Upload
dangminh
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE THINK PAIR SQUARE DITINJAU DARI KEMAMPUAN
KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 3
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016)
(SKRIPSI)
OlehEvalia Nova Rianti
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE THINK PAIR SQUARE DITINJAU DARI KEMAMPUAN
KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 3
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016)
Oleh
EVALIA NOVA RIANTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan MatematikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE THINK PAIR SQARE DITINJAU DARI KEMAMPUAN
KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri Muhammadiyah 3
Bandar Lampung T.P. 2015/2016)
Oleh
EVALIA NOVA RIANTI
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe think pair square ditinjau dari kemampuan
komunikasi matematis siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2015/ 2016
dan sampel penelitian adalah siswa kelas VIII-B dan VIII-C yang dipilih dengan
teknik purposive random sampling. Penelitian ini menggunakan desain posttest
only control design. Data kemampuan komunikasi matematis siswa diperoleh
melalui tes bentuk uraian. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair square tidak
efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa.
Kata kunci : efektivitas, komunikasi matematis, think pair square
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Evalia Nova Rianti lahir di Yogyakarta, pada tanggal 14
September 1994. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan
Bapak Sinar Ali dan Ibu Daru Widiyanti, memiliki dua kakak perempuan bernama
Alina Widiastuti dan Dianalita Widiarini.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK PGRI Bukit
Kemuning pada tahun 2000, pendidikan dasar di SD Negeri 1 Bukit Kemuning,
pada tahun 2006, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Bukit
Kemuning pada tahun 2009, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1
Bukit Kemuning pada tahun 2012. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas
Lampung pada tahun 2012 melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN) Jalur Tertulis dengan mengambil Program Studi Pendidikan
Matematika.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT)
di Desa Sukamaju, Pekon Pagar Bukit II, Kecamatan Bengkunat Belimbing,
Kabupaten Pesisir Barat sekaligus menjalani Program Pengalaman Lapangan
(PPL) di SMP Negeri 3 Bangkunat Belimbing pada tahun 2015.
Motto
Jika kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik untukdirimu sendiri….
Dan jika kamu berbuat jahat maka (kerugian kejahatan) ituuntuk dirimu sendiri…
( QS. Al-Isra’ : 7)
Persembahan
Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha SempurnaSholawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Uswatun Hasanah
Rasululloh Muhammad SAW
Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta & kasih sayangku kepada:
Ibuku tercinta (Daru Widiyanti) dan Ayahku (Sinar Ali)yang selalu memberikan kasih sayang, doa dan semangat untuk putrimu ini
sehingga ia yakin bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya.
Kedua saudariku, Mbak Alin dan Diana Eonni serta seluruh keluarga besar yangterus memberikan dukungan dan doanya kepadaku.
Para pendidik yang telah memberikan ilmunya dengan tulus dan penuh kesabaran.
Semua Sahabat yang begitu tulus menyayangiku dengan segala kekuranganku,sehingga indahnya ukhuwah yang Allah SWT titipkan ini dapat kita rasakan
bersama-sama.
Almamater Universitas Lampung tercinta
SANWACANA
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Square Ditinjau dari Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri
Muhammadiyah 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015-2016)”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang tulus ikhlas kepada:
1. Ibu tercinta (Daru Widiyanti) dan Ayah (Sinar Ali), Eonni (Dianalita
Widiarini), Mbak Alin dan keluarga, serta seluruh keluarga besarku yang
selalu mendoakan, menyayangi dan memberikan nasihat dan semangat yang
tulus untuk keberhasilanku.
2. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku dosen Pembimbing Akademik
sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan ilmu, motivasi, dan
bimbingannya dengan sabar selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini
menjadi lebih baik.
3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II dan Ketua
Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan ilmu,
iii
sumbangan pemikiran, kritik, dan saran serta memberikan kemudahan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku pembahas yang telah
memberikan saran-saran yang membangun sehingga skripsi ini terselesaikan
dengan baik.
5. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah mem-
berikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
8. Ibu Wahdiyana, S.T., M.Pd.T., selaku Kepala SMP Muhammadiyah 3 Bandar
Lampung yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.
9. Ibu Helma, S.Pd., MM., selaku guru mitra di SMP Muhammadiyah 3 Bandar
Lampung yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama
melaksanakan penelitian.
10. Siswa-siswi kelas VII B dan VII C SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2015-2016, atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.
11. Keluarga besarku yang ada di Yogyakarta, terimakasih atas doa dan
dukungannya.
12. Sahabat-sahabatku tersayang: Linda Nurfitiyani, Fitriyanti, Heni Yusnani,
Yuliana, Rini Haswin Pala, Mila Alifia Hamdalah, Dewi Mutia Sari dan
iv
Dyana Astuti atas segala kenangan indah, doa, motivasi dan dukungan yang
telah diberikan.
13. Teman-teman tersayang di Pendidikan Matematika angkatan 2012: Elok, Kak
Lela, Devi, Suci, Ewi, Erma, Ela, Dian, Titi, Nuy, Nidya, Talitha, Reysti,
Agata, Arum, Yuni, Rina, Indri, Burhan, Rian, dan teman-teman yang tidak
bisa kusebutkan satu-persatu. Terimakasih atas kebersamaannya selama ini
dan semua bantuan yang telah diberikan.
14. Sahabat-sahabat kecilku: Ria Fitri, Affi Arizka Handayani, dan Agustia
Kasandra atas kebersamaannya selama ini.
15. Sahabat Sholehahku : Wulan, Rizki, Herna, Eka, dan juga Mbak Feni, Mbak
Irma, dan Mbak Iik atas doa, motivasi dan pelajaran yang diberikan selama
kebersamaan ini.
16. Kakak-kakakku di Pendidikan Matematika FKIP UNILA angkatan 2011 dan
2010 serta adik-adikku angkatan 2013, 2014, dan 2015 terima kasih atas
kebersamaannya.
17. Teman-temanku di Asrama Putri Ayu: Eka, Khumairah, Isni, Riza, Nimas,
Ayu, Hida, Khorik, Hana, Nova dan Ibu Fatnah terimakasih atas kebersamaan-
nya selama ini.
18. Keluarga baruku, teman-teman KKN-KT FKIP UNILA 2015 Pekon Pagar
Bukit, Kecamatan Bengkunat Belimbing: Ummu Hanifah, Siti Maya Sari,
Wahyu Meiranti, Erva Septi Rindiantika, Siti Sholehah Windiyani, Nur Mila,
Danu Andiyanto, I Wayan Chandra, dan Roni Sacta Mirza atas kebersamaan-
nya yang penuh makna dan kenangan.
v
19. Keluarga besar SMP Negeri 3 Bangkunat Belimbing, Kabupaten Pesisir Barat
atas semua pengalaman dan kebersamaannya selama menjalani KKN-KT.
20. Sekelik Bidikmisi Universitas Lampung angkatan ketiga tahun 2012 atas
kebersamaannya selama ini.
21. Penjaga gedung G, Pak Liyanto dan Pak Mariman terimakasih atas segala
bantuan yang telah diberikan selama ini.
22. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.
23. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada
penulis mendapat balasan pahala yang dari Allah SWT dan semoga skripsi ini
bermanfaat.
