Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EFEKTIVITAS PELATIHAN SERTIFIKASI DALAM
MENINGKATKAN PROFESIONALISME
PEMBIMBING MANASIK HAJI PADA KANWIL
KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI BANTEN
TAHUN 2016
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Elis Sya’adah
NIM : 1113053000089
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M/1439H
i
ABSTRAK
Elis Sya’adah, 1113053000089, Efektivitas Pelatihan Sertifikasi dalam
Meningkatkan Profesionalisme Pembimbing Manasik Haji pada Kanwil
Kementerian Agama Provinsi Banten Tahun 2016, Dosen Pembimbing Prof.
Dr. H. Murodi, MA
Haji merupakan proses ibadah yang melibatkan banyak pihak dalam
pelaksanaannya, untuk menjadi jemaah haji yang mabrur tentu sangat diperlukan
bimbingan manasik. Bimbingan manasik yang benar dan sesuai syariah islam
pasti akan menghasilkan jemaah haji yang mandiri dan mabrur. Namun sangat
disayangkan dalam mewujudkan suksesnya penyelengaraan ibadah haji dimensi
kompetensi pembimbing ibadah masih rendah diantaranya yakni materi
bimbingan, metode bimbingan, sarana, prasarana, kepanitiaan dan
mengedepankan aspek spiritual dalam perjalanan ibadah haji. Seelain itu,
penemuan fakta pembimbing manasik minim bersertifikat dengan rata-rata indeks
sebesar 41,7 persen. Hal ini yang menjadi alasan kuat diselenggarakannya
pelatihan sertifikasi. Proses bimbingan manasik tentu tidak terlepas dari sosok
pembimbingnya sendiri. Untuk itu, pembimbing dituntut mengikuti pelatihan
sertifikasi professional dalam bidang manasik haji. Kanwil Kementrian Agama
Provinsi Banten merupakan lembaga kementrian agama tingkat provinsi yang
menyelenggarakan pelatihan sertifikasi bagi pembimbing manasik haji. Hal ini
merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas bimbingan
manasik khusunya di Banten. Inilah yang mendorong penulis untuk melakukan
penelitian di Kanwil Kementrian Agama Provinsi Banten.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur efektivitas dari pelatihan
sertifikasi dalam meningkatkan profesionalisme pembimbing manasik haji pada
Kanwil Kementrian Agama Provinsi Banten yang dilihat dari beberapa aspek
yakni materi, media, peserta, pembimbing, waktu dan metode yang digunakan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, yang
mana metode ini menghasilkan data deskriptif berupa hasil wawancara dan
pengambilan dokumen-dokumen di lapangan.
Dari hasil penelitian penulis temukan bahwa pelatihan sertifikasi
pembimbing manasik yang telah diselenggarakan oleh Kanwil Kementria Agama
Provinsi Banten dinilai efektif. Hal tersebut diukur dari tercapainya tujuan dari
pelaksanaan sertifikasi yang bisa dilihat dari aspek yang telah penulis sebutkan di
atas sehingga pembimbing dianggap profesioanal dengan memenuhi standar
kompetensi yang telah ditentukan. Kemudian berhasilnya penyelenggaraan
pelatihan sertifikasi pembimbing manasik oleh Kanwil Kementrian Agama
Provinsi Banten dapat dilihat dari antusias peserta pelatihan sertifikasi yang
semakin bertambah. Kemudian pelaksanaan dan rencana yang dibuat berlangsung
sesuai tanpa ada kendala dan hambatan. Dengan demikian pembimbing manasik
tidak diragukan lagi kemampuannya dalam membimbing para calon jemaah haji.
Karena sudah memiliki sertifikat professional dalam bidang manasik haji.
Kata kunci :Efektivitas, Pelatihan, Sertifikasi, Profesionalisme, Pembimbing
Manasik Haji, Kanwil Kementerian Agama
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Yang telah
mengatur, membimbing semua hamba-Nya, sekaligus ketentuan hidup yang harus
dilalui sebagai makhluk ciptaan-Nya senantiasa memberikan berbagai nikmat
kepada insane semua. Semoga dengan kenikmatan iman, islam, dan ihsan selalu
tersimpan dalam diri kita sebagai cerminan manusia yang bertaqwa.
Alhamdulillahhirabbil’alamin, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul“Efektivitas Pelatihan Sertifikasi dalam Meningkatkan
Profesionalisme Pembimbing Manasik Haji pada Kanwil Kementerian Agama
Provinsi Banten Tahun 2016’’, dengan baik, yang disusun untuk memenuhi
persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini terselesaikan bukansemata-mata
dari pribadi penulis, namun atas izin Allah SWT, dan bantuan dari semua pihak
yang turut andil dalam memberikan do’a, moril, materi, serta keikhlasan dalam
membimbing penulis. Oleh karena itu hanya ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya yang dapat penulis hanturkan kepada :
1. Dr. Arief Subhan, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Suparto, M.Ed. Ph.D., selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik, Dr. Roudhonah, MA., selaku Wakil Dekan Bidang
Administrasi, Dr. Suhaimi, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
iii
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA., selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah
serta selaku Dosen Penasihat Akademik , dan Drs. Sugiharto, MA., selaku
Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah.
3. Prof. Dr. Murodi, MA.,selaku dosen pembimbing dalam menyusun skripsi,
dan juga telah meluangkan waktunya untuk mengoreksi, membimbing,
serta mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi guna mendapatkan
hasil skripsi yang baik.
4. Seluruh dosen yang telah memberikan dan meridhoi ilmunya kepada
penulis selama menempuh perkuliahan di Jurusan Manajemen Dakwah,
Konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah (MHU) Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Orangtua tercinta Appa Ipar Wijaya, Mama Rositawati, Teh Ika, A Riki,
dan Adik tersayang Neng Dina dan seluruh keluarga yang selalu
memberikan do’a, motivasi, memberikan kasih sayang, arahan, serta selalu
sabar dan percaya kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan
skripsi ini. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin
6. Bapak H. Tb. Juwaeni, M.Ag, selaku pemateri dan narasumber yang telah
meluangkan waktunya, membantu dan memberikan arahan dalam
penyusunan skripsi.
7. Bapak Dr. H. Deni Rusli, M.Si, selaku Kasi Pembinaan Haji yang sudah
berkenan membantu dan meluangkan waktunya serta memberikan arahan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
iv
8. Bapak Irfan, Bapak H. Damahuri, Ibu Novi serta seluruh staff Kanwil
Kemenag Prov. Banten yang telah membantu dan memudahkan penulis
dalam memperoleh data.
9. Seluruh tim penguji yang telah mengarahkan, membantu dalam
penyelesaian skripsi.
10. Seluruh staff Perpustakaan Utama dan staff Perpustakaan Fakultas yang
membantu dalam penyedian buku-buku referensi dalam menyusun skripsi.
11. Sahabat terbaik Only Ladies (Choi, Jannah, Bullah, Akur, Hani, Rifa, Mei)
yang mendukung, memberikan semangat dan memberikan inspirasi dalam
menyusun skripsi.
12. Seluruh keluarga Besar Jurusan Manajemen Dakwah angkatan 2013 dan
seluruh teman-teman seperjuangan MHU 2013, serta kepada Bowo, Ka
Pya, Atun, Tiah yang telah membantu dan menginspirasi penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
13. Seluruh keluarga besar Kahfi BBC Motivator School, khususnya angkatan
17 yang selalu memberikan semangat, dukungan serta do’a-do’anya.
14. Semua Pihak yang telah membantu memberikan kontribusi terhadap
penyelesaian skripsi ini tidak dapat disebutkan satu persatu namun tidak
mengurangi rasa hormat penulis, Semoga seluruh kontribusinya dicatat
sebagai amal shaleh oleh Allah SWT, Aamiin.
Jakarta, 28 Agustus 2017
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... iKATA PENGANTAR.................................................................................... iiDAFTAR ISI................................................................................................... vDAFTAR GAMBAR...................................................................................... viiDAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................ 8C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 9D. Metedologi Penelitian .................................................................... 10E. Tinjauan Pustaka............................................................................ 14F. Sistematika Penulisan .................................................................... 16
BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG EFEKTIVITASPELATIHAN SERTIFIKASI PEMBIMBING MANASIK HAJIPROFESIONALISME .................................................................... 18
A. Konsep Dasar Efektivitas ............................................................... 181. Pengertian Efektivitas .............................................................. 182. Pengukuran Efektivitas ............................................................ 20
B. Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji ........................... 231. Pelatihan
a. Pengertian Pelatihan........................................................... 23b. Jenis-jenis Pelatihan ........................................................... 26
2. Sertifikasi ................................................................................. 28a. Definisi Sertifikasi ............................................................ 28b. Tujuan Sertifikasi .............................................................. 29c. Manfaat Sertifikasi ............................................................ 30
3. Pembimbing Manasik Haji....................................................... 31C. Profesionalisme .............................................................................. 34
1. Pengertian Profesionalisme ...................................................... 342. Faktor-faktor yang Mendukung Sikap Profesionalisme........... 38
BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR WILAYAH KEMENTERIANAGAMA PROVINSI BANTEN..................................................... 40
A. Sejarah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Banten .... 40B. Visi dan Misi.................................................................................. 43C. Tujuan ............................................................................................ 43D. Tugas dan Fungsi ........................................................................... 44E. Struktur Organisasi ........................................................................ 46F. Tugas dan Sasaran Bidang Haji danUmroh ................................... 47G. Pemateri Pelatihan Sertifikasi ........................................................ 49
vi
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA ....................... 53A. Penyelenggaraan Pelatihan SertifikasiPembimbing Manasik Haji
Pada Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Banten .......... 53B. Meningkatkan Profesionalisme Pembimbing Manasik pada Kanwil
Provinsi Banten.............................................................................. 59C. Efektivitas Pelatihan Sertifikasi Dalam Meningkatkan
Profesionalisme Pembimbing Manasik Haji pada Kantor WilayahKementrian Agama Provinsi Banten Tahun 2016 ......................... 65
BAB V PENUTUP.......................................................................................... 73A. Kesimpulan .................................................................................... 73B. Saran-saran..................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 76LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 3.1 Struktur Kantor Wilayah Kemetrian Agama ProvinsiBanten………………………………………………………….. 45
2. Gambar 3.2 Struktur Organisasi Bidang Penyelenggara Haji danUmroh.…………………………………………………………. 46
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.3 Narasumber Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik HajiOleh Kementrian Agama Kantor Wilayah ProvinsiBanten………........................ 48
2. Tabel 4.1 Jumlah Peserta Pelatihan Sertifikasi Dilihat Dari Segi LatarBelakang ……………………64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Haji secara etimologi berasal dari bahasa Arab ( (حج yang artinya
menyengaja, menuju dan mengunjungi. Sementara secara istilah haji
adalah mengunjungi Mekkah untuk mengerjakan ibadah tawaf, sa’i, wukuf
di Arafah, dan ibadah-ibadah lain untuk memenuhi perintah Allah dan
mengharapkan keridhoannya.1
Haji merupakan ibadah yang sudah dilakukan sejak jaman
terdahulu oleh seluruh umat di dunia.Pada zaman dahulu bangsa Arab pra
Islam sudah melaksanakan ibadah haji ke Ka’bah, sebelum syariat Islam
menetapkannya menjadi rukunIslam yang ke lima. Seluruh pendatang dari
penjuru Jazirah Arab turut melaksanakan ibadah haji.Bulan haji ketika itu
disebut sebagai bulan haram, artinya bulan yang di haramkan melakukan
peperangan dan gencatang senjata di sekitar tanah suci.2
Pelaksanaan ibadah haji ke tanah suci ini ternyata banyak
memberikan anugerah nikmat bagi setiap kaum, khususnya kaum Quraisy
saat itu. Menyadari hal itu, kaum Quraisy bahu-membahu menjamu
jemaah haji, menyambut dan memuliakan jemaah haji sebagai tamu di
Baitullah. Apalagi haji membutuhkan perjalanan yang panjang untuk pergi
dan pulang, membutuhkan persiapan fisik yang kuat serta finansial yang
1Muhammad Najmuddin Zuhdi & Muh. Luqman Arifin, 125 Masalah Haji,(Solo: Tiga Serangkai,2008), cet. 1 hal, 54
2Husni Al-Khartubhi, Sejarah Ka’bah, , (jakarta: TORUS Khasanah Pustaka Islam, 2013), cet 1,hal 199.
2
cukup, bahkan perjalanan ibadah haji diibaratkan seperti kita hendak pergi
berperang pada saat itu.3
Ibadah haji merupakan rukun Islam yang ke lima yang menjadi
dambaan setiap muslim untuk melaksanakannya bagi yang telah
memenuhi persyaratan mampu atau istitha’ah. Istita’ah itu ada tiga yang
meliputi kemampuan fisik yang sehat selama dalam perjalanan dan
pelaksanaan ibadah haji, memiliki biaya haji yaitu biaya keberangkatan
dan kepulangan serta biaya hidup selama di Arab Saudi, dan
adanyajaminan keamanan selama dalam perjalanan dan selama di Arab
Saudi.4Sebagaimana firman Allah swt :
لا سبی ھ إلی
‘’mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah’’(QS.Al-Imran : 97)
Selain itu, kewajiban berhaji bagi umat muslim hanya sekali
seumur hidup. Bagi yang sudah menunaikannya, maka haji berikutnya
hanya di sunnahkan. Seperti dalam hadist bahwa
عام : آكل فقال رجل ا, فقام و فحج الحج م علیك كتب الله إن اس ھاالن یاآی
ل یارسو ت ب ج و م ل نع مالله ؟ قال : لوقلت ت طع ت موما اس ج الح ة ر ع و ط ت فھو اد ز ن فم
مسلم) (اخرجھ
‘’Rasulullah saw bersabda : wahai manusia, sesungguhnya Allahtelah mewajibkan haji atas kalian, maka laksankanlah haji. Lalu salahseorang sahabat bertanya apakah kewajiban haji itu setiap tahun wahaiRasulullah? Rasulullah menjawab : kalau saya menjawab ‘’ya’’ tentumenjadi kewajiban kalian (setiap tahun) yang memiliki kemampuan
3Ali Husni Al-Khartubhi, Sejarah Ka’bah,, hal, 200.4Ahmad Kartono, Solusi Hukum Manasik Dalam Permasalahan Ibadah Haji, (Jakarta:
Pustaka Cendikia, 2016), hal. 26
3
(istita’ah). Kewajiban (menunaikan haji hanya sekali)apabila menambahitu sunnah.’’(HR. Abu Daud, Ahmad, dan Hakim).5
Dalam pelaksanaannya, umat muslim perlu mengetahui syarat,
rukun dan wajib haji yang dianjurkan bahkan disunnahkan setiap calon
jemaah agar pelaksanaan ibadahnya sesuai dengan ajaran dan syariat
islam.Adapun rukun, wajib, sunnah dan amalan ibadah haji yang
dijelaskan dalam Fiqh sebagai berikut :
ض ر الف و ن ك الر ب اج والو م ز يواللا ن ع م ب فإ ن ج الح ا ب ب ي ف الا د اح و
ب الحج د فس ما ی رض اوالف كن فالر ب اج الو ن ع ف ل ت خ ی ھ ی ف كن الر ت ر ی ولا ھ ك ج ب ر م بد
ی ولكن ھ ك ر ت ب الحج د فس ی مالا ب اوالواج دم ب ھ ترك ر ب ج بذ ي ب ة خ شا
Artinya : ‘’Rukun, fardhu dan wajib adalah satu makna kecualidalam bab haji dimana rukun dan wajib memiliki arti yang berbeda, rukunatau fardhu ialah suatu amalan yang apabila ditinggalkan akanmerusak/membatalkan haji dan tidak dapat diganti dengan Dam.Sedangkan wajib adalah sesuatu yang merusak haji tetapi dapat digantiyakni dengan memotong kambing.’’6
Selain mengetahui tentang syarat, rukun dan wajib haji tentu perlu
diketahui pula bahwa haji memiliki tiga jenis tatacara pelaksanaannya,
diantaranya : 1) Haji Tamattu (haji yang mengerjakan umrah terlebih
dahulu, baru mengerjakan haji).2) Haji Ifrad (haji yang hanya
mengerjakan haji saja) biasanya pelaksanaan haji dengan cara ini menjadi
pilihan bagi jemaah haji yang kedatangannya di Mekkah sudah mendekati
waktu wukuf. 3) Haji Qiran (haji yang mengerjakan haji dan umrah di
dalam satu niat dan satu pekerjaan sekaligus), pelaksanaan haji dengan
cara ini dapat menjadi pilihan terutama bagi jemaah yang karena sesuatu
5Muhammad Najmuddin Zuhdi & Muh. Luqman Arifin, 125 Masalah Haji, (Solo: Tiga Serangkai,2008), cet. 1 hal, 54
6Bakar Ismail, Al-Fiqh Wadhih Minal Kitab Wasunnah, jilid 1, (Dar-Al Mannar : 1990)hal 601
4
hal tidak dapat lagi melanjutkan haji tamattu atau haji ifrad, termasuk di-
antaranya jemaah haji sakit yang waktunya sangat terbatas.7
Dari ketiga jenis tatacara berhaji tersebut, maka menunjukan
bahwa setiap muslim bebas memilih salah satu dari ketiga jenis ibadah haji
yang akan ditunaikan dengan keutamaannya masing-masing. Dengan
demikian, maka perlu bagi setiap calon jemaah melakukan bimbingan
manasik untuk penguasaan keilmuan berhaji dan umroh.
Pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008
pada Bab VII tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagaimana yang
telah diubah. Pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
2009, mengamanatkan bahwa pemerintah berkewajiban melakukan
pembinaan Ibadah Haji, pelayanan akomodasi, transportasi, kesehatan
perlindungan dan keamanan dalam rangka memenuhi hak jemaah
haji.8Cara pemerintah untuk memenuhi hak jemaah yaitu dengan
memberikan bimbingan sesuai fiqih haji dan pembimbing manasik yang
berkompeten.
Setiap pelaksanaan bimbingan manasik haji haruslah secara kaffah
(menyeluruh) dan optimal dari pemberian materi dan tata caranya,sehingga
calon jemaah menjadi haji yang mandiri dan mabrur. Maka dalam
menyelenggarakan proses bimbingan manasik tentu membutuhkan
peranan penting seorang pembimbing manasik haji. Pembimbing manasik
adalah warga Negara Indonesia yang beragama islam, memiliki
kemampuan pengetahuan dan teknis di bidang bimbingan manasik
7Mucholih Djimun, Pola Bimbingan Manasik Calon Jamaah Haji (Panduan Pembimbing BagiKUA Kecamatan),(jakarta:2007), hal. 35-51
8Kartono, Petunujuk Teknis Penyelenggaraan Ibadah Haji, (Jakarta: 2011), h. 3.
5
haji.9Karena kebijakan-kebijakan tentang penyelenggaraan haji ini
dinamis, maka disinilah alasan penting hadirnya sosok pembimbing
manasik yang tidak sekedar membimbing tapi juga sebagai penyampai
informasi ter-update untuk kemudian calon jemaah ikuti serta taati.
Karena sosok pembimbing manasik dalam bimbingan manasik haji
dianggap penting, maka pembimbing manasikdapat dikategorikan menjadi
dua yakni pembimbing manasikregular yang secara formal ditunjuk oleh
pemerintah dan pembimbing manasik haji informal yang ditunjuk oleh
KBIH yaitu pembimbing manasik haji khsusus.Seperti yang dilansir dalam
kominfo Jatim bahwasannya pembimbing manasik haji dari pemerintah
biasanya pintar dalam tehnik mengajar namun kurang dalam keilmuan,
sementara dari KBIH keilmuannya banyak tapi justru tehnik mengajarnya
yang kurang.10Oleh karena itu, kegiatan ibadah haji merupakan tugas
bersama, artinya tidak hanya menjadi tugas pemerintah akan tetapi juga
masyarakat. Peran publik, termasuk KBIH menjadi bagian penting dalam
suksesnya penyelenggaraan ibadah haji.
