43
EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SAMBILOTO (Andrographis Paniculata) TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana Kedokteran Gigi IJLAL WAFA’ AL-HAMDANI J111 14 305 BAGIAN ILMU BEDAH MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SAMBILOTO …

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SAMBILOTO (Andrographis Paniculata)

TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat

mendapatkan gelar sarjana Kedokteran Gigi

IJLAL WAFA’ AL-HAMDANI

J111 14 305

BAGIAN ILMU BEDAH MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SAMBILOTO (Andrographis Paniculata)

TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat

mendapatkan gelar sarjana Kedokteran Gigi

IJLAL WAFA’ AL-HAMDANI

J111 14 305

BAGIAN ILMU BEDAH MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

iii

v

Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Sambiloto (Androghrapis paniculata ) terhadap

Waktu Penyembuhan Luka

Ijlal Wafa’ Al-Hamdani

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi UNHAS

ABSTRAK

Latar Belakang: Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal yang terjadi karena

terputusnya kontinuitas pada jaringan akibat cedera atau pembedahan. Ketika luka

timbul akan muncul bebarapa efek antara lain hilangnya seluruh atau sebagian fungsi

organ, respon stress simpatis, pendarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri

dan kematian sel. Penyembuhan luka merupakan proses perbaikan jaringan kulit atau

mukosa yang terdiri dari beberapa tahapan yakni hemostasis, inflamasi, proliferasi dan

remodeling. Indonesia sebagai negara tropis dengan tanah yang subur yang memiliki

berbagai macam tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional yaitu tanaman

sambiloto (Andrographis paniculata), madu (Apis mellifera). Tanaman sambiloto

mengandung senyawa andrografolida,farnesol,alkaloid, tanin, saponin, flavonoid yang

dapat mempercepat penyembuhan luka. Madu mengandung senyawa fenol, flavonoid ,

monofenol, polifenol, dan vitamin C yang juga berperan dalam mempercepat

penyembuhan luka. Tujuan Penelitian: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perbandingan efektivitas aplikasi daun sambiloto (Andrographis paniculata), madu

(Apis mellifera), dan parafin terhadap penyembuhan luka sayat pada kulit mencit (Mus

musculus). Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris dengan

rancangan penelitian pretest-posttest control group design. Hewan uji yang digunakan

adalah 27 ekor mencit jantan dibagi dalam tiga kelompok perlakuan sesuai kriteria

inklusi dan ekslusi yang telah ditentukan. Penelitian ini diukur dengan melihat

penurunan ukuran panjang luka, dimulai dari hari ke-1 sampai hari ke-12. Data

kemudian diolah menggunakan program SPSS versi 18. Hasil Penelitian: Berdasarkan

hasil analisis data, diperoleh rerata waktu penyembuhan luka insisi kelompok pelakuan

daun sambiloto hari ke-1.10±0.09 sampai hari ke-12 0.00±0.00, kelompok madu hari

ke-1 1,11±0.06 sampai hari ke-12 0.00±0.00, kelompok parafin hari ke-1 1.04±0,005

sampai hari ke-12 0.00±0.00. Hasil uji statistik Friedman menunjukkan setiap kelompok

perlakuan p ≤ 0,05. Simpulan: Daun sambiloto memiliki efektifitas dalam

penyembuhan luka insisi mencit.

Kata kunci: Luka, penyembuhan luka, Daun sambioto, madu, parafin,mencit.

vi

ABSTRACT

Background: Injury is a disorder of normal conditions that occur due to the

disconnection of continuity in the tissues due to injury or surgery. When wounds arise,

several side effects or organ function will appear such as sympathetic stress response,

bleeding and blood clotting, bacterial contamination and cell death. Wound healing is a

process of recovering skin tissue or mucosa consisting of several stages of hemostasis,

inflammation, proliferation and remodelling. Indonesia as a tropical country with its

fertile land has a variety of plants which are used as traditional medicines including

sambiloto plants (Andrographis paniculata), honey (Apis mellifera). Sambiloto plants

contain compounds andrographolide, farnesol, alkaloids, tannins, saponins, flavonoids

that can accelerate wound healing. Honey contains phenol compounds, flavonoids,

monophenols, polyphenols, and vitamin C which also play a role in accelerating wound

healing. Research Objectives: The purpose of this study was to determine the

comparison of successful application of sambiloto leaf (Andrographis paniculata), honey

(Apis mellifera), and paraffin on the healing of slash on the skin of mice (Mus

musculus). Methods: This was an experimental laboratory study with pretest-posttest

control group design. The animals used for the test was 27 male mice divided into three

treatment groups according to the criteria of inclusion and exclusion that have been

determined. This study was measured by looking at the decrease in wound size, from

day 1 to day 12. The data were then processed by using SPSS version 18 program.

Research Result: Based on the data analysis, it was found that the average of wound

healing time of incision group of sambilito leaves day 1.10 ± 0.09 until the 12th day was

0.00 ± 0.00, honey group day 1 1,11 ± 0.06 to day 12 was 0.00 ± 0.00, paraffin group

day 1 1.04 ± 0.005 to day 12 was 0.00 ± 0.00. Friedman statistic test results showed each

treatment group p ≤ 0.05. Conclusion: Sambiloto plants is more effective in wound

healing of slash on the skin of mice

Keywords: Wound, wound healing, andrograhpis paniculata, honey, paraffin, mice

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah rabbil alamin, Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah

SWT, karena atas berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

strata satu di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Salam dan salawat

kepada Nabiullahh Muhammad saw, keluarga dan para sahabat yang telah

memperjuangkan agama Islam. Agama yang diridhai oleh Allah swt.

Dalam skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, semangat, doa,

dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin

menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. DR. drg. Bahruddin Thalib, M. Kes, Sp. Pros sebagai Dekan Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Hasanuddin beserta seluruh staf atas bantuannya selama penulis

mengikuti pendidikan.

