seorang pegiat antikorupasi dan pendiri Indonesian Corruption Watch (ICW) yang sangat kritis Bagaimanapun kecenderungan masyara- kat Indonesia sekarang, tak terkecuali di Jawa Barat, sedang mengharapkan pemim- pin-pemimpin yang mampu memberantas musuh terbesar di negeri ini, yaitu korupsi. Maka, jelas duet Rieke-Teten akan menjadi alternatif bagi para pemilih Jawa Barat. Tan- pa harus berkoalisi dengan partai lainpun pe- luang pasangan ini sangat besar, apalagi fak- ta membuktikan bahwa koalisi parpol ter- nyata tidak berbanding lurus dengan suara arus bawah. PENULIS ADALAH DEPUTI DIREKTUR THE POLITICAL LITERACY INSTITUTE,DOSEN KOMUNIKASI POLITIK FISIP UIN JAKARTA Efek Jokowi di Pilkada Jabar IDING R HASAN Pemprov DKI Jakarta akan prioritaskan pembenahan kemacetan lalu lintas Kita tunggu langkah konkretnya, apakah kemacetan di Jakarta akan berkurang? Nama oknum DPR pemalak BUMN akan dibuka dalam sidang Badan Kehormatan. Sesudah dibuka, lantas diapakan? Hasil audit BPK atas kasus Hambalang, Menpora diindikasi lakukan pembiaran. Kita tunggu keberanian KPK menindaklanjuti hasil audit tersebut. S A S A R A N Tulisan opini panjang 900 - 1.000 kata disertai riwayat hidup singkat, foto kopi NPWP, foto diri penulis dikirim ke [email protected]. Bila setelah dua minggu tidak ada pemberitahuan dari redaksi, penulis berhak mengirim ke media lain. Koalisi antara orang parpol dengan nonparpol tentu akan jauh lebih mudah daripada antar parpol yang terlalu banyak melakukan tawar menawar (bargaining). Titik Terang Hambalang P engungkapan kasus dugaan korupsi pada proyek pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, atau dikenal dengan sebutan kasus Hambalang, semakin menemukan titik terang. Hasil audit investigasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap kasus tersebut diharapkan memberi amunisi tambahan buat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk membong- karnya hingga tuntas. Maklum, kerja KPK dalam mengusut kasus tersebut masih dipandang sebelah mata. Selama diselidiki lebih dari setahun dengan memeriksa puluhan saksi, KPK baru menetapkan satu tersangka, yakni Dedi Kusdinar, mantan kepala biro keuangan dan rumah tangga Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kempora). Hasil kerja tersebut tak sebanding dengan pernyataan pimpinan KPK ke publik bahwa dalam waktu dekat akan ada tersangka baru. Yang lebih menghebohkan, tersangka baru adalah menteri aktif di Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid II. Namun setelah lama ditunggu, tak ada tersangka baru yang ditetapkan. Tak heran bila hasil audit BPK yang menyebutkan adanya penyimpangan dan pembiaran yang dilakukan sejumlah pejabat negara atas proyek tersebut membersitkan harapan baru dalam pengungkapan kasus Hambalang. Apalagi, dalam laporan BPK disebut secara gamblang nama-nama pejabat yang melaku- kan penyimpangan dan pembiaran, sehingga merugikan keuangan negara Rp 243,66 miliar. Bertolak dari hasil audit tersebut, kita ingin menyampaikan tiga catatan. Pertama, KPK tak perlu lagi defensif dengan mengemukakan berbagai alasan tentang belum adanya tersangka baru kasus Hambalang. Selama ini KPK ragu menetapkan tambahan tersangka, meski mungkin dua alat bukti telah dikantongi- nya. Kita yakin alat bukti yang masih kurang hanyalah alasan untuk menutupi fak- ta sesungguhnya, yakni adanya tekanan politik dari pihak-pihak tertentu. Bukan rahasia lagi, kasus Hambalang disebut-sebut melibatkan elite politik dari the ruling