Namun sangat disayangkan dalam mewujudkan suksesnya
penyelengaraan ibadah haji dimensi kompetensi pembimbing ibadah
masih rendah diantaranya yakni materi bimbingan, metode bimbingan,
sarana, prasarana, kepanitiaan dan mengedepankan aspek spiritual dalam
perjalanan ibadah haji.Hal ini seperti yang disampaikan oleh Kabid
Litbang Aliran dan Pelayanan Keagamaan Kemenag Kustini yang menjadi
9Abdul Choliq, Pedoman Sertifikasi(Penyuluhan dan Pembimbing Manasik Haji ProvinsiBanten2015), Serang, 21 November 2015. Hal 3
10Dinas Komunikasi dan Informatika. ‘’Optimalkan Layanan, Pembimbing HajiDisertifikasi.’’ diakses pada 9 Juni dari http://kominfo.jatimprov.go.ig/ 2014
6
alasan kuat diselenggarakannya sertifikasi. Beliau mengatakan bahwa ada
penemuan fakta pembimbing manasik minim bersertifikat dengan rata-rata
indeks sebesar 41,7 persen. Sedangkan beberapa syarat seperti sudah
pernah berhaji dan mengantungi ijazah S1 berada di angka 92,3 persen dan
91,3 persen. Padahal idealnya adalah 70 persen untuk index manasik
nasional secara keseluruhan.11
Berdasarkan informasi rendahnya tingkat kompetensi serta
pemahaman yang kurang secara komprehensip dari pembimbing manasik
tentang manasik haji, maka diselenggarakanlah sertifikasi bimbingan
manasik secara professional yang dilaksanakan oleh pemerintah,
masyarakat baik perorangan maupun kelompok bimbingan, yang
diperlukan sertifikasi bagi penyuluh dan pembimbing manasik haji. Maka
diberikanlah diklat pelatihan sertikikasi selama 10 hari fulltime belajar
semua hal yang berkaitan dengan perhajian.
Ketentuan ini mengacu pada pasal 15 Ayat (1) peraturan menteri
agama nomor 14 tahun 2012 dimana pemerintah wajib memberikan
bimbingan kepada jemaah haji sejak sebelum keberangkatan, selama
dalam perjalanan, selama di Arab Saudi, sampai dengan kepulangan ke
Indonesia. Serta mengacu pada keputusan Direktur Jendral Penyelenggara
Haji dan Umroh Nomor : D/223 Tahun 2015 tentang Pedoman Sertifikasi
Pembimbing Manasiki Haji.Dengan ketentuan yang telah ditetapkan ini
11Hafidz Muftisany,, ‘’ Materi Manasik Haji akan Ditambah.’’ Artikel diakses pada 14-November 2016 dari http://www.republika.co.id/berita/koran/khazanah-koran/16/01/02/o0bn4d1diakes pada 14 November 2016 pada pukul 20.00 WIB.
7
diharapkan mampu menghasilkan pemegang sertifikasi yang berhak
menjadi pembimbing manasik haji dan umroh.12
Pelatihan sertifikasi pembimbing manasik haji inimerupakan
sebuahupaya pemerintah dalam peningkatan kualitas yang terus dilakukan,
meliputi penyempurnaan sistem dan manajemen penyelenggaraan haji
serta sarana prasarana pendukungnya agar calon jemaah haji lebih siap
mandiri. Sebagaimana yang diungkapkan oleh KASI Penyelenggara Haji
Umroh Provinsi Banten H. Juwaeni sekaligus pemateri saat sertifikasi
menyampaikan saat penulis mewawancarainya : ‘’tujuan sertifikasi ini
sebagai ikhtiar untuk membentuk para pembimbing yang bermutu dalam
melayani jemaah haji, selain itu kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka
penyeragaman dari segi pelaksanaan, materi yang disampaikan, metode
dan lain sebagainya agar efektif, efesien serta selaras. Sehingga goal dari
pelaksanaan ini adalah mandiri yang artinya calon jemaah paham sekali
tatacaranya berhaji dan umroh. Tidak hanya itu tapi juga untuk
mengantisipasi aksi penipuan-penipuan terhadap keberangkatan haji dan
umroh yang banyak terjadi dewasa ini’’
Sementara menurut salah satu peserta sertifikasi pembimbing
manansik haji dan umroh Pak Fudail yang telah penulis wawancarai
menyampaikan bahwa ’’sebagai peserta tentu pelatihan yang kita jalani
selama 10 hari mendapatkan nilai tambah pengetahuan, wawasan umum
khusunya terkait tentang pengayoman, bimbingan serta teori secara umum,
manasik haji, pengetahuan regulasi, bertukar pikiran dan pengalaman dan
12Abdul Choliq, pedoman sertifikasi (penyuluhan dan pembimbing manasikhaji provinsibanten tahun 2015), (Jakarta :2015), hal. 1
8
pelatihan ini menurut saya sangat penting dalam hal menambah wawasan,
apalagi kita dari berbagai latar belakang dan saya rasa ini merupakan
kegiatan yang manfaat’’.13
Program sertifikasi ini dimaksudkan untuk membangun sensitivitas
dan kemampuan pembimbing manasik haji dan umroh yang profesional.
Untuk itu, setiap individu pembimbing manasik haji harus memahami
tugas, fungsi dan metodologi pembimbing manasik haji sebagai bekal serta
standar kompetensi untuk menunjang pelaksanaan kerja dan pemberian
pelayanan maupun kebijakan-kebijakan pembimbing manasik haji pada
masa yang akandatang.
Dengan latar belakang di atas, maka penulis melakukan penelitian
tentang ‘’Efektivitas Pelatihan Sertifikasi Dalam Meningkatkan
Profesionalisme Pembimbing Manasik Haji Pada Kanwil Kementerian
Agama Provinsi Banten Tahun 2016’’
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di latar belakang, skripsi ini
akan mengkaji tentang efektivitas pelatihan sertifikasi dalam
meningkatkan profesionalisme pembimbing manasik haji pada Kanwil
Kementerian Agama Provinsi Banten tahun 2016 untuk melakukan
perbaikan pada pelatihan sertifikasi selanjutnya.
13Wawancara pribadi Pak Fudail sebagai peserta pelatihan sertifikasi, Tangerang, 25 Juli2017 pada pukul 15. 20 WIB
9
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
sebagai berikut :
a. Bagaimana penyelenggaraan pelatihan sertifikasi yang
diselenggarakan oleh Kanwil Kementerian Agama Provinsi
Banten?
b. Bagaimana meningkatkan profesioanlisme pembimbing manasik
haji pada Kanwil Kementrian Agama Provinsi Banten ?
c. Bagaimana efektivitas pelatihan sertifikasi dalam meningkatkan
profesionalisme pembimbing manasik pada Kanwil Kementerian
Agama Provinsi Banten tahun 2016?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana hasil dari berlangsungnya
penyelenggaraan pelatihan sertifikasi pembimbing manasik haji.
b. Untuk mengetahui profesionalisme pembimbing manasik haji.
c. Untuk mengukur efektivitas pelatihan sertifikasi dalam
meningkatkan profesionalisme pembimbing manaisk haji pada
Kanwil Kemeneterian Agama Provinsi Banten 2016.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
a. Manfaat akademis
10
1) Untuk memberikan kontribusi positif dalam bidang studi ilmu
dakwah dan komunikasi
2) Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa fakultas
dakwah dan ilmu komunikasi tentangEfektivitas Pelatihan
Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Dalam Meningkatkan
Profesionalisme Di Kanwil Kementrian Agama Provinsi
Banten Tahun 2016.
b. Manfaat praktis
1) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian yang menarik,
bermanfaat serta dapat menambah wawasan keilmuan,
khususnya bagi penulis dan umunya bagi pembaca.
2) Penulis berharap agar penelitian ini menjadi masukan serta
bahan evaluasi bagi pelaksana program pelatihan sertifikasi
haji serta diharapkan dapat menjadi koreksi bagi Kantor
Wilayah Kementrian Agama Provinsi Banten selaku
penyelenggara maupun peserta pembimbing manasik.
D. Metodologi Penelitian
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dan jenis data yang
diperlukan, maka penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Peneliti
berusaha mengumpulkan data yang akurat dengan cara melakukan
observasi, wawancara dan lain sebagainya kepada objek yang akan diteliti.
11
1. Jenis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, jenis penelitian yang
digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif.Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan
mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal.14 Sementara metode
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati.15
Dengan memilih metode kualitatif ini, peneliti mengharapkan
dapat memperoleh data yang tepat dan akurat.Melalui metode ini juga
nantinya peneliti juga mengharapkan dapat mendeskripsikan dalam
saebuah tulisan ilmiah.
2. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalahEfektivitas Pelatihan Sertifikasi
Pembimbing Manasik Haji Dalam Meningkatkan Profesionalisme Di
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi BantenTahun 2016, dan
Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Banten khususnya
Bidang Penyelenggara Haji Dan Umroh selaku panitia penyelenggara
dalam pelatihan sertifikasi pada tahun 2016.
14Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, (Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu AdministrasiLembaga Administrasi Negara, 2004), h.23.
15Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet. ke-XXVI, h. 3.
12
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di Kantor Wilayah Kementrian Agama
Provinsi Banten yang beralamat di Jl. Palima - KP3B Jalan Syeikh
Nawawi Al-Bantani Blok Vertikal No. 1 Serang 42171. Waktu
penelitiannya yakni pada April 2017 sampai Juli 2017.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain.16 Adapun teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Analisis Kualitatif :upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilah-milih datanya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain.17Artinya ada proses pemilihan,
penyaringan dan pengolahan data yang diperoleh untuk menjadikan
sebuah karya ilmiah oleh penulis.
16Sugiyono,MetodePenelitianKuantitatifKualitatifdan R&D,(Bandung:Alfabeta), 2010,h.88
17Lexy Moleong, MetodologiPenelitianKualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet.ke-XXVI, h. 248
13
5. Teknik Pengumpulan Data
Data Primer
Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer
atau sumber data pertama di lapangan.18 Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a) Observasi
Observasi atau pengamatan adalah adalah metode pengumpulan
data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian.Data-data
penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa
data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui
penggunaan panca indra.19
b) Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.20
c) Dokumentasi
Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa laporan
ke-efektifitasan pelatihan sertifikasi pembimbing manasik haji
dalam meningkatkan profesioanlisme di Kantor Wilayah
Kementrian Agama Provinsi Banten Tahun 2016.Selain itu
18M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, (Jakarta,: KencanaPrenada MediaGrup, 2013), h. 128.
19M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, h. 13320Lexy Moleong,MetodologiPenelitianKualitatif, hal.186
14
peneliti mengumpulkan berkas-berkas yang berkaitan dengan
kejadian-kejadian dalam penyelesaian penelitian.
d) Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan data sekunder melalui pengumpulan data-data yang
relevan dari literatur yang sudah ada khususnya yang
berhubungan dengan pokok masalah yang diteliti.
E. TinjauanPustaka
Dalam menyusun skripsi, maka langkah awal yang penulis tempuh
yakni dengan mengkaji pustaka-pustaka sebelumnya dan penulis jadikan
sebagai tinjauan pustaka dan acuan yang membantu dalam penelitian.
Selain itu penulis juga melakukan tinjauan pustaka ke Perpustakaan
Umum Uin Syahif Hidayatullah Jakarta, yang mana Karya Ilmiah (skripsi)
tersebut penulis anggap sebagai bahanreferensi yang berkaitan dengan
pembahasan yang akan di angkat pada Karya Ilmiah ini, yakni di-
antaranya :
1. Manajemen Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Pada
Kanwil Agama DKI Jakarta Tahun 2014, oleh Siti Khodijah
Nurfitri mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan Manajemn Dakwah. Tahun
skripsi 1436 H/ 2015 M. Menurut penulis, didalam skripsinya
dituliskan bagaimana mengolah sebuah pelatihan sertifikasi
pembimbing manasik haji di Kanwil Agama DKI Jakarta Tahun
15
2014, namun yang penulis tuliskan dalam skripsi ini adalah
bagaimana proses dalam penyelenggaraan pelatihan sertifikasi
yang dilakukan Kanwil Serang Tahun 2016. Serta sebagai
pembanding dalam kegiatan pelatihan sertifikasi.
2. Efektifitas Komunikasi Organisasi Kepemimpinan Di Kantor
Walikota Tangerang Dalam Menerapkan Motto Akhlakul Karimah,
oleh Rizal Fikri mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam. Tahun skripsi 1436 H/ 2014 M. Menurut
penulis dalam skripsinya dituliskan mengenai ke-efektifan
komunikasi kepada organisasi terhadap penetapan motto akhlakul
karimah, namun yang penulis tuliskan dalam hasil penelitian ini
adalah proses ke-efektifan dalam sebuah pelatihan sertifikasi dalam
meningkatkan profesioalisme. Serta dijadikan bahan referensi dan
khasanah keilmuan terkait efektivitas dan profesionalisme.
3. Jurnal Efektifitas Kerja Pegawai Negeri Sipil Dalam Pelayanan
Publik Di Kantor Kelurahan Kolongan Kecamatan Tomohon, oleh
Sinta Bonica Moningka vol 1 no 4 tahun 2014. Dalam jurnalnya
membahas tentang efektivitas kerja Pelayanan aparatur pemerintah
sebagai abdi Negaradalam memberikan public service kepada
masyarakat, namun yang penulis tuliskan dalam penelitian ini
adalah pengukuran efektivitas untuk dijadikan bahan acuan dalam
melakukan pengukuran efektifitas tentang pelatihan sertifikasi
16
pembimbing manasik haji dalam meningkatkan profesionalisme di
kantor wilayah kementrian agama provinsi banten tahun 2016.
4. Jurnal Efektifitas Program Kesejahteraan Sosial Aanak Balita
dalam Memenuhi Hak Anak Balita dari Keluarga Miskin, oleh
Marina Ayu Prihatmanti vol 1 no 1 januari 2013. Dalam jurnalnya
membahas tentang ke-efektifitasan program bagi PKSAB sebagai
upaya melindungi anak sejak dini. Namun yang penulis tulis dalam
penelitiannya adalah efektivitas pelatihan sebagai arahan bagi
penulis serta menginspirasi penulis dalam menyusun penelitian.
F. Sitematika Penulisan
Agar lebih terarah dalam pembahasan dan gambaran sederhana
yang memudahkan penulis dalam penelitian, maka penulis akan membuat
sistematika penulisan yang tersusun dalam bab lima, yang masing-masing
memiliki sub-sub dengan susunan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini meliputi : Latar Belakang Masalah, Batasan dan
Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat, Metodologi Penelitian, Tinjauan
Pustaka, dan Sitematika Penulisan.
BAB II TINJAUN TEORITIS
Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang landasan teori dari
variabel-variabel yang mendukung terlaksananya penelitian. Bab ini juga
membahas mengenai, pengertian pelatihan, jenis-jenis pelatihan,
pengertian sertifikasi, pengertian efektifitas, pengukuran efektifitas,
17
pengertian profesionlisme, dan factor-faktor yang mendukung
profesionalisme. Serta aspek umum pembimbing manasik haji.
BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN
AGAMA PROVINSI BANTEN
Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan mengenai
sejarah, visi, misi, tujuan, Tugas dan fungsi, sasaran, pemateri pelatihan
sertifikasi dan struktur organisasi Kantor Wilayah Kementrian Agama
Provinsi Banten.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Dalam bab ini akan dibahas lebih jauh mengenai bagaimana proses
pelatihan sertifikasi pembimbing manasik haji dalam meningkatkan
profesiolisme di Kantor Wilayah Provinsi Banten, serta ke-efektifan
pelatihan sertifikasi dalam meningkatkan profesionalisme yang meliputi
persyaratan peserta dan narasumber pelatihan sertifikasi, beberapa
indikator yang digunakan untuk mengukur efekstifitas kegiatan.
BAB PENUTUP
Dalam bab ini merupakan bagian akhir dari seluruh rangkaian
penelitian, yang berisikan kesimpulan dari hasil pnelitian yang telah
dilakukan penulis dan saran yang diberikan dalam penelitian ini.
18
BAB II
LANDASAN TEORITIS TENTANG EFEKTIVITAS
PELATIHAN SERTIFIKASI DALAM MENINGKATKAN
PROFESIONALISME PEMBIMBING MANASIK HAJI
A. Konsep Dasar Efektifitas
1. Pengertian Efektifitas
Efektifitas secara bahasa berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia berasal dari kata efektif yang artinya a) ada efeknya (akibat,
pengaruh, kesan), b) manjur atau mujarab, c) dapat membawa hasil,
berhasil guna (usaha, tindakan).1Efektititas juga secara bahasa berasal dari
bahasa inggris effective yang artinya berhasil atau sesuatu yang dilakukan
dengan baik.Lalu efektifitas dipopulerkan yang secara definisi artinya
ketetapan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan.2
Mengenai pengertian efektifitas, ada beberapa ahli yang
berpendapat :Menurut H. Emerson menjelaskan bahwa efektifitas adalah
pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.3
Menurut Agung Kurniawan mendefinisikan bahwa efektifitas
adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program
1Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta : BalaiPustaka,1996), hal.219
2 Hidayat,Efektivitas Kinejrja Karyawan,(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1986), hal 303Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi Dan Manajemen, (Jakarta: Gunung
Agung, 1985), Cet-6, Hal. 15
19
atau misi) dari pada suatu organisasi atau sejenisnya tanpa adanya tekanan
atau ketegangan diantara pelaksanaannya.4
Steers mengungkapkan bahwa efektivitas adalah jangkauan usaha
suatu program sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan sarana
tertentu untuk memenuhi tujuan dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara
dan sumber daya itu, serta tanpa memberikan tekanan yang tidak wajar
terhadap pelaksanaannya.5
Van Fleet (1988) memberikan penjelasan bahwa efektifitas berarti
melaksankaan sesuatu dengan benar dengan cara dan waktu yang tepat.6
Peter F. Drucker (1976) berpendapat bahwa efektifitas adalah
kemampuan untuk memilih sasaran yang tepat, dimana seorang manajer
yang memilih pekerjaan yang benar untuk dioperasikan.7
Efektifitas dilakukan untuk mengukur seberapa jauh keberhasilan
atas usaha yang telah tercapai.Jika hasil usaha mendekati sasaran, itu
berarti semakin tinggi tingkat efektifitasnya.Efektifikasi juga berarti
kemampuan untuk memilih sasaran yang tepat dan memilih pekerjaan
yang benar untuk dikerjakan.
Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat
disimpulkan bahwa efektivitas merupakan sebuah alat ukur yang
menyatakan sejauh mana suatu organisasi atau instansi mampu mencapai
tujuan dan sasarannya dengan tepat, sesuai rencana, tanpa adanya tekanan
dari pihak manapun.
4Agung Kurniawan,Transformasi Pelayanan Public,(Yogyakarta:Pembaruan, 2005), hal. 1095Streers,Efektifitas Organisasi(Kaidahperilaku:Seni Manajemen),(Jakarta : Erlangga,
1985), Hal. 876Streers,Efektifitas Organisasi, hal 877 Siswanto, Pengantar Manajemen,(Jakarta : Bumi Aksara, 2012), cet-8, hal. 19
20
Maka dengan demikian, usaha untuk mengevaluasi terlaksananya
suatu kegiatan, dapat dilakukan melalui konsep efektifitas. Konsep ini
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melihat perubahan
yang terjadi. Sehingga sebuah instansi mampu menentukan apakah perlu
dilakukan perbaikan dan perubahan atau tidak terhadap suatu kegiatan.
2. Pengukuran Efektifitas
Mengukur tingkat efektifitas dalam sebuah kegiatan bukanlah
suatu hal yang sangat sederhana, karena efektifitas dapat dikaji dari
berbagai sudut pandang dan tergantung pada siapa yang menilai dan
menginterpretasikannya. Selain itu dapat juga dengan cara
membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata
yang telah diwujudkan.
Maka dalam mencapai efektifitas sebuah kegiatan, haruslah ada
syarat-syarat yang harus terpenuhi sebagai berikut :
a. Berhasil guna artinya suatu kegiatan terlaksana telah sesuai
dengan rencana yang ditetapkan.
b. Ekonomis artinya dalam usaha menyampaikan efektif itu maka
biaya, tenaga kerja, material, peralatan, waktu, ruangan dan
sebagainya yang telah dipergunakan dan ditetapkan dalam
perencanaan sebelumnya, sehingga tidak adanya pemborosan atau
penyelewengan.
21
c. Pelaksana kerja yang bertanggung jawab artinya seluruh sumber
daya yang dipergunakan telah dimanfaatkan dengan tepat dan
dilaksankan sesuai dengan tanggung jawab yang ditetapkan.
d. Pembagian kerja yang nyata artinya pelaksanaan kerja dibagi
sesuai dengan kemapuannya kerja dan waktu yang telah
disediakan.
e. Rasionalitas wewenang dan tanggung jawab artinya wewenang
harus seimbang dengan tanggung jawab yang dibebankan.
f. Prosedur kerja yang praktis artinya sasaran yang menjadi target
haruslah efektif dan ekonomis, pelaksanaan kerja juga dapat
bertanggung jawabserta pelayanan kerja yang memuaskan.
