Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN TANCAP DAN
BAGAN APUNG DI UNIT PENGELOLA PELABUHAN PERIKANAN PANTAI
(UPPPP) MUNCAR, KABUPATEN BANYUWANGI, JAWA TIMUR
SKRIPSI
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh:
RIFKI ARIHAFIKI
NIM. 11508200111004
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN TANCAP DAN
BAGAN APUNG DI UNIT PENGELOLA PELABUHAN PERIKANAN PANTAI
(UPPPP) MUNCAR, KABUPATEN BANYUWANGI, JAWA TIMUR
SKRIPSI
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana
di Fakultas Peikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh:
RIFKI ARIHAFIKI
NIM. 11508200111004
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
SKRIPSI
EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN TANCAP DAN
BAGAN APUNG DI UNIT PENGELOLA PELABUHAN PERIKANAN PANTAI
(UPPPP) MUNCAR, KABUPATEN BANYUWANGI, JAWA TIMUR
Oleh:
RIFKI ARIHAFIKI
NIM. 115080213111012
telah dipertahankan didepan penguji
pada tanggal 19 Juni 2015
dan dinyatakan memenuhi syarat
Mengetahui,Ketua Jurusan
(Dr. Ir. Daduk Setyohadi, MP)NIP. 19630608 198703 1 003Tanggal:
Dosen Penguji I,
(Ir. Agus Tumulyadi, MP)NIP. 19640830 198903 1 002Tanggal:
MenyetujuiDosen Pembimbing I,
(Ir. Martinus, MP)NIP. 19520110 198103 1 004Tanggal:
Dosen Penguji II,
(Dr. Eng. Abu Bakar S., S.Pi, MTNIP. 19780717 200501 1 002Tanggal:
Dosen Pembimbing II,
(Ledhyane Ika Harlyan, S.Pi, M.Sc)NIP. 19820620 200501 2 001Tanggal:
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak
terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali
yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut. Sesuai hokum yang berlaku di Indonesia.
Malang, 27 Juni 2015
Mahasiswa
Rifki Arihafiki
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Atas terselesaikannya laporan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tua dan keluarga yang selalu mendo’akan dan mendukung penulis.
2. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya beserta seluruh
civitas akademika yang telah berperan penting dalam penyusunan laporan ini.
3. Dr. Ir. Daduk Setyohadi, MP sebagai Ketua Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Brawijaya.
4. Sunardi, ST, MT sebagai Kepala Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan.
5. Ir. Martinus, MP sebagai dosen pembimbing 1 dan Ledhyane Ika Harlyan, S.Pi,
M.Sc sebagai dosen pembimbing 2 yang telah memberikan saran dan
bimbingan dalam penyelesaian tugas akhir.
6. Seluruh staff UPPPP Muncar yang telah membantu kelancaran penelitian di
lapang.
7. Bapak Rosuli dan Bapak Romli selaku nelayan bagan yang telah mengijinkan
saya untuk mengikuti beliau melaut untuk mengambil data.
Malang, 27 Juni 2015
Penulis
vi
RINGKASAN
RIFKI ARIHAFIKI. Skripsi tentang efektivitas dan efisiensi pengoperasian bagantancap dan bagan apung di Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai (UPPPP)Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur (dibawah bimbingan Ir. Martinus, MPdan Ledhyane Ika Harlyan, S.Pi, M.Sc.).
Muncar merupakan salah satu daerah di Jawa Timur yang memiliki predikatsebagai pelabuhan perikanan terbesar di Indonesia. Komoditas hasil tangkapannyaadalah lemuru (Sardinella lemuru) dan mayoritas alat tangkapnya adalah purseseine. Saat ini stok ikan menurun drastis yang berimbas terhadap pengoperasianpurse seine, sehingga banyak armada purse seine yang tidak beroperasi. Namundisamping itu terdapat alat tangkap yang mampu beroperasi secara rutin. Meskipunhasil tangkapan bagan tidak sebanyak hasil tangkapan purse seine, namunsetidaknya bagan mampu memberikan penghasilan terhadap nelayan secara rutin.Bagan yang beroperasi di UPPPP Muncar terdapat dua jenis yaitu bagan tancap danbagan apung.
Tujuan penelitian ini adalah mengestimasi efektivitas bagan tancap danbagan apung dari segi hasil tangkapan. Selain itu juga mengestimasi efisiensi bagantancap dan bagan apung dilihat dari segi waktu yang dibutuhkan saatpengoperasian, jarak fishing ground, jumlah setting, modal tetap, modal tidak tetap,peyusutan nilai ekonomis, dan pendapatan nelayan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Independent Sampel t Testuntuk mengestimasi efektivitas dan efisiensi selama 15 trip. Selain itu untukmengestimasi efisiensi juga menggunakan analisis cashflow (keuntungan, BenefitCost Ratio (B/C), Payback Period (PP)) dan kriteria investasi yaitu Net PresentValue (NPV).
Hasil Independent t Test hasil tangkapan selama 15 trip menunjukkan nilaisignifikan 0,152, nilai tersebut > 0,05 maka tidak ada perbedaan atau kedua baganmempunyai efektivitas yang sama. Sedangkan Hasil Independent t Test pendapatanselama 15 trip menunjukkan nilai signifikan 0,000, nilai tersebut < 0,05 makaterdapat perbedaan atau bagan tancap lebih efisien dripada bagan apung.
Efisiensi juga diestimasi menggunakan analisis cashflow dan kriteriainvestasi. Namun untuk membandingkan efisiensi sebuah usaha yang dapatdibandingkan hanya nilai NPV-nya saja. Berdasarkan hasil perhitungan diperolehnilai NPV bagan tancap > NPV bagan apung. NPV bagan tancap dan bagan apungmasing-masing adalah Rp. 662.468.058,00 dan Rp. 10.493.076,00. Jadikesimpulannya adalah bagan tancap lebih efisien daripada bagan apung. Hal inidikarenakan biaya investasi dan biaya operasional bagan apung lebih tinggidaripada bagan tancap sedangkan penerimaan keduanya hampir sama.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena
berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan laporan Skripsi yang berjudul
“Efektivitas dan Efisiensi Pengoperasian Bagan Tancap dan Bagan Apung di Unit
Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai (UPPPP) Muncar, Kabupaten Banyuwangi,
Jawa Timur”. Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar
Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya.
Laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya laporan ini. Semoga
laporan ini memberikan informasi yang bermanfaat untuk pengembangan wawasan
dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Malang, 19 Juni 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ......................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..................................................... iv
HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH.............................................................. v
RINGKASAN .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xiii
1. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 3
1.3 Tujuan ............................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................ 4
2. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 5
2.1 Pengertian Bagan Secara Umum .................................................... 5
2.1.1 Bagan Tancap ....................................................................... 6
2.1.2 Bagan Apung ......................................................................... 7
2.2 Efektivitas Penangkapan.................................................................. 8
2.3 Efisiensi Penangkapan..................................................................... 9
2.4 Cashflow dan Kriteria Investasi ........................................................ 9
3. METODE PENELITIAN............................................................................. 12
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................... 12
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................ 12
3.3 Data................................................................................................. 12
3.3.1 Data Primer ............................................................................ 12
3.3.2 Data Sekunder ....................................................................... 14
ix
3.4 Analisis Data.................................................................................... 14
3.4.1 Efektivitas .............................................................................. 14
3.4.1.1 Uji Homogenitas........................................................ 15
3.4.1.2 Analisis Perbandingan Hasil Tangkapan................... 15
3.4.2 Efisiensi ................................................................................. 16
3.4.2.1 Analisis Finansial (Cashflow) .................................... 17
4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 21
4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian .................................................... 21
4.1.1 Kabupaten Banyuwangi ......................................................... 21
4.1.2 Kecamatan Muncar ................................................................ 21
4.2 Tren Jumlah Unit Bagan di UPPPP Muncar ..................................... 22
4.3 Tren Produksi Bagan di UPPPP Muncar .......................................... 23
4.4 Konstruksi Bagan............................................................................. 25
4.4.1 Konstruksi Bagan Tancap ...................................................... 25
4.4.2 Konstruksi Bagan Apung........................................................ 26
4.5 Armada Penangkapan Bagan .......................................................... 28
4.6 Metode Pengoperasian .................................................................... 29
4.6.1 Metode Pengoperasian Bagan Tancap .................................. 29
4.6.2 Metode Pengoperasian Bagan Apung.................................... 30
4.7 Fishing Ground ................................................................................ 32
4.7.1 Fishing Ground Bagan Tancap............................................... 32
4.7.2 Fishing Ground Bagan Apung ................................................ 32
4.8 Hasil Tangkapan ............................................................................. 33
4.8.1 Hasil Tangkapan Bagan Tancap ............................................ 33
4.8.2 Hasil Tangkapan Bagan Apung.............................................. 34
4.9 Hasil Tangkapan Selama Penelitian................................................. 34
4.10 Analisis Uji t Tidak Berpasangan (Independent Sample t Test) ....... 36
4.11 Sistem Bagi Hasil ............................................................................. 39
4.12 Analisis Finansial : Kelayakan Usaha Perikanan.............................. 40
4.12.1 Investasi............................................................................... 41
4.12.2 Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap...................................... 42
4.12.3 Analisis Rugi-Laba (Cashflow) dan Kriteria Investasi............ 43
5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 46
x
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 46
5.2 Saran .............................................................................................. 46
6. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 47
7. LAMPIRAN ............................................................................................. 49
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data yang Digunakan Untuk Mengestimasi Efektivitas ........................ 13
Tabel 2. Data yang Digunakan Untuk Mengestimasi Efisiensi............................ 13
Tabel 3. Format Perlakuan yang Digunakan Untuk Memperoleh Data Hasil
Tangkapan .......................................................................................... 16
Tabel 4. Format Perlakuan yang Digunakan Untuk Memperoleh Data
Pendapatan ......................................................................................... 17
Tabel 5. Konstruksi Bagan Tancap yang Beroperasi di Perairan Muncar........... 26
Tabel 6. Konstruksi Bagan Apung yang Beroperasi di Perairan Muncar ............ 27
Tabel 7. Hasil Tangkapan Bagan Tancap dan Bagan Apung............................. 35
Tabel 8. Hasil Pendapatan Bagan Tancap dan Bagan Apung............................ 35
Tabel 9. Uji Homogenitas Hasil Tangkapan ....................................................... 36
Tabel 10. Uji Homogenitas Pendapatan............................................................... 37
Tabel 11. Uji Independent t Test Hasil Tangkapan............................................... 38
Tabel 12. Uji Independent t Test Pendapatan ...................................................... 38
Tabel 13. Harga Ikan Hasil Tangkapan Pada Saat Penelitian.............................. 39
Tabel 14. Sistem bagi Hasil Nelayan Bagan Tancap dan bagan Apung............... 39
Tabel 15. Investasi Bagan Tancap....................................................................... 41
Tabel 16. Investasi Bagan Apung ........................................................................ 41
Tabel 17. Biaya Bagan Tancap dan Bagan Apung Per Trip ................................. 42
Tabel 18. Biaya Bagan Tancap dan Bagan Apung Per Tahun ............................. 43
Tabel 19. Analisis Cashflow Unit Penangkapan Bagan Tancap dan Bagan
Apung .................................................................................................. 43
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tren Jumlah Bagan Tancap yang Dioperasikan di UPPPP Muncar.. 22
Gambar 2. Tren Jumlah Bagan Apung yang Dioperasikan di UPPPP Muncar ... 23
Gambar 3. Tren Produksi Bagan Tancap di UPPPP Muncar ............................. 24
Gambar 4. Tren Produksi Bagan Apung di UPPPP Muncar............................... 25
Gambar 5. Bagan Tancap yang Beroperasi di Perairan Muncar ........................ 25
Gambar 6. Bagan Apung yang Beroperasi di Perairan Muncar.......................... 27
Gambar 7. Kapal Nelayan Bagan Tancap.......................................................... 28
Gambar 8. Kapal Nelayan Bagan Apung ........................................................... 28
Gambar 9. Lampu Bagan Tancap...................................................................... 30
Gambar 10. Proses Hauling Bagan Tancap ........................................................ 30
Gambar 11. Lampu Bagan Apung ....................................................................... 31
Gambar 12. Proses Hauling Bagan Apung ......................................................... 31
Gambar 13. Denah Lokasi Fishing Ground Sampling Bagan Tancap .................. 32
Gambar 14. Denah Lokasi Fishing Ground Sampling Bagan Apung.................... 33
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis Finansial Bagan Tancap ..................................................... 46
Lampiran 2. Analisis Finansial Bagan Apung....................................................... 51
Lampiran 3. Sebaran Lokasi Bagan Tancap di Perairan Muncar ......................... 59
Lampiran 4. Sebaran Lokasi Bagan Apung di Perairan Muncar ........................... 60
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Muncar merupakan daerah di Jawa Timur yang berada di paling ujung
timur sehingga berhadapan langsung dengan Pulau Bali. Pada saat ini Unit
Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai (UPPPP) Muncar menjadi pelabuhan
perikanan terbesar di Indonesia dengan jumlah nelayan 13.200 orang dengan
jumlah armada 5 ribu unit. Namun kondisi perikanan di Muncar kini telah
mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Berdasarkan laporan tahunan
UPPPP Muncar pada tahun 2003 total produksi ikan sebanyak 23.777.539 kg,
sedangkan pada tahun 2013 total produksinya menurun menjadi 8.010.771 kg,
sehingga dapat dikatakan selama 10 tahun terakhir terjadi penurunan total
produksi sebesar 67%. Salah satu faktor penyebab penurunan produksi tersebut
adalah terlalu banyaknya armada yang beroperasi dan mayoritas adalah alat
tangkap aktif dengan skala besar. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian
Setyohadi, et al., (2009) bahwa perairan Muncar mempunyai stok yang
melimpah. Namun jika dilakukan penangkapan secara besar-besaran tanpa
memperhatikan ukuran ikan maka semakin lama stok ikan akan semakin habis.