Bandar Lampung, April 2016
Penulis
Evalia Nova Rianti
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... ix
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 10
A. Kajian Teori ..................................................... ...................................... 10
1. Efektivitas Pembelajaran..................................................................... 10
2. Kemampuan Komunikasi Matematis .................................................. 13
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square .................. 16
4. Pembelajaran Konvensional ............................................................... 21
5. Penelitian Terdahulu yang Relevan ................................................... 22
B. Kerangka Pikir................................................................... ..................... 23
C. Anggapan Dasar ...................................................................................... 25
D. Hipotesis Penelitian................................................................................. 26
vii
III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 27
A. Populasi dan Sampel ............................................................................... 27
B. Desain Penelitian..................................................................................... 28
C. Data Penelitian ........................................................................................ 28
D. Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 29
E. Langkah-Langkah Penelitian................................................................... 29
F. Instrumen Penelitian .............................................................................. 30
G. Teknik Analisis Data............................................................................... 36
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 42
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 42
B. Pembahasan ............................................................................................ 45
V. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 51
A. Simpulan ................................................................................................. 51
B. Saran........................................................................................................ 51
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 53
LAMPIRAN....................................................................................................... 57
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ................................... 18
Tabel 3.1 Distribusi Nilai Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 BandarLampung........................................................................................... 27
Tabel 3.2 Desain Penelitian.............................................................................. 28
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis ............. 31
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas .......................................................................... 33
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda...................................................... 34
Tabel 3.6 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ............................................... 35
Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba Soal .............................................. 36
Tabel 3.8 Rekapitulasi Uji Normalitas Data KemampuanKomunikasi Matematis .................................................................... 37
Tabel 3.9 Rekapitulasi Uji Homogenitas Varians Data KemampuanKomunikasi Matematis .................................................................... 38
Tabel 4.1 Data Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa............................ 42
Tabel 4.2 Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi MatematisSiswa................................................................................................ 43
Tabel 4.3 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data KemampuanKomunikasi Matematis .................................................................... 44
Tabel 4.4 Hasil Uji Proporsi Data Kemampuan Komunikasi Matematis ....... 45
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A.1 Silabus Pembelajaran................................................................. 60
Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) KelasThink Pair Square ..................................................................... 64
Lampiran A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) KelasKonvensional ............................................................................ 86
Lampiran A.4 Lembar Kerja Siswa (LKS)....................................................... 108
Lampiran B.1 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ......... 137
Lampiran B.2 Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ......................... 139
Lampiran B.3 Pedoman Pemberian Skor Soal Kemampuan KomunikasiMatematis dan Kunci Jawaban Post-test .................................. 141
Lampiran B.4 Form Penilaian Post-Test .......................................................... 145
Lampiran C.1 Analisis Reliabilitas Hasil Tes Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa pada Kelas Uji Coba ..................................... 148
Lampiran C.2 Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Hasil TesKemampuan Komunikasi Matematis Siswa padaKelas Uji Coba .......................................................................... 150
Lampiran C.3 Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematis KelasTPSq.......................................................................................... 152
Lampiran C.4 Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematis KelasKonvensional ............................................................................ 153
Lampiran C.5 Uji Normalitas Data Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaKelas TPSq............................................................................... 155
x
Lampiran C.6 Uji Normalitas Data Kemampuan Komunikasi MatematisSiswa Kelas Konvensional........................................................ 156
Lampiran C.7 Uji Homogenitas Varians Skor Kemampuan KomunikasiMatematis antara Kelas TPSq dan Kelas Konvensional ........... 157
Lampiran C.8 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa Antara Kelas Eksperimen dan KelasKontrol ..................................................................................... 158
Lampiran C.9 Uji Proporsi Kemampuan Komunikasi MatematisKelas TPSq................................................................................ 160
Lampiran C.10 Pencapaian Indikator dan Rekapitulasi Pencapaian IndikatorKomunikasi Matematis ........................................................... 162
Lampiran D.1 Surat Izin Penelitian .................................................................. 168
Lampiran D.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian......................... 169
Lampiran D.3 Daftar Hadir Seminar Proposal ................................................. 170
Lampiran D.4 Daftar Hadir Seminar Hasil....................................................... 172
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam menghadapi tantangan perkembangan teknologi informasi yang semakin
maju diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi
secara global. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu
penentu kemajuan suatu bangsa. Hal ini mendorong setiap negara untuk mengem-
bangkan aspek di segala bidang, salah satunya adalah pendidikan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pen-
didikan Nasional menyebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasanabelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengem-bangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilanyang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berpijak pada pengertian pendidikan di atas, pendidikan memiliki peran untuk
membangun generasi muda yang cerdas, bermoral, dan berkepribadian yang baik.
Oleh karena itu, kualitas pendidikan harus senantiasa ditingkatkan untuk men-
capai kualitas sumber daya manusia yang lebih baik.
Bagian penting dari sebuah pendidikan adalah proses pembelajaran. Menurut
Sadiman, dkk (2003:9) proses pembelajaran harus dirancang sistematis dengan
memusatkan perhatian pada siswa. Pembelajaran direncanakan berdasarkan
2
kebutuhan dan karakteristik siswa serta diarahkan kepada perubahan tingkah laku
siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Salah satu mata pelajaran yang terdapat di sekolah-sekolah adalah pembelajaran.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013,
matematika merupakan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa pendidikan
dasar dan menengah dan dimaksudkan untuk mengembangkan logika dan kemam-
puan berpikir siswa. Kemudian Ruseffendi (1991:70) menyatakan bahwa matema-
tika penting untuk dipelajari karena begitu banyak kegunaannya antara lain
dengan belajar matematika maka siswa mampu melakukan perhitungan yang men-
jadi lebih sederhana dan praktis, dan dengan belajar matematika siswa mampu
menjadi manusia yang berpikir logis, kritis, tekun, bertanggung jawab dan mampu
menyelesaikan persoalan. Oleh karena itu, matematika menjadi salah satu mata
pelajaran pokok untuk siswa dalam mengembangkan pola pikir dan kemampuan-
nya.
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Depdiknas (2006:346)
tujuan pembelajaran matematika yaitu agar peserta didik mampu memahami
konsep matematika, menggunakan penalaran, memecahkan masalah, mengomuni-
kasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperje-
las keadaan atau masalah serta memiliki sikap menghargai kegunaan matematika
dalam kehidupan. Sejalan dengan itu, National Council of Teachers of Mathe-
matics (NCTM) (2000: 67) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran matematika
terdiri dari lima standar kemampuan matematika yang harus dimiliki oleh siswa,
yaitu kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, kemampuan
3
koneksi, kemampuan penalaran, dan kemampuan representasi. Dari tujuan pem-
belajaran matematika menurut Depdiknas dan NCTM di atas, mengisyaratkan
bahwa kemampuan komunikasi merupakan kompetensi penting dalam pembela-
jaran matematika.
Baroody dalam Rahayu (2011) menyebutkan sedikitnya dua alasan penting perlu-
nya komunikasi matematis ditumbuh kembangkan dikalangan siswa. Pertama,
matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir dan mengungkapkan pola,
menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga
sebagai alat yang sangat berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara
jelas, tepat dan cermat. Kedua, sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran
matematika, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa dan juga
komunikasi antara guru dan siswa. Hal ini berarti dengan komunikasi matematis,
siswa dapat menginterpretasikan dan mengekspresikan gagasan dan ide yang
mereka pelajari secara tepat dan koheren kepada siswa lain ataupun guru serta
menganalisis dan menyelesaikan suatu permasalahan matematis dengan baik.
Berdasarkan hasil The Trend International Mathematics and Science Study
(TIMSS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat
ke-38 dari 42 negara dengan nilai rata-rata 386 (Mullis, et al, 2012: 462). Hal
serupa juga terlihat dari hasil survei Programme for International Student Assess-
ment (PISA) di bawah Organization Economic Cooperation and Development
(OECD) pada tahun 2012 menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat
terbawah dari 65 negara dalam pemetaan kemampuan matematika, membaca, dan
sains (Adiputri, 2014). Dalam survei ini, matematika dikategorikan menjadi 6
4
level kemampuan matematis dan kemampuan komunikasi matematis adalah
kemampuan pada level ke-4. Persentase kemampuan komunikasi matematis siswa
Indonesia hanya sekitar 1,5% dengan keseluruhan skor rata-rata sebesar 375.
Data-data tersebut menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa
Indonesia masih tergolong rendah.
Kemampuan komunikasi matematis siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor di-
antaranya adalah pola interaksi pembelajaran. Pola interaksi pembelajaran
hendaknya dilakukan multiarah. Pada pola ini, pembelajaran tidak hanya terjadi
antara guru dengan siswa tetapi terdapat komunikasi antara siswa dengan siswa
lainnya. Komunikasi antar siswa ini melatih siswa untuk dapat mengungkapkan
ide-ide matematika yang dimiliki dengan bahasa sendiri yang lebih mudah
dipahami kepada siswa lainnya. Oleh karena itu, dengan adanya kesempatan siswa
saling berkomunikasi ini maka kemampuan komunikasi matematis siswa akan
dapat berkembang secara optimal.
Pada umumnya pola pembelajaran yang ada di sekolah masih berlangsung satu
arah. Proses pembelajaran dalam pola pembelajaran satu arah ini merupakan pro-
ses pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center). Pembelajaran ini
dikenal sebagai pembelajaran konvensional. Dalam proses pembelajaran konven-
sional, siswa lebih banyak mendengarkan, mencatat materi pembelajaran, dan
melakukan kegiatan sesuai perintah guru seperti mengerjakan latihan soal ataupun
pekerjaan rumah (PR). Pembelajaran tersebut kurang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya dan berkomunikasi antara siswa maupun guru,
5
sehingga siswa kesulitan dalam menjawab soal yang diberikan dan kurang mampu
mengoptimalkan dan mengekspresikan konsep yang dimilikinya.
Pembelajaran konvensional masih terjadi di SMP Muhammadiyah 3 Bandar
Lampung. SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung ini memiliki karakateristik
yang sama dengan SMP lainnya di Indonesia yaitu sebagian besar kemampuan
komunikasi matematis siswa masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil wawan-
cara dengan guru bidang studi yang mengajar kelas VII, diperoleh informasi
bahwa siswa kesulitan dalam menanggapi soal matematika yang berkaitan dengan
soal cerita dan soal tanpa ilustrasi gambar berkenaan dengan kehidupan sehari-
hari. Kesulitan siswa yang dihadapi adalah menginterpretasikan soal matematika
ke bentuk model matematika baik simbol, diagram, ataupun tabel.