Sehingga kegiatan operasional tersebut dapat dilaksanakan
dengan lancar.8
Sedangkan menurut Ducan, mengukur efektifitas itu, dapat dilihat
dari 3 aspek sebagai berikut :
a. Pencapaian tujuan, pencapain dari keseluruhan tujuan akhir
dimana proses tersebut diperlukan tahapan-tahapan dalam kurun
waktu tertentu agar tujuan tercapai dengan efektif dan efesien.
Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor yakni: jangkawaktu,
sasaran yang merupakan target kongkrit.
b. Integrasi, integrasi merupakan pengukuran terhadap tingkat
kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan sosialisasi,
8Sujadi FX,Organisasi dan Manajemen Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen,(Jakarta:CVMasaguna,1990), Cet ke-3, hal 36-39
22
pengembangan konsensus dan komunikasi dengan berbagai
macam organisasi lainnya.
c. Adaptasi, adaptasi merupakan kemampuan organisasi untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Demikian,
digunakanlah tolak ukur proses pengadaan dan pengisian tenaga
kerja.9
Selain itu, Drs. Enjang AS, M.Ag, M.Si dan Aliyudin, S.Ag, M.Ag
dalam bukunya dasar-dasar ilmu dakwah juga mengungkapkan
pendapatnya terkait unsur-unsur dakwah yang dijadikan sebagai tolah ukur
dalam pengukuran efektifitas, sebagai berikut :
a. Da’i adalah orang yang mengajak atau orang yang melakukan
kegiatan dakwah, da’I diibaratkan sebagai seorang guide atau
pemandu yang memberikan petunjuk kepada orang lain.
b. Mad’u atau sasaran objek dakwah, yakni individu, kelompok,
golongan umat manusia yang Allah bebani untuk menjalankan
Agama Ialam.
c. Mau’du atau pesan, materi atau segala sesuatu yang disampaikan
oleh da’i atau narasumber kepada objek dakwah atau peserta.
d. Media atau wasilah yaitu yang dapat menghantarkan tercapainya
kepada sesuatu yang dimaksud. Alat yang digunakan untuk
menjadi saluran yang dapat menghubungkann ide dengan mad’u.
Sehingga pesan dakwah sampai kepada mad’u melalui media yang
digunakan.
9 Marina Ayu Prihatmanti,Jurnal Kebijakan Dan Manajemen Public(Efektivitas ProgramKesejahteraan Social Anak Balita PKSAB Di Taman Anak Sejahtera DR. Soetumo Surabaya), vol1 No 1,Surabaya 2013
23
e. Metode atau uslub yakni sebagai bahan acuan dan pertimbangan
bagi da’i dalam melaksanakan kegiatan dakwah termasuk dalam
menentukan cara penyampaian pesan dakwah.
f. Tujuan dakwah adalah hal tertentu yang ingin dicapai. Tujuan ini
dimaksudkan sebagai pemberi arahan dan pedoman bagi gerak
kegiatan dakwah.10
Dari berbagai definisi-definisi dan pengukuran efektifitas yang
dikemukakan di atas, maka penulis menggunakan teori pengukuran
efektifitas sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Drs. Enjang AS,
M.Ag, M.Si dan Aliyudin, S.Ag, M.Ag yakni :
a. Da’i
b. Mad’u atau objek dakwah
c. Materi atau mau’du
d. Media
e. Metode
f. Tujuan
Dengan menggunakan teori ini diharapkan dapat mengukur
efektifitas. Dalam hal ini adalah efektifitas pelatihan sertifikasi dalam
meningkatkan profesionalisme pembimbing manasik haji pada Kanwil
Kementerian Agama Provinsi Banten.
B. Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji
1. Pelatihan
a. Pengertian Pelatihan
10Enjang & Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung, Widya Padjajaran : 2009), hal. 73-98
24
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pelatihan diartikan sebagai
pembelajaran untuk membiasakan atau memperoleh sesuatu
keterampilan.Sementara dalam bahasa inggris istilah pelatihan
diterjemahkan dari kata ‘’training’’.Secara harfiah akar kata ‘’training’’
adalah ‘’train’’ yang berarti 1) memberi pelajaran dan praktik (give
teaching and practice),2) menjadikan berkembang dalam arah yang
dikehendaki (cause to grow in a required direction),3) persiapan
(preparation),4) praktik (practice).11 Pengertian ini mengadung arti bahwa
pelatihan merupakan proses pembelajaran yang disertai praktik untuk
meningkatkan keterampilan dan menambah wawasasan individu dalam
mengerjakan sesuatu.
Pendapat Siagian menyebutkan bahwa pelatihan adalah suatu
proses pendidikan jangka pendek bagi para karyawan operasional untuk
memperoleh keterampilan tehnis operasinal secara sistematis.12Artinya
pelatihan ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
kemampuannya yang didasari pengetahuan dan sikap setelah mengikuti
suatu pelatihan.
Menurut Dessler bahwa pelatihan itu memberikan karyawan baru
pun karyawan lama keterampilan yang mereka butuhkan dalam
menjalankan pekerjaan mereka yang sekarang.Sehingga karyawan mampu
11Suparno Eko Widodo,Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia,(Yogyakarta:PustakaPelajar,2015), cet II, hal. 80
12Yosep satrio wicaksono,Jurnal Bisnis Dan Manajemen(Pengaruh Pelatihan Dan PengembanganSumber Daya Manusia Dalam Rangka Meningkatkan Semangat Kinerja Karyawan),vol 3 no 1, Malang 2016.
25
bersaing, lebih produktif serta mampu mencapai tujuan dari suatu
perusahaan atau instansi tertentu.13
Menurut Omar Hamalik pelatihan juga diberikan dalam bentuk
pemberian bantuan.Bantuan dalam hal ini dapat berupa pengarahan,
bimbingan, fasilitas, penyampaian informasi, latihan keterampilan,
pengorganisasian suatu lingkungan belajar, dimana peserta sendiri telah
memiliki potensi dan pengalaman sehingga peserta mau untuk melakukan
kegiatan pelatihan dan perbaikan untuk dirinya sendirinya.14
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pelatihan
merupakan sebuah proses pendidikan jangka pendek untuk meningkatkan
pengetahuan, wawasan dan keterampilan pada seorang karyawan, dimana
pelatihan ini meliputi pengubahan sikap karyawan sehingga karyawan
dapat melakukan pekerjaannya lebih efektif.Selain itu, pelatihan juga
dapat dilakukan pada semua tingkat dalam organisasi baik tingkat
bawah/rendah, pelatihan juga bisa dilangsungkan di tempat kerja atau
tempat yang distimulasikan sebagai tempat kerja. Oleh karena itu,
pelatihan sangat dibutuhkan untuk karyawan dalam mencapai tujuan-
tujuannya dan membantu mengembangkan keterampilan melalui
pengalaman-pengalaman.
Demi mencapai sebuah tujuan bersama maka istilah pelatihan erat
kaitannya dengan pengembangan terhadap karyawan, karena itu semua
merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja karyawan
dalam kemampuan dan pengetahuannya. Dimana pengembangan secara
13Suparno Eko Widodo,Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia, hal.8114Suparno Eko Widodo,Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia,hal.81
26
spesifik berfokus pada pusat proses yang menentukan keberhasilan
organiasi di masa yang akan datang. Sementara pelatihan secara spesifik
berfokus pada pemberian keterampilan khusus yang membantu karyawan
memperbaiki kekurangannya dalam bekerja.
b. Jenis-jenis Pelatihan
Menurut Akrani dalam Kaswan, ada empat jenis pelatihan yang
berbeda. Pelatihan-pelatihan itu adalah sebagai berikut :
1) Introduction training (pelatihan pekerjaan)
Bertujuan untuk mengenalkan sebuah organisasi atau instansi
tertentu kepada karyawan yang baru diangkat dan memberikan
informasi kepada karyawan.Ini merupakan pelatihan yang
singkat dan informatif yang diberikan segera setalah karyawan
bergabung dengan organisasi atau instansi tersebut.
2) Job training (pelatihan pekerjaan)
Berkaitan dengan pekerjaan khusus, dan tujuannya adalah
memberi informasi dan petunjuk yang sesuai kepada karyawan
sehingga memungkinkan mereka melaksanakan pekerjaan
secara sistematis, tepat, efesien, dan akhirnya dengan percaya
diri.
3) Training for promotion (pelatihan untuk promosi)
Pelatihan yang diberikan setelah promosi tetapi sebelum
bergabung pada posisi yang lebih tinggi. Tujuannya adalah
27
memberi kesempatan kepada karyawan untuk melakukan
penyesuaian diri dengan tugas pekerjaan di level lebih tinggi.
4) Refreshing training (pelatihan penyegaran)
Memperbarui keterampilan professional, informasi dan
pengalaman seseorang yang menduduki posisi eksekutif
penting.
5) Training for managerial development (pelatihan untuk
pengembangan manajerial)15
Seluruh pelatihan yang diberikan kepada manajer bertujuan
agar meningkatkan efesiensinya, dengan demikian
memungkinkan mereka menerima posisi yang lebih
tinggi.Maka dari itu, perusahaan juga harus menyediakan
semua jenis pelatihan untuk kebutuhan seluruh karyawannya.
Selain itu, ada pendapat lain menurut Soeparno dalam bukunya
Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia yang menjelaskan
bahwa jenis-jenis pelatihan yang bisa dilakukan dalam organisasi antara
lain adalah :
1) On the job training (pelatihan dalam kerja)
Karyawan yang segera memulai tugasnya dan belajar sambil
bekerja, atau dengan memperhatikan orang lain
mengerjakannya terlebih dahulu kemudian menirunya, dimana
semua dilakukan langsung di tempat kerjanya.
2) Apprenticeship (magang)
15 Kaswan, Pelatihan dan Pengembangan Untuk Meningktakan KinerjaSDM,(Bandung:ALFABETA,2013), Cet II, hal. 213-214
28
Karyawan baru yang pada waktu tertentu bekerja di damping
oleh seorang ahli yang berpengalaman untuk mendapatkan
keterampilan dan mengenal prosedur yan benar.
3) Off the job training (pelatihan diluar kerja)
Program pelatihan internal dan eksernal untuk
mengembangkan berbagai macam keterampilan dan
meningkatkan kemampuan karyawan dilakukan di luar tempat
kerjanya.
4) Vestibule training (pelatihan di tempat mirip sesungguhnya)
Program pelatihan yang dilakukan di sekolah, tetapi karyawan
diberikan instruksi dan perlengkapan yang mirip dengan yang
dilakukan di tempat kerjanya.
5) Job stimulation (stimulasi kerja)16
Program pelatihan yang dilakukan dengan menggunakan
peralatan dan penugasan yang mirip dengan peralatan dan
kondisi yang sesungguhnya yang biasa mereka hadapi di
pekerjaannya, sehingga karyawan dapat mempelajari
keterampilannya sebelum ia melakukan pekerjaan yang
sesungguhnya.
2. Sertifikasi
a. Definisi Sertifikasi
16Suparno Eko Widodo,Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia, hal 87
29
Sertifikasi adalah pemberian sertifikat pembimbing manasik haji
melalui proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi
Agama Islam Negeri yang Ditunjuk oleh Kementrian Agama.17 Sehingga
melaui proses kegiatan ini, pembimbing manasik haji diakui
kredibilitasnya dalam bidang bimbingan manasik.
Program sertifikasi ini tentu berdasarkan keputusan Direktur
Jendral Penyelenggara Haji dan Umroh pada pasal 15 Ayat (1) peraturan
menteri agama nomor 14 tahun 2012 dimana pemerintah wajib
memberikan bimbingan kepada jemaah haji sejak sebelum keberangkatan,
selama dalam perjalanan, selama di Arab Saudi, sampai dengan
kepulangan ke Indonesia. Serta mengacu pada keputusan Direktur Jendral
Penyelenggara Haji dan Umroh Nomor : D/223 Tahun 2015 tentang
Pedoman Sertifikasi Pembimbing Manasiki Haji.18Dengan demikian
diharapkan melalui kegiatan tersebut, mampu menunjang pembimbing
manasik yang profesionalisme.
b. Tujuan sertifikasi yakni :
1) Meningkatkan kualitas, kreatifitas, dan integritas pembimbing
manasik agar mampu melakukan aktualisasi potensi diri dan
tugasnya secara professional guna mewujudkan calon jemaah
haji mandiri dalam hal ibadah dan perjalanan.
2) Memberikan pengakuan dan perlindungan atas profesional
pembimbing manasik dalam melaksanakan tugas, tanggung
17Abdul Choliq, Pedoman Sertifikasi Penyuluhan dan Pembimbing Manasik Haji Provinsi BantenTahun 2015, (Serang:20015), Hal 3-5
18Abdul Choliq, Pedoman Sertifikasi Penyuluhan d an Pembimbing Manasik Haji ProvinsiBanten Tahun 2015, (Serang:20015),
30
jawab, dan kewenangannya dalam memberikan bimbingan
manasik sesuai ketentuan pemerintah.
3) Menstandarisasikan kompetensi pembimbing agar dapat
memberikan jaminan kualitas pelayanan di bidang bimbingan
manasik.
4) Menjadi mediasi bagi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah dalam mewujudkan penjaminan mutu (quality
assurance) bagi pembimbing manasik baik yang ada di
Pemerintah maupun masyarakat.19
c. Manfaat sertifikasi :
1) Sebagai sarana pembentukan pembimbing haji profesional, yang
mampu mengaktualisasikan tujuan Penyelenggaraan ibadah haji
dengan meningkatkan pengetahuan dan praktik manasik serta
kompetensi lainnya dalam penyelenggaraan ibadah haji.
2) Sebagai dasar kualifikasi pengetahuan dan tingkat penguasaan
materi dalam pelaksanaan bimbingan manasik sesuai standar
yang ditetapkan pemerintah.
3) Sebagai syarat pendirian kelompok bimbingan sekaligus
kredibilitas bagi perorangan maupun kelompok dalam
melakukan tugas bimbingan manasik.
19Abdul Choliq, Pedoman Sertifikasi Penyuluhan d an Pembimbing Manasik Haji ProvinsiBanten Tahun 2015, (Serang:20015),
31
4) Sebagai jaminan kewenangan dan kualitas pemberian bimbingan
bagi jemaah haji Indonesia dalam memperoleh pelayanan
bimbingan manasik sesuai ketentuan syariat agama islam.20
3. Pembimbing Manasik Haji
Pembimbing manasik haji terdiri dari tigakata yakni: pembimbing,
manasik danhaji. Istilah pembimbing menurut kamus bahasa Indonesia
berasal dari kata bimbing dengan imbuhan kata depan pe- yang artinya
orang atau pelaku pembimbing.21Artinya seseorang yang melakukan
bimbingan terhadap orang lain dalam suatu proses kegiatan atau
pembelajaran. Karena menurut Nana Syaodah dalam landasan psikologi
proses pendidikan, bimbingan merupakan suatu usaha untuk membantu
perkembangan individu secara optimal yang diberikan dalam situasi yang
bersifat demokratis bukan situasi otoriter.22 Artinya peserta juga ikut andil
dan berperan dalam proses pembelajar dan berhak untuk berargumen.
Oleh karena itu, peran pembimbing dalam kegiatan belajar sangat
penting, khusunya dalam pembelajaran orang dewasa.Hal ini dikarenakan
selain pembimbing menjadi seorang pamong belajar tapi juga berusah
bertindak sebagai warga kelompok belajar. Agar proses belajar berjalan
dengan efektif sehingga mampu menciptakan suasana belajar yang
memberikan peserta didik kesempatan mengembangkan diri dan
pemikirannya.
20Abdul Choliq, Pedoman Sertifikasi Penyuluhan d an Pembimbing Manasik Haji ProvinsiBanten Tahun 2015, (Serang:20015),
21Poerwodarminto, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2003), hal 37722Abdul Choliq,Tugas, Fungsi Dan Metodologi Pembimbing Manasik Haji,Jakarta :
November 2015. Cet-2, Hal 9
32
Kemudian kata manasik berasal dari bentuk jamak (منا سك) yang
artinya tata cara ibadah.23 Secara istilah menurutHarahap Sumuran
menerangkanbahwa manasik adalah tata cara pelaksanaan ibadah haji atau
hal–halperibadatan yang berkaitan dengan ibadah haji : melaksanakan
ihram danmiqat yang telah ditentukan, thawaf, sa’i, wukuf di arafah, mabit
dimuzdalifah, melempar jumrah dan lain sebagainya.24
Sementara haji secara etimologi berasal dari bahasa Arab ( (حج
yang artinya menyengaja, menuju dan mengunjungi.Sementara secara
istilah haji adalah mengunjungi Mekkah untuk mengerjakan ibadah tawaf,
sa’i, wukuf di Arafah, dan ibadah-ibadah lain untuk memenuhi perintah
Allah dan mengharapkan keridhoannya.25Jadi manasik haji adalah tata cara
pelaksanaan ibadah haji sesuai dengan buku paket bimbingan manasik dan
perjalanan haji yang dikeluarkan oleh Kementrian Agama.26
Dengan demikian bahwa pembimbing manasik haji adalah warga
Negara Indonesia yang beragam islam, memiliki kemampuan pengetahuan
dan teknis di bidang bimbingan manasik haji.27Sehingga pembimbing
mampu menjadi pembimbing manasik haji yang professional. Dimana
dalam proses penyampaian materi dan praktik manasik haji dengan
permasalahan-permasalahan yang mungkin saja terjadi bisa diatasi dengan
23Gus Arifin, ensiklopedia fiqih haji dan umroh,(Jakarta : PT. Elex Media Komputindo,2002), hal. 377
24Harahap Sumuran, Kamus Istilah Haji Dan Umrah(Jakarta : Mitra Abadi Press ,2008)h.362
25Muhammad Najmuddin Zuhdi & Muh. Luqman Arifin, 125 Masalah Haji,(Solo: TigaSerangkai, 2008), cet. 1 hal, 54
26Abdul Choliq, Pedoman Sertifikasi Penyuluhan dan Pembimbing Manasik HajiProvinsi Banten Tahun 2015, (Serang:20015), hal 3
27Abdul Choliq, Pedoman Sertifikasi Penyuluhan dan Pembimbing Manasik HajiProvinsi Banten Tahun 2015,hal 3
33
sebaik mungkin. Apalagi dengan persoalan-persoalan yang semakin
dinamis, disini pembimbing harus terus dapat mengupdate serta mengkaji
keilmuan yang lebih mendalam untuk mengatasi persoalan dan
permasalahan yang ada.
Pembimbing manasik haji mempunyai tugas pokok untuk
melakukan bimbingan serta mengenalkan keluruhan manasik haji kepada
seluruh calon jemaah haji.Pembimbing haji selain menjadi petujuk jalan
bagi calon jemaah haji tapi juga bertugas untuk menjadikan calon jemaah
yang mandiri, artinya calon jemaah haji tidak banyak menggantungkan diri
dengan pembimbing dan berusaha untuk menggantungkan diri pada diri
sendiri dalam banyak hal. Oleh karena itu, seorang pembimbing harus
memenuhi syarat-syarat berikut :
1. Menguasai fikih manasik secara benar serta dapat
mempraktikannya, artinya selain mahir dalam keilmuan fiqih
secara teoritis tapi juga mampu meragakan dengan jelas teori
dan materi tersebut.
2. Menguasai ilmu mendidik, artinya seorang pembimbing juga
harus mempunya strategi pembelajar terhadap orang dewasa
khusunya, bagaimana cara agar pesan dalam proses bimbingan
tersebut sampai kepada jemaah.
3. Menguasai ilmu kepemimpinan, artinya seornag pembimbing
harus mampu berperan sebagai pemimpin dalam pelaksanaan
ibadah haji untuk mengarahkan dan mengayomi jemaah.
34
4. Menguasai bahasa yang dibutuhkan, artinya pembimbing harus
bisa berkomunikasi dengan bahasa yang digunakan pada daerah
tersebut agar mudah dalam segala halnya.
5. Menguasai psikologi atau perkembangan jiwa peserta calon
jemaah haji.28Artinya pembimbing mampu menyesuaikan
dirinya dengan jemaahnya. Hal ini penting, agar pembimbing
bisa menyikapi jemaah dengan selayaknya.
Jadi, pelatihan sertifikasi kepada pembimbing manasik haji
merupakan proses pembelajaran jangka pendek untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dengan memberikan sertifikasi professional
kepada pembimbing manasik haji. Karena sebuah pelatihan belum tentu
disertakan dengan pemberian sertifikasi profesional, tapi sertifikasi
professional itu sudah pasti disertai dengan proses pelatihannya. Dengan
demikian profesi pembiming manasik mempunyai legalitas dalam
melakukan bimbingan manasik kepada calon jemaah haji.