Penurunan stok pada tahun 1992, 1997, dan 2002 sudah mampu
mengindikasikan bahwa perairan Muncar sudah mengalami over fishing.
Kondisi tersebut membuat intensitas pengoperasian alat tangkap di
Muncar saat ini menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, khususnya
purse seine. Dalam penelitian Nurrahman (2014) dijelaskan bahwa dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir terjadi penurunan jumlah armada purse seine yang
beroperasi di UPPPP Muncar. Hingga saat ini armada purse seine yang
beroperasi hanya 176 unit. Namun bukan berarti semua alat tangkap mengalami
penurunan intensitas operasi penangkapan yang drastis, contohnya alat tangkap
2
bagan. Bagan mampu melakukan operasi penangkapan secara rutin karena
nelayan menilai bagan tidak terlalu membutuhkan biaya operasional yang tinggi
dibandingkan purse seine sebagai alat tangkap dominan di Muncar, khususnya
pada penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM). Meskipun hasil tangkapan bagan
lebih kecil jika dibandingkan dengan alat tangkap besar lainnya, namun
setidaknya bagan lebih mampu beroperasi secara rutin, sehingga bagan mampu
memberi pendapatan nelayan secara rutin pula.
Selain itu kini pemerintah melalui Permen Kelautan dan Perikanan No. 2
tahun 2015 telah melarang pengoperasian pukat hela (trawls) dan pukat tarik
(seine net) sehingga perlu adanya alternatif bagi nelayan untuk berpindah ke alat
tangkap lain termasuk bagan. Terdapat 2 jenis bagan yang beroperasi di UPPPP
Muncar, yakni bagan tancap dan bagan apung.
Menurut Subani dan Barus (1989), bagan tancap merupakan bagan yang
dipasang secara menetap di perairan atau tidak dapat dipindah-pindahkan. Satu
kali penanaman bagan berlaku untuk satu kali musim penangkapan. Hal ini yang
membuat bagan hemat biaya operasional karena nelayan hanya membutuhkan
BBM untuk generator dan transportasi menuju bagan. Namun bagan tancap juga
mempunyai dampak negatif. BBPPI (2006) menyatakan bahwa keberadaan
bagan tancap dapat mengganggu jalur pelayaran. Sedangkan bagan apung
merupakan alat tangkap yang mempunyai konstruksi dan metode penangkapan
yang hampir sama dengan bagan tancap. Perbedaannya adalah bagan apung
dapat berpindah-pindah menyesuaikan posisi ikan karena menggunakan perahu.
Selain itu fishing ground bagan apung lebih jauh dan kedalaman jaringnya yang
lebih dalam membuat hasil tangkapannya pun lebih bervariasi. Namun hal
tersebut membuat biaya operasional bagan apung lebih tinggi daripada bagan
tancap.
3
Kelebihan dan kekurangan antara bagan tancap dan bagan apung
berpengaruh terhadap nilai efektivitas dan efisiensinya. Melihat kondisi tersebut
maka bisa dikatakan bagan tancap dan bagan apung mempunyai nilai efektivitas
dan efisiensi yang berbeda. Oleh karena itu pada penelitian ini bagan tancap dan
bagan apung akan dikaji mengenai efektivitas dan efisiensinya dari segi hasil
tangkapan, waktu pengoperasian, jarak fishing ground, modal, dan pendapatan
nelayan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan manakah yang lebih efektif dan
efisien. Mengingat penelitian mengenai bagan tancap dan bagan apung di
Muncar juga jarang dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
Keberadaan alat tangkap aktif yang selama ini menunjang produktifitas
ikan di UPPPP Muncar kini jumlahnya sudah berkurang. Hal ini karena biaya
operasional yang semakin tinggi sedangkan hasil tangkapan menurun sehingga
pemilik kapal banyak yang memilih untuk tidak mengoperasikan armadanya
karena takut rugi. Sedangkan di sisi lain terdapat alat tangkap bagan yang
mampu beroperasi secara rutin karena biaya operasionalnya yang lebih rendah,
khusunya pada konsumsi BBM. Terdapat 2 jenis bagan yang beroperasi di
Muncar, yakni bagan tancap dan bagan apung. Namun bagan tancap dan bagan
apung tentunya mempunyai nilai efektivitas dan efisiensi yang berbeda.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengestimasi efektivitas bagan tancap dan bagan apung dilihat dari
segi hasil tangkapan.
2. Untuk mengestimasi efisiensi bagan tancap dan bagan apung dilihat dari segi
waktu yang dibutuhkan saat pengoperasian, jarak fishing ground, jumlah
4
setting, modal tetap, modal tidak tetap, penyusutan nilai ekonomis, dan
pendapatan nelayan.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan akan mendapatkan manfaat diantaranya:
1. Akademisi : mampu mengembangkan desain bagan tancap dan bagan
apung di UPPPP Muncar, Kabupaten Banyuwangi,
Jawa Timur.
2. Masyarakat : masyarakat khususnya nelayan dapat mengetahui efektivitas
dan efisiensi pengoperasian bagan tancap dan bagan apung
sehingga bisa dijadikan sebagai alat tangkap alternatif.
3. Pemerintah : mampu mengoptimalkan dan memberi dukungan terhadap
pengoperasian bagan sebagai alat tangkap tangkap alternatif
dibandingkan alat tangkap besar lain yang lebih destruktif.
5
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bagan Secara Umun
Bagan merupakan salah satu alat tangkap pasif yang dioperasikan di
Indonesia. Bagan termasuk alat tangkap yang sudah lama dioperasikan di
perairan Indonesia. Subani dan Barus (1989) menyatakan bahwa bagan pertama
kali diperkenalkan oleh nelayan Bugis-Makassar sekitar tahun 1950-an.
Selanjutnya dalam waktu relatif singkat alat tangkap tersebut sudah dikenal di
seluruh Indonesia. Bagan dikelompokkan dalam jaring angkat (liftnet), namun
karena menggunakan cahaya lampu mengumpulkan untuk ikan maka disebut
juga light fishing. Bagan dalam perkembangannya telah banyak mengalami
perubahan baik bentuk maupun ukuran yang dimodifikasi sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan daerah penangkapannya.
Metode pengoperasian bagan dapat dikatakan cukup sederhana bila
dibandingkan alat tangkap lain, contohnya purse seine. Fridman (1986)
menyatakan bahwa bagan (liftnet) dioperasikan dengan cara ditarik ke
permukaan air pada posisi horisontal, selanjutnya ditenggelamkan kembali untuk
penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya yang berada di atas
waring. Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses
penyaringan air, ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan
tersaring pada waring. Sejauh ini terdapat 2 metode pengoperasian bagan, yakni
bagan yang dioperasikan dengan cara menetap (bagan tancap) dan bagan yang
dioperasikan dengan cara berpindah-pindah (bagan apung dengan perahu atau
rakit).
Konstruksi bagan terdisi dari bambu-bambu yang disusun berbentuk segi
empat. Konstruksi bambu saling menyilang untuk memperkuat berdirinya bagan.
Konstruksi harus sangat kuat agar bagan tidak roboh jika terkena arus laut.
6
Menurut Sudirman dan Achmar (2004), alat ini terdiri dari bangunan bagan yang
terbuat dari bambu, dan jaring berbentuk segi empat yang terbuat dari waring
dengan mesh size 0,4 cm. Bambu-bambu disilangkan pada keempat sisinya
untuk memperkuat berdirinya bagan. Di atas bangunan bagan di bagian tengah
terdapat bangunan rumah yang berfungsi sebagai tempat istirahat, pelindung
lampu dari hujan dan tempat untuk melihat ikan. Di atas bangunan ini terdapat
roller yang terbuat dari bambu yang berfungsi untuk menarik jaring. Umumnya
alat tangkap ini berukuran 9x9 m sedangkan tinggi dari dasar perairan rata-rata 8
m. Jaring berada di bagian bawah dari bangunan bagan yang diikatkan pada
bingkai bambu yang berbentuk segi empat. Bingkai bambu tersebut dihubungkan
dengan tali pada ke empat sisinya yang berfungsi untuk menarik jaring. Pada ke
empat sisi jaring ini diberi pemberat yang berfungsi untuk memberikan posisi
jaring yang baik selama dalam air. Ukuran jaring biasanya satu meter lebih kecil
dari ukuran bangunan bagan.
2.1.1 Bagan Tancap
Bagan tancap adalah alat tangkap yang dibangun di tengah laut dan
tersusun dari beberapa bambu. Bagan tancap ditancapkan di dasar perairan
sehingga membuat bagan tancap tidak dapat dipindahkan seperti bagan apung.
Subani dan Barus (1989) menyatakan bagan tancap di tancapkan (ditanam)
sehingga kedudukannya tidak dapat dipindah-pindahkan. Sekali dipasang maka
berlaku untuk satu kali musim penangkapan. Alat bantu yang digunakan pada
bagan tancap adalah lampu sehingga bagan tancap juga disebut sebagai light
fishing. Lampu yang digunakan adalah petromaks berkekuatan antara 200-300
lilin. Penggunaan lampu disesuaikan dengan konisi perairan. Pada saat bualn
gelap maka lampu dinyalakan sejak matahari terbenam. Lampu diletakkan
dengan ketinggian 1 meter diatas permukaan air. Jika ikan sudah terkumpul
7
maka jaring diangkat. Pengangkatan jaring dilakukan berulang kali sampai hasil
tangkapan yang diharapkan tercapai.
