Upload
others
View
18
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Efektivitas Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019 (Oktober, 2018) Page 1
Efektivitas Model Pembelajaran Discovery Learning terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa kelas VIII SMP Xaverius
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019
Rahma Ningsih
1, Ahmad Amin,M.Si
2. dan Ovilia Putri Utami
Gumay,M.Pd.Si3
e-mail : [email protected] STKIP-PGRI LUBUKLINGGAU
Peneliti oleh Rahma Ningsih, NPM 4114034 berjudul “Efektivitas Model
Pembelajaran Discovery Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
kelas VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019” dengan
Pembimbing Utama Ahmad Amin, M.Si dan Pembimbing Pendamping Ovilia
Putri Utami Gumay, M.Pd.Si.
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Efektivitas Model Discovery Learning terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/
2019. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah kemampuan berpikir kritis
siswa setelah mengikuti model Discovery Learning dalam kategori baik? Bagaimana
aktivitas siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model discovery
learning? Bagaimana respon siswa terhadap model pembelajaran discovery learning?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model discovery learning terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Xaverius Lubuklinggau. Populasi nya
adalah siswa kelas VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/ 2019 yang
berjumlah 111 siswa dan sampel nya adalah kelas VIII B yang berjumlah 29 siswa.
Metode penelitian yang digunakan penelitian Quasi eksperimen. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dan non tes. Teknik analisis data
dengan teknik tes rubrik kemampuan berpikir kritis, observasi, dan angket. Hasil
penelitian menunjukkan efektivitas model discovery learning terhadap kemampuan
berpikir kritis sebesar 57,84% dalam kategori baik, aktivitas pembelajaran siswa dalam
kategori aktif sebesar 72,32% dan respon siswa terhadap pembelajaran dalam kategori
baik sebesar 70,13%.
Kata kunci: Efektivitas, Kemampuan Berpikir Kritis, Discovery Learning
Efektivitas Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019 (Oktober, 2018) Page 2
A. Pendahuluan
Penguasaan materi oleh siswa dapat ditunjukkan melalui proses
berpikirnya. Proses berpikir merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam
pembelajaran. Ritdamaya dkk (2015:124) keterampilan berpikir kritis bukanlah
keterampilan bawaan sejak lahir sehingga keterampilan ini dapat diterapkan
dilatih dan dikembangkan melalui proses dan asesmen pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran guru sebagai mediator dan fasilitator mendesain dan
menerapkan pendekatan, model atau strategi yang dapat memfasilitasi dan
meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
Berpikir kritis merupakan suatu proses kemampuan seseorang yang
berguna untuk merumuskan jawaban atau mencari solusi dalam memecahkan
suatu masalah. Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu kompetensi
pembelajaran fisika.
Berdasarkan observasi di SMP Xaverius Lubuklinggau pada hari sabtu 27
januari 2018 dengan melakukan wawancara dengan guru bidang study fisika kelas
VIII SMP Xaverius yaitu ibu Yustina Sumartini, S.Pd. menjelaskan bahwa siswa
mengalami kesulitan ketika diberi soal-soal tentangkemampuan berpikir kritis.
Hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa menyelesaikan soal yang
membutuhkan aspek pemahaman, perencanaan, penyelesaian, dan menemukan
hasil. Karena tes yang digunakan hanya mengukur kemampuan siswa pada aspek
berpikir tepat yaitu cukup dengan hanya paham saja dan sesuai dengan teks book,
bukan pada aspek penemuan hal baru. Guru mengoreksi jawaban siswa hanya
berdasarkan pada jawaban yang sudah ada di buku paket ataupun buku LKS
sehingga siswa cenderung menyalin jawaban yang ada dibuku dengan hanya
menggantikan angka-angkanya saja, siswa menjadi kurang mandiri dan kurang
kritis dalam memecahkan masalahnya.
Selain proses pembelajaran yang dilakukan, kita juga ketahui bahwa siswa
memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik dalam menyelesaikan masalah
dalam belajar dan lain sebagainya serta memiliki kecerdasan yang berbeda pula.
Sehingga guru perlu memberikan sesuatu yang berbeda dengan jalan membuka
pikiran peserta didik agar dapat berpikir secara terbuka, memiliki pandangan yang
beragam dan wawasan yang lebih luas dalam proses pembelajaran. Fisika diakui
penting, tetapi sulit dipelajari. Maka tidak jarang siswa yang awalnya menyukai
pelajaran fisika, beberapa bulan kemudian menjadi acuh sikapnya.
Adapun upaya untuk mengatasi masalah tesebut, maka diperlukan model
pembelajaran yang dapat membentuk siswa aktif serta mampu mengembangkan
kemampuan berpikir kritis. Salah satu model yang diharapkan sesuai dengan hal
tersebut adalah model Discovery Learning.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas menjadi sangat menarik
untuk diteliti, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Efektivitas Model Pembelajaran Discovery Learning terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa kelas VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2018/2019”.
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
Efektivitas Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019 (Oktober, 2018) Page 3
1. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa setelah mengikuti
pembelajaran dengan model Discovery Learning kelas VIII SMP Xaverius
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019.
2. Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model Discovery Learningkelas VIII SMP Xaverius
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019.
3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap model Discovery Learningkelas
VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019.