C. Profesionalisme
1. Pengertian Profesionalisme
Professional berasal dari kata profesi yang berarti secara analogis
‘’mampu’’ atau ‘’ahli’’.Profesi adalah suatu pekerjaan yang di dasarkan
atas studi intelektual dan latihan yang khusus, sedangkan professional
adalah sederajat atau standar performance (ability and attitude) anggota
28Abdul Choliq, Tugas, Fungsi Dan Metodelogi Pembimbing Manasik Haji,(Serang:2015), Hal 11
35
profesi yang mencerminkan adanya kesesuaian dengan kode etik profesi.29
Sementara profesionalisme dapat diartikan sebagai perilaku,cara, kualitas,
yang menjadi ciri suatu profesi atau orangyang profesional. Lalu, menurut
Kaarta Sasmita hal ini merupakan wujud dari upaya peningkatan
pelayanan yang pemerintah berikan, baik memeratakanmaupun
meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat yakni dengan
profesionalisme.Maka dari itu profesionalismepegawai merupakan salah
satu unsur utama dalammembangun suatu pelayanan yang berkualitas.30
Menurut Prof Muhajir (2010), secara historis profesi memiliki arti
yang berasal dari kata ‘’profesio’’(latin) bermakna ‘’ikrar’’. Karena
diawali di lingkungan gereja, maka profesi adalah sebuah pekerjaan dan
sikap yang mulia (suci).31Sementara profesional adalah bersangkutan
dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya
serta mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.32Maka
dapat dikatakan bahwa seseorang yang disebut sebagai professional itu
jika profesionalisme tersebut membawa peningkatan kompetensi atau
kemampuan serta memberlakukan standart etika.33Artinya seseorang yang
profesionalisme akan dipercaya berdasarkan kemampuan yang diakui
melalui profesi yang digeluti. Hal tersebut didukung pula dengannorma-
norma atau kaidah yang ditetapkan oleh disiplin ilmu pengetahuan dan
29Pupuh Fathurohman & Aan Suryana,Guru Profesional,(bandung: Refika ADITAMA,2012).hal 3
30Ayu Retno Kumala Dewi,PengaruhProfesionalismePegawai Terhadap KualitasPelayanan Kepada Pasien Rawat Inap Di RSUD DR.ABDOER RAHEM KabupatenSitubondo,(Kalimantan : Universitas Jember,2013). Hal 4
31Pupuh Fathurohman & Aan Suryana,Guru Profesional,hal. 332Syafruddin Nudin & basyiruddin Usman,Guru Profesional dan Implementasi
Kurikulum,(Jakarta: CIPUTRA PERS,2002), hal. 1533Ayu Retno Kumala Dewi,Pengaruh Profesionalisme. Hal 5
36
suatu organisasi yang harus dipatuhi oleh pejabat fungsional didalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai standar etika.
Menurut Sudarwan Danim menyatakan bahwa, Profesionalisme
dapat diartikan sebagai komitmen para anggota suatu profesi untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus
mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan
pekerjaan sesuai dengan profesinya itu.34 Sehingga ahli dalam bidang
tersebut dan selalu melakukan inovasi dan kualitas yang baik dalam setiap
pelayanan, proses dan cara kerjanya.
Jadi kesimpulannya profesionalisme adalah ciri dari seseorang
yang memiliki keahlian di bidang tertentu yang di akui kredibilitasnya.
Salah satu bentuk pengakuan masyarakat dan kredibilitasnya yakni dengan
adanya sertifikat profesi yang dimiliki oleh orang tersebut.
Secara akademis, profesi memiliki ciri atau karatreristik yang
melekat dalam diri seorang profesional, di antaranya :
1. Profesi adalah pekerjaan yang merupakan panggilan jiwa dan
panggilan hidup.
2. Profesi adalah pekerjaan yang dikerjakan full time.
3. Profesi adalah pekerjaan yang berdasarkan hasil
pendiidkan/latihan keahlian yang telah dipelajari secara
universal.
4. Profesi adalah pekerjaan yang memilih keahlian/kemampuan
diagnostik dan kecakapan aplikatif.
34Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta:Prenada Media, 2002).hal105
37
5. Profesi adalah pekerjaan yang memiliki klien dan kode etik
khusus, dan sebagainnya.35
Sementara menurut Rochman Natawidjaja, ada beberapa kriteria
sebagai ciri suatu profesi:
a. Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas.
b. Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya
dengan program dan jenjang pendidikan yang baku serta
memiliki standarakademik yang memadai dan yang
bertanggung jawab tentang pengembangan ilmu pengetahuan
yang melandasi profesi itu.
c. Ada organisasi yang mewadahi para pelakunya untuk
mempertahankan dan memperjuangkan eksistensi dan
kesejateraannya.
d. Ada etika dan kode etik yang mengatur perilaku para pelakunya
dalam memperlakukan kliennya. Ada sistem imbalan terhadap
jasa layanannya yang adil dan baku.
e. Ada pengakuan masyarakat (profesional, penguasa dan awam)
terhadap pekerjaan itu sebagai suatu profesi.36
Lalu, Suhrawardi K Lubis menyatakan bahwa, “Profesionalisme
biasanya dipahami sebagai kualitas yang wajib dimiliki untuk
meningkatkan kualitas pelayanan, maka pegawai perlu memiliki ciri-ciri
profesional antara lain adalah :
35Syafruddin Nudin & basyiruddin Usman,Guru Profesional dan ImplementasiKurikulum,hal 2
36Syafruddin Nudin & basyiruddin Usman,Guru Profesional dan ImplementasiKurikulum, hal17
38
“(1) Punya keterampilan tinggi dalam satu bidang, serta kemahiran
dalam mempergunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan bidang nya, (2)
Punya ilmu dan pengetahuan serta kecerdasan dalam menganalisa
suatu masalah dan peka di dalam membaca situasi, cepat dan tepat
serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar
kepekaan, (3) Punya sikap berorientasi ke depan, sehingga punya
kemampuan mengantisipasi perkembangan lingkungan yang
terentang dihadapannya, (4) Punya sikap mandiri berdasarkan
keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka menyimak dan
menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih
yang terbaik bagi dirinya dan perkembangan pribadinya.”37
2. Faktor-faktor yang mendukung sikap profesionalisme
a. Performance
Performance berasal dari bahasa inggris yang artinya sebuah
pertujukan atau bentuk tindakan, penampilan bahkan pekerjaan
yang telah dicapai atau dilaksanakan.Performance dalam
profesionalisme berarti kualitas kerja karyawan untuk mencapai
hasil yang baik sehingga mendapatkan sebuah penghargaan
sebagai bentuk apresiasi untuk prestasi yang diperoleh.
b. Akuntabilitas aparatur
Akuntabilitas aparatur adalah pertanggung jawaban seorang
pegawai pemerintah yang mampu untuk menjelaskan suatu
37Suhrawardi K Lubis,Etika Profesi Hukum,(Jakarta:Sinar Grafika,1994), hal 10
39
kondisi, pengambilan keputusan yang diambil serta berbagai
aktifitas lainnya secara professional.
c. Loyalitas pegawai
Kesetiaan pegawai menghabiskan waktunya demi pekerjaannya
yang dilakukan secara sukarela dan tanpa tekanan.
d. Kemampuan pegawai38
Keterampilan pegawai dalam meyelesaikan tugas atau suatu
pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
38Yesy Andriani, eJournal Administrasi Negara (Profesionalisme Kerja Pegawai DalamPenyelenggaraan Administrasi Pelayanan Publik Di Kecamatan Samarinda Utara KotaSamarinda), Volume 4, Nomor 1, 2016. Hal 2322
40
BAB III
GAMBARANUMUM
KANTOR WILAYAH KEMENTRIAN AGAMA PROVINSI BANTEN
A. SejarahKantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Banten
Berdirinya Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Banten
berdasarkan KeputusanMenteri Agama RI Nomor 450/Tahun 2001 tanggal
9 Oktober 2001. Saat itu, Kepala kanwil pertama yang diangkat adalah
Bapak Drs. H. M. Suroh, M.Siyang telah ditetapkan berdasarkan surat
Keputusan Menteri Agama No. B.II/3/678/2002 pada tanggal 26 Maret
2002, yang kemudian dilantik pada 17 April 2002di Gedung Negara
Provinsi Banten oleh Gubernur Banten Bapak Dr. H. D.Munandar, -MSc,
M.Eng. Dengan mewilayahi enam Kantor Departemen Agama Tingkat
Kabupaten dan Kota antar lain :
1. Kantor Departemen Agama Kabupaten Serang
2. Kantor Departemen Agama Kabupaten Tangerang
3. Kantor Departemen Agama Kabupaten Pandeglang
4. Kantor Departemen Agama Kabupaten Lebak
5. Kantor Departemen Agama Kota Tangerang
6. Kantor Departemen Agama Kota Cilegon
Departemen Agama Kantor Wilayah Provinsi Banten untuk
sementra telah mendapat pinjaman gedung yang cukup representative
sebagai pusat kegiatan pelayanan bagi masyarakat yakni di PSBB (Pusat
Sumber Belajar Bersama) Man 2 Kota Serang yang beralamat dijalan
41
Ciwaru-Raya dekat komplek Depag. Selama kurang lebih tiga tahun
beroperasi melayani masyarakat terkait keagamaan.
Selanjutnya sekitar tahun 2005 hingga 2006 dengan dana APBN
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dibangunlah Kantor Wilayah
Kementrian Agama Prov. Banten di KP3B Jalan Syekh Nawawi Al-
Bantani Blok Instansi Vertical No. 1 Serang 42171 yang luasnyasekitar 3
Hektar. Namun lahan ini bukan milik Kementrian Agama melainkan
Pemerintah Daerah Provinsi Banten yang sudah digunakan sejak tahun
2002 hingga saat ini sudah 16 tahun Kanwil Provinsi Banten ini berdiri
dan melayani.
Setelah cukup lama Kanwil Kementerian Agama Provinsi Banten
bertempat di sebelah kantor Pemerintahan Provinsi dan kantor Dewan
Perwakilan Rakyat, maka pada tanggal 10 Oktober 2016 dilantiklah kepala
kanwil baru yakni Dr. H. A. Bazari Syam, M.Pd.I dengan sederet pejabat
struktural eselon II di lingkungan Kementerian Agama RI.
Sebagai instansi pemerintah yang menagani bidang keagamaan
Provinsi Banten, Departemen Agama Kantor Wilayah Provinsi Banten
menghendaki agar upaya pembangunan yang dilakukannya dapat berjalan
dengan baik sesuai rencana, serta sesuai harapan masyarakat yakni
menyentuhsendi-sendi kehidupan beragama masyarakat secara berhasil
guna dan berdaya guna.
Untuk mencapai keinginan tersebut, Departemen Agama Kantor
Wilayah Provinsi Banten telah berupaya melakukan perumusan program
kerja secara sistematis, terencana, dan terpadu dengan senantiasa
42
mengacup ada kebutuhan masyarakat di lapangan, serta mengakomodir
seluruh kepentingan sebagai kelompok masyarakat dalam keaagamaan.
Selain itu, program dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan tingkat
pemahaman masyarakat menyangkut soal-soal keagamaan yang
dihadapinya. Dengan tujuan, agar masyarakat dapat dengan mudah diajak
berpartisipasi dan berperaan aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan
pemerintah.1
Adapun yang terlibat dalam mendirikan Kanwil Kemenag Prov.
Banten diantaranya yakni dari Kementrian Agama pusat. Kemudian dari
segi dana mendapat dukungan dari Gubernur , Pemerintah Daerah sendiri,
termasuk juga semua apatur yang bekerja saat itu mendukung berdirinya
Kanwil Kementrian Agama Prov. Banten. Sebab jika sebuah instansi tidak
memiliki fasilitas yang memadai dan layak itu akan mempersulit proses
operasional kegiatan.
Berdirinya Kantor Wilayah Kementrian Prov. Banten ini
merupakan kebutuhan dan tugas pemerintah untuk melayani dalam bidang
agama yang berada di wilayah provinsi baik itu berkaitan dengan dakwah,
penyuluhan agama, pernikahan, haji, pendidikan agama islam dan lain
sebagainya. Karena kantor wilayah ini vertical berada di provinsi dan
membawahi Kemenag Kabupaten Kota dan Daerah, Kua, Madrasah.
Selainitu, juga sebagai alat koordinasi dengan pusat, karena pusat tidak
1Damanhuri, Departemen Agama Kantor Wilayah Provinsi Banten Laporan KegiatanSemester 1, (Banten : 2002). Hal 1-7
43
bisa menyampaikan secara langsung informasi dan lainnya maka Kanwil
Kemenag Prov. Banten-lah yang menjembatani.2
B. VisidanMisi3
1. Visi
‘’ Terwujudnya Masyarakat Banten yang Taat Beragama, Rukun,
Cerdas dan Sejahtera Lahir Batin dalam Rangka Mewujudkan Indonesia
yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan
GotongRoyong”
2. Misi
a. Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Pelayanan
Administrasi.
b. Mewujudkan Pelayanan, Bimbingan Kehidupan dan Kerukunan
Umat Beragama.
c. Mewujudkan Pelayanan, Pengembangan, Pendidikan Agama
dan Keagamaan.
C. Tujuan
1. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan
Pelayanan Administrasi yang Prima.
2. Meningkatkan Pelayanan, Bimbingan Kehidupan dan Kerukunan
Umat Beragama.
3. Meningkatkan Bimbingan, Pengembangan, Pendidikan Agama dan
Keagamaan.4
2Wawancara Pribadi denganH.DamanhuriS.AgsebagaiKabagInformasi&Humasterdahulupada 4 September 2017 padapukul09.12 WIB
33http://banten.kemenag.go.id/sejarah-kementerian-agama/diaksespada 13 Juli 2017Padapukul 15.28 WIB
44
D. Tugas dan Fungsi
1. Tugas pelayanan pemerintah dibidangkeagamaan di Banten
tersebut meliputi:
a. Melaksanakan pelayanan dan bimbingan dibidang urusan
agama Islam.
b. Melaksanakan pelayanan dan bimbingan dibidang
penyelenggaraan haji serta pengembangan zakat dan wakaf .
c. Melaksanakan pelayanan dan bimbingan dibidang
penyelenggaraan pendidikan pada madrasah dan pendidikan
agama Islam pada sekolah umum serta sekolah luar biasa.
d. Melaksanakan pelayanan dan bimbingan dibidang pendidikan
keagamaan dan pondok pesantren.
e. Melaksanakan pelayanan dan bimbingan dibidang
penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam pada masyarakat
dan pemberdayaan masjid.
f. Melaksanakan pelayanan dan bimbingan dibidang
masyarakat Kristen.
g. Melaksanakan pelayanan dan bimbingan dibidang
masyarakat Katolik.
h. Melaksanakan pelayanan dan bimbingan dibidang
masyarakat Hindu.
i. Melaksanakan pelayanan dan bimbingan dibidang
masyarakat Buddha.
4http://banten.kemenag.go.id/sejarah-kementerian-agama/diaksespada 13 Juli 2017Padapukul 15.35 WIB
45
j. Tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada
seluruh satuan organisasi atau satuan kerja di lingkungan
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Banten.5
2. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas tersebut juga menyelenggarakan
fungsi, yaitu :
a. Perumusan visi, misi dan kebijakan teknis dibidang
pelayanan dan bimbingan kehidupan beragama kepada
masyarakat di Provinsi Banten.
b. Pembinaan, pelayanan dan bimbingan masyarakat Islam, haji
dan umrah, pengembangan zakat dan wakaf, pendidikan
agama dan keagamaan pondok pesantren, pendidikan agama
dan keagamaan pada masyarakat dan pemberdayaan masjid,
serta urusan dan pendidikan agama serta bimbingan
masyarakat Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha sesuai
peraturan perundangan-undangan.
c. Perumusan kebijakan teknis dibidang pengelolaan
administrasi dan informasi.
d. Pembinaan kerukunan umat beragama.
e. Pengkoordinasian perencanaan, pengendalian dan
pengawasan program.
5http://banten.kemenag.go.id/sejarah-kementerian-agama/diaksespada 13 Juli 2017Padapukul 15.35 WIB
46
f. Pelaksanaan hubungandenganpemerintahdaerah,
instansiterkaitdanlembagamasyarakatdalamrangkapelaksanaa
ntugasKementerian di ProvinsiBanten.6
E. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan susunan bagian dan posisi dari
sebuah organisasi yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya demi
mencapai tujuan bersama. Dengan demikian maka struktur organisasi
sangatlah penting, agar suatu kegiatan terlaksana dengan terarah dan
terkontrol. Adapun struktur organisasi Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Banten sebagai berikut :
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Kantor Wilayah Kemeterian Agama Provinsi Banten7
6http://banten.kemenag.go.id/sejarah-kementerian-agama/diaksespada 13 Juli 2017Padapukul 15.35 WIB
7http://banten.kemenag.go.id/sejarah-kementerian-agama/diaksespada 13 Juli 2017Padapukul 16.05 WIB
47
Gambar 3.2
Struktur Organisasi Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah8
F. Tugas dan Sasaran Bidang Haji dan Umrah9
1. Tugas
a. MeningkatnyaPelayanan Haji DalamNegeri
1) Jumlah Peserta Pengembangan SDM
2) Pengelola haji di provinsi
3) Jumlah dokumen haji yang standar
4) Jumlah jemaah haji yang terlayani pada
pemberangkatan/pemulangan
5) Jumlah perlengkapan haji tersalurkan tepat waktu
6) Jumlah perlengkapan identitas kloter (sal) yang disediakan
8Wawancara Pribadi Pak Irfansebagaiseksipembinaan haji danumroh, serang, 20Juli 201799http://banten.kemenag.go.id/sejarah-kementerian-agama/diaksespada 13 Juli 2017
Padapukul 15.28 WIB
KEPALA KANTOR WILAYAHPROV. BANTEN
Dr. H. BazarySyam, M.Pd.INIP. 196404031991031004
KEPALA BIDANGPENYELENGGARA HAJI DAN
UMRAHDrs. UbikBaehaqie, M.si
NIP. 196404241992031002
KASI AKOMODASI,TRASNPORTASI DANPERLENGKAPAN HAJIHumaedi Hakim, S.PdI
• NIP. 197705152003121001
KASI PENGELOLA KEUANGANHAJI
MokhamadApipi, SE. M.ABNIP. 197303200212001
KASI INFORMASI HAJINiaRahayu, S.Ag
NIP.196304151991032001
KASI PEMBINAAN HAJI DANUMRAH
Drs. DeniRusli, M.siNIP. 19801241994031002
KASI PENDAFTARAN HAJIDAN UMRAH
H. Seiko, S.SosNIP. 197810122002121003
H. Ade BaijuriNIP. 198207082002121001
RuiyahRasmanNIP. 19781152002122007
SubadruzamanNIP. 19780316200212100
H. SuhadiNIP.1967071020021
NurulHilmiNIP. 198402052011011006
Muhayyidin Abdul W
Asep Ahmad FaoziNIP. 197203011998031002
E.NurhayatiNIP. 196910141991032001
N.MakfiyatiNIP. 19741072002122001
H. IrfanLirisfana, Lc
H. kokoHarmokoNIP.
197911012009011007
AsepDaniNIP. 197407272008011014
H. Nuke AuliaMelawatiNIP. 19851129201120110
48
b. Meningkatnya Kualitas Pembinaan Haji dan Umrah
1) Jumlah calon petugas haji yang mengikuti seleksi
2) Jumlah petugas haji provinsi yang terbina
3) Jumlah penyuluh dan pembimbing manasik haji yang terbina
4) Jumlah penyuluh dan pembimbing manasik haji yang memiliki
sertifikat
5) Jumlah PPIU se-Provinsi yang terbina
c. Meningkatnya Kualitas Pengelolan Dana Haji
1) Jumlah dokumen RKA PAOH (Rencana Kerja dan Anggaran
Penyelenggara Anggaran Operasional Haji)
2) Jumlahdokumenpelaksanaan
3) Anggaran PAOH satker yang akuntabel
4) Jumlahdokumenlaporankeuangankonsolidasi
5) Jumlahlaporan BMH satker yang standar
d. Meningkatnya Dukungan Manajemen dan Tugas TeknisLainnya
1) Jumlah dokumen RKA program PHU
2) Jumlah laporan hasil evaluasi
3) Jumlah laporan kinerja
4) Bulan layanan perkantoran
5) Jumlah unit sarana dan prasarana yang memadai
6) Bulan layanan operasional dan pemeliharaan siskohat yang
memadai
7) Jumlah media informasi (Cetak dan Elektronik)
8) Jumlah media informasi (Pamflet)
49
9) Jumlah media informasi (Brosur)
10) Jumlah media Informasi (Peserta Sosialisasi)10
2. Sasaran
a. Sasaran utama pedoman sertifikasi pembimbing manasik haji
adalah untuk Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN)
Meliputi : UIN/IAIN, Kanwil Kemenag Provinsi, Pembimbing
Manasik Haji dan Peserta Sertifikasi.
b. Sasaran dan target pembimbing sertifikasi seluruh Indonesia
sebanyak 4.000 orang yang terdiri dari PNS dan Non PNS.
c. Sasaran sebagaimana yang dimaksud pada ayat (6), didasarkan atas
rasio ideal pembimbing yaitu satu : 45 orang, dari kuota jemaah
haji regular yang kurang lebih 155.200 orang.11
G. Pemateri Pelatihan Sertifikasi
Berikut ini pembimbing yang menjadi narasumber ketika proses
pelatihan sertifikasi pembimbing manasik haji oleh Kementrian Agama
Kantor Wilayah Provinsi Banten.
