67
EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea europaea L.) SEBAGAI TERAPI ASMA TERHADAP KOLON MENCIT BALB/C SKRIPSI Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) Di susun oleh : ABDIR ROHMAN AL-HAMDANY NIM : 1113103000084 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2016 M

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea

europaea L.) SEBAGAI TERAPI ASMA TERHADAP

KOLON MENCIT BALB/C

SKRIPSI

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran (S. Ked)

Di susun oleh :

ABDIR ROHMAN AL-HAMDANY

NIM : 1113103000084

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/ 2016 M

Page 2: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Page 3: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Page 4: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Page 5: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa, karena atas segala limpahan

Rahmat dan Karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi ini yang berjudul “EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN

(Olea europaea L.) SEBAGAI TERAPI ASMA TERHADAP KOLON

MENCIT BALB/C”.

Skripsi ini di ajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian

akhir guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) Program Studi

Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Secara umum skripsi ini berisi tentang latar belakang, tujuan penelitian,

tinjauan pustaka, prosedur penelitian serta hasil dan pembahasan dari pengujian

tentang efek samping pemberian ekstrak daun zaitun (olea europaea l) sebagai

terapi asma terhadap kolon mencit balb/c.

Dalam penyusunan skripsi ini, Penulis mendapat bantuan, arahan dan

bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis

ingin mengucapkan banyak rasa terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.K.M, M.Kes selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Achmad Zaki, Sp.OT, M.Epid selaku Ketua Program Studi Kedokteran dan

Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Nurul Hiedayati, PhD. dan Ibu Dr. Endah Wulandari, S.Si, M.Biomed.

selaku dosen pembimbing I & II yang telah membantu dalam pengerjaan

skripsi, memberikan arahan, nasihat serta masukan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Nurlaely Mida R, M.Biomed, Ph.D selaku PJ laboratorium Animal house

yang telah membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini khususnya dalam

perlakuan hewan coba

Page 6: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

vi

5. Dosen-dosen pengajar Program Studi Pendidikan Dokter dan FKIK UIN Jakarta

yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.

6. Orang tua, ibu dan ayah saya yang selalu memberikan nasihat, dukungan serta

doa. Serta seluruh keluarga besar saya yang selalu memberikan semangat dan

dukungan kepada saya dalam menempuh pendidikan di FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggung jawab (PJ) modul riset PSPD

2013, drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku PJ Laboratorium Riset, dr.

Nurul Hiedayati, Ph.D selaku PJ Laboratorium Farmakologi, Ibu Rr. Ayu Fitri

Hapsari, M.Biomed selaku PJ Laboratorium Histologi yang telah memberikan

izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada penelitian

ini

8. Teman-teman Program Studi Pendidikan Dokter 2013, terutama Aris, Iqbal

Dzaki, Shofi, Mila dan Latifatul Bariyah selaku kelompok riset dengan saya

yang telah memberikan dukungan dan masukan dalam pengerjaan skripsi ini

9. Mbak Din selaku Laboran Histologi, Pak Rahmadi selaku Laboran Farmakologi

yang telah membantu kami dalam penggunaan laboratorium.

10. Teman-teman anggota CSSMoRA 2013 yang telah menghibur dan selalu

bersama di saat suka maupun duka

11. Semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung yang

namanya tidak penulis sebutkan dalam pengerjaan skripsi ini

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat dipergunakan sebagai salah satu

acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan

dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik

dan masukan dari para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Demikian laporan penelitian ini saya tulis, Semoga hasil penelitian ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Ciputat, 11 Oktober 2016

Abdir Rohman Al-Hamdany

Page 7: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

vii

ABSTRAK

Abdir Rohman Al-Hamdany. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.

Efek Pemberian Ekstrak Daun Zaitun (Olea europaea L) Sebagai Terapi Asma

Terhadap Kolon Mencit Balb/c. 2016.

Zaitun (Olea europaea L) merupakan tanaman yang dikenal sebagai obat antiasma.

Konsumsi ekstrak daun zaitun untuk pengobatan asma kini kian meningkat, oleh

karena itu perlu dilakukan penelitian efek pemberian ekstrak daun zaitun terhadap

kolon sebagai organ gastrointestinal. Penelitian ini menggunakan mencit strain

balb/c yang dibagi menjadi lima kelompok perlakuan; (K) kontrol, (P1) zaitun 100

mg/kg + inhalasi ova, (P2) zaitun, 200 mg/kg + inhalasi ova, (P3) zaitun 100 mg/kg

+ inhalasi OLE (Olive Leaf Extract), dan (P4) zaitun 200 mg/kg+ inhalasi OLE.

Pengamatan dilakukan dengan pewarnaan H&E pada jaringan kolon mencit balb/c

dan dilihat gambaran kerusakan mukosa kolon pada setiap perlakuan. Presentase

kerusakan mukosa kolon pada P1 (3,32%) dan P2 (2,17%) meningkat dibanding

dengan perlakuan kontrol (K). Presentase kerusakan mukosa kolon pada P3

(1,15%) dan P4 (1,96%) menurun dibanding dengan P1 dan P2. Pemberian ekstrak

zaitun (Olea europaea L) tidak menimbulkan efek samping kerusakan mukosa

kolon mencit balb/c.

Kata Kunci: Olea europaea L, mukosa kolon

ABSTRACT

Abdir Rohman Al-Hamdany. Medical Education Study Program. The Effects

of Olive (Olea europaea L) Leaves Extract in the Asthma Treatment to Colon

Mice Balb/c. 2016.

Olive (Olea europaea L) is a plant as anti-asthma drug. The consumption of olive

leaf extract for anti-asthma drug was increased, then its necessary to study the

effects of olive leaf extract of colon as gastrointestinal organs. This study used a

strain of mice balb/c. It was divided into five treatment groups; (K) control, (P1)

olive 100 mg/kg + inhalation ova, (P2) olives, 200 mg/kg + inhalation ova, (P3)

olive 100 mg/kg + inhalation OLE (Olive Leaf Extract), and (P4) olive 200 mg/kg

+ OLE inhalation. The observation of colonic tissue was pass through staining in

colon tissue of mice balb/c by HE and observe picture of damage to the colonic

mucosa in each treatment. The percentage damage to the colonic mucosa to P1

(3.32%) and P2 (2.17%), it has increased compared with control (K). The

percentage of damage colonic mucosa to P3 (1.15%) and P4 (1.96%),it has

decreased compared to the P1 and P2. The olive leaves extract (Olea europaea L)

was not caused damage of colonic mucosa in mice balb/c.

Keyword: Olea europaea L, colonic mucosa

Page 8: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ................................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ....................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

DAFTAR GRAFIK ................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xiii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 2

1.3 HIPOTESIS ................................................................................................... 2

1.4 TUJUAN PENELITIAN ............................................................................... 2

1.5 MANFAAT PENELITIAN ........................................................................... 2

BAB II ..................................................................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4

2.1 Penggunaan Herbal Dalam Pengobatan Penyakit ......................................... 4

2.2 Zaitun (Olea europaea L)............................................................................... 5

2.2.1 Karakteristik Umum ............................................................................... 5

2.2.2 Kandungan dan Manfaat Zaitun (Olea europaea L.) .............................. 7

2.2.3 Zaitun dan Asma ................................................................................... 10

2.2.4 Farmakokinetik Senyawa Aktif Ekstrak Daun Zaitun .......................... 10

2.2.5 Efek Samping Pengobatan Herbal Ekstrak Daun Zaitun ...................... 11

2.3 Kolon ........................................................................................................... 12

2.3.1 Anatomi Kolon ..................................................................................... 12

2.3.2 Histologi Kolon .................................................................................... 13

2.3.3 Fisiologi Kolon ..................................................................................... 15

Page 9: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

ix

2.3.4 Gambaran Histologi Kerusakan Kolon ........................................... 15

2.3.5 Respon Jaringan Kolon Terhadap Paparan Bahan Kimia ............... 16

2.4 Induksi Asma Dengan Ovalbumin .............................................................. 17

2.5 Efek Ovalbumin Terhadap Kolon ............................................................... 19

2.6 Kerangka Teori ............................................................................................ 20

2.7 Kerangka Konsep ........................................................................................ 21

2.8 Definisi Operasional ............................................................................... 22

BAB III ................................................................................................................. 23

METODE PENELITIAN ...................................................................................... 23

3.1 Desain Penelitian ................................................................................... 23

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 23

3.3 Populasi dan Sampel .............................................................................. 23

3.3.1 Populasi ................................................................................................. 23

3.3.2 Sampel .................................................................................................. 23

3.4 Variabel Penelitian ................................................................................. 24

3.4.1 Variabel Bebas ................................................................................ 24

3.4.2 Variabel Tergantung........................................................................ 24

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................... 25

3.5.1. Alat ...................................................................................................... 25

3.5.2. Bahan ................................................................................................... 25

3.6 Cara Kerja .................................................................................................... 25

3.6.1 Pembuatan Ekstrak ............................................................................... 25

3.6.2 Adaptasi Hewan Coba .......................................................................... 26

3.6.3 Sensitisasi Hewan Coba ........................................................................ 26

3.6.4 Pemberian Ekstrak Daun Zaitun terhadap Mencit ................................ 27

3.6.5 Stimulasi Ovalbumin ............................................................................ 27

3.6.6 Pengambilan Jaringan Kolon ................................................................ 27

3.6.7 Pembuatan preparat .............................................................................. 28

3.6.8 Pewarnaan H&E (Hematoksilin dan Eosin) ......................................... 30

3.6.9 Pengambilan Gambar Preparat Histologi Jaringan Kolon .................... 31

3.6.10 Perhitungan Gambaran Morfologi Jaringan Kolon ............................ 31

3.7 Alur Penelitian ............................................................................................. 33

3.8 Analisis Data ............................................................................................... 33

BAB IV ................................................................................................................. 35

Page 10: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

x

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 35

4.1 Kerusakan Epitel Mukosa Kolon................................................................. 35

4.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 41

BAB V ................................................................................................................... 42

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 42

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 42

5.2 Saran ............................................................................................................ 42

BAB VI ................................................................................................................. 43

KERJASAMA PENELITIAN .............................................................................. 43

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 44

LAMPIRAN .......................................................................................................... 48

Page 11: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Efek Samping Penggunaan Herbal ......................................................... 5

Tabel 2.2 Definisi Histomorfologi pada Inflamatory Bowel Disease (IBD) ......... 16

Tabel 2.3 Definisi Operasional .............................................................................. 22

Tabel 3.1 Kelompok Perlakuan .............................................................................. 24

Tabel 6.1 Uji Normalitas ........................................................................................ 51

Tabel 6.2 Uji Homogenitas .................................................................................... 51

Tabel 6.3 Uji Oneway Anova ................................................................................ 51

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Grafik Rata-Rata Kerusakan Mukosa Kolon ....................................... 38

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2.1 Daun dan buah Zaitun (Olea europaea L.) ...................................... 6

Gambar 2.2.2 Peran zaitun (Olea europaea L) dalam pengobatan .......................... 9

Gambar 2.3.1 Anatomi Kolon Mencit.................................................................... 12

Gambar 2.3.2 Histologi Kolon .............................................................................. 13

Gambar 2.3.2 Histologi Kolon Mencit ................................................................... 15

Gambar 4.1 Histopatologi Mukosa Kolon Perbesaran 10x10 ............................... 35

Gambar 4.2 Histopatologi Mukosa Kolon Perbesaran 40x10 ............................... 36

Gambar 6.1 Aklimatisasi Hewan Coba ................................................................. 49

Gambar 6.2 Pemberian Ekstrak Daun Zaitun Oral ............................................... 49

Gambar 6.3 Nebulisasi Hewan Coba .................................................................... 50

Gambar 6.4 Pembiusan Hewan Coba ................................................................... 50

Gambar 6.5 Pengambilan Jaringan Hewan Coba .................................................. 50

Gambar 6.6 Pelabelan Jaringan Hewan Coba ....................................................... 50

Gambar 6.7 Formalin ............................................................................................. 50

Page 12: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

xii

Gambar 6.8 Eter ..................................................................................................... 50

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman Zaitun (Olea europaea L) ................... 48

Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian .................................................................... 49

Lampiran 3. Analisis Data ..................................................................................... 51

Lampiran 4. Perhitungan Sampel .......................................................................... 52

Lampiran 5. Perhitungan Dosis Pemberian Ekstrak Daun Zaitun ........................ 53

Lampiran 6. Riwayat Penulis ................................................................................ 54

Page 13: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

xiii

DAFTAR SINGKATAN

AGEs : Advanced Glycation End-products

ALP : Alkali PhosPhatase

ATP : Adenosine Triphosphate

BNF : Buffer Neutral Formalin

BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan

CMV : Sitomagalovirus

CT : Cholera Toxin

DPX : Distrene, Plasticiser, Xylene

H&E : Hematoksilin-Eosin

Hb : Hemoglobin

IBD : Inflamatory Bowel Disease

kDa : Kilo Dalton

LDH : Laktat Dehidrogenase

MUFA : Monounsaturated Fatty Acid

NSAIDs : Non-Steroids Anti-Inflammatory Drugs

OAINS : Obat Anti inflamasi Non Steroid

OHT : Obat Herbal Terstandar

OLE : Olive Leaf Extract

OVA : Ovalbumin

PBS : Phosphate Buffer Saline

PCV : Packed Cell Volume

SGLT-1: Sodium Glucose Transporter 1

Page 14: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki berbagai macam spesies

tanaman yang saat ini telah dijadikan obat herbal. Berdasarkan data Kemenkes

Republik Indonesia, pada tahun 2011 terdapat sekitar 1400 macam jamu, 31 obat

herbal terstandar (OHT), dan 5 fitofarmaka.1 Salah satu tanaman yang sering

dipakai masyarakat sebagai tanaman obat berkhasiat adalah zaitun. Zaitun (Olea

europea L) termasuk salah satu tanaman tertua di dunia, yang sudah dikenal turun-

temurun sebagai obat tradisional di beberapa negara seperti: Spanyol, Italia,

Prancis, Israel, Maoko, Yunani, Tunisia, Turki, dan negara-negara mediterania

lainnya.2 Zaitun sering dimanfaatkan buah dan daunnya sebagai obat tradisional.