B. Deskripsi Konseptual
1. Efektivitas Pembelajaran
Menurut Dewi (2017:97) Efektivitas merupakan suatu pekerjaan yang
dilakukan secara cermat dan tepat pada waktunya sesuai dengan apa yang telah
direncanakan. Efektivitas dalam pembelajaran diartikan sebagai kemampuan
seseorang atau beberapa orang dalam mengelola dan mendesain suatu organisasi
untuk memotivasi peserta didik agar dapat menjadi manusia yang kreatif dan
mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Menurut Saifudin (2014:112)
pembelajaran efektif adalah apabila terciptanya suasana yang menimbulkan
konsentrasi belajar siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
efektivitas pembelajaran adalah gambaran dalam proses pembelajaran yang
menghasilkan apa yang harus dikuasai oleh siswa setelah proses pembelajaran
berlangsung serta mampu memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam belajar
untuk mencapai tujuan.
Menurut Mutmainnah (2017:71) efektivitas pembelajaran dapat di
tentukan oleh 4 indikator, antara lain: 1. Kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran baik. 2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran aktif. 3. Respon positif
siswa dalam pembelajaran 4. Hasil belajar siswa tuntas secara klasikal.
Menurut Miarso (2004:460) indikator yang dapat digunakan untuk
menentukan efektivitas dalam proses pembelajaran adalah : 1. Pengorganisasian
materi yang baik, 2. Komunikasi yang efektif, 3. Penguasaan dan antusiasme
terhadap materi pembelajaran, 4. Sikappositif terhadap siswa, 5. Pemberian
nilai yang adil, 6. Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran,dan7. Hasil
belajar siswa yang baik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa indikator
efektivitas pembelajaran yaitu : 1. Komunikasi yang efektif, 2. Penguasaan dan
antusiasme terhadap materi pembelajaran, 3. Sikap positif terhadap siswa.
2. Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Steven (dalam Haryani, 2012:167), berpikir kritis adalah berpikir
dengan benar dalam memperoleh pengetahuan yang relevan dan reliabel. Berpikir
kritis adalah berpikir nalar, reflektif, bertanggungjawab, dan mahir berpikir. Dari
definisi Steven ini seseorang yang berpikir kritis dapat menentukan informasi
yang relevan dan dapat membuat kesimpulan yang tepat.
Berpikir kritis menurut Langrehr (dalam Jayadipura, 2014:125) sebagai
berpikir evaluatif yang melibatkan kriteria yang relavan dalam mengakses
informasi disertai dengan ketepatan, relevansi, kepercayaan, ketegapan, dan bias.
Begitu juga menurut Ennis (dalam Fatmawati dkk, 2014:913) berpikir kritis
Efektivitas Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019 (Oktober, 2018) Page 4
adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada
pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.
Berikutnya Fithriyah (2016:582) menerangkan bahawa indikator-indikator
yang dapat digunakan dalam menginvestigasi kemampuan berpikir kritis salah
satunya adalah indikator kemampuan berpikir kritis dari Facionce, antara lain
interpretasi (interpretation), analisis (analysis), evaluasi (evaluation), inferensi
(inference), eksplikasi (explanation), dan regulasi diri (self-regulation).
a. Interpretasi adalah kemampuan yang dapat memahami dan
mengekspresikan makna dari permasalahan.
b. Analisis adalah kemampuan yang dapat mengidentifikasi dan
menyimpulkan hubungan dari pertanyaan, konsep, deskripsi atau bentuk
lainnya.
c. Evaluasi adalah kemampuan yang dapat mengakses kredibilitas
pernyataan/representasi serta mampu mengakses secara logika hubungan
antar pernyataan, deskripsi, maupun konsep.
d. Inferensi adalah kemampuan yang dapat mengidentifikasi dan
mendapatkan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam menarik kesimpulan.
e. Eksplikasi adalah kemampuan dapat menetapkan dan memberikan alasan
secara logis berdasarkan hasil yang diperoleh.
f. Regulasi diri adalah kemampuan untuk memonitor aktivitas kognitif
seseorang, unsur-unsur yang digunakan dalam aktifitas menyelesaikan
permasalahan, khususnya dalam menerapkan kemampuan dalam
menganalisis dan mengevaluasi. Keenam indikator keterampilan berpikir
kritis yang dikembangkan Facionce diuraikan menjadi beberapa subskill
seperti pada tabel 2.1
Tabel 2.1
Indikator keterampilan berpikir kritis facionce
No Aspek Keterampilan
Berpikir Kritis
Indikator
1. Interpretasi a.dapat menggambarkan permasalahan
yang diberikan
b.dapat menuliskan makna permasalahan
dengan jelas dan tepat
c.dapat menuliskan apa yang diketahui dan
ditanyai soal dengan tepat dan lengkap
2. Analisis a.dapat menuliskan hubungan konsep-
konsep yang digunakan dalam
menyelesaikan soal
b.dapat menuliskan apa yang harus
dilakukan dalam menyelesaikan soal
c.dapat membuat model matematis dari
soal yang diberikan dengan tepat dan
