6
Efektivitas Pasar dan Implementasi Good Corporate Governance Sumber : http://www.kemalstamboel.com/blog-manajemen/efektivitas -pasar-dan-implementasi-good-corporate-governance.html Good Corporate Governance merupakan instrumen terpenting dalam proses reformasi yang juga menjadi persyaratan utama dalam menciptakan demokrasi yang substansial. Krisis ekonomi 1998 menjadi momentum bagi pelaku pasar untuk menyadari pentingnya implementasi good corporate governance (GCG). Krisis ekonomi 1998 selain merupakan sebuah kesalahan arsitektur finansial yang ada tetapi juga diakibatkan oleh kesalahan otoritas finansial dalam mengatur aktivitas perekonomian kita pada level praktikal dan mikro. Krisis 1998 tak lain merupakan kesalahan dalam governance di sektor perbankan kita. Bad governance inilah yang menghantarkan kita menuju krisis finansial. Pada tahun 2008 sekali lagi terjadi krisis. Krisis ini jauh lebih mendunia dari krisis yang terjadi satu dekade sebelumnya. Sekarang bukan negara Asia saja yang menjadi korban melainkan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Meskipun krisis ini belum berdampak terhadap perekonomian Indonesia, namun ada pelajaran berharga yang bisa kita dapatkan dari krisis tersebut; bahwa di negara-negara maju dimana basis perekonomiannya yang stabil, krisis pun juga bisa melanda. Apa sebenarnya yang terjadi di Amerika Serikat tak lain adalah bad governance dari aktor-aktor sektor ekonominya. Di saat resesi sedang melanda AS, aktor-aktor perbankan seperti Perusahaan Investasi malah melakukan sesuatu yang diluar aturan yang seharusnya.

Efektivitas Pasar Dan Implementasi Good Corporate Governance

  • Upload
    dee

  • View
    10

  • Download
    5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Dokumen PresentasiEfektivitas Pasar Dan Implementasi Good Corporate Governance

Citation preview

Efektivitas Pasar dan Implementasi Good Corporate GovernanceSumber : http://www.kemalstamboel.com/blog-manajemen/efektivitas-pasar-dan-implementasi-good-corporate-governance.html