Salah satu bahan olahan zaitun yang marak dikonsumsi adalah ekstrak daun zaitun.

Salah satu khasiat ekstrak daun zaitun adalah memiliki efek antiasma dengan

menghambat histamin yang merangsang kontraksi trakea.2

Ekstrak daun zaitun mengandung berbagai macam senyawa, seperti

oleuropein, hidroksitirosol, dan tirosol, serta beta-karoten, rutin, luteolin, catechin,

dan apigenin.2 Dengan berbagai macam senyawa kimia ini, banyak produk olahan

zaitun khususnya ekstrak daun zaitun yang dikemas dalam bentuk sirup, kapsul dan

lain sebagainya untuk dikonsumsi masyarakat sebagai obat tradisional. Seperti

konsumsi obat-obatan pada umumnya, konsumsi produk ekstrak daun zaitun secara

oral akan menyebabkan efek samping pada berbagai organ tubuh. Hal ini karena

senyawa yang telah disebutkan di atas akan melalui saluran pencernaan dan

berinteraksi dengan proses-proses metabolisme. Sehingga masih perlu penelitian

lanjut pengaruhnya terhadap berbagai organ.

Usus besar (kolon) merupakan salah satu organ vital, memiliki fungsi utama

sebagai organ penyimpan tinja sebelum defekasi dan menyerap H2O serta garam

untuk mengeringkan tinja.3 Kolon juga mudah mengalami kerusakan jaringannya

akibat gangguan inflamasi, gangguan mekanik, gangguan iatrogenik, dan gangguan

Page 15: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

2

iskemik. Salah satu penyebab kerusakan usus besar adalah akibat konsumsi obat-

obatan yang dilakukan oleh pasien. Contoh obat yang sering menyebabkan

kerusakan pada usus besar seperti kolitis, ulserasi, dan perforasi pada usus besar

adalah NSAIDs dan antibiotik. Salah satu akibat dari kerusakan usus besar adalah

erosi epitel mukosa usus besar yang berfungsi menyerap H2O dan garam. Jika

terjadi erosi epitel mukosa usus besar maka akan menyebabkan gangguan

penyerapan H2O dan garam di feses yang mengakibatkan diare dan gangguan buang

air besar lainnya.4

Saat ini masih sedikit informasi mengenai bagaimana efek samping ekstrak

daun zaitun terhadap kolon. Guna mengetahui efek samping dari ekstrak daun

zaitun tersebut maka dilakukan peneltian efek ekstrak daun zaitun pada pengobatan

asma yang diinduksi ovalbumin terhadap kolon mencit.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana pengaruh pengobatan asma dengan ekstrak daun zaitun (Olea

europea L) terhadap kolon mencit balb/c?

1.3 HIPOTESIS

Pengobatan asma dengan ekstrak daun zaitun (Olea europea L) tidak

menimbulkan kerusakan kolon terhadap kolon mencit balb/c.

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek pemberian ekstrak daun zaitun

(Olea europea L) dalam pengobatan asma dengan melihat gambaran histopatologi

kerusakan mukosa kolon.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Diharapkan pada penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk:

1. Penelitian

Informasi mengenai efek samping konsumsi ekstrak daun zaitun pada usus

besar dapat digunakan sebagai data untuk penelitian selanjutnya.

Page 16: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

3

2. Pendidikan (Ilmu Pengetahuan)

Melalui penelitian ini diharapkan membuka wawasan dan meningkatkan

pemahaman mengenai efek samping ekstrak daun zaitun pada usus besar.

3. Penyelenggara pelayanan kesehatan

Pengobatan dengan ekstrak daun zaitun dengan efek samping yang minimal

pada penelitian preklinik maupun klinik dapat digunakan sebagai

pengobatan alternatif pada kesehatan.

Page 17: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penggunaan Herbal Dalam Pengobatan Penyakit

Obat herbal atau obat tradisional bagi masyarakat Indonesia merupakan

warisan budaya Indonesia sejak dahulu yang didukung dengan kekayaan alam

Indonesia yang memiliki beraneka ragam. Sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, banyak dilakukan penelitian-penelitian tentang manfaat

berbagai macam tanaman sebagai obat.5

Beberapa penelitian juga melaporkan adanya efek samping penggunaan

obat herbal. Oleh karena itu Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

mengeluarkan daftar herbal yang dilarang untuk dikonsumi. Salah satunya adalah

penggunaan daun Piper methysticum atau daun kava-kava yang dapat menyebabkan

kerusakan herpar. Selain itu, beberapa obat herbal juga dilaporkan dapat

berinteraksi dengan obat-obatan kimia yang diberikan oleh dokter. Sehingga dapat

menyebabkan efek keracunan atau menghilangkan efek obat kimia tertentu yang

diberikan oleh dokter. Misalnya Hypericum perforatum atau St. John’s wort dan

rhizoma Hydrastis canendensis atau Golden Seal. Beberapa tanaman obat juga

mengandung efek yang sangat toksik sehingga digolongakan sebagai obat keras.

Seperti Atropa belladonna, Digitalis sp., Ephedra sp., dan Rauwolfia serpentina.5

Pada berbagai penelitian di Afrika tentang potensi efek samping

pengobatan herbal, ditemukan banyak tanaman herbal yang sering digunakan untuk

mengobati berbagai macam penyakit (seperti kanker, sakit kepala, demam, diare,

infeksi, dan lain-lain) juga ditemukan potensi efek samping yang harus diwaspadai.

Pelargonium sidoides, tanaman yang sering digunakan untuk obat batuk, infeksi

saluran napas atas, tonsilitis, dan nyeri memiliki potensi efek samping berupa

keluhan gastrointestinal seperti mual, diare, dan heartburn, serta skin rashes, dan

respon alergi. Bayam merah (Amaranthus dubius) digunakan sebagai obat

hipertensi, infeksi ginjal, dan obesitas memiliki efek samping berupa hipotensi dan

iritasi kulit. Agathosma betulina yang digunakan untuk diuretik, antiseptik saluran

Page 18: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

5

kemih, arthritis, pengobatan selulitis, sistisis, diare, mual, dan rheumatik juga

memiliki efek samping iritasi gastrointestinal dan nekrosis hepatoseluler.6

Jackson Woo, dari Universitas Hong Kong juga meneliti tentang potensial

efek toksik berbagai macam obat herbal yang sering digunakan. Daftar obat herbal

yang sering digunakan serta efek sampingnya dapat dilihat di tabel berikut.7

Tabel 2.1 Efek Samping Penggunaan Herbal

Herbal Efek samping

Ekinacea

Ginkgo biloba

Ginseng

Kava

Akar kayu

manis

Ma Huang

Saw Palmetto

St. John’s Wort

Asma akut dan syok anafilaktik

Gejala gastro intestinal, sakit kepala, dan mual muntah

Diare, euforia, sakit kepala, hipertensi, hipotensi, insomnia,

mastalgia, mual, dan perdarahan vagina

Hepatitis, kekuningan pada kulit, kuku dan rambut, gangguan

visual, pusing, pingsan, sakit perut, dan efek ekstrapiramidal

Hipokalemi, hipertensi, aritmia, dan edema

Halusinasi, paranoid

Konstipasi, penurunan libido, diare, sakit kepala, hipertensi,

mual, dan retensi urin

Mual dan reaksi alergi

2.2 Zaitun (Olea europaea L)

2.2.1 Karakteristik Umum

Zaitun (Olea europea L) termasuk salah satu tanaman tertua di dunia. Zaitun

dan olahannya sudah dikenal turun temurun sebagai obat tradisional di Spanyol,

Italia, Prancis, Israel, Maroko, Yunani, Tunisia, Turki, dan negara-negara

mediterania lainnya.2 Zaitun sering diambil buah dan daunnya sebagai obat

tradisional. Taksonomi zaitun dapat klasifikasikan sebagai berikut: 8

Kingdom : Plantae

Superdivision : Spermatofita

Division : Magnoliofita

Kelas : Magnoliopsida

Page 19: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

6

Subklas : Asteridae

Famili : Oleaceae

Subfamili: Oleoideae

Genus : Olea

Spesies : Olea europaea

Tanaman zaitun tumbuh sebagai perdu dan memiliki pohon dengan tinggi

mencapai 6-9 meter. Daun tunggal dengan kedudukan berhadapan tanpa daun

penumpu, berbentuk elips. Panjang daun 20-90 mm x 7-15 mm, dengan morfologi

ujung runcing, tepi rata, permukaan atas licin warna hijau keabu-abuan, dan

permukaan bawah warna kuning keemasan seperti pada gambar 2.2.1. Bunga kecil-

kecil berbentuk lonceng berwarna putih atau krem dengan panjang bunga mencapai

6-10 mm. Bunga berkembang pada bulan Oktober sampai Maret. Buahnya berupa

buah batu atau berbentuk ovoid, kecil berwarna hijau muda dengan bercak putih,

berubah warna menjadi ungu gelap ketika buah matang, dengan diameter 10 mm,

berbentuk tajam.9

Zaitun yang umumnya tumbuh sebagai perdu merupakan flora asli pada

beberapa negara di eropa selatan dan juga banyak ditemui hampir di seluruh daerah

mediterania termasuk Iran dan negara-negara Asia lainnya yang dekat dengan Laut

Tengah. Pada umumnya distribusi daun zaitun ini meliputi negara-negara dengan

Gambar 2.2.1 Daun dan buah Zaitun (Olea europaea L.)2

Page 20: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

7

iklim panas sampai iklim sedang. Pohon zaitun juga dapat tumbuh di beberapa

negara di Benua Amerika yang memiliki iklim panas sampai iklim sedang. 2

2.2.2 Kandungan dan Manfaat Zaitun (Olea europaea L.)

Kandungan dalam produk olahan zaitun bermacam-macam. Dalam minyak zaitun,

terdapat MUFA (Monounsaturated Fatty Acid) dalam kadar tinggi dan kurang lebih

30 senyawa fenol, seperti oleuropein, hidroksitirosol, dan tirosol, serta senyawa

flavonoid, beta-karoten, squalen, dan alfa-tokoferol. Sedangkan pada ekstrak daun

zaitun mengandung berbagai macam senyawa, seperti oleuropein, hidroksitirosol,

dan tirosol, serta beta-karoten, rutin, luteolin, catechin, dan apigenin, dan juga

beberapa mikronutrien seperti, selenium, kromium, zat besi, seng, vitamin C serta

beberapa asam amino.2

Daun zaitun juga mengandung senyawa-senyawa sebagai berikut:

monoterpen iridoid: oleuropein (5-9%), 6-O-oleuropein sakarosa, ligstrosida,

oleorosida; triterpen: asam oleanolat, asam maslinat; flavonoid: luteolin, kaemferol,

derivat krisoeriol dan apigenin; kalkon: olivine, olivine-4’-O-diglukosida; asam

fenolat: asam kumarat, asam kafeat, asam ferulat, asam vanilla; kumarin:

aesculetin, scopoletin, dan aesulin.10

Zaitun digunakan sebagai obat tradisional di area Mediterania. Produk

alaminya digunakan untuk berbagai macam tujuan, seperti penurun panas, penyakit

infeksi seperti malaria, aritmia, dan meringankan spasme usus.11 Kegunaan

tradisional dari daun zaitun antara lain: digunakan secara oral untuk

menyembuhkan penyakit-penyakit pencernaan; dikunyah sebagai pembersih mulut;