2. drg. Surijana mappangara,M.Kes,Sp.perio selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah banyak meluangkan waktu mendampingi, membimbing, mengarahkan, dan

memberi nasihat kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

3. Prof. DR. Drg. Hasanuddin Thahir, MS selaku penasihat akademik atas bimbingan,

perhatian, nasihat, dan dukungan bagi penulis selama perkuliahan.

4. Untuk kedua orang tuaku yang tercinta, Ayahanda (Alm)Prof.DR.H.M.Danial

Djalaluddiin, Lc, M.Th.I, dan ibunda Dra.Hj.A.Patmaliah Patajangi, saudaraku Muhtadi

viii

Bidinillah,S.E, Hanif Muslim, S.E, M.Zuljalal,S.Pd.I, M.Pd, Nabil Wijdan,S.STP,

Hilyah Fadhilah,S.farm, Apt, dan Ibtisam Umniyah, S.Hum. Serta sepupuku Muh.Adam

Ilhamsyah, Nabilah Nur, Ni’matun Wafirah yang selalu setia menemani penulis

menyelesaikan kendala-kendala yang dihadapi selama menyelesaikan skripsi ini.

5. Untuk laboran kak asrul ismail, kak armis, kak ansari yang telah membantu dalam

penelitian dari awal penelitian hingga akhir penelitian.

6. Untuk kakak Muliani ratnaningsih, S.KM, M.Kes yang telah meluangkan waktunya

membantu penulis dalam meyelesaikan skripsi ini dan setiap hari memberikan semangat.

7. Untuk sahabat-sahabatku Annisa auliah, Muhayyarah, Nurhayati, dan Nutfah yang

selama ini memberikan semangat walaupun terpisahkan oleh jarak dan waktu .

8. Untuk teman-teman seperjuangan di bagian Ilmu Bedah Mulut yaitu Raudina sebagai

teman sepembimbing, Dewi Qalbiyani, Giska, levina, Rifqi, Nelce, Nilam, Annisa Rum,

nadiah,priscilla,reskiani yang senantiasa pula memberi dukungan kepada penulis.

9. Untuk teman-teman seperjuangan, INTRUSI 2014 atas dukungan dan rasa

persaudaraan yang diberikan selama ini kepada penulis

10. Untuk Seluruh Dosen dan Staf karyawan yang telah banyak membantu penulis.

Untuk semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang

tidak dapat disebut satu persatu.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu.Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu kedokteran

gigi ke depannya dan juga bagi para pembaca lainnya.

Makassar, 2017

Ijlal Wafa’ Al-Hamdani

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................ iii

SURAT PERNYATAAN................................................................................................ iv

ABSTRAK ...................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1

1.1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 5

1.1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................... 5

1.1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................. 6

1.1.5 Keterbatasan Penelitian .......................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Luka........................................................................................................................... 7

2.1.1 Definisi Luka .................................................................................................... 7

x

2.1.2 Klasifikasi Luka .............................................................................................. 7

2.1.3 Fase penyumbuhan luka ................................................................................... 11

2.1.4 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka ..................... 12

2.2 Tanaman Sambiloto .................................................................................................. 14

2.2.1 Taksonomi Tanaman Sambiloto ..................................................................... 14

2.2.2 Manfaat Tanaman Sambiloto .......................................................................... 15

2.2.3 Kandungan Tanaman Sambiloto ..................................................................... 17

2.3 Madu ......................................................................................................................... 22

2.3.1 Taksonomi ..................................................................................................... 23

2.3.2 Manfaat Madu ............................................................................................... 24

2.4 Parafin ....................................................................................................................... 26

2.5 Metode Ekstraksi Bahan Alam ................................................................................. 27

2.6 Mencit(Mus musculus) .............................................................................................. 29

2.3.1 Taksonomi ....................................................................................................... 29

2.3.2 Morfologi ...................................................................................................... 30

BAB III KERANGKA TEORI, KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Teori.......................................................................................................... 31

3.2 Kerangka Konsep ...................................................................................................... 33

3.3 Hipotesis .................................................................................................................... 34

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian ........................................................................................................ 35

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................................. 35

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................................. 35

xi

4.4 Metode Sampling .................................................................................................... 36

4.5 Besar Sampel ........................................................................................................... 36

4.6 Kriteria Sampel ....................................................................................................... 37

4.7 Variabel Penelitian ................................................................................................... 38

4.8 Definisi Operasional Penelitian................................................................................ 38

4.9 Kriteria Penelitian .................................................................................................... 38

4.10 Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................................... 39

4.11 Prosedur Penelitian.................................................................................................. 39

4.12 Jenis Data ............................................................................................................... 40

4.13 Rencana Analisis Data ............................................................................................ 40

4.14 Alur Penelitian ........................................................................................................ 41

BAB V HASIL PENELITIAN ....................................................................................... 42

BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................................... 50

BAB VII PENUTUP

7.1 Simpulan ................................................................................................................. 55

7.2 Saran ........................................................................................................................ 55

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 56

LAMPIRAN .................................................................................................................... 61

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Fase Penyembuhan Luka........................................................................... 11

Gambar 2.2 Tanaman Sambiloto ................................................................................. 14

Gambar 2.3 Lebah Apis mellifera.................................................................................. 23

Gambar 2.5 Mencit (Mus musculus) ............................................................................. 29

Gambar 5.1 Grafik Rerata Panjang Luka ...................................................................... 49

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Perbedaan Efektivitas Daun sambiloto dan Madu ........................................ 43

Tabel 5.2 Perbedaan Efektivitas Daun sambiloto dan Parafin ...................................... 44

Tabel 5.3 Perbedaan Efektivitas Madu dan Parafin..................................................... 46

Tabel 5.4 Perbedaan Efektivitas Daun sambiloto, Madu, dan Parafin.......................... 47