party, Partai Demokrat. Nama Menpora Andi Mallarangeng dan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, selalu dikaitkan dengan korupsi pro- yek senilai Rp 1,52 triliun itu. Sebagai penyelenggara negara, nama Andi Mallarangeng disebut BPK terindikasi melaku- kan penyimpangan terhadap per- aturan perundang-undangan dan penyalahgunaan wewenang. BPK menyebutkan ada penyimpangan dalam proses pelelangan, yakni sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (sesmenpora) me- netapkan pemenang lelang kon- struksi dengan nilai di atas Rp 50 miliar tanpa memperoleh pendelegasian dari menpora, sehingga diduga melang- gar Keppres 80/2003. Menpora diduga membiarkan sesmenpora melaksanakan kewenangan menpora serta tidak melaksanakan pengendalian dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam PP 60/2008. Bagi kita, temuan BPK tersebut seharusnya melengkapi berbagai temuan KPK terkait dugaan keterlibatan Andi Mallarangeng. Tanpa berniat melakukan trial by the press, kita mendesak KPK lebih serius menindaklanjuti hasil audit investigasi BPK agar kasus Hambalang menjadi terang benderang. Sebagai kader partai dan pejabat publik, Andi pasti tak nyaman karena namanya selalu dikaitkan dengan korupsi Hambalang, sementara status hukumnya tak jelas hingga kini. Kedua, sudut pandang BPK dalam mengaudit kasus Hambalang tentu berbe- da dengan KPK, sehingga kita tak bisa serta-merta memvonis nama-nama yang disebutkan melakukan penyimpangan dan pembiaran, otomatis bersalah atau tidak bersalah secara hukum. Bisa saja nama-nama yang disebutkan melakukan kesalahan administratif, tapi tak melakukan tindak pidana korupsi. Untuk itu, KPK harus lebih jeli dan hati-hati menilai setiap nama karena penetapan status tersangka kepada mereka merupakan tolok ukur apakah lembaga ini murni melakukan penegakan hukum atau sekadar menjadi alat penguasa untuk mem- bungkam lawan politik. Ketiga, segera tentukan nasib Anas Urbaningrum. Ketua umum Partai Demo- krat ini memang bukan penyelenggara negara, tetapi berdasarkan pengakuan sejumlah saksi dan terpidana M Nazaruddin, namanya selalu dikaitkan dengan korupsi proyek APBN, termasuk Hambalang. Sebagai ketua umum, Anas disebut- sebut mengetahui permainan proyek APBN oleh kader-kader partai di DPR dan menerima sejumlah uang. Berdasarkan indikasi tersebut, KPK telah meminta keterangan dari yang bersangkutan, tetapi hingga kini tak jelas status hukumnya. Dalam Pasal 3 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, disebutkan setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan nega- ra atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat satu tahun dan paling lama 20 tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 50 juta dan paling banyak Rp 1 miliar. Terkait hal itu, tentu saja Anas bisa dijerat KPK, asal ada bukti yang kuat. Namun, kita juga mengingatkan agar kasus ini tak dipolitisasi, sehingga menyan- dera Anas dan Partai Demokrat. Kita berharap hasil audit investigasi BPK mem- buat KPK lebih bernyali menuntaskan kasus Hambalang demi penegakan hukum dan tanpa embel-embel politik. Tajuk Rencana Memihak Kebenaran Pemimpin Umum: Theo L Sambuaga Wakil Pemimpin Umum: Randolph Latumahina Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Primus Dorimulu Editor at Large: John Riady SP Kita berharap hasil audit investigasi BPK membuat KPK lebih bernyali menuntaskan kasus Hambalang demi penegakan hukum dan tanpa embel-embel politik. Harian Umum Sore SUARA PEMBARUAN Mulai terbit 