lengkap
3. Evaluasi a.dapat menuliskan penyelesaian soal
secara tepat, lengkap dan benar
b.menggunakan strategi yang tepat dalam
menyelesaikan soal, lengkap dan benar
dalam melakukan perhitungan
Efektivitas Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019 (Oktober, 2018) Page 5
/penjelasan
4. Inferensi a.dapat menarik kesimpulan dari apa yang
ditanyakan secara logis
b.dapat menduga alternati lain
c.dapat membuat kesimpulan dengan tepat
sesuai dengan konteks soal dan lengkap
5. Eksplikasi a.dapat menuliskan hasil akhir dengan
tepat dan memberikan alasan tentang
kesimpulan yang diambil secara tepat
dan benar
b.dapat memberikan alasan tentang
kesimpulan yang diambil
6. Regulasi diri a.dapat melakukan tinjauan ulang secara
tepat sesuai dengan konteks soal dan
lengkap
Fithriyah (2016:583)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwaindikator
yang akan diukur untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII
SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019 dapat dilihat pada tabel
2.2 sebagai berikut
Tabel 2.2
Indikator yang digunakan Dalam Penelitian
No Aspek Keterampilan
Berpikir Kritis
Indikator
1. Interpretasi Dapat menuliskan apa yang diketahui
dan ditanyakan soal dengan tepat dan
lengkap pada materi usaha dan energi
2. Analisis Dapat membuat model matematis dari
soal yang diberikan dengan tepat dan
lengkap pada materi usaha dan energi
3. Evaluasi Dapat menggunakan strategi yang tepat
dalam menyelesaikan soal, lengkap dan
benar dalam melakukan perhitungan
atau penjelasan pada materi usaha dan
energi
4. Inferensi Dapat membuat kesimpulan dengan
tepat sesuai dengan konteks soal dan
lengkap
5. Eksplikasi Dapat menuliskan hasil akhir dengan
tepat dan memberikan alasan tentang
kesimpulan yang diambil secara tepat
dan benar
6. Regulasi Diri Dapat melakukan tinjauan ulang secara
tepat sesuai dengan konteks soal dan
lengkap
Efektivitas Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019 (Oktober, 2018) Page 6
Sumber : (Modifikasi Facionce dalam Fithriyah, 2016:583)
3. Energi
1. energi kinetik
Untuk menghitumg besar energi kinetik benda,
( )(
)
Usaha pada persamaan ini merupakan suatu usaha yang diperlukan
untuk menghasilkan perubahan kelajuan benda, yang berarti sama dengan
besarnya energi kinetik yang dimiliki benda pada saat kelajuannya sama
dengan .
Dengan demikian energi kinetik dapat dirumuskan sebagai berikut
( Karim dkk, 2008:188).
Keterangan
= Energi Kinetik (J)
= Massa Benda (kg)
= Kecepatan Benda (m/s)
2. Energi Potensial
Energi potensial yang dimaksud adalah energi potensial gravitasi.
Energi potensial gravitasi adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda
karena ketinggiannya terhadap suatu bidang acuan tertentu. jadi energi
potensial gravitasi dirumuskan sebagai
Keterangan
= energi potensial gravitasi (J)
= massa benda (kg)
= percepatan gravitasi (m/s2)
= ketinggian benda dari bidang acuan (m)
ada jenis energi potensial lainnya disamping gravitasi energi potensial
pegas, pegas memiliki energi potensial. Energi potensial pegas adalah
energi potensial yang dimiliki benda karena sifat elastis benda.
3. Energi Mekanik
Secara matematis persamaan energi mekanik dapat dituliskan sebagai berikut.
(Karim dkk, 2008:186)
Keterangan = energi mekanik (J)
= energi potensial (J)
= energi kinetik (J)
4. Model Discovery Learning
Efektivitas Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019 (Oktober, 2018) Page 7
Budiningsih (dalam Mustaming, dkk 2015:84) mengemukakan Model
pembelajaran discovery learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan,
melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan, Hudoyo
(dalam Mustaming, dkk 2015:85) mendefinisikan model pembelajaran Discovery
Learning merupakan proses belajar yang memungkinkan siswa menemukan untuk
dirinya melalui suatu rangkaian pengalaman-pengalaman konkrit. Jadi materi
yang dipelajari disajikan dalam bentuk final.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa model
Discovery Learning adalah model pembelajaran yang menekankan proses mental
pada siswa untuk menemukan dan mengalami proses pembelajaran dengan sendiri
sehingga membangkitkan motivasi belajar siswa.
5. Langkah-langkah Pembelajaran Discovery Learning
Menurut Lefudin (2017:108) langkah-langkah model Discovery Learning
adalah sebagai berikut: 1. Siswa dihadapkan pada problem-problem yang
menimbulkan suatu perasaan gagal di dalam dirinya ini dimulai proses inquiry, 2.
Siswa mulai menyelidiki problem itu secara individual, 3. Siswa berusaha
memecahkan problem dengan menggunakan pengetahuan yang sebelumnya, 4.
Siswa menunjukkan pengertian dari generalisasi itu, dan 5. Siswa menyatakan
konsepnya atau prinsip-prinsip dimana generalisasi itu didasarkan.
