58
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum sekolah. Menurut Dreeben (Hamzah, 2001:7) matematika diajarkan di sekolah dalam rangka memenuhi kebutuhan jangka panjang (long-term functional needs) bagi siswa dan masyarakat. Sedangkan menurut Sujono (Hamzah, 2001:8) matematika perlu diajarkan di sekolah karena matematika menyiapkan siswa menjadi pemikir dan penemu, matematika menyiapkan siswa menjadi warga negara yang hemat, cermat dan efisien dan matematika membantu siswa mengembangkan karakternya. Pendapat yang lain adalah pendapat Stanic (Hamzah, 2001:8) menegaskan bahwa tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa, peningkatan sifat kreativitas dan kritis. Berdasar beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa 1

Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam

kurikulum sekolah. Menurut Dreeben (Hamzah, 2001:7) matematika diajarkan

di sekolah dalam rangka memenuhi kebutuhan jangka panjang (long-term

functional needs) bagi siswa dan masyarakat. Sedangkan menurut Sujono

(Hamzah, 2001:8) matematika perlu diajarkan di sekolah karena matematika

menyiapkan siswa menjadi pemikir dan penemu, matematika menyiapkan

siswa menjadi warga negara yang hemat, cermat dan efisien dan matematika

membantu siswa mengembangkan karakternya. Pendapat yang lain adalah

pendapat Stanic (Hamzah, 2001:8) menegaskan bahwa tujuan pembelajaran

matematika di sekolah adalah untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa,

peningkatan sifat kreativitas dan kritis. Berdasar beberapa pendapat di atas

dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika di sekolah merupakan hal

yang penting untuk meningkatkan kecerdasan siswa.

Pada hakekatnya belajar merupakan salah satu bentuk kegiatan

individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan dari setiap

belajar mengajar adalah untuk memperoleh hasil yang optimal. Kegiatan ini

akan tercapai jika siswa sebagai subyek terlibat secara aktif baik fisik maupun

emosinya dalam proses belajar mengajar.

1

Dalam pembelajaran aktif siswa dipandang sebagai subyek bukan

obyek dan belajar lebih dipentingkan daripada mengajar. Disamping itu siswa

ikut berpartisipasi ikut mencoba dan melakukan sendiri yang sedang

dipelajari. Sedangkan dalam pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran

aktif, fungsi guru adalah menciptakan suatu kondisi belajar yang

memungkinkan siswa berkembang secara optimal.

Salah satu metode pembelajaran yang biasa diterapkan guru dalam

kelas adalah metode ekspositori. Meskipun guru tidak terus menerus bicara,

namun proses ini menekankan penyampaian tekstual serta kurang

mengembangkan motivasi dan kemampuan belajar matematika. Pembelajaran

matematika dengan metode ekspositori cenderung meminimalkan keterlibatan

siswa sehingga guru nampak lebih aktif. Kebiasaan bersikap pasif dalam

pembelajaran dapat mengakibatkan sebagian besar siswa takut dan malu

bertanya pada guru mengenai materi yang kurang dipahami. Suasana belajar di

kelas menjadi sangat monoton dan kurang menarik.

Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang be-

kerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan

suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama

lainnya. Salah satu cooperative learning adalah STAD. Menurut Suherman

dkk (2003:260) inti dari STAD adalah guru menyampaikan suatu materi,

kemudian para siswa bergabung dalam kelompoknya yang terdiri atas empat

atau lima orang untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru.

Setelah selesai mereka menyerahkan pekerjaannya secara tunggal untuk setiap

2

kelompok kepada guru. Berdasar uraian di atas peneliti mengambil judul

“Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Pembelajaran

Matematika Pokok Bahasan Segiempat Siswa Kelas VII Semester 2 SMP

Abrakadabra Tahun Pelajaran 2009/2010”.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah pembelajaran

matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

lebih efektif dari pada pembelajaran matematika dengan metode ekspositori

pokok bahasan segiempat kelas VII Semester 2 SMP Abrakadabra Tahun

Pelajaran 2009/2010?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD lebih efektif dari pada pembelajaran matematika dengan

metode ekspositori pokok bahasan segiempat kelas VII Semester 2 SMP

Abrakadabra Tahun Pelajaran 2009/2010.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan peneliti

khususnya yang terkait dengan penelitian yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3

2. Bagi Guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi atau

masukkan tentang model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan

hasil belajar siswa.

3. Bagi Siswa

Dapat menumbuhkan semangat kerjasama antar siswa, meningkat-

kan motivasi dan daya tarik siswa terhadap matematika.

4

BAB II

TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Tinjauan Teoretis

1. Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku

manusia dari segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar

memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap,

keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena

itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang

mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting

dalam proses psikologis.

Gagne dan Berliner (dalam Anni, 2005:2) menyatakan bahwa

“belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya

karena hasil dari pengalaman”. Morgan (dalam Anni, 2005:2) menyatakan

bahwa “belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena

hasil dari praktek atau pengalaman”. Slavin (dalam Anni, 2005:2) me-

nyatakan bahwa “belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan

oleh pengalaman”.

Berdasarkan pendapat-pendapat mengenai batasan-batasan

pengertian belajar maka dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya

pengalaman yang sama dan berulang-ulang dalam situasi tertentu serta

5

berkaitan dengan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut

meliputi perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan dan

pemahaman. Sedang yang dimaksud pengalaman adalah proses belajar

tidak lain adalah interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan

terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang

beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta

antara siswa dengan siswa.(Suyitno, 2004:2)

2. Pembelajaran Matematika

Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di sekolah,

yaitu matematika yang diajarkan di pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan

pendidikan menengah (SLTA) (Suherman, 2003:55). Matematika sekolah

terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuh-

kembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi serta

berpandu pada perkembangan IPTEK.

Dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika

disebutkan tujuan umum diberikannya matematika adalah:

a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di

dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang melalui latihan,

bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat,

jujur, efektif dan efisien.

6

b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola

pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari

berbagai ilmu pengetahuan.

Sedangkan tujuan khusus pembelajaran matematika di Sekolah

Lanjut Pertama adalah:

a. Memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan

matematika.

b. Memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke

pendidikan menengah.

c. Mempunyai keterampilan matematika sebagai peningkatan dan

perluasan dari matematika sekolah dasar yang dapat digunakan dalam

kehidupan sehari-hari.

d. Mempunyai pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis,

kritis dan cermat, kreatif, dan displin serta menghargai kegunaan

matematika.

Bila dicermati terlihat bahwa tujuan yang dikemukakan di atas

memuat nilai-nilai tertentu yang dapat mengarahkan klasifikasi atau

penggolongan tujuan pendidikan matematika menjadi (1) tujuan bersifat

formal, lebih menekankan kepada penataan penalaran dan membentuk

kepribadian siswa, (2) tujuan bersifat material, lebih menekankan

kemampuan menerapkan matematika dan keterampilan matematika.

7

3. Pembelajaran Kooperatif

Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang

bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, me-

nyelesakan suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai

tujuan bersama lainnya. Bukanlah cooperative learning jika siswa duduk

bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan mempersilakan salah

seorang diantaranya untuk menyelesaikan pekerjaan seluruh kelompok.

Menurut Suherman dkk (2003:260) cooperative learning menekankan

pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai

sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau

tugas.

Menurut Suherman dkk (2003:260) ada beberapa hal yang perlu

dipenuhi dalam cooperative learning agar lebih menjamin para siswa

bekerja secara kooperatif, hal tersebut meliputi: pertama para siswa yang

tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah

bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus

dicapai. Kedua para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus

menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok

dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung

jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu. Ketiga untuk mencapai

hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam kelompok itu

harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang

dihadapinya.

8

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

materi belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang, dan rendah.

c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,

jenis kelmin berbeda-beda.

d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Tujuan pembelajaran kooperatif

a. Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa

dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model

ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Efek penting yang kedua adalah penerimaan yang luas terhadap orang

yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan

ketidakmampuan.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Model pembelajaran kooperatif bertujuan mengajarkan kepada siswa

keterampilan bekerjasama dan kolaborasi.

9

4. Student Team Achievement Division (STAD)

STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di

Universitas John Hopkin, dan merupakan pendekatan pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga

mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik

baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau

teks. Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri

dari 4-5 orang dan terdiri laki-laki dan perempuan yang berasal dari

berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah. Komponen

STAD menurut Slavin (1995:71) adalah sebagai berikut:

a. Presentasi kelas

Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari cara pengajaran yang biasa.

Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok

mereka. Siswa harus betul-betul memperhatikan presentasi ini karena

dalam presentasi terdapat materi yang dapat membantu untuk

mengerjakan kuis yang diadakan setelah pembelajaran.

b. Belajar dalam tim

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-

5 orang dimana mereka mengerjakan tugas yang diberikan. Jika ada

kesulitan siswa yang merasa mampu membantu siswa yang kesulitan.

c. Tes individu

Setelah pembelajaran selesai ada tes individu (kuis).

10

d. Skor pengembangan individu

Skor yang didapatkan dari hasil tes selanjutnya dicatat oleh guru untuk

dibandingkan dengan hasil prestasi sebelumnya. Skor tim diperoleh

dengan menambahkan skor peningkatan semua anggota dalam 1 tim.

Nilai rata-rata diperoleh dengan membagi jumlah skor penambahan

dibagi jumlah anggota tim.

e. Penghargaan tim

Penghargaan didasarkan nilai rata-rata tim dimana dapat memotivasi

mereka.

Kelebihan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

sebagai berikut:

a. Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berpikir kritis dan

kerjasama kelompok.

b. Menyuburkan hubungan antar pribadi yang positif diantara siswa yang

berasal dari ras yang berbeda.

c. Menerapkan bimbingan oleh teman.

d. Menciptakan lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah.

Kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

adalah sebagai berikut:

a. Sejumlah siswa mungkin bingung karena belum terbiasa dengan

perlakuan seperti ini.

11

b. Guru pada permulaan akan membuat kesalahan-kesalahan dalam

pengelolaan kelas. Akan tetapi usaha sungguh-sungguh yang terus

menerus akan dapat terampil menerapkan model ini.

B. Kerangka Pemikiran

Model pembelajaran kooperatif memberi kesempatan kepada siswa be-

kerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan atau memecahkan

suatu masalah secara bersama. Selain itu pembelajaran kooperatif dapat mem-

bantu siswa meningkatkan sikap positif siswa dalam matematika. Para siswa

secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk

menyelesaikan masalah-masalah matematika, sehingga akan mengurangi dan

menghilangkan rasa cemas terhadap matematika yang dialami banyak siswa.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD memberi kesempatan kepada siswa

berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan ide,

siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan

keterampilan matematika secara komprehensif dalam kelompoknya.

Ketika siswa melakukan kegiatan matematika untuk memecahkan

permasalahan yang diberikan pada kelompoknya, dengan sendirinya akan

mendorong potensi mereka untuk melakukan kegiatan matematika pada tingkat

berpikir yang lebih tinggi sehingga pada akhirnya membentuk intelegensi

matematika siswa. Dengan terbentuknya intelegensi matematika siswa akan

berpengaruh pada pencapain hasil belajar siswa yang meningkat.

12

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ”model pembelajaran kooperatif tipe

STAD akan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman belajar pokok bahasan

segiempat pada siswa kelas VII-C SMP Abrakadabra tahun pelajaran 2009-

2010”.