4 Februari 1987 sebagai kelanjutan dari harian umum sore SINAR HARAPAN yang terbit pertama 27 April 1961. Penerbit: PT Media Interaksi Utama SK Menpen RI Nomor 224/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1987 Presiden Direktur: Theo L Sambuaga, Direktur: Randolph Latumahina, Drs Lukman Djaja MBA Alamat Redaksi: Citra Graha Building, lantai 11 Jl Jend Gatot Subroto Kav 35-36 Jakarta-12950, Telepon (021) 2995 7500, Fax (021) 5277 981 BERITA SATU MEDIA HOLDINGS: President Director: Theo L Sambuaga, Publisher: Peter F Gontha, Chief Executive Officer: Sachin Gopalan, Director of Digital Media: John Riady, Head of Digital Media: Armando Siahaan, General Affairs & Finance Director: Lukman Djaja, Circulation & Distribution Director: Daniel Rembeth, Marketing & Communications Director: Sari Kusumaningrum, Dewan Redaksi: Sabam Siagian (Ketua), James T Riady, Tanri Abeng, Markus Parmadi, Soetikno Soedarjo, Baktinendra Prawiro MSc, Dr Anugerah Pekerti, Ir Jonathan L Parapak MSc, Bondan Winarno Penasihat Senior: Wim Tangkilisan, Samuel Tahir Redaktur Pelaksana: Aditya L Djono, Dwi Argo Santosa, Asisten Redaktur Pelaksana: Anselmus Bata, Asni Ovier Dengen Paluin, Redaktur: Alexander Madji, Bernadus Wijayaka, Gatot Eko Cahyono, Marselius Rombe Baan, Marthin Brahmanto, M Zainuri, Noinsen Rumapea, Syafrul Mardhy Pasaribu, Surya Lesmana, Yuliantino Situmorang, Unggul Wirawan, Asisten Redaktur: Agustinus Lesek, Heri S Soba, Irawati Diah Astuti, Jeis Montesori, Jeanny Aipassa, Kurniadi, Sumedi Tjahja Purnama, Steven Setiabudi Musa, Willy Masaharu Staf Redaksi: Ari Supriyanti Rikin, Daurina L Sinurat, Dina Manafe, Elvira Anna Siahaan, Gardi Gazarin, Hendro D Situmorang, Hotman Siregar, Joanito De Saojoao, Lona Olavia, Miko Napitupulu, Natasia Christy Wahyuni, Novianti Setuningsih, Robertus Wardi, Ruht Semiono, Siprianus Edi Hardum, Yeremia Sukoyo, Dewi Gustiana (Tangerang), Laurensius Dami (Serang), Stefy Thenu (Semarang), Muhammad Hamzah (Banda Aceh), Henry Sitinjak, Arnold H Sianturi (Medan), Bangun Paruhuman Lubis (Palembang), Radesman Saragih (Jambi), Usmin (Bengkulu), Margaretha Feybe Lumanauw (Batam), I Nyoman Mardika (Denpasar), Sahat Oloan Saragih (Pontianak), Barthel B Usin (Palangkaraya), M. Kiblat Said (Makassar), Fanny Waworundeng (Manado), Adi Marsiela (Bandung), Fuska Sani Evani (Yogyakarta), Robert Isidorus Vanwi (Papua), Vonny Litamahuputty (Ambon), Pjs Kepala Sekretariat Redaksi: Rully Satriadi, Koordinator Tata Letak: Robert Prihatin, Koordinator Grafis: Antonius Budi Nurcahyo. GM Iklan: Sri Rejeki Listyorini, GM Sirkulasi: Dahlan Hutabarat, GM Marketing&Communications: Enot Indarnoto, Alamat Iklan: Citra Graha Building, lantai 9, Jl Jend Gatot Subroto Kav 35-36 Jakarta-12950, Rekening: Bank Mandiri Cabang Jakarta Kota, Rek Giro: A/C.115.008600.2559, Bank Ina Perdana, Jl Raya Pasar Minggu No. 2 B-C Rek. Giro No.002.0002.00014.6, BCA Cabang Millenia Rek. Giro No. 005-34-01411, Harga Langganan: Rp 68.000/bulan, Terbit 7 kali seminggu. Luar Kota Per Pos minimum langganan 3 bulan bayar di muka ditambah ongkos kirim. Alamat Sirkulasi: Hotel Aryaduta Semanggi, Tower A First Floor, Jl Garnisun Dalam No. 8 Karet Semanggi, Jakarta 12930, Telp: 29957555 - 29957500 ext 3206 Percetakan: PT IMWP http://www.suarapembaruan.com e-mail: [email protected] Wartawan Suara Pembaruan dilengkapi dengan identitas diri. Wartawan Suara Pembaruan tidak diperkenankan menerima pemberian dalam bentuk apa pun dalam hubungan pemberitaan.