Tabel 3.3
NO NAMA MATERI JABATAN
1 Prof. Dr. H. Abdul Jamil,MANIP. 195704141982031003
Pembukaan dan Kebijakan
Penyelenggaraan Haji Di Arab Saudi/
Ta’limatul Hajj
Dirjen PHUKemenang RI
10Wawancara PribadiBidangInformasidanUmumpada 14 Agustus 2017 padapukul 10.30WIB
11Abdul Choliq, PedomanSertifikasi(PenyuluhandanPembimbingManasik Haji ProvinsiBanten2015),Serang, 21 November 2015.hal 4
50
2 Drs. H. Agus Salim, M.PdNIP. 196408171989031002
Sosialisasi Kebijakan dan Regulasi Baru
Umroh 2016KaKanwil
Kemenag Prov.Banten
3 Dr. MuhajirinYanis, M.Pd.INIP. 196804281994031001 Kebijakan Pelayanan, Pembinaan dan
Perlindungan Jemaah Umrah
DirekturPembinaan Haji
danUmrah
4 Hj. Sri Ilham Lubis,Lc.,M.PdNIP. 196612251993032002
Manajement Penyelenggara Haji Dan
Umrah
DirekturPelayananLuar
NegeriKemenag RI
5 Drs. H. Ahda Barori AS,MMNIP. 195807251989031001
- DirekturPelayanan HajiDalam Negeri
6 Drs. H. Mahmudi, M.SiNIP. 196410081986031001 Pembuatan Rencana Kerja Operasional Kabag TU
KanwilKemenag Prov.
Banten
7 H. Lukmanul Hakim, M.SiNIP. 197209041993031002 Manajement Pembimbing Manasik Haji
dan Tugas Fungsi Pembimbing Manasik
Haji
Kepala BidangPHU Kanwil
Kemenag Prov.Banten
8 Dr. Ali Rokhmad, M.PdNIP. 196607061994031003 Problematika Penyelenggaraan Ibadah
Haji
KaSubditPembinaan
51
9 H. Didin Aliyudin,M.AkNIP. 196311101984091001 Kebijakan Pelayanan Kesehatan Jemaah
Haji
Kabid P2PLDinkes Banten
10 H. Khoiriji MD, S.S.os.,MMNIP. 196111111983031024
- KaSubditPetugas Haji
11 Drs. KH. Mukhtar IlyasPerjalanan Haji, Pengenalan Situs Islam
dan Sirah Nabawiyah
Ketua FormKelompokBimbingan
12 Drs. H. Tb Juwaeni, M.AgNIP. 196408151989031001 Problematika dan Alternatif Solusi
Ibadah Umrah
Kasi PembinaanHaji danUmrah
13 Prof. Dr. H. Tihami,MA.,MMNIP.195108151981031004
Tradisi dan Kultur Social Budaya Arab
Dosen IAIN“SMH” Banten
14 Prof. Dr. H. E. SyibliSyarjaya, Lml.,MMNIP. 195007051983031001
Fikih Haji Dosen IAIN“SMH” Banten
15 Prof. Dr. H. SuparmanUsman Bimbingan Manasik Haji Serta Ziarah Pensiunan
Dosen IAIN“SMH” Banten
16 Dr. H. WawanWahyudinNIP. 196201011985031008 Praktik Manasik Haji Dosen IAIN
“SMH” Banten
17 Dr. Hj. Hunaenah, M.PdNIP. 196704141993032003 Psikologi Kominikasi Masa Dosen IAIN
52
“SMH” Banten
18 Dr. H. A. M. Romly,M.HumNIP. 150192324
Micro Guiding Ketua MUIProv. Banten
19 Dr. Syamsudin, M.PdNIP. 195503071980031003 Strategi dan Metodologi Pembimbingan
Manasik Haji Di Tanah Air dan Arab
Saudi
Dosen IAIN“SMH” Banten
20 Dr. H. Ikhwan Hadiyin,M.PdNIP. 196005131992031001
Percakapan Bahasa Arab dan Inggris Dosen IAIN“SMH” Banten
SumberdiolahdariKementerian Agama Prov. Banten
51
BAB IV
EFEKTIVITAS PELATIHAN SERTIFIKASI DALAM MENINGKATKAN
PROFESIONALISME PEMBIMBING MANASIK HAJI
A. Penyelenggaraan Pelatihan Sertifikasi kepada Pembimbing Manasik Haji
oleh Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Banten
Pelatihan sertifikasi diselenggarakan pada bulan Maret 2016 di
Hotel Ladien Serang yang kurang lebih diikuti oleh 150 peserta.Peserta
sertifikasi ini juga datang dari berbagai latar belakang pekerjaan dan
pendidikan yang berbeda-beda.1
Dasar untuk melaksanakan proses seleksi itu berarti sudah ada
intruksi langsung dari pusat untuk melaksanakan kegiatan pelatihan
sertifikasi. Setelah adanya intruksi, barulah mengacu pada proses
tahapan-tahapan seleksi untuk menyiapkan panitia seleksi. Kemudian
diinformasikan ke kabupaten kota, ke masyarakat baik itu KBIH, Majlis
Taklim dan Ormas Lainnya melalui Kementrian Agama atau Departemen
Agama dan Paguyuban. Kemudian berlanjut dengan proses pendaftaran
dan seleksi administrasi, bagi peserta yang telah memenuhi persyaratan
maka berhak untuk mengikuti sertifikasi. Tahap selanjutnya diumumkan
dan dibuat surat keterangan siapa saja peserta yang lulus dalam seleksi.
Lalu, menjadwalkan pelaksanaan seleksi dengan meneliti dan memeriksa
peserta yang sudah lolos seleksi dan berhak menerima sertifikat.2
1 Wawancara pribadi H. Juwaeni sebagai Kasi PHU, Serang, 21 April 2017 pada pukul10.11 WIB
2 Wawancara pribadi H. Deni Rusli sebagai Kasi PHU, serang, 19 Juli 2017 pada pukul09.15 WIB
52
Dengan serangkaian proses perekrutan dan penyeleksian peserta
pelatihan sertifikasi. Maka dengan demikian, dilakukanlah eliminasi
peserta karena kouta yang terbatas sebanyak 50 peserta. Sehingga peserta
yang lulus itu sebanyak 100 untuk satu angkatan pelatihan sertifikasi dan
yang aktif sebanyak 98 peserta seperti yang disampaikan oleh Pak H. Tb.
Juwaeni, M.Ag selaku pemateri.3
Begitupun dengan narasumber dan asesor pada pelatihan sertifikasi
juga memiliki persyaratan tertentu. Maka baik peserta maupun
narasumber dan asesor ada proses rekrutmen dan eliminasi. Dengan
demikian diharapkan baik narasumber maupun asesor memiliki
kompetensi di bidang perhajian untuk melatih, membimbing dan
menghasilkan para pembimbing manasik yang professional.Sebagaimana
yang telah ditetapkan dalam keputusan Dirjen Penyelengaraan Haji dan
Umrah, pada pasal 8 ayat 3 yakni4 :
1. Tata kerja
a. Organisasi penyelenggara yang bertugas :
1) Koordinator yaitu memberikan masukan dan arahan
pelaksanaan program sertifikasi pembimbing
manasik haji
2) Panitia pelaksana yaitu merencanakan,
melaksanakan kegiatan dengan menyusun panduan
dan jadwal kegiatan, memfasilitasi, menetapkan
calon peserta, dan melaporkan kegiatan sertifikasi
3Wawancara pribadi H. Juwaeni sebagai Kasi PHU4 Wawancara pribadi H. Juwaeni sebagai Kasi PHU
53
kepada Kepala Kantor Wilayah kementrian Agama
Provinsi.
3) Asesor yaitu melakukan verifikasi data dan
persyaratan calon peserta, menilai tugas, dan
merekomendasikan kelulusan peserta, dan
4) Narasumber yaitu memberikan materi pembelajaran
pembekalan kepada peserta sesuai jadwal yang
disusun oleh panitia pelaksana.5
b. Dalam melaksankana tugas sebagaimaa dimaksud ayat (1)
huruf a sampai d, penyelenggara sertifikasi memiliki
kewenangan :
1) Koordinator mengusulkan perubahan materi dan
narasumber.
2) Panitia pelaksana yaitu mengatur proses pelaksanaan
kegiatan sertifikasi dan penggunaan anggaran.
3) Asesor yaitu menilai keabsahan data dan
merekomendasikan calon peserta yang memenuhi
kualifikasi yang diisyaratkan serta rekomendasi atas
kelulusan peserta sertifikasi.
4) Narasumber yaitu menyusun dan menyajikan materi
sesuai dengan kurikulum dan silabi dengan
5Wawancara pribadi Pak H. Juwaeni sebagai Kasi PHU, Serang, 28 April 2017 padapukul 08.23 WIB
54
metodelogi orang dewasa (andragogy dan
participatory)6
2. Persyaratan peserta dan Narasumber
Persyaratan Peserta
a. Persyaratan umum
1) Mengajukan permohonan dilampiri rekomendasi kepala
kantor kementrian agama kabupaten atau kota
2) Membuat pernyataan pernah menjadi pembimbing
manasik haji
3) Mengisi formulir pendaftaran dan instrument portopolio,
dengan melampirkan :
a) Foto copy ijazah s1 atau sederajat
b) Foto copy ktp dan kartu keluarga
c) Usia minimal 30 maksimal 56 tahun (dihitung mulai
berlangsung kegiatan sertifikasi)
d) Foto berwarna, latar belakang merah 3x4= 2 lembar
e) Surat keterangan sehat dari dokter pemerintah
b. Persyaratan khusus
1. Jujur, bertanggung jawab, berakhlak mulia, memiliki
dedikasi dan nasionalisme
2. Pernah menjadi pembimbing manasiuk minimal 2 tahun
3. Mampu berkomunikasi bahasa inggris atau bahasa Arab
Persyaratan narasumber dan asesor7
6 Wawancara pribadi Pak H. Juwaeni sebagai Kasi PHU, Serang, 28 April 2017 padapukul 08.23 WIB
55
1. Narasumber sertifikasi adalah tenaga ahli yang memiliki
kompetensi keilmuan dan praktik manasik
2. Narasumber sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi persyaratan :
a. Tenaga akademik pangkat minimal lektor atau
pendidikan S2 bidang ilmu Agama Islam
b. Pejabat atau pegawai kementrian Agama, pangkat
minimal Pembina IV/a baik pusat maupun daerah
menguasai materi dan pengalaman manasik serta
bidang tertentu sesuai materi yang diampu
c. Menguasai metode dan pendekatan cara belajar
orang dewasa
c. Asesor adalah tenaga ahli yang memiliki kopetensi dalam
melakukan veripikasi persyaratan peserta veripikasi dan
penilaian sebagai dasar menentukan kelulusan peserta
pembimbing manasik
d. Asesor sebagaimana dimaksud pada ayat 3 harus memenuhi
persyaratan :
1) Dosen aktif perguruan tinggi agama islam negri PTAIN
2) Pejabat terkait, khususnya pada bidang penyelenggara
haji dan Umroh kanwil kementrian agama provinsi
3) Pendidikan minimal S2
7Abdul Choliq, Pedoman Sertifikasi Penyuluhan dan Pembimbing Manasik Haji ProvinsiBanten Tahun 2015,hal 5-6
56
4) Memiliki kompetensi yang memadai dalam
pendampingan kebahasaan dan pengetahuan teknis
perhajian
5) Pembentukanya dilaksanakan di masing-masing
provinsi dengan prosedur sesuai ketentuan.8
Setelah ditetapkan peserta serta narasumber dan asesor, tahap
selanjutnya yakni mengikuti tes tulis, tes wawancara pelatihan sertifikasi
dan berhak mengikuti pelatihan selama 10 hari full day dengan silabus
yang telah disusun. Dengan jam pembelajaran yang dimulai dari jam 7.30
hingga pukul 22.00 WIB dan 2 jam pelajaran untuk setiap materi. Selama
5 sampai 7 hari peserta benar-benar diberikan berbagai macam materi
baik berkaitan dengan regulasi, studi kasus, kultur budaya Arab serta
secara ilmu fiqihnya. Kemudian dilanjutkan dengan praktik di lapangan
manasik selama kurang lebih 3 sampai 5 hari di luar gedung.9Menurut H.
Juwaeni sebagai pemateri mengungkapkan ‘’mulai dari perjalanan
recruitment yang sangat antusias dari peserta hingga berlangsung
pelatihan bersama dalam satu gedung, membuka ketekatan emosional
antar peserta, pelakasan, pengawas bahkan narasumber sekalipun. Hal
tentu respon yang sangat positif, itu berarti tanda bahwa pelaksanaan
pelatihan sertifikasi ini sukses diselenggarakan’’10
Kasi PHU yang baru yakni Bapak Dr.H. Deni Rusli, M.si
menyampaikan bahwa‘’ Sesuai amanat UUD No. 13 tahun 2008 tentang
8 Wawancara pribadi Pak H. Juwaeni sebagai Kasi PHU, Serang, 28 April 2017 padapukul 08.23 WIB
9Wawancara pribadi Pak Fudail sebagai peserta pelatihan sertifikasi, Tangerang, 25 Juli2017 pada pukul 15. 20 WIB
10Wawancara pribadi Pak H. Juwaeni
57
penyelenggaraan ibadah haji dan peraturan lainnya bahwa memang
idealnya dan sebaiknya yang menjadi pembimbing ibadah haji dan umroh
itu sudah memiliki sertifikat, hal ini dikarenakan menyangkut kepada
kualitas dan kesempurnaan melaksankan ibadah haji. Jadi, dibutuhkan
seorang pembimbing ibadah yang memilki ilmu dan pengetahuan haji
umroh termasuk memiliki keterampilan, kemampuan, keahlian dalam
manasik. Karena ibadah haji, diragakantidak hanya secara keilmuan,
sebagai contoh bagaimana niat di atas pesawat, bagaimana cara memakai
kain ihrom dan lain sebagainya yang harus diperagakan dan praktikan.
Lalu apa saja larang-larangan dalam berhaji, sunnah, afdol dan masih
banyak lagi. Jika perlu roll play-kan atau stimulasikan suasana hipup-
pikuknya di Tanah Haram.Maka jangan sampai, ketika niat ihram dari
miqot sudah selesai tapi masih mengenakan celana dalam maka itu tidak
sah dan harus diperhatikan jika perlu diperiksa ulang. Maka dengan
sertifikasi diharapkan pembimbing ibadah mampu memiliki
keterampilam, keahlian, kecakapan, untuk memperagakan dan
mempraktikan sehingga apa yang disampaikan dalam bentuk
pengetahuan bisa dilihat.’’11
B. Meningkatkan Profesionalisme Pembimbing Manasik pada Kanwil
Provinsi Banten
Untuk menjadi yang professional di bidang tertentu perlu adanya
lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan
11Wawancara pribadi Dr. H. Deni Rusli, M.si, Serang, 17 Juli 2017
58
program dan jenjang pendidikan yang baku serta memiliki
standarakademik yang memadai dan bertanggung jawab tentang
pengembangan ilmu pengetahuan yang melandasi profesi itu.
Begitupun untuk menjadi seorang pembimbing manasik yang
professional perlu adanya proses pendidikan jangka pendek yang
diselenggarakan oleh suatu lembaga yakni pemerintah khususnya
Kementrian Agama guna meningkatkan kemampuan serta
mengembangkan pola pikir para pembimbing, yakni melalui pelatihan
sertifikasi. Selain untuk meningkatkan kemampuan tapi pembimbing juga
menjadi profesionalisme, sehingga mampu memberikan bimbingan
manasik secara komprehensif kepada seluruh calon jemaah haji.
Dilihat dari nilai kompetensi dasar, kompetensi inti dan
kompetensi penunjang peserta pelatihan sertifikasi dinyatakan bahwa
peserta lulus dengan hasil yang baik dan memuaskan. Nilai ini dapat
menunjukan bahwa pembimbing manasik telah sesuai standar ketetapan
yang professional. Sebanyak 35 orang memperoleh predikat memuaskan
dengan nilai 81-90 dan 63 orang yang memperoleh predikat baik dengan
nilai 70-80 dan 2 orang peserta yang dinyatakan tidak lulus.12 Berarti ada
98 jumlah pembimbing manaisk haji yang telah bersertifikat.
Pembimbing manasik dinyatakan lulus berarti pembimbing yang
sudah memenuhi kriteria professional dan syarat-syarat yang telah
ditentukan pada proses perekrutan di awal dalam menguasai seluruh
12Wawancara pribadi Pak H. Irfan Lirisfana, Lc sebagai sesi pembinaan haji dan umroh,serang, 19 Juli2017
59
kompetensi yang diujikan seperti yang di telah dikemukakan oleh
Suhrawardi K. Lubis bahwa :
1. Pembimbing sudah memahani konsep dan praktik manasik haji,
selain mahir dalam fiqih haji maka harus dilengkapi dengan
pengalaman, dan peragaannya sebagai contoh memakai kain
ihrom, lalu bagaimana cara melempar jamarot dan peragaan
lainnya dengan benar. Kemudian, Pembimbing sudah menguasai
manajemen dan metodelogi bimbingan manasik artinya
pembimbing tidak hanya menguasai keilmuan tapi juga mampu
menciptakan suasana bimbingan manasik yang menarik dan tidak
monoton. Selain itu, Pembimbing sudah memahami betul filosofi
dan hikmah manasik haji. Artinya pembimbing sudah masuk
dalam kategori ciri profesinalisme pada poin pertama yakni
memiliki keterampilan yang tinggi dalam satu bidang.
2. Pembimbing sudah betul memahami character building dalam
bimbingan haji sehingga pembimbing mampu menyikapi dan
menyesuaikan diri dengan latar belakang dan karakter jemaah.
Pembimbing sudah memahami tuga sdan kebijakan
penyelenggara haji Indonesia dan Arab Saudi, pembimbing harus
terus up to date persoalan haji, regulasi dan dalam keilmuannya,
sebab haji itu dinamis sehingga perlu untuk terus melakukan
kajian dan analisa secara syariat islam. Itu artinya pembimbing
sudah masuk dalma kategori ciri profesionalisme pada point dua
60
bahwa pembimbing harus memiliki ilmu dan kecerdasan
menganalisa suatu masalah.
3. Mampu bekerjasama dengan pihak lain dan menyusun rencana
kerja manasik haji. Tidak bersikap otoriter tapi pembimbing yang
profesional tentu mampu bersikap demokratis dan fleksibel.13 Hal
ini dilihat dari respon positif, sikap terbuka yang diberikan kepada
pelaksana, penyelenggara dan narasumber.
4. Sikap mandiri pembimbing manasik dapat dilihat dari caranya
mengatasi dan mengambil keputusan yang tepat ketika dalam
situasi yang mendesak, seperti contoh yang sering terjadi di
lapangan calon jemaah tidak mau pergi haji jika tidak satu kamar
bersama istrinya dan kasus-kasus lain yang dihadapkan kepada
pembimbing manasik.14
Jadi pembimbing manasik yang professional harus multi tasking,
multi skill dalam mengahadapi dan memprediksikan persoalan-persoalan
yang mungkin terjadi di lapangan.Dari semua yang telah diujikan kepada
peserta sertifikasi tenyata sudah sesuai dengan ciri-ciri pembimbing
professional yang telah dikemukan oleh Suhrawardi K Lubis.