13

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Tindakan

Sebagaimana dikemukakan dalam batasan dan rumusan masalah pada

bab I di atas bahwa penelitian ini ditekankan kepada penggunaan

pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sehingga siswa diharapkan akan

mampu memahami dan menguasai kompetensi yang diharapkan. Oleh karena

itu, objek tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan pendekatan pem-

belajaran kooperatif tipe STAD dalam menghitung keliling dan luas bangun

segi empat di kelas VII semester 2. Rumusan kompetensi dasar ”menghitung

keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam

pemecahan masalah” ini dapat disajikan sebagaimana dikutip dari Standar

Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, Kurikulum Standar Isi (2006:

sebagai berikut.

Tabel 3.1

Kompetensi Dasar Geometri di Kelas VII Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Geometri5. Memahami hubungan

garis dengan garis, garis dengan sudut, sudut dengan sudut, serta menentukan ukurannya

5.1 Menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis sudut

5.2 Memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain

5.3 Melukis sudut

5.4 Membagi sudut

6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya

14

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya

6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang

6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

6.4 Melukis segitiga, garis tinggi, garis bagi, garis berat dan garis sumbu

Mengingat kompetensi dasar ”menghitung keliling dan luas bangun

segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah”

relatif luas pembahasannya, maka pada penelitian ini dibatasi hanya pada

pokok bahasan ”menghitung keliling dan luas bangun segi empat” yang terdiri

atas persegi panjang, trapesium, jajaran genjang, dan belah ketupat.

B. Setting dan Subjek Penelitian

Setting atau latar dan lokasi penelitian adalah kelas VII SMP

Abrakadabra, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur. Jumlah siswa kelas

VII seluruhnya adalah 132 orang yang terbagi dalam 3 rombongan belajar

sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.2

Subjek Penelitian

KelasJumlah Siswa Jumlah

SeluruhnyaLaki-laki Perempuan

VII – A 22 22 44

VII – B 22 22 44

VII – C 20 24 44

Jumlah 64 68 132

15

Subjek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas VII – C dengan

pertimbangan bahwa pada umumnya di kelas inilah pembelajaran sering

menemukan kendala sehingga hasil rata-rata setiap akhir pembelajaran selalu

berada di bawah kelas lainnya.

Sebagai bahan perbandingan rata-rata perolehan nilai hasil pembelajaran

dan hasil ulangan blok pada siswa kelas VII – C dengan kelas lainnya sebelum

dilakukan pembelajaran remedial dapat diilustrasikan sebagai berikut.

Tabel 3.3

Kondisi Hasil Pembelajaran Kelas VII – C

KelasHasil

Belajar KD 1

Hasil Belajar KD 2

Hasil Belajar KD 3

Ulangan Blok 1

Rata-rata

VIII – A 4,51 4,82 5,15 5,21 4,92

VIII – B 5,21 7,2 6,79 6,64 6,46

VIII – C 5,24 5,41 5,11 4,64 5,10

Pemilihan subyek penelitian ini didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:

1. Karena prestasi belajar mata pelajaran Matematika yang

dicapai oleh siswa-siswanya pada setiap ujian blok tergolong rendah.

2. Untuk menjalin komunikasi yang baik dan kerjasama yang

saling meng-untungkan antara pihak peneliti dan pihak sekolah khususnya

peneliti, siswa dan guru di sekolah tersebut.

3. Bahasa sehari-hari yang digunakan oleh siswa-siswa di

sekolah tersebut dapat dimengerti dengan baik oleh peneliti, sehingga

16

diharapkan pengumpulan data yang sifatnya kualitatif yang terkait erat

dengan konteks situasi pembelajaran dapat diperoleh lebih akurat.

Secara utuh jumlah subyek yang terlibat dalam penelitian ini adalah 44

orang siswa. Dari siswa-siswa tersebut 24 orang perempuan dan 20 orang

siswa laki-laki.

C. Rencana, Metode, dan Prosedur Penelitian

1. Rencana Penelitian

a. Subjek Penelitian

Siswa kelas VII-C SMP Abrakadabra, Kecamatan Cugenang,

Kabupaten Cianjur

b. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester 2

c. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Abrakadabra, Kecamatan Cugenang,

Kabupaten Cianjur

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif memusatkan

perhatiannya terhadap masalah-masalah aktual melalui proses

pengumpulan, penyusunan atau pengklasifikasian, pengolahan, dan

penafsiran data dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

3. Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dirancang sebanyak 2 siklus.

Tiap siklus terdiri dari tahap: (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan

tindakan, (c) observasi, (d) refleksi, dan (e) perncanaan tindakan lanjutan.

17

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan tindakan ini adalah:

1) Merumuskan Rencana Pelakanaan Pembelajaran dengan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.

2) Membuat instrumen penelitian yaitu lembar observasi untuk

melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika

pembelajaran diaplikasikan.

3) Membuat media pembelajaran yang diperlukan, termasuk

Lembar Kerja Siswa (LKS) dan soal evaluasi.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan ini meliputi pelaksanaan 18skenario

pembelajaran oleh peneliti di kelas VII C semester 2, bagaimana

proses pembelajaran berlangsung, disertai dengan kegiatan observasi

dan interpretasi serta diikuti kegiatan refleksi.

c. Tahap Observasi

Tahap observasi dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan

tindakan. Kegiatan inti dari tahap ini adalah menghimpun data melalui

alat pengumpul data (instrumen) untuk dapat menghasilkan temuan

dan masukan yang diperoleh selama kegiatan tindakan berlangsung

dalam upaya memodifikasi dan merencanakan kembali tindakan yang

akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

d. Tahap Analisis dan Refleksi

18

Hasil yang diperoleh dari tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis

dalam tahap ini. Dari hasil observasi guru dapat merefleksi dengan

melihat data observasi apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat

meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar siswa. Hasil analisa yang

dilaksanakan dalam tahap ini akan diperguanakan sebagai acuan untuk

merencanakan siklus (tindakan) berikutnya.

e. Tahap Perencanaan Tindakan Lanjutan

Tahap ini merumuskan rencana tindakan lanjutan bila hasil refleksi

belum cukup memuaskan atau ingin disempurnakan. Dengan

memperbaiki atau memodifikasi tindakan sebelumnya.