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktivitas sehari-hari yang rutin dilakukan ataupun aktivitas baru tidak dapat

dihindarkan dari kecelakaan. Salah satu akibat yang ditimbulkan dari kecelakaan adalah

timbulnya luka.1

Prevalensi kejadiaan luka mencapai jutaan kasus pertahunnya. Luka

adalah suatu gangguan dari kondisi normal yang terjadi karena terputusnya kontinuitas

pada jaringan akibat cedera atau pembedahan. Luka dapat disebabakan trauma benda

tajam atau tumpul, perubahan temperatur, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau

gigitan hewan. Ketika luka timbul akan muncul bebarapa efek antara lain hilangnya

seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stress simpatis, pendarahan dan pembekuan

darah, kontaminasi bakteri dan kematian sel.2

Luka terbagi dua yaitu luka terbuka dan luka tertutup. Contoh luka terbuka luka

insisi yaitu terdapat robekan lurus (linier) pada kulit dan jaringan di bawahnya

sedangkan contoh luka tertutup adalah hematom yaitu pecahnya pembuluh darah di

bawah kulit. Pada umumnya luka disebabkan karena pembedahan atau trauma. Menurut

penelitian salah satu lembaga asosiasi luka di Amerika MedMarket Diligence tahun 2009

mendapatkan data untuk luka bedah (incised wound) ada 110,30 juta kasus.3

2

Di Amerika Serikat luka yang tidak sembuh mencapai sekitar 3 sampai 6 juta

masyarakat, akibatnya terjadi peningkatan biaya kesehatan yang dikeluarkan sekitar 3

USD miliar per tahun. 2

Penyembuhan luka terbagi dua yaitu luka akut dan luka kronis. Luka akut adalah

luka yang diakibatkan karena penanganannya terlambat sedangkan luka kronis adalah

luka yang diakibatkan karena gagalnya menuju penyembuhan luka yang normal. Luka

biasanya memasuki inflamasi patologis karena proses penyembuhan tertunda atau proses

penyembuhan yang tidak terkoordinasi. Pada luka kronis seperti ulkus yang

berhubungan dengan iskemia, diabetes melitus dan penyakit statis vena. Proses

penyembuhan luka terdiri dari hemostatis, inflamasi, proliferasi dan remodelling. 4,5

Perawatan luka diperlukan untuk meningkatkan penyembuhan yaitu mencegah

kerusakan kulit lebih lanjut, mengurangi risiko infeksi, dan meningkatkan kenyamanan

pasien. Pada perawatan luka bahan yang sering digunakan adalah sodium klorida 0,9%.

Sodium klorida digunakan karena tidak ada reaksi hipersensitivitas. Sodium klorida

0,9% adalah konsentrasi normal atau biasa disebut normal saline. Selain sodium klolida,

zat kimia yang biasa digunakan adalah povodine iodine. Bahan ini biasanya iritan,

menimbulkan alergi serta meninggalkan residu. Dapat digunakan secara topikal untuk

edema pada bibir, muka dan lidah juga sebagai obat kumur.3,5

Sejak zaman dahulu, manusia menggunakan sumber daya alam untuk memenuhi

kebutuhan sehari-seharinya . Kebutuhan sandang,pangan dan papan dapat diperoleh dari

lingkungan sekitarnya. Sebelum mengenal obat-obatan hasil sintetik masyarakat

3

memanfaatkan tanaman sekitarnya sebagai obat-obatan tradisional. Pengalaman dan

pengetahuan nenek moyang mereka diturunkan ke generasi generasinya.

Obat tradisional banyak digunakan oleh masyarakat karena adanya kemudahan

memperoleh tanaman tersebut,dapat diolah atau dibuat sendiri dan kurangnya efek

samping yang ditimbulkan. Selain itu, adanya masalah ekonomi yaitu tingginya biaya

obat-obatan menjadi salah satu faktor bagi masyarakat menengah kebawah untuk

mengobati dirinya menggunakan obat tradisional daripada obat hasil sintetik .6

Indonesia sebagai negara agraris mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan

musim kemarau , kaya akan berbagai macam tanaman mulai dari tanaman merambat dan

tanaman yang menjulang tinggi. Keadaan ini memperkaya ragam ramuan tradisional

yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tanpa disadari ternyata tanaman

liar dapat dijadikan obat, oleh karena itu diperlukan pengetahuan mengenai berbagai

macam tanaman yang bisa dijadikan bahan untuk membuat ramuan tradisional.6

Akhir-akhir ini, kehidupan modern sudah mulai kembali menggunakan obat-obatan

tradisional. Keadaan ini terjadi karena manusia mulai menyadari pentingnya

mengonsumsi obat-obatan tradisional yang tidak memiliki efek samping di kemudian

hari. Adanya slogan “Back to Nature” mengubah minat masyarakat indonesia, sehingga

memanfaatkan kembali alam sekitar.6

Pada survey Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007 selain pengobatan moderen

terdapat 28,69% masyarakat Indonesia memilih untuk mengobati dirinya dengan obat

tradisional, sebelumnya hanya 15,2% meningkat dalam waktu tujuh tahun.3

4

Indonesia sebagai negara tropis dengan tanah yang subur memiliki berbagai macam

tanaman. Tanaman sambiloto dikenal sebagai “ King of Bitters ” bukan tumbuhan asli

Indonesia, tetapi diduga berasal dari India. Menurut data spesimen di Herbarium

Bogoriense Bogor, sambiloto sudah ada di Indonesia sejak 1893. Di India, sambiloto

adalah tumbuhan liar yang digunakan untuk mengobati penyakit disentri, diare, atau

malaria. Hal ini ditemukan dalam Indian Pharmacopeia dan telah disusun paling sedikit

dalam 26 formula Ayurvedic. Dalam Traditional Chinese Medicine (TCM), sambiloto

diketahui penting sebagai tanaman ”cold property” dan digunakan sebagai penurun

panas serta membersihkan racun-racun di dalam tubuh. Tanaman ini kemudian

menyebar ke daerah tropis Asia hingga sampai di Indonesia.7

Di beberapa daerah di Indonesia, sambiloto dikenal dengan berbagai nama.

Masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur menyebutnya dengan bidara, sambiroto,

sandiloto, sadilata, takilo, paitan, dan sambiloto. Di Jawa Barat disebut dengan ki oray,

takila, atau ki peurat. Di Bali lebih dikenal dengan samiroto. Masyarakat Sumatera dan

sebagian besar masyarakat Melayu menyebutnya dengan pepaitan atau ampadu tanah.