Dengan demikian Pak Dr. H. Deni Rusli, M.si memberikan
tanggapan tentang meningkatkan profesionalisme, menurutnya ‘’ Seorang
pembimbing haji itu harus memilki kemampuan dan keahlian.Maka
secara administrasi pembimbing yang professional harus memiliki
sertifikat ibadah haji dan umroh.Secara subtansi ke perhajian dan
13 Wawancara pribadi Dr. H. Deni Rusli, M.si, Serang, 17 Juli 201714 Wawancara pribadi Dr. H. Deni Rusli, M.si, Serang, 17 Juli 2017
61
pengumrohan harus selalu up to date dengan permasalah haji dan
umroh.Karena dalam perhajian setiap saat selalu ada perubahan-
perubahan.sebagai contoh : ketika gelombang satu dari madinah
kemudian miqot di Bir-Ali dan di Zhulhulaifah itu tidak ada satu pun bus
yang bablas. Bus yang sudah sampai ke Bir-Ali maka itu tandanya
jemaah sudah melakukan miqot.Namun saat ini sudah tidak berlaku lagi
peraturan tersebut. Contoh lain masalah catering, pemondokan. Dulu
ketika di Mekah selama 28-30 hari harus membawa bekal tapi saat ini
sudah tidak perlu lagi karena sudah ada petugas yang akan mengurus
makanan. Selain itu, menyangkut masalah-masalah regulasi yang biasa
disebut taklimatul hajj yang selalu berubah-ubah baik itu naqobah,
muassasah, kemudian maktab dan sebagainya.Penting untuk pembimbing
manasik meng-update terus informasi terkait haji baik dari konteks
regulasi maupun konteks realita di Saudi Arabia.Adapun yang ke 2
Subtansinya adalah ibadah dan manasik. Bisa jadi ada hal-hal yang
dianggap baru terkait persoalan-persoalan subtansi haji contoh
umpamanya adalah adanya mina jaded. Jika dikatakan mina itu mesti
tempat yang di kelilingi oleh bukit-bukit yang ada. Lalu bagaiamna
dengan area yang tidak di kelilingi bukit, apakah itu area mina ?dan ini
masih ada yang mempermasalahkan sah atau tidak. Dengan demikian,
maka ada orang yang menganalogikan yang penting deket tanahnya
dengan armina, yang paling penting tanahnyanempel dan tidak terhalang
bukit lain. Maka dianggap sah-lah minat jaded itu. Adapun masalah lain
seperti haid dan belum melakukan haji wada atau belum awaf ifadoh
62
bagaimana itu? Maka ada mudakarah perhajian, untuk menekan darah
agar tidak menetes.Maka seorang pembimbing harus terus mempelajari,
mengkaji, mencari dan menganalisa baik dari konteks hal-hal yang
menyangkut perhajian secara fiqhiyah yang sudah ada atau bentuk hasil
mudakarah karena wilayah fiqhih terus dinamis, dan disesuaikan dengan
kondisi agar memudahkan seseorang untuk beribadah.’’15
Selain itu, pak H. Tb. Juwaeni sebagai pemateri juga ikut
menanggapi hal ini menurutnya‘’ seorang pembimbing dan petugas yang
professional tidak boleh memiliki jiwa otoriter. Pembimbing atau
petugas mesti memposisikan dirinya dan peserta sebagai orang dewasa,
meskipun peserta pelatihan sertifikasi maasih kosong dalam
keilmuannya, pengetahuan, wawasan dan pengalamannya dalam umroh
dan haji.Tapi kita tidak boleh menyinggung hal yang lebih mendalam
apalagi menyangkut hal pribadi kepada peserta.Justru kita yang
mengklaim sendiri sebagai hodimul hujjah (pelayan jemaah haji).Jemaah
haji yang notaben dan background haterogen.Itu semua mesti dilayani
dengan baik-baik apalagi peserta yang berbeda seperti buta huruf kita
harus bisa menanganinya bagaimana selaku pembimbing atau petugas,
begitu juga kepada yang intelektual bagaimana pembimbing atau petugas
menyikapinya dan posisikan mereka dengan lininya masing-masing.
Artinya bagaimana kita selaku pembimbing atau petugas menyesuaikan
diri dengan jemaah’’16
15 Wawancara pribadi Dr. H. Deni Rusli, M.si, Serang, 17 Juli 201716 Wawancara pribadi H.Tb. Juwaeni, M.Ag, serang 13-Juni 2017
63
C. Efektivitas Pelatihan Sertifikasi dalam Meningkatkan Profesionalisme
Pembimbing Manasik Haji pada Kantor Wilayah Kementrian Agama
Provinsi Banten Tahun 2016
Dilihat dari observasi dan berdasarkan data-data yang penulis
dapatkan selama melakukan penelitian mengenai pelatihan sertifikasi
pembimbing manasik haji melalui wawancara dan observasi. Langkah
selanjutnya adalah menganalisa antara teori dengan kenyataan dilapangan.
Dalam melaksanakan penelitian, penulis menilai bahwa dengan
terlaksananya pelatihan sertifikasi pembimbing manasik haji yang telah
diselenggarakan oleh Kantor Wilayah Kemetrian Agama Prov. Banten
merupakan bukti suksesnya menjadikan pembimbing manasik yang
profesional. Karena menurut H. Emerson jika sasaran dan tujuan yang
telah ditentukan sesuai dengan yang direncanakan sudah tercapai maka
dapat dinilai bahwa kegiatan tersebut efektif.
Dapat dilihat dari tercapainya tujuan dari pelatihan sertifikasi bagi
pembimbing manasik haji yang telah ditetapkan sebagai tolak ukur bahwa
peserta sebelum mengikuti pelatihan dan sesudah pelatihan mengalami
peningkatan kualitas bimbingan manasik haji. Selain itu efektivitasnya
dapat dilihat dari nilai hasil pra pelatihan dan pasca pelatihan yang
mengalami perubahan sebagai bukti bahwa pelatihan sertifikasi dalam
meningkatkan profesionalisme pembimbing manasik haji dinilai efektif.
Selanjutnya, untuk mengukur efektifitas atau tidaknya pelatihan
sertifikasi dalam meningkatkan profesionalisme pembimbing manasik haji
64
dapat dilihat dari beberapa indikator menurut Drs. Enjang AS, M.Ag, M.Si
dan Aliyudin, S.Ag, M.Ag, yakni :
Pertama, pemateri atau narasumber berasal dari pemerintahan,
dosen dan akademisi yang berkompeten di bidang haji. Dengan jumlah 20
narasumber yang disesuaikan dengan kebutuhan dan materi yang akan
disampaikan. Setiap materi disampaikan oleh satu orang pemateri yang
ahli di bidang tersebut.Dari 20 pemateri ada beberapa pemateri beserta
materi yang diberikan pada pelatihan sertifikasi yakni :
a. Drs. H. Mahmudi, M.Si, jabatan sebagai Ka Bag TU Kanwil
Kemenag Provinsi Banten dan materi yang disampaikan Program
Sertifikasi Penyuluh Dan Pembimbing Manasik HajiTahun 2016.
b. Drs. H. Moh. Agus Salim, M.Pd, jabatan sebagai Kanwil Kemenag
Provinsi Banten dan materi yang disampaikan Sosialisasi
Kebijakan Dan Regulasi Baru Umroh 2016
c. H. Lukmanul Hakim, jabatan sebagai Kepala Bidang
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kanwil Kemenag Provinsi
Banten dan materi yang Disampaikan manajement Pembimbing
Manasik Haji.
d. H. Tb. Juwaeni, jabatan sebagai Kasi Pembinaan Haji dan Umrah
Kanwil Kemenag Provinsi Banten dan materi yang di sampaikan
Problematika Dan Alternatif Solusi Ibadah Umrah17
Menurut Dr. H. Deni Rusli M.si sebagai Kasi PHU ‘’tentu yang
menjadi narasumber harus yang professional, bisa dilihat dari proses
17 Wawancara pribadi Pak H. Irfan Lirisfana, Lc sebagai sesi pembinaan haji dan umroh,serang, 20 Juli2017
65
seleksi narasumber melalui dua tahapan yakni tes tulis dan wawancara.’’
Hal ini dapat dinilai efektif dari carates pemilihan pemateri atau
narasumber, sehingga tidak ada unsur kecurangan. Pemateri yang
dinyatakan lulus maka berhak untuk menjadi narasumber selama pelatihan
sertifikasi.
Kedua, Adapun peserta pelatihan sertifikasi tahun 2016 yang telah
diselenggarakan Kawil Prov. Banten sebanyak 150 namun yang
dinyatakan lulus 100 dan 50 tereliminasi. Dari 100 peserta itu ada dua
orang dinyatakan gagal sehingga peserta yang telah mendapatkan
sertifikasi hanya 98 orang.98 peserta ini berasal dari berbagai macam latar
belakang diantaranya kepala KUA, Kepala Kemenag, guru, penyuluh,
KBIH, peguyuban, dan ormas-ormas.18
Berikut tabel yang menjelaskan jumlah peserta pelatihan sertifikasi
dilihat dari segi latar belakang yang lulus sebagai peserta sertifikasi
pembimbing manasik haji di Kantor Wilayah Prov. Banten
Tabel 4.1
Pekerjaan Jumlah
PNS 39
ORMAS-ORMAS 3
KBIH/ PEGUYUBAN 56
Sumber diolah dari Kementerian Agama Prov. Banten
Berdasarkan tabel di atas maka proses perekrutan pelatihan
sertifikasi ini dinilai efektif karena terbuka untuk semua kalangan. Bebas
18Wawancara pribadi Pak H. Juwaeni sebagai Kasi PHU, Serang, 28 April 2017 padapukul 08.23 WIB
66
bagi siapapun tanpa terkecuali untuk ikut serta mengikuti tahapan-
tahapannya dan persyaratannya hingga dapat dinyatakan lulus seleksi.
Ketiga, ada 2 subtansi materi pokok yang diberikan yakni subtansi
dengan regulasi dan birokasi serta materi yang subtansinya manasik haji.
Namun secara umum materi yang telah diberikan bisa diklasifikasikan
menjadi empat, yakni :
a. Materi yang berkaitan dengan tugas dan fungsi pembimbing
manasik haji dalam menciptakan suasana bimbingan yang
kondusif, kode etik pembimnimg haji dimulai dari pengertian,
tujuan, hingga sumpah pembimbing manasik haji Indonesia, nilai-
nilai dasar operasional, hubungan pembimbing dengan jemaah,
hubungan pembimbing dengan pemerintah, pelaksana,
penyelenggara dan lain sebagainya.
b. Materi yang berkaitan dengan fiqih, konsep dan praktik manasik
serta hikmah dan filosofi dari manasik haji dan problem solving
dari persoalan-persoalan haji yang sering dan mungkin terjadi di
lapangan.
c. Materi yang berkaitan dengan regulasi, kebijakan haji Indonesia
dan arab Saudi, kebijakan pembinaan, pelayanan kesehatan jemaah
haji,
d. Materi yang berkaitan dengan strategi dan metodelogi pembimbing
manasik haji dalam melakukan bimbingan manasik dengan jemaah,
67
cara apa yang perlu digunakan agar materi tersampaikan dengan
tepat kepada jemaah.19
Dari ke-empat klasifikasi materi ini dapat dinilai bahwa materi
yang diberikan sudah efektif karena pembimbing manasik diharuskan
menguasai serta paham secara keilmuan juga paham cara menyampaikan
materi bimbingan yang menarik perhatian jemaah.
Waktu pelaksanaan pembelajaran 1 hari kerja atau 6 jam pelajaran
dan masing-masing materi diberikan waktu 2 jam pelajaran. Jika
dirincikan dalam sehari ada 3 materi yang disampaikan oleh narasumber
kepada peserta sertifikasi .Seluruh jadwal sudah tercantum dalam rundown
acara, dan apabila ada hal yang menghambat tindakan yang diambil adalah
dengan mengalihkan acara atau dibubarkan. Apabila waktu belajar yang
diberikan kepada peserta pelatihan sertifikasi lebih dari 6 jam dalam sehari
dinilai tidak efektif karena peserta akan merasa jenuh. Maka dari itu, setiap
2 jam pelajaran selesai selalu diselangi dengan coffee morning, coffe break
dan ishoma.20
Keempat, media yang digunakan selama pelatihan sertifikasi
berlangsung yakni in fokus, video-video baik di asrama haji maupun di
tanah suci, berita-berita, kasus-kasus dan power point.Selain itu, peserta
sertifikasi juga dilengkapi dengan buku pedoman, modul, taklimatul hajj,
serta buku literatur terkait haji.Media ini digunakan untuk membantu
19Wawancara pribadi Dr. H. Deni Rusli M.si sebagai Kasi PHU, serang, pada tanggal 17Juli 2017
20Wawancara pribadi Pak H. Juwaeni sebagai Kasi PHU, Serang,, 13 Juni 2017 pada pukul10.10 WIB
68
memberikan gambaran dan pengembangan dari materi yang diberikan agar
menarik dan tidak monoton.21
Kelima, Untuk menunjang ke-efektifan pelatihan sertifikasi maka
narasumber dalam menyampaikan materinya menggunakan beberapa
metode, diantaranya : metode ceramah, metode tanya jawab, metode
curhat pendapat (brainstorming), metode lebah berpindah (buzz group),
metode bermain peran (sosiodrama), metode simulasi, metode problem
solving (studi kasus), metode demostrasi, metode diskusi, dan metode
tutorial. Sementara untuk bimbingan manasiknya melalui micro guiding
yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi dan
komunikasi.Sehingga pembimbing manasik haji dan umroh mampu
mengatasi permasalahan haji yang melingkupinya melalui micro guiding
sebagai solusi analisa. Selain itu, metodologi pembimbingan dengan
pendekatan sainstifik yaitu suatu pendekatan bimbingan yang memiliki
tahapan : observing (pengamatan), questing (mempertanyakan/menanya),
experimenting (mencoba), associating (mengkaitkan/menalar),
communicating/networking (menyaji).22
Menurut H. Deni Rusli ‘’metode kasus sangat menarik, karena hal
sepele saja itu bisa menjadi penyebab bagi jemaah tidak mau beragkat haji,
sebagai contoh jemaah ingin satu kamar dengan istrinya atau banyak hal
lainnya tanpa diduga’’permasalahan yang sepele ini bisa berakibat fatal
jika pembimbing tidak mampu mengatasinya.
21Wawancara pribadi Pak H. Juwaeni sebagai Kasi PHU22Abdul Choliq, Pedoman Sertifikasi Penyuluhan dan Pembimbing Manasik Haji Provinsi
Banten Tahun 2015,hal 2
69
Dengan demikian metode-metode yang diberikan dan diajarkan
narasumber kepada peserta menjadi salah satu upaya yang memudahkan
pembimbing memberikan pemahaman kepada calon jemaah.
Keenam, tujuan dari kegiatan ini merupakan sebuah upaya dalam
meningkatkan profesionalisme pembimbing manasik haji. Sehingga goal
yang telah dicapai seluruh calon jemaah haji khusunya daerah Banten
menerima bimbingan yang sangat baik dari pembimbing manasik haji
yang professional.
Menurut salah satu peserta yang lulus pelatihan sertifikasi yang
penulis temui dan wawancarai tentang efektifitas pelatihan tersebut. Beliau
menyampaikan bahwa ‘’dinilai dari efektif atau tidakmenurut saya
kegiatan ini sangat efektif dan bermanfaat, selain mendapatkan
pengetahuan dan wawasan baru tapi juga mendapatkan pengalaman baru,
bertemu dengan orang-orang yang baru serta suasana yang baru.Apalagi
jika kegiatan ini konsisten dilaksanakan setiap tahun. Maka akan semakin
banyak pembimbing manasik yang mampu membimbing jumlah jemaah
haji Indonesia sebanyak 155.200 orang’23
Meskipun dinilai efektif, bukan berarti pelatihan sertifikasi
pembimbing manasik dalam meningkatkan profesionalisme tidak ada
kekurangan. Hal ini disampaikan oleh Kasi PHU saat penulis wawancarai
‘’Karena ada 2 tahapan tes wawancara dan tulis maka pola yang
digunakan untuk seleksi itu menurut saya sudah efektif. Efektivitas
pelaksanannya sudah bagus dan efektif.namun yang kurang dan sangat
23Wawancara pribadi H. Muh.Fudhail Rahman, Lc, MA
70
disayangkan adalah kuota yang terbatas dari pelatihan sertifikasi dan alat
peraga untuk latihan manasik yang minim sekali’’24
Uraian yang disampaikan Kasi PHU merupakan sebuah hambatan
dan bahan evaluasi untuk perbaikan dalam penyelenggaraan pleatihan
dikemudian hari.Dan yang sangat diharapkan oleh Kasi PHU maupun para
peserta yakni kegiatan berlangsungn setiap tahun secara konsisten.
24 Wawancara pribadi Dr. H. Deni Rusli, M.si, Serang, 17 Juli 2017
71
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya sebagai upaya dari
hasil pembahasan penulisan skripsi ini yang telah melakukan pengamatan
dan wawancara serangkaian efektivitas pelatihan sertifikasi pembimbing
manasik haji dalam meningkatkan profesionalisme di Kantor Wilayah
Provinsi Banten tahun 2016. Maka penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa :
1. Penyelenggaraan pelatihan sertifikasi pembimbing manasik haji dinilai
efektif itu ditandai dengan semakin meningkatnya antusis masyarakat
mengikuti pelatihan ini. Penyelenggaraan pelatihan berjalan sesuai
dengan mekanisme dan prosedur yang ditetapkan. respon positif dari
peserta dengan sikap terbuka, saling menghargai dan komunikasi yang
baik antara peserta dan penyelenggara bahkan kedekatannya semakin
bertambah secara psikologi karena bersama-sama berbaur mengikuti
pelatihan di asrama selama 10 hari. Sikap ini memudahkan para
pegawai dan masyarakat menyampaikan ide serta gagasannya satu
sama lainnya.
2. Selanjutnya peningkatan profesionalisme peserta pelatihan sertifikasi
sudah dapat dikatakan efektif terwujud dari nilai kompetensi dasar,
kompetensi inti dan kompetensi penunjang peserta pelatihan sertifikasi
yang lulus dengan hasil baik dan memuaskan. Nilai ini dapat
menunjukan pembimbing manasik telah sesuai standar ketetapan yang
72
professional. Artinya pembimbing manasik tidak hanya paham dari sisi
keilmuan fiqihnya saja tapi juga menguasai, memahami tehnik
bimbingan orang dewasa yang tepat dan tanggap terhadap berbagai
kondisi apapun.
3. Kemudian, efektivitas pelatihan sertifikasi dalam meningkatkan
profesionalisme pembimbing manasik haji bisa dikatakan sudah
efektif. Pengukuran efektivitas pelatihan sertifikasi tersebut, dinilai
efektif dari tercapainya tujuan yang telah direncanakan dan semua
indikator pada penyelenggaraan tersebut, baik peserta, narasumber atau
pemateri, metode dan materi serta media yang digunakan.
Baik peserta, narasumber dan pengawai serta petugas
mengaharapkan dengan adanya sertifikasi ini kualitas bimbingan manasik
haji Indonesia khususnya Banten mengalami peningkatan yang baik.
B. SARAN
Tanpa mengurangi rasa hormat kepada pemimpin dan pegawai di
Kantor Wilayah Kemetrian Agama Provinsi Banten khusunya bidang
penyelenggara haji dan umroh. Penulis ingin menyampaikan masukan dan
saran kepada pemimpin dan pegawai di Kantor Wilayah Kemetrian Agama
Provinsi Banten khusunya bidang penyelenggara haji dan umroh, sebagai
berikut:
1. Kuota peserta agar diupayakan serta ditambah mengingat
semakin banyaknya antusias calon jemaah haji pergi ke Tanah
73
Suci. Serta dipenuhinya alat peraga untuk mendukung proses
latihan manasik khususnya di daerah Provinsi Banten.
2. Dalam penyempaian materi agar peserta diberikan 70% praktik
lapangan dan 30% teori sesuai dengan yang telah di tetapkan.
Untuk memaksimalkan pelayanan bimbingan manasik.
3. Terus berupaya memberikan pelayanan yang baik dan sepenuh
hati kepada seluruh calon jemaah tanpa pandang bulu.
4. Selalu berusaha mempertahankan pelayan haji yang sudah baik
dan meningkatkan pelayanan yang kurang baik.
5. Mahasiswa khusunya jurusan manajemen dakwah konsentrasi
manajemen haji dan umroh dilibatkan dan ikut sertakan sebagai
pengalaman baru serta wawasan dan menambah wawasan
praktik di lapangan.
74
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, Yesy, eJournal Administrasi Negara (Profesionalisme Kerja Pegawai
Dalam Penyelenggaraan Administrasi Pelayanan Publik Di Kecamatan
Samarinda Utara Kota Samarinda).Volume 4.Nomor 1.2016.