Good Corporate Governancemerupakan instrumen terpenting dalam proses reformasi yang juga menjadi persyaratan utama dalam menciptakan demokrasi yang substansial. Krisis ekonomi 1998 menjadi momentum bagi pelaku pasar untuk menyadari pentingnya implementasigood corporate governance(GCG). Krisis ekonomi 1998 selain merupakan sebuah kesalahan arsitektur finansial yang ada tetapi juga diakibatkan oleh kesalahan otoritas finansial dalam mengatur aktivitas perekonomian kita pada level praktikal dan mikro. Krisis 1998 tak lain merupakan kesalahan dalamgovernancedi sektor perbankan kita.Bad governanceinilah yang menghantarkan kita menuju krisis finansial.Pada tahun 2008 sekali lagi terjadi krisis. Krisis ini jauh lebih mendunia dari krisis yang terjadi satu dekade sebelumnya. Sekarang bukan negara Asia saja yang menjadi korban melainkan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Meskipun krisis ini belum berdampak terhadap perekonomian Indonesia, namun ada pelajaran berharga yang bisa kita dapatkan dari krisis tersebut; bahwa di negara-negara maju dimana basis perekonomiannya yang stabil, krisis pun juga bisa melanda. Apa sebenarnya yang terjadi di Amerika Serikat tak lain adalahbad governancedari aktor-aktor sektor ekonominya. Di saat resesi sedang melanda AS, aktor-aktor perbankan seperti Perusahaan Investasi malah melakukan sesuatu yang diluar aturan yang seharusnya.Fenomena krisis di atas memberikan kita sebuah gambaran yang jelas bagaimanabad governancedapat menghantarkan sebuah perekonomian negara menuju badai krisis. Tidak hanya ekonomi, bahkan lebih jauh lagibad governancehanya akan menciptakan sebuah negara yang tidak mampu memenuhi segala aspek pembangunan perekonomian. Bahkan Fetter Langseth dalam artikelnya Building Integrity: What is to be Done berkata bahwaEvidence from Indonesia to Chile strongly suggest that development is hardly sustanable absent a solid institutionali base. Building integrity involves changing attitude and behavior to reform institutions.Gagalnya sebuahgovernanceadalah awal dari penyebab gagalnya program pembangunan dan rontoknya kepercayaan masyarakat terhadap negara.Pengimplementasian GCG di Indonesia sendiri sudah dimulai tatkala pemerintah melalui Kementrian BUMN memperkenalkan konsepgood corporate governanceke dalam lingkungan BUMN sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan kinerja BUMN. Sebagaimana yang kita ketahui, BUMN memiliki banyak aset yang dapat meningkatkan pendapatan negara. Oleh sebab itu, tatkala kinerja BUMN membaik, maka hal ini akan menghapuskan segala bentuk ketidakefisienan, korupsi , kolusi, dan nepotisme yang terjadi.Good corporate governance(GCG)yang berlandaskan pada beberapa prinsip dasar sepertiresponsibility,transparency,accountability, fairness,sertaindependency, perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar,dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha. Dalam artikel singkat ini, saya akan memfokuskan tema pembahasan mengenai sejauh mana peran dan efektifitas pasar dalam mewujudkangood corporate governancedi dalam dunia usaha di Indonesia.Implementasi GCG dan Efektivitas Mekanisme PasarMemasuki era reformasi, Indonesia mendapatkan dirinya memiliki peluang besar untuk meningkatkan kapasitas ekonominya. Saat ini, kita juga menjadikan pasar bebas (free market) sebagai salah satu karakteristik perekonomian kita. Prinsip dasar dari pasar bebas yang paling kentara adalah adanya kompetisi. Pasar bebas yang mempromosikan kompetisi tentu akan meningkatkan risiko atas arus modal yang pada akhirnya memaksa pelaku bisnis untuk menerapkan prinsip tata kelola perusahaan. Tanpa penerapan tata kelola perusahaan yang baik, sulit bagi perusahaan untuk bertahan dalam kompetisi persaingan bebas. Hal ini tidak seperti di era Orde Baru dimana perusahaan yang dekat dengan kekuasaan bisa mendapatkan banyak proyek dengan menyuap pejabat rusak. Dalam mekanisme pasar, perusahaan tidak bisa mengandalkan dukungan pemerintah atauelitepenguasa untuk dapat bertahan. Kinerja atau performa yang baik adalah satu-satunya indikator yang dapat diandalkan di dalam mekanisme pasar. Peningkatan kinerja atau performa hanya dapat dicapai dengan implementasigood corporate governance.Perusahaan adalah pemain penting dalam pembangunan ekonomi berbasis pasar. Mereka memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PDB dan lapangan kerja. Bagaimana mereka menata-kelola perusahaan memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja perusahaan mereka dan lebih lanjut pertumbuhan ekonomi makro yang berkelanjutan.Tata kelola perusahaan berarti bahwa perusahaan dijalankan untuk kepentingan terbaik para pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. Tatkala prinsip-prinsip dasar tata kelola perusahaan seperti transparansi, akuntabilitas, dan sistem kontrol tidak berkerja, akan berdampak kepada melemahnya kepercayaan investor yang tentunya akan berdampak kepada iklim investasi yang pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Krisis 2008 mengajarkan kita bahwa lemahnya tata kelola perusahaan akan memperparah terjadinya krisis ekonomi.Hubungan antara mekanisme pasar dangood corporate governancedapat terlihat di dalam pasar modal. Pasar modal dan peraturan yang dimilikinya memainkan peranan penting dalam mendorong dan advokasi praktek tata kelola perusahaan yang sehat. Pengalaman di beberapa negara termasuk di Indonesia telah membuktikan bahwa pasar modal berfungsi dengan baik sebagai faktor eksternal dalam mendorong terciptanyagood corporate governancedi setiap perusahaan yang tercatat di bursa saham.Pasar modal menyediakan mekanismemonitoringeksternal terhadap tata kelola perusahaan dimana setiap performen yang jelek dari manajemen akan direspon negatif oleh pasar dan begitu