Sementara itu, nama-nama asing sambiloto diantaranya chuan xin lian, yi jian xi, dan

lan he lian (Cina), kalmegh, kirayat, dan kirata (India), xuyen tam lien dan congcong

(Vietnam), quasabhuva (Arab), nainehavandi (Persia), green chiretta dan king of bitter

(Inggris).8

Tumbuhan sambiloto diketahui mengandung bahan kimia andrographolide (beserta

beberapa analognya), paniculide, farnesol, protein arabinogalactan, , saponin, alkaloid,

phenol, dan tannin dari ekstrak daun sambiloto. Zat aktif seperti andrografolid, minyak

5

atsiri, flavonoid dan tannin yang berfungsi sebagai anti bakteri, antiracun dan anti-

infeksi. Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terbentuk melalui jalur

sikimat. Senyawa ini diproduksi dari /unit sinnamoil-CoA dengan perpanjangan rantai

menggunakan 3 malonil-CoA.9

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka akan muncul pertanyaan apakah

efektif ekstrak etanol daun sambiloto (Andrographis paniculata Nees) terhadap waktu

penyembuhan luka insisi mencit (mus musculus).

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol daun sambiloto (Andrographis

paniculata Nees) dan madu (Apis mellifera) terhadap waktu penyembuhan luka insisi

mencit (mus musculus).

2. Untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol daun sambiloto (Andrographis

paniculata Nees) dan Parafin terhadap waktu penyembuhan luka insisi mencit (mus

musculus).

3. Untuk mengetahui efektivitas madu (Apis mellifera) dan Parafin terhadap waktu

penyembuhan luka insisi mencit (mus musculus).

6

4. Untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol daun sambiloto (Andrographis

paniculata Nees), madu (Apis mellifera) dan Parafin terhadap waktu penyembuhan

luka insisi mencit (mus musculus).

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui efektivitas ekstrak etanol daun sambiloto (Andrographis paniculata

Nees), madu (Apis mellifera) dan parafin terhadap waktu penyembuhan luka

insisi regio femoris dextra posterior mencit (mus musculus).

b. Untuk menambah wawasan peneliti maupun dikalangan mahasiswa kesehatan

tentang manfaat dari ekstrak daun sambiloto (Andrographis paniculata Nees,

madu (Apis mellifera) dan parafin.

1.5 Keterbatasan Penelitian

1. Madu yang digunakan adalah madu Apis mellifera saja, sedangkan masih terdapat

banyak jenis madu lainnya yang mungkin saja memiliki efek yang lebih baik.

2. Penelitian ini hanya meninjau proses penyembuhan luka secara klinis yaitu dengan

melihat penurunan ukuran panjang luka hingga menutup namun tidak melihat secara

histologis.

3. Pembuatan luka sayat (insisi) pada mencit dilakukan secara manual sehingga ada

kemungkinan kedalamannya tidak selalu sama.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Luka

2.1.1 Definisi Luka

Menurut Kaplan & Hertz, luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh

atau rusaknya kesatuan/komponen jaringan yang secara spesifik terdapat substansi

jaringan yang rusak atau hilang.10

2.1.2 Klasifikasi Luka

Luka dapat dibagi menjadi berdasarkan proses terjadinya luka,derajat kontaminasi

luka dengan mikroorganisme, proses penyembuhan dan lama penyembuhan.

1. Berdasarkan proses terjadinya luka

Luka dapat dibagi menjadi enam yaitu:

a. Insisi (Luka iris)

Luka yang disebabkan oleh irisan benda tajam, misalnya pisau. Luka ini

menyebabkan rusaknya pembuluh-pembuluh yang cukup besar apabila irisannya cukup

dalam.1

8

b. Kontusio (Luka Memar)

Luka yang disebabkan oleh benturan tubuh dengan benda tumpul. Kemungkinan

akan diikuti kerusakan bagian dalam tubuh yang lunak, kerusakan tulang, pendarahan

atau pembengkakan.1

c. Laserasi (Luka terkoyok/robek)

Luka yang biasa disebabkan oleh pecahan kaca atau mata kail. Jenis luka ini

memiliki kontur tidak menentu, bergerigi, dan cukup dalam sehingga banyak jaringan

yang rusak.1

d. Luka Bocor/ tusuk

Luka yang disebabkan oleh tusukan pisau atau peluru. Jenis luka ini menimbulkan

luka kecil dipermukaan kulit, tetapi menembus tubuh cukup dalam.1

e. Abrasi (Luka Gores)

Luka ini biasa terjadi disebabkan oleh tergoresnya kulit pada permukaan yang kasar.

Jenis luka ini tidak terlalu dalam,tetapi memiliki permukaan luka yang sangat lebar.

Luka ini mengakibatkan rusaknya pembuluh-pembuluh yang berada di bagian perifer.1

f. Luka Bakar

Luka yang disebabkan oleh terbakarnya bagian tubuh. Luka bakar ini dibedakan

menjadi:1

9

i. Luka bakar keterbalan parsial yaitu luka yang hanya sampai pada jaringan

epidermis,

ii. Luka bakar total yaitu sebagian dermis ikut terbakar sehingga banyak

kehilangan cairan dan protein.

2. Berdasarkan derajat kontaminasi mikroorganisme (Degree Of Cantamination)

Luka dapat dibagi menjadi empat yaitu:

a. Clean Wounds (Luka Bersih)

Adalah luka yang tidak terinfeksi ketika tidak terjadi proses peradangan

(inflamasi),dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital, urinary tidak terjadi.

Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1%-5%.1

b. Clean-Contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi)

Adalah luka pembedahan ketika sistem pernafasan, pencernaan, genital, urinary

dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi. Kemungkinan terjadinya

infeksi luka adalah 3%-11%.1

c. Contamined Wounds (luka terkontaminasi)

Adalah luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan atau operasi dengan kerusakan

besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna. Pada jenis luka ini

termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan terjadinya infeksi luka adalah

10%-17%.1

10

3. Berdasarkan proses penyembuhan

Luka berdasakan proses penyembuhan dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Penyembuhan primer (healing by primary intention)

Penyembuhan primer biasanya terjadi setelah luka insisi. Tepi luka dapat menyatu

kembali , permukaan bersih, tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka

berlangsung dari internal ke eksternal.11

b. Penyembuhan sekunder (healing by secondary intention)

Proses penyembuhan luka berlangsung mulai dari pembentukan granulasi didasar

luka dan sekitarnya serta sebagian jaringan hilang.11

c. Delayed primary healing (tertiary healing)

Penyembuhan luka sering disertai infeksi dan berlangsung lambat. Diperlukan

penutupan luka secara manual.11

4. Berdasarkan Lama penyembuhan

Luka dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Luka akut

Luka dikatakan akut apabila penyembuhan terjadi dalam 2-3 minggu. Luka inisisi

dikategorikan akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan proses

penyembuhan normal.11

11

b. Luka kronis

Luka disebut kronis jika tidak aa tanda-tanda sembuh dalam jangka waktu lebih dari

4-6 minggu. Luka inisisi dikategorikan kronis jika proses penyembuhan lambat

(delayed healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.11

2.1.3 Fase Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu hemostatis dan

inflamasi, proliferasi, serta maturasi dan remodeling. Ketiga fase ini akan terjadi saling

tumpang tindih (overlapping) dan berlangsung sejak terjadi terbentuknya luka sampai

tercapainya resolusi luka. Semua luka harus melewati proses seluler dan biokimia yang

berkelanjutan, agar tercapai pengembalian integritas jaringan yang sempurna.2

Gambar 2.1 Fase Penyembuhan Luka

(sumber: https://image.slidesharecdn.com/prosespenyembuhanluka-140106113224-

phpapp02/95/proses-penyembuhan-luka-5-638.jpg?cb=1389008004)

12

a. Fase inflamasi

Pada fase ini berlangsung selama 1-4 hari terjadi respon vaskuler dan seluler.

Vasokonstriksi pembuluh darah dan bekuan fibrin platelet terbentuk. Reaksi ini

berlangsung 5-10 menit dan diikuti vasodilatasi venula.12

b. Fase proliferasi

Pada fase ini berlangsung selama 3-21 hari Fibroblast memproduksi substansi

dasar dan kolagen bersama pembuluh darah kapiler, fibroblast membentuk jaringan

granulasi.12

c. Fase remodelling

Pada fase ini berlangsung selama 21 hari setelah terjadinya luka. Fibroblas mulai

meninggalkan luka, jaringan parut tampak besar sampai fibril kolagen menyusun

kedalam posisi yang lebih padat. Maturasi jaringan ini terus berlanjut dan mencapai

kekuatan maksimum dalam 10-12 minggu.12

2.1.4 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka

a. Status imunologi atau kekebalan tubuh, berperan dalam penyembuhan luka yang

merupakan proses biologis yang kompleks. Peran system kekebalan tubuh dalam

proses ini tidak hanya untuk mengenali dan memerangi antigen baru dari luka,

tetapi juga untuk proses regenerasi sel.1

13

b. Kadar gula darah, ketika terjadi peningkatan gula darah akibat hambatan sekresi

insulin, misalnya pada pasien diabetes mellitus juga dapat menyebabkan nutrisi

tidak masuk kedala sel sehingga terjadi penurunan protein dan kalori tubuh.1

c. Rehidrasi dan pencucian luka, berperan untuk mengurangi jumlah bakteri

didalam luka sehingga jumlah eksudat yang dihasilkan bakteri akan berkurang.1

d. Nutrisi, berperan dalam penyembuhan luka. Misalnya vitamin C sangat penting

untuk sintesis kolagen, vitamin A meningkatkan epitelisasi dan seng (zinc)

diperlukan untuk mitosis sel dan proliferasi sel. Malnutrisi menyebabkan

berbagai perubahan metabolic yang mempengaruhi penyembuhan luka.1

e. Kadar albumin darah, albumin berperan untuk mencegah edema dan penentuan

onkotik plasma darah. Dalam penyembuhan luka target albumin adalah 3,5-

5,5g/dl.1

f. Suplai oksigen dan vaskularisasi, merupakan prasyarat untuk proses reparative,

seperti proliferasi sel, pertahanan bakteri, angiogenesis dan sintesis kolagen.

Apabila terjadi hipolsia jaringan dapat menghambat penyembuhan luka.1

g. Nyeri, rasa nyeri merupakan salah satu pencetus peningkatan hormone

glukokortikoid yang dapat menghambat proses penyembuhan luka.1

h. Kortikosteroid, steroid memiliki efek antagonis terhadap factor-faktor

pertumbuhan dan deposisi kolagen dalam penyembuhan luka. Steroid menekan

system imun yang dibutuhkan dalam penyembuhan luka.1

14

2.2 Tanaman Sambiloto (Andrographis Paniculata Nees)

Tanaman sambiloto atau Andrographis Paniculata Nees adalah salah satu jenis

tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional yang berpotensi sebagai

antioksidan dan mempunyai aktivitas sebagai anti inflamasi, anti bakteri, antialergi dan

anti thrombosis.9

Gambar 2.2 Tanaman Sambiloto

(sumber : http://www.obatmaagterbaik.com/wp-content/uploads/2016/07/sambiloto.jpg)