Sebagai alat tangkap pasif, bagan dianggap oleh nelayan sebagai alat
tangkap yang lebih ramah lingkungan dibandingkan alat tangkap besar lain yang
cenderung destruktif. Namun ternyata bagan juga mempunyai dampak negatif
karena mesh size jaring pada bagan berukuran sangat kecil. Hal tersebut
membuat bagan menangkap ikan yang masih berukuran kecil dan belum matang
gonad. BBPPI (2006) menyatakan bahwa para ahli sesungguhnya
mengkhawatirkan dampak negatif yang ditimbulkan bagan tancap terhadap
sumber daya alam. Dampak negatif yang juga menjadi masalah bagan tancap
adalah gangguan terhadap pelayaran, bagan tancap diduga dapat dimanfaatkan
untuk lalu lintas perdagagan ilegal, penyempitan daerah operasi alat-alat tangkap
ikan pelagis, tonggak yang ditinggalkan bagan dapat mengganggu operasi
penangkapan ikan demersal yang menyapu dasar, dan diduga merusak sumber
daya ikan karena menangkap ikan-ikan kecil.
2.1.2 Bagan Apung
Bagan apung merupakan pengembangan dari bagan tancap dengan
modifikasi lift net dan lampu. Perbedaan bagan apung dengan bagan tancap
adalah bagan apung mampu berpindah tempat menyesuaikan posisi ikan. Hal
tersebut juga dinyatakan oleh BBPPI (2006) bahwa bagan apung mampu
dipindah-pindahkan sehingga dapat memilih fishing ground yang sesuai dengan
keadaan dan musim. Bagan apung yang saat ini dioperasikan adalah bagan
apung satu perahu dan bagan apung dua perahu.
Konstruksi bagan apung berbeda dengan bagan tancap. Bagan apung
mempunyai konstruksi yang lebih sederhana. Subani dan Barus (1989)
menyatakan bentuk bagan perahu lebih sederhana dan lebih ringan sehingga
8
mampu berpindah-pindah tempat. Pengoperasian bagan apung adalah di
perairan-perairan yang dangkal. Pada waktu penangkapan, bagan perahu ini
dilabuh dengan jangkar. Hal inilah yang menjadikan bagan apung lebih fleksibel
dan mampu menjadi alternatif bagi alat tangkap lain, contohnya bagan tancap.
BBPPI (2006) menyatakan bagan apung mampu mengatasi problema bagan
tancap. Tekologi bagan apung dapat dikembangkan dimana bagan tancap tidak
bisa dibuat.
2.2 Efektivitas Penangkapan
Efektivitas adalah pemanfaatan sumberdaya, sarana dan prasarana
dalam jumlah tertentu yang ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah
barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan
keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkannya. Jika
hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya
(Siagian, 2001).
Jika dikaitkan dengan penangkapan maka efektivitas penangkapan dapat
diartikan hasil tangkapan yang sudah mencapai jumlah yang dikehendaki dengan
perencanaan yang matang, baik dalam teknis, waktu, biaya, dan mutunya. Hasil
tangkapan berkaitan erat dengan produktivitas penangkapan. Dari pernyataan
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi produktivitas
penangkapan maka semakin tinggi pula nilai efektifitasnya. Sesuai dengan yang
dinyatakan oleh Iriana (2012) bahwa produktivitas alat tangkap menunjukkan
efektif tidaknya suatu jenis alat tangkap dalam menghasilkan jenis ikan
tangkapan.
9
2.3 Efisiensi Penangkapan
Pada dasarnya pengertian efisiensi adalah ukuran tingkat penggunaan
sumber daya dalam suatu proses. Efisiensi seringkali dikaitkan dengan kinerja
suatu organisasi karena efisiensi mencerminkan perbandingan antara keluaran
(output) dengan masukan (input). Menurut Bishop dan Toussaint (1979), efisiensi
teknis diartikan sebagai perbandingan dari nilai-nilai hasil (output) terhadap nilai-
nilai input. Konsep efisiensi dalam ilmu ekonomi produksi pada dasarnya
mencakup tiga pengertian, yaitu efisiensi teknis, efisiensi harga, dan efisiensi
ekonomi
Definisi efisiensi dalam bidang penangkapan dapat diartikan sebagai
proses penangkapan dengan menggunakan sumberdaya seminimal mungkin
baik dalam segi waktu, alat, maupun modal, namun dapat menghasilkan
tangkapan yang maksimal. Untuk menentukan tingkat efisiensi alat tangkap
dibutuhkan analisis efeisiensi, salah satunya adalah efisiensi teknis. Puspita
(2008) menjelaskan bahwa untuk menghasilkan output berupa hasil tangkapan
yang optimal pada perhitungan efisiensi teknis maka dibutuhkan beberapa input.
Input-input tersebut meliputi jumlah trip, ukuran kapal, kekuatan mesin, jumlah
BBM, dan jumlah ABK. Perhitungan tersebut dilakukan untuk mengetahui unit
penangkapan yang input produksinya paling efisien.
2.4 Cashflow dan Kriteria Investasi
Basri (1992) menyatakan bahwa kriteria investasi dapat digolongkan
menjadi 2 yaitu:
1. Kriteria investasi yang mendasarkan pada konsep keuntungan atau income
adalah Average Rate of Return (ARR)
2. Kriteria investasi yang mendasarkan pada konsep cashflow yang dapat dirinci
sebagai berikut:
10
a. Konsep cashflow yang tidak memperhatikan nilai waktu dan uang atau
faktor diskonto yaitu payback period.
b. Konsep cashflow yang memperhatikan nilai waktu dan uang atau faktor
diskonto antara lain:
1. Nilai sekarang bersih/netto atau
2. Net Present Value (NPV)
3. Profitabilitas Indeks (PI)
4. Internal Rate of Return (IRR)
Dengan demikian maka untuk menilai layak tidaknya suatu usaha yang akan
dipakai untuk mangambil keputusan ada beberapa kriteria yang digunakan.
Kriteria penilaian yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Average rate of Return (ARR)
Average rate of return disebut juga accounting rate of return atau
accounting return to investment adalah metode penilaian investasi yang
berusaha menunjukkan ratio atau perbandingan antara keuntungan neto
tahunan terhadap nilai investasi yang diperlukan untuk memperoleh laba
atau keuntungan tersebut baik diperhitungkan dengan awal investasi (initial
investment) atau rata-rata investasi (average investment). Investasi yang
diterima adalah investasi yang menghasilkan ARR lebih besar dari ARR
minimum atau di atas cost of found (biaya modal).
2. Net Present Value (NPV)
Dalam metode ini menggunakan faktor diskonto. Semua
pengeluaran dan penerimaan (dimana saat pengeluaran serta
penerimaannya adalah waktu yang tidak bersamaan) harus
diperbandingkan dengan nilai yang sebanding dalam arti waktu. Dalam hal
ini berarti harus mediskontokan nilai-nilai pengeluaran dan penerimaan
tersebut ke dalam nilai yang sebanding (sama). Pengeluaran adalah
11
dilakukan pada saat mula-mula (sekarang), sedangkan penerimaan baru
akan diperoleh di masa-masa yang akan datang, padahal nilai uang
sekarang adalah tidak sama (lebih tinggi) dari nilai uang kemudian hari.
3. Payback Period (PP)
Payback Period menunjukkan periode waktu yang diperoleh untuk
menutup kembali uang yang telah diinvestasikan dengan hasil yang akan
diperoleh (net cashflow) dari investasi tersebut. Payback period ini
dimaksudkan untuk mengukur kecepatan dari suatu investasi dapat ditutup
kembali dengan net cashflow dari hasil investasi tersebut.
Untuk pengambilan keputusan, diperbandingkan antara payback
period maksimum yang ditetapkan dengan payback period investasi yang
akan dilaksanakan. Apabila payback period investasi yang akan
dilaksanakan lebih singkat atau pendek waktunya dibanding payback
period maksimum yang disyaratkan maka investasi itu dilaksanakan
demikian juga sebaliknya.
4. Profitabilitas Indeks (PI)
PI adalah perbandingan antara present value dari net cashflow
dengan present value dari intial outlays (investasi awal).
5. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah tingkat diskonto (discount rate) yng menjadikan sama
antara present value dari penerimaan cash dan present value dari nilai
investasi discount rate atau tingkat diskonto yang menunjukkan net present
value atau sama besarnya dengan nol.
12
3. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 di UPPPP Muncar,
Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Adapun pengolahan data dilaksanakan
pada bulan April dan Mei 2015.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran, alat tulis,
kamera, dan seperangkat komputer untuk mengolah data yang diperoleh,
sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil dari
wawancara, dan observasi.
3.3 Data
3.3.1 Data Primer
Adapun data primer yang dibutuhkan adalah ukuran konstruksi luas
bangunan atas bagan tancap dan bagan apung, ukuran jaring bagan tancap dan
bagan apung, metode pengoperasian, waktu yang dibutuhkan untuk
pengoperasian, jarak fisihing ground, jumlah hasil tangkapan, modal, dan
pendapatan nelayan. Adapun data yang digunakan untuk mengestimasi
efektivitas dapat dilihat pada Tabel 1 dan data yang digunakan untuk
mengestimasi efisiensi data dilihat pada Tabel 2.
13
Tabel 1. Data yang Digunakan untuk Mengestimasi Efektivitas
No Item Bagan Tancap Bagan Apung Metode
1 Ukuran Jaring observasi
2 GT Kapal observasi
3 Luas Bangunan Atas Bagan observasi
4 Jarak Fishing Ground observasi
5 Waktu Pengoperasian observasi
6 Jumlah setting observasi
7 Jumlah Hasil Tangkapan observasi
8 Jumlah lampu observasi
Tabel 2. Data yang Digunakan untuk Mengestimasi Efisiensi
No Item Bagan Tancap Bagan Apung Metode
A. Investasi Awal
1 Bagan wawancara
2 Kapal wawancara
3 Mesin wawancara
4 Generator wawancara
5 Pengadaan jaring wawancara
B. Biaya Tetap
1 Perawatan bagan wawancara
2 Perawatan kapal wawancara
3 Perawatan mesin wawancara
4 Perawatan generator wawancara
5 Perawatan jaring wawancara
6 Perawatan lampu wawancara
7 Pengadaan lampu wawancara
8 Penyusutan harga bagan wawancara
9 Penyusutan harga kapal wawancara
10 Penyusutan harga mesin wawancara
11 Penyusutan harga jaring wawancara
12 Penyusutan harga generator wawancara
C. Biaya Tidak Tetap
1 Solar wawancara
2 Oli wawancara
3 Konsumsi wawancara
D. Pendapatan wawancara
14
3.3.2 Data Sekunder
Adapun data sekunder yang digunakan adalah data jumlah bagan tancap
dan bagan apung yang beroperasi, data produksi, dan data kondisi geografis
lokasi penelitian.
3.4 Analisis Data
3.4.1 Efektivitas
Untuk menghitung efektifitas bagan tancap dan bagan apung digunakan
metode analisa Uji-t populasi bebas (independent t test) karena membandingkan
hasil tangkapan dari dua populasi. Kurniawan (2008) menyatakan bahwa uji-t 2
sampel independen (bebas) adalah metode yang digunakan untuk menguji
kesamaan rata-rata dari 2 populasi yang bersifat independen, dimana peneliti
tidak memiliki informasi mengenai ragam populasi. Independen maksudnya
adalah bahwa populasi yang satu tidak dipengaruhi atau tidak berhubungan
dengan populasi yang lain. Uji t populai bebas (independent t test) dibagi menjadi
dua yaitu:
a. Populasi bebas ragam sama
S2 disebut kuadrat tengah yang dijabarkan dalam rumus berikut:
Selang kepercayaan:
Fungsi selang kepercayaan diatas nilai t adalah nilai t dari tabel dengan α/2
dengan derajat bebas sebesar (n1+n2-2).