Efek Jokowi di Pilkada Jabar - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33848/3/Efek...4 OPINI & EDITORIAL SUARA PEMBARUAN JUMAT, 2 NOVEMBER 2012 P

  • Upload
    tranque

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Efek Jokowi di Pilkada Jabar - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33848/3/Efek...4 OPINI & EDITORIAL SUARA PEMBARUAN JUMAT, 2 NOVEMBER 2012 P

SUARA PEMBARUAN JUMAT, 2 NOVEMBER 2012OPINI & EDITORIAL4

Pemilihan kepala daerah (pilkada) JawaBarat sebentar lagi akan digelar, yaknipada 2013. Sebagian partai-partai po-

litik (parpol) telah menominasikan calon-ca-lonnya. Sampai saat ini sudah tiga parpolyang menyatakan secara resmi calonnya un-tuk memerebutkan posisi Gubernur Jabar.Demokrat telah memutuskan Yusuf MacanEffendy (Dede Yusuf), Golkar menominasi-kan Irianto M. Syaifudin (Yance) dan PKSkembali menjagokan Ahmad Heryawan, ma-sing-masing sebagai calon gubernur (cagub).Sementara PDI-P tampaknya masih sedangmempertimbangkan untuk mengusungRieke Diah Pitaloka.

Yang menarik adalah perhelatan PilkadaJabar 2013 digelar tidak lama setelah penye-lenggaraan Pilkada DKI Tahun 2012 yangtelah dimenangkan pasangan Joko Widodo(Jokowi)-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).Kemenangan Jokowi dianggap sebagai feno-menal, selain karena tidak terduga-duga, ju-ga mampu mengalahkan petahana (incum-bent) Fauzi Bowo (Foke) yang didukungoleh banyak parpol, seperti Demokrat, Gol-kar, PKS dan lain-lain. Sementara Jokowihanya didukung dua parpol saja, yakniPDI-P dan Gerindra. Mungkinkah keme-nangan Jokowi akan memberikan efek ter-hadap Pilkada Jabar?

Kekuatan FigurDalam konteks pemilihan umum di Indo-

nesia, baik dalam skala nasional seperti pe-milihan presiden (pilpres) maupun lokal se-perti pilkada, kekuatan figur tampaknya ma-sih cukup dominan. Kemenangan Jokowi diPilkada DKI 2012 yang belum lama berlang-sung menjelaskan kecenderungan tersebut.Demikian pula kemenangan Susilo Bam-bang Yudhoyono (SBY) sebagai PresidenRepublik Indonesia pada dua pemilu, yaitu2004 dan 2009.

Dilihat dari realitas politik Indonesia se-perti itu, maka parpol-parpol yang akan ber-kontestasi dalam Pilkada Jabar tampaknyamemang lebih mengedepankan kekuatan fi-gur. Itulah kenapa parpol-parpol besar telahmenominasikan calon-calon yang diyakinimerupakan figur-figur kuat di Jabar. Salahsatu indikator kekuatan figur adalah popula-ritas. Dede Yusuf, misalnya, jelas memilikipopularitas yang tinggi antar lain karena fak-tor keartisannya. Yance, meski bukan artis,tetapi cukup dikenal di Jabar, selain mantanBupati Indramayu yang dianggap sukses, ju-ga sekarang menjabat sebagai Ketua DPDGolkar Jabar. Dibandingkan kader-kader be-ringin lainnya, Yance merupakan kader yangpaling populer.

Dominannya kekuatan figur dalam kon-teks politik Indonesia juga sebenarnya didu-kung oleh pola perilaku pemilih di negeri ini,termasuk di Jawa Barat. Salah satu lembagasurvei pernah melansir hasil penelitian bah-wa perilaku pemilih Indonesia, terutama diJabar cenderung menyukai figur populer.Mereka pada umumnya tidak mau pusing-pusing memikirkan program yang ditawar-kan calon. Ini bisa jadi merupakan penjelas-an mengapa pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf mampu keluar sebagai peme-nang pada Pilkada Jabar yang lalu.

Dalam konteks seperti inilah, maka par-pol-parpol yang sekalipun telah menetapkancagub populer masih tetap mencari pasanganyang populer juga. Dede Yusuf yang notabe-ne cagub terpopuler masih dipandang perluoleh Demokrat untuk dipasangkan denganRieke sehingga ada wacana koalisi Demo-krat-PDI-P. Demikian pula PKS mencobamenjajaki untuk menduetkan Heryawan de-ngan Deddy Mizwar, salah seorang aktoryang cukup populer. Yance juga sempat di-wacanakan untuk berduet dengan Nurul Ari-fin, kader Golkar dari kalangan artis, hanyasaja Nurul tidak bersedia.