Berikut alur penelitian dalam PTK (Penelitian Tindakan Kelas), adaptasi

dari Hopkins (dalam Aqib, 2007 ).

Keterangan :

P : Perencanaan T : Tindakan

O : Observasi E/R : Evaluasi / Refleksi

( I Made Padri, 2007 : 4 )

4. Teknik Penelitian

Teknik penelitian yang digunakan yaitu, observasi, pre-test dan post-test.

19

SIKLUS 1 SIKLUS 2

Observasi dilakukan dengan cara mengamati jalannya proses pembelajaran

membaca tabel dengan menerapkan model pembelajaran kooeratif tipe

STAD.

Pre-test dilaksanakan sebelum pembelajaran membaca tabel dengan model

kooperatif tipe STAD dilakukan, bertujuan untuk mengetahui kondisi awal

siswa. Sedangkan post test dilaksanakan setelah pembelajaran membaca

tabel dengan model kooperatif tipe STAD dilakukan, bertujuan untuk

mengetahui kondisi akhir siswa.

5. Analisis Data

Analisis yang digunakan yaitu analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Pengumpulan data dilakukan sepanjang penelitian. Data yang terkumpul

berupa data kualitatif, diperoleh dari proses belajar siswa selama

pembelajaran dan data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar siswa. Data

atau informasi yang dikumpulkan digunakan sebagai bahan acuan untuk

mengkonfirmasi hipotesis.

20

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Selintas tentang Setting

Latar penelitian ini adalah siswa kelas VII C SMP Abrakadabra,

Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur tahun pelajaran 2009 – 2010 yang

berjumlah 44 siswa. Jumlah siswa ini dibagi ke dalam 11 (sebelas) kelompok

(komunitas belajar). Pembagian kelompok ini diatur sedemikian rupa sehingga

mampu mengakomodasikan keberagaman sikap, kemampuan akademis, dan

perilaku siswa secara merata.

Faktor keberagaman yang dimaksud di atas, sebagaimana data yang

diperoleh dari wali kelas dan konselor (guru pembimbing/konselor), terdiri

atas data siswa yang secara faktual diuraikan sebagai berikut.

Tabel 4.1

Peta Keadaan Siswa kelas VII C SMP Abrakadabra

No. Aspek KeberagamanJumlah

JumlahL P

1 Siswa yang memiliki kemampuan akademis tinggi

4 7 11

2 Siswa yang memiliki kemampuan akademis rata-rata (sedang)

15 14 29

3 Siswa yang memiliki kemampuan akademis rendah

3 1 4

4 Siswa yang berasal dari lingkung-an sosial tinggi

8 10 18

5 Siswa yang berasal dari lingkung-an sosial rata-rata (menengah ke bawah)

14 12 26

21

No. Aspek KeberagamanJumlah

JumlahL P

6 Siswa yang memiliki perilaku terbuka dengan indikator mudah bergaul dan mobilitas belajarnya tinggi.

6 9 15

7 Siswa yang perilakunya tergolong biasa-biasa saja

16 13 29

8 Siswa yang berperilaku tertutup (introvert) dan sulit bergaul

0 0 0

9 Siswa yang memiliki tingkat kenakalan di atas rata-rata

0 0 0

Pengkategorian kondisi siswa sebagaimana yang terdapat pada siswa di

atas didasarkan pada laporan hasil kegiatan pembelajaran selama semester 1

serta data dari wali kelas dan guru pembimbing (konselor).

B. Uraian Penelitian Secara Umum

Sebelum proses pembelajaran berlangsung dilakukan terlebih dahulu tes

awal (pre test). Tes ini dilaksanakan di luar jam pelaksanaan siklus pertama

pembelajaran membaca tabel. Tes ini dilakukan untuk mengetahui kondisi

kemampuan awal siswa dalam pokok bahasan segi empat. Hasil tes ini juga

digunakan sebagai pembanding dengan nilai hasil pembelajaran pada siklus

terakhir.

Tabel 4.2 Data Penilaian Hasil Tes Awal

45 70 52,5 65 55 55 5555 60 55 50 60 60 4065 70 40 55 50 50 5050 75 75 60 75 60 -

52,5 52,5 60 80 65 40 -50 70 40 50 60 50 -65 40

22

Berdasarkan hasil tes awal dapat diketahui bahwa skor tertinggi

perolehan siswa adalah 80, skor terendah adalah 40, dan rata-rata skor

perolehan adalah 55,79. Ketercapaian rata-rata skor ini masih berada di bawah

KKM yang ditetapkan, yakni 65.

Pembelajaran berikutnya dikembangkan dengan mengikuti langkah-

langkah yang telah direncanakan sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan dan Pemanasan

a. Siswa memperoleh penjelasan umum tentang kompetensi

dasar (KD), indikator, dan tujuan pembelajaran. Pada tahap ini siswa

dan guru juga melakukan tanya jawab tentang bangun segi empat.

Selanjutnya siswa memperoleh penjelasan tentang langkah-langkah

kegiatan pembelajar-an dan memperoleh informasi tentang nilai

kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang harus dicapai setelah proses

pembelajaran berlangsung.

b. Siswa memperoleh penjelasan ringkas mengenai bangun

segi empat.

c. Siswa membentuk komunitas belajar dalam bentuk

kelompok yang terdiri atas 4 siswa setiap kelompok sehingga dalam

kelas terdapat 11 kelompok.

d. Setiap kelompok siswa memperoleh lembar pembelajaran

yang terdiri atas pedoman pembelajaran, beberapa bentuk bangun segi

empat, dan daftar pertanyaan berkaitan dengan setiap bangun segi

empat.