15
b. Populasi bebas ragam berbeda
Selang kepercayaan:
Dengan t adalah nilai dari t tabel dengan α/2 tertentu, derajat bebas sebesar
(n1+n2-2).
3.4.1.1 Uji Homogenitas
Penggunaan uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui varian dari
beberapa populasi sama atau tidak. Selain itu uji homogenitas digunakan
sebagai prasyarat dalam analisis independen sampel t test, uji one sampel t test,
dan analisis of varians (ANOVA). Asumsi yang mendasari dalam ANOVA adalah
bahwa ragam dari beberapa populasi adalah sama. Untuk menentukan ragam
dari populasi sama atau tidak maka digunakanlah dasar keputusan sebagai
berikut:
1. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, maka dikatakan bahwa
ragam dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah tidak sama.
2. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, maka dikatakan bahwa
ragam dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah sama.
3.4.1.2 Analisis Perbandingan Hasil Tangkapan
Data hasil tangkapan diambil per trip sebanyak 15 trip dari masing-
masing bagan. Adapun format perlakuan yang digunakan untuk memperoleh
data hasil tangkapan dapat dilihat pada Tabel 3.
16
Tabel 3. Format perlakuan yang digunakan untuk memperoleh data hasil
tangkapan.
NoTripke-
Hasil Tangkapan (Kg)
Bagan Tancap Bagan Apung
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
Menentukan Hipotesis:
H0 = Tidak ada perbedaan hasil tangkapan antara kedua bagan
H1 = Ada perbedaan hasil tangkapan antara kedua bagan
Menentukan Keputusan:
Jika, t hitung < t tabel berarti tidak terdapat pengaruh perbedaan hasil tangkapan
antara bagan tancap dan bagan apung, sedangkan jika t hitung > t table berarti
terdapat perbedaan hasil tangkapan antara bagan tancap dan bagan apung.
3.4.2 Efisiensi
Analisis efisiensi yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
finansial (cashflow) dan analisis kriteria investasi. Analisis efisiensi tentunya
mencakup pendapatan hasil tangkapan. Pendapatan diperoleh dari hasil
17
tangkapan sebanyak 15 trip, Format perlakuan untuk memproleh data hasil
penjualan tangkapan (pendapatan) dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Format perlakuan yang digunakan untuk memperoleh data hasil
penjualan tangkapan (pendapatan)
NoTripke-
Pendapatan (Rp)
Bagan Tancap Bagan Apung
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
Pendapatan per trip terdiri dari total harga masing-masing jenis ikan hasil
tangkapan, sehingga dapat diperoleh total kesuluruhan pendapatan per trip.
3.4.2.1 Analisis Finansial (Cashflow)
Ketika melakukan analisis efisiensi berarti juga melakukan analisis
terhadap kelayakan usaha. Kelayakan usaha mencakup cashflow dengan
memperhitungkan outcome dan income perusahaan yang bertujuan untuk
mengelola kekayaan. Analisis cashflow yang digunakan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
18
1. Analisis Pendapatan Usaha
1) Keuntungan
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pendapatan yang
diperoleh dalam suatu usaha. Apabila nilai bernilai negatif maka usaha
dinyatakan mengalami kerugian. Menurut Soekartiwi (2003), analisis
pendapatan usaha dapat dihitung dengan rumus berikut:
Keterangan:
= keuntungan atau laba
TR = total penerimaan
TC = total biaya
Cara pengambilan keputusan:
jika TR > TC, maka usaha menguntungkan
jika TR < TC, maka usaha mengalami kerugian
2) Benefit Cost Ratio (B/C)
Soekartiwi (2003) menyatakan bahwa Benefit Cost Ratio adalah suatu
metode analisa usaha yang membandingkan antara keuntungan (benefit) dan
total biaya (cost) yang sudah dikeluarkan. B/C dapat dihitung dengan rumus
berikut:
=
Kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut:
B/C > 1, maka usaha layak
B/C = 1, maka usaha impas
B/C = 1, maka usaha tidak layak
19
3) Payback Period (PP)
Payback Period merupakan perhitungan untuk mengetahui waktu yang
dibutuhkan untuk memperoleh pendapatan sesuai biaya investasi yang
dikeluarkan. Menurut Soekartiwi (2003), Payback Period dapat dihitung
dengan rumus berikut:
2. Analisis Kriteria Investasi
Menurut Kadariah, et al. (1999), kriteria investasi digunakan untuk
mengukur secara menyeluruh layak atau tidaknya suatu usaha. Kriteria
investasi menggunakan present value yang telah di discount dari arus-arus
benefit dan biaya selama umur proyek. Kriteria penilaian investasi yang
digunakan pada penelitian ini adalah Net Present Value (NPV). Pratama
(2012) menyatakan bahwa Net Present Value (NPV) adalah selisih antara
present value dari investasi dan nilai nilai sekarang dari penerimaan-
penerimaan kas bersih (arus kas operasional maupun arus kas terminal)
dengan masa yang akan datang. Perlu menentukan tingkat bunga yang
relevan untuk menghitung nilai sekarang. NPV dapat dihitung dengan rumus
berikut:
NPV =
Keterangan:
B = pendapatan (benefit)
C = pembiayaan (cost)
i = discount rate
t = tahun operasi
kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut:
20
NPV > 0, maka usaha tersebut layak
NPV = 0, maka usaha tersebut impas
NPV < 0, maka usaha tersebut tidak layak atau rugi
21
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian
4.1.1 Kabupaten Banyuwangi
Kabupaten Banyuwangi adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa
Timur. Kabupaten ini terletak di ujung paling timur Pulau Jawa. Berbatasan
dengan Situbondo di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan, serta
Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di Barat. Letak geografis
Kabupaten Banyuwangi adalah 7°54’28,3” - 8°46’43,9” LS dan 113°50’18” -
114°38’18,9” BT. Luas wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah 5.782,50 km2
yang terbagi menjadi 24 Kecamatan (Kabupaten Banyuwangi, 2014).
4.1.2 Kecamatan Muncar
UPPPP Muncar (2014) menyatakan bahwa Unit Pengelola Pelabuhan
Perikanan Pantai (UPPPP) Muncar berada di Desa Kedungrejo, Kecamatan
Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Kecamatan Muncar
terletak di Selat Bali pada posisi 8⁰22’18,4” – 08⁰29’25,5” LS dan 114⁰17’09,2” –
114⁰21’55,4” BT yang mempunyai teluk bernama Teluk Pangpang, mempunyai
panjang pantai 13 km dengan pendaratan ikan sepanjang 5,5 km. Jarak
UPPPP Muncar dengan ibukota kecamatan 2 km, dengan ibukota kabupaten 37
km, dan dengan ibukota propinsi 332 km. Kecamatan Muncar mempunyai
penduduk 130.280 jiwa dan masyarakatnya terutama dari segi struktur budaya
nelayan terdiri dari Suku Jawa, Madura, Osing, dan Bugis. Adapun kondisi
eksisting UPPPP Muncar adalah sebagai berikut:
1. Luas tanah PPP Muncar saat ini 177.500 m2.
2. Luas total kolam labuh 25,8 Ha dapat menampung kapal perikanan ± 900-
1000 unit berbagai ukuran.
22
3. Panjang total breakwater sisi barat sepanjang 570 m dan sisi timur 1.422,17 m
untuk melindungi kapal perikanan dari hempasan gelombang.
4. Lahan komersial seluas ±16.400 m2 dengan rincian sebelah selatan ±8.000m2
dan sebelah utara ±8.400 m2.
4.2 Tren Jumlah Unit Bagan di UPPPP Muncar
Berdasarkan data sepuluh tahun terakhir terjadi penurunan jumlah bagan
tancap yang dioperasikan di UPPPP Muncar. Tercatat pada tahun 2005 dan
2006 terdapat 100 unit bagan tancap yang dioperasikan, namun setelah itu
jumlah bagan tancap yang dioperasikan terus mengalami penurunan hingga
tahun 2014. Tren jumlah bagan tancap yang dioperasikan di UPPPP Muncar
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tren Jumlah Bagan Tancap yang Dioperasikan di UPPPP Muncar
Berbeda dengan bagan tancap, jumlah unit bagan apung yang
dioperasikan di UPPPP Muncar terus mengalami peningkatan. Tercatat pada
tahun 2005 bagan apung yang dioperasikan hanya 10 unit, namun kemudian
23
jumlah tersebut mengalami kenaikan dari tahun ke tahun hingga pada tahun
2014 terdapat 80 unit. Tren jumlah unit bagan apung yang dioperasikan di
UPPPP Muncar dapat diligat pada Gambar 2.
Gambar 2. Tren Jumlah Bagan Apung yang Dioperasikan di UPPPP Muncar
4.3 Tren Produksi Bagan di UPPPP Muncar
Berdasarkan data sepuluh tahun terakhir jumlah produksi bagan tancap di
UPPPP Muncar mengalami penurunan. Meskipun terjadi peningkatan drastis
pada tahun 2009, namun setelah itu jumlah produksinya terus menurun. Jumlah
produksi tersebut meliputi seluruh jenis ikan yang didaratkan. Tren jumlah
produksi bagan tancap di UPPPP Muncar dapat dilihat pada Gambar 3.
24
Gambar 3. Tren Jumlah Produksi Bagan Tancap di UPPPP Muncar
Jumlah produksi bagan apung di UPPPP Muncar justru mengalami
kenaikan. Data produksi menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tahun ke
tahun dan puncaknya pada tahun 2014. Jumlah produksi tersebut sudah meliputi
seluruh jenis ikan. Tren jumlah produksi bagan apung di UPPPP Muncar dapat
dilihat pada Gambar 4.
25
Gambar 4. Tren Jumlah Produksi Bagan Apung di UPPPP Muncar
4.4 Konstruksi Bagan
4.4.1 Konstruksi Bagan Tancap
Bagan tancap mempunyai konstruksi yang tidak jauh beda dengan bagan
apung. Hal yang membedakan yaitu bagan tancap posisinya menancap pada
dasar perairan. Jumlah bambu yang digunakan lebih sedikit daripda bagan
apung yaitu ±120 batang. Pada bagian tengah bagan tancap juga terdapat
rumah kecil seperti pada bagan apung yang mempunyai fungsi yang sama yaitu
untuk tempat tidur dan berlindung jika ada cuaca buruk. Pada bagian bawah
rumah tersebut juga terdapat lubang berukuran 0,5 m x 0,5 m yang berfungsi
sebagai tempat lampu dan tempat nelayan melihat ikan yang berada di bawah
bagan. Pada bagan tancap terdapat katrol (kerekan) yang digunakan untuk
memindah hasil tangkapan dari bagan ke kapal karena posisinya cukup tinggi.
Gambar bagan tancap dapat dilihat pada Gambar 5 dan konstruksi bagan tancap
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tahun
Has
ilTa
ngk
apan
(Kg)
26
Gambar 5. Bagan Tancap yang Beroperasi di Perairan Muncar
Tabel 5. Konstruksi Bagan Tancap yang Beroperasi di Perairan Muncar
No Unit Ukuran Jumlah
1 Bangunan atas bagan 10 m x 10 m x 5 m 1
2 Rumah bagan 2,1 m x 1,6 m x 1,4 m 1
3 Bambu - 120
4 Jaring 10 m x 10 m 1
5 Pemberat jaring Batu 5 kg 4
7 Panjang tali jaring depan 24 m 2
8 Panjang tali jaring belakang 18 m 2
9 Daya lampu
65 watt 1
45 watt 1
24 watt 3
10 Roller/line hauler 9 m 1
4.4.2 Konstruksi Bagan Apung
Bagan apung yang beroperasi di perairan Muncar mempunyai ukuran
yang sedikit lebih besar daripada bagan tancap. Jumlah bambu yang digunakan
juga lebih banyak yaitu ± 150 batang. Pada bagian tengah bagan terdapat rumah
kecil yang digunakan nelayan untuk tempat tidur dan berlindung ketika hujan.
