31
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP XAVERIUS LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2016/ 2017 ARTIKEL ILMIAH Oleh: ROBBY SURYANA NPM 4012036 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU 2016

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP XAVERIUS

LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2016/ 2017

ARTIKEL ILMIAH

Oleh:

ROBBY SURYANA

NPM 4012036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU

2016

Page 2: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

2

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP XAVERIUS

LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2016/ 2017

Oleh

Robby Suryana 1

Fadli 2

dan Drajat Friansah 3

Email: [email protected]

Penelitian ini berjudul “Efektivitas Model Discovery Learning Terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Kelas VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/ 2017.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah kemampuan berpikir kritis

siswa setelah mengikuti model Discovery Learning dalam kategori baik? Apakah

kemampuan pemecahan masalah siswa setelah mengikuti model Discovery

Learning dalam kategori baik? Apakah respon siswa terhadap model

pembelajaran Discovery Learning dalam kategori baik? Apakah aktivitas siswa

yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model Discovery

Learning dalam kategori aktif? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

efektivitas model discovery learning terhadap kemampuan berpikir kritis dan

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Xaverius

Lubuklinggau. Populasi nya adalah siswa kelas VIII SMP Xaverius Lubuklinggau

Tahun Pelajaran 2016/ 2017 yang berjumlah 133 siswa dan sampel nya adalah

kelas VIII D yang berjumlah 27 siswa. Metode penelitian yang digunakan

penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

teknik tes dan non tes. Teknik analisis data dengan teknik tes rubrik kemampuan

berpikir kritis dan pemecahan masalah, observasi, dan angket. Hasil penelitian

menunjukkan efektivitas model discovery learning terhadap kemampuan berpikir

kritis sebesar 51,54% dalam kategori baik dan pemecahan masalah sebesar

51,11% dalam kategori baik, aktivitas pembelajaran siswa dalam kategori aktif

sebesar 63,65% dan respon siswa terhadap pembelajaran dalam kategori baik

sebesar 71,06%.

Kata kunci: Efektivitas, Kemampuan Berpikir Kritis, Kemampuan Pemecahan

Masalah, Discovery Learning

PENDAHULUAN

Tujuan diberikannya matematika dalam Kurikulum Matematika Sekolah

(Tim MKKBPM, 2001:83) antara lain agar siswa mampu menghadapi perubahan

Page 3: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

3

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

keadaan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar

pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif. Selain itu,

matematika merupakan media untuk memecahkan masalah. Sejalan dengan

National Council of Teacher of Mathematics (dalam Yuliani, 2014:392) tujuan

matematika diberikan kepada siswa yaitu agar peserta didik memiliki

kemampuan: belajar untuk berkomunikasi, belajar untuk bernalar, belajar untuk

memecahkan masalah, belajar untuk mengaitkan ide, dan pembentukan sikap

positif terhadap matematika. Oleh karena itu siswa harus diberikan kesempatan

untuk membangun sendiri konsep berdasarkan pengetahuan yang diperoleh

sebelumnya.

Berdasakan beberapa pendapat di atas terdapat bahwa tujuan pembelajaran

matematika antara lain agar siswa dapat belajar berpikir kritis dan pemecahan

masalah yang merupakan salah satu proses berpikir dalam pembelajaran

matematika. Secara umum berpikir kritis menurut Moore dan Parker (dalam

Haryani, 2012:165) adalah penentuan secara berhati-hati dan sengaja apakah

menerima, menolak atau menunda keputusan tentang suatu klaim/ pernyataan.

Sedangkan menurut Hartono (2013:144) belajar yang baik adalah memecahkan

masalah. Belajar yang menghadapkan siswa pada masalah secara tak langsung

telah mengasah kemampuan berpikir kritis dan kreativitas anak untuk

memecahkan masalah. Potensi berpikir kritis siswa ketika dihadapkan dengan

masalah secara otomatis akan terangsang. Siswa akan diajak kritis untuk

menganalisis masalah secara mendalam dan dituntun kreatif dalam rangka

melahirkan alternatif pemecahan masalah.

Page 4: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

4

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

Berdasarkan laporan TIMSS 2011 (dalam Masduki dkk 2013:421-422)

para siswa kelas VIII Indonesia menempati posisi ke 38 diantara 42 negara yang

berpartisipasi dalam tes matematika. Dari rata-rata skor internasional 500, para

siswa Indonesia hanya memperoleh skor rata-rata 386. Skor siswa Indonesia

tersebut tertinggal dengan siswa sesama Negara ASEAN seperti Singapura,

Malaysia, dan Thailand yang masing-masing mendapatkan skor rata-rata 661,

440, dan 427. Rata-rata skor tersebut menunjukkan kemampuan matematika para

siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low) diantara empat tingkatan

yaitu lanjut (advanced), tinggi (high), dan menengah (intermediate). Hasil survey

ini menunjukkan bahwa siswa masih memiliki kemampuan berpikir kritis yang

masih rendah.

Hasil survey TIMMS tentang kemampuan matematika siswa Indonesia

tidak jauh berbeda dengan hasil survey dari lembaga lain seperti PISA

(Programme International for Student Assesment). Berdasarkan hasil survey PISA

2009 (dalam Masduki dkk 2013:422) , kemampuan matematika siswa Indonesia

menempati ranking 61 dari 65 negara yang berpartisipasi dengan skor rata-rata

371 yang jauh dari skor rata-rata internasional yaitu 496. Hasil survey ini juga

menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa masih relatif rendah.

Berdasarkan hasil survey di atas dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kritis

dan kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah.

Berdasarkan studi pendahuluan di SMP Xaverius Lubuklinggau, terlihat

bahwa siswa mengalami kesulitan ketika diberi soal-soal tentang kemampuan

berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah. Hal ini terjadi karena siswa

Page 5: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

5

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

belum terbiasa menyelesaikan soal yang membutuhkan aspek pemahaman,

perencanaan, penyelesaian, dan menemukan hasil.