pula sebaliknya. Praktek ini pada akhirnya menjadi mekanisme kontrol yang efektif terhadap perusahaan. Tak heran jika mekanisme pasar yang lemah dalam berbisnis hanya akan memperlemah serta membatasi efektivitas tata kelola perusahaan.Dari perjalanan penerapangood corporate governancedan kaitannya dengan efektivitas pasar, setidaknya terdapat tiga pelajaran yang dapat kita ambil hikmahnya. Pelajaran penting pertama adalah regulasi membutuhkan pelaksanaan yang efektif. Regulasi sangat penting untuk menciptakan standar baku untuk penerapangood governance. Sekarang, KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance) telah mengeluarkan pedoman umum ataucode of ethicsbagi pelaksanaangood corporate governancedi Indonesia. Artinya, dari segi peraturan, Indonesia telah memiliki seperangkat aturan yang sudah jelas. Namun, sejauh mana implementasi dari aturan-aturan ini. Inilah yang menjadi permasalahan dalam penerapangood corporate governance.Regulasigood corporate governancetidak akan efektif bila tidak diikuti dengan penerapan regulasi yang ada. Tantangan kita kedepan adalah sejauh mana para pelaku bisnis dapat konsisten untuk patuh terhadap aturan yang ada dan sejauh mana kita berani memberikan penalti kepada perusahaan yang nakal. Selain itu juga harus ada mekanisme pemberianrewardbagi perusahaan yang tingkat kepatuhannya tinggi.Pelajaran penting kedua adalahpolitical willuntuk menerapkan aturangood corporate governance. Sebagaimana yang disebutkan oleh beberapa pengamat, terdapat ancaman bagigood corporate governanceberupa perselingkuhan pengusaha dan penguasa. Ada kemungkinan terjadinyaconflict of interesttatkala pengusaha juga turut andil di dunia politik sebagaimana yang kita alami baru-baru ini. Intervensi politik dalam setiap pengambilan kebijakan yang terkait perekonomian dapat mengancam praktekgood governanceyang sedang diupayakan terus-menerus.Pelajaran penting ketiga kedua adalah resesi ekonomi. Sebagaimana krisis ekonomi 2008, resesi ekonomi terkang dilihat sebagai permaslahan serius yang menciptakan penderitaan bagi masyarakat banyak. Namun resesi maupun krisis juga dapat dilihat sebagai awal untuk membangkitkan perekonomian. Krisis ekonomi juga penting untuk mendapatkan nilai aset asli dari sebuah portofolio. Inilah mengapa banyak para analis melihat ere krisis maupun resesi sebagai bagian daribusiness cycledimana dari resesi ini, peluang untuk menciptakangood corporate governancedapat ditingkatkan.Tantangan kita adalah bagaimana menyikapi pasar yang kondusif. Dalam pasar yang kondusif, mekanisme pasar akan berjalan dengan baik dan akan ada tekanan-tekanan pasar terhadap korporasi untuk meningkatkancorporate governancemereka. Berbagai macam tekanan akan dihadapi oleh korporasi. Korporasi di bidang perbankan akan menghadapi tekanan dari deposan maupun kreditor. Dengan tidak adanya penjaminan meyeluruh pemerintah terhadap dana pihak ketiga di perbankan, deposan lebih berhati-hati dalam memilih tempat untuk menyimpan uang mereka. Disini, pelaku perbankan dipaksa untuk memberikan transparansi yang lebih mengenai tingkat kesehatan bank atau peringkat kredit bank. Perusahaan juga akan mendapatkan tekanan yang berasal kreditur atau pemegang obligasi. Tekanan lainnya tentu dari para pemegang saham dimana mereka akan memonitor gerak-gerik perusahaan dan memberikan penilaian bahkan hukuman terhadap tata kelola sebuah perusahaan yang buruk.Law EnforcementRegulasi GCGSebagaimana yang dijelaskan diatas, penerapan GCG hanya akan menjadi teori diatas kertas bila dalam implementasinya tidak berjalan. Dalam penerapannya,enforcementharus dilakukan sebagai upaya untuk menciptakan keberlanjutan dari GCG. Selama ini enforcement dan best practices selalu didikotomikan.Best practicespada dasarnya mengutamakan penerapan GCG secara sukarela dan lebih berdasarkan padaethic-driven. Sedangkanenforcementdilihat sebagai upaya penerapan GCG berdasarkan pada hukum yang berlaku dan diancam sanksi bila tidak dilaksanakan sehingga ia bersifatregulatory-driven.Pada kenyataannya,lawenforcementlebih memberikan hasil dari pada sekedar mengharapkan kesadaran belaka dariethic driven. Terlebih di Indonesia dimana kultur yang ada masih sangat diwarnai oleh kultur KKN, penerapan GCG melaluienforcementlebih dikedepankan. Disini tidak berarti-ethic drivendihilangkan sama sekali, pada saat yang bersamaan regulasi juga harus diikuti dengan penerapan etika.Konsekuensi dari adanyalawenforcementterhadap implementasi GCG adalah dibutuhkannya kerangka kerja yang dapat memastikan efektifitas penerapan GCG. Pelaksanaanenforcementsendiri dapat dibagi ke dalam dua bentuk yakni pelaksanaan secara privat artinya berdasarkanself-regulationatau secara publik berdasarakan aturan perundang-undangan yang memberikan sanksi publik (law enforcement).Penulis percaya bahwa penerapan GCG di Indonesia haruslah diikuti dengan penerapanlaw enforcement. Di negara-negara maju saja dimana peranprivate enforcementmelalui pasar dan pelaku pasar cukup efektif untuk memastikan penerapan GCG tetap saja dibutuhkan penerapanlaw enforcementapalagi di Indonesia yang rawan akan kecurangan serta kultur korupsi yang masih kuat.Efektivitas daripublic enforcementbukanlah sejauh mana efek jera yang dihasilkan olehpublic enforcementterhadap pelaku kecurangan dalam perusahaan melainkan sejauh mana kita mampu menyelesaikanroot cause-nya.Root causedari ketidakberesan tata kelola di Indonesia tak lain adalah permasalahan budaya. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana membangun tata kelola yang baik dari dalam internal perusahaan. Menjadikan good corporate governance sebagai bagian intergral dalam budaya sebuah perusahaan adalah tantangan bagi perusahaan-perusahaan untuk mengimplementasikangood corporate governance.