23

2. Tahap Eksplorasi

a. Setiap kelompok, siswa mengamati dan mempelajari lembar

kegiatan pembelajaran, kemudian membaca dengan cermat

petunjuk/pedoman pembelajaran.

b. Setiap kelompok siswa berdiskusi untuk melaksanakan hal-hal

berikut ini.

1) Membaca dan mengamati dengan cermat bentuk

bangun segi empat yang tersedia.

2) Mengidentifikasi karakteristik bangun segi empat.

3) Menjawab permasalahan yang berkaitan dengan

cara menghtung keliling dan luas bangun segi empat.

4) Berlatih menghitung keliling dan luas bangun segi

empat dengan cara menyelesaikan soal-soal yang disediakan sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan.

3. Tahap Konsolidasi

a. Secara bergiliran, setiap kelompok siswa

mempresentasikan hasil analisis dan diskusinya di depan kelas

berkenaan dengan menghitung keliling dan luas bangun segi empat.

b. Kelompok siswa lain menyimak dan

memberikan tanggapan/sumbang saran pada hasil diskusi dan analisis

kelompok yang melaksanakan presentasi.

24

c. Sebagai akhir dari proses konsolidasi, guru

memberikan penguatan (justifikasi) terhadap hasil diskusi dan analisis

siswa dalam bentuk kesimpulan.

4. Tahap Pembentukan Sikap

a. Setiap siswa secara

perseorangan mengikuti tes tertulis dengan cara menjawab soal-soal

yang disajikan dalam waktu 10 menit.

e. Siswa dipandu guru menghitung skor tes individu

kemudian nilai tes digabung menjadi nilai kelompok.

f. Tiga kelompok yang memperoleh nilai terbesar diberi

penghargaan.

5. Refleksi

Pada tahap refleksi, siswa mengungkapkan perasaan-perasaannya

selama mengikuti proses pembelajaran. Pada umumnya mereka mampu

mengikuti pembelajaran dengan baik dan merasa cukup mampu

menyelesaikan soal-soal menghitung keliling dan luas bangun segi empat

dengan baik sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan sebagian lagi

masih merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal dengan tepat

waktu.

C. Penjelasan Per Siklus

1. Siklus Pertama

a. Perencanaan

25

Siklus pertama pembelajaran dilaksanakan pada hari Senin

tanggal 8 Februari 2010 pada jam pelajaran ke-3 dan ke-4. Sesuai

dengan perencanaan yang ditetapkan dalam Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran, siswa dibagi dalam 11 kelompok masing-masing ber-

jumlah 4 orang.

Pada pembelajaran siklus I ini siswa menerima penjelasan

kompetensi dasar (KD), tujuan pembelajaran, indikator pembelajaran,

dan KKM yang harus diperoleh setelah proses belajar mengajar

dilakukan. Selanjutnya siswa menerima penjelasan tentang tahapan-

tahapan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan serta melaku-

kan tanya jawab berkaitan dengan bangun segi empat.

b. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran menghitung keliling dan luas bangun segi

empat dengan menerapkan metode STAD diawali dengan pemanasan

dan apersepsi yang berisi penjelasan sebagaimana dikemukakan pada

perencanaan di atas.

Selanjutnya, tahap kedua pembelajaran (eksplorasi) dilakukan

dengan mulai membahas permasalahan yang diajukan dalam lembar

kegiatan pembelajaran. Pada proses eksplorasi pembelajaran ini setiap

kelompok menganalisis karakteristik bentuk bangun segi empat yang

tersedia dan menyelesaikan soal-soal sederhana dalam menghitung

keliling dan luas bangun segi empat. Kemudian saling menukar hasil

26

pekerjaan antaranggota kelompok. Kegiatan pembelajaran tahap kedua

ini berlangsung selama 35 menit.

Tahap ketiga pembelajaran adalah konsolidasi yang dilaksanakan

dalam bentuk presentasi kelompok tentang hasil diskusi. Mengingat

keterbatasan waktu, presentasi hanya dilaksanakan oleh satu kelompok

saja, kelompok yang lainnya menanggapinya. Pada tahap presentasi ini

tampaknya masih banyak siswa belum aktif terlibat dalam proses dan

sebagian besar siswa belum bisa menyusun kalimat dengan baik dan

benar. Siswa yang aktif masih didominasi oleh siswa-siswa yang pintar

saja. Presentasi kelompok tersebut memerlukan durasi waktu 28 menit.

Akhir pembelajaran ditutup dengan tes akhir selama 25 menit

kemudian melaksanakan refleksi selama 5 menit.

c. Hasil Pembelajaran

Penilaian yang dihasilkan dari pembelajaran ini terdiri atas dua

macam, yakni penilaian atas proses belajar dan penilaian atas hasil

belajar. Pada proses belajar dalam kelompok, pada umumnya siswa

mengikuti pembelajaran secara sungguh-sungguh. Akan tetapi, karena

sebagian besar siswa belum terbiasa menemukan informasi melalui

tabel, maka hasil proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Data penilaian proses pembelajaran siklus I

KelompokAspek

1Aspek

2Aspek

3Aspek

4Aspek 5 Kesimpulan

1 B B C C B Baik

2 B B K C C Cukup

27

KelompokAspek

1Aspek

2Aspek

3Aspek

4Aspek 5 Kesimpulan

3 B C C C C Cukup

4 B C K C K Cukup

5 C C C C C Cukup

6 C C C C C Cukup

7 C C C K C Cukup

8 C K K C K Kurang

9 C C K C C Cukup

10 C C C C C Cukup

11 C C K C C Cukup

Keterangan:

Aspek 1 = Keterlibatan seluruh anggota kelompok dalam identifikasi permasalahan

Aspek 2 = Pelaksanaan/kelancaran kegiatan diskusi kelompok yang dilakukan

Aspek 3 = Kecermatan dalam pencatatan hasil diskusi

Aspek 4 = Keluasan dan kedalaman penggunaan referensi

Aspek 5 = Urun saran/ partisipasi

SB = Sangat Baik

B = Baik

C = Cukup

K = Kurang

Sementara itu, hasil pembelajaran secara keseluruhan belum

menunjukkan hasil yang memuaskan. Dari 44 siswa yang mengikuti

pembelajaran, rata-rata perolehan nilai adalah 58,30 dengan data

rekapitulasi selengkapnya sebagai berikut.