2.2.1 Taksonomi

Taksonomi tanaman sambiloto (Andrographis Paniculata Nees) yaitu13

Domain : Eukaryota

Kingdom : Plantae

Subkingdom :Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Angiosperma

Kelas : Dicotyledonae

15

Subkelas : Gamopetalae

Seri : Bicarpellatae

Order : Personales

Famili : Acanthaceae

Subfamili : Acanthoideae

Suku : Justiciae

Subsuku : Andrographideae

Genus : Andrographis

Spesies : A. Paniculata (.Burm f.) Nees

2.2.2 Manfaat Tanaman Sambiloto (Andrographis Paniculata Nees)

Berikut ini beberapa kegunaan tanaman sambiloto dari berbagai negara yang

digunakan sebagai obat tradisional yaitu13

Negara Kegunaan

Ayurvedic Demam, Liver, vitiligo

Jepang Demam, pilek

Malaysia Diabetes, hipertensi

Scandinavian Demam, pilek

Obat Tradisional Bangladesh Diare akut, anoreksia, kembung dengan

rasa terbakar didada, pilek, sembelit,

batuk, kelemahan, diabetes, disentri,

16

edema, emesis, demam, sakit kepala,

cacingan, gangguan pencernaan,

keputihan, gangguan liver, kehilangan

nafsu makan, jumlah sperma rendah,

infeksi saluran kemih, infeksi paru-paru,

malaria, faringotonsilitis, gangguan

seksual dan kulit, sinusitis yang tidak

parah, vertigo

Obat Tradisional China Inflamasi, demam, rasa terbakar, erosi

serviks, cacar air, flu, batuk dengan

dahak, demam, hepatitis, herpes zoster,

radang tenggorokan, gondok,

neurodermatitis, radang panggul,

faringitis,pharyngolaryngitis, pneumonia,

infeksi saluran pernapasan, gigitan ular,

luka, otitis media supuratif, tonsilitis,

vaginitis

Obat Tradisional India Diabetes, cacingan, herpes, infeksi kulit,

gigitan ular

Obat Tradisional Thai Demam, pilek, diare menular

Sistem obat Unani Anti-inflamasi, antipiretik, bisul, demam,

17

pemulihan setelah demam, diuretik,

gonore, buang air kecil yang tidak

teratur, kusta, kehilangan nafsu makan,

kudis.

2.2.3 Kandungan kimia

a. Andrografolida

Andrografolida merupakan senyawa bioaktif dari tanaman Andrographis

Paniculata (Burm F) Nees. Pembentuk utama dalam ini adalah diterpenoidal labdan.

Andrografolida merupakan senyawa yang sangat pahit dan struktur senyawa ini

telah diuji dengan metode kristalografi sinar X. Nama sistematis 3-[2-[decahydro-

6-hydroxy-5-(hydroxymethyl)-5,8a-dimethyl-2-methylene-1-naphthalenyl]

ethylidine]dihydro-4-hydroxy-2(3H)-furanone.

Senyawa andrografolida larut dalam metanol, etanol, piridin, asam asetat dan

aseton, tetapi sedikit larut dalam eter dan air. Senyawa ini memiliki bioaktif antara

lain yaitu sebagai antiinflamasi, antikanker, antitumor, hepatoprotektif,

immunomodulator, antioksidan, antidiabetik, antimicroba, dan antivirus.14

18

b. Farnesol

Farnesol (trans,trans-3,7,11-trimethyl-2,6,10-dodecatrien-1-ol) merupakan bahan

kimia yang banyak digunakan pada manusia ditemukan pada tanaman dan sekarang

diproduksi secara sintesa. Farnesol bagian dari kelas senyawa yang dikenal sebagai

isoprenoid non-sterol. Sterol dan non-sterol isoprenoid merupakan produk alami

yang dihasilkan dari prekursor umum, mevalonat dan diperlukan untuk sejumlah

fungsi seluler, seperti signal sel, sintesis protein, integritas membran, proliferasi sel

dan apoptosis. Farnesol juga memiliki efek anticlastogenic yang dapat memperbaiki

antioksidan dan menghambat kerusakan oksidatif.15,16,17

c. Protein Arabinogalactan

Pada tanaman Protein Arabinogalactan (AGPs) ditemukan didaun, batang, akar,

bunga dan biji. AGPs termasuk family glikosilate kaya hidroksipolin glycoprotein

yang memiliki peran penting dalam perkembangan dan pertumbuhan tumbuhan.18

d. Flavanoid

Flavanoid merupakan kelompok senyawa metabolik sekunder yang banyak

ditemukan didalam jaringan tanaman.19

Flavanoid terdiri dari kelompok besar

senyawa polifenol yang memiliki struktur benzo-γ-pyrone dan disintesa dengan

fenilproponoid. Flavonoid menyebar hampir diseluruh bagian tanaman, terutama sel

tanaman yang berfotosintesis salah satu komponen utama flavonoid adalah

mewarnai tanaman yang berbunga. Pada umumnya flavonoid bermanfaat untuk

19

memberikan warna dan rasa, pencegahan oksidasi lemak, proteksi vitamin dan

enzim.20

Apabila flavonoid diabsorbsi, akan terjadi peningkatan beberapa fungsi biologis

seperti sintesis protein, diferensiasi, dan proliferasi sel. Flavonoid mengalami

hidroksilasi zat fenolik dan diketahui disintesis sebagai respon terhadap infeksi

mikroba. Flavonoid memiliki kemampuan untuk menginduksi sistem enzim yang

melindungi manusia.21

Beberapa penelitian menemukan bahwa flavonoid memiliki efek protektif

melawan infeksi (penyakit yang disebabkan dengan bakteri dan virus) dan penyakit

degeneratif seperti penyakit jantung, kanker, dan penyakit yang terkait dengan usia.