Pada bagian bawah rumah bagan tersebut terdapat lubang berukuran 0,5 m x
0,5 m yang berfungsi sebagai tempat lampu dan tempat nelayan melihat ikan
27
yang ada di bawah bagan. Pada bagian bawah bagan terdapat tabung yang
membuat bagan ini mampu mengapung. Bagan apung menggunakan jangkar
agar posisinya tidak berubah ketika terkena arus. Jangkar diletakkan di depan
bagan. Tali jangkar dikaitkan dengan roller yang biasa disebut manggar. Gambar
bagan apung dapat dilihat pada Gambar 6 dan konstruksi bagan apung dapat
dilihat pada Tabel 6.
Gambar 6. Bagan Tancap yang Beroperasi di Perairan Muncar
Tabel 6. Konstruksi Bagan Apung yang Beroperasi di Perairan Muncar
No Unit Ukuran Jumlah
1 Bangunan atas bagan 11 m x 11 m x 5 m 1
2 Rumah bagan 1,75 m x 2,4 m x 1,6 m 1
3 Bambu - 150
4 Jaring 10 m x 10 m 1
5 Pemberat jaring Batu 5 kg 4
6 Jangkar 40 kg 1
7 Tali jangkar 300 m 1
8 Tabung/Pelampung d = 58 cm, t = 90 cm 20
9 Panjang tali jaring depan 26 m 2
10 Panjang tali jaring belakang 18 m 2
11 Daya lampu
65 watt 1
45 watt 1
24 watt 2
250 watt 1
500 watt 1
12 Roller/line hauler 10 m 1
28
4.5 Armada Penangkapan Bagan
Armada penangkapan yang digunakan oleh nelayan bagan tancap dan
nelayan bagan apung sangat berbeda. Perbedaan tersebut dikarenakan oleh
jarak fishing ground yang berbeda dan bobot muatan yang diangkut kapal. Kapal
yang digunakan oleh nelayan bagan tancap berukuran hanya 1 GT. Kapal
digunakan untuk menempuh jarak fishing ground yang hanya sejauh 3,83 mil,
sedangkan kapal yang digunakan oleh nelayan bagan apung berukuran 7 GT.
Hal ini dikarenakan fishing ground yang ditempuh lebih jauh yaitu 13,11 mil
sehingga kapal nelayan bagan apung berukuran lebih besar. Kapal nelayan
bagan tancap dapat dilihat pada Gambar 7, sedangkan kapal nelayan bagan
apung dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 7. Kapal Nelayan Bagan Tancap
Gambar 8. Kapal Nelayan Bagan Apung
29
4.6 Metode Pengoperasian
4.6.1 Metode Pengoperasian Bagan Tancap
Metode pengoperasian bagan tancap satu bagan tancap dioperasikan
oleh satu nelayan. Lima buah lampu dinyalakan semua sebelum melakukan
setting. Setting alat tangkap dilakukan dengan cara mengulur tali jaring
menggunakan line hauler (puteran) yang berada di bagian belakang bagan.
Jaring diturunkan sampai ke dasar perairan, sedangkan jaring bagan apung tidak
sampai ke dasar perairan. Setelah jaring sudah berada di bawah, maka nelayan
mengawasi ikan dari lubang yang ada dalam rumah bagan sambil mengatur
posisi lampu. Jika ikan sudah mulai berkumpul maka lampu dimatikan satu
persatu secara bertahap sampai tersisa satu lampu saja, hal ini dilakukan agar
penyebaran cahaya semakin kecil sehingga ikan tidak menyebar. Jika ikan sudah
berkumpul di bawah bagan maka nelayan segera mengangkat jaring (hauling).
Waktu immersing rata-rata adalah 2 jam.
Untuk mengambil ikan yang ada pada jaring, nelayan menggiring ikan
sampai berada pada satu sudut. Penggiringan ikan dilakukan dengan cara
mengangkat bagian per bagian jaring dan diselipkan di celah-celah bambu
sampai ikan berkumpul di satu sudut. Kemudian ikan diserok dan dimasukkan
keranjang. Begitu seterusnya sampai beberapa kali setting. Setting dilakukan
maksimal 6 kali. Bagan tancap tidak dapat berpindah-pindah fishing ground
seperti bagan apung karena konstruksinya menancap di dasar perairan. Gambar
lampu bagan tancap dapat dilihat pada Gambar 9 dan gambar proses hauling
bagan tancap dapat dilihat pada Gambar 10.
30
Gambar 9. Lampu Bagan Tancap
Gambar 10. Proses Hauling Bagan Tancap
4.6.2 Metode Pengoperasian Bagan Apung
Pengoperasian bagan apung dapat dikatakan sangat sederhana. Lampu
dinyalakan semua sebelum melakukan setting. Lampu yang dinyalakan
berjumlah 5 buah. Setting alat tangkap dilakukan dengan cara mengulur tali
jaring menggunakan line hauler (puteran) yang berada di bagian belakang
bagan. Jaring diturunkan hingga kedalaman 10 meter. Setelah jaring sudah
berada di bawah, maka nelayan mengawasi ikan dari dalam rumah bagan. Jika
ikan sudah mulai berkumpul maka lampu dimatikan satu persatu secara bertahap
sampai tersisa 1 lampu saja, hal ini dilakukan agar penyebaran cahaya semakin
kecil sehingga ikan tidak menyebar. Jika ikan sudah berkumpul di bawah bagan
maka nelayan mengangkat jaring (hauling). Waktu immersing rata-rata 2 jam.
31
Untuk mengambil ikan yang ada pada jaring, nelayan menggiring ikan
sampai berada pada satu sudut. Penggiringan dilakukan dengan cara
mengangkat bagian per bagian jaring dan diselipkan di celah-celah bambu
sampai ikan berkumpul di satu sudut. Setelah itu ikan diserok dan dimasukkan
keranjang. Begitu seterusnya sampai beberapa kali setting. Setting dilakukan
sebanyak 4 kali sampai 5 kali tergantung stok ikan. Bagan apung dapat
berpindah-pindah fishing ground menyesuaikan posisi ikan. Cara memindah
bagan apung yaitu ditarik menggunakan kapal. Satu bagan apung dioperasikan
oleh satu nelayan. Lampu bagan apung dapat dilihat pada Gambar 11 dan
proses hauling bagan apung dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 11. Lampu Bagan Apung
Gambar 12. Proses Hauling Bagan Apung
32
4.7 Fishing Ground
4.7.1 Fishing Ground Bagan Tancap
Lokasi fishing ground bagan tancap yang menjadi sampling dalam
penelitian ini cukup dekat dari fishing base. Titik koordinat fishing base yaitu
8°26’31,5” LS - 114°20”41,4” BT, sedangkan titik koordinat fishing ground yaitu
8°28’53,3” LS - 114°23’03,1” BT. Waktu yang dibutuhkan untuk menuju fishing
ground hanya 1 jam karena jarak antara fishing base dan fishing ground hanya
3,87 mil. Fishing ground bagan apung terletak di teluk Pangpang. Kedalaman air
± 10 m dan dasar perairan berupa lumpur. Lokasi fishing ground sampling bagan
tancap digambarkan pada Gambar 13.
Gambar 13. Denah Lokasi Fishing Ground Sampling Bagan Tancap
4.7.2 Fishing Ground Bagan Apung
Lokasi fishing ground bagan apung yang menjadi sampling dalam
penelitian ini cukup jauh dari fishing base. Titik koordinat fishing base yaitu
8°26’31,5” LS - 114°20”41,4” BT, sedangkan titik koordinat fishing ground yaitu
8°36’23,9” LS - 14°26’23,2” BT. Waktu yang dibutuhkan untuk menuju fishing
ground adalah 4 jam karena jarak antara fishing ground dan fishing base sejauh
Lokasi Bagan Tancap
33
13,11 mil. Fishing ground bagan apung terletak di teluk Senggrong. Kedalaman
air ± 10 m dan dasar perairan berupa lumpur. Lokasi fishing ground sampling
bagan tancap digambarkan pada Gambar 14.
Gambar 14. Denah Lokasi Fishing Ground Sampling Bagan Apung
4.8 Hasil Tangkapan
4.8.1 Hasil Tangkapan Bagan Tancap
Hasil tangkapan bagan tancap di perairan Muncar antara lain ikan biji
nangka (Upeneus moiluccensi), kuwe (Caranx sp), peperek (Leiognathus sp),
dan didominasi oleh cumi-cumi (Loligo sp). Hasil tangkapan lainnya adalah
tangkapan buangan yaitu buntal dan ubur-ubur. Subani dan Barus (1989)
menyatakan bahwa hasil tangkapan utama dari bagan tancap adalah adalah ikan
pelagis kecil dan ikan-ikan yang mempunyai sifat fototaksis positif yaitu ikan teri
(Stolephorus sp), dan avertebrata yaitu cumi-cumi (Loligo sp). Namun tidak
jarang bagan tancap juga sering menangkap hasil sampingan seperti layur
(Trichiurus savala), tambang (Sardinella fibriata), peperek (Leiognathus sp),
kembung (Rastrelliger spp), layang (Decapterus spp), dan lain-lain.
Lokasi Bagan Apung
34
4.8.2 Hasil Tangkapan Bagan Apung
Hasil tangkapan bagan apung di perairan Muncar tidak jauh berbeda
dengan bagan tancap. Adapun hasil tangkapan bagan apung adalah cumi-cumi
(Loligo sp), lemuru (Sardinella lemuru), layur (Trichiurus savala), tongkol (Auxis
thazard), dan layang (Decapterus spp). Hasil tangkapan bagan apung tidak
didominasi oleh cumi-cumi. Inilah yang membedakannya dengan bagan tancap.
Menurut Subani dan Barus (1989), hasil tangkapan bagan apung pada
umumnya adalah jenis-jenis pelagis kecil seperti ikan teri (Stolephorus sp), cumi-
cumi (Loligo sp), tembang (Sardinella fibriata), peperek (Leiognathus sp), sotong
(Sepia sp), dan kembung (Rastrelliger spp). Hasil tangkapan sampingan bagan
apung antara lain layur (Trichiurus savala) dan tongkol (Auxis thazard).
4.9 Hasil Tangkapan Selama Penelitian
Pencatatan hasil tangkapan masing-masing bagan dilakukan sebanyak
15 trip dalam waktu yang bersamaan. Ikan hasil tangkapan bagan apung dan
bagan tancap pada saat penelitian sangat berbeda. Rata-rata jumlah hasil
tangkapan bagan tancap lebih kecil daripada bagan apung, namun pendapatan
bagan tancap lebih tinggi daripada bagan apung. Hal ini dikarenakan hasil
tangkapan bagan tancap didominasi oleh cumi-cumi (Loligo sp), sedangkan hasil
tangkapan bagan apung didominasi ikan pelagis yaitu lemuru (Sardinella lemuru)
dan layur (Trichiurus savala). Hasil tangkapan bagan tancap dan apung dapat
dilihat pada Tabel 7, sedangkan data pendapatan bagan tancap dan bagan
apung dapat dilihat pada Tabel 8.