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Pembelajaran Siklus I

JENIS DATASoal

1Soal

2Soal

3Soal

4Soal

5Jml

Rata-rata

Jumlah Skor 487 525 429 522 544 2507 58,30

28

Rata-Rata 11,33 12,21 9,98 12,14 12,65   58,30Skor Tertinggi 20 20 20 20 20 100  Skor Terendah 7 8 9 8 7 27  Skor Ideal 20 20 20 20 20 100  Standar Deviasi             10,60KKM             65

d. Refleksi

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada proses pembelajaran dan

hasil pembelajaran, diperlukan pembelajaran pada siklus berikutnya.

Pada siklus kedua ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dan

ditambah. Perbaikan pertama adalah pada penentuan anggota

kelompok dengan menempatkan siswa yang memiliki kemampuan

akademis di atas rata-rata kepada setiap kelompok secara merata (pada

kelas VII-C terdapat 11 siswa yang memiliki kemampuan akademis di

atas KKM, ke-11 siswa ini disebar ke 11 kelompok secara merata).

Perbaikan kedua adalah memberikan soal-soal penyelesaian masalah

bangun segi empat dalam berbagai konteks yang akrab dengan situasi

dan pengalaman siswa pada umumnya. Di samping itu, saran yang

disampaikan oleh observer berkaitan dengan perlakuan setiap

kelompok, khususnya dalam memberikan penghargaan diupayakan

lebih terbuka.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Siklus kedua pembelajaran berlangsung seminggu kemudian,

yakni pada hari Kamis tanggal 11 Februari 2009 pada jam pelajaran

ke-7 dan ke-8. Sesuai dengan rencana yang didasarkan kepada analisis

29

pembelajaran siklus pertama, dilakukan beberapa perbaikan pada

pembelajaran siklus kedua sebagai berikut.

Perubahan anggota kelompok dengan cara menyebar 11

siswa yang memiliki kemampuan akademis di atas KKM ke dalam

11 kelompok yang ada, kemudian siswa lain disebar sesuai dengan

jumlah kelompok yang ada.

Setiap siswa (kelompok maupun perseorangan) disarankan

untuk mengamati berbagai bentuk bangun segi empat sebelum

melaksanakan tatap muka pada pertemuan ini.

Permasalahan yang diajukan kepada siswa lebih diperjelas

dengan memberikan bentuk-bentuk bangun segi empat yang lebih

dekat dengan situasi dan pemahaman siswa.

b. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran dimulai tepat pada pukul 11.20 dengan

diawali proses pemanasan dan apersepsi selama 8 menit. Proses

pemanasan ini berisi penjelasan tentang rencana perubahan kelompok

belajar serta perubahan permasalahan. Sementara itu, tujuan pembel-

ajaran serta kriteria ketuntasan minimum pada kompetensi dasar ini

kembali diinformasikan kepada siswa.

Prosedur pembelajaran yang berlangsung selama siklus II ini

dapat diuraikan sebagai berikut.

30

Siswa melaksanakan proses eksplorasi dengan menelaah

bentuk bangun segi empat yang disajikan dalam lembar

pembelajaram.

Setiap kelompok siswa sudah mulai tearah dan sistematis

dalam melakukan pemecahan masalah. Hal ini tampak pada proses

pem-belajaran yang dilalui mereka dengan langsung menyusun

kerangka pemecahan masalah secara sistematis.

Diskusi pada tahap eksplorasi berjalan dengan lancar dan

meng-olah permasalahan secara terarah.

Tahap konsolidasi menampilkan seluruh kelompok dalam

me-nyampaikan hasil diskusi kelompok. Sumbang saran dan

perbaikan isi materi berkembang selama presentasi sesuai dengan

kondisi yang berlangsung.

Siswa memperoleh penguatan hasil diskusi dan justifikasi

hasil belajar.

Setiap siswa melaksanakan tes penguasaan kompetensi

dasar yang diperoleh selama pembelajaran. Tes penguasaan

kompetensi dasar dalam pembelajaran ini dilakukan selama 30

menit sebagai bentuk proses pembentukan sikap.

c. Hasil Pembelajaran

Hasil pembelajaran yang diperoleh ada dua macam, yakni peng-

amatan atas proses pembelajaran dan hasil tes pemahaman materi

31

pembelajaran. Hasil pembelajaran selengkapnya yang meliputi ketiga

jenis penilaian di atas dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.