Realitas ini kian diperkuat oleh kecende-rungan parpol-parpol di negeri ini yang sa-ngat pragmatis dalam derajat akut. Parpol-parpol berharap bahwa figur-figur yang po-puler akan menjadi pendulang suara (votegetter) yang andal pada waktu pemilihan, se-hingga mesin-mesin parpol tidak perlu be-kerja terlalu keras. Dengan kata lain, parpolhanya memikirkan kekuasaan belaka denganberupaya untuk meloloskan calonnya untukmendapatkan kemenangan. Tidak pentingbenar apakah visi, misi dan program partaidapat diketahui dan diserap oleh publik atau-kah tidak.

Perlu Kehati-hatianBahwa efek Jokowi akan terasa dalam

perhelatan Pilkada Jabar mungkin sulit un-tuk dihindari. Namun, parpol juga harus ber-hati-hati dalam konteks tersebut. Artinya,Pilkada DKI tentu tidak sama persis denganPilkada Jabar. Karena itu, perlu ada perlaku-an yang berbeda atau khusus terhadap Pilka-da Jabar. Hal ini juga berlaku bagi partaiPDI-P sebagai pengusung utama Jokowi.

Pernyataan sebagian elite PDI-P untukmelahirkan “Jokowi”-“Jokowi” baru dalam

sejumlah pilkada di Indonesia perlu disikapisecara kritis. Figur seperti Jokowi tidak da-pat dibentuk secara instan apalagi dilahirkanmelalui rekayasa. Jokowi menjadi tokoh se-perti sekarang ini melalui proses yang alami-ah, tidak dibuat-buat. Sikap kesederhanaandan kepopulisannya, misalnya, merupakansesuatu yang genuine. Karenanya, PDI-P ti-dak boleh sembarang menentukan calonnya.

Kemenangan Jokowi juga antara lain di-tentukan oleh adanya cap kegagalan terha-dap kepemimpinan Foke sehingga resistensipublik sangat tinggi. Maka, kemunculan Jo-kowi dengan kekuatan figurnya itu seolahmenjadi alternatif yang menjanjikan per-ubahan nyata bagi publik Jakarta. Sementaradalam Pilkada Jabar, pasangan Ahmad He-ryawan-Dede Yusuf sekalipun tidak memi-liki prestasi yang dianggap menonjol, tetapijuga tidak dipandang gagal oleh publik Ja-bar. Karena itu, para pesaing Heryawan tidakakan semudah Jokowi dalam berkontestasi.

Dari sisi ini, parpol-parpol harus lebih je-li dalam menentukan calon dan pasangannyajika ingin keluar sebagai pemenang. BagiPDI-P sendiri, hemat penulis, pilihan yangcukup tepat adalah segera menetapkan Riekesebagai cagub di Pilkada. Kepopuleran Rie-ke selama ini, bukan hanya karena faktor ke-artisannya saja, melainkan juga karena kon-sistensinya dalam memperjuangkan hak-hakorang-orang tertindas, seperti kaum buruh,TKI dan sebagainya. Ia bahkan kerap ikut tu-run aksi ke jalan ketika saluran-saluran ko-munikasi formal yang telah dilakukannyaternyata tidak berjalan sesuai yang diharap-kan. Dengan demikian, sikap Rieke di atasbukanlah dibuat-buat atau artifisial, tetapimemang lahir dari dalam jiwanya.

Wacana untuk menduetkan Rieke denganTeten Masduki juga merupakan langkahyang tepat. Ini akan menjadi perpaduan yangpas dilihat dari berbagai segi. Dari segi jen-der, jelas ini merupakan hal yang tepat. Jugadari segi latar belakang politik antara orangparpol dan nonparpol. Koalisi antara orangparpol dengan nonparpol tentu akan jauh le-bih mudah daripada antar parpol yang terlalubanyak melakukan tawar menawar (bargai-ning). Dari segi komitmennya terhadap pem-berantasan korupsi, keduanya tidak diragu-kan lagi. Publik tahu bahwa selama ini Tetenmerupakan seorang pegiat antikorupasi danpendiri Indonesian Corruption Watch (ICW)yang sangat kritis

Bagaimanapun kecenderungan masyara-kat Indonesia sekarang, tak terkecuali diJawa Barat, sedang mengharapkan pemim-pin-pemimpin yang mampu memberantasmusuh terbesar di negeri ini, yaitu korupsi.Maka, jelas duet Rieke-Teten akan menjadialternatif bagi para pemilih Jawa Barat. Tan-pa harus berkoalisi dengan partai lainpun pe-luang pasangan ini sangat besar, apalagi fak-ta membuktikan bahwa koalisi parpol ter-nyata tidak berbanding lurus dengan suaraarus bawah.