Jamu-jamuan yang terdiri dari buah-buahan kering dan daun zaitun ini digunakan

secara oral untuk diare dan untuk menyembuhkan penyakit infeksi saluran kemih;

Ekstrak air panas dari daun zaitun segar digunakan secara oral untuk menurunkan

hipertensi dan menginduksi diuresis; Ekstrak air panas dari daun yang dikeringkan

digunakan secara oral untuk menyembuhkan serangan asma.12

Sebagian besar efek farmakologi yang dihasilkan oleh ekstrak daun zaitun,

merupakan efek dari kandungan utamanya, yakni fenol. Berdasarkan penelitian,

Page 21: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

8

senyawa fenol dari daun zaitun yang paling banyak memberi manfaat ke tubuh

adalah oleuropein, hidroksitirosol, dan tirosol, dan juga beberapa zat aktif yang

terkandung di daun zaitun.10 Berbagai macam zat aktif yang terkandung di daun

zaitun ini jika disimpulkan dapat memberi manfaat bagi tubuh manusia, antara lain,

sebagai antioksidan, antiinflamasi, antitrimbotik, antiaterogenik, antihipertensif,

aktivitas hipoglikemik, antimutagenik, dan hipouresemia.2

Berdasarkan penelitian Chebby Mahjoub et al, ekstrak daun zaitun memiliki

efek antiinflamasi dan antinosiseptif pada tikus dengan edema pada kaki yang

diinduksi dengan carrageenan. Dari hasil penelitian tersebut, zat aktif dari ekstrak

daun zaitun berupa metanol dan kloroform dapat memberi efek analgesik dan

antiinflamasi.1 Beberapa senyawa fenol dari ekstrak daun zaitun memiliki

antioksidan. Pada peneletian in vitro, didapatkan bahwa flavonoid, rutin, catechin,

dan luteolin memiliki efek antioksidan dua stengah kali lipat terhadap vitamin C

dan vitamin E. Senyawa-senyawa lain seperti oleuropeon, hidroksitirosol, asam

oleat, luteolin, dan apigenin juga memiliki efek anti inflamasi. Oleuropein dan

hidroksitirosol dapat menghambat leukotrien B4 yang berperan sebagai sitokin

proinflamasi. Beberapa senyawa polifenol lainnya juga dapat menghambat agregasi

platelet dan juga menghambat jalur lipooksigenase dan eikosanoid.2

Asam oleat yang terkandung pada ekstrak daun zaitun juga dapat

menghambat ekspresi dari molekul adhesi yang disebabkan oleh rangsangan

senyawa pro-aterogenik seperti kadar kolesterol tinggi dan advanced glycation end-

products (AGE’s). Dalam beberapa penelitian juga membuktikan bahwa oleuropein

juga memiliki efek entimikrobial terhadap virus, bakteri, dan jamur. Senyawa

turunan oleuropein pada ekstrak daun zaitun, oleuropeosid juga memiliki efek

antihiperglikemik pada hewan yang diinduksi diabetes dengan alloksan. Penelitian

tersebut menyimpulkan bahwa senyawa ini dapat meningkatkan ambilan glukosa

pada jaringan perifer hewan percobaan.12,13

Oleuropein sebagai salah satu senyawa fenol yang terbanyak pada daun

zaitun memiliki berbagai macam efek farmakologi bagi tubuh. Efek farmakologi

yang dapat diberikan antara lain antioksidan, antiinflamasi, anti-atherogenik, anti-

Page 22: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

9

kanker, antimikroba, dan juga antivirus. Oleh karena itu, senyawa ini sering

dikomersilkan dalam bentuk suplemen makan pada beberapa negara Mediterrania.

Selain itu oleuropein juga memiliki efek neuroprotektif kardioprotektif, anti-

iskemik, dan aktivitas hipolipidemi.13

Gambar 2.2.2 Peran zaitun (Olea europaea L) dalam pengobatan.10

Pada penelitian lainnya, kandungan polifenol pada ekstrak daun zaitun,

yakni hidroksitirosol dan oleuropein dapat mencegah inflamasi kronik dan stress

oksidatif yang menyebabkan gangguan jantung, hati dan metabolisme pada tikus

yang diinduksi obesitas dan diabetes tanpa mengubah tekanan darah.11 Serta dapat

mencegah gejala rheumatoid arthritis dengan menghambat proliferasi sel McCoy

yang berasal dari cairan sinovial dari sendi lutut.13

Menurut penelitian Omar, ekstrak daun zaitun juga dapat mencegah

terjadinya osteoporosis. Senyawa kandungan ekstrak daun zaitun yang memiliki

efek ini adalah oleuropein dan hidroksitirosol. Oleuropein dan hidroksitirosol pada

dosis 10 – 100 µM dapat menstimulasi deposisi kalsium pada tulang. Selain itu,

oleuropein pada dosis 10 – 100 µM dan hidroksitirosol pada dosis 50 – 100 µM

dapat menghambat pembentukan multinuklear oskteoklas. Bahkan kedua senyawa

ini dapat menekan hilangnya trabekular tulang pada tulang femur pada mencit

(balb/c) yang dilakukan ovaridektomi.12

Page 23: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

10

2.2.3 Zaitun dan Asma

Selain dikenal sebagai obat herbal, beberapa penelitian juga menjelaskan

bahwa tanaman zaitun juga dapat menyebabkan respon hipersentivitas, seperti

proses patofisiologi yang terjadi pada penyakit asma. Pada penelitian Barbara et. al

dijelaskan bahwa skin test yang dilakukan pada 65 orang yang menderita

rinokonjungtivitis dan atau asma dengan menggunakan serbuk sari tamanam zaitun

menunjukkan hasil positif pada 63 orang (96,92%).14

Selanjutnya pada subjek penelitian dilakukan uji serum ImmunoCap sIgE.

Uji serum sIgE dilakukakan pada 55 pasien. Uji serum sIgE pada Olea europaea

menunjukkan positif pada semua pasien. Dan serum sIgE nOle e 1 positif pada 52

pasien (94,54%).14

2.2.4 Farmakokinetik Senyawa Aktif Ekstrak Daun Zaitun

Senyawa fenol dari minyak zaitun (Virgine Olive Oil) menunjukkan

bioavailabilitas yang tinggi. Beberapa senyawa pada minyak daun zaitun yang juga

didapatkan pada ekstrak daun zaitun seperti, oleuropein, hidroksitirosol, dan tirosol

akan diabsorpsi 55-60 % pada manusia.13 Beberapa peneliti berhipotesis bahwa

oleuropein juga termasuk glukosida, oleh karena itu oleuropein diserap oleh usus

halus melalui glukosa transporter SGLT1 (Sodium Glucose Transporter 1)yang

ditemukan pada membran sel enterosit.10 Penelitian lain menjelaskan bahwa

oleuropein akan diabsorpsi secara cepat setelah pemberian secara oral, dengan

puncak konsentrasi pada plasma setelah dua jam pemberian.13,10

Beberapa penelitian menjelaskan bahwa pemberian suplemen oleuropein-

glikosida pada orang sehat akan dieksresikan melalui urin dalam bentuk

hidroksitirosol dan tirosol. Hidroksitirosol merupakan metabolit yang terpenting.

Keduanya (hidroksitirosol dan tirosol) akan secara cepat didistribusikan dan

dieksresi melalui urin dalam bentuk glukoronida atau dalam bentuk senyawa bebas

dalam konsentrasi yang rendah.13

Page 24: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

11

2.2.5 Efek Samping Pengobatan Herbal Ekstrak Daun Zaitun

Seperti konsumsi obat pada umumnya, selain dapat menyebabkan efek

terapeutik, obat juga dapat menyebabkan efek samping pada tubuh. Sama halnya

dengan penggunaan obat herbal, senyawa aktif yang terkandung dalam herbal

tersebut dapat juga memberi efek samping pada organ-organ tubuh.15 Banyak

penelitian tentang efek samping akibat mengonsumsi obat herbal. Seperti penelitian

yang dilakukan Sawsan yang bertujuan untuk mengevaluasi efek ekstrak daun

zaitun pada hematologi dan perubahan pada hepar dan ginjal mencit. Terdapat lima

kelompok perlakuan (kelompok kontrol, kelompok pemberian ekstrak daun zaitun

0,2%, 0,4%, 0,7%, dan 0,9%) dengan lama pemberian selama 6 minggu. Ditemukan

peningkatan kadar serum alkalin fosfatase (ALP) dan bilirubin total yang signifikan

pada kelompok perlakuan 3, 4, dan 5, serta peningkatan serum laktat dehidrogenase

(LDH) yang signifikan pada kelompok perlakuan 5 dibanding dengan kelompok

kontrol. Selain itu, pada penampakan mikroskopik, ditemukan perbedaan gambaran

histologi berupa vakuolisasi sitoplasma oleh lemak pada hepar dan ginjal, nekrosis

hepatosit, dan sedikit perdarahan ditemukan pada ginjal terutama pada tikus dengan

pemberian 0,9% ekstrak daun zaitun.16

Namun tidak ditemukan tanda-tanda sakit pada tikus serta penampakan

manifestasi klinis yang jelas seperti lemas, diare, dan perubahan warna kuning pada

membran mukosa. Peningkatan serum ALP, bilirubin total, dan LDH

mengindikasikan kerusakan sel hepar. Selain itu, pemberian pada dosis 0,9%

menimbulkan anemia dibuktikan dengan penurunan sel darah merah, Hb, dan PCV.

Hal ini diduga akibat perdarahan yang ditemukan pada ginjal.16

Pada pemakaian minyak zaitun untuk terapi asma, sebuah penelitian yang

dilakukan oleh Farooq yang menjelaskan bahwa pemberian minyak zaitun dengan

dosis 1,3 mL/Kg per oral tidak ditemukan tanda-tanda toksisitas dan mortalitas pada

hewan coba dengan lama pemberian 14 hari.17

Arantes-Rodrigues pada penelitiannya dengan empat kelompok perlakuan

(0%, 0,25%, 0,5%, dan 0,75%) pemberian ekstrak daun zaitun ditemukan efek

samping yang menyebabkan perubahan histologi berupa hiperplasia duktus biliaris,

kolestasis, nekrosis hepatosit, serta infiltrasi sel-sel inflamasi pada semua perlakuan

Page 25: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

12

yang diberikan ekstrak daun zaitun. Selain itu, potensial membaran mitokondria,

rasio respirasi kontrol, dan ADP/O pada pemberian ekstrak daun zaitun yang lebih

tinggi ditemukan penurunan yang bermakna jika dibandingkan dengan kelompok

kontrol.18

2.3 Kolon

2.3.1 Anatomi Kolon

Kolon manusia terbentang dari ujung ileum distal (sfingter ileocaecum)

hingga sfingter anus aksterna. Panjang usus besar sekitar 1,5 meter pada orang

dewasa. Kolon terdiri dari enam bagian, yakni caecum, kolon ascendens, kolon

transversum, kolon descendens, kolon sigmoid, dan rektum, seperti yang terlihat

pada gambar 2.3.1.19

Kolon pada mencit juga terdiri dari caecum, kolon, dan rektum seperti

terlihat pada gambar . Kolon ascendens, kolon transversum, kolon descendens sukar

dibedakan pada mencit.20

A B

Gambar 2.3.1 Anatomi Kolon Mencit20

A: Anatomi Regio Abdomen Mencit; B: Traktus Gastrointestinal Mencit Setelah

Dipindahkan dari Mesenterium

Page 26: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

13

2.3.2 Histologi Kolon

Kolon merupakan organ pencernaan yang berfungsi untuk menyerap air

dan elektrolit memiliki banyak sumur-sumur yang disebut kriptus Lieberkuhn.

Dengan adanya kriptus-kriptus ini, luas permukaan kolon akan meningkat dan

mempermudah penyerapan air dan elektrolit sesuai dengan fungsi dari kolon. Beda

dengan usus halus yang luas permukaan penyerapanya sangat luas karena banyak

struktur histologi yang membantu untuk penyerapan zat-zat makanan, seperti plika

semisirkularis, villi, brushborder, dan juga kriptus Liberkuhn.21,22

Pada lapisan mukosa, kolon terdiri dari sel eptiel selapis silindris, sel

goblet, sel regeneratif, dan sel enteroendokrin. Sel goblet berfungsi memproduksi

mukus untuk melindungi sel epitel mukosa kolon. Sel regeneratif dan sel

enteroendokrin tidak dapat dibedakan dengan sel epitel silindris pada mukosa

kolon, hanya sel goblet yang dapat dibedakan karena sel goblet tidak memiliki inti

sel.23

Gambar 2.3.2 Histologi Kolon21

(G) Sel Goblet; (CL) Kriptus Lieberkühn; (LP) Lamina Propria; (ME)

Muskularis Eksterna; (MM) Muskularis Mukosa; (O) Lumen Kriptus

Lieberkühn yang Terbuka; (SM) Submukosa.