35
Tabel 7. Hasil Tangkapan Bagan Tancap dan Bagan Apung
NoTripKe-
Hasil Tangkapan (Kg)
Bagan Tancap Bagan Apung
1 1 12 6
2 2 17,5 2
3 3 14 6
4 4 17 35
5 5 16,5 46
6 6 20 178
7 7 32 45
8 8 54 44
9 9 58 37
10 10 64 40
11 11 32 115
12 12 26 65
13 13 28 6
14 14 23 15
15 15 38 54
rata-rata 27,53 46,26
Tabel 8. Pendapatan Bagan Tancap dan Bagan Apung
NoTripKe-
Hasil Tangkapan (Rp)
Bagan Tancap Bagan Apung
1 1 266.400 47.450
2 2 420.400 -64.550
3 3 322.400 47.450
4 4 406.400 136.700
5 5 392.400 172.450
6 6 464.400 459.700
7 7 735.400 154.450
8 8 479.400 28.450
9 9 591.400 167.950
10 10 519.400 14.450
11 11 586.400 634.450
12 12 658.400 466.450
13 13 649.400 47.450
14 14 470.400 170.700
15 15 634.400 280.950
rata-rata 506.467 184.300
36
4.10 Analisis Uji t Tidak Berpasangan (Independent Sample t Test)
Untuk mengetahui efektifitas antara bagan tancap dan bagan apung
maka perlu adanya uji t (Independent t Test) untuk membandingkan hasil
tangkapan keduanya. Namun sebelum melakukan uji t, data harus diuji
homogenitasnya menggunakan software SPSS untuk mengetahui ragamnya
sama atau tidak. Uji Homogenitas menggunakan hipotesis sebagai berikut:
H0 : hasil tangkapan kedua bagan (bagan tancap dan bagan apung)
mempunyai ragam yang sama atau homogen.
H1 : hasil tangkapan kedua bagan (bagan tancap dan bagan apung)
mempunyai ragam yang berbeda atau tidak homogen.
Adapun dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
- Jika nilai signifikansi > 0,05, maka H0 diterima atau ragam dari dua
kelompok populasi data adalah sama
- Jika nilai signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak atau ragam dari dua kelompok
populasi data adalah tidak sama.
Uji homogenitas dilakukan terhadap data pada Tabel 7 dan Tabel 8. Hasil uji
homogenitas hasil tangkapan dapat dilihat pada Tabel 9, sedangkan hasil uji
homogenitas pendapatan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 9. Uji Homogenitas Hasil Tangkapan
Test of Homogeneity of Variances
hasil
Levene Statistic df1 df2 Sig.
4,026 1 28 ,055
37
Tabel 10. Uji Homogenitas Pendapatan
Test of Homogeneity of Variances
Hasil
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,988 1 28 ,329
Berdasarkan hasil uji homogenitas terhadap hasil tangkapan (kg) dan
pendapatan (Rp) dapat diketahui bahwa nilai signifikan uji homogenitas hasil
tangkapan adalah 0,055 > 0,05, maka H0 diterima atau homogen, sedangkan
nilai signifikansi uji homogenitas pendapatan adalah 0,329 > 0,05, maka H0 juga
diterima atau homogen. Uji t tidak berpasangan (Independent Sampel t Test)
dilakukan setelah memperoleh hasil uji homogenitas. Independent t test
menggunakan hipotesis berikut:
H0 : rata-rata hasil tangkapan atau pendapatan bagan tancap dan bagan apung
adalah sama.
H1 : rata-rata hasil tangkapan atau pendapatan bagan tancap dan bagan apung
adalah tidak sama.
Adapun dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima.
Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H1 diterima.
Adapun uji independent t test hasil tangkapan dapat dilihat pada Tabel 11,
sedangkan uji independent t test pendapatan dapat dilihat pada Tabel 12.
38
Tabel 11. Uji Independent t Test Hasil Tangkapan
Tabel 12. Uji Independent t Test Pendapatan
Berdasarkan hasil uji independent t test diatas dapat diperoleh bahwa
nilai probabilitas hasil tangkapan adalah 0,152 > 0,05, sehingga dapat dikatakan
rata-rata hasil tangkapan bagan tancap dan bagan apung adalah sama (terima
H0). Ini menunjukkan bahwa bagan tancap bagan apung mempunyai efektivitas
yang sama. Sedangkan nilai probabilitas pendapatan adalah 0,000 < 0,05, maka
dapat dikatakan rata-rata pendapatan bagan tancap dan bagan apung adalah
tidak sama (tolak H0). Hasil tersebut menunjukkan bahwa bagan tancap lebih
efisien daripada bagan apung, dikarenakan adanya perbedaan harga hasil
tangkapan tangkapan kedua bagan tersebut. Meskipun pada saat penelitian
kedua bagan mempunyai rata-rata hasil tangkapan yang sama tapi harga hasil
tangkapan bagan tancap mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi daripada bagan
apung.
39
Adapun hasil tangkapan bagan tancap adalah ikan biji nangka (Upeneus
moiluccensi), kuwe (Caranx sp), dan didominasi oleh cumi-cumi (Loligo sp).
Adapun hasil tangkapan bagan apung mayoritas adalah ikan pelagis yaitu layur
(Trichiurus savala) dan lemuru (Sardinella lemuru), sedangkan cumi-cumi (Loligo
sp) hanya sedikit. Berdasarkan perhitungan efisiensi (nilai ekonomis) maka dapat
disimpulkan bahwa bagan tancap lebih efisien daripada bagan apung. Daftar
harga ikan hasil tangkapan pada saat penelitian dapat dilihat pada tabel 13.
Tabel 13. Harga Ikan Hasil Tangkapan Pada Saat Penelitian
No Jenis Ikan Harga per kg
1 Cumi-Cumi (Loligo sp) Rp 28.000,00
2 Kuwe (Caranx sp) Rp 15.000,00
3 Biji Nangka (Upeneus moiluccensi) Rp 4.000,00
4 Layur (Trichiurus savala) Rp 3.250,00
5 Lemuru (Sardinella lemuru) Rp 3.500,00
4.11. Sistem Bagi Hasil Nelayan
Sistem bagi hasil nelayan bagan tancap dan apung sama-sama dibagi
menjadi tiga. Keterangan mengenai sistem bagi hasil nelayan bagan tancap dan
bagan apung dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Sistem Bagi Hasil Nelayan Bagan Tancap dan bagan Apung
Bagi Hasil Pemilik Kapal Pemilik Bagan Nelayan
Bagan Tancap 10% 50% 40%
Bagan Apung 20% 45% 35%
Pembagian hasil tersebut adalah dari pendapatan bersih (keuntungan) nelayan.
Jadi total hasil dari penjualan hasil tangkapan dikurangi biaya operasional. Sisa
pendapatan itulah yang kemudian dibagi. Contohnya adalah sebagai berikut:
40
1. Jika keuntungan nelayan bagan tancap Rp. 1.000.000,00, maka pemilik kapal
mendapatkan Rp. 100.000,00, pemilik bagan mendapatkan Rp. 500.000,00,
dan nelayan mendapatkan Rp. 400.000,00.
2. Jika keuntungan nelayan bagan apung Rp. 1.000.000,00, maka pemilik kapal
mendapatkan Rp. 200.000,00, pemilik bagan mendapatkan Rp. 45.000,00,
dan nelayan mendapatkan Rp. 350.000,00.
3. Jika nelayan began tancap dan bagan apung memiliki kapal dan bagan
sendiri, maka keuntungan yang diperoleh tidak perlu dibagi-bagi.
Persentase bagi hasil nelayan bagan tancap dan bagan apung berbeda,
terutama pada presentasi hasil yang diberikan kepada pemilik kapal. Presentasi
hasil pemilik kapal bagan apung lebih banyak karena fishing ground bagan
apung lebih jauh daripada bagan tancap sehingga kapal nelayan bagan apung
berukuran lebih besar.
4.12 Analisis Finansial : Kelayakan Usaha Perikanan
Analisis kelayakan usaha perikanan digunakan untuk melakukan
penilaian dari kelayakan usaha untuk menjadi masukan yang berguna karena
sudah mengkaji berbagai aspek seperti investasi, biaya, dan penerimaan. Seperti
yang dinyatakan oleh Djamin (1984) bahwa komponen yang digunakan dalam
menganalisis usaha perikanan yaitu meliputi biaya produksi, penerimaan usaha
dan pendapatan yang diperoleh dari usaha perikanan. Keberlanjutan usaha
perikanan tangkap dipengaruhi oleh kelayakan suatu usaha, maka diperlukan
suatu analisis untuk mengetahui kelayakan usaha bagan tancap dan bagan
apung yang beroperasi di perairan Muncar.
41
4.12.1 Investasi
Investasi unit penangkapan bagan tancap meliputi bagan, kapal, mesin,
generator, dan jaring, sedangkan lampu masuk biaya tetap karena harus
diganti tiap tahun. Total investasi pada tahun 2015 sudah dikurangi biaya
penyusutan karena bagan, kapal, mesin, dan jaring sudah beroperasi selama 2
tahun. Investasi bagan tancap dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Investasi Bagan Tancap
Keterangan 2015 (Rp) 2016 (Rp) 2017 (Rp) 2018 (Rp) 2019 (Rp) Total (Rp)
Bagan 4.500.000 13.500.000 - - 13.500.000 31.500.000
Kapal 4.000.000 - - - - 4.000.000
Mesin 360.000 - - 600.000 - 960.000
Generator 2.000.000 - 2.000.000 - 2.000.000 6.000.000
Waring 420.000 1.260.000 - - 1.260.000 2.940.000
Total Investasi 11.280.000 14.760.000 2.000.000 600.000 16.760.000 45.400.000
Sedangkan Investasi unit penangkapan bagan apung meliputi bagan,
kapal, mesin, generator, dan jaring, sedangkan lampu masuk biaya tetap
karena harus diganti tiap tahun juga. Total investasi tersebut sudah dikurangi
biaya penyusutan karena bagan, kapal, mesin, dan jaring sudah beroperasi
selama 2 tahun juga. Investasi bagan tancap dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Investasi Bagan Apung
Keterangan 2015 (Rp) 2016 (Rp) 2017 (Rp) 2018 (Rp) 2019 (Rp) Total (Rp)
Bagan 8.000.000 24.000.000 - - 24.000.000 56.000.000
Kapal 56.000.000 - - - - 56.000.000
Mesin 56.000.000 - - - - 56.000.000
Generator 3.000.000 - - 5.000.000 - 8.000.000
Waring 420.000 1.260.000 - - 1.260.000 2.940.000
Total Investasi 123.420.000 25.260.000 - 5.000.000 25.260.000 178.940.000
42
4.12.2 Biaya Tetap (Fixed Cost) dan Biaya Tidak Tetap (Variabel Cost)
Perlu adanya biaya untuk menunjang keberlangsungan operasional
suatu alat tangkap. Biaya tersebut dibagi menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed
cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Adapun biaya tetap yang dikeluarkan
unit penangkapan bagan tancap dan bagan apung meliputi biaya perawatan
(perawatan bagan, kapal, mesin, jaring, lampu, generator, dan pengadaan
lampu) dan biaya penyusutan (penyusutan harga bagan, kapal, mesin,
generator, dan jaring). Sedangkan biaya tidak tetap yang dikeluarkan unit
penangkapan bagan tancap dan bagan apung meliputi biaya solar, oli, bensin,
konsumsi, dan jasa kuli panggul (manol). Adapun biaya jasa kuli panggul
(manol) adalah sebagai berikut:
1. 20 kg – 50 kg = Rp. 5.000,00
2. 51 kg – 80 kg = Rp. 8.000,00
3. 81 kg – 100 kg = Rp. 10.000,00
Adapun biaya yang dikeluarkan bagan tancap dan bagan apung per trip
dapat dilihat pada tabel 17. Sedangkan biaya yang dikeluarkan bagan tancap
dan bagan apung per tahun dapat dilihat pada tabel 18. Perhitungan biaya
tetap dan tidak tetap dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.