Langkah-langkah Discovery Learning menurut Syah (dalam Setiani dan
Priansa, 2015: 216) yaitu:
1. Stimulasi / Pemberian Ransangan (Stimulation)
2. Pernyataan/ Identifikasi Masalah (Problem statement)
3. Pengumpulan Data (Data Collection)
4. Pengolahan Data (Data Processing)
5. Pembuktian (Verification)
6. Menarik Kesimpulan atau Generalisasi (Generalization)
Berdasarkan beberapa langkah-langkah pembelajaran model Discovery
Learning di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran model
Discovery Learning dengan tahapan sebagai berikut: 1.stimulasi atau pemberi
rangsangan (Stimulation) yaitu: guru bertanya tentang apa yang diketahui siswa
tentang materi prasyarat, 2. pernyataan atau identifikasi masalah (problem
statemen) yaitu: bila siswa belum mampu menjawabnya, guru memberikan contoh
permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, 3. pengumpulan data
(data collection) yaitu: a) guru membentuk kelompok yang heterogen terdiri dari
5-6 orang siswa dalam satu kelompok, b) guru memberikan lembar kegiatan siswa
(LKS), 4. pengolahan data (data processing) yaitu: siswa mencermati dan
menjawab pertanyaan yang ada pada lembar kegiatan siswa (LKS), kemudian
menuliskan hasil analisisnya dalam LKS, 5. Pembuktian (verification) yaitu: guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep, teori, (LKS)
melalui contoh-contoh yang ada dalam kehidupan sehari-hari, dan 6. menarik
kesimpulan/generalisasi (generalization) yaitu: a) siswa dapat menyimpulkan
konsep atau teori tentang materi,.
6. Aktivitas Belajar
Menurut Wijaya (2015:41) aktivitas belajar adalah suatu kegiatan individu
yang dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik pada diri individu karena
adanya interaksi antara individu dengan individu dan interaksi individu dengan
Efektivitas Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019 (Oktober, 2018) Page 8
lingkungan. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah
satu indikator keinginan siswa untuk belajar.
Adapun menurut Sudjana (dalam Santoso dkk, 2015:14) aktivitas belajar
adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Kusuma dan Aisyah,
2012:46) aktivitas diartikan sebagai “keaktifan, kegiatan, kesibukan”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas
belajar adalah suatu kegiatan siswa dalam proses pembelajaran dengan cara
memperhatikan setiap kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran dan
kegiatan siswa yang membawa kearah yang lebih baik.
7. Respon
Respon adalah penerimaan, tanggapan dan aktivitas siswa selama
pembelajaran melalui model yang digunakan (Zulhelmi, 2009:11).
C. Metodologi penelitian
1. Metode Penelitian
Arikunto (2010:203) menyatakan bahwa metode penelitian adalah cara
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Jenis
penelitian ini adalah quasi eksperimen. Quasi eksperimen yang melibatkan satu
kelompok sampel, dimana peneliti memberikan perlakuan pada kelas eksperimen.
Desain dalam penelitian ini menggunakan pola desain Pre-test dan Post-
test Group. Dalam desain ini test dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum
perlakuan dan sesudah perlakuan. Menurut Arikunto (2010:124) desain
penelitian dapat dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.5
Desain Penelitian
Pre-test Treatment Post-test
O1 X O2
Keterangan :
O1 = Tes Awal (Pre-test)
O2 = Tes Akhir (Post-test)
X = Perlakuan (Treatment) Model Pembelajaran Discovery Learning
2. Populasi Penelitian
Arikunto (2010:173) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Menurut Sugiyono (2010:61) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan definisi di atas maka dalam penelitian ini yang menjadi populasi
adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Xaverius Lubuklinggau.
3. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2012:62). Sedangkan menurut Arikunto (2010:174) sampel
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian
inidiambil secara acak(Simple Random Sampling) dengan carapengundian.
Efektivitas Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019 (Oktober, 2018) Page 9
Sample Random adalah setiap sampel memberikan peluang yang sama diantara
populasi. Sampel pada penelitian ini yaitu kelas VIII B yang berjumlah 29 siswa.
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Teknik Tes
Tes digunakan memperoleh dan mengukur data tentang berpikir kritis
siswa pada kelas yang dilakukan pada penelitian. Tes ini dilakukan pada kelas
sampel dengan bentuk soal essay.
2. Teknik non Tes
Teknik pengumpulan data nontes yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan dua instrumen yaitu:
a. Observasi Aktivitas Siswa
Menurut Arikunto observasi atau yang disebut pula dengan
pengamatan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara
langsung.
Observasi yang dilakukan pada penelitian ini berupa instrumen
observasi aktivitas siswa. Instrumen observasi aktivitas siswa yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 9 item, dilakukan pada setiap
proses pembelajaran.
b. Angket Respon Siswa
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto,
2010:194). Pada penelitian ini terdapat 16 pertanyaan yang digunakan
dan telah disesuaikan dengan tahapan-tahapan pada model pembelajaran
Discovery Learning.
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar
berpikir kritis yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu
1. Analisis data tes
Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa maka
dilakukan dengan penskoran rubrik berikut ini :
a. Rubrik penskoran kemampuan berpikir kritis
Untuk memperoleh data kemampuan berpikir kritis, dilakukan
penskoran terhadap jawaban siswa tiap butir soal. Pedoman
penskoran kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada tabel 2.7.