Adapun upaya untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan model

pembelajaran yang dapat membentuk siswa aktif serta mampu mengembangkan

kemampuan berpikir kritis dan pemecahkan masalah. Salah satu model yang

diharapkan sesuai dengan hal tersebut adalah model Discovery Learning. Sesuai

dengan namanya, model Discovery Learning ini mengarahkan siswa untuk dapat

menemukan sesuatu melalui proses pembelajaran yang di ikuti. Menurut

Sulistyowati (dalam Andani, 2015:5) model Discovery Learning menuntut siswa

berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan menjawab berbagai pertanyaan

dan memecahkan persoalan untuk menemukan suatu konsep. Hal senada juga

dikatakan dalam penelitian yang dilaksanakan oleh Sulistyowati dan Indarti

(dalam Andani, 2015:5) menyatakan bahwa penerapan model Discovery Learning

dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Sedangkan menurut hasil

penelitian Astuti (2015:49) dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis

siswa meningkat setelah pembelajaran menggunakan lembar kegiatasn siswa

(LKS) berbasis Discovery Learning.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Efektivitas Model Discovery Learning terhadap

kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa kelas VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/ 2017”.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan dapat di

rumuskan masalah sebagai berikut:

Page 6: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

6

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

1. Apakah kemampuan berpikir kritis siswa setelah mengikuti model Discovery

Learning dalam kategori baik?

2. Apakah kemampuan pemecahan masalah siswa setelah mengikuti model

Discovery Learning dalam kategori baik?

3. Apakah respon siswa terhadap model pembelajaran Discovery Learning

dalam kategori baik?

4. Apakah aktivitas siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan

menggunakan model Discovery Learning dalam kategori aktif?

LANDASAN TEORI

A. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas adalah penggambaran seluruh siklus input, proses dan output

yang mengacu pada hasil guna daripada suatu program atau kegiatan yang

menyatakan sejauh mana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai,

serta ukuran berhasil tidaknya mencapai tujuannya dan mencapai target-tergetnya.

Sedangkan menurut The Liang Gie (dalam Riduwan, 2013:205) menyatakan

bahwa efektivitas berarti terjadi suatu efek atau akibat yang dikehendaki dalam

suatu perbuatan. Setiap pekerja yang efisien tentu juga berarti efektif, perbuatan

itu telah tercapai secara maksimal (mutu atau jumlahnya). Sebaliknya dilihat dari

segi usaha efek yang diharapkan juga telah tercapai dan bahkan dengan

penggunaan unsur usaha secara maksimal. Hartono (2013:160) mengemukakan

bahwa efektivitas menjadi poin penting dalam proses pembelajaran. Efektif-

tidaknya sebuah pembelajaran bisa dilihat dari sejauh mana sasaran minimal dari

kompetensi dasar yang telah ditetapkan itu tercapai. Serta akan dikatakan efektif

Page 7: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

7

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

sebuah pembelajaran apabila mampu memberi pengalaman baru bagi siswa atau

pun bagi guru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

efektivitas pembelajaran adalah gambaran dalam proses pembelajaran yang

menghasilkan apa yang harus dikuasai oleh siswa setelah proses pembelajaran

berlangsung serta mampu memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam belajar

untuk mencapai tujuan.

B. Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah suatu kegiatan melalui cara berpikir tentang ide

atau gagasan yang berhubungan dengan konsep yang diberikan atau masalah yang

dipaparkan. Berpikir kritis juga dapat dipahami sebagai kegiatan menganalisis

idea atau gagasan ke arah yang lebih sempurna. Berpikir kritis berkaitan dengan

asumsi bahwa berpikir merupakan potensi yang ada pada manusia yang perlu

dikembangkan untuk kemampuan yang optimal (Susanto, 2013:121).

Menurut Ennis (Susanto, 2013:121), berpikir kritis adalah suatu berpikir

dengan tujuan membuat keputusan masuk akal tentang apa yang diyakini atau

dilakukan. Sedangkan menurut Langrehr (dalam Jayadipura, 2014:125)

mengartikan berpikir kritis sebagai berpikir evaluatif yang melibatkan kriteria

yang relevan dalam mengakses informasi disertai dengan ketepatan, relevansi,

kepercayaan, ketegapan, dan bias. Pendapat senada dikemukakan juga oleh

Anggelo berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang

tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, menyintesis, mengenal permasalahan

dan pemecahan masalahnya, menyimpulkan dan mengevaluasi. Begitu juga

Page 8: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

8

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

menurut Krulik (dalam Ismamuiza, 2013:375) mengemukakan bahwa berpikir

kritis itu adalah suatu cara berpikir yang menguji, menghubungkan, dan

mengevaluasi termasuk di dalamnya kemampuan untuk mengumpulkan informasi,

mengingat, menganalisis situasi, membaca serta memahami dan mengidentifikasi

hal-hal yang diperlukan.

Untuk mengukur kemampuan berpikir kritis, diperlukan rubrik yang di

modifikasi dari Facione (dalam Ismamuiza, 2013:377) yang menggukan pedoman

pada tabel 1.

Tabel 1. Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa

Aspek yang

diukur

Respon siswa terhadap soal Skor

Mengidentifikasi

Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang salah 0

Menemukan fakta, data dari soal yang diberikan tetapi

sebagian kecil benar

1

Menemukan fakta, data dari soal yang diberikan yang benar

dan salah seimbang

2

Menemukan fakta, data dari soal yang diberikan hampir benar

tetapi belum bisa menghubungkan ke langkah selanjutnya

3

Menemukan fakta, data dari soal yang diberikan benar dan

bisa menghubungkan ke langkah selanjutnya

4

Merumuskan dan

Memecahkan

Masalah

Tidak menjawab, atau memberikan jawaban yang salah 0

Bisa merumuskan masalah dan memecahkan masalah tetapi

sebagian kecil benar

1

Bisa merumuskan masalah dan memecahkan masalah dari

soal yang diberikan yang benar dan salah seimbang

2

Bisa merumuskan dan memecahkan masalah dari soal yang

diberikan, serta melakukan perhitungan dan langkah

selanjutnya hampir benar

3

Bisa merumuskan dan memecahkan masalah dari soal yang

diberikan, serta melalukan perhitungan dan langkah

selanjutnya dengan benar

4

Menarik

Kesimpulan

Tidak menjawab, atau memberikan jawaban yang salah 0

Bisa menarik kesimpulan dari langkah sebelumnya atau

permasalahan yang diberikan tetapi sebagian kecil benar

1

Bisa menarik kesimpulan dari langkah selanjutnya atau

permasalahan yang diberikan tetapi yang salah dan benar

seimbang

2

Bisa menarik kesimpulan dari langkah sebelumnya atau 3

Page 9: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

9

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

permasalahan yang diberikan hampir benar

Bisa menarik kesimpulan dari langkah sebelumnya atau

permasalahan yang diberikan dengan benar

4

Menghubungkan

Tidak menjawab, atau memberikan jawaban yang salah 0

Bisa menghubungkan antara aspek sebelumnya ke langkah

selanjutnya tetapi sebagian kecil benar

1

Bisa menghubungkan antara aspek sebelumnya ke langkah

selanjutnya yang benar dan yang salah seimbang

2

Bisa menghubungkan antara aspek sebelumnya ke langkah

selanjutnya hampir benar

3

Bisa menghubungkan antara aspek sebelumnya ke langkah

selanjutnya dengan benar

4

Mengevaluasi

argumen

Tidak menjawab atau memberikan jawabn yang salah 0

Bisa mengevaluasi argumen dari permasalahan yang diberikan

tetapi sebagian kecil benar

1

Bisa mengevaluasi argumen dari permasalahan yang diberikan

yang benar dan salah seimbang

2

Bisa mengevaluasi argumen dari permasalahan yang diberikan

hampir benar

3

Bisa mengevaluasi argumen dari permasalahan yang diberikan

dengan benar.

4

Skor Minimal = 0 Skor Maksimal = 20

Kategori kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini berdasarkan berbagai

sumber yang ada serta pembuatan rentang skor atau nillai akhir berdasarkan

sumber (Sugiyono, 2013:36). Ada 3 soal untuk kemampuan berpikir kritis dengan

skor total 60. Masing-masing soal memiliki skor tertinggi 20, sedangkan skor

terendah 0. Adapun kategori kemampuan siswa berdasarkan tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Kategori Kemampuan Berpikir Kritis

Rentangan Skor Nilai akhir Siswa Kategori

46 – 60

31 – 45

16 – 30

0 – 15

76 – 100

51 – 75

26 – 50

0 – 25

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang Baik

Page 10: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

10

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

C. Kemampuan Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan

kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi

situasi yang baru. Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong

seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa

yang harus dikerjakan (Tim MKPBM, 2001:86) . Menurut Abdurrahman (dalam

Sukasno, 2015:303) pemecahan masalah matematika merupakan aplikasi dari

konsep dan keterampilan. Sedangkan menurut Setya (dalam Munandar, 2014:328)

pemecahan masalah merupakan latihan bagi siswa untuk berhadapan dengan

sesuatu yang tidak rutin dan kemudian mencoba menyelesaikannya.

Kategori kemampuan pemecahan masalah serta rubrik penskoran nya

berdasarkan tabel 3 dan tabel 4 berikut ini:

Tabel 3. Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Aspek yang dinilai dan rubrik penilaian Skor

a. Memahami masalah

1) Benar

2) Sebagian kecil benar

3) Salah atau tidak ada jawaban

2

1

0

b. Rencana strategi pemecahan masalah

1) Runtut dan benar

2) Hampir runtut dan benar

3) Tidak runtut atau tidak membuat atau salah

2

1

0

c. Proses melaksanakan strategi pemecahan masalah

1) Benar

2) Hampir benar

3) Yang benar dan salah seimbang

4) Sebagian kecil benar

5) Salah

6) Tidak menghitung

5

4

3

2

1

0

d. Menuliskan jawaban permasalahan

1) Benar

2) Salah atau tidak ada

1

0

Skor minimal = 0, skor maksimal 10

Wardhani (2010: 27)

Page 11: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

11

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

Tabel 4. Kategori Kemampuan Pemecahan Masalah

Rentangan Skor Nilai akhir Siswa Kategori

22,6 – 30

15,1 – 22,5

7,6 – 15

0 – 7,5

75,33 – 100

50,33 – 75

25,33 – 50

0 – 25

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang Baik

D. Model Discovery Learning

Rusefendi (dalam Rahman, 2014:36) mengemukakan bahwa discovery

adalah metode mengajar yang diatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh

pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui itu tidak melalui pemberitahuan,

dimana sebagian atau seluruh pengetahuan ditemukan sendiri dengan bantuan

guru. Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai

proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran

dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri.

Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund (dalam

Roestiyah, 2012:20) discovery adalah proses mental dimana siswa mampu

mengasimilasi sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud dengan proses mental

tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-

golongkan, membuat fugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan

sebagainya. Suatu konsep misalnya: segitiga, panas, demokrasi, dan sebagainya,

sedang yang dimaksud dengan prinsip antara lain ialah: logam apabila dipanaskan

akan mengembang. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau

mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan

instruksi.

Page 12: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

12

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut: (1) Stimulation (stimulasi/ pemberian rangsangan) yaitu:

Guru bertanya tentang apa yang diketahui siswa tentang materi prasyarat, (2)

Problem Statement (pernyataan/ identifikasi masalah yaitu: bila siswa belum

mampu menjawabnya, guru memberikan contoh permasalahan yang berkaitan

dengan kehiudpan sehari-hari yang terkait dengan materi prasyarat, (3) Data

Collection (pengumpulan data) yaitu: (a) guru membentuk kelompok yang

heterogen terdiri dari 5-6 orang siswa dalam satu kelompok, (b) guru memberikan

Lembar Kegiatan Siswa (LKS), (c) Guru meminta setiap kelompok melakukan

pembagiann tugas, sehingga semua siswa dapat mencermati, mengumpulkan data/

informasi sebanyak-banyaknya (membaca buku, literature, dll) serta mulai

membangun strategi penyelesaian, (4) Data processing (pengolahan data) yaitu:

siswa mencermati dan menjawab pertanyaan yang ada pada Lembar Kegiatan

Siswa (LKS), kemudian menuliskan hasil analisisnya dalam LKS, (5)

Verification (Pembuktian) yaitu: Guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menemukan konsep, teori, atau pemahaman mengenai materi yang ada di

dalam lembar kerja siswa (LKS) melalui contoh-contoh yang ada dalam

kehidupan sehari-hari, dan (6) Generalization (menarik kesimpulan/ generalisasi)

yaitu: (a) siswa dapat menyimpulkan konsep atau teori tentang materi, (b) selama

siswa bekerja di dalam kelompok, guru memperhatikan siswa untuk terlibat

diskusi.

Page 13: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

13

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

E. Respon

Respon dalam penelitian ini adalah tanggapan siswa terhadap kegiatan

pembelajaran dengan model discovery learning yang dapat diukur melalui angket

respon siswa.

Adapun indikator respon siswa yang digunakan dalam penelitian ini ada

16 indikator. Respon siswa dibedakan menjadi dua, yaitu respon positif dan

respon negatif yang mengacu pada langkah-langkah model discovery learning

dapat di lihat pada tabel 5.

Tabel 5. Indikator Respon Siswa

Langkah-langkah Pembelajaran

Indikator

Stimulation (pemberi

rangsangan)

Guru memberikan

pertanyaan kepada

siswa tentang materi

prasyarat

Saya memiliki kemampuan tinggi untuk

mengikuti pelajaran matematika

Guru memberikan kesempatan kepada saya

untuk mempelajari materi prasyarat

sehingga kemampuan saya dibangun

sedikit demi sedikit agar mudah

dimengerti.

Saya terpaksa belajar matematika karena

merupakan salah satu pelajaran yang

wajib diikuti

Problem Statement

(pernyataan/

identifikasi masalah)

Bila siswa belum

mampu menjawab,

guru memberikan

contoh permasalahan

yang berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari

Materi yang disampaikan menjadi mudah

dimengerti karena berawal dari kehidupan

sehari-hari

Masalah yang diberikan membuat saya

bingung dengan materi yang diajarkan

Page 14: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

14

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

Langkah-langkah Pembelajaran

Indikator

Data Collection

(pengumpulan data)

Guru membentuk

kelompok

Saya senang belajar matematika dengan

berkelompok

Guru memberikan

LKS

Saya malas untuk mempelajari materi

yang ada di dalam lembar kerja

Pembelajaran matematika seperti ini

membuat saya menjadi lebih mandiri

Setiap kelompok

melakukan pembagian

tugas, sehingga semua

siswa dapat

mencermati,

mengumpulkan

data/informasi

sebanyak mungkin

Pembelajaran matematika seperti ini

membuat saya menjadi berani untuk

mengeluarkan pendapat dan gagasan

Saya menjadi lebih mengerti belajar

matematika dengan cara menemukan

Saya dapat menemukan konsep dengan

cara mencermati dan mengumpulkan data

sebanyak mungkin

Data Processing

(pengolahan data)

Siswa mencermati dan

menjawab pertanyaan

dari LKS yang

diberikan. Kemudian

melakukan analisis

pada lembar jawaban

yang telah disediakan

Pembelajaran matematika seperti ini

membuat saya menjadi lebih mengerti dan

mudah memahami isi materi

Pembelajaran matematika seperti ini

menyulitkan saya untuk memahami materi

Verification

(pembuktian)

Guru memberikan

kesempatan kepada

siswa untuk

menemukan konsep,

teori dan pemahaman

Saya senang belajar matematika dengan

cara menemukan karena kemampuan saya

dibangun sedikit demi sedikit sehingga

menjadi lebih mengerti

Saya menjadi termotivasi untuk berprestasi

dalam pembelajaran matematika

Generalization

(menarik

kesimpulan)

Mau menyimpulkan

hasil diskusi

Pembelajaran matematika seperti ini

membuat saya mampu menyimpulkan hasil

diskusi

Modifikasi Syah (dalam Andani, 2015:21)

Page 15: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

15

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

F. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar dalam penelitian ini adalah mengamati aktivitas belajar

siswa dengan langkah-langkah model Discovery Learning menggunakan lembar

kegiatas siswa dan diamati oleh 2 observer, masing-masing guru dan mahasiswa

lainnya

Adapun indikator aktivitas yang diamati dalam penelitian ini berjumlah 9

indikator. Indikator tersebut berdasarkan aktivitas siswa selama proses

pembelajaran dengan langkah-langkah discovery learning antara lain :

1. Siswa penuh perhatian dalam kegiatan belajar.

2. Siswa bertanya kepada guru/ teman tentang hal-hal yang kurang jelas.

3. Siswa melakukan kerja sama yang aktif dan tearah dalam kelompok.

4. Siswa antusias belajar kelompok serta mampu mengendalikan diri dari

kegaduhan.

5. Siswa mau berbagi dengan anggota kelompok.

6. Siswa mampu memecahkan masalah dalam kelompok.

7. Siswa berani mengemukakan pendapat atau gagasan.

8. Respon positif terhadap siswa yang melakukan presentasi, bertanya,

memberikan tanggapan atau menyanggah.

9. Siswa mau menyimpulkan hasil diskusi.

METODE PENELITIAN

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka jenis penelitian ini adalah

penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan

satu variabel secara sistematis. Adapun desain penelitian yang digunakan yaitu

Page 16: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

16

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

dengan menggunakan Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Dependen.

Variabel dalam penelitian ini adalah model discovery learning untuk variabel

bebas sedangkan variabel terikat nya yaitu kemampuan berpikir kritis dan

kemampuan pemecahan masalah. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII D

SMP Xaverius Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 27

orang. Siswa laki-laki berjumlah 12 orang dan perempuan berjumlah 15 orang.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes dan non tes.

Teknik tes berupa soal uraian sebanyak 6 soal. Sedangkan teknik non tes

menggunakan lembar aktivitas siswa dan angket respon terhadap pembelajaran.

Teknik analisis data menggunakan rubrik penskoran kemampuan berpikir kritis

dan kemampuan pemecahan masalah serta angket respon dan lembar aktivitas

siswa.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Sebelum pemberian perlakuan pembelajaran, dilakukan tes awal untuk

mengetahui kemampuan awal siswa tentang kemampuan berpikir kritis dan

kemampuan pemecahan masalah matematika. Berdasarkan hasil tes awal,

diperoleh data bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis sebesar 10,25% dalam

kategori kurang baik dan kemampuan pemecahan masalah siswa sebesar 2,22%

dalam kategori baik. Jadi, secara deskriptif dapat dikatakan kemampuan awal

siswa tentang berpikir kritis dan pemecahan masalah sebelum mengikuti model

Discovery Learning masih dalam kategori kurang baik.

Page 17: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

17

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

Setelah diberikan tes awal, dilanjutkan dengan pemberian perlakuan

sebanyak tiga kali pertemuan pembelajaran dengan model Discovery Learning

dan masing-masing proses pembelajaran tersebut aktivitas siswa dinilai dengan

menggunakan lembar observasi yang diamati oleh guru dan mahasiswa lain. Pada

pertemuan sebelumnya diakhir pembelajaran siswa diberikan lembar angket

respon untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan model

Discovery Learning yang telah dilaksanakan. Pada pertemuan kelima, siswa diberi

tes akhir untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis dan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa. Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas

siswa di peroleh rata-rata aktivitas pada pertemuan pertama sebesar 60,42, pada

pertemuan kedua sebesar 65,28, dan pada pertemuan ketiga 65,28. Sedangkan

rata-rata respon siswa sebesar 71,06. Berdasarkan hasil tes akhir, diperolah data

bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 51,54% dan kemampuan

pemecahan masalah siswa sebesar 51,11%. Jadi secara deskriptif dapat dikatakan

aktivitas siswa dalam kategori baik, respon siswa dalam kategori baik, dan

kemampuan akhir berpikir kritis dan pemecahan masalah siswa setelah mengikuti

model Discovery Learning dalam kategori baik.

PEMBAHASAN

1. Hasil Pretest

Berdasarkan hasil analisis data pada tabel 4.2, 4.3, 4.4 distribusi

kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematika dan distribusi

aspek kemampuan siswa dapat dilihat dalam gambar 4.1, 4.2, dan 4.3 berikut ini:

Page 18: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

18

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

Gambar 1 Distribusi Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa

Gambar 2 Distribusi Kategori Aspek Kemampuan Berpikir Kritis

Matematika Siswa

0

5

10

15

20

25

30

Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Jum

lah

Sis

wa

Kategori Kemampuan

Distribusi Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Berpikir Kritis

Pemecahan Masalah

0 10 20 30 40 50 60 70 80

sko

r ya

ng

dip

ero

leu

Aspek Kemampuan Berpikir Kritis

Distribusi Kategori Aspek Kemampuan Berpikir Kritis

Soal 1

Soal 2

Soal 3

Page 19: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

19

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

Gambar 3 Distribusi Kategori Tahapan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir

kritis dan kemampuan pemecahan masalah siswa pada hasil pretest atau tes awal

materi relasi dan fungsi secara keseluruhan berada dalam kategori kurang baik.

Secara terpisah dapat dilihat kemampuan berpikir kritis siswa bahwa untuk aspek

mengidentifikasi kemampuan siswa mencapai 26,85%, aspek merumuskan dan

memecahkan masalah 17,59%, aspek menarik kesimpulan 0,31%, aspek

menghubungkan sebesar 2,78% dan aspek mengevaluasi argumen sebesar 3,70%

Semua aspek berada dalam kategori kurang baik. Sedangkan untuk kemampuan

pemecahan masalah siswa di dapat bahwa tahapan memahami masalah sebesar

6,79%, tahapan rencana proses melaksanakan sebesar 1,23%, tahapan proses

melaksanakan sebesar 1,23%, dan tahapan menarik kesimpulan sebesar 0%.

Semua tahapan berada dalam kategori kurang baik.

0 1 2 3 4 5 6 7 8

A (Memahami Masalah)

B (Rencana Strategi

Pemecahan Masalah)

C (Proses Melaksanakan

Strategi Pemecahan

Masalah)

D (Menuliskan Jawaban

Permasalahan)

Sko

r ya

ng

dip

ero

leh

sis

wa

Tahapan Kemampuan Pemecahan Masalah

Distribusi Kategori Tahapan Kemampuan Pemecahan Masalah

soal 4

soal 5

soal 6

Page 20: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

20

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

Kemampuan berpikir kritis matematika siswa untuk masing-masing soal

dijabarkan sebagai berikut.

Untuk soal 1, pada aspek mengidentifikasi diperoleh persentase siswa bisa

menemukan fakta, data dari soal yang diberikan dan bisa menghubungkan ke

langkah selanjutnya sebesar 65,74%, sebesar 57,78% siswa dapat merumuskan

dan memecahkan masalah dari soal yang diberikan serta melakukan perhitungan

dan langkah selanjutnya dengan benar, sebesar 0,93% siswa bisa menarik

kesimpulan dari langkah sebelumnya atau permasalahan yang diberikan, sebesar

7,41% siswa mampu menghubungkan antara aspek sebelumnya ke langkah

selanjutnya dengan benar, sedangkan sebesar 11,11% siswa bisa mengevaluasi

argumen dari permasalahan yang diberikan dengan benar.

Untuk soal 2, pada aspek mengidentifikasi diperoleh persentase siswa bisa

menemukan fakta, data dari soal yang diberikan dan bisa menghubungkan ke

langkah selanjutnya sebesar 14,81%, sebesar 0% siswa dapat merumuskan dan

memecahkan masalah dari soal yang diberikan serta melakukan perhitungan dan

langkah selanjutnya dengan benar, sebesar 0 % siswa bisa menarik kesimpulan

dari langkah sebelumnya atau permasalahan yang diberikan, sebesar 0,92 % siswa

mampu menghubungkan antara aspek sebelumnya ke langkah selanjutnya dengan

benar, sedangkan sebesar 0 % siswa bisa mengevaluasi argumen dari

permasalahan yang diberikan dengan benar.

Untuk soal 3, semua aspek kemampuan berpikir kritis sebesar 0%. Tidak

ada siswa yang menjawab soal nomor 3.

Page 21: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

21

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

Adapun kemampuan pemecahan masalah masing-masing tahapan

penyelesaian soal dijabarkan sebagai berikut

Untuk soal 4, pada tahapan memahami masalah dalam soal diperoleh

persentase siswa bisa memahami masalah dalam soal dengan benar 14,81%,

sebesar 3,70 % siswa dapat merencanakan strategi pemecahan masalah dengan

benar, sebesar 3,70 % siswa bisa melakukan proses melaksanakan strategi

pemecahan masalah yang diberikan dengan benar, sedangkan sebesar 0 % siswa

dapat menuliskan jawaban permasalahan dengan benar.

Untuk soal 5, semua tahapan kemampuan pemecahan masalah siswa

sebesar 0%. Tidak ada siswa yang menjawab soal nomor 5.

Untuk soal 6, hanya pada tahapan memahami masalah dalam soal

diperoleh persentase siswa bisa memahami masalah dalam soal dengan benar

5,55%, sedangkan pada tahapan kemampuan pemecahan masalah lainnya sebesar

0%.

2. Hasil Postest

Berdasarkan hasil analisis data pada tabel 4.6, 4.7, 4.8 distribusi

kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematika dan distribusi

aspek kemampuan siswa dapat dilihat dalam gambar 4.4, 4.5, dan 4.6 berikut ini:

Page 22: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

22

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

Gambar 4 Distribusi Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa

Gambar 5 Distribusi Kategori Aspek Kemampuan Berpikir Kritis

Matematika Siswa

0

5

10

15

Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Jum

lah

Sis

wa

Kategori Kemampuan

Distribusi Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Berpikir Kritis

Pemecahan Masalah

0 20 40 60 80

100 120

Sko

r ya

ng

dip

ero

leh

sis

wa

Aspek Kemampuan Berpikir Kritis

Distribusi Kategori Aspek Kemampuan Berpikir Kritis

Soal 1

Soal 2

Soal 3

Page 23: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

23

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

Gambar 6 Distribusi Kategori Tahapan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir

kritis dan kemampuan pemecahan masalah siswa pada hasil postest atau tes akhir

materi relasi dan fungsi sebagian besar berada dalam kategori baik, sebagian

lainnya berada dalam kategori cukup. Secara terpisah dapat dilihat kemampuan

berpikir kritis siswa bahwa untuk aspek mengidentifikasi, kemampuan siswa

mencapai 70,06%, aspek merumuskan dan memecahkan masalah 54,94%, aspek

menarik kesimpulan 43,83%, aspek menghubungkan sebesar 46,91% dan aspek

mengevaluasi argumen sebesar 41,97%. Dua aspek berada dalam kategori baik

yaitu aspek mengidentifikasi dan merumuskan dan memecahkan masalah, tiga

aspek lainnya berada dalam kategori cukup pada aspek menarik kesimpulan,

menghubungkan dan mengevaluasi argumen. Sedangkan untuk kemampuan

pemecahan masalah siswa di dapat bahwa tahapan memahami masalah sebesar

0

20

40

60

80

100

A (Memahami Masalah)

B (Rencana Strategi

Pemecahan Masalah)

C (Proses Melaksanakan

Strategi Pemecahan

Masalah)

D (Menuliskan Jawaban

Permasalahan)

Sko

r ya

ng

dip

ero

leh

sis

wa

Tahapan Kemampuan Pemecahan Masalah

Distribusi Kategori Tahapan Kemampuan Pemecahan Masalah

soal 1

soal 2

soal 3

Page 24: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

24

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

54,32%, tahapan rencana proses melaksanakan sebesar 37,65%, tahapan proses

melaksanakan sebesar 53,08%, dan tahapan menarik kesimpulan sebesar 61,72%.

Sebagian besar tahapan berada dalam kategori baik, hanya pada tahapan rencana

proses pada kategori cukup.

Kemampuan berpikir kritis matematika siswa untuk masing-masing soal

dijabarkan sebagai berikut.

Untuk soal 1, pada aspek mengidentifikasi diperoleh persentase siswa bisa

menemukan fakta, data dari soal yang diberikan dan bisa menghubungkan ke

langkah selanjutnya sebesar 100%, sebesar 96,29% siswa dapat merumuskan dan

memecahkan masalah dari soal yang diberikan serta melakukan perhitungan dan

langkah selanjutnya dengan benar, sebesar 85,18 % siswa bisa menarik

kesimpulan dari langkah sebelumnya atau permasalahan yang diberikan, sebesar

87,96% siswa mampu menghubungkan antara aspek sebelumnya ke langkah

selanjutnya dengan benar, sedangkan sebesar 85,18% siswa bisa mengevaluasi

argumen dari permasalahan yang diberikan dengan benar.

Untuk soal 2, pada aspek mengidentifikasi diperoleh persentase siswa bisa

menemukan fakta, data dari soal yang diberikan dan bisa menghubungkan ke

langkah selanjutnya sebesar 79,63%, sebesar 62,04% siswa dapat merumuskan

dan memecahkan masalah dari soal yang diberikan serta melakukan perhitungan

dan langkah selanjutnya dengan benar, sebesar 41,67 % siswa bisa menarik

kesimpulan dari langkah sebelumnya atau permasalahan yang diberikan, sebesar

50% siswa mampu menghubungkan antara aspek sebelumnya ke langkah

Page 25: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

25

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

selanjutnya dengan benar, sedangkan sebesar 29,63% siswa bisa mengevaluasi

argumen dari permasalahan yang diberikan dengan benar.

Untuk soal 3, pada aspek mengidentifikasi diperoleh persentase siswa bisa

menemukan fakta, data dari soal yang diberikan dan bisa menghubungkan ke

langkah selanjutnya di dapat sebesar 30,56%, sebesar 6,48% siswa dapat

merumuskan dan memecahkan masalah dari soal yang diberikan serta melakukan

perhitungan dan langkah selanjutnya dengan benar, sebesar 4,63 % siswa bisa

menarik kesimpulan dari langkah sebelumnya atau permasalahan yang diberikan,

sebesar 2,78% siswa mampu menghubungkan antara aspek sebelumnya ke

langkah selanjutnya dengan benar, sedangkan sebesar 11,11% siswa bisa

mengevaluasi argumen dari permasalahan yang diberikan dengan benar.

Adapun kemampuan pemecahan masalah masing-masing tahapan

penyelesaian soal dijabarkan sebagai berikut.

Untuk soal 4, pada tahapan memahami masalah dalam soal diperoleh

persentase siswa bisa memahami masalah dalam soal dengan benar 59,26%,

sebesar 25,95% siswa dapat merencanakan strategi pemecahan masalah dengan

benar, sebesar 48,89% siswa bisa melakukan proses melaksanakan strategi

pemecahan masalah yang diberikan dengan benar, sedangkan sebesar 48,15%

siswa dapat menuliskan jawaban permasalahan dengan benar.

Untuk soal 5, pada tahapan memahami masalah dalam soal diperoleh

persentase siswa bisa memahami masalah dalam soal dengan benar 66,67%,

sebesar 46,29% siswa dapat merencanakan strategi pemecahan masalah dengan

benar, sebesar 73,33% siswa bisa melakukan proses melaksanakan strategi

Page 26: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

26

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

pemecahan masalah yang diberikan dengan benar, sedangkan sebesar 77,78%

siswa dapat menuliskan jawaban permasalahan dengan benar.

Untuk soal 6, pada tahapan memahami masalah dalam soal diperoleh

persentase siswa bisa memahami masalah dalam soal dengan benar 37,03,74%,

sebesar 40,74% siswa dapat merencanakan strategi pemecahan masalah dengan

benar, sebesar 37,03% siswa bisa melakukan proses melaksanakan strategi

pemecahan masalah yang diberikan dengan benar, sedangkan sebesar 59,26%

siswa dapat menuliskan jawaban permasalahan dengan benar.

3. Aktivitas Belajar Siswa

Adapun rata-rata aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan

model discovery learning pada pertemuan pertama sampai dengan pertemaun

ketiga sebagai berikut:

Tabel 6

Rata-rata aktivitas siswa selama pembelajaran

Aktivitas siswa Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

Observer 1 56,95 61,11 63,89

Observer 2 63,89 69,44 66,67

Rata-rata 60,42 65,28 65,28

Skor 63,66

Kategori Aktif

Adapun persentase rata-rata untuk masing-masing indikator aktivitas siswa

yang diamati oleh observer 1 dan observer 2 yaitu pada langkah-langkah

pembelajaran discovery learning. Pada langkah Stimulation (pemberi rangsangan)

dengan indikator siswa penuh perhatian dalam kegiatan belajar aktivitas siswa

sebesar 95%, pada langkah Problem Statement (pernyataan/ identifikasi masalah)

dengan indikator siswa bertanya kepada guru/ teman tentang hal-hal yang kurang

Page 27: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

27

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

jelas sebesar 67,5%, pada langkah Data Collection (pengolahan data) dengan

indikator siswa melakukan melakukan kerja sama yang aktif dan terarah dalam

kelompok sebesar 72,5%, sedangkan pada indikator siswa antusias belajar

kelompok serta mampu mengendalikan diri dari kegaduhan sebesar 72,5%,

selanjutnya pada langkah pembelajaran Data Processing (pengolahan data)

dengan indikator siswa mau berbagi dengan anggota kelompok sebesar 52,5%,

sedangkan pada indikator siswa mampu memecahkan masalah dalam kelompok

sebesar 65%. Kemudian pada langkah verification (pembuktian) dengan indikator

siswa berani mengemukakan pendapat atau gagasan sebesar 55%, sedangkan pada

indikator respon positif terhadap siswa yang melakukan presentasi, bertanya,

memberikan tanggapan atau menyanggah sebesar 55%. Selanjutnya pada langkah

pembelajaran menarik kesimpulan dengan indikator siswa mau menyimpulkan

hasil diskusi sebesar 35%. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh observer

didapat bahwa persentase aktivitas siswa tertinggi berada pada indikator siswa

penuh perhatian dalam kegiatan belajar yang termasuk dalam langkah awal

discovery learning yaitu pada langkah stimulation (pemberi rangsangan) dimana

guru memberikan materi prasyarat tentang materi yang akan dipelajari. Sedangkan

persentase terkecil berada pada indikator siswa mau menyimpulkan hasil diskusi

yang termasuk dalam langkah terakhir model discovery learning yaitu pada

langkah generalization (menarik kesimpulan), hal tersebut terlihat ketika peneliti

meminta untuk menyimpulkan hasil akhir pada lembar kerja siswa pada masing-

masing aktivitas hanya beberapa orang siswa yang mau memberikan kesimpulan

terhadap materi yang dipelajari.

Page 28: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

28

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

4. Respon Siswa

Berdasarkan analisis angket respon siswa terhadap pembelajaran discovery

learning diperoleh bahwa rata-rata respon siswa terhadap 16 indikator angket

yang terdiri dari 27 orang dalam kategori baik sebesar 71,06%. Berdasarkan tabel

4.10 dapat dilihat ada 13 indikator pernyataan yang berada dalam kategori baik,

sedangkan kategori sangat baik sebanyak 3 indikator pernyataan. Masing-masing

indikator pernyataan termasuk dalam langkah-langkah pembelajaran discovery

learning sebagai berikut; pada langkah stimulation (pemberi rangsangan) terdiri

dari 3 indikator pernyataan pada butir 1,2, dan 3; langkah Problem Statement

(pernyataan/ identifikasi masalah) terdiri dari 2 indikator pernyataan pada butir 4

dan 5; langkah data collection (pengumpulan data) terdiri dari 6 indikator

pernyataan pada butir 6,7,8,9,10 dan 11; selanjutnya pada langkah data

processing (pengolahan data) terdiri dari 2 indikator pernyataan pada butir 12 dan

13; kemudian pada langkah verification (pembuktian) terdiri dari 2 indikator

pernyataan pada butir 14 dan 15; adapun langkah pembelajaran terakhir

generalization (menarik kesimpulan) terdiri dari 1 indikator pernyataan pada butir

16.

Adapun indikator pernyataan yang memiliki kategori sangat baik

berdasarkan langkah-langkah model discovery learning yaitu pada indikator guru

memberikan kesempatan kepada saya untuk mempelajari materi prasyarat

sehingga kemampuan saya dibangun sedikit demi sedikit agar mudah dimengerti

dengan jumlah skor 87 yang berkaitan dengan langkah awal pembelajaran model

discovery learning pada pemberian rangsangan (stimulation). Hal ini berkaitan

Page 29: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

29

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

dengan aktivitas siswa dimana pada langkah-langkah pemberi rangsangan

(stimulation) persentase aktivitas siswa juga besar dengan persentase 95%.

Selanjutnya pada indikator saya senang belajar matematika dengan berkelompok

yang berkaitan dengan langkah pembelajaran Data Collection dengan jumlah 86

ini berkaitan juga dengan aktivitas siswa pada dengan indikator siswa antusias

belajar kelompok serta mampu mengendalikan diri dari kegaduhan sebesar 72,5%.

Sedangkan pada langkah verification (pembuktian) dengan indikator saya menjadi

termotivasi untuk berprestasi dalam pembelajaran matematika dengan jumlah 83

berkaitan terhadap aktivitas siswa dengan indikator siswa berani mengemukakan

pendapat dan gagasan sebesar 55%. Sedangkan untuk 13 indikator pernyataan hal

ini juga berkaitan dengan aktivitas siswa dimana pada indikator termasuk dalam

kategori baik dan pada aktivitas siswa yang mengacu dalam langkah-langkah

model discovery learning rata-rata aktivitas dalam kategori aktif.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan deskripsi data yang telah diuraikan

sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Kemampuan Berpikir kritis siswa setelah mengikuti pembelajaran model

discovery learning dalam kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor

kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 51,54%.

2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa setelah mengikuti

pembelajaran model discovery learning dalam kategori baik. Hal ini dapat

dilihat dari rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah siswa sebesar

51,11%.

Page 30: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

30

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

3. Aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran dengan model discovery

learning dalam kategori baik. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata persentase

aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama sebesar 60,42%. Pada

pertemuan kedua aktivitas belajar siswa sebesar 65,28%. Kemudian pada

aktivitas belajar siswa pada pertemuan ketiga sebesar 65,28%. Dari

keseluruhan pertemuan pertama sampai ketiga rata-rata aktivitas belajar siswa

dengan model discovery learning dalam kategori baik sebesar 63,65%.

4. Respon yang diberikan siswa terhadap pembelajaran dengan model discovery

learning dalam kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase

siswa yang memberikan respon sebesar 71,06 %.

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa model

discovery learning efektif terhadap kemampuan berpikir kritis dan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa serta aktivitas dan respon siswa dalam

kategori aktif dan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, N.M. & Kusuma, F.W. 2012. Implementasi Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar

Akutansi Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonosari. Jurnal

Pendidikan Akutansi Indonesia, vol. X, hal 43-63.

Andani, S.N. 2015. Keefektifan Model Discovery Learning terhadap kemampuan

pemecahan masalah siswa kelas VIII. Universitas Negeri Semarang.

Astuti, H.Y. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Discovery Learning

Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Universitas

Negeri Semarang.

Hartono, R. 2013. Ragam Model Belajar yang Mudah di Terima Murid.

Yogyakarta: Diva Press.

Page 31: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ilmiah... · 2016-08-25 · siswa Indonesia berada pada tingkatan yang rendah (low)

31

Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

Ismaimuza, D. & Musdalifah, S. 2013. Pengembangan Instrumen Kemampuan

Berpikir Kritis Matematis Untuk Siswa SMP. Prosiding Seminar Nasional

Sains dan Matematika II FKIP UNTAD, 375 – 378.

Masduki, Subhandriah, M.R., Irawan, D.Y., & Prihantoro, A. 2013. Level

Kognitif Soal-soal Buku Pelajaran Matematika SMP. Seminar Nasional

Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, Hal 421 – 424.

Jayadipura, Y. 2014. Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis Matematik.

Prosiding Seminar Nasional Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol

(1), Hal: 125 – 130.

Rahman, R. & Maarif, S. 2014. Pengaruh Penggunaan Metode Discovery

terhadap kemampuan Analogis Matematis Siswa SMK Al-Ikhsan

Pamarican Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Jurnal Ilmiah Program Studi

Matematika STKIP Siliwangi Bandung. Vol 3, No 1, 33 – 58.

Riduwan. 2013. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:

Alfabeta.

Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2013. Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika. 2001. Strategi Pembelajaran

Matematika Kontemporer. Universitas Pendidikan Indonesia.

Wardhani, S. 2010. Teknik Pengembangan Instrumen Penilaian Hasil Belajar

Matematika di SMP/ MTS. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pusat Pengembang dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

(PPPPTK) Matematika.

Yuliani, A. 2014. Meningkatkan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa SMP

dan Sikap Siswa Terhadap Matematika dengan Model Pembelajaran

Inkuiri Terbimbing. Prosiding Seminar Nasional Matematika STKIP

Siliwangi Bandung, Vol (1), Hal 392 – 397.