Tabel 4.5 Data penilaian proses pembelajaran siklus II

KelompokAspek

1Aspek

2Aspek

3Aspek

4Aspek

5Kesimpulan

1 SB B B B B Great Team

2 SB B B B B Great Team

3 SB B B SB B Great Team

4 SB SB B SB B Super Team

5 B B B B B Great Team

6 SB SB B SB B Super Team

7 B SB B B B Great Team

8 B SB SB SB SB Super Team

9 SB SB SB SB SB Super Team

10 SB SB SB SB SB Super Team

11 SB SB SB SB SB Super Team

Keterangan:

Aspek 1 = Keterlibatan seluruh anggota kelompok dalam identifikasi permasalahan

Aspek 2 = Pelaksanaan/kelancaran kegiatan diskusi kelompok yang dilakukan

Aspek 3 = Kecermatan dalam pencatatan hasil diskusi

Aspek 4 = Keluasan dan kedalaman penggunaan referensi

Aspek 5 = Urun saran/ partisipasi

SB = Sangat Baik

B = Baik

C = Cukup

K = Kurang

SK = Sangat Kurang

32

Sementara itu, hasil pembelajaran secara keseluruhan belum

menunjukkan hasil yang memuaskan. Dari 44 siswa yang mengikuti

pembelajaran, rata-rata perolehan nilai adalah 79,64 dengan data

rekapitulasi selengkapnya sebagai berikut.

Tabel 8 Rekapitulasi Hasil Pembelajaran Siklus II

JENIS DATASoal

1Soal

2Soal

3Soal

4Soal

5Jml

Rata-rata

Jumlah 742 674 765 755 764 3700 84,09

Rata-Rata 16,86 15,32 17,39 17,16 17,36 84,09

Skor Tertinggi 20 20 20 20 20 100 100

Skor Terendah 14 15 16 14 18 60

Skor Ideal 20 20 20 20 20 100 100

Standar Deviasi 12,02

KKM 65

d. Refleksi

Refleksi pada pembelajaran siklus II ini diisi dengan

kesimpulan-kesimpulan pembelajaran. Pada umumnya proses

pembelajaran berjalan sangat lancar karena seluruh siswa sudah

memahami arah pembelajaran dengan baik. Pemahaman arah dan

sistematika pembelajaran tersebut berdampak kepada hasil pem-

belajaran yang rata-rata berada di atas kriteria ketuntasan minimum (>

65,00). Meskipun demikian, masih terdapat kekurangan dalam hal

penyesuaian diri siswa terhadap bentuk-bentuk bangun segi empat

yang baru ditemukannya.

D. Analisis Data Hasil Penelitian

33

Analisis hasil pembelajaran dilakukan pada kompetensi dasar meng-

hitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakan-

nya dalam pemecahan masalah, kemudian untuk memperoleh data komparatif

dilakukan akumulasi nilai. Data yang dihasilkan pada tes hasil pembelajaran

kompetensi dasar menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi

empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah adalah sebagaimana

terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 10. Rekapitulasi data hasil tes pembelajaran Siklus I dan II

Siklus I:

JENIS DATASoal

1Soal

2Soal

3Soal

4Soal

5Jumlah

Rata-rata

Nilai

JUMLAH 487 525 429 522 544 2507 58,30 58,30

RATA-RATA 11,33 12,21 9,98 12,14 12,65   58,30 58,30

SKOR TERTINGGI 20 20 20 20 20 100   100

SKOR TERENDAH 7 8 9 8 7 27   27

SKOR IDEAL 20 20 20 20 20 100   100

STANDAR DEVIASI             10,60 10,60

KKM             65 65

Siklus II:

JENIS DATASoal

1Soal

2Soal 3

Soal 4

Soal 5

JumlahRata-rata

Nilai

JUMLAH 742 674 765 755 764 3700 84,09 84,09

RATA-RATA 16,86 15,32 17,39 17,16 17,36 84,09 84,09

SKOR TERTINGGI 20 20 20 20 20 100 100 100

SKOR TERENDAH 14 15 16 14 18 60 60

SKOR IDEAL 20 20 20 20 20 100 100 100

STANDAR DEVIASI 12,02 12,02

KKM               65

Data empiris pengujian pemahaman siswa atas menemukan informasi

secara cepat dari tabel/diagram yang dibaca di atas menunjukkan

perkembangan yang signifikan melalui pembelajaran yang terarah dengan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Rata-rata perolehan nilai pada

34

siklus I sebesar 58,30 meningkat tajam menjadi 84,09 pada siklus II menjadi

indikator bahwa pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif

tipe STAD telah mencapai keberhasilan, apa lagi jika dibandingkan dengan

kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan sebesar 65,00.

E. Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan di atas, dapat dibahas sejumlah

kesimpulan sebagai berikut.

b. Pada pembelajaran siklus I diperoleh fakta bahwa rata-rata siswa

belum memiliki pengetahuan memadai tentang kompetensi dasar dan

materi pokok menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat

serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. Hal ini didukung oleh

hasil tes pembelajaran yang memperoleh rata-rata nilai 58,30. Hasil tes ini

membuktikan pula bahwa pada umumnya siswa belum memiliki kebiasaan

yang memadai dalam menyelesaikan permasalahan matematis secara

kontekstual.

c. Proses pembelajaran pada siklus II berlangsung dalam suasana

tenang dan berjalan lancar. Tidak ditemukan hambatan-hambatan yang

berarti selain proses penyesuaian diri siswa terhadap bentuk-bentuk

bangun segi empat yang baru dilihatnya. Hal yang paling penting bahwa

pembelajaran benar-benar dapat menyenangkan siswa di mana siswa

terlibat secara penuh dalam proses pemecahan masalah. Hal ini sejalan

35

dengan prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif yang mengemukakan hal-

hal sebagai berikut.

a. Pembelajaran berlangsung dalam situasi yang nyata.

b. Pengajaran yang diberikan merupakan pengajaran yang otentik dan

faktual, tidak abstrak.

c. Pembelajaran berbasis inkuiri atau menemukan sendiri konsep,

bentuk, serta hasil.

d. Pembelajaran berbasis masalah. Artinya, masalah yang menjadi

pokok pembelajaran ditentukan dan ditemukan oleh siswa sendiri serta

dikembangkan dengan memecahkan masalah sendiri. Guru bertindak

sebagai fasilitator yang membimbing siswa hingga akhir penemuan.