Tabel 2.7
Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
No Indikator Deskriptor Skor
1. Interpretasi Tidak menulis yang diketahui dan yang
ditanyakan
0
Menulis yang diketahui dan yang
ditanyakan dengan tidak tepat
1
Menulis yang diketahui saja dengan tepat
atau yang ditanyakan saja dengan tepat
2
Menulis yang diketahui dari soal dengan
tepat tetapi kurang lengkap
3
Efektivitas Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019 (Oktober, 2018) Page 10
Menulis yang diketahui dan ditanyakan
dari soal dengan tepat dan lengkap
4
2. Analisis Tidak membuat model matematis dari soal
yang diberikan
0
membuat model matematis dari soal yang
diberikan tetapi tidak tepat
1
membuat model matematis dari soal yang
diberikan dengan tepat tanpa memberikan
penjelasan
2
membuat model matematis dari soal yang
diberikan dengan tepat tetapi ada
kesalahan dalam penjelasan
3
membuat model matematis dari soal yang
diberikan dengan tepat dan memberi
penjelasan yang benar dan lengkap
4
3. Evaluasi Tidak menggunakan strategi dalam
menyelesaikan soal
0
Menggunakan strategi yang tidak tepat dan
tidak lengkap dalam menyelesaikan soal
1
Menggunakan strategi yang tepat dalam
menyelesaikan soal tetapi tidak lengkap,
atau menggunakan strategi yang tidak
tepat tetapi lengkap dalam menyelesaikan
soal
2
Menggunakan strategi yang tepat dalam
menyelesaikan soal, lengkap tetapi
melakukan kesalahan dalam perhitungan
atau penjelasan
3
Menggunakan strategi yang tepat dalam
menyelesaikan soal, lengkap dan benar
dalam melakukan perhitungan atau
penjelasan
4
4. Inferensi Tidak membuat kesimpulan 0
Membuat kesimpulan yang tidak tepat dan
tidak sesuai dengan konteks soal
1
Membuat kesimpulan yang tidak tepat
meskipun disesuaikan dengan konteks soal
2
Membuat kesimpulan dengan tepat sesuai
dengan konteks tetapi tidak lengkap
3
Membuat kesimpulan dengan tepat sesuai
dengan konteks soal dan lengkap
4
5. Eksplikasi Tidak dapat menuliskan hasil akhir dan
memberikan alasan tentang kesimpulan
yang diambil
0
Dapat menuliskan hasil akhir tetapi tidak
tepat, dan tidak menuliskan alasan tentang
kesimpulan yang diambil
1
Efektivitas Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019 (Oktober, 2018) Page 11
Dapat menuliskan hasil akhir dengan tepat
tetapi tidak memberikan alasan tentang
kesimpulan yang diambil
2
menuliskan hasil akhir dengan tepat tetapi
memberikan alasan tentang kesimpulan
yang tidak tepat
3
menuliskan hasil akhir dengan tepat dan
memberikan alasan tentang kesimpulan
yang diambil secara tepat dan benar
4
6. Regulasi diri Tidak melakukan tinjauan ulang terhadap
jawaban yang dituliskan
0
melakukan tinjauan ulang terhadap
jawaban secara tidak tepat dan tidak sesuai
dengan konteks soal
1
melakukan tinjauan ulang yang tidak tepat
terhadap jawaban meskipun sesuai dengan
konteks soal
2
Memberikan tinjauan ulang dengan tepat,
sesuai dengan konteks tetapi tidak lengkap
3
Melakukan tinjauan ulang secara tepat,
sesuai dengan konteks soal dan lengkap
4
Skor Minimal = 0
Sumber : (Modifikasi Facionce dalam Karim, 2015:96)
Soal untuk mengukur kemampuan berpikir kritis berjumlah 6 soal
dengan skor maksimal 56.
Untuk menghitung nilai setiap siswa dengan menggunakan rumus : Nilai
=
x 100
1) Mencari rentang kelas dengan rumus
R = Skor maksimal – skor minimal = 56 – 0 = 56
2) Banyak skor = 4
3) Mencari panjang kelas interval =
=
= 14
Tabel 2.8
Kategori Kemampuan Berpikir Kritis
Rentang Skor Nilai Akhir Siswa Kategori
43 – 56 76,7 - 100 Sangat Baik
29 – 42 51,7 – 75 Baik
15 – 28 26,7 – 50 Cukup
0 – 14 0 – 25 Kurang Baik
2. Analisis data non tes
a. Analisis data instrumen aktivitas siswa
Besarnya nilai yang diperoleh siswa merupakan persentase
maksimum ideal yang seharusnya dicapai. Data aktivitas siswa dicatat
Efektivitas Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019 (Oktober, 2018) Page 12
dalam lembar observasi dengan menggunakan skala guttman sehingga
observer dapat memberi tanda cek list ( ) pada setiap deskriptor yang
muncul. Sehingga dengan begitu peneliti bisa mengetahui aktivitas siswa
saat pembelajaran. Data analisis dengan menggunakan rumus sebagai
berikut menurut Purwanto (dalam Widodo dan Widayanti, 2013:34)
NP =
x 100
Keterangan :
NP : Nilai persentasi yang dicari atau diharapkan
SM : Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
R : Skor mentah yang diperoleh siswa
100 : Bilangan tetap
Untuk menghitung respon dengan menggunakan rumus
Nilai =
x 100
1) Mencari rentang kelas dengan rumus
Skor maksimal = banyaknya indikator (9) x 4 = 36
2) Banyak skor = 4
3) Mencari panjang kelas interval =
=
= 9
Tabel 2.9
Kategori Keaktifan Siswa
Rentang Kategori Persentase Keaktifan Kategori
27 R 36 75% p 100% Sangat aktif
18 R 27 50% p 75% Aktif
9 R 18 25% p 50% Kurang aktif
0 R 9 % p 25 % Tidak aktif
Sumber (Modifikasi Widodo dan Widayanti, 2013:34)
b. Analisis data instrumen angket respon siswa
Angket respon siswa digunakan untuk dapat mengukur pendapat
siswa terhadap ketertarikan, perasaan senang serta kemudahan dalam
memahami komponen-komponen. Angket respon siswa deberikan
kepada siswa setelah seluruh KBM selesai dilaksanakan dengan
menggunakan lembar angket siswa. Derajat penilaian siswa terhadap
suatu pertanyaan terbagi kedalam 4 (empat) kategori yang tersusun
secara bertingkat, mulai dari sangat tidak baik (STB), tidak baik (TB),
baik (B), dan sangat baik (SB) atau dapat juga disusun sebaliknya.