PENULIS ADALAH DEPUTI DIREKTUR THE POLITICAL

LITERACY INSTITUTE, DOSEN KOMUNIKASI POLITIK

FISIP UIN JAKARTA

Efek Jokowi di Pilkada Jabar

IDING

R HASAN

Pemprov DKI Jakarta akan prioritaskan pembenahan kemacetan lalu lintas – Kita tunggu langkah konkretnya, apakah kemacetan di Jakarta akan berkurang?

Nama oknum DPR pemalak BUMN akan dibuka dalam sidang Badan Kehormatan.– Sesudah dibuka, lantas diapakan?

Hasil audit BPK atas kasus Hambalang, Menpora diindikasi lakukan pembiaran.– Kita tunggu keberanian KPK menindaklanjuti hasil audit tersebut.

S A S A R A N

Tulisan opini panjang 900 - 1.000 kata disertai riwayat hidup singkat, foto kopi NPWP, foto diri penulis dikirim ke [email protected].

Bila setelah dua minggu tidak ada pemberitahuan dari redaksi, penulis berhak mengirim ke media lain.

Koalisi antara orang parpol dengan nonparpol tentu akan jauh lebih mudah daripada antar parpol

yang terlalu banyak melakukan tawar menawar

(bargaining).

Titik Terang Hambalang

Pengungkapan kasus dugaan korupsi pada proyek pembangunan PusatPendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) diHambalang, Bogor, Jawa Barat, atau dikenal dengan sebutan kasus

Hambalang, semakin menemukan titik terang. Hasil audit investigasi BadanPemeriksa Keuangan (BPK) terhadap kasus tersebut diharapkan memberiamunisi tambahan buat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk membong-karnya hingga tuntas.

Maklum, kerja KPK dalam mengusut kasus tersebut masih dipandang sebelahmata. Selama diselidiki lebih dari setahun dengan memeriksa puluhan saksi, KPKbaru menetapkan satu tersangka, yakni Dedi Kusdinar, mantan kepala birokeuangan dan rumah tangga Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kempora).Hasil kerja tersebut tak sebanding dengan pernyataan pimpinan KPK ke publikbahwa dalam waktu dekat akan ada tersangka baru. Yang lebih menghebohkan,tersangka baru adalah menteri aktif di Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid II.Namun setelah lama ditunggu, tak ada tersangka baru yang ditetapkan.

Tak heran bila hasil audit BPK yang menyebutkan adanya penyimpangan danpembiaran yang dilakukan sejumlah pejabat negara atas proyek tersebutmembersitkan harapan baru dalam pengungkapan kasus Hambalang. Apalagi,dalam laporan BPK disebut secara gamblang nama-nama pejabat yang melaku-kan penyimpangan dan pembiaran, sehingga merugikan keuangan negaraRp 243,66 miliar.

Bertolak dari hasil audit tersebut, kita ingin menyampaikan tiga catatan.Pertama, KPK tak perlu lagi defensif dengan mengemukakan berbagai alasantentang belum adanya tersangka baru kasus Hambalang. Selama ini KPK ragumenetapkan tambahan tersangka, meski mungkin dua alat bukti telah dikantongi-nya. Kita yakin alat bukti yang masih kurang hanyalah alasan untuk menutupi fak-ta sesungguhnya, yakni adanya tekanan politik dari pihak-pihak tertentu. Bukanrahasia lagi, kasus Hambalang disebut-sebut melibatkan elite politik dari theruling party, Partai Demokrat. Nama Menpora Andi Mallarangeng dan KetuaUmum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, selalu dikaitkan dengan korupsi pro-

yek senilai Rp 1,52 triliun itu. Sebagai penyelenggara

negara, nama Andi Mallarangengdisebut BPK terindikasi melaku-kan penyimpangan terhadap per-aturan perundang-undangan danpenyalahgunaan wewenang. BPKmenyebutkan ada penyimpangandalam proses pelelangan, yaknisekretaris Kementerian Pemudadan Olahraga (sesmenpora) me-netapkan pemenang lelang kon-struksi dengan nilai di atas Rp 50

miliar tanpa memperoleh pendelegasian dari menpora, sehingga diduga melang-gar Keppres 80/2003. Menpora diduga membiarkan sesmenpora melaksanakankewenangan menpora serta tidak melaksanakan pengendalian dan pengawasansebagaimana dimaksud dalam PP 60/2008.