Page 27: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

14

Selain itu, pada mukosa kolon juga kaya akan jaringan limfoid berupa

limfonodulus pada lamina propria mukosa kolon. Jaringan limfoid ini dapat

menyebar hingga ke lapisan submukosa. Banyaknya jaringan limfoid ini berkaitan

dengan banyaknya bakteri di usus besar.23

Lapisan muskularis kolon terdiri dari dua lapisan otot polos yang tersusun

sirkular (interna) dan longitudinal (eksterna). Lapisan muskularis eksterna kolon

menghasilkan dua macam gerakan kontraksi berupa segmentasi dan peristaltik. Di

antara lapisan-lapisan otot polos ini terdapat pleksus saraf mienterikus yang

bekerjasama dengan pleksus saraf di lapisan submukosa sebagai sistem saraf

enterik lokal. Sistem saraf ini mengandung banyak neuron otonom yang dapat

berfungsi secara independen dari sistem saraf pusat (SSP).21

Kolon mencit juga memiliki lapisan yang sama dengan kolon manusia,

yakni lapisan mukosa, submukosa, muskularis interna, muskularis eksterna, dan

serosa. Pada lapisan kolon mencit terdapat epitel silindris selapis dan lamina

propria, membentuk kriptus Lieberkühn. Tidak seperti mukosa usus halus, mukosa

kolon tidak tersusun dari banyak vili-vili. Epitel mukosa kolon terdiri dari sel

enterosit absortif dengan mikrovili pada mukosa epitelnya dan sel goblet. Pada

dasar kriptus mukosa epitel terdapat sel enteroendokrin dengan granula-granula

pada area sel yang menghadap ke lamina propria. Pada lapisan submukosa terdapat

jaringan limfoid yang disebut Peyer’s Pathces.24

Kolon mencit memiliki kriptus Lieberkühn yang lebih panjang dan

lapisan muskularis mukosa yang lebih tipis. Pada kolon ascendens terdapat lebih

banyak mukus dibanding dengan kolon descendens dan mukosanya membentuk

lipatan transversal. Sedangkan lapisan mukosa dan submukosa kolon membentuk

lipatan longitudinal. Kolon descendens dibungkus dengan lapisan serosa hingga

anus.24

Perbesaran empat kali pada mikroskop memperlihatkan lipatan mukosa

kolon. Perbesaran 10x dan 20x memperlihatkan secara detail gambaran mukosa

kolon. Sedangkan dengan perbesaran 40x dapat dilihat perbedaan antara sel epitel

silindris selapis dan sel goblet pada mukosa kolon.24

Page 28: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

15

Gambar 2.3.3 Histologi Kolon Mencit24 (Conti 2004)

2.3.3 Fisiologi Kolon

Usus besar berperan utama sebagai organ pengering dan penyimpanan.

Pada kolon sudah tidak terjadi reaksi pemecahan zat makanan agar diserap oleh

tubuh. Pada kolon hanya terjadi penyerapan air dan ion-ion untuk mengatur

konsistensi feses yang akan dikeluarkan. Selulosa dan bahan-bahan lain yang tidak

dicerna di usus halus membentuk sebagian besar massa feses dan karenanya

membantu mempertahankan keteraturan buang air besar. Selain itu usus besar juga

mensekresi mukus yang bersifat protektif. Mukus ini disekresikan oleh sel goblet

untuk melindungi mukosa usus besar dari cedera mekanik maupun kimiawi.3

Dalam proses defekasi, kontraksi haustra membantu motilitas feses pada

kolon. Kontraksi haustra ini hampir serupa dengan kontraksi segmentasi pada usus

halus, hanya saja frekuensinya jauh berbeda. Dengan bantuan ini, feses secara

lambat akan terdorong hingga rektum. Ketika massa feses sudah penuh di rektum

dan menyebabkan peregangan, maka akan memicu refleks defekasi berupa

melemasnya sfingter anus interna yang dikontrol dengan sistem saraf otonom. Lalu

sfingter anus eksterna (dikontrol dengan saraf somatik) juga akan melemas, ketika

keadaan sudah memungkinkan untuk buang air besar.3

2.3.4 Gambaran Histologi Kerusakan Kolon

Page 29: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

16

Bentuk perubahan gambaran histologi kolon yang terjadi umumnya

adalah infiltrasi sel radang, perubahan bentuk epitel, serta perubahan arsitektur

mukosa. Infiltrasi sel radang dapat terjadi hanya di lapisan mukosa saja, hingga

submukosa dan transmural. Perubahan epitel ada beberapa macam bentuk

perubahan, yakni hiperplasia, hilangnya sel goblet, kriptisis, abses kriptus, dan

erosi. Perubahan arsitektur mukosa antara lain, ulserasi, jaringan granulasi, kriptus

ireguler, hilangnya kriptus, hingga vili kolon yang rata akibat kerusakan yang

terjadi.25

Tabel 2.2 Definisi Histomorfologi pada Inflamatory Bowel Disease (IBD)

Kategori Definisi

Infiltrasi sel inflamasi

Perubahan epitel:

Hiperplasia

Kehilangan sel goblet

Kriptisis

Abses kriptus

Erosi

Arsitektur mukosa:

Ulserasi

Jaringan granulasi

Kritptus ireguler

Crypt loss

Villous blunting

Infiltrasi leukosit pada area lamina propria, submukosa, hingga

transmural

Peningkatan jumlah sel epitel pada kriptus longitudinal; tampak

sebagai pemanjangan kriptus

Penurunan jumlah sel goblet pada kriptus

Neutrofil diantara sel epitel kriptus

Neutrofil pada lumen kriptus

Hilangnya permukaan epitel

Kerusakan mukosa hingga mencapai lapisan muskularis mukosa

Perbaikan jaringan ikat dengan kapiler-kapiler baru, yang

dikelilingi fibroblas, miofibroblas, makrofag, neutrofil, dan sel

mononuklear

Kriptus non-paralel, diameter kriptus yang bervariasi, bifurkatio

dan percabangan kriptus

Hilangnya mukosa kriptus secara keseluruhan

Atrofi vili

2.3.5 Respon Jaringan Kolon Terhadap Paparan Bahan Kimia

Page 30: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

17

Kolon sebagai organ yang dilalui berbagai macam senyawa, zat aktif obat,

maupun zat aktif herbal akan bersespon terhadap berbagai paparan zat kimia. Salah

satu respon jaringan kolon yang disebabkan oleh paparan zat kimia adalah colitis

pada konsumsi obat anti inflamasi non steroid (OAINS). Tujuh puluh empat persen

kasus baru kolitis berhubungan dengan penggunaan OAINS. Pada beberapa

penelitian juga menyebutkan bahwa pasien pengguna OAINS meningkatkan

insidens apendisitis dan divertikulitis. OAINS juga menyebabkan penebalan

kolagen subepitel dan meningkatkan limfosit intraepitelial. Pada penampakan klinis

biasanya pasien mengalami diare yang berair.26

Pemberian antibiotik pada pengobatan infeksi mengubah pertumbuhan

flora pada kolon. Hal ini menyebabkan mudahnya kolonisasi Clostridium difficile.

Toksin dari Clostridium difficile dapat menyebabkan perubahan histologi pada

kolon. Seperti munculnya plak diskret pada permukaan mukosa kolon. Plak ini

tersusun di atas kriptus yang terdilatasi dan tertutupi oleh sel-sel inflamasi dan

debris. Perubahan histologi lain akibat konsumsi antibiotik adalah colitis

pseudomembran. Selain itu, antibiotik jenis lain seperti neomisin dapat

mengganggu metabolisme dan absorbsi garam empedu pada kolon yang dapat

menyebabkan diare.26

Respon jaringan kolon dalam bentuk lain adalah kolitis iskemik. Respon

ini biasanya disebabkan oleh konsumsi kontrasepsi oral, derivat ergotamin, dan

beberapa obat inhalasi. Kolitis iskemik bermula dari efek samping obat yang

menginduksi vaskulitis atau spasme vaskular sehingga menyebabkan kolitis

iskemik. Pemberian obat-obatan imunosupresan juga dapat meningkatkan infeksi

oportunistik pada kolon, seperti infeksi sitomegalovirus (CMV). Konsumsi zat besi

berlebihan juga dapat menyebabkan respon jaringan kolon berupa meningkatnya

makrofag di lamina propria.26

2.4 Induksi Asma Dengan Ovalbumin

Asma merupakan penyakit gangguan inflamasi kronik saluran pernapasan

yang dihubungkan dengan respon hipersensitivitas. Gangguan inflamasi ini

menyebabkan penyempitan saluran pernapasan yang mengganggu aliran udara

Page 31: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

18

yang akan masuk ke dalam paru. Sehingga pasien mengalami sesak ketika bernapas

akibat kurangnya oksigen yang masuk ke dalam paru.30

Penyempitan saluran pernapasan disebabkan oleh aktivitas kelenjar mukus

pada lapisan submukosa dan kontraksi otot polos saluran pernapasan, khususnya

pada bronkus dan bronkiolus. Pada pasien asma ada alergen yang terhirup yang

akan menyebabkan inflamasi pada mukosa bronkus. Respon inflamasi ini akan

merangsang sekresi histamin dan leukotrien yang akan merangsang kontraksi otot

polos bronkhus. Selain itu, mediator inflamasi tersebut juga dapat meningkatkan

sekresi mukus untuk menangkap aleren tersebut agar tidak masuk ke dalam paru

serta meningkatkan permeabilitas vaskular yang menyebabkan edema mukosa.

Sehingga ketiga proses ini menyebabkan penyempitan saluran pernapasan.31

Penyakit asma secara umum berasal dari dua faktor, yakni faktor genetik

dan faktor alergen. Hiperresponsivitas bronkus dan peningkatan IL-4 dependen IgE

secara genetik diturunkan dari kromosom 5q31-q33. Sedangkan asma yang

disebabkan oleh alergen (sering disebut dengan asma atopik) disebabkan oleh

berbagai antigen yang merangsang respon hipersensitivitas tipe I. Pada mulanya

anitgen tertentu akan terhirup ke dalam saluran pernapasan yang selanjutnya akan

ditangkap oleh APC (Antigen Presenting Cells). Sel APC akan mengaktifkan sel T

yang akan mesekresikan IL-4 dan IL-10 yang akan merangsang sel Th2 untuk

memproduksi IL-4, IL-6, dan IL-13. Selanjutnya mediator tersebut akan

merangsang sel B untuk memproduksi IgE.29

Peningkatan produksi IgE pada plasma akan berikatan dengan sel mast dan

sel basofil. Pada pajanan alergen kedua, alergen tersebut akan dengan cepat

ditangkap oleh IgE yang terdapat pada sel mast yang selanjutnya akan merangsang

sel mast untuk memproduksi histamin, leukotrien, dan prostaglandin yang dapat

menyebabkan kontraksi otot polos saluran pernapasan, penigkatan produksi mukus,

edema mukosa yang menyebabkan penyempitan saluran pernapasan.29

Ovalbumin adalah monomer fosfoglikoprotein dengan berat molekul 44,5

kDa.30 Ovalbumin merupakan protein yang terdiri dari 385 residu asam amino yang

memiliki gugus empat gugus sulfihidril bebas dan dua gugus disulfida. Ovalbumin

sering digunakan sebagai evaluasi preklinik dari senyawa (agen) yang potensial

untuk terapi asma dengan merangsang terjadinya hipersensitivitas saluran napas

Page 32: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

19

akut dan inflamasi pada saluran napas. Kondisi ini sangat bagus untuk

mengevaluasi efek terapetik dari suatu senyawa (agen) yang potensial untuk terapi

asma.31

Ovalbumin dapat menginduksi respon inflamasi pada saluran napas dengan

cara merangsang sel Th2 untuk meningkatkan infiltrasi sel-sel inflamasi dan

memproduksi sitokin yang menjadi awal mula terjadinya patogenesis asma alergi.