Pola pembelajaran multiarah yang dapat memberikan kesempatan siswa untuk
berbagi ide dengan siswa lain dapat dilakukan jika siswa dibentuk dalam sebuah
kelompok belajar. Dengan berkelompok, siswa dapat saling berdiskusi, berpikir
dan memecahkan masalah bersama-sama. Aktivitas siswa dalam mengungkapkan
ide-ide matematika dan terlibat dalam berbagai perbedaan pendapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar saling menghargai pendapat orang lain,
memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan bersama. Interaksi siswa
dengan siswa lain dalam sebuah kelompok belajar dapat dicapai melalui model
pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menguta-
makan kerjasama diantara siswa dengan jalan diskusi dan saling mengkomuni-
kasikan pengetahuan dan ide matematika. Pola belajar kelompok dengan cara
6
kerjasama antar siswa akan mendorong siswa untuk lebih meningkatkan
kemampuannya dan memotivasi siswa untuk dapat bekerjasama lebih baik untuk
mencapai keberhasilan bersama. Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru.
Peran guru yaitu memantau, membimbing dan mengarahkan siswa dalam
kelompoknya selama proses pembelajaran. Maka dapat dikatakan, proses pembe-
lajaran dalam pembelajaran kooperatif akan didominasi oleh aktivitas siswa.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat dipilih adalah model
pembelajaran kooperatif tipe think pair square (TPSq). Tipe TPSq ini memberi-
kan kesempatan siswa lebih aktif bersama siswa lainnya. Terdapat 3 kegiatan
penting dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPSq yaitu tahap think (tahap
berpikir mandiri), dan dua tahap diskusi yaitu tahap pair (tahap berpasangan), dan
tahap square (tahap berkelompok berempat). Dua kali tahap diskusi tersebut
mengoptimalisasikan partisipasi siswa dan menyediakan kesempatan siswa yang
lebih banyak untuk saling membantu dengan pasangannya dan kelompoknya.
Siswa dapat mengeksplorasikan ide-idenya dan mengkomunikasikan informasi
matematika. Secara tidak langsung, siswa mengembangkan pola pikir dalam
memecahkan suatu masalah dan meningkatkan kemampuan komunikasi matema-
tisnya. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian tentang
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPSq untuk melihat sejauh mana
efektifnya ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPSq efektif
7
ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa SMP Muhammadiyah 3
Bandarlampung tahun ajaran 2015/2016?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengeta-
hui efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPSq ditinjau dari
kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 3
Bandarlampung Tahun Ajaran 2015/2016.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
terhadap pembelajaran matematika, terkait model pembelajaran kooperatif
tipe TPSq dengan kemampuan komunikasi matematis siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru dan calon guru matematika, diharapkan penelitian ini berguna
sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam memilih
pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan komuni-
kasi matematis siswa.
b. Bagi sekolah, diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan infor-
masi dan masukan dalam upaya pembinaan untuk guru dalam meningkat-
kan kualitas pembelajaran matematika.
8
c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukkan
dan bahan kajian di masa yang akan datang.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini antara lain:
1. Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan siswa pada proses pembe-
lajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dalam peneli-
tian ini, pembelajaran kooperatif tipe TPSq dikatakan efektif apabila kemam-
puan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran TPSq lebih
tinggi daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pem-
belajaran konvensional dan proporsi siswa yang memiliki kemampuan komuni-
kasi matematis terkategori baik (mempunyai nilai serendah-rendahnya 71) pada
siswa yang mengikuti pembelajaran TPSq lebih dari 60% dari jumlah siswa.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe TPSq merupakan pembelajaran berkelom-
pok yang dalam proses pembelajarannya diawali dengan tahap think yaitu ta-
hap berpikir mandiri oleh siswa dan dilanjutkan dengan dua kali kegiatan dis-
kusi yaitu pada tahap pair dan square. Di akhir pembelajaran, guru memberi-
kan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok
disertai kesimpulan dari pembelajaran.
3. Model pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa digunakan
oleh guru, dengan guru sebagai pusat pembelajaran di kelas. Dalam hal ini,
penyampaian materi pembelajaran dilakukan secara langsung oleh guru, dilan-
jutkan dengan pemberian pertanyaan atau latihan soal kemudian pemberian
tugas.
9
4. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam
mengekspresikan ide atau gagasan secara tertulis dengan bahasa matematika
berupa diagram dan notasi matematika lainnya.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Efektivitas Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008:284), efektivitas berasal
dari kata efektif yang berarti berhasil guna yang bisa dimaknai sebagai kegiatan
yang dapat memberikan kegunaan, atau manfaat dari hasil yang diperoleh. Echols
dan Shadily (2007: 207) mengemukakan bahwa efektivitas berasal dari bahasa
Inggris yaitu “effective” yang berarti berhasil dan tepat. Dengan demikian,
efektivitas menunjukkan tingkat keberhasilan pencapaian suatu tujuan yang tepat
atau yang telah ditetapkan.
Pembelajaran merupakan suatu proses menjadikan seseorang belajar. Menurut
Sagala (2008:15), pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, di mana
mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh peserta didik atau murid. Pendapat tersebut sesuai dengan Chatib
(2009:135) yang menyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses transfer
ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima
informasi. Sedangkan Darsono (2000: 24) menyatakan bahwa pembelajaran dapat
dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa,
sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik. Dari ketiga
11
pendapat ahli di atas maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah suatu
proses komunikasi antara guru dan siswa di mana guru sebagai pendidik
memberikan ilmu kepada siswa yang menerima ilmu tersebut untuk menuntun
siswa ke arah yang lebih baik.
Terkait dengan pembelajaran yang efektif, Hamalik (2001: 171) menyatakan
bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan
kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa
untuk belajar. Sedangkan Sutikno (2005:7) menyatakan bahwa pembelajaran yang
efektif yaitu suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar
dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai
dengan yang diharapkan. Pernyataan tersebut juga sesuai dengan pernyataan
Simanjuntak (1993:80) yaitu suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila
menghasilkan sesuatu sesuai dengan apa yang diharapkan atau dengan kata lain
tujuan yang diinginkan tercapai. Dengan demikian, pembelajaran efektif dapat
disimpulkan sebagai pembelajaran yang menyediakan kesempatan kepada siswa
untuk dapat belajar secara menyenangkan dengan tetap mempertimbangkan
ketercapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Dalam efektivitas pembelajaran, ketepatan memilih suatu pendekatan ataupun
model pembelajaran penting untuk membawa pengaruh baik dan manfaat keber-
hasilan bagi siswa. Menurut Usman (2006: 21) ada beberapa hal yang menentu-
kan keberhasilan belajar siswa dalam menciptakan efektifitas belajar mengajar,
yaitu: melibatkan siswa secara efektif, menarik minat dan perhatian siswa,
membangkitkan motivasi siswa, prinsip individu, dan peragaan dan pengajaran.
12
Keefektifan suatu pembelajaran dapat terlihat dari persentase siswa yang
mencapai ketuntasan belajar untuk masing-masing indikator mata pelajaran yang
dipelajari. Ketuntasan belajar merupakan kriteria penetapan ketuntasan minimal
yang ditetapkan di sekolah. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
(2006:13) ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu
kompetensi dasar berkisar antara 0-100% dan kriteria ideal ketuntasan untuk
masing-masing indikator adalah 75%. Berdasarkan ketentuan KTSP, Trianto
(2010:241) menyatakan bahwa penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri
oleh masing-masing sekolah yang dikenal dengan kriteria ketuntasan minimal
dengan berpedoman pada tiga pertimbangan. Tiga pertimbangan tersebut yakni
kemampuan setiap peserta didik yang berbeda-beda, fasilitas setiap sekolah yang
berbeda-beda, dan daya dukung setiap sekolah yang berbeda-beda. Dalam peneli-
tian ini, kemampuan yang diukur hanya kemampuan komunikasi matematis
sehingga kriteria masing-masing indikator yang digunakan adalah 60%. Untuk
kriteria ketuntasan minimal disesuaikan dengan yang ditetapkan pada sekolah
tempat penelitian yaitu minimal 71.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran
adalah ukuran keberhasilan siswa pada proses pembelajaran dengan banyaknya
aktivitas pembelajaran oleh siswa dalam memahami dan mengeksplorasi suatu
konsep baik secara individual maupun berkelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Keberhasilan siswa tersebut ditunjukkan dari hasil
belajar siswa yang mencapai tujuan pembelajaran atau tidak. Tujuan pembelajaran
tersebut dilihat dari kemampuan komunikasi siswa yang menjadi lebih baik
setelah diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPSq.
13
Dengan kriteria efektivitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kemampuan
komunikasi matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe
TPSq lebih tinggi dibandingkan siswa yang mengikuti model pembelajaran
konvensional dan proporsi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi
matematis terkategori baik (mempunyai nilai serendah-rendahnya 71) pada siswa
yang mengikuti pembelajaran TPSq lebih dari 60% dari jumlah siswa.