Pembobotan yang paling sering digunakan adalah : untuk
pernyataan positif, jawaban : SB skornya 4, B skornya 3, TB skornya 2,
dan STB skornya 1. Untuk pernyataan negatif, jawaban : SB skornya 1, B
skornya 2, TB skornya 3 dan STB skornya 4.
Persentase respon siswa dihitung dengan menggunakan rumus:
Nilai =
x100%
1) Mencari rentang kelas dengan rumus
Skor maksimal = banyaknya indikator (16) x 4 = 64
R = Skor maksimal – skor minimal = 64 – 0 = 64
2) Banyak skor = 4
Efektivitas Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019 (Oktober, 2018) Page 13
3) Mencari panjang kelas interval =
=
= 16
Tabel 3.1
Kategori Respon Siswa
Rentang Skor Skor Akhir Kategori
49 - 64 76,5 – 100 Sangat Baik
33 – 48 51,5 – 75 Baik
17 – 32 26,5 – 50 Cukup
0 – 16 0 – 25 Kurang Baik
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Data Hasil Pre-test
a. Nilai rata-rata
Pre-test dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
terhadap materi pokok bahasan usaha dan energi sebelum diberi
perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Discovery
Learning. Hasil pre-test dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Rata-rata Hasil Pre-test Kemampuan Berpikir Kritis
No Perhitungan Hasil
1 Kemampuan Berpikir Kritis 16,02868 %
Tabel 4.2
Distribusi Kategori Kemampuan Berpikir kritis
No Kategori Berpikir Kritis
Jumlah Siswa
1 Kurang Baik 29
2 Cukup 0
3 Baik 0
4 Sangat Baik 0
2. Data Hasil Post-test
Post-test dilakukan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa
terhadap materi pokok bahasan usaha dan energi sesudah diberi perlakuan
dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. Berikut
hasil dari tes akhir (pot-tes) kelas VIII B pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Rata-rata Hasil Post-test Kemampuan Berpikir Kritis
No Perhitungan Hasil
1 Kemampuan Berpikir Kritis 57,84153 %
Tabel 4.4
Efektivitas Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019 (Oktober, 2018) Page 14
Distribusi Kategori Kemampuan Berpikir kritis
No Kategori Berpikir Kritis
Jumlah Siswa
1 Kurang Baik 2
2 Cukup 3
3 Baik 18
4 Sangat Baik 3
3. Hasil Analisis Aktivitas Siswa
Berdasarkan hasil perhitungan rekapitulasi hasil observasi siswa
yang dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dapat dilihat
pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Rekapitulasi Hasil Analisis Data Observasi
Pertemuan I Pertemuan II Interpretasi
Keterangan % Keterangan %
Aktif 73,72 % Aktif 70,93 % Meningkat
4. Data Hasil Respon Siswa
Berdasarkan hasil perhitungan, rekapitulasi hasil perhitungan angket
respon siswa dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Rekapitulasi Hasil Analisis Angket Respon Butir
Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Jumlah 77 88 80 73 61 85 73 72 79 79 76 73 66 78 81 72
Kategori B SB B B B SB B B B B B B B B B B
Keterangan
SB = Sangat Baik C = Cukup
B = Baik KB = Kurang Baik
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat respon siswa perbutir
pernyataan semuanya berada dalam kategori baik dan sebagian dalam
73,72%
70,93%
jumlah siswa24
jumlah siswa26
Aktivitas Siswa
Efektivitas Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019 (Oktober, 2018) Page 15
kategori sangat baik dengan rata-rata sebesar 70,13 terdapat 14 pernyataan
pada butir angket respon yang berada dalam kategori baik yaitu pada butir
1,3,4,5,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16, sedangkan ada 2 butir pernyataan
angket respon siswa dalam kategori sangat baik yaitu pada butir 2 dan 6.
E. Pembahasan
Uraian aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran pada
pertemuan pertama sampai kedua sebagai berikut:
a. Pertemuan pertama (Selasa, 07 Agustus 2018)
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama berlangsung selama
2x40 menit (dua jam pelajaran) di kelas VIII B. Kegiatan pembelajaran
dimulai dengan membaca doa bersama. Peneliti mengecek daftar hadir
siswa, dan menyiapkan siswa untuk memulai pembelajaran. Pada
pertemuan pertama ini seluruh siswa hadir.
Adapun rata-rata aktivitas siswa selama proses pembelajaran
dengan model discovery learning pada pertemuan pertama ini selama
observer mengamati sebesar 73,72%.
b. Pertemuan kedua (Jum’at, 10 Agustus 2018)
Rata-rata aktivitas kelas eksperimen selama dua kali pertemuan
adalah 70,93% dengan kriteria aktif.
Pada pertemuan pertama di kelas eksperimen dilihat pada lembar
aktivitas siswa bahwa rata-rata aktivitas siswa adalah 73,72% dengan
kriteria aktif. Pada pelaksanaan pembelajaran berlangsung siswa aktif
dalam proses pembelajaran.