Beberapa sitokin yang diproduksi oleh sel Th2 antara lain IL-4, IL-5, IL-9, dan IL-

13. Peningkatan IL-4 pada paru menyebabkan infiltrasi dari sel Th2. Peningkatan

IL-13 pada paru disertai dengan kejadian hiperresponsitivitas saluran napas akut

dan hipersekresi mukus.31,32,33

2.5 Efek Ovalbumin Terhadap Kolon

Penelitian yang dilakukan Lin-Jing Li, mencit balb/c disensitisasi ovlbumin

(1 mg/mencit) subkutan dengan adjuvant Cholera Toxin (CT) (5 µg/mL) dalam 0,1

normal salin selama tiga hari. Kemudian mencit balb/c diberi ovalbumin intrarektal

20 µg/mL. Pada mencit tersebut tampak kerusakan inflamasi yang parah. Pada

penampakan histologi terlihat edema mukosa, distorsi kriptus, penebalan dinding

kolon, dan peningkatan infiltrasi sel inflamasi.34

Traver pada penelitiannya dengan memberikan ovalbumin secara oral

selama 6 minggu menyebabkan peningkatan jumlah sel mast yang signifikan pada

intestin (duodenum, jejunum, ileum) dan colon dibandingkan dengan kelompok

kontrol. Selain itu pemberian ovalbumin oral selama 2 minggu juga menyebabkan

peningkatan kontraktilitas jejunum dan kolon yang signifikan dibandingkan dengan

kelompok kontrol.35

Page 33: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

20

2.6 Kerangka Teori

Sensitisasi Ovalbumin (+

Alum sebagai adjuvant)

intraperitoneal

Pemberian ekstrak etanol daun

zaitun (Olea europaea L.) oral

Aktivasi Sel Th 2

IgE terakumulasi

di pembuluhdarah

peritoneum

Terdeteksi oleh Sel B

Merangsang Sel

Mast memproduksi

mediator inflamasi

Pajanan Ag

berulang

Produksi IL-4 Sel B memproduksi IgE

spesifik-Ova

IgE berinteraksi

dengan Ag

Pemberian

ovalbumin inhalasi

Zat aktif ekstrak daun zaitun

(Oleuropein, hidroksitirosol

dan senyawa fenol lainnya)

Histamin,

Leukotrien,

Prodstaglandin

Penyempitan saluran

pernapasan Asma

Kondisi kolon

hiperrensponsif

Efek antioksidan dan

antiinflamasi ekstrak

daun zaitun

Efek toksik ekstrak

daun zaitun Kolitis

Sitoprotektif

sel epitel

mukosa kolon

Erosi mukosa

kolon

Page 34: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

21

2.7 Kerangka Konsep

Ovalbumin

Ekstrak Daun Zaitun

(Olea Europaea L.)

Mencit Balb/c

Non-Toksik Toksik

Kerusakan

Mukosa Kolon

Asma

Erosi Mukosa

Kolon

Kolon

Page 35: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

22

2.8 Definisi Operasional

Untuk memudahkan peneliti agar penelitian tidak menjadi terlalu luas, maka

dibuatlah definisi operasional seperti yang tertera pada tabel berikut :

Tabel 2.2 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Skala Pengukuran

Dosis ekstrak daun

zaitun

Jumlah dosis ekstrak daun

zaitun yang diberikan secara

oral pada tikus dalam satuan

mg per berat badan (BB)

Kategorik mg/kgBB

Kerusakan mukosa

epitel kolon

Kerusakan mukosa epitel

kolon yang di maksud adalah

menilai kerusakan mukosa

kolon secara mikroskopik,

yakni erosi maupun ulserasi

pada jaringan kolon.

Kerusakan yang dinilai

adalah erosi mukosa kolon

yakni hilangnya sel epitel

atau sel goblet pada mukosa

kolon.

Presentase erosi mukosa

kolon dihiting dengan

membagi gambar preparat

menjadi 8x10 kotak,

selanjutnya dihitung kotak

dengan gambaran erosi

mukosa dibagi dengan total

kotak yang mengandung

gambar jaringan kolon.

Numerik Persentase

(%)

Page 36: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

23

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah desain eksperimental.

Penelitian ini menggunakan mencit strain balb/c, yang akan melalui fase induksi,

sonde, dan sensitisasi. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan dengan melihat

gambaran histo-patologi dari kolon mencit balb/c pada semua perlakuan.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2015 hingga bulan Agustus

2016. Penelitian ini sebagian besar dilakukan di Laboratorium FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Pembuatan ekstrak daun zaitun dilakukan di Laboratorium

Farmakologi FKIK UIN. Pemeliharaan dan beberapa perlakuan pada tikus

dilakukan di Laboratorium Animal House FKIK UIN Jakarta. Beberapa perlakuan

lainnya (nebulisasi tikus dan pengambilan jaringan) dilakukan di Laboratorium

Farmakologi FKIK UIN Jakarta. Sedangkan Pembuatan preparat dilakukan di

Laboratorium Histologi FKUI. Lalu dokumentasi foto preparat dan analisis di

Laboratorium Histologi FKIK UIN Jakarta.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi hewan coba yang di gunakan dalam penelitian ini adalan mencit

strain Balb/c yang didatangkan dan telah diverifikasi sebelumnya dari Institut

Pertanian Bogor (IPB).

3.3.2 Sampel

Sampel hewan coba yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus jenis

tikus jenis Balb/c 15 ekor melalui perhitungan rumus Mead: E = N − B − T,

dengan hasil 3 ekor mencit di setiap kelompok perlakuan (lampiran 5).

Keterangan:

Page 37: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

24

N: Jumlah total sampel pada penelitian (dikurangi 1)

B: Blocking Component, berniali 0 jika tidak ada stratifikasi

T: Jumlah kelompok perlakuan (dikurangi 1)

E: Degree of freedom of Errors Component, bernilai antara 10 – 20.36

Tabel 3.1 Kelompok Perlakuan

NAMA

KELOMPOK

KELOMPOK PERLAKUAN

K Kelompok N (normal) PBS (phosphate buffered saline) oral +

inhalasi PBS

P1 Dosis Zaitun 1 +

Ovalbumin

OVA(+Alum) 50 µg/ml i.p + ekstrak

daun zaitun 100 mg/kgbb oral + inhalasi

ovalbumin 2% dan 5%

P2 Dosis Zaitun 2 +

Ovalbumin

OVA(+Alum) 50 µg/ml i.p + ekstrak

daun zaitun 200 mg/kgbb oral + inhalasi

ovalbumin 2% dan 5%

P3 Dosis Zaitun 1 Ekstrak daun zaitun 50 mg/KgBB i.p +

ekstrak daun zaitun 100 mg/kgbb oral +

inhalasi ekstrak daun zaitun

P4 Dosis Zaitun 2 Ekstrak daun zaitun 50 mg/KgBB i.p +

ekstrak daun zaitun 200 mg/kgbb oral +

inhalasi ekstrak daun zaitun

OVA: Ovalbumin; Alum: AlOH (Aluminium Hidroksida)

3.3.2.1 Kriteria Inklusi

1. Kelompok N : tikus jantan strain balb/c

3.3.2.2 Kriteria Eksklusi

1. Tikus sakit dan mati selama penelitian berlangsung

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah pemberian ekstrak daun zaitun

(Olea europaea L.) per oral.

3.4.2 Variabel Tergantung

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah kerusakan mukosa kolon

mencit Balb/c.

Page 38: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

25

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain: kandang tikus,

tempat makan dan minuman tikus, sekam, perlengkapan kebersihan kandang tikus

(spatula pembersih kandang, tissue, sabun cuci, spons, dan lain-lain), penanda

perlakuan tikus (label, spidol, ballpoint, gunting), neraca hewan, sonde, spuit 1 cc,

gelas ukur, tabung reaksi untuk menampung darah tikus, kandang kaca untuk

nebulisasi, alat nebulisasi, perlengkapan nebulisasi (pipa dispossible, selotip,

sterofom, dan lain-lain), alat bedah minor, lampu penerang untuk nekropsi, dan

kulkas -800C.

3.5.2. Bahan

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak herbal berupa

ekstrak daun zaitun dengan dosis 100 dan 200 mg/kgBB/hari. Dan hewan coba yang

digunakan pada penelitian ini adalah mencit strain balb/c 15 ekor melalui

perhitungan rumus Mead: E = N − B − T dengan 3 mencit pada setiap kelompok

perlakuan.

Kelompok tikus yang pertama, diberi PBS i.p, oral dan inhalasi sebagai

kelompok kontrol. Kelompok kedua, diberi ekstrak daun zaitun 100mg/kgbb oral

dan inhalasi ovalbumin. Kelompok ketiga diberi ekstrak daun zaitun 200mg/kgbb

oral dan nebulisasi ovalbumin. Kelompok kedua dan ketiga disensitisasi dengan

ovalbumin (dengan alum (AlOH) sebagai adjuvant). Secara i.p. Kelompok keempat

diberi ekstrak daun zaitun 100mg/kgbb oral dan inhalasi ekstrak daun zaitun.

Kelompok kelima diberi ekstrak daun zaitun 200mg/kgbb oral dan inhalasi ekstrak

daun zaitun. Kelompok keempat dan kelima diberi ekstrak daun zaitun 50

mg/KgBB secara i.p.

3.6 Cara Kerja

3.6.1 Pembuatan Ekstrak

Pembuatan ekstrak daun zaitun menggunakan metode ekstraksi cara dingin

yaitu dengan metode maserasi. Serbuk simplisia yang diperoleh dari BALITRO

Page 39: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

26

(Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat) Bogor, Jawa Barat akan dimaserasi

dengan pelarut n-heksan dalam wadah gelap hingga terendam. Pergantian pelarut

dilakukan selama 2-3 hari sekali. Proses maserasi ini dilakukan hingga

menghasilkan maserat yang berwarna pucat atau mendekati tak berwarna.

Selanjutnya maserat akan difiltrasi menggunakan kapas dan kertas saring hingga

didapatkan filtrat. Selanjutnya filtrat dipekatkan menggunakan vaccum rotary

evaporator.37

Setelah dipekatkan, filtrat akan memasuki proses degumming yang

dilakukan dengan pemanasan pada suhu 70˚C ditambahkan dengan 1,2 mL aquades

dengan shuhu 90˚C dan 80µL asam fosfat (85%). Selanjutnya campuran ini

dihomogenkan dengan kecepatan 1000 rpm selama 60 menit. Endapan yang

terbentuk dipisahkan dari filtratnya dengan cara disentrifugasi dengan kecepatan

3500 rp selama 30 menit. Filtrat yang didapat dikeringkan untuk menghilangkan

sisa pelarut.37

3.6.2 Adaptasi Hewan Coba

Mencit diadaptasikan di Animal house pada hari pertama sampai hari ke-

21. Mencit diadaptasikan terhadap tempat tinggal barunya, dengan pemberian

makanan maupun pemberian minuman. Perlakuan disamakan pada semua mencit.

Menurut artikel Aravind et. al pada tahun 2012, adaptasi mencit Balb/c untuk

dilakukan sensitisasi asma cukup selama tujuh hari.38 Adaptasi ini bertujuan agar

semua obyek penelitian tidak dalam kondisi stres dan dalam kondisi yang sama saat

dimulai penelitian.

3.6.3 Sensitisasi Hewan Coba

Setelah diadaptasikan, mencit memasuki fase sensitisasi. Sensitisasi

dilakukan pada kelompok perlakuan pertama dan kedua dengan cara injeksi secara

i.p ovalbumin (OVA) yang diemulsifikasikan dalam 0,2 ml PBS yang berisi 2 mg

aluminium hidroksida (alum). Menurut artikel Aravind et al menjelaskan bahwa

sensitisasi dilakukan pada hari ke 0 dan 14 setelah dilakukan adaptasi.38 Sedangkan

kelompok ketiga dan keempat dinjeksi ekstrak daun zaitun 50 mg/KgBB secara

intraperitoneal.

Page 40: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

27

3.6.4 Pemberian Ekstrak Daun Zaitun terhadap Mencit

Setelah mencit melewati fase sensitisasi, objek penelitian dilakukan

pemberian ekstrak daun zaitun (Olea eurapea L.) selama 7 hari dengan dua macam

dosis, 100mg/kgbb/hari (untuk P1 dan P3) dan 200mg/kgbb (untuk P2 dan P4)

pemberian secara oral dengan menggunakan alat sonde. Pada kelompok perlakuan

pertama diberikan PBS secara oral.

3.6.5 Stimulasi Ovalbumin

Mencit dilakukan stimulasi selama tiga hari bersamaan dengan pemberian

ekstrak daun zaitun di hari kelima, keenam dan ketujuh. Objek penelitian (P1 dan

P2) diinduksi ovalbumin 2% dan 5% secara inhalasi selama 3 hari. Pada hari

pertama dan kedua mencit diinduksi dengan ovalbumin sebanyak 2% selama 20

menit. Pada hari ketiga mencit diinduksi dengan ovalbumin 5% selama 30 menit.

Hal ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa mencit sudah terinduksi dengan baik

sehingga mencit benar-benar dikondisikan asma. Pada kelompok P3 dan P4

diberikan inhalasi ekstrak daun zaitun. Pada hari pertama dan kedua mencit

diberikan inhalasi ekstrak daun zaitun selama 20 menit. Pada hari ketiga diberikan

inhalasi ekstrak daun zaitun selama 30 menit. Pada kelompok kontrol hanya

diberikan inhalasi PBS, 20 menit pada hari pertama dan kedua, 30 menit pada hari

ketiga.38

3.6.6 Pengambilan Jaringan Kolon

Setelah dilakukan inhalasi pada mencit selama tiga hari, tikus dipuasakan

selama satu hari penuh untuk dilakukan nekropsi pada esok harinya. Hal ini

dilakukan agar organ tikus dalam keadaan bersih dan tidak terlalu banyak hasil

pencernaan makanan, sehingga akan menghasilkan potongan yang bersih dan

bagus.