e. Pembelajaran yang dikembangkan harus memiliki makna dan

menyenangkan bagi siswa (Depdiknas, 2002:9)

d. Hasil pembelajaran yang dilakukan pada siklus II menunjukkan

fakta rata-rata nilai yang berada di atas nilai yang ditetapkan sebagai

kriteria ketuntasan minimum. Rata-rata nilai perolehan pada siklus I

adalah 58,30, rata-rata nilai perolehan pada siklus II adalah 84,09. Nilai-

nilai perolehan ini seluruhnya lebih besar daripada nilai KKM yakni 65,00

sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran kompetensi dasar

menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta

menggunakannya dalam pemecahan masalah dianggap telah tuntas.

e. Berdasarkan hasil analisis atas proses pembelajaran dan hasil

belajar yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan yang

36

dirumuskan ”Terdapat pengaruh positif penggunaan pendekatan dan

metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran

kompetensi dasar menghitung keliling dan luas bangun segi empat di kelas

VII C SMP Abrakadabra, Kecamatan Cugenang, Cianjur, semester 2,

tahun pelajaran 2009 – 2010.” dapat diterima.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sesuai dengan rumusan dan batasan masalah serta proses pembelajaran

dan analisis yang dilakukan, dapat disusun kesimpulan-kesimpulan hasil

penelitian tindakan kelas sebagai berikut.

1. Pengetahuan awal siswa tentang menghitung keliling dan

luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam

pemecahan masalah masih relatif rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil

tes awal yang memperoleh rata-rata sebesar 55,79 dan hasil proses

pembelajaran pada siklus I yang hanya memperoleh rata-rata nilai sebesar

58,30 yang berarti -6,70 lebih rendah daripada kriteria ketuntasan

minimum yang ditetapkan, yakni 65,00.

2. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung

ternyata ter-masuk ke dalam kategori sungguh-sungguh, baik pada proses

37

pembelajar-an siklus I, siklus II, maupun pada penyelesaian proyek tugas

pemecahan masalah kelompok. Kesungguhan siswa pada proses

pembelajaran ini disebabkan oleh konteks pembelajaran yang nyata

dengan melibatkan siswa dalam bentuk-bentuk bangun segi empat yang

beraneka macam sesuai konteksnya. Pembelajaran yang terdiri atas

kegiatan-kegiatan peng-amatan serta proses diskusi dan percobaan

berlangsung penuh antusias.

3. Perkembangan kemampuan apresiasi siswa dalam

menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta

menggunakannya dalam pemecahan masalah setelah pembelajaran terlihat

sangat signifikan. Perolehan nilai pada tes pemahaman siklus I adalah

58,30 dan kemudian diperbaiki melalui proses pembelajaran yang lebih

terorganisasi sehingga naik menjadi 84,09 pada siklus II.

B. Saran untuk Tindakan Lebih Lanjut

Saran-saran yang dapat disampaikan untuk kegiatan penelitian tindakan

lebih lanjut adalah sebagai berikut.

a. Sebagai garda terdepan dalam pendidikan, selayaknya guru mata

pelajaran (khususnya guru mata pelajaran bahasa Indonesia) memahami

dan mengaplikasikan dengan benar dan baik pengelolaan pembelajaran

yang terdiri atas persiapan pembelajaran (dengan mempersiapkan

perencanaan yang matang serta pemilihan model pembelajaran yang

bervariasi), pelaksanaan dan pengorganisasian pembelajaran di kelas atau

di lokasi pembelajaran, serta penilaian dan tindak lanjut pembelajaran.

38

b. Materi pada kompetensi dasar ”menghitung keliling dan luas

bangun segi-tiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan

masalah” bukanlah satu-satunya kompetensi dasar yang determinan dalam

pembel-ajaran keterampilan membaca di SMP, rekan-rekan guru mata

pelajaran hendaknya dapat mengembangkan bentuk-bentuk penelitian

tindakan kelas yang lebih memusatkan perhatian kepada pengembangan

model pembel-ajaran pada kompetensi dasar yang menantang.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Holil. 2007. Model Pembelajaran Kooperatif. Artikel pada http://anwarholil.blogspot.com/2007/09/pendidikan-inovatif.html

Arikunto, Suharsimi. 1987. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Jakarta Jaya

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Penilaian Berbasis Kelas, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang

Departemen Pendidikan Nasional. 2006, Kurikulum Standar Isi: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika SMP dan MTs, Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi: Penilaian Pembelajaran. Jakarta: Direktorat PLP Dirjen Dikdasmen.

Dina Gasong. 2004. Model Pembelajaran Konstruktivistik sebagai Alternatif Mengatasi Masalah Pembelajaran. Jakarta: PPS Universitas Negeri Jakarta

Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

Hamzah. 2001. Pembelajaran Matematika Menurut Teori Pembelajaran Konstruktivisme, (online), (WWW.DEPDIKNAS.GO.ID, diakses 11 Januari 2007)

Kerami dan Sitanggang. 2002. Kamus Matematika. Jakarta: Balai Pustaka.

39

Lestari, Dewi Ayu. 2006. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualisation) terhadap Pemahaman Konsep pada Pokok Bahasan Trigonometri pada Siswa Kelas X Semester II SMU Negeri 14 Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Jurusan Matematika FMIPA UNNES.

Lukman, Ali. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning Theory, Research, and Practice. USA: The Jhons Hopkins University.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Sukino dan Wilson Simangunsong. 2004. Matematika untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.

Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: Jurusan Matematika FMIPA UNNES.

Suwarsih Madya. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Tulisan pada http://ahmadsudrajat.wordpress.com/

Syamsul Junaidi dan Eko Siswono. 2006. Matematika SMP untuk Kelas VII. Surabaya: Gelora Aksara Pratama.

40