2. Kemampuan Komunikasi Matematis
Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 menyatakan bahwa melalui pembelajaran
matematika, siswa diharapkan dapat mengkomunikasikan gagasan simbol, tabel,
diagram atau media lain untuk memperjelas suatu keadaan atau masalah
matematis. Sejalan dengan itu, Walle (2006: 4-5) menyatakan bahwa salah satu
dari lima standar proses adalah komunikasi yang menitikberatkan pada pentingnya
dapat berbicara, menulis, menggambarkan, dan menjelaskan konsep-konsep
matematika. Hal ini berarti komunikasi matematis menjadi salah satu standar
kompetensi lulusan dalam bidang matematika dan penting untuk ditingkatkan oleh
guru dalam proses pembelajaran matematika.
Beberapa ahli mengemukakan beberapa pendapat mereka mengenai pengertian
kemampuan komunikasi matematis. Greenes dan Schulman (1996:164) menyata-
kan komunikasi matematis sebagai berikut:
Mathematics communications are: (1) main strength for students informulating concept and mathematics strategy; (2) key of success forstudents towards approach and completion in exploration and mathematicsinvestigation; (3) means for students to communicate with their friends inobtaining information, sharing and finding ideas, brainstorming, valuingand exacerbating ideas to convince others.
14
Pernyataan Greenes dan Schulman tersebut dapat diartikan bahwa komunikasi
matematis merupakan kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan
strategi matematis. Kemampuan komunikasi juga merupakan modal keberhasilan
bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi
matematis. Terakhir bahwa kemampuan komunikasi matematis sebagai wadah
bagi siswa dlam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi,
membagi pikiran dan penemuan, saling berbagi pendapat, menilai dan
mempertajam ide untuk meyakinkan orang lain.
Dalam BSNP (2006:140) komunikasi matematis diartikan sebagai kemampuan
penyampaian ide atau gagasan baik secara lisan, visual, maupun dalam bentuk
tertulis dengan menggunakan istilah matematika dan berbagai representasi yang
sesuai serta memperhatikan kaidah-kaidah matematika. Selanjutnya Armiati
dalam Husna (2013:85) mengungkapkan komunikasi matematis adalah suatu
keterampilan penting dalam matematika yaitu kemampuan untuk mengekspresi-
kan ide-ide matematika secara koheren kepada teman, guru, dan lainnya melalui
bahasa lisan dan tulisan.
Kemudian Ansari (2003: 36) menelaah kemampuan komunikasi matematika dari
dua aspek yaitu komunikasi lisan (talking) dan komunikasi tulisan (writing).
Komunikasi lisan diungkapkan melalui intensitas keterlibatan siswa dalam
kelompok kecil. Komunikasi tulisan dilihat dari kemampuan siswa menggunakan
kosakata, notasi, dan struktur matematika untuk menyatakan hubungan dan
mengungkapkan ide serta memahaminya dalam memecahkan masalah. Komuni-
kasi matematika tertulis dapat diukur melalui soal.
15
Dari beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi
matematika merupakan kemampuan siswa dalam mengekspresikan ide atau
gagasan baik secara lisan maupun tertulis dengan bahasa matematika dan bentuk
visual lain. Melalui kemampuan komunikasi matematis, siswa dapat meningkat-
kan kemampuannya dalam mengungkapkan kembali suatu ungkapan matematika
dengan bahasa mereka sendiri dan memecahkan masalah sesuai dengan konsep
dan pengetahuan yang telah mereka miliki.
Selanjutnya perkembangan siswa terhadap kemampuan komunikasi matematis
dinilai berdasarkan indikator sebagai hasil belajar matematika. Indikator
komunikasi matematis menurut NCTM (1989:214) antara lain:
(1) Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisandan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual; (2)Kemampuan memahami, menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-idematematis baik secara lisan, tulisan maupun dalam bentuk visuallainnya; (3) Kemampuan dalam menggunakan notasi-notasi matematikadan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkanhubungan-hubungan dengan model-model situasi.
Sumarmo (2005:7) menyatakan kemampuan komunikasi matematis merupakan
kemampuan yang dapat menyertakan dan memuat berbagai kesempatan untuk
berkomunikasi dalam bentuk:
(a) menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalambahasa, simbol, ide, atau model matematika; (b) menjelaskan ide, situasi,dan relasi matematika secara lisan atau tulisan; (c) mendengarkan,berdiskusi, dan menulis tentang matematika; (d) membaca denganpemahaman suatu representasi matematika tertulis; (e) membuatkonjektur, merumuskan definisi, dan generalisasi; dan (f) mengungkapkankembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sendiri.
16
Cai,Lane dan Jacobsin dalam Fachrurazi (2011:81) mengemukakan kemampuan
komunikasi matematis siswa dapat dilihat dari 3 kemampuan siswa yaitu:
(1) menulis matematis (written text) yaitu siswa dituntut untuk dapat menu-liskan penjelasan dari jawaban permasalahannya secara matematis, masukakal, jelas serta tersusun secara logis dan sistematis; (2) menggambar secaramatematis (drawing) yaitu siswa dituntut untuk dapat melukiskan gambar,diagram dan tabel secara lengkap dan benar; dan (3) ekspresi matematis(mathematical expression) yaitu siswa dituntut untuk dapat memodelkanpermasalahan matematika atau mengekspresikan konsep matematika denganmenyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematikadengan benar, dan melakukan perhitungan untuk mendapatkan solusi secaralengkap dan benar.
Dari ketiga pendapat ahli di atas terdapat kesamaan pendapat untuk indikator ke-
mampuan komunikasi matematis. Kesamaan pendapat tersebut yaitu kemampuan
siswa dalam menuliskan penjelasan (written text) ide matematika, menggambar-
kan situasi masalah (drawing) serta menyatakan situasi dan solusi masalah ke
dalam bentuk representasi matematika, dan menggunakan notasi, bahasa, dan
simbol matematika (mathematical expression) dengan benar. Berdasarkan kesa-
maan tersebut, maka indikator kemampuan komunikasi matematis yang akan di-
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika, secara tulisan.
b. Menggunakan bahasa matematika dan simbol secara tepat.
c. Menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah mengguna-
kan gambar atau secara aljabar.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square
Menurut Johnson dan Johnson dalam Isjoni (2013 :23), pembelajaran kooperatif
merupakan pembelajaran yang mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam
17
suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksi-
mal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.
Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Sugiyanto (2010:37) yang menyatakan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Begitu pula, Lie (2008:12) yang
menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembela-
jaran yang memberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa
delam tugas-tugas yang terstruktur. Hal ini berarti pembelajaran kooperatif me-
nuntut siswa aktif bekerjasama menyelesaikan masalah dalam kelompoknya.
Karli dan Yuliariatiningsih (2002:72) menyatakan beberapa kelebihan pembela-
jaran kooperatif, yaitu:
(1) Siswa akan terlibat aktif dalam suasana pembelajaran yang bersifatterbuka dan demokratis; (2) Siswa dapat mengembangkan aktualisasiberbagai potensi diri yang dimilikinya; (3) Siswa tidak hanya sebagaiobyek belajar melainkan juga sebagai subyek belajar karena siswa dapatmenjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya; dan (4) Siswa dilatih untukbekerja sama karena bukan materi saja yang dipelajari tetapi juga tuntutanuntuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal bagi kesuksesankelompoknya.
Roger dan David Johnson dalam Lie (2004: 31) mengungkapkan bahwa tidak
semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai pembelajaran kooperatif. Terdapat
lima unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran kooperatif, antara lain:
(1) Saling ketergantungan positif, keberhasilan kelompok sangat tergantungpada usaha setiap anggotanya; (2) Tanggung jawab perorangan, tiap siswamemiliki tanggung jawab atas kelompoknya, melakukan yang terbaik; (3)Tatap muka, tiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu mukadan berdiskusi; (4) Komunikasi antar anggota, agar siswa dibekali denganberbagai keterampilan berkomunikasi ; (5) Evaluasi proses kelompok, guruperlu memberikan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proseskerja kelompok dan hasil kerja sama mereka dapat lebih efektif.
18
Ibrahim (2000:10) mengemukakan enam langkah utama di dalam pembelajaran
kooperatif yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku GuruFase-1Menyampaikan tujuan danmemotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaranyang ingin dicapai pada pelajaran tersebut danmemotivasi siswa belajar
Fase-2Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswadengan jalan demonstrasi atau lewat bahanbacaan
Fase-3Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimanacaranya membentuk kelompok belajar danmembantu setiap kelompok agar melakukantransisi secara efisien
Fase-4Membimbing kelompokbekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompokbelajar pada saat mereka mengerjakan tugas
Fase-5Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materiyang telah dipelajari atau masing-masingkelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase-6Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baikupaya individu maupun kelompok
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa pembela-
jaran kooperatif adalah suatu proses pembelajaran dimana siswa ditempatkan
belajar dalam kelompok kecil yang heterogen untuk saling membantu dan beker-
jasama satu sama lain dalam memahami materi pelajaran. Pembelajaran ini secara
tidak langsung mengajarkan siswa untuk menerima perbedaan yang terdapat da-
lam kelompok dan bersama-sama meningkatkan kemampuan siswa.
Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe salah satunya adalah Think
Pair Square (TPSq). TPSq merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan oleh Spencer Kangan pada tahun 1933 dan juga merupakan
19
modifikasi dari model Think Pair Share (TPS) yang dikenalkan oleh Frank
Lyman. Arends (dalam Trianto 2011;61) menyatakan bahwa TPSq merupakan
suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan
asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan
kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam TPSq dapat mem-
beri siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.
Terdapat beberapa kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TPSq menurut
Lie (2008:46), antara lain: (a)meningkatkan partisipasi siswa; (b) mudah dipecah
menjadi pasangan; (c) lebih banyak ide muncul; (d) guru mudah memonitor;
(e)lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok;
dan (f) interaksi lebih mudah.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TPSq menurut Lie
(2008:58) yaitu:
a) Tahap Think atau tahap berpikir.
Setelah guru membagi siswa dalam kelompok heterogen yang beranggotakan 4-6
orang, setiap siswa diberi kesempatan untuk membaca, dan memikirkan kemung-
kinan jawaban yang berhubungan penyelesaian soal yang diberikan. Kegiatan ini
bertujuan agar setiap siswa dapat memberikan respon terhadap ide-ide yang
terdapat pada LKS, untuk kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa sendiri.
b) Tahap Pair atau tahap berpasangan.
Pada tahap ini, siswa diminta untuk berpasangan dengan salah seorang teman
dalam kelompoknya untuk mendiskusikan kemungkinan jawaban atau hal-hal
yang telah diperoleh dalam tahap Think. Dengan berpasangan, partisipasi aktif
20
siswa dalam kelompok dapat lebih dioptimalkan sehingga kemampuan siswa
dapat lebih ditingkatkan.
c) Tahap Square atau tahap berkelompok berempat.
Pada tahap ini pasangan siswa bergabung kembali dengan pasangan siswa yang
lain dalam kelompoknya sehingga terbentuk kelompok berempat. Dari tahap
Square, siswa diberikan kembali kesempatan untuk saling berdiskusi dan berbagi
pendapat untuk membahas bersama-sama soal yang belum diselesaikan atau hal-
hal yang belum dipahami ketika diskusi sebelumnya. Kemudian diakhiri dengan
presentasi dari perwakilan kelompok di depan kelas.
Menurut Millis dan Cottel (1998), dengan TPSq siswa memiliki cukup banyak ke-
sempatan untuk mendiskusikan ide-ide mereka dan memberikan suatu pengertian
bagi mereka untuk melihat cara lain dalam menyelesaikan masalah. Jika sepasang
siswa tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut, maka sepasang siswa yang
lainnya dapat menjelaskan cara menjawabnya. Jika permasalahan yang diajukan
tidak memiliki suatu jawaban yang benar, maka dua pasangan siswa dapat meng-
kombinasikan hasil mereka dan membentuk suatu jawaban yang menyeluruh.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
TPSq merupakan model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari empat sampai
enam orang yang kelompoknya dibentuk dari penggabungan dari kelompok berpa-
sangan. Dalam penelitian ini, jumlah siswa pada kelas yang diberi perlakuan
dengan model pembelajaran TPSq adalah 38 siswa yang berarti jumlah siswa bu-
kan kelipatan empat. Oleh karena itu maka langkah yang diambil yaitu dua orang
siswa yang merupakan lebihnya dari kelipatan empat membentuk kelompok
21
berpasangan (Pair), kemudian membentuk kelompok dengan dua pasangan siswa
yang lain (Square) sehingga kelompok terdiri dari enam siswa.
4. Pembelajaran Konvensional
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 523) konvensional artinya berdasar-
kan kebiasaan. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa
dan telah lama digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yaitu seperti
kegiatan ceramah, tanya jawab, dan latihan soal. Ruseffendi (2006: 350) menya-
takan bahwa umumnya pembelajaran konvensional memiliki kekhasan tertentu,
misalnya mengutamakan hafalan daripada pengertian, menekankan pada keteram-
pilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses dan pengajaran berpusat
pada guru. Begitu pula Sukandi (2003: 8) yang mendefinisikan bahwa pembela-
jaran konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak tentang konsep-
konsep bukan kompetensi. Tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan
mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih
banyak mendengarkan.
Hamiyah dan Jauhar (2014: 166) berpendapat pembelajaran konvensional banyak
dipilih karena mudah dilaksanakan dengan persiapan yang sederhana, hemat
waktu dan tenaga, dengan satu langkah dapat menjangkau semua siswa dan cukup
dilakukan di dalam kelas. Hal ini menjadi kelebihan dalam pembelajaran konven-
sional. Guru memberikan pelajaran dan seluruh siswa mendengarkan dan mengi-
kuti perintah guru. Namun Kholik (2011) menjelaskan bahwa tidak semua siswa
memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan. Seringkali terjadi kesulitan
untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari. Siswa sulit
22
mencerna dan menganalisis materi. Daya serap siswa akan rendah dan cepat
hilang karena bersifat menghafal. Kurangnya kesempatan siswa aktif di dalam
kelas juga menimbulkan rasa bosan pada siswa sehingga materi sulit diterima dan
tujuan pembelajaran sering tidak tercapai.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai pembelajaran konvensional disim-
pulkan bahwa pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berpusat
pada guru dan siswa pasif dalam pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran ini
yaitu guru menjelaskan materi dan siswa mendengarkan dan mencatat, kemudian
guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya. Kemudian dilanjutkan dengan
diberikannya soal baru kepada siswa untuk dikerjakan sendiri.
5. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan diantaranya sebagai berikut:
1. Penelitian oleh Setiadi (2009) pada kelas VIII SMPN 14 Bandarlampung
memperoleh kesimpulan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa
pada pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square lebih baik daripada
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
2. Penelitian oleh Sulistyawati (2008) pada kelas VIII A SMP Negeri 1
Yogyakarta dengan materi geometri bangun limas memperoleh kesimpulan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square dapat mening-
katkan kemampuan komunikasi matematis siswa dan peningkatan kemam-
puan komunikasi matematis siswa terbanyak terjadi pada aspek kemampuan
siswa dalam mengilustrasikan ide-ide matematika ke bentuk uraian.
23
3. Penelitian oleh Astuti (2011) pada kelas VIII D SMP Muhammadiyah 2
Kalasan memperoleh simpulan bahwa implementasi pembelajaran TPSq
dengan metode Talking Stick dapat meningkatkan keaktifan siswa.
Peningkatan aktivitas tersebut ditunjukkan dengan siswa mampu bekerja
sendiri dan bekerjasama dalam kelompoknya, saling berdiskusi dan
menyampaikan pendapat serta mengomentari jawaban temannya.
Dari beberapa hasil penelitian tersebut maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran
matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair
square mampu mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa
menjadi lebih baik.
B. Kerangka Pikir
Model pembelajaran kooperatif tipe think pair square merupakan model pembela-
jaran yang memberikan siswa kesempatan untuk aktif berdiskusi, berbagi ide,
bekerjasama apabila menemui kesulitan, dan berkomunikasi dengan teman untuk
memahami dan menyelesaikan soal yang yang diberikan. Selain membiasakan
siswa untuk aktif, siswa juga dibiasakan menganalisis beberapa pendapat atau ide
serta membandingkannya baik dari teman pasangannya ataupun kelompoknya
(kelompok berempat) untuk bersama-sama menemukan suatu penyelesaian terbaik
dari permasalahan yang diberikan. Tiga tahapan siswa yang dilalui pada model
pembelajaran ini yaitu think (berpikir), pair (berpasangan), dan square (kelompok
berempat) diduga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
Aktivitas berpikir pada tahap think dapat dilihat dari proses siswa memahami dan
mencoba menjawab atas pertanyaan ataupun permasalahan yang diberikan oleh
24
guru. Dalam tahap ini siswa dapat membuat catatan tentang apa yang telah
diketahui dan langkah-langkah penyelesaian masalah dalam bahasa sendiri serta
mengembangkan konsep yang dimiliki sehingga menjadi bekal informasi atau
perkiraan penyelesaian dari masalah yang ada dan lebih siap berdiskusi dengan
siswa lainnya. Hal ini menuntut siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan
komunikasi matematika, terutama kemampuan siswa dalam menggambarkan
situasi masalah dan menginterpretasi ide matematika.
Pada tahap pair, siswa berdiskusi dan bertukar jawaban atau ide dengan pasangan-
nya sebagai output hasil berpikir pada tahap think. Guru mendorong siswa untuk
aktif dalam mengkomunikasikan ide yang mereka miliki dengan pasangannya.
Pada tahap ini, siswa dapat mengkomunikasikan ide dan pemikirannya dengan
menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami untuk menyajikan ide
dan relasi matematika kepada pasangannya serta berbagi strategi solusi bersama.
Hal ini mendorong siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan komunikasi
matematika terutama kemampuan siswa dalam menjelaskan ide, situasi, relasi
matematika secara lisan maupun tulisan, dan menyusun argumen menggunakan
bahasa matematika secara tepat.