Arifin, Gus, Ensiklopedia Fiqih Haji Dan Umroh,(Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo.2002
Ayu, Marina Prihatmanti, Jurnal Kebijakan Dan Manajemen Public(Efektivitas
Program Kesejahteraan Social AnakBalita PKSAB Di Taman Anak
Sejahtera DR. Soetumo Surabaya). vol 1 No 1. Surabaya.2013
Bungin, M. Burhan, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta,: Kencana
Prenada Media Grup.2013.
Choliq, Abdul, Pedoman Sertifikasi (Penyuluhan Dan Pembimbing Manasik haji
Provinsi Banten Tahun 2015). Jakarta,2015.
Damanhuri, Departemen Agama Kantor Wilayah Provinsi Banten Laporan
Kegiatan Semester 1, Banten : 2002
Danim, Sudarwan, PengembanganProfesi Guru. Jakarta :Prenada Media, 2002.
Dewi, Ayu Retno Kumala, Pengaru hProfesionalisme Pegawai Terhadap
Kualitas Pelayanan Kepada Pasien Rawat Inap Di RSUD DR.ABDOER
RAHEM Kabupaten Situbondo. Kalimantan :Universitas Jember,2013.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta : Balai Pustaka, 1996.
Djimun, Mucholih, Pola Bimbingan Manasik Calon Jamaah Haji (Panduan
Pembimbing Bagi KUA Kecamatan). Jakarta, 2007.
75
Dinas Komunikasi dan Informatika. ‘’Optimalkan Layanan, Pembimbing Haji
Disertifikasi.’’ Diakses pada 9 Junidarihttp://kominfo.jatimprov.go.ig/
2014
Enjang & Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, Bandung, Widya Padjajaran :
2009.
Fathurohman, Pupuh dan Aan Suryana, Guru Profesional. Bandung : Refika
ADITAMA, 2012.
FX, Sujadi, Organisasi dan Manajemen Penunjang Berhasilnya Proses
Manajemen. Jakarta : CV Masaguna. Cet ke-3, 1990.
Handayaningrat, Soewarno, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen.
Jakarta: Gunung Agung. Cet-6, 1985.
Hidayat. Efektivitas Kinejrja Karyawan. Yogyakarta : Gajah Mada University
Press, 1986.
Irawan, Prasetya, Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta :Sekolah Tinggi Ilmu
Administrasi Lembaga Administrasi Negara, 2004.
Ismail, Bakar, Al-Fiqh Wadhih Minal Kitab Wasunnah, jilid 1, (Dar-Al Mannar :
1990). hal 601
Kaswan.Pelatihan dan Pengembangan Untuk Meningktakan Kinerja SDM.
Bandung : ALFABETA. Cet II, 2013.
Kartono, Ahmad, Solusi Hukum Manasik Dalam Permasalahan Ibadah Haji.
Jakarta: Pustaka Cendikia, 2016.
Kartono, Petunujuk Teknis Penyelenggaraan Ibadah Haji. Jakarta, 2011.
Kurniawan, Agung, Transformasi Pelayanan Public. Yogyakarta :Pembaruan,
2005.
76
Khartubhi, Husni, Sejarah Ka’bah. Jakarta: TORUS Khasanah Pustaka
Islam.2013, cet 1
Lubis, K Suhrawardi, Etika Profesi Hukum,Jakarta : SinarGrafika, 1994.
Moleong, LJ, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. cetke-XXVI, 2009.
Muftisany, Hafidz, ‘’ Materi Manasik Haji akan Ditambah.’’ Artikel diakses pada
14 November 2016 dari
http://www.republika.co.id/berita/koran/khazanahkoran/16/01/02/o0bn41
Nudin, Syafruddin dan basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi
Kurikulum. Jakarta : CIPUTRA PERS, 2002.
Satriowicaksono, Yosep, Jurnal Bisnis Dan Manajemen (Pengaruh Pelatihan
Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Rangka
Meningkatkan Semangat Kinerja Karyawan. vol 3 no 1,Malang, 2016.
Siswanto. Pengantar Manajemen. Jakarta :BumiAksara, 2012, cet-8.
Sumuran, Harahap, Kamus Istilah Haji Dan Umrah. Jakarta :MitraAbadi Press,
2008.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta, 2010.
Streers. Efektifitas Organisasi (Kaidah perilaku : Seni Manajemen. Jakarta
:Erlangga, 1985.
Poerwodarminto, Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : BalaiPustaka, 2003.
Wawancara pribadi H. Juwaeni sebagai Kasi PHU, Serang, 21 April 2017
padapukul 10.11 WIB
77
Wawancara pribadi H. Deni Rusli sebagai Kasi PHU, serang, 19 Juli 2017
padapukul 09.15 WIB
Wawancara pribadi Pak Fudail sebagai peserta pelatihan sertifikasi, Tangerang, 25
Juli 2017 padapukul 15. 20 WIB
Wawancara pribadi Pak H. Irfan Lirisfana, Lc sebagai seksi pembinaan haji dan
umrah, serang, 19 Juli2017
Wawancara pribadi dengan H. DamanhuriS.Ag sebagai Kabag Informasi &
Humas terdahulu pada 4 September 2017 pada pukul 09.12 WIB
Widodo, Eko Suparno, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta :PustakaPelajar. cet II, 2015.
Zuhdi, Najmuddin Muhammad & Muh. Luqman Arifin. 125 Masalah Haji,Solo:
Tiga Serangkai, 2008,cet. 1.
Daftar pertanyaan penelitian skripsi
Wawancara (1)
Narasumber : H. Tb Juwaeni, M.Ag
Tempat : Kanwil Kementerian Agama, Ruang Bidang Haji dan Umroh
Tanggal dan Waktu : 21 April 2017, pukul 15.15-17.00 WIB
1. Apa yang melatar-belakangi adanya sertifikasi ?
Jawab : Haji sekali seumur hidup dan jemaah baru pertama kali berhaji, maka
banyak jemaah yang merasa kebingungan saat berada di mekkah. Dengan
demikian diadakannya bimsik yang diselenggarakan olah pemerintah di Kantor
Urusan Agama 8x dan 2x kemenag dan masyarakat oleh KBIH. Sebenarnya
kita bersinergi antara pemerintah dengan masyarakat, namun karena tidak
seimbangnya pembimbing dengan yang dibimbing disebabkan jemaah yang
banyak. Dalam rangka penyeragaman dari segi pelaksanaan, materi yang
disampaikan, metode dan lain sebagainya maka dilaksankanlah sertifikasi agar
efektif dan efesien serta selaras. Jadi selama ini kadang-kadang bimsik
kemelaut begitu saja, apalagi dengan latar belakang jemaah yang kurang
pendidikannya atau manulan, sepuh sehingga kurang merespon bimsik, berbeda
dengan orang yang cendikiawan, intelegent akan mudah menagkap materi
bimsik. Tapi jemaah banten khususnya banyak yang berasal dari pelosok-
pelosok. Tidak untuk keluar jawa, Di sekitar jawa aja masih kebingunagan.
Inilah potret jemaah Indonesia. Maka diadakanlah sertifikasi supaya para
pembimbing ketika menunaikan tugas mempunyai bekal untuk disampaikan
tidak kegelapan bahan, setidaknya standra ilmunya sudah mereka kuasai. Hal
ini merupakan sebuah upaya dari pemerintah.
2. Mengapa sertifikasi itu program pemerintah ?
Jawab : Haji itu merupakan tugas nasional, dan Kementerian Agama
merupakan koordinatornya. Selama ini ibadah haji berdasarkan UUD no 13
tahun 2008 bahwa intinya itu ada tiga : pembinaan, pelayanan dan
perlindungan. Jemaah haji itu diolah oleh pemerintah sedemikian rupa. Maka
diatara unsure pembinaan itu tidak hanya sebatas membina ketika di indonesia,
perlajanan, tanah suci, tetapi ingin secara komprehensip menyeluruh di urus
pemerintah. Perjalan haji bukan hanya sekedar perjalan biasa, namun ada
tuntunan syarat, rukun wajib sunnahnya, tertentu sesuai dengan fikih haji.
Seperti sabda Rasulullah saw : ‘’khudu anny manasikakum ‘’.
3. Dimana pelaksanaan pelatihan sertifikasi ?
Jawab : acara ini diselenggarakan di Hotel Le-dien Serang di Jl. Jendral
Sudirman No.88 Sumuepeucung Kec. Serang, kota Serang, Banten
4. Kapan pelatihan tersebut diselenggarakan ?
Jawab : diselenggarakanya pelatihan sertfikasi pembimbing manasik ini
sekitar bulan Maret 2016
5. Siapa saja yang ikut serta dalam kegiatan ini ?
Jawab : Pesreta sertifikasi ini datang dari berbagai unsur diantaranya Kbih,
Kankemenag, Kepala Kua, Kasi Phu, dari Pondok Pesantren, Ormas. Terbuka
untuk masyarakat namun dengan proses penyeleksian tes bagi peserta yang
memenuhi persyaratan, karena karena kouta juga terbatas sehingga harus
adanya eleminasi apalagi bagi peserta yang belum berhaji sebab ini manasik
subtansinya sehingga peserta sertifikasi salah satu syaratnya sudah berhaji.
6. Bagaimana penyelenggaraan sertifikasi ?
Jawab : Masyarakat sangat antusias dalam keikut-sertaan dan ini menjadi
alasan mengapa dipandang cukup oleh kita
Wawancara (2)
Narasumber : Dr. H. Deni Rusli, M.Si
Tempat : Kanwil Kementerian Agama, Ruang Bidang Haji dan Umroh
Tanggal dan Waktu :17 Juli, pukul 09.00-10.15 WIB
1. Menurut pendapat bapak, Bagaimana deskripsikan penyelenggarann pelatihan
sertifikasi ?
Jawab : Sesuai amanat UUD No 13 tahun 2008 tentang penyelenggaraan
ibadah haji dan peraturan lainnya bahwa memang idealnya dan sebaiknya
yang menjadi pembimbing ibadah haji dan umroh itu sudah memiliki
sertifikat, karena ini meyangkut kepada kualitas dan kesempurnaan
melaksankan ibadah haji, jadi dibutuhkan seorang pembimbing ibdaah yang
memilki ilmu dan pengetahuan haji dan umroh termasuk memiliki
keterampilan, kemampuan, keahlian dalam manasik. Karena ibadah haji itu
diragakan, contoh bagaimana niat di pesawat, bagaimana cara memakai kain
ihram dan sebagainya harus diperagakan dan praktikan seperti apa dan apa
saja larang-larangannya. Maka dengan sertifikasi itu diharapkan si
pembimbing ibadah itu memiliki keterampilam, keahlian, kecakapan, untuk
memperagakan dan mempraktikan sehingga apa yang disampaikan dalam
bentuk pengetahuan bisa dilihat.
2. Apa ada hambatan yang terjadi selama pelatihan sertifikasi ?
Jawab : Tidak ada, Sertifikasi ini tentu antara peminat yang banyak dengan
kuota yang disediakan terbatas. Maka panitian harus menselsksi dengan ketat
hati-hati agar pesyaratan yang dibutuhkan terpenuhi. Sehingga
pelaksanaannya berjalan baik, karena persyaratan utama dalam kegiatan ini
sseorang bisa menjadi pembimbing haji maupun umroh.
3. Apa yang perlu ditingkatkan dalam kegiatan ini ?
Jawab : Yang perlu ditingkatkan yakni antara materi dalam bentuk teori dan
praktik. Seharusnya materi 30% dan praktik 70% karena keterbatasan alat
peraga / miniature jadi di tukar menjadi materi teori 70% dan praktik 30%.
4. Bagaimana cara menigkatkan prodesionalisme pegawai dan narasumber ?
Jawab : Seorang pembimbing haji itu harus memilki kemampuan dan
keahlian. Maka secara administrasi pembimbing yang professional harus
memiliki sertifikat ibadah haji dan umroh. Secara subtansi ke perhajian dan
pengumrohan harus selalu up to date dengan permasalah haji dan umroh.
Karena dalam perhajian setiap saat selalu ada perubahan-perubahan. Yang ke
2 Subtansinya ibadah dan manasiknya bisa jadi ada hal-hal yang dianggap
baru terkait persoalan-persoalan subtansi haji contoh umpama nya adalah
adanya mina jaded. Kalo yang namanya mina itu mesti tempay yang di
kelilingi oleh bukit-bukit yang ada dan jika area yang tidak di kelilingi bukit
itu apkaah itu area mina ? dan ini masih ada yang mempermasalahkan sah
atau tidak. Maka ada orang yang menganalogikan yang pening deket deketlah
tanah nya dengan armina yang paling penting tanahny anempel dan tidak
terhalang bukit lain maka dianggap syahlah minat jaded itu.
5. Bagaimana efektifitas sertifikasi ?
Jawab : Karena ada 2 tahapan maka pola yang digunakan untuk seleksi itu
menurut saya sudah efektif. Efektifitas pelaksanaanya sudah bagus dan
efektif. namun yang kurang dan disayangkan adalah kuota yang terbatas dari
pelatihan sertifikasi.
Wawacara (3)
Narasumber : H. Tb. Juwaeni, M.Ag
Tempat : Kanwil Kementerian Agama, Ruang Bidang Penyuluhan
Agama Islam
Tanggal dan Waktu : 13 Juni, pukul 10.05-11.30 WIB
1. Siapa saja yang dibina selama pelatihan sertifikasi ? dan berapa jumlah
pesertanya ?
Jawab : Yang dibina oleh Kanwil Kemenag Provinsi Banten yakni :-
pembimbing di Kan Kemenag, Pembimbing Di KUA, Pembimbing Di KB,
Juga Pembimbing di PPIU (Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umroh) jadi
terbuka untuk pelatihan sertifikasi ini. Setiap angkatan itu peserta yang
mendaftra sekitar 150 orang, dalam proses seleksi administrasi peserta akan di
eliminasi sebanyak 50 jadi total yang mengikuti pelatihan hanya 100 peserta
dan banten sduah 2x mengikuti pelatihan sertifikasi ini. Berarti jumlah peserta
dari banten yang telah mengikuti pelatihann sebanyak 200. Dalam pelatihan
sertifikasi tahun 2016 peserta berjumlah 100 itu gugur 2, jadi sisanya
berjumlah 98 pembimbing yang bersertifkat.
2. Bagaimana pendapat bapak tentang efektif tidaknya penyelenggaraan ini?
Jawab : Mulai darI perjalanan recruitment yang begitu antusias dan banyak,
lalu peserta dibuang dan tidak lulus kemudian tahun berikutnya ikut serta lagi
dan datang lagi. Saat pembelajaran peserta full day selama 10 hari tidak keluar
gedung pelatihan dan benar-benar tidak terkena sinar matahari sedikit pun
kecuali saat praktik di kanwil provinsi, namun justru mendapatkan respon
positif dari peserta, ada salah satu peserta yang menyatakan bahwa selama
bertemunya mereka dengan hasil belajar di luar hegeri, di Madinah, Mesir
atau lainnya tentang regulasi kosong sehingga mereka senang sekali ketika
mendapatkan pengetahuan baru yang sangat bermanfaat. Kemudian kata
orang pemerintahan Kua, Kankemenag dan pesertanya berbaur bersama
selama 10 hari sehingga baik dari pihak peserta maupun pemerintah saling
mengisi satu sama lain dalam khasanah keilmuan. Mereka memandang
kegiatan ini merupakan ilmu yang gratis justru peserta malah dibayar uang
duduknya dan mendapatkan ilmu selama 10 hari itu. Saya selaku narasumber
sekaligus fasilitator dari pihak pemerintah saya selalu ikut serta menemani
selama berlangsung nya pelatihan dari mulai teori dasar yang ada pada silabus
sampai pada praktek saya ikut terus. Hal ini dilakukan sebagai tufoksi selaku
kasi pembinaan haji dan umroh. Jadi mereka yang tadinya kurang kenal
kurang dekat karena 10 hari bersama mengikuti pelatihan mereka sikapnya
menjadi semakin baik, pdalah secara keilmuan mereka lebih tinggi apalagi
lulusan dari universitas luar negeri tapi karena kami perlakukan dengan
professional, respon mereka kepada kami pun hormat sekali padalah yang
kami lakukan hanya memberikan pelayanan seperlunya. Contoh missal nya
dari segi ketepatan waktu dan pengelolaannya, mereka sangat sensitive.
Apabila ada waktu kosong segera harus di tutup dan sebelum mansuk pada
meteri selanjutnya narasumer itu harus usdah segera dihubungi dan jik terjadi
hambatan atau tidak bisa datang. maka harus ada yang menggantikan dan bisa
maju dari narasumber lain khususnya para dosen iain yang bekerjama dengan
PHU yang piket saat itu
3. Apakah ada hambatan dari jemaah selama materi ?
Jawab : Tidak ada, justru mereka terbuka dan memang harus begitu. Seorang
pembimbing baik petugas tidak boleh memiliki jiwa otoriter tapi kita mesti
memposisikan mereka sebagai orang dewasa meskipun mereka kosong dalam
keilmuannya, pengetahuan dan wawasannya dan pengalamannya dalam
umroh dan haji. Tapi kita tidak boleh menyinggung hal yang lebih dalam
menyangkut pribadi kepada peserta. Justru kita yang mengklaim sendiri
sebagai (hodimul hujjah) pelayan jemaah haji. Jemaah haji dengan notaben
dan background yang bermacam-macam itu semua mesti dilayani dengan
baik-baik apalagi yang berbeda seperti buta huruf kita harus bisa
menanganinya bagaimana selaku pembimbing atau petugas, begitu juga
kepada yang intelektual bagaimana pembimbing atau petugas menyikapinya
dan posiiskan mereka dengan lininya masing-masing. Artinya bagaimana kita
selaku pembimbing atau petugas menyesuaikan diri dengan jemaah.
Foto bersama Bapak Dr. H. Deni Rusli
Foto struktur di ruang Bidang Haji dan Umroh
SURAT KEPUTUSANKEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI BANTEN
NOMOR : Kw.28.3/02/Hj.01/ 1148 /2016
Tentang :
PENETAPAN PANITIA PELAKSANA, NARASUMBER, ASSESOR, MODERATOR, DAN PESERTAPELAKSANAAN SERTIFIKASI PENYULUH DAN PEMBIMBING MANASIK HAJI
TAHUN 2016
KEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA BANTEN
Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kualitas, kreativitas dan integritas Penyuluh danPembimbing Manasik Haji serta pelayanan terhadap calon jamaah haji yangprofesional, perlu diadakan kegiatan Pelaksanaan Sertifikasi Penyuluh danPembimbing Manasik Haji;
b. bahwa untuk kelancaran pelaksanaan di maksud pada huruf a di atas, perlu ditetapkan Panitia Pelaksana, Narasumber, Assesor, Moderator, dan Peserta yangditetapkan dengan Surat Keputusan;
c. bahwa mereka yang namanya tercantum dalam lampiran Surat Keputusan ini,dipandang cakap dan memenuhi syarat untuk melaksanakan tugas-tugas dimaksud.
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 428);
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2004 tentang PerbendaharaanNegara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843);
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang PemeriksaanPengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan, (Lembaran Negara RI Tahun 2004nomor 66, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor : 4400) ;
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2008 tentang PenyelenggaraanIbadah Haji (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor : 60, Tambahan a Negara RINomor 4 Perubahan 4845) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang RINomor : 34 Tahun 2009 tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang RINomor : 34 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah PenggantiUndang-undang RI Nomor : 2 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-undangRI Nomor : 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menjadiUndang-undang (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor : 142, TambahanLembaran Negara RI Nomor : 5061);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2012 tentangPelaksanaan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2008 tentangPenyelenggaraan Ibadah Haji;
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 83 Tahun 2015 tentang KementerianAgama;
7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 42 Tahun 2002 tentang pedomanpelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembar Negara RI Nomor :37 Tahun 2003, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor : 4214),sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor : 72 Tahun2004 (Lembar Negara Republik Indonesia Nomor : 92 Tahun 2004, Tambahan LNRINomor 4418);
8. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama.
9. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama;
10. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Agama Nomor 15 Tahun 2012 tentangPenyelenggaraan Ibadah Haji Khusus;
11. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014 tentang PejabatPerbendaharaan Negara pada Kementerian Agama;
12. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2015 tentangPerubahan atas Peraturan Menteri Agama No. 14/2012 tentang PenyelenggaraaanIbah Haji Reguler;
13. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2015 tentangPenyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah;
14. Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nomor: D/223 Tahun2015 tentang Pedoman Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Direktur JenderalPenyelenggaraan Haji dan Umrah.