Bagi kita, temuan BPK tersebut seharusnya melengkapi berbagai temuanKPK terkait dugaan keterlibatan Andi Mallarangeng. Tanpa berniat melakukantrial by the press, kita mendesak KPK lebih serius menindaklanjuti hasil auditinvestigasi BPK agar kasus Hambalang menjadi terang benderang. Sebagaikader partai dan pejabat publik, Andi pasti tak nyaman karena namanya selaludikaitkan dengan korupsi Hambalang, sementara status hukumnya tak jelashingga kini.

Kedua, sudut pandang BPK dalam mengaudit kasus Hambalang tentu berbe-da dengan KPK, sehingga kita tak bisa serta-merta memvonis nama-nama yangdisebutkan melakukan penyimpangan dan pembiaran, otomatis bersalah atautidak bersalah secara hukum. Bisa saja nama-nama yang disebutkan melakukankesalahan administratif, tapi tak melakukan tindak pidana korupsi. Untuk itu, KPKharus lebih jeli dan hati-hati menilai setiap nama karena penetapan statustersangka kepada mereka merupakan tolok ukur apakah lembaga ini murnimelakukan penegakan hukum atau sekadar menjadi alat penguasa untuk mem-bungkam lawan politik.

Ketiga, segera tentukan nasib Anas Urbaningrum. Ketua umum Partai Demo-krat ini memang bukan penyelenggara negara, tetapi berdasarkan pengakuansejumlah saksi dan terpidana M Nazaruddin, namanya selalu dikaitkan dengankorupsi proyek APBN, termasuk Hambalang. Sebagai ketua umum, Anas disebut-sebut mengetahui permainan proyek APBN oleh kader-kader partai di DPR danmenerima sejumlah uang. Berdasarkan indikasi tersebut, KPK telah memintaketerangan dari yang bersangkutan, tetapi hingga kini tak jelas status hukumnya.

Dalam Pasal 3 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, disebutkan setiaporang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatukorporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang adapadanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan nega-ra atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidupatau pidana penjara paling singkat satu tahun dan paling lama 20 tahun dan/ataudenda paling sedikit Rp 50 juta dan paling banyak Rp 1 miliar.

Terkait hal itu, tentu saja Anas bisa dijerat KPK, asal ada bukti yang kuat.Namun, kita juga mengingatkan agar kasus ini tak dipolitisasi, sehingga menyan-dera Anas dan Partai Demokrat. Kita berharap hasil audit investigasi BPK mem-buat KPK lebih bernyali menuntaskan kasus Hambalang demi penegakan hukumdan tanpa embel-embel politik.

Tajuk Rencana

Memihak Kebenaran

Pemimpin Umum:Theo L Sambuaga

Wakil Pemimpin Umum:Randolph Latumahina

Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab:Primus Dorimulu

Editor at Large:John Riady

SP

Kita berharap hasil audit investigasi BPK membuat KPK

lebih bernyali menuntaskankasus Hambalang demi

penegakan hukum dan tanpaembel-embel politik.

Harian Umum Sore

SUARA PEMBARUANMulai terbit 4 Februari 1987 sebagai kelanjutan dari harian umum sore SINAR HARAPAN yang terbit pertama 27 April 1961.