Tahap terakhir yaitu tahap square, pasangan siswa bergabung dengan pasangan
siswa lain membentuk kelompok berempat untuk mendiskusikan kembali hasil
dari tahap pair sehingga menemukan penyelesaian akhir. Pada tahap ini, siswa
sudah mampu merevisi dan mengonstruksi ide matematika yang dimiliki. Siswa
juga belajar melakukan komunikasi matematika secara tulisan atas penyelesaian
yang didapatkan. Hal ini juga meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
25
siswa, terutama kemampuan siswa menjelaskan ide dan situasi matematika serta
menyatakan solusi masalah baik ke dalam bahasa, simbol, gambar, ataupun model
matematika. Dengan demikian, siswa akan dapat mengembangkan kemampuan
komunikasinya dalam mengevaluasi ide matematika.
Berdasarkan penjabaran di atas terlihat bahwa dengan TPSq siswa berpeluang
untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya. Peluang tersebut
diperoleh siswa melalui tahapan-tahapan yang ada pada model TPSq. Tahapan-
tahapan pada TPSq tersebut jarang dijumpai pada pembelajaran konvensional.
Pada pembelajaran konvensional, guru lebih dominan aktif di dalam kelas diban-
dingkan siswa. Siswa kurang diberikan kesempatan untuk mengemukakan ide-
idenya dan berkomunikasi dengan siswa lain dan siswa cenderung hanya
mengikuti cara pengerjaan contoh soal yang sudah dijelaskan oleh guru. Kondisi
seperti ini akan mengakibatkan kemampuan komunikasi siswa kurang berkem-
bang dan cenderung menghasilkan kemampuan komunikasi matematis yang
rendah. Dengan demikian, dapat dikatakan siswa pada pembelajaran TPSq akan
memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik daripada siswa pada
pembelajaran konvensional.
C. Anggapan Dasar
Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut:
1. Semua siswa kelas VII semester genap SMP Muhammadiyah 3
Bandarlampung tahun pelajaran 2015/2016 memperoleh materi yang sama dan
sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
26
2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis siswa
selain model pembelajaran kooperatif tipe TPSq dikendalikan sehingga mem-
berikan pengaruh yang sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pertanyaan dalam rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya,
maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Hipotesis Penelitian
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPSq efektif ditinjau dari
kemampuan komunkasi matematis siswa.
2. Hipotesis Kerja
a) Kemampuan komunikasi matematis siswa dengan model pembelajaran
TPSq lebih tinggi dari kemampuan komunikasi matematis siswa dengan
model pembelajaran konvensional.
b) Proporsi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis
terkategori baik pada siswa yang mengikuti TPSq lebih dari 60% dari
jumlah siswa.
27
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung yang ter-
letak di Jl. Zainal Abidin Pagar Alam No.14 Labuhanratu, Kedaton. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP
Muhammadiyah 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari 4
kelas yang tersebar dari VIIA-VIID. Dari empat kelas tersebut dipilih dua kelas
sebagai sampel penelitian yang terdiri atas kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik
purposive random sampling yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan ter-
tentu. Pertimbangan dalam memilih sampel penelitian berdasarkan kelas yang
memiliki kemampuan awal matematis yang relatif sama dapat dilihat dari nilai
hasil Ujian Tengah Semester Ganjil Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar
Lampung seperti pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Distribusi Nilai Siswa KelasVII SMP Muhammadiyah 3Bandarlampung
No Kelas Banyak Siswa Rata-rata Nilai Ujian Tengah SemesterGanjil
1 VIIA 38 33,32 VIIB 38 32,73 VIIC 39 33,04 VIID 38 45,1
Sumber: SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2015/2016
28
Pada Tabel 3.1 diperoleh bahwa terdapat tiga kelas yang memiliki kemampuan
matematis yang relatif sama yaitu kelas VIIA, VIIB, dan VIIC. Dari ketiga kelas
tersebut dipilih dua kelas secara acak sebagai sampel penelitian. Dan terpilihlah
kelas VIIB dan VIIC dengan kelas VIIB sebagai kelas ekperimen yang akan
menerima pembelajaran TPSq dan kelas VIIC sebagai kelas kontrol yang akan
menerima pembelajaran konvensional.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Desain penelitian yang
digunakan adalah desain posttest only control design sesuai yang dikemukakan
oleh Furchan (1982: 354) seperti pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan PosttestEksperimen (E) X1 OKontrol (C) X2 O
Keterangan:X1 : pembelajaran matematika menggunakan model TPSq.X2 : pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran konvensional.O : posttest pada kelas eksperimen dan kontrol.
C. Data Penelitian
Data penelitian ini adalah data kemampuan komunikasi matematis siswa berupa
data kuantitatif. Data kemampuan komunikasi matematis siswa diperoleh melalui
tes kemampuan komunikasi matematis siswa yang dilakukan setelah pembelajaran
dengan pembelajaran TPSq dan konvensional.
29
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik tes. Tes
digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa setelah
pembelajaran (posttest only) pada kelas yang diberi perlakuan dengan model
TPSq dan kelas dengan model konvensional.
E. Langkah-Langkah Penelitian
Terdapat tiga tahap dalam penelitian ini yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan,
serta tahap analisis data dan pelaporan. Penjelasan dari tahap-tahap di atas adalah
sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
Adapun persiapan yang direncanakan sebelum penelitian ini dilaksanakan sebagai
berikut:
a. Melakukan observasi untuk melihat karakteristik populasi yang ada, dilaksa-
nakan pada 18 November 2015.
b. Menentukan sampel penelitian.
c. Menetapkan materi yang akan digunakan dalam penelitian.
d. Menyusun proposal penelitian.
e. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen tes yang akan digunakan
selama penelitian.
f. Melakukan uji coba instrumen tes yang akan digunakan dalam penelitian,
dilaksanakan pada 29 Januari 2016.
30
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran koope-
ratif tipe TPSq pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional
pada kelas kontrol, tertanggal dari 25 Januari – 15 Februari 2016.
b. Mengadakan tes pada yang kelas yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TPSq dan model pembelajaran konvensional pada 18 Februari
2016.
3. Tahap Analisis Data dan Pelaporan
a. Memeriksa data hasil tes kemampuan komunikasi matematis pada kelas yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPSq dan model pembela-
jaran konvensional.
b. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh untuk menjawab rumusan
masalah.
c. Menyusun laporan penelitian dan membuat kesimpulan berdasarkan hipotesis
yang telah dirumuskan.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis tentang ke-
mampuan komunikasi matematis siswa. Tes tersebut adalah tes kemampuan akhir
(posttest) berbentuk uraian yang terdiri atas empat soal dengan materi himpunan.
Sebelum penyusunan tes kemampuan komunikasi matematis, terlebih dahulu
dibuat kisi-kisi soal tes kemampuan komunikasi matematis. Adapun pedoman
pemberian skor kemampuan komunikasi matematis disajikan pada Tabel 3.3.
31
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis
Indikator KemampuanKomunikasi Matematis
Reaksi Terhadap Masalah Skor
Menjelaskan ide, situasi,dan relasi matematiksecara tulisan.
Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanyamemperlihatkan tidak memahami konsepsehingga informasi yang diberikan tidakmemiliki arti.
0
Hanya sedikit dari penjelasan yang benar 1Penjelasan secara matematis masuk akal dantersusun secara sistematis namun hanyasebagian yang lengkap dan benar
2
Penjelasan secara matematis masuk akal danjelas serta tersusun secara sistematis.
3
Menggambarkan situasimasalah dan menyatakansolusi masalahmenggunakan gambaratau secara aljabar
Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanyamemperlihatkan tidak memahami konsepsehingga informasi yang diberikan tidakmemiliki arti.
0
Hanya sedikit dari penggambaran situaasimasalah dan solusi yang dinyatakan dengangambar atau secara aljabar yang benar
1
Penggambaran situasi masalah sudah benar,namun masih salah dalam menyatakan solu-si baik dengan gambar atau secara aljabar
2
Penggambaran situasi masalah dan solusiyang dinyatakan dengan gambar atau secaraaljabar sudah benar.
3
Menggunakan bahasamatematika dan simbolsecara tepat
Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanyamemperlihatkan tidak memahami konsepsehingga informasi yang diberikan tidakmemiliki arti.
0
Hanya sedikit dari bahasa matematika dansimbol yang digunakan secara tepat
1
Penggunaan bahasa matematika dan simboltidak tersusun secara logis atau terdapatsedikit kesalahan bahasa
2
Penggunaan bahasa matematika dan simboltersusun secara logis dan tepat.
3
Untuk memperoleh data yang akurat, maka tes yang digunakan adalah tes yang
memiliki kriteria tes yang baik yaitu validitas tes, reliabilitas, daya pembeda, dan
tingkat kesukaran soal.