Untuk melakukan nekropsi diperlukan persiapan berupa set bedah minor

yang minimal terdiri dari gunting jaringan, pinset, dan needle holder. Selanjutnya

juga dipersiapkan papan untuk meletakkan hewan coba yang telah mati dan juga

lampu untuk penerangan selama proses nekropsi.

Page 41: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

28

Sebelum proses nekropsi mencit dimasukkan ke dalam tabung (toples) yang

berisi kapas yang dibasahi dengan eter agar mencit mati. Proses nekropsi dimulai

dengan menyayat bagian toraks dari mencit. Hal ini dilakukan untuk menghindari

kerusakan organ pencernaan jika memulai menyayat dari bagian abdomen mencit.

Setelah menyayat bagian toraks mencit, dilanjutkan menyayat sampai ke bagian

abdomen dengan hati-hati agar tidak mencederai organ-organ abdomen yang akan

diambil. Setelah bagian abdomen disayat sampai mendekati ekor, intestin dan kolon

dipisahkan dari omentumnya agar bersih dari lemak-lemak yang menempel. Setelah

dipisahkan dari omentum, mulai dari lambung diurutkan agar mengetahui organ

tersebut adalah intestine atau kolon. Setelah teridentifikasi organ tersebut adalah

kolon, dilakukan pemotongan kolon. Kolon yang diambil hanya sepanjang kurang

lebih 1 cm.

Setelah itu organ direndam didalam formalin 10 % atau Buffer Neutral

Formalin (BNF) sebagai pengawet. Pengawetan ini bertujuan agar organ sampel

terhindar dari pencernaan jaringan oleh enzim-enzim otolisis atau bakteri dan juga

untuk melindungi struktur fisik sel.39 Organ disimpan di dalam plastik klip yang

sudah diberi formalin dan diberi label. Selanjutnya organ akan disimpan di freezer

dengan suhu -20˚C.

3.6.7 Pembuatan preparat

Pembuatan preparat dilakukan di Laboratorium Histologi Universitas

Indonesia. Dalam pembuatan preparat histologi ada beberapa syarat yang harus

dipenuhi dalam pengambilan sampel organ agar hasil pembuatan preparat bagus

dan sesuai yang diharapkan. Syarat-syarat yang diharuskan yakni sebagai berikut:

Persyaratan dalam Melakukan Pengambilan Sampel, antara lain:39

1. Sampel organ yang diambil untuk pemeriksaan histopatologi harus segar, artinya

jaringan harus diambil secepat mungkin setelah hewan mati. Keterlambatan

pengambilan jaringan, terlebih dalam suhu lapangan yang panas, mengakibatkan

jaringan cepat menjadi busuk.

2. Apabila di dalam kelompok hewan yang mati masih ada hewan lain yang sedang

sakit, maka dianjurkan untuk mengambil sampel dari hewan yang sakit. Pada

Page 42: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

29

jaringan yang mengalami perubahan maka diambil jaringan pada perbatasan

antara jaringan yang sakit (mengalami perubahan) dengan jaringan yang sehat.

3. Ukuran jaringan yang diambil sekitar 1 cm3. Selanjutnya jaringan harus segera

difiksasi. Potongan jaringan yang terlalu besar dapat mengakibatkan jaringan

yang terletak di dalamnya tidak terfiksasi dengan sempurna, sehingga jaringan

dapat membusuk.

Bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan preparat antara lain: Bahan

utama berupa potongan jaringan hewan yang telah difiksasi dengan Buffer Neutral

Formalin (BNF) 10%, larutan-larutan yang diperlukan antara lain: etanol absolut,

xilol, parafin, gliserin 99,5 %, ewit (albumin), larutan hematoksilin, lithium

karbonat, larutan eosin, dan DPX (Distrene, Plasticiser, Xylene).

Alat-alat yang diperlukan dalam pembuatan preparat antara lain: Talenan,

pisau scalpel, pinset, saringan, tissue casset, mesin prosesor otomatis, mesin

vakum, mesin bloking, freezer (-20°C), mesin microtome, pisau microtome, water

bath 46 °C, kaca obyek, kaca penutup, rak khusus untuk pewarnaan, dan oven 60°C.

Proses pembuatan preparat histologi dibagi menjadi lima langkah:

1. Pemotongan jaringan organ

Jaringan organ yang telah difiksasi dengan BNF ditiriskan pada saringan.

Selanjutnya jaringan dipotong dengan menggunakan pisau scalpel dengan

ketebalan 0,3 – 0,5 mm. Jaringan yang telah dipotong disusun ke dalam tissue

cassete lalu dimasukkan ke keranjang khusus.39

2. Proses dehidrasi

Keranjang yang berisi jaringan organ dimasukkan ke dalam mesin prosesor

otomatis. Dalam mesin prosesor otomatis jaringan akan mengalami proses

dehidrasi bertahap dengan putaran waktu sebagai berikut secara berurutan: etanol

70% selama 2 jam; etanol 80% selama 2 jam; etanol 90% selama 2 jam; etanol

absolut selama 2 jam; etanol absolut selama 2 jam; xilol selama 2 jam; xilol selama

2 jam; parafin cair selama 2 jam; parafin cair selama 2 jam.39

3. Vakum

Proses ini bertujuan untuk menghilangkan udara dari jaringan dengan

menggunakan mesin vakum yang didalamnya terdapat tabung untuk menyimpan

Page 43: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

30

keranjang yang diisi paraffin cair. Proses ini dilakukan pada suhu (59 – 60) °C

selama 30 menit. Setelah itu keranjang diangkat, tissue cassete dikeluarkan dan

disimpan pada temperatur 60°C untuk sementara waktu.39

4. Mencetak blok parafin

Mesin blocking ini merupakan mesin cetakan dari bahan stainles steel.

Mesin cetakan ini dihangatkan di atas api bunsen, lalu ke dalam setiap cetakan

dimasukkan jaringan sambil diatur dan sedikit ditekan. Lalu parafin cair disiapkan

dalam tempat khusus dengan suhu mencapai 60°C. Selanjutnya parafin cair tersebut

dituangkan ke dalam jaringan sampai seluruh jaringan terendam parafin . Parafin

dibiarkan membeku di atas mesin pendingin. Selanjutnya blok parafin dilepas dari

cetakan dan disimpan di freezer dengan suhu -20°C sebelum dilakukan pemotongan

jaringan.39

5. Memotong blok jaringan

Pemotongan jaringan dilakukan dengan menggunakan mesin mikrotom

dengan ketebalan kurang lebih 3-4 µm. Selanjutnya potongan tersebut diletakkan

secara hati-hati di atas permukaan air dalam waterbath yang bersuhu 46°C. Lalu

bentuk irisan dirapikan, kemudian diletakkan di atas kaca obyek yang telah diolesi

larutan ewit (albumin). Larutan ini berfungsi sebagai bahan perekat. Selanjutnya

object glass dengan jaringan di atasnya disusun di dalam rak khusus dan

dimasukkan ke dalam inkubator bersuhu 60°C sampai preparat siap untuk

diwarnai.39

3.6.8 Pewarnaan H&E (Hematoksilin dan Eosin)

Pada proses pewarnaan preparat dengan pewarnaan HE dibutuhkan tiga

macam larutan pewarna, yakni larutan hematoksilin, larutan eosin dan larutan

pembiru.

Larutan hematoksilin dibuat dari hematoksilin 1 gram, potasium aluminium

sulfat 50 gram, dan sodium iodat (NaIO3) 0,2 gram yang dilarutkan dalam akuades

1 liter dengan cara diaduk dengan stirer dan sedikit dipanaskan. Kemudian larutan

disimpan selama satu hari pada suhu ruangan. Lalu ditambahkan asam sitrat

Page 44: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

31

(C6H8O7) sebanyak 50 gram dan kloral hidrat (C2H3Cl3O2) sebanyak 50 gram

dengan cara diaduk selama lima menit dan sedikit dipanaskan. Kemudian larutan

didinginkan dan disaring.39

Larutan eosin dibuat dari eosin Y 7,5 gram, eritrosin 7,5 gram, dan kalsium

klorida 2,5 gram yang dilarutkan dalam akuades 1 liter kemudian disaring. Dan

larutan pembiru dibuat dari lithium karbonat sebanyak 1,5 gram yang dilarutkan

dalam 1 liter akuades dengan cara diaduk hinnga homogen. 39

Setelah semua larutan pewarnaan siap, preparat yang akan diwarnai

diletakkan pada rak khusus dan dicelupkan secara berurutan ke dalam larutan xilol

dalam waktu 2 x 3 menit, selanjutnya dicelupkan di dalam larutan etanol absolut

selama 2 x 3 menit, lalu dicelupkan dalam etanol 90% dan 80% masing-masing

selama 3 menit dan dibilas dengan air keran selama 1 menit. Setelah dibilas preparat

diberi larutan hematoksilin selama 6-7 menit, kemudian dibilas dengan air keran

selama 1 menit. Dilanjutkan dengan diberi larutan pembiru selama 1 menit, dan

dibilas dengan air keran selama 1 menit. Lalu beru larutan eosin selama 1-5 menit,

dan bilas dengan air keran selama 1 menit. Selanjutnya preparat dicelupkan ke

dalam etanol 80%, etanol 90%, dan etanol absolut masing-masing 10 celupan,

dilanjutkan dengan etanol absolut selama 1 menit. Dan terakhir dicelupkan ke

dalam larutan xilol selama 3 x 3 menit. 39

Setelah melalui serangkaian prosedur pewarnaan di atas, preparat diangkat

satu persatu dari larutan xilol dalam keadaan basah, lalu diberi satu tetes cairan

perekat (DPX) dan selanjutnya ditutup dengan kaca penutup. Dan hasil pewarnaan

dapat dilihat di bawah mikroskop.39

3.6.9 Pengambilan Gambar Preparat Histologi Jaringan Kolon

Preparat histologi diamati menggunakan mikroskop konvokal di

Laboratorium Histologi FKIK UIN. Setiap preparat diambil lima gambar lapisan

epitel mukosa kolon yang selanjutnya akan dihitung derajat erosinya.

3.6.10 Perhitungan Gambaran Morfologi Jaringan Kolon

Perhitungan morfologi jaringan kolon dilakukan menggunakan aplikasi

Corel Photo Paint. Gambar morfologi jaringan kolon dibagi menjadi 80 kotak

Page 45: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

32

berukuran sama. Selanjutnya setiap kotak yang terdapat gambaran epitel mukosa

kolon dilihat apakah ada yang mengalami erosi. Jika dalam kotak tersebut

ditemukan gambaran erosi epitel kolon dan gambaran erosinya melebihi setengah

dari kotak tersebut, maka kotak tersebut dihitung sebagai kotak yang mengalami

erosi. Setelah itu kotak yang terhitung mengalami erosi ditotal keseluruhan dan

dibandingkan dengan jumlah seluruh kotak yang mengandung gambaran sel epitel

mukosa kolon. Jika dituliskan dalam rumus seperti di bawah ini:

Presentase erosi jaringan kolon = Jumlah kotak yang mengalami erosi X 100%

Jumlah kotak yang terdapat epitel mukosa kolon

Page 46: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

33

3.7 Alur Penelitian

Mencit tiba di animal

house

Adaptasi selama 1 minggu makan

dan minum

Kelompok P1 Kontrol

Mencit dibagi menjadi 5

kelompok secara random

Zaitun

Nebulisasi

Sonde PBS slma

7 hari

Zaitun Ovalbumin Ovalbumin PBS

Nekropsi

Pembuatan Preparat

dan Pewarnaan HE

Pengamatan

mikroskop

Analisis data

Mencit dipuasakan

Sonde ektrak

daun zaitun (olea

eurapea)

100mg/kgbb/hari

Sonde ektrak

daun zaitun (olea

eurapea)

200mg/kgbb/hari

Sensitisasi

ovalbumin i.p

Sonde ektrak

daun zaitun (olea

eurapea)

100mg/kgbb/hari

Sonde ektrak

daun zaitun (olea

eurapea)

200mg/kgbb/hari

Sensitisasi

ovalbumin i.p

Ekstrak daun

zaitun i.p Ekstrak daun

zaitun i.p

Kelompok P2 Kelompok P3 Kelompok P4

PBS i.p

Page 47: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

34

3.8 Analisis Data

Hasil pengamatan gambaran histologi kolon. Dilakukan pengolahan statistik

dengan program SPSS versi 22.0. Uji statistik yang digunakan adalah Uji OneWay

Annova bila berdistribusi normal dan homogen. Jika salah satu syarat tersebut tidak

terpenuh maka dilakukan uji Kruskal Wallis.40

Page 48: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kerusakan Epitel Mukosa Kolon

Data kerusakan epitel mukosa yang diambil adalah hasil rerata presentase

kerusakan jaringan kolon pada setiap lapang pandang tiap preparat pada masing-

masing perlakuan. Data yang didapatkan adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1 Histopatologi mukosa kolon perbesaran 10x10.

a) Gambaran mukosa kolon pada kelompok perlakuan kontrol. b) Kelompok

perlakuan ekstrak daun zaitun 100mg/kgbb oral dan nebulisasi ovalbumin. c)

Kelompok perlakuan ekstrak daun zaitun 200mg/kgbb oral dan nebulisasi

ovalbumin. d) Kelompok perlakuan ekstrak daun zaitun 100mg/kgbb oral dan

nebulisasi zaitun. e) Kelompok perlakuan ekstrak daun zaitun 200mg/kgbb oral dan

nebulisasi zaitun.

a. b.

c. d.

e.