Jika flavonoid diberikan pada kulit dapat menghambat pendarahan.20,22

Flavonoid digunakan sebagai perlindungan integritas vaskular sebagai agen anti

steoporotik dan anti hepatotoksik. Selain itu, memiliki efek antitumor yang secara in

vitro dan in vivo dapat menghambat aktivitas enzim seperti aldoso-reduktase dan

xanthine-oksidasi serta dapat memperbaiki saluran pencernaan seperti anti ulcer,

anti pasmodic, anti sekresi dan anti diare. Flavonoid memiliki anti inflamasi yang

baik untuk menghambat produksi mediator inflamasi seperti prostaglandin,

leukotrien atau oksidasi nitrat.21

Sifat anti inflamasi telah terbukti secara in vitro vivo dan in vivo. Dalam

menghambat terjadinya inflamasi mekanisme flavonoid terjadi melalui dua cara

yaitu flavonoid kurang efektif melepaskan asam arakidonat daripada sekresi enzim

lisosim dan menghambat proliferasi dan fase eksudat dari proses inflamasi.21,23

20

Flavonoid berperan penting menjaga permeabilitas serta meningkatkan resistensi

pembuluh darah kapiler, maka flavonoid digunakan apabila terjadi gangguan

permeabilitas dinding pembuluh darah atau keadaan patologis lainnya. Terjadinya

kerusakan pembuluh darah kapiler akibat jejas sehingga terjadi peningkatan

permeabilitas kapiler, sehingga darah akan keluar dari kapiler ke jaringan diikuti

respon inflamasi.24,25

e. Saponin

Saponin adalah suatu glikosida yang terdiri dari gugus gula yang berikatan

dengan aglikon atau sapogenin. Saponin apabila dikocok akan berbusa dan mudah

larut dalam air dan alkohol, tetapi tidak larut dalam eter. Saponin memiliki rasa

pahit dan menyebabkan iritasi. Saponin terdiri atas dua kelompok yaitu saponin

triterpenoid, dan saponon streroid. Tanaman yang mengandung saponin banyak

ditemukan pada akar dan daun. Saponin memiliki manfaat sebagia antibakteri dan

antivirus.26,27

Namun, adanya senyawa saponin dalam penggunaan dibidang kesehatan

beberapa penelitian menjukkan bahwa kandungan saponin mempunyai aktivitas

biologis seperti sebagai antikanker dan dapat menurunkan kolestrol. Selain itu,

saponin memiliki kemampuan sebagai antiseptic untuk membunuh atau mencegah

pertumbuhan mikroorganisme.22,28

21

f. Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa kimia organik yang mengandung atom Nitrogen yang

bersifat basa dan merupakan cincin heterosiklik. Pada tanaman alkaloid terdapat

pada bagian daun, ranting, biji, dan kulit batang. Menurut Solomon, fungsi alkaloid

adalah untuk memacu sistem saraf, menaikkan tekanan darah, mengurangi rasa sakit

dan dapat melawan infeksi mikrobial.22,29,30

g. Fenol

Senyawa fenol adalah suatu senyawa yang mengandung gugus hidroksil yang

terikat langsung pada gugus cincin hidrokarbon aromatik. Polifenol merupakan

senyawa turunan fenol yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Aktivitas

antioksidan terbentuk karena kemampuan senyawa fenol membentuk ion fenoksida

yang dapat memberikan satu elektronnya ke radikal bebas.31,32

h. Tanin

Tannin merupakan komponen zat yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa

fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal.31

Seyawa tanin adalah

senyawa astringent, yaitu senyawa phenol yang larut dalam air yang memiliki rasa

pahit dari gugus polifenolnya yang dapat mengikat dan mengendapkan protein.

Tannin memiliki berat molekul antara 500 dan 3000 Da. Tanin dapat digunakan

sebagai antidiare, hemostatik, dan antihemorrhodial. Efek inflamasi tanin dapat

22

membantu mengontrol semua indikasi dari gangguan gastritis, esofagitis,enteritis,

dan gangguan usus.34

Tannin tidak hanya menyembuhkan luka dan menghentikan perdarahan, tetapi

juga dapat menghentikan infeksi saat akan menyembuhkan luka internal.

Kemampuan tannin untuk membentuk lapisan proteksi pada jaringan yang terluka

untuk mencegah infeksi yang lebih parah.selain itu, tannin juga dapat menyebabkan

penutupan pori-pori kulit, memperkeras kulit, menghentikan eksudat dan

pendarahan yang ringan.29,33,35

2.3 Madu (Apis mellifera)

Madu adalah cairan kental dengan kandungan gula jenuh, berasal dari nektar bunga

yang dikumpulkan dan dimodifikasi oleh lebah madu Apismelifera. Madu hasil dari

lebah yang ditampung dengan metode pengambilan moderen berupa cairan jernih dan

bebas dari benda asing.43

23

Gambar 2.3 Lebah Apis mellifera

(Sumber:https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fi1.wp.com%2Fstat

ic.republika.co.id%2ab&bih=691&biw=1280&q=taksonomi%20madu.jpg.cwBw..i&w=

360

2.3.1 Taksonomi

Kerajaan : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Hymenoptera

Famili : Apidae

Genus : Apis

Spesies : Apis andreniformis, Apis cerana, Apis dorsata, Apis florea, Apis

koschevnikovi, Apis laboriosa, Apis mellifera

24

2.3.2 Manfaat Madu

a. Aktivitas antiinflamasi

Aktivitas antiinflamasi telah terbukti ditinjau dari aspek klinis, biokimiawi,

maupun histologis. Secara klinis, aplikasi madu pada luka terbukti dapat mengurangi

edema dan pembentukan eksudat, meminimalisasi pembentukan jaringan parut dan

mengurangi sensasi nyeri pada luka bakar dan jenis luka lainnya. Secara biokimiawi

madu mampu menurunkan kadar malondialdehid dan lipid peroxide serta secara

histologis dijumpai penurunan jumlah sel radang pada jaringan

Madu memiliki kandungan komponen fenol yang dianggap mampu menghambat

produksi sitokin proinflamasi TNF-α. Selain itu,adanya komponen antiinflamasi lain

selain komponen fenol tersebut yakni ap-albumin-1 protein yang dapat menghambat

fagositosis makrofag merupakan langkah pertama dalam rantai respon inflamasi

terhadap jaringan nekrotik atau sel mikroba.43

b. Aktivitas antibakteri

Potensi antibakterial madu diperoleh melalui tingginya osmolaritas madu akibat

kandungan gula yang cukup tinggi akan menarik cairan interseluler bakteri sehingga

akhirnya terjadi plasmolisis. Adanya kandungan hidrogen peroksidase, senyawa

kimia yang dibentuk secara lambat oleh glukosa oksidase yang secara alami

ditambahkan oleh lebah selama pembuatan madu, serta adanya kandungan senyawa

kimia tertentu (Phytochemical) dari nektar tumbuh-tumbuhan tertentu.43

25

c. Aktivitas antioksidan

Potensi antioksidan madu diduga berikatan erat dengan potensi antiiinflamasinya.