Penerbit: PT Media Interaksi UtamaSK Menpen RI Nomor 224/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1987

Presiden Direktur: Theo L Sambuaga, Direktur: Randolph Latumahina, Drs Lukman Djaja MBAAlamat Redaksi: Citra Graha Building, lantai 11

Jl Jend Gatot Subroto Kav 35-36 Jakarta-12950, Telepon (021) 2995 7500, Fax (021) 5277 981BERITA SATU MEDIA HOLDINGS: President Director: Theo L Sambuaga, Publisher: Peter F Gontha, Chief Executive Officer: Sachin Gopalan, Director of Digital Media: John Riady, Head of Digital Media: Armando Siahaan,

General Affairs & Finance Director: Lukman Djaja, Circulation & Distribution Director: Daniel Rembeth, Marketing & Communications Director: Sari Kusumaningrum,

Dewan Redaksi: Sabam Siagian (Ketua), James T Riady, Tanri Abeng, Markus Parmadi, Soetikno Soedarjo, Baktinendra Prawiro MSc, Dr Anugerah Pekerti, Ir Jonathan L Parapak MSc, Bondan Winarno Penasihat Senior: Wim Tangkilisan, Samuel Tahir Redaktur Pelaksana: Aditya L Djono, Dwi Argo Santosa,Asisten Redaktur Pelaksana: Anselmus Bata, Asni Ovier Dengen Paluin, Redaktur: Alexander Madji, Bernadus Wijayaka, Gatot Eko Cahyono, Marselius Rombe Baan, Marthin Brahmanto, M Zainuri, Noinsen Rumapea, Syafrul Mardhy Pasaribu, Surya Lesmana, Yuliantino Situmorang, Unggul Wirawan,Asisten Redaktur: Agustinus Lesek, Heri S Soba, Irawati Diah Astuti, Jeis Montesori, Jeanny Aipassa, Kurniadi, Sumedi Tjahja Purnama, Steven Setiabudi Musa, Willy Masaharu Staf Redaksi: Ari Supriyanti Rikin, Daurina L Sinurat, Dina Manafe, Elvira Anna Siahaan, Gardi Gazarin, Hendro D Situmorang,Hotman Siregar, Joanito De Saojoao, Lona Olavia, Miko Napitupulu, Natasia Christy Wahyuni, Novianti Setuningsih, Robertus Wardi, Ruht Semiono, Siprianus Edi Hardum, Yeremia Sukoyo, Dewi Gustiana (Tangerang), Laurensius Dami (Serang), Stefy Thenu (Semarang), Muhammad Hamzah (Banda Aceh),Henry Sitinjak, Arnold H Sianturi (Medan), Bangun Paruhuman Lubis (Palembang), Radesman Saragih (Jambi), Usmin (Bengkulu), Margaretha Feybe Lumanauw (Batam), I Nyoman Mardika (Denpasar), Sahat Oloan Saragih (Pontianak), Barthel B Usin (Palangkaraya), M. Kiblat Said (Makassar), FannyWaworundeng (Manado), Adi Marsiela (Bandung), Fuska Sani Evani (Yogyakarta), Robert Isidorus Vanwi (Papua), Vonny Litamahuputty (Ambon), Pjs Kepala Sekretariat Redaksi: Rully Satriadi, Koordinator Tata Letak: Robert Prihatin, Koordinator Grafis: Antonius Budi Nurcahyo.

GM Iklan: Sri Rejeki Listyorini, GM Sirkulasi: Dahlan Hutabarat, GM Marketing&Communications: Enot Indarnoto, Alamat Iklan: Citra Graha Building, lantai 9, Jl Jend Gatot Subroto Kav 35-36 Jakarta-12950, Rekening: Bank Mandiri Cabang Jakarta Kota, Rek Giro: A/C.115.008600.2559,Bank Ina Perdana, Jl Raya Pasar Minggu No. 2 B-C Rek. Giro No.002.0002.00014.6, BCA Cabang Millenia Rek. Giro No. 005-34-01411, Harga Langganan: Rp 68.000/bulan, Terbit 7 kali seminggu. Luar Kota Per Pos minimum langganan 3 bulan bayar di muka ditambah ongkos kirim.

Alamat Sirkulasi: Hotel Aryaduta Semanggi, Tower A First Floor, Jl Garnisun Dalam No. 8 Karet Semanggi, Jakarta 12930, Telp: 29957555 - 29957500 ext 3206 Percetakan: PT IMWP

http://www.suarapembaruan.com e-mail: [email protected]

Wartawan Suara Pembaruan dilengkapi dengan identitas diri. Wartawan Suara Pembaruan tidak diperkenankan menerima pemberian dalam bentuk apa pun dalam hubungan pemberitaan.