Pada pertemuan kedua tampak ada peningkatan aktivitas yang lebih
baik hal ini terlihat dari kekompakkan dan keakifan siswa dalam
melaksanakan pembelajaran. Adapun aktivitas siswa pada pertemuan
kedua ini yaitu 70,93% dengan kriteria aktif. Ini berarti dengan
diterapkannya model pembelajaran Discovery Learning siswa mulai
merasa tertarik dan akitf ketika proses pembelajaran berlangsung.
Adapun persentase rata-rata untuk masing-masing indikator pada
peretemuan pertama aktivitas siswa yang diamati oleh observer 1, observer
2, observer 3, observer 4 dan observer 5 yaitu pada langkah-langkah
pembelajaran discovery learning. Pada langkah Stimulation (pemberi
rangsangan) dengan indikator siswa penuh perhatian dalam kegiatan
belajar aktivitas siswa sebesar 77,08%, pada langkah Problem Statement
(pernyataan/ identifikasi masalah) dengan indikator siswa bertanya kepada
guru/ teman tentang hal-hal yang kurang jelas sebesar 79,17%, pada
langkah Data Collection (pengolahan data) dengan indikator siswa
melakukan melakukan kerja sama yang aktif dan terarah dalam kelompok
sebesar 76,07%, sedangkan pada indikator siswa antusias belajar
kelompok serta mampu mengendalikan diri dari kegaduhan sebesar
79,17%, selanjutnya pada langkah pembelajaran Data Processing
(pengolahan data) dengan indikator siswa mau berbagi dengan anggota
kelompok sebesar 83,33%, sedangkan pada indikator siswa mampu
memecahkan masalah dalam kelompok sebesar 78,13%. Kemudian pada
langkah verification (pembuktian) dengan indikator siswa berani
mengemukakan pendapat atau gagasan sebesar 73,96%, sedangkan pada
indikator respon positif terhadap siswa yang melakukan presentasi,
Efektivitas Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019 (Oktober, 2018) Page 16
bertanya, memberikan tanggapan atau menyanggah sebesar 58,83%.
Selanjutnya pada langkah pembelajaran menarik kesimpulan dengan
indikator siswa mau menyimpulkan hasil diskusi sebesar 58,33%.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh observer didapat bahwa
persentase aktivitas siswa tertinggi berada pada indikator siswa mau
berbagi dalam anggota kelompok yang termasuk dalam langkah keempat
discovery learning yaitu pada langkah data processing (pengolahan data)
dimana guru memberikan materi prasyarat tentang materi yang akan
dipelajari. Sedangkan persentase terkecil berada pada indikator siswa mau
menyimpulkan hasil diskusi yang termasuk dalam langkah terakhir model
discovery learning yaitu pada langkah generalization (menarik
kesimpulan), hal tersebut terlihat ketika peneliti meminta untuk
menyimpulkan hasil akhir pada lembar kerja siswa pada masing-masing
aktivitas hanya beberapa orang siswa yang mau memberikan kesimpulan
terhadap materi yang dipelajari.
Berdasarkan analisis angket respon siswa terhadap pembelajaran
discovery learning diperoleh bahwa rata-rata respon siswa terhadap 16
indikator angket yang terdiri dari 24 orang dalam kategori baik sebesar
73,72%. Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat ada 14 indikator pernyataan
yang berada dalam kategori baik, sedangkan kategori sangat baik sebanyak
2 indikator pernyataan.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Kemampuan Berpikir kritis siswa setelah mengikuti pembelajaran model
discovery learning dalam kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata
skor kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 57,84%.
2. Aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran dengan model
discovery learning dalam kategori aktif. Hal ini ditunjukkan dengan rata-
rata persentase aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama sebesar
73,72%. Pada pertemuan kedua aktivitas belajar siswa sebesar 70,93%.
3. Respon yang diberikan siswa terhadap pembelajaran dengan model
discovery learning dalam kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata
persentase siswa yang memberikan respon sebesar 70,13 %.
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa model
discovery learning efektif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa serta
aktivitas dan respon siswa dalam kategori aktif dan baik.
B. Saran
Adapun saran yang dapat peneliti berikan guna pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning
adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran discovery learning perlu disosialisasikan agar dapat
digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran fisika agar siswa lebih
aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
2. Guru diharapkan dapat lebih memotivasi siswa untuk lebih aktif sehingga
terjalin komunikasi yang baik antara siswa dengan siswa ataupun antara
guru dengan siswa.
Efektivitas Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019 (Oktober, 2018) Page 17
3. Model pembelajaran discovery learning ini perlu diterapkan pada materi
yang lain sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Astuti, dkk. 2016. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Melalui
Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Pada Mata Kuliah
Filsafat Sains. e-Journal JPF Universitas Muhammadia Metro. 3(1), 68-75
Darmadi. 2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran Dalam
Dinamika Belajar Siswa. Yogyakarta: CV Budi Utama
Dewi. 2017. Efektivitas Model Role Playing dalam Meningkatkan Kompetensi
Mahasiswa pada Mata Kuliah Manajemen Keuangan. e-Journal
Pendidikan Ekonomi Universitas Muhammadia Metro. 3(2), 95-104
Dimyanti dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Fatmawati, Dkk. 2014. Analisis Berpikir Kritis Siswa Dalam Pemecahan Masalah
Matematika Berdasarkan Polya Pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat.
e-Journal Elektronika Pembelajaran Matematika. 3(2), 95-104
Fithariyah, dkk. 2016. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX-D
SMPN 17 Malang. Paper dipresentasikan di Konferensi Nasional
Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Haeruman, Dkk. 2017. Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Self-Confidence Ditinjau dari
Kemampuan Awal Matematis Siswa SMA di Bogor Timur. e-Journal
JPPM 10(2), 158-168 .