Tabel 17. Biaya Bagan Tancap dan Bagan Apung Per Trip
Biaya Bagan Tancap Bagan Apung
Biaya Tetap Rp. 35.400,00 Rp. 190.880,00
Biaya Tidak Tetap Rp. 77.600,00 Rp. 130.550,00
Total Rp.113.000,00 Rp. 321.430,00
43
Tabel 18. Biaya Bagan Tancap dan Bagan Apung Per Tahun
Biaya Bagan Tancap Bagan Apung
Biaya Tetap Rp. 10.620.000,00 Rp. 47.720.000,00
Biaya Tidak Tetap Rp. 21.330.000,00 Rp. 33.137.500,00
Total Rp. 31.950.000,00 Rp. 80.857.500,00
4.12.3 Analisis Rugi-Laba (Cashflow) dan Kriteria Investasi
Adapun rincian hasil analisis cashflow unit penangkapan bagan tancap
dan bagan apung dapat dilihat pada Tabel 19, sedangkan perhitungannya
dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.
Tabel 19. Analisis Cashflow Unit Penangkapan Bagan Tancap dan Bagan
Apung
Kriteria Kelayakan Bagan Tancap Bagan Apung Keterangan
Keuntungan(2015-2019)
Rp. 826.055.709,00 Rp. 496.590.556,00 LAYAK
B/C (2015-2019) 5,04 1,02 LAYAK
PP (2015) 0,05 (18 hari) 2,87 (2 tahun 10 bulan) LAYAK
NPV (2015-2019) Rp. 662.468.058,00 Rp. 10.493.076,00 LAYAK
Berdasarkan hasil perhitungan cashflow di atas, maka keuntungan yang
diperoleh dari unit penangkapan bagan tancap selama lima tahun adalah Rp.
826.055.709,00, sedangkan unit penangkapan bagan apung sebesar Rp.
496.590.556,00. Namun jika sesuai dengan sistem bagi hasil, dalam satu kapal
bagan apung terdapat tujuh nelayan yaitu satu pemilik kapal dan enam nelayan
yang lain menumpang. Nelayan yang menumpang harus memberikan 20% dari
pendapatannya kepada pemilik kapal sebagai biaya sewa. Maka nelayan pemilik
kapal memperoleh pendapatan sampingan sebesar Rp. 256.935.000,00 per
tahun yang diperoleh dari biaya sewa 6 nelayan yang menumpang kapal
44
miliknya. Rincian pendapatan sampingan nelayan bagan apung pemilik kapal
dapat dilihat pada Lampiran 2.
B/C bagan tancap adalah 5,04, sedangkan B/C bagan apung adalah 1,02.
Perhitungan B/C digunakan untuk melihat apakah biaya yang telah dikeluarkan
dapat menghasilkan keuntungan. Keuntungan yang yang diperoleh selama lima
tahun oleh nelayan bagan tancap adalah Rp 826.055.709,00 dan biaya yang
dikeluarkan adalah Rp. 163.587.651,00. Jadi setiap Rp. 1,00 biaya yang
dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 5,04,00. B/C bagan
apung sebesar 1,02, sehingga setiap Rp. 1,00 biaya yang dikeluarkan akan
menghasilkan keuntungan sebesar Rp 1,02,00. Kedua bagan mempunyai nilai
B/C > 1, maka kedua bagan dapat dikatakan layak. Perhitungan B/C bagan
tancap dan bagan apung dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.
PP (Payback Period) unit penangkapan bagan tancap adalah 0,05,
sehingga investasi yang ditanamkan akan kembali dalam waktu 0,05 tahun (18
hari), sedangkan nilai PP unit penangkapan bagan apung adalah 2,87, sehingga
investasi dapat kembali dalam waktu 2,87 tahun (2 tahun 10 bulan). Perhitungan
PP bagan tancap dan bagan apung dapat dilihat pada Lampiran 1 dan
Lampiran 2.
Nilai NPV unit penangkapan bagan tancap yaitu Rp. 662.468.058,00,
sedangkan nilai NPV unit penangkapan bagan apung yaitu Rp. 10.493.076,00.
Keduanya mempunyai nilai NPV > 0, maka dapat dikatakan kedua usaha
tersebut menguntungkan atau layak. Perhitungan NPV bagan tancap dan bagan
apung dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.
Cara membandingkan efisiensi bagan tancap dan bagan adalah dengan
membandingkan nilai NPV-nya saja, maka berdasarkan nilai NPV bagan tancap
dan bagan apung dapat disimpulkan bahwa bagan tancap lebih efisien daripada
bagan apung karena nilai NPV bagan tancap > nilai NPV bagan apung. Nilai
45
NPV bagan tancap dan bagan apung masing-masing adalah Rp. 662.468.058,00
dan Rp. 10.493.076,00.
46
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperolah dari penelitian tentang efektivitas dan
efisiensi pengoperasian bagan tancap dan bagan apung di UPPPP Muncar
anatara lain:
1. Berdasarkan hasil independent t test hasil tangkapan selama 15 trip, diperoleh
nilai probabilitas yaitu 0,152 > 0,05, maka hasil tangkapan kedua bagan tidak
ada perbedaan (terima H0) atau bagan tancap dan bagan apung mempunyai
efektivitas yang sama.
2. Berdasarkan hasil independent t test pendapatan selama 15 trip, diperoleh
nilai probabilitas adalah 0,000 < 0,05, maka terdapat perbedaan (tolak H0).
Dengan kata lain bagan tancap lebih efisien daripada bagan apung
3. Efisiensi juga diestimasi menggunakan analisa finansial dan kriteria investasi.
Namun untuk membandingkan efisiensi sebuah usaha yang dapat
dibandingkan hanya nilai NPV-nya saja. Berdasarkan hasil perbandingan
NPV, diketahui bahwa nilai NPV bagan tancap Rp. 662.468.058,00 > NPV
bagan apung Rp. 10.493.076,00, maka bagan tancap lebih efisien daripada
bagan apung.
5.2 Saran
Nelayan setempat perlu menyadari bahwa bagan tancap lebih efisien
daripada bagan apung karena saat ini yang mereka ketahui adalah hasil
tangkapan bagan apung lebih banyak padahal itu pun tidak setiap hari,
sedangkan hasil tangkapan bagan tancap meskipun lebih sedikit namun rutin
dan mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi sehingga bagan tancap dapat
dijadikan sebagai alat tangkap alternatif bagi nelayan lain.
47
DAFTAR PUSTAKA
Basri, I.G. 1992. Manajemen Keuangan. BPFE. Yogyakarta.
BBPPI. 2006. Petunjuk Pembuatan dan Pengoperasian Bagan Rakit. Balai
BesarPengembangan Penangkapan Ikan. Semarang.
Bishop, C.E. dan W.D. Toussaint. 1979. Pengantar Analisa Ekonomi Pertanian.
Mutiara. Jakarta.
Fridman, A.L. 1986. Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap. Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang, 1988. Calculation for Fishing
Gear Design. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang.
Iriana, D., A.M.A. Khan, R. Rostika, S. Simpati, dan Sunarto. 2012. Efektivitas
Alat Tangkap Ikan Lemuru di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan.
Jurnal Perikanan dan Kelautan. 1(3):131-135.
Kabupaten Banyuwangi. 2014. Profil Daerah Banyuwangi. Pemda Banyuwangi.
Banyuwangi.
Kadariah, L. Karlina, C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta (ID): UI
Press.
Kurniawan, D. 2008. Uji T2-Sampel Independen. Jurnal Statistik. ISBN 3-900051-
07-0.
Nurrahman, R.M.R. 2014. Analisis Pendapatan Tiga Jenis Kapal Purse Seine di
Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Skripsi FPIK UB: tidak
dipublikasikan.
Puspita. 2008. Efisiensi Teknis Unit Penangkapan Muroami dan Kemungkinan
Pengembangannya di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu. Skripsi FPIK IPB:
dipublikasikan.
Siagian, S.P. 2001. Manajemen Sumberdaya Manusia. Cetakan Ketujuh. Radar
Jaya Offset. Jakarta.
Setyohadi, D., T.D. Lelono, Martinus, dan A. Muntaha. 2009. Pengkajian Stock
dan Model Pengelolaan Sumberdaya Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) di
Selat Bali. Universitas Brawijaya. Malang.
Soekartiwi. 2003. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia. Jakarta.
Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen
Pertanian. Jakarta.
48
Sudirman dan A. Malawa, 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta.
Jakarta.
Sudirman dan N. Nessa. 2011. Perikanan Bagan dan Aspek Pengelolaannya.
UMM Press. Malang.
UPPPP Muncar. 2014. Profil UPPPP Muncar-Banyuwangi 2014. UPPPP Muncar.
Banyuwangi.
49
Lampiran 1. Analisis Finansial Bagan Tancap
A. Investasi Awal
1. Bagan = Rp 4.500.000,00
2. Kapal = Rp 4.000.000,00
3. Mesin = Rp 360.000,00
4. Generator = Rp 2.000.000,00
5. Jaring = Rp 420.000,00
______________ +
Total = Rp 11.280.000,00
Investasi diatas merupakan harga yang sudah dikurangi nilai penyusutan
karena bagan, kapal, mesin, dan waring sudah beroperasi selama 2 tahun.