32
a. Validitas Instrumen
Validitas instrumen penelitian ini didasarkan pada validitas isi. Validitas isi dari
tes kemampuan komunikasi matematis ini dapat diketahui dengan cara memban-
dingkan isi dari tes komunikasi matematis siswa dengan indikator komunikasi
matematis yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini, untuk memeriksa validitas
isi tes dinilai oleh guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Muhamma-
diyah 3 Bandarlampung dengan asumsi bahwa guru tersebut mengetahui dengan
benar kurikulum SMP. Suatu tes dikategorikan valid jika butir-butir tesnya sesuai
dengan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran yang diukur. Kesesuaian isi
tes dengan isi kisi-kisi tes yang diukur dan kesesuaian bahasa yang digunakan
dengan kemampuan bahasa yang dimiliki siswa dinilai berdasarkan penilaian guru
mitra dengan menggunakan daftar cek (checklist).
Hasil penilaian terhadap tes menunjukkan bahwa tes yang digunakan untuk
mengambil data telah memenuhi validitas isi (Lampiran B.4, halaman 145),
sehingga soal tes diujicobakan pada siswa kelas di luar sampel yaitu kelas VIII B.
Data yang diperoleh dari hasil uji coba kemudian diolah dengan menggunakan
bantuan Software Ms. Excel untuk mengetahui reliabilitas tes, daya pembeda, dan
tingkat kesukaran butir soal.
b. Reliabilitas Tes
Menurut Arikunto (2011: 109) untuk mencari koefisien reliabilitas (r11) soal tipe
uraian menggunakan rumus Alpha yang dirumuskan sebagai berikut:
r11 = 1 − ∑ dengan = ( ∑ ) - ( ∑ )
33
Keterangan:r 11 = Koefisien reliabilitas alat evaluasi
= Banyaknya butir soal∑ = Jumlah varians skor tiap soal= Varians skor total
N = Banyaknya data∑ = Jumlah kuadrat semua data∑ = Jumlah semua data
Kemudian koefisien reliabilitas diinterpretasikan seperti pada Tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas
Koefisien relibilitas (r11) Kriteria0,80 < r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi0,60 < r11 ≤ 0,80 Tinggi0,40 < r11 ≤ 0,60 Cukup0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah0,00 < r11 ≤ 0,20 Sangat rendah
Arikunto (2011:75)
Instrumen uji yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen yang memilliki
kriteria reliabilitas minimal cukup. Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instru-
men tes, diperoleh koefisien reliabilitas tes adalah 0,81. Hal ini menunjukkan
bahwa instrumen tes memiliki reliabilitas yang sangat tinggi dan sesuai dengan
kriteria yang digunakan sehingga instrumen tes dapat digunakan dalam penelitian.
Hasil perhitungan reliabilitas tes uji coba soal selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran C.1 (halaman 148).
c. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa
yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan
rendah. Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa
yang memperoleh nilai tertinggi sampai ke siswa yang memperoleh nilai terendah.
34
Setelah itu, diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (kelompok atas)
dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (kelompok bawah).
Dalam menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus:
DP =
Keterangan:DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu
= Rata-rata kelompok atas pada butir soal yang diolah= Rata-rata kelompok bawah pada butir soal yang diolah= Skor maksimum butir soal yang diolah
Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang
tertera dalam Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda
Nilai InterpretasiNegatif ≤ DP <0,10 Sangat Jelek0,10 ≤ DP < 0,20 Jelek0,20 ≤ DP < 0,30 Cukup0,30 ≤ DP < 0,50 Baik
DP ≥0,50 Sangat BaikSudijono (2011: 389)
Instrumen uji yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen yang memilliki
interpretasi nilai daya pembeda minimal cukup. Daya pembeda butir soal berada
diantara interval 0,21 sampai dengan 0,71 sehigga sesuai dengan kriteria yang
digunakan. Hasil perhitungan daya pembeda butir soal dapat dilihat pada tabel 3.7
dan selengkapnya pada Lampiran C.2 (halaman 150).
d. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran dilakukan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir
soal. Suatu tes dikatakan baik jika memiliki derajat kesukaran sedang, yaitu tidak
35
terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang
siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu
sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat
untuk mencoba mengerjakan kembali karena di luar jangkauannya.
Dalam menghitung nilai tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus
berikut.
=Keterangan:TK = Nilai tingkat kesukaran suatu butir soal
= Jumlah skor yang diperoleh siswa pada suatu butir soal yang diperoleh= Jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal
Untuk menginterpretasi nilai tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria
indeks kesukaran sebagai berikut.
Tabel 3.6 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran
Nilai Interpretasi0,00 ≤ TK ≤ 0,15 Sangat Sukar0,16 ≤TK ≤ 0,30 Sukar0,31 ≤ TK ≤ 0,70 Sedang0,71 ≤ TK ≤ 0,85 Mudah0,86 ≤ TK ≤ 1,00 Sangat Mudah
Sudijono (2011:372)
Instrumen uji yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen yang memilliki
interpretasi nilai tingkat kesukaran dengan kategori mudah, sedang, dan sukar.
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan tingkat kesukaran butir soal sedang dan
mudah, sehingga sesuai dengan kriteria yang digunakan. Hasil perhitungan daya
pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.7 dan selengkapnya pada Lampiran C.2
(halaman 150).
36
Setelah dilakukan analisis reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal
tes kemampuan komunikasi matematis diperoleh rekapitulasi hasil tes uji coba
dan kesimpulan yang disajikan pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba Soal
NoSoal
Reliabilitas Daya Pembeda TingkatKesukaran
Kesimpulan
1
0,81(Reliabilitas
SangatTinggi)
0,50 (sangat baik) 0,54 (sedang) Dipakai2a 0,21 (cukup) 0,80 (mudah) Dipakai2b 0,38 (baik) 0,51 (sedang) Dipakai2c 0,50 (sangat baik) 0,51 (sedang) Dipakai2d 0,38 (baik) 0,52 (sedang) Dipakai3a 0,63 (sangat baik) 0,44 (sedang) Dipakai3b 0,33 (baik) 0,84 (mudah) Dipakai3c 0,38 (baik) 0,82 (mudah) Dipakai3d 0,46 (baik) 0,49 (sedang) Dipakai4a 0,59 (sangat baik) 0,77 (mudah) Dipakai4b 0,71 (sangat baik) 0,54 (sedang) Dipakai4c 0,54 (sangat baik) 0,39 (sedang) Dipakai
G. Teknik Analisis Data
Data kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas dengan pembelajaran
TPSq dan kelas dengan pembelajaran konvensional dianalisis untuk uji hipotesis.
Sebelum dilakukan uji hipotesis perlu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas
dan uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data kemampuan
komunikasi matematis berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak.
Dalam penelitian ini menggunakan uji chi-kuadrat.
37
Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.
Uji ini menggunakan uji chi-kuadrat:
= ( − )Keterangan:
= frekuensi hasil pengamatan= frekuensi yang diharapkan.
Kriteria uji : terima H0 jika < dengan taraf nyata 5%. (Sudjana,
2005: 293).
Tabel 3.8 menunjukkan rekapitulasi perhitungan uji normalitas pada kelas TPSq
dan kelas konvensional. Perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran C.5
(halaman 155) dan C.6 (halaman 156).
Tabel 3.8 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Kemampuan KomunikasiMatematis
Data Kemampuan KomunikasiMatematis Keputusan Uji
Pembelajaran TPSq 7,5614 7,81 H0 diterimaPembelajaran Konvensional 5,1768 7,81 H0 diterima
Berdasarkan Tabel 3.8 di atas, ternyata untuk kelas yang mengikuti
pembelajaran TPSq dan kelas yang mengikuti pembelajaran konvensional kurang
dari . Ini berarti pada taraf nyata 5%, H0 untuk setiap kelas diterima.
Dengan demikian, data pada kelas yang mengikuti pembelajaran TPSq dan kelas
yang mengikuti pembelajaran konvensional berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
38
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok
data yaitu data komunikasi matematis siswa pada kelas yang diberikan pembela-
jaran TPSq dan kelas yang diberikan pembelajaran konvensional memiliki
variansi yang homogen atau tidak homogen. Rumusan hipotesis untuk uji ini
menurut Sudjana (2005: 249-250) sebagai berikut:
Ho : = (kedua kelompok populasi memiliki varians yang homogen)
H1 : ≠ (kedua kelompok populasi memiliki varians yang tidak homogen)
Rumus untuk pengujian homogenitas data adalah:
=Kriteria pengujian adalah H0 diterima jika ≤ dengan =
( , ) yang diperoleh dari daftar distribusi F dengan taraf nyata 0,05 dan
derajat kebebasan masing-masing sesuai dk pembilang dan penyebut.
Tabel 3.9 menunjukkan rekapitulasi perhitungan uji homogenitas varians data
kemampuan komunikasi matematis. Perhitungan selengkapnya disajikan pada
Lampiran C.7 (halaman 157).
Tabel 3.9 Rekapitulasi Uji Homogenitas Varians Data KemampuanKomunikasi Matematis
Kelas Varians Keputusan UjiEksperimen 69,2923 1,1920 1,92202 diterima
Kontrol 58,1309
39
Berdasarkan Tabel 3.9, < sehingga pada taraf nyata 5%
diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data
kemampuan komunikasi matematis memiliki varians yang homogen.