Haris dan Jihad. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Haryani. 2012. Membentuk Siswa Berpikir Kritis Melalui Pembelajaran
Matematika. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
FMIPA UNY Yogyakarta. 9(2), 899-910.
Jayadipura. 2014. Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis Matematik. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika Programm Pasca Sarjana Stkip
Siliwangi Bandung. 3(2),
Efektivitas Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019 (Oktober, 2018) Page 18
Johnson. 2007. Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar
Mengajar Mengasyikan Dan Bermakna. MLC
Karim, Nomaya. 2015. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran
Matematika dengan Menggunakan Model Jucuma di sekolah Menengah
Pertama. 3(1), 92-104
Kusuma dan Aisyah. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Akutansi Siswa
Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Wonosari. e-Journal Pendidikan Akutansi
Indonesia. X(2), 43-63
Lefudin. 2017. Belajar dan Pembelajaran Dilengkapi Dengan Model
Pembelajaran, Strategi Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran Dan
Metode Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish CV Budi Utama
Miarso. 2004. menyemai benih teknologi pendidikan. Jakarta. Prenadamedia
group
Mubarok dan Sulistyo. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Discovery
Learning terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X TAV Pada Standar
Kompetensi Melakukan Instalasi Sound System di SMK Negeri 2
Surabaya. e-Journal Pendidikan Teknik Elektro. 3(1), 215-221
Mustaming, Dkk. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Memperbaiki
Unit Kopling dan Komponen-Komponen Sistem Pengoperasiannya
Dengan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas XI Otomotif SMK Negeri 2 Tarakan. e-Journal Pendidikan
Vokasi: teori dan praktek. 3(1), 81-95
Mutmainnah 2017. Efektivitas Strategi Pembelajaran Group To Group Exchange
Pada Materi Himpunan di MTS Nurul Ihsan. e-Journal Program Studi
Pendidikan Matematika. 3(2), 69-77
Riduwan. 2009. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian (untuk
mahasiswa s-1, s-2, dan s-3). Bandung: Alfabeta
Ritdamaya dan Suhandi. 2015. Konstruksi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir
Kritis Terkait Materi Suhu Dan Kalor. JPPPF- Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan Fisika. 2(2), 87-96
Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Rohmawati. 2015. Efektivitas Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Usia Dini. 9(1),
15-32
Saifudin, 2014. Pengelolaan Pembelajaran Teoritis dan Praktis. Yogyakarta.
Deepublish.
Efektivitas Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019 (Oktober, 2018) Page 19
Santoso, Amriki, Dkk. 2015. Peningkatan Motivasi Belajar dan Aktifitas Kelas
Melalui Lesson Study. Didaktis. 15(2), 13-23
Sari, Dkk. 2017. Aktivitas Belajar Siswa Pada materi Struktur Atom Kelas X MIA
Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Pontianak. Jurnal Ilmiah. 5(1), 45-53
Setiani dan Priansa. 2015. Manajemen Peserta Didik Dan Model Pembelajaran.
Bandung: Alfabeta
Shobirin Ma’as. 2016. Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013 Di Sekolah
Dasar. Yogyakarta: CV Budi Utama
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.
Sumbogo. 2016. Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika
Menggunakan Media CD Pembelajaran disertai Pemberian Tugas pada
Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Banjar Margo. Jurnal Pendidikan
Matematika FKIP Univ. 5(2), 180-186
Suprihatihingrum Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz Media
Suryana, 2016. Efektivitas Model Pembelajaran Discovery Learning terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep Siwa. Artikel ilmiah
alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau. Diakses dari, Email:
Tahir, Dkk. 2015. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving
Berbasis Pendekatan Saintifik terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Topik
Program Linear di Kelas XI SMK YPPK Asisi Sentasi Kabupaten
Jayapura Ditinjau Dari Motivasi Belajar. Jurnal Ilmiah Matematika dan
Pembelajarannya. 1(2), 2-14
Wicaksana, Mardiana, Dkk. 2016. Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dengan Pendekatan Saintifik Pada Materi
Himpunan Ditinjau Dari Adversity Quotient (AQ) siswa. Jurnal Elektronik
Pembelajaran Matematika. 4(3), 258-269
Widodo dan Widayanti. 2013. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa dengan
Metode Problem Based Learning Pada Sisswa Kelas VII A MTS Negeri
Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal fisika
indonesia. 49(17), 32-35
Wijaya. 2015. Hubungan Kemandirian dengan Aktivitas Belajar Siswa. Jurnal
Penelitian Tindakan dan Bimbingan Konseling. 1(3), 40-45
Yati, Budiarti, Dkk. 2015. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam
Memecahkan Soal Pada Materi Virus Di SMA Negeri 3 Kota Jambi.
Program Study Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Jambi.
Zulfa Umi. 2010. Strategi Pembelajaran. Jogjakarta: Al Ghazali Press
Efektivitas Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
VIII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019 (Oktober, 2018) Page 20
Zulhelmi. 2009. Penilaian Psikomotor dan Respon Siswa dalam Pembelajaran
Sains Fisika Melalui Penerapan Penemuan Tebimbing di SMP Negeri 20
Pekan Baru. Jurnal Geliga Sains Program Studi Pendidikan Fisika FKIP
Universitas Riau. 3(2), 8-13