Page 49: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

36

Gambar 4.2 Histopatologi mukosa kolon perbesaran 40x10x.

a) Gambaran mukosa kolon pada kelompok perlakuan kontrol. b)

Kelompok perlakuan ekstrak daun zaitun 100 mg/kgbb oral dan

nebulisasi ovalbumin. c) Kelompok perlakuan ekstrak daun zaitun 200

mg/kgbb oral dan nebulisasi ovalbumin. d) Kelompok perlakuan

ekstrak daun zaitun 100 mg/kgbb oral dan nebulisasi zaitun. e)

Kelompok perlakuan ekstrak daun zaitun 200 mg/kgbb oral dan

nebulisasi zaitun. Tanda panah: mukosa yang mengalami kerusakan

pada perbesaran 40x10.

a.

b.

c. d.

e.

Page 50: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

37

Pada gambar 4.1 dengan perbesaran 10x10 memperlihatkan gambaran

mikroskopik pada kelompok kontrol ditemukan beberapa titik gambaran erosi

mukosa kolon. Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor. Pertama, pembuatan

preparat dilakukan kurang lebih dua minggu setelah pengambilan jaringan organ

dari mencit balb/c. Hal ini menyebabkan struktur jaringan kolon sudah sedikit

mengalami kerusakan. Kedua, pada proses pembuatan preparat terjadi prosedur

yang kurang sempurna sehingga gambaran yang terlihat tampak sedikit kerusakan.

Ketiga, laboratorium Animal House Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

masih belum terstandarisasi untuk penilitian di bidang imunologis. Oleh karena itu,

selain faktor induksi, sonde, dan sensitisasi, masih ada faktor lain yang dapat

mempengaruhi gambaran jaringan organ mencit balb/c.

Pada gambar 4.1 dengan perbesaran 10x10 memperlihatkan gambaran

mikroskopik pada kelompok P1 dan P2 tampak mengalami kerusakan yang banyak

dari pada kelompok kontrol. Akan tetapi jika dilihat dengan perbesaran 40x10 pada

P2 tampak mengalami kerusakan yang hampir sama dengan kelompok kontrol. Dan

pada kelompok P1 masih terlihat lebih banyak mengalami kerusakan dibanding

kelompok kontrol.

Pada kelompok P3 dan P4 (kelompok yang diberikan ekstrak daun zaitun)

pada perbesaran 10x10 dan 40x10 memperlihatkan kerusakan mukosa kolon yang

lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol serta kelompok P1 dan P2 (yang

diberikan ovalbumin dan ekstrak daun zaitun).

Data rerata kerusakan mukosa kolon pada yang diperoleh dari hasil analisis

gambaran histologi jaringan kolon pada kelompok kontrol (K), kelompok P1

(dengan pemberian ekstrak daun zaitun 100 mg/KgBB oral + inhalasi ovalbumin),

kelompok P2 (dengan pemberian ekstrak daun zaitun 200 mg/KgBB oral + inhalasi

ovalbumin), kelompok P3 (dengan pemberian ekstrak daun zaitun 100 mg/KgBB

oral), dan kelompok P4 (dengan pemberian ekstrak daun zaitun 200 mg/KgBB oral)

dapat dilihat pada grafik berikut:

Page 51: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

38

Grafik 4.1 Grafik Rata-Rata Kerusakan Mukosa Kolon

(K: kontrol/oral dan nebulasi PBS; P1: zaitun 100mg/kgBB oral + inhalasi ovalbumin;

P2: zaitun 200mg/kgBB oral + inhalasi ovalbumin; P3: zaitun 100mg/kgBB oral +

inhalasi ekstrak daun zaitun; P4; zaitun 200mg/kgBB oral + inhalasi ekstrak daun zaitun);

OLE (Olive Leaf Extract)

Dari Grafik 4.1 didapatkan sebagian besar penurunan rerata presentase

kerusakan mukosa kolon dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kecuali pada

kelompok P1 (perlakuan ekstrak daun zaitun 100 mg/kgbb oral + inhalasi Ova). Hal

ini diduga karena pemberian ekstrak daun zaitun memiliki efek antioksidan yang

menghambat kerusakan sel akibat radikal bebas.2 Selain itu, beberapa senyawa aktif

ekstrak daun zaitun memiliki efek merangsang proliferasi sel. Oleh karena itu

sebagian besar kelompok perlakuan mengalami penurunan presentase kerusakan

mukosa dibanding dengan kelompok kontrol.41

Penelitian Omar menjelaskan bahwa oleuropein memperlihatkan dapat

menjadi antioksidan dengan efek antiinflamasi. Oleuropein dapat mencegah

pembentukan reaksi radikal bebas. Senyawa lain pada ekstrak daun zaitun,

hidroksitirosol juga dapat berfungsi sebagai radical scavenger pada senyawa-

senyawa superoksida yang juga dapat menghambat reaksi radikal bebas.12 Hal ini

dapat dilihat pada Grafik 4.1. Terlihat adanya penurunan rerata kerusakan mukosa

kolon antara perlakuan zaitun 100 mg/kgbb oral + inhalasi Ova (P1) dengan

perlakuan zaitun 200 mg/kgbb oral + inhalasi Ova (P2). Dengan dosis ekstrak daun

zaitun yang lebih besar, pada P2 diduga memiliki efek zaitun berupa antioksidan

2.304

3.315

2.168

1.1481.961

00.5

1

1.5

22.5

3

3.54

4.5

5

K :Kontrol P1: 100mg/Kgbb oral +

inhalasi Ova

P2: 200mg/Kgbb oral +

inhalasi Ova

P3: 100mg/Kgbb oral +

inhalasi OLE

P4: 200mg/Kgbb oral +

inhalasi OLE

Pre

sen

tase

Kelompok Perlakuan

Rata-rata Kerusakan Mukosa Kolon

Page 52: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

39

yang lebih besar dari pada P1 sehingga kerusakan mukosa kolon lebih minimal. Hal

ini juga sesuai dengan penelitian Hasan yang menjelaskan bahwa oleuropein dapat

bermanfaat untuk menghambat hiperglikemi dan stres oksidatif pada kelinci

diabetes.42

Penelitian Dnyaneshwar juga menjelaskan bahwa ekstrak zaitun memiliki

aktivitas antiasma dengan menghambat klonidin yang menginduksi degranulasi sel

mast peritoneal pada mencit pada dosis 4 dan 8 mg/kg.43 Seperti pada perlakuan

zaitun 100 mg/kgbb oral + inhalasi Ova (P1) jika dibandingkan dengan perlakuan

zaitun 100 mg/kgbb oral + inhalasi ekstrak daun zaitun (P3) yang terdapat

penurunan rerata presentase kerusakan mukosa kolon. Hal ini diduga efek ekstrak

daun zaitun lebih terlihat pada P3 (karena tanpa pemberian ovalbumin)

dibandingkan dengan P1 yang diberi ovalbumin. Karena pada P1 senyawa aktif

pada ekstrak daun zaitun berperan sebagai zat antiasma akibat nebulisasi

ovalbumin. Sehingga efek antioksidan pada kolon tidak maksimal karena zat aktif

ekstrak daun zaitun telah berfungsi sebagai zat antiasma.

Pada kelompok perlakuan P3, seperti dijelaskan pada penelitian Yunjung

Kim, yang menyatakan bahwa oleuropein pada ekstrak daun zaitun dapat berperan

sebagai antioksidan dengan menurunkan ekspresi gen sitokin pro-inflamasi serta

ekspresi gen akibat pengaruh radikal bebas pada hepatosit. Selain itu oleuropein

juga dapat merangsang proliferasi dan diferensiasi hepatosit. Sehingga memberikan

efek antioksidan yang maksimal dan terlihat kerusakan mukosa kolon yang

minimal.41

Sawsan juga menjelaskan penelitiannya yang menyatakan bahwa pada tikus

yang diberi perlakuan ekstrak daun zaitun 0,9% menunjukkan adanya perbedaan

mikroskopik berupa gambaran nekrosis hepatosit dan perdarahan pada tubulus

ginjal, serta vakuolisasi sitoplasma oleh lemak.16 Sehingga pada perlakuan zaitun

100 mg/kgbb oral + inhalasi ekstrak daun zaitun (P3) dibanding dengan perlakuan

zaitun 200 mg/kgbb oral + inhalasi ekstrak daun zaitun (P4) terdapat peningkatan

rerata presentase kerusakan mukosa kolon. Hal ini karena kstrak daun zaitun pada

dosis 200 mg/kgbb diduga mulai memiliki efek toksik.

Page 53: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

40

Penelitian yang dilakukan Antonella yang menjelaskan bahwa pemberian

ekstrak hidroksitirosol daun zaitun pada dosis 0,32 mM (setara dengan 50 mg/kgbb)

dengan lama pemberian 12 jam, 24 jam, dan 48 jam, dapat menyebabkan

sitotoksisitas pada fibroblas tikus NIH/3T3 dan sel endotel vena umbilikal manusia.

Pada perlakuan zaitun 200 mg/kgbb (tanpa ekstraksi zat aktif tertentu) diduga telah

mengalami toksisitas akibat dosis tinggi ekstrak daun zaitun.44

Selain itu, penelitian Rodrigues et. al yang menyatakan bahwa pada

penelitiannya yang menggunakan dosis zaitun 0% (group 0), 0,25% (group 1), 0,5%

(group 2), dan 0,75% (group 3), ditemukan perubahan arsitektur hepar dan fibrosis

pada group 2 dan group 3 penampakan terparah pada group 3. Pada group 3 juga

tampak gambaran nekrosis hepatosit terbanyak dibanding tiga perlakuan lainnya.25

Sesuai penjelasan pada buku farmakologi Goodman & Gilman yang

menjelaskan bahwa obat yang digunakan secara inhalasi hanya 2% - 10% yang

terdeposit ke paru, sisanya tertelan dan terabsorbsi di saluran gastrointestinal dan

dapat menyebabkan efek sistemik.15 Ovalbumin yang masuk ke dalam saluran

pencernaan dapat menyebabkan kerusakan inflamasi dan secara histologi tampak

gambaran edema mukosa, distorsi kriptus, penebalan dinding kolon, dan

peningkatan infiltrasi sel inflamasi.36 Oleh karena itu, pada Grafik 4.1 didadapatkan

bahwa rerata presentase kerusakan jaringan kolon pada kelompok P1 (perlakuan

ekstrak daun zaitun 100 mg/kgbb oral + inhalasi Ova) meningkat dibanding dengan

K (kontrol/oral dan nebulasi PBS). Hal ini diduga ketika mencit diberikan challenge

dengan ovalbumin secara inhalasi, senyawa ovalbumin juga ada yang masuk ke

saluran pencernaan dan menyebabkan kerusakan inflamasi.36

Page 54: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

41

4.2 Keterbatasan Penelitian

Selama penelitian berlangsung, ada beberapa keterbatasan penelitian antara

lain:

1. Adanya ketidaksempurnaan dalam pembuatan preparat sehingga beberapa

preparat didapatkan gambar yang kurang bagus (pecah-pecah dan terlipat).

2. Fasilitas laboratorium Animal House belum terstandarisasi.

3. Tidak adanya kelompok perlakuan kontrol positif (hanya diinduksi

ovalbumin).

Page 55: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

42

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan uji statistik, peneliti menyimpulkan bahwa

pengobatan asma dengan ekstrak daun zaitun (Olea europaea L) tidak

menimbulkan kerusakan mukosa kolon pada mencit balb/c secara signifikan.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian efek samping pemberian ekstrak daun zaitun

pada kerusakan kolon pada tahap kronik.