Memperhatikan : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Kantor Wilayah Kementerian AgamaProvinsi Banten Tahun Anggaran 2016, Nomor : DIPA-025.09.2.648638/2016 tanggal07 Desember 2015. Program 025.09.06, Kegiatan 2148.001.002, 021.C Akun : 521211,521213, 522141, 522151, 524111, 524114.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI BANTENTENTANG PENETAPAN PANITIA PELAKSANA, NARASUMBER, ASSESOR, MODERATOR,DAN PESERTA PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENYULUH DAN PEMBIMBING MANASIKHAJI DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI BANTENTAHUN 2016.
Pertama : Menetapkan Panitia Pelaksana, Narasumber, Assesor, Moderator, dan Peserta KegiatanPelaksanaan Sertifikasi Penyuluh dan Pembimbing Manasik Haji di lingkungan KantorWilayah Kementerian Agama Provinsi Banten dengan susunan sebagaimana tercantumpada Lampiran, I, II, III, IV, dan V Surat Keputusan ini.
Kedua : Tugas Pokok Panitia Pelaksana, Narasumber, Assesor, dan Moderator sebagaimanadimaksud pada Diktum pertama adalah sebagai berikut :
1. Tugas Panitia Pelaksana yaitu merencanakan dan melaksanakan kegiatan denganmenyusun panduan dan jadwal kegiatan, memfasilitasi, menetapkan calon peserta,dan melaporkan kegiatan sertifikasi kepada Kepala Kantor Wilayah kementerianAgama Provinsi Banten.
2. Tugas Narasumber yaitu memberikan materi pembelajaran/pembekalan kepadapeserta sesuai jadwal yang disusun oleh panitia pelaksana.
3. Tugas Moderator yaitu memandu dan mengalokasikan waktu penyampaian materidan tanya jawab/diskusi serta membuat kesimpulan materipembelajaran/pembekalan yang disampaikan oleh narasumber sesuai jadwal yangdisusun oleh panitia pelaksana.
4. Tugas Assesor yaitu melakukan verifikasi data dan persyaratan calon peserta,menilai tugas, serta merekomendasikan kelulusan peserta.
Ketiga : Kegiatan Pelaksanaan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji ini dilaksanakan padatanggal 08 Maret s/d 17 Maret 2016 bertempat di Le Dian Hotel Jl. Jend. SudirmanNo.88 Serang.
Keempat : Kepada Panitia Pelaksana, Narasumber, Assesor, Moderator, dan Peserta diberikan :
1. Honorarium Panitia Pelaksanaa. Honor Penanggungjawab Rp. 450.000,- /OKb. Honor Ketua Rp. 400.000,- /OKc. Honor Sekretaris Rp. 300.000,- /OKd. Honor Anggota Rp. 300.000,- /OK
2. Honorarium Narasumbera. Honor Honor Narasumber Es I Rp. 1. 200.000,- /OJb. Honor Narasumber Es II Rp. 1. 000.000,- /OJc. Honor Narasumber Es III Rp. 900.000,- /OJ
3. Honor Assesor Rp. 200.000,- Org/Peserta
4. Honor Moderator Rp. 700.000,- /Kali
5. Uang Saku Peserta dan Panitia Rp. 85.000,- /OH
6. Transpor Peserta dan Panitia Rp. 100.000,- /OT
Kelima : Segala Pembiayaan yang timbul akibat kegiatan ini, dibebankan pada Daftar IsianPelaksanaan Anggaran (DIPA) Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nomor : DIPA-025.09.2.648638/2016 tanggal 07 Desember 2015. Program 025.09.06, Kegiatan2148.001.002, 021.C Akun : 521211, 521213, 522141, 522151, 524111, 524114.
Keenam : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari terdapatkekeliruan dalam penetapan ini akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : SerangPada tanggal : Februari 2016
Kepala,
Drs. H. Moh. Agus Salim, M.PdNIP.196408171989031002
Tembusan :1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan RI di Jakarta;2. Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI di Jakarta;3. Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI di Jakarta;4. Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI di Jakarta;5. Kepala Kanwil DJPBN XI Provinsi Banten di Serang;6. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Serang di Serang.
Lampiran I
Keputusan Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi BantenNomor : Kw.28.3/02/ Hj.01/ /2016Kegiatan : Pelaksanaan Sertifikasi Penyuluh dan Pembimbing Manasik Haji
Di lingkungan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Banten Tahun 2016Tanggal : Februari 2016
SUSUNAN PANITIAPELAKSANAAN SERTIFIKASI PENYULUH DAN PEMBIMBING MANASIK HAJI
DI LINGKUNGAN KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI BANTENTAHUN 2016
NO N A M A NIP JABATAN KETERANGAN
1 H. Lukmanul Hakim, S.Ag., M.Si 197209041993031002 PenanggungJawab
Kepala Bidang Peny. Hajidan Umrah
2 N. Makfiyati 197401072002122001 Ketua JFU Penyusun BanhanPengawasan PIHK/PPIU
3 H. Koko Harmoko 197911012009011007 Sekretaris JFU Penyusun LaporanPengendali BPS BPIH
4 Asep Akhmad Faozi 197203011998031002 Anggota JFU Penyusun BahanMateri Bimbingan
5 Hj. Sri Suryanti 196812191998031002 Anggota JFU Analis DokumenPerizinan PIHK
6 E. Nurhayati 196910141991032001 Anggota JFU Pengevaluasi KinerjaPetugas
7 Nurul Hilmi 198402052011011006 Anggota JFU Penyusun BahanKebijakan
8 H. Suhandi 196707102002121003 Anggota JFU Caraka
9 H. Irfan Lirisfana, Lc - Anggota Pelaksana PembinaanHaji dan Umrah
10 Muhyiddin Abdul Wasie - Anggota Pelaksana Pendaftarandan Dokumen Haji
11 Ahmad Husin - Anggota Dosen IAIN “SMH” Banten
Ditetapkan di : SerangPada tanggal : Februari 2016
Kepala,
Drs. H. Moh. Agus Salim, M.PdNIP. 196408171989031002
Lampiran II
Keputusan Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi BantenNomor : Kw.28.3/02/ Hj.01/ /2016Kegiatan : Pelaksanaan Sertifikasi Penyuluh dan Pembimbing Manasik Haji
Di lingkungan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Banten Tahun 2016Tanggal : Februari 2016
DAFTAR NARASUMBERPELAKSANAAN SERTIFIKASI PENYULUH DAN PEMBIMBING MANASIK HAJI
DI LINGKUNGAN KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI BANTENTAHUN 2016
NO NAMA NIP JABATAN
1 Prof. Dr. H. Abdul Jamil, MA 195704141982031003 Dirjen PHU Kemenang RI
2 Drs. H. Agus Salim, M.Pd 196408171989031002 KaKanwil Kemenag Prov. Banten
3 Dr. Muhajirin Yanis, M.Pd.I 196804281994031001 Direktur Pembinaan Haji dan Umrah
4 Hj. Sri Ilham Lubis, Lc.,M.Pd 196612251993032002 Direktur Pelayanan Luar NegeriKemenag RI
5 Drs. H. Ahda Barori AS, MM 195807251989031001 Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri
6 Drs. H. Mahmudi, M.Si 196410081986031001 Kabag TU Kanwil Kemenag Prov.Banten
7 H. Lukmanul Hakim, M.Si 197209041993031002Kepala Bidang PHU Kanwil Kemenag
Prov. Banten
8 Dr. Ali Rokhmad, M.Pd 196607061994031003 Ka Subdit Pembinaan
9 H. Didin Aliyudin,M.Ak 196311101984091001 Kabid P2PL Dinkes Banten
10 H. Khoiriji MD, S.S.os., MM 196111111983031024 Ka Subdit Petugas Haji
11 Drs. KH. Mukhtar Ilyas - Ketua Form Kelompok Bimbingan
12 Drs. H. Tb Juwaeni, M.Ag 196408151989031001 Kasi Pembinaan Haji dan Umrah
13 Prof. Dr. H. Tihami, MA.,MM 195108151981031004 Dosen IAIN “SMH” Banten
14 Prof. Dr. H. E. Syibli Syarjaya, Lml.,MM 195007051983031001 Dosen IAIN “SMH” Banten
15 Prof. Dr. H. Suparman Usman - Pensiunan Dosen IAIN “SMH” Banten
16 Dr. H. Wawan Wahyudin 196201011985031008 Dosen IAIN “SMH” Banten
17 Dr. Hj. Hunaenah, M.Pd 196704141993032003 Dosen IAIN “SMH” Banten
18 Dr. H. A. M. Romly, M.Hum 150192324 Ketua MUI Prov. Banten
19 Dr. Syamsudin, M.Pd 195503071980031003 Dosen IAIN “SMH” Banten
20 Dr. H. Ikhwan Hadiyin, M.Pd 196005131992031001 Dosen IAIN “SMH” Banten
Ditetapkan di : SerangPada tanggal : Februari 2016
Kepala,
Drs. H. Moh. Agus Salim, M.PdNIP. 196408171989031002
Lampiran III
Keputusan Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi BantenNomor : Kw.28.3/02/ Hj.01/ /2016Kegiatan : Pelaksanaan Sertifikasi Penyuluh dan Pembimbing Manasik Haji
Di lingkungan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Banten Tahun 2016Tanggal : Februari 2016
DAFTAR MODERATORPELAKSANAAN SERTIFIKASI PENYULUH DAN PEMBIMBING MANASIK HAJI
DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI BANTENTAHUN 2016
NO NAMA NIP JABATAN
1 H. Seiko 197810122002121003 Kepala Seksi Pendaftaran danDokumen Haji
2 Hj. Nia Rahayu 196304151991032001 Kepala Seksi Informasi Haji
3 H. Yadi Mulyawardi 197703142008011013 JFU Pengembang Dana Haji
4 H. Ade Baijuri 198207082002121000 JFU Penyusun Perlengkapan Haji
5 Asep Dani 197407272008011014 JFU Pengembang Dana Haji
6 Nuke Aulia Melawati 198511292011120110 JFU Penyusun LaporanKeuangan
7 Ruiyah Rasman 197801152002122007 JFU Pengelola Akomodasi Haji
Ditetapkan di : SerangPada tanggal : Februari 2016
Kepala,
Drs. H. Moh. Agus Salim, M.PdNIP. 196408171989031002
Lampiran IV
Keputusan Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi BantenNomor : Kw.28.3/02/ Hj.01/ /2016Kegiatan : Pelaksanaan Sertifikasi Penyuluh dan Pembimbing Manasik Haji
Di lingkungan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Banten Tahun 2016Tanggal : Februari 2016
DAFTAR ASSESORPELAKSANAAN SERTIFIKASI PENYULUH DAN PEMBIMBING MANASIK HAJI
DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI BANTENTAHUN 2016
NO N A M A NIP JABATAN
1 Dr. H. Masrukhin Muhsin, Lc., M.A 197202021999031004 Dosen IAIN “SMH” Banten
2 Dr. H. Sanusi, M.A 197802252008011009 Dosen IAIN “SMH” Banten
3 H. Mokh. Apipi 197303232002121001Kepala Seksi Pengelolaan
Keuangan Haji
4 H. Zarkoni 197204162002121005 Kepala Seksi Akomodasi,Transportasi dan Perlengkapan
Haji
Ditetapkan di : SerangPada tanggal : Februari 2016
Kepala,
Drs. H. Moh. Agus Salim, M.PdNIP. 196408171989031002
Lampiran V
Keputusan Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi BantenNomor : Kw.28.3/02/ Hj.01/ /2016Kegiatan : Pelaksanaan Sertifikasi Penyuluh Pembimbing Manasik Haji
Di lingkungan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Banten Tahun 2016Tanggal : Februari 2016
DAFTAR PESERTAPELAKSANAAN SERTIFIKASI PEMBIMBING MANASIK HAJI
DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI BANTENTAHUN 2016
NO N A M A UTUSAN PROV/KAB/KOTA
1 Drs. Badrudin IAIN “SMH” Banten Banten
2 H. Ridho IPHI Banten
3 H. Agus Sukirno, S.Ag.,M.Pd IAIN “SMH” Banten Banten
4 Dr. H. Amas Tajudin, S.Ag.,MM IPHI Banten
5 Hj. Eva Hudoifah, S.Ag IPHI Banten
6 Drs. Nursa’ad, MM.Pd KUA Kec. Anyar Kab. Serang
7 Drs. H. Imam Mujahid Sy KUA Kec. Kopo Kab. Serang
8 H. Muhammad Munawar Halili,SE
KB Al Munawar Banie Amin Kab. Serang
9 H. Ubaedillah, Lc KB Robiatul Adawiyah Kab. Serang
10 Drs. H. A. Farid, M.Si KUA Kec. Padarincang Kab. Serang
11 Muhamad Robi Ulfi KB Al-Huda Kab. Serang
12 Samsul Hadi, S.SOS., M.Pd Penyuluh KanKemenag Kab. Serang
13 H. Gozali, S.SOS KUA Kec. Kibin Kab. Serang
14 Muhamad Jayadi, S.Pd.I KUA Kec. Binuang Kab. Serang
15 Edi Wijaya Penyuluh KanKemenag Kab. Pandeglang
16 H. Iwan Setiawan KB Nurhalimah Kab. Pandeglang
17 H. Asep Mulyadi Penghulu Kab. Pandeglang
18 H. Cholid KanKemenag Kab. Pandeglang
19 Drs. H. Taofiq Firdaus KUA Kec. Cijaku Kab. Lebak
20 H. Suryanto, S.SOS.I Penyuluh KanKemenag Kab. Lebak
21 Drs. H. Ma’mun Sanusi, M.Pd.I KUA Kec. Bayah Kab. Lebak
22 H. Abdullah Al Hadad, S.Ag., M.Si KUA Kec. Sajira Kab. Lebak
23 H. Agus Salim, M.Si KUA Kec. Cigemblong Kab. Lebak
24 H. Endin Hasanudin, S.Pd.I KB Al Ma’rifat Kab. Lebak
25 Drs. H. Ade Muslih Penyuluh KanKemenag Kab. Lebak
NO N A M A UTUSAN PROV/KAB/KOTA
26 Bisri, S.H.I KUA Kec. Sobang Kab. Lebak
27 Aminin Nurdin, S.Ag KUA Kec. Muncang Kab. Lebak
28 Drs. H. Lili Hasanudin KUA Kec. Banjarsari Kab. Lebak
29 H. abdul Aziz KB Al Arobiyah Kab. Lebak
30 H. Komar Jaya, S.Ag KUA Kec. Curug Kab. Tangerang
31 Drs. H. Rohimin KUA Kec. Pasar Kemis Kab. Tangerang
32 H. Ajat Sudrajat, S.Pd.I KUA Kec. Mauk Kab. Tangerang
33 H. Ahmad Rifaudin, S.Ag.,M.Pd KanKemenag Kab. Tangerang
34 Drs. H. Musa Hidayat, MM KanKemenag Kab. Tangerang
35 H. Nurkholiq, S.Ag.,MM KUA Kec. Balaraja Kab. Tangerang
36 Hj. Khaeroyaroh, S.Ag Penyuluh Kec. Pasar Kemis Kab. Tangerang
37 Drs. H. Abdullah KB An-NabilahKab. Tangerang
38 Drs. Amrullah, M.Si KanKemenag Kab. Tangerang
39 Drs. H. Hasanudin, M.Pd KUA Kec. Pakuhaji Kab. Tangerang
40 H. Nuryani, S.Ag KUA Kec. Kelapa Dua Kab. Tangerang
41 H. Sukron Mamun, SE KB Al-Syukroniyah Kab. Tangerang
42 H. Masykur, S.Ag KUA Kec. Teluknaga Kab. Tangerang
43 Hj. Soleha, S.Ag Penyuluh Kec. Legok Kab. Tangerang
44 H. Jurjani KB. Roudhatul Hasanah Kab. Tangerang
45 Drs. H. Miftahudin KUA Kec. Sepatan Kab. Tangerang
46 H. Haetami, S.SOS.I KB. Shohibul Barokah Kab. Tangerang
47 H. Muslim, S.Ag KUA Kec. Sepatan Timur Kab. Tangerang
48 H. Dasman, S.Ag KUA Kec. Cikupa Kab. Tangerang
49 Dra. Hj. Rohmaniah KB tarbiyatul Mubtadiin Kab. Tangerang
50 Dra. Hj. Maesaroh Penyuluh Kec. sepatan Kab. Tangerang
51 Drs. H. Edy suherman, MA KUA Kec. Solear Kab. Tangerang
52 H. Hasanudin, S.SOS Penyuluh Agama Islam Kota Tangerang
53 Drs. H. Arief Fachrudin, M.Pd Kasi KanKemenag Kota Tangerang
54 Ahmad Syauqi KB Nurul Barkah Kota Tangerang
55 H. M. Arif, S.Ag Kepala KUA Kota Tangerang
56 H. Iin Solihin, S.Ag Penghulu Kota Tangerang
57 Edi Rohaedi, S.Ag Penghulu Kota Tangerang
58 H. Ridwan S.Ag Kepala KUA Kota Tangerang
59 H. Anshari, S.Ag Kepala KUA Kota Tangerang
NO N A M A UTUSAN PROV/KAB/KOTA
60 H. Hasan Basri, S.Ag Penghulu Kota Tangerang
61 H. Saeful Bachri KB Al Hasyimiyah Kota Tangerang
62 Moh Anas, S.Ag Kepala KUA Kota Tangerang
63 H. Burhanudin, S.Ag Penghulu Kota Tangerang
64 H. Andi Fahrizal, S.Ag Penghulu Kota Tangerang
65 Dr. Agus Sarwanto PPIU Tunas Imani Kota Tangerang
66 H. Hamdan KB Babussalam Kota Tangerang
67 Ali Suryadi, S.Ag Kepala KUA Kota Tangerang
68 Ir. Agus Sutanto PPIU Tunas Imani Kota Tangerang
69 H. Mir Syafe’i Kepala KUA Kota Tangerang
70 H. Jaelani KB Al-Fitroh Kota Tangerang
71 H. Lukman Hakim Kepala KUA Kota Tangerang
72 Dra. Hj. Sri Latifah KB Al-Fitroh Kota Tangerang
73 Drs. H. Isra Hidayah KB Al Hidayah Kota Tangerang
74 H. Nurdin Kepala KUA Kota Tangerang
75 Ahmad Rofikul KanKemenag Kota Cilegon
76 H. Abdul Rojak, S.Pd.I KB Al Inayah Kota Cilegon
77 Untung Sudirman KanKemenag Kota Cilegon
78 Drs. H. Abu Nasor, M.Si Kasi Pakis KanKemenag Kota Cilegon
79 H. A. Holilurrohman, S.Th.I KUA Kec. Jombang Kota Cilegon
80 Hj. Sahiyah, S.Pd.I., MM.Pd.I Penyuluh Agama Kota Cilegon
81 Ahmad Suja’i Penyuluh Agama Kota Cilegon
82 H. Udin Najmudin, Lc., M.Sy KUA Kec. Cipocok Jaya Kota Serang
83 H. Roby Shahri, S.Ag., M.Sy KUA Kec. Curug Kota Serang
84 H. Iful Saiful Ma’arif, S.Ag KanKemenag Kota Serang
85 Yatna Supratna, S.Ag., MA KUA Kec. Kasemen Kota Serang
86 H. Holilurrohman KB Umi Kasmiah Jamal Kota Serang
87 M. Syahbudin, S.Ag., M.Pd.I KanKemenag Kota Serang
88 H. Khanafi, S.Ag KUA Kec. Taktakan Kota Serang
89 Drs. H. Yahya, M.Sy KUA Kec. Kasemen Kota Serang
90 Fawaz Ahmad Mansur KB Al Ikhlas Kota Serang
91 H. Junaro, S.Ag KUA Kec. Walantaka Kota Serang
92 H. Hasanudin, S.Ag., MM.Pd KanKemenag Kota Serang
NO N A M A UTUSAN PROV/KAB/KOTA
93 Wachju Widayana, SQ., MA KanKemenag Kota Serang
94 Drs. H. Mohammad Saman,M.Ag
KB Labbaika Kota Tangerang Selatan
95 H. sanusi, S.Ag Penyulu Agama Kota Tangerang Selatan
96 H. M. Nasharuddin Syarbini KanKemenag Kota Tangerang Selatan
97 Drs. H. Syamsudin KUA Kec. Serpong Kota Tangerang Selatan
98 Lutfi Gustav Heru Cahya KB Mujahidin Kota Tangerang Selatan
99 Dr. H. Yahya Iskandar, M.Pd KanKemenag Kota Tangerang Selatan
100 H. Mohamad Zaenuri, S.Si KB Al Hidayah Kota Tangerang Selatan
Ditetapkan di : SerangPada tanggal : Februari 2016
Kepala,
Drs. H. Moh. Agus Salim, M.PdNIP. 196408171989031002