Radikal bebas yang dibentuk dari oxygen atau dikenal dengan istilah reactive oxygen

species (ROS) yang diproduksi pada rantai respirasi mitokondria dan oleh leukosit

saat terjadi inflamasi. ROS berperan sebagai pembawa pesan yang menghantarkan

umpan balik positif saat timbul inflamasi dan proses ini dapat dihambat oleh

antioksidan.

Senyawa-senyawa antioksidan dalam madu antara lain adalah flavonoid,

monofenol,polifenol dan vitamin C. Vitamin C merupakan senyawa yang berperan

penting sebagai antioksidan.43

d. Kemampuan menstimulasi proses pengangkatan jaringan mati/ debridement

Pada luka kronis sering dijumpai adanya slough (lapisan pada permukaan dasar

luka) yang merupakan akumulasi jaringan nekrotik, sel darah putih mati, bakteri mati

dan jaringan ikat) yang dapat menghambat proses penyembuhan luka dan

meningkatkan kolonisasi bakteri. Perlekatan slough pada permukaan dasar luka yang

sehat tersebut diperantarai oleh fibrin yang akan terurai apabila terdapat cukup

plasmin pada area luka tersebut. Namun, pada saat terjadi peradangan justru akan

terbentuk lebih banyak plasminogen activator inhibitor (PAI).

Pada dasarnya PAI berfungsi menghambat aktivator plasminogen yang bertugas

mengonversi plasminogen menjadi plasmin. Penggunaan madu akan menghambat

produksi PAI sehingga akan terbentuk lebih banyak plasmin yang bertugas mengurai

26

fibrin dan melepaskan perlekatan slough pada permukaan dasar luka yang sehat tanpa

penguraian matriks kolagen yang diperlukan untuk pebaikan jaringan.43

e. Kemampuan mempercepat laju penyembuhan dan imunomodulasi

Kondisi luka yang asam akan meningkatkan pelepasan oksigen dari hemoglobin,

sehingga dapat mendukung proses penyembuhan luka. 43

2.4 Parafin

Merupakan minyak mineral ringan yang mempunyai sifat transparan, cairan tidak

berwarna, tanpa fluorisensi disiang hari. Pada saat dingin tidak berbau dan hambar serta

memiliki bau samar ketika dipanaskan. Bahan ini larut dalam kloroform,eter dan

hidrokarbon, etanol (95%), tetapi tidak larut dalam air.40

27

2.5 Metode Ekstraksi Bahan Alam

Ekstraksi adalah proses pemisahan bahan menggunakan pelarut yang sesuai. Jenis-

jenis metode ekstraksi yang digunakan adalah

1. Maserasi

Metode maserasi ini merupakan metode yang paling sederhana. Metode

ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai

kedalam wadah yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan

ketika terjadi keseimbangan antara konsentrasi dalam pelarut dengan konsentrasi

dalam tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan

penyaringan.36

Pada tahap pengeringan yaitu untuk mendapatkan simplisia yang tidak

mudah rusak dalam penyimpanan serta mengurangi kadar air dan dapat

menghentikan enzimatis yang dapat menurunkan mutu simplisia. Proses

pengeringan dilakukan tidak secara langsung terkena paparan sinar matahari dan

diangin-anginkan selama 2 minggu.

Proses penyarian dengan menggunakan metode maserasi tergolong

sederhana dan cepat tetapi sudah dapat menyaring zat aktif simplisia dengan

maksimal. Metode ini, tidak dilakukan dengan pemanasan sehingga mencegah

kerusakan atau hilangnya zat aktif yang disari.37,38

28

2. Ultrasound- Assisted Solvet Extraction

Metode ini merupakan metode maserasi yang dimodifikasi menggunakan

bantuan ultrasound. Wadah yang berisi serbuk ditempatkan dalam wadah

ultrasonic dan ultrasound.36

3. Perkolasi

Pada metode ini, serbuk dibasahi secara perlahan dalam perkolator.

Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan dibiarkan menetes

perlahan pada bagian bawah.36

4. Soxhlet

Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam sarung

selulosa (dapat digunakan kertas saring).36

5. Reflux dan destilasi uap

Pada metode reflux , sampel dimasukkan bersama pelarut kedalam labu

yang dihubungkan dengan kondensor. Pelarut dipanaskan hingga mencapai titik

didih sehingga uap terkondensasi dan kembali kedalam labu.36

29

2.6 Mencit (Mus musculus )

Mencit adalah kelompok hewan mamalia rodensia (pengerat) yang masuk dalam

famili Muridae. Hewan ini sering ditemukan di dekat pemukiman dengan bentuk seperti

tikus kecil. Di alam, hewan ini sering dijumpai dengan warna hitam-keabuan sementara

untuk hewan uji warna mencit ini diseleksi yang albino (putih). Hewan mencit sebagai

hewan percobaan yang sering digunakan dalam penelitian biologi, biomedis, dan

reproduksi.40

Gambar 2.6 Mencit (mus musculus)

(Sumber:https://www.google.com/imgres?imgurl=http%3A%2F%2Fraslytetebano.files.

wordpress.com%2F2011%2F01%2Fmencit3.jpg&

Ag..i&w=320&h=213&client=firefox-b-)

2.6.1 Taksonomi

Taksonomi pada mencit (Mus Musculus) yaitu:40

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

30

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Famili : Moridae

Genus : Mus

Species : Mus musculus L.

2.5.2 Morfologi

Mencit berukuran kurang dari 180 mm. Ciri-ciri tikus berukuran sedang bentuk

hidung yang meruncing, mata dan telinga besar, badan ramping dan ekor lebih panjang

daripada badan. Mencit memiliki panjang ekor sama dengan panjang badan dan

mempunyai ciri-mirip mirip tikus yang berukuran sedang, tetapi badannya lebih kecil.39