3. Uji Hipotesis
Setelah melakukan uji prasyarat yakni uji normalitas dan uji homogenitas, dipero-
leh bahwa kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan me-
miliki varians yang homogen. Langkah selanjutnya yaitu melakukan uji hipotesis.
Uji hipotesis yang digunakan yaitu uji kesamaan dua rata-rata dan uji proporsi.
a. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Menurut Sudjana (2005 : 239), apabila data dari kedua sampel berdistribusi
normal dan memiliki varians yang sama maka analisis data dilakukan dengan
menggunakan uji kesamaan dua rata-rata, yaitu uji t. Uji yang digunakan adalah
uji pihak kanan, dengan hipotesis uji sebagai berikut :
H0 : μ1 = μ2 (rata-rata skor kemampuan komunikasi matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran TPSq sama dengan rata-rata skor
kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional)
H1 : μ1 > μ2 (rata-rata skor kemampuan komunikasi matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran TPSq lebih tinggi dari rata-rata skor
kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional)
40
Statistik yang digunakan adalah:= ̅ ̅dengan = ( ) ( )
Keterangan:x = rata-rata skor kemampuan siswa yang mengikuti pembelajaran denganmodel pembelajaran TPSq (kelas eksperimen)x = rata-rata skor kemampuan siswa yang mengikuti model pembelajarankonvensional (kelas kontrol)
n1 = banyaknya siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaranTPSq
n2 = banyaknya siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensionals = varians yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TPSqs = varians yang mengikuti model pembelajaran konvensionals = varians gabung
Kriteria uji adalah terima H0 jika < ( ∝), dimana ( ∝) didapat dari daftar
distribusi t dengan dk = (n1 + n2 - 2) dengan peluang (1 − ) dan = 0,05.Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak.
b. Uji Proporsi
Untuk mengetahui besarnya proporsi siswa yang memiliki kemampuan
komunikasi matematis terkategori baik pada siswa yang mengikuti TPSq,
dilakukan uji proporsi. Uji proporsi yang digunakan adalah uji pihak kanan
dengan hipotesis uji sebagai berikut:
∶ = 0,6 (proporsi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis
terkategori baik sama dengan 60%)∶ ˃ 0,6 (proporsi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis
terkategori baik lebih dari 60%)
41
Statistik yang digunakan dalam uji ini menggunakan statistik z menurut Sudjana
(2005:233-235) yakni sebagai berikut.
= − 0,600,60(1 − 0,60)/Keterangan:
: banyaknya siswa peserta tes yang tuntas belajar: jumlah siswa peserta tes0,60 : proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan memiliki kemampuan
komunikasi dengan baik
Kriteria uji: tolak H0 jika hitungz ≥ 5,0z dengan taraf nyata 5%. Harga 5,0z
dipilih dari daftar normal baku dengan peluang (0,5–α). Untuk hitungz 5,0z
hipotesis H0 diterima.
51
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa pene-
rapan model pembelajaran kooperatif tipe TPSq tidak efektif ditinjau dari kemam-
puan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016. Akan tetapi, siswa yang mengikuti pembe-
lajaran TPSq mampu menghasilkan kemampuan komunikasi matematis yang
lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
B. Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan pada penelitian ini, saran-saran yang dapat
dikemukan yaitu:
1. Kepada guru yang ingin menerapkan model kooperatif tipe TPSq pada pembe-
lajaran matematika maka perlu diperhatikan pembagian waktu pada setiap
tahapan TPSq dan pengelolaan kelas seefektif mungkin agar suasana pembela-
jaran dapat berjalan kondusif.
2. Kepada peneliti yang ingin melakukan penelitian lanjutan tentang penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TPSq sebaiknya mempertimbangkan ke-
mampuan yang akan diukur dengan karakteristik siswa yang diteliti, sehingga
52
dapat menggambarkan kemampuan siswa secara optimal. Selain itu, diharap-
kan untuk menambahkan referensi tentang model pembelajaran kooperatif tipe
TPSq.
53
DAFTAR PUSTAKA
Adiputri, Novi Christiastuti. 2014. RI Terendah di PISA, WNA: Indonesian KidsDon,t Know How Stupid They Are.[online]. Tersedia: http://news.detik.com.(30 Mei 2015).
Ansari, B.I. 2003. Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman danKomunikasi Matematika Siswa SMU Melalui Strategi Think-Talk-Write.Disertasi Doktor. Bandung. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.Tidak Diterbitkan.
Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: BumiAksara.
Astuti, Rini Dwi. 2011. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Square (TPSq) dengan Metode Talking Stick. Skripsi. Yogyakarta.UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. [online]. Tersedia: http://digilib.uin-suka.ac.id. (12 November 2015)
BNSP. 2006. Ketuntasan Belajar Siswa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.[online]. Tersedia: http://bsnp-indonesia.org/id.(28 Mei Februari 2015).
Chatib, Munif. 2009. Sekolahnya Manusia. Bandung: Penerbit Kaifa.
Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP SemarangPress.
Depdiknas. 2013. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
________. 2006. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang StandarKompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:Depdiknas.
________. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Depdiknas.
________. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
54
Echols, John M. dan Hasan Shadily. 2007. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT.Gramedia.
Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untukMeningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis SiswaSekolah Dasar. Jurnal UPI Edisi Khusus. No.01. Hlm. 76-89. [online].Tersedia: http://jurnal.upi.edu. (28 Mei 2015).
Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: UsahaNasional.
Greenes, C & Schulman, L. 1996. Communication Prossesses in MathematicalExploration end Investigation. USA: NCTM
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamiyah, Nur dan Muhammad Jauhar. 2014. Strategi Belajar Mengajar Di Kelas.Jakarta: Prestasi Pustaka.
Husna. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan KomunikasiMatematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Model PembelajaranKooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS). Jurnal Peluang, Volume 1, Nomor2, April 2013, ISSN : 2302-5158. [Online]. Tersedia dihttp://www.jurnal.unsyiah.ac.id. (10 Januari 2016).
Ibrahim, H. Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UniversityPress.
Isjoni. 2012. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Karli, Hilda dan Yuliariatiningsih, Margaretha Sri. 2002. Imlementasi KurikulumBerbasis Kompetensi: Model-model Pembelajaran. Jakarta: Bina MediaInformasi.
Kholik, Muhammad. 2011. Metode Pembelajaran Konvensional. [online].Tersedia:http://muhammadkholik.wordpress.com (23 Desember 2015).
Lie, Anita. 2008. Cooperatif Learning Mempraktikkan Cooperative Learning diRuang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Millis, B. J., and Cottell, P. G. 1998. Cooperative Learning for Higher EducationFaculty, American Council on Education, Series on Higher Education.[online]. Tersedia: http://www.wcer.wisc.edu. (21 Desember 2015).
Mullis, I.V.S., Michael O., Pierre Foy, & Alka Arora. 2012. TIMSS 2011.Internasional Results in Mathematics. [online]. Tersedia : http://timss.bc.edu.(3 Juni 2015).
55
National Council of Teachers of Mathematics. 2000. Principles and Standars forSchool Mathematics. Reston, Virginia: The National Council of Teacher ofMathematics, Inc. [online]. Tersedia: http://www.nctm.org. (3 Juni 2015).
_______.1989. Assesment Standar for School Mathematics. USA: The NationalCouncil of Teachers of Mathematics, Inc.
Niswah, Khuzaiyyatun. 2011. Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswayang Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share danTeknik Think Pair Square. Skripsi. Jakarta. Fakultas Ilmu Tarbiyah danKeguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tidak Diterbitkan.
Rahayu, Siska Sri. 2011. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi MatematisSiswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik. RepositoryUPI : tidak diterbitkan
Ruseffendi, E.T. 2006. Pengantar kepada Membantu Guru MengembangkanKompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.Bandung: Tarsito.
________. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru MengembangkanKompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.Bandung: FPMIPA IKIP Bandung.
Sadiman, Arief S., R. Rahardjo, & Anung Haryono. 2003. Media Pendidikan,Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers.
Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Setiadi, Yudi.2009.Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan KomunikasiMatematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif dengan TeknikThink Pair Square. Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. TidakDiterbikan.
Simanjuntak, Lisnawaty. 1993. Metode Mengajar Matematika 1. Jakarta: RinekaCipta.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung.
Sugiyanto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta. Yuma Pustaka.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja GrafindoPersada.
Sukandi, Ujang. 2003. Belajar aktif dan terpadu. Surabaya : Duta Graha.
Sulistyawati, Veronica Linda. 2008. Meningkatkan kemampuan komunikasiMatematika Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square
56
di SMP Negeri 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta. FKIP Universitas SanataDharma. Tidak diterbitkan.
Sumarmo, Utari. 2005. Pembelajaran Matematika untuk Mendukung PelaksanaanKurikulum Tahun 2002 Sekolah Menengah. Makalah pada SeminarPendidikan Matematika di FMIPA Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.
Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. Mataram : NTP Pres.
Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.Jakarta: Prestasi Pustaka.
Usman, Moh. Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.
Walle, John A Van De. 2006. Matematika Pengembangan Pengajaran SekolahDasar dan Menengah. Jakarta : Erlangga.