Adapun harga sebenarnya adalah:
1. Bagan (umur teknis 3 tahun) = Rp 13.500.000,00
2. Kapal (umur teknis 10 tahun) = Rp 5.000.000,00
3. Mesin (umur teknis 5 tahun) = Rp 600.000,00
4. Generator (umur teknis 2 tahun) = Rp 2.000.000,00
5. Jaring (umur teknis 3 tahun) = Rp 1.260.000,00
_______________+
Total = Rp 22.740.000,00
B. Biaya Tetap
Biaya Perawatan
1. Perawatan Kapal Per Tahun = Rp 700.000,00
2. Perawatan Mesin Per Tahun = Rp 500.000,00
3. Perawatan Bagan Per Tahun = Rp 1.500.000,00
4. Perawatan Jaring Per Tahun = Rp 500.000,00
5. Perawatan Lampu Per Tahun = Rp 200.000,00
6. Perawatan Generator Per Tahun = Rp 300.000,00
7. Pengadaan lampu = Rp 380.000,00
_______________+
Total = Rp 20.880.000,00
50
Biaya Penyusutan
1. Penyusutan Harga Bagan Per Tahun = Rp 4.500.000,00
2. Penyusutan Harga Kapal Per Tahun = Rp 500.000,00
3. Penyusutan Harga Mesin Per Tahun = Rp 120.000,00
4. Penyusutan Harga Generator Per Tahun = Rp 1.000.000,00
5. Penyusutan Harga Jaring Per Tahun = Rp 420.000,00
______________+
Total = Rp 6.540.000,00
Total Biaya Tetap = Rp 10.620.000,00
C. Biaya Tidak Tetap
1. Solar (300 trip x 2 liter x Rp. 6900,00) = Rp 4.140.000,00
2. Bensin (300 trip x 4 liter x Rp. 7.400,00) = Rp 8.880.000,00
3. Oli (12 bulan x 1 liter x Rp. 30.000,00) = Rp 360.000,00
4. Konsumsi (300 trip x 20.000,00) = Rp 6.000.000,00
5. Manol Pada Musim Puncak (150 trip x Rp. 8000,00) = Rp 1.200.000,00
6. Manol Pada Musim Sedang (150 trip x Rp. 5000,00) = Rp 750.000,00
______________+
Total = Rp 21.330.000,00
D. Penerimaan
1. Musim puncak (Juni-November)
- Cumi-cumi (150 trip x 28.000 x 30 kg) = Rp 126.000.000,00
- Peperek (150 trip x 3.000 x 20 kg) = Rp 9.000.000,00
- Kuwe (150 trip x 15.0000 x 10 kg) = Rp 22.500.000,00
2. Musim sedang (Desember-Mei)
- Cumi-cumi (150 trip x 28.000 x 15 kg) = Rp 63.000.000,00
- Biji Nangka (150 trip x 4.000 x 10 kg) = Rp 6.000.000,00
- Kue (150 trip x 15.0000 x 10 kg) = Rp 22.500.000,00
_______________+
Total = Rp 249.000.000,00
Total biaya:
biaya tetap + biaya tidak tetap + investasi = Rp 43.230.000,00
51
Analisis Usaha:
1. Keuntungan
Keuntungan= total penerimaan – total biaya
= Rp. 989.643.360,00 – Rp. 163.587.651,00
= Rp 826.055.709,00
2. B/C
B/C = total keuntungan / total biaya
= Rp 826.055.709,00 / Rp. 163.587.651,00
= 5,04
3. PP
PP = (investasi / keuntungan) x 1 tahun
= (Rp. 11.280.000,00 / Rp. 205.770.000,00) x 1 tahun
= 0,05
4. NPV = Rp 662.468.058,00
Perhitungan NPV (Sebelum dipresent-valuekan)
KeteranganTahun
Total2015 2016 2017 2018 2019
Bagan 4.500.000 13.500.000 - - 13.500.000 31.500.000
Kapal 4.000.000 - - - - 4.000.000
Mesin 360.000 - - 600.000 - 960.000
Generator 2.000.000 - 2.000.000 - 2.000.000 6.000.000
Jaring 420.000 1.260.000 - - 1.260.000 2.940.000
Total Investment 11.280.000 14.760.000 2.000.000 600.000 16.760.000 45.400.000
Fixed Cost 10.620.000 10.620.000 10.620.000 10.620.000 10.620.000 53.100.000
Variabel Cost 21.330.000 21.330.000 21.330.000 21.330.000 21.330.000 106.650.000
Revenue 249.000.000 249.000.000 249.000.000 249.000.000 249.000.000 1.245.000.000
Profit 205.770.000 202.290.000 215.050.000 216.450.000 200.290.000 1.039.850.000
Total Cost In Each Year 43.230.000 45.450.000 31.950.000 31.950.000 45.450.000 198.030.000
Total Benefit In Each Year 205.770.000 202.290.000 215.050.000 216.450.000 200.290.000 1.039.850.000
Net Benefit In Each Year 162.540.000 156.840.000 183.100.000 184.500.000 154.840.000 841.820.000
52
Perhitungan NPV (Setelah dipresent-valuekan)
KeteranganTahun
Total2015 2016 2017 2018 2019
Bagan 4.500.000 13.500.000 - - 13.500.000 31.500.000
Kapal 4.000.000 - - - - 4.000.000
Mesin 360.000 - - 600.000 - 960.000
Generator 2.000.000 - 2.000.000 - 2.000.000 6.000.000
Waring 420.000 1.260.000 - - 1.260.000 2.940.000
Total Investment 11.280.000 13.061.947 1.566.293 415.830 10.279.222 36.603.292
Fixed Cost 10.620.000 9.398.230 8.317.018 7.360.193 6.513.445 42.208.885
Variabel Cost 21.330.000 18.876.106 16.704.519 14.782.760 13.082.088 84.775.473
Revenue 249.000.000 220.353.982 195.003.524 172.569.490 152.716.363 989.643.360
Profit 205.770.000 179.017.699 168.415.694 150.010.708 122.841.608 826.055.709
Present Value of Total Cost 43.230.000 41.336.283 26.587.830 22.558.783 29.874.755 163.587.651
Presesnt Value of Total Benefit 205.770.000 179.017.699 168.415.694 150.010.708 122.841.608 826.055.709
Present Value of Net Benefit 162.540.000 137.681.416 141.827.864 127.451.925 92.966.853 662.468.058
Discount Rate = 13%
53
54
Lampiran 2. Analisis Finansial Bagan Apung
A. Investasi Awal
1. Bagan = Rp 8.000.000,00
2. Kapal = Rp 56.000.000,00
3. Mesin = Rp 56.000.000,00
4. Generator = Rp 3.000.000,00
5. Jaring = Rp 420.000,00
______________ +
Total = Rp 123.420.000,00
Investasi diatas merupakan harga yang sudah dikurangi nilai penyusutan
karena bagan, kapal, mesin, generator, dan waring sudah beroperasi selama
2 tahun. Adapun harga sebenarnya adalah:
1. Bagan (umur teknis 3 tahun) = Rp 24.000.000,00
2. Kapal (umur teknis 10 tahun) = Rp 70.000.000,00
3. Mesin (umur teknis 5 tahun) = Rp 70.000.000,00
4. Generator (umur teknis 2 tahun) = Rp 5.000.000,00
5. Jaring (umur teknis 3 tahun) = Rp 1.260.000,00
_______________+
Total = Rp 170.760.000,00
B. Biaya Tetap
Biaya Perawatan
1. Perawatan Kapal Per Tahun = Rp 1.000.000,00
2. Perawatan Mesin Per Tahun = Rp 10.000.000,00
3. Perawatan Bagan Per Tahun = Rp 5.000.000,00
4. Perawatan Waring Per Tahun = Rp 500.000,00
5. Perawatan Lampu Per Tahun = Rp 200.000,00
6. Perawatan Generator Per Tahun = Rp 100.000,00
7. Pengadaan Lampu = Rp 500.000,00
_______________+
Total = Rp 17.300.000,00
55
Biaya Penyusutan
1. Penyusutan Harga Bagan Per Tahun = Rp 8.000.000,00
2. Penyusutan Harga Kapal Per Tahun = Rp 7.000.000,00
3. Penyusutan Harga Mesin Per Tahun = Rp14.000.000,00
4. Penyusutan Harga Generator Per Tahun = Rp 1.000.000,00
5. Penyusutan Harga Jaring Per Tahun = Rp 420.000,00
_____________+
Total = Rp 30.420.000,00
Total Biaya Tetap = Rp 47.720.000,00
D. Biaya Tidak Tetap
1. Solar ((250 trip x 50 liter x Rp. 6900,00) / 7) = Rp 12.075.000,00
2. Bensin (250 trip x 7 liter x Rp. 7.400,00) = Rp 12.950.000,00
3. Oli ((12 bulan x 2 liter x Rp. 30.000,00) / 7) = Rp 112.000,00
4. Konsumsi (250 trip x 20.000,00) = Rp 5.000.000,00
5. Manol Pada Musim Puncak (150 trip x Rp. 10.000,00) = Rp 1.500.000,00
6. Manol Pada Musim Sedang (100 trip x Rp. 15.000,00) = Rp 1.500.000,00
_______________+
Total = Rp 33.137.500,00
B. Penerimaan
1. Musim Puncak (Mei-Oktober)
- Tongkol (150 trip x 50 kg x 14.000) = Rp 210.000.000,00
- Layang (150 trip x 50 kg x 12.000) = Rp 180.000.000,00
- Cumi-cumi (150 trip x 15 kg x 28.000) = Rp 150.000.000,00
2. Musim Sedang (November-April)
- Cumi-cumi (100 trip x 5 kg x 28.000) = Rp 14.000.000,00
- Lemuru (100 trip x 50 kg x 3.500) = Rp 35.000.000,00
- Layur (100 trip x 50 kg x 3.250) = Rp 32.500.000,00
________________+
Total = Rp 247.250.000,00
56
Dalam satu kapal bagan apung terdapat 7 nelayan yaitu satu pemilik kapal
dan enam nelayan yang lain menumpang. Sesuai sistem bagi hasil, maka
nelayan yang menumpang harus memberikan 20% dari pendapatannya
kepada pemilik kapal sebagai biaya sewa. Jika pendapatan mereka sama,
maka masing-masing nelayan yang menumpang harus mengeluarkan biaya
sebesar Rp. 42.822.500,00 per tahun kepada pemilik kapal. Nominal tersebut
diperoleh dari perhitungan berikut:
Biaya Tidak Tetap = Rp 33.137.500,00
Penerimaan = Rp 247.250.000,00
Biaya Sewa = 20% x (Penerimaan - Biaya tidak tetap)
= 20% x (Rp 247.250.000,00 - Rp 33.137.500,00)
= Rp. 42.822.500,00
Total biaya sewa = Rp. 42.822.500,00 x 6 nelayan
= Rp. 256.935.000,00
Jadi pendapatan sampingan nelayan bagan apung pemilik kapal adalah
Rp. 256.935.000,00
Total biaya:
Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap + Investasi = Rp 204.277.500,00
Analisis Usaha:
1. Keuntungan
Keuntungan= total penerimaan - total biaya
= Rp. 982.688.035,00 - Rp 486.097.479,00
= Rp. 496.590.556,00
2. B/C
B/C = total keuntungan / total biaya
= Rp 496.590.556,00 / Rp 486.097.479,00
= 1,02
3. PP
PP = (investasi / keuntungan) x 1 tahun
= 123.420.000,00 / 42.972.500,00) x 1 tahun
= 2,87
4. NPV = Rp. 10.493.076,00
Perhitungan NPV (Sebelum dipresent-valuekan)
KeteranganTahun
Total2015 2016 2017 2018 2019
Bagan 8.000.000 24.000.000 - - 24.000.000 56.000.000
Kapal 56.000.000 - - - - 56.000.000
Mesin 56.000.000 - - - - 56.000.000
Generator 3.000.000 - - 5.000.000 - 8.000.000
Jaring 420.000 1.260.000 - - 1.260.000 2.940.000
Total Investment 123.420.000 25.260.000 - 5.000.000 25.260.000 178.940.000
Fixed Cost 47.720.000 47.720.000 47.720.000 47.720.000 47.720.000 238.600.000
Variabel Cost 33.137.500 33.137.500 33.137.500 33.137.500 33.137.500 165.687.500
Revenue 247.250.000 247.250.000 247.250.000 247.250.000 247.250.000 1.236.250.000
Profit 42.972.500 141.132.500 166.392.500 161.392.500 141.132.500 653.022.500
Total Cost In Each Year 204.277.500 106.117.500 80.857.500 85.857.500 106.117.500 583.227.500
Total Benefit In Each Year 42.972.500 141.132.500 166.392.500 161.392.500 141.132.500 653.022.500
Net Benefit In Each Year (161.305.000) 35.015.000 85.535.000 75.535.000 35.015.000 69.795.000
57
Perhitungan NPV (Setelah dipresent-valuekan)
KeteranganTahun
Total2015 2016 2017 2018 2019
Bagan 8.000.000 24.000.000 - - 24.000.000 56.000.000
Kapal 56.000.000 - - - - 56.000.000
Mesin 56.000.000 - - - - 56.000.000
Generator 3.000.000 - - 5.000.000 - 8.000.000
Waring 420.000 1.260.000 1.260.000 2.940.000
Total Investment 123.420.000 22.353.982 - 3.465.251 15.492.431 164.731.664
Fixed Cost 47.720.000 42.230.088 37.371.760 33.072.354 29.267.570 189.661.772
Variabel Cost 33.137.500 29.325.221 25.951.523 22.965.950 20.323.849 131.704.044
Revenue 247.250.000 218.805.310 193.633.017 171.356.653 151.643.055 982.688.035
Profit 42.972.500 124.896.018 130.309.735 111.853.098 86.559.205 496.590.556
Present Value of Total Cost 204.277.500 93.909.292 63.323.283 59.503.554 65.083.850 486.097.479
Presesnt Value of Total Benefit 42.972.500 124.896.018 130.309.735 111.853.098 86.559.205 496.590.556
Present Value of Net Benefit (161.305.000) 30.986.726 66.986.452 52.349.544 21.475.355 10.493.076
Discount Rate = 13%
58
Lampiran 3. Sebaran Lokasi Alat Tangkap Bagan Tancap di Perairan Muncar
Keterangan :
: Bagan Tancap
59
Lampiran 4. Sebaran Lokasi Alat Tangkap Bagan Apung di Perairan Muncar
Keterangan :
: Bagan Apung
60