2. Perlu dilakukan penambahan sampel penelitian untuk meminimalisir

terjadinya bias.

Page 56: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

43

BAB VI

KERJASAMA PENELITIAN

Penelitian ini bekerjasama dengan penelitian yang dilakukan oleh dr. Nurul

Hiedayati, Ph.D, dr. Riva Auda, Sp.A, M.Kes, dan Nur Laely Mida Ph.D tentang

pemberian ekstrak daun zaitun untuk terapi asma terhadap mencit balb/c yang

diinduksi oleh ovalbumin. Penelitian ini didanai oleh Kementrian Agama.

Page 57: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

44

DAFTAR PUSTAKA

1. Supriyatna, dkk. Prinsip Obat Herbal: Sebuah Pengantar untuk Fitoterapi.

Yogyakarta; Deepublish. 2014

2. Braun Lesley, Cohen Marc. Herbs & Natural Suplement, An Evidence-

based Guide, 2nd edition. London; ELSEVIER. 2007

3. Sherwood L. Fisiologi Manusia, Ed. 7. Jakarta; EGC. 2011

4. Allen Derek C, Lain R Cameron. Histopathology Specimen: Clinical

Pathological, and Laboratory Aspect. London; Springer. 2004

5. Usia Tepy. Apakah Produk Herbal yang Anda Konsumsi Aman, Bermutu,

dan Bermanfaat? InfoPOM vol. XI, No. 4 Juli-Agustus 2010; 1-5

6. Kamsu-Foguem Bernard, Foguem Clovis. Adverse Drug Reactions in Some

African Herbal Medicine: Literature Review and Stakeholders’ Interview.

integr med res 3 (2014) 126–132

7. Shing Chit J W, See Jonathan H L, El-Nezami Hani. Herbal Medicine:

Toxicity and Recent Trends in Assessing Their Potential Toxic Effects.

Advances in Botanical Research, Vol. 62 Burlington: Academic Press,

2012, pp. 365-384

8. Bartolini Giorgio, Petrucelli Raffaella. Classification, Origin, Diffusion and

History of the Olive. FAO. 2002

9. Yudhi Tegar S. Khasiat Minyak Zaitun (Olive Oil) dalam Meningkatkan

Kadar HDL (High Density Lipoprotein) Darah Tikus Wistar Jantan. Skripsi

Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember: .

2012 Tidak diterbitkan

10. Committee on Herbal Medicinal Products (HMPC). Assessment report on

Olea europaea L., folium. European Medicines Agency.

EMA/HMPC/430506/2009

11. Mahjoub R C, Khemis M, Dhidah M, et al. Chloroformic and Methanolic

Extracts of Olea europaea L. Leaves Present Anti-Inflammatory and

Analgesic Activities. International Scholarly Research Network. Volume

2011, Article ID 564972, 5 pages

12. Sabry Omar M M. Review: Beneficial Health Effects of Olive Leaves

Extracts. Journal of Natural Sciences Research. Vol.4, No.19, 2014

Page 58: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

45

13. Haris Syed Omar. Oleuropein in Olive and its Pharmacological Effects. Sci

Pharm. 2010; 78: 133–154

14. Cases Barbara et. al. Immunological cross-reactivity between olive and

grass pollen: implication of major and minor allergens. World Allergy

Organization Journal 2014, 7:11

15. Brunton Laurence L, Lazo John S, Parker Keith L. Goodman & Gilman’s

The Pharmacological Basis of Therapeutics 8th ed. The Mc-Graw Hill

Companies. 2007

16. Omer A Sawsan, et al.Toxicity of Olive Leaves (Olea eruopaea L.) in Wistar

Albino Rats. Asian Journal of Animal and Veterinary Advances 7 (11):

1175-1182, 2012

17. Ahmed Farooq Wani, Rahiman Shaik, Ahmad Bilal Tantry. Evaluation of

Anti Asthmatic Effect of Extra Virgin Olive Oil (Olea europea) Against

Milk Induced Leukocytosis and Eosinophilia. Adv. Biores., Vol 6 (1)

January 2015: 15-18

18. Arantes-Rodrigues R, et al. High doses of olive leaf extract induce liver

changes in mice. Food and Chemical Toxicology 49 (2011) 1989–1997

19. Drake Richard L, Wayne A Vogl, Mitchel Adam W M. Dasar-Dasar

Anatomi ed. 1. Singapoe; Elsevier. 2014

20. Treuting Piper M et. al. Comparative Anatomy and Histology A Mouse and

Human Atlas. Amsterdam. Elsevier., 2012

21. Gartner Leslie P, Hiatt James L. Color Textbook of Histology, 3rd ed.

Philadelphia; Saunders Elsevier. 2009

22. Kumar, et al. Robbin and Cotran Pathologic Basic of Disease 8th Ed.

Philadelphia; Saunders Elsevier. 2010

23. Mescher L Anthony. Junqueira’s Basic Histology Text & Atlas, 12th ed.

USA; McGraw Hill. 2010

24. Conti Claudio J et. al. Atlas of Laboratory Mouse Histology. Texas;

Histopages. 2004

25. Erben Ulrike, et al. A guide to histomorphological evaluation of intestinal

inflammation in mouse models. Int J Clin Exp Pathol 2014;7(8):4557-4576

Page 59: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

46

26. Price Ashley B. Pathology of drug-associated gastrointestinal disease.

Blackwell Publishing Ltd Br J Clin Pharmacol 56 477–482. 2003

27. Setiati Siti, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Ed. VI. Jakarta;

Interna Publishing. 2014

28. Silbernagl Stefan, Lang Florian. Color Atlas of Patophysiology. Stuttgart;

Thieme. 2000

29. Burmester Gerd-Rudiger, Pezzutto Antonio. Color Atlas of Immunology.

Stuttgart; Thieme. 2003

30. Cláudia Ana Carraro Alleoni. Review Albumen Protein and Functional

Properties of Gelation and Foaming. Sci. Agric. (Piracicaba, Braz.), v.63,

n.3, p.291-298. 2006

31. Zhang-Hoover Jie, Finn Patricia, Stein-Streilein Joan. Modulation of

Ovalbumin-Induced Airway Inflammation and Hyperreactivity by

Tolerogenic APC.. J Immunol 2005; 175:7117-7124

32. Barnes Peter J. Review Th2 cytokines and asthma: an introduction. National

Heart & Lung Institute, Imperial College, Dovehouse Street, London SW3

6LY, UK. Respir Res 2001, 2:64-65

33. Kumar Rakesh K, Herbert Cristan, Foster Paul S. The "Classical"

Ovalbumin Challenge Model of Asthma in Mice. ResearchGate. Current

Drug Targets, 2008, 9, 485-494

34. Ling-Jing Li, et al. Induction of Colitis in Mice with Food Allergen-Specific

Immune Response. Scientific Report. 6: 32765. DOI: 10.1038/srep32765.

2016

35. Traver E, et. al. Mucosal Mast Cells Mediate Motor Response Induced by

Crhonic Oral Exposure to Ovalbumin in the Rat Gastrointestinal Tract.

Neurogastroenterol Motil (2010) 22, e34-e43

36. Singh Ajay S, Masuku Micah B. Sampling Techniques & Determination Of

Sample Size In Applied Statistics Research: An Overview. International

Journal of Economics, Commerce and Management. Vol. II, Issue 11, Nov

2014

37. Noviany F. Uji Efek Ekstrak Biji Jarak Pagar (Jatropha curca L) Terhadap

Aktivitas Kapsase 3 dan Kerusakan Tubulus Seminiferus pada Tikus Jantan.

Page 60: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

47

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2015

38. Reddy Aravind T, Lakshmi Sowmya P, Reddy Raju C. Murine Model of

Allergen Induced Asthma. Journal of Visualized Experiments. May 2012 |

63 | e3771 | Page 1 of 7

39. Muntiha Mohamad. Teknik Pembuatan Preparat Histopatologi Dari

Jaringan Hewan Dengan Pewarnaan Hematoksilin Dan Eosin (H&E). Temu

Teknis Fungsional Non Peneliti 2001, Hal 156-163

40. Program Studi Teknik Industri UII. Materi/ Bahan Praktikum Modul II

Anova. Fakultas Teknologi Industrri Universitas Islam Indonesia; 2013.

Tidak diterbitkan

41. Kim Y, Choi Y, dan Park T. Hepatoprotective Effect of Oleuropein in Mice:

Mechanisms Uncovered by Gene Expression Profilling. Biotechnology

Journal. 2010, 5, 950-960

42. Fayadh Hasan A, Saeed Mohamed-Saiel A. Hypoglycemic and antioxidant

effect of oleuropein in alloxan-diabetic rabbits. Life Sciences. Elsevier. Vol.

78 (12) 1371-1377. 2006

43. Taur J Dnyaneshwar, Patil Y Ravindra. Some medicinal plants with

antiasthmatic potential: a current status. Asian Pacific Journal of Tropical

Biomedicine 2011; 1(5): 413-418

44. Leonardis de Antonella, et al. Isolation of a Hydroxytrosol-Rich Extract

from Olive Leaves (Olea europaea L) and Evaluation of Its Antioxidant

Properties and Bioactivity. Eur Food Res Technol (2008) 226: 653-659

Page 61: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

48

LAMPIRAN

Lampiran 1

Hasil Determinasi Tanaman Zaitun (Olea europaea L)

Page 62: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

49

Lampiran 2

Dokumentasi Penelitian

Gambar 6.1 Aklimatisasi Hewan Coba

Gambar 6.2 Pemberian Ekstrak Daun Zaitun Oral

Page 63: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

50

Gambar 6.8 Eter Gambar 6.7 Formalin

Gambar 6.3 Nebulisasi Hewan Coba

Gambar 6.6 Pelabelan Jaringan Hewan Coba

Gambar 6.4 Pembiusan Hewan Coba Gambar 6.5 Pengambilan Jaringan Hewan Coba

Page 64: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

51

Gambar 6.7 Formalin

Lampiran 3

Analisis Data

Tabel 6.1 Uji Normalitas

Tabel 6.2 Uji Homogenitas

Tabel 6.3 Uji Oneway Anova

Page 65: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

52

Lampiran 4. Perhitungan Sampel

10 ≤ E ≤ 20 E ≥ 10 dan E ≤ 20

E = N – B – T E = N – B - T

10 = (N – 1) – 0 – (5 – 1) 20 = (N – 1) – 0 (5 – 1)

10 = N – 5 20 = N - 5

N = 15 N = 25

Maka, 15 ≤ N ≤ 25

Maka jumlah sampel yang diperlukan setiap kelompok perlakuan adalah N/5 = 3 –

5 ekor mencit.

Page 66: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

53

Lampiran 5

Perhitungan Dosis Pemberian Ekstrak Daun Zaitun

Berat mencit berkisar 30-45 mg, diambil nilai tengahnya yakni 40 mg.

Dosis 100 mg/kgBB (x)

𝟏𝟎𝟎 𝒎𝒈

𝟏 𝒌𝒈 =

𝟏𝟎𝟎 𝒎𝒈

𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒈 =

𝟏𝟎 𝒎𝒈

𝟏𝟎𝟎 𝒈

𝟏𝟎 𝒎𝒈

𝟏𝟎𝟎 𝒈 =

𝒙 𝒎𝒈

𝟒𝟎 𝒈

𝒙 =𝟒𝟎𝟎

𝟏𝟎𝟎

𝒙 = 𝟒 𝒎𝒈

Dosis 200 mg/kgBB (y)

𝟐𝟎𝟎 𝒎𝒈

𝟏 𝒌𝒈 =

𝟐𝟎𝟎 𝒎𝒈

𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒈 =

𝟐𝟎 𝒎𝒈

𝟏𝟎𝟎 𝒈

𝟐𝟎 𝒎𝒈

𝟏𝟎𝟎 𝒈 =

𝒙 𝒎𝒈

𝟒𝟎 𝒈

𝒙 =𝟖𝟎𝟎

𝟏𝟎𝟎

𝒙 = 𝟖 𝒎𝒈

Page 67: EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN ZAITUN (Olea …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34231/1/ABDIR...izin yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada

54

Lampiran 6

Riwayat Penulis

Nama : Abdir Rohman Al-Hamdany

NIM : 1113103000084

Tempat Tanggal Lahir: Pasuruan, 02 Oktober 1997

Alamat : Jl. Tarumanegara No. 48C kav. 12, Ciputat Timur, Ciputat,

Tangerang Selatan

Riwayat Pendidikan:

TK : RA Masyitoh 1 Pandaan Pasuruan Jawa Timur

SD : SD Ma’arif Inovatif Jogosari Pandaan

SMP : MTs. Unggulan Amanatul Ummah Program Akselerasi,

Pacet Mojokerto

SMA : MA. Unggulan Amanatul Ummah Program Akselerasi,

Pacet Mojokerto

Perguruan Tinggi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta