63
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PENCEMARANLIMBAH CAIRAN PEMUTIH DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Skripsi) Oleh MERY ARISANDI LUMBU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2018

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

PENCEMARANLIMBAH CAIRAN PEMUTIH DALAM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN

BERPIKIR KRITIS SISWA

(Skripsi)

Oleh

MERY ARISANDI LUMBU

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2018

Page 2: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

PENCEMARAN LIMBAH CAIRAN PEMUTIH DALAM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN

BERPIKIR KRITIS SISWA

Oleh

MERY ARISANDI LUMBU

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan efektivitas pembelajaran berbasis masalah

pencemaran limbah pemutih dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Metode

penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain the matching only

pretest-posttest control group design. Sampel dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XI

IPA 2 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas XI IPA 5 sebagai kelas kontrol di SMA

YP Unila Bandarlampung, diperoleh melalui teknik purposive sampling. Pada kelas

eksperimen diterapkan pembelajaran berbasis masalah, dan kelas kontrol diterapkan

pembelajaran konvensional. Data penelitian dianalisis menggunakan statistik parametrik

dengan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata n-gain di kelas eksperimen

berkategori tinggi, serta terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata postes di kelas

kontrol dan eksperimen. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran berbasis masalah pencemaran limbah pemutih efektif dalam meningkatkan

keterampilan berpikir kritis siswa.

Kata kunci: pembelajaran berbasis masalah, keterampilan berpikir kritis,

pencemaran limbah cairan pemutih

Page 3: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

PENCEMARAN LIMBAH CAIRAN PEMUTIH DALAM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN

BERPIKIR KRITIS SISWA

Oleh

MERY ARISANDI LUMBU

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2018

Page 4: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia
Page 5: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia
Page 6: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia
Page 7: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 02 Maret 1996, anak pertama dari tiga

bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Basri A Lumbu dan Ibu Rohida,

saudara perempuan bernama Bernike Lumbu Ardelia serta saudara laki-laki

bernama Berly Hidayat. Mengawali pendidikan formal di TK Mutiara Depok

pada tahun 2002, dilanjutkan ke SD Negeri 2 Pancoran Mas Depok pada tahun

2008, kemudian SMP Negeri 1 Semaka pada tahun 2011, dan SMA Negeri 1

Kotaagung pada tahun 2014.

Pada tahun 2014, diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program Studi Pendidikan Kimia melalui

jalur SBMPTN. Selama menjadi mahasiswa, pernah menjadi asisten praktikum

Dasar-dasar Kimia Analitik pada tahun 2017 dan Kimia Instrumen tahun 2018.

Selama menempuh pendidikan di Pendidikan Kimia, penulis memiliki pengalaman

organisasi, diantaranya Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam (FPPI) sebagai

anggota bidang pendidikan pada periode 2014/2015 dan Badan Ekskutif Mahasiswa

(BEM) Fakultas sebagai staf dinas komunikasi eksternal. Pengalaman mengabdi

selama perkuliahan yaitu mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA

Ar-rahman Sukau dan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di

Desa Tapak Siring, Kecamatan Sukau, Kabupaten Lampung Barat.

Page 8: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

Teruntuk Ayahanda, Ibunda, dan keluarga tercinta yang telah

memberikan dukungan dan semangat.

Page 9: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

MOTTO

“ Dan berencanalah kalian, Allah SWT pun membuat

rencana, dan Allah SWT sebaik-baik perencana“

(Q.S Ali-Imran : 54)

“Jika kau tak suka sesuatu, ubahlah. Jika tidak bisa, maka

ubahlah cara pandangmu tentangnya”

(Maya Angelou)

Page 10: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

x

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karu-

nia-Nya, sehingga terselesaikannya skripsi yang berjudul “Efektivitas Model

Pembelajaran Berbasis Pencemaran Limbah Cairan Pemutih dalam Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”. Atas berkat bantuan dari berbagai pihak

skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, disampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Kimia.

4. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Pembimbing I sekaligus pembimbing

akademik, yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada

penulis selama menyelesaikan skripsi.

5. Ibu Dr. Chansyanah Diawati, M.Si., sebagai pembimbing II atas bimbingan,

saran dan kritik kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembahas terima kasih atas saran dan

perbaikan yang telah diberikan.

7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Kimia dan segenap civitas

akademik Jurusan Pendidikan MIPA.

Page 11: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

xi

8. Bapak Drs. H. Berchah Pitoeas, M.H., selaku kepala SMA YP Unila

Bandarlampung dan ibu Dian Eka Puspita Sari, S.Pd., selaku guru mitra,

atas izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian.

9. Rekan tim skripsi Selly, Enti Yulita, Evi, Maisaroh, Maria Ulfa serta

Keluarga besar Pendidikan Kimia 2014 yang selama ini selalu memberikan

semangat dan saling membantu dalam proses penyusunan skripsi

10. Sahabat terbaikku Apriliani, Ridwan Riski, Aerly Nurfita, Dina Kifta,

Shinta P, Resi Indah, dan Yayi Aisyah terima kasih telah bersedia menjadi

pelipur lara, berbagi suka, duka dan memberikan semangat

11. Teman-Teman kosan Arrahim, Mbak Linda N, Iis, Pipit, dan Desi, yang

dengan sabarnya memberikan dorongan dan semangat sampai

terselesaikannya skripsi ini.

12. Teman – teman KKN-KT di Pekon Tapak Siring, Eka Pratiwi, Mutiara N,

Berta Dian, Desi Wulandari, Dessy Indiyanti, Andry Gunawan, Desak

Nyoman, Yonada Dwi, Angga Syaputra, dan keluarga besar SMA Ar-

Rahman terima kasih atas pengalaman dan kebersamaan yang tak terlupakan

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi

besar harapan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.

Bandarlampung, 05 Juli 2018

Penulis,

Mery Arisandi Lumbu

Page 12: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

xii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7

E. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)............. 9

B. Berpikir Kritis .................................................................................... 15

C. Penelitian Relevan ............. ............................................................... 19

D. Peta Pemecahan Masalah .................................................................. 22

E. Kerangka Pikir ................................................................................... 23

F. Anggapan Dasar ................................................................................ 26

G. Hipotesis Umum ............................................................................... 26

Page 13: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

xiii

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................... 27

B. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 27

C. Metode dan Desain Penelitian .............................................................. 28

D. Variabel Penelitian .............................................................................. 29

E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen .................................... 29

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 30

G. Hipotesis Kerja .................................................................................... 33

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ................................... 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian dan analisis data ......................................................... 42

1. Nilai pretes .................................................................................... 42

2. Nilai postes .................................................................................... 44

3. n-gain ............................................................................................ 46

4. Nilai rata-rata pretes dan postes keterampilan berpikir kritis

pada setiap indikator siswa kelas eksperimen ............................... 47

5. Kinerja siswa ................................................................................. 48

B. Pembahasan .......................................................................................... 51

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ............................................................................................ 62

B. Saran ................................................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

xiv

LAMPIRAN

1. Soal pretes ....................................................................................... 70

2. Kisi-kisi soal pretes ......................................................................... 73

3. Rubrikasi soal pretes ....................................................................... 78

4. Soal postes ...................................................................................... 90

5. Kisi-kisi soal postes ........................................................................ 94

6. Rubrikasi soal postes ....................................................................... 98 7. Lembar asesmen kinerja siswa ........................................................ 117

8. Data penskoran jawaban ................................................................. 122 9. Uji kesamaan dua rata-rata .............................................................. 130

10. Uji perbedaan dua rata-rata ............................................................. 137

11. Perhitungaan nilai pretes, nilai postes, n-gain ................................ 144 12. Data nilai rata-rata pretes siswa tiap indikator berpikir kritis ......... 146 13. Penilaian kinerja siswa .................................................................... 147

Page 15: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

Daftar Tabel

Tabel Halaman

1. Fase-fase dalam pembelajaran berbasis masalah ................................... 11

2. Kemampuan berpikir kritis dan indikatornya menurut Ennis ................. 17

3. Tahapan berpikir kritis menurut Norris dan Ennis ................................. 18

4. Desain penelitian .................................................................................... 28

5. Kriteria n-gain ........................................................................................ 34

6. Hasil uji normalitas pretes keterampilan berpikir kritis ......................... 43

7. Hasil uji homogenitas pretes keterampilan berpikir kritis ...................... 43

8. Kesamaan dua rata-rata pretes keterampilan berpikir kritis siswa.......... 44

9. Hasil uji normalitas postes keterampilan berpikir kritis ......................... 45

10. Hasil uji homogenitas postes keterampilan berpikir kritis ...................... 46

11. Hasil uji perbedaan dua rata-rata pretes keterampilan berpikir kritis

siswa ....................................................................................................... 46

12. Kriteria penilaian kinerja siswa .............................................................. 49

Page 16: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

Daftar Gambar

Gambar Halaman

1. Peta pemecahan masalah ......................................................................... 22

2. Alur penelitian ........................................................................................ 32

3. Nilai rata-rata pretes keterampilan berpikir kritis siswa di kelas

kontrol dan eksperimen ........................................................................... 42

4. Nilai rata-rata postes keterampilan berpikir kritis siswa di kelas

kontrol dan eksperimen ........................................................................... 44

5. Perbedaan rata-rata n-gain keterampilan berpikir kritis siswa di kelas

kontrol dan eksperimen ........................................................................... 46

6. Nilai rata-rata postes tiap indikator berpikir kritis ................................. 47

7. Penilaian kinerja siswa praktikum I ....................................................... 50

8. Penilaian kinerja siswa praktikum II ...................................................... 53

9. Contoh jawaban siswa 1 mengenai penyebab pencemaran ................... 53

10. Contoh jawaban siswa 1 mengenai dampak negatif pencemaran .......... 51

11. Contoh jawaban siswa 1 dalam menuliskan informasi yang tidak

diketahui dan tidak diketahui ................................................................. 55

12. Contoh rumusan masalah siswa 1 ........................................................... 55

13. Contoh rumusan masalah siswa 2 ........................................................... 56

14. Contoh rumusan masalah siswa setelah konsultasi ................................ 56

15. Contoh hipotesis siswa ........................................................................... 58

Page 17: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abad-21 atau disebut sebagai era globalisasi telah memberi pengaruh nyata dalam

berbagai aspek kehidupan. Hal ini ditandai dengan semakin bertautnya ilmu

pengetahuan dan teknologi sehingga sinergi di antaranya menjadi semakin cepat

(Wijaya, Sudjimat & Nyoto, 2016; BSNP, 2010; Mukminan, 2014). Perkembang-

an ilmu pengetahuan dan teknologi ini menyebabkan terjadinya perubahan pola

kehidupan manusia, seperti terjadinya pergeseran lapangan kerja dari pekerjaan

sifatnya rutin yang cukup memerlukan keterampilan kognitif rendah, bergeser

pada pekerjaan non rutin yang memelukan keahlian berpikir (Wijaya, Sudjimat &

Nyoto, 2016; Tilaar, 1999; Haryono, 2017).

Menghadapi dampak perkembangan abad-21, maka perlu dipersiapkan sumber daya

manusia unggul yang menguasi keterampilan hard skill serta soft skill salah satunya

kemampuan dalam berpikir kritis dan pemecahan masalah. Berpikir kritis dideskrip-

sikan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah, dan membuat keputusan

secara efektif dengan memanfaatkan berbagai perangkat dan sumber. Berpikir kritis

diperlukan untuk memperoleh, memproses, merasionalisasi, dan mengkritisi berbagai

informasi yang bertentangan untuk dipilih secara tepat. Kemampuan ini penting

dalam menguasai sejumlah keterampilan untuk hidup (life skills) (Cotrtrell, 2005;

Page 18: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

2

Mukminan, 2014; Sharon & Key, 2010; Wijaya, Sudjimat & Nyoto, 2016; Nugraha

& Hariyadi, 2017; Haryono, 2017).

Pendidikan di sekolah menjadi sarana yang efektif dalam melatih manusia untuk

mampu berpikir kritis, salah satu upayanya dengan pelaksanaan kurikulum 2013.

Kurikulum ini banyak membawa implikasi pada sistem pembelajaran yang meliputi

empat hal salah satunya strategi pembelajaran aktif melalui metode pembelajaran

yang bersifat deduktif juga induktif yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir

kritis siswa yang rendah (Haryono, 2017; Permendikbud, 2013; Machali, 2014;

Sinambela, 2017).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa Indonesia

masih rendah. Hal ini dikarenakan siswa Indonesia masih kesulitan dalam menye-

lesaikan soal-soal berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis seperti menginter-

pretasikan masalah, menginferensi masalah, menarik simpulan, memberikan

penjelasan lebih lanjut, menalar, memecahkan masalah, mengaplikasikan, menemu-

kan hubungan antara data dengan fakta yang ditemukan, serta menggeneralisir

pengetahuan yang dimiliki ke hal-hal lain (Gracias dkk, 2017; Selviana, As’ari, &

Muksar, 2016; Sari, Susiswo & Nusantara, 2016; Puspendik, 2016).

Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia di SMA YP

Unila Bandarlampung kelas XI tahun pelajaran 2017/2018, disampaikan bahwa

pemahaman siswa terhadap materi kimia masih rendah dengan presentase ketuntasan

sebesar 35% ditunjukkan dari data nilai ulangan harian siswa. Siswa belum mampu

mengerjakan soal-soal yang menuntut untuk mengintegrasikan dan mengaplikasikan

konsep yang sudah dipelajari. Hal ini dikarenakan siswa terbiasa mengerjakan soal

Page 19: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

3

yang sifatnya hafalan dan ingatan. Ini menunjukkan keterampilan berpikir kritis

siswa belum dilatih dengan baik.

Keterampilan berpikir kritis menjadi salah satu elemen penting dalam pemikiran

ilmiah, karena memungkinkan siswa untuk dapat menyelesaikan masalah sosial,

keilmuan, dan permasalahan praktis secara efektif berdasarkan penyelidikan ilmiah

(Azar, 2010; Agustin & Supardi, 2014). Indikator yang menunjukkan siswa sudah

mampu berpikir kritis manakala mereka berusaha menganalisis, mengargumentasi,

dan memecahkan permasalahan secara cermat, mencari bukti dan solusi yang tepat,

serta menghasilkan kesimpulan yang tepat (Lukitasari, 2013). Siswa diberi

kebebasan berpikir memahami masalah, membangun strategi penyelesaian masalah,

mengajukan ide-ide secara bebas dan terbuka (Sinambela, 2017). Guru hanya

sebagai fasilitator dalam melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis

siswa dalam menyelesaikan masalah.

Kegiatan pembelajaran saat ini masih kurang memfasilitasi siswa untuk mengem-

bangkan keterampilan berpikir kritisnya (Liliawati, 2011). Hal ini karena sebagian

besar sekolah masih menggunakan pembelajaran konvensional yang hanya berpusat

pada guru, sehingga dalam prakteknya siswa bersifat pasif dan menyempitkan pola

pikir siswa tentang suatu masalah yang dipelajarinya (Marwan & Ikhsan, 2016).

Oleh karena itu, menjadi tugas guru untuk mengupayakan suatu pembelajaran yang

dapat mengatasi kesulitan dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Salah satu upayanya yaitu dengan mengubah model pembelajaran yang digunakan.

Model pembelajaran yang tepat harus menitikberatkan kepada siswa sebagai seorang

yang belajar, masalah yang disajikan adalah masalah dunia nyata, dan menggunakan

Page 20: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

4

pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajarannya. Kegiatan seperti ini mem-

bantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya dalam mendalami

materi dari sisi yang berbeda dan menyeluruh, sehingga siswa dapat mengambil

keputusan, memecahkan masalah, dan mengembangkan keterampilan tertentu sesuai

dengan kebutuhan (Purwati, Hobri & Fatahillah, 2016; Haryono, 2017, Iswara &

Trisdiono, 2013). Kegiatan ini akan tercapai salah satunya jika menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan cara membuat pembelajaran yang aktif

dan berpusat pada aktivitas siswa (Tan, 2003). Siswa harus mengkonstruksi sendiri

pengetahuannya melalui proses penemuan dengan materi yang terkait dengan

masalah, selanjutnya siswa dituntut untuk memecahkan masalah yang dihadapi

(Redhana, 2012). Pembelajaran ini menggunakan masalah nyata yang menantang

atau masalah yang kompleks sebagai titik awal pembelajaran serta bersifat ill

structured. Masalah yang bersifat ill structured mencakup masalah yang kurang

terumuskan dengan jelas dan jarang memiliki satu jawaban yang paling benar atau

disetujui oleh semua pihak, sehingga memiliki berbagai alternatif solusi dalam

pemecahan masalahnya (Ge, Xun & Land, 2004; Fredericksen, 1987; Widjajanti,

2011). Penerapan pembelajaran PBL dapat melatih kemampuan berpikir kritis

siswa yang meliputi kemampuan mengidentifikasi, memecahkan masalah secara

kritis, kemampuan dalam menentukan solusi yang tepat, kemam-puan bertanya

permasalahan dari kelompok lain, kemampuan menjawab pertanyaan dan

mengemukakan pendapat dengan tepat berdasarkan sumber belajar yang sesuai

(Fakhriyah, 2014).

Page 21: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

5

Fenomena dunia nyata yang dapat disajikan guru dalam pembelajaran berbasis

masalah guna meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa salah satunya masalah

pencemaran oleh limbah cairan pemutih. Pemutih adalah bahan kimia yang cukup

membahayakan dan telah banyak digunakan dalam berbagai industri, baik skala

besar maupun rumah tangga, seperti industri kertas, laundry, dsb. Penggunaan yang

sangat tinggi tersebut dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia

dan lingkungan apabila tidak ditangani dengan baik. Oleh karena itu, untuk mem-

bantu menyelesaikan permasalahan pencemaran ini siswa harus melakukan beberapa

rangkaian kegiatan sesuai tahapan PBM.

Pertama-tama siswa membaca wacana terlebih dahulu terkait pencemaran limbah

cairan pemutih kemudian mengidentifikasi dan merumuskan masalah terkait

fenomena. Lalu mengumpulkan informasi yang terkait dengan masalah pencemaran

limbah cairan pemutih sebanyak-banyaknya meliputi pengertian, penyebab,

pencegahan, penanggulangan, dan dampaknya sehingga dapat memperoleh

kesimpulan awal dan dapat berhipotesis (Arends, 2008).

Kegiatan selanjutnya, melakukan penyelidikan guna mendapatkan penjelasan dan

pemecahan masalah, berikutnya merencanakan dan mengembangkan gagasan dengan

mengkaitkan antara hasil yang diperoleh pada penyelidikan dengan informasi yang

telah didapat dari berbagai sumber sebelumnya. Kegiatan selanjutnya, melakukan

tanya jawab terhadap hasil presentasi antar kelompok, sehingga siswa akan mema-

hami masalah lebih dalam dan dapat menentukan suatu tindakan yang tepat dalam

memecahkan masalah yang dihadapinya dan memberikan kesimpulan (Arends,

2008). Kegiatan pembelajaran seperti ini dapat melatih siswa memahami berbagai

Page 22: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

6

konsep-konsep kimia seperti konsep asam basa, pH, garam hidrolisis dan pemisahan

campuran serta meningkatkan keterampilan berfikir kritisnya (Widjajanti, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian, menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah

diyakini mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siwa. Selain itu, hasil

penelitian lain menyatakan bahwa penerapan pembelajaran berbasis masalah tidak

hanya dapat berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis tetapi juga

prestasi belajar siswa (Lestari, 2016; Nuryanto, 2015). Lebih lanjut penelitian lain

menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan berpikir

kritis siswa dalam lima keterampilan sekaligus meliputi inference, deduction,

assumption, interpretation, dan evalution argument (Eldy & Sulaiman, 2013;

Sulaiman 2013; Aidoo, Boateng & Ofori 2016). Berdasarkan hal tersebut, maka

perlu dilakukan penelitian berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis

Masalah Pencemaran Limbah Cairan Pemutih (PBMPLCP) dalam Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah efektivitas model PBMPLCP

dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian -

ini adalah untuk mendeskripsikan efektivitas model PBMPLCP dalam

meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

Page 23: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

7

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Guru

Model pembelajaran berbasis masalah dapat melatih kemampuan guru dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kritis yang dapat menjadi bahan pertimbangan

guru untuk melakukan proses perbaikan dalam pembelajaran kimia.

2. Siswa

Model pembelajaran berbasis masalah dapat membantu meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa dalam memahami fenomena yang ada di lingkungan sekitarnya

dalam menghadapi perkembangan abad-21.

3. Sekolah

Sebagai masukan dalam mengevaluasi kurikulum yang diterapkan di sekolah.

Sehingga sekolah dapat mengembangkan pembelajaran dengan lebih baik.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap masalah yang akan dibahas, maka

diberikan ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

1. model pembelajaran berbasis masalah dikatakan efektif apabila rata-rata

n-gain yang diperoleh di kelas eksperimen berkategori sedang dan tinggi

serta terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai rata-rata postes di kelas

eksperimen dan kontrol;

2. kemampuan berpikir kritis yang akan diteliti meliputi klarifikasi dasar

(Elementary Clarification), kemampuan dasar (Basic Support), inferensi

(Inference), klarifikasi lebih lanjut (Advanced Clarification), dan membuat

Page 24: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

8

strategi dan taktik (Strategies and Tactics) sesuai dengan framework Norris

dan Ennis (Norris & Ennis dalam Stiggins, 1997); dan

3. model pembelajaran berbasis masalah yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan sintaks Arends (Arends, 2008).

Page 25: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)

Definisi tentang pembelajaran berbasis masalah (PBM) telah banyak dikemukakan

oleh para ahli. Pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran

yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk

belajar tentang keterampilan pemecahan masalah dan berpikir (Wahyuni, 2011).

Pembelajaran ini menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa untuk

belajar. Prinsip dasar yang mendukung konsep dari PBM yaitu, pembelajaran

dimulai dengan mengajukan masalah, pertanyaan, atau teka-teki, menjadikan siswa

ingin belajar menyelesaikannya (Widjajanti, 2011).

Pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) menjadikan peserta

didik lebih aktif dalam berpikir, mencari, mengumpulkan, dan memilah informasi,

serta memahami materi dari permasalahan yang nyata di sekitarnya, sehingga

nantinya siswa mendapatkan kesan yang mendalam dan lebih bermakna tentang apa

yang siswa telah pelajari (Riyanto, 2009). Hal ini Didukung pula oleh pendapat

Howard Barrows dan Kelson dalam Amir (2009) yang menyatakan bahwa

Problem-based learning membuat siswa mahir dalam memecahkan masalah,

memecahkan strategi belajar sendiri serta membuat siswa memiliki kecakapan

berpartisipasi dalam tim.

Page 26: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

10

Pembelajaran berbasis masalah perlu dikembangkan dilihat dari tiga aspek antara

lain aspek psikologi, filosofis, dan konteks perbaikan kualitas pendidikan. Berdasar-

kan aspek psikologi belajar, PBM berasumsi bahwa belajar adalah proses perubahan

tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses meng-

hafal fakta tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan ling-

kungannya. Perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif saja tetapi

juga pada aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan

masalah yang dihadapi. Kemudian dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah

sebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan anak agar dapat hidup di masyara-

kat, maka PBM sangat penting dikembangkan dalam rangka pemberian latihan dan

kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Berdasarkan konteks perbaikan kualitas pendidikan, PBM dapat digunakan untuk

memperbaiki sistem pembelajaran, dimana selama ini kemampuan siswa untuk

menyelesaikan suatu masalah kurang diperhatikan oleh guru (Sanjaya, 2006).

“..Problem-Based Learning (PBL) memiliki beberapa karakteristik antara lain,

yaitu, (1) masalah harus berkaitan dengan kurikulum, (2) masalah bersifat tak

terstruktur, solusi tidak tunggal, dan prosesnya bertahap, (3) siswa memecahkan

masalah dan guru sebagai fasilitator, (4) siswa hanya diberi panduan untuk

mengenali masalah, dan tidak diberi formula untuk memecahkan masalah, dan

(5) penilaian berbasis performa autentik” (Permana & Sumarmo, 2003)

Ciri-ciri model PBL dimana siswa dihadapkan dengan masalah ill-structured atau ill

defined problems, open-ended, ambigu, dan kontekstual. Masalah yang bersifat ill

structured mencakup masalah yang kurang terumuskan atau kurang terdefinisi

dengan jelas (Fredericksen, 1984). Masalah ill-structured ini jarang memiliki satu

jawaban langsung yang benar atau disetujui oleh semua pihak, sehingga memiliki

berbagai alternatif solusi dalam pemecahan masalahanya (Ge & Land, 2004).

Page 27: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

11

Untuk itu agar dapat memecahkan masalah, siswa harus mempelajari materi terlebih

dahulu, artinya, siswa harus mengkonstruksi pengetahuan melalui proses penemuan.

Setelah siswa memahami materi yang terkait dengan masalah, siswa selanjutnya

memecah-kan masalah yang dihadapi melalui kerja kelompok (Redhana, 2013).

Tahapan dalam model PBL melalui lima fase yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Fase-fase dalam Pembelajaran Berbasis Masalah

FASE-FASE

(1)

KEGIATAN PEMBELAJARAN

(2)

Fase 1

Orientasi siswa kepada

masalah

Mengamati fenomena yang disajikan guru kemudian

siswa dapat menemukan masalah

Merumuskan masalah dari fenomena yang disajikan

Fase 2

Mengorganisasikan

siswa

Mendefinisikan masalah dan mengorganisasi tugas

belajar yang berhubungan dengan masalah sehingga siswa

dapat dilatih dalam proses pemecahan masalah.

Mengumpulkan informasi yang sesuai sehingga

memperoleh kesimpulan awal dan dapat berhipotesis

Fase 3

Membimbing

penyelidikan individu

dan kelompok

Melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan

penjelasan dan pemecahan masalah atau dengan

mengamati data

Fase 4 mengembangkan

dan menyajikan hasil

karya

Merencanakan, mengembangkan, dan melaporkan solusi

yang diperoleh sebagai hasil karya

Fase 5

Menganalisa dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Hasil belajar siswa dievaluasi terkait materi yang telah

dipelajari/ meminta kelompok presentasi hasil kerja

(Arends, 2008)

Lebih lanjut Arends (2008) merinci langkah-langkah yang diperlukan untuk meng-

implementasikan PBM dalam pembelajaran sebagai berikut:

Tahap pertama pada pembelajaran ini yaitu, mengorientasikan siswa pada masalah.

Dalam hal ini pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan

aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Tahapan ini sangat penting dalam peng-

Page 28: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

12

gunaan PBL, dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilaku-

kan oleh siswa dan guru sendiri. Di samping proses yang akan berlangsung, pen-

ting juga untuk menjelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembela-

jaran. Hal ini penting untuk memberikan motivasi agar siswa dapat engage dalam

pembelajaran yang dilakukan. Dasna dan Sutrisno (2006) menekankan empat hal

penting pada proses ini, yaitu:

a. tujuan utama pengajaran ini tidak untuk mempelajarai sejumlah informasi

baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah

penting dan bagaimana menjadi siswa yang mandiri;

b. permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban

mut-lak “benar”, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai

banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan;

c. selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), siswa didorong untuk

mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak

sebagai pembimbing yang siap membantu, namun siswa harus berusaha

untuk bekerja mandiri atau dengan temannya; dan

d. selama tahap analisis dan penjelasan, siswa akan didorong untuk

menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan.

Tahap selanjutnya yakni, mengorganisasi siswa untuk belajar. Pemecahan suatu

masalah yang membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota mendorong

siswa untuk belajar berkolaborasi. Pada tahap ini, guru dapat memulai kegiatan

pembelajaran dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil, dimana masing-

masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-

prinsip pengelompokan siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan

dalam konteks ini seperti kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar

anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Hal penting

yang tidak lupa dilakukan guru adalah memonitor dan mengevaluasi kerja dari

masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama

Page 29: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

13

pembelajaran. Kegiatan selanjutnya, guru dan siswa menetapkan subtopik-subtopik

yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal.

Tahap yang ketiga yaitu, membantu penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada

fase ini guru membantu siswa dalam mengumpulkan informasi dari berbagai

sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka berpikir tentang suatu ma-

salah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah tersebut.

Siswa diajarkan untuk menjadi penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan me-

tode yang sesuai untuk masalah yang dihadapinya, siswa juga perlu diajarkan apa

dan bagaimana etika penyelidikan yang benar.

Tahap keempat yaitu, mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Hasil karya

yang dimaksud lebih dari sekedar laporan tertulis, termasuk hal-hal seperti

rekaman video yang memperlihatkan situasi yang bermasalah dan solusi yang

diusulkan, model-model yang mencakup representasi fisik dari situasi masalah

atau solusinya, dan program komputer serta presentasi multimedia.

Tahap terakhir adalah menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.

Fase terakhir PBL melibatkan kegiatan-kegiatan yang dimaksudkan untuk mem-

bantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikirnya sendiri maupun

keterampilan investigative dan keterampilan intelektual yang mereka gunakan.

Selama fase ini, guru meminta siswa untuk merekonstruksikan pikiran dan ke-

giatan mereka selama berbagai fase pelajaran. Tantangan utama bagi guru dalam

tahap ini adalah mengupayakan agar semua siswa aktif terlibat dalam sejumlah

kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penye-

lesaian terhadap permasalahan tersebut.

Page 30: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

14

Pembelajaran Berbasis Masalah, memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan.

Keunggulan pembelajaran ini menurut Sanjaya (2006), adalah sebagai berikut:

a. pemecahan masalah merupakan teknik yang bagus untuk memahami isi

pembelajaran;

b. pemecahan masalah dapat merangsang kemampuan peserta didik untuk

menemukan pengetahuan baru bagi mereka;

c. pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik.

d. pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk menerapkan

pengetahuan mereka dalam kehidupan sehari-hari;

e. pemecahan masalah dapat membantu peserta didik mengembangkan

pengetahuannya serta dapat digunakan sebagai evaluasi diri terhadap hasil

maupun proses belajar;

f. pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk berlatih berpikir

dalam menghadapi sesuatu.

g. pemecahan masalah dianggap menyenangkan dan lebih digemari peserta

didik.

h. pemecahan masalah mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan

kemampuan menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

i. pemecahan masalah memberi kesempatan peserta didik untuk

mengaplikasikan pengetauan mereka dalam kehidupan nyata.

j. pemecahan masalah mengembangkan minat belajar peserta didik.

Sedangkan menurut Abuddin (2011) kekurangan pembelajaran ini antara lain:

a. sering terjadi kesulitan dalam menemukan permasalahan yang sesuai

dengan tingkat berpikir siswa. Hal ini dapat terjadi karena adanya

perbedaan tingkat kemampuan berpikir pada siswa.

b. sering memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan

penggunaan metode konvensional.

c. sering mengalami kesulitan dalam perubahan kebiasaan belajar dari yang

semula belajar mendengar, mencatat dan menghafal informasi yang

disampai-kan guru, menjadi belajar dengan cara mencari data,

menganalisis, menyusun hipotesis, dan memecahkannya sendiri.

Menurut Sanjaya (2006) dijelaskan bahwa PBL dapat memberikan kesempatan

kepada siswa untuk berekplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara

lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Sehingga siswa mampu untuk

berpikir kritis, analitis, sistematis dan logis dalam menemukan alternatif pemecahan

masalah. Selain itu, PBL dapat melatih siswa mengembangkan dan mendalami

permasalahan dengan meningkatkan kesadaran mereka mengenai cara yang berbeda

Page 31: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

15

dalam berpikir untuk penyelesaian suatu masalah (Tan, 2003). Hasil yang diperoleh

dari pembelajaran berbasis masalah adalah untuk membantu mengembangkan

keterampilan berpikir dan menyelesaiakan masalah dalam berbagai situasi riil atau

situasi disimulasikan, dan menjadi pebelajaran mandiri dan otonom (Arends dalam

Fitriyani, 2008). Strategi pembelajaran PBL dapat mempromosikan metakognisi dan

mengembangkan keterampilan memecahkan masalah siswa, serta dapat membantu

peserta didik memperoleh pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan (Akcay,

2009) sehingga tujuan dari pembelajaran ini dapat tercapai. Menurut Kemendikbud

No.58 tahun 2014, tujuan dan hasil dari pembelajaran ini untuk mengembangkan

keterampilan berpikir siswa, mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas,

melibatkan siswa dalam penyelidikan permasalahan pilihan sendiri yang memung-

kinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan

membangun pemahamannya tentang fenomena tersebut.

B. Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan berpikir reflektif yang berfokus pada cara memutuskan

sesuatu yang harus dipercaya atau dilakukan dan tidak termasuk ke dalam berpikir

kreatif yang kegiatannya seperti merumuskan hipotesis, merumuskan jalan alternatif

dalam melihat suatu masalah, pertanyaan, memberikan kemungkinan solusi dan

investigasi. Berpikir kritis lebih menekankan pada sesuatu yang bersifat reflektif,

beralasan, dan penentuan keputusan. Dari definisi tersebut dapat dinyatakan tujuan

dari berpikir kritis adalah untuk mengevaluasi keputusan terbaik atau menekankan

pada bagaimana seseorang membuat keputusan (Ennis, 1991).

Page 32: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

16

Menurut Redhana (dalam Muslim, Halim dan Safitri, 2015) keterampilan berpikir

kritis merupakan kemampuan bagi seseorang dalam membuat keputusan yang dapat

dipercaya dan bertanggung jawab yang mempengaruhi hidup seseorang. Seorang

siswa tidak akan dapat mengembangkan berpikir kritis dengan baik, tanpa ditantang

untuk berlatih menggunakannya dalam konteks berbagai bidang studi yang

dipelajarinya. Lebih lanjut menurut Puri, Suyanto & Aminatun (2016) kemampuan

berpikir kritis merupakan kegiatan menghimpun berbagai informasi serta meng-

analisis informasi tersebut dengan menggunakan pengetahuan dasar siswa untuk

membuat kesimpulan. Melalui pemikiran yang kritis dalam menghadapi permasa-

lahan, siswa akan mengintegrasikan pengetahuan konseptual dengan keterampilan

prosedural. Selain itu, siswa juga akan menggunakan penalarannya sebagai dasar

untuk mengkombinasikan gagasan dan mengarahkan pada penyelesaian masalah.

Pengetahuan konseptual merupakan kemampuan siswa dalam membangun konsep-

konsep yang telah dipelajari. Berpikir kritis dalam ilmu kimia tidak dapat dilakukan

dengan cara mengingat dan menghafal konsep-konsep, tetapi mengintegrasikan dan

mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dimiliki.

Ennis dalam Costa (1985) menyatakan ciri pokok seseorang dikatakan sebagai

pemikir kritis yang ideal yaitu jika memiliki karakter (disposition) dan kemampuan

(Abilities) yang kesemuanya harus saling berkaitan. Karakter sendiri dibagi menjadi

tiga belas diantaranya, mampu mencari pernyataan/informasi yang jelas tentang

pertanyaan atau persoalan, mencari alasan, mencoba untuk memperoleh informasi

yang benar, menggunakan sumber yang kredibel, mempertimbangkan semua situasi,

mencoba mempertahankan pemikiran yang relevan dengan topik utama, tetap meng-

ingat pertimbangan utama, mencari alternatif, berpikiran terbuka, mampu mengambil

Page 33: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

17

posisi (dan berganti posisi) ketika bukti dan alasan telah cukup, mencari keakuratan

sebanyak mungkin dari persoalan, mengikuti kebiasaan yang teratur terhadap bagian-

bagian dari keseluruhan, peka terhadap perasaan, tingkat pengetahuan dan tingkat

pengalaman orang lain. Sedangkan kemampuan dibagi menjadi 5 kelompok.

Kelima kelompok ini memiliki beberapa indikator seperti yang dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Kemampuan berpikir kritis dan indikatornya menurut Ennis

No Kemampuan

Berpikir Kritis

Indikator

1 Klarifikasi Dasar

(Elementary

Clarification)

1. Memfokuskan pertanyaan

2. Menganalisis argumen

3. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi

atau pertanyaan yang bersifat menantang.

2 Kemampuan Dasar

(Basic Support)

4. Mempertimbangkan kredibilitas sumber

5. Mengamati dan menilai laporan pengamatan.

3 Inferensi (Inference) 6. Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil

deduksi

7. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil

induksi

4 Klarifikasi lebih

lanjut (Advanced

Clarification)

8. Membuat definisi dan mempertimbangkan

definisi

9. Mengidentifikasi asumsi.

5 Membuat strategi

dan taktik

(Strategies and

Tactics)

10. Memutuskan tindakan

11. Berinteraksi dengan orang lain

(Ennis dalam Costa, 1985)

Kerangka berpikir Norris dan Ennis berfokus pada tahap mengumpulkan informasi

dan mengenai menerapkan kriteria yang sesuai untuk mempertimbangkan suatu

tindakan atau suatu pandangan (Stiggins, 1997). Norris dan Ennis dalam Stiggins

(1997) menyatakan bahwa terdapat beberapa tahapan dalam berpikir kritis antara

lain yaitu 1) mengklarifikasi masalah dengan mengajukan pertanyaan kritis; 2)

mengumpulkan informasi kritis yang berkaitan dengan masalah; 3) mulai untuk

Page 34: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

18

memberikan alasan melalui beberapa sisi atau beberapa sudut pandang; 4)

mengumpulkan informasi lebih lanjut untuk melakukan analisis lebih lanjut ketika

dibutuhkan; 5) membuat dan mengomunikasikan keputusan. Tahapan berpikir

menurut Norris dan Ennis dapat ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Tahapan berpikir kritis menurut Norris dan Ennis

Tahapan Berpikir

(1)

Keterampilan Berpikir yang dibutuhkan

(2)

Melakukan klarifikasi dasar

terhadap masalah

Memahami masalah

Menganalisis sudut pandang atau posisi

Bertanya dan menjawab pertanyaan yang

bersifat klarifikasi dan menantang

Mengumpulkan informasi

dasar Mempertimbangkan kredibilitas dari berbagai

sumber informasi

Mengumpulkan dan mempertimbangkan

informasi

Membuat inferensi Membuat dan mempertimbangkan dedukasi

menggunakan informasi yang tersedia

Membuat dan mempertimbangkan induksi

Membuat dan mempertimbangkan hasil

pertimbangan

Melakukan klarifikasi lebih

lanjut Membuat dan mempertimbangkan definisi

Mengidentifikasi asumsi

Menyimpulkan Menentukan suatu tindakan yang tepat

Mengkomunikasikan keputusan kepada orang lain

( Norris & Ennis dalam Stiggins, 1997)

Page 35: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

19

C. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

No Peneliti Judul Metode Hasil

1. Eldy &

Sulaiman

(2013)

The Role of PBL

in Improving Physics

Students' Creative

Thinking and Its

Imprint on Gender

Penerapan PBL

terintegrasi dilakukan

selama 1 semester

untuk mengukur berpikir

kreatif-kritis. Pretes dan

postes menggunakan

kriteria Watson Glaser

Critical Thinking

Appraisal (WGCTA)

meliputi, inferensi;

asumsi; deduksi;

interpretasi; evaluasi

argumen, dan berpikir

kreatif-kritis. Data

diperoleh melalui tes

Berpikir Kreatif-Kritis

YanPiaw (4 level yaitu:

berpikir kreatif tingkat

tinggi, berpikir kreatif,

berpikir seimbang,

berpikir kritis dan

berpikir kritis tingkat

tinggi). Analisis data

menggunakan SPSS versi

20.

Pertama, Tes WGCTA

Memberikan

peningkatan signifikan

dari gaya berpikir kritis

siswa dalam lima

kriteria berdasarkan

gender. Kedua,tes

berpikir kreatif-kritis

Yan-Piaw

menunjukkan gaya

berpikir siswa dan ada

hubungan antara gaya

berpikir dengan usia

siswa.

2. Sulaiman

(2013)

The Effectiveness of

PBL Online on Physics

Students’ Creativity

and Critical Thinking:

A Case Study at

Universiti Malaysia

Sabah

Sampel menggunakan

kelas eksperimen (PBL

online) dan kelas kontrol

(pembelajaran

konvensional) yang

keduanya didukung

melalui pembelajaran

online. Berpikir kreatif

diukur melalui tes TTCT,

dan berpikir kritis

menggunakan tes

WGCTA.

Kemampuan berpikir

kritis siswa meliputi

inference, deduction,

assumption,

interpretation, dan

evalution argument

meningkat dengan baik

menggunakan PBL

online dibandingkan

dengan pembelajaran

konvensional.

3. Didem

and Ali

Günay

(2010)

The Effects of Using

Problem-Based

Learning in Science

and Technology

Teaching Upon

Students’ Academic

Achievement and

Levels of Structuring

Concepts

Desain yang digunakan

pada penelitian ini yaitu

pretes postest kontrol

grup (non-equivalen).

Instrumen pengumpulan

data yang digunakan

yaitu tes prestasi

akademik dan pertanyaan

terbuka-tertutup.

Model PBL

memberikan perbedaan

yang signifikan antara

kelas eksperimen dan

kontrol

Page 36: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

20

No Peneliti Judul Metode Hasil

4. Aidoo,

Boateng

& Ofori

(2016)

Effect of Problem-

Based Learning on

Students’Achievement

in Chemistry

Menggunakan metode

kuasi eksperimen

(ekuivalen). Analisis data

menggunakan SPSS Versi

23

PBL efektif dalam

pembelajaran kimia

karna dapat

meningkatkan

kemampuan berpikir

kritis dan pemecahan

masalah siswa, hal ini

ditunjukkan dari adanya

perbedaan yang

signifikan prestasi siswa

di kelas kontrol dan

eksperimen.

5. Diah Tirta

Puri

(2016)

Penggunaan Model

Problem Based

Learning (PBL) pada

Pembelajaran

perubahan lingkungan

dan Daur Ulang

Limbah untuk

Meningkatkan

Pengetahuan

konseptual dan

Kemampuan berpikir

Kritis pada Kelas X

SMA Negeri 1

Gombong

Menggunakan teknik

random sampling.

Instrumen penelitian

menggunakan lembar

observasi keterlaksanaan

pembelajaran model

problem-based learning,

dan soal pretest serta

posttest untuk mengetahui

kemampuan berpikir kritis

dan pengetahuan

konseptual

Hasil menunjukkan

bahwa model PBL

meningkatkan

pengetahuan konseptual

dan kemampuan berpikir

kritis siswa dari 50

menjadi 93,5 dengan

kriteria sangat baik

6. Ikhwanul,

Halim,

dan Safitri

(2015)

Penerapan Model

Pembelajaran PBL

untuk Meningkatkan

Penguasaan Konsep

dan Keterampilan

berpikir kritis siswa

pada Konsep

Elastisitas dan Hukum

Hooke di SMA Negeri

Unggul Harapan

persada

Menggunakan metode pre-

experimental dengan one-

group pretest and posttest

desain dan metode

deskriptif untuk

mendeskripsikan

tangggapan siswa terhadap

penggunaan model

pembelajaran Problem

Based Learning. Analisis

data menggunakan Exel

pembelajaran yang

dilaksanakan dengan 5

tahapan model

pembelajaran Problem

Based Learning, dapat

meningkatkan penguasaan

konsep kategori tinggi

dengan rata-rata N-Gain

0,90 dan peningkatkan

keterampilan berpikir

kritis siswa dengan

kategori sedang dengan

rata-rata N-Gain 0,52

7. Malahayati,

Corebima

dan

Zubaidah

(2015)

Hubungan

Keterampilan

Metakognitif dan

Kemampuan Berpikir

Kritis dengan Hasil

Belajar Biologi Siswa

SMA dalam

Pembelajaran Problem

Based Learning (PBL)

Menggunakan metode

deskriptif korelasional,

bertujuan mendapatkan

gambaran nyata tentang

hubungan keterampilan

metakognitif dan

kemampuan berpikir kritis

dengan hasil belajar.

Keteramplan metakognitif

diukur dengan tes esai yang

dikembangkan oleh A.D.

Corebima, untuk

kemampuan berpikir kritis

menggunakan rubrik

penilaian yang diadaptasi

dari Hart (1994)

Ketrampilan metakognitif

berpengaruh terhadap

hasil belajar sebesar

28.86% dan kemampuan

berpikir kritis sebesar

46.16%, sehingga

totalnya adalah 75.02%.

Hasil penelitian ini

membuktikan bahwa

keterampilan metakognitif

dan kemampuan berpikir

kritis secara bersama-

sama memberikan

sumbangan efektif yang

sangat besar terhadap

hasil belajar siswa.

Page 37: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

21

D. Peta Pemecahan Masalah

Kemampuan pemecahan masalah merupakan kompetensi strategik supaya siswa

mampu memahami, memilih pendekatan dan strategi pemecahan masalah sehing-

ga mampu menyelesaikan persoalan. Dalam pemecahan masalah siswa dapat

menunjukkan kemampuan memahami masalah dengan baik, mengorganisasi data

yang relevan, menyajikan masalah secara jelas, memilih pendekatan atau strategi

pemecahan dan mampu menerapkan model pemecahan yang efektif ( Widodo &

Kardawati, 2013). Lebih lanjut, pemecahan masalah didefinisikan sebagai cara

berpikir dalam upaya untuk menemukan suatu masalah dan memecahkannya

berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber sehingga dapat

diambil suatu kesimpulan yang tepat (Hamalik, 2008). Adapun prosedur dalam

pemecahan masalah adalah menemukan suatu masalah, mengidentifikasi dan

menemukan penyebab utama dari suatu masalah. Pada kegiatan ini diperlukan

kemampuan identifikasi dan analisis yang baik dari siswa mengenai penyebab

permasalahan, menghasilkan beberapa alternatif solusi, menemukan altenatif

solusi, mengembangkan suatu rencana tindakan, dan penerapan.

Page 38: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

PETA PEMECAHAN MASALAH

Konsep –konsep yang terlibat dalam penyelesaian masalah:

1. Asam dan Basa = teori-teori asam basa, tetapan kesetimbangan, kekuatan asam basa

2. Konsep pH

3. Hidrolisis garam

Pencemaran

air

Oleh Limbah Bahan

Pemutih Pakaian

Mengandung zat

berikut

Natrium Hipoklorit (NaOCl) dan Alkil

sulfat

Menyebabkan pH naik

(10-12)

NaOCl Na+ (aq) + OCl

- (aq)

OCl-

(aq) + H2O HOCl (aq) + OH- (aq)

Dapat

diselesaikan

dengan 1. Reaksi Netralisasi

Natrium hipoklorit akan menetralisasi

asam-asam amino, humic dan tanin

mengubahnya menjadi air dan garam

(reaksi netralisasi) Zat asam tersebut

yang nantinya akan menguraikan

/menghidrolisis ion H, sehingga pH air

akan menurun dan stabil sesuai dengan

kondisi optimal

2. Filtrasi (Pemisahan Campuran)

Penyaringan air (filtrasi) menggunakan ijuk,

batu krikil, dan sabut kelapa untuk

mengurangi warna hijau dari sisa rendaman

daun pepaya.

Bahaya

Natrium Hipoklorit yang dibuang ke sungai dapat menyebabkan

pencemaran air, bersifat korosif, dan dapat membunuh bakteri

menguntungkan dalam air.

Alkil sulfat dapat menimbulkan pencemaran air, meningkatkan

pertumbuhan ganggang dan eceng gondok, dan menurunkan kadar oksigen

dalam air.

Gam

bar 1

.

22

Page 39: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

23

E. Kerangka Pemikiran

Model pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) seperti yang telah dijelaskan dalam

tinjauan pustaka merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan

kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. PBL mengharap-

kan siswa tidak hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal

materi, tetapi melalui PBL siswa dituntut aktif berpikir dan menginterpretasikan

solusinya kemudian menyimpulkan. PBL dirancang berdasarkan masalah menan-

tang yang ada dalam dunia nyata dan bersifat ill-structured, artinya tidak ada satu

jawaban yang paling benar, sehingga memiliki berbagai alternatif jawaban sebagai

pemecahan masalahnya. Pada masalah pencemaran limbah cairan pemutih, pem-

belajaran tidak mengikuti urutan KD yang ada, tetapi KD yang berkaitan dapat

langsung dipelajari saat itu juga, sehingga selain konsep asam basa, siswa juga

harus mencari informasi yang berkaitan dengan konsep-konsep kimia lainnya

seperti konsep pemisahan campuran, dan garam hidrolisis untuk dapat menentukan

solusi yang tepat.

Secara umum PBL terdiri dari lima fase antara lain yaitu mengorientasi siswa pada

masalah, mengorganisasikan tugas belajar siswa, melakukan penyelidikan mandiri

dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya,

dan yang terakhir yaitu melakukan analisis dan evaluasi pemecahan masalah. Pada

fase pertama yaitu mengorientasi siswa pada masalah. Pada fase ini siswa diminta

mengamati fenomena yang disajikan guru terkait pencemaran lingkungan oleh

limbah cairan pemutih. Berdasarkan fenomena yang disajikan siswa dapat mene-

mukan masalah, kemudian dapat menuliskan rumusan masalah dan mengklarifikasi

Page 40: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

24

dengan mengajukan pertanyaan terkait solusi permasalahan pada kolom LKS yang

telah disediakan dan pada tahap ini keterampilan berpikir kritis siswa dilatih yakni

dalam memberikan klarifikasi dasar (Elementary Clarification) dilatih.

Fase kedua yaitu mengorganisasikan tugas belajar siswa. Pada tahap ini siswa

diarahkan untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dengan memper-

timbangkan kredibilitas sumber dipandu dengan lembar penugasan. Lembar

penugasan berisi perintah untuk mencari informasi terkait masalah pencemaran

limbah cairan pemutih meliputi pengertian, penyebab, pencegahan, penanggulangan,

dan dampaknya. Berdasarkan fenomena dan informasi yang diperoleh keterampilan

berpikir kritis siswa dilatih yakni dalam memberikan klarifikasi dasar (Elementary

Clarification) dan mengumpulkan informasi dasar (basic support) dilatih. Kemudian

informasi ini dianalisis, pada tahap ini siswa dapat memberikan pendapat tentang

hasil analisanya dengan cara menggabungkan antara permasalahan dan informasi

yang diperoleh sehingga inference siswa dilatih, selanjutnya siswa dapat mem-

peroleh kesimpulan awal dan dapat berhipotesis.

Fase ketiga yaitu melakukan penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada fase ini

siswa dibimbing untuk mengumpulkan data dengan melaksanakan penyelidikan dan

eksperimen. Kegiatan penyelidikan yang dilakukan ini menuntut siswa untuk ter-

libat aktif serta melatih siswa dalam berpendapat untuk mendapatkan penjelasan

dan pemecahan masalah. Dari eksperimen yang mereka lakukan, maka siswa dapat

mengumpulkan informasi lebih lanjut untuk memperkuat hipotesis, merancang

prosedur percobaan, alat dan bahan, serta dapat menentukan variabel-variabel yang

terlibat untuk menciptakan ide mereka sendiri. Pada tahap ini, keterampilan ber-

Page 41: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

25

pikir kritis siswa dilatih yakni inference karena pada tahap ini juga siswa dilatih

untuk berpendapat dengan menggabungkan antara permasalahan dengan informasi

yang diperoleh dari hasil penyelidikan dan eksperimen.

Fase keempat yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamer-

kannya. Karya yang dimaksud berupa ide atau gagasan terkait pemecahan masalah

pencemaran lingkungan oleh limbah pemutih. Pada tahap ini siswa menuliskan data

hasil percobaan, kemudian menjawab pertanyaan yang sifatnya menantang yang

berkaitan dengan data hasil percobaan untuk dapat mengembangkan ide-ide atau

gagasan dengan mengkaitkan antara hasil yang diperoleh pada saat eksperimen

dengan berbagai informasi yang telah mereka dapat dari berbagai sumber sebelum-

nya, dan melaporkan solusi yang diperoleh sebagai sebuah hasil karya. Dari data

hasil percobaan dan mencari solusi pencemaran ini siswa dapat dilatih untuk

membuat klarifikasi/penjelasan lebih lanjut (advance clarification.)

Fase yang terakhir yaitu melakukan analisis dan evaluasi pemecahan masalah. Pada

fase ini hasil belajar siswa dievaluasi terkait materi yang telah dipelajari serta me-

minta tiap kelompok untuk mepresentasikan hasil kerja mereka. Melalui cara ini

siswa akan melakukan tanya jawab terhadap hasil presentasi antar kelompok se-

hingga akan memunculkan berbagai pendapat, ide, maupun gagasan dari teman-

temannya, sehingga mereka akan memahami masalah lebih dalam dan dapat me-

ngembangkan gagasan lebih luas. Pada fase ini kemampuan mengatur strategi dan

taktik (strategy and tactics) siswa dilatih ditunjukkan dengan menetukan suatu

tindakan yang tepat terkait solusi pencemaran dan mengkomunikasikannya dengan

Page 42: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

26

orang lain. Contoh solusi yang dapat diterapkan dalam pencemaran limbah cairan

pemutih yaitu penggunakan daun pepaya melalui proses netralisasi.

Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas dengan diterapkannya pembela-

jaran berbasis masalah pencemaran limbah cairan pemutih diharapkan dapat

meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

F. Anggapan Dasar

Beberapa hal yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Tingkat kedalaman dan keluasan materi yang diberikan sama;

2. Perbedaan n-gain kemampuan berpikir kritis siswa semata-mata terjadi karena

perbedaan perlakuan dalam pembelajaran di kelas kontrol dan eksperimen.

3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan berpikir kritis

siswa kelas XI IPA semester genap SMA YP Unila Bandarlampung tahun

ajaran 2017/2018 diabaikan.

G. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah pencemaran limbah cairan pemutih efektif untuk

meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. 19

21

Page 43: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

27

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

Bandarlampung tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah 253 siswa dan tersebar di

delapan kelas yang berbeda yakni XI IPA 1 sampai XI IPA 8.

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling,

hal ini didasarkan pada kesamaan kemampuan kognitif siswa di kelas eksperimen

dan kontrol, sehingga diperoleh sampel penelitian yakni XI IPA 2 sebagai kelas

eksperimen yang diterapkan model PBMPLCP, dan kelas XI IPA 5 sebagai kelas

kontrol yang diterapkan pembelajaran konvensional. Berdasarkan informasi guru

mata pelajaran kimia SMA YP Unila Bandarlampung, bahwa kelas XI IPA 5 dan

XI IPA 2 mempunyai kemampuan kognitif yang relatif sama baik, sehingga kedua

kelas ini dijadikan sampel dalam penelitian.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan yaitu data utama dan data pendukung. Data utama

berupa skor pretes dan postes keterampilan berpikir kritis siswa. Data pendukung

berupa nilai kinerja siswa. Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

di kelas kontrol dan seluruh siswa di kelas eksperimen.

Page 44: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

28

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu kuasi eksperimen dengan desain

The Matching Only Pretest and Postes Control Group Design (Fraenkel, dkk.,

2012). Adapun langkah-langkah pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.

dibawah ini :

Tabel 4. Desain penelitian

Kelas Perlakuan

Kontrol M O1 C O2

Eksperimen M O1 X O2

(Fraenkel, dkk., 2012)

Keterangan :

M : Matching, berupa pencocokan pada masing-masing kelas.

X : Perlakuan berupa penerapan model PBMPLCP

C : Perlakuan berupa penerapan pembelajaran konvensional

O1 : Pretes yang diberikan sebelum pembelajaran.

O2 : Postes yang diberikan setelah pembelajaran.

Pada penelitian ini, sebelum diterapkan perlakuan, maka terlebih dahulu dilakukan

matching pada kedua sampel dengan memberikan pretes (O1) berupa soal uraian.

Pencocokan bertujuan agar sampel penelitian memiliki kemampuan awal yang sama.

Hasil pretes pada kedua sampel penelitian kemudian dicocokkan secara statistik

melalui uji kesamaan dua rata-rata, setelah itu kedua sampel penelitian diundi untuk

menentukan kelas yang dijadikan sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada

kelas eksperimen diterapkan pembelajaran menggunakan model PBMPLCP (X),

sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional (C). Pada

kedua kelas penelitian setelah diberikan perlakuan, kemudian dilakukan postes (O2)

dengan soal yang berbeda dengan yang diberikan pada pretes.

Page 45: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

29

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari variabel kontrol, variabel bebas, dan variabel terikat.

Variabel bebas pada penelitian ini adalah pemberian model PBMPLCP pada kelas

eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Variabel

terikatnya yaitu keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

Bandarlampung Tahun Pelajaran 2017/2018. Variabel kontrol berupa materi

pelajaran dan guru yang mengajar di kelas.

E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu.

Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data

untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan

menyajikan data secara sistematis dan objektif (Arikunto, 2005). Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu, kisi-kisi soal pretes dan postes,

soal pretes dan postes berupa soal uraian keterampilan berpikir kritis, rubrikasi

pretes dan postes, LKPD kimia yang berbasis PBMPLCP, dan Assesment penilaian

kinerja siswa.

Agar data yang diperoleh sahih dan dapat dipercaya, maka instrumen yang diguna-

kan harus valid, reliabel, dapat membedakan kelompok atas dan kelompok bawah,

serta memiliki taraf kesukaran yang tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sulit.

Untuk itu, perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang akan digunakan.

Dalam konteks pengujian instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu

cara judgement atau penilaian, dan pengujian empirik. Sebuah instrumen dikatakan

Page 46: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

30

valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data

dari variabel yang diteliti secara tepat. Validitas adalah suatu ukuran yang menun-

jukkan kesahihan suatu instrumen.

Pengujian instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Pengujian kevalid-

an isi ini dilakukan dengan cara judgement. Dalam hal ini pengujian dilakukan

dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan

pengukuran, indikator keterampilan dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara

unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap

valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data dan sesuai kepentingan pene-

litian yang bersangkutan. Oleh karena dalam melakukan judgement diperlukan

ketelitian dan keahlian penilai, maka meminta ahli untuk melakukannya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu observasi, penelitian, dan pelaporan.

Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut:

a. membuat surat izin observasi untuk sekolah yang akan dijadikan sebagai

tempat penelitian.

b. melakukan observasi ke sekolah dan meminta data tentang keadaan siswa

sebagai data awal untuk menentukan jumlah sampel penelitian, jadwal,

kelengkapan alat dan bahan di laboratorium, dan sarana-prasarana yang akan

digunakan sebagai pendukung pelaksanaan penelitian.

Page 47: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

31

c. berdiskusi dengan guru pamong terkait jadwal pelaksanaan dan teknis

pelaksanaan penelitian.

2. Pelaksanaan penelitian

Tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. tahap persiapan

tahap pertama yaitu menyusun instrumen penelitian yang meliputi perangkat

pembelajaran, kisi-kisi soal pretes dan postes, soal pretes dan postes yang berupa

soal uraian yang digunakan sebagai data kuantitatif untuk mewakili keterampilan

berpikir kritis, rubrikasi pretes dan postes, LKPD kimia yang berbasis PBMPLCP ,

dan lembar assesmen kinerja siswa.

b. tahap pelaksanaan penelitian

Adapun tahap pelaksanaan penelitian diantaranya adalah (1) melakukan pretes

dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol; (2) mela-

kukan matching nilai secara statistik antara kelas kontrol dan kelas eksperimen;

(3) melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis masalah pada topik pencema-

ran limbah cairan pemutih yang diterapkan di kelas eksperimen dan pembelajaran

konvensional diterapkan di kelas kontrol; (4) melakukan postes dengan soal-soal

yang sama di kelas eksperimen dan kelas kontrol; (5) melakukan analisis data; (6)

menarik kesimpulan.

Langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian seperti

ditunjukkan pada Gambar 2.

Page 48: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

32

Gambar 2. Alur penelitian

1. Mengajukan permohonan izin kepada pihak sekolah.

b. 2. Melakukan observasi dan meminta data-data siswa

c. 3. Melakukan diskusi dengan guru pamong

Melakukan Matching nilai secara statistik pada kedua sampel

Pretes

Kelas kontrol

(pembelajaran

konvensional)

Kelas eksperimen

(Model PBMPLCP)

Postes

Analisis data

simpulan

Hasil:

1. Informasi mengenai populasi

2. Instrumen penelitian (RPP,

LKPD, soal tes keterampilan

berpikir kritis, dan lembar

penilaian aktivitas siswa

Menentukan sampel

penelitian

Persiapan

Hasil:

1. Data kinerja siswa selama

praktikum

Hasil akhir:

Keterampilan berpikir

kritis

Penilaian kinerja

siswa

Tes keterampilan berpikir kritis Hasil awal

Keterampilan berpikir kritis

Perlakuan

XI IPA 5

Kelas kontrol

XI IPA 2

Kelas eksperimen

Pelaporan

Pelaksanaan

Observasi

Kelas kontrol

Kelas eksperimen

Page 49: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

33

c. Pelaporan

Pada tahap ini, membuat laporan penelitian berupa skripsi. Laporan yang dibuat

berisi mengenai hasil penelitian secara tertulis. Tahap pelaporan ini merupakan

tahap akhir dalam sebuat proses penelitian

G. Hipotesis Kerja

Hipotesis kerja pada penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis masalah

dikatakan efektif apabila rata-rata n-gain berkategori sedang dan tinggi, serta

secara statistik nilai rata-rata postes terdapat perbedaan yang signifikan di kelas

eksperimen.

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Teknik analisis data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk menarik suatu kesimpulan yang

berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Analisis data pada penelitian ini adalah data kuantitatif. Dalam penelitian ini,

analisis data dilakukan terhadap data utama dan data pendukung.

a. analisis data utama

1) Mengubah skor menjadi nilai

Data utama yang diperoleh pada penelitian ini adalah skor pretes dan postes. Skor

pretes dan postes siswa yang diperoleh, kemudian diubah menjadi nilai yang

selanjutnya akan digunakan untuk pengujian hipotesis.

x 100 %

Page 50: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

34

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung n-gain, yang

selanjutnya digunakan pengujian hipotesis.

2) perhitungan n-gain masing-masing siswa

Perhitungan n-gain digunakan untuk melihat efektivitas model PBMPLCP dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Besarnya perolehan dihitung

dengan rumus normalized gain (Hake, 1998) yaitu:

3) perhitungan rata-rata n-gain

Berdasarkan hasil perhitungan n-gain masing-masing siswa, selanjutnya

menghitung rata-rata n-gain dengan rumus sebagai berikut:

Hasil perhitungan rata-rata n-gain <g> kemudian diinterpretasikan dengan

menggunakan kriteria dari (Hake, 1998) disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria n-gain

<g> Kategori

0,7 Tinggi

0,7< g 0,3 Sedang < 0,3 Rendah

b. analisis data pendukung

Data pendukung yang dianalisis dalam penelitian ini adalah penilaian tiap indikator

berpikir kritis dan kinerja siswa yang dijelaskan secara deskriptif dan kualitatif.

Secara detail, keterampilan berpikir kritis yang diteliti meliputi keterampilan

merumuskan masalah, membuat hipotesis, mempertimbangkan kredibilitas sumber,

Page 51: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

35

menginferensi dengan skor maksimal tiap indikatornya sebesar empat. Penilaian

tiap indikator berpikir kritis dirumuskan sebagai berikut:

Nilai rata-rata tiap indikator =

Penilaian kinerja siswa dalam asesmen kinerja ini terdiri dari delapan task dengan

skor maksimal tiap tasknya sebesar tiga dan dirumuskan sebagai berikut ini.

Nilai =

2. Uji prasyarat analisis

Uji prasyarat analisis dilakukan untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan

dalam pengujian hipotesis. Adapun uji prasyarat yang dilakukan adalah uji

normalitas dan homogenitas terhadap nilai pretes siswa di kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi

yang berdistribusi normal atau tidak, serta untuk menentukan uji selanjutnya

apakah menggunakan uji statistik parametrik atau non parametrik. Untuk uji

normalitas dapat menggunakan uji Chi-Kuadrat (Sudjana, 2005).

Hipotesis untuk uji normalitas:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Dengan rumus untuk uji normalitas sebagai berikut:

Page 52: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

36

Keterangan:

ᵡ2 = uji chi-kuadrat

Oi = frekuensi pengamatan

Ei = frekuensi yang diharapkan

Dengan kriteria uji: Terima H0 jika x

2 hitung x

2 tabel dengan taraf signifikan

5% dan derajat kebebasan dk = n1-n2-2 (Sudjana, 2005).

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sampel mempunyai

varians yang sama (varians yang homogen) atau sebaliknya, yang selanjutnya

untuk menentukan uji yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis.

Hipotesis untuk uji homogenitas:

Ho : =

(kedua sampel mempunyai varians yang homogen )

H1 :

(kedua sampel mempunyai varians tidak homogen)

Keterangan :

= varians skor kelas eksperimen

= varians skor kelas kontrol

Untuk menguji homogenitas kedua sampel, digunakan uji kesamaan dua varians,

dengan rumusan statistik sebagai berikut:

Fhitung =

dengan s

2 = ∑( )

)

Keterangan : = varians terbesar

= varians terkecil

s = simpangan baku

x = nilai pretes siswa

= nilai pretes siswa

n = jumlah siswa

Dengan kriteria uji: Terima Ho jika Fhitung Ftabel pada taraf signifikan 5%

(Sudjana, 2005).

Page 53: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

37

3. Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah kesimpulan yang diperoleh sampel

dapat mempengaruhi populasi. Pengujian hipotesis penelitian yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan rata-rata. Uji

kesamaan dua rata-rata dilakukan pada kemampuan awal (nilai pretes), sedangkan uji

perbedaan dua rata-rata dilakukan pada nilai postes.

c. Uji kesamaan dua rata-rata

Analisis ini dilakukan sebelum perlakuan, untuk mengetahui apakah keterampilan

berpikir kritis siswa di kelas eksperimen tidak berbeda secara signifikan dengan kete-

rampilan berpikir kritis siswa di kelas kontrol atau untuk memastikan kemampuan

awal antara siswa di kelas eksperimen dengan siswa di kelas kontrol. Syarat dalam

uji ini adalah uji normalitas dan homogenitas.

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 :µ1x = µ2x : Nilai rata-rata pretes siswa di kelas eksperimen sama dengan nilai

rata-rata pretes siswa di kelas kontrol.

H1: µ1x µ2x : Nilai rata-rata pretes siswa di kelas eksperimen berbeda signifikan

dengan nilai rata-rata pretes siswa di kelas kontrol.

Keterangan:

µ1x = Nilai rata-rata pretes (x) di kelas eksperimen.

µ2x = Nilai rata-rata pretes (x) di kelas kontrol.

x = keterampilan berpikir kritis siswa

Karena data yang diperoleh, berdistribusi normal dan homogen, maka uji kesamaan

dua rata-rata dilakukan dengan menggunakan uji statistik parametrik, yaitu dengan

menggunakan uji-t. Rumus yang digunakan dalam uji-t adalah sebagai berikut:

Page 54: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

38

( )

( )

Keterangan:

thitung = Kesamaan dua rata-rata

X 1 = Rata-rata nilai pretes siswa pada kelas eksperimen

X 2 = Rata-rata nilai pretes siswa pada kelas kontrol

= Varian kelas kontrol

= Varian kelas eksperimen

Sg = Varian kedua kelas

n1 = Jumlah siswa pada kelas eksperimen

n2 = Jumlah siswa pada kelas kontrol.

Dengan kriteria uji: jika thitung < ttable terima H0 dan tolak H1 dengan taraf

signifikan 5% dan dk = n1 + n2 -2 (Sudjana, 2005).

d. Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui seberapa efektif perlakuan

yang diberikan terhadap sampel, yaitu siswa yang menggunakan model PBMPLCP

dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional di SMA YP Unila

Bandarlampung dengan melihat n-gain ternormalisasi siswa secara signifikan.

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0: µA1x µA2x : Nilai rata-rata postes keterampilan berpikir kritis siswa yang

diterapkan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran

berbasis masalah lebih rendah atau sama dengan nilai rata-rata

postes keterampilan berpikir kritis siswa dengan pembelajaran

konvensional.. H1: µA1x µA2x : Nilai rata-rata postes keterampilan berpikir kritis siswa yang

diterapkan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran

berbasis masalah lebih tinggi daripada nilai rata-rata postes

keterampilan berpikir kritis siswa dengan pembelajaran

konvensional.

Keterangan: μ1 = rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen

μ2 = rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol

Page 55: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

39

x = kemampuan berpikir kritis siswa

Karena data yang diperoleh, berdistribusi normal dan homogen, maka uji perbedaan

dua rata-rata dilakukan dengan menggunakan uji statistik parametrik, yaitu dengan

menggunakan uji-t. Rumus yang digunakan dalam uji-t adalah sebagai berikut:

( )

( )

Keterangan :

thitung = Kesamaan dua rata-rata

X 1 = Rata-rata n-gain siswa pada kelas eksperimen

X 2 = Rata-rata n-gain siswa pada kelas kontrol

= Varian kelas kontrol

= Varian kelas eksperimen

Sg = Varian kedua kelas

n1 = Jumlah siswa pada kelas eksperimen

n2 = Jumlah siswa pada kelas kontrol.

Dengan kriteria uji: jika tHitung < tTable terima H0 dan tolak H1 dengan taraf

signifikan 5% dan dk = n1 + n2 -2 (Sudjana, 2005).

Page 56: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

62

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Model pembelajaran berbasis masalah pencemaran limbah cairan pemutih

efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa

2. Pada penggunaan model pembelajaran berbasis masalah pencemaran limbah

pemutih diperoleh presentase rata-rata n-gain siswa di kelas eksperimen

berkategori tinggi sedangkan pada kelas kontrol berkategori sedang, dan terdapat

perbedaan yang signifikan pada nilai rata-rata postes di kelas eksperimen dan

kontrol.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pembelajaran berbasis masalah hendaknya diterapkan dalam pembelajaran

kimia di SMA, karena terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan

berpikir kritis siswa.

2. Guru yang akan menggunakan LKS berbasis PBM harus memperjelas

kegiatan siswa yang akan dilakukan pada setiap tahapan model PBM,

sehingga kegiatan pembelajaran menjadi terarah.

Page 57: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

63

3. Guru yang akan menerapkan model PBM hendaknya memberikan

keleluasaan bagi siswa untuk berkonsultasi di luar jam pelajaran, sehingga

pembelajaran lebih menyenangkan dan siswa bisa mengeksplorasi

pemikirannya

Page 58: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

64

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin, N. 2011. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta:

Kencana

Aidoo, B., Boateng, S.K. & Ofori, I. 2016. Effect of Problem-Based Learning on

Students’Achievement in Chemistry. Journal of Education and Practice.

Vol.7 No. 33.

Agustin, R & Supardi, Z.A.I. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing Untuk Melatihkan Kemampuan Keterampilan Berpikir Kritis

Siswa Kelas XI SMAN 1 Kalianget. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika

(JIPF). Vol. 3, No.2. Hal. 14-19.

Akcay, B. 2009. Problem Based Learning in Science Education. Journal of

Turkish Science Education. Vol. 6(1): 26-36.

Amir, S. I. T. I. 2013. Analisis Keterampilan Prediksi Dan Mengkomunikasikan

Pada Materi Asam-Basa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem

Solving Siswa Kelas XI IPA4. Skripsi. Bandarlampung: Universitas

Lampung.

Arends, R.I. 2008. Learning to Teach Sevent Edition. New York: McGraw Hill

Company.

Arikunto. 1997. Penilaian Program Pendidikan Edisi Ketiga. Bina Aksara.

Jakarta.

Astutik. 2011. Pengujian Hipotesis Dua Sampel Independen Berdasarkan Uji

Mann-Whitney dan Uji Kolmogorov Smirnov Dua Sampel serta

Simulasinya dengan Program SPSS. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri

Semarang.

Azar, A. 2010. The Effect of Critical Thinking Disposition on Students

Achievement in Selection and Placement Exam for University in Turkey.

Journal of Turkish Science Education . Vol. 7, Issue 1.

BSNP. 2010. Paradigma Pendidikan Nasianal Abad XXI. Jakarta: Badan Standar

Nasional Pendidikan.

Cottrell, S. 2005. Critical Thinking Skills Developing Effective Analysis and

Argument. New York: Palgrave macmillan.

Page 59: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

65

Costa, A. L. 1985. Developing Mind: A Resource Book for Teaching Thingking.

Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development.

Dasna, I. W. & Sutrisno. 2006. Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based

Learning dan Kooperatif Learning untuk Meningkatkan Kualitas Proses

dan Hasil Belajar Kuliah Metodologi Penelitian. Malang: Lembaga

Penelitian UM.

Didem & Gunay, A. 2010. The Effects of Using Problem-Based Learning in

Science and Technology Teaching Upon Students’ Academic Achievement

and Levels of Structuring Concepts. Asia-Pasific Forum on Science

Learning and Teaching. Vol. 11, Issue 2, Article 1.

Eldy, E. F & Sulaiman, F. 2013. The Role of PBL in Improving Physics Students'

Creative Thinking and Its Imprint on Gender. International Journal of

Education and Research. Vol. 1, No.6. Hal. 1-10.

Ennis, R.H. 1991. Goals for a Critical Thinking. Illinois Critical Thinking Project:

University Illinois.

Fakhriyah, F. 2014. Penerapan Problem Based Learning dalam Upaya

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal

Pendidikan IPA Indonesia. Hal. 95-101.

Fitriyani, R. 2015. Pengaruh Strategi Pembelajaran Problem Based Learning dan

Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Metakognitif, Berfikir Kritis, dan

Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Sains. Vol. 3, No. 4. Hal. 186-200.

Forganty, R. 1997. Problem Based Learning and Other Curriculum Models for

the Multiple Intelegences Classroom. Arlington Heights, Illionis: Skylight.

Frederiksen, N. 1984. Implications of Cognitive Theory for Instruction in Problem

Solving. Review of Educational Research. Vol. 54 (3): 363 – 407.

Fraenkel,R.J, & Wallen, N.E. 2012.How to Design and Evaluate Research in

Education. Mc. Graw hill, inc. London.

Ge, Xun & Land. S.M., 2004. A Conceptual Framework for Scaffolding Ill-

Structured Problem solving Processess Using Question Prompts and Peer

Interactions. ETR&D: Vol. 52 (2) pp 5-22.

Gracias, W, Fadiawati, N & Lisa, T. 2017. Efektivitas Pendekatan Saintifik

dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah pada

Materi Pemisahan Campuran. Skripsi. Lampung: Universitas Lampung.

Hake, R. R. 1998. Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: A Six

Thousand-Student Survey of Mechanics Test Data For Introductory Physics

Courses. American Journal of Physics, 66(1), 64-74.

Page 60: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

66

Hamalik, O. 2009. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Haryono. 2017. Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran Abad 21. Makalah

Seminar Nasional Teknologi Pendidikan 2017. Unnes.

Kemendikbud. 2014. Permendikbud No 58 tahun 2014 Tujuan dan Hasil Dari

Problem Based Learning. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia.

Iswara, W & Trisdiono, H. 2013. Strategi Pembelajaran Abad 21. Diunduh di

lpmpjogja.org/strategi-pembelajaran-abad-21/. LPMP Yogyakarta.

Lestari, N.W.N.S. 2016. Pengaruh Problem Based Learning Terhadap

Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Pembelajaran IPA. Diseminarkan

di Seminar Nasional Pendidikan IPA di Universitas Negeri Semarang

Tanggal 23 April 2016. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Liliawati, W. 2011. Pembekalan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA

Melalui Pembelajaran Fisika Berbasis Masalah. Jurnal Pengajaran MIPA,

UPI. Vol. 16, No. 2. Hal. 93-98.

Lukitasari, D.R. 2013. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Berbantuan Film

Sebagai Sumber Belajar Pada Pokok Bahasan Sikap Pantang Menyerah dan

Ulaet Kelas X PM SMK N 1 Batang. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri

Semarang.

Machali, I. 2014. Kebijakan Perubahan Kurikulum 2013 dalam Menyongsong

Indonesia Emas Tahun 2045. Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 4, No. 1. Hal.

71-93

Malahayati, E.N., Corebina, A.D & Zubaidah, S. 2015. Hubungan Keterampilan

Metakognitif dan Kemampuan Berpikir Kritis dengan Hasil Belajar Biologi

Siswa SMA dalam Pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Jurnal

Pendidikan Sains. Vol. 3, No 4. Hl 178-185.

Marwan & Ikhsan, M. 2016. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis Siswa SMK melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

Jurnal Didaktik Matematika. Vol.3 No.2. Hal 9-18.

Mukminan. 2014. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Pendayagunaan Teknologi

Pendidikan. Makalah Seminar Nasional Teknologi Pendidikan 2014. Unesa.

Hal. 1-10.

Muslim, I. H, A & Rini, S. 2015. Penerapan Model Pembelajaran PBL untuk

Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir kRitis Siswa

Page 61: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

67

pada Konsep Elastisitas dan Hukum Hooke di SMA Negeri Unggul Harapan

Persada. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia. Vol. 3, No. 2. Hal. 35-50.

Noma, L. 2016. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) pada Materi

Pencemaran Lingkungan untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir

Tingkat Tinggi Peserta Didik Kelas X MIA 3 SMA Negeri 2 Sukoharjo

Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal Bio-Pedagogi. Vol. 5, No. 2. Hal. 15-

20.

Nugraha, R.G.A & Hariyadi, S. 2017. Literasi Media Jembatan Bagi Siswa SD

Untuk Menangkal Hoax. Konferensi Bahasa dan Sastra II. Unnes.

Nuryanto., Budi, U & Agung, N.C.S. 2015. Penerapan Model Pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) Dilengkapi Macromedia Flash untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Prestasi Belajar Siswa pada

Materi Pokok Termokimia Kelas XI SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun

Pelajaran 20`4/2015. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK). Vol. 4, No. 4. Hal.

87-94.

Permana, Y & Sumarmo, U. 2007. Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan

Koneksi Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.

Jurnal Educationist. Vol. I, No. 2. Hal. 116-123.

Permendikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor

81A Tahun 2013 Tentang tentang Implemetasi Kurikulum, Lampiran IV,

hlm. 3-4.

Permendikbud. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 68 Tahun 2014, Tentang Peran Guru Teknologi Informasi

Dan Komunikasi Dan Guru Keterampilan Komputer Dan Pengelolaan

Informasi Dalam Implementasi Kurikulum 2013.

Puri, D.T., Suyanto, S & Aminatun, T. 2016. Penggunaan Model Problem Based

Learning (PBL) pada Pembelajaran Perubahan Lingkungan dan Daur Ulang

Limbah untuk Meningkatkan Pengetahuan Konseptual dan Kemampuan

Berpikir Kritis pada Kelas X SMA Negeri 1 Gombong. Jurnal Pendidikan

Biologi. Vol. 5, No. 6.

Purwati, R., Hobri & Fatahillah, A. 2016. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Persamaan Kuadrat pada

Pembelajaran Model Creative Problem Solving. Jurnal Kadikma. Vol. 7,

No. 1. Hal 84-93.

Puspendik. 2016. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar

dari PISA dan TIMSS. Jakarta: Puspendik Balibang Depdiknas.

Page 62: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

68

Riyanto, Y. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru,

Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Redhana, I.W. 2012. Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pertanyaan

Socratik untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa. Jurnal

Cakrawala Pendidikan. Th.XXXI Nomor 3. Hal. 351-363.

. 2013. Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Peningkatan

Keterampilan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan

dan Pengajaran. Jilid 46 Nomor I, Hal. 76-86.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Sari, M., Susiswo & Nusantara, T. 2016. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Gambut. Prosiding Seminar Matematika

dan Pendidikan Matematika. Universitas Negeri Semarang.

Sharon & Key. K. 2010. 21st Century Knowledge and Skills in Educator

Preparation. New York: Blackboard ETS Intel National Education

Association Microsoft and Pearson.

Selviana, V., Asari, A.R & Muksar, M. 2016. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

SMK dalam Menyelesaikan Masalah Kombinatorika dan Peluang. Seminar

PPG SM-3T UM. Universitas Negeri Malang.

Sinambela, N.J.M P. 2017. Kurikulum 2013 dan Implementasinya dalam

Pembelajaran. Jurnal Generasi Kampus. Unimed. Jilid 6. Hal. 17-28.

Stiggins, R. J. 1997. Student-Centered Classroom Assessment Second Edition.

Upper Saddle River. Prentice-Hall, Inc.

Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi Keenam. Bandung: PT.Tarsito.

Sulaiman, F. 2013. The Effectiveness of PBL Online on Physics Students’

Creativity and Critical Thinking: A Case Study at Universiti Malaysia

Sabah. International Journal of Education and Research. Vol. 1 No. 3.

Tan, O. S. 2003. Problem Based-Learning Innovation: Using Problems to Power

Learning in the 21 st Century. Singapore: Cengange Learning Asia Pte.Ltd.

Tilaar, H.A.R. Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar. Bandung: PT

Remaja Roesda Karya.

Wahyuni, S. 2011. Mengembangkan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa melalui

Pembelajaran IPA Berbasis Problem Based Learning. Diakses melalui

http://ebookbrowsee.net/40-sri-wahyuni-pdf-d243266722.

Page 63: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ...digilib.unila.ac.id/32312/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kimia

69

Widjajanti, D.B. 2011. Problem Based Learning dan Contoh Implementasinya.

Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Widodo, T & Kardawati, S. 2013. Higher Order Thinking Berbasis Pemecahan

Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berorientasi Pembentukan

Karakter Siswa. Cakrawala Pendidikan. No. 1. Hal. 161-171.

Wijaya, E.Y., Sudjimat, D. A. & Nyoto, A. 2016. Transformasi Pendidikan Abad

21 sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Era Global.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016. Vol. 1. Hal.

263-271. Malang